KAMPOENG PECINAN DI GORONTALO Studi Sejarah Kebudayaan
JURNAL
Oleh YAYU RAUF NIM. 231 411 015
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH PROGRAM SI PENDIDIKAN SEJARAH 2015
PERSETUJUAN ARTIKEL ILMIAH
Artikel ilmiah hasil penelitian mahasiswa : Nama
: Yayu Rauf
NIM
: 231 411 015
Program Studi
: S1 Pendidikan Sejarah
Fakultas
: Ilmu Sosial
Judul Artikel
: Kampoeng Pecinan di Gorontalo
Atikel ilmiah di atas disarikan dari skripsi berjudul : KAMPOENG PECINAN DI GORONTALO (STUDI SEJARAH KEBUDAYAAN)
Telah diperiksa sesuai dengan pedoman penulisan artikel ilmiah pada jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo dan disetujui untuk di publikasikan Gorontalo, Juli 2015
. KAMPOENG PECINAN DI GORONTALO (Studi Sejarah Kebudayaan) Yayu Rauf1, Joni Apriyanto2, Resmiyati Yunus3 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, 2-3 Dosen Prodi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bermaksud untuk meneliti Sejarah Kebudayaan etnis Cina di Gorontalo. Secara umum mencakup nilai-nilai kebudayaan, asal-usul Kampoeng Cina atau kota tua, serta proses akulturasi dan perubahan kebudayaan etnis Cina itu sendiri. Metode penelitian menggunakan metodologi sejarah, yakni Heuristik, kritik, interpretasi, dan Hisoriografi. Pada Heuristik, peneliti melakukan pencarian sumber serta pengumpulan data dengan mengunjungi perpustakaan dan arsip daerah provinsi Gorontalo, perpustakaan pusat, serta penelitian lapangan di Biawao, hasil dari pencarian sumber antara lain, peneliti menemukan beberapa sumber sekunder serta hasil wawancara dari beberapa informan yang menerangkan tentang awal mula etnis Cina di Gorontalo. Pada kritik, peneliti melakukan penelusuran tentang data-data atau sumber yang ditemukan. Pada interpretasi, peneliti melakukan korelasi yakni keterkaitan antara sumber satu dengan yang lain, yang dilihat dari keterkaitan kronologisnya. Terakhir adalah Historiografi, bahwa Kampoeng Pecinan atau yang dikenal kampung Cina yang ada di kelurahan Biawao, kota Gorontalo, sduah ada sejak abad ke-17, pembangunan Klenteng pada thun 1883 ketika entis Cina mulai menunjukkan jumlah yang besar. Etnis Cina ada di Gorontalo dan melakukan perdagangan jauh sebelum kolonial datang ke Gorontalo, sedangkan kolonial Belanda datang berkunjung ke Gorontalo pada tahun 1677. Hasil penelitian adalah: Pertama, Etnis Cina memiliki nilai-nilai kehidupan yang diadopsi dari ajaran Kong Hu Chu, yakni sikap sopan santun, terutama antara orang tua dan anak. Kemudian, etnis Cina memiliki etos kerja yang tinggi, selalu bekerja dan tidak mudah menyerah. Etnis Cina juga sangat menjunjung tinggi sikap rendah hati dan bijaksana. Kedua, Kehadiran kampoeng Cina yang ada di Gorontalo tidak lepas dari perjalanan sejarah yang panjang, berawal dari kedatangan untuk berdagang kurang lebih pada abad ke-17, membuat komunitas etnis Cina membentuk suatu permukiman yang kini dinamakan kampoeng Cina atau kota tua. Ketiga, Proses akulturasi etnis Cina berjalan dengan harmonis tidak 1
Yayu Rauf, Penulis Skripsi . Kampoeng Pecinan di Gorontalo (Studi Sejarah Kebudayaan) Drs. Joni Apriyanto, M.Hum, Pembimbing I 3 Dra. Hj. Resmiyati Yunus, M.Pd.Pembimbing II 2
pernah terjadi konflik, hal ini terbukti dengan kemampuan etnis Cina menkomunikasikan bahasa daerah Gorontalo. selain itu proses pembauran yang tejadi antara kedua bela pihak terjadi melalui pernikahan, sehingga ada sebagian etnis Cina yang telah memeluk agama Islam. Kata Kunci : Etnis Cina, Kampoeng Cina, Kota Tua, Tionghoa, Akulturasi, Budaya PENDAHULUAN Kedatangan orang-orang Cina di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan suatu kelompok yang hadir dengan begitu saja, tetapi mereka hadir dengan kebudayaan mereka sendiri serta memiliki kemampuan lebih di bidang ilmu perdagangan. Di dalam masa perkembangan ini, patutlah kita memikirkan untuk mengarahkan segala potensi yang ada pada bangsa Indonesia. Untuk menghadapi suku-suku bangsa etnik dan golongan minoritas yang