KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA EKOR TIPIS BERDASARKAN BODY CONDITION SCORE DI TPH MALEBER BOGOR
MUHAMAD RIO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014
Muhamad Rio NIM D14090129
ABSTRAK MUHAMAD RIO. Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan RUDY PRIYANTO. Body condition score (BCS) merupakan salah satu penilaian untuk mengetahui tinggi rendahnya lemak dan daging yang ada pada seekor ternak. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi karakteristik karkas dan non karkas domba ekor tipis (DET) pada BCS yang berbeda di TPH Maleber, Bogor. Penelitian ini menggunakan 99 ekor domba ekor tipis. Ternak dikelompokkan ke dalam 3 perlakuan BCS yaitu gemuk (1), sedang (2), dan gemuk (3). Data dianalisis dengan rancangan acak lengkap menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Hasil menunjukan domba DET dengan BCS 3 (gemuk) sangat nyata lebih berat bobot potong, bobot karkas, dan bobot tubuh kosong dibanding dengan nilai BCS yang lain (kurus dan sedang). Perbedaaan BCS pada karakteristik non karkas memiliki pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) untuk komponen bobot dan pada komponen persentase pengaruh yang diberikan berbeda- beda dimana pada persentase hati dan rumen berbeda (P<0.05) namun peresentase komponen lainya selain hati, limpa dan kulit sangat berbeda nyata (P<0.01). Persentase bobot limpa, kulit dan darah tidak dipengaruhi BCS. Kata Kunci: BCS, domba ekor tipis, karkas, non karkas
ABSTRACT MUHAMAD RIO. Carcass and Non carcass Characteristics of Thin-tailed Sheep Based Body Condition Score at Slaughter House Maleber Bogor. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and RUDY PRIYANTO. Body condition score (BCS) is one indicator to know high or low of fat and meat deposit on carcass and non carcass from an animal. The purpose of the research to evaluated carcass and non carcass characteristic of thin-tailed sheep (DET) on Body condition score (BCS) effect at slaughter house Maleber, Bogor. Research used 99 heads of DET. The sheep grouped into 3 group BCS, thin (1), medium (2) and fat (3) . Data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA). The result showed DET with BCS 3 (fat) were significant different higher live weight, carcass weight, and empty body weight from the other BCS (thin and medium). Carcass’s percentage on BCS effect showed same value from efect value of BCS 1, 2, and 3 . The differences of body condition score effect to non carcass characteristic were significantly (P<0.01) on weight and diverse on percentage whereby on the percentage of liver and rumen is different (P<0.05) but peresentase other components except heart, spleen and skin very different (P<0.01) . The percentage of weight from spleen, skin, and blood is not effected by BCS. Keywords: body condition score (BCS), carcass, non-carcass, thin-tailed sheep.
KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA EKOR TIPIS BERDASARKAN BODY CONDITION SCORE DI TPH MALEBER BOGOR
MUHAMAD RIO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor Nama : Muhamad Rio NIM : D14090129
Disetujui oleh
Muhamad Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I
Dr Ir Rudy Priyanto Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor MuhamadRio Nama : D14090129 NIM
Disetujui oleh
Muhamad Bai . ~ SPt MSc Pembimbing
Dr Ir Rudy Pnyanto Pembimbing II
/
Tanggal Lulus:
21
JAN 2014
'
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah karkas dan non karkas domba, dengan judul Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Ekor Tipis Berdasarkan Body Condition Score di TPH Maleber Bogor. Ungkapan terima kasih yang sangat besar penulis sampaikan kepada Bapak Suharto, Mama Nurjanah, dan seluruh keluarga, atas segala doa, kepercayaan serta motivasinya. Terima kasih yang sangat besar juga penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Dr Ir Rudy Priyanto selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Haji Agus Syaefudin Rizqon, Bapak Rusli, Bapak Herman, dan Bapak Qomar selaku pemilik dan pegawai tempat potong hewan di Maleber Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada tim penelitian yaitu Agung Juliyanto, M. Nico dan paling utama Muhammad Syihan Fahmi serta Adi Suryo dan teman- teman pandawa lima yang telah membantu dan bekerja sama selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014
Muhamad Rio
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Tempat Materi Prosedur Peubah yang Diamati Rancangan Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Karakteristik Karkas Karakteristik Non Karkas Bobot Non Karkas Persentae Non Karkas SIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi 1 1 1 2 2 2 2 2 3 4 4 4 5 6 6 8 9 10 10 11 15
DAFTAR TABEL 1 2 3
Rata- rata karakteristik karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda Rata- rata komposisi non karkas dombda ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda Persentasease komposisi non karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda
5 7
8
