KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS KAMBING KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) PADA BOBOT LEPAS SAPIH
RINI SEPTIANI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Karkas dan Non Karkas Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah (PE) pada Bobot Lepas Sapih adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Rini Septiani NIM D141080320
ABSTRAK RINI SEPTIANI. Karakteristik Karkas dan Non Karkas Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah (PE) pada Bobot Lepas Sapih. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan EDIT LESA ADITIA. Sebanyak 27 ekor kambing kacang dan 16 ekor kambing PE digunakan untuk dievaluasi karakteristik karkas dan non karkasnya pada bobot lepas sapih (rataan bobot potong 10.04 kg). Data dianalisis menggunakan analisis peragam (ANCOVA) dengan bobot potong dan bobot karkas kiri sebagai covariable. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot potong serta bobot dan persentase non karkas kambing PE sangat lebih besar dibandingkan kambing kacang (P<0.01). Kambing PE juga memiliki persentase bobot tubuh kosong lebih besar dibandingkan kambing kacang (P<0.05). Persentase ekor, kantung kemih dan usus kambing PE juga sangat lebih besar dibandingkan kambing kacang (P<0.01). Persentase darah tertampung, pankreas serta jeroan hijau kambing PE lebih besar dibandingkan kambing kacang (P<0.05), namun kambing PE memiliki persentase lemak omental yang lebih kecil (P<0.05), serta alat kelamin yang sangat lebih kecil dibandingkan kambing kacang (P<0.01). Persentase otot, tulang dan lemak karkas pada penelitian ini adalah seragam, namun jaringan pengikat pada karkas kambing PE sangat lebih besar dibandingkan kambing kacang (P<0.01). Persentase loin, rack dan breast kambing kacang sangat lebih besar dibandingkan kambing PE (P<0.01), namun kambing kacang memiliki persentase leg yang sangat lebih kecil dibandingkan kambing PE (P<0.01). Kambing kacang dan kambing PE yang dipotong pada bobot lepas sapih menghasilkan keragaman pada karakteristik non karkas, komposisi jaringan karkas serta distribusi jaringan potongan komersial karkas. Kata kunci: kambing kacang, kambing PE, karkas, lepas sapih, non karkas
ABSTRACT RINI SEPTIANI. Carcass and Non Carcass Characteristics of Kacang and Etawah Crossbreed Goats at Post-Weaning Body Weight. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and EDIT LESA ADITIA. This study was conducted to evaluate carcass and non carcass characteristics of 27 Kacang goats and 16 Etawah crossbreed goats (Peranakan Etawah, PE) at post-weaning body weight (average 10.04 kg). The data were analysed using Analysis of Covariance (ANCOVA) with Slaughter Weight (SLW) and half carcass side as covariable. The results showed that PE goats had very significantly (P<0.01) higher in SLW, non carcass weight and percentages (based on SLW), while their Empty Body Weight (EBW) was significantly higher (P<0.05) than Kacang goats. PE goats had higher (P<0.01) percentages (based on EBW) of tail, vesica urinaria, and intestinal tract. PE goats also had higher (P<0.05) blood, pancreas and gastrointestinal tract percentages, whereas percentages of omental fat (P<0.05) and genitals (P<0.01) were greater for Kacang goats. There were no
differences observed in percentages of muscle, fat and bone of carcass components between breeds, but PE goats had very significantly (P<0.01) higher percentages of connective tissue than Kacang goats. PE goats had higher proportion of leg (P<0.01), but Kacang goat had significantly higher (P<0.01) proportion of loin, rack and breast. Evaluation on carcass and non carcass characteristics of Kacang goats and PE goats which slaughtered at post-weaning body weight resulted differences on non carcass characteristics, carcass compositions and tissue distributions of commersial cuts. Keywords: carcass, kacang goat, non carcass, PE goats, post-weaning
KARAKTERISTIK KARKAS DAN NON KARKAS KAMBING KACANG DAN KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIPOTONG PADA BOBOT LEPAS SAPIH
RINI SEPTIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2013 ini ialah karkas dan non karkas, dengan judul Karakteristik Karkas dan Non Karkas Kambing Kacang dan Kambing Peranakan Etawah pada Bobot Lepas Sapih. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc dan Bapak Edit Lesa Aditia, SPt MSc selaku pembimbing. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak M Sriduresta S, SPt MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan. Rasa terima kasih disampaikan penulis kepada seluruh dosen IPTP. Ungkapan terima kasih juga disampaikan penulis kepada rekan satu tim penelitian ini serta seluruh rekan mahasiswa IPTP 45 dan IPTP 46 Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga diucapkan penulis kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Yayasan Karya Salemba Empat atas beasiswa yang diberikan kepada penulis hingga akhir masa studi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Wahyu Indri A, Muhamad Abdullah SSi, Noraimah SPt, Cira Marlinah SPt, Winda Tristia N SPt, Dewi Elfrida S SPt, dan Heni Pratiwi dan teman-teman penulis lainnya yang selalu mendukung penulis selama masa studi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Rini Septiani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Prosedur Prosedur Pengambilan Data Primer Prosedur Pengambilan Data Sekunder Rancangan Analisis Data Peubah yang Diamati HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Karkas Bobot Potong dan Bobot Tubuh Kosong Bobot dan Persentase Karkas Karakteristik Non Karkas Komposisi Jaringan Karkas Bobot dan Persentase Otot Karkas Bobot dan Persentase Lemak Karkas Bobot dan Persentase Tulang Karkas Bobot dan Persentase Jaringan Ikat Karkas Distribusi Komponen Jaringan Karkas pada Potongan Komersial Distribusi Otot dan Lemak pada Potongan Komersial Karkas Distribusi Jaringan Ikat pada Potongan Komersial Karkas SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vi vi 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 5 5 6 9 9 10 10 10 11 11 13 13 13 16 19
DAFTAR TABEL 1
Rataan bobot potong dan bobot tubuh kosong, serta bobot dan persentase karkas dan non karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah pada rataan bobot potong 10.04 kg 2 Rataan bobot dan persentase komponen non karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah (% bobot tubuh kosong) 3 Komposisi jaringan karkas (otot, tulang, lemak, dan jaringan karkas) pada karkas sebelah kiri kambing kacang dan kambing peranakan etawah dengan rataan bobot karkas kiri sebesar 1.68 kg 4 Rataan bobot dan persentase komponen jaringan karkas (otot (O), lemak (L), tulang, dan jaringan ikat) pada potongan komersial karkas sebelah kiri kambing kacang dan kambing peranakan etawah (% Bobot Karkas Kiri)
5 7
9
12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Hasil analisis ragam bobot potong Hasil analisis peragam bobot tubuh kosong Hasil analisis peragam bobot karkas Hasil analisis peragam persentase karkas (% bobot potong) Hasil analisis peragam bobot karkas kiri Hasil analisis peragam persentase otot pada bobot karkas kiri Hasil analisis peragam persentase tulang pada bobot karkas kiri Hasil analisis peragam persentase lemak pada bobot karkas kiri Hasil analisis peragam persentase jaringan ikat pada bobot karkas kiri Hasil analisis peragam persentase potongan komersial leg Hasil analisis peragam persentase potongan komersial loin Hasil analisis peragam persentase potongan komersial rack Hasil analisis peragam persentase potongan komersial breast Hasil analisis peragam persentase potongan komersial shoulder Hasil analisis peragam persentase potongan komersial shank Hasil analisis peragam persentase potongan komersial neck
16 16 16 17 17 17 17 17 17 18 18 18 18 18 18 18
PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak kambing berkembang di berbagai belahan dunia tetapi paling populer di daerah tropis. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) melaporkan jumlah populasi kambing di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 16 946 000 ekor. Bangsa kambing yang memiliki populasi tinggi di Indonesia menurut Rumich (1967) adalah kambing kacang, kambing etawah dan kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia yang banyak dikembangkan untuk menghasilkan daging. Bangsa kambing ini merupakan bangsa kambing yang terpenting ditinjau dari segi jumlah dibandingkan dengan bangsa kambing lain (Devendra dan Burns 1983). Kambing PE merupakan kambing dwiguna hasil persilangan antara kambing etawah yang berasal dari India dengan kambing kacang. Kambing PE memiliki penampilan mirip kambing etawah namun dengan ukuran tubuh yang lebih kecil. Bobot hidup dan bobot karkas serta distribusi lemak karkas sangat penting dalam produksi daging (Simela et al. 2011). Perbedaan bangsa kambing menyebabkan keragaman yang tinggi pada komposisi karkas (Gall 1982). Proporsi potongan komersial karkas yang bernilai tinggi juga merupakan indikasi penting dari nilai keseluruhan karkas (Simela et al. 2011). Selain komponen karkas, di banyak negara berkembang komponen non karkas juga merupakan edible portion (Sebsibe 2008), komponen non karkas mungkin bersaing dengan komponen karkas dari segi keuntungan ekonomi (Mushi et al. 2009). Hal inilah yang kemudian mendasari pemikiran perlu adanya penelitian mengenai karakteristik komponen karkas dan komponen non karkas kambing kacang dan kambing PE yang merupakan bangsa kambing pedaging yang banyak dikembangkan di Indonesia. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (2012) menyebutkan bahwa terjadi peningkatkan konsumsi daging kambing di Indonesia dengan rataan pertumbuhan 0.92% per tahun sejak tahun 2007 hingga tahun 2011. Saat ini berkembang permintaan daging kambing yang berasal dari kambing muda, Usmiyati dan Setiyanto (2008) memaparkan bahwa secara umum konsumen lebih menyukai daging dari ternak muda karena lebih empuk dengan perlemakan sedikit atau belum terbentuk. Setyawardani dan Haryoko (2005) menambahkan bahwa daging kambing muda banyak disukai oleh konsumen karena empuk, juicy dan mempunyai citarasa khas. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pengetahuan mengenai bagian yang dapat dikonsumsi dari kambing yang dipotong pada bobot lepas sapih perlu dikaji lebih lanjut.
