Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
YAYASAN BINA UPAYA KESEJAHTERAAN PARA CACAT (BUKESRA) ULEE KARENG PEMERINTAH KOTA(PEMKOT) BANDA ACEH TAHUN 1982-2014 Satria Rizki1, Anwar Yoesoef2, Nurasiah3 Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Syiah Kuala. E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untukmengetahui latar belakang dan perkembangan Yayasan Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat dari tahun 1982-2014.Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif.Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode sejarah.Teknik pengumpulan data dilakukan denganwawancara, dokemuntasi,observasi dan studi kepustakaan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lahirnya YayasanBukesramerupakan hasil gagasan dari para tokoh-tokoh dan juga usaha pemerintah dalam memfasilitasi musyawarah antar tokoh. Dalam perkembangannya,Yayasan Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat mengalami perkembangan pada sarana dan prasaranaserta tenaga pengajar. Dalam perkembangannya, YayasanBukesra mengalami beberapa kendala seperti kurangnya tenaga pengajar profesional dan infrastruktur Kata Kunci: Perkembangan, Yayasan, Bukesra. ABSTRACT This research purpose is to knowinga background and expansion of Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat foundationfrom years 1982-2014.This research using kualitative approach.As for the research writer using historical method.Data collection techniquesdoing by interview, documentation, observation and library study.The result of this research is Bukesrafoundation born by notables idea and government effort to facilitating interfigure conference. In expansion of Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat foundation, the expansion to happen in facilities and infrastructure and teachers.In expansion ofBukesra foundation,had several obstacles minus ofprofessional teachersand infrastructure. Keywords: Expansion, Foundation, Bukesra. ================================================================== jiwa. sedangkan di Provinsi Aceh, data yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Aceh pada 2013 tercatat sebanyak 61 ribu masyarakat Aceh mengalami difabel atau 1,2 persen dari 5 juta jiwa jumlah penduduk Aceh (Aceh News, 2015). Para
PENDAHULUAN Berdasarkan data di Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Sosial RI pada tahun 2009 jumlah penyandang cacat di Indonesia sebanyak 1.541.942 138
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
penyandang disabilitas akan sangat membutuhkan bantuan dari orang lain ketika berada dalam segala keadaan, terlebih keadaan yang darurat. Situasi darurat di sini sangat banyak jenisnya, baik itu bencana alam masalah sosial, sampai dengan perlakuan salah kepada mereka penyandang difabel seperti tindak kekerasan, penipuan, diskriminasi, pemaksaan kerja dan sebagainya (Dita Kusumaningrum, 2015). Pendidikan untuk anak-anak berkelainan masih belum menjadi prioritas utama.Sehingga masih perlu dikaji untuk lebih memperhatikan pendidikan bagi para penyandang cacat. Dengan pendidikan dan pengajaran yang diterima, maka mereka memperoleh bekal hidup untuk hidup ditengah masyarakat dan kondisi mereka tidak akan selalu menjadi beban bagi keluarga dan lingkungan masyarakat (Durotun Nayiroh, 2012). Lembaga Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat (Bukesra) didirikan oleh beberapa penyandang cacat yaitu Siti Nazariah, Maimun Usman, Cut Afifuddin, Zainuddin Hasan dan Rasna Razali dengan bimbingan dari Kanwil Sosial Banda Aceh pada tanggal 1 Februari 1982. Bukesra adalah Yayasan swasta memiliki tujuan awal melakukan pelatihan kepada tunanetra membaca dan menulis serta menyantuni mereka. Pada tahun 1983 YayasanBukesra bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh untuk memberi pendidikan yang layak bagi mereka penyandang disabilitas.Berdasarkan Latar belakang diatas maka peneliti tertarik meneliti tentang Perkembangan Yayasan Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat (Bukesra) Ulee Kareng Pemerintah
Kota(Pemkot) Banda Aceh Tahun 19822014. METODE Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.Laxy Moleong sendiri mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain (Moleong, 2007: 6) Jenis penelitian menggunakan metode sejarah (historis). Metode Sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara rekaman dan peninggalan masa lampau (Kuntowijoyo, 2001: 91).langkah kerja dalam penelitian ini mengacu pada prosedur yang di tentukan oleh Kuntowijoyo, yaitu sebagai berikut : 1. Penentuan persoalan pokok atau tema penelitian 2. Heuristik atau teknik pengumpulan sumber 3. Verifikasi atau kritik sumber 4. Interpretasi atau Penafsiran 5. Historiografi atau penulisan sejarah Lokasidan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di kabupaten Aceh Besar Kecamatan Ulee Kareng tempatYayasan Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat (Bukesra)berdiri.Penelitian ini dilakukan sampai pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus tahun 2016. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 139
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
1. Wawancara
Studi kepustakaan digunakan terutama untuk memperoleh data-data sekunder yang menyangkut dengan perkembanganYayasan Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat (Bukesra) Ulee Kareng, Pemerintah Kota (Pemkot) Banda Aceh Tahun 1982-2014.
Menurut Koentjaraningrat (1997: 129) metode wawancara atau interview, yang dipergunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka merupakan suatu pembantu utama dalam metode observasi.