banyak terdapat di Indonesia ini , pemerintah Indonesia perlu memperhatikan potensi-potensi yang ada pada sukusuku bangsa atau golongan etnik Cina di Indonesia. Etnik Cina di Indonesia adalah salah satu etnik yang mempunyai pengaruh besar terhadap bangsa Indonesia, bila kita melihat dari sejarah panjang bangsa Indonesia yang merupakan salah satu jalur perdagangan internasional. Kota Gorontalo merupakan sebuah miniature Indonesia kecil, yang beragam yang terdiri dari berbagai macam suku yang berbeda-beda, dalam hal ini keberadaan etnik Cina sangat memberikan peran yang sangat besar terhadap perkembangan sosial budaya, berupa peningkatan kondisi kehidupan dan kesehatan, peningkatan kondisi Masyarakat di bidang ekonomi, sosial dan kultur. Kedatangan etnik Cina justru menyebapkan terjadinya hubungan erat dan harmonis, dan memberikan kontribusi besar pada kehidupan masyarakat Gorontalo. Sehingga dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji lebih jauh hal-hal yang merupakan kebudayaan Cina dan sifat orang Cina yang ada di Kota Gorontalo, berdasarkan hasil tersebut maka peneliti bertekad melakukan penelitian ini dengan judul : Kampoeng Pecinan di Gorontalo Studi Sejarah Kebudayaan. Kerangka Teoretis dan Pendekatan
Kerangka teoretis Kebudayaan Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897) Manusia hidupnya selalu dalam masyarakat. Hal ini bukan hanya sekedar ketentuan semata-mata, melainkan mempunyai arti yang lebih dalam, yaitu bahwa hidup masyarakat itu adalah rukun bagi manusia, agar benar-benar dapat mengembangkan budayanya dan mencapai kebudayaannya. Tanpa masyarakat hidup manusia tidak dapat menunjukan sifat-sifat kemanusiaannya. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang cukup lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. Masyarakat tersebut selalu memperoleh kecakapan pengetahuan-pengetahuan baru. Memang kebudayaan ini bersifat komulatif, tertimbun dapat diibaratkan manusia adalah sumber kebudayaan dan masyarakat adalah danau yang besar. Kemana air dari sumber-sumber itu mengalir. Jadi erat sekali hubungan manusia dan kebudayaan. Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat, dan eksistensi itu hanya dapat dimungkinkan oleh adanya kebudayaan. Masyarakat tidak dapat dipisahkan dari pada manusia, karena hanya manusia saja yang hidup bermasyarakat, yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain dan saling memandang sebagai penanggung kewajiban dan hak. Sebaliknya manusiapun tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Pendekatan Pendekatan akan mulai tampak pada topik atau judul yang diangkat yaitu Kampung Pecinan yang dilihat dari aspek budaya. Istilah budaya merupakan konsep antropologi begitu juga dengan istilah sikap yang sering digunakan oleh orang Cina. Dengan budaya penulis menggunakan konsep antropologi akan
menjawab permasalahan yang berkaitan dengan nilai, norma, status, gaya hidup, dan lain-lain yang dapat dikelompokan kedalam masalah budaya, sehingga pendekatan yang tepat adalah antropologi. Penjelasan tentang pendekatan yang dipilih dan sumber-sumber yang digunakan tidak cukup dengan menyebutkan sebagai pendekatan sosiologi dan antropologi peneliti harus menjelaskan pula penerapan konsep atau teori ilmu lain yang diinginkan sebagai alat analisis peristiwa yang diteliti. 1. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi penelitian ini adalah : penelitian tentang Kampung Pecinan di Kota Gorontalo memiliki beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Dapat dimanfaatkan sebagai bahan informasi bagi para peneliti selanjutnya yang nantinya apabila para peneliti mengambil tema yang sama sehingga para peneliti selanjutnya dipermudah dengan sumbersumber yang ada. 2. Sebagai acuan bagi masyarakat lokal dan pemerintah agar lebih memperhatikan masyarakatnya tanpa melihat perbedaan suku dan ras. 3. Dapat digunakan oleh masyarakat ilmiah untuk menambah dan mempelajari kebudayaan yang ada dikampung Cina.
