1
2
“Tradisi Molontalo” (Studi Sejarah Kebudayaan)
Pembimbing : Drs. Hi. Darwin Une, M.Pd *, Hi. Lukman D. Katili S.Ag. M.ThI ** Rahmiati Malik Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Rahmiati Malik.2014. Tradisi Molontalo (Studi Sejarah Kebudayaan) Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Gorontalo. Penelitian ini Bermaksud untuk mengetahui pertama, Asal-usul Tradisi Molontalo Kedua, Pelaksanaan Upacara Molontalo. Ketiga, Makna dan Nilai Yang terkandung dalam Upacara Molontalo. Penelitian ini difokuskan untuk menjawab rumusan masalah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang menggunakan pendekatan budaya. Penelitian ini dilakukan di Propinsi Gorontalo yang menggunakan analisis data. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Tradisi Molontalo di Gorontalo merupakan tradisi yang sudah melekat pada masyarakat Gorontalo. Molontalo merupakan tradisi masyarakat Gorontalo pra Islam dan semakin berkembang sejak masuknya Islam di Gorontalo. Hal ini terlihat dari rumusan adat Gorontalo “adati hulahula’a to sara’a,sara’a hula-hula’a to adati” artinya adat bersendikan syarak, syarak bersendikan adat. Rumusan adat ini kemudian berkembang menjadi “adati hula-hula’a to sara’a,sara’a hula-hula to qurani” artinya adat bersendikan sara,sara bersendikan kitabbullah. Berdasarkan Pada rumusan ini adat masyarakat Gorontalo disesuaikan dengan syariat Islam, salah satunya adalah Molontalo yang masih dipertahankan hingga saat ini dan digunakan secara umum oleh masyarakat Gorontalo meskipun sudah ada sedikit pergeseran.1 Kata kunci : Tradisi Molontalo
1
RAHMIATI MALIK, 231410130, JURUSAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, DARWIN UNE, LUKMAN KATILI.
3
PENDAHULUAN Kebudayaan daerah sebagai kebudayaan bangsa yang perlu dipelihara agar dapat memperkaya dan mewarnai kebudayaan nasional, karena kebudayaan daerah merupakan sumber paling potensial yang dapat memberikan corak dan karakteristik kepribadian bangsa. Demikian pula kebudayaan nasional harus dipelihara dan dikembangkan untuk menjalin kehidupan bangsa Indonesia yang bersatu. Bangsa Indonesia terdiri dari beberapa suku bangsa yang mempunyai kebudayaan tersendiri dan selalu mendukung perkembangan budaya nasional. Adat dipahami sebagai tradisi local yang mengatur interaksi masyarakat. Dalam ensiklopedi disebutkan bahwa adat adalah “kebiasaan” atau “Tradisi” masyarakat yang telah dilakukan berulang kali dilakukan secara turun temurun. Kata adat disini lazim dipakai tanpa membedakan mana yang mempunyai sanksi seperti “hukum adat” dan mana yang tidak mempunyai sanksi seperti disebut adat saja. Tradisi Gorontalo misalnya, secara umum banyak memiliki jenis upacara adat. Saat ini tradisi yang dimiliki oleh nenek moyang Gorontalo itu masih ada yang bertahan tetapi tidak dipungkiri telah banyak juga yang punah. Begitu pula dengan sejarah perkembangan kebudayaan di Indonesia dan daerah-daerah lainnya. Kebudayaan daerah terangkum di dalam kebudayaan nasional. Salah satu dari kebudayaan itu adalah kebudayaan suku Goronlato, sebagian besar suku Gorontalo masih sangat memelihara kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang. Sebagai salah satu contoh dapat dilihat dalam upacara Molontalo yang dilakukan oleh masyarakat desa Mamungaa kecamatan Bulawa kabupaten Bone Bolango. Masyarakat desa Mamungaa adalah kelompok masyarakat Gorontalo yang berasal dari berbagai marga. Mereka masih melaksanakan tradisi sesuai dengan tradisi lama yang telah diwariskan kepada mereka, seperti upacara ritual Molontalo yang dilakukan sejak zaman dahulu pada setip sang istri hamil 7 bulan anak pertama, merupakan pra acara adat dalam rangka peristiwa adat kelahiran dan keremajaan, yang telah baku pada masyarakat Gorontalo. Sehubungan dengan penjelasan di atas penulis mengakat suatu penelitian dengan formulasi judul: Tradisi Molontalo : Studi Sejarah Kebudayaan (Suatu penelitian di Provinsi Gorontalo). 1.1 Rumusan Masalah Perumusan masalah sangat penting dalam pembuatan penulisan, karena dengan adanya perumusan masalah maka deskripsi masalah akan terarah, sehingga hasilnya dapat dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Adapun masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana asal-usul upacara Molontalo ? 2. Bagaimana pelaksanaan upacara Molontalo pada masyarakat Gorontalo? 3. Bagaimana makna dan nilai dalam upacara Molontalo ?
