JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 6, NO. 1, APRIL 2007 :
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGEMBANGAN USAHA KECIL (MIKRO) DI KECAMATAN LUENG BATA KOTA BANDA ACEH
Miksalmina Putri Bintusyi Sathi Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala Abstract The aim of this study is to analyze the influent of training on small business (micro) enlargement in Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh. Promary data is collected throught questionnaire and interview. Then, it is analyzed by Simple Linier Regression Model and tested with t-test. The result shows that training has positive impact on company enlargement as much as 0,6 every time the entrepreneur joint a training. However, training is not a dominant factor yet because Rsquare is only 35% which means training determinate company enlargement as much as 35% while other 65% determined by other factors such as capital, customers, location, creativity, quality, and marketing Keywords: small enterprise, training, business enlargement.
Pengembangan usaha mikro merupakan salah satu hal yang bisa mengembangkan perekonomian daerah . Dakam kaitannya dengan Tahun Keuangan Mikro Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, menetapkan tiga strategi yaitu menaikkan pertumbuhan ekonomi, menggerakkan sektor rill, dan revitalisasi pertanian serta perekonomian pedesaan. Selanjutnya dikatakan bahwa penggerakkan sektor rill bisa dilakukan dengan pemberdayaan usaha kecil (mikro) dan menengah karena terbukti menyerap tenaga kerja yang tinggi. (Edisi IV Maret 2005, Media Informasi Bank Perkreditan Rakyat). Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala ecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan yang diatur dalam undangundang yaitu UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Usaha (Bisnis) Mikro adalah usaha (bisnis) yang dimiliki dan diatur secara independen yang tidak mendominasi pasarnya. Oleh karena itu, usaha mikro tidak dapat menjadi suatu bagian dari usaha lain (Griffin, 1997). Masih menurut Griffin banwa kecenderungan seseorang dalam memulai usaha (bisnis) mikro adalah: (1) Peralihan daeri bisnis besar, artinya konsep usaha (bisnis) dipelajari dari bisnis yang besar kemudian membuka usaha (bisnis) kecil yang baru. “Lebih baik belajar mengendarai
sepeda dengan sepeda orang lain dari pada dengan menggunakan sepeda sendiri”; (2) Kesempatan bagi kaum minoritas dan wanita; (3) Kesempatan global, artinya memulai usaha pada tempat-tempat tertentu yang menjanjikan peluang-peluang baru di pasar luar daerah/negeri. (4) Tingkat keberhasilan yang lebih baik. Namun, memulai usaha terkadang tidak segampang yang diperkirakan. Menurut M>L> Jhingan (1992) ada beberapa hal yang menjadi hambtan dalam memulai usaha yaitu: (1) Keadaan sistem sosial; (2) Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan dan kekayaan; (3) Keterbelakangan teknologi. Perlu upaya keras dalam mengatasi berbagai hambatan ini, yaitu: Pertama, perlu adanya motivasi; Kedua, Menciptakan inovasi dan pengembangan teknologi; ketiga, menciptakan iklim wirausaha yang kondusif; Keempat, Mendirikan lembaga-lembaga keuangan yang mengumpulkan tabungan tabungan dan menyalurkannya pada kegiatan-kegiatan bisnis; kelima, Menciptakan berbagai macam tenaga yang trampil; dan Keenam, Penyediaan modal overhead ekonomi ekonomi ekonomi. Sehubungan dengan pentingnya peranan usaha mikro bagi pertumbuhan ekonomi daerah, diperlukan pengembangan usaha mikro yang berkelanjutan. Selain bantuan modal usaha, hal lain yang diperlukan
dalam pengembangan usaha mikro adalah pelatihan dan atau