2.Tinjauan Pustaka dan Sumber Bahan-bahan pustaka dan sumber yang ditinjau untuk mengkonstruksi tulisan ini berupa buku-buku, hasil-hasil penelitian, dan artikel-artikel ilmiah. Pustaka dan sumber-sumber yang ditinjau akan memuat uraian sistematis tentang hasil penelitian atau pemikiran peneliti terdahulu yang relevan dengan penelitian kota terbit, penerbit dan tahun penerbitnya. Tinjauan akan memuat uraian tentang isi pustaka secara ringkas penjelasan tentang relevansi (tema, lokasi, permasalahan dan pendekatan). Antara buku yang ditinjau dengan penelitian yang dilakukan sekaligus menunjukan perbedaannya. Sumber-sumber yang digunakan sebagai berikut.
Sumber-sumber Lokal Dalam mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian, peneliti menggunakan beberapa proses, diantaranya adalah: Alat utama dari pengumpulan data yaitu sumber buku yang dijadikan sebagai referensi peneliti untuk mendapatkan data-data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti melakukan ini peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu bukti kongkret dalam pengumpulan data dan sebagai alat pelengkap dalam penulisan. Sumber-sumber lokal yang yang diutamakan yang berkaitan dengan judul penelitian seperti proses masuknya orang Cina di Gorontalo, jurnal ataupun jurnal dan tulisan-tulisan dari peneliti sebelumnya. Sumber-sumber terkait lainnya A) Buku Gorontalo dalam Dinamika Sejarah Masa Kolonial, Hasanuddin dan Basri Amin (Yogyakarta: Ombak, 2012) Pada buku Gorontalo dalam Dinamika Sejarah Masa Kolonial, sangat membantu dalam proses penulisan, karena pembahasan di dalamnya hanya seputar lokalitas Gorontalo. Masuknya para imigran di Gorontalo diawali dengan perdagangan niaga yang berdatangan dari Ternate, Makassar dan Bugis, kemudian Cina, Arab, Eropa, dan Minahasa memberikan corak tersendiri atas perkembangan pemukiman di Gorontalo. Daerah ini mempunyai wilayah yang cukup luas dengan jumlah penduduk yang relatif kecil sehingga faktor inilah yang mendorong para pendatang cukup mudah membuka pemukiman-pemukiman baru. Yang terjadi selanjutnya adalah terbentuknya hubungan antar dinamika sosial baru memasuki periode yang penting. Pertamuan antar suku bangsa di lapangan ekonomi dan interaksi antar komunitas atau kampung memberi kemungkinan tercapainya komunikasi lintas budaya, misalnya dalam hal
pertukaran berbagai pengalaman pada setiap daerah dan sikap saling terbuka dan menghormati tradisi masing-masing. B) Buku Sejarah Gorontalo Modern: Dari Hegemoni Kolonial ke Provinsi. Joni Apriyanto (Yogyakarta: Ombak, 2012) Pada buku tersebut terdapat beberapa bahasan tentang komunitas Cina di Gorontaolo, terutama ketika pembentukan pemukiman yang disebut kampung Cina. Dalam penulisan sejarah atau metodologi sejarah, referensi lokal seperti ini sangat urgen untuk dijadikan bahan referensi sebagai acuan utama dalam melengkapi penulisan tersebut. C) Buku Kampung Cina Kota Manado Arsitektur Ruko dan Ruang Ekonomi. Ernawati (Yogyakarta: Deepublish, 2012) Pada buku ini terdapat pembahasan mendalam tentang etnis Cina, baik secara budaya, ekonomi yang berhubungan dengan Etos Kerja etnis Cina, serta teknik atau