PENGARUH BANGSA DOMBA DENGAN BOBOT POTONG YANG BERBEDA TERHADAP KARKATERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL
MUHAMMAD SYIHAN FAHMI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Bangsa Domba dengan Bobot Potong yang Berbeda terhadap Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Lokal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Muhammad Syihan Fahmi NIM D14090019
ABSTRAK MUHAMMAD SYIHAN FAHMI. Pengaruh Bangsa Domba dengan Bobot Potong yang Berbeda terhadap Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Lokal. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan RUDI PRIYANTO. Karakteristik karkas dan non karkas dievaluasi pada 66 ekor domba lokal yang terdiri dari 25 ekor Domba Ekor Tipis (DET), 23 Domba Ekor Gemuk (DEG), dan 18 ekor domba Garut (DG). Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), pola faktorial 3x3 dengan dua faktor perlakuan berbeda yaitu KBP (Kategori Bobot Potong) yang dibagi menjadi 3 kategori dengan interval 8 kg setiap kategorinya, yaitu 1 (6-14 kg), 2 (15-23 kg) dan 3 (≥24 kg). Selain itu juga, faktor kedua yang dilihat yaitu bangsa domba lokal tersebut yang dibagi menjadi 3 kategori bangsa yaitu (Domba Ekor Tipis, Domba Ekor Gemuk, dan domba Garut). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA) dan data yang berbeda nyata (P<0.05) diuji lanjut dengan LS Means. Hasil analisis menunjukkan hanya parameter persentase karkas saja yang memiliki perbedaan nyata (P<0.05), dengan persentase karkas terbesar pada domba ekor gemuk dengan kategori bobot potong 2 (15-23 kg) sebesar 48.84%, sedangkan persentase terkecil pada domba garut dengan kategori bobot potong 2 (15-23 kg) yaitu sebesar 42.63%. Kata kunci: bobot potong, domba lokal, karkas, kategori, non karkas.
ABSTRACT MUHAMMAD SYIHAN FAHMI. The Influence of Local Ewe with The Differentof Slaugther Weight for Carcass and Non carcass Characteristics. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and RUDI PRIYANTO. Carcass and non carcass characteristics were evaluated in 66 local ewe consisting of 25 Thin tailed sheep (DET), 23 Tail fat sheep (DEG) and 18 Garut sheep (DG). The research was designed using Completly Randomized Design (RAL), 3x3 factorial pattern, with two different factors, among three local ewe (Thin Tail Sheep, Fat Tail Sheep, and Garut Sheep) with three categories of slaughter weights, first category (6-14 kg), second category (15-23 kg) and third category (≥24 kg). The data were analyzed using analizes of varians (ANOVA) and the different among treatmen’s were tested by LS Means. The result showed that carcass percentage only were significantly (P<0.05) influenced by the interaction of breed and slaughter weight category of local ewe. The result showed the largest percentage of carcass was obtained from fat tailed sheep in the second slaughter category (48.84%), and the smallest carcass percentage occured in garut sheep of the second slaughter category (42.63%). Keywords: carcass, category of slaughter weight, local ewe, non carcass.
PENGARUH BANGSA DOMBA DENGAN BOBOT POTONG YANG BERBEDA TERHADAP KARKATERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL
MUHAMMAD SYIHAN FAHMI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Bangsa Domba dengan Bobot Potong yang Berbeda terhadap Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Muhammad Syihan Fahmi Nama D14090019 NIM
Disetujui oleh
Dr Ir Rudv Priyanto
Pembimbing II
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
"
0 0[C 2013
Judul Skripsi : Pengaruh Bangsa Domba dengan Bobot Potong yang Berbeda terhadap Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Lokal Nama : Muhammad Syihan Fahmi NIM : D14090019
Disetujui oleh
Muhamad Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I
Dr Ir Rudy Priyanto Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Bismillahirrahmaanirrahiim.alhamdulillahwasyukurillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas izin dan kehendakNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah skripsi yang berjudul Pengaruh Bangsa Domba dengan Bobot Potong yang Berbeda terhadap Karakteristik Karkas dan Non Karkas Domba Lokal. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulluh SAW, sebagai suri tauladan terbaik bagi umat manusia, beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Dr Ir Rudy Priyanto, sebagai dosen pembimbing yang senantiasa sabar dan perhatiandalam membimbing penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada Bapak Prof Dr Ir Ronny Rachman Noer, MRurSc sebagai dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani masa studi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Didid Diapari, MSi dan Ibu Ir Komariah, MSi, atas saran, kritik dan masukannya terkait penyelesaian skripsi. Penulis selanjutnya mengucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Bapak Abdul Hamid dan Ibu Hikmah serta kepada saudara terkasih Muhammad Iqbal Fannani dan Muhammad Ilham Sidqi yang senantiasa menguatkan, serta memberikan do’a dan dukungan untuk penulis. Terakhir penulis mengucapkan terimakasih kepada Agung Juliyanto, Muhamad Rio dan M Nico Irawan, sebagai rekan satu penelitian, serta kepada sahabat Golden Ranch IPTP 46, Adi Suryo, Syeh Ahmad beserta seluruh civitas akademika Fakultas Peternakan IPB atas kebersamaan dan kerjasama selama menempuh masa studi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Bogor, Desember 2013