pendampingan karena kebanyakan pelaku dalam kehiatan usaha kecil (mikro) belum memiliki jiwa wirausaha (entrepreneurship) yang besar. Pendampingan atau pelatihan pertama-tama ditujukan untuk membangkitkan jiwa kewirausahaan. Dengan membangkitkan jiwa kewirausahaan yang benar maka dasar perhitungan usahanya bukan hanya keberanian tanpa perhitungan tetapi keberanian yang didukung sistem pengadministrasian yang benar. Pelatihan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi yang kemudian diharapkan bisa memberikan keuntungan. Peningkatan produksi bisa dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan pelatihan yang bisa meningkatkan skill (keahlian) peningkatan manajemen usaha, timbulnya ide melakukan ekspansi usaha atau membuka usaha baru, munculnya perubahan pendekatan (paradigma), terciptanya link, mendapatkan bantuan teknis serta modal untuk usaha mikro yang dimilikinya, dan lain sebagainya. Pelatihan merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana para peserta dapat memperoleh atau mempelajari atau meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap dan perilaku yang spesifik dari suatu usaha (bisnis). Pelatihan merupakan
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 6, NO. 1, APRIL 2007
sesuatu yang awal dalam pengembangan karena pengembangan diartikan sebagai penyiapan seorang pengusaha untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Pelatihan sangat terkait erat dengan ektivitas sumber daya manusia karena pelatihan dirancang untuk meningkatkan kinerja pada level individu, kelompok atau organisasi yang dapat diukur dalam pengetahuan, keahlian, sikap, dan perilaku sosial. Penilaian kebutuhan pelatihan sangat diperlukan untuk mengeefektifkan pelatihan. Henry Simamora dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan memerlukan tige tipe analisis, yaitu: (1) analisis organisasional, berhubungan dengan pemeriksaan jenis-jenis permasalahan yang dialami oleh usaha; (2) analisis operasional, berhubungan dengan proses penentuan perilaku yang diisyaratkan bagi pelaku usaha dalam mengoperasikan usahanya; (3) analisis personalia, yaitu pemeriksaan seberapa baik individu dari pengusaha dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu, agar bisa mendapatkan hail yang baik maka dalam membuat pelatihan haruslah sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pelatihan juga terlalu sulit karena bisa membuat para peserta bingung sehingga tujuan pelatihan tidak akan tercapai. Pelatihan yang dilakukan secara tepat, tentunya bisamemberikan kontribusi yang positif bagi para pelaku ekonomi usaha mikro namun bukan tidak mungkin pelatihan yang dilakukan tidak memberikan kontribusi yang positif bagi yang mengikutinya. Hal ini terjadi sebagai akibt dari pelatihan yang dilakukan tidak berorientasi pada peserta pelatihan ataupun pelatihan yang diberikan terlalu rumit dan canggih sehingga sulit diserap oleh peserta (Simamora, 1995). Jika dikaitkan dengan teori pelatihan dalam sebuah perusahaan yang besar, pelatihan merupakan penciptaan suatu lingkungan dimana para karyawan dapat memperoleh atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pkerjaan. Jika seseorang ingin melakukan pembedaan antara pelatihan dan pengembangan, maka pelatihan diarahkan untuk membantu karyawan melaksanakan pekerjaan mereka saat ini secara lebih baik, sedangkan pengembangan mewakili suatu investasi yang berorientasi ke masa depan dalam diri karyawan. Pengembangan didasarkan pada fakta bahwa seorang karyawan akan membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang berkembang untuk bekerja dengan bai dalam suksesi posisi yang ditemui selama karisrnya.