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi karakteristik karkas dan non karkas kambing kacang dan PE pada bobot lepas sapih.
2 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan pengamatan produktifitas pada komponen karkas dan komponen non karkas kambing kacang dan kambing PE pada bobot lepas sapih menggunakan data sekunder yang terdapat di Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dari Nopember 2013 hingga Januari 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan Penelitian ini menggunakan data sekunder kambing yang terdapat di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Sebanyak 43 ekor kambing jantan yang terdiri dari 27 ekor kambing kacang dan 16 ekor kambing PE yang dipotong pada umur ± 3 bulan digunakan pada penelitian ini. Rataan bobot potong kambing kacang adalah 9.23±1.86 kg dan rataan bobot potong kambing PE adalah 11.41±0.74 kg.
Prosedur Prosedur Pengambilan Data Primer Prosedur pengambilan data primer dilakukan dengan proses pemotongan secara halal. Pemotongan dilakukan dengan memotong bagian leher dekat tulang rahang bawah agar semua pembuluh darah, oesophagus dan trachea terpotong dan terjadi pendarahan sempurna. Darah ditampung dan ditimbang sebagai darah yang tertampung. Setelah itu dilakukan pemotongan kepala dan kaki, pemotongan bagian kepala dilakukan pada persendian occipito atlatis, bagian kaki depan dipotong pada persendian carpal-metacarpal dan bagian kaki belakang dipotong pada persendian tarsal-metatarsal. Kemudian dilakukan penggantungan pada tendon achilles untuk selanjutnya dilakukan pengulitan dan eviserasi. Karkas segar ditimbang bobotnya sebagai bobot karkas, kemudian dibungkus dalam kantong plastik yang diikat erat, lalu disimpan dalam chiller pada suhu ± 2 °C (Herman 2004). Karkas dibelah sepanjang tulang belakangnya dari leher (Ossa vertebrae cervicalis) sampai sacral (Ossa vertebrae sacralis). Masing-masing separuh karkas ditimbang sebagai bobot karkas sebelah kiri dan sebelah kanan. Karkas sebelah kiri kemudian diuraikan menjadi tujuh potongan komersial yaitu paha (leg), pinggang (loin), rusuk dada (rack), bahu (shoulder), perut dada (breast), leher
3 (neck) dan lengan (shank). Selanjutnya potongan komersial tersebut ditimbang, kemudian dilakukan pemisahan antara daging, tulang, lemak dan jaringan ikatnya untuk kemudian dilakukan penimbangan bobot masing-masing bagian tersebut. Prosedur Pengambilan Data Sekunder Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini meliputi data karakteristik karkas dan non karkas, komposisi jaringan karkas serta distribusi jaringan pada potongan komersial karkas. Semula terdapat sebanyak 49 ekor kambing jantan yang terdiri atas 32 ekor kambing kacang dan 17 ekor kambing PE. Berdasarkan pertimbangan kelengkapan data peubah yang diamati, didapatkan data sebanyak 27 ekor kambing kacang dan 16 ekor kambing PE. Rancangan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan perbedaan bangsa kambing, yaitu kambing kacang dan kambing PE. Ulangan untuk perlakuan masing-masing secara berurutan adalah 27 dan 16 ekor kambing. Model rancangan menurut Gaspersz (1994) adalah sebagai berikut: Yij = µ + τi + β(Xij - x̄) + εij Keterangan : Y = Karakteristik karkas dan non karkas berdasarkan perbedaan bangsa ke-i dan ulangan ke-j ij
μ τi β Xij
x̄ Εij
= Nilai rataan karakteristik karkas dan non karkas kambing = Pengaruh aditif dari bangsa ke-i = Koefisien regresi yang menunjukkan ketergantungan Yij pada X ij = Pengukuran kovariat yang dihasilkan bangsa ke-i pada ulangan ke-j yang berkaitan dengan Yij = Nilai rataan covariable yang diukur = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan bangsa kambing ke-i pada ulangan ke-j
Analisis Data Data bobot potong dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Data bobot tubuh kosong, bobot dan persentase karkas, bobot dan persentase non karkas, serta bobot dan persentase komponen non karkas dianalisis menggunakan Analysis of Covariance (ANCOVA) dengan bobot potong dijadikan sebagai covariable. Bobot karkas kiri dijadikan covariable untuk data bobot dan persentase komposisi jaringan karkas (otot, lemak, tulang dan jaringan ikat) serta data bobot dan persentase komposisi jaringan karkas (otot dan lemak, tulang serta jaringan ikat) pada potongan komersial. Peubah yang Diamati Bobot Potong Bobot potong merupakan bobot tubuh ternak sebelum dipotong (Sugana dan Duldjaman 1983). Bobot potong adalah bobot tubuh ternak yang ditimbang sebelum pemotongan dan dipuasakan selama 12 jam. Bobot Tubuh Kosong. Bobot tubuh kosong merupakan selisih antara bobot potong dengan bobot isi saluran pencernaan (Mahgoub dan Lu 1998). Bobot potong adalah bobot potong dikurangi bobot isi saluran pencernaan. Bobot dan Persentase Karkas. Badan Standardisasi Nasional Indonesia (2008) mendefinisikan karkas kambing sebagai bagian tubuh kambing sehat yang telah disembelih secara halal sesuai dengan CAC/GL 24-1997, telah dikuliti dan
4 dikeluarkan isi perutnya, dipisahkan bagian kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih. Bobot karkas pada penelitian ini didapatkan dengan mengurangkan bobot potong dengan bobot komponen non karkas. Persentase karkas/bobot potong adalah hasil dari perhitungan bobot karkas dibagi bobot potong kemudian dikali 100%. Persentase karkas/bobot tubuh kosong adalah hasil perhitungan bobot karkas dibagi bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%. Bobot dan Persentase Komponen Non Karkas. Bobot non karkas dapat ditentukan dengan mengurangkan bobot potong dengan bobot karkas (Lawrie 2003). Komponen non karkas terdiri dari kepala, kulit, keempat kaki, ekor, pankreas, darah, kantung kemih, empedu, lemak omental, alat kelamin, jeroan merah (hati, limpa, jantung, ginjal, paru paru dan trakea) dan jeroan hijau (usus, lambung dan oesophagus). Persentase komponen non karkas dihitung dengan membagi bobot komponen non karkas dengan bobot tubuh kosong kemudian dikalikan 100%. Bobot dan Persentase Komposisi Jaringan Karkas. Karkas dan potongan komersial karkas dapat diuraikan secara fisik menjadi komponen jaringan daging tanpa lemak (lean), lemak, tulang dan jaringan ikat (Devendra dan Mc Leroy 1982). Bobot jaringan karkas yang meliputi otot, tulang dan jaringan ikat adalah hasil penjumlahan masing-masing distribusi jaringan karkas dari setiap potongan komersial. Bobot lemak karkas merupakan hasil penjumlahan lemak subcutaneous, lemak