Muhammad Syihan Fahmi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan alat Prosedur Peubah yang diamati Rancangan Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Karakteristik Karkas Berat Karkas Karakteristik Non Karkas Persentase Karkas Persentae komponen Non Karkas SIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi vi 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 4 4 5 6 7 8 9 10 10 10 12 15
DAFTAR TABEL 1 2 3
Jumlah domba yang dipotong berdasarkan bangsa dan kategori bobot potong selama penelitian Rataan karakteristik karkas dan non karkas berdasarkan bangsa dan kategori bobot potong Rataan persentase karakteristik karkas dan non karkas berdasarkan bangsa dan kategori bobot potong
4 6 9
DAFTAR GAMBAR 1 2
Bangsa domba yang digunakan selama penelitian Grafik pola persentase karkas pada bangsa dan bobot potong
2 9
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Analisis ragam persentase karkas Analisis ragam berat karkas Analisis ragam persentase kepala Analisis ragam berat kepala Analisis ragam persentase kulit Analisis ragam berat kulit Analisis ragam persentase darah Analisis ragam berat darah Analisis ragam persentase kaki Analisis ragam berat kaki Analisis ragam persentase jeroan merah Analisis ragam berat jeroan merah Analisis ragam persentase jeroan hijau Analisis ragam berat jeroan hijau Analisis ragam persentase lemak Analisis ragam berat lemak
12 12 12 12 13 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14
PENDAHULUAN Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang cukup dikenal di Indonesia. Ternak ini merupakan penghasil daging sebagai sumber protein hewani dan juga menghasilkan hasil ikutan yang bermanfaat, seperti contohnya wool. Domba merupakan salah satu hewan yang mempunyai peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, sumber protein dan ekonomi di Indonesia selain dari sapi dan unggas. Jumlah penduduk yang semakin meningkat diiringi dengan peningkatan konsumsi daging kambing dan domba. Data menurut BPS (2013) populasi domba Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya dengan populasi 8 327 ekor pada tahun 2005 meningkat menjadi 14 560 480 ekor pada tahun 2013. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2013), menyatakan produksi daging domba mengalami fluktuasi. Tercatat pada tahun 2009 sebesar 54 265 ton/tahun turun pada tahun 2012 sebesar 44 260 ton/tahun dan kembali mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 45 690 ton/tahun. Hal ini yang seharusnya menjadi tolak ukur para pelaku peternakan agar terus memberikan perhatian khusus untuk sektor peternakan, terutama peternakan domba. Potensi domba sebagai pemenuhan sumber protein Indonesia dapat ditingkatkan melalui sistem budidaya ternak domba yang tepat dan sesuai dengan karakteristik lingkungannya. Domba menghasilkan produk utama yaitu daging, dengan produk sekunder atau ikutan berupa wool. Hasil yang baik dapat dilihat dari karakteristik karkas dan non karkas yang dihasilkan. Karakteristik karkas yang didapat dari pemotongan ternak sangat dipengaruhi oleh pemeliharaan yang dilakukan, selain itu hal yang penting lainnya yaitu bibit atau bakalan yang dipilih adalah bibit yang berkualitas. Kualitas karkas yang baik juga dapat dilihat dari komposisi karkas yang didapat meliputi otot, lemak, dan tulang karkas tersebut. Faktor inilah yang sering dijadikan acuan para pembeli ternak agar mendapatkan kualitas karkas yang baik. Pada saat ini banyak permintaan pasar yang menginginkan daging domba yang mempunyai kualitas baik, dan sesuai dengan keinginan konsumen. Para pemilik pemotongan hewan tidak ragu untuk memotong domba yang masih dibawah umur (BALIBU) untuk memenuhi kebutuhan konsumennya dan juga tidak sedikit yang menggunakan domba betina. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hasil dari karkas tersebut. Baik dari perbedaan umur ataupun perbedaan jenis kelamin yang dapat menghasilkan karakteristik karkas yang berbeda. Selain itu, faktor yang mempengaruhi produksi karkas ternak menurut Davendra dan McLeroy (1992) adalah bangsa, jenis kelamin, laju pertumbuhan,bobot potong dan nutrisi.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengidentifikasi adanya interaksi antara faktor bangsa dengan kategori bobot potong pada domba lokal terhadap kualitas karkas dan non karkas domba tersebut.
2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil pengaruh bangsa, kategori bobot potong ternak domba dan interaksi kedua faktor, agar terbentuk pola yang dapat menentukan karkateristik karkas dan non karkas yang dihasilkan.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Tempat Pemotongan Hewan milik Bapak Agus Syaefudin Rizqon yang berada di Kampung Maleber, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan mulai pada bulan Desember sampai Maret 2013. Alat dan Bahan Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan tiga bangsa domba betina lokal hidup (Domba Ekor Gemuk, Domba Ekor Tipis, Domba Garut) yang diperoleh dari Kampung Maleber, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, dengan jumlah tiap bangsa yang berbeda-beda. Domba ekor gemuk sebanyak 23 ekor, domba ekor tipis sebanyak 25 ekor dan domba garut sebanyak 18 ekor. Peralatan yang digunakan meliputi alat tulis, timbangan, kalkulator (alat hitung), wearpack, sepatu bot, kamera, alat ukur (pita ukur, dan tongkat ukur) dan formulir penilaian.
