Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit diwilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survey), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2005 ini KER yang dibuat juga mencakup kedua provinsi tersebut, namun masih dengan format gabungan.Hal tersebut dikarenakan faktor infrastruktur yang mendukung belum memungkinkan untuk melakukan pemisahannya secara Iebih jelas. Namun demikian, mulai tahun 2007 materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontiyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung dimasa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini. Makassar, Februasi 2008 BANK INDONESIA MAKASSAR Ttd. Rizal A. Djaafara Pemimpin
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
i
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Daftar Isi KATA PENGANTAR ~ i DAFTAR ISI ~ iii DAFTAR GRAFIK ~ v DAFTAR TABEL ~ vii
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1 INDIKATOR EKONOMI PEKDA IV-2007 ~10
BAB 1
PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 13 1.1. Permintaan Daerah ~ 14 a. Konsumsi ~ 15 b. Investasi ~ 17 c. Net Ekspor Impor ~ 19 1.2. Penawaran Daerah ~ 21 a. Sektor Pertanian ~ 24 b. Sektor Jasa - jasa ~ 26 c. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 28 d. sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 29 e. Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan ~ 30 f. Sektor Lainnya ~ 31
BOKS 1 :
FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDORONG PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA DI SULAWESI SELATAN ~ 35
BAB 2
PERKEMBANGAN INFLASI ~ 39 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 42 2.2. Sumber Tekanan Inflasi dan Inflasi per Komoditasi ~ 50 2.2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar ~ 51 2.2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar ~ 52 2.3. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) ~ 53
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
iii
BAB 3
PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 55 3.1. Perkembangan Moneter ~ 55 3.2. Perkembangan Bank Umum ~ 56 3.2.1. Perkembangan Kelembagaan dan Asset ~ 56 3.2.2. Perkembangan DPK dan Kredit ~ 57 3.2.3. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) ~ 62 3.2.4. Kinerja Bank Umum Syariah ~ 63 3.2.5. Kinerja Bank Pekreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS) ~ 64
BOKS 2 :
PEMETAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN BANK DAN NON BANK DALAM PENYALURAN KREDIT PADA USAHA MIKRO KECIL (UMK) DI SULAWESI SELATAN ~ 67
BAB 4
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 71 4.1. Pengedaran Uang Kartal ~ 71 4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 71 4.1.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 72 4.1.3. Uang Palsu ~ 73 4.2. Lalu Lintas Pembayaran Giral ~ 74 4.2.1. Kliring Lokal ~ 74 4.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) ~ 75
BAB 5
KETENAGAKERJAAN ~ 77 5.1. Tenaga Kerja Indonesia ~ 77 5.2. Status Pekerjaan ~ 79
BAB 6
KEUANGAN DAERAH ~ 83
BAB 7
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 87 7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 87 7.2. Outlook Inflasi ~ 89 7.3. Prospek Perbankan ~ 90
iv
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. 1.14. 1.15. 1.16. 1.17. 1.18.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
1.19. 1.20. 1.21. 1.22. 1.23. 1.24. 1.25. 1.26. 1.27. 1.28.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6. 2.7. 2.8. 2.9. 2.10.
Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan ~ 13 Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya ~ 16 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama ~ 16 Penjualan Makanan dan Tembakau ~ 16 Penjualan Kendaraan dan Suku Cadang ~ 16 Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu ~ 17 Kredit Konsumsi Bank Umum ~ 17 Penjualan Semen di Sulsel ~ 18 Penjualan Bahan Konstruksi ~ 18 Kredit Produktif (Investasi + Modal Kerja) Bank Umum ~ 18 Indeks Realisasi Kegiatan Dunia Usaha ~ 18 Nilai dan Volume Ekspor Non Migas Sulawesi Selatan ~ 19 Nilai dan Volume Impor Non Migas Sulawesi Selatan ~ 20 Perkembangan PDRB Perdagangan Antar Propinsi ~ 21 Produksi Subsektor Perikanan ~ 26 Kredit Sektor Pertanian (Bank Umum) ~ 26 Kredit Sektor Jasa-jasa (Bank Umum) ~ 27 Jumlah Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang di Bandara Hasanuddin ~ 28 Arus Bongkar Muat Barang Melalui Pelabuhan Makassar ~ 30 Kredit Sektor Perdagangan (Bank Umum) ~ 30 Nilai Tambah Bruto Bank Umum Sulsel ~ 31 Produksi Terigu di Sulsel ~ 32 Kredit Sektor Industri (Bank Umum) ~ 32 Realisasi Pengadaan Semen di Sulsel ~ 32 Penjualan Listrik (Juta Kwh) di Sulsel ~ 32 Kredit Sektor Pertambangan-Penggalian (Bank Umum) ~ 33 Kredit Sektor Konstruksi (Bank Umum) ~ 34 Penjualan Bahan Konstruksi ~ 34 Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan ~ 39 Diagregasi Inflasi (y.o.y) ~ 42 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 43 Perkembangan Inflasi kelompok Makanan Jadi ~ 44 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan ~ 46 Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 47 Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 48 Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 49 Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 50 Perbandingan Laju Inflasi (y-o-y) Kota-kota di Wilayah Zona Sulampua ~ 53
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
v
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7.
Grafik Grafik Grafik Grafik Grafik
3.8. 3.9. 3.10. 3.11. 3.12.
Uang Giral dan Uang Kuasi (dlm Milyar Rp) ~ 55 Perkembangan Penghimpunan DPK Bank Umum Per Jenis Simpanan ~ 57 Perkembangan Kredit Bank Umum ~ 58 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Sulsel ~ 59 Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 59 Perkembangan Kredit Bank Umum Per Jenis Penggunaan ~ 59 Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Per Sektor Ekonomi Triwulan IV-2007 ~ 60 Perkembangan Kredit Bank Umum untuk Sektor Perdagangan ~ 60 Kolektibilitas Kredit Bank Umum ~ 61 Net Interest Margin (NIM) dan Laba/Rugi ~ 63 Perkembangan Bank Syariah di Sulsel ~ 63 Pangsa Kredit BPR/S Per Sektor Ekonomi ~ 65
Grafik Grafik Grafik Grafik
4.1. 4.2. 4.3. 4.4.
Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di KBI Makassar ~ 72 Perkembangan PTTB Bank Indonesia Makassar ~ 73 Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan ~73 Transaksi Non Tunai via RTGS ~ 75
Grafik Grafik Grafik Grafik
5.1. 5.2. 5.3. 5.4.
Tingkat Pendidikan TKI di Sulsel ~ 77 Jenis Kelamin TKI di Sulsel ~ 78 Negara Tujuan TKI di Sulsel ~ 78 Indeks Kondisi Ekonomi dan Ketersediaan Lapangan Kerja di Sulsel ~ 80
Grafik
7.1.
Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 90
vi
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Daftar Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8. 1.9. 1.10. 1.11. 1.12. 1.13. 1.14.
Tabel Tabel Tabel
1.15. 1.16. 1.17.
Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 14 Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (q.t.q) ~ 15 Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Konsumsi (y.t.d) ~ 17 Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Investasi (y.t.d) ~ 18 Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Ekspor Impor (y.t.d) ~ 21 Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 22 Kontribusi PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 22 Pertumbuhan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.t.d) ~ 23 Kontribusi PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.t.d) ~ 23 Produksi dan Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija ~ 24 Produksi dan Luas Panen Tanaman Padi di Daerah Bosowasipulu ~ 25 Perkembangan PDRB Riil : Sektor Jasa-jasa (%, y.o.y) ~ 27 Perkembangan PDRB Riil : Sektor Angkutan-Komunikasi (%, y.o.y) ~ 29 Perkembangan PDRB Riil : Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (%, y.o.y) ~ 29 Produksi Semen di Sulsel ~ 31 Laba Rugi Perbankan Sulawesi Selatan ~ 31 Produksi Semen di Sulsel ~ 32
Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 2.5. Tabel 2.6. Tabel 2.7. Tabel 2.8. Tabel 2.9. Tabel 2.10. Tabel 2.11.
lnflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 40 lnflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, q.t.q) ~ 40 Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Bahan Makanan ~ 43 Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Makanan Jadi ~ 45 Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Perumahan ~ 45 Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Pendidikan ~ 46 Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Sandang ~ 47 Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Kesehatan ~ 48 Inflasi dan Sumbangan Tertingggi Komoditas Kel. Transportasi ~ 49 Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar (y.o.y) ~ 51 Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar (q.t.q) ~ 51
Tabel 2.12. Tabel 2.13.
Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar (y.o.y) ~ 52 Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar (q.t.q) ~ 52
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
Perkembangan Kelembagaan Bank Umum di Sulawesi Selatan ~ 56 Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 56 Penghimpunan Dana Bank Umum di Sulsel ~ 58 Penyaluran Kredit dan DPK Per Kabupaten/Kota di Sulsel ~62 Indikator Utama BPR/S di Sulsel ~ 65
3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Tabel 4.1.
Perkembangan Traksaksi Kliring Lokal di Sulsel ~ 74
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
vii
Tabel
5.1.
Tabel
5.2.
Tabel
6.1.
Tabel
6.2.
Tabel
6.3.
viii
Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Kegiatan ~ 79 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan ~ 79 Perkembangan DAU Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah) ~ 83 Perkembangan DAK Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah) ~ 84 Perkembangan DAK per-Bidang Pembangunan se -Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah) ~ 85
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Ringkasan Eksekutif GAMBARAN UMUM PDRB Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan IV-2007 tumbuh PDRB Sulsel pada triwulan IV-2007 tumbuh 11,12% (y.o.y) …..
11,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,41% (y.o.y) maupun dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar 2,90% (y.o.y). Begitu juga secara triwulanan, kinerja perekonomian daerah mengalami pertumbuhan sebesar 2,59% (q.t.q), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat 2,39% (q.t.q). Namun secara kumulatif, laju pertumbuhan ekonomi Sulsel tercatat sebesar 6,19% (y.t.d) mengalami perlambatan dibanding laju pertumbuhan tahun 2006 yang tercatat sebesar 6,71% (y.t.d). Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel)1 tercatat
sebesar
5,71%
(y.o.y),
mengalami
perlambatan
dibandingkan, baik dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,98% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,59% (y.o.y). Secara triwulanan, laju inflasi pada periode laporan mengalami penurunan yaitu dari 3,39% (q.t.q) pada triwulan III-2007 menjadi deflasi sebesar 0,53% (q.t.q), lebih rendah bila dibandingkan sebelumnya
yang
tercatat
triwulan yang sama
sebesar
0,66%
(q.t.q).
tahun Adapun
berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir bulan Desember 2007 adalah sebesar 5,71% (y.t.d). Angka ini lebih rendah dibandingkan laju inflasi kumulatif pada periode sama tahun 2006 yang tercatat sebesar 7,21% (y.t.d). Berdasarkan proxy atau taksiran terhadap besaran moneter (uang giral dan kuasi), uang kuasi mencatat kenaikan sebesar 22,77% yaitu dari Rp16,01 trilyun pada triwulan IV-2006 menjadi Rp19,65 trilyun pada triwulan IV-2007. Sementara uang giral mencatat kenaikan sebesar 1,04% yaitu dari Rp5,01 trilyun pada triwulan IV-2006 menjadi Rp5,06 trilyun pada triwulan IV-2007.
1
Laju inflasi Sulsel di proxi dengan menggunakan laju inflasi kota Makassar (BPS)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
1
Kinerja
intermediasi
perbankan
di
Sulsel
berdasarkan
indikator rasio kredit dibanding DPK (LDR) pada triwulan IV-2007 tercatat adalah sebesar 91,24%, lebih tinggi dibandingkan LDR posisi
…….. (LDR) pada triwulan IV-2007 tercatat sebesar 91,24%, lebih tinggi ….
akhir 2006 yang tercatat sebesar 85,55%. Jumlah Non Performing Loan secara gross (NPLs gross) di wilayah Sulsel tercatat sebesar Rp2,14 trilyun atau turun sebesar 3,56% dibandingkan akhir 2006 yang tercatat sebesar Rp2,22 trilyun. Secara rasio (NPL gross dibandingkan dengan total kredit), perbankan Sulsel tercatat mengalami perbaikan kinerja, yaitu dari rasio 12,38% pada akhir 2006 menjadi 9,53% pada triwulan IV2007, begitu pula terjadi apabila rasio pada triwulan IV-2007 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 12,31%. Lebih lanjut rasio NPLs net juga memperlihatkan perbaikan yaitu dari 5,96% pada akhir 2006 menjadi 3,58%. Berdasarkan
segmentasi
kredit,
sebagian
besar
kredit/pembiayaan bank Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pangsa kredit UMKM dibandingkan total kredit pada triwulan IV-2007 adalah sebesar 54,08% atau lebih tinggi dibanding pangsa pada posisi akhir tahun 2006 yang sebesar 51,74%. Kredit UMKM tersebut tercatat mengalami peningkatan sebesar 30,97%, yaitu dari Rp9,27 triliun pada akhir 2006 menjadi Rp12,14 triliun pada akhir 2007. Sementara itu jika dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya, pertumbuhan kredit UMKM di Sulsel tercatat adalah sebesar 5,54%. Pada triwulan IV-2007, inflow ke KBI Makassar tercatat sebesar Rp1,31 triliun, atau meningkat 41,73% (y.o.y) dibandingkan triwulan III-2007. Kondisi yang sama juga terjadi pada outflow yang turun sebesar 30,59% (y.o.y) dibandingkan triwulan lalu atau menjadi Rp1,81 triliun, sehingga pada triwulan IV-2007, KBI Makassar mengalami net-otflow . Secara kumulatif, pada tahun 2007, inflow ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp4,67 triliun, atau turun 50,88% dibanding dengan inflow pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Begitu juga dengan outflow dari Bank Indonesia sebesar Rp3,79 triliun, atau turun 56,78% dibandingkan outflow triwulan IV-2006. Dengan
2
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
demikian maka perkasan KBI Makassar berada dalam posisi netinflow yaitu sebesar Rp878,93 milyar. Secara …. tercatat adanya peningkatan penyaluran TKI dari Sulsel ke luar negeri …..
kumulatif
pada
tahun
2007,
tercatat
adanya
peningkatan penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Sulawesi Selatan ke luar negeri yaitu sebesar 21,2%(y.o.y) atau menjadi 1.419 orang dibanding pencapaian pada tahun 2006. Peningkatan tersebut didorong pengiriman TKI pada triwulan III-2007 yang cukup tinggi yaitu sebesar 535 orang, sementara pengiriman TKI pada triwulan IV2007 tercatat hanya sebesar 126 orang atau terjadi peningkatan 21,2% (y.o.y). Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.
142/PMK.07/2007 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2008, rata-rata nilai DAK yang akan dialokasi ke kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan selama tahun 2008 adalah sebesar Rp1,18 triliun. Besar alokasi DAK untuk tahun 2008 tersebut mengalami peningkatan sebesar 20,30% dibanding DAK tahun 2007. Kondisi ini menunjukkan bahwa selama tahun 2008 diperkirakan akan terdapat pening-katan pembangunan di Sulsel yang
secara
otomatis
akan
berdampak
pada
pertumbuhan
perekonomian daerah.
PERKEMBANGAN KONDISI MAKROEKONOMI Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV-2007 Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV-2007 berada dalam fase pertumbuhan yang cukup tinggi ….
masih didominasi kinerja konsumsi dalam pembentukan PDRB Sulsel, terutama konsumsi rumah tangga. Secara tahunan (y.o.y), hampir semua sektor di sisi permintaan pada triwulan IV-2007 tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III-2007, kecuali kinerja ekspor. Perlambatan pada kinerja konsumsi diperkirakan disebabkan oleh kembali normalnya konsumsi masyarakat setelah mengalami peningkatan selama bulan Ramadhan yang terjadi menjelang akhir triwulan lalu. Sedangkan, kinerja ekspor cenderung tumbuh secara cukup signifikan yang disebabkan oleh peningkatan kinerja ekspor antar propinsi. Dari sisi penawaran secara tahunan, sektor bangunan tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 18,60% (y.o.y), yang diperkirakan karena adanya percepatan pembangunan proyek-proyek pemerintah.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
3
Apabila
dilihat
secara
triwulanan,
peningkatan
laju
pertumbuhan pada triwulan IV-2007 tersebut didorong juga oleh adanya peningkatan kinerja ekspor. Sementara kinerja konsumsi dan investasi mengalami perlambatan. Kinerja ekspor tercatat tumbuh sebesar 10,12% yang disumbang oleh kinerja ekspor antar negara (2,71%). Dari sisi penawaran, dorongan peningkatan laju inflasi triwulanan tersebut didominasi sektor kinerja sektor perdaganganhotel-restoran dan bangunan. Peningkatan pada sektor perdagangan diperkirakan adanya kegiatan keagamaan selama akhir tahun, sementara percepatan
pada
sektor
bangunan
pembangunan
juga
disebabkan
karena
proyek-proyek
pemerintah
selama
triwulan IV-2007. Pada tahun 2007, perekonomian Sulsel tumbuh sebesar 6,19% (y.t.d) lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2006 (6,71%). Secara umum, perlambatan terjadi pada empat sektor
Pada tahun 2007, perekonomian Sulsel tumbuh sebesar 6,19% (y.t.d). ……
ekonomi daerah, yaitu sektor pertanian, pertambangan-penggalian, industri pengolahan dan jasa-jasa. Perlambatan di sektor pertanian diperkirakan terjadi oleh karena adanya penurunan luas lahan pertanian sedangkan perlambatan di sektor industri pengolahan diperkirakan terjadi penurunan produksi terutama di sektor industri pengolahan
semen.
pertambangan demontrasi
Sementara
diperkirakan
oleh
perlambatan
karena
karyawannya
pada
sempat
pada terjadi
triwulan
sektor aktivitas
IV-2007
yang
menyebabkan penurunan produktivitas sektor ini. Berdasarkan sumbangan, sektor perdagangan-hotel-restoran tercatat sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi daerah pada tahun 2007 yaitu sebesar 1,40% diikuti sektor pertanian (1,09%) dan sektor angkutan-komunikasi (0,77%).
PERKEMBANGAN INFLASI Laju inflasi tahunan tertinggi pada triwulan IV-2007 terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y), sedangkan laju inflasi tahunan terendah terjadi pada kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan yaitu sebesar
Determinan inflasi pada triwulan IV-2007 terutama diperkirakan berasal dari sisi permintaan ….
0,27% (y.o.y). Peningkatan pada kelompok bahan makanan tersebut disumbang oleh laju inflasi pada komoditas minyak goreng yang
4
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
diperkirakan disebabkan oleh kenaikan harga CPO di pasar internasional serta minimnya pasokan di dalam negeri. Sementara secara triwulanan, deflasi pada triwulan IV-2007 disumbangkan oleh deflasi pada kelompok bahan makanan, terutama subkelompok ikan segar terutama pada komoditas ikan bandeng yang diperkirakan karena masa panen komoditas tersebut yang menyebabkan pasokannya melimpah. Determinan
inflasi
pada
triwulan
IV-2007
terutama
diperkirakan berasal dari sisi permintaan (demand push inflation), yaitu meningkatnya permintaan atas barang/jasa sehubungan dengan Hari Raya Idul Adha, Natal dan perayaan Tahun Baru. Inflasi volatile foods masih tercatat mendominasi perkembangan IHK Sulsel pada triwulan IV-2007, yang antara lain seperti beras, bawang merah dan minyak goreng yang masing-masing menyumbang sebesar 0,38% (y.o.y); 0,49% (y.o.y) dan 0,54% (y.o.y) terhadap total inflasi daerah. Selanjutnya, inflasi inti Sulsel mencatat andil sebesar 2,48% (y.o.y) dengan laju inflasi 4,81% (y.o.y). Sumbangan tertinggi pada laju inflasi inti Sulsel tersebut antara lain disumbang oleh komoditas emas perhiasan (0,38%), akademi/perguruan tinggi (0,19), SLTA (0,14%), ikan kembung (0,11%) dan tepung terigu (0,08%). Pada komoditas tepung terigu, selain menjadi salah satu komoditas yang memberikan
sumbangan
terbesar
pembentukan
inflasi
inti,
komoditas tersebut juga merupakan komoditas yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 46,31%. Inflasi pada komoditas terpung terigu tersebut disebabkan oleh peningkatan harga gandum di pasar internasional yang merupakan bahan utama pembuatan tepung terigu. Selain itu, pola distribusi tepung terigu di Sulsel masih dikuasai
oleh
satu
distributor
(distributor
tunggal)
sehingga
pembentukan harga tepung terigu di pasar regional lebih berpotensi terjadinya peningkatan harga komoditas tersebut.
PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja bank umum pada triwulan IV-2007 mencatat beberapa peningkatan…
Kinerja bank umum (konvensional dan syariah) pada triwulan IV-2007 sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan. Dari sisi kelembagaan, pada triwulan IV-2007 terdapat penambahan 6 kantor bank, yang terdiri
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
5
dari 5 kantor bank konvensional (unit) dan 1 kantor unit usaha syariah. Aset bank umum pada triwulan IV-2007 juga menujukkan peningkatan, menjadi Rp32,46 triliun atau meningkat sebesar 29,06% dibandingkan akhir tahun 2006. Peningkatan aset tersebut didorong oleh pertumbuhan aset bank swasta yaitu sebesar 38,47%, sementara kelompok bank pemerintah tumbuh sebesar 24,58%. Dari sisi pangsa, kelompok bank pemerintah masih mendominasi pembentukan aset bank umum di Sulsel. Secara triwulanan, aset bank umum Sulsel tercatat meningkat sebesar 6,19%, yang didorong oleh peningkatan aset kelompok bank swasta yaitu sebesar 3,15% sementara kelompok bank pemerintah berkontribusi sebesar 3,04%. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan IV-2007 tercatat meningkat sebesar 17,51% dari akhir tahun 2006 menjadi Rp24,60 trilyun. Sementara itu, secara triwulanan, DPK tercatat meningkat sebesar 8,35%. Sedangakan untuk kredit/pembiayaan juga tercatat meningkat sebesar 25,32% dari akhir tahun 2006 menjadi Rp22,44 triliun. Adapun secara triwulan, kredit/pembiayaan pada triwulan IV-2007 tercatat tumbuh 5,78% (q.t.q). Pada periode laporan, NIM perbankan daerah tercatat sebesar Rp1,90 triliun atau naik sekitar 27,01% dibandingkan posisi akhir 2006. Peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga yaitu sebesar 19,49%. Dari indikator tersebut, rasio NIM mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu dari 7,83% menjadi 8,42%. Peningkatan tersebut juga terjadi secara triwulanan, dimana pada triwulan III-2007 rasio NIMnya tercatat sebesar 6,12%.Sejalan dengan peningkatan NIM tersebut di atas, laba perbankan Sulsel pada triwulan IV-2007 juga meningkat sebesar 32,33% dari Rp617,13 miliar pada triwulan IV2006 menjadi Rp816,64 miliar pada triwulan IV-2007, atau meningkat 25,46% bila dibandingkan laba triwulan III-2007 yang tercatat sebesar Rp650,89 miliar.
6
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN …..jumlah temuan uang palsu naik 30 lembar dibandingkan triwulan IV-2006….
Selama triwulan IV-2007, jumlah temuan uang rupiah palsu di wilayah KBI Makassar adalah sebanyak 157 lembar atau naik 30 lembar dibandingkan dengan triwulan IV-2006. Jumlah temuan uang palsu yang paling banyak ditemukan adalah uang kertas pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing sebesar 61,15% dan 24,84% dari total lembar uang palsu yang ditemukan. Jumlah uang palsu yang ditemukan selama triwulan IV-2007 adalah senilai Rp8.985.000, sementara pada triwulan IV-2006 adalah sebesar Rp8.430.000. Nilai rata-rata transaksi pembayaran antar bank melalui sistem kliring di Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2007 adalah sebesar Rp107,213 miliar per bulan atau naik 16,76% dibanding akhir tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp91,82 miliar. Sementara volume transaksi kliring rata-rata adalah 3.857 warkat per bulan, naik 22,98% dibanding akhir 2006 yang tercatat sebesar 3.140 warkat per bulan. Secara kumulatif, nilai transaksi kliring rata-rata sebesar Rp89,591 miliar per bulan, lebih rendah dibandingkan nilai transaksi rata-rata kliring pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp94,975 miliar. Begitu pula untuk volume kliring rata-rata pada tahun 2007 yang tercatat sebesar 3.336 per bulan, lebih rendah dibanding volume kliring rata-rata tahun 2006 sebesar 4.195 per bulan. Penurunan tersebut relatif sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2007, khususnya yang terjadi pada semester I tahun 2007. Selanjutnya, rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong hingga akhir periode laporan tercatat sebesar 0,86%, lebih tinggi dibandingkan angka pada triwulan IV-2006 yang sebesar 0,63%. Berdasarkan nilai nominalnya, rasio rata-rata warkat yang ditolak juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,93% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,72%.
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), per Agustus 2007 terjadi peningkatan pekerja (penduduk usia di atas
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
7
15 tahun) di Sulsel, yaitu sebesar 2,06% dibanding Agustus 2006 atau menjadi 5,42 juta orang. Dari jumlah tersebut, tercatat yang
Berdasarkan Sakernas terjadi peningkatan pekerja …..
menjadi angkatan kerja adalah sebesar 61,07% dan yang bekerja pada angkatan kerja tersebut sebesar 88,75%. Angka angkatan kerja yang bekerja tersebut, pada tahun 2007, mengalami peningkatan sebesar 7,33% (y.o.y) dari posisi Agustus 2006 yang tercatat sebesar 2,74 juta orang. Peningkatan tersebut didorong oleh penyerapan jumlah angkatan kerja yang relatif meningkat pada sektor pertanian, sektor perdagangan yaitu masing-masing sebesar 9,76% dan 5,56%. Di sisi lain, sektor jasa dan lainnya (listrik/gas/air, tambang, konstruksi, angkutan dan lembaga keuangan) tercatat memberikan kontribusi negatif terhadap penyerapan angkatan kerja daerah.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Secara umum tiap kabupaten/kota tercatat mengalami peningkatan DAK, dimana kabupaten/kota yang menerima DAK terbesar se-Sulsel adalah Kabupaten Bone yaitu sebesar 5,99% dari total DAK tahun 2008, diikuti Kabupaten Luwu (5,29%) dan Kabupaten Sinjai (5,23%). Ditinjau dari pertumbuhannya, Kota Makassar mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 134,25%. Hal ini selaras dengan perkembangan kota Makassar yang terus menerus meningkat mengingat posisinya yang merupakan ibukota provinsi. Apabila ditinjau per bidang pembangunan, pembangunan dibidang pendidikan menjadi prioritas pembangunan di Sulsel dengan alokasi sebesar 33,73% dari total DAK, yang meningkat 35,58% dari DAK 2007. Kondisi tersebut dimaksudkan untuk menjalankan program pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan masyarakat. Selain itu, bidang infrastruktur juga menjadi prioritas pembangunan di Sulsel yaitu sebesar 31,90% dari total DAK, yang meningkat 17,24% dari DAK 2007, terutama untuk pembangunan jalan dan irigasi. Pada tahun 2008 tersebut, terdapat bidang baru yang mendapatkan dana pembangunan dari pemerintah pusat yaitu bidang kehutanan dan kependudukan.
8
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah alokasi Ditinjau dari pertumbuhannya, bidang pendidikan mengalami peningkatan alokasi DAK ….
bidang pertanian di wilayah Sulsel yang tercatat mengalami penurunan 12% dibanding alokasi DAK 2007. Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat sektor tersebut merupakan sektor unggulan Sulawesi Selatan. Namun sharenya terhadap total Produk Domestik Regional Bruto terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI Dari sisi penawaran, pada triwulan I-2008 diperkirakan terdapat tekanan pertumbuhan terutama pada sektor pertanian yang diperkirakan akan tetap mengalami peningkatan namun dalam jumlah yang relatif minim. Diperkirakan dorongan pertumbuhan sektor ini berasal dari sektor tanaman bahan pangan meskipun pada triwulan nanti masih merupakan masa tanam. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel pada Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi …..
triwulan I-2008, terutama pada kinerja konsumsi rumah tangga dan pemerintahan. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga tersebut diperkirakan dalam jumlah yang relatif minim mengingat terdapat kecenderungan
adanya
peningkatan
harga-harga
beberapa
komoditas, terutama pada bahan makanan. Sehingga cenderung masyarakat akan menahan konsumsi terutama untuk hal-hal kebutuhan pokok saja. Pada
triwulan
mendatang,
faktor-faktor
yang
perlu
diwaspadai adalah kondisi sosial politik yang masih relatif mengacam terciptanya stabilitas perekonomian Sulsel. Masalah pilkada Sulsel yang
sekarang
dalam
tahap
penyelesaian
masih
berpotensi
menimbulkan instabilitas perekonomian sehingga hal tersebut cenderung mendorong pihak investor atau para pelaku usaha untuk berjaga-jaga dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, seperti bencana alam, maka diperkirakan perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang, secara tahunan akan lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu pada kisaran 8% ± 1%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
9
(y-o-y), yang masih sejalan dengan perkirakan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2008 yaitu sebesar 5,75% ± 1% (y-t-d). Pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan terjadi pada kelompok bahan makanan, terutama untuk komoditas beras dan tepung terigu. Dorongan inflasi pada komoditas beras diperkirakan karena faktor stok beras yang mulai menipis mengingat
Pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan terjadi pada kelompok bahan makanan, ………..
pada triwulan I-2008 merupakan masa tanam padi sehingga produktivitasnya relatif menurun sedangkan permintaan masyarakat terhadap komoditas dimaksud relatif tetap. Akibat tekanan harga pada beberapa komoditas maka diperkirakan laju inflasi cenderung meningkat. Peningkatan tersebut lebih
disebabkan
faktor
kondisi
perekonomian
dunia
yang
berdampak ke regional (Sulsel) serta pasokan regional yang relatif
Akibat tekanan harga pada beberapa komoditas diperkirakan laju inflasi cenderung meningkat …
terbatas. Untuk triwulan mendatang diperkirakan laju inflasi secara tahunannya lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi triwulan I2007 yaitu pada kisaran 6,8% ± 1% (y-o-y). Pada triwulan IV-2007, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan dan diperkirakan pertumbuhan tersebut akan terus berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian daerah. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) selama triwulan IV-2007 yang sebesar 8,00% diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan meskipun dari sisi simpanan khususnya deposito dapat mengakibatkan penurunan, namun di sisi lain kondisi tersebut menuntu perbankan untuk lebih kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat. Disamping itu dengan adanya peningkatan belanja pemerintah daerah dan kenaikan harga beberapa komoditas secara umum tentunya akan mendorong terjadinya peningkatan jumlah uang beredar yang secara tidak langsung akan mendorong terjadinya peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit/pembiayaan perbankan. Diperkirakan faktor sosial politik (pilkada) Sulsel ke depan yang akan menjadi perhatian perbankan dalam beroperasi.