intermuscular, lemak ginjal dan lemak pelvis pada karkas (Herman 2004). Persentase jaringan karkas adalah hasil perhitungan bobot setiap jaringan karkas tersebut dibagi bobot total jaringan karkas kemudian dikalikan 100%. Bobot dan Persentase Komposisi Jaringan Potongan Komersial Karkas. Mudawi et al. (2012) menguraikan potongan komersial karkas menjadi otot, tulang dan lemak. Potongan komersial pada penelitian ini meliputi leg, loin, rack, breast, shoulder, shank dan neck. Bobot komposisi jaringan karkas pada penelitian ini merupakan bobot otot dan lemak, tulang serta jaringan ikat yang dipisahkan dari masing-masing potongan komersial karkas. Persentase jaringan karkas potongan komersial adalah hasil perhitungan bobot setiap jaringan karkas tersebut dibagi bobot total potongan komersial kemudian dikalikan 100%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Karkas Perbedaan bangsa memberikan respon yang berbeda terhadap karakteristik karkas kambing pada penelitian ini. Rataan karakteristik karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah (PE) disajikan pada Tabel 1.
5 Tabel 1 Rataan bobot potong dan bobot tubuh kosong, serta bobot dan persentase karkas dan non karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah pada rataan bobot potong 10.04 kg Parameter Bobot Potong (kg) Bobot Tubuh Kosong (kg) Bobot Karkas (kg) Bobot non Karkas (kg) Persentase Non Karkas (%) Persentase Karkas (Bobot Potong) (%) Persentase Karkas (Bobot Tubuh Kosong) (%) Keterangan:
Bangsa Kambing Kacang (n=27) PE (n=16) 9.23±1.87B 11.41±0.74A 6.92±0.12b 7.47±0.17a 3.34±0.07 3.49±0.10 3.21±0.04B 3.57±0.05A 32.16±0.41B 35.59±0.56A 33.07±0.68 34.75±0.93 48.12±0.65 46.95±0.89
angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata (P<0.05), sementara angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kapital berbeda sangat nyata (P<0.01).
Bobot Potong dan Bobot Tubuh Kosong Rataan bobot potong kambing kacang dan PE pada penelitian ini secara berurutan adalah 9.23 kg dan 11.41 kg. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan bangsa memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap bobot potong kambing PE dan kambing kacang. Bobot potong kambing PE sangat nyata lebih tinggi karena kambing PE memiliki ukuran tubuh yang lebih besar sehingga kambing PE dapat mencapai bobot potong lebih cepat pada usia yang lebih muda dibandingkan kambing kacang. Sumardianto et al. (2013) melaporkan bobot potong kambing PE sangat signifikan (P<0.01) lebih tinggi dibandingkan kambing kacang pada usia 1 tahun. Penelitian sebelumnya (Mahgoub dan Lu 1998) melaporkan bahwa bangsa kambing batina yang memiliki ukuran tubuh besar dapat mencapai bobot potong lebih cepat dibandingkan bangsa kambing dhofari yang mempunyai ukuran tubuh kecil. Analisis peragam dengan menggunakan bobot potong sebagai covariable menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan (P<0.05) pada bobot tubuh kosong kambing kacang dan kambing PE. Bobot tubuh kosong kambing PE lebih tinggi dengan bobot 7.47 kg dibandingkan kambing kacang yang memiliki bobot 6.92 kg. Mahgoub dan Lu (1998) juga melaporkan adanya pengaruh perbedaan bangsa yang sangat nyata (P<0.001) terhadap bobot tubuh kosong pada kambing batina dan kambing dhofari. Bobot dan Persentase Karkas Hasil analisis peragam menunjukkan tidak ada pengaruh nyata yang ditimbulkan oleh perbedaan bangsa kambing terhadap bobot karkas pada penelitian ini (Tabel 1). Bobot karkas kambing kacang adalah sebesar 3.34 kg, sementara kambing PE memiliki bobot karkas 3.49 kg. Persentase karkas berdasarkan bobot potong dan bobot tubuh kosong pada kambing kacang dan kambing PE adalah sebesar 33.07% dan 34.75% serta 48.12% dan 46.95%. Laporan Koşum et al. (2003) juga menyebutkan tidak ada perbedaan nyata pada bobot karkas kambing saanen dan kambing bornova jantan muda. Bobot karkas juga tidak dipengaruhi oleh perbedaan bangsa pada laporan Peña et al. (2011)
6 yang membandingkan kambing criollo cordobes dengan kambing anglo nubian menyusui. Hasil analisis peragam menunjukkan tidak terdapat pengaruh perbedaan bangsa yang signifikan (P>0.05) pada persentase karkas penelitian ini (Tabel 1), sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Rodrigues et al. (2013) yang melaporkan bahwa persentase karkas berdasarkan bobot potong antara kambing alpine dan persilangannya (Boer x Alpine) pada usia pertumbuhan adalah relatif sama. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Mahgoub dan Lu (1998), tidak terdapat perbedaan persentase karkas yang nyata pada kambing dhofari dan kambing batina jantan yang dipotong pada bobot 11 kg. Solaiman et al. (2012) melaporkan persentase karkas berdasarkan bobot potong antara kambing boer dan kambing kiko lepas sapih yang dipotong pada bobot 28.5 kg dan 25.8 kg juga tidak berbeda nyata dengan nilai persentase sebesar 48% hingga 50%. Nilai persentase yang dilaporkan Solaiman et al. (2012) lebih tinggi dibandingkan nilai persentase karkas berdasarkan bobot potong pada penelitian ini yang hanya mencapai 33.07% untuk kambing kacang dan 34.75% untuk kambing PE. Hal ini diduga terjadi karena perbedaan bobot potong. Rataan bobot potong kambing kacang dan kambing PE lepas sapih pada penelitian ini jauh lebih kecil dibandingkan rataan bobot potong kambing pada laporan Solaiman et al. (2012) yaitu hanya sebesar 10.04 kg. Penelitian oleh Sumardianto et al. (2013) melaporkan persentase karkas berdasarkan bobot potong pada kambing kacang dan kambing PE berumur 1 tahun adalah sebesar 37.50% dan 40.39%. Van Niekerk dan Casey (1988) melaporkan bahwa perbedaan persentase karkas berdasarkan bobot potong kambing dengan genotip yang berbeda dapat terjadi karena adanya perbedaan bobot isi saluran pencernaan pada saat pemotongan. Persentase karkas berdasarkan bobot tubuh kosong menunjukkan nilai 48.12% untuk kambing kacang dan 46.95% untuk kambing PE. Penelitian oleh Mudawi et al. (2012) melaporkan persentase karkas berdasarkan bobot tubuh kosong kambing tagger muda jantan yang dipotong pada bobot 13.2 kg adalah sebesar 53.54%. Greenwood et al. (1996) memaparkan bahwa persentase karkas berdasarkan bobot potong maupun bobot tubuh kosong dapat bervariasi dari 35% hingga 55%, yang dipengaruhi oleh bobot potong, perlemakan, waktu pemberian pakan dan minum, pemuasaan dan tingkat stres sebelum pemotongan, bobot kulit, jenis kelamin, bangsa serta periode penyapihan.