ilmu dalam hal desain pembagnunan seperti arsitektur. Hal ini tidak lepas dari enis Cina yang berada di Gorontalo. Kedatangan imigran dari Cina membawa serta pengetahuan leluhurnya tentang teknik membangun dan seni mengatur tata ruang ketempat mereka menetap di luar daratan Tiongkok. Bengsa perantau yang berasal dari Cina ini sebagian melakukan pekerjaan pertanian, perkebunan, peternakan, memproduksi barang-barang pecah belah, pertenunan dan pertukaran, tetapi tidak sedikit dari mereka adalah pedagang. Sebagaimana yang terlihat di Gorontalo, contoh arsitektur yang indah dari etnis Cina adalah Klenteng, baik yang ada di kota Gorontalo maupun yang ada di Tanjung Kramat. D) Buku Komunitas Tionghoa di Surabaya, Andjarwati Noordjanah (Yogyakarta: Ombak, 2010) Pada buku ini membahas mengenai sifat kerja keras orang-orang Tionghoa di Indonesia. Hal ini bisa dikaitkan pula dengan sifat kerja keras orang Tionghoa yang ada di Gorontalo. Ciri khas dari usaha orang-orang, Tionghoa adalah materialisme dan kapitalisme yang mewujudkan sebaagai usaha meningkatkan standar
hidup kebendaan melalui kerja keras, hidup hemat, ulet, serta selalu berusaha meningkatkan kecakapan teknis maupun kecakapan bekerja sama. Melonggarnya peraturan dari pemerintah Belanda yang kemudian dihapus sama sekali, ternyata telah membuka pintu bagi generasi Tionghoa. Ditambah pula dengan terbukanya kesempatan pendidikan modern bagi mereka sehingga melahirkan generasi cendekiawan Tionghoa. 1. Metode penelitian Prosedur penelitian ini akan mengikuti tahapan-tahapan dalam metodologi sejarah yang mencakup empat tahap yaitu pengumpulan sumber (Heuristik), pengujian sumber (Kritik), sitesis dan penulisan sejarah (Historiografi). Hubungan antara metode sejarah dan penggunaan sumber sejarah sangat erat, penulisan sejarah hanya dapat dilakukan jika ada sumber atau dokumen peninggalan masa lampau. Tanpa sumber sejarah, sebuah karya sejarah tidak akan bisa ditulis.Metodologi penelitian ini tentunya memakai metode penelitian sejarah. Yang terdiri langkah – langkah sebagai berikut : 1.Heuristik Heuristik merupakan tahap pengumpulan sumber dimana seorang peneliti sudah mulai secara aktual turun meneliti dilapangan. Pada tahap ini kemampuan teori – teori yang bersifat deduktif-spekulatif yang dituangkan dalam proposal penelitian mulai diuji secara induktif-empirik atau pragmatik. Tahap heuristik ini banyak menyita waktu, biaya, tenaga, pikiran, dan juga perasaan. Ketika kita mencari sumber dan berhasil menemukannya akan terasa seperti menemukan sesuatu yang berharga. Tetapi apabila keadaan sebaliknya, maka kita akan frustasi. Sehingga itu agar dapat mengatasi masalah kesulitan sumber, maka kita harus menggunakan strategi untuk dapat mengatur segala sesuatunya baik mengenai biaya maupun waktu. 2. Kritik Sumber Ini adalah langkah selanjutnya setelah langka pengumpulan sumber dilakukan. Kritik sumber adalah upaya untuk mendapatkan sumber dapat dipercaya dan kredibilitas sumber dengan cara melakukan kritik. Kritik
dilakukan dengan memakai kerja intelektual dan rasional dan mengikuti metodologi
sejarah
guna
mendapatkan
obyektifitas
suatu
kejadian.