4
1.2 Tujuan a. Untuk mengetahui asal-usul tradisi Molontalo. b. Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tradisi Molontalo pada masyarakat Gorontalo. c. Untuk menidentifikasi makna dan nilai yang terkandung dalam palaksanaan tradisi Molontalo menurut masyarakat Gorontalo. 1.3 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penulisan ini diharapkan akan memberi pengalaman serta wawasan dan pengetahuan tentang masalah yang diteliti yang bersifat ilmiah. 2. Dengan tulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran yang dapat dikembangkan untuk melestarikan budaya-budaya lokal. 3. Tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan acuan untuk semua pihak yang akan melanjutkan penelitian ini lebih mendalam. KAJIAN TEORI Konsep Molontalo Salah satu tradisi yang masi dipertahankan dan tetap diyakini mempunyai fungsi ritual dalam masyarakat Gorontalo adalah upacara Molontalo atau raba puru bagi sang istri yang hamil 7 bulan anak pertama. Bagi masyarakat gorontalo adat istiadat adalah suatu kompleks normanorma yang oleh individu-individu yang menganutnya dijunjung tinggi dalam kehidupan. System peradatan yang telah turun temurun sejak dari dulu sampai sekarang sebagaimana ungkapan adat “MAALO KAKALI, LONTO BUTU ASALI, DEBO DENGGO WALI –WALI”. artinya sudah tetap, dari awal mula dan sampai kini berlaku. “MOLONTALO’’ atau raba puru bagi sang istri yang hamil 7 bulan anak pertama, merupakan pra acara adat dalam rangka peristiwa adat kelahiran dan keremajaan yang telah baku pada masyarakat gorontalo. Emma Mariam Gobel (2014:92) Mengatakan bahwa ada dua makna Upacara adat Molontalo, yaitu : 1. Sebagai pernyataan syukur ata karunia Alloh SWT kepada sepasang suami istiri yang telah dititipkan sang jabang bayi dikandungan ibunya dengan pembacaan do’a dan shalawat disertai harapan agar dimudahkan masa kehamilannya dan dilancarkan saat persalinannya. 2. Upacara adat Molontalo adalah merupakan pernyataan dari keluarga pihak suami bahwa kehamilan pertama adalah harapan yng terpenuhi akan kelanjutan keturunan dari dari pernikahan yang syah. Dari penjabaran dua makna Molontalo diatas dapat disesuaikan dengan hukum – hukum ajaran islam sesuai al-quran surah Al mukminum ayat (12-14 ) sebagai berikut : sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dari sari tanah kemudian kami jadikan dia air mani (yang disimpan) didalam tempat yang paling kokoh
5
(rahim). Kemudian mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan sepotong daging, lalu sepotong daging itu kami jadikan tulang, kemudian dia kami ciptakan makhluk yang lain (manusia yang sempurna). Maka maha suci Allah yang sebaik-baik menciptakan. (terjemahan Al-quranul karim hal 309). Tahapan – tahapan dalam ayat ini merupakan unsur perubahan ke wujud jabang bayi, yang oleh adat istilahkan umur 1 bulan “ MATILIYONGA ” 3 bulan “ MA MOLONE’O ”, pada umur 6 bulan “ MA MODU’OTO” dan perubahan ini disyukuri dengan “ NGADI SALAWATI ”. Pengertian Tradisi Molontalo Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Piotr Sztompka, (2010: 65). Ditkatakan pula, “Tradisi bukan sekedar produk masa lalu atau kebiasaan turun-temurun dari nenek-moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat sekarang, tetapi sesuatu yang normatif, suatu kebenaran yang menjadi nilai yang telah teruji sebagai hal yang paling benar, sekaligus sebagai kebaikan yang diyakini dalam suatu komunitas. Tradisi merupakan sesuatu yang dinamis, di mana tradisi ini berguna untuk mengkaji manusia itu sendiri dan juga untuk mengembangkannya. Tradisi sebagai nilai adalah sesuatu yang telah teruji kebenarannya, dengan kata lain bahwa tradisi adalah sesuatu yang dianggap paling benar. Tradisi menghadirkan suatu cara bagi masyarakat untuk merumuskan dan mengidealkan sesuatu dengan fakta dasar pengalaman manusia yang menyangkut permasalahan hidup dan mati manusia, termasuk bagaimana manusia makan dan minum2. Tradisi tidaklah berbeda dari pembaharuan karena bersifat fleksibel. Tradisi harus mempunyai orientasi dasar untuk legitimasi tindakan manusia, yang artinya bahwa, tradisi mengajarkan kepada manusia tindakan yang benar dan tindakan yang salah. 