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Analisis ragam bobot potong Analisis ragam bobot karkas Analisis ragam persentase karkas Analisis ragam bobot tubuh kosong Analisis ragam bobot kepala Analisis ragam bobot kulit Analisis ragam bobot darah Analisis ragam bobot kaki Analisis ragam bobot hati Analisis ragam bobot jantung Analisis ragam bobot ginjal Analisis ragam bobot limpa Analisis ragam bobot paru Analisis ragam bobot perut Analisis ragam bobot usus kecil Analisis ragam bobot usus besar Analisis ragam bobot lemak Analisis ragam bobot isi saluran pencernaan Analisis ragam persentase kepala Analisis ragam persentase kulit Analisis ragam persentase darah Analisis ragam persentase kaki Analisis ragam persentase hati Analisis ragam persentase jantung Analisis ragam persentase ginjal Analisis ragam persentase limpa Analisis ragam persentase paru Analisis ragam persentase perut Analisis ragam persentase usus kecil Analisis ragam persentase usus besar Analisis ragam persentase lemak Analisis ragam persentase isi saluran pencernaan
11 11 12 12 12 12 12 12 12 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 14 14 14 14 15 15 15 15 15 15 15 15
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Domba merupakan hewan yang sudah sejak lama menjadi hewan ternak, tetapi hanya sedikit saja yang mengetahui asal mula dilakukannya seleksi dan domestikasi domba (Blakely dan Bade 1991). Domba merupakan salah satu hewan ternak ruminansia yang memiliki tingkat adaptasi cukup baik pada lingkungan tropis dan sering dimanfaatkan sebagai ternak penghasil sumber protein berupa daging. Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Iklim tropis cenderung menjadikan Indonesia negara dengan kekayaan alam yang berlimpah terutama tumbuh- tumbuhan hijau. Banyaknya tumbuhan hijau dan tingkat adaptasi domba yang cukup baik menyebabkan ternak domba dapat berkembang sangat pesat di Indonesia ini. Data menurut BPS (2013) populasi domba Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan populasi 8 327 000 pada tahun 2005 meningkat menjadi 14 560 480 pada tahun 2013. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menyatakan produksi daging domba sebesar 44 357 ton/tahun naik menjadi 45 690 ton/tahun dan daerah Jawa Barat merupakan daerah dengan produksi daging domba terbanyak di Indonesia yaitu sebesar 26 959 ton/tahun. Domba ekor tipis merupakan salah satu dari ternak domba lokal Indonesia yang mempunyai populasi cukup besar dikarenakan karakteristik reproduksi prolifikasi dan dapat beranak sepanjang tahun (Subandriyo dan Djajanegara 1996). Domba ekor tipis memiliki tubuh ramping, bercak hitam pada sekitar mata atau hidung, pola warna tubuh sangat beragam, kualitas wol yang rendah (kasar), serta ekor tipis, pendek dan tidak tampak timbunan lemak (Mulliadi 1996). Kondisi tubuh ternak domba ekor tipis dapat dinilai berdasarkan Body Condition Score (BCS). BCS merupakan salah satu indikasi gemuk atau kurusnya seekor ternak yang dinyatakan dengan banyak sedikitnya lemak dan otaot yang ada pada seekor ternak, cara untuk menilainya dengan melakukan penilaian secara visual pada bagian deposit lemak dan otot serta merasakan penonjolan tulang spinosus prosesus dan transvesus spinosus dengan cara menekan telapak tangan di daerah penonjolan tulang tersebut. Sebagai salah satu ternak penghasil daging berupa karkas dan bagian non karkas sebagai hasil sampingan, BCS pada domba sangat penting untuk diketahui agar dapat memperkirakan persentase daging yang ada pada karkas ternak potong seperti domba ekor tipis.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik karkas dan non karkas domba ekor tipis (DET) berdasarkan Body Condition Score berbeda yang disembelih pada Tempat Pemotong Hewan (TPH) di Maleber Bogor.
2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup pengukuran komponen karkas dan non karkas dengan jumlah total sampel yang diteliti sebanyak 99 ekor domba ekor tipis dengan Body Condition Score 1 = kurus, 2 = sedang dan 3 = gemuk. Penelitian dilakukan pada salah satu Tempat Pemotong Hewan (TPH) yang ada di Maleber, Bogor.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada tanggal 26 Januari hingga 28 Februari 2013. Penelitian ini dilaksanakan di tempat pemotongan hewan (TPH) milik Bapak Haji Agus Syaefudin Rizqon yang berada di Kampung Maleber, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Materi Tempat potong hewan tersebut mempunyai kandang penampungan yang berbentuk kandang panggung dengan sistem koloni yang alasnya berupa bambu. Kandang tersebut dibagi menjadi 2 sekat/bagian, yaitu untuk domba muda berumur I0 dan domba berumur I1, I2 dan I3 dengan BCS yang beragam. Peralatan yang digunakan yaitu terdiri dari timbangan gantung, timbangan digital, alas timbangan, ember, sepatu bot, wearpack, kamera digital, kalkulator, alat tulis, dan form data penelitian. Penelitian ini menggunakan 99 ekor domba ekor tipis dengan BCS 1 = kurus, 2 = sedang dan 3 = gemuk. Prosedur Tahap awal yaitu persiapan penelitian dilakukan survey tempat dan perizinan kepada pemilik TPH, selanjutnya persiapan peralatan yang akan digunakan dalam pra penelitian maupun penelitian. Pra penelitian adalah pengamatan secara umum alur pemotongan di tempat penelitian selama 1 minggu. Domba yang akan dipotong dilakukan penimbangan untuk memperoleh bobot potong serta penilaian Body Condition Score dengan meraba deposit daging dan perlemakan di daerah loin domba. Penilaian BCS dilakukan dengan cara meraba bagian perototan serta perlemakan pada daerah punggung terutama loin serta merasakan penonjolan tulang dari spinosus prosesus dan transvesus prosesus dengan cara menekan telapak tangan di daerah penonjolan tulang tersebut seperti pada Gambar 1. dan kemudian memberikan kategori penilaian apakah domba tersebut memiliki BCS 1 = kurus, 2 = sedang dan 3 = gemuk.
