Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
ISSN 2302-0253 pp. 148- 162
15 Pages
KAJIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA (URBAN FRINGE) BANDA ACEH (Studi Kasus : Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata Dan Ulee Kareng) Maya Sari1, Mirza Irwansyah2, Sugianto3 1)
2)
Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, 3)Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala
Abstract: In line with the development of Banda Aceh as the capital city of Aceh province which has complex activities, urban fringe areas are directly affected by the city’s growth and development. The districts of Banda Raya, Lueng Bata, and Ulee Kareng as urban fringe areas of Banda Aceh serves to support the intensive activity of urban society. This study uses descriptive analysis method to identify existing conditions and land-use changes that occurred in the fringe region of Banda Aceh due to the government policy and to direct the pattern of development of the suburban area (urban fringe) in Banda Aceh. Changes in built-land use in Ulee Kareng District occurs along the new transportation route Prof. Ali Hasyimi Street across the villages of Lambhuk, Lamteh, Ilie and Pango Raya. In Banda Raya Subdistrict the change in built-land use is evident in the villages of Mibo, Lhong Raya and Lampuot. In Lueng Bata Subdistrict built-land use changes occur in the villages of Batoh and Lamdom. The directives of suburban area development policy in Lueng Bata Subdistrict has included the rapidly growing area the Batoh Village. However, Gampong Mibo in Banda Raya and Gampong Ceurih in Ulee Kareng, which are not included in the fringe area development policies, surprisingly develop rapidly; as a result, the development of suburban areas in Banda Raya and Ulee Kareng Subdistricts progresses naturally despite the absence of Banda Aceh government's policy. The pattern of suburban area development in Banda Raya, Lueng Bata and Ulee Kareng Subdistricts is formed in the radial pattern based on the pattern of road network. Keywords: area development, land use, urban fringe, Banda Aceh Abstrak: Sejalan dengan perkembangan kota Banda Aceh sebagai Ibukota Provinsi Aceh yang memiliki aktivitas kompleks, kawasan pinggiran sebagai daerah penyangga secara langsung menerima dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan kota. Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata, dan Ulee Kareng sebagai kawasan pinggiran Kota Banda Aceh berfungsi untuk mendukung aktivitas masyarakat perkotaan yang tinggi. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengidentifikasi kondisi eksisting dan perubahan penggunaan lahan yang terjadi dikawasan pinggiran terkait dengan kebijakan pemerintah Kota Banda Aceh serta mengarahkan pola perkembangan kawasan pinggiran kota (urban fringe) di Banda Aceh. Perubahan penggunaan lahan terbangun pada Kecamatan Ulee Kareng terjadi di sepanjang jalur transportasi baru yaitu Jalan Prof. Ali Hasyimi yang melintasi Gampong Lambhuk, Lamteh, Ilie dan Pango Raya. Pada Kecamatan Banda Raya perubahan penggunaan lahan terbangun sangat jelas terlihat di Gampong Mibo, Lhong Raya dan Lampuot. Pada Kecamatan Lueng Bata perubahan penggunaan lahan terbangun terjadi di Gampong Batoh dan Lamdom. Arahan kebijakan pengembangan kawasan pinggiran di Kecamatan Lueng Bata telah menyentuh pada wilayah cepat berkembang yaitu pada Gampong Batoh. Namun Gampong Mibo di Kecamatan Banda Raya dan Gampong Ceurih di Kecamatan Ulee Kareng yang tidak termasuk dalam kebijakan pengembangan kawasan pinggiran justru berkembang dengan pesat, sehingga perkembangan kawasan pinggiran pada Kecamatan Banda Raya dan Ulee Kareng berjalan secara alami, tanpa arahan kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh. Pola perkembangan kawasan pinggiran di Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata dan Ulee Kareng terbentuk atas pola radial yang mengikuti pola jaringan jalan. Kata kunci : perkembangan kawasan, penggunaan lahan, urban fringe, Kota Banda Aceh
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 148
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala atau rata-rata 2,87 persen per tahun.