Karakteristik Non Karkas Hasil analisis peragam menunjukkan terdapat pengaruh sangat nyata (P<0.01) perbedaan bangsa terhadap bobot dan persentase non karkas pada kambing kacang dan kambing PE. Kambing PE memiliki bobot dan persentase non karkas lebih tinggi yaitu sebesar 3.57 kg dan 35.59% dibandingkan dengan kambing kacang yang memiliki bobot dan persentase non karkas 3.21 kg dan 32.16%. Rataan bobot dan persentase komponen non karkas kambing kacang dan kambing PE disajikan pada Tabel 2.
7 Tabel 2 Rataan bobot dan persentase komponen non karkas kambing kacang dan kambing peranakan etawah (% bobot tubuh kosong) Bangsa Kambing Peubah Kacang (n=27) PE (n=16) Kacang (n=27) PE (n=16) (kg) (%) Kepala 0.800±0.0120 0.830±0.0160 11.69±0.180 11.32±0.250 Kulit 0.540±0.0150 0.540±0.0200 7.78±0.165 7.26±0.230 Kaki 0.300±0.0090B 0.350±0.0130A 4.50±0.140 4.76±0.190 Ekor 0.010±0.0004B 0.010±0.0005A 0.11±0.005B 0.14±0.006A Pankreas 0.010±0.0006B 0.020±0.0008A 0.20±0.010b 0.23±0.010a Darah tertampung 0.370±0.0120B 0.480±0.0170A 5.33±0.210b 6.37±0.290a Kantung Kemih 0.005±0.0004B 0.008±0.0006A 0.07±0.010B 0.12±0.010A Empedu 0.001±0.0002 0.001±0.0002 0.02±0.002 0.02±0.003 Lemak omental 0.100±0.0090a 0.050±0.0120b 1.37±0.130a 0.78±0.180b Alat kelamin 0.080±0.0050a 0.060±0.060b 1.10±0.060A 0.76±0.080B Jeroan merah 0.350±0.0070B 0.390±0.0100A 5.07±0.120 5.28±0.160 Hati 0.150±0.0060B 0.180±0.0080A 2.22±0.090 2.47±0.120 Limpa 0.010±0.0020 0.020±0.0030 0.20±0.040 0.22±0.050 Paru-paru dan trakea 0.110±0.0020 0.110±0.0030 1.63±0.040 1.55±0.050 Jantung 0.040±0.0010 0.040±0.0010 0.51±0.010 0.50±0.020 Ginjal 0.030±0.0010B 0.040±0.0010A 0.52±0.010 0.54±0.020 Jeroan hijau 0.660±0.0180B 0.840±0.0250A 9.71±0.340b 11.27±0.470a Lambung dan esofagus
Usus Keterangan:
0.330±0.0070B 0.330±0.0150B
0.380±0.0090A 0.460±0.0200A
4.83±0.150 4.88±0.236B
5.05±0.210 6.22±0.320A
pada masing-masing bobot dan persentase, angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kapital berbeda sangat nyata (P<0.01). Data dikoreksi berdasarkan rataan bobot potong 10.04 kg.
Hasil analisis peragam menunjukkan kambing PE memiliki persentase ekor, kantung kemih dan, usus yang sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi dibandingkan kambing kacang (Tabel 2). Hasil analisis peragam pada proporsi ekor sesuai dengan pemaparan Pamungkas et al. (2009) bahwa kambing PE jantan memiliki panjang dan lebar ekor sebesar 25 cm dan 3.6 cm, sementara panjang dan lebar ekor kambing kacang yaitu 12 cm dan 2.5 cm. Sejalan dengan hasil penelitian ini, laporan Peña et al. (2011) mengemukakan bahwa terdapat pengaruh nyata (P<0.01) perbedaan bangsa terhadap persentase usus pada kambing criollo cordobes dan kambing anglo nubian. Hasil penelitian ini menunjukkan kambing PE memiliki jeroan hijau (P<0.05) dan usus (P<0.01) lebih tinggi secara nyata dibandingkan kambing kacang. Hal ini mungkin terjadi karena bobot potong kambing PE pada penelitian ini sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi dibandingkan kambing kacang. Economides dan Olymbius (1991) menjelaskan hal ini dengan menyimpulkan bahwa semakin tinggi bobot potong maka bobot perut, usus serta lemak di sekitar bagian-bagian
8 tersebut akan semakin meningkat. Perbedaan tipe kambing juga disinyalir dapat menyebabkan perbedaan bobot jeroan hijau, kambing kacang merupakan kambing tipe pedaging sedangkan kambing PE merupakan kambing tipe perah. Penelitian pada sapi oleh Peron et al. (1993) melaporkan bahwa sapi holstein yang merupakan sapi tipe perah memiliki jeroan hijau (lambung dan usus) yang lebih besar dibandingkan sapi tipe pedaging. Kambing PE memiliki persentase darah tertampung signifikan (P<0.05) lebih tinggi pada penelitian ini. Penelitian terdahulu oleh Peña et al. (2011) juga melaporkan hal yang sama, yaitu terdapat perbedaan nyata pada persentase darah tertampung kambing criollo cordobes dan kambing anglo nubian menyusui. Hasil penelitian ini menunjukkan persentase pankreas kambing PE nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan kambing kacang yang memiliki persentase pankreas sebesar 0.20%. Kambing kacang memiliki persentase lemak omental yang signifikan (P<0.05) lebih tinggi serta alat kelamin yang sangat signifikan (P<0.01) lebih tinggi dibandingkan kambing PE (Tabel 2). Kambing dikenal mendeposisikan lemaknya terutama pada rongga abdominal (Kempster 1981). Pertumbuhan lemak pada kambing kacang mengarah ke rongga perut (Herman et al. 1983). Mahgoub dan Lu (1998) memaparkan bahwa kambing yang memiliki lemak omental lebih tinggi akan mencapai fase dewasa kelamin serta periode penimbunan lemak pada waktu lebih awal. Mahgoub dan Lu (1998) juga melaporkan kambing dhofari jantan yang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil memiliki alat kelamin yang sangat signifikan (P<0.001) lebih tinggi dibandingkan dengan kambing batina jantan yang memiliki ukuran tubuh lebih besar pada bobot 11 kg, hal ini terjadi karena kecepatan dewasa kelamin kambing dhofari yang lebih awal dibandingkan kambing batina. Penelitian oleh Peña et al. (2011) yang membandingkan kambing criollo cordobes dan kambing anglo nubian menyusui menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan (P<0.001) perbedaan bangsa terhadap lemak omental kambing. Laporan Mushi et al. (2009) juga menemukan perbedaan yang nyata (P<0.05) pada lemak omental kambing lokal Afrika (SEA) dan persilangannya (SEA x Norwegia). Hasil analisis peragam menunjukkan persentase seluruh komponen jeroan merah tidak dipengaruhi secara signifikan (P>0.05) oleh perbedaan bangsa. Persentase hati, limpa, jantung dan ginjal yang tidak berbeda nyata juga ditemukan pada penelitian terdahulu (Mahgoub dan Lu 1998). Penelitian oleh Koşum et al. (2003) juga melaporkan persentase paru-paru dan trakea serta hati dan ginjal yang sama pada kambing saanen dan bornova jantan muda. Persentase kepala, kulit dan kaki pada penelitian ini menunjukkan hasil tidak berbeda (P>0.05) secara signifikan (Tabel 2). Rodrigues et al. (2013) melaporkan bahwa persentase kulit dan kaki yang sama pada kambing alpine dan persilangannya (Boer x Alpine), namun dengan persentase kepala yang berbeda nyata (P<0.05). Persentase kepala pada penelitian Rodrigues et al. (2013) mungkin terjadi karena bobot potong yang lebih tinggi yaitu berkisar dari 25 kg hingga 27 kg, sehingga perkembangan pada bagian khusus di kepala seperti tanduk tengah terjadi, sedangkan penelitian ini mempelajari kambing pada bobot lepas sapih.