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGEMBANGAN.........(MIKSALMINA & PUTRI. BS)
Persiapan karir jangka panjang dari seorang karyawan untuk serangkaiaan posisi inilah yang dimaksud dengan pengembangan karyawan. (Simamora, 1995). Pengembangan usaha bisa diharapkan akan berkelnjutan dengan pembekalan pelatihan (training) bagi para pelaku usaha (bisnis) karena bisa meningkatkan produktifitas usaha mereka. Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu-individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi dalam organisasi. Pengembangan (development) diartikan sebagai penyiapan individu-individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi dalam organisasi. Pengembangan biasanya berkaitan dengan peningktan kemampuan intelektual atau emosional yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Menurut UU No. 9 tahun 1995, pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah. Untuk bisa meningkatkan pengembangan usaha, perlu adanya pemberdayaan yang merupakan usaha pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam bentuk penumbuhan iklim usaha, pembinaan dan pengembangan sehingga usaha kecil mampu menumbuhkan dan memprkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah. Beberapaindiator pengembngan usaha adalah para pengusaha bisa mendapatkan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan; pengusaha mampu menyediakan sarana serta dukungan promosi dan uji coba pasar; pengusaha mampu memasarkan produknya; menyediakan rumah dagang dan promosi usaha kecil; pengusaha mampu melihat peluang pasar. Kecamatan Lueng Bata sebagai salah satu kecamatan yang ada di Banda Aceh merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki usaha mikro. Perkembangan usaha mikro di kecamatan ini menjadi lebih pesat pasca tsunami karena merupakan daerah yang menjadi escape point. Penduduk yang pindah ke daerah ini juga bertambah sehingga Kecamatan Lueng Bata menjdi daerah pasar baru yang menyebabkan usaha mikro mulai berkembang. Salah satu cara untuk membantu pemgembangan usaha adalah melalui pelatihan. Pasca Tsunami, berbagai macam pelatihan diberikan oleh LSM baik dalam atau luar negri dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh. Pelatihan yang diberikan bertujuan untuk memberikan penguatan
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 6, NO. 1, APRIL 2007
(impowerment) bagi masyarakat sehingga dapat memperbaiki penghidupannya menjadi lebih baik setelah mendapat musibah tsunami. Mengingat banyaknya pelatihan yang telah dilakukan maka dalam penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh pelatihan terhadap pengembangan usaha mikro di Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh dengan cara melakukan survey lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuisioner kepada para pengusaha usaha kecil (mikro). Pengambilan sampel dilakukan secara “Purposive Random Sampling” dengan target responden adalah para pengusaha kecil (mikro) atau yang pernah mengikuti pelatihan yang ada di kecamatan ini. Jumlah responden ditetapkan sebanyak 30 orang. Data yang dikumpulkan bersifat data primer (primary data) yaitu dengan melakukan kunjungan ke lokasi dan wawancara dengan para pengusaha mikro yang ada di kecamatan tersebut dengan panduan kuisioner. Model analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel tak bebas. Menurut Gujarati (1995), persamaan regresi linier sederhana tersebut secara sistematis diformulasikan sebagai berikut : Y = α + βx + μ Dimana:
Y = Variabel tak bebas X = Variabel bebas Α = Intersep β = Koefisien estimasi μ = Error term
Berdasarkan formula diatas, model tersebut dapat diformulasikan lagi ke dalam bentuk berikut : PU = α + Βp + μ Dimana:
PU = Pengembangan Usaha α
= Konstanta
β
= Koefisien Regresi
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGEMBANGAN.........(MIKSALMINA & PUTRI. BS)
P
= Pelatihan
μ
= Error term
Untuk menguji hasil signifikasi hasil pengolahan data maka akan dilanjutkan Uji-t. Uji-t digunakan untuk menguji pengaruh setiap koefisien regresi dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dengan membandingkan ststisti khitung dengan statistik tabel sehingga dapat diambil keputusan bahwa jika t hitun < t tabel, maka Ho ditolak dengan Ha diterima dan Ha ditolak sedangkan jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima (Supranto, 2001: 187-202)