2.1 Adat istiadat Menurut Koenjaraningrat (2009:19) mengatakan bahwa adat adalah tata kelakuan atau adat dalam arti khusus, atau dalam jamaknya disebut dengan adat istiadat. Sesuatu hal yang perlu diperhatikan bahwa sepertinya terdapat perbedaan adat istiadat dan kebiasaan. Ditinjau dari fungsinya kebudayaan mempunyai fungsi yang sama yaitu berfungsi mengkaji tentang tingkah laku manusia dalam kehidupannya. Sedangkan ditinjau dari segi perbedaannya adat istiadat merupakan kumpulan dari beberapa tingkah laku atau kebiasaan yang berlaku dalam
6
masyarakat. Sedagkan kebiasaan hanya merupakan bagian dari adat yang hanya menyangkut beberapa segi kehidupan manusia saja. Masyaraka Gorontalo adalah masyarakat yang religius dan sangat menjunjung tingi adat. Meski hidup dalam iklim masyarakat yang dinamis, terutama sejak pemekaran provinsi Gorontalo, namun adat tetaplah menjadi darah daging warganya. Sistem Budaya Menurut Koentjaraningrat (2009:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsekerta “Buddhaya”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi atau “akal”. Jadi Kontjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “Daya budi” yang berupa cipta,karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Koenjaraningrat juga menerangkan bahwa pada dasarnya banyak sarjana yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definisi. Jadi, kebudayaan atau disingkat “budaya”, menurut koentjaraningrat merupakan “keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.” Clifford Geertz (2006:1) mengatakan bahwa kebudayaan merupakan system mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik,yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan. Dari berbagai definsi diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kebudayaan atau budaya merupakan sebuah system, dimana system itu terbentuk dari perilaku, baik itu perilaku badan maupun pikiran. Dan hal ini berkaitan erat dengan adanya gerak dari masyarakat, dimana pergerakan yang dinamis yang dinamis dan dalam kurun waktu tertentu akan menghasilkan tatanan ataupun system tersendiri dalam kumpulan masyarakat. Molontalo Sebagai Budaya Kearifan Lokal Pengertian Kearifan Lokal Kearifan lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
7
Pitres Sambowadile (2012:8) berpendapat bahwa kearifan lokal hakikinya meliputi gagasan-gagasan, nilai-nilai,pandangan-pandangan lokal yang bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Meski demikian, kearifan lokal kerap dikaitkan dengan praktik hidup atau strategi penyelenggaraan hidup yang dianut oleh satu komunitas tertentu, dan dipraktikkan terus menerus secara konsisten dalam rentang waktu yang panjang. Masyarakat Gorontalo memiliki budaya-budaya dan tradisi-tradisi lokal yang secara fungsional mampu menjaga situasi lingkungannya agar tetap harmonis, baik dengan sesama manusia maupun lingkungan. Tradisi-tradis lokal seperti Molontalo tersebut memiliki makna dan nilai penting diantaranya sebagai acuan tingkah laku bagi masyarakatnya dalam menjalani kehidupan, termasuk menghadapi perbedaan-perbedaan dalam berinteraksi dengan orang lain yang berbeda budaya. Tradisi-tradisi lokal tersebut sesungguhnya merupakan pengungkapan pengetahuan lokal atau kearifan lokal dari suatu masyarakat dalam menanggapi situasi lingkungannya. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif untuk melukiskan dan menggambarkan bagaimana makna dan nilai adat Molontalo bagi masyarakat gorontalo. Definisi penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (Maleong 2007;248) dijelaskan sebagai upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari. Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan penelitian secara utuh. Tabel Tahapan Penelitian N Tahap-tahap kegitan o