Selanjutnya kritik sumber itu terdiri dari kritik eksternal yang mengarah pada relasi antar sumber, dan kritik internal yang mengacu pada kredibilitas sumber. Setelah mengumpulkan sumber – sumber yang telah dijelaskan diatas, selanjutnya penulis akan melakukan kritik seperti yang dijelaskan diatas. Melakukan tahap penyeleksian sumber dengan pertimbangan yang berasal dari dalam dan luar sumber itu sendiri. a. Interpretasi Intepretasi merupakan penafsiran atau pemberian makna oleh sejarawan terhadap fakta – fakta dan bukti – bukti Dalam metodologi penelitian sejarah, tahap
interpretasi
inilah
yang
memegang
peranan
penting
dalam
mengeksplanasikan sejarah. Sumber – sumber sejarah tidak akan bisa berbicara tanpa ijin dari sejarawan. b. Historiografi Ini merupakan tahap terakhir dari penelitian sejarah, dimana semua sumber yang telah menjadi fakta setelah melalui kritik, kini dieksplanasikan dengan interpretasi penulis menjadi historiografi yang naratif, deskriptif, maupun analisis. Prof. A. Daliman mengatakan bahwa penulisan sejarah (historiografi) menjadi sarana mengkomunikasikan hasil – hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi) dan interpretasi. Rekonstruksi akan menjadi eksis apabila hasil – hasil pendirian tersebut ditulis. Penjelasan tentang metodologi sejarah yang dipakai penulis diatas hanyalah bersifat teoritis, efektif tidaknya implementasi dari metodologi sejarah diatas akan sangat terlihat pada hasil penelitian dan penulisan sejarah.
KEBUDAYAAN KAMPOENG PECINAN a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gorontalo merupakan sebuah bentangan daratan yang memiliki peradaban dan kejayaan dimasa lalunya. Sebagaimana daerah-daerah yang ada
di Indonesia pada umumnya, Gorontalo adalah salah satu daerah yang tidak luput dari lirikan para pedagang waktu itu, baik para pedagang dari Eropa, India, Timur Tengah, hingga pedagang Cina. Suatu gambaran yang menkjubkan apabila melihat kembali kilas balik antara interaksi penduduk asli Gorontalo dengan orang-orang asing pada masa itu. Sehingga, melalui tulisan ini akan membahas menganai kedatangan bangsa Cina ke Gorontalo yang terfokus pada kebudayaan mereka yang sudah menetap di Gorontalo. Berikut merupakan keadaan lokasi penelitian, yang dilihat dari beberapa aspek. 1. Keadaan Geografis Secara umum letak provinsi gorontalo berada diantara 0⁰19’ 1⁰15’ lintang utara dan 121⁰23’ 123⁰43’ Bujur Timur. Berada di bagian utara pulau Sulawesi, berbatasan langsung dengan provinsi Sulawesi utara disebelah timur dan provinsi Sulawesi tangah di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara berhadapan langsung dengan laut Sulawesi dan di sebelah selatan dengan Teluk Tomini. Secara khusus Kapung Pecinan atau kampung Cina yang dikenal dengan kota tua, terletak di kecamatan kota Selatan, kelurahan Biawao, kota Gorontalo. seperti halnya lingkungan sekitar, keadaan geografis kampung Cina merupakan dataran rendah, karena berdekatan dengan pusat kota Gorontalo. 2. Penduduk Penduduk kampoeng Cina berbawaan sesuai dengan nama suatu tempat tersebut. Nama kampoeng Cina diambil karena memang penduduk yang tinggal dan menetap disini merupakan mayoritas keturunan Cina. Utamanya saat pertama kali terbentuknya kampoeng Cina, sekitar abad ke-18 banyak pedagang-pedagang Cina yang turut meramaikan pusat perdagangan di wilayah Gorontalo pada saat itu, sebagian besar diantara mereka sudah tinggal di Gorontalo dan akhirnya telah membentuk satu keluarga sesama mereka, adapula yang menikah dengan masyrakat asli Gorontalo. Sehingga, lahirlah suatu peranakan Cina Gorontalo. Lokasi penelitian sendiri merupakan penduduk yang mayoritas keturunan Cina, hal ini terbukti dengan