(a) Domba Garut
(b) Domba Ekor Tipis
(c) Domba Ekor Gemuk
Gambar 1 (a) Domba Garut, (b) Domba Ekor Tipis, (c) Domba Ekor Gemuk Prosedur Prosedur penelitian yang pertama dilakukan adalah melakukan survey tempat dan perizinan kepada pemilik peternakan dan TPH di Kampung Maleber, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Tahap selanjutnya melakukan pengumpulan data dengan cara teknik observasi langsung ke lapangan. Pengambilan data dilakukan setiap kali pemilik TPH memotong domba yang ada dan proses pengambilan data dilakukan tiga kali sehari sesuai jadwal pemotongan rutin di TPH tersebut, yaitu pagi hari (04.00-09.00 WIB), siang hari (14.00-16.00 WIB), dan sore hari (17.00-19.00 WIB). Sebelum dipotong dilakukanpenomoran dan juga pencirian, dan dilakukan penentuan Body Condition Score (kurus,
3 sedang, gemuk) pada domba. Setelah itu, dilakukan penimbangan untuk memperoleh bobot potong. Selanjutnya dilakukan proses pemotongan hingga diperoleh karkas segar. Pemotongan dilakukan dengan cara memotong bagian atas leher dekat rahang bawah, pembuluh darah (Vena jungularis dan Arteri carotis), trachea dan oesophagus terpotong. Darah kemudian ditimbang.Ujung oesophagus diikat agar isi rumen tidak menetes keluar. Sebelum dikuliti, bagian kepala dan kaki dipisahkan dari tubuh domba, kemudian ditimbang sebagai bobot kepala dan kaki.Kepala yang telah dipisahkan akan dilihat penanggalan giginya agar dapat menentukan umur domba. Domba lalu digantung pada tendon kaki belakang dan dikuliti, kemudian kulit ditimbang sebagai bobot kulit. Selanjutnya isi rongga perut dan rongga dada dikeluarkan kemudian ditimbang dan dicatat bobotnya. Karkas ditimbang menggunakan timbangan digital dan dicatat bobotnya. Data lainnya diperoleh dari laporan-laporan TPH, studi literatur, instasi terkait, dan hasil penelitian yang relevan dengan masalah penelitian. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati adalah bobot potong, bangsa, bobot karkas, bobot tubuh kosong, bobot komponen non karkas (kepala, kulit, kaki, offal merah, offal hijau, lemak), persentase komponen non karkas, persentase non karkas dan persentase karkas. Bobot potong, dihitung dengan cara menimbang bobot tubuh ternak sebelum dipotong. Bangsa, dilihat dari pencirian domba secara visual (tubuh domba). Bobot karkas, dihitung dengan cara menimbang bobot bagian tubuh setelah dikurangi bobot darah, kepala, kaki, kulit, saluran pencernaan, intestin, kantong urin, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, limpa, hati, dan jaringan lemak yang melekat pada bagian tubuh tersebut. Bobot tubuh kosong, bobot potong dikurangi bobot isi saluran pencernaan; Persentase karkas, persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup saat dipotong (dikurangi isi saluran pencernaan dan urine) dikali dengan 100%. Bobot komponen non karkas, diperoleh dari penimbangan bobot darah, kepala, kaki, kulit, isi saluran pencernaan, offal hijau (usus kecil, usus besar dan lambung), dan offal merah (paru-paru, trachea, hati, limpa, jantung, ginjal, dan lemak ommental); Persentase komponen non karkas, diperoleh dari hasil bagi bobot komponen non karkas (darah, kepala, kaki, kulit, isi saluran pencernaan, offal hijau (usus kecil, usus besar dan lambung), dan offal merah (paru-paru, trachea, hati, limpa, jantung, ginjal, dan lemak ommental)) dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%; Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3x3 dengan dua faktor perlakuan yang berbeda yaitu KBP (Kategori Bobot Potong) dibagi menjadi 3 kategori dengan interval 8 kg setiap kategorinya, yaitu 1 (6-14 kg), 2 (15-23 kg) dan 3 (≥24 kg). Faktor kedua yang dilihat yaitu bangsa domba lokal yang dibagi menjadi 3
4 kategori bangsa yaitu : Domba Ekor Tipis, Domba Ekor Gemuk dan Domba Garut. Model rancangan percobaan menurut Gasperz (1992) adalah sebagai berikut: Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + εijk Keterangan : Yijk = Komposisi karkas dan non karkas pada domba pada bangsa ternak ke-i pada Kategori Bobot Potong (KBP) ke-j dan dengan ulangan ke-k. µ = Nilai rataan komposisi karkas dan non karkas Ai = Pengaruh Bangsa ternak ke-i (DEG, DET dan DG) Bj = Pengaruh Kategori Bobot Potong ternak ke-j (1, 2 dan 3) (AB)ij = Pengaruh interaksi faktor Bangsa ternak ke-i dengan Kategori Bobot potong (KBP) ternak ke-j εijk = Pengaruh galat percobaan yang berasal dari faktor Bangsa ternak ke-i dengan Kategori Bobot Potong (KBP) ternak ke-j
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisa ragam (ANOVA) dengan menggunakan program SAS. Hasil analisis yang menunjukkan perbedaan nyata diuji lanjut dengan menggunakan Least Square Means (LS Means).
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Ternak domba yang ada di TPH Maleber didapatkan dari pasar disekitar daerah Bogor, yaitu di pasar Cianjur dan pasar Cicurug. Domba didatangkan pada hari senin dan kamis pagi, hal ini dimaksudkan untuk memenuhi permintaan konsumen yang meningkat pada hari senin dan kamis. Rataan tiap pembelian sekitar 40-50 ekor dengan perbandingan jumlah domba ekor tipis, domba garut dan domba ekor gemuk yang berbeda-beda. Pemotongan dengan jumlah domba terbanyak dilakukan pada hari senin dan kamis. Pemotongan juga dilakukan pada waktu yang tidak menentu, tergantung dengan permintaan konsumen, kecuali pada hari senin dan kamis yang secara rutin dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Selama melakukan penelitian sampel domba yang dapat diambil sebanyak 66 domba dan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah domba yang dipotong berdasarkan bangsa dan kategori bobot potong selama penelitian Kategori Bobot Potong 1 2 3 Jumlah