3
Gambar 1 Pengecekan loin dari samping dan atas (Sumber : Tames 2010) Pemotongan dilakukan dengan cara memotong bagian atas leher dekat rahang bawah atau persendian tulang atlas (occipito-atlantis), sampai semua pembuluh darah (Vena jugularis dan Arteri carotis), trachea dan oesophagus terpotong untuk mendapatkan pendarahan yang sempurna, kemudian darah yang keluar ditampung dan ditimbang sebagai darah tertampung. Sebelum dikuliti, domba digantung pada bagian tendon kaki belakang (tendon Achilles) dan kemudian bagian kepala dan kaki depan dipisahkan dari tubuh domba. Kulit dituris dari anus sampai leher di bagian-bagian perut dan dada, kemudian dari arah kaki belakang dan kaki depan menuju irisan tadi. Kulit setelah dilepaskan, kemudian ditimbang sebagai bobot kulit. Kepala yang telah dilepaskan dari tubuh pada sendi occipito-atlantis, kemudian ditimbang sebagai bobot kepala. Setelah dikuliti, kaki belakang dipotong pada sendi tarso-metatarsal dan ditimbang bersama kaki depan yang dipotong pada sendi carpo-metacarpal sebagai bobot kaki. Bagian tubuh yang tersisa kemudian diletakkan pada gantungan besi di bagian kaki belakang persendian tarso-metatarsal dan kemudian isi rongga perut dikeluarkan. Karkas kemudian ditimbang untuk mendapatkan bobot karkas. Isi rongga perut dan dada berupa jeroan merah (jantung, hati, ginjal, limpa, paruparu, dan trachea) dan jeroan hijau (perut, usus halus dan usus besar) yang dikeluarkan dan ditimbang masing-masing bobotnya. Lemak yang ada di dalam rongga dada dikeluarkan dan ditimbang bobotnya sebagai lemak ommental. Saluran pencernaan setelah dibersihkan kemudian ditimbang kembali bobotnya untuk mendapatkan bobot tubuh kosong.
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah bobot potong, bangsa, bobot karkas, bobot tubuh kosong, bobot komponen non karkas dan persentase non karkas. Bobot potong, dihitung dengan cara menimbang bobot tubuh ternak sebelum dipotong; Bobot tubuh kosong, bobot potong dikurangi bobot isi saluran pencernaan; Bobot karkas, dihitung dengan cara menimbang bobot bagian tubuh setelah dikurangi bobot darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, jantung, trakhea,
4 paru-paru, ginjal, limpa, hati, dan lemak ommental yang melekat pada bagian tubuh; Persentase karkas, didapat dari hasil bagi bobot karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%; Bobot komponen non karkas, diperoleh dari penimbangan bobot darah, kepala, kaki, kulit, isi saluran pencernaan, offal hijau (usus kecil, usus besar dan lambung), dan offal merah (paru-paru, trachea, hati, limpa, jantung, ginjal, dan lemak ommental); Persentase non karkas, diperoleh dari hasil bagi bobot non karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%; Persentase offal merah dan offal hijau, diperoleh dari hasil penjumlahan bobot offal merah (bobot jantung, trachea, paru-paru, ginjal, limpa, dan hati) atau hasil penjumlahan offal hijau (bobot usus kecil, usus besar, dan lambung) kemudian dibagi bobot tubuh kosong dan dikalikan 100%; Persentase isi saluran pencernaan, diperoleh dari hasil bobot isi saluran pencernaan (selisih bobot offal hijau isi dengan offal hijau kosong), kemudian dibagi bobot potong dan dikalikan 100%. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan 3 BCS berbeda yaitu kurus, sedang dan gemuk. Ulangan untuk perlakuan masing-masing secara berurutan adalah 17, 60 dan 22 ekor domba ekor tipis. BCS rancangan menurut Steel dan Torrie (1995) adalah sebagai berikut : Yij = μ + αi + εij Keterangan : Yij = Karakteristik karkas dan non karkas domba berdasarkan perbedaan BCS ke- i dan ulangan ke-j μ = Rataan umum karakteristik karkaskas dan non karkas αi = Pengaruh perbedaan BCS ke-i (kurus, sedang dan gemuk) terhadap karkas dan non karkas domba εij = Pengaruh galat percobaan perlakuan BCS domba ke-i pada ulangan ke-j
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Domba ekor tipis dan domba jenis lainnya di tempat pemotongan diperoleh dari pasar Cianjur dan pasar Cicurug. Domba dibeli setiap hari Senin dan Kamis dikarenakan pemesanan karkas domba pada hari tersebut lebih banyak dibandingkan hari-hari lainnya. Rata-rata tiap pembelian domba tersebut berkisar 30 hingga 50 ekor. Domba yang dibeli dari pasar beragam dari segi berbagai jenis (garut, ekor tipis dan ekor gemuk), ukuran tubuhnya, umur dan bobot potong yang berbeda-beda. Domba dikandangkan dan diberi pakan rumput yang diambil dari sekitar TPH.
5 Pemotongan domba hampir dilakukan setiap hari akan tetapi jadwal pemotongan tetap pada hari Senin dan Kamis yaitu berkisar 15-20 ekor/pemotongan sedangkan pada hari biasanya hanya berkisar 1-2 ekor/pemotongan atau tergantung pemesanan konsumen atau pemesanan dalam rangka aqiqah. Setiap minggu pemotongan domba mencapai 40 hingga 50 ekor yang terdiri dari berbagai domba dengan jenis dan BCS yang berbeda. Jumlah pemotongan domba ekor tipis pada BCS berbeda yang dilakukan pada tanggal 1521 Februari 2013 sekitar 50 ekor domba yang terdiri dari berbagai jenis (garut, ekor tipis dan ekor gemuk. Hubungan antara BCS terhadap karakteristik karskas dan non karkas ternyata juga akan mempengaruhi siklus reproduksi ternak domba tersebut dimana menurut Glaze (2009) hubungan BCS pada ternak betina akan mempengaruhi interval beranak, presentasi kebuntingan, lama penyapihan serta kekuatan anak sesaat setelah lahir. Penilaian BCS sebaiknya dilakukan saat ternak dalam kondisi ehat, tidak bunting dan sebaiknya sebelum di beri pakan atau setelah dilakukan pemuasaan. Karakteristik Karkas Karkas domba menurut SNI No. 3925-2008 adalah bagian tubuh domba sehat yang telah disembelih secara halal sesuai dengan CAC/GL 24- 1997, telah dikuliti, isi perut dikeluarkan, dipisahkan, kepala dan kaki mulai tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi, dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih. Nielsen (2003) menjelaskan bahwa bobot badan memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat kegemukan ternak, yang mana akan berkorelasi juga terhadap BCS ternak. Hasil dari pengukuran performa karakteristik karkas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rata- rata karakteristik karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda Body Condition Score Parameter Kurus Sedang Gemuk Jumlah Sampel Bobot Potong (Kg) Bobot Karkas (Kg) Bobot Tubuh Kosong (Kg) Persentase Karkas (%)
n= 17 9.14 ± 2.83C 4.33 ± 0.84C 7.91 ± 21.11C 55.65 ± 5.13A
n= 60 13.85 ± 4.89B 6.14 ± 2.44B 11.14 ± 4.27B 55.24 ± 7.81A
n=22 26.17 ± 4.99A 12.78 ± 3.07A 22.36 ± 4.88A 57.91 ± 4.56A
Keterangan: angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital berbeda, berbeda nyata pada taraf uji 1% (P<0.01).