PENDAHULUAN Perkembangan suatu kawasan sangat
Perkembangan kota juga dapat terlihat
dipengaruhi oleh kawasan sekitarnya, terutama
dari kenampakan fisik kota yang ditunjukan
antara kota dengan kawasan pinggirannya.
oleh terbentuknya area pinggiran kota yang
Secara fisik perkembangan suatu kota dapat
mempunyai sifat-sifat mirip kota yang disebut
dicirikan dari penduduknya yang semakin
urban fringe (Bintarto, 1983). Urban fringe
bertambah padat, bangunan-bangunan yang
adalah daerah peralihan penggunaan lahan,
semakin rapat dan wilayah terbangun terutama
yang ditandai oleh transisi yang tetap dari
pemukiman cenderung semakin luas, serta
pertanian ke non pertanian (Louise, 2010).
semakin
Perubahan
lengkapnya
fasilitas
mendukung kegiatan sosial
kota dan
yang
ekonomi
penggunaan
lahan
non
urban
menjadi lahan urban ke arah pinggiran kota
(Branch dalam Sobirin, 2001). Meningkatnya
terutama
jumlah penduduk perkotaan dan kegiatan
bermukim berlangsung secara bertahap seiring
penduduk
dengan
perkotaan
telah
mengakibatkan
oleh
kegiatan
waktu
dan
manusia
untuk
berkembangnya
kota.
meningkatnya kebutuhan ruang kekotaan yang
Penggunaan lahan pada lokasi penelitian terdiri
besar. Oleh karena ketersediaan ruang di dalam
atas lahan terbangun dan belum terbangun.
kota tetap dan terbatas, maka meningkatnya
Pada tahun 2012 Kecamatan Banda Raya,
kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan
Lueng Bata dan Ulee Kareng memiliki lahan
fasilitas
akan
terbangun seluas 1.285,36 Ha dari 1.628 Ha
mengambil ruang di daerah pinggiran kota.
luas lahan secara keseluruhan (Banda Aceh
Kota Banda Aceh tahun 2012 memiliki total
dalam Angka, 2013). Ini berarti memiliki
populasi sebanyak 238.784 penduduk yang
penambahan lahan terbangun sebanyak 28,57
tersebar pada 9 kecamatan dimana 30,01 persen
persen dari tahun 2008 yang hanya seluas 999,7
dari
Ha
pendukung
total
populasi
kegiatan
tersebut
selalu
merupakan
(Banda
Aceh
dalam
penduduk
Angka, dan
2009).
penduduk di Kecamatan Banda Raya, Lueng
Pertumbuhan
peningkatan
Bata dan Ulee Kareng (Banda Aceh dalam
perubahan penggunaan lahan ini menjadi latar
Angka, 2013). Pada rentang waktu 5 tahun
belakang pemilihan lokasi penilitian pada
yaitu tahun 2008 dengan 2012, terdapat 9,58
Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata dan Ulee
persen angka pertumbuhan penduduk di Kota
Kareng.
Banda Aceh dari tahun 2008 yang hanya
Penggunaan lahan dikawasan ini berbasis
berjumlah 217.918 penduduk (Banda Aceh
pada sektor pertaniaan, sehingga perekonomian
dalam
pada
Angka,
2009).
Sedangkan
pada
kecamatan-kecamatan
kawasan
Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata dan Ulee
pinggiran
ini
Kareng pertumbuhan penduduknya dari tahun
pemasaran
hasil
2008 sampai 2012 adalah sebesar 11,46 persen
fungsional kecamatan-kecamaan ini berfungsi
149 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
sangat
di
bergantung
pertanian
namun
pada secara
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala untuk mendukung aktivitas perkotaan Kota
METODE PENELITIAN
Banda Aceh. Semua proses ini menyebabkan
Lokasi Penelitian
perubahan dalam aspek keruangan yang akan
Lokasi
penelitian
meliputi
tiga
mempengaruhi pola perkembangan di kawasan
kecamatan yaitu Kecamatan Banda Raya,
pinggiran pada Kecamatan Banda Raya, Lueng
Lueng
Bata dan Ulee Kareng. Perubahan penggunaan
kecamatan ini berada pada administrasi Kota
lahan
adanya
Banda Aceh dan merupakan kawasan pinggiran.