10
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN – PROPINSI SULAWESI SELATAN
INDIKATOR
2006 Trw-1
Trw-2
2007
Trw-3
Trw-4
Trw-1
Trw-2
Trw-3
Trw-4
Laju Inflasi tahunan
-
Total (y-o-y)
-
Bahan makanan (y o y)
16.96
-
Makanan jadi (y o y)
11.44
-
Perumahan (y o y)
10.16
-
Sandang (y o y)
7.20
-
Kesehatan (y o y)
5.48
5.71
5.92
3.33
2.85
2.71
4.08
4.39
-
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga (y o y)
8.31
9.15
13.49
13.12
12.99
12.12
8.50
8.25
-
Trasnport dan komunikasi (y o y)
29.99
29.67
29.60
0.98
0.54
0.48
0.35
0.27
1.81
3.62
-1.14
-0.95
1.01
4.72
2.39
2.59
2.42
0.69
3.52
1.36
2.82
2.78
2.45
15.23
16.85
16.52
7.21
6.68
5.11
6.98
5.71
20.83
20.69
16.07
14.52
10.53
16.84
11.27
13.52
11.74
5.72
4.98
3.28
3.75
4.03
10.66
10.40
3.26
2.89
2.55
2.45
3.01
8.85
6.06
4.79
5.49
3.38
6.37
9.29
PDRB Triwulanan (q t q)
-
% pertumbuhan, triwulanan Sisi Permintaan (% pertumbuhan, q-t-q)
-
Konsumsi Total
1.95
-
Investasi Total
-1.14
1.39
0.57
2.62
3.58
4.40
3.66
1.23
-
Ekspor
4.99
-7.27
0.51
-4.91
-18.06
16.73
1.16
10.12
-
Impor
2.96
-16.11
7.53
7.43
-19.02
14.24
2.27
10.45
Sisi Produksi (% pertumbuhan, q-t-q) 1. Pertanian
2.88
4.15
-0.60
-6.60
1.24
8.79
2.06
-1.00
2. Pertambangan dan Penggalian
-3.42
2.82
2.58
2.85
-2.69
4.83
-1.42
3.48
3. Industri Pengolahan
0.39
2.76
1.47
-2.36
-0.09
3.77
3.23
3.34
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
0.61
5.67
-2.67
0.91
2.23
3.22
3.67
5.89
5. Konstruksi/Bangunan
-4.68
2.06
2.36
1.54
-1.74
1.37
5.72
12.63
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
1.85
3.36
2.07
0.98
1.10
2.70
3.65
4.02
7. Angkutan dan Komunikasi
1.67
1.68
2.27
1.60
-0.03
3.35
6.13
5.06
9. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0.10
11.04
1.93
4.39
0.50
3.03
1.28
3.10
10. Jasa-jasa
9.43
2.44
-16.44
4.92
7.25
1.65
0.66
2.14
9.37
9.78
6.08
2.78
2.42
3.79
7.41
11.12
PDRB Tahunan (y o y)
-
% pertumbuhan, tahunan Sisi Permintaan (% pertumbuhan, y o y)
-
Konsumsi Total
7.83
8.84
7.49
8.17
8.82
9.15
10.88
9.75
-
Investasi Total
-1.50
4.03
2.95
3.59
8.15
11.60
15.02
13.47
Nilai Ekspor-Impor (dalam Ribuan USD)
-
Ekspor
279,706
-
Impor
94,146
169,811
244,103
333,867
85,323.00
1. Pertanian
9.52
7.95
4.53
-2.52
-3.11
2.02
4.51
11.29
2. Pertambangan dan Penggalian
9.85
7.33
5.19
4.78
5.53
7.60
3.41
4.06 10.60
737,553 1,232,371 2,018,758 580,224.00 895,989.00 701,841.00 669,261.70* 80,677.00 112,203.79
85,216.33*
Sisi Produksi (% pertumbuhan, y o y)
3. Industri Pengolahan
10.47
9.57
8.33
1.60
1.12
2.72
4.50
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
8.06
10.94
7.85
3.95
5.57
3.63
10.38
15.83
5. Konstruksi/Bangunan
5.18
6.73
4.93
1.11
4.23
3.52
6.92
18.60
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
8.92
12.17
7.65
4.75
6.68
8.49
10.54
11.94
7. Angkutan dan Komunikasi
6.13
7.43
7.11
6.34
5.78
7.69
11.62
15.20
0.69
9.80
8.84
15.30
13.43
10.62
9.46
8.13
16.52
17.05
4.45
6.28
1.99
-4.48
15.01
12.07
9. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10. Jasa-jasa
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
11
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN – PROPINSI SULAWESI SELATAN
INDIKATOR
2006 Trw-1
Trw-2
2007
Trw-3
Trw-4
Trw-1
Trw-2
Trw-3
Trw-4
Besaran Moneter (miliar Rp)
-
Uang Giral
3,713.60
4,242.55
4,563.79
5,408.16
4,301.35
4,710.53
4,933.21
5,060.05
-
Uang Kuasi
13,869.10
14,390.42
14,564.44
16,626.62
16,299.90
17,149.70
17,769.75
19,653.27
Jumlah Bank dan Kantor Bank
-
Jumlah Bank Umum
-
Jumlah Kantor Bank Umum (Tdk. Termsk. BRI Unit)
-
31
31
31
31
32
33
35
35
516
516
516
516
544
553
572
578
Jumlah BPR
30
30
30
30
27
27
27
27
Jumlah Kantor BPR
42
42
42
42
45
45
45
45 5,060.05
Dana Pihak Ketiga Bank Umum konv. (miliar Rp)
-
Giro
3,672.81
4,242.55
4,563.79
5,351.07
4,301.35
4,710.53
4,933.21
-
Deposito
5,969.71
6,107.65
6,102.07
6,299.43
6,881.48
6,942.20
6,929.73
6,718.81
-
Tabungan
7,637.49
8,228.06
8,392.18
9,910.99
9,418.42
10,207.50
10,840.02
12,820.68
-
Total
17,280.01
18,578.26
19,058.04
21,561.49
20,601.25
21,860.23
22,702.96
24,599.54
Kredit Bank Umum Konvensional (eksekuting & Chanelling)
-
Kredit (miliar Rp) ^
15,303.99
16,660.51
17,234.27
18,069.89
18,303.23
19,871.45
21,218.35
22,444.37
-
UMKM (% Kredit)
51.89
52.34
54.09
54.18
53.78
54.45
54.20
54.08
-
LDR
94.17
89.68
90.43
83.81
88.85
90.90
93.46
91.24
Cash Flow KBI (miliar Rp)
-
Posisi Kas
1,868.62
1,295.77
1,416.70
263.69
1,649.47
259.06
1,656.32
300.62
-
Inflow (kumulatif triwulan)
2,528.93
2,095.22
2,630.67
2,255.79
2,017.68
498.84
840.78
1,314.40
-
Outflow (kumulatif triwulan)
1,564.42
2,287.21
2,321.21
2,601.93
410.03
1,190.21
386.49
1,806.04
-
PTTB (kumulatif triwulan)
268.44
352.93
697.08
881.14
949.41
474.28
468.29
870.38
-
Jumlah Uang Palsu (lbr.)
83
15
138
127
352
179
233
157
Transaksi Non Tunai (Kliring & RTGS: kumulatif)
-
RTGS - incoming (miliar Rp)
6881.20
7181.59
2987.42
10252.70
7,629.14
8,207.83
8,711.76
7,137.14
-
RTGS - outgoing (miliar Rp)
14368.68
13331.78
3282.37
11639.71
10,801.58
8,069.47
9,925.34
5,552.41
-
Nominal Kliring (miliar Rp)
6,093.67
6,266.30
5,589.75
5,417.37
4,306.76
5,397.16
6,056.61
6,432.80
-
Jumlah Warkat (ribuan lembar)
299.45
310.00
240.17
185.05
169.83
204.29
220.99
231.43
-
Jumlah Cek/BG ditolak dgn. Alasan kosong (%)
0.75
0.59
0.71
0.63
0.46
0.54
0.62
0.86
-
Nominal Cek/BG ditolak dgn. Alasan kosong (%)
0.77
0.71
0.72
0.72
0.56
0.63
0.64
0.93
Keterangan: *) = Data sementara y - o - y = tahunan y - t - d = year to date q t q = triwulanan KUK = Kredit Usaha Kecil NPL = Non Performing Loan DPK = Dana Pihak Ketiga PTTB = Pemberian Tanda Tidak Berharga RTGS = Real Time Gross Settlement (untuk nominal transaksi di atas Rp100 juta) ^ = Hanya disalurkan oleh Bank di Sulsel
12
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Kinerja makroekonomi regional Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan IV-2007 tumbuh 11,12% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,41% (y.o.y) maupun dibandingkan triwulan IV-2006 sebesar 2,90% (y.o.y). Dari sisi penawaran (sektoral), seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif namun terdapat 2 (dua) sektor yang mengalami perlambatan. Berdasarkan sumbangan sektoralnya, sektor pertanian tercatat sebagai penyumbang tertinggi pertumbuhan tahunan ekonomi daerah. Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan daerah secara umum masih didukung oleh kinerja konsumsi terutama konsumsi rumah tangga. Sementara secara triwulanan, kinerja perekonomian daerah mengalami pertumbuhan sebesar 2,59% (q.t.q), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat 2,39% (q.t.q). Peningkatan tersebut disumbangkan oleh kinerja perdagangan-hotel-restoran dan bangunan. Sedangkan secara kumulatif, laju pertumbuhan ekonomi Sulsel tercatat sebesar 6,19% (y.t.d) mengalami perlambatan dibanding laju pertumbuhan tahun 2006 yang tercatat sebesar 6,71% (y.t.d). Kondisi tersebut didorong oleh melambatnya kinerja beberapa sektor ekonomi utama daerah yaitu sektor pertanian, pertambangan dan industri pengolahan.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB Sulawesi Selatan 12.00
12.00
Nilai
Sumber : KBI Makassar & BPS Sulsel Catt : Triwulan IV-2007 : angka perkiraan KBI Mks
y.o.y
10.00
10.00
q.t.q 8.00
8.00 6.00 6.00 4.00 4.00 2.00
4 -2.00
1
2
3 2003
4
1
2
3
4
1
2004
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2
3 2005
4
1
2
3 2006
4
1
2
3 2007
4 -
J u taan R p
2.00
0.00
Triwulan IV-2007
13
1.1 Sisi Permintaan Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV-2007 berada dalam fase pertumbuhan yang cukup tinggi, setelah pada triwulan I dan II mengalami perlambatan. Dari sisi pangsa, konsumsi masih mendominasi pembentukan PDRB Sulsel, terutama konsumsi rumah tangga. Secara tahunan (y.o.y), semua sektor di sisi permintaan pada triwulan laporan tercatat mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III-2007, terutama konsumsi. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh kembali normalnya konsumsi masyarakat setelah mengalami peningkatan selama bulan Ramadhan yang terjadi menjelang akhir triwulan lalu. Konsumsi Pemerintah cenderung pula mengalami perlambatan di bandingkan triwulan III-2007, demikian pula kinerja investasi di daerah. Di sisi lain, kinerja ekspor cenderung tumbuh secara cukup signifikan yang disebabkan oleh meningkatnya kinerja net ekspor dan relatif melambatnya kinerja impor daerah.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) PERIODE
II'06
KETERANGAN
1
Konsumsi a. Konsumsi Rumah Tangga b. Konsumsi Nirlaba c. Konsumsi Pemerintah 2 Investasi a. Pembentukan Modal b. Perubahan Stok 3 Net Ekspor Impor a. Ekspor b. Impor Pertumbuhan Total (%, y.o.y)
8.87 7.38 5.89 14.68 3.83 3.71 7.57 19.05 22.00 23.04 9.09
KETERANGAN
1
Konsumsi a. Konsumsi Rumah Tangga b. Konsumsi Nirlaba c. Konsumsi Pemerintah 2 Investasi a. Pembentukan Modal b. Perubahan Stok 3 Net Ekspor Impor a. Ekspor b. Impor Sumbangan Total (%, y.o.y)
6.40 4.18 0.04 2.18 0.66 0.62 0.04 2.04 9.05 7.01 9.09
III'06
IV'06 I'07 II'07 Pertumbuhan (%, y.o.y) 8.72 9.39 8.82 9.15 6.55 7.00 6.51 7.10 6.98 7.40 4.41 6.41 17.09 18.56 17.45 16.58 2.95 3.59 8.15 11.60 3.71 3.34 5.38 8.04 -15.92 12.70 94.00 119.84 -6.15 -42.22 -49.73 -40.19 32.58 34.64 27.91 3.14 48.39 63.87 65.67 17.89 6.09 2.90 2.42 3.79 Sumbangan (%, y.o.y) 6.26 6.78 6.40 6.58 3.69 3.97 3.67 3.96 0.04 0.04 0.03 0.04 2.52 2.77 2.70 2.59 0.51 0.61 1.36 1.90 0.61 0.56 0.87 1.27 -0.11 0.06 0.49 0.62 -0.68 -4.49 -5.34 -4.69 12.44 13.38 9.16 1.45 13.12 17.88 14.51 6.14 6.09 2.90 2.42 3.79
III'07
IV'07 *
10.88 9.65 10.51 15.20 15.02 12.67 86.99 -31.65 1.70 10.31 7.41
9.75 8.64 17.53 13.28 13.47 15.16 -44.01 21.93 6.55 4.49 11.12
8.01 5.47 0.06 2.48 2.50 2.04 0.46 -3.10 0.81 3.91 7.41
7.49 5.10 0.11 2.28 2.32 2.54 -0.22 1.31 3.31 2.00 11.12
Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
Apabila dilihat secara triwulanan, pertumbuhan pada triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya tersebut didorong peningkatan kinerja net ekspor sementara kinerja konsumsi dan investasi mengalami perlambatan. Kinerja konsumsi pada triwulan IV-2007 tercatat sebesar 2,45%, lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 2,78% (tabel 1.2). Perlambatan tersebut disumbang
14
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
oleh perlambatan pada kinerja konsumsi rumah tangga yang relatif besar, sementara kinerja konsumsi nirlaba dan pemerintah memberikan peningkatan sumbangan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara perlambatan pada investasi terjadi karena sumbangan kontraksi pada perubahan stok yang relatif besar.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (q.t.q) PERIODE
II'06
KETERANGAN
1
Konsumsi a. Konsumsi Rumah Tangga b. Konsumsi Nirlaba c. Konsumsi Pemerintah 2 Investasi a. Pembentukan Modal b. Perubahan Stok 3 Net Ekspor Impor a. Ekspor b. Impor Pertumbuhan Total (%, q.t.q)
2.51 2.01 1.37 4.36 1.17 1.10 3.22 12.30 44.76 60.54 3.34
KETERANGAN
1
Konsumsi a. Konsumsi Rumah Tangga b. Konsumsi Nirlaba c. Konsumsi Pemerintah 2 Investasi a. Pembentukan Modal b. Perubahan Stok 3 Net Ekspor Impor a. Ekspor b. Impor Sumbangan Total (%, q.t.q)
1.82 1.14 0.01 0.67 0.19 0.18 0.02 1.32 14.70 13.37 3.34
III'06
IV'06 I'07 II'07 Pertumbuhan (%, q.t.q) 1.17 3.51 1.36 2.82 0.57 3.27 0.53 2.58 0.26 1.04 1.68 3.31 3.38 4.44 4.23 3.59 0.57 2.62 3.58 4.40 0.59 2.94 0.66 3.65 0.07 -7.30 102.60 16.97 -17.12 -39.40 -10.88 33.62 2.59 5.11 -18.06 16.73 9.30 16.59 -19.02 14.24 -1.06 -0.83 1.01 4.72 Sumbangan (%, q.t.q) 0.85 2.58 1.05 2.17 0.32 1.85 0.31 1.52 0.00 0.01 0.01 0.02 0.53 0.72 0.73 0.64 0.09 0.44 0.62 0.78 0.09 0.47 0.11 0.61 0.00 -0.04 0.51 0.17 -2.00 -3.85 -0.65 1.77 1.19 2.44 -9.13 6.86 3.19 6.29 -8.48 5.09 -1.06 -0.83 1.01 4.72
III'07
IV'07 *
2.78 2.96 4.12 2.15 3.66 4.90 -14.88 -5.28 1.16 2.27 2.39
2.45 2.32 7.46 2.71 1.23 5.22 -72.25 8.10 10.12 10.45 2.59
2.10 1.70 0.03 0.38 0.64 0.81 -0.16 -0.36 0.53 0.89 2.39
1.86 1.34 0.05 0.47 0.22 0.88 -0.66 0.50 4.57 4.07 2.59
Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
a.
Konsumsi Kinerja konsumsi pada triwulan laporan tumbuh sebesar 9,75% (y.o.y), lebih lambat
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2007. Perlambatan juga terjadi secara triwulanan, dari 2,78% (q.t.q) pada triwulan III-2007 menjadi 2,45% (q.t.q) pada triwulan IV2007. Perlambatan ini lebih banyak disumbang oleh konsumsi rumah tangga, yang diperkirakan terjadi akibat perbedaan pola konsumsi. Terkait dengan kegiatan bulan Ramadhan yang pada tahun sebelumnya jatuh pada triwulan IV, sedangkan pada tahun 2007 jatuh pada akhir triwulan III-2007. Perlambatan pada kinerja konsumsi rumah tangga hanya terjadi pada kisaran yang relatif kecil mengingat tetap adanya dorongan konsumsi pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha yang jatuh menjelang akhir tahun 2007. Sementara itu, secara tahunan perlambatan juga terjadi pada konsumsi pemerintah yang tercatat sebesar 13,28% pada triwulan laporan setelah triwulan sebelumnya meningkat 15,20% (y.o.y). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
15
Pola
pertumbuhan
konsumsi
Grafik 1.2 Penjualan Pakaian dan Perlengkapannya
rumah tangga tersebut terlihat pada 14
beberapa prompt indikator dibawah ini,
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
12
yang cenderung menunjukkan adanya
10
perlambatan konsumsi rumah tangga.
8 6 4
M ily a r R p
2 -
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2006
Grafik 1.3. Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama
2007
Grafik 1.4. Penjualan Makanan dan Tembakau 14
125 120 115
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama
12
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
10 8
110
6
100
4
95
2 M ily a r R p
105
-
90 85
In d e k s
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
3
4
2006
Secara
5
6
7
8
9
10
11
12
2006
2007
kumulatif,
laju
9,66% lebih tinggi dibanding laju kinerja tahun
2006
2007
kinerja Grafik 1.5 Penjualan Kendaraan dan Suku Cadang
konsumsi tahun 2007 tercatat sebesar
konsumsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
250
(8,70%). 200
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Peningkatan laju tersebut didorong oleh meningkatnya penghasilan rumah tangga,
150
penjualan kendaraan dan suku cadang, 100
serta kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan daerah.
50
ar Rp
-
16
Triwulan IV-2007
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.7 Kredit Konsumsi Bank Umum
Grafik 1.6 Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Bulan yang lalu 155
12Triliun Rp
1
7 .8 5
3
4 .2 5
2
9 .7 9
4 2005
3 .1 0
4
9 .2 6
4 2004
6 115
8 .5 6
4 2003
125
7 .4 8
6 .5 8
8
6 .3 1
135
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum 7 .1 4
10
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
6 .8 9
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
145
2
3
4*
105
2 95
0 Indeks
85 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
2006
4
5
6
7
8
9
10 11 12
2007
4
1
2006
2007
Tabel 1.3. Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Konsumsi (y.t.d) 2004 2005 2006 2007 * KETERANGAN
Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan b. Bahan Makanan Konsumsi Nirlaba Konsumsi Pemerintah KONSUMSI
5.37% 5.79% 4.57% 4.94% 4.67% 5.20%
2.98% 3.98% 1.05% 1.89% -17.96% -2.17%
6.94% 6.14% 8.54% 6.26% 15.50% 8.70%
7.99% 7.52% 8.90% 9.76% 15.56% 9.66%
Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
b.
Investasi Kinerja investasi daerah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 13,47%
(y.o.y) melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,02% (y.o.y). Perlambatan tersebut juga terjadi secara triwulanan, yaitu dari 3,66% (q.t.q) pada triwulan III-2007 menjadi 1,23% (q.t.q) pada triwulan IV-2007. Perlambatan tersebut disumbang oleh kinerja perubahan stok yang mengalami kontraksi sebesar 44,01% (y.o.y) dan 72,25% (q.t.q). Kontraksi pada perubahan stok tersebut diperkirakan karena tindakan para pelaku usaha untuk berjaga-jaga dalam menghadapi kondisi politik (Pilkada Sulsel) yang terjadi pada triwulan laporan. Dilihat dari komponen investasi, secara tahunan (y.o.y) kinerja perubahan stok mengalami penurunan namun kontribusinya masih lebih kecil dibanding kontribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). PMTB sendiri terjadi pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi dari pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 15,16% (y.o.y). Sementara secara triwulanan, pada triwulan IV-2007 terjadi pertumbuhan sebesar 5,22% (q.t.q) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 4,90% (q.t.q). Pertumbuhan PMTB tersebut dapat dilihat pada beberapa prompt indikator dibawah ini yang cenderung menunjukkan adanya peningkatan kegiatan investasi di Sulsel. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
17
Grafik 1.8. Penjualan Semen di Sulsel
Grafik 1.9. Penjualan Bahan Konstruksi 0.50
400
0.45
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
0.40
300
0.35
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
0.30 0.25
200
0.20 0.15 0.10 0.05 0.00
-
1
2
3
4
1
2
2004
3
4
1
2
2005
3
4
1
2
2006
3
4
2007
Grafik 1.10 Kredit Produktif (Investasi+Modal Kerja) Bank Umum 1 0 .4 5
1 2 .6 5
1 1 .9 6
2007
Sumber : KBI Makassar Survei Kegiatan Dunia
15 1 1 .3 1
1 0 .4 3
9 .9 3
6 .8 5
8
2006
25 20
9 .6 6
10
9 .3 7
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
6 .7 1
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Grafik 1.11 Indeks Realisasi Kegiatan Dunia Usaha
Triliun Rp
9 .1 2
14
M ily a r R p
R ib u a n T o n
100
6
10 5 0
4
1
-5
2
4
4
4
2003
2004
2005
1
2
3
4
1
2006
2
3
4*
3
4
2006
-10
0
2
1
2
3
4
2007
-15 -20
2007
Sementara itu secara kumulatif, laju kinerja investasi tahun 2007 tercatat sebesar 12,09% (y.t.d) lebih tinggi dibanding laju kinerja investasi tahun 2006 yang tercatat sebesar 2,40% (y.t.d). Pertumbuhan laju kinerja investasi secara kumulatif tersebut diperkirakan terjadi karena iklim usaha yang makin kondusif, terutama di sektor properti dan konstruksi, yang selama tahun 2007 makin marak pembangunannya.
Tabel 1.4. Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Investasi (y.t.d) 2004 2005 2006 2007 * KETERANGAN
a. Pembentukan Modal b. Perubahan Stok INVESTASI
7.76% 25.38% 7.93%
-13.97% 123.79% -12.41%
2.20% 9.24% 2.40%
10.37% 65.98% 12.09%
Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
18
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
c.
Net Ekspor Impor Pada triwulan laporan, kinerja net ekspor impor tercatat mengalami pertumbuhan
yang signifikan yaitu sebesar 21,93% (y.o.y), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi. Pertumbuhan tersebut juga terjadi secara triwulanan, dimana pada triwulan IV2007 terjadi pertumbuhan sebesar 8,10% (q.t.q) sedangkan pertumbuhan pada triwulan III2007 tercatat kontraksi sebesar 5,28% (q.t.q). Pertumbuhan tersebut disebabkan pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan impor. Kinerja ekspor pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 6,55% (y.o.y). Begitu juga secara triwulanan, pertumbuhan ekspor pada triwulan IV-2007 tercatat sebesar 10,12% (q.t.q) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 1,16% (q.t.q). Peningkatan tersebut relatif didorong oleh peningkatan nilai kinerja ekspor antar propinsi, yang diperkirakan lebih disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap komoditas primer Sulsel oleh para eksportir di luar wilayah Sulsel. Peningkatan kinerja ekspor antar propinsi tersebut menyumbang 3,44% (y.o.y) terhadap pertumbuhan kinerja ekspor. Sedangkan kinerja ekspor antar negara sendiri kontraksi sebesar 0,30% (y.o.y) yang ditandai dengan penurunan volume ekspor antar negara dari Sulsel. Kondisi ini menyebabkan dampak positif dari peningkatan harga dari komoditas primer di pasar internasional kurang mendorong peningkatan kinerja ekspor antar negara. Volume ekspor antar negara dari Sulsel tercatat mengalami kontraksi sebesar 26,77% (y.o.y) dari 607,65 ton pada triwulan IV-2006 menjadi 445,01 ton pada triwulan laporan. Hal ini terjadi akibat penurunan produksi komoditas terutama komoditas mineral bukan logam yaitu sebesar 177,47 ton dari 371,30 ton pada triwulan IV-2006 menjadi 193,83 ton pada triwulan laporan.
Grafik 1.12. Nilai dan Volume Ekspor Non Migas Sulawesi Selatan 300
Ribu Ton
450
Juta US$
400 250
Volume
350
Nilai 200
300 250
150 200 100
150 100
50 50 -
1
2
3
4
5
6
Sumber : Bank Indonesia, diolah
7
8
9
10
11
2006
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2007
Triwulan IV-2007
19
Seiring dengan penurunan volume ekspor daerah, nilai ekspor juga tercatat menurun dari US$786,39 juta menjadi US$669,26 juta, yang juga didorong oleh penurunan nilai ekspor komoditas biji logam dan sisa-sisa logam yaitu sebesar US$93,75 juta, dari US$590,56 juta pada triwulan IV-2006 menjadi US$496,81juta. Kinerja impor juga tercatat mengalami perlambatan yaitu sebesar 4,49% (y.o.y), yang diperkirakan disebabkan oleh tingkat harga komoditas di pasar internasional yang masih tinggi. Perlambatan tersebut terutama disumbang oleh impor antar negara yang sumbangannya menurun dari 3,69% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,00% (y.o.y). Sementara secara triwulanan, kinerja impor mengalami peningkatan sebesar 10,45% lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 2,27%. Pertumbuhan triwulanan tersebut didorong oleh kinerja impor antar propinsi yaitu sebesar 3,42%.
Grafik 1.13. Nilai dan Volume Impor Non Migas Sulawesi Selatan 180
Ribu Ton
50
Juta US$
160 140
Volume
45
Nilai
40 35
120
30
100
25 80
20
60
15
40
10
20
5
-
1
2
3
4
5
Sumber : Bank Indonesia, diolah
6
7
2006
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2007
Untuk kegiatan perdagangan barang dan jasa antar provinsi, pada triwulan laporan secara netto (net keluar – masuk) masih mengalami defisit yang tercatat sebesar Rp2,00 triliun, yang lebih rendah dibanding triwulan IV-2006. Penurunan defisit tersebut disebabkan oleh meningkatnya nilai perdagangan yang keluar dari Sulsel. Kinerja perdagangan yang keluar wilayah Sulsel tersebut pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 41.15% (y.o.y), sementara kinerja perdagangan yang masuk wilayah Sulsel tercatat kontraksi sebesar 0,01% (y.o.y). Sementara secara triwulanan terjadi peningkatan defisit, yaitu dari Rp1,84 triliun pada triwulan III-2007 menjadi Rp2,00 pada triwulan IV-2007. Penurunan tersebut didorong oleh kinerja impor antar propinsi yang meningkat lebih tinggi dibanding kinerja ekspor antar propinsi.
20
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 1.14. Perkembangan PDRB Perdagangan Antar Propinsi (Triliun Rp) 0.50
Sum ber : BPS Sulsel, diolah Catt : Trw. IV-2007 : Perkiraan KBI Mks
Triliun Rp
Triliun Rp
3.50 3.00
1
2
(0.50)
3
4
1
2
2005
3
4
1
2006
2
3
4
2.50
2007 2.00
(1.00) 1.50 (1.50) (2.00) (2.50)
1.00 0.50
Net Ekspor Antar Prop. Impor Antar Prop.