Teknik Analisa Data Penelitian ini menggunakan teknik metode penelitian sejarah. Setelah sumber primer dan sumber sekunder terkumpul maka peneliti akan melakukan kritik sumber, baik secara intern maupun ekstern tentang keaslian dari sumber data yang telah dikumpulkan guna mendapatkan data yang otentik (asli). Kritik dilakukan terhadap keabsahan sumber baik terhadap dokumen tertulis maupun informasi yang disampaikan oleh informan melalui wawancara. Langkah selanjutnya adalah peneliti memberikan penafsiran dengan teknik deskripsi, narasi dan analisis.langkah selanjutnya ialah menuangkan fakta-fakta tersebut dalam bentuk cerita sejarah (Historiografi).
Para narasumber yang peneliti wawancarai diantaranya adalah kepala Yayasan Bina Upaya Kesejahteraan Para CacatBapak Drs. Iskandar, Bendahara Yayasan bapak Arafar, S.sos kepala sekolah ibu Dra. Suryani, tenaga pengajar ibu Nurul Huda S. Pd I, dan alumni Bukesra Muhajier 2. Dokumentasi Dalam kegiatan dokumentasi penulis akan mengumpulkan berbagai jenis data seperti jumlah siswa, guru, serta sarana dan prasana yang terdapat di Yayasan Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat (Bukesra).
PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian
3. Observasi Observasi adalah perhatian terfokus terhadap gejala, kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsir karya, mengungkapkan factor-faktor penyebabnya, dan menemukan kaidah-kaidah yang mengatur (Emzir, 2012: 38).
Keadaan Geografis Wilayah Penelitian Kecamatan Ulee Kareng adalah salah satu kecamatan di antara 9 kecamatan yang ada di kota Banda Aceh Propinsi Aceh, terdiri atas 9 gampong (dalam bahasa setempat, setingkat kelurahan) yaitu Pango Raya, Pango Deah, Ilie, Lamteh, Lam Glumpang, Ceurih, Ie Masen Ulee Kareng, Doy, dan Lambhuk
4. Studi Kepustakaan
140
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
dengan ibu kota kecamatan gampong Ceurih. Kecamatan Ulee Kareng terdapat 2 kemukiman yaitu mukim Pouteumereuhom dan kemukiman Simpang Tujuh.wilayah Kecamatan Ulee kareng memiliki luas 615,0 ha. Letak Geografis Kecamatan Ulee Kareng adalah 95,30810º Bujur Timur dan 05,52230º Lintang ( Kecamatan Ulee kareng dalam angka, 2015).
sendiri terhadap para difabel yang dikucilkan dari masyarakat. Para penyandang cacat seperti difabel sulit mendapat akses kedalam dunia pendidikan karena terbatasnya sarana dan prasarana untuk para difabel. Untuk menghilangkan keterbatasan ini maka para penyandang cacat harus diberikan pendidikan khusus. YayasanBukesra menyantuni anak-anak tuna netra yang di didik oleh pengurus Yayasan secara non formal. Anggota Bukesra pada awal perintisan nya selalu melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada tuna netra dan tuna rungu.Pada tahun 1983 YayasanBukesra bekerja sama dengan DinasPendidikan untuk memberi pendidikan sebagaimana layak nya bagi anak berkebutuhan khusus (wawancara: Suryani, 13 Mei 2016).
Adapun batas wilayah Kecamatan Ulee kareng sebagai berikut : - Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Syiah Kuala - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lueng Bata - Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kuta Lama - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar
Yayasan Bukesra mulai berkembang, dengan beberapa kegiatan seperti menyantuni para penyandang cacat tubuh (tuna daksa) dan bisu tuli (tuna rungu).Pada tahun 1996 YayasanBukesra mendirikan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Tahun 2004 Yayasan mendirikan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) BUKESRA. Dalam bidang agama Yayasan juga membuka sebuah taman pendidikan AlQuran (TPA).
PendudukKecamatan Ulee Kareng Jumlah penduduk Kecamatan Ulee Kareng berdasarkan hasil proyeksi sebanyak 25.170 jiwa terdiri dari 12.792 jiwa laki-laki (50,14%) dan 12.378 jiwa perempuan (49,86%) atau sama dengan jumlah laki-laki lebih banyak 0.14% dari jumlah penduduk perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 5.653 KK.Mayoritas (keseluruhan) penduduk Kecamatan Ulee Kareng beragama Islam sebanyak 100%. (Kecamatan Ulee Kareng Dalam Angka 2015). Latar belakang YayasanBukesra
Logo Bukesra Pada awal berdirinya tahun 1982 Bukesra tidak memiliki logo. Namun pada tahun 1983 saat Yayasan mendirikan SD LB lembaga BUKESRA sudah membuat Logo namun logo tersebut hanya ada dua elemen yaitu tunanetra dan tunarungu .Logo tersebut hanya digunakan sampai tahun 1996.seiring dengan berdirinya SMP
berdirinya
YayasanBukesra lahir karena rasa prihatin oleh para penyandang cacat 141
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
LB kemudian YayasanBukesra merubah logo Yayasan. Hal ini dikarenakan bertambahnya siswa difabel yang berbeda yakni penyandang tuna daksa dan tuna grahita.
lingkungan; dan (4) Memberikan keterampilan sesuai dengan potensi anak didik. Bukesra juga telah memperbarui tujuannya yaitu Meningkatkan kemampuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut.