Domba Ekor Tipis 9 8 8 25
Bangsa Dombe Ekor Gemuk 10 10 3 23
Domba Garut 5 8 5 18
Jumlah 24 26 16 66
Tabel 1 memperlihatkan bahwa permintaan konsumen terbanyak ada pada domba yang memiliki berat berkisar antara (15-23 kg). Hal ini dikarenakan domba dengan kategori bobot potong seperti itu dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan daging yang dihasilkan dengan harga yang terjangkau. Hal ini juga dapat
5 terlihat pada trend konsumsi yang ada, yaitu konsumsi daging kambing dan domba dalam negeri hanya berlangsung dengan lonjakan sporadis yang dibutuhkan dalam waktu-waktu tertentu saja, sedangkan untuk konsumsi harian akan terus terdesak oleh daging sapi dan daging ayam. Hal ini juga dapat dilihat di TPH Maleber ini permintaan daging domba terbanyak hanya dibutuhkan untuk bisnis, seperti pedagang sate. Tabel 1 menunjukkan bahwa jenis domba lokal yang banyak dipotong pada tempat pemotongan tersebut adalah Domba Ekor Tipis (DET). Hal ini dikarenakan banyaknya domba ekor tipis yang dijual di pasar tersebut dan domba tersebut banyak dibudidayakan didaerah Jawa Barat. Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) populasi domba sebesar 12 768 241 ekor dan paling banyak berada di Jawa Barat. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Gunawan (1990) konsentrasi domba ekor tipis terbesar terdapat di propinsi Jawa Barat. Selain itu pada penelitian ini menunjukkan bahwa domba yang digunakan semua merupakan domba yang berjenis kelamin betina. Pemilik TPH hanya membeli dan memotong domba betina yang harga belinya relatif lebih murah dibandingkan domba jantan. Pada dasarnya domba betina tidak diperbolehkan atau tidak diutamakan sebagai hewan potong, ini juga dijelaskan pada Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 18 ayat (2) bahwa ternak ruminansia betina produktif dilarang disembelih karena merupakan penghasil ternak yang baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan atau untuk keperluan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan (Permentan 2009). Selain itu dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa masih banyak pemotongan domba (6-14 kg) yang masih relatif muda. Konsumen yang biasa memesan domba muda adalah pemilik restoran Arab. Konsumen memilih domba muda dikarenakan perbedaan tekstur daging yang dihasilkan, dimana daging yang dihasilkan lebih lembut. Hal tersebut membuktikan bahwa selera konsumen berbeda-beda. Hal ini juga membuktikan bahwa adanya perbedaan karakteristik karkas yang dihasilkan akibat pertambahan bobot badannya. Davendra dan McLeroy (1992) adalah bangsa, jenis kelamin, laju pertumbuhan,bobot potong dan nutrisi. Karakteristik Karkas Karkas domba menurut Standar Nasional Indonesia No. 3925-2008 adalah bagian dari tubuh kambing atau domba sehat yang telah disembelih secara halal sesuai dengan CAC/GL 24-1997, telah dikuliti, isi perut dikeluarkan, dipisahkan kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih (BSN 2008). Karkas adalah salah satu faktor penting untuk menentukan nilai ekonomis ternak yang dipotong. Kualitas karkas sangat berkaitan dengan komponen-komponen karkas maupun non karkas yang meliputi dari jeroan dan lemak.Komponen dari karkas terbagi menjadi 3 yaitu daging, tulang dan lemak. Berg dan Butterfield (1976), beberapa faktor yang mempengaruhi produksi karkas seekor ternak antara lain adalah bangsa, jenis kelamin, umur dan bobot potong disamping faktor nutrisi. Tabel 2 menjelaskan tentang karakteristik karkas berupa berat karkas. Data dari beberapa komponen karkas dan non karkas dapat dilihat pada Tabel 2.
6 Tabel 2 Rataan karakteristik karkas dan non karkas berdasarkan bangsa dan kategori bobot potong Kategori Bobot Parameter Domba Ekor Potong Tipis (KBP) 1 4.77 ± 0.57 Berat 2 8.11 ± 0.60 Karkas (Kg) 3 12.72 ± 0.60 Rata-rata 8.53 ± 0.34 1 0.79 ± 0.15 Berat Kulit 2 1.49 ± 0.16 (Kg) 3 2.16 ± 0.16 Rata-rata 1.48 ± 0.09 1 0.76 ± 0.06 Berat 2 1.23 ± 0.07 Kepala (Kg) 3 1.61 ± 0.07 Rata-rata 1.20 ± 0.04 1 0.27 ± 0.04 Berat Darah 2 0.45 ± 0.04 (Kg) 3 0.71 ± 0.04 Rata-rata 0.48 ± 0.02 1 0.31 ± 0.02 Berat Kaki 2 0.44 ± 0.02 (Kg) 3 0.56 ± 0.02 Rata-rata 0.44 ± 0.01 1 0.43 ± 0.05 Berat Jeroan 2 0.76 ± 0.05 Merah (Kg) 3 0.96 ± 0.05 Rata-rata 0.72 ± 0.03 1 0.79 ± 0.10 Berat Jeroan 2 1.44 ± 0.10 Hijau (Kg) 3 2.04 ± 0.10 Rata-rata 1.42 ± 0.06 1 0.11 ± 0.08 Berat Lemak 2 0.30 ± 0.09 (Kg) 3 0.89 ± 0.09 Rata-rata 0.44 ± 0.05
Bangsa Domba Ekor Gemuk 4.99 ± 0.54 9.49 ± 0.54 12.34 ± 0.99 8.94 ± 0,42 1.03 ± 0.14 1.58 ± 0.14 1.82 ± 0.26 1.48 ± 0.11 0.81 ± 0.06 1.24 ± 0.06 1.59 ± 0.11 1.21 ± 0.05 0.29 ± 0.04 0.46 ± 0.04 0.62 ± 0.07 0.46 ± 0.03 0.33 ± 0.02 0.45 ± 0.02 0.54 ± 0.04 0.44 ± 0.02 0.46 ± 0.05 0.75 ± 0.05 0.91 ± 0.08 0.70 ± 0.04 0.89 ± 0.09 1.32 ± 0.09 1.93 ± 0.17 1.38 ± 0.07 0.13 ± 0.08 0.49 ± 0.08 0.77 ± 0.14 0.46 ± 0.06
Domba Garut 5.39 ± 0.76 7.74 ± 0.60 13.41 ± 0.76 8.85 ± 0.41 0.90 ± 0.20 1.73 ± 0.16 2.06 ± 0.20 1.56 ± 0.11 0.81 ± 0.08 1.15 ± 0.07 1.61 ± 0.08 1.19 ± 0.04 0.34 ± 0.05 0.47 ± 0.04 0.73 ± 0.05 0.51 ± 0.03 0.35 ± 0.03 0.45 ± 0.02 0.60 ± 0.03 0.47 ± 0.02 0.48 ± 0.07 0.68 ± 0.05 1.04 ± 0.07 0.73 ± 0.04 0.74 ± 0.13 1.29 ± 0.10 1.83 ± 0.13 1.29 ± 0.07 0.19 ± 0.11 0.22 ± 0.09 0.88 ± 0.11 0.43 ± 0.06
Rata-rata 5.05 ± 0.37 C 8.45 ± 0.34 B 12.82 ± 0.46 A 0.91 ± 0.10 C 1.60 ± 0.09 B 2.01 ± 0.12 A 0.80 ± 0.04 B 1.21 ± 0.04 A 1.60 ± 0.05 A 0.30 ± 0.03 C 0.46 ± 0.02 B 0.69 ± 0.03 A 0.33 ± 0.01 C 0.45 ± 0.01 B 0.57 ± 0.01 A 0.46 ± 0.03 C 0.73 ± 0.03 B 0.97 ± 0.04 A 0.46 ± 0.03 C 0.73 ± 0.03 B 0.97 ± 0.04 A 0.15 ± 0.05 C 0.34 ± 0.05 B 0.85 ± 0.07 A
Keterangan:angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0.01).