0.00
Secara kumulatif, laju kinerja net ekspor impor Sulsel pada tahun 2007 tercatat kontraksi sebesar 30,94%, lebih rendah dibandingkan kontraksi kinerja net ekspor impor tahun 2006 yang sebesar 0,03%. Kondisi ini disebabkan penurunan kinerja pada ekspor antar propinsi Sulsel seiring dengan meningkatnya harga komoditas Sulsel di pasar internasional. Hal ini mendorong para eksportir untuk melakukan ekspor komoditas Sulsel ke luar negeri. Sedangkan di sisi lain, terjadi peningkatan kinerja impor antar negara yang tercatat sebesar 28,85% (y.t.d) terutama pada komoditas gandum dan olahan gandum.
Tabel 1.5. Perkembangan PDRB Riil : Kinerja Ekspor Impor (y.t.d) 2004 2005 2006 2007 * KETERANGAN
Ekspor
a.Antar Negara b.Antar Propinsi Impor
a.Antar Negara b.Antar Propinsi Net Ekspor Impor
-1.73% 101.42% -7.58% 237.21% 3.68% -10.73% 0.82% 52.74% -4.55% 658.98% 1.23% 9.47% -62.94% 3270.78%
17.42% 8.23% 13.94% 17.89% 28.26% -18.55% 23.33% 18.99% 14.32% 28.85% 27.79% 14.63% -0.03% -30.94%
Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
1.2 Penawaran Daerah Dari sisi penawaran secara tahunan, tercatat tujuh sektor mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor bangunan, pada triwulan laporan tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 18,60% (y.o.y), diikuti sektor listrikgas-air bersih dan angkutan-komunikasi masing-masing tercatat sebesar 15,83% (y.o.y) dan 15,20% (y.o.y).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
21
Tabel 1.6. Pertumbuhan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) 2006 2007 SEKTOR EKONOMI Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV Trw. I Trw. II Trw. III 1 Pertanian 8.34 5.92 4.97 -2.56 -3.11 2.02 4.51 2 Pertambangan & Penggalian 9.80 7.27 5.13 4.70 5.53 7.60 3.41
3 4 5 6 7 8 9
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan Jasa-jasa
PDRB Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
10.47 8.12 5.18 7.39 5.65 2.97 17.77 8.99
8.91 10.45 6.73 8.06 6.78 6.86 25.33 9.09
8.33 7.85 4.93 7.05 7.68 9.31 3.48 6.09
1.60 3.95 1.11 5.96 7.11 15.76 5.18 2.90
1.12 5.57 4.23 6.68 5.78 13.43 1.99 2.42
2.72 3.63 3.52 8.49 7.69 10.62 -4.48 3.79
4.50 10.38 6.92 10.54 11.62 9.46 15.01 7.41
Trw. IV *) 11.29 4.06 10.60 15.83 18.60 11.94 15.20 8.13 12.07 11.12
Dari sisi sumbangan, secara umum semua sektor memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan tahunan ekonomi Sulsel, dimana sektor pertanian tercatat sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 3,28% (y.o.y).
Tabel 1.7. Kontribusi PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
SEKTOR EKONOMI Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2006 Trw. I
Trw. II 2.58 0.95 1.46 0.08 0.24 1.11 0.44 0.18 1.96 8.99
Trw. III 1.87 0.72 1.24 0.10 0.31 1.17 0.51 0.41 2.75 9.09
1.56 0.52 1.17 0.07 0.23 1.04 0.58 0.55 0.38 6.09
Trw. IV -0.78 0.48 0.23 0.04 0.05 0.89 0.53 0.90 0.56 2.90
Trw. I -0.95 0.54 0.16 0.05 0.19 0.99 0.43 0.77 0.24 2.42
2007 *) Trw. II Trw. III 0.62 1.40 0.74 0.34 0.38 0.64 0.03 0.10 0.16 0.32 1.22 1.56 0.57 0.89 0.62 0.57 -0.56 1.58 3.79 7.41
Trw. IV 3.28 0.43 1.49 0.15 0.88 1.83 1.19 0.52 1.35 11.12
Pada tahun 2007, perekonomian Sulsel tumbuh sebesar 6,19% (y.t.d) lebih rendah dibanding pertumbuhan tahun 2006 (6,71%). Secara umum, perlambatan terjadi pada empat sektor ekonomi daerah, yaitu sektor pertanian, pertambangan-penggalian, industri pengolahan dan jasa-jasa. Perlambatan di sektor pertanian diperkirakan terjadi oleh karena adanya penurunan luas lahan pertanian sedangkan perlambatan di sektor industri pengolahan diperkirakan terjadi penurunan produksi terutama di sektor industri pengolahan semen. Sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan tercatat mengalami pertumbuhan 22
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
tertinggi yaitu sebesar 10,33% terutama pada subsektor bank yang tumbuh sebesar 13,70%. Lebih lanjut, sektor angkutan-komunikasi tercatat tumbuh 10,15% dan sektor perdagangan-hotel-restoran tumbuh sebesar 9,45%.
Tabel 1.8. Pertumbuhan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.t.d) SEKTOR EKONOMI
2005
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
2006 6.91 4.81 7.30 6.54 6.82 6.38 7.78 4.31 3.40 6.18
2007 *) 4.10 6.63 7.22 7.55 4.41 7.10 6.81 8.72 12.80 6.71
3.59 5.12 4.74 8.85 8.43 9.45 10.15 10.33 5.64 6.19
Berdasarkan sumbangan kumulatifnya, sektor perdagangan-hotel-restoran tercatat sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi daerah pada tahun 2007 yaitu sebesar 1,40% diikuti sektor pertanian (1,09%) dan sektor angkutan-komunikasi (0,77%).
Tabel 1.9. Kontribusi PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.t.d) SEKTOR EKONOMI 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
2005
2006 2.14 0.49 1.01 0.06 0.32 0.94 0.58 0.26 0.38 6.18
2007 *) 1.28 0.66 1.01 0.07 0.21 1.05 0.52 0.52 1.40 6.71
1.09 0.51 0.67 0.08 0.39 1.40 0.77 0.62 0.65 6.19
Secara triwulanan, perekonomian Sulsel tercatat tumbuh sebesa2,59% (q.t.q) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007 yaitu sebesar 2,39% (q.t.q). Pertumbuhan triwulanan tersebut didorong oleh sektor perdagangan-hotel-restoran (0,61%) dan sektor bangunan (0,46%). Sementara sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar -1,00%.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
23
Kontraksi pada sektor pertanian tersebut disebabkan adanya masa tanam yang terjadi pada triwulan IV-2007.
a.
Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian tercatat tumbuh sebesar 11,29% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,51% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini didorong oleh sub sektor tanaman bahan makanan terutama oleh peningkatan produktivitas padi, meskipun produktivitas palawija menurun. Sementara itu secara kumulatif (y.t.d), sektor pertanian mengalami perlambatan dan diperkirakan oleh adanya pergeseran musim yang mengakibatkan produktivitas sektor ini pada triwulan I-2007 menurun cukup tinggi (masa tanam) namun pada triwulan-triwulan berikutnya mengalami peningkatan. Perlambatan tersebut terjadi pada subsektor tanaman perkebunan dan perikanan. Perlambatan pada subsektor perkebunan diperkirakan karena kondisi tanaman perkebunan, seperti kakao, yang makin tidak produktif terkait dengan umur tanaman, hama dan kondisi cuaca. Kondisi-kondisi tersebut di atas terlihat pada prompt indikator untuk komoditas pertanian utama Sulsel, dimana tanaman padi maupun palawija mengalami pertumbuhan positif, meski luas lahan panen tercatat mengalami penurunan. Pada sisi lainnya, subsektor perikanan secara tahunan (y.o.y) tercatat mengalami peningkatan.
Tabel 1.10. Produksi dan Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija KOMODITI 1 2
Padi Palawija a. Jagung b. Ubi Jalar c. Ubi Kayu d. Kacang Tanah e. Kedelai f. Kacang Hijau KOMODITI
Produksi (Ton) IV'06 807,919 232,194 58,550 13,741 136,369 6,203 6,846 10,485
2006 IV'07 3,627,985 1,002,465 1,345,865 208,897 108,244 720,310 13,607 54,124 65,819 475,694 5,623 40,524 5,071 27,449 10,533 27,764 Luas Panen (Ha)
IV'06 2006 1 Padi 157,942 751,727 2 Palawija 46,984 357,157 a. Jagung 17,441 241,350 b. Ubi Jalar 1,322 9,554 c. Ubi Kayu 8,913 23,688 d. Kacang Tanah 5,776 41,750 e. Kedelai 4,223 17,058 f. Kacang Hijau 9,309 23,757 Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah
24
Triwulan IV-2007
2007 3,644,079 1,481,571
833,841 48,832 506,942 42,532 20,805 28,619
IV'07 193,083 31,806
2007 736,273 317,111
8,151 1,269 6,989 5,059 2,038 8,300
209,287 4,531 32,721 36,689 10,630 23,253
y.o.y IV'07 24.08 -10.03 84.87 -0.98 -51.73 -9.35 -25.93 0.46 y.o.y IV'07 22.25 -32.30 -53.27 -4.01 -21.59 -12.41 -51.74 -10.84
y.t.d 2007 0.44 10.08 15.76 -9.78 6.57 4.96 -24.20 3.08 y.t.d 2007 -2.06 -11.21 -13.28 -52.57 38.13 -12.12 -37.68 -2.12
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 1.11. Produksi dan Luas Panen Tanaman Padi di Daerah Bosowasipulu KABUPATEN
Produksi (Ton) 2006
IV'07
2007
180,266
513,542
179,087
523,375
-0.65
1
Bone
2
Soppeng
3
Wajo
4
Sidrap
72,122
354,260
5
Pinrang
132,424
439,046
6
Luwu
61,483
185,382
7
Luwu Utara
23,020
111,016
8
Luwu Timur
28,619
120,332
TOTAL KABUPATEN
y.o.y IV'07
IV'06
y.t.d 2007 1.91
26,664
179,880
23,993
185,006
-10.02
2.85
120,715
399,119
117,470
323,999
-2.69
-18.82
58,083
329,637
-19.47
-6.95
137,022
401,174
3.47
-8.63
86,289
258,570
40.35
39.48
37,082
136,668
61.09
23.11
32,910
119,613
14.99
-0.60
2,302,577 671,936 Luas Panen (Ha)
2,278,042
645,313
IV'06 2006 Bone 46,674 115,640 Soppeng 5,040 32,770 Wajo 26,658 90,929 Sidrap 16,488 72,480 Pinrang 25,717 83,536 Luwu 14,207 46,550 Luwu Utara 5,197 25,850 Luwu Timur 6,786 26,722 146,767 494,477 TOTAL Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah 1 2 3 4 5 6 7 8
IV'07 43,473 2,777 28,819 7,742 31,637 13,079 8,217 6,786 142,530
2007 122,569 32,574 73,590 60,913 82,349 47,875 28,993 24,582 473,445
4.13 y.o.y IV'07 -6.86 -44.90 8.11 -53.04 23.02 -7.94 58.11 0.00 -2.89
-1.07 y.t.d 2007 5.99 -0.60 -19.07 -15.96 -1.42 2.85 12.16 -8.01 -4.25
Berdasarkan prompt indikator tersebut, secara tahunan, tampak bahwa produktivitas tanaman padi mengalami peningkatan sebesar 24,08% (y.o.y) meskipun dalam masa tanam dan kondisi curah hujan yang tinggi. Peningkatan tersebut diakibatkan adanya peningkatan luas panen tanaman padi, terutama di kabupaten Luwu dan Luwu Utara. Total hasil produksi padi beberapa kabupaten yang berada di daerah Bosowasipilu, mengalami peningkatan sebesar 4,13% (y.o.y), terutama di daerah Luwu dan sekitarnya (tabel 1.8). Sementara untuk tanaman palawija, secara tahunan tercatat mengalami penurunan produktivitas dan diperkirakan disebabkan oleh tingginya faktor curah hujan. Subsektor perikanan, pada triwulan laporan, memberikan kontribusi positif terhadap sektor pertanian yang tercatat sebesar 0,22% (y.o.y). Peningkatan kontribusi tersebut dikarenakan terjadi peningkatan produktivitas di subsektor perikanan yaitu sebesar 2,71% (y.o.y).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
25
2005
1
2
3 2006
4
1
Sumber : BPS Sulsel
2
3
4
2007
4
0 .8 5
0 .7 9
3
0 .8 6
4
0 .8 8
-40%
3
4*
0.60 0.50
0 .3 7
-20% -25% -30% -35%
0 .8 2
0.70
0.80
0 .8 2
-5% -10% -15%
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Triliun Rp
0.90
0 .8 4
1.00
0 .6 5
2 .7 1 % 1 0 5 .2 8
- 5 .2 1 %
- 7 .5 4 %
-
10% 5% 0%
0 .8 6
20
Grafik 1.16. Kredit Sektor Pertanian (Bank Umum)
0 .8 5
40
1 1 3 .0 5
60
1 0 9 .1 1
80
1 0 2 .5 1 - 3 4 .6 1 % 1 0 8 .2 1
100
1 0 4 .5 4
120
1 1 9 .2 6
y.o.y
1 1 8 .0 1
TOTAL
140 1 5 6 .7 7
180 Ribuan Ton 160
3 .5 2 %
Grafik 1.15. Produksi Subsektor Perikanan
0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 4
4
4
2003
2004
2005
1
2 2006
1
2 2007
Sehubungan dengan masa tanam yang terjadi pada triwulan IV-2007 tersebut, mengakibatkan kinerja sektor pertanian pada triwulan IV-2007 tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,00% (q.t.q), yang didorong kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan dan perikanan. Kontraksi pada subsektor perikanan ini diperkirakan karena kondisi cuaca pada triwulan IV-2007 relatif tidak kondusif untuk subsektor ini. Kondisi subsektor perikanan tersebut terlihat pada produksi sebsektor perikanan (grafik1.15) yang menunjukkan pernurunan pada triwulan IV-2007.
b.
Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 12,07% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 15,01% (y.o.y). Sektor ini memberikan kontribusi sekitar 1,35% terhadap total pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan. Apabila dilihat dari subsektornya, perlambatan pertumbuhan pada sektor ini disebabkan oleh penurunan kontribusi subsektor pemerintahan umum, sementara subsektorsubsektor lainnya relatif tidak mengalami perubahan kontribusi dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan pada subsektor jasa pemerintahan umum tersebut diperkirakan karena percepatan pelaksanaan program-program pemerintah pada triwulan III-2007 mengingat pelaksanaan Pilkada Gubernur Sulsel yang dilaksanakan pada bulan November 2007. Sehingga kegiatan pemerintah selama triwulan IV-2007 relatif menurun aktivitasnya dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya.
26
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 1.12. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Jasa-jasa (%, y.o.y)
SUBSEKTOR
IV'06
III'07
5.00 7.37 10.67 4.21 4.04 5.18 0.51 0.06 0.04 0.00 0.01 0.56
a b
Pemerintahan Umum Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah tangga Pertumbuhan Tahunan (y.o.y) a Pemerintahan Umum b Swasta 1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan dan Rekreasi 3. Perorangan dan Rumah tangga Sumbangan Tahunan (y.o.y) Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
IV'07 *
15.64 7.57 9.25 5.80 5.81 15.01 1.52 0.06 0.04 0.00 0.02 1.58
12.36 8.50 10.25 5.60 6.87 12.07 1.28 0.07 0.04 0.00 0.02 1.35
Sementara dari prompt indikator kredit bank umum pada sektor jasa-jasa, terjadi peningkatan yang diperkirakan kreditur yang menerima kredit tersebut adalah perorangan dan rumah tangga seiring dengan pertumbuhan kinerja sub-subsektor perorangan dan rumah tangga pada rincian PDRB yang tercatat tumbuh 6,87% (y.o.y).
Grafik 1.17. Kredit Sektor Jasa-jasa (Bank Umum) 1.80
Triliun Rp
1.60
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
4
1
1.31
1.24
1.58
1.05
0.96
1.07
0.60
0.54
0.80
0.69
1.00
0.76
0.92
1.20
1.08
1.40
0.40 0.20 0.00 4
4
4
2003
2004
2005
1
2
3 2006
2
3
4*
2007
Sementara secara triwulanan, sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan sebesar 2,14% (q.t.q) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007. Pertumbuhan tersebut juga didorong oleh pertumbuhan kinerja pemerintahan umum yaitu sebesar 0,22%. Secara kumulatif, laju pertumbuhan sektor jasa-jasa pada tahun 2007 tercatat sebesar 5,64% (y.t.d) mengalami perlambatan dibanding laju pertumbuhan sektor ini tahun 2007 (12,80%). Perlambatan ini juga terjadi pada subsektor pemerintahan umum yang
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
27
diperkirakan karena proses pelaksanaan pilkada Gubernur Sulsel yang relatif mengganggu efektivitas kinerja pemerintah daerah.
c.
Sektor Angkutan dan Komunikasi Kinerja sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan, tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 15,20% (y.o.y), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,62% (y.o.y). Angka pertumbuhan ini didorong oleh kontribusi subsektor angkutan, terutama angkutan udara yang berkontribusi sebesar 0,59% (y.o.y). Secara kumulatif, sektor ini mengalami laju pertumbuhan pada tahun 2007 yaitu sebesar 10,15% (y.t.d), lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan tahun 2006 (6,81%). Peningkatan tersebut lebih banyak didorong oleh peningkatan kinerja angkutan udara dan komunikasi. Peningkatan kontribusi kinerja angkutan udara tersebut diperkirakan akibat kenaikan volume penumpang angkutan udara yang meningkat terutama terkait dengan banyaknya periode libur panjang, di tahun 2007 serta semakin tajamnya persaingan harga dari penyedia moda angkutan udara secara nasional yang turut berimbas terhadap peningkatan animo masyarakat Sulsel terhadap jasa angkutan udara.
Grafik 1.18. Jumlah Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang di Bandara Hasanuddin 500
Ribuan
450
Kedatangan
400
Keberangkatan
Sumber : Bandara Hasanuddin Makassar
350 300 250 200 150 100 50 1
2
3 2006
4
1
2
3
4
2007
Sementara untuk subsektor komunikasi tumbuh sebesar 11,20% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 0,18% (y.o.y) yang relatif tetap dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan subsektor komunikasi ini mengalami perlambatan meskipun dalam kisaran yang relatif tetap. Secara triwulanan, sektor angkutan-komunikasi justru mengalami perlambatan dibanding pertumbuhan triwulan III-2007. Tercatat pada triwulan IV-2007 tumbuh sebesar 5,06% sementara pertumbuhan triwulan III-2007 sebesar 6,13%. Perlambatan tersebut 28
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
didorong oleh kontraksi pada kinerja subsektor angkutan laut/sungai. Diperkirakan perlambatan tersebut disebabkan oleh berpindahnya penumpang angkutan laut ke angkutan udara dengan pertimbangan waktu dan biaya antara kedua sarana tersebut.
Tabel 1.13. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Angkutan-Komunikasi (%, y.o.y)
SUBSEKTOR a
Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan raya 3. Angkutan Laut/sungai 4. Angkutan Udara 5. Jasa Penunjang Angkutan b Komunikasi Pertumbuhan Tahunan (y.o.y) a Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan raya 3. Angkutan Laut/sungai 4. Angkutan Udara 5. Jasa Penunjang Angkutan b Komunikasi Sumbangan Tahunan (y.o.y) Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
d.
IV'06 6.10 0.00 4.07 0.40 13.50 7.34 11.33 7.11 0.37 0.00 0.11 0.01 0.22 0.03 0.17 0.53
III'07 11.61 0.00 7.55 8.55 20.61 9.04 11.66 11.62 0.71 0.00 0.20 0.11 0.36 0.04 0.18 0.89
IV'07 * 16.21 0.00 10.27 5.94 32.01 16.45 11.20 15.20 1.01 0.00 0.28 0.07 0.59 0.07 0.18 1.19
Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran Sektor perdagangan-hotel-restoran pada triwulan laporan tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 11,94% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,54%. Laju pertumbuhan tersebut disumbang oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang tercatat sebesar 1,66% (y.o.y). Sumbangan subsektor tersebut relatif dapat ditinjau dari peningkatan arus barang yang masuk dan keluar melalui pelabuhan Makassar Sulsel, terutama kegiatan muat barang untuk ekspor yang menunjukkan peningkatan. Tabel 1.14. Perkembangan PDRB Riil : Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (%, y.o.y)
SUBSEKTOR a b c
Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Restoran Pertumbuhan Tahunan (y.o.y) a Perdagangan Besar dan Eceran b Hotel c Restoran Sumbangan Tahunan (y.o.y) Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah Catatan: * angka perkiraan KBI Makassar
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
IV'06 6.08 1.08 5.55 5.96 0.82 0.00 0.07 0.89
III'07 10.56 12.48 9.99 10.54 1.41 0.03 0.12 1.56
IV'07 * 11.94 14.39 11.52 11.94 1.66 0.03 0.15 1.83
Triwulan IV-2007
29
Sementara secara kumulatif, laju pertumbuhan sektor ini pada tahun 2007 tercatat sebesar 9,45% (y.t.d), lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan pada tahun 2006 (7,10%). Pertumbuhan sektor ini, baik tahunan maupun kumulatif, disumbang oleh subsektor perdagangan besar dan eceran yang tercatat sebesar 1,66% (y.o.y) dan 1,27% (y.t.d). Sumbangan subsektor tersebut relatif dapat ditinjau dari peningkatan arus barang yang masuk dan keluar melalui pelabuhan Makassar Sulsel, terutama kegiatan muat barang untuk ekspor yang menunjukkan peningkatan. Secara total, terjadi peningkatan arus bongkar muat barang sebesar 11,96% sejalan dengan peningkatan subsektor perdagangan besar dan eceran. Sementara untuk subsektor perhotelan, mengalami pertumbuhan sebesar 14,39% (y.o.y) namun kontribusinya tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya.
Ju ta T o n
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
3.00
2 .6 6
4.00
4 .7 8
7 .0 6
3 .1 9
4 .0 5
5.00
4 .3 2
6.00
6 .5 3
7.00
Triliun Rp 6 .1 9
8.00
Sumber : PT. Pelindo IV Cab. Mks
5 .6 2
Bongkar Muat
5 .3 3
1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
Grafik 1.20. Kredit Sektor Perdagangan (Bank Umum)
4 .9 8
Grafik 1.19. Arus Bongkar Muat Barang Melalui Pelabuhan Makassar
2.00 1.00
1
2
3
4
1
2005
2
3 2006
4
1
2
3
4*
2007
0.00 4
4
4
2003
2004
2005
1
2
3 2006
4
1
2
3
4*
2007
Peningkatan secara tahunan dan kumulatif tersebut juga terjadi secara triwulanan, dimana sektor perdagangan-hotel-restoran tercatat tumbuh sebesar 4,02% lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 3,65%. Peningkatan tersebut juga didorong oleh peningkatan kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran sebesar 0,57% (q.t.q)..
e.
Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan Pertumbuhan sektor keuangan-sewa-jasa perusahaan pada triwulan laporan tercatat
sebesar 8,13% (y.o.y) atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,46% (y.o.y). Perlambatan tersebut disumbang oleh kontribusi subsektor bank yang menurun dari 0,31% (y.o.y) menjadi 0,20% (y.o.y). Sementara itu subsektor-subsektor lainnya mengalami kenaikan kontribusi namun kurang mendorong pertumbuhan pada sektor 30
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
ini. Namun demikian, secara triwulanan (q.t.q), sektor ini tercatat tumbuh sebesar 3,10%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan III-2007 yang sebesar 1,28%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada suksektor bank yang tercatat sebesar 0,09%. Peningkatan pertumbuhan juga terjadi secara kumulatif (y.t.d), sektor ini tercatat tumbuh sebesar 10,33%, lebih tinggi dibanding laju pertumbuhan pada 2006 (8,72%). Peningkatan tersebut disebabkan kinerja perbankan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding kinerja di tahun 2006. Perlambatan tahunan
pertumbuhan
serta
Grafik 1.21 Nilai Tambah Bruto Bank Umum Sulsel
peningkatan
triwulanan dan kumulatif pada
2.50
40%
NTB
subsektor bank tercermin pada Nilai Tambah Bruto (NTB) bank umum
di
Sulsel
menunjukkan perlambatan tahunan
yang
y.o.y
35%
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
2.00
30% 25%
1.50
adanya pertumbuhan namun
secara
20% 1.00
15% 10%
0.50
5%
triwulanan dan kumulatif terjadi
kinerjanya di tahun 2006.
f.
r iliun R p
0.00
peningkatan nominal dibanding
0% 1
2
3 2006
4
1
2
3
4
2007
Sektor Lainnya Sektor industri pengolahan tercatat tumbuh 10,60% (y.o.y) pada triwulan laporan,
lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,50% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut didorong oleh kontribusi subsektor industri makanan, minuman dan tembakau yang relatif besar yaitu dari 0,26% menjadi 1,05% sementara industri semen dan barang galian bukan logam menyumbang 0,32% dari sebelumnya sebesar 0,27%. Pertumbuhan tersebut juga terjadi secara triwulanan, yang tercatat tumbuh sebesar 3,34% sementara pertumbuhan triwulan III-2007 sebesar 3,23%. Pertumbuhan triwulanan tersebut didorong oleh pertumbuhan kinerja industri semen dan barang galian bukan logam yang sebesar 0,12%. Pertumbuhan subsektor- subsektor tersebut terlihat pada prompt indikator dibawah ini :
Tabel 1.15. Produksi Semen di Sulsel (Subsektor industri semen dan barang galian bukan logam) y.o.y q.t.q KETERANGAN IV'06 III'07 IV'07 IV'07 - IV'06 IV'07 - III'07 Produksi Semen 283,897 279,605 284,806 0.32% 1.86% Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
31
1.00
35
0.80
4
4
4
1
2003
2004
2005
1
1 .6 0
4
1 .5 1
3
1 .4 4
1 .4 4
1.20
45
1 .6 0
1.40
55
1 .5 6
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
1 .5 4
1.60
1 .4 6
65
Triliun Rp
1 .4 9
Sumber : BPS Sulsel * : Taksiran KBI Makassar
1.80
1 .1 9
75 Ribuan M/T
Grafik 1.23 Kredit Sektor Industri (Bank Umum)
1 .1 8
Grafik 1.22 Produksi Terigu di Sulsel (Subsektor ind. mknn, mnman & temb)
0.60
25
0.40
15
0.20 5 (5)
0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4
5
2006
6
7
8
9
10 11 12 *
2007
Namun
apabila
dibanding
dengan total pertumbuhan pada tahun 2006, sektor ini tercatat mengalami
sementara
tahun
2007
9% 8%
Produksi
7%
0.95
pertumbuhannya tercatat sebesar 7,22%
0.85
dimaksud
4*
y.t.d
0.90
Perlambatan
2006
3
Juta Ton
1.00
2006
(y.t.d).
pada
2
Grafik 1.24. Realisasi Pengadaan Semen di Sulsel 1.05
perlambatan. Pada tahun 2007, sektor ini tercatat tumbuh sebesar 4,74% (y.t.d)
2
6% 5%
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
4% 3%
lebih
2% 0.80 1%
disebabkan oleh produksi industri semen pada tahun 2007 yang peningkatannya lebih
lambat
dibanding
0.75
0% 2004
2005
2006
2007
peningkatan
produksi semen tahun 2006 .
Grafik 1.25. Penjualan Listrik (Juta Kwh) di Sulsel
sebesar 15,83% (y.o.y) lebih tinggi
2.50
dibanding
pertumbuhan
2.00
sebelumnya
(10,38%,
y.o.y).
Secara
triwulanan,
sektor
juga
tercatat
dari
triwulan
1.00
Pada
triwulan
IV-2007
0.50
tumbuh
sebesar
5,89%
III-2007
tumbuh
Begitu
juga
secara
2005
2004
2007*
3,67%.
0.00 2006*
sebesar
triwulan
2003
sementara
2002
tercatat
Sumber : PLN * : Taksiran KBI Mks
2001
sebelumnya.
tinggi
1.50
2000
lebih
Energi Terjual
1999
tumbuh
ini
triwulan
Ribuan GWh
1998
pada triwulan laporan tercatat tumbuh
1997
bersih
1996
listrik-gas-air
1995
Sektor
kumulatif, sektor ini juga tumbuh sebesar 8,85% (y.t.d) lebih tinggi dibanding pertumbuhan
32
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
pada tahun 2006 (7,75%). Pertumbuhan sektor ini, baik tahunan, triwulanan maupun kumulatif, didominasi oleh sumbangan subsektor listrik yaitu sebesar 0,14% (y.o.y), 0,05% (q.t.q) dan 0,08% (y.t.d) dengan pertumbuhan sebesar 17,14% (y.o.y) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,15% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan triwulanan dan kumulatif dari subsektor listrik masing-masing tercatat sebesar 0,05% (q.t.q) dan 9,43% (y.t.d), yang diperkirakan disebabkan oleh semakin meningkatnya permintaan masyarakat akan sumber energi listrik tersebut.
Sektor pertambangan-penggalian pada triwulan laporan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 4,06% (y.o.y) setelah triwulan sebelumnya mengalami perlambatan yaitu sebesar 3,41% (y.o.y). Dengan adanya peningkatan tersebut maka sumbangan terhadap PDRB daerah meningkat menjadi sebesar 0,43% (y.o.y). Peningkatan tersebut masih didominasi sumbangan kinerja subsektor pertambangan bukan migas yaitu sebesar 0,30%, dan dari subsektor penggalian yang sumbangan meningkat dari 0,05% menjadi 0,12%. Sementara secara triwulanan, tercatat pada triwulan IV-2007 tumbuh sebesar 3,48% lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2007 yang kontraksi sebesar 1,42%. Peningkatan tersebut juga didorong oleh
5,12%
tahun (y.t.d)
Perlambatan
2006
menjadi
pada ini
sebesar
tahun
sejalan
0.06 0.04
2007.