perkembangan penduduk dan perekonomian,
Ketiga kecamatan tersebut terletak di bagian
serta di pengaruhi oleh sistem aktivitas, sistem
Selatan Kota Banda Aceh dan berbatasan
pengembangan,
lingkungan.
langsung dengan Kabupaten Aceh Besar di
Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
bagian selatan. Luas kawasan penelitian adalah
mengidentifikasi
dan
1.628 Ha yaitu 26,53 persen dari luas Kota
perubahan penggunaan lahan yang terjadi
Banda Aceh sebesar 6.135,9 Ha. Secara
dikawasan pinggiran terkait dengan kebijakan
geografis lokasi penelitian terletak antara
pemerintah
05016’23”- 05026’16”
ini
disebabkan
dan
Kota
oleh
sistem
kondisi
Banda
eksisting
Aceh
serta
Bata,
dan
Ulee
Kareng.
Ketiga
Lintang Utara
dan
mengarahkan pola perkembangan kawasan
95017’81”- 95020’35” Bujur Timur, dengan
pinggiran kota (urban fringe) di Banda Aceh.
tinggi rata-rata 0,8-3,8 meter diatas permukaan laut.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian (Kec. Banda Raya, Lueng Bata dan Ulee Kareng) Sumber : Bappeda Kota Banda Aceh, 2013
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 150
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tahapan Penelitian
Gambar 4. Bagan Alir Penelitian
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan
sekunder diperoleh dari studi literatur terhadap hasil-hasil penelitian, laporan, peta dan data
deskriptif dengan metode penelitian survei,
statistik
yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
pemerintahan, antara lain: Bappeda, Dinas PU
suatu populasi dan menggunakan kuesioner
dan BPS.
sebagai alat pengumpulan data primer. Data 151 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
yang
diperoleh
dari
instansi
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Kec. Banda Raya Kec. Lueng Bata Kec. Ulee Kareng Populasi (jiwa) 22.325 25.211 24.121 Sampel (jiwa) 31 35 34
Tabel 2.
Total 71.657 100
Kebutuhan Data Penelitian
Keterangan : O (Observasi), K (Kuesioner), W (Wawancara), I (Instansi)
Variabel tersebut akan dijadikan dasar
Proses Pengolahan Data Pengolahan kuesioner
data
primer
menggunakan
dari
metode
hasil
dalam penyusunan pertanyaan kuesioner kepada
penilaian
responden. Kemudian untuk dasar pengukuran
rating scale. Data kuesioner disusun dengan
perkembangan
alternatif
dengan
menggunakan perhitungan bobot dan skor atas
pengetahuan dari responden. Skala yang dipakai
jawaban responden menurut item pertanyaan
untuk menentukan jumlah alternatif jawaban
dalam kuesioner yang kriterianya :
jawaban
yang
sesuai
kawasan
pinggiran
adalah skala penilaian deskriptif. Skala ini akan
a. Sangat baik
=3
menilai jawaban responden pada skala 1 sampai
b. Baik
=2
3, dimana skor 3 merupakan jawaban bersifat
c. Kurang baik
=1
positif dan skor 1 untuk jawaban yang sifatnya
Pengolahan
data
kuesiner
kota
melalui
negatif (Nazir, 2011). Pada penelitian ini survei
persentase deskriptif. Persentase ini diolah
dilakukan terhadap variabel kondisi sosial dan
dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah
ekonomi, sarana dan prasarana lingkungan dan
responden dikali 100 persen (Nazir, 2011)
aspek perkembangan kawasan.