Waktu Pelaksanaan April
1 2
Persiapan Pengumpulan Data Analisis Data
3
Penyusunan Laporan
Subyek penelitian
Mei
Juni
K e t
8
Dalam penelitian kualitatif, untuk menentukan sikap siapa yang menjadi informan didasarkan pada pertimbangan peneliti yang sifatnya purposive sampling dengan kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahmu.
Teknik pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dan primer dengan melalui beberapa tahap atau metode pengumpulan data. Sehingga peneliti mendapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan, tahapan-tahapan tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Pengamatan secara langsung atau observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi Pengolahan, Validitas dan Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data dan analisis menggunakan analisa deskriptif. Hal ini maksudkan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari lapangan. Data yang diperoleh dari wawancara diolah dengan mengelompokkan data-data ke dalam kelompok kelas atau kategori sesuai dengan fokus pennelitian. Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, dan sebagainya. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Asal-usul tradisi Molontalo Gorontalo sebagai salah satu dari 19 Daerah Hukum Adat Indonesia. Gorontalo sangat menghormati Adat dan Budaya sebagai satu kesatuan yang utuh dan merupakan norma yang ditaati dalam kehidupan bermasyarakat. Sebelum agama Islam masuk di Gorontalo, tata cara kehidupan masyarakat Gorontalo sudah terkenal sebagai masyarakat adat yang ramah tamah baik didalam bertutur kata, bersikap maupun bertindak sehingga tingkah laku (Popoli) menjadi pola utama dan dasar penilaian dari kehidupan seseorang dan sesamanya. Dari segi berbahasa dan bersikap untuk menyatakan perasaan kepada orang lain atau menyampaikan informasi kepada seseorang lebih disenangi menggunakan bahasa ungkapan dari pada bahasa langsung. Bahasa ungkapan itu telah melahirkan bahasa seni dalam masyarakat Gorontalo berupa sajak-sajak, syair-syair yang bertujuan menciptakan suasana damai antar sesama.
9
Masuknya agama Islam di jazirah Gorontalo sangat berpengaruh pada pola tingkah laku baik dalam hal urusan pemerintahan ( pemerintahan Raja-raja ), sosial dan kemasyarakatan, karena secara moral ajaran agama Islam sangat cocok dengan kehidupan masyarakat adat Gorontalo yang terkenal dengan sopan santun dan sangat ramah. Ajaran agama Islam secara utuh diterima masyarakat Gorontalo sehinggal lahirlah Filosofi “Adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan Kitabullah “, dalam arti semua tatanan adat berlandaskan Islam yang tertuang dalam Al Qur’an, sehingga dengan demikian hukum Islam diberlakukan sama dengan Hukum Adat. Jika seorang menika baik-baik dan telah hamil 7 atau 8 bulan, ia mendapat adat Molontalo. Tiga macam kegunaan adat Tontalo yaitu : 1. Pengumuman bahwa yang dinikahkan (Dulu) tidak hamil lebih dahulu. 2. Do’a semoga selamat (Melahirkan) 3. Membesarkan hati yang akan melahirkan agar ia berani menghadapi saat melahirkan. Dasar Upacara Molonthalo 1. Adat istiadat adalah suatu kompleks norma-norma oleh individu-individu yang menganutnya dijunjung tinggi dalam kehidupan. 2. Sistim peradatan yang telah turun-temurun sejak dari dulu sampai dengan sekarang sebagaimana ungkapan adat “Maalo kakali, lonto butu asali, debo donggo wali-wali” artinya sudah tetap, dari awal mula dan sampai kini berlaku. 3. Adanya penyusuaian dengan hukum-hukum ajaran islam sesuai Al-Qur’an surah Al-Mu’minun ayat (12-14).