0.02
dengan
0.00
perkembangan kredit bank umum di
4
4
4
2003
2004
2005
1
2
3 2006
4
1
2
3
0 .0 2
pada
0.08
0 .0 3
perlambatan yaitu dari 6,63% (y.t.d)
0.10
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
0 .0 3
kumulatif, sektor ini justru mengalami
0.12
0 .0 3
secara
Triliun Rp
0 .0 5
Sedangkan
0.14
0 .0 4
0,26%.
yaitu
0 .0 2
sebesar
migas
0 .0 3
bukan
0 .1 3
pertambangan
Grafik 1.26. Kredit Sektor PertambanganPenggalian (Bank Umum)
subsektor
0 .1 3
kinerja
0 .0 9
sumbangan
4*
2007
Sulsel untuk sektor ini (grafik 1 26).
Sektor bangunan, pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan sektor industri pengolahan yaitu mengalami peningkatan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, terutama terkait dengan subsektor industri pengolahan semen. Pada triwulan laporan, sektor ini tumbuh 18,60% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar 0,88% (y.o.y). Salah satu faktor yang turut memicu pertumbuhan sektor ini di periode laporan adalah realisasi percepatan proyek-proyek pemerintah sehubungan dengan akan berakhirnya tahun anggaran. Peningkatan sektor ini
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
33
tercermin pula dari penjualan bahan konstruksi. Kondisi tersebut juga menyebabkan terjadinya pertumbuhan triwulanan sektor ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulanan triwulan III-2007, yaitu dari 5,72% pada triwulan III-2007 menjadi 12,63%. Apabila dibanding tahun 2006, sektor ini juga mengalami peningkatan, dimana pertumbuhan selama tahun 2007 tercatat sebesar 8,43% (y.t.d) lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun 2006 yang tercatat sebesar 4,41% (y.t.d). Pertumbuhan tersebut diperkirakan karena makin maraknya pembangunan perumahan dan konstruksi di Sulsel.
Grafik 1.27. Kredit Sektor Konstruksi (Bank Umum)
Grafik 1.28. Penjualan Bahan Konstruksi
Triliun Rp
0.90
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
0.80
0 .7 3
0.50
1.00
0 .8 1
0 .9 2
0.60
0.40
0.35 0.30
0.20 0.15 0.10
0.20
0.05
0.10
0.00
0.00 4
4
4
2003
2004
2005
1
2
3 2006
Triwulan IV-2007
4
1
2
3
4*
M ily a r R p
0.30
34
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
0.25
0 .4 0
0.50
0.40
0 .9 5
0 .7 3
0 .7 7
0 .7 5
0 .7 0
0.70
0 .5 9
0 .6 5
0.45
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2006
2007
2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Box 1
Faktor Penghambat dan Pendorong Pengembangan Industri Pariwisata di Sulawesi Selatan (Penelitian Bersama KBI Makassar dgn Akademi Pariwisata Fajar Makassar)
Salah satu kondisi yang menjadikan mengapa Parwisata dianggap dapat mensukseskan pembangunan ekonomi negara berkembang adalah terdapatnya berbagai permasalahan pemasaran ekspor dari barang-barang tradisional yang diproduksi oleh negaranegara tersebut diantaranya lambatnya peningkatan permintaan luar negeri karena berbagai macam proteksi, serta tingginya persaingan akibat seragamnya barang-barang yang diekspor. Di Indonesia sendiri, pariwisata telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting dan menjadi penghasil devisa nomor satu. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) berkurangnya peranan minyak bumi sebagai penghasil devisa; (2) merosotnya nilai ekspor migas; (3) prospek pariwisata yang cenderung meningkat; serta (4) besarnya potensi pariwisata yang dimiliki (Spilanne, 1994). Berdasarkan data yang dikutip dari WTO, pada tahun 2000 wisatawan manca negara (wisman) internasional mencapai jumlah 698 juta orang yang mampu menciptakan pendapatan sebesar USD 476 milyar. Sedangkan jumlah wisatawan dalam negeri di masingmasing negara jumlahnya lebih besar lagi dan kelompok ini merupakan penggerak utama dari perekonomian nasional. Indonesia sendiri merupakan negara dengan urutan kedelapan yang dikunjungi oleh 5,064 juta dengan peroleh devisa USD. 5,7 miliar (pada tahun 2000). Prospek pariwisata ke depan pun sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik dan akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020. Namun demikian, terlepas dari potensi pariwisata yang cukup besar bagi Indonesia, Jero Wacik (2007) menyatakan bahwa pariwisata Indonesia masih dihadapkan pada persoalan mendasar yakni memulihkan kepercayaan wisatawan untuk datang ke Indonesia. Untuk memulihkan kepercayaan wisatawan pasca musibah tentunya perlu kerja keras semua pihak baik pemerintah, perilaku bisnis, maupun masyarakat (pers) dengan melakukan berbagai langkah strategis. Langkah strategis perlu dilakukan dengan pemulihan kepercayaan pasar, khususnya terhadap kondisi kejadian di tahun 2006 mengenai masalah keamanan, flu burung, lingkungan, dan bencana alam.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
35
Untuk provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) sendiri, kunjungan wisatawan baik mancanegara (wisman) maupun nusantara (wisnus) selama tiga tahun terakhir, berdasarkan data yang dikutip dari Dinas Pariwisata dan Budaya provinsi Sulawesi Selatan, justru mengalami peningkatan di tahun 2006. Pada tahun 2004 kunjungan wisman 13,197, kemudian tahun 2005 sebanyak 16,172 dan di tahun 2006 menjadi 22,249 wisman. Dan untuk wisnus sendiri ditahun 2004 kunjungan wisnus 694,457, kemudian tahun 2005 sebanyak 783,088 dan terakhir tahun 2006 sebanyak 1,120,895 wisatawan. Mengacu kepada kondisi tersebut, pariwisata, yang merupakan salah satu sektor potensial bagi penerimaan PAD di Sulsel, ternyata sangat mungkin dikembangkan lebih optimal lagi. Data yang dikutip dari Dinas Pariwisata dan Budaya provinsi Sulsel selama lima tahun terakhir penerimaan devisa dari wisman terus mengalami peningkatan, dari US$ 2,9 juta di tahun 2002 hingga US$ 8,8 juta di tahun 2006. Liberalisasi wisata yang berpotensi untuk dikembangkan oleh pemerintah provinsi Sulsel baik wisata alam, wisata bahari, agrowisata, maupun wisata budaya, termasuk wisata sejarah yang banyak dimiliki oleh daerah ini. Namun semua itu belum dikelola secara maksimal. untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan terobosan dengan membuat suatu kegiatan baru yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi daerah setempat dan letak geografis yang mendukung terlaksananya program tersebut dan sesuai dengan apa yang diharapkan, termasuk didalamnya adalah pembangunan kepariwisataan di daerah. Bertolak dari uraian di atas maka kajian penelitian tentang faktor penghambat dan pendorong pengembangan industri pariwisata di provinsi Sulsel sangat diperlukan terutama untuk mengungkap (1) faktor-faktor apakah yang menghambat perkembangan industri pariwisata, di provinsi Sulawesi Selatan; (2) faktor-faktor apakah yang mendorong perkembangan industri pariwisata, di provinsi Sulawesi Selatan; (3) faktor-faktor manakah yang paling dominan dalam pengembangan industri pariwisata di provinsi Sulawesi Selatan. Adapun sampel fokus penelitian ini adalah pada dua daerah yaitu Kotamadya Makassar dan Kabupaten Tanah Toraja. Pemilihan lokasi ini didasari beberapa pertimbangan, yaitu (1) kedua lokasi tersebut memberikan konstribusi tertinggi atas kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara dan (2) lokasi-lokasi tersebut terletak pada secara geografis representatif mewakili Sulawesi Selatan, dimana Kabupaten Tanah Toraja mewakili Sulawesi Selatan bagian utara, dan Kota Makassar mewakili Sulawesi Selatan bagian Selatan. Penelitian ini sendiri akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan (bulan Oktober-Desember 2007) dengan jumlah sampel yang ditarik sebanyak 40 orang wisatawan mancanegara dan 35 orang wisatawan nusantara di kedua daerah penelitian sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah minimal 150 responden.
36
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada setiap wisatawan yang terpilih sebagai sampel. Dimensi data yang akan diungkap melalui kuisioner ini antara lain adalah : (1) identitas dan demografi; (2) persepsi wisatawan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi mereka dalam memilih destinasi wisata, seperti faktor keamanan, faktor daya tarik objek wisata, faktor fasilitas wisata, faktor Infastruktur dan sarana pendukung. Sedangkan data sekunder berupa dokumen-dokumen pendukung diperoleh dari dinas-dinas terkait pada tingkat provinsi, kabupaten/ kota, di Sulsel. Selanjutnya, unit analisis pada penelitian ini adalah wisatawan mancanegara dan nusantara yang mengunjungi objek wisata di kabupaten Tana Toraja dan Kota Makassar. Hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan mengungkapkan bahwa: a. Untuk daerah wisata Tana Toraja, faktor-faktor pendorong dalam pengembangan industri pariwisata baik dari persepsi wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara adalah faktor keamanan, faktor daya tarik objek wisata, fasilitas wisata, dan sarana pendukung wisata. Sementara yang masuk dalam kategori faktor penghambat adalah infrastruktur. b. Untuk daerah wisata Makassar, faktor-faktor pendorong dalam pengembangan industri pariwisata baik dari persepsi wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara adalah faktor keamanan, faktor daya tarik objek wisata, fasilitas wisata, sarana pendukung wisata, dan faktor infrastruktur. Sementara yang menjadi faktor penghambat tidak ditemukan. c. Hasil pemeringkatan faktor-faktor pendorong/penghambat yang diteliti dalam penelitian ini (yang dilakukan dengan metode Borda) menunjukkan bahwa: i.
Wisatawan mancanegara di Tana Toraja menempatkan keamanan pada peringkat pertama, diikuti oleh fasilitas wisata, daya tarik objek wisata, infrastruktur dan sarana pendukung wisata pada peringkat kelima.
ii. Wisatawan nusantara di Tana Toraja menempatkan keamanan pada peringkat pertama, diikuti oleh daya tarik objek wisata, fasilitas wisata, infrastruktur dan sarana pendukung wisata pada peringkat kelima. iii. Wisatawan mancanegara di Makassar menempatkan daya tarik objek wisata pada peringkat pertama, diikuti oleh keamanan, fasilitas wisata, infrastruktur dan sarana pendukung wisata pada peringkat kelima.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
37
iv. Wisatawan nusantara di Makassar menempatkan keamanan pada peringkat pertama, diikuti oleh daya tarik objek wisata, fasilitas wisata, infrastruktur dan sarana pendukung wisata pada peringkat kelima. Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi kepada Pemerintah Daerah Sulsel
terutama
terkait
dengan
upaya-upaya
yang
dapat
dipertimbangkan
guna
mengembangkan kinerja pariwisata di Sulsel pada periode-periode yang akan datang, yaitu : a. Dalam rangka pengembangan industri pariwisata di Tana Toraja baik untuk wisatawan mancanegara maupun nusantara, maka pemerintah melalui instansi terkait perlu untuk (1) menciptakan suasana yang aman dari dari bencana alam yang sering terjadi di Tana Toraja; (2) memperhatikan kondisi objek (situs) bersejarah yang ada di Tana Toraja yang saat ini kondisinya sudah tidak terawat; (3) memperbaiki infrastruktur, khususnya kondisi jalan, baik jalan provinsi maupun jalan daerah Tana Toraja dan (4) menetapkan standarisasi fasilitas dan pelayanan hotel dan restoran. b. Dalam rangka pengembangan industri pariwisata di Makassar baik untuk wisatawan mancanegara maupun nusantara, maka pemerintah melalui instansi terkait perlu untuk (1) menciptakan rasa aman khususnya dari demonstrasi yang marak terjadi di Makassar; (2) memperhatikan kondisi objek (situs) bersejarah yang ada di Makassar yang selama ini sudah terlupakan dan tidak terawat dengan baik; (3) memperbaiki kondisi jalan-jalan di Makassar untuk memperlancar dan meningkatkan kenyamanan wisatawan dalam mengakses objek-objek wisata di Makassar; (4) meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas dan memberdayakan pihak yang terkait dalam menciptakan kondisi berlalu lintas yang aman dan nyaman; (5) menetapkan standar fasilitas hotel dan restoran serta fasilitas MICE melalui kebijakan daerah atau Peraturan Daerah yang mengatur mengenai pariwisata. c. Selain itu, Pemerintah Daerah perlu untuk melakukan sinergitas terhadap berbagai instansi yang terkait dengan elemen-elemen utama pada industri pariwisata dan perlu mengkonsepkan pembuatan event-event wisata yang lebih menarik guna meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke provinsi Sulsel.
38
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Bab 2
Perkembangan Inflasi 1
Laju inflasi tahunan di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) tercatat sebesar 5,71% (y.o.y), mengalami perlambatan dibandingkan baik dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,98% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,59% (y.o.y). Penurunan tersebut diperkirakan karena relatif melimpahnya pasokan bahan makanan, terutama sayur-sayuran serta menurunnya harga ikan. Laju inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y) atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,84% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi tahunan terendah terjadi pada kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan yaitu sebesar 0,27% (y.o.y). Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan masih merupakan penyumbang tertinggi terhadap laju inflasi daerah yaitu sebesar 3,19% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 4,78% (y.o.y). Adapun penyumbang inflasi terendah adalah kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan yang tercatat sebesar 0,05% (y.o.y).
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan 18 16 14 12
% Sumber : BPS, diolah q.t.q y.o.y y.t.d
10 8 6 4 2 0 -2
1
QI-04 QII-04 QIII04
QIV- QI-05 QII-05 QIII04 05
QIV- QI-06 QII-06 QIII05 06
QIV- QI-07 QII-07 QIII06 07
QIV07
Laju inflasi Sulsel di proxi dengan menggunakan laju inflasi kota Makassar (BPS Prov. Sulsel)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
39
Secara triwulanan, laju inflasi pada periode laporan mengalami penurunan yaitu dari 3,39% (q.t.q) pada triwulan III-2007 menjadi deflasi sebesar 0,53% (q.t.q), lebih rendah bila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,66% (q.t.q). Deflasi harga pada triwulan ini, hanya terjadi di kelompok bahan makanan yang lebih didominasi deflasi pada komoditas sayur-sayuran dan ikan segar. Inflasi triwulanan tertinggi masih terjadi pada kelompok sandang yang tercatat sebesar 4,28% (q.t.q) sedangkan inflasi terendah masih pada kelompok tranportasi-komunikasi-jasa keuangan yaitu sebesar 0,04% (q.t.q). Adapun berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir bulan Desember 2007 adalah sebesar 5,71% (y.t.d). Angka ini lebih rendah dibandingkan laju inflasi kumulatif pada periode sama tahun 2006 yang tercatat sebesar 7,21% (y.t.d). Tekanan harga kumulatif tertinggi terjadi di kelompok bahan makanan yaitu sebesar 11,27% (y.t.d) sedangkan yang terendah terjadi pada kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan yang tercatat sebesar 0,27% (y.t.d). Determinan inflasi pada triwulan laporan terutama diperkirakan berasal dari sisi permintaan (demand push inflation), yaitu meningkatnya permintaan atas barang/jasa sehubungan dengan Hari Raya Idul Adha, Natal dan perayaan Tahun Baru. Inflasi volatile foods masih tercatat mendominasi perkembangan IHK Sulsel pada triwulan laporan bila dibandingkan
dengan
kelompok
barang/jasa
yang
harganya
diatur
pemerintah
(administreted) maupun inflasi inti (core-inflation).
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) KETERANGAN Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM / TOTAL
QI-05 QII-05 QIII-05 QIV-05 QI-06 QII-06 QIII-06 QIV-06 INFLASI (%, y.o.y) 5.88 6.5 10.61 7.45 16.96 20.83 20.69 16.07 7.22 7.69 9.17 14.64 11.44 13.52 11.74 5.72 7.16 6.23 6.2 12.34 10.16 10.66 10.4 3.26 4.22 3.92 6.52 6.97 7.2 8.85 6.06 4.79 2.48 3.19 3.4 5.85 5.48 5.71 5.92 3.33 16.53 16.19 15.27 8.25 8.31 9.15 13.49 13.12 16.51 11.06 9.72 40.6 29.99 29.67 29.6 0.98 Sumbangan terhadap Inflasi Umum (%, y.o.y) 1.63 1.79 2.86 2.09 4.59 5.68 5.67 4.20 1.19 1.26 1.50 2.35 1.87 2.21 1.92 0.91 1.72 1.49 1.48 2.92 2.41 2.51 2.43 0.75 0.27 0.25 0.42 0.45 0.45 0.55 0.38 0.28 0.08 0.10 0.11 0.18 0.17 0.18 0.18 0.10 0.93 0.90 0.91 0.51 0.50 0.55 0.86 0.76 2.69 1.87 1.66 6.70 5.24 5.17 5.08 0.20 8.52 7.67 8.95 15.20 15.23 16.85 16.52 7.21
QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 14.52 10.53 4.98 3.28 2.89 2.55 5.49 3.38 2.85 2.71 12.99 12.12 0.54 0.48
16.84 3.75 2.45 6.37 4.08 8.5 0.35
11.27 4.03 3.01 9.29 4.39 8.25 0.27
3.99 0.79 0.65 0.32 0.08 0.74 0.11 6.68
4.78 0.59 0.54 0.37 0.11 0.52 0.07 6.98
3.19 0.63 0.67 0.54 0.12 0.51 0.05 5.71
2.97 0.52 0.57 0.20 0.08 0.68 0.09 5.11
Sumber : BPS, diolah
40
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 2.2. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, q.t.q) KETERANGAN Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM / TOTAL
QI-05 QII-05 QIII-05 QIV-05 QI-06 QII-06 QIII-06 QIV-06 INFLASI (%, q.t.q) -0.72 1.29 2.33 4.42 8.06 4.64 2.22 0.42 4.66 0.62 2.10 6.63 1.73 2.50 0.49 0.88 2.94 0.07 0.84 8.14 0.95 0.52 0.61 1.15 0.53 0.83 2.74 2.71 0.74 2.38 0.12 1.48 1.42 0.74 0.60 2.98 1.07 0.96 0.80 0.47 0.12 0.00 7.38 0.70 0.17 0.78 11.64 0.37 8.71 0.30 0.33 28.51 0.50 0.06 0.28 0.13 Sumbangan terhadap Inflasi Umum (%, q.t.q) -0.20 0.35 0.64 1.21 2.11 1.28 0.63 0.12 0.75 0.10 0.34 1.09 0.28 0.40 0.08 0.14 0.70 0.02 0.20 1.90 0.22 0.12 0.14 0.25 0.03 0.05 0.17 0.17 0.04 0.14 0.01 0.09 0.04 0.02 0.02 0.09 0.03 0.03 0.02 0.01 0.01 0.00 0.44 0.04 0.01 0.04 0.65 0.02 1.44 0.05 0.06 4.89 0.10 0.01 0.05 0.02 2.77 0.59 1.87 9.40 2.79 2.01 1.58 0.66
QI-07 QII-07 QIII-07 QIV-07 6.61 1.02 0.58 1.41 0.59 0.06 0.07
1.00 0.84 0.19 0.33 0.83 0.00 0.00
8.05 0.95 0.51 3.01 2.15 8.04 0.15
-4.36 1.16 1.70 4.28 0.76 0.13 0.04
1.87 0.16 0.13 0.08 0.02 0.00 0.01 2.28
0.30 0.13 0.04 0.02 0.02 0.00 0.00 0.51
2.39 0.15 0.11 0.17 0.06 0.48 0.03 3.39
-1.35 0.18 0.36 0.24 0.02 0.01 0.01 -0.53
Sumber : BPS, diolah
Berdasarkan sumbangannya terhadap laju inflasi, secara tahunan, inflasi volatile foods masih merupakan penyumbang tertinggi yaitu sebesar 2,61% (y.o.y) dengan laju inflasi sebesar 10,99% (y.o.y). Tekanan harga masih berasal dari kelompok barang yang termasuk inflasi non inti (khususnya volatile food) yang antara lain adalah beras, bawang merah dan minyak goreng yang masing-masing menyumbang sebesar 0,38% (y.o.y); 0,49% (y.o.y) dan 0,54% (y.o.y) terhadap total inflasi daerah. Selanjutnya, inflasi inti Sulsel mencatat andil sebesar 2,48% (y.o.y) dengan laju inflasi 4,81% (y.o.y) diikuti oleh kelompok administrated yang mencatat andil
sebesar
0,62% (y.o.y) dengan laju inflasi pada triwulan laporan sebesar 2,53% (y.o.y). Komoditaskomoditas yang memberikan sumbangan tertinggi pada laju inflasi inti Sulsel tersebut antara lain disumbang oleh komoditas emas perhiasan (0,38%), akademi/perguruan tinggi (0,19), SLTA (0,14%), ikan kembung (0,11%) dan tepung terigu (0,08%). Pada komoditas tepung terigu, selain menjadi salah satu komoditas yang memberikan sumbangan terbesar pembentukan inflasi inti, komoditas tersebut juga merupakan komoditas yang mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 46,31%. Inflasi pada komoditas terpung terigu tersebut disebabkan oleh peningkatan harga gandum di pasar internasional yang merupakan bahan utama pembuatan tepung terigu. Selain itu, pola distribusi tepung terigu di Sulsel masih dikuasai oleh satu distributor (distributor tunggal) sehingga pembentukan harga tepung terigu di pasar regional lebih berpotensi terjadinya peningkatan harga komoditas tersebut. Secara umum harga-harga komoditi yang termasuk dalam kelompok administrated mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, terutama komoditas rokok kretek filter dan rokok kretek yang mengalami kenaikan harga masingmasing sebesar 0,18% (y.o.y) dan 0,12% (y.o.y). Kondisi ini diperkirakan terjadi akibat Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
41
adanya kenaikan cukai rokok yang kemudian berimbas langsung kepada harga jual eceran kedua komoditas tersebut.
Grafik 2.2. Disagregasi Inflasi (y.o.y) 45
%
Sumber : BPS, diolah
40
Inflasi Inflasi Inflasi Inflasi
35 30 25
IHK Inti (Core) Administered Volatile Food
20 15 10 5 0 -5
QI-04
QII04
QIII04
QIV- QI-05 QII04 05
QIII05
QIV- QI-06 05
QII06
QIII06
QIV- QI-07 QII06 07
QIII07
QIV07
Dengan meningkatnya tekanan harga pada volatile foods tersebut, khususnya komoditas-komoditas yang sangat diperlukan bagi masyarakat umum, maka peran pemerintah daerah sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas harga dari komoditaskomoditas dimaksud, terutama dengan menjaga kelancaran distribusi dan upaya-upaya mengoptimalkan stabilisasi harga seperti pelaksanaan operasi pasar yang efisien, tepat waktu dan tepat sasaran.
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Berdasarkan inflasi tahunan, inflasi tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 11,27% (y.o.y). Pendorong kenaikan tersebut diperkirakan karena peningkatan konsumsi masyarakat terhadap bahan makanan sehubungan dengan kegiatan perayaan Hari Raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, kelompok transportasi-komunikasi-jasa keuangan, masih cenderung terus mengalami perlambatan yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,27% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, deflasi yang terjadi pada triwulan IV-2007 tersebut didorong oleh deflasi pada kelompok bahan makanan. Deflasi pada kelompok ini diperkirakan karena permintaan yang menurun sehubungan dengan berakhirnya masa bulan Ramadhan yang terjadi pada triwulan III-2007. penurunan permintaan tersebut sejalan dengan penurunan kinerja konsumsi pada PDRB Sulsel. Sementara sumbangan terhadap besaran inflasi dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan IV-2007 di Sulawesi Selatan, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut : 42
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Kelompok Bahan Makanan pada triwulan IV-2007 tercatat sebesar 11,27% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. sebesar
Sumbangan
3,19%
kelompok
(y.o.y)
ini
terhadap
pembentukan inflasi di daerah. Berdasarkan subkelompoknya,
sumbangan
terbesar
adalah dari subkelompok lemak dan minyak yang
tercatat
sebesar
0,63%
dengan
komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah minyak goreng (0,54%). Inflasi tertinggi pada kelompok ini juga terjadi pada subkelompok lemak dan minyak yang tercatat sebesar 39,26% (y.o.y) dengan komoditas yang sama, yaitu minyak goreng dengan inflasi tercatat
Tabel 2.3 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas di Kelompok Bahan Makanan SUB KELOMPOK
%
KOMODITAS
INFLASI TERTINGGI Padi-padian 6.61 Tepung Terigu Daging & Hasilnya 11.58 Ayam Hidup Ikan Segar 2.85 Ikan Kembung Ikan Diawetkan 3.18 Ikan Dalam Kaleng Telur, Susu & Hslnya 19.00 Telur Ayam Ras Sayur-sayuran 20.67 Tomat Sayur 5.30 Kacang Tanah Kacang-kacangan Buah-buahan 4.32 Tomat Buah Bumbu-bumbuan 27.50 Bawang Merah Lemak & Minyak 39.26 Minyak Goreng Bahan Makan Lainnya 8.53 Emping Mentah SUMBANGAN TERTINGGI Padi-padian 0.52 Beras Daging & Hasilnya 0.26 Daging Ayam Ras 0.22 Cakalang Ikan Segar Ikan Diawetkan 0.01 Teri Telur, Susu & Hslnya 0.39 Telur Ayam Ras Sayur-sayuran 0.51 Tomat Sayur Kacang-kacangan 0.03 Kacang Tanah Buah-buahan 0.05 Tomat Buah Bumbu-bumbuan 0.55 Bawang Merah Lemak & Minyak 0.63 Minyak Goreng Bahan Makan Lainnya 0.01 Krupuk Udang
% 46.31 20.20 45.18 6.02 32.36 87.50 29.89 80.95 173.29 64.51 10.16 0.38 0.13 0.16 0.005 0.24 0.18 0.02 0.02 0.49 0.54 0.003
Sumber : BPS, diolah
sebesar 64,51% (y.o.y). Kenaikan harga komoditas tersebut selain disebabkan oleh masih tingginya harga CPO di luar negeri juga disebabkan relatif minimnya pasokan minyak goreng di pasaran. Kondisi yang terakhir tersebut menyebabkan harga meningkat terlebih pada saat akhir tahun dimana diperkirakan konsumsi minyak goreng mengalami peningkatan sehubungan dengan adanya berbagai hari raya keagamaan (Idul Adha dan Natal) dan tahun baru.
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan 25
%
20
Sumber : BPS, diolah m.t.m q.t.q
15
y.o.y y.t.d
10
5
-0 7 Q IV
Q III -0 7
Q II07
Q I-0 7
-0 6 Q IV
Q III -0 6
Q II06
Q I-0 6
-0 5 Q IV
Q III -0 5
Q II05
Q I-0 5
-0 4 Q IV
Q III -0 4
Q II04
Q I-0 4
0
-5
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
43
Sementara secara triwulanan, deflasi pada kelompok ini didorong oleh sumbangan deflasi pada sub kelompok ikan segar yaitu sebesar 1,93%, terutama oleh komoditi ikan bandeng yang menyumbang deflasi sebesar 0,63%. Deflasi pada sub kelompok ini diperkirakan karena kondisi cuaca yang kurang kondusif sehingga produksi ikan laut menjadi berkurang sedangkan di perikanan darat (tambak) yaitu ikan bandeng terjadi masa panen atau terpaksa dilakukan panen sebelum waktunya sehubungan dengan kekuatiran petani akan kondisi cuaca tersebut yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas ikan di tambak. Sementara permintaan terhadap ikan segar tersebut menurun sehubungan dengan adanya persepsi masyarakat karena kondisi cuaca mengakibatkan pasokan ikan segar berkurang dan apabila terdapat dipasaran kondisi ikan relatif dalam kualitas yang tidak segar serta mahal harganya.
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau mengalami inflasi tahunan sebesar 4,03%(y.o.y) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,75% (y.o.y), namun masih lebih rendah dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 5,72% (y.o.y).
Inflasi tertinggi pada kelompok ini terjadi pada subkelompok tembakau-
minuman beralkohol yaitu sebesar 7,47% (y.o.y) terutama pada komoditas rokok kretek yang diperkirakan karena terjadi kenaikan cukai komoditas dimaksud.
Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi 16
14
Sumber : BPS, diolah 12
m.t.m 10
q.t.q y.o.y
8
y.t.d
6
4
2
% 0
-2
Penyumbang terbesar pembentukan inflasi pada kelompok ini adalah subkelompok tembakau-minuman beralkohol yang tercatat sebesar 0,32% (y.o.y) dengan komoditas penyumbang inflasi utama adalah rokok kretek filter (0,18%) yang juga disebabkan oleh adanya kenaikan cukai pada komoditas rokok. 44
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Secara Tabel 2.4 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas di Kelompok Makanan Jadi SUB KELOMPOK
%
KOMODITAS
kelompok
ini
mengalami inflasi sebesar 1,16% lebih tinggi dibanding inflasi pada triwulan III-
%
INFLASI TERTINGGI Makanan Jadi 3.09 Gado-gado 14.88 Minuman Tdk Beralkohol 1.81 Minuman Kesegaran 5.18 Tembakau & Min. Beralkohol 7.47 Rokok Kretek 10.69 SUMBANGAN TERTINGGI Makanan Jadi 0.26 Mie 0.06 Minuman Tdk Beralkohol 0.06 Gula Pasir 0.02 Tembakau & Min. Beralkohol 0.32 Rokok Kretek Filter 0.18 Sumber : BPS, diolah
triwulanan,
2007 yang sebesar 0,95%. Peningkatan inflasi pada triwulan IV-2007 ini didorong oleh
sumbangan
inflasi
subkelompok
tembakau dan minuman beralkohol yang tercatat sebesar 0,11%, terutama pada sumbangan komoditas rokok kretek yang sebesar 0,06%.