Visi, Misi dan Tujuan Bukesra Visi dan Misi awal YayasanBukesra hanya sebatas menampung para penyandang cacat untuk diberikan keterampilan guna masuk dan dapat berbaur dengan masyarakat.keterbatasan fisik dan mental bukan penghalang untuk maju dan mandiri adalah visi YayasanBukesra ketika awal dibentuk. YayasanBukesra juga telah memiliki misi untuk arah perkembangan organisasi yaitu:(1) Mendorong penyandang disabilitas untuk berkarya dan menciptakan lapangan kerja baru;(2) Menciptakan kebersamaan yang penuh kejujuran, baik antar para penyandang disabilitas maupun dengan non disabilitas;(3) Meminimalisir pandangan negatif dari masyarakat terhadap keberadaan penyandang disabilitas.
Struktur Kelembagaan Yayasan YayasanBukesra telah dipimpin oleh tiga orang sampai tahun 2014.Pemimpin pertama ditunjukCut Afifuddin pada tahun 1982sebagai Ketua YayasanBukesra.Beliau merupakan salah seorang pendiri Yayasan tersebut. Beliau memimpin selama 24 tahun masa jabatan dari tahun 1982 sampai 2006. Kepemimpinan Cut Afifuddin berakhir karena beliau telah meninggal dunia.kepemimpinan dari bapak Cut Afifuddin beralih kepada bapak Zainuddin yang merupakan salah satu orang pendiri YayasanBukesra. Bapak Zainuddin merupakan seorang difabel yang kemudian memimpin Bukesrasampai tahun 2013. Kepemimpinan Zainuddin berakhir setelah beliau meninggal dunia.Pada tahun 2013 kepemimpinan Zainuddin beralih kepada Iskandar yang ditunjuk menggantikan ketua Yayasan sebelumnya. Iskandar adalah seorang difabel dan beliau bukan pendiri YayasanBukesra, karena para pendiri Yayasan telah meninggal dunia.Kepemimpinan Iskandar sebagai ketua YayasanBukesra terus berlanjut sampai tahun 2016.
Tahun 1983 dengan dibangunnya SD LB oleh YayasanBukesratelah merubah misi dari YayasanBukesra juga menambah tujuan.Perubahan ini tidak hanya Mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan hidup penyandang disabilitas namun sudah mewujudkan sekolah untuk para difabel.Perubahan ini terdapat pada misi Yayasan yaitu:(1) Melaksanakan proses belajar dan bimbingan menurut kebutuhan anak didik;(2) Memotivasi anak didik untuk mengembangkan bakatnya;(3) Mendidik dan membimbing anak pemahaman tentang agama dan beradaptasi dengan 142
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
Yang mana ketiga-tiganya merupakan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).SMP LB Bukesra berdiri pada tahun 1996 yang tahun 2016 dipimpin oleh Maya Sari sebagai kepala sekolah. Tahun 2004 YayasanBukesra mendirikan SMA LB dengan kepala sekolah tahun 2016 adalah Dra.Suryani.Pada tahun 2006 taman pendidikan Alquran (TPA) didirikan untuk memberi pengetahuan ilmu agama kepada para difabel yang sebelumnya sangat minim akan pengetahuan agama.
Perkembangan Yayasan Bina Upaya Kesejahteraan Para Cacat Perkembangan Kepemimpinan Periode Kepemimpinan Ketua YayasanCut Afifuddin 1982 -2006 Dalam musyawarah para pendiri YayasanBukesra maka pada tahun 1982 ditunjuklah Cut Afifuddin sebagai Ketua YayasanBukesra yang merupakan salah seorang pendiri Yayasan tersebut. Beliau memimpin selama 24 tahun masa jabatan dan YayasanBukesra telah mengalami perkembangan dalam berbagai hal. Dibawah kepemimpinan beliau YayasanBukesra telah mendirikan tigagedung sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK)atau difabel yaitu SD LB dan SMP LB serta SMA LB. Pada tahun 1991 YayasanBukesra mendapat bantuan dari PT Semen Andalas Indonesia (SAI). Sebanyak Rp. 12.000.000, pada tahun itu pula Direktorat Pendidikan Menengah (Dikmen) memberi bantuan untuk membangun gedung sendiri sebanyak Rp. 18.000.000, dengan bantuan tersebut YayasanBukesra menuntaskan pembelian tanah adat yang telah ditempati tersebut yang dimiliki oleh saudara Zaini Bakri. SD LB BukesraUlee Kareng yang dibangun pada tahun 1983 adalah sebuah sekolah dasar dibawah pimpinan kepala sekolah yang bernama Munawarman A.Ma, yang mana sekolah tersebut terletak desa Doy, Ulee Kareng Banda Aceh. SD LBBukesra Ulee Kareng merupakan salah satu bagian dari YayasanBukesra(Badan Usaha Kesejahteraan Para Cacat), yang mana Yayasan tersebut memiliki 3 tingkat sekolah, yaitu tingkat SD, SMP, dan SMA.