Parameter bobot potong, bobot karkas dan bobot tubuh kosong domba pada penelitian ini menunjukkan bahwa BCS yang berbeda ternyata berpengaruh sangat nyata (P<0.01). Hal tersebut terjadi karena BCS merupakan penilaian terhadap deposit lemak dan daging pada seekor ternak dapat dideteksi dengan meraba lemak di punggungnya (Nichols 1996) sehingga semakin tinggi nilai BCS seekor domba maka semakin banyak lemak dan daging yang melekat sehingga mempengaruhi performa karakteristik karkas yang semakin besar. Nilai BCS yang tinggi dari domba ekor tipis akan menghasilkan bobot potong yang tinggi sehingga menghasilkan karkas yang semakin meningkat. Peningkatan bobot
6 karkas akan mempengaruhi komposisi daging menjadi lebih besar (Soeparno 2005). Hasil yang terdapat pada tabel 1 menunjukkan bahwa semakin besar BCS yang ada pada seekor domba maka nilai dari parameter karakteristik pada domba tersebut juga akan mengalami peningkatan. Pryce et al. (2001) dan Tames (2010) menyatakan bahwa BCS mempengaruhi karakteristik karkas. Perbedaan BCS dari domba mempengaruhi bobot potong, bobot karkas, bobot tubuh kosong dan persentase karkas, karena deposit lemak atau otot yang ada dalam tubuh ternak akan secara langsung mempengaruhi parameter- parameter dari karakteristik domba tersebut. Rianto et al. (2006) menjelaskan dengan adanya pertambahan bobot tubuh akan menyebabkan peningkatan bobot potong diikuti oleh meningkatnya bobot karkas. Meiaro (2008) juga menyatakan bahwa bobot potong pada domba lokal memiliki korelasi positif dengan bobot tubuh kosong dimana bobot potong domba secara langsung akan dipengaruhi oleh besar kecilnya nilai BCS pada domba tersebut. Carvalho et al. (2010) menyatakan bahwa faktor pakan yang baik dapat menghasilkan bobot potong yang maksimal. Pengaruh perbedaan BCS pada persentase dari bobot karkas domba ekor tipis tidak berbeda tiap perlakuannya. Hasil ini berbeda dengan Natasasmita (1979) yang menyatakan persentase karkas ternak di pengaruhi oleh faktor kondisi ternak serta isi saluran pencernaannya. Hal ini mungkin disebabkan karean perbedaaan BCS akan mempengaruhi komposisi bagian non karkas dan bagian karkas sehingga adanya penembahan berat dari bagian karkas maka akan menambah bobot dari bagian non karkas domba. Davendra (1983) yang menyatakan persentase karkas dipengaruhi berbagai faktor seperti bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum, umur, jenis kelamin, dan pengebirian.
Karakteristik Non Karkas Bobot Non Karkas Komposisi karkas dan non karkas pada domba merupakan bagian yang penting untuk diketahui. Karkas merupakan hasil utama dari ternak potong sedangkan bagian non karkas merupakan bagian yang biasanya merupakan hasil sampingan dari ternak potong tersebut. Bagian tubuh selain yang terdefinisi sebagai karkas pada domba merupakan bagian non karkas (Lawrie 1995). Bagian non karkas seperti ambing dan saluran reproduksi pada domba betina yang digunakan kali ini tidak diambil datanya dikarenakan pada kondisi saat penelitian di lapang bagian tersebut tidak dapat dipisahkan karena alasan akan mempengaruhi bobot serta kondisi karkas yang akan dijual dari tempat pemotongan hewan tersebut. Hasil dari pengaruh BCS yang berbeda pada bobot bagian non karkas domba di setiap parameter dapat dilihat bahwa pengaruh yang diberikan sangat berbeda nyata (P<0.01). Hasil pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai BCS yang semakin tinggi akan meningkatkan bobot dari bagian non karkas seekor domba. Bagian non karkas dan karkas merupakan satu bagian dari seekor ternak hidup. Ternak domba yang tumbuh dan berkembang maka bagian dari karkasnya akan tumbuh dan berkembang juga yang mana bagian dari non karkas domba tersebut akan mengikutinya.