perdagangan di pusat-pusat pertokoan yang ada di Gorontalo hingga saat ini di dominasi oleh etnis Cina. 3. Pendidikan Jika dilihat dari aspek pendidikan, etnis Cina juga merupakan tipe masyarakat yang peduli akan pendidikan bagi mereka serta anak-anak mereka. Mengingat darah sebagai pedagang sudah tertanam sejak lama pada orangorang Cina, bahkan mereka dikenal sangat perhitungan masalah meteri, tentu saja untuk melanjutkan bisnis yang mereka bangun mereka harus memiliki pengetahuan lebih soal perdagangan. Hal tersebut akan didapatkan melalui pendidikan. Meski secara umum, etnis Cina khususnya yang berada di Gorontalo dikenal tidak terlalu mementingkan pendidikan, bahkan anak-anak etnis Cina jarang yang melanjutkan studi hingga ke jenjang perguruan tinggi, mereka lebih memilih jejak orang tuanya, yakni berdagang. Jika pun ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, itu hanya sebagian kecil. Tabel : Pendidikan di kelurahan biawao tahun 2015 PENDIDIKAN
LAKI – LAKI
PEREMPUAN
TOTAL
Akademi/Diploma III/S. Muda
8
18
26
Diploma I/II
4
4
8
Diploma IV/Strata I
67
59
126
SLTA/Sederajat
424
384
808
SLTP/Sederajat
145
169
314
Strata II
7
5
12
Tamat SD/Sederajat
99
136
235
Tidak Tamat SD/Sederajat
108
113
221
Tidak/Belum Sekolah
190
150
340
Total
1052
1038
2090
4. Agama Melihat keadaan tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa ada beberapa etnis Cina yang menikah dengan orang-orang Eropa yang beragama Nasrani, mengingat kala itu kolonial Belanda sedang gencar menyebarkan agama Kristen di Gorontalo. Selain itu, ada pula orang Cina yang menikah dengan masyarakat pribumi, yang akhirnya melahirkan peranakan CinaGorontalo, hal ini terbukti adanya masyarakat Gorontalo yang memiliki latar belakang keturunan Cina namun beragam Islam. Seperti yang kita tahu bahwa jalur pernikahan bukan menjadi satu-satunya saluran untuk etnis Cina memeluk Islam, bila melihat Islamisasi yang terjadi di Gorontalo tidak menutup kemungkinan ada sebagian dari etnis Cina yang tertarik dan memeluk agama Islam. Tabel : Agama di kelurahan biawao tahun 2015 AGAMA
LAKI – LAKI
Budha
PEREMPUAN
TOTAL
118
247
2
2
753
1486
36
86
129
269
1038
2090
129 Hindu 733 Islam 50 Katholik 140 Kristen Total
1052
b. Asal Usul Masyarakat Pecinan
Asal usul masyarakat Pecinan kita lihat dari latar belakang sejarah saat kedatangan bangsa Cina di tanah Gorontalo, berbaur dengan masyarakat dalam berdagang, hingga membentuk satu keunggulan perekonomian di Gorontalo. Secara pasti, tidak ada yang tahu persis kapan pertama kalinya etnis Cina datang ke Gorontalo, jika mengacu dari pembangunan Klenteng tersebut, berarti etnis Cina datang ke Gorontalo sebelum tahun 1883. Umumnya etnis Cina yang datang ke Gorontalo yaitu berasal dari Cina Selatan. Pada awal datangnya etnis Cina di Gorontalo, mereka melakukan adaptasi dengan ligkungan sekitar dengan cara tidak menonjolkan sikap yang menggambarkan suatu etnis yang berbeda, terbukti dengan tidak membedabedakan antara etnis mereka sendiri dengan pribumi di Gorontalo. Hal inilah menjadi awal terjalinnya hubungan yang baik antara etnis Cina dan pribumi. Menurut keterangan beberapa orang etnis Cina, bahwa sejak dulu hingga sekarang tidak pernah terjadi problem atau perseteruan antara etnis Cina dan pribumi, semuanya berjalan baik dan hidup berdampingan, hingga etnis Cina kini telah memiliki permukiman tersendiri yang disebut Kampoeng Cina. Demikianlah asal-usul munculnya kampung Pecinan, sebagaimana kampung Arab dan Kampung Bugis di Kota Gorontalo, kampung Pecinan merupakan permukiman mayoritas masyarakat etnis Cina yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan Klenteng yang mereka bangun dengan menggunakan swadaya mereka sendiri pun kini usiannya sudah 100 tahun. Kehadiran masyarakat etnis Cina ini menjadi suatu nilai tambah bagi masyarakat Gorontalo, karena usaha dagang yang mereka bangun bisa menjadi lapangan kerja bagi masyarakat Gorontalo, sehingga dapat membantu pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran di Provinsi Gorontalo.