Kelompok
Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan
Bakar
tercatat
mengalami
pertumbuhan laju inflasi sebesar 3,01% (y.o.y) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,67% (y.o.y). Diantara empat subkelompok dalam kelompok ini, subkelompok bahan bakarpenerangan-air tercatat mengalami pertumbuhan harga tertinggi yaitu sebesar 3,86% (y.o.y), terutama masih pada komoditas minyak tanah dan gas elpiji yang masing-masing tercatat inflasi sebesar 8,39% (y.o.y) dan 7,69% (y.o.y). Inflasi pada komoditas-komoditas tersebut disebabkan adanya kelangkaan pasokan sementara permintaan terhadap komoditaskomoditas tersebut relatif meningkat sehingga terjadi adanya peningkatan harga, bahkan untuk gas elpiji yang mempunyai harga normalnya sekitar Rp55.000/tabung (12 kg) meningkat menjadi Rp100.000/tabung (20 kg). Diperkirakan kondisi tersebut sebagai akibat perilaku pihak distributor yang menimbun komoditas dimaksud mengingat pada Januari 2008 akan dilaksanakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji oleh Pertamina untuk daerah Sulsel. Dari sisi sumbangan, subkelompok bahan bakar-penerangan-air juga merupakan penyumbang tertinggi pembentukan inflasi tahunan yang tercatat sebesar 0,30% (y.o.y) dengan
komoditas
penyumbang
Tabel 2.5 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas di Kelompok Perumahan
inflasi utama adalah minyak tanah dan gas elpiji yang masing-masing memberikan
sumbangan
sebesar
0,20% (y.o.y) dan 0,09% (y.o.y). Sumbangan mengalami
komoditas peningkatan
ini pada
triwulan laporan, yang diperkirakan terjadi karena minimnya pasokan di pasaran
akibat
distribusi
SUB KELOMPOK
%
KOMODITAS
%
INFLASI TERTINGGI Biaya Tempat Tinggal 2.32 Besi Beton 19.77 Bhn Bkr, Penerangan & Air 3.86 Minyak Tanah 8.39 Perlengkapan Rumah Tangga 2.58 Sapu 16.86 Penyelenggaraan RT 3.64 Abu Gosok 38.89 SUMBANGAN TERTINGGI 0.24 Tukang Bukan Mandor 0.05 Biaya Tempat Tinggal Bhn Bkr, Penerangan & Air 0.30 Minyak Tanah 0.20 Perlengkapan Rumah Tangga 0.05 Meja Kursi Tamu 0.02 Penyelenggaraan RT 0.08 Pembasmi Nyamuk Bakar 0.03 Sumber : BPS, diolah
yang
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
45
terhambat, sedangkan permintaan komoditas tersebut relatif meningkat. Ketidakseimbangan supply dan demand di pasar tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan harga komoditas dimaksud pada triwulan laporan.
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan 14
12
Sumber : BPS, diolah m.t.m
10
q.t.q y.o.y
8
y.t.d 6
4
2
% Q IV -0 7
Q III -0 7
Q II07
Q I07
Q IV -0 6
Q III -0 6
Q II06
Q I06
Q IV -0 5
Q III -0 5
Q II05
Q I05
Q IV -0 4
Q III -0 4
-2
Q II04
Q I04
0
Secara triwulanan, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 1,70% lebih tinggi dibanding inflasi triwulanan pada triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 0,51%. Peningkatan tersebut juga didorong oleh sumbangan subkelompok bahan bakar-penerangan-air yang tercatat sebesar 0,23%, terutama pada komoditas minyak tanah (0,14%) dan gas elpiji (0,09%).
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga pada periode laporan masih mengalami perlambatan laju peningkatan harga dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,50% (y.o.y). Pada periode laporan, kelompok ini mencatat laju inflasi sebesar 8,25% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 0,51% (y.o.y) terhadap laju inflasi di Sulsel. Subkelompok jasa pendidikan mengalami pertumbuhan laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 11,59%
(y.o.y),
terutama
komoditas-komoditas seperti
SLTA
(17,16%)
pendidikan
(19,30%),
dan
pada
Sekolah
SLTP Dasar
(16,92%). Selain sebagai subkelompok yang
mengalami
tertinggi, pendidikan
inflasi
subkelompok juga
tahunan jasa
merupakan
Tabel 2.6 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas di Kelompok Pendidikan SUB KELOMPOK
%
KOMODITAS
%
INFLASI TERTINGGI Jasa Pendidikan 11.59 SLTA 19.30 Kursus-kursus/Pelatihan 1.27 Kursus Bahasa Asing 2.78 Perlengkapan/Peralatan Pendd 1.22 Pulpen/Ballpoint 12.20 Rekreasi 0.06 Pita Kaset 0.81 Olahraga 0.09 Sepatu Olah Raga Pria 0.12 SUMBANGAN TERTINGGI Jasa Pendidikan 0.49 Akademi/Perguruan Tinggi 0.19 Kursus-kursus/Pelatihan 0.0029 Kursus Bahasa Asing 0.003 Perlengkapan/Peralatan Pendd 0.01 Pulpen/Ballpoint 0.01 Rekreasi 0.0005 Televisi Berwarna 0.0003 Olahraga 0.0001 Sepatu Olahraga Pria 0.0001 Sumber : BPS, diolah
46
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
subkelompok penyumbang inflasi tahunan tertinggi dengan sumbangan sebesar 0,49%. Pada subkelompok ini, komoditas Akademi/Perguruan Tinggi masih merupakan penyumbang inflasi daerah yang tertinggi yaitu sebesar 0,19%. Sumbangan yang relatif besar tersebut terjadi seiring dengan masa tahun ajaran untuk perguruan tinggi yang jatuh pada awal periode triwulan III-2007.
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan 18 16
Sumber : BPS, diolah
14
m.t.m
12
q.t.q
10
y.o.y y.t.d
8 6 4 2
% -0 7 Q IV
Q III -0 7
Q II07
Q I-0 7
-0 6 Q IV
Q III -0 6
Q II06
Q I-0 6
-0 5 Q IV
Q III -0 5
Q II05
Q I-0 5
-0 4 Q IV
Q III -0 4
-2
Q II04
Q I-0 4
0
Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, maka secara triwulanan, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 0,13% lebih rendah dibanding inflasi triwulanan pada triwulan III2007 yang tercatat sebesar 8,04%. Perlambatan tersebut juga didorong oleh sumbangan subkelompok jasa pendidikan yang menurun, terutama pada komditas akademi.perguruan tinggi, SLTA, SLTP dan sekolah dasar.
Kelompok laporan 9,29%
Sandang pada periode
mengalami (y.o.y)
inflasi
dengan
sebesar
sumbangan
0,54% (y.o.y). Kelompok ini mengalami peningkatan laju inflasi tahunan lebih tinggi
dibandingkan
triwulan
sebelumnya (6,37%; y.o.y) maupun dengan periode yang sama tahun 2006 (4,79%;
y.o.y).
Peningkatan
inflasi
Tabel 2.7 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas di Kelompok Sandang SUB KELOMPOK
%
KOMODITAS
INFLASI TERTINGGI Sandang Laki-laki 4.02 Celana Dalam Pria Sandang Wanita 3.28 Mukena Sandang Anak-anak 2.49 Sandal Barang Pribadi & Sandang Lainnya 29.63 Emas SUMBANGAN TERTINGGI 0.07 Celana Panjang Jeans Sandang Laki-laki 0.06 Baju Muslim Sandang Wanita 0.02 Seragam Sekolah Anak Sandang Anak-anak Barang Pribadi & Sandang Lainnya 0.39 Emas
% 9.23 8.37 6.57 37.30 0.02 0.01 0.01 0.38
Sumber : BPS, diolah
tahunan kelompok ini disumbangkan
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
47
oleh subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya terutama oleh komoditas emas yaitu sebesar 0,38% (y.o.y) yang diperkirakan sebagai dampak terjadinya peningkatan harga emas di pasaran internasional.
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang 10
Sumber : BPS, diolah
8
m.t.m q.t.q
6
y.o.y y.t.d
4
2
-0 7
%
Q IV
07 Q III -
07 Q II-
Q I- 0 7
-0 6 Q IV
06 Q III -
06 Q II-
Q I- 0 6
-0 5 Q IV
05 Q III -
05 Q II-
Q I- 0 5
04
-0 4 Q IV
04
Q III -
-2
Q II-
Q I- 0 4
0
Dengan peningkatan harga komoditas dimaksud menyebabkan subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 29,63% (y.o.y), sekaligus sebagai penyumbang inflasi tahunan tertinggi (0,39%, y.o.y). Sejalan dengan peningkatan harga emas tersebut, maka laju inflasi triwulanan pada triwulan IV-2007 juga tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan Iii-2007. Tercatat laju triwulanan pada triwulan IV-2007 sebesar 4,28% sementara triwulan III-2007 sebesar 3,01%. Sumbangan triwulanan komoditas emas perhiasan pada triwulan IV-2007 tercatat sebesar 0,17%.
Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi tahunan sebesar 4,39% (y.o.y) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,12%, lebih tinggi dibandingkan
triwulan
sebelumnya,
baik lajui inflasi maupun sumbangan tahunannya (4,08%; y.o.y).. Diantara empat subkelompok dalam kelompok ini, perawatan jasmani dan kosmetika masih mencatat laju inflasi tertinggi yaitu sebesar 6,26% (y.o.y) dengan komoditas
berupa
sabun
mandi
Tabel 2.8 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas di Kelompok Kesehatan SUB KELOMPOK
%
KOMODITAS
%
INFLASI TERTINGGI Jasa Kesehatan 0.03 Biaya untuk KB 1.48 Obat-obatan 2.94 Obat Gosok/Balsem 10.69 Jasa Perawatan Jasmani 4.85 Trp Gunting Rmbt Wanita 5.81 Perawatan Jasmani & Kosmetika 6.26 Sabun Mandi 16.28 SUMBANGAN TERTINGGI 0.0001 Jasa Kesehatan 0.0002 Biaya untuk KB Obat-obatan 0.01 Obat Gosok/Balsem 0.004 Jasa Perawatan Jasmani 0.01 Trp Gunting Rmbt Pria 0.007 Perawatan Jasmani & Kosmetika 0.10 Sabun Mandi 0.04 Sumber : BPS, diolah
48
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
(16,28%, y.o.y). Disamping sebagai sub kelompok yang mengalami inflasi tahunan tertinggi, subkelompok tersebut juga merupakan penyumbang inflasi tahunan tertinggi, yaitu sebesar 0,10% (y.o.y) dengan komoditas penyumbang inflasi yang sama, yaitu sabun mandi (0,04%, y.o.y).
Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan 7
%
Sumber : BPS, diolah
6
m.t.m
5
q.t.q y.o.y
4
y.t.d 3 2 1
07
07
-0 7 Q IV
Q III -
Q II-
Q I- 0 7
-0 6
06
Q IV
06
Q III -
Q II-
Q I- 0 6
-0 5 Q IV
05 Q III -
05 Q II-
Q I- 0 5
04
04
-0 4 Q IV
Q III -
-1
Q II-
Q I- 0 4
0
Apabila dibandingkan dengan laju inflasi triwulanan triwulan III-2007, laju inflasi triwulanan triwulan IV-2007 mengalami perlambatan, yaitu dari 2,15% pada triwulan III2007 menjadi 0,76%. Perlambatan tersebut didorong oleh penurunan sumbangan subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang tercatat sebesar 0,01%, terutama pada komoditas sabun mandi dan shampo.
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan pada triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju inflasi sebesar 0,27% (y.o.y) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,05% (y.o.y). Kelompok ini kembali mencatat laju inflasi tahunan terendah dibanding kelompok lainnya sejak triwulan I-2007. Diantara
empat
subkelompok dalam
kelompok ini, subkelompok sarana dan penunjang
transpor
masih
tercatat
mengalami laju inflasi tertinggi yaitu sebesar cenderung
1,34%
(y.o.y),
mengalami
meskipun
perlambatan.
Adapun komoditas yang mencatat laju inflasi tertinggi adalah komoditas accu
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 2.9 Inflasi dan Sumbangan Tertinggi Komoditas di Kelompok Transportasi SUB KELOMPOK
%
KOMODITAS
INFLASI TERTINGGI Transpor 0.27 Bahan Pelumas/Oli Komunikasi & Pengiriman Sarana & Penunjang Transpor 1.34 Accu Jasa Keuangan SUMBANGAN TERTINGGI Transpor 0.04 Sepeda Motor Komunikasi & Pengiriman Sarana & Penunjang Transpor 0.01 Tarip jalan tol Jasa Keuangan
% 5.49 35.84
0.02 0.01
Sumber : BPS, diolah
Triwulan IV-2007
49
(35,84%) dan tarip jalan tol (32,50%) yang terjadi pada awal periode triwulan III-2007. Sementara itu, subkelompok transpor masih tercatat sebagai penyumbang inflasi tahunan tertinggi yaitu sebesar 0,04% (y.o.y) dengan komoditas penyumbang utama adalah sepeda motor (0,02%) yang diperkirakan terjadi peningkatan permintaan atas komoditas dimaksud.
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi 45
%
40
Sumber : BPS, diolah
35
m.t.m
30
q.t.q y.o.y
25
y.t.d
20 15 10 5
-0 7 Q IV
Q III -0 7
Q II07
Q I-0 7
-0 6 Q IV
Q III -0 6
Q II06
Q I-0 6
-0 5 Q IV
Q III -0 5
Q II05
Q I-0 5
-0 4 Q IV
Q III -0 4
-5
Q II04
Q I-0 4
0
Perlambatan laju inflasi secara tahunan pada kelompok ini juga terjadi pada laju inflasi secara triwulanan. Tercatat laju inflasi triwulanan pada triwulan IV-2007 sebesar 0,04% lebih rendah dibanding laju inflasi triwulanan pada triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 0,15%. Perlambatan laju inflasi triwulanan tersebut juga didorong sumbangan subkelompok transpor yang mengalami penurunan dari 0,34% pda triwulan III-2007 menjadi 0,27%, terutama pada komoditas bahan pelumas/oli yang mengalai penurunan sumbangan dari 10,36% pada triwulan III-2007 menjadi 5,49%.
2.2. Sumber Tekanan Inflasi dan Inflasi per Komoditas Berdasarkan jenis barang dan jasa, sumber tekanan inflasi secara mayoritas disumbangkan oleh komoditi yang berasal dari kelompok bahan makanan. Secara umum, 4 dari 7 kelompok barang/jasa mengalami peningkatan sumbangan terhadap laju inflasi Makassar (Sulawesi Selatan). Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat khususnya di akhir triwulan laporan, terutama bulan suci Ramadhan dan perayaan hari-hari raya keagamaan (Idul Fitri, Idul Adha dan Natal) serta perayaan menyambut tahun baru. Di sisi lain, minimnya pasokan di komoditas yang masuk dalam subkelompok bahan bakar yang turut memberikan dorongan peningkatan inflasi di Makassar. Adapun 3 dari 7 kelompok tercatat mengalami penurunan sumbangan yang
50
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
diperkirakan karena telah meredanya dampak kenaikan BBM pada triwulan IV-2005 dan peningkatan biaya pendidikan pada tahun ajaran 2007/2008.
2.2.1. Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar Berdasarkan data dari 7 kelompok barang dan jasa yang merupakan kompilasi dari 351 komoditas yang dikonsumsi secara umum di kota Makassar, inflasi pada triwulan laporan masih didominasi oleh komoditas-komoditas dalam kelompok bahan makanan. Komoditas minyak goreng kembali memberikan sumbangan tertinggi terhadap inflasi kota Makassar yaitu sebesar 0,54%, yang lebih disebabkan oleh minimnya pasokan CPO untuk untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kondisi ini terkait dengan tingginya harga CPO di luar negeri sehinga cenderung mendorong pelaku ekonomi untuk mendahulukan permintaan untuk kegiatan ekspor. Selanjutnya, penyumbang inflasi terbesar kedua adalah komoditas bawang merah yang menyumbang 0,49%. Tekanan harga dari komoditas ini diperkirakan dipicu oleh relatif minimnya pasokan komoditas tersebut seiring dengan cuaca yang kurang kondusif untuk kegiatan produksi komoditas dimaksud. Penyumbang inflasi terbesar ketiga adalah beras (0,38%; y.o.y) yang turut memberikan tekanan harga sehubungan dengan relatif minimnya pasokan mengingat masa panen yang telah berakhir pada triwulan sebelumnya.
Tabel 2.10 Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar (y.o.y) No.
KOMODITI
BOBOT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Minyak Goreng Bawang Merah Beras Emas Perhiasan Telur Ayam Ras Minyak Tanah Akademi/Perguruan Tinggi Rokok Kretek Filter Tomat Sayur Cakalang SLTA Bayam Daging Ayam Ras Rokok Kretek Cabe Merah Kembung/Gembung Gas Elpiji Kelapa SLTP Sekolah Dasar
0.84 0.28 6.86 1.02 0.74 2.43 2.51 2.71 0.20 0.88 0.74 0.25 1.24 1.12 0.17 0.24 1.23 0.30 0.48 0.48
Pertumbuhan (y.o.y) 64.51 173.29 5.60 37.30 32.36 8.39 7.56 6.61 87.50 17.71 19.30 53.35 10.21 10.69 66.68 45.18 7.69 27.92 17.16 16.92
Sumbangan (y.o.y) 0.54 0.49 0.38 0.38 0.24 0.20 0.19 0.18 0.17 0.16 0.14 0.13 0.13 0.12 0.11 0.11 0.09 0.08 0.08 0.08
Sumber : BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 2.11 Komoditas Penyumbang Inflasi Terbesar (q.t.q) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
KOMODITI Bawang Merah Emas Perhiasan Minyak Tanah Cabe Rawit Gas Elpiji Cabe Merah Telur Ayam Ras Rokok Kretek Rokok Kretek Filter Ayam Hidup Tepung Terigu Daging Sapi Semen Kelapa Mie Donat Tukang Bukan Mandor Susu Kental Manis Asam Mie Kering Instan
BOBOT 0.28 1.15 2.33 0.20 1.16 0.19 0.86 1.11 2.67 0.20 0.19 0.64 0.35 0.33 1.71 0.27 1.35 0.36 0.22 0.70
Pertumbuhan (q.t.q) 163.37 14.38 6.07 58.87 7.69 40.10 6.70 5.08 1.89 24.34 19.14 5.24 8.17 8.01 1.14 5.90 1.10 3.95 6.25 1.92
Sumbangan (q.t.q) 0.46 0.17 0.14 0.12 0.09 0.08 0.06 0.06 0.05 0.05 0.04 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01
Sumber : BPS, diolah
Triwulan IV-2007
51
Sementara secara triwulanan, komoditas bawang merah memberikan sumbangan tertinggi terhadap laju inflasi triwulanan pada triwulan IV-2007. Penyebab kenaikan komoditas tersebut seperti yang disebutkan di atas. Komoditas penyumbang inflasi triwulanan terbesar kedua adalah komoditas emas perhiasan yang diperkirakan disebabkan oleh kenaikan harga komoditas dimaksud di pasar internasional yang berimbas secara regional di Makassar. Selanjutnya komoditas penyumbang inflasi terbesar ketiga adalah komoditas minyak tanah, yang disebabkan karena adanya kelangkaan pasokan komoditas tersebut, sementara permintaannya relatif cukup tinggi. Di sisi lain, dengan adanya pelaksanaan program konversi minyak tanah ke gas elpiji oleh Pertamina, cenderung terjadi perilaku untuk melakukan penimbunan yang dilakukan oleh para distributor.
2.2.2. Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar Selain merupakan penyumbang terhadap kenaikan laju inflasi pada triwulan laporan, pada kelompok bahan makanan terdapat pula beberapa komoditas yang memberikan sumbangan terhadap deflasi di Sulsel. Komoditas-komoditas tersebut memberikan sumbangan deflasi dikarenakan oleh cukup tersedianya pasokan komoditas-komoditas dimaksud sehingga mendorong terjadinya penurunan harga. Selain itu, khususnya untuk komoditas bandeng, yang secara umum dibudidayakan di tambak-tambak tidak terganggu oleh faktor iklim yang menyebabkan stok komoditas tersebut relatif cukup banyak di pasar.
Tabel 2.12 Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar (y.o.y) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
KOMODITI
BOBOT
Bandeng Cabe Rawit Bawang Putih Kentang Layang Pepaya Wortel Kayu Lapis Udang Basah Jeruk Nipis/Limau Kacang Hijau Batu Bata/Batu Tela Daun Kacang Panjang Muda Jeruk Cumi-Cumi Kakap Merah Ongkos Cuci/Cetak Film Telepon Seluler Ice Cream Kopi Manis
Sumber : BPS, diolah
52
Triwulan IV-2007
2.35 0.46 0.24 0.16 1.38 0.17 0.09 0.15 0.54 0.04 0.12 0.12 0.11 0.20 0.15 0.02 0.01 0.10 0.08 0.21
Pertumbuhan (y.o.y) -12.33 -25.31 -21.74 -16.24 -1.56 -10.87 -19.70 -7.83 -1.56 -21.05 -4.11 -2.39 -1.89 -0.51 -0.51 -3.62 -1.33 -0.08 0.00 0.00
Sumbangan (y.o.y) -0.29 -0.12 -0.05 -0.03 -0.02 -0.02 -0.02 -0.01 -0.01 -0.01 -0.01 -0.003 -0.002 -0.001 -0.001 -0.001 -0.0001 -0.0001 0.0000 0.0000
Tabel 2.13 Komoditas Penyumbang Deflasi Terbesar (q.t.q) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
KOMODITI Bandeng Layang Cakalang Daging Ayam Ras Teri Tembang Merah Kembung/Gembung Kangkung Bayam Baronang Cumi-Cumi Ikan Asin Belah Pepaya Tongkol Pisang Udang Basah Katamba Sunglir/Sungli Kol Putih/Kubis
BOBOT 2.57 1.75 1.30 1.41 0.70 0.27 0.30 0.38 0.50 0.41 0.29 0.18 0.18 0.18 0.13 0.45 0.53 0.38 0.16 0.11
Pertumbuhan (q.t.q) -24.70 -26.74 -25.09 -9.04 -13.89 -23.65 -18.52 -14.11 -9.85 -11.54 -13.83 -22.00 -21.89 -19.61 -25.09 -6.56 -5.19 -6.83 -15.32 -14.75
Sumbangan (q.t.q) -0.63 -0.47 -0.33 -0.13 -0.10 -0.06 -0.06 -0.05 -0.05 -0.05 -0.04 -0.04 -0.04 -0.04 -0.03 -0.03 -0.03 -0.03 -0.02 -0.02
Sumber : BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Secara triwulanan, 3 komoditas penyumbang deflasi terbesar pada laju inflasi triwulanan triwulan IV-2007 terjadi pada komoditas-komoditas yang masuk dalam kelompok ikan segar. Secara umum, deflasi pada komoditas-komoditas ini diperkirakan karena pasokan yang relatif melimpah sementara permintaan terhadap ikan segara sendiri menurun yang diperkirakan karena adanya persepsi masyarakat karena kondisi cuaca mengakibatkan pasokan ikan segar berkurang dan apabila terdapat dipasaran kondisi ikan relatif dalam kualitas yang tidak segar serta mahal harganya. Sehingga mendorong terjadinya penurunan konsumsi ikan segar.
2.3. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) Pada triwulan laporan, dua dari delapan kota di zona Sulampua mengalami perlambatan laju inflasi tahunan bila dibandingkan dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya, yaitu kota Makassar dan Ambon yang masing-masing tercatat sebesar 5,71% (y.o.y) dari 6,98% (y.o.y); 5,85% (y.o.y) dari 6,03% (y.o.y). Laju inflasi tahunan terendah di zona Sulampua pada triwulan laporan terjadi di kota Makassar sedangkan laju inflasi tahunan tertinggi di zona Sulampua terjadi di kota Ternate yang tercatat sebesar 10,43% (y.o.y).
Grafik 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Tahunan Kota-kota di Wilayah Zona Sulampua 25
% Makassar Manado Gorontalo Jayapura Ambon Palu Kendari Ternate
Sumber : B PS, dio lah
20
15
10
5
0 QI-06
QII-06
QIII-06
QIV-06
QI-07
QII-07
QIII-07
QIV-07
Secara triwulanan, inflasi tertinggi terjadi di kota Ternate yang tercatat sebesar 5,21% (q.t.q) selanjutnya diikuti kota Gorontalo yang tercatat sebesar 4,51% (q.t.q). Laju inflasi triwulanan terendah terjadi di kota Makassar yang justru mengalami deflasi sebesar 0,53%.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
53
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Kondisi likuiditas moneter di Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2007 secara umum mengalami peningkatan, terutama pada saat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan tahun baru yang jatuh pada periode triwulan IV-2007. Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, ditandai dengan pertumbuhan beberapa indikator utama perbankan antara lain penyaluran kredit, penghimpunan dana, total aset dan Net Interest Margin perbankan daerah. Perkembangan perbankan di Sulsel tersebut mendorong pertumbuhan sektor ekonomi Sulsel secara umum, terutama sektor keuangan-persewaan dan jasa perusahaan dimana perbankan merupakan subsektor yang dominan terhadap pembentukan PDRB di sektor
tersebut.
Disamping
itu
berbagai
kegiatan
perbankan
untuk
mendukung
perkembangan sektor rill mulai menunjukkan hasil, seperti Bazar Perbankan Syariah yang dilaksanakan pada triwulan IV-2007.
3.1 Perkembangan Moneter Berdasarkan
proxy
atau
Grafik 3.1. Uang Giral dan Kuasi di Sulsel (dlm Miliar rupiah)
taksiran terhadap besaran moneter tersebut (uang giral dan kuasi), kondisi likuiditas moneter di Sulsel pada triwulan
IV-2007
25 Triliun Rp 20
mengalami
peningkatan dibanding posisi akhir
Uang Giral Uang Kuasi Sumber : KBI Makassar
15
2006. Secara tahunan, uang kuasi 10
mencatat kenaikan sebesar 22,77% yaitu
dari
Rp16,01
trilyun
pada
5
triwulan IV-2006 menjadi Rp19,65 trilyun
pada
Sementara
triwulan
uang
giral
IV-2007.
0 Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q4- Q1- Q2- Q3- Q403 03 03 03 04 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 07 07
mencatat
kenaikan sebesar 1,04% yaitu dari Rp5,01 trilyun pada triwulan IV-2006 menjadi Rp5,06 trilyun pada triwulan IV-2007. Peningkatan tersebut juga terjadi secara triwulanan, tercatat uang kuasi dan giral mengalami peningkatan sebesar 9,99% dan 2,57 apabila dibandingkan triwulan III-2007.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
55
3.2
Perkembangan Bank Umum
3.2.1. Perkembangan Kelembagaan dan Asset Kinerja bank umum (konvensional dan syariah) pada triwulan IV-2007 mencatat beberapa peningkatan. Dari sisi kelembagaan, pada triwulan IV-2007 terdapat penambahan 6 kantor bank, yang terdiri dari 5 kantor bank konvensional (unit) dan 1 kantor unit usaha syariah. Penambahan jumlah kantor perbankan yang beroperasi di daerah tersebut menggambarkan tetap adanya upaya untuk menggali potensi pembiayaan di Sulawesi Selatan. Mencermati bahwa kantor bank dibuka tersebut berskala menengah kecil, maka diharapkan ke depan keberadaan unit-unit perbankan tersebut dapat lebih mengoptimalkan fungsi intermediasi di Sulawesi Selatan.
Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum di Sulawesi Selatan KETERANGAN Jumlah Bank Umum - BU Konvensional - BU Syariah - Unit Usaha Syariah Jumlah Kantor BU - BU Konvensional - BU Syariah - Unit Usaha Syariah Sumber : KBI Makassar
1 31 25 2 4 544 526 13 5
2006 2 3 31 31 25 25 2 2 4 4 0 0
4 32 26 2 4 545 527 12 6
1 32 26 2 4 544 526 13 5
2007 2 3 4 33 35 35 26 27 27 2 3 3 5 5 5 553 572 578 534 552 557 13 14 14 6 6 7
Sejalan dengan perkembangan kelembagaan, perkembangan aset bank umum pada triwulan IV-2007 juga menujukkan peningkatan. Pada triwulan IV-2007, total aset bank umum mencapai Rp32,46 triliun atau meningkat sebesar 29,06% dibandingkan akhir tahun 2006. Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan total aset bank swasta mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 38,47% dibanding akhir tahun 2006, sementara kelompok bank pemerintah tumbuh sebesar 24,58%. Dari sisi pangsa, kelompok bank pemerintah masih mendominasi pembentukan aset bank umum di Sulsel. Secara triwulanan, aset bank umum Sulsel tercatat meningkat sebesar 6,19%, yang lebih didorong oleh peningkatan aset kelompok bank swasta yang tercatat memberikan sumbangan sebesar 3,15% sementara kelompok bank pemerintah berkontribusi sebesar 3,04%.
Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank URAIAN - Pemerintah - Swasta Total Aset
2002
2003
2004
2005
2006
2007
9,429.65 4,332.99 13,806.29
11,247.65 5,729.89 17,027.65
12,688.15 6,375.20 19,063.35
14,567.59 7,681.17 22,248.76
17,043.81 8,105.27 25,149.07
21,233.28 11,223.26 32,456.53
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
56
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
3.2.2. Perkembangan DPK dan Kredit Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan IV-2007 tercatat meningkat sebesar 17,51% yaitu dari Rp20,93 trilyun pada akhir tahun 2006 menjadi Rp24,60 trilyun. Sementara itu, secara triwulanan, DPK tercatat meningkat sebesar 8,35% yaitu dari sebesar Rp22,70 triliun pada triwulan III-2007 menjadi sebesar Rp24,60 triliun pada triwulan IV-2007. Berdasarkan jenis simpanan, pertumbuhan tertinggi tercatat untuk tabungan yaitu sebesar 34,72% (y.o.y), diikuti deposito dan giro masing-masing sebesar 4,83% (y.o.y) dan 1,04% (y.o.y). Sementara secara triwulanan, terjadi penurunan deposito yaitu sebesar -3,04% (q.t.q) menjadi Rp6,72 triliun, sementara giro dan tabungan mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,57% dan 18,27%. Penurunan deposito tersebut diperkirakan disebabkan tingkat suku bunga deposito yang makin menurun sejalan dengan penurunan BI-rate, sehingga mendorong masyarakat untuk mengalihkan simpanannya kepada bentuk investasi lain. Kondisi lain yang diperkirakan sangat mungkin terjadi adalah pemindahan dana dari deposito ke pada bentuk tabungan sebagai instrumen penyimpanan sementara sebelum dikonversi kepada bentuk investasi lain.
Grafik 3.2. Perkembangan Penghimpunan DPK Bank Umum per Jenis Simpanan Giro
1
2
12.82 5.06 6.72
9.42
6.94
4
4.30
9.52
5.01
3
6.88
7.54
6.41
2
8.11
1
4.10
3.81 6.17 7.94
4 2005
6.21
3.31 6.05 7.38
4 2004
2.87
4 2003
3.54
2
2.64 3.95 6.34
4
3.33 5.62 7.70
6
4.93
Tabungan
8
6.93
10
10.84
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Deposito 10.21
Triliun Rp
12
4.71
14
0 2006
3
4*
2007
Berdasarkan kelompok bank, kelompok bank pemerintah masih mendominasi total DPK di Sulsel, yaitu sebesar 64,03%. Peningkatan DPK terbesar juga dialami oleh kelompok bank pemerintah yaitu sebesar 18,99%, terutama pada tabungan (34,53%). Sedangkan untuk DPK pada kelompok bank swasta, tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 14,97%, dengan pertumbuhan tertinggi adalah pada bentuk simpanan berupa tabungan (35,65%). Untuk penghimpunan deposito, bank swasta memiliki pangsa lebih besar dibanding bank pemerintah, yakni sebesar 60,47% terhadap total deposito bank umum .
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
57
Tabel 3.3. Penghimpunan Dana Bank Umum di Sulsel Bank Umum Total Bank Umum - Giro - Deposito - Tabungan Bank Pemerintah - Giro - Deposito - Tabungan Bank Swasta - Giro - Deposito - Tabungan
2005 16,646.92 3,327.10 5,618.95 7,700.87 Pertumbuhan (%) 10,171.54 2,524.25 2,114.97 5,532.31 Pertumbuhan (%) 6,475.38 802.85 3,503.97 2,168.55 Pertumbuhan (%)
2006
2007
20,933.65 5,007.94 6,444.69 9,481.02
24,599.54 5,060.05 6,753.50 12,785.99
25.75
17.51
13,237.90 4,084.37 2,415.74 6,737.79
15,752.11 4,017.71 2,669.74 9,064.66
30.15
18.99
7,695.75 923.57 4,028.95 2,743.23
8,847.43 1,042.34 4,083.77 3,721.33
18.85
14.97
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Selanjutnya, pada periode yang sama, kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di Sulsel juga tercatat mengalami peningkatan sebesar 25,32% dari Rp17,91 trilyun akhir tahun 2006 menjadi Rp22,44 trilyun pada triwulan IV-2007. Adapun secara triwulan, kredit/pembiayaan pada triwulan IV-2007 tercatat tumbuh 5,78% dibandingkan posisi pada triwulan III-2007. Peningkatan kredit tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel yang mengalami peningkatan. Berdasarkan segmentasi kredit, sebagian besar kredit/pembiayaan bank Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pangsa kredit UMKM dibandingkan total kredit pada triwulan IV-2007 adalah sebesar 54,08% atau lebih tinggi dibanding pangsa pada posisi
20
Sementara
itu
jika
10 5
sebelumnya, pertumbuhan kredit UMKM
0
58
Triwulan IV-2007
4
4
4
1
2
3
4
1
2003
2004
2005
15
dibandingkan dengan posisi triwulan
di Sulsel tercatat adalah sebesar 5,54%.
18 30
2007.
17 91
akhir
17 07
akhir 2006 menjadi Rp12,14 triliun pada
16 55
30,97%, yaitu dari Rp9,27 triliun pada
22 44
sebesar
Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
21 22
25
15 96
peningkatan
tercatat
15 43
mengalami
tersebut
11 11
UMKM
9 81
Kredit
19 87
Grafik 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum
akhir tahun 2006 yang sebesar 51,74%.
2006
2
3
4*
2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Berdasarkan
Grafik 3.4. Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Sulsel Pangsa thd Total Kredit
2
3
9 27
8 89
2
8 63
8 19
4
9 84
51.32%
6
54.08%
51.74%
52.05%
52.14%
8
54.20%
12 14
10
54.45%
53.78%
11 50
Kredit UMKM
12
10 82
14
T r iliu n R p
0
1
2006
4
1
2
3
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
jenis
penggunaan,
sebagian besar portofolio kredit masih 55% 55% 54% 54% 53% 53% 52% 52% 51% 51% 50% 50%
4*
didominasi
oleh
kredit
konsumsi
(43,64%), namun secara perlahan pangsa kredit modal kerja mendekati pangsa kredit konsumsi yaitu sebesar 41,54%. Pertumbuhan kredit modal kerja tercatat lebih tinggi dibandingkan jenis kredit lainnya yaitu sebesar 33,71%(y.o.y) yaitu
2007
dari
Rp6,97trilyun
pada
akhir
2006
menjadi Rp9,32 trilyun, diikuti pertumbuhan kredit konsumsi yang tercatat sebesar 30,97% (y.o.y) sementara untuk kredit invetasi justru mengalami penurunan yaitu sebesar 3,82%. Peningkatan pangsa kredit modal kerja Grafik 3.5. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum per Jenis Penggunaan
tersebut yang mendekati porsi kredit konsumsi
relatif
menggambarkan Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
positifnya ekspektasi pelaku usaha di Sulawesi
Selatan
perekonomian
terhadap
daerah
kinerja
dalam
Modal Kerja, 41.54%
Konsumsi, 43.64%
jangka
pendek (1-2 tahun ke depan) sehingga aktivitas
usaha
akan
mengalami
percepatan dalam jangka pendek meski Investasi, 14.82%
masih dalam besaran yang terbatas.
Grafik 3.6 . Perkembangan Kredit Bank Umum Per Jenis Penggunaan 12 Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum 10
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
1
2
3 2006
3
9.79
9.32
9.26
0
3.33
4
3.44
8.56 3.56
7.75
7.85
7.10
7.48
7.14
6.49
6.97
3.35
2
3.46
1
3.44
3.43
6.89
3.46
5.92
2
6.58
4
6.23
6
8.51
8
4*
2007
Berdasarkan sektor ekonomi, sektor lainnya (yang didalamnya termasuk kredit konsumsi) paling besar menyerap kredit, yakni mencapai Rp9,84 triliun, atau 43,86% dari
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
59
total
kredit.
Selanjutnya,
kredit
Grafik 3.7. Pangsa Penyaluran Kredit Bank Umum Per Sektor Ekonomi Trw. IV-2007
untuk sektor jasa pada triwulan IV2007
tercatat
30,99%
tumbuh
dibanding
sebesar
akhir
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
tahun
Industri, 7.11% Pertambangan, 0.10%
Pertanian, 3.82%
Listrik, Gas & Air, 0.48%
2006. Pertumbuhan kinerja kredit pada sektor ini sejalan dengan pertumbuhan
sektor
ini
Lainnya, 43.86%
yang
Konstruksi, 4.08%
cenderung disebabkan oleh faktor libur
panjang
yang
menggerakkan
relatif
sub-subsektor
hiburan dan rekreasi. Sementara itu,
penyaluran
lainnya
adalah
perdagangan
kredit kepada yang
Perdagangan, 31.47%
Jasa Sosial, 1.14%
terbesar
Angkutan, 2.03%
sektor
Jasa Dunia Usaha, 5.92%
mencapai
31,47% dari total kredit, atau sebesar Rp7,06 triliun. Pada triwulan IV-2007 penyaluran kredit kepada sektor perdagangan mengalami pertumbuhan sebesar 32,39% dibandingkan posisi pada triwulan yang sama tahun lalu. Pertumbuhan sektor perdagangan ini sejalan pula dengan pertumbuhan sektor perdagangan-hotel-restoran. Pertumbuhan kredit per sektor tertinggi tercatat terjadi pada kredit untuk sub sektor jasa-jasa dunia usaha yang meningkat 56,43%, diikuti oleh kredit untuk sektor perdagangan dan kredit lainnya yang masing-masing meningkat sebesar 32,39% dan 30,99%.
Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum untuk Sektor Perdagangan 12 Triliun Rp
Perdagangan
10
Lainnya
1
2
3 2006
60
9.31
7.06
6.19
6.53
8.61
7.89 5.62
5.33
4.98
4.78 4.32
2 0
7.07
6.63
4
7.19
6
7.51
8
9.84
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Triwulan IV-2007
4
1
2
3
4*
2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Jumlah Non Performing Loan secara gross (NPLs gross) di wilayah Sulsel tercatat sebesar Rp2,14 trilyun atau turun sebesar 3,56% dibandingkan akhir 2006 yang tercatat sebesar Rp2,22 trilyun. Secara rasio (NPL gross dibandingkan dengan total kredit), perbankan Sulsel tercatat mengalami perbaikan kinerja, yaitu dari rasio 12,38% pada akhir 2006 menjadi 9,53% pada triwulan IV-2007, begitu pula terjadi apabila rasio pada triwulan IV-2007 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,31%. Lebih lanjut rasio NPLs net juga memperlihatkan perbaikan yaitu dari 5,96% pada akhir 2006 menjadi 3,58%. Dari sisi sektoral, NPLs gross terbesar berada di sektor industri dan pertanian yaitu sebesar 45,45% dan 43,04%. Adapun secara netto, sektor industri masih mendominasi pangsa NPLs net yaitu sebesar 20,43% diikuti sektor konstruksi dengan NPLS net sebesar 5,47%.
Grafik 3.9. Kolektibilitas Kredit Bank Umum 3
Triliun Rp
NPLs Gross
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
2
2.14
1
2.61
2.54
2.22
2
2.49
2.63
2.49
2
2.36
3
1 1 0 1
2
3
4
2006
3
4*
2007
Kinerja intermediasi bank umum di Sulsel berdasarkan indikator rasio kredit dibanding DPK (LDR) pada triwulan IV-2007 tercatat adalah sebesar 91,24%, lebih tinggi dibandingkan LDR posisi akhir 2006 yang tercatat sebesar 85,55%. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan III-2007 yang LDRnya tercatat sebesar 93,46%, kinerja intermediasi bank umum pada triwulan IV-2007 mengalami penurunan. Penurunan tersebut diakibatkan peningkatan kredit yang relatif tidak dapat mengimbangi peningkatan DPK. Apabila dilihat dari sisi kabupaten/kota, LDR tertinggi terdapat di Kabupaten Takalar yang tercatat sebesar 156,12%, kemudian diikuti Kabupaten Jeneponto (151,47%) dan Kabupaten Maros (132,50%). Berdasarkan data LDR tersebut di atas, terlihat bahwa kotakota di sekitar Makassar (Metropolitan), yaitu Kabupaten Takalar, Gowa, Maros dan Jeneponto masih mencatat LDR di atas 100%. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya efek spill-over mengingat Makassar sebagai pusat keuangan/perbankan. Dengan kondisi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
61
tersebut, aliran uang (kredit) dari perbankan yang berpusat di Makassar relatif lebih lancar menuju ke daerah-daerah tersebut yang memiliki kebutuhan yang besar untuk pembiayaan pembangunan wilayahnya.
Tabel 3.4. Penyaluran Kredit dan DPK Per Kabupaten/Kota di Sulsel KABUPATEN / KOTA
DPK 291,937 Kab. Pinrang Kab. Gowa 213,179 Kab. Wajo 651,215 Kab. Bone 642,518 Kab. Tana Toraja 288,766 Kab. Maros 173,290 Kab. Luwu 903,151 261,449 Kab. Sinjai Kab. Bulukumba 410,750 Kab. Bantaeng 222,371 Kab. Jeneponto 119,608 178,588 Kab. Selayar Kab. Takalar 121,594 Kab. Barru 225,245 217,972 Kab. Sidenreng Rappang Kab. Pangkajene Kepulauan 302,149 266,347 Kab. Soppeng Kab. Enrekang 235,983 13,802,389 Kodya Makassar Kodya Pare-Pare 870,070 487,846 Kotif Palopo 47,230 Kotif Watampone Sumber : lap. Bulanan Bank Umum
2006 KREDIT 263,541 295,411 428,894 568,517 184,575 246,502 803,272 181,492 281,775 100,220 175,669 55,947 193,370 152,348 195,983 211,963 204,453 148,194 12,435,444 467,997 309,929 3,920
2007 LDR DPK KREDIT 90.27% 367599 332594 138.57% 306244 385102 65.86% 828405 881890 88.48% 708984 668663 63.92% 327837 222511 142.25% 212346 281366 88.94% 1035833 923777 69.42% 248809 237043 68.60% 536169 359946 45.07% 146427 137082 146.87% 150803 228414 31.33% 191696 66178 159.03% 161192 251660 67.64% 250718 188140 89.91% 265530 243631 70.15% 369038 249433 76.76% 304594 264348 62.80% 311350 171942 90.10% 16195461 15317986 53.79% 928198 585958 63.53% 703649 441195 8.30% 48661 5511
LDR 90.48% 125.75% 106.46% 94.31% 67.87% 132.50% 89.18% 95.27% 67.13% 93.62% 151.47% 34.52% 156.12% 75.04% 91.75% 67.59% 86.79% 55.22% 94.58% 63.13% 62.70% 11.33%
3.2.3. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Pada periode laporan, NIM (selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh Bank dengan biaya bunga yang harus dibayarkan oleh bank) perbankan daerah tercatat sebesar Rp1,90 triliun atau naik sekitar 27,01% dibandingkan posisi akhir 2006. Peningkatan tersebut didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga yaitu sebesar 19,49% dan sisanya disumbangkan oleh biaya bunga. Pendapatan bunga meningkat sebesar 11,27% yaitu dari Rp2,59 triliun pada akhir 2006 menjadi Rp2,88 triliun pada triwulan IV-2007. Sementara itu, biaya bunga turun 10,30% dibandingkan dengan triwulan IV-2006 dari Rp1,09 triliun. Dari indikator tersebut, kinerja perbankan daerah tercatat mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu dari 7,83% menjadi 8,42%. Peningkatan tersebut juga terjadi secara triwulanan, dimana pada triwulan III-2007 rasio NIMnya tercatat sebesar 6,12%. Peningkatan NIM tersebut disebabkan oleh semakin besarnya spread antara pendapatan bunga dengan biaya bunga terutama didorong oleh peningkatan penyaluran kredit khususnya kepada sektor lainnya dan perdagangan. 62
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Sejalan dengan peningkatan NIM tersebut di atas, laba perbankan Sulsel pada triwulan IV-2007 juga meningkat sebesar 32,33% dari Rp617,13 miliar pada triwulan IV2006 menjadi Rp816,64 miliar pada triwulan IV-2007, atau meningkat 25,46% bila dibandingkan laba triwulan III-2007 yang tercatat sebesar Rp650,89 miliar.
Grafik 3.10. Net Interest Margin (NIM) dan Laba/Rugi Triliun Rp
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
9% 8%
7.83%
Pendapatan Bunga
7%
Biaya Bunnga
6%
NIM
3.0 6.12%
2.5
6.02%
5%
2.0
4.11%
4.13%
4%
1.5
3%
2.09%
1.0
2.07%
2%
3.5
8.42%
Laba/Rugi
0.5
1%
0.0
0% 1
2
3
4
1
2
2006
3
4*
2007
3.2.4. Kinerja Bank Umum Syariah Pada triwulan IV-2007, terdapat penambahan jumlah kantor bank syariah sebanyak satu unit kantor cabang Bank Sulsel Syariah di Maros, sehingga kelembagaan perbankan syariah pada triwulan IV-2007 terdiri dari 8 bank (3 bank umum syariah dan 5 bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah) dengan jumlah kantor total sebanyak 21 kantor.
Dari
sisi
penghimpunan
dana
perbankan
pada
triwulan
syariah IV-2007
menghimpun sebesar
dana
Rp530,92
berhasil (DPK) miliar,
yang mengalami peningkatan sebesar
9,01%
dibandingkan
(q.t.q)
triwulan
III-
2007 yang tercatat sebesar Rp487,05 meningkat
miliar
Grafik 3.11. Perkembangan Bank Syariah di Sulsel 1,200 Miliar Rp 1,000
Aset
DPK
Pembiayaan
FDR
250 200
800
150
600 100
400
50%
200
0%
-
atau 35,85%
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
1
2
3 2006
4
1
2
3
4
2007
Triwulan IV-2007
63
dibandingkan pencapaian pada akhir tahun 2006 yang sebesar Rp390,80 miliar. Peningkatan triwulanan disumbang oleh tabungan yang tercatat sebesar 8,51% (q.t.q), sementara untuk simpanan giro memberikan kontribusi negatif yaitu sebesar -3,29%. Sedangkan peningkatan tahunan terbesar disumbang oleh deposito, yaitu
sebesar 18,01% dan mengalami
peningkatan sebesar 47,15% hingga mencapai Rp219,64 miliar. Sumbangan lainnya diberikan oleh tabungan yaitu sebesar 17,88% atau mengalami peningkatan sebesar 37,89% menjadi Rp341,61 miliar. Sementara giro tercatat mengalami penurunan sebesar 0,26% menjadi Rp56,94 miliar Peningkatan instrumen deposito diperkirakan karena nilai bagi hasilnya masih melebihi tingkat suku bunga perbankan konvensional sehingga tetap menarik nasabah dalam menempatkan dananya pada jenis instrumen tersebut. Dari sisi pembiayaan, kinerja perbankan syariah pada triwulan IV-2007 tercatat mencapai sebesar Rp858,27 miliar atau meningkat sebesar 30,55% dibandingkan dengan akhir 2006. Penggunaan pembiayaan tersebut didominasi untuk modal kerja (44,19%), diikuti kredit konsumsi (39,80%) dan kredit investasi (16,01%). Sementara itu dari sisi sektoral, alokasi pembiayaan sebagian besar masih disalurkan ke sektor lainnya (39,80%) dan jasa dunia usaha (25,48%). Lebih lanjut, kualitas pembiayaan perbankan syariah secara bruto (NPF gross) masih lebih baik dibandingkan dengan kredit perbankan konvensional yaitu sebesar 5,54%, lebih baik pula dibanding akhir tahun 2006 yang tercatat sebesar 5,81%. Secara triwulanan, pada triwulan IV-2007 terjadi peningkatan pembiayaan sebesar 8,33% (q.t.q) dibandingkan pembiayaan pada triwulan III-2007 yang tercatat sebesar Rp792,26 miliar.
Peningkatan
pembiayaan
tersebut
didorong
oleh
sumbangan
peningkatan
pembiayaan konsumsi yaitu sebesar 4,94%. Dengan adanya peningkatan yang relatif tinggi pada penghimpunan dana dan ekspansi pembiayaan secara langsung maka akan meningkatkan perkembangan aset perbankan syariah, yang pada triwulan IV-2007 menjadi sebesar Rp1,03 triliun atau tumbuh 34,85% dibanding akhir 2006, atau tumbuh 6,07% dibanding aset pada triwulan III-2007.
3.2.5. Kinerja Bank Pekreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah (BPRS) Dari segi kelembagaan, pada triwulan IV-2007 jumlah bank dan kantor BPR yang beroperasi di wilayah Sulsel tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebanyak 27 bank (21`konvensional dan 6 syariah) dengan 45 kantor (32 konvensional dan 13 syariah). Total kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPR/S pada triwulan IV-2007 tercatat naik sebesar 77,70% dibanding posisi triwulan IV-2006 atau menjadi Rp175,04 miliar pada triwulan IV-2007. Peningkatan tersebut juga terjadi apabila dibandingkan dengan triwulan III-2007 dimana kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp155,05 miliar. Sehingga kredit yang disalurkan BPR/S pada triwulan IV-2007 naik 12,89%
64
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
dibanding posisi triwulan III-2007. Searah dengan alokasi dana oleh bank umum, maka mayoritas kredit BPS/S masih dialokasikan pada sektor lainnya (sebagian besar untuk konsumsi) dan sektor perdagangan, yaitu masing-masing sebesar 60,70% dan 22,33%. Adapun
dari
sisi
kualitas
kredit/pembiayaan
yang
Grafik 3.12. Pangsa Kredit BPR/S per Sektor Ekonomi Sumber : Lap. Bulanan BPR
disalurkan oleh BPR/S, rasio NPLs (gross) BPR/S pada triwulan IV2007 tercatat adalah sebesar 7,82%, lebih baik dibandingkan kinerja pada triwulan IV-2006
- Lain-lain, 60.70%
yang tercatat sebesar 11,63%.
- Pertanian, 8.38%
- Jasa-jasa, 7.57%
Perbaikan rasio tersebut juga
- Perindustrian, 1.02%
- Perdagangan, 22.33%
terjadi secara triwulanan, yang tercatat rasio NPLs pada triwulan III-2007 sebesar 8,63%.
Tabel 3.5. Indikator Utama BPR/S di Sulsel
Dari
sisi
penghimpunan
dana,
Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR/S
RINCIAN
2005
2006
2005
DPK
38,105
68,462
113,779
66,19% dari Rp68,46 miliar pada
Kredit
62,621
98,505
175,039
triwulan
LDR
164.34% 143.88% 153.84%
NPL
15.44%
11.44%
7.82%
Laba Rugi
418.80
1,173
3,900
Sumber : Lapbul BPR
mencatat
peningkatan
IV-2006
sebesar
menjadi
Rp113,78 miliar pada triwulan IV2007. Dengan demikian, perbandingan
rasio
kredit/pembiayaan
dengan dana pihak ketiga (LDR) BPR/S
pada
triwulan
IV-2007
tercatat mengalami peningkatan dari 143,88% menjadi 153,84%. Kondisi ini merupakan cerminan dari peningkatan fungsi intermediasi BPR/S yang sejalan dengan kinerja intermediasi oleh bank umum (baik konvensional maupun syariah). Namun bila dibandingkan dengan LDR triwulan III-2007 yang tercatat sebesar 158,40%, maka kinerja BPR/S di Sulsel mengalami penurunan. Penurunan tersebut diakibatkan karena peningkatan penyaluran kredit yang tercatat sebesar 12,89% (q.t.q) tidak mampu mengimbangi peningkatan DPK yang tercatat sebesar 16,24% (q.t.q).
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
65
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Box 2
Pemetaan Lembaga Pembiayaan Bank dan Non-Bank Dalam Penyaluran Kredit Pada Usaha Mikro Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan (Penelitian Bersama Bank Indonesia dgn Rielbank Universitas Hasanuddin)
Usaha Mikro Kecil pada umumnya sangat berhubungan dengan kehidupan rakyat kecil sehari-hari mengingat banyaknya komponen masyarakat yang berkerja pada sektor ini. Keunggulan UMK pada dasarnya berupa fleksibilitas kebutuhan investasi yang relatif kecil, berbasis bahan baku lokal dan mampu menyerap cukup banyak tenaga kerja terutama angkatan kerja yang tidak tersalur pada sektor pemerintahan dan industri yang membutuhkan kualifikasi standar pendidikan dan keterampilan tertentu. Namu demikian, dukungan pembiayaan terhadap pengembangan UMK ini dirasakan masih sangat kurang memadai. Khusus untuk pembiayaan UMK di wilayah Sulsel terdapat beberapa aspek penting (Yunus, 2003 dan 2006;
Robinson, 2004; Untoro, 2004),
antara lain (1) masih terdapatnya resistensi dari pihak perbankan daerah dalam penyaluran kredit kepada UMK yang lebih bersifat fund channeling; (2) UMK masih menilai terdapatnya kendala birokrasi dan aturan yang menyebabkan berkurangnya akses terhadap kredit perbankan; (3) masih terbatasnya sumber pendanaan dengan biaya dana yang terjangkau di daerah;
(4) terjadinya double financing, kompetisi yang tidak adil, lemahnya informasi dan
jaringan yang kemudian menyebabkan munculnya moral hazard dan adverse selection; (5) perlunya bantuan teknis atau pembinaan untuk mendorong UMK agar dapat memenuhi lending criteria dan pemahaman terhadap cakupan pendanaan oleh lembaga pembiayaan bank maupun non bank. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui peranan lembaga pembiayaan bank dan non bank dalam penyaluran kredit pada UMK di Sulsel; (2) untuk mengetahui peta penyaluran kredit lembaga pembiayaan bank dan non-bank pada UMK di Sulsel; (3) untuk mengetahui keterkaitan antara karakteristik UMK dengan perilaku pengambilan kredit melalui lembaga pembiayaan bank dan non-bank dan (4) untuk memaparkan studi kasus tentang bagaimana teknik dan strategi yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan bank dan non-bank dalam rangka melakukan penyaluran kredit pada UMK di Sulsel. Fokus penelitian ini adalah pada enam kabupaten/kota yaitu Makassar, Pangkep, Wajo, Enrekang, Takalar dan Bulukumba. Penentuan daerah-daerah tersebut didasarkan kepada kondisi karakteristik jenis usaha yang difokuskan pada penelitian ini (hortikultura/tanaman pangan, perikanan/kelautan, dan industri rumah tangga) di masing-masing kabupaten/kota di Sulsel, sementara unit analisis adalah UMK yang memperoleh bantuan pembiayaan dari lembaga keuangan bank dan non
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
67
bank yang melakukan kegiatan usaha pada ketiga jenis usaha di atas. Penelitian ini sendiri akan dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan (bulan Oktober-Desember 2007) dengan jumlah sampel yang ditarik sebanyak 360 unit usaha. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada dua katagori kelompok sampel, yaitu sampel pengusaha UMK dan lembaga pembiayaan bank dan nonbank. Selanjutnya, dalam penelitian ini, selain pelaksanaan survei terhadap UMK dilakukan pula indepth interview bagi pelaku usaha non-bank pada masing-masing kabupaten/kota yang terpilih sebagai lokasi penelitian. Isi dari indepth interview tersebut antara lain adalah sejarah perkembangan usaha, nilai dan jenis kredit yang disalurkan, tingkat imbal hasil/bunga, teknik pemasaran kredit, ada/tidaknya kerjasama dengan lembaga lain serta tingkat kepedulian dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Adapun metode analisis pada penelitian ini adalah (1) analisis deskriptif; (2) analisis pemetaan untuk melihat posisi relatif masing-masing
lembaga
pembiayaan
terkait
dengan
karakteristik
UMK
dengan
menggunakan tabulasi silang; (3) analisis kuantitatif (chi-square) untuk mengetahui hubungan antara karekteristik usaha seperti status badan usaha, jenis usaha, kepemilikan tempat usaha, ketersediaan dokumen kredit, nilai aset dan skala usaha; dan (4) untuk studi kasus (sebagaimana disebutkan dalam tujuan penelitian) di samping menggunakan analisis deskriptif yang dilengkapi dengan indepth interview. Hasil pengolahan data dan analisis yang dilakukan mengungkapkan bahwa: a. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada pemberian kredit menurut jenis usaha UMK (hortikultura/tanaman pangan, perikanan/kelautan, dan industri rumah tangga) baik yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan bank maupun non-bank. Dengan kata lain, berdasarkan perspektif lembaga pembiayaan, ketiga jenis usaha ini memiliki prospek usaha yang relatif sama. b. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pemberian kredit skala mikro dan kecil baik yang dilakukan oleh lembaga keuangan bank maupun non-bank. Lembaga pembiayaan non-bank cenderung untuk lebih memperhitungkan faktor risiko kredit dibandingkan lembaga pembiayaan bank. c. Debitur (pengusaha mikro/kecil) yang mengambil kredit melalui dua sumber lembaga pembiayaan (bank dan non-bank) memiliki rata-rata nilai kredit yang lebih besar dibandingkan debitur yang memilih hanya salah satu sumber lembaga pembiayaan. Secara implisit, kondisi ini menunjukkan bahwa plafon kredit yang ditetapkan oleh masing-masing lembaga pembiayaan relatif lebih kecil dibandingkan kebutuhan kredit debitur. 68
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
d. Diantara unit usaha yang bankable terdapat 25,59% yang lebih memilih kepada lembaga pembiayaan non-bank. Kondisi ini disebabkan oleh kesesuaian dan mudah dipenuhinya jaminan, syarat-syarat pemberian kredit relatif lebih ringan dan proses persetujuan yang tidak berbelit-belit. Lebih lanjut, lembaga pembiayaan non-bank memiliki ciri khas berupa jangka waktu kredit yang fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan debitur, kedekatan nasabah dengan lembaga sumber pembiayaan non-bank serta terdapatnya berbagai bonus. Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa rekomendasi baik kepada pemangku kebijakan maupun perbankan di daerah, yaitu : a. Diharapkan partisipasi bank swasta untuk dapat mengambil bagian dalam pemberian kredit pada UMK di daerah kabupaten dan kecamatan dapat ditingkatkan. b. Perbankan diharapkan dapat memberikan persyaratan kredit yang lebih berdasarkan kepada skala usaha misalnya semakin kecil skala usaha maka semakin kecil imbal hasil/bunga yang dibebankan dan persyaratan administrasi yang relatif dipermudah. c. Lembaga pembiayaan non-bank, khususnya ventura dan pegadaian perlu memperluas jaringan dengan membuka akses di daerah, khususnya kecamatan dan pedesaan agar UMK
yang
bergerak
pada
jenis
usaha
hortikultura/tanaman
pangan
dan
perikanan/kelautan akan lebih memiliki akses terhadap sumber-sumber pembiayaan. d. Mengingat pengusaha mikro/kecil cenderung memilih lembaga pembiayaan yang dekat dengan lokasi usaha (biasanya adalah koperasi) maka lembaga pembiayaan yang berada di wilayah kota perlu meningkatkan kerjasama dengan lembaga pembiayaan yang lebih dekat dengan pelaku usaha, misalnya dengan mengoptimalkan mekanisme channeling. e. Pemerintah Daerah (Pemda) perlu mencermati kemungkinan pengembangan regulasi yang memudahkan UMK mengakses sumber-sumber pembiayaan yang tersedia di daerah, khususnya bagi lembaga pembiayaan bank maupun non-bank yang dimiliki oleh Pemda.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
69
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia terus mengupayakan terselenggaranya sistem pembayaran yang efisien, cepat dan aman. Hal ini disebabkan karena Sistem Pembayaran (payment system) merupakan salah satu jenis layanan utama perbankan dalam mendukung kelancaran aktivitas perekonomian. Dari sisi media transaksi sistem pembayaran yang ada saat ini dapat berupa sistem pembayaran tunai (menggunakan uang kartal) dan sistem pembayaran non tunai (kliring dan BI-RTGS). Pada triwulan IV-2007, perkembangan sistem pembayaran non tunai, Bank Indonesia terus melakukan penyempurnaan sistem kliring, yaitu dengan mengimplementasikan Sistem Kliring Nasional (SKN) dan sistem RTGS. Sementara pada sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia terus berupaya memenuhi kebutuhan uang kartal dalam jumlah dan pecahan yang cukup dan layak edar, terutama pada saat hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan tahun baru.