7 Murray dan Slezacek (1979) serta Crouse et al. (1985) menyatakan peningkatan bobot karkas segar pada domba yang memperoleh ransum berenergi tinggi meningkatkan persentase lemak, termasuk lemak ginjal, pelvic dan subkutan, sehingga dapat dikatakan perubahan perlemakan yang menjadi salah satu indikator penilaian BCS dari karkas seekor domba akan mempengaruhi juga bagian non karkas dari domba tersebut. Bagian non karkas yang diambil dari domba dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Rata- rata komposisi non karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda Body Condition Score Komponen (Kg) Rata-rata Kurus (1) Sedang (2) Gemuk (3) Jumlah Sampel n= 17 n= 60 n= 22 Bobot Kepala 0.67±0.16 C 0.95±0.27 B 1.48±0.24 A 1.02±0.36 Bobot Kulit 0.70±0.02 C 1.12±0.42 B 1.94±0.55 A 1.22±0.59 Bobot Darah 0.25±0.06 C 0.36±0.16 B 0.64±0.22 A 0.40±0.21 Bobot Kaki 0.29±0.04 C 0.36±0.08 B 0.53±0.07 A 0.38±0.11 Bobot Hati 0.15±0.06 C 0.24±0.01 B 0.38±0.08 A 0.25±0.12 Bobot Jantung 0.05±0.01 C 0.08±0.03 B 0.11±0.04 A 0.08±0.04 Bobot Ginjal 0.04±0.01 C 0.06±0.02 B 0.07±0.02 A 0.06±0.02 Bobot Limpa 0.02±0.01 C 0.03±0.02 B 0.04±0.02 A 0.03±0.02 Bobot Paru 0.12±0.02 C 0.16±0.05 B 0.23±0.07 A 0.17±0.07 Bobot Rumen 0.27±0.15 C 0.48±0.21 B 0.83±0.20 A 0.52±0.26 Bobot Usus kecil 0.22±0.10 C 0.29±0.08 B 0.39±0.10 A 0.30±0.10 Bobot Usus besar 0.10±0.06 C 0.22±0.13 B 0.48±0.16 A 0.26±0.18 Bobot Lemak 0.12±0.11 B 0.22±0.26 B 1.08±0.61 A 0.39±0.50 Isi Sal.Cerna 1.23±1.00 C 2.62±1.17 B 3.83±1.06 A 2.65±1.36 Keterangan: angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital berbeda, berbeda nyata pada taraf uji 1% (P<0.01).
Hasil menunjukan setiap parameter kecuali bobot lemak menunjukan bahwa pada BCS pengaruh yang di berikan berbeda untuk tiap perlakuan. Semakin tinggi nilai BCS yang diberikan maka semakin tinggi pula bobot dari bagian non karkas domba tersebut. Apple (1999) menyatakan semakin meningkatnya BCS akan meningkatkan bobot potong dimana Liasari (2007) menyatakan bahwa organ nonkarkas akan semakin tinggi dengan meningkatnya bobot potong, sehingga dapat dikatakan bahwa BCS akan mempengaruhi bobot non karkas seekor ternak. Bobot lemak pada Tabel 2 menunjukkan bahwa BCS 1 dan BCS 2 nilai pengaruhnya tidak berbeda tetapi berbeda dengan nilai pada BCS 3, hal ini dapat disebabkan perlemakkan pada ternak kurus dan sedang komposisi lemak yang ada masih sedikit dibandingkan dengan domba yang memiliki BCS 3. Blakely dan Bade (1991) menyatakan komposisi lemak pada ternak kurus dan sedang masih sedikit dibandingkan dengan ternak yang gemuk.
8 Persentase Non Karkas Persentase Komponen non karkas, diperoleh dari hasil bobot komponen non karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%. Menurut Davendra (1983) persentase bobot organ internal (perut, usus, hati, paru paru, jantung, pancreas, limpa, ginjal, oesophagus dan kantong kemih) pada domba antara 32%33% dari bobot potong. Persentase bobot organ eksternal (kepala, empat kaki bagian bawah, ekor, kulit, kelenjar usus, penis dan scrotum) adalah 20%-24%, sedangkan persentase bobot darah lebih kurang 4.0 %. Pengaruh BCS berbeda pada persentase bagian non karkas menunjukkan hasil yang berbeda- beda pada tiap parameter. Persentase bobot kepala bobot kaki,bobot jantung, bobot ginjal,bobot paru, bobot usus kecil, bobot usus besar, bobot lemak, dan bobot isi saluran pencernaan terhadap BCS yang berbeda menunjukkan pengaruh yang sangat nyata berbeda (P<0.01). Pengaruh BCS yang berbeda tidak berpengaruh pada persentase bobot kulit, bobot darah, dan bobot limpa. Persentase bobot hati dan perut menunjukan pengaruh yang berbeda nyata (P<0.05). Hasil pengukuran dari persentase non karkas domba ekor tipis pada BCS berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Persentase komposisi non karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda Body Condition Score Rata-rata Komponen (%) Kurus Sedang Gemuk Jumlah Sampel n= 17 n= 60 n= 22 Kepala 7.50±1.46 A 7.04±0.84 A 5.72±0.58 B 8.45±1.61 Kulit 9.92±1.42 7.99±1.16 7.38±1.35 9.58±1.90 Darah 2.82±0.53 2.55±0.51 2.41±0.63 3.13±0.72 Kaki 3.31±0.76 A 2.75±0.45 B 2.06±0.32 C 3.28±0.81 Hati 1.61±0.27 ab 1.76±0.53 a 1.48±0.23 b 2.00±0.43 Jantung 0.60±0.17 A 0.55±0.11 A 0.43±0.13 B 0.65±0.18 Ginjal 0.46±0.08 A 0.42±0.10 A 0.28±0.07 B 0.48±0.13 Limpa 0.19±0.06 0.18±0.06 0.16±0.05 0.22±0.07 Paru 1.35±0.29 A 1.22±0.28 A 0.90±0,23 B 1.43±0.40 Rumen 2.92±1.05 b 3.45±0.71 a 3.17±0.51 ab 4.06±1.10 Usus kecil
2.44±0.48 A
2.24±0.64 A
1.52±0.40 B
2.60±0.89
Usus besar Lemak Isi sal.Cerna Total Non Karkas
1.10±0.33 C 1.19±0.67 B 13.10±6.41 B 38.12±5.71 A
1.50±0.45 B 1.37±0.97 B 19.26±.28 B 41.36±5.88 A
1.79±0.46 A 1.84±0.62 3.94±2.11 A 2.73±1.88 15.04±4.56 A 17.18±17.12 38.08±6.46 A 40.07±6.13
Keterangan: angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital berbeda, berbeda nyata pada taraf uji 1% (P<0.01); angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kecil berbeda, berbeda nyata pada taraf uji 5% (P<0.05)
Pengaruh dari BCS yang berbeda terhadap beberapa persentase parameter bobot non karkas terjadi karena secara tidak langsung BCS yang berbeda akan mempengaruhi persentase dari karkas ternak dimana menurut Jull (1979) menyatakan bahwa persentase non karkas akan berbanding terbalik dengan persentase bobot karkas ternak.