Periode Kepemimpinan Ketua Yayasan Zainuddin 2008-2013 Kepemimpinan dari bapak Cut Afifuddin beralih kepada bapak Zainuddin yang merupakan seorang pendiri YayasanBukesra. Peralihan ini terjadi setelah bapak Cut Afifuddin meninggal dunia pada tahun 2006 sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan. Kekosongan ini kemudian digantikan oleh bapak Zainuddin yang diangkat pada tahun 2007 menjadi kepala YayasanBukesra yang baru. Sebelum menjadi kepala YayasanBukesra bapak Zainuddin adalah wakil kepala Yayasan.Kemudian beliau menjabat sebagai Pelaksana Tugas (PLT) selama enam bulan.Bapak Zainuddin merupakan seorang difabel yang kemudian memimpin Bukesra untuk beberapa tahun selanjutnya.Pada tahun 2010 dibawah kepemimpinan beliau YayasanBukesra bekerja dengan Dinas Sosial.Kerjasama ini terjalin setelah Bukesra menyetujui untuk menempatkan siswa tunanetra di panti sosial milik Dinas Sosial di desa Ladong, Krueng raya. Tujuan ini agar para difabel di panti sosial milik Dinas Sosial dapat mengikuti kebersamaan dalam ujian 143
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
nasional (UN)(wawancara :Suryani12 Mei 2015).
Siswa dengan tahun ajaran paling sedikit adalah pada awal SD LB berdiri yakni 11 orang siswa pada tahun 1983 dan paling banyak pada yahun 2014 sebanyak 65 orang siswa. Secara umum siswa di SD LB merupakan Penyandang Cacat Tunanetra berjumlah 71 orang, Tunarungu 58 orang, Tunadaksa 25 orang serta tunagrahita 35. Rata-rata siswa baru yang masuk ke sekolah SD LB YayasanBukesra 6 Orang pertahun Ajaran.
Periode Kepemimpinan Ketua Yayasan Iskandar 2013-2014 Pada tahun 2013 Iskandar menggantikan menggantikan Zainuddin. Pada masa kepemimpinan iskandar sangat banyak perkembangan pada bidang logistik dan kerjasama dengan pemerintah terutama dinas pendidikan di wilayah banda Aceh. Beliau berhasil bekerjasama dengan berbagai bidang dengan mengikuti berbagai macam lomba ditingkat Kabupaten maupun ditingkat Provinsi. Dibawah kepemimpinan Drs. Iskandar YayasanBukesra masih mempertahankan status sekolahyang dimilikinya sebagai swasta. Adapun struktur kepengurusan pada masa periode ini masih sama dengan tahun sebelumnya hanya kepala sekolah saja yang berganti (wawancara : Iskandar 12 Mei 2015).
Perkembangan Jumlah Siswa SMP LB Bukesra Tahun 1996 YayasanBukesra dibawah kepemimpinan bapak Cut Afifuddin mulai membuka sekolah baru yaitu Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP LB). Pembukaan awal SMP LB mengambil dua ruang dari bagian SD LB milik Yayasan sendiri yang dimana satu ruang disekat untuk dapat dijadikan dua ruang kelas. Pada tahun 2012Yayasan Bukesra mendirikan gedungbaru untuk sekolah SMP LB di tempat yang sama dengan Yayasan berada. gedung baru ini dibangun sebagai lantai dua sehingga pada tahun selanjutnya ruang kosong yang pernah dipakai oleh SMP LB akan menjadi SMA LB. Semenjak berdirinya SMP LB jumlah siswadari tahun 1996 sampai dengan tahun 2014 sejumlah 109 siswa. Yang terdiri dari 35 laki dan 56 perempuan. Jumlah siswa YayasanBukesra pada tahun 2004 yang terbanyak yaitu 13 orang, adapun tahun 1996 memliki jumlah siswa paling sedikit. hal ini dikarenakan pada tahun 1996 merupakan awal berdirinya SMP LB dan pada tahun 2009 jumlah siswa juga menurun. Hal ini karena banyak siswa yang telah menyelesaikan
Perkembangan Jumlah Siswa Bukesra Perkembangan Jumlah Siswa SD LBBukesra Pada tanggal 1 januari 1983 sejalan dengan perkembanganYayasanBukesra didirikan lah SD LB dibawah kepala sekolah pertama Muhammad sampai tahun 2012 yang kemudian beralih kepemimpinan kepada bapak Munawarmandari tahun 2012 sampai dengan sekarang. Adapun jumlah siswa yang terdapat di SD LB Bukesra dari tahun 1983 sampai tahun 2014 berjumlah 189 siswa. Yang terdiri dari 89 perempuan dan 120 laki-laki (Laporan Bulanan SD LB dan Buku Induk Siswa)
144
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
pendidikannya.siswa setiap tahun ajaran bervariasi hal ini dapat dilihat terjadi tahun 2002 sampai 2004 jumlah siswa bertambah. Kemudian tahun 2006 sampai 2014 jumlah siswa bervariasi dengan berkembangnya sekolah luar biasa yang lain di Banda Aceh. Pada umumnya siswa yang belajar di YayasanBukesra merupakan penyandang tuna netra dan tuna rungu, ada juga tuga grahita dan Tuna daksa.