9 Komposisi Jaringan Karkas Hasil analisis peragam dengan menggunakan bobot potong sebagai covariable menunjukkan bahwa karkas kiri kambing kacang dan kambing PE adalah seragam. Hasil analisis peragam pada distribusi otot, tulang, lemak, dan jaringan ikat diperoleh berdasarkan penyeragaman terhadap bobot karkas kiri disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi jaringan karkas (otot, tulang, lemak, dan jaringan karkas) pada karkas sebelah kiri kambing kacang dan kambing peranakan etawah dengan rataan bobot karkas kiri sebesar 1.68 kg Parameter
Bobot Karkas Kiri Otot Lemak Tulang Jaringan Ikat Otot Lemak Tulang Jaringan Ikat Keterangan:
Bangsa Kambing Kacang (n=27) PE (n=16) (kg) 1.66±0.030 1.71±0.050 1.01±0.020 1.00±0.030 0.10±0.010a 0.07±0.010b 0.52±0.020 0.51±0.030 0.07±0.004B 0.10±0.006A (%) 58.55±1.07 59.22±1.46 5.50±0.36 4.50±0.50 31.93±1.05 30.74±1.44 4.02±0.29B 5.54±0.39A
angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kapital berbeda sangat nyata (P<0.01).
Bobot dan Persentase Otot Karkas Hasil analisis peragam menunjukkan tidak adanya pengaruh (P>0.05) perbedaan bangsa terhadap bobot dan persentase otot karkas pada kambing kacang dan kambing PE (Tabel 3). Bobot otot karkas kambing kacang pada penelitian ini adalah 1.01 kg dan bobot otot kambing PE sebesar 1.00 kg. Penelitian mengenai kambing batina dan kambing dhofari yang dilakukan oleh Mahgoub dan Lu (1998), serta kambing mubende dan persilangannya (Mubende x Boer) yang dilaporkan Kamatara et al. (2013) juga menunjukkan perbedaan pada persentase otot karkas yang tidak nyata. Butterfield (1988) melaporkan persentase otot karkas pada spesies lain seperti domba dan sapi hanya sedikit dipengaruhi perbedaan bangsa. Persentase otot karkas kambing kacang dan kambing PE pada penelitian ini adalah sebesar 58.55% dan 59.22%, namun hasil penelitian terdahulu menunjukkan persentase otot karkas yang lebih tinggi yaitu 67.0% dan 68.2% (Kamatara et al. 2013) dan 68.02% dan 68.75% (Mahgoub dan Lu 1998).
10 Bobot dan Persentase Lemak Karkas Hasil analisis peragam menunjukkan bobot lemak karkas kambing kacang lebih tinggi secara nyata (P<0.05) dibandingkan kambing PE, namun persentase lemak karkas tidak berbeda nyata (P>0.05). Bobot dan persentase lemak kambing kacang dan kambing PE yaitu sebesar 0.10 kg dan 0.07 kg serta 5.50% dan 4.50%. Hasil laporan Oman et al. (1999) yang membandingkan antara kambing spanyol dan persilangannya (Boer x Spanyol) menunjukkan persentase lemak karkas yang juga tidak nyata (P>0.05). Owen et al. (1978, 1983) menyatakan bahwa perkembangan lemak pada kambing terjadi sangat lambat dan hanya mencapai jumlah yang cukup ketika mendekati bobot dewasa, kemungkinan hal inilah yang menyebabkan tidak ada perbedaan nyata pada persentase lemak karkas pada kambing kacang dan kambing PE karena kambing pada penelitian ini dipotong pada bobot lepas sapih. Beberapa bangsa kambing mencapai fase dewasa kelamin lebih cepat dibandingkan bangsa lainnya sehingga proses deposisi lemak terjadi lebih awal pada karkas (Sebsibe 2008). Kandungan lemak sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, nutrisi, bobot badan, kecepatan pertumbuhan, kondisi fisiologis, dan aktifitas fisik (Owen et al. 1978; Kirton, 1988). Bobot dan Persentase Tulang Karkas Hasil analisis peragam menunjukkan tidak adanya pengaruh (P>0.05) perbedaan bangsa terhadap bobot dan persentase tulang karkas pada penelitian ini (Tabel 3). Bobot dan persentase tulang kambing kacang dan kambing PE berturut turut yaitu 0.52 kg dan 0.51 kg serta 31.93% dan 30.74%. Kamatara et al. (2013) juga melaporkan tidak adanya perbedaan nyata pada persentase tulang karkas kambing mubende dan persilangannya (Mubende x Boer). Solaiman et al. (2012) mendukung penelitian ini dengan mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan nyata pada persentase tulang kambing boer dan kambing kiko lepas sapih. Perbedaan yang tidak nyata juga ditemukan pada laporan Santos et al. (2007) yang membandingkan persentase tulang kambing serrana, kambing bravia serta kambing persilangan keduanya. Persentase tulang pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian Santos et al. (2007) dan Solaiman et al. (2012), fenomena ini dijelaskan oleh Dhanda et al. (1999) bahwa persentase tulang menurun secara signifikan seiring meningkatnya umur dan bobot badan. Safari et al. (2011) juga menguatkan pernyataan tersebut dengan mengemukakan bahwa persentase tulang karkas cenderung lebih tinggi pada kambing dengan bobot karkas yang lebih rendah, karena bobot lemak dan jaringan otot pada kambing tersebut juga lebih rendah. Bobot dan Persentase Jaringan Ikat Karkas Hasil analisis peragam menunjukkan bahwa kambing kacang memiliki proporsi jaringan ikat sangat nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan kambing PE (Tabel 3). Bobot dan persentase jaringan ikat kambing kacang dan kambing PE berturut-turut yaitu 0.07 kg dan 0.10 kg serta 4.02% dan 5.54%. Penelitian terdahulu oleh Sumardianto et al. (2013) juga melaporkan bobot jaringan ikat karkas kambing PE signifikan (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan bobot jaringan ikat karkas kambing kacang. Penelitian oleh Purbowati et al. (2005) pada domba melaporkan bobot jaringan ikat domba lokal dengan bobot potong 10.13 kg adalah
11 sebesar 0.04 kg. Penelitian pada sapi oleh Karolyi et al. (2008) melaporkan persentase jaringan ikat pada sapi simmental muda adalah sebesar 5.86%. Jaringan ikat terdapat di seluruh otot pada bagian epimisial, perimisial dan endomisial mengelilingi serat otot. Jaringan ikat mempengaruhi keempukan daging (Thu 2006), semakin sedikit jaringan ikat yang terkandung pada karkas, semakin meningkat keempukan karkasnya. Prost et al. (1975) melaporkan proporsi jaringan ikat terendah pada karkas sapi terdapat pada potongan komersial tender loin (otot Psoas major) yang merupakan potongan komersial dengan nilai ekonomi tinggi. Kambing PE memiliki jaringan ikat yang sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi dibandingkan kambing kacang, hal ini diduga karena perbedaan tipe kambing. Kambing kacang merupakan kambing tipe pedaging, sedangkan kambing PE merupakan kambing yang lebih banyak dimanfaatkan sebagai kambing tipe perah.