9 Persentase bobot hati terhadap pengaruh BCS yang berbeda menunjukan pengaruh pada BCS 2 dan 3 berbeda tetapi pada BCS 1 tidak berbeda. Pengaruh BCS yang berbeda terhadap persentase bobot hati pada BCS 1 tidak berbeda dengan BCS 2 dan 3 dikarenakan pertumbuhan organ ini tidak berubah signifikan bagi ternak yang kurus maupun yang gemuk. Hatta (2009) menyatakan bahwa persentase limpa dan hati dalam kondisi fisiologis yang normal tetap berkembang sesuai dengan proporsi perkembangan bobot tubuh. Persentase bobot perut hasilnya menunjukkan pada BCS 1dan 2 berbeda tetapi pada BCS 3 tidak berbeda, hal ini dikarenakan pada BCS 1 dan 2 pertumbuhan perut sebagai organ pencernaan masih berkembang sesuai dengan kebutuhan ataupun tingkat konsumsi dari ternak tersebut sedangkan ternak yang memiliki BCS 3 cenderung memiliki tingkat konsumsi yang konstan atau tetap. Persentase bobot kulit, darah dan limpa tidak berpengaruh dikarenakan. Persentase parameter bobot kepala, jantung, ginjal, paru, usus kecil, dan lemak terhadap pengaruh BCS yang berbeda menunjukan hasil dimana pengaruh BCS 1 dan 2 tidak berbeda tetapi pada BCS 3 berbeda, hal ini bisa disebabkan pengaruh komposisi lemak yang ada pada organ- organ tersebut lebih banyak bila ternak tersebut memiliki BCS tinggi dimana menurut Blakely dan Bade (1991) komposisi lemak pada ternak kurus dan sedang masih sedikit dibandingkan dengan ternak yang gemuk. Sudarmono dan Sugeng (1987) menyatakan bobot potong domba yang belum optimal dan belum mencapai masak tubuh maka kandungan lemaknya rendah. Total secara keseluruhan dari persentase bagian non karkas domba ekor tipis di tph Meleber menunjukan bahwa pengaruh dari BCS yang berbeda memiliki nilai yang sama pada tiap perlakukannya. Hal ini dapat disebabkan karena berdasarkan penilai karakteristik karkas sebelumnya dsimana nilai persentase karkas domba ekor tipis berdasarkan BCS yang berbeda tidak mengalami perbedaaan pada tiap perlaukannya. Hubungan persentase antara bagian non karkas dengan bagian karkas seekor ternak akan saling mempengaruhi dimana Davendra (1983) menyatakan persentase karkas dipengaruhi berbagai faktor seperti bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum, umur, jenis kelamin, dan pengebirian. Sehingga dapat dikatakan bila pengaruh BCS yng berbeda pada bagian non karkas domba memiliki pengaruh yang tidak berbeda.
SIMPULAN Domba ekor tipis yang disembelih di TPH Maleber Bogor memiliki karakteristik karkas dan non karkas yang berbeda berdasarkan parameter BCS yang ada. Domba DET dengan BCS 3 (gemuk) sangat nyata lebih berat bobot potong, bobot karkas, dan bobot tubuh kosong dibanding dengan nilai BCS yang lain (kurus dan sedang). Perbedaan BCS tidak memiliki pengaruh yang berbeda pada persentase domba dengan BCS kurus, sedang dan gemuk. Perbedaaan BCS pada karakteristik non karkas memiliki pengaruh yang sangat nyata pada bobot. Serta pada persentase pengaruh yang diberikan beragam untuk tiap komponennya. Persentase bobot limpa, kulit dan darah tidak dipengaruhi BCS. Domba ekor tipis yang memiliki BCS gemuk akan lebih berpeluang menghasilkan bobot karkas
10 yang lebih tinggi dibandingkan domba yang memiliki BCS rendah pada pemotongan di TPH Maleber Bogor.
SARAN Pemotongan domba ekor tipis yang disembelih di TPH Maleber Bogor sebaiknya dilakukan pada kondisi tubuh gemuk guna meningkatkan efisiensi dari produksi karkas yang lebih tinggi sebagai hasil utama pemotongan.