bencana tsunami yang menimpa kawasan Banda Aceh menyebabkan banyak siswa yang memilih untuk tidak bersekolah dan banyak yang telah menyelesaikan jenjang pendidikannya sehingga tidak di imbangi dengan jumlah siswa yang mendaftar. Perkembangan Jumlah Guru Bukesra Perkembangan Jumlah Guru SD LB Bukesra Sejak berdiriya SD LB Pada tahun 1982 YayasanBukesra telah memiliki guru tetap dan guru honorer.Adapun jumlah guru tetap di SD LB YayasanBukesra adalah berjumlah 30 orang.Namun yang masih aktif hingga tahun 2015 adalah berjumlah 19 orang.Dari 19 orang guru tersebut hanya kepala sekolahbapak Munawarman yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) sekaligus kepala sekolah sedangkan lainnya berstatus Honorer. Sejak berdirinya SD LB YayasanBukesra telah mempunyai guru tetap awalnya hanya berjumlah 8 orang, Termasuk para pendirinya.Perkembangan jumlah guru dari tahun 1983 sampai tahun 1990 hanya bertambah 4 orang.Hal ini dikarenakan sesuai dengan jumlah siswa yang masih minim.Namun pada tahun 1995 sampai 2005 jumlah guru berkurang satu orang dikarenakan dibutuhkan kerja keras untuk mendidik anak berkebutuhan khusus (ABK) yang masih ditingkat SD LB, hal ini karna pelajaran dasar yang diberikan oleh guru kepada anak berkebutuhan khusus membutuhkan kesabaran yang besar dalam menghadapi tingkah laku siswa difabel, hal ini terjadi sampai tahun 2010 jumlah guru berkurang satu orang. Tahun 2010sampai tahun 2014
Perkembangan Jumlah Siswa SMA LB Yayasan Bukesra Tahun 2004 mulai dibuka tingkat selanjutnya yaitu SMA LB yang dimulai dengan satu ruang gedung yang disekat dengan lemari buku sehingga menjadi dua kelas belajar. Ruang ini pernah digunakan sebagai ruang kelas SMP LB. Pada tahun 2005 YayasanBukesra membuat kontrak kerja 5 tahun dengan Dinas Pendidikan di bantu oleh Yayasan YPAB untuk menempati gedung baru yang bertempat di desa Jurong Peujera Ingin Jaya Aceh Besar. Hal ini karena gedung yang digunakan sebelumnya tidak cukup untuk menampung seluruh siswa. Namun kerjasama ini baru efektif dilakukan pada tahun 2008 dimana para murid dipindahkan ke tempat baru. Pada tahun 2006 taman pendidikan Alquran (TPA) didirikan untuk memberi pengetahuan ilmu agama kepada para difabel yang sebelumnya sangat minim akan pengetahuan agama. Jumlah murid di SMA LB paling banyak adalah pada tahun 2014 dan siswa paling sedikit di SMA LB adalah pada tahun 2007 dengan jumlah siswa hanya berjumlah 10 orang. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2007 akibat pasca 145
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
jumlah guru yang mengajar di SD LB Bukesra bertambah menjadi 19 orang. Peningkatan ini terjadi karena Yayasan ini mulai terkenal dan sudah membangun gedung Baru SMP LB dan SMA LB yang dimana dibutuhkan banyak guru seiring banyak nya siswa yang masuk Bukesra serta siswa-siswa sudah mulai berprestasi di tingkat nasional (Wawancara Suryani 20 Mei 2016).
lima tahun hanya ada seorang guru saja yang bertambah. Perkembangan Jumlah Guru SMA LB Bukesra Jumlah tenaga pengajar di sekolah SMA LB dari tahun 2004 sampai tahun 2014 tidak lebih berjumlah 10 orang. Yang terdir dari 3 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Semua guru yang ada di SMA LB merupakan guru Honorer. guru yang bekerja di SMA LB terbanyak terjadi pada tahun 2007 yang berjumlah sepuluh orang. Semua guru tesebut merupakan guru honorer dengan gaji yang minim.Pada tahun 2013 sejumlah guru pindah dan tidak mengajar lagi dikarenakan tekanan dan tuntutan kerja di SMA LB Bukesra sangat tinggi.Tuntutan dan tekanan kerja yang tinggi ini disesuaikan dengan standar guru dalam peraturan Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh untuk sekolah luar biasa. Struktur organisasi di SMA LB telah dipimpin oleh beberapa kepala sekolah. Kepala sekolah yang pertama adalah Siti Nazariah yang hanya menjabat selama 1 semester dari bulan Juli sampai Desember.Sebelum menjadi kepala sekolah SMA LB Bukesra beliau adalah seorang guru yang juga seorang difabel tunadaksa. Beliau mangkat setelah menjadi salah satu korban tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004. Posisi Siti Nazariah sebagai kepala sekolah kemudian digantikan oleh Anshari yang sebelumnya menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Anshari menjabat sebagai kepala sekolah dari tahun 2005 sampai 2007. Kemudian kepemimpinan kepala sekolah dilanjutkan oleh ibu Suryani sampai tahum 2013 dan kemudian diteruskan oleh Nurul
Perkembangan Jumlah Guru SMP LB Bukesra Jumlah tenaga pengajar di sekolah SMP LB dari tahun 2003 sampai tahun 2014 berjumlah 11 orang. Yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Semua guru yang ada di SMP LB merupakan guru Honorer. struktur organisasi di SMP LB ini terdiri dari kepala sekolah yang di jabat oleh Mayasari S.Pdi wakil kepala sekolah dijabat oleh Saudara Fahmi S.pd. Sedangkan bendahara Ahadda Sain Arwaida. SMP LB memiliki sebuah ruang TU yang dikelola oleh Baharuddin. Guru yang terdapat di SMP LB dari tahun 1996 sampai 2014 terus bertambah. Namun setiap tahunnya selalu ada yang keluar atau tidak aktif hal ini dikarenakan tuntutan kerja di SMP LB Bukesra sangat tinggi dan juga karena honor yang diterima oleh tenaga pengajar sangat minim sehingga banyak guru yang memilih untuk keluar atau bekerja di tempat lain.Walaupun setiap tahunnya ada guru yang keluar, namun setiap tahun juga banyak calon guru yang melamar pekerjaan.Tetapi yang bertahan tidak banyak sehingga jumlah guru di SMP LB tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini terlihat dalam periode 146
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
Huda.Pergantian ini terjadi karena Suryani telah mulai lemah dalam segi fisik.