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM SIKAP ETNIS CINA Nilai-nilai 1. Etika (Kesopanan)
Kesan pertama kita menilai seseorang adalah melalui penampilan luarnya, apakah tutur katanya yang santun, atau perilakunya yang sopan dan hormat sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Namun penampilan luar dari seseorang saja tidak cukup. Karena perilaku sopan-santun seseorang kadang kala menipu kita. Perilaku sopan-santun adalah bagian dari perilaku diri yang terekspresi dari kualitas moral. Bagi etnis Cina di kampung Cina, kelurahan Biawao, sesuai dengan hasil wawancara bersama informan, Ibu Maryam, mengatakan bahwa adat istiadat enis Cina terutama mengenai hal sopan-santun, sangat dijaga karena sesuai dengan ajaran Kong Hu Cu, hal ini terlihat antara anak dan orang tua, seorang anak ketika lewat didepan orang tua harus membungkuk. Sehingga hal ini menjadi suatu pelajaran kepada anak bahwa orang tua harus dihormati. 2. Etos Kerja (Kerja keras) Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Reiddy Horation, mengatakan bahwa prinsip etnis Cina adalah ketika bekerja harus bersungguh-sungguh, menjaga kepercayaan, memegang janji/ menepati janji, maka ini kunci kemajuan dalam melakukan usaha apapun, termasuk dalam perekonomian. Sehingga tidak heran etnis Cina dikenal memiliki etos kerja yang tinggi. Etnis Cina atau Tionghoa ini dikenal memiliki sifat Gila kerja, hal ini tidak lepas dari etos kerja yang mereka miliki. Etnis tionghoa yang termasuk bukan etnis asli Indonesia,karena memiliki akar budaya asli berasal dari tiongkok, terkadang mendapat perlakuan diskriminasi dan di kesampingkan. Pandangan mengenai etnis tionghoa juga masih berupa isu-isu dan prasangka negatif. Namun keadaan ini tidak menekan etos kerja golongan etnis tionghoa, mereka justru semakin termotivasi untuk menunjukan bahwa mereka tetap bisa menggapai impian mereka meskipun tekanan terjadi disana-sini. Etos kerja mereka sangatlah kental dengan tanggung jawab diri atas harapan dan cita-cita yang dimiliki
sehingga mereka akan mengusahakan dengan sekuat tenaga untuk mewujudkan hal tersebut, dan meyakini setiap kesempatan pekerjaan dapat membawa keberhasilan. Peribadatan Rata-rata masyarakat etnis Cina yang ada di Gorontalo khususnya yang bermukim di kampung Pecinan beragama Budha. Adapun pusat peribadatan dilakukan di Klenteng. Peribadatan etnis Cina dalam hal ini di Klenteng menggunakan tiga ajaran (Tri Dharma), yaitu Budha, Taoisme, dan Konghucu. Dari beberapa etnis Cina tersebut memiliki kepercayaan masing-masing, sehingga tata cara pelaksanaan pun menurut keyakinan masing-masing. Adapun pusat peribadatan yang bernama Vihara lebih cenderung ke Budha saja, namun hal demikian hanya ada pada Budha Thailand, yang dibangun pada tahun 1993.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BUDAYA ETNIS CINA 1. Terjadi Akulturasi Etnis Cina yang saat ini berada di kota Gorontalo khususnya yang berada di kampoeng Cina, kelurahan Biawao sudah melakukan pembauran dengan mayarakat setempat, sejak awal kedatangan etnis Cina di Gorontalo. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu untuk melangsungkan/ bertahan hidup dengan cara melakukan pernikahan dengan masyarakat pribumi dan mendapat keturunan. Hal inilah yang membuat interaksi sosial dan hubungan solidaritas antara etnis Cina dan masyarakat pribumi terjalin dengan erat dalam hubungan keseharian, entah dalam hal perekonomian maupun kebudayaan. 2. Akulturasi antara Masyarakat Gorontalo dan Etnis Cina (Tionghoa) Hubungan masyarakat Gorontalo dengan etnis Cina dalam kesehariannya sangat terjalin dengan baik, dimana etnis Cina mempelajari bahasa daerah Gorontalo, sehingga tidak heran dalam
melakukan komunikasi sehari-hari terkadang orang Cina tersebut menggunakan bahasa Gorontalo, hal ini merupakan satu akulturasi yang sudah terbangun ditengah-tengah masyarakat etnis Cina dan masyarakat Gorontalo, hal inilah yang membuat etnis Cina semakin dekat dengan masyarakat Gorontalo setempat. 3. Dampak pengaruh dari daerah yang ditinggali Dampak atau pengaruh yang terjadi pada daerah yang di tempati oleh etnis Cina sendiri, yaitu kampoeng Cina, kelurahan Biawao, dapat diketahui dari hasil wawancara bersama bapak Reiddy Horation, yang menyatakan
bahwa
hubungan
antara
etnis
Tionghoa
dengan
masyarakat setempat, tidak pernah terjadi konflik, justru berjalan sangat harmonis, karena etnis Cina tidak membeda-bedakan antara etnis mereka dengan masyarakat pribumi. Khusus untuk perayaan budaya etnis Cina, masyarakat setempat justru banyak yang datang membantu.