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
10
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Tahapan-tahapan dalam ayat ini merupakan unsur perubahan kewujud jabang bayi, yang oleh adat diistilakan umur 1 bulan “MA TILOYONGA”, 3 Bulan “MA MOLONE’O, pada umur 6 bulan ”MA MODU’OTO dan perubahan ini disyukuri dengan “ NGADI SALAWATI”. 4. Molontalo atau raba puru bagi sang istri yang hamil 7 bulan anak pertama, merupakan pra acara adat dalam rangka peristiwa adat kelahiran dan keremajaa, yang telah baku pada masyarakat gorontalo. Hakekat Upacara Molonthalo 1. Adat Molontalo adalah pernyataan dari keluarga pihak suami bahwa kehamilan pertama, adalah harapan yang terpenuhi akan kelanjutan turunan dari perkawinan yang syah. 2. Acara Molontalo merupakan maklumat kepada pihak keluarga dari kedua belah pihak, bahwa sang istri benar-benar suci, dan merupakan dorongan bagi gadis-gadis lainnya untuk menjaga diri dan kehormatannya. 3. Acara Molontalo adalah pernyataan syukur atas nikmat Tuhan yang telah diberikan kepada sepasang suami-istri melalui ”NGADI SALAWATI” doa salawat, agar kelahiran sang bayi beradah kemudahan. 4. Acara Molontalo adalah pemantapan kehidupan sepasang suami istri menyambut sang bayi, sebagai penerus keturunan mereka dan persiapan fisik dan mental menjadi ayah dan ibu yang baik dengan memelihara kelangsunganrumah tangga yang dilambangkan dengan makan saling suap menyuap. Pelaksanaan Upacara Molontalo Pelaksanaan upacara Molontalo dilaksanakan pada usia kehamilan 7 atau 8 bulan. Yang akan dilaksanakan oleh kerabat dari pihak suami, bidan kampung, Imam, sepasang anak-anak berusia 7 tahun dan sepasang ibu-ibu hamil. Pelaksnaan upacara Molontalo jelas beda dengan pelaksanaan upacara adat lainnya,karena pada pelaksanaan tersebut hampir semua menggunakan angka 7 (Tujuh) dalam bahasa daerah Gorontalo yaitu Piitu, yang mana hampir dari setiap atribut perlengkapannya berjumlah 7 atau Piitu seperti :
11
1. Usia kehamilan harus 7 bulan karena pada usia 7 bulan itu sudah lengkap semua panca indra sang bayi atau yang di istilahkan dalam bahasa daerah Gorontalo Ma o tondala yang artinya sudah bisa diraba. 2. Hulante yang berisikan 3 liter beras, Pala 7 butir, cengkeh 7 butir, telur 7 butir, jeruk purut 7 butir, kepingan uang sebanyak 7 pula. 3. Pala’u berjumlah 7 buah yang akan diberikan kepada 7 orang pelaksana upacara Molontalo. 4. Busana adat yang dipakai yaitu Wolimomo dengan 7 tangkai sunting menghias sanggul. Dari setiap atribut yang berjumlah tujuh itu masing-masing mempunyai makna tersendiri. Pelaksanaan tersebut dilaksanakan dirumah pihak keluarga istri, akan tetapi bisa juga dilaksanakan dipihak keluarga suami jika pihak keluarga suami meminta pelaksanaannya dipihak suami saja atau pihak istri belum bersedia karena ada alasan tertentu. Makna Dan Nilai Upacara Molontalo Makna Upacara Molontalo Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Setiap tradisi memiliki makna tersendiri, begitupun dengan tradisi Molontalo memiliiki makna yang baik bagi setiap yang melaksanakan maupun masyarakat yang berada dilingkungannya. Makna dari tradisi Molontalo bagi masyarakat Gorontalo untuk mengetahui bahwa disekitar masyarakat tersebut ada orang hamil, sehingga masyarakat bisa menjaga keamanan lingkungannya, bertujuan pula untuk menarik perhatian para kaum remaja agar dapat menjaga kehormatannya sehingga mereka menikah dengan syah, dan jika mereka menikah dengan keadaan baik-baik atau belum hamil sebelum menikah maka mereka akan mendapatkan upacara Molontalo. Nilai-nilai Yang Terkandung Dalam Upacara Molontalo Hakikat nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Rujukan itu berupa norma, etika, peraturan undang-undang, adat kebiasaan, peraturan agama, dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang. Nilai bersifat abstrak, berada dibelakang fakta, melahirkan tindakan, melekat dalam moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang kearah yang lebih kompleks.