membangun 2 asrama yang berada dalam komplek Yayasan.Kemudian tahun 2000 pihak pengurus Yayasan menambah satu kamar mandi dikarenakan bertambahnya siswa.Dan juga menambah asrama putra yang berada di luar pekarangan Yayasanyakni menyewa rumah di sekitar Yayasan.
Sarana dan Prasarana Yayasan Bukesra YayasanBukesra pada awal masa berdirinya sekolah yang pertama yaitu SD LB pada tahun 1983 sampai 1991 belum memegang kepemilikan lahan terhadap bangunan yang telah berdiri di area 1x600 m² tersebut. Area tersebut merupakan waqaf masyarakat sekitar.Namun 1 Oktober tahun 1991 lahan tersebut berpindah tangan ke pihak YayasanBukesra setelah melakukan musyawarah dengan pemilik tanah tersebut.Pembebasan lahan terselenggara setelah YayasanBukesra mendapat bantuan dari PT Semen Andalas Indonesia (SAI) Sebanyak Rp. 12.000.000 sertaDirektorat Pendidikan Menengah (Dikmen) memberi bantuan untuk membangun gedung sendiri sebanyak Rp. 18.000.000, dengan bantuan tersebut YayasanBukesra menuntaskan pembelian tanah adat yang telah diwaqafkan sebelumnya untuk ditempati yang dimiliki oleh saudara Zaini Bakri. Pembelian tanah ini tertulis dalam Akta Jual Beli dengan nomor 594.4/01/X/SK/1991 pada hari selasa, 1 Oktober 1991 di desa Doy dengan harga Rp. 11.000.000 dengan saksi dari pihak Zaini Bakri adalah M. Daud kepala desa Doy dan dari pihak Cut Afifuddin adalah Tgk. Ismail Imam Meunasah Desa Doy sedangkan pejabat pembuat akta tanah yaitu Drs. M. Kamil Yunus, yang ditanda tangani diatas meterai 1000. (akta jual beli YayasanBukesra,1991)
dari
Untuk pembangunan fisik sendiri YayasanBukesra mendapat bantuan dari kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah. Tahun 1983 dan 2002 Yayasan mendapat bantuan dari Direktorat Pendidikan Luar Biasa untuk membangun ruang kelas, ruang guru, dan ruang kepala sekolah serta mushala secara bertahap yang dilanjutkan sampai tahun 2005 setelah tahun sebelumnya SMA LB dibangun. Saat pertama dibuka tahun 2004 SMA LB menggunakan ruang kelas yang dahulunya pernah digunakan oleh SMP LB. ruang kelas tersebut telah disesuaikan untuk menampung siswa SMA LB. (laporan bulanan YayasanBukesra) Pada tahun 2005 sampai 2007 Yayasan mendapatkan bantuan dari Direktorat Pendidikan Luar Biasa (PLB) untuk alat keterampilan, alat perbengkelan, buku perpustakaan, komputer, alat kesenian dan peralatan Olah raga serta alat pendidikan lainnya. Bantuan juga datang dari Direktorat Jendral Sumber Daya Air (SDA) berupa typewriter, dan lemari dari tahun 2004 sampai 2005 serta sebuah sepeda motor bekas diberikan kepada YayasanBukesra pada tahun 2007.Sedangkan tahun 2011 Yayasan mendapat bantuan rehab dari Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP). Sekolah luar biasa
Pada tahun 1991 dengan bantuan Dinas Sosial Aceh Yayasan 147
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
milik YayasanBukesra berada dibawah Koordinasi Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh yang secara langsung mendapat bantuan dalam bidang pendidikan dan pengembangan. (laporan bulanan YayasanBukesra). Pada tahun 2013 dengan terjadinya perubahan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, YayasanBukesra mendapatkan bantuan buku dari Direktorat PLB sebanyak 200 eksemplar khusus untuk siswa difabel.