Berat Karkas Hasil analisis yang tertera pada Tabel 2, disimpulkan bahwa berat karkas tidak dipengaruhi oleh interaksi antara bangsa dan juga kategori bobot potong (P>0.05). Berg dan Butterfield (1976), menyatakan bahwa bobot karkas merupakan pengurangan bobot hidup oleh komponen saluran pencernaan, darah, kepala, kulit dan keempat kaki mulai dari persendian carpus atau tarsus ke bawah. Hal ini dimungkinkan karena ternak domba yang dipotong pada berbagai bangsa tersebut, memiliki berat karkas yang relatif sama. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Nico (2013) yang menjelaskan bahwa perlakuan perbedaan
7 bangsa tidak berpengaruh nyata terhadap bobot potong dan bobot karkas. Selain itu, keadaan ternak sesaat sebelum dipotong juga merupakan faktor penting yang dapat menentukan bobot karkas tersebut. Berat karkas terlihat berbeda sangat nyata (P<0.01) pada kategori bobot potong yang berbeda. Produksi karkas berhubungan erat dengan bobot badan karena dengan meningkatnya bobot badan akan diikuti oleh peningkatan bobot potong dan bobot karkasnya juga semakin meningkat. Produksi karkas berhubungan erat dengan bobot badan karena seiring meningkatnya bobot badan akan diikuti oleh peningkatan bobot karkasnya (Waruwu 2012). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Juliyanto (2013), yang menyatakan bahwa bobot karkas, dan persentase karkas menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) dari tiap perlakuan bobot potong. Bobot potong 30 kg memiliki rataan lebih tinggi dari variabel yang lainnya.
Karakteristik Non Karkas Non karkas domba merupakan bagian tubuh domba yang tidak termasuk karkas antara lain darah, kulit, kepala, keempat kaki bagian bawah mulai dari carpus dan tarsus, isi ruang dada (jantung, paru-paru dan hati) dan isi perut (organ pencernaan kecuali ginjal dan organ reproduksi) (Lawrie 2003). Komponen non karkas seperti jeroan dan lemak merupakan sumber keuntungan utama dari para produsen. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa komponen-komponen non karkas tidak dipengaruhi oleh interaksi antara bangsa dan bobot potong, tetapi komponen non karkas tersebut semuanya berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kategori bobot potong. Hal ini dapat disebabkan oleh perkembangan atau pertumbuhan jaringan dalam tubuh domba yang meliputi daging, tulang dan lemak, dan akan mengakibatkan perubahan terhadap perkembangan komponenkomponen non karkas tersebut. Perkembangan komponen non karkas terutama organ dalam, sangat dipengaruhi oleh pakan ternak. Soeparno (2005) menyatakan bahwa pakan dapat mempengaruhi pertambahan berat komponen non karkas. Domba yang mengkonsumsi pakan dengan energi yang tinggi dapat menyebabkan jantung, paru-paru dan ginjal yang lebih besar bobotnya. Berat kepala tidak berbeda nyata (P>0.05) diantara ketiga bangsa domba lokal. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Nico (2013) yang menyatakan bahwa bobot kepala pada ketiga bangsa tersebut tidak berbeda nyata dikarenakan saat domba dipotong tidak memiliki tanduk dan berjenis kelamin betina. DEG tidak memiliki tanduk baik jantan dan betina (FAO 2004). Menurut Herman (1993) dalam penelitiannya bahwa pada bobot potong 17.5 kg, bobot kepala DG dan DEG tidak berbeda nyata karena tanduk belum cukup berat. Hammond (1932), Berg dan Butterfield (1976) serta Bowker et al (1978), menyatakan dua gelombang arah tumbuh-kembang pada ternak, yaitu: arah anteriorposterior yang dimulai dari cranium (tengkorak) di bagian depan tubuh menuju ke belakang ke arah pinggang (loin), dan arah centripetal dimulai dari daerah kaki distalis ke arah proximal tubuh menuju bokong (pelvis) dan pinggang (loin) yang merupakan bagian tubuh yang paling akhir mencapai pertumbuhan maksimal (late maturity).