Distribusi Komponen Jaringan Karkas pada Potongan Komersial Rataan bobot dan persentase komponen jaringan karkas pada potongan komersial kambing kacang dan kambing PE disajikan pada Tabel 4. Hasil analisis peragam menunjukkan bahwa kambing kacang memiliki proporsi potongan komersial loin dan breast yang sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi serta proporsi potongan komersial rack yang nyata (P<0.05) lebih tinggi, namun kambing kacang memiliki proporsi potongan komersial leg yang sangat nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan kambing PE. Kambing kacang merupakan kambing tipe pedaging, sedangkan kambing PE merupakan kambing tipe perah. Pernyataan Dhanda et al. (1999) bahwa perbedaan tipe kambing mempengaruhi bobot potongan komersial karkas mendukung hasil penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Koşum et al. (2003) juga melaporkan pengaruh perbedaan bangsa terhadap proporsi potongan komersial karkas, kambing saanen memiliki proporsi loin dan sirloin serta breast signifikan (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan kambing bornova. Distribusi Otot dan Lemak pada Potongan Komersial Karkas Hasil analisis peragam yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kambing kacang memiliki persentase otot dan lemak pada loin, rack dan breast sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi, namun memiliki persentase otot dan lemak pada leg sangat nyata (P<0.01) lebih rendah dibandingkan kambing PE (Tabel 4). Penelitian sebelumnya oleh Oman et al. (1999) mengemukakan bahwa proporsi lemak pada potongan komersial leg kambing persilangan boer dan spanyol nyata (P<0.05) lebih tinggi dibandingkan kambing spanyol. Yalçintan et al. (2011) melaporkan bahwa proporsi otot pada potongan komersial loin (P<0.01) dan long leg (P<0.05) kambing gokdacea nyata lebih tinggi dibandingkan kambing hair. Yalçintan et al. (2011) juga menemukan hasil yang juga tidak berbeda nyata (P>0.05) pada proporsi otot dan proporsi lemak pada potongan komersial neck dan shoulder kambing gokdacea, kambing saanen, kambing maltese dan kambing hair. Bobot dan persentase tulang tertinggi pada penelitian ini terdapat pada potongan komersial leg untuk kedua bangsa kambing. Bobot dan persentase
12 tulang pada potongan komersial leg kambing kacang dan kambing PE yaitu sebesar 0.190 kg dan 0.160 serta 12.30% dan 9.79%. Bobot dan persentase tulang terendah terdapat pada potongan komersial breast dengan bobot dan persentase sebesar 0.020 kg serta 1.51% dan 1.42% secara berurutan untuk kambing kacang dan kambing PE. Tabel 4 Rataan bobot dan persentase komponen jaringan karkas (otot (O), lemak (L), tulang, dan jaringan ikat) pada potongan komersial karkas sebelah kiri kambing kacang dan kambing peranakan etawah (% Bobot Karkas Kiri) Bangsa Kambing Peubah Kacang (n=27) PE (n=16) Kacang (n=27) PE (n=16) (kg) (%) Leg 0.510±0.0050B 0.580±0.0070A 31.69±0.38B 34.31±0.52A O+L 0.300±0.0130B 0.380±0.0180A 18.32±0.74B 22.53±1.01A Tulang 0.190±0.0130 0.160±0.0170 12.30±0.85 9.79±1.16 Jar. Ikat 0.020±0.0020A 0.030±0.0030A 1.06±0.15B 1.99±0.20A Loin 0.150±0.0040A 0.120±0.0050B 9.22±0.22A 7.57±0.30B O+L 0.100±0.0030A 0.080±0.0040B 6.01±0.18A 4.61±0.25B Tulang 0.040±0.0020 0.040±0.0020 2.59±0.12 2.40±0.16 Jar. Ikat 0.010±0.0010 0.010±0.0010 0.63±0.05 0.56±0.07 Rack 0.140±0.0030a 0.120±0.0040b 8.47±0.20A 7.44±0.27B O+L 0.080±0.0020A 0.070±0.0030B 5.02±0.14A 4.20±0.19B Tulang 0.050±0.0020 0.050±0.0020 3.07±0.12 2.84±0.16 Jar. Ikat 0.010±0.0005 0.010±0.0006 0.37±0.03 0.40±0.04 Breast 0.130±0.0030A 0.110±0.0040B 8.29±0.19A 6.91±0.27B O+L 0.110±0.0030A 0.090±0.0040B 6.45±0.20A 5.27±0.27B Tulang 0.020±0.0010 0.020±0.0010 1.51±0.06 1.42±0.08 Jar. Ikat 0.005±0.0003a 0.003±0.0005b 0.32±0.02a 0.22±0.03b Shoulder 0.460±0.0160 0.510±0.0220 28.11±0.62 30.02±0.84 O+L 0.310±0.0050B 0.330±0.0070A 18.84±0.37 19.60±0.50 Tulang 0.140±0.0160 0.150±0.0220 8.44±0.80 9.04±1.08 Jar. Ikat 0.010±0.0020B 0.020±0.0020A 0.82±0.10B 1.38±0.14A Shank 0.080±0.0020b 0.090±0.0020a 5.27±0.12 5.47±0.17 O+L 0.040±0.0010 0.040±0.0010 2.48±0.08 2.26±0.11 Tulang 0.040±0.0010B 0.050±0.0020A 2.44±0.08b 2.80±0.11a Jar. Ikat 0.010±0.0010 0.010±0.0010 0.35±0.04 0.40±0.05 Neck 0.150±0.0050 0.140±0.0070 8.95±0.30 8.28±0.40 O+L 0.100±0.0040 0.080±0.0050 5.67±0.22 5.05±0.29 Tulang 0.040±0.0020 0.040±0.0020 2.68±0.10 2.58±0.14 Jar. Ikat 0.010±0.0010 0.010±0.0010 0.59±0.07 0.64±0.09 Keterangan: pada masing-masing bobot dan persentase, angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kecil berbeda nyata (P<0.05), sedangkan angka-angka pada baris yang sama dan diikuti oleh huruf kapital berbeda sangat nyata (P<0.01). Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot karkas kiri 1.68 kg.
13 Distribusi Jaringan Ikat pada Potongan Komersial Karkas Hasil analisis peragam menunjukkan tidak terdapat pengaruh perbedaan bangsa terhadap proporsi jaringan ikat pada potongan komersial loin, rack, shank, dan neck (Tabel 2). Kambing PE memiliki proporsi jaringan ikat yang sangat nyata (P<0.01) lebih tinggi pada potongan komersial leg dan shoulder, namun memiliki proporsi jaringan ikat nyata (P<0.05) lebih rendah pada potongan komersial breast dibandingkan kambing kacang. Bobot dan persentase jaringan ikat tertinggi terdapat pada potongan komersial leg sebesar 0.020 kg dan 0.030 kg serta 1.06% dan 1.99% untuk kambing kacang dan kambing PE. Proporsi jaringan ikat terendah kambing kacang dan kambing PE terdapat pada potongan komersial breast, dengan bobot dan persentase berturut-turut sebesar 0.005 kg dan 0.003 kg serta 0.32% dan 0.22%. Penelitian pada sapi oleh Prost et al. (1975) melaporkan bahwa proporsi jaringan ikat tertinggi karkas sapi terdapat pada potongan top blade (otot Infraspinatus) dan proporsi jaringan ikat terendah terdapat pada potongan komersial tender loin (otot Psoas major).