adalah sebagai berikut: Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 152
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
P
melalui bantuan penggunaan software SPSS
f x100% N
Pada uji validitas, suatu item dikatakan valid
Keterangan :
apabila koefisiennya yaitu nilai Corrected Item-
P : Persentase
Total Correlation pada output SPSS bernilai ≥
f
0,3. Reabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan
: Frekuensi
N : Jumlah responden
nilai rn mendekati angka 1. Reabilitas (nilai alpha pada output SPSS) dianggap sudah baik
Proses uji validitas dan reabilitas Tabel 3.
Tabel 4.
153 -
jika bernilai ≥ 0,600.
Variabel kondisi sosial dan ekonomi
Variabel sarana dan prasarana lingkungan
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 5.
Variabel aspek perkembangan kawasan
Gambar 5.
Kerangka Analisis Data
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 154
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala penduduk di Kec. Lueng Bata yaitu 25.211 jiwa.
HASIL PEMBAHASAN Identifikasi
Kondisi
Eksisting
Dan
Gampong Batoh dari tahun 2008 sampai 2012
Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan
mengalami
Pinggiran Kota Banda Aceh
tertinggi yaitu 1.569 jiwa dengan angka
Pertumbuhan
penduduk
pertumbuhan 37,32 persen atau 9,33 persen per
pinggiran mengalami peningkatan yang sangat
tahun. Rata-rata pertumbuhan penduduk di Kec.
signifikan. Rata-rata pertumbuhan penduduk
Banda Raya yaitu 1,11 persen per tahun.
tertinggi terdapat di Kec. Ulee kareng yaitu
Gampong Lhong Raya dari tahun 2008 sampai
3,84 persen per tahun. Gampong Ceurih dari
2012 mengalami penambahan jumlah penduduk
tahun
mengalami
tertinggi sebanyak 568 jiwa dengan angka
penambahan jumlah penduduk tertinggi yaitu
pertumbuhan 27,45 persen atau 6,86 persen per
809 jiwa dengan angka pertumbuhan 27,98
tahun.
sampai
di
jumlah
kawasan
2008
penduduk
penambahan
2012
persen atau 7,00 persen per tahun. Jumlah Tabel 6.
Perkembangan Penduduk di Lokasi Penelitian Tahun 2008-2012
Sumber : Banda Aceh dalam angka 2009-2013
Kepadatan penduduk Kecamatan Banda Raya adalah 46 jiwa per ha. Gampong yang paling jarang penduduknya adalah Lhong Raya
yang cukup bagi pengembangan permukiman dan fasilitas umum. Fasilitas umum yang terdapat pada lokasi
dengan kepadatan penduduk 26 jiwa per ha.
penelitian
Kecamatan Lueng Bata memiliki kepadatan
kesehatan, industri mikro dan perdagangan.
penduduk 47 jiwa per ha. Gampong yang paling
Fasilitas ini berfungsi untuk penyelenggaraan
jarang penduduknya adalah Lamdom dengan
dan pengembangan kehidupan sosial, budaya
kepadatan penduduk 24 jiwa per ha. Kepadatan
dan ekonomi masyarakat. Sarana dan prasarana
penduduk Kecamatan Ulee Kareng adalah 39
lingkungan sebagai kelengkapan dasar fisik
jiwa per ha. Sedangkan yang paling jarang
lingkungan dimana kondisi dan kinerjanya akan
penduduknya adalah Pango Deah dengan
berpengaruh pada kelancaran aktifitas dari
kepadatan penduduk 10 jiwa per ha.
masyarakat
Gampong Lhong Raya, Lamdom dan Pango Deah masih berpotensi untuk dapat dikembangkan karena masih tersedianya lahan 155 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
terdiri
dari
sarana
pendidikan,
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Grafik 1. Perkembangan Kepadatan Penduduk di Lokasi Penelitian Tahun 2008-2012
Sumber : Hasil interpretasi data Banda Aceh dalam angka 2009-2013 Grafik 2. Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan di Lokasi Penelitan Tahun 2012
Sumber : Hasil interpretasi data Banda Aceh dalam angka 2013 Grafik 3. Fasilitas Industri Mikro dan Perdagangan di Lokasi Penelitan Tahun 2012
Sumber : Hasil interpretasi data Banda Aceh dalam angka 2013 Tabel 7.