8 Persentase Karkas Tabel 3 menjelaskan bahwa persentase karkas berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap interaksi antara bangsa dengan kategori bobot potong. Davendra (1992), menyatakan bahwa persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot, kondisi ternak, bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum, umur, jenis kelamin dan pengebirian. Bobot potong yang semakin tinggi menyebabkan bobot karkas segar dan persentase karkas semakin tinggi. Tabel 3 Rataan persentase karakteristik karkas dan non karkas berdasarkan bangsa dan kategori bobot potong Kategori Bobot Parameter Potong (KBP) 1 Persentase 2 Karkas (%) 3 Rata-rata 1 Persentase 2 Kulit (%) 3 Rata-rata 1 Persentase 2 Kepala (%) 3 Rata-rata 1 Persentase 2 Darah (%) 3 Rata-rata 1 Persentase 2 Kaki (%) 3 Rata-rata Persentase 1 Jeroan Merah 2 (%) 3 Rata-rata Persentase 1 Jeroan Hijau 2 (%) 3 Rata-rata 1 Persentase 2 Lemak (%) 3 Rata-rata
Bangsa Domba Ekor Tipis 43.00±1.30a 43.03±1.38a 45.35±1.38ab 43.80 ± 0.78 9.03 ± 0.79 9.62 ± 0.84 9.35 ± 0.84 9.33 ± 0.48 8.83 ± 0.34 7.96 ± 0.36 7.01 ± 0.36 1.20 ± 0.04 3.10 ± 0.23 2.89 ± 0.24 3.11 ± 0.24 3.03 ± 0.14 3.49 ± 0.15 2.89 ± 0.16 2.44 ± 0.16 2.94 ± 0.09 4.84 ± 0.24 4.94 ± 0.26 4.21 ± 0.26 4.66 ± 0.15 8.96 ± 0.57 9.44 ± 0.60 8.91 ± 0.60 9.10 ± 0.34 1.23 ± 0.35 1.88 ± 0.37 3.76 ± 0.37 2.29 ± 0.21
Domba Ekor Gemuk 43.20±1.23a 48.84±1.23b 47.49±2.25ab 46.51 ± 0.95 11.54 ± 0.75 9.61 ± 0.75 8.45 ± 1.37 9.87 ± 0.58 9.07 ± 0.32 7.64 ± 0.32 7.41 ± 0.58 1.21 ± 0.05 3.20 ± 0.22 2.80 ± 0.22 2.95 ± 0.40 2.96 ± 0.17 3.67 ± 0.14 2.81 ± 0.14 2.54 ± 0.25 3.01 ± 0.11 5.09 ± 0.23 4.62 ± 0.23 4.27 ± 0.42 4.66 ± 0.18 9.97 ± 0.54 8.15 ± 0.54 9.11 ± 0.99 9.07 ± 0.42 1.36 ± 0.33 2.86 ± 0.33 3.55 ± 0.60 2.59 ± 0.25
Rata-rata Domba Garut 46.78±1.75 ab 44.33 ± 0.83 42.63 ±1.38a 44.84 ± 0.77 48.25 ± 1.75b 47.03 ± 1.06 45.88 ± 0.94 9.48 ± 1.06 10.02 ± 0.51 11.76 ± 0.84 10.33 ± 0.47 8.53 ± 1.06 8.78 ± 0.64 9.93 ± 0.57 8.53 ± 0.45 8.81 ± 0.22 a 8.05 ± 0.36 7.88 ± 0.20 b 6.69 ± 0.45 7.03 ± 0.27 c 1.19 ± 0.04 3.62 ± 0.31 3.31 ± 0.15 3.31 ± 0.24 3.00 ± 0.14 3.07 ± 0.31 3.04 ± 0.19 3.33 ± 0.17 3.68 ± 0.20 3.61 ± 0.09 A 3.12 ± 0.16 2.94 ± 0.09 B 2.51 ± 0.20 2.50 ± 0.12 C 3.11 ± 0.11 5.02 ± 0.32 4.98 ± 0.15 a 4.83 ± 0.26 4.80 ± 0.14 a 4.28 ± 0.32 4.25 ± 0.20 b 4.71 ± 0.17 7.55 ± 0.76 8.83 ± 0.37 9.05 ± 0.60 8.88 ± 0.34 7.50 ± 0.76 8.51 ± 0.46 8.04 ± 0.41 1.96 ± 0.47 1.51 ± 0.22 B 1.41 ± 0.37 2.05 ± 0.21 B 3.68 ± 0.47 3.67 ± 0.28 A 2.35± 0.25
Keterangan:angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf kapital yang berbeda berpengaruh sangat nyata (P<0.01).
9
Gambar 2 Grafik pola persentase karkas pada bangsa dan bobot potong berbeda Hasnudi (2005), persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup saat dipotong (dikurangi isi saluran pencernaan dan urine) dikali dengan 100%. Data yang didapat menjelaskan bahwa domba ekor gemuk dengan kategori bobot potong 2 memiliki persentase karkas yang tertinggi sebesar 48.84 ± 1.23% (Tabel 3). Persentase karkas yang terendah adalah domba garut dengan kategori bobot potong 2 yaitu sebesar 42.63 ± 1.38 (Tabel 3). Hasil ini relatif lebih rendah dengan persentase hasil penelitian Baihaqi dan Herman (2012) berkisar 53%-55% yang menggunakan DG dan DEG pada bobot potong 32.5 kg dan 40 kg. Perbedaan nyata yang terdapat pada hasil analisis ragam tersebut dikarenakan kondisi tubuh ternak yang akan dipotong. Hasil ini sebenarnya berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Herman (2012), yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pada domba garut dengan domba ekor gemuk pada rataan bobot potong 17.5 kg dan 25 kg, akan tetapi dijelaskan bahwa pada rataan bobot potong 17.5 kg, DEG mempunyai persentase karkas lebih besar dibandingkan dengan DG sebesar 48.76% sedangkan DG sebesar 47.10%. Gambar 2 memperlihatkan bahwa pola persentase karkas dari setiap bangsa di beberapa kategori bobot, domba ekor gemuk mempunyai pola yang baik, karena mengalami peningkatan pada bobot kedua dan mempunyai persentase terbesar pada kisaran bobot potong ≥24 kg. Persentase Komponen Non Karkas Persentase komponen non-karkas didapat dari bobot komponen masingmasing non karkas dibandingkan dengan bobot tubuh kosong. Persentase beberapa komponen non karkas didapatkan bahwa semua komponen tidak adanya pengaruh interaksi antara bangsa dengan kategori bobot potong (P>0.05). Tabel 3 menjelaskan bahwa beberapa komponen non karkas seperti persentase kaki dan persentase lemak memiliki pengaruh yang sangat nyata (P<0.01), sedangkan persentase kepala dan persentase jeroan merah memiliki pengaruh yang nyata (P<0.05). Davendra dan McLeroy (1992) menjelaskan bahwa persentase bobot organ internal (perut, usus, hati,paru paru, jantung, pancreas, limpa, ginjal,
10 oesophagus dan kantong kemih) pada domba antara 32%-33% dari bobot potong. Persentase bobot organ eksternal (kepala, empat kaki bagian bawah, ekor, kulit, kelenjar usus, penis dan scrotum) adalah 20%-24%, sedangkan persentase bobot darah lebih kurang 4.0%. Perbedaan persentase komponen non karkas yang didapat terjadi akibat adanya pertumbuhan organ internal tubuh ternak. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang terjadi pada setiap mahluk hidup dan dapat dimanifestasikan sebagai tambahan berat organ atau jaringan tubuh seperti otot, tulang dan lemak, urutan pertumbuhan jeringan tubuh dimulai dari jaringan saraf, kemudian tulang, otot dan terakhir lemak (Lawrence 1980). Tillman (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan mempunyai tahap tahap cepat dan tahaplambat. Tahap cepat terjadi sebelum dewasakelamin dan tahap lambat terjadi pada faseawal dan saat dewasa tubuh telah tercapai. Perlemakan mula-mula terjadi disekitar organ-organ internal, kemudian lemak disimpan pada jaringan ikat disekitar urat daging dibawah kulit, dan terakhir lemak disimpan diantara urat daging (Forrest et al 1975).