Lingkungan Salah satu masalah eksternal yang menjadi kendala dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah kurangnya dukungan dari lingkungan bagi siswa dan para guru untuk belajar, misalnya, pendidikan dalam bidang kekaryaan amat memerlukan lingkungan dan tempat yang strategis sebagai tempat para siswa melakukan kegiatan praktek dan tempat bagi para staf pengajar berlatih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Disamping itu, sering terdapat kesenjangan diantara kualitas struktur, organisasi, dana manajemen yang terdapat di YayasanBukesra.
Kendala yang dihadapi oleh Yayasan Bukesra Masalah dan kendala yang terdapat di YayasanBukesra baik itu di SD LB maupun SMP LB dan SMALB yang bernaung dibawah YayasanBukesratentu sangat banyak. Beberapa masalah tersebut akan diuraikan secara ringkas seperti berikut.
Partisipasi Masyarakat Masyarakat hari ini melihat para difabel sebagai aib dalam masyarakat. Sehingga penyandang cacat harus di jauhi dan tersudutkan dalam pergaulan sehari. Dalam hal ini masyarakat masih kurang sadar akan pentingnya orang-orang yang sempurna fisik untuk membantu mereka yang difabel. Sehingga YayasanBukesra bersama pemerintah berada di garis terdepan untuk membangun dan mengajarkan para difabel untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat. (Muhajier, 2016)
Kendala pada periode Cut Afifuddin 1982-2008 Kurangnya Sumber Daya Manusia Munawarman, Kepala Sekolah SLB Bukersa Banda Aceh mengungkapkan, meskipun sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah, akan tetapi SLB Bukesra masih memiliki beberapa permasalahan meliputi kualitas guru dan fasilitas sekolah yang belum memadai. Munawarman juga menilai guru-guru yang mengajar tidak banyak yang memiliki latar belakang ilmu Pendidikan Luar Biasa (PLB).Sehingga tenaga pengajar yang dimiliki tidak sesuai dengan sekolah luar biasa. (suara komunikasi, 2015)
Pengembangan Kelembagaan
Kerjasama
YayasanBukesrasudah berhasil menjalin kerjasama dengansekolah seperti SMAAdi Dharma dimana pada awal terbentuknya SMP LB karena belum ada gedung SMA LB sendiri sehingga siswa lulusan SMP LB harus menggunakan 148
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
gedung sekolah SMA Adi Dharma beberapa tahun, termasuk dengan dinas Sosial Banda Aceh. Dinas sosial membangun panti untuk anak-anak cacat di krueng raya. Sehingga anak tuna netra dari YayasanBukesra mereka belajar di gedung yang dibangun oleh dinas sosial.Kerjasama lainnya terjalin dengan PT Semen Andalas Indonesia (SAI) sehingga mendapatkan bantuan dana untuk membangun gedung baru sebesar 19 juta pada tahun 1991. Pendukungutama dari YayasanBukesra baik dari segi finansial dan moril adalah Yayasan Ibu Tien Soeharto. (Ibu Suryani, 2016)
Anggaran Untuk pelaksanaan tugas dan misi yaysan Bukesramemperoleh dana dari anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Banda Aceh berupa dana bantuan (biaya operasional, pembangunan fisik dan pemeliharaan). Angaran Pembangunan dan Belanja Aceh (APBA),Sumber dana berasal dari masyarakat dalam bentuk Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), hasil kerjasama dan bantuan pihak luar yang tidak mengikat lainnya. Masalahnya iyalah bahwa keuangan yang berasal dari dana masyarakat, seperti SPP dan sumbangansumbangan yang tidak mengikat, dan bantuan dana yang bersumber dari APBD belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan pembinaan dan pengembangan program-program penelitian dan pengajaran. Dana dalam bentuk SPP merupaka sumber dana yang relative kecil dan sukar untuk ditingkatkan secara drastis, sehingga belum memadai untuk penyelenggaraan program pembinaan dan pengembangan akademik secara optimal (wawancara Iskandar, 13 Mei 2016).
Kendala pada Periode Zainuddin 20082013 Kurangnya Sarana dan Prasarana Dengan berkembangnya dunia pendidikan di era globalisasi telah membuat YayasanBukesra harus selalu mengikuti perkembangan dunia pendidikan di Indonesia.Banyak sarana dan prasarana tidak layak pakai dan harus diperbarui.Hal ini dapat dilihat dimanaYayasanBukesra memiliki sarana dan prasarana yang masih sangat terbatas, baik ruangan belajar, kantor, pustaka, laboratorium, mushala, sarana olah raga dan lainnya bahwa.Namun yang sangat mendesak bagi YayasanBukesra adalah ketidakcukupan ruangan belajar, laboratorium, pustaka, Aula, ruang keterampilan dan ruang komputer.Hal ini tentu menjadi masalah serius terlebih dengan terbatasnyaanggaran yang dimiliki Yayasan.