Perubahan Fungsi Lahan di Lokasi Penelitian
Sumber : RTRWK Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Observasi Lapangan
Perubahan penggunaan lahan terbangun
persen terjadi di sepanjang jalur transportasi
pada Kecamatan Ulee Kareng sebesar 57,13
baru yaitu Jalan Prof. Ali Hasyimi yang Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 156
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala melintasi Gampong Lambhuk, Lamteh, Ilie dan
Perubahan penggunaan lahan juga terjadi di
Pango Raya. Dengan adanya jalur transportasi
Kecamatan Lueng Bata sebesar 7,48 persen
baru ini banyak perumahan, fasilitas publik,
yaitu pada Gampong Batoh, Lamdom dan
perkantoran
dan
Blang Cut. Tingginya angka pertumbuhan
bermunculan
di
bangunan sepanjang
komersil
jalan.
Pada
penduduk
serta
kelengkapan
sarana
dan
Kecamatan Banda Raya perubahan penggunaan
prasarana lingkungan gampong tersebut sangat
lahan terbangun sebesar 34,04 persen terlihat di
berperan pada cepatnya perubahan penggunaan
Gampong Mibo, Lhong Raya dan Lampuot.
di lokasi penelitian.
Tabel 8.
Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian Tahun 2008
Sumber : Analisi data Banda Aceh dalam angka 2009
Tabel 9.
Penggunaan Lahan di Lokasi Penelitian Tahun 2012
Sumber : Analisi data Banda Aceh dalam angka 2013
Proses pengujian validitas dan reabilitas menggunakan bantuan program komputer SPSS 16. Tabel Correlation menunjukkan bahwa terdapat 15 item pertanyaan yang dinyatakan valid dengan nilai koefisien korelasi > 0,300. Pertanyaan nomor 5 (sumber air bersih) dan nomor 7 (pengelolaan sampah) dinyatakan tidak valid dan harus dihilangkan karena nilai koefisien korelasinya hanya 0,242 dan 0,194. Tabel reliability statistics menyatakan 15 item 157 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
pertanyaan tersebut memiliki nilai cronbach’a alpha > 0,600-0,799 yaitu 0,772.
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Tabel 10. Penilaian responden terhadap variabel kondisi sosial dan ekonomi
Tabel 11. Penilaian responden terhadap variabel sarana dan prasarana lingkungan
Tabel 12. Penilaian responden terhadap variabel aspek perkembangan kawasan
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 158
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Gambar 6. Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Tahun 2008 Sumber : Analisis
Gambar 7. Peta Penggunaan Lahan di Lokasi Tahun 2012 Sumber : Analisis
159 -
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh
kawasan-kawasan
Terhadap
perkembangannya di bagian selatan kota, yaitu
Perkembangan
Kawasan
yang
akan
didorong
Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata dan Ulee
Pinggiran Kota Melalui studi literatur terhadap Rencana
Kareng.
Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh tahun 2009-2029,
adalah
dengan
menetapkan
Gambar 8. Arahan Kebijakan Pemerintah Sumber : RTRWK Banda Aceh Tahun 2009-2029
Kawasan yang termasuk dalam kebijakan
berkembang yaitu dengan masih tersedianya
pengembangan kawasan pinggiran Kota Banda
lahan
yang
cukup
Aceh di Kecamatan Lueng Bata lebih cepat
permukiman
berkembang yaitu Gampong Batoh. Namun
tersedianya akses yang cukup baik. Pola
Gampong Mibo di Kecamatan Banda Raya dan
kenampakan fisik kawasan pinggiran Kota
Gampong Ceurih di Kecamatan Ulee Kareng
Banda Aceh di Kecamatan Banda Raya, Lueng
yang tidak termasuk pada arahan kebijakan
Bata dan Ulee Kareng terbentuk atas pola radial
pengembangan kawasan justru berkembang
yang mengikuti pola jaringan jalan dimana
dengan pesat. Sehingga perkembangan kawasan
kawasan campuran, perdagangan dan jasa serta
pinggiran Kota Banda Aceh pada Kecamatan
perkantoran
Banda Raya dan Ulee Kareng berjalan secara
kemudian pada lapisan berikutnya terdapat
alami tanpa arahan kebijakan Pemerintah Kota
kawasan permukiman.
dan
bagi fasilitas
menempati
pengembangan umum
lapisan
dan
pertama
Banda Aceh.
Arahan Pola Perkembangan Kawasan Pinggiran (Urban Fringe) Di Kota Banda Aceh Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata dan Ulee
Kareng
mempunyai
potensi
untuk Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 160
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Gambar 9.
Arahan Pola Perkembangan Kawasan di Lokasi Penelitian
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Pola
kenampakan
pinggiran
Kota
fisik Banda
kawasan Aceh
di
Penggunaan lahan di kawasan pinggiran
Kecamatan Banda Raya, Lueng Bata dan
mengalami pekembangan yang sangat
Ulee Kareng terbentuk atas pola radial
signifikan pada kurun waktu 5 tahun
yang mengikuti pola jaringan jalan.
yaitu tahun 2008 dengan 2012 khususnya pada Kecamatan Ulee Kareng yaitu sebesar
57,13
persen
perkembangan
Saran
dan pengendalian perkembangan pada
lahan terbangun. Sedangkan Kecamatan
kawasan pinggiran di Kota Banda Aceh
Banda Raya sebesar 34,04 persen dan
agar tidak melampaui daya dukung dan
Kecamatan Lueng Bata sebesar 7,48
daya
persen.
dengan
Pemerintah
Kota
arahan
Namun
perkembangan kawasan pinggiran Kota Banda Aceh pada Kecamatan Banda Raya dan Ulee Kareng berjalan secara alami tanpa arahan kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh. 161 -
kawasan
kebijakan
Banda.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
tampung
kerjasama
Kecamatan Lueng Bata berkembang sesuai
Perlu penanganan mengenai perencanaan
lingkungan
yang
melalui
terintegrasi
perkotaan dengan
antara kawasan
pinggiran.
Perlunya arahan pengembangan kawasan cepat
berkembang
untuk
mengatur
penggunaan lahan pada daerah pinggiran yang belum tersentuh oleh kebijakan pengembangan
kawasan
dengan
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala menyusun Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK).
DAFTAR KEPUSTAKAAN Arikuntoro, S, 2009, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi 6, Rineka Cipta, Jakarta. Banda Aceh dalam Angka 2013, Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh Banda Aceh. Jayadinata, J.T, 1999, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Koestoer, R.H, 1997, Perspektif Lingkungan Desa Kota, Teori dan Kasus, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. Louise, D, 2010, Identifikasi Karakteristik Kawasan Peri-Urban Metropolitan Jabodetabekjur, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Nazir, M, 2011, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029, Pemerintah Kota Banda Aceh, Banda Aceh. Rustiadi, E, Saefulhakim, S, dan Panuju, D.R, 2005, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sobirin, 2001, Dimensi Keruangan Kota Teori dan Kasus, UI-Press, Jakarta. Umar, H, 2004, Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Cet ke 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yunus, H.S, 2004, Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Yunus, H.S, 2005, Manajemen Kota Perspektif Spasial. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Yunus, H.S, 2008, Dinamika Wilayah Peri Urban. Determinan Masa Depan Kota, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Volume 3, No. 3, Agustus 2014
- 162