SIMPULAN Pengaruh interaksi antara bangsa dengan kategori bobot potong hanya berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap persentase karkas, dengan persentase karkas tertinggi pada domba ekor gemuk kategori 2 yaitu sebesar 48.84% , sedangkan persentase karkas terkecil pada domba garut kategori 2, yaitu sebesar 42.63%. Pola persentase karkas yang terbaik ada pada domba ekor gemuk. Pada komponen karkas, dan komponen non karkas, baik berat maupun persentasenya rata-rata dipengaruhi oleh kategori bobot potong, kategori bobot potong 3 memiliki nilai terbesar baik persentase maupun bobot komponen karkas dan non karkas. Sementara seluruh parameter yang diukur tidak dipengaruhi oleh bangsa (P>0.05).
SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait bobot potong yang ideal untuk mendapatkan hasil karkas yang baik. Domba harusnya dibudidayakan terlebih dahulu agar mendapatkan bobot potong yang ideal. Selain itu managemen TPH (Tempat Pemotongan Hewan) yang baik perlu dilakukan pada TPH ini, agar mendapatkan hasil yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal). Perlu adanya tindakan pencegahan terhadap pemotongan betina produktif yang dapat mengurangi domba yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Pertanian. Pusat Data dan informasi Pertanian. Jakarta: Badan Pusat Statistik. BSN. 1995. SNI 01-3925-1995 Karkas kambing atau domba. Jakarta (ID). [BPN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. Mutu Karkas dan Daging Kambing/Domba. Standar Nasional Indonesia 3925:2008. Jakarta (ID): BSN.
11 Baihaqi M, Herman R. 2012. Carcass and Non-carcass Components of Priangan and Javanese Fat-tailed Rams Slaughtered at Mature Live Weight.Med. Pet. 35: 196-200.http://dx.doi.org/10.5398/medpet.2012.35.3.196. Berg RT, Butterfield RM. 1976. New Concepts of Cattle Growth . Sydney (AUS). Sydney University Press. Bowker WAT, Dumday RG, Frisch JE, Swan RA, Tulloh NM. 1978. A Course of Manual Beef Cattle Management and Economic. Canberra (UK). A. A. U. C. S. Davendra C, McLeroy GB. 1992. Sheep Breeds. Dalam: C. Davendra dan G.B. McLeroy (editor). Goat and Sheep production in the tropic. London (GB): Longman. [DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan. Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta (ID): Ditjennak. [DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013. Statistik Peternakan. Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta (ID): Ditjennak. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2004. Prolific sheep in Java. http://www.fao.org/DOCREP/004/X6517E/X6517E04.htm Forrest JC, Aberle ED, Hendrick HB, Judge MD, Merkel RA. 1975. Principles of Meat Science. San Fransisco (US): W. H Freeman Company. Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Volume 2. Bandung (ID): Tarsito. Gunawan A, Noor RR. 2005. Pendugaan nilai heritabilitas bobot lahir dan bobot sapih domba garut tipe laga. Med. Pet. 29: 7-15. Hammond J. 1932. Growth and Development of Mutton Qualities in Sheep. Edinburgh (GER): Oliver and Boyd. Hasnudi. 2005. Kajian tumbuh kembang karkas dan komponennya serta penampilan domba sungei putih dan lokal sumatera yang menggunakan pakan limbah kelapa sawit. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Herman R. 1993. Perbandingan pertumbuhan, komposisi tubuh dan karkas antara domba priangan dan ekor gemuk [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hudallah, Lestari CMS, Purbowati E. 2007. Persentase karkas dan non karkas domba lokal jantan dengan metode pemberian pakan yang berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Juliyanto, A. 2013. Karakteristik karkas dan non karkas domba ekor tipis betina dengan bobot potong yang berbeda di tph maleber bogor [skripsi]. Institut Pertanian Bogor: Bogor (ID). Lawrence TLJ. 1980. Growth in Animal, Studies in the Agricultural and Food Science. London (UK): Butterworth. Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Parakkasi A, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Meat Science. Nico, M.I. 2013. Karakteristik karkas dan non karkas dombalokal betina yang berbeda bangsa di tph maleber bogor. [skripsi] Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).