SIMPULAN Perbedaan bangsa kambing kacang dan kambing peranakan etawah yang dipotong pada bobot lepas sapih menghasilkan keragaman pada karakteristik non karkas, komposisi jaringan karkas serta distribusi jaringan potongan komersial karkas. Bobot potong kambing PE yang lebih tinggi dibandingkan kambing kacang tidak memberikan perbedaan pada bobot dan persentase karkas. Kambing kacang memiliki proporsi potongan komersial loin, rack dan breast lebih tinggi dibandingkan kambing PE, sementara kambing PE lebih unggul dibandingkan kambing kacang hanya pada proporsi potongan komersial leg.
DAFTAR PUSTAKA [BSNI] Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2008. Mutu Karkas dan Daging Kambing/Domba. Standar Nasional Indonesia. 3925: 2008. [DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan. Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta (ID): Ditjennak. [PDSIP] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2012. Statistik Konsumsi Pangan Tahun 2012. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian. Berg RT, Butterfield RM. 1976. New Concepts of Cattle Growth. Sydney (AU): Sydney Univ Pr. Butterfield RM. 1988. New Concepts of Sheep Growth. Sydney (AU): Sydney Univ Pr.
14 Devendra C, Burns M. 1983. Goats Production in The Tropics. Ed ke-2. Buckinghamshire (GB): CAB. Devendra C, McLeroy GB. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics. Intermediate Tropical Agriculture Series. London (UK): Longman. Dhanda JS, Taylor DG, Murray PJ, McCosker JE, 1999. The influence of goat genotype on the production of capretto and chevon carcasses. 2. Meat quality. Meat Sci. 52: 363–367. Economides S, Olymbios S. 1991. The effect of slaughter weight on carcass merit and conversion of milk or solid feed to meet in Damascus goats. Technical Bull. 125:11. Gall CF. 1982. Carcass composition. Di dalam: Proceeding of 3rd International Conference on Goat Production and Disease; 1982 Jan 10-15; Arizona, Amerika Serikat. Arizona (US): Dairy Goat J Publ Co; hlm. 472-475. Gaspersz V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Bandung (ID): Armico. Greenwood P, May T, Finn J. 1996. Marketing Prime Goat Kids. New South Wales (AU): NSW Agric. Herman R, Duldjaman M, Sugana N. 1983. Perbaikan produksi daging kambing kacang. Media Petern. 8:2. Herman R. 2004. Komposisi dan distribusi otot karkas domba priangan jantan dewasa. J. Ind. Trop. Anim. Agric. 29(2). Kamatara K, Mpairwe D, Christensen M, Mutetikka D, Madsen J. 2013. Effect of finishing system on carcass characteristics and composition of Mubende goats and their Boer goat crossbreds. S. Afr. J. Anim Sci. 43(5): Suppl. 1. [diunduh 2014 Mar 2]. Tersedia pada: http://www.sasas.co.za/sites/ sasas.co.za/files/KamataraB43Issue5Suppl1.pdf. Karolyi D, Đikić M, Salajpal K, Čubrić Čurik V, Jurić I. 2008. Share of main cuts and tissues in the carcasses of young simmental cattle. Meso Journal. 10:218-223. [diunduh 2014 Mar 14]. Tersedia pada: http://hrcak.srce.hr/ file/52918. Kempster AJ. 1981. Fat partition and distribution in the carcasses of cattle, sheep and pigs: A review. Meat Sci. 5:83–98. Kirton H. Characteristics of goat meat, including carcass quality and methods of slaughter. Di dalam: Goat Meat Production in Asia. Proceedings of A Workshop; 1988 Mar 13-18; Tando Jam, Pakistan. Ottawa (CA): IDRC. hlm.87–99. Koşum N, Alçiçek A, Taşkin T, Önenç A. 2003. Fattening performance and carcass characteristics of Saanen and Bornova male kids under an intensive management system. Czech J. Anim. Sci. 48(9):379-386. Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Aminuddin Parakkasi, penerjemah. Ed ke-5. Jakarta (ID): UI Pr. Mahgoub O, Lu CD. 1998. Growth, body composition and carcass tissue distribution in goats of large and small sizes. Small Ruminant Res. 27: 267278. Mudawi TMA, Elimam ME, Ahmed MKA, Ibrahim NAI. 2012. Characteristics of Tagger goat male and female kids in Eldalneng Area, South Kordufan State, Sudan. JAVS. 13(2): 95-100. Mushi DE, Safari J, Mtenga LA, Kifaro GC, Eik LO. 2009. Growth and distribution of non-carcass components of Small East African and F1
15 Norwegian crossbred goats under concentrate diets. Livesctock Sci. 126: 8086. Oman JS, Waldron DF, Griffin DB, Savell JW. 1999. Effect of breed-type and feeding regimen on goat carcass traits. J. Anim. Sci. 77: 3215-3218 Owen JE, Arias Cereceres MT, Garcia Macias JA, Nunez Gonzalez FA, 1983. Studies on the Criolli goat of Northern Mexico. Part I. The effects of body weight on body components and carcass development. Meat Sci. 9: 191-204. Owen JE, Norman GA, Philbrooks CA, Jones NSD. 1978. Studies on the meat production characteristics of Botswana goats and sheep. Part III. Carcass tissue composition and distribution. Meat Sci. 2: 59–74. Pamungkas FA, Batubara A, Doloksaribu M, Sihite M. 2009. Potensi Beberapa Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia. Sumut (ID): Puslitbang Peternakan. Peña F, Bonvillani A, Morandini M, Freire V, Domenech V, García A. 2011. Carcass quality of Criollo Cordobes and Anglo Nubian suckling kids; effects of age at slaughter. Archivos de zootecnia. 60(230): 225-235. Peron AJ, Fontes CAA, Lana RP, Silva DJ, Queiroz AC, Paulino MF. 1993. Tamanho dos órgãos internos e distribuição da gordura corporal em novilhos de cinco grupos genéticos, submetidos à alimentação restrita e “ad libitum”. Revista Brasileira de Zootecnia. 22 (5):813-819. Prost E, Pelczylnska E, Kotula W. 1975. Quality characteristics of Bovine meat. I. Content of connective tissue in relation to individual muscles, age and sex of animals and carcass quality grade. J. Anim. Sci. 41:534-540 Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W. 2005. Tumbuh kembang karkas dan komponen karkas domba lokal jantan yang dipelihara di pedesaan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. [diunduh 2014 Mar 15]. Tersedia pada: http://peternakan.litbang.deptan. go.id/fullteks/ semnas/pro05-70.pdf. Rodrigues L, Gonçalves HC, Medeiros BBL, Menezes JJL, Maestá SA. 2013. Evaluation of recombinant bovine somatotropin (rbST) on non-carcass components of goat kids of three genotypes. Ci. Anim. Bras. 14(2): 143-150. doi:10.5216/cab.v14i2.8984. Rumich B. 1967. The Goat of Indonesia. Bangkok (TH): FAO Regional Office. Safari J, Mushi DE, Mtenga LA, Kifaro GC, Eik LO. 2011. Growth, carcass and meat quality characteristics of Small East African goats fed straw based diets. Livestock Sci. 135: 168-176. Santos VAC, Silva AO, Cardoso JVF, Silvestre AJD, Silva SR, Martins C, Azevedo JMT. 2007. Genotype and sex effects on carcass and meat quality of suckling kids protected by the PGI “Cabrito de Barroso”. Meat Sci. 75: 725-736. Sebsibe A. 2008. Sheep and Goat Production Handbook for Ethiopia. Yami A, Merkel RC, editor. Ethiopia (ET): Ethiopia Sheep and Goat Productivity Improvement Program. Setyawardani T, Haryoko I. 2005. Kajian metode pengempukan daging kambing tua. Anim. Prod. 7(2):106-110. Simela L, Webb EC, Bosman MJC. 2011. Live animal dan carcass characteristic of South African indigenous goats. South African J. Anim. Sci. 41: 1-15.