4.1. Pengedaran Uang Kartal 4.1.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) Aliran uang kartal masuk (inflow) maupun aliran uang keluar (outflow) di KBI Makassar pada triwulan IV-2007 mengalami penurunan dibanding triwulan IV-2006. Penurunan tersebut, selain karena adanya mekanisme Cash Center, juga diperkirakan adanya pergeseran bulan Ramadhan yang pada tahun 2007 jatuh pada triwulan III-2007. Pada triwulan IV-2007, inflow ke KBI Makassar tercatat sebesar Rp1,31 triliun, atau meningkat 41,73% (y.o.y) dibandingkan triwulan III-2007. Kondisi yang sama juga terjadi pada outflow yang turun sebesar 30,59% (y.o.y) dibandingkan triwulan lalu atau menjadi Rp1,81 triliun, sehingga pada triwulan IV-2007, KBI Makassar mengalami net-otflow . Sementara secara triwulanan, pada triwulan IV-2007 terjadi peningkatan outflow yang sangat tinggi yaitu sebesar 367,29% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan sebesar 67,53% (q.t.q). Peningkatan tersebut selain karena adanya kegiatan keagamaan, juga diperkirakan adanya pengaruh kegiatan pilkada Sulsel. Sementara inflow juga meningkat yaitu sebesar 56,33% (q.t.q) namun lebih rendah dibanding inflow triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 68,55%. Secara kumulatif, pada tahun 2007, inflow ke Bank Indonesia tercatat sebesar Rp4,67 triliun, atau turun 50,88% dibanding dengan inflow pada triwulan yang sama tahun
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
71
sebelumnya. Begitu juga dengan outflow dari Bank Indonesia sebesar Rp3,79 triliun, atau turun 56,78% dibandingkan outflow triwulan IV-2006. Dengan demikian maka perkasan KBI Makassar berada dalam posisi net-inflow yaitu sebesar Rp878,93 milyar.
Grafik 4.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di KBI Makassar 3,000
Triliun Rp Inflow
2,500
Outflow Netto
2,000 1,500 1,000 500 (500)
1
2
3
4
1
2006
2
3
4
2007
(1,000)
4.1.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Sebagai upaya untuk menjaga agar uang yang diedarkan dalam kondisi yang layak edar, Bank Indonesia melakukan pemusnahan terhadap uang yang tidak layak edar kemudian digantikan dengan yang yang masih segar dan layak. Rasio PTTB terhadap aliran uang kertas yang masuk (inflow) ke KBI Makassar tercatat sebesar 66,22% atau senilai Rp870,38 miliar, meningkat dibandingkan rasio PTTB pada triwulan IV-2006 yaitu sebesar sebesar 39,06%. Berdasarkan nominalnya, sebagian besar uang yang dimusnahkan adalah pecahan Rp50.000 dan Rp100.000, masing-masing sebesar 53,74% dan 24,86% dari total nominal pemusnahan uang. Dengan asumsi bahwa sistem Cash Center telah berjalan cukup baik maka kondisi ini diperkirakan dapat menggambarkan tingginya tingkat perputaran penggunaan uang kartal di daerah. Apabila dibandingkan dengan triwulan III-2007, tercatat terjadi peningkatan nilai PTTB yaitu dari Rp469,29 miliar menjadi Rp870,38 miliar. Peningkatan pecahan PTTB terbesar terjadi pada pecahan Rp100.000. Sementara dari sisi lembar, pecahan uang yang paling banyak dihancurkan yaitu pecahan Rp1.000 dan Rp50.000 yang masing-masing berjumlah 9,51 juta lembar dan 9,35 juta lembar.
72
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Grafik 4.2. Perkembangan PTTB Bank Indonesia Makassar 3,000
100%
Triliun Rp
90%
2,500
80% 70% 60%
2,000
Inflow
1,500
50%
PTTB
40%
PTTB/Inflow
1,000
30% 20% 10%
500
0%
1
2
3
4
1
2
2006
3
4
2007
4.1.3. Uang Palsu Selama
triwulan
IV-2007,
jumlah temuan uang rupiah palsu di wilayah
KBI
Makassar
adalah
sebanyak 157 lembar atau naik 30 lembar
dibandingkan
Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan
dengan
20,000 , 6.37%
10,000 , 3.18%
5,000 , 4.46%
100,000 , 24.84%
triwulan IV-2006. Jumlah temuan uang palsu yang paling banyak ditemukan
adalah
uang
kertas
pecahan Rp50.000 dan Rp100.000 masing-masing sebesar 61,15% dan 24,84% dari total lembar uang palsu yang ditemukan. Jumlah uang palsu
50,000 , 61.15%
yang ditemukan selama triwulan IV-2007 adalah senilai Rp8.985.000, sementara pada triwulan IV-2006 adalah sebesar Rp8.430.000. Peningkatan temuan uang palsu tersebut relatif menggambarkan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah. Upaya yang terus dilakukan Bank Indonesia untuk menekan perkembangan peredaran uang palsu tersebut antara lain dengan melakukan sosialisasi ciriciri keaslian uang rupiah dan peningkatan penayangan iklan layanan masyarakat mengenai instrumen pembayaran tunai tersebut. Apabila dibandingkan dengan triwulan III-2007, temuan uang palsu pada triwulan IV-2007 mengalami penurunan. Uang palsu yang ditemukan selama triwulan III-2007 tercatat sebesar 233 lembar dengan nilai total sebesar Rp14.185.000, dengan pecahan terbesar yang dilakukan pemalsuan adalah pecahan Rp50.000 (46%) dan Rp100.000 (35%). Secara kumulatif, jumlah uang palsu yang
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
73
ditemukan selama tahun 2007 tercatat sebesar Rp58.160.000, sementara selama tahun 2006 temuan uang palsu hanya sebesar Rp23.990.000.
4.2. Lalu Lintas Pembayaran Giral 4.2.1. Kliring Lokal Nilai rata-rata transaksi pembayaran antar bank melalui sistem kliring di Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2007 adalah sebesar Rp107,213 miliar per bulan atau naik 16,76% dibanding akhir tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp91,82 miliar. Sementara volume transaksi kliring rata-rata adalah 3.857 warkat per bulan, naik 22,98% dibanding akhir 2006 yang tercatat sebesar 3.140 warkat per bulan. Secara kumulatif, nilai transaksi kliring ratarata sebesar Rp89,591 miliar per bulan, lebih rendah dibandingkan nilai transaksi rata-rata kliring pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp94,975 miliar. Begitu pula untuk volume kliring ratarata pada tahun 2007 yang tercatat sebesar 3.336 per bulan, lebih rendah dibanding volume kliring rata-rata tahun 2006 sebesar 4.195 per bulan. Penurunan tersebut relatif sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2007, khususnya yang terjadi pada semester I tahun 2007.
Tabel 4.1. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Sulsel URAIAN / TRIWULAN
2006 1
2
2007 3
4
1
2
3 4 Total Perputaran Kliring 299.44 310.00 240.17 185.05 169.84 204.30 220.99 231.43 - Lembar (ribuan) 6,093.67 6,266.29 5,589.75 5,417.37 4,306.76 5,397.16 6,056.61 6,432.80 - Nominal (miliar Rp) Rata-rata Harian Perputaran Kliring 4.83 5.00 3.81 3.14 2.74 3.30 3.45 3.86 - Lembar (ribuan) 98.28 101.07 88.73 91.82 69.46 87.05 94.63 107.21 - Nominal (miliar Rp) Nisbah Rata-rata Penolakan Cek/BG Kosong 0.75 0.59 0.71 0.63 0.46 0.54 0.62 0.86 - Lembar (%) 0.77 0.71 0.72 0.72 0.56 0.63 0.64 0.93 - Nominal (%)
Secara triwulanan, terjadi peningkatan peningkatan nilai rata-rata harian perputaran kliring yaitu dari Rp94,63 miliar menjadi Rp107,21 miliar. Peningkatan tersebut selain karena kegiatan keagamaan juga didorong oleh adanya percepatan pembangunan proyek pemerintah. Selanjutnya, rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong hingga akhir periode laporan tercatat sebesar 0,86%, lebih tinggi dibandingkan angka pada triwulan IV-2006 yang sebesar 0,63%. Berdasarkan nilai nominalnya, rasio rata-rata warkat yang ditolak juga mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,93% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,72%.
74
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
4.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) merupakan salah satu penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana di atas Rp100 juta. Pada periode laporan, sejalan juga dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel, transaksi masuk (incoming) dan transaksi keluar (outgoing) melalui RTGS menunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan transaksi pada periode laporan ini diperkirakan karena iklim usaha sedang melambat sehubungan dengan kondisi politik daerah yang relatif kurang kondusif. Secara tahunan (y-o-y), transaksi incoming turun sebesar 35,29% menjadi Rp5,55 triliun, sementara transaksi outgoing turun sebesar 30,39% menjadi Rp7,14 triliun. Dengan demikian, secara netto terjadi net-outgoing sebesar Rp1,58 triliun, lebih kecil dibandingkan net-outgoing periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,67 triliun. Penurunan tersebut juga terjadi apabila dibandingkan dengan triwulan III-2007, dimana inflow dan outflow pada triwulan III-2007 masing-masing tercatat sebesar Rp8,71 triliun dan Rp9,93 triliun. Secara kumulatif, pada tahun 2007, terjadi penurunan incoming di Sulsel yaitu sebesar 13,18% dibanding tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp39,56 triliun. Sementara itu, untuk outgoing terjadi peningkatan sebesar 16,05% dibanding tahun 2006 yang tercatat sebesar Rp27,30 triliun. Kondisi tersebut mengakibatkan net–incoming pada tahun 2007 menurun sebesar 78,28% atau menjadi Rp2,66 triliun dibandingkan pencapaian pada tahun 2006. Perkembangan tersebut relatif turut mengindikasikan adanya perlambatan pergerakan sektor riil daerah yang mencerminkan kinerja perekonomian Sulawesi Selatan yang juga cenderung melambat.
Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS 16
Triliun Rp
Inflow
14
Outflow
12
Netto
10 8 6 4 2 (2) (4)
1
2
3
4
1
2005
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2
3 2006
4
1
2
3
4
2007
Triwulan IV-2007
75
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 5
Ketenagakerjaan
5.1. Tenaga Kerja Indonesia Secara kumulatif pada tahun 2007, tercatat adanya peningkatan penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Sulawesi Selatan ke luar negeri yaitu sebesar 21,2%(y.o.y) atau menjadi 1.419 orang dibanding pencapaian pada tahun 2006. Peningkatan tersebut didorong pengiriman TKI pada triwulan III-2007 yang cukup tinggi yaitu sebesar 535 orang, sementara pengiriman TKI pada triwulan laporan tercatat hanya sebesar 126 orang atau terjadi peningkatan 21,2% (y.o.y). Peningkatan secara kumulatif tersebut diperkirakan terjadi masih tingginya angka putus sekolah di Sulsel dan masih rendahnya tingkat penghasilan yang dapat diperoleh dengan tingkat pendidikan tersebut sehingga mendorong
masyarakat yang mengalami
putus sekolah menjadi TKI.
Grafik 5.1 Tingkat Pendidikan TKI Sulsel 1,400
a. <= SLTP
b. SLTA
c. Perguruan Tinggi
Sumber : Dinas Transmigrasi dan Tenaga
1,200 1,000 800 600 400 200 1 (200)
2
3
4
Jml
1
2005
2
3
4
Jml
1
2
2006
3
4
Jml
2007
Kondisi tersebut di dibuktikan dengan tingkat pendidikan TKI Sulsel, dimana 92,4% TKI Sulsel memiliki taraf tingkat pendidikan SLTP ke bawah, sedangkan sisanya tingkat pendidikan SLTA. Sementara itu, untuk tingkat pendidikan perguruan tinggi jumlahnya relatif minim dan diperkirakan golongan penduduk dengan tingkat pendidikan tersebut cenderung mencari kerja di tingkat regional atau berpindah ke daerah di luar Sulsel yang masih memiliki lowongan pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan kondisi di Sulsel.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
77
Grafik 5.2 Jenis Kelamin TKI Sulsel 1,400
Sumber : Dinas Transmigrasi dan Tenaga a. Laki-laki
1,200
b. Perempuan
1,000 800 600 400 200 1
2
3
(200)
4
Jml
1
2
2005
3
4
Jml
1
2
2006
3
4
Jml
2007
Dari sisi jenis kelamin, pada tahun 2007, pengiriman TKI didominasi oleh tenaga kerja berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 57,6% yang relatif akan diperkerjakan menjadi tenaga buruh kasar di luar negeri. Adapun berdasarkan negara tujuan, Malaysia merupakan negara tujuan utama dengan pangsa sebesar yaitu sebesar 58,2% dari total TKI Sulsel, diikuti Arab Saudi dengan pangsa sebesar 35,2%.
Grafik 5.3 Negara Tujuan TKI Sulsel 1,200
Sumber : Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja
1,000
a. Malaysia
b. Jepang
c. Arab Saudi
d. Lainnya
800
600
400
200
1 (200)
78
2
3 2005
Triwulan IV-2007
4
Jml
1
2
3
4
2006
Jml
1
2
3
4
Jml
2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
5.2. Status Pekerjaan Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), per Agustus 2007 terjadi peningkatan pekerja (penduduk usia di atas 15 tahun) di Sulsel, yaitu sebesar 2,06% dibanding Agustus 2006 atau menjadi 5,42 juta orang. Dari jumlah tersebut, tercatat yang menjadi angkatan kerja adalah sebesar 61,07% dan yang bekerja pada angkatan kerja tersebut sebesar 88,75%. Angka angkatan kerja yang bekerja tersebut, pada tahun 2007, mengalami peningkatan sebesar 7,33% (y.o.y) dari posisi Agustus 2006 yang tercatat sebesar 2,74 juta orang. Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Kegiatan
KEGIATAN UTAMA 1 Penduduk usia 15 Tahun Ke Atas 2 Angkatan Kerja a. Bekerja b. Tidak Bekerja 3 Bukan Angkatan Kerja 4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK, %) 5 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT, %)
Agustus 2006
Agustus 2007
5,313,803 3,139,320 2,738,632 400,688 2,174,483 59.1 12.8
5,423,403 3,312,177 2,939,463 372,714 2,111,226 61.1 11.3
Sumber : BPS Sulsel
Tabel 5.2 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan
STATUS PEKERJAAN FORMAL - Berusaha dibantu buruh tetap - Buruh/karyawan INFORMAL - Berusaha sendiri - Berusaha dibantu buruh tidak tetap - Pekerja bebas pertanian - Pekerja bebas non pertanian - Pekerja tidak dibayar TOTAL
Ags Jumlah 880,744 72,367 808,377 1,857,888 523,490 712,165 67,837 38,053 516,343 2,738,632
2006 %
Ags Jumlah
32.16 746,189 8.22 76,088 91.78 670,101 67.84 2,193,274 28.18 533,763 38.33 845,680 3.65 116,621 2.05 39,035 27.79 658,175 87.24 2,939,463
2007 % 25.39 10.20 89.80 74.61 24.336 38.558 5.317 1.780 30.009 88.747
Sumber : BPS Sulsel
Peningkatan tersebut didorong oleh penyerapan jumlah angkatan kerja yang relatif meningkat pada sektor pertanian, sektor perdagangan yaitu masing-masing sebesar 9,76% dan 5,56%. Di sisi lain, sektor jasa dan lainnya (listrik/gas/air, tambang, konstruksi, angkutan dan lembaga keuangan) tercatat memberikan kontribusi negatif terhadap penyerapan angkatan kerja daerah.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
79
Sejalan dengan masih tingginya kontribusi sektor pertanian tersebut, maka dari sisi status pekerjaan utama, angkatan kerja yang bekerja didominasi oleh kegiatan ekonomi informal yaitu sebesar 74,6% dari jumlah angkatan kerja yang bekerja, sementara sisanya pada status pekerjaan sebagai karyawan dan berusaha dibantu buruh tetap. Kondisi tersebut cenderung menggambarkan kondisi lapangan kerja di Sulsel, yaitu bahwa lapangan kerja formal di Sulsel relatif sangat minim meski lapangan kerja di Sulsel tetap tersedia, namun masih rendahnya tingkat pendidikan angkatan kerja menyebabkan angkatan kerja tersebut tidak terserap secara optimal oleh lapangan kerja saat ini yang ada. Namun demikian, secara umum terjadi peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Sulsel yang pada Agustus 2007 tercatat 61,07 atau lebih tinggi dibanding periode-periode sebelumnya. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar 11,25 atau lebih rendah dibanding periodeperiode sebelumnya. Kondisi tersebut di atas tidak terlepas dari kondisi ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja di Sulsel pada saat survei tenaga kerja tersebut dilakukan. Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia Makassar, pada bulan saat survei tenaga kerja dilakukan, yaitu bulan Agustus 2007, terdapat kecenderungan adanya peningkatan kondisi ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja yang sejalan dengan adanya peningkatan TPAK di Sulsel. Diperkirakan peningkatan TPAK tersebut disebabkan oleh adanya ketersediaan lapangan kerja yang didukung oleh kondisi ekonomi yang kondusif.
Grafik 5.4 Indeks Kondisi Ekonomi dan Ketersediaan Lapangan Kerja di Sulsel 160
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
150 140 130 120 110 100 90
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
80
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
70
Indeks
60
80
1
2
3
4
Triwulan IV-2007
5
6
7
2006
8
9
10
11
12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Di sisi lain, apabila dibandingkan antara peningkatan ketersediaan lapangan kerja pada saat tersebut dengan penurunan pada kegiatan ekonomi formal maka kondisi ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya kesempatan kerja di kegiatan ekonmi formal, sehingga para calon dan atau tenaga kerja cenderung mencari lapangan pekerjaan ke kegiatan ekonomi informal. Yang perlu dicermati adalah pergeseran tenaga kerja dari kegiatan ekonomi formal ke informal, terutama pada sektor pertanian yang mengakibatkan terjadi peningkatan tenaga kerja pada sektor tersebut. Sementara sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan Sulsel dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan kontribusi dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi Sulsel.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
81
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 6
Keuangan Daerah
Alokasi anggaran pemerintah pusat kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk tahun anggaran 2008 telah ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 110 tanggal 6 Desember 2007, pemerintah telah membagi Dana Alokasi Umum kepada provinsi dan kota. Adapun DAU untuk provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan 23 kabupaten/kota di Sulsel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 6.1. Perkembangan DAU Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah) No. BIDANG 2007 2008 Growth 599,508 656,710 9.54% 1 Prop. Sulsel 206,737 224,668 8.67% 2 Kab. Bantaeng 3 Kab. Barru 229,246 248,995 8.61% 4 Kab. Bone 494,234 529,055 7.05% 5 Kab. Bulukumba 332,719 363,390 9.22% 230,254 252,233 9.55% 6 Kab. Enrekang 7 Kab. Gowa 379,657 417,799 10.05% 280,676 296,146 5.51% 8 Kab. Jeneponto 9 Kab. Luwu 289,606 318,300 9.91% 10 Kab. Luwu Utara 268,664 303,618 13.01% 11 Kab. Maros 286,004 312,182 9.15% 266,302 326,056 22.44% 12 Kab. Pangkep 313,755 340,756 8.61% 13 Kab. Pinrang 217,506 242,377 11.43% 14 Kab. Selayar 265,277 296,496 11.77% 15 Kab. Sidrap 255,440 284,002 11.18% 16 Kab. Sinjai 292,386 317,481 8.58% 17 Kab. Soppeng 18 Kab. Takalar 264,008 294,665 11.61% 362,625 396,159 9.25% 19 Kab. Tana Toraja 305,940 336,188 9.89% 20 Kab. Wajo 21 Kota Pare Pare 208,125 228,255 9.67% 22 Kota Makassar 583,842 643,328 10.19% 202,459 226,221 11.74% 23 Kota Palopo 24 Kab. Luwu Timur 216,885 241,003 11.12% TOTAL 7,351,855 8,096,082 10.12% Sumber : www.sikd.djapk.go.id
Berdasarkan data pada tabel di atas, DAU untuk wilayah Sulsel mengalami peningkatan sebesar 10,12% dari Rp7,35 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp8,10 triliun pada tahun 2008. Kabupaten/kota yang mengalami peningkatan DAU tertinggi yaitu
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
83
Kabupaten Pangkep yang tercatat sebesar 22,41%, sementara pemerintah Provinsi Sulsel menerima alokasi dana yang terbesar dari seluruh DAU yang dialokasi ke wilayah Sulsel. Kemudian untuk DAK tahun 2008, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 142/PMK.07/2007 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2008, ratarata nilai DAK yang akan dialokasi ke kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan selama tahun 2008 adalah sebesar Rp1,18 triliun. Besar alokasi DAK untuk tahun 2008 tersebut mengalami peningkatan sebesar 20,30% dibanding DAK tahun 2007. Kondisi ini menunjukkan bahwa selama tahun 2008 diperkirakan akan terdapat peningkatan pembangunan di Sulsel yang secara otomatis akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian daerah.
Tabel 6.2. Perkembangan DAK Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah) No. KABUPATEN / KOTA 2007 2008 Growth 1 Takalar 44,979 55,819 24.10% 2 Pangkep 41,866 53,756 28.40% 3 Gowa 50,874 59,973 17.89% 4 Maros 49,634 61,655 24.22% 5 Parepare 32,399 39,708 22.56% 6 Sidrap 43,606 53,586 22.89% 7 Barru 37,003 45,317 22.47% 8 Pinrang 41,652 51,781 24.32% 9 Enrekang 37,202 44,443 19.46% 10 Bone 57,838 70,831 22.46% 11 Soppeng 40,100 46,023 14.77% 12 Wajo 44,938 55,531 23.57% 13 Tana Toraja 46,041 56,873 23.53% 14 Sinjai 53,769 61,839 15.01% 15 Selayar 41,089 47,395 15.35% 16 Bantaeng 39,875 46,248 15.98% 17 Bulukumba 45,519 54,692 20.15% 18 Jeneponto 41,391 48,509 17.20% 19 Kota Palopo 32,080 40,268 25.52% 20 Luwu 52,413 62,561 19.36% 21 Luwu Utara 55,983 56,360 0.67% 22 Luwu Timur 44,098 49,221 11.62% 23 Makassar 8,535 19,993 134.25% TOTAL 982,884 1,182,382 20.30% Sumber : www.sikd.djapk.go.id
Secara umum tiap kabupaten/kota tercatat mengalami peningkatan DAK, dimana kabupaten/kota yang menerima DAK terbesar se-Sulsel adalah Kabupaten Bone yaitu sebesar 5,99% dari total DAK tahun 2008, diikuti Kabupaten Luwu (5,29%) dan Kabupaten Sinjai (5,23%). Ditinjau dari pertumbuhannya, Kota Makassar mengalami peningkatan tertinggi yaitu sebesar 134,25%. Hal ini selaras dengan perkembangan kota Makassar yang terus menerus meningkat mengingat posisinya yang merupakan ibukota provinsi.
84
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Apabila ditinjau per bidang pembangunan, pembangunan dibidang pendidikan menjadi prioritas pembangunan di Sulsel dengan alokasi sebesar 33,73% dari total DAK. Kondisi tersebut dimaksudkan untuk menjalankan program pemerintah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan masyarakat. Selain itu, bidang infrastruktur juga menjadi prioritas pembangunan di Sulsel yaitu sebesar 31,90% dari total DAK, terutama untuk pembangunan jalan dan irigasi. Pada tahun 2008 tersebut, terdapat bidang baru yang mendapatkan dana pembangunan dari pemerintah pusat yaitu bidang kehutanan dan kependudukan. Ditinjau dari pertumbuhannya, bidang pendidikan mengalami peningkatan alokasi DAK sebesar 35,58%, sementara untuk infrastruktur terjadi peningkatan alokasi sebesar 17,24%. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah alokasi bidang pertanian di wilayah Sulsel yang tercatat mengalami penurunan 12% dibanding alokasi DAK 2007. Kondisi ini cukup memprihatinkan mengingat sektor tersebut merupakan sektor unggulan Sulawesi Selatan. Namun sharenya terhadap total Produk Domestik Regional Bruto terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Tabel 6.3. Perkembangan DAK per-Bidang Pembangunan Se-Sulawesi Selatan Tahun 2007 – 2008 (dalam jutaan rupiah) No. BIDANG 2007 2008 Growth 1 Pendidikan 294,159 398,834 35.58% 2 Kesehatan 172,210 187,688 8.99% 3 Infrastuktur 321,728 377,205 17.24% a. Jalan 183,352 224,090 22.22% b. Irigasi 83,884 94,949 13.19% c. Air bersih 54,492 58,166 6.74% 4 Prasarana Pemerintahan 13,469 6,793 -49.57% 5 Kelautan dan Perikanan 76,545 76,645 0.13% 6 Pertanian 87,330 87,222 -0.12% 7 Lingkungan Hidup 17,443 17,443 0.00% 8 Kehutanan 9,304 100.00% 9 Kependudukan 21,248 100.00% TOTAL 982,884 1,182,382 20.30% Sumber : www.sikd.djapk.go.id
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
85
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
7.1 Outlook Kondisi Makroregional Kinerja perekonomian daerah secara tahunan pada triwulan laporan mengalami peningkatan yang cukup tinggi, dengan pertumbuhan yang positif pada tiap sektor. Namun demikian, secara kumulatif sektor-sektor produktif ekonomi daerah tercatat mengalami perlambatan, terutama pada sektor pertanian, pertambangan, industri pengolahan dan jasa. Pada periode laporan, sektor perdagangan-hotel-restoran tercatat memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel. Di sisi permintaan, laju pertumbuhan regional pada tahun 2007, secara umum masih tetap didukung oleh kinerja konsumsi terutama konsumsi rumah tangga dan pemerintah, yang merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Dari sisi penawaran, pada triwulan I-2008 diperkirakan terdapat tekanan pertumbuhan terutama pada sektor pertanian meski akan tetap mengalami peningkatan dengan besaran yang relatif terbatas. Dorongan pertumbuhan pada sektor ini berasal dari subsektor tanaman bahan pangan, meskipun pada triwulan tersebut masih merupakan masa tanam. Selain subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perikanan diperkirakan akan turut mendorong sektor pertanian terutama perikanan laut mengingat kondisi cuaca yang relatif sudah mulai kondusif. Di sektor pertambangan dan penggalian, pertambangan non migas diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan mendatang seiring dengan adanya peningkatan target produksi pada tahun 2008. Pada sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami tekanan pertumbuhan khususnya pada subsektor makanan-minuman-tembakau, mengingat terdapat kenaikan harga bahan makanan seperti gandum yang digunakan sebagai bahan baku terigu. Untuk subsektor semen-barang galian non logam diperkirakan akan mengalami pertumbuhan, namun dalam jumlah yang relatif terbatas. Sektor perdagangan-hotel-restoran diperkirakan juga akan menjadi faktor penggerak pertumbuhan ekonomi di Sulsel, mengingat masih tingginya pola konsumsi masyarakat terhadap komoditas yang ada. Kondisi yang mendukung lainnya pada kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran adalah maraknya perluasan pembangunan di masing-masing daerah kabupaten/kota sehingga diperkirakan mampu mendorong peningkatan volume perdagangan antar kota.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
87
Sektor bangunan diperkirakan akan turut mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah seiring dengan adanya peningkatan DAK yang akan diterima kabupaten/kota seSulsel selama tahun 2008. Adanya peningkatan DAK sebesar 20,30% dibanding alokasi pada tahun 2007 diperkirakan akan mampu menstimulasi kinerja sektor bangunan meski kontribusinya masih relatif terbatas guna mendorong kinerja perekonomian daerah dalam jangka panjang. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan masih akan menjadi motor penggerak perekonomian Sulsel pada triwulan I-2008, khususnya bersumber pada konsumsi rumah tangga dan pemerintahan. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan dalam jumlah yang relatif minim mengingat terdapat kecenderungan adanya peningkatan harga-harga beberapa komoditas, terutama pada bahan makanan. Sehingga cenderung masyarakat akan menahan konsumsi terutama untuk hal-hal kebutuhan pokok saja. Namun demikian, peningkatan konsumsi oleh rumah tangga dapat mengalami peningkatan yang signifikan apabila Pemerintah akan kembali merealisasikan peningkatan gaji PNS di awal tahun dan di sisi lain tetap mempertahankan penyesuaian harga pada komoditas-komoditas administred price untuk tetap berada pada batas-batas yang wajar. Pada konsumsi konsumsi pemerintah daerah diperkirakan akan memberikan sumbangan yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang dan lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan terakhir tahun 2007 maupun triwulan I-2007. Kondisi ini seiring dengan adanya proyeksi meningkatnya alokasi APBD se-Sulsel. Nilai ekspor pada triwulan mendatang diperkirakan masih memberikan kontribusi positif, terutama pada subsektor ekspor antar propinsi, meski nilai ekspor antar negara diperkirakan akan tumbuh secara positif dan meningkat seiring dengan adanya perbaikan harga beberapa komoditas ekspor Sulsel di pasar internasional. Sementara kinerja impor diperkirakan akan mengalami pertumbuhan dengan besaran yang terbatas seiring dengan adanya kenaikan harga-harga komoditas yang sering diimpor oleh Sulsel. Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu diwaspadai adalah kondisi sosial politik yang masih relatif dapat memberikan dampak negatif terhadap terciptanya stabilitas perekonomian Sulsel. Masalah Pilkada Sulsel yang sekarang dalam tahap penyelesaian masih berpotensi menimbulkan instabilitas keamanan yang menyebabkan pihak investor atau para pelaku usaha untuk mengambil posisi wait and see dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Selain itu pelaksanaan pilkada daerah seperti kabupaten Bone, yang diselenggarakan pada triwulan I-2008 ini serta pelaksanaan pilkada di bebarapa daerah lain selama tahun 2008 diperkirakan akan turut memberikan arah terhadap perkembangan ekonomi daerah. Apabila pelaksanaan dan penyelesaian Pilkada tersebut berjalan aman dan kondusif maka hal
88
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
tersebut akan menjadi momentum yang sangat baik bagi tumbuh kembangnya kinerja perekonomian daerah. Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, seperti bencana alam, maka diperkirakan perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang, secara tahunan akan lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu pada kisaran 8% ± 1% (y-o-y), yang masih sejalan dengan perkirakan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada tahun 2008 yaitu sebesar 5,75% ± 1% (y-t-d).