12 [Permentan] Peraturan Menteri Pertanian. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2009 pasal 18 ayat (2) tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Permentan. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Ed ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr. Tillman ADH, Hartadi S, Reksohadiprojo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Jogjakarta (ID). Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Waruwu, Y. 2012. Komposisi jaringan potongan komersial karkas domba ekor tipis jantan umur enam bulan dengan ransum penggemukan mengandung Indigofera sp dan limbah tauge. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. LAMPIRAN Data yang didapat kemudian diolah menggunakan analisis Anova dengan program SAS menghasilkan data berupa Tabel Anova sebagai berikut. Lampiran 1 Persentase karkas Sumber BGS KBPOT BGS*KBPOT Galat Total
DB 2 2 4 57 65
JK 85.90 65.65 204.91 867.79 1247.13
KT 42.95 32.83 51.23 15.23
F Hitung 2.82 2.16 3.36
Pr>F 0.07 0.13 0.02
Lampiran 2 Berat karkas Sumber BGS KBPOT BGS*KBPOT Galat Total
DB 2 2 4 57 65
JK 1.97 511.0 14.65 166.16 783.17
KT 0.98 255.50 3.66 2.92
F Hitung 0.34 87.64 1.26
Pr>F 0.72 <.0001 0.30
JK 0.71 27.51 2.63 58.15 96.20
KT 0.36 13.75 0.66 1.02
F Hitung 0.35 13.48 0.64
Pr>F 0.71 <.0001 0.63
JK 0.01 5.57 0.04 1.92 8.35
KT 0.003 2.79 0.66 1.02
F Hitung 0.07 82.60 0.27
Pr>F 0.93 <.0001 0.89
Lampiran 3 Persentasekepala Sumber DB BGS 2 KBPOT 2 BGS*KBPOT 4 Galat 57 Total 65
Lampiran 4 Berat kepala Sumber DB BGS 2 KBPOT 2 BGS*KBPOT 4 Galat 57 Total 65
13 Lampiran 5 Persentase kulit Sumber BGS KBPOT BGS*KBPOT Galat Total
DB 2 2 4 57 65
JK 4.60 22.15 51.54 321.26 403.68
KT 2.30 11.08 12.88 5.64
F Hitung 0.41 1.96 2.29
Pr>F 0.67 0.15 0.07
JK 0.09 11.27 0.65 11.28 25.44
KT 0.05 5.64 0.16 0.20
JK 1.25 1.24 0.65 26.94 30.07
KT 0.63 0.62 0.16 0.47
JK 0.03 1.25 0.03 0.79 2.42
KT 0.02 0.62 0.01 0.01
F Hitung 1.08 44.72 0.50
Pr>F 0.35 <.0001 0.74
JK 0.28 11.36 0.33 10.93 24.51
KT 0.14 5.68 0.08 0.19
F Hitung 0.74 29.62 0.42
Pr>F 0.48 <.0001 0.79
JK 0.01 0.49 0.01 0.23 0.83
KT 0.01 0.25 0.002 0.004
F Hitung 1.15 60.21 0.50
Pr>F 0.33 <.0001 0.74
Lampiran 6 Berat kulit Sumber DB BGS 2 KBPOT 2 BGS*KBPOT 4 Galat 57 Total 65
F Hitung 0.23 28.48 0.82
Pr>F 0.80 <.0001 0.52
Lampiran 7 Persentase darah Sumber BGS KBPOT BGS*KBPOT Galat Total
DF 2 2 4 57 65
F Hitung 1.13 1.31 0.34
Pr>F 0.27 0.28 0.85
Lampiran 8 Berat darah Sumber BGS KBPOT BGS*KBPOT Galat Total
DF 2 2 4 57 65
Lampiran 9 Persentase kaki Sumber BGS KBPOT BGS*KBPOT Galat Total
DF 2 2 4 57 65
Lampiran 10 Berat kaki Sumber BGS KBPOT BGS*KBPOT Galat Total
DF 2 2 4 57 65
14 Lampiran 11 Persentase jeroan merah Sumber BGS KBPOT BGS*KBPOT Galat Total
DB 2 2 4 57 65
JK 0.03 4.66 0.75 29.66 35.89
KT 0.02 2.33 0.19 0.52
F Hitung 0.03 4.48 0.36
Pr>F 0.97 0.02 0.83
Lampiran 12 Berat jeroan merah Sumber DB BGS 2 KBPOT 2 BGS*KBPOT 4 Galat 57 Total 65
JK 0.01 2.29 0.08 1.21
KT 0.004 1.15 0.02 0.02
F Hitung 0.19 53.85 0.91
Pr>F 0.83 <.0001 0.46
3.99
Lampiran 13 Persentase jeroan hijau Sumber DF BGS 2 KBPOT 2 BGS*KBPOT 4 Galat 57 Total 65
JK 13.54 1.33 25.83 166.49 204.82
KT 6.77 0.67 6.46 2.92
F Hitung 2.32 0.23 2.21
Pr>F 0.11 0.80 0.79
Lampiran 14 Berat jeroan hijau Sumber DF BGS 2 KBPOT 2 BGS*KBPOT 4 Galat 57 Total 65
JK 0.19 10.78 0.15 4.92 17.54
KT 0.10 5.39 0.04 0.09
F Hitung 1.12 62.45 0.42
Pr>F 0.33 <.0001 0.79
KT 0.46
F Hitung 0.43 18.50 2.09
Pr>F 0.66 <.0001 0.09
F Hitung 0.08 34.50 1.28
Pr>F 0.93 <.0001 0.29
Lampiran 15 Persentase lemak Sumber DF BGS 2 KBPOT 2 BGS*KBPOT 4 Galat 57 Total 65
JK 0.93 40.24 9.11 61.99 123.86
20.12 2.28 1.09
Lampiran 16 Berat lemak Sumber DF BGS 2 KBPOT 2 BGS*KBPOT 4 Galat 57 Total 65
JK 0.01 4.27 0.32 3.53 9.15
KT 0.005 2.14 0.08 0.06
15
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, tanggal 13 Juli 1991 dari pasangan Bapak Abdul Hamid dan Ibu Hikmah. Penulis adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Penulis telah menempuh jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 02 pada tahun 1996-2002, selanjutnya sekolah menengah di SMP Negeri 227 Pejaten Barat tahun 2002-2005, dan SMA SULUH Pasar Minggu tahun 2005-2008. Atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT, penulis pun berkesempatan menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor. Melalui jalur USMI (Undangan Seleki Masuk IPB), tahun 2009 penulis diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Selama menempuh masa studi di IPB, penulis aktif dalam lembaga kemahasiswaan Fapet. Tahun 2010-2011, penulis menjadi Ketua Divisi Infokom FAMM AL AN AAM Fapet, dan anggota Divisi Sahara Himaproter (Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan). Selanjutnya pada tahun 2011-2012, penulis menjadi Ketua Divisi Infokom FAMM AL AN AAM Fapet, dan juga sebagai Ketua Divisi Sahara Himaproter. Selama menjadi mahasiswa tingkat akhir, pada tahun 20122013 penulis berkesempatan menjadi PAK dalam kegiatan makrab IPTP 47, dan pada Meet Cowboy 49. Penulis juga pernah mengikuti magang di Balai Inseminasi Buatan (BIB), Lembang, Bandung.