16 Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi ke-4. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada Univ Pr. Solaiman S, Min BR, Gurung N, Behrends J, Elhenney WM. 2012. Effects of breed and harvest age on feed intake, growth, carcass traits, blood metabolites, dan lipogenic gene expression in Boer and Kiko goats. J. Anim. Sci. 90: 2092-2108. doi:10.2527/jas2011-3945. [diunduh 2014 Mar 7]. Tersedia pada: http://www.journalofanimalscience.org/content/90/7/2092. full.pdf. Sugana N, Duldjaman M. 1983. Konformasi dan komposisi tubuh ternak domba yang digemukan dengan bahan sisa hasil ikutan. Jurusan Ilmu Produksi ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Sumardianto TAP, Purbowati E, Masykuri. 2013. Karakteristik karkas kambing kacang, kambing peranakan ettawa, dan kambing kejobong jantan pada umur satu tahun. Anim. Agric. Journal. 2(1): 175-182. Usmiati S, Setiyanto H. 2008. Penampilan karkas dan komponen karkas ternak ruminansia kecil. Sem. Nasion. Teknol. Petern. Vet. 2008: 371-380. Van Niekerk WA, Casey NH. 1988. The Boer Goat II. Growth, nutritient requirements, carcass and meat quality. S. Afr. Rumin. Res. 1:355-368. Wilson GD, Bray RW, Phillips PH. 1954. The effect of age and grade on the collagen and elastin content of beef dan veal. J. Anim. Sci. 13:826-831. [diunduh 2014 Mar 18]. Yalçintan H, Ekiz B, Özcan M. 2012. Carcass composition of finished goat kids from indigenous and dairy breeds. J. Fac. Vet. Med. Istanbul Univ. 38(1):43-50.
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil analisis ragam bobot potong Sumber Keragaman DB JK KT Bangsa 1 47 708 546.5 47 708 546.5 Galat 41 99 097 500.0 2 417 012.2 Total 42 146 806 046.5
F Hitung 19.74
Pr > F <.0001
Lampiran 2 Hasil analisis peragam bobot tubuh kosong Sumber Keragaman DB JK KT Bangsa 1 2 063 546.44 2 063 546.44 Bobot Potong 1 49 070 682.92 49 070 682.92 Galat 40 13 710 906.0 342 772.6 Total 42 146 806 046.5
F Hitung 6.02 143.16
Pr > F 0.0186 <.0001
Lampiran 3 Hasil analisis peragam bobot karkas Sumber Keragaman DB JK KT Bangsa 1 157 991.27 157 991.27 Bobot Potong 1 13 084 662.31 13 084 662.31 Galat 40 4 534 572.99 113 364.32
F Hitung 1.39 115.42
Pr > F 0.2448 <.0001
17 Sumber Keragaman Total
DB 42
JK 26 581 125.75
KT
F Hitung
Pr > F
Lampiran 4 Hasil analisis peragam persentase karkas (% bobot potong) Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Bangsa 1 19.27245683 19.27245683 1.80 Bobot Potong 1 1.07154079 1.07154079 0.10 Galat 40 427.7901881 10.6947547 Total 42 465.6038674
Pr > F 0.1870 0.7532
Lampiran 5 Hasil analisis peragam bobot karkas kiri Sumber Keragaman DB JK KT Bangsa 1 18 930.005 18 930.005 Bobot Potong 1 3 302 813.523 3 302 813.523 Galat 40 1 117 240.977 27 931.024 Total 42 6 460 505.477
F Hitung 0.68 118.25
Pr > F 0.4152 <.0001
Lampiran 6 Hasil analisis peragam persentase otot pada bobot karkas kiri Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Bangsa 1 3.0481011 3.0481011 0.11 Bobot Karkas Kiri 1 215.4791321 215.4791321 8.11 Galat 40 1062.833473 26.570837 Total 42 1424.343767
Pr > F 0.7366 0.0069
Lampiran 7 Hasil analisis peragam persentase tulang pada bobot karkas kiri Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 9.7077721 9.7077721 0.38 0.5418 Bobot Karkas Kiri 1 257.1040677 257.1040677 10.03 0.0029 Galat 40 1025.431399 25.635785 Total 42 1497.488260 Lampiran 8 Hasil analisis peragam persentase lemak pada bobot karkas kiri Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 6.89331948 6.89331948 2.25 0.1418 Bobot Karkas Kiri 1 22.46295239 22.46295239 7.32 0.0100 Galat 40 122.7661080 3.0691527 Total 42 145.2311767 Lampiran 9 Hasil analisis peragam persentase jaringan ikat pada bobot karkas kiri Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 15.95305424 15.95305424 8.48 0.0059 Bobot Karkas Kiri 1 11.47338990 11.47338990 6.10 0.0179 Galat 40 75.26523904 1.88163098 Total 42 93.12641860
18
Lampiran 10 Hasil analisis peragam persentase potongan komersial leg Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Bangsa 1 47.08859183 47.08859183 14.09 Bobot Karkas Kiri 1 0.00013211 0.00013211 0.00 Galat 40 133.6921096 3.3423027 Total 42 202.6482047
Pr > F 0.0006 0.9950
Lampiran 11 Hasil analisis peragam persentase potongan komersial loin Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Bangsa 1 18.75837244 18.75837244 16.67 Bobot Karkas Kiri 1 7.61571806 7.61571806 6.77 Galat 40 45.01174976 1.12529347 Total 42 63.92509767
Pr > F 0.0002 0.0129
Lampiran 12 Hasil analisis peragam persentase potongan komersial rack Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Bangsa 1 7.29099145 7.29099145 8.05 Bobot Karkas Kiri 1 3.32536416 3.32536416 3.67 Galat 40 36.23447751 0.90586194 Total 42 43.66240000
Pr > F 0.0071 0.0625
Lampiran 13 Hasil analisis peragam persentase potongan komersial breast Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 12.98946147 12.98946147 14.89 0.0004 Bobot Karkas Kiri 1 0.13639294 0.13639294 0.16 0.6946 Galat 40 34.89236932 0.87230923 Total 42 51.89086977 Lampiran 14 Hasil analisis peragam persentase potongan komersial shoulder Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 25.25837350 25.25837350 2.88 0.0973 Bobot Karkas Kiri 1 29.26539584 29.26539584 3.34 0.0750 Galat 40 350.3977609 8.7599440 Total 42 385.4254419 Lampiran 15 Hasil analisis peragam persentase potongan komersial shank Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Pr > F Bangsa 1 0.26167459 0.26167459 0.75 0.3908 Bobot Karkas Kiri 1 0.96440543 0.96440543 2.77 0.1036 Galat 40 13.90487906 0.34762198 Total 42 14.87166512 Lampiran 16 Hasil analisis peragam persentase potongan komersial neck Sumber Keragaman DB JK KT F Hitung Bangsa 1 3.11923684 3.11923684 0.54
Pr > F 0.2214
19 Sumber Keragaman Bobot Karkas Kiri Galat Total
DB JK 1 2.07607294 40 80.86357081 42 84.27656279
KT 2.07607294 2.02158927
F Hitung 1.03
Pr > F 0.3170
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 3 September 1991 di Bogor. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Tukino dan Ibu Nani Suryani. Pendidikan formal penulis dimulai dari SDN Mekar Jaya 2 tahun 1996 hingga tahun 2002. Penulis melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 2 Cibinong sejak tahun 2002 hingga tahun 2005. Pendidikan selanjutnya ditempuh penulis di SMAN 2 Cibinong dari tahun 2005 hingga tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Pergutuan Tinggi Negeri (SNMPTN) setelah mendapatkan Beasiswa Mengikuti Ujian (BMU) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Selama kuliah penulis pernah menerima beasiswa dari ANCORA Foundation pada tahun 2009 hingga 2010, selanjutnya penulis mendapatkan beasiswa dari Yayasan Karya Salemba Empat (KSE) hingga akhir masa studi.