SIMPULAN Asal usul masyarakat Pecinan kita lihat dari latar belakang sejarah saat kedatangan bangsa Cina di tanah Gorontalo, berbaur dengan masyarakat dalam berdagang, hingga membentuk satu keunggulan perekonomian di Gorontalo. Secara pasti, tidak ada yang tahu persis kapan pertama kalinya etnis Cina datang ke Gorontalo, jika mengacu dari pembangunan Klenteng tersebut, berarti etnis Cina datang ke Gorontalo sebelum tahun 1883. Etnis Cina memiliki kebudayaan yang telah lama terbentuk, nilainilai yang terkandung dalam etnis Cina yakni sikap saling menghormati, terutama orang yang muda terhadap orang tua. Hal ini menjadi satu pelajaran berharga bagi mereka utamanya untuk para generasi muda etnis Cina, tidak hanya untuk kalangan mereka saja, bahkan orang-orang pribumi juga mengambil contoh yang baik ini dan diadopsi untuk diterapkan kedalam kehidupan sehari-hari. Selain sopan-santun, nilai-nilai yang terrdapat pada
mayarakat etnis Cina adalah ettos kerja yang tinggi, sikap bijaksana, dan juga rendah hati.
Daftar Pustaka Buku: A.Daliman, 2012. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta ; Ombak. , 2012. Sejarah Indonesia Abad XIX- Awal Abad XX , 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Ombak Basri Amin, 2012. Memori Gorontalo: Teritori, Transisi, dan Tradisi. Yogyakarta: Ombak. Hasanuddin dan Basri Amin, 2012. Gorontalo Dalam Dinamika Sejarah Masa Kolonial. Yogyakarta: Ombak. Helius Sjamsudin, 2012, Metodologi Sejarah, Yogyakarta ; Ombak Israwati Kente, dkk. 2014. Budaya Cina. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Joni Apriyanto, 2012. Sejarah Gorotnalo Modern: Dari Hegemoni Kolonial ke Provinsi. Yogyakarta: Ombak. Ernawati, 2012. Kampung Cina Kota Manado Arsitektur dan Ruang Ekonomi. Yogyakarta: Deepublish. Purnawan Basundoro, 2012. Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Ombak Resmiyati Yunus, 2013. Jendela Peristiwa Di Kawasan Asia Timur. Yogyakarta: Interpena. M. Munandjar Soelaeman, 2001, Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama Mona Lohanda, 2011, Membaca Sumber Menulis Sejarah, Yogyakarta ; Ombak Sztompka, 2010, Sosiologi Sosial. Yogyakarta : Penanda Media Group
Warsito, H.R. 2012, Antropologi Budaya, Yogyakarta : Ombak Andjarwati Noordjanah, 2010. Komunitas Tionghoa di Surabaya. Yogyakarta: Ombak.
Skripsi: Ibrahim Panto, 2012. Diapora Etnis Cina di Kota Gorontalo. Skripsi. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
Interview: Wawancara bersama Ibu Maryam, 12 Juni 2015, di Gorontalo. Wawancara Dengan Bapak Robby Tanzil pada 12 Juni 2015 di Gorontalo. Wawancara bersama Bapak Nicoloas S. Waworuntu pada 13 Juni 2015 di Gorontalo Wawancara Bapak Reiddy Horation, 13 Juni 2015, di Gorontalo Wawancara bersama Bapak Medi Botutihe, pada 14 Juni 2015 di Gorontalo. Wawancara bersama Bapak Sonny Waworuntu pada 16 juni 2015, di Gorontalo. Website: Boyul.com. 2010. Etos Kerja Etnis Tionghoa. Html.web.id (Diakses pada 20- 062015. Pkl. 14.40 wita)