12
Persoalan berikut adalah bagaimana struktur nilai. Jawaban atas persoalan yang menjelaskan tentang klasifikasi, kategori, hieraki nilai. Nilai dasar sifatnya logis, etis, dan estetis. Di sini perlu ditekankan bahwa nilai logis (benar-salah), etis (baik-buruk), estetis (indah-tidak indah) merupakan nilai dasar yang berada pada kategori nilai yang lainya, misalnya dalam nilai ekonomi atau nilai agama. Dalam ekonomi, nilai suatu barang pada dasarnya hasil ahir dari pertimbangan logis, etis, dan estetis. Suatu barang dapat bernilai tinggi andai kata nilai logis menyatakan benar-khususnya menurut ilmu ekonomi, nilai etis mengatakan hal itu baik untuk kesehatan dan kesejahtraan bagi manusia, dan nilai estetis menyatakan hal itu bermutu dari segi keindahannya. Demikian pula nilai tertinggi dalam agama adalah nilai yang memenuhi persyaratan logis,etis, dan estetis. Sebagai contoh, nilai keimanan yang dicapai melalui amaliah sholat akan memiliki nilai yang sangat tinggi, jika sholat dilakukan atas dasar pengetahuan kita tentang nilai kebenaran dalam melakukan tata cara sholat, nilai kebaikan sholat yang direfleksikan melalui hubungan manusia dan nilai kebersihan atau kesucikan ketika kita melakukan sholat. Uraian diatas menegaskan bahwa kategori nilai yang paling elementer terletak pada logis, etis, dan estetis. Nilai dasar ini berada pada wilayah nilai tersendiri yang perlu dibedakan dari jenis nilai lainnya yang terdapat dalam klasifikasi, kategorisasi dan hierarki nilai. Nilai nilai yang terkandung di dalam tradisi Molontalo adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan hubungan antar sesama manusia yang dapat terlihat pada aktifitas pelaksanaan upacara Molontalo. Nilai Agama Hubungan sastra dengan agama sangat erat. Karya sastra juga merupakan sarana penyampaian nilai-nilai tentang agama atau keagamaan. Nilai agama disini lebih menunjuk kepada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan. Pengungkapan masalah agama atau keagamaan dalam kesusastraan ada tiga corak. 1. Pertama mempersoalkan praktek ajaran agama. 2. Mencipta dan mengungkapkan masalah berdasarkan ajaran agama. 3. Kehidupan agama hanya sebagai latar belakang. Sementara itu, dari ketiga corak pengungkapan masalah agama atau keagamaan dalam kesusastraan yang cocok dengan Syair Pelanduk Jenaka adalah corak yang kedua, yakni mengungkapkan masalah berdasarkan ajaran-ajaran agama. Nilai Budaya Nilai budaya merupakan gagasan-gagasan dan pola ideal masyarakat tentang segala sesuatu yang dipandang baik dan berguna.Nilai budaya adalah aspek ideal yang terwujud sebagai konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup di dalam pikiransebagian besar masyarakat mengenai kata yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidup. Nilai budaya dalam syair tercermin pada peristiwa, sikap, perilaku, maupun ucapan tokoh cerita yang menjadi gaya atau kebiasaan hidup tipikal dari masyarakat Gorontalo dalam cerita yang serat dengan makna-makna yang berguna bagi kelangsungan hidup. Makna-makna tersebut dapat berwujud
13
sumber berbagai nilai, aturan atau norma kepercayaan yang terkandung dalam cerita. Sikap, perilaku, dan ucapan tokoh dalam cerita tersebut terwujud unsurunsur kebudayaan di atas. Nilai budaya merupakan gagasan-gagasan dan pola ideal masyarakat tentang segala sesuatu yang dipandang baik dan berguna. Sementara itu,nilai budaya adalah aspek ideal yang terwujud sebagai konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup di dalam pikiran sebagian besar masyarakat mengenai kata yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidup. Nilai Sosial Nilai Sosial adalah nilai yang