Administrasi dan Manajemen Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia, terutama para pegawai administrasi belum optimal, Karena berbagai kendala antara lain kesempatan ikut pelatihan ketrampilan bagi para staf dan guru tidak selalu terbuka dan dana untuk pelaksanaan pelatihan untuk lokal pun terbatas. Pengelolaan administrasi dan manajemen berbagai kegiatan secara terpusat (sentralisasi) dan atau desentralisasi mempunyaiberbagai kekuatan dan kelemahan sendiri-sendiri. 149
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
Oleh karena itu, YayasanBukesra telah memilih cara kombinasi diantara keduanya, dalam arti kata menyerahkan sebagai dari pengelolaan dari administrasi dan manajemen berbagai kegiatan pada unit-unit pelaksanaan tiap tingkatan.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Lembaga bina upaya kesejahteraan para cacat ( Bukesra) didirikan pada tanggal 1 Februari 1982. Dengan tujuan awal melakukan pelatihan kepada tuna netra membaca dan menulis serta menyantuni anak-anak tuna netra yang di didik oleh pengurus Yayasan secara non formal. 2. Seiring perkembangannya YayasanBukesra telah dipimpin oleh tiga ketua Yayasan yaitu Cut Afifuddin, Zainuddin serta Drs Iskandar. Dalam proses perkembangannya YayasanBukesra telah mendirikan SD LB tahun 1983 diikuti dengan SMP LB tahun 1996dan SMA LB pada tahun 2004. 3. Dalam proses perkembangannya YayasanBukesra dalam menjalankan roda organisasinya mengalami banyak hambatan seperti kekurangan Guru, Fasilitas sarana dan pasarana. Namun berdasarkan hasil penelitian masih banyak masalah yang terdapat di YayasanBukesra baik permasalahan internal maupun permasalahn eksternal. Seperti masalah lingkungan, partisipasi masyarakat, dan pengembangan kerjasama kelembagaan.
Kendala Pada periode Drs Iskandar 2013-2014 Sistem Informasi Sistem informasi yang ada pada tingkat sekolah dan pada tingkat unit kerja lainnya belum efisien dan efektif.Kelemahan sistem informasi seperti itu mempengaruhi upaya perencanaan program pembinaan dan pengembangan YayasanBukesra.Hal ini terjadi karena Yayasan kekurangan staf operator untuk mengoperasikan sistem informasi dan komunikasi di YayasanBukesra. Finansial Dana yang terbatas masih menjadi permasalahan utama dalam tubuh YayasanBukesra.Kebutuhan finansial ini digunakan untuk membayar gaji staf dan guru serta biaya yang dikeluarkan untuk logistik seperti iuran kebersihan, air, dan listrik.Karena kebutuhan tersebut Yayasan sering menunggak pada instansi-instansi tertentu yang kemudian dilunaskan saat anggaran telah tersedia.Namun hal ini masih dapat ditekan dengan manajemen keuangan yang baik agar anggaran yang tersedia dapat dipergunakan sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA Koordinator Statistik Kecamatan Ulee Kareng. 2015. Kecamatan Ulee Kareng dalam angka 2015, Banda Aceh: Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh. 150
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Program Studi Pendidikan Sejarah Volume 2, Nomor 1, Januari 2017, hlm. 138-151
Kuntowijoyo. Sejarah. Budaya.
2005.Pengantar Ilmu Yogyakarta: Benteng
terkendalafasilitasdankualitasguru/su arakomunikasi.html DAFTAR INFORMAN
Kusumaningrum, Dita. 2015. Peran Yayasan Penyandang Cacat Mandiri Dalam Meningkatkan Ekonomi Difabel di Cabean, Sewon, Bantul (E-Skripsi)Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
1. Nama Umur Pekerjaan
: Dra Suryani : 57 tahun : PJ Yayasan Bukesra Tempat tinggal : Lampaseh Lhok, Montasik
Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
2. Nama Umur Pekerjaan
: Nurul Huda S, Pd : 41 tahun : Sekretaris Yayasan Bukesra Tempat tinggal : Lambunot, Simpang Tiga
Moleong, Laxy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung; Remaja Rosda Karya.
3. Nama Umur Pekerjaan
: Drs. Iskandar : 58 tahun : Ketua Yayasan Bukesra Tempat tinggal : Ulee Kareng
Nayiroh, Durotun. 2012. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Penyandang Tunanetra di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan Yayasan Siwi Peni Salatiga tahun2012 (Analisis terhadap Metode dan MediaPembelajaran).(E-Skripsi). Salatiga: Program Studi Pendidikan AgamaIslam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
4. Nama Umur Pekerjaan
: Arafar, S. Sos : 52 tahun : Bendahara Yayasan Bukesra Tempat tinggal : Neuheun, Syiah Kuala
SLB BUKESRA BANDA ACEH, dilihat pada 25 Oktober 2015, darihttp://smplbBukesra.blogspot.co. id/2015/08/slb-Bukesra-bandaaceh.html
5. Nama Umur Pekerjaan
: Muhajier : 18 tahun : Pedagang kelontong, alumni SMALB Bukesra Tempat tinggal : Lhoknga
Penyandang disabilitas aceh capai 61 ribu, dilihat pada 25 Oktober 2015, dari http://penyandangdisabilitasacehmen capai61/ribu-acehnews.html Sekolah Luar Biasa Bukesra Masih Terkendala Fasilitas dan Kualitas Guru, dilihat pada hari kamis 10 Oktober 2015, dari http://sekolahluarbiasaBukesramasih
151