DAFTAR PUSTAKA Apple JK. 1999. Influence of body condition score on live and carcass value of cull beef cows. J. Anim. Sci. 77: 2610-2620. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Mutu Karkas dan Daging Kambing/ Domba. SNI 01-3929-2008. Jakarta (ID). Blakely J, Bade DH. 1991. Ilmu Peternakan. Ed ke-4. Terjemahan: B. Srigandono. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Carvalho MC, Soeparno, Ngadiyono N. 2010. Pertumbuhan dan produksi karkas sapi Peranakan Ongole dan Simmental Peranakan Ongole jantan yang dipelihara secara feedlot. Bul Petern. 34(1): 38-46. Crouse JD, Ferrell CL and Cundiff LV. 1985. Effects of sex condition, genotype and diet on bovine growth and carcass characteristics. J. Anim. Sci. 60:1219. Davendra C. 1983. Goats Husbandry and Potential in Malaysia. Kuala Lumpur (MLY) : Manistery of Agriculture Malaysia. [DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Ditjennak Keswan. Gaspersz V. 1992. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Volume 2. Bandung (ID): Tarsito. Glaze JB. 2009.Body Condition Scoring (BCS) in Beef Cattle. Tersedia pada http://osufacts.okstate.edu/bcs_pres_carl.pdf[01 Oktober 2013] Hatta M. 2009. Karakteristik produksi karkas dan non-karkas domba jantan lokal yang diberikan pakan berbagai taraf limbah udang [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Jull MA. 1979. Poultry Husbandry. Ed ke-3. New York (US): Tatu McGraw Hill. Lawrie RA. 1995. Ilmu Daging. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta (ID):UIPr. Liasari GH. 2007. Ukuran tubuh dan karakteristik karkas sapi hasil inseminasi buatan yang dipelihara secara intensif pada berbagai kategori bobot potong [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Meiaro A. 2008. Bobot potong, bobot karkas, dan non karkas domba lokal yang digemukkan dengan pemberian ransum komplit dan hijauan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mulliadi D. 1996. Sifat penotif domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Murray DM, Slezacek O. 1979. Growth rate effects on the chemical composition of carcass and musscle tissue of sheep. Abury (AUST). J. Agri.Anim. Husb. 19:161-169.
11 Natasasmita A, Sugana N. Duljaman M, 1979. Pengaruh penggunaan pejantan Sulffolk terhadap prestasi produksi domba Priangan Betina dan prospeknya bagi pengembangan peternakan domba rakyat. Prosiding LPP. Bogor. 246252. Nichols D. 1996. Livestock Judging. Manhattan (US): Kansas State University. Nielsen HM, Friggens NC, Lovendhl P, Jensen J, Ingvartsen KL. 2003. Influence of breed, parity, and stage of lactation on lactational performance and relationship between body fatness and live weight. Livestock Prod Sci 79:119-133. Pryce JE, Coffey PM, Simm G. 2001. The Relationship Between Body Condition Score and Reproductive Performance. J. Dairy Sci. 84:1508–1515. Purbowati E, Prurnomoadi A, Lestari CMS, Kamiyatun (ed). 2011. Karakteristik karkas sapi jawa (Studi Kasus di RPH Brebes, Jawa Tengah). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press. Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka. Subandriyo, Djajanegara A (ed). 1996. Potensi produktivitas ternak domba di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor (ID) :Departemen Pertanian Bogor. Tames S. 2010. What’s the Score : Sheep [ Terhubung berkala].[diakses 27 Januari 2013]; agdex9622- bcs-sheep.pdf. Tersedia pada http://www.agric.gov.ab.ca.department/deptdocs.nsf/all/agdex9622/ FILE /bcs-sheep.pdf.
LAMPIRAN Data yang didapat kemudian diolah menggunakan analisis Anova dengan program SAS menghasilkan data berupa Tabel Anova sebagai berikut. Lampiran 1 Bobot potong Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 3 345 459 356 2 061 589 770 5 407 049 135
KT 1 672 729 682 21 474 893
F Hitung Pr > F 77.89 <.0001
Lampiran 2 Bobot karkas Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 940 259 069 561 846 013 1 502 105 082
KT 470 129 535 561 846 013
F Hitung Pr > F 80.33 <.0001
12 Lampiran 3 Persentase karkas Sumber Keragaman DB JK BCS 2 543 169 893 Galat 96 3 006 455 102 Total 98 3 549 624 996
KT 271 584 947 31 317 241
F Hitung Pr > F 8.67 0.0003
Lampiran 4 Bobot tubuh kosong Sumber Keragaman DB JK BCS 2 2 557 114 751 Galat 96 1 692 292 003 Total 98 4 249 406 754
KT 1 278 557 375 17 628 042
F Hitung Pr > F 72.53 <.0001
Lampiran 5 Berat kepala Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 788 528.02 5 786 813.40 12 875 341.41
KT 3 544 264.01 60 279.31
F Hitung Pr > F 58.50 <.0001
Lampiran 6 Berat kulit Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 16 760 764.92 17 493 564.19 43 254 311.11
KT 8 380 373.46 182 224.63
F Hitung Pr > F 45.99 <.0001
Lampiran 7 Bobot darah Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 1 709 063.663 2 524 536.337 4 233 600.000
KT 854 531.832 26 297.254
F Hitung Pr > F 32.50 <.0001
Lampiran 8 Bobot kaki Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 626 871.698 497 246.847 1 124 118.545
KT 313 435.849 5 179.655
F Hitung Pr > F 60.61 <.0001
Lampiran 9 Bobot hati Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 577 701.023 761 123.300 1 338 824.323
KT 288 850.512 7 928.368
F Hitung Pr > F 36.43 <.0001 U