menjadi pedoman langsung bagi setiap tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat yang di dalamnya memuat sanksi-sanksi siapa saja yang melanggar. Nilai sosial merupakan nilai yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat dan usaha menjaga keselarasan hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, dapat dianggap bahwa nilai sosial merupakan gagasan-gagasan dan pola ideal masyarakat yang dipandang baik dan berguna, yang telah dituangkan dalam bentuk norma-norma, aturan-aturan, dan hukum. Secara garis besar, persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan tuhannya. Nilai social dalam upacara Molontalo dapat dilihat dari setiap aktifitas masyarakat terdapat prinsip saling tolong menolong yang sangat kental. Masyarakat Gorontalo sangat Familier dan menghargai kebersamaan, terdiri dari rumpun keluarga yang sangat erat hubungannya satu sama lainnya. Hal tersebut sangat besar pengaruhnya atas penegakan hukum di Gorontalo terutama Hukum Adat. Etnis Gorontalo adalah masyarakat yang memiliki rasa sosial yang tinggi, sehingga jarang terjadi konflik di antara mereka sendiri. Sistem kekerabatan yang sangat erat tetap dipelihara, dan tradisi gotong royong tetap lestari dalam kehidupan masyarakat ini, terutama di daerah pedesaan. Simpulan Masyarakat suku Gorontalo mayoritas adalah pemeluk agama Islam (98,81%). Agama Islam sangat kuat diyakini oleh masyarakat suku Gorontalo. Beberapa tradisi adat suku Gorontalo terlihat banyak mengandung unsur Islami. Hanya sebagian kecil saja yang memeluk agama lain di luar Islam. Kendati telah lama memeluk islam, sisa-sisa corak keyakinan lokal masih bisa terasa dari kepercayaan sebagaian kalangan terhadap mahluk-mahluk halus dan ritus-ritus upacara yang berbau adat. Tradisi Molontalo di Gorontalo merupakan tradisi yang sudah melekat pada masyarakat Gorontalo. Molontalo merupakan tradisi masyarakat Gorontalo pra Islam dan semakin berkembang sejak masuknya Islam di Gorontalo. Hal ini terlihat dari rumusan adat Gorontalo “adati hula-hula’a to sara’a,sara’a hulahula’a to adati” artinya adat bersendikan syarak, syarak bersendikan adat. Rumusan adat ini kemudian berkembang menjadi “adati hula-hula’a to
14
sara’a,sara’a hula-hula to qurani” artinya adat bersendikan sara,sara bersendikan kitabbullah. Berdasarkan Pada rumusan ini adat masyarakat Gorontalo disesuaikan dengan syariat Islam, salah satunya adalah Molontalo yang masih dipertahankan hingga saat ini dan digunakan secara umum oleh masyarakat Gorontalo meskipun sudah ada sedikit pergeseran.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis maka dapat menyimpulkan beberapa saran. 1. Diharapkan kepada pemerintah agar dapat membantu tokoh adat dalam pelestarian adat Gorontalo khususnya tradisi Molontalo, bantuan ini diharapkan tidak hanya dalam bentuk wacana tetapi dalam bentuk anggaran tersendiri dari pemerintah untuk mengadakan sosialisasi dimasyarakat khususnya bagi masyarakat yang masih minim pengetahuannya tentang tradisi. 2. Dalam upaya pelestarian dapat pula dilakukan melalui kelembagaan pendidikan dengan cara melakukan sosialisasi adat dikalangan pelajar maupun mahasiswa. Bila lebih khususnya harus dimasukkan pada program kurikulum. 3. Kepada masyarakat Gorontalo sebagai ikon diharapkan terus menjaga kebudayaan lokal dengan cara melestarikannya melalui lembaga formal maupun nonformal, serta memberikan pelatihan pada kader-kader pemangku adat. DAFTAR RUJUKAN Buku Abdussamad, 1942. Empat Aspek Adat Daerah Gorontalo. Jakarta: Aksara Indira Harapan. Alim, Niode. (2007). Gorontalo : Perubahan Nilai-nilai Budaya dan Sosial. Jakarta: Pustaka Indonesia Press.