7.2 Outlook Inflasi Laju inflasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2007 tercatat mengalami perlambatan dibandingkan laju inflasi tahun 2006. Perlambatan tersebut lebih disebabkan oleh relatif melimpahnya pasokan komoditas pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi serta mulai normalnya pengaruh kenaikan harga eceran dan BBM, meredanya pengaruh kenaikan biaya sekolah yang terjadi pada tahun ajaran 2007/2008. Pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada kelompok bahan makanan, terutama untuk komoditas beras dan tepung terigu. Dorongan inflasi pada komoditas beras diperkirakan karena faktor stok beras yang mulai menipis mengingat pada triwulan I-2008 merupakan masa tanam padi sehingga produktivitasnya relatif menurun sedangkan permintaan masyarakat terhadap komoditas dimaksud relatif tetap. Adapun dorongan inflasi pada komoditas tepung terigu diperkirakan disebabkan karena adanya peningkatan harga gandum di pasar internasional yang merupakan bahan baku tepung terigu, selain tekanan dari kenaikan harga bahan baku terigu. Di kelompok makanan jadi sendiri, adanya penyesuaian cukai rokok kretek yang berlaku pada Januari 2008 akan turut mendorong terjadinya inflasi. Lebih lanjut, kelangkaan minyak tanah dan gas elpiji yang sempat terjadi pada awal tahun dan penundaan program konversi minyak tanah ke gas elpiji hingga bulan Februari 2008, diperkirakan akan turut memberi andil terhadap kecenderungan pelaku ekonomi untuk menahan supply dari komoditas-komoditas tersebut yang tentunya akan memberikan tekanan inflasi pada kelompok perumahan-gaslistrik-air-bahan bakar. Sumber tekanan lain adalah berasal dari kemungkinan kenaikan harga bahan bangunan sebagai akibat tertundanya pasokan batubara kepada produsen-produsen semen utama di Sulsel akan berkontribusi terhadap kenaikan harga jual rumah dan sewa rumah. Akibat tekanan harga pada komoditas-komoditas tersebut di atas di atas maka diperkirakan laju inflasi akan cenderung mengalami peningkatan. Sehubungan dengan hal tersebut, pada triwulan mendatang laju inflasi tahunan diperkirakan akan lebih tinggi
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
89
dibandingkan dengan laju inflasi triwulan I-2007 yaitu pada kisaran 6,8% ± 1% (y-o-y). Adapun inflasi daerah secara kumulatif pada akhir tahun 2008 diperkirakan adalah sebesar 6%-8% (y.t.d).
Grafik 7.1. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d 200
184.5
180 160 140
179
120 100 80 60 40 Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
Indeks
20 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
2006
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
2007
Sumber : KBI Makassar, Survei Konsumen
Perkiraan tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen di Kota Makassar yang mengindikasikan bahwa secara umum responden berpersepsi bahwa terjadi perubahan harga barang dan jasa dalam periode 3 bulan ke depan akan mengalami peningkatan.
7.3. Prospek Perbankan Pada triwulan laporan, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan dan diperkirakan pertumbuhan tersebut akan terus berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian daerah. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) selama triwulan IV-2007 yang sebesar 8,00%, diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit/pembiayaan perbankan meskipun dari sisi simpanan, khususnya deposito, berpotensi untuk terus menurun. Namun demikian, kondisi tersebut menuntut perbankan daerah untuk lebih kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat. Disamping itu, dengan adanya peningkatan belanja pemerintah daerah dan perkiraan akan naiknya gaji PNS sehingga dapat mengimbangi kenaikan harga beberapa komoditas secara umum, tentunya akan mendorong terjadinya peningkatan jumlah uang beredar yang secara tidak langsung akan mendorong terjadinya peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga (meski dalam jumlah yang terbatas).
90
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Selanjutnya perkiraan kondisi sosial politik di Sulsel ke depan yang cenderung untuk tetap stabil diharapkan mampu untuk meningkatkan keyakinan masyarakat dan pelaku usaha untuk melakukan ekspansi usahanya. Hal tersebut tentunya dapat mempengaruhi kinerja intermediasi perbankan daerah, khususnya peningkatan kredit/pembiayaan yang disalurkan.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
91
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
LAMPIRAN 1. Data Ekonomi Makro Tabel 1.a Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp) LAPANGAN USAHA 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan Jasa-jasa
PDRB Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel *) Angka Perkiraan KBI Makassar
Trw. I 2,936,214.41 933,798.93 1,346,803.19 89,658.04 433,325.14 1,410,197.07 716,228.72 548,569.30 1,135,809.69 9,550,604.48
2006 Trw. II Trw. III 3,033,643.38 3,022,626.59 960,057.15 984,786.42 1,375,704.30 1,395,971.72 94,273.29 91,754.55 442,234.33 452,671.06 1,424,077.16 1,448,623.96 727,085.34 744,470.01 579,540.75 593,225.24 1,232,649.02 1,030,530.50 9,869,264.72 9,764,660.05
Trw. IV 2,810,078.76 1,012,695.72 1,363,033.64 92,588.47 459,642.19 1,488,005.46 757,856.89 619,136.61 1,080,112.22 9,683,149.97
Trw. I 2,845,009.16 985,463.19 1,361,873.52 94,653.38 451,644.42 1,504,390.80 757,607.41 622,252.84 1,158,396.58 9,781,291.31
2007 Trw. II Trw. III Trw. IV *) 3,095,058.73 3,158,937.74 3,127,310.59 1,033,035.78 1,018,403.38 1,053,857.45 1,413,158.13 1,458,851.72 1,507,506.53 97,698.76 101,283.16 107,245.71 457,822.88 484,010.35 545,132.21 1,544,963.36 1,601,303.93 1,665,652.61 782,972.39 830,990.38 873,042.72 641,103.90 649,318.07 669,467.87 1,177,482.98 1,185,197.73 1,210,503.70 10,243,296.90 10,488,296.44 10,759,719.38
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp) KOMPONEN
Trw. I KONSUMSI 6,927,422.36 1. Konsumsi Rumah Tangga 5,393,966.24 a. Makanan 3,577,644.91 b. Non Makanan 1,816,321.33 2. Konsumsi Nirlaba 58,314.24 3. Konsumsi Pemerintah 1,475,141.88 INVESTASI ('I') 1,596,911.15 1. Pembentukan Modal 1,547,059.93 2. Perubahan Stok 49,851.21 EKSPOR ('X') 3,136,075.66 1. Antar Negara 1,860,849.16 2. Antar Propinsi 1,275,226.50 IMPOR ('M') 2,109,804.68 1. Antar Negara 901,270.17 2. Antar Propinsi 1,208,534.51 PDRB 9,550,604.48 Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel *) Angka Perkiraan KBI Makassar
2006 Trw. II Trw. III 7,101,210.08 7,184,610.40 5,502,638.09 5,533,852.63 3,644,904.64 3,663,858.14 1,857,733.45 1,869,994.49 59,113.92 59,266.02 1,539,458.07 1,591,491.75 1,615,534.01 1,624,798.09 1,564,077.59 1,573,305.65 51,456.42 51,492.44 4,539,647.93 4,657,450.32 3,198,673.87 3,514,438.94 1,340,974.06 1,143,011.38 3,387,127.29 3,702,198.76 1,136,677.41 937,566.47 2,250,449.89 2,764,632.30 9,869,264.73 9,764,660.04
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Trw. IV 7,436,933.96 5,714,819.60 3,756,187.37 1,958,632.23 59,881.71 1,662,232.65 1,667,350.27 1,619,616.78 47,733.49 4,895,444.13 4,086,519.52 808,924.61 4,316,578.39 1,171,720.38 3,144,858.01 9,683,149.97
Trw. I 7,538,358.63 5,744,925.82 3,771,212.12 1,973,713.70 60,887.72 1,732,545.09 1,727,022.96 1,630,313.49 96,709.47 4,011,304.39 3,227,936.72 783,367.67 3,495,394.67 1,253,305.95 2,242,088.72 9,781,291.31
2007 Trw. II Trw. III 7,750,987.95 7,966,440.43 5,893,342.57 6,067,616.51 3,881,948.74 4,001,512.77 2,011,393.83 2,066,103.74 62,901.92 65,493.48 1,794,743.46 1,833,330.44 1,802,939.80 1,868,908.74 1,689,819.94 1,772,621.11 113,119.86 96,287.63 4,682,339.54 4,736,674.44 3,833,676.52 3,789,821.12 848,663.02 946,853.33 3,992,970.39 4,083,727.17 1,426,254.75 1,298,185.97 2,566,715.64 2,785,541.20 10,243,296.90 10,488,296.44
Trw. IV *) 8,162,015.17 6,208,622.18 4,089,603.89 2,119,018.28 70,379.29 1,883,013.70 1,891,876.03 1,865,151.94 26,724.09 5,216,247.11 4,074,436.68 1,141,810.43 4,510,418.92 1,365,821.45 3,144,597.46 10,759,719.38
Triwulan IV-2007
93
Tabel 1.c Perkembangan PDRB Kumulatif Sulsel Menurut Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
KOMPONEN KONSUMSI 1. Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan b. Non Makanan 2. Konsumsi Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah INVESTASI ('I') 1. Pembentukan Modal 2. Perubahan Stok EKSPOR ('X') 1. Antar Negara 2. Antar Propinsi IMPOR ('M') 1. Antar Negara 2. Antar Propinsi PDRB
2005
2006
2007
26,357,692.88
28,650,176.78
31,417,802.17
20,707,933.54
22,145,276.56
23,914,507.08
13,795,256.31
14,642,595.05
15,744,277.52
6,912,677.23
7,502,681.51
8,170,229.56
222,638.70
236,575.88
259,662.41
5,427,120.64
6,268,324.34
7,243,632.68
6,352,151.44
6,504,593.53
7,290,747.53
6,168,581.69
6,304,059.95
6,957,906.48
183,569.75
200,533.57
332,841.04
14,673,037.21
17,228,618.04
18,646,565.48
11,111,454.61
12,660,481.49
14,925,871.04
3,561,582.60
4,568,136.55
3,720,694.44
10,958,863.51
13,515,709.13
16,082,511.14
3,627,656.41
4,147,234.42
5,343,568.11
7,331,207.10
9,368,474.71
10,738,943.02
36,424,018.02
38,867,679.22
41,272,604.04
Tabel 1.d Perkembangan PDRB Kumulatif Sulsel Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
LAPANGAN USAHA
2005
2006
2007
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan Jasa-jasa PDRB
11,337,554.79 3,649,469.74 5,112,433.17 342,428.68 1,712,294.89 5,388,580.61 2,757,776.02 2,152,675.32 3,970,804.79 36,424,018.02
11,802,563.14 3,891,338.22 5,481,512.85 368,274.35 1,787,872.72 5,770,903.64 2,945,640.97 2,340,471.90 4,479,101.42 38,867,679.22
12,226,316.21 4,090,759.80 5,741,389.91 400,881.01 1,938,609.85 6,316,310.69 3,244,612.89 2,582,142.68 4,731,580.99 41,272,604.03
Tabel 1.e Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp) LAPANGAN USAHA 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah *) Angka Perkiraan KBI Makassar
94
Triwulan IV-2007
Trw. I 4,537,464.25 1,231,855.65 1,991,128.55 148,074.71 665,890.74 2,251,264.23 1,224,774.46 849,096.25 1,767,377.92 14,666,926.77
2006 Trw. II Trw. III 4,709,066.35 4,744,935.41 1,286,541.12 1,337,136.85 2,066,236.55 2,113,923.56 157,542.74 160,883.01 686,758.99 710,188.81 2,333,603.78 2,418,257.68 1,258,273.53 1,295,648.31 905,362.12 938,638.22 1,969,919.93 1,673,030.10 15,373,305.10 15,392,641.96
Trw. IV 4,521,791.29 1,394,457.49 2,074,047.72 162,814.11 727,953.88 2,504,740.76 1,324,140.64 982,096.29 1,777,907.79 15,469,949.98
Trw. I 4,724,739.10 1,368,452.55 2,106,288.72 168,908.69 729,287.62 2,559,315.34 1,334,318.57 1,003,208.56 1,949,141.88 15,943,661.04
2007 Trw. II Trw. III Trw. IV *) 5,217,163.40 5,488,954.47 5,612,212.36 1,442,374.87 1,460,692.47 1,556,140.55 2,240,168.11 2,346,103.59 2,465,991.96 175,715.62 183,170.36 194,165.58 752,148.87 804,177.86 915,274.95 2,664,164.11 2,798,947.08 2,979,055.12 1,387,722.92 1,483,089.23 1,563,921.66 1,043,089.48 1,071,588.85 1,110,782.68 2,023,737.19 2,082,744.20 2,296,516.67 16,946,284.58 17,719,468.10 18,694,061.54
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 1.f Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rp) KOMPONEN
Trw. I KONSUMSI 11,166,563.80 1. Konsumsi Rumah Tangga 8,692,309.79 a. Makanan 5,559,996.19 b. Non Makanan 3,132,313.59 2. Konsumsi Nirlaba 90,369.33 3. Konsumsi Pemerintah 2,383,884.68 INVESTASI ('I') 2,402,788.16 1. Pembentukan Modal 2,332,185.13 2. Perubahan Stok 70,603.03 EKSPOR ('X') 4,281,535.84 1. Antar Negara 2,183,642.93 2. Antar Propinsi 2,097,892.91 IMPOR ('M') 3,183,961.04 1,023,304.76 1. Antar Negara 2. Antar Propinsi 2,160,656.28 PDRB 14,666,926.76 Sumber : KBI Makassar dan BPS Sulsel, diolah *) Angka Perkiraan KBI Makassar
2006 Trw. II Trw. III 11,361,113.59 11,643,052.88 8,749,134.82 8,935,214.12 5,610,566.36 5,768,621.92 3,138,568.46 3,166,592.20 93,604.55 95,017.98 2,518,374.22 2,612,820.78 2,606,629.52 2,648,271.25 2,533,294.16 2,573,535.18 73,335.36 74,736.07 6,253,143.14 5,880,591.70 4,035,642.90 4,258,364.48 2,217,500.24 1,622,227.22 4,847,581.15 4,779,273.87 1,298,975.06 1,034,808.34 3,548,606.09 3,744,465.53 15,373,305.10 15,392,641.96
Trw. IV 12,386,622.72 9,420,067.64 6,128,431.08 3,291,636.56 97,973.99 2,868,581.09 2,801,176.36 2,726,977.12 74,199.24 6,186,022.64 4,599,438.99 1,586,583.65 5,903,871.74 1,333,419.95 4,570,451.79 15,469,949.98
Trw. I 13,023,490.85 9,843,203.95 6,414,046.12 3,429,157.83 103,143.82 3,077,143.08 2,900,791.92 2,776,154.65 124,637.27 5,982,375.17 4,355,721.83 1,626,653.33 5,962,996.90 1,518,986.76 4,444,010.14 15,943,661.04
2007 Trw. II Trw. III 13,666,720.84 14,399,860.72 10,312,649.52 10,902,442.50 6,691,265.71 7,097,520.47 3,621,383.81 3,804,922.03 111,704.76 119,621.74 3,242,366.56 3,377,796.48 3,128,323.60 3,339,432.12 2,977,703.48 3,210,634.48 150,620.11 128,797.65 7,079,526.39 7,426,318.95 5,250,021.08 5,361,254.54 1,829,505.30 2,065,064.42 6,928,286.25 7,446,143.70 1,786,211.22 1,675,944.88 5,142,075.03 5,770,198.83 16,946,284.58 17,719,468.10
Trw. IV *) 15,136,325 11,446,635 7,475,818 3,970,817 130,152 3,559,537 3,509,665 3,464,671 44,994 8,678,674 6,085,733 2,592,940 8,630,601 1,812,534 6,818,067 18,694,062
2. Data Inflasi Tabel 2.a Perkembangan Laju Inflasi Gabungan di Kota Makassar Menurut Kelompok Barang dan Jasa Triwulan III-2007 Triwulanan Tahunan Bulanan (m-t-m) KELOMPOK (y-o-y) Okt-07 Nov-07 Des-07 (q-t-q) 1 Bahan Makanan -1.41 -6.24 3.46 -4.36 11.27 0.23 0.84 1.16 4.03 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.08 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 0.15 0.11 1.43 1.70 3.01 1.86 2.10 0.27 4.28 9.29 4 Sandang 5 Kesehatan 0.06 0.04 0.66 0.76 4.39 0.00 0.00 0.13 0.13 8.25 6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.09 -0.08 0.04 0.04 0.27 7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan UMUM / TOTAL -0.27 -1.74 1.50 -0.53 5.71 Sumber : BPS, diolah Tabel 2.b Perkembangan Laju Inflasi Gabungan di Wilayah KKBI Makassar Bulanan (m-t-m) Triwulanan Tahunan KOTA (y-o-y) Okt-07 Nov-07 Des-07 (q-t-q) Makassar 1 -0.27 -1.74 1.50 -0.53 5.71 Manado 2 -0.26 2.01 1.69 3.46 10.13 Gorontalo 3 0.19 0.79 3.50 4.51 7.02 Jayapura 4 2.85 -0.03 1.59 4.45 10.34 Ambon 5 0.13 -0.10 1.05 1.08 5.85 Palu 6 0.89 -0.36 3.30 3.85 8.13 Kendari 7 0.95 1.23 0.72 2.94 7.53 Ternate 8 3.98 -1.37 2.60 5.21 10.43 Sumber : BPS, diolah
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
95
1 2 3 4 5 6 7
Tabel 2.c Perkembangan Inflasi Tahunan (y.o.y) Sulampua Trw. IV - 2007 KELOMPOK Okt-07 Nov-07 Des-07 Umum 6.31 6.21 7.43 Bahan Makanan 10.99 10.77 14.02 4.68 4.64 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 4.96 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 4.73 4.49 5.25 7.03 8.15 8.05 Sandang Kesehatan 4.97 5.36 6.01 6.17 6.57 6.60 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.63 0.54 0.59 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
INFLASI KOTA-KOTA 1 Makassar 2 Manado 3 Gorontalo 4 Jayapura 5 Ambon 6 Palu 7 Kendari 8 Ternate Sumber : BPS, diolah
1 2 3 4 5 6 7
4.79 7.42 5.18 10.01 5.68 6.95 9.17 7.81
3.88 5.71 9.86 10.13 5.55 7.02 9.54 10.34 5.44 5.85 6.8 8.13 8.36 7.53 6.88 10.43
Tabel 2.d Perkembangan Inflasi Triwulanan (q.t.q) Sulampua Trw. IV - 2007 KELOMPOK Okt-07 Nov-07 Des-07 Umum 2.14 1.11 1.83 Bahan Makanan 3.44 0.63 2.81 0.70 0.74 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.72 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 1.35 0.81 1.62 3.80 4.54 3.86 Sandang Kesehatan 1.57 1.70 1.75 4.75 3.43 0.58 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.31 0.08 0.08 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
INFLASI KOTA-KOTA 1 Makassar 2 Manado 3 Gorontalo 4 Jayapura 5 Ambon 6 Palu 7 Kendari 8 Ternate Sumber : BPS, diolah
96
Triwulan IV-2007
2.18 2.77 2.95 3.58 0.75 1.83 -1.42 5.65
-0.32 2.85 2.55 2.88 0.10 1.37 1.38 3.78
-0.53 3.46 4.51 4.45 1.08 3.85 2.94 5.21
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
1 2 3 4 5 6 7
Tabel 2.e Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Sulampua Trw. IV - 2007 KELOMPOK Okt-07 Nov-07 Des-07 Umum 0.37 -0.34 1.80 Bahan Makanan 0.15 -1.65 4.37 0.20 0.51 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.03 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 0.50 0.13 0.99 1.80 1.62 0.40 Sandang Kesehatan 0.40 0.49 0.85 0.07 0.39 0.12 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.17 -0.01 0.05 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
INFLASI KOTA-KOTA 1 Makassar 2 Manado 3 Gorontalo 4 Jayapura 5 Ambon 6 Palu 7 Kendari 8 Ternate Sumber : BPS, diolah
-0.27 -0.26 0.19 2.85 0.13 0.89 0.95 3.98
-1.74 2.01 0.79 -0.03 -0.10 -0.36 1.23 -1.37
1.50 1.69 3.50 1.59 1.05 3.30 0.72 2.60
3. Data Perbankan Tabel 3.a Uang Giral dan Uang Kuasi (Bank Umum dan BPR) (dalam Milyar Rp)
TRIWULAN
UANG GIRAL
UANG KUASI
Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07
3,532.64 3,330.08 3,777.65 4,097.51 5,007.94 4,301.35 4,710.53 4,933.21
13,563.21 13,463.71 13,914.93 14,378.94 16,008.19 16,379.55 16,876.31 17,867.64
5,060.05
19,653.27
Sumber : KBI Makassar
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
97
Tabel 3.b Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum dan BPR/S (dlm Milyar Rp)
TRIWULAN DPK Q1-06 16,786.60 Q2-06 17,972.82 Q3-06 18,469.05 Q4-06 21,016.14 Q1-07 20,680.90 Q2-07 21,948.51 Q3-07 22,800.85 Q4-07 24,713.32 Sumber : Lap. Bulanan Bank, diolah
KREDIT 16,032.53 16,630.68 17,181.38 18,007.93 18,413.39 19,995.71 21,355.95 22,619.41
LDR 95.51% 92.53% 93.03% 85.69% 89.04% 91.10% 93.66% 91.53%
Tabel 3.c Kredit UMKM Bank Umum (dlm Jutaan Rp) 2006 2007 1 2 3 4 1 2 3 4 15,956,987 16,546,870 17,073,707 17,909,416 18,303,226 19,871,446 21,218,353 22,444,370 8,188,661 8,627,664 8,887,283 9,267,119 9,843,879 10,819,612 11,500,378 12,137,451 3.19% 5.36% 3.01% 4.27% 6.22% 9.91% 6.29% 5.54%
KETERANGAN Kredit Total Kredit UMKM Pertumbuhan K. UMKM
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Tabel 3.d Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Bank Umum (dlm Milyar Rp) KETERANGAN Modal Kerja Investasi Konsumsi JUMLAH
2006 2007 1 2 3 4 1 2 3 4 5,916,445 6,227,654 6,490,275 6,973,193 7,095,600 7,747,522 8,514,332 9,323,870 3,455,943 3,428,169 3,439,476 3,457,663 3,353,188 3,562,846 3,442,894 3,325,639 6,584,599 6,891,047 7,143,956 7,478,560 7,854,438 8,561,078 9,261,127 9,794,861 15,956,987 16,546,870 17,073,707 17,909,416 18,303,226 19,871,446 21,218,353 22,444,370
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
Tabel 3.e Pangsa Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi SEKTOR EKONOMI Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lainnya JUMLAH
2006 2006 Growth Growth 3 4 3 4 3'07 - 3'06 4'07 - 4'06 853,052 855,667 875,896 857,764 2.68% 0.25% 35,893 51,037 29,825 21,593 -16.91% -57.69% 1,561,921 1,595,145 1,507,203 1,595,416 -3.50% 0.02% 110,026 110,984 113,375 108,203 3.04% -2.51% 746,379 767,394 946,741 915,911 26.84% 19.35% 4,975,926 5,334,263 6,529,682 7,062,195 31.23% 32.39% 642,628 614,549 592,088 456,304 -7.86% -25.75% 776,949 849,124 1,052,111 1,328,319 35.42% 56.43% 185,243 216,393 262,667 255,035 41.80% 17.86% 7,185,690 7,514,860 9,308,765 9,843,630 29.55% 30.99% 17,073,707 17,909,416 21,218,353 22,444,370 24.28% 25.32%
Share 4'07 3.82% 0.10% 7.11% 0.48% 4.08% 31.47% 2.03% 5.92% 1.14% 43.86% 100.00%
Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum
98
Triwulan IV-2007
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Tabel 3.f Perkembangan Bank Syariah di Sulawesi Selatan (dlm Milyar Rp) KETERANGAN
1 554,199 Aset DPK 254,873 Pembiayaan 534,099 FDR 209.55% Sumber : Lap. Bulanan Bank Umum Syariah
2006 2 636,334 287,958 584,171 202.87%
3 703,531 340,756 606,166 177.89%
4 761,902 390,798 657,401 168.22%
1 772,965 392,561 678,865 172.93%
2007 2 3 4 841,842 968,575 1,027,415 413,887 487,053 530,917 721,882 792,257 858,269 174.42% 162.66% 161.66%
4. Data Sistem Pembayaran Tabel 4.a Aliran Uang Kartal (dlm Milyar Rp) TRIWULAN INFLOW OUTFLOW NET FLOW Q1-04 2,052.44 1,273.85 778.59 Q2-04 1,727.99 2,065.96 (337.97) Q3-04 2,202.78 1,779.30 423.48 Q4-04 2,331.91 2,008.60 323.31 Q1-05 2,355.46 1,411.84 943.62 Q2-05 1,794.43 2,058.49 (264.06) Q3-05 2,419.75 2,306.14 113.61 Q4-05 2,848.91 2,377.70 471.21 Q1-06 2,528.94 1,564.43 964.51 Q2-06 2,095.22 2,287.21 (191.99) Q3-06 2,630.66 2,321.21 309.45 Q4-06 2,255.79 2,601.93 (346.14) Q1-07 410.03 2,017.68 (1,607.65) Q2-07 498.84 1,190.21 (691.37) Q3-07 840.78 386.49 454.29 Q4-07 1,314.40 1,806.04 (491.64) Sumber : KBI Makassar
Tabel 4.b Pemberian Tanda Tidak berharga (PTTB) TRIWULAN INFLOW PTTB PTTB / Inflow Q1-04 2,052.44 625.72 30.49% Q2-04 1,727.99 499.98 28.93% Q3-04 2,202.78 570.20 25.89% Q4-04 2,331.91 454.80 19.50% Q1-05 2,355.46 711.94 30.23% Q2-05 1,794.43 873.00 48.65% Q3-05 2,419.75 610.61 25.23% Q4-05 2,848.91 267.48 9.39% Q1-06 2,528.94 268.43 10.61% Q2-06 2,095.22 352.93 16.84% Q3-06 2,630.66 698.08 26.54% Q4-06 2,255.79 881.14 39.06% Q1-07 410.03 949.41 231.55% Q2-07 498.84 474.28 95.08% Q3-07 840.78 468.29 55.70% Q4-07 1,314.40 870.38 66.22% Sumber : KBI Makassar
Tabel 4.c Transaksi Non Tunai via RTGS (dlm Milyar Rp) RATA-RATA 2006 2007 1 2 3 4 1 2 3 4 DLM 3 BLN Incoming 111.47 116.46 125.57 169.39 121.06 132.72 138.32 117.00 Outgoing 233.59 184.12 181.02 191.19 170.72 130.32 157.55 91.02 Netto -122.12 -67.66 -55.45 -21.8 -49.66 2.4 -19.23 25.98 Sumber : KBI Makassar
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan IV-2007
99