KT 19 103.4354 1 015.4141
F Hitung Pr > F 18.81 <.0001
Lampiran 10 Bobot jantung Sumber Keragaman DB JK BCS 2 38 206.8707 Galat 96 97 479.7555 Total 98 135 686.6263
13 Lampiran 11 Bobot ginjal Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 9 990.59926 20 828.57246 30 819.17172
KT 4 995.29963 216.96430
F Hitung Pr > F 23.03 <.0001
Lampiran 12 Bobot limpa Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 7 302.37894 19 862.30287 27 164.68182
KT 3 651.18947 206.89899
F Hitung Pr > F 17.65 <.0001
Lampiran 13 Bobot paru Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 134 074.6071 312 808.1404 446 882.7475
KT 67 037.3036 3 258.4181
F Hitung Pr > F 20.57 <.0001
Lampiran 14 Bobot perut Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
JK 2 108 855.068 3 736 989.256 1 124 118.545
KT 1 604 427.534 38 926.971
F Hitung Pr > F 41.22 <.0001
Lampiran 15 Bobot usus kecil Sumber Keragaman DB JK BCS 2 278 546.177 Galat 96 738 632.551 Total 98 1 017 178.727
KT 139 273.088 7 694.089
F Hitung Pr > F 18.10 <.0001
Lampiran 16 Bobot usus besar Sumber Keragaman DB JK BCS 2 1 619 454.843 Galat 96 1 573 368.814 Total 98 3 192 823.657
KT 809 027.421 16 389.258
F Hitung Pr > F 49.41 <.0001
Lampiran 17 bobot lemak Sumber Keragaman DB BCS 2 Galat 96 Total 98
KT 6 728 331.29 124 652.28
F Hitung Pr > F 53.98 <.0001
JK 1 345 662.58 11 966 618.83 25 423 281.41
14 Lampiran 18 Bobot isi saluran penceernaan Sumber Keragaman DB JK BCS 2 64 851 947.1 Galat 96 120 794 361.5 Total 98 185 646 308.6
KT 32 415 973.6 158 274.6
F Hitung Pr > F 25.77 <.0001
Lampiran 19 Persentase kepala Sumber Keragaman DB JK BCS 2 37.2976065 Galat 96 69.3987742 Total 98 106.6963807
KT 18.6488033 60.2793145
F Hitung Pr > F 25.80 <.0001
Lampiran 20 Persentase kulit Sumber Keragaman DB JK BCS 2 6.0250193 Galat 96 150.0069402 Total 98 156.0319595
KT 3.0125096 1.5625723
F Hitung Pr > F 1.93 0.1510
Lampiran 21 Persentase darah Sumber Keragaman DB JK BCS 2 1.77544531 Galat 96 28.40455310 Total 98 30.17999841
KT 0.88772265 0.29588076
F Hitung Pr > F 3.00 0.0545
Lampiran 22 Persentase kaki Sumber Keragaman DB JK BCS 2 15.69850843 Galat 96 23.40659199 Total 98 39.10510042
KT 7.84925422 0.24381867
F Hitung Pr > F 32.19 <.0001
Lampiran 23 Persentase hati Sumber Keragaman DB JK BCS 2 1.33946044 Galat 96 18.70733742 Total 98 10.04679785
KT 0.66973022 0.19486810
F Hitung Pr > F 3.44 0.0362
Lampiran24 Persentase jantung Sumber Keragaman DB JK BCS 2 0.30749043 Galat 96 1.51294223 Total 98 1.82043257
KT 0.15374517 0.01575891
F Hitung Pr > F 9.76 <.0001
Lampiran 25 Persentase ginjal Sumber Keragaman DB JK BCS 2 0.37718891 Galat 96 0.73966032 Total 98 1.11684922
KT 0.18859445 0.00770479
F Hitung Pr > F 24.48 <.0001
15
Lampiran 26 Persentase limpa Sumber Keragaman DB JK BCS 2 0.0076541 Galat 96 0.34732450 Total 98 0.35498091
KT 0.00382820 0.00361796
F Hitung Pr > F 1.06 0.3511
Lampiran 27 Persentase paru Sumber Keragaman DB JK BCS 2 2.30548531 Galat 96 7.06687539 Total 98 9.37236070
KT 1.15274266 0.07361329
F Hitung Pr > F 15.66 <.0001
Lampiran 28 Persentase perut Sumber Keragaman DB JK BCS 2 4.27109908 Galat 96 53.05238888 Total 98 57.32348796
KT 2.13554954 0.55262905
F Hitung Pr > F 3.86 0.0243
KT 5.37952510 0.32459460
F Hitung Pr > F 16.57 <.0001
KT 2.30817553 0.18698796
F Hitung Pr > F 12.34 <.0001
KT 58.5934047 1.6208999
F Hitung Pr > F 8.68 <.0001
Lampiran 29 Persentase usus kecil Sumber Keragaman DB JK BCS 2 10.75905021 Galat 96 31.16108184 Total 98 41.92013205 Lampiran 30 Perentase usus besar Sumber Keragaman DB JK BCS 2 4.61635106 Galat 96 17.95084397 Total 98 22.56719503 Lampiran 31 Persentase lemak Sumber Keragaman DB JK BCS 2 117.1868093 Galat 96 155.6063863 Total 98 272.7911956
Lampiran 32 Persentase isi saluran pencernaan Sumber Keragaman DB JK KT BCS 2 763.083829 381.541914 Galat 96 4 218.623990 439.44000 Total 98 4 981.707819
RIWAYAT HIDUP
F Hitung Pr > F 8.68 0.0003
16
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 26 November 1990 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara pasangan Bapak Soeharto Sahan dan Ibu Nurjanah Hamzah. Pendidikan formal penulis dimulai dari SDN 6 Bekasi pada tahun 1997 hingga 2003. Kemudian penulis melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 5 Bekasi sejak tahun 2003 hingga tahun 2006. Pendidikan selanjutnya di SMAN 10 Bekasi dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) dan pada tahun 2010 Penulis kemudian melanjutkan di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Selama mengikuti pendidikan dikampus penulis juga aktif sebagai anggota keprofesian klub satwa harapan di Himpunan Mahasiswa Produksi dan Teknologi Peternakan (HIMAPROTER) dari tahun 2011 hingga 2012 serta LDM FAMM periode 2010-2011. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan seperti kepanitiaan seperti Kontes Ayam Pelung Nasional 2010, D’ Sate 2011, MPF 2012 dan 2013. Pengalaman di dunia peternakan, dimana penulis pernah magang selama satu minggu di MT Farm Bogor tahun 2011, magang di BPTU Batu Raden selama 14 hari tahun 2012, dan mengikuti kegiatan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) di Wonosalam, Jombang pada tahun 2013.