Pranata
Clifford, Greetz. (1992). Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Edi. Sedyawati. 2007. Keindonesiaan Dalam Budaya. Jakarta: Wedatama Widya. Emma Mariam, Gobel. 2014. Molone’o dan Molontalo: Indonesia. Farha, Daulima. 2006. Ragam upacara Tradisional Daerah Gorontalo. Provinsi Gorontalo : Forum Suara Perempuan. Johnson, D.P. (1986). Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. (Terj. Robert M.Z. Lawang). Jakarta : Gramedia. Kuntowijoyo. 1987. Manusia Dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana
15
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. _____________ . (1997). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Lexi, maleong. 2005. Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Rosda Karya. Mahmud, Yunus. 1968. Hukum Perkawinan Dalam Islam. Jakarta: Alhidayah. Medi Botutihe dan Farha Daulima. 2003. Tata Upacara Adat Gorontalo. Provinsi Gorontalo : PT Galeri Budaya Daerah. _____________.1986. Beberapa Aspek Hukum Adat. Jakarta: Balai Pustaka Moh Karmin, Baruadi. 2012. Sendi Adat Dan Eksistensi Sastra; Pengaruh Islam dalam Nuansa Budaya Lokal Gorontalo. Gorontalo : el Harakah. Piotr, Sztompka (2010) Sosiologi Perubahan Sosial Yogyakarta: Prenanda Media Group. Pitres, Simbowadile. 2012. Kearifan Lokal kaitannya Dengan Pembentukan Watak Dan Karakter Bangsa Di Kabupaten Bolaang Mngondow Selatan. Yogyakarta: Kapel Press. Sachari, Agus. 2002. Budaya Visual Indonesia. Jakarta : Erlangga. Satori,Djam’an. Dkk. 2009. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta. Soekomono, 1973. Pengantar Sejarah kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius. Soerjono, Soekanto. (1985). Max Weber: Konsep-Konsep Dasar Dalam Sosiologi, Seri Pengenalan Sosiologi I, Jakarta: CV.Rajawali. Soeleman. M. Munandar. 2001. Ilmu Budaya dasar. Jakarta: Refika Aditama. Van Peursen, C.A. 1976. Strategi Kebudayaan. Jokyakarta: Kanisius. Van Dyk, R. Dr. 1956. Penganntar Hukum Adat Indonesia. Bandung:
Sumur.
Skripsi Noldi Gobel. 2013. Perubahan Ritual Budaya Mandi Shafar Di Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi Wa Cia Yustina. 2012. Kafonisino Sangia. Skripsi
16
DAFTAR INFORMAN
1. Nama
:
Amin Delatu
Umur
:
41 tahun
Pekerjaan
:
Pemerhati adat/Pelaku adat/ Stap dewan adat
2. Nama
:
Alim S. Niode
Umur
:
50 tahun
Pekerjaan
:
Sekretaris Dewan Adat
3. Nama
:
Drs. H. Karim T. Laiya
Umur
:
63 tahun
Pekerjaan
:
Pemangku Adat
4. Nama
:
H. Medi Botutihe
Umur
:
73 tahun
Pekerjaan
:
Mantan Walikota Gorontalo
5. Nama
:
Halimah Addullah
Umur
:
53 tahun
Pekerjaan
:
Bidan Kampung
:
Sai’dah Bumulo
6. Nama
17
Umur
:
5o tahun
Pekerjaan
:
Bidan Kampung