Hasil dan Pembahasan Sebagaimana dikatakan oleh Simamora (1995) bahwa pelatihan memberikan kontribusi positif bagi pengusaha yang mengikutinya. Hal tersebut dapat terlihat pada hasil penelitian ini yang menggunakan model linier sederhana untuk melihat pengaruh pelatihan terhadap pengembangan usaha. PU = α + βP + μ Dimana: PU = Pengembangan Usaha α
= Konstanta
β
= Koefisien Regresi
P
= Pelatihan
μ
= Error term
Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh: Tabel 1: Pengaruh Pelatihan Terhadap Pengembangan Usaha Unstandardized Coefficients B Std. Error Constant ,600 ,285 Pelatihan ,600 ,170 Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2006 Sehingga persamaan regresi di atas menjadi:
Standardized Coefficients Beta
PU = 0,6 + 0,6 P (0,285) (0,17)
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 6, NO. 1, APRIL 2007
,590
T
2,106 3,524
Persamaan diatas menggambarkan hubungan variabel pelatihan dengan variabel pengembangan usaha yang menunjukkan bahwa setiap kali pengusaha mikro tersebut mengikuti pelatihan maka akan meningkatnya usahanya sebanyak 0,6 kali. Kondisi ini juga diperkuat dengan pengakuan dari responden yang pernah mengikuti pelatihan terhadap pengembangan usaha yang terlihat pada tabel crosstab berikut: Tabel 2: Crosstab Antara Pernah Mengikuti Pelatihan dan Pengembangan Usaha
Apakah anda pernah Mengikuti pelatihan Total
Apakah usaha anda sekarang sudah Lebih berkembang Ya Tidak 8 8
2 2
Total
10 10
Dari tabel diatas terlihat bahwa 80% dari jumlah responden yang mengiuti pelatihan dan memiliki usaha menhawab bahwa terjadi pengembangan usaha setelah mengikuti pelatihan sedangkan yang menjawab usahanya tidak berkembang setelah pelatihan hanya 20% dari total 10 responden yang mengikuti pelatihan dan mempunyai usaha. Disini juga membiktikan bahwa pelatihan memberikan pengaruh positif terhadap pengembangan usaha. Selain itu, faktor jumlah dalam mengikuti pelatihan ikut berpengaruh dalam pengembangan usaha. Hal ini bisa dilihat pula dalam tabel crosstab berikut ini: Tabel 3: Crosstab antara Jumlah Pelatihan dan Pengembangan Usaha Apakah usaha anda berkembang Ya Tidak Berapa kali anda Satu 3 1 Mengikuti Dua 4 1 Pelatihan Tiga 1 0 Total 8 2 Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer, 2006
Total 4 5 1 10
Dari tabel diatas terlihat bahwa 80% dari jumlah responden yang sering mengikuti pelatihan dan memiliki usaha menjawab bahwa terjadi pengembangan usaha setelah mengikuti pelatihan beberapa kali. Sedangkan yang menjawab bahwa usahanya tidak berkembang setelah pelatihan hanya 20% dari total 10 respon yang mengikuti pelatihan dan mempunyai usaha. Disini membuktikan bahwa pelaihan memberikan pengaruh positif terhadap pengembangan usaha. Semakin sering mereka mengikuti pelatihan maka semakin dirasakan bahwa usaha mereka
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGEMBANGAN.........(MIKSALMINA & PUTRI. BS)
berkembang. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan bberapa orang responden yang diwawancarai yang menyebutkan bahwa dengan mengikuti pelatihan mereka bisa menjalin kerjasama (net working) dan bisa memperkenalkan produk mereka sehingga bisa meningkatkan volume penjualannya. Namun, selain dari faktor pelatihan yang mempengaruhi pengembangan usaha, terdapat faktor lain yang mempengaruhinya. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4: Faktor lain yang mempengaruhi Pengembangan Usaha Frequency Valid Pelanggan dan Kualitas Pelanggan, Lokasi, Modal Pelanggan Jumlah Pesanan dan Pelanggan Kreatifitas Kualitas Modal Modal dan Kreatifitas Modal dan Lokasi Modal dan Stok Barang Modal, Lokasi, Kualitas Modal, Lokasi, Pelanggan Modal, Pelanggan, Kualitas Modal, Peralatan, Kualitas Tempat Pemasaran Tidak Tahu Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer, 2006
Percent
Valid Cumulative Percent Percent 16,7 16,7 6,7 23,3
5 2
16,7 6,7
1
3,3
3,3
26,7
2 1
6,7 3,3
6,7 3,3
33,3 36,7
1 2 2 1 4 1 2
3,3 6,7 6,7 3,3 13,3 3,3 6,7
3,3 6,7 6,7 3,3 13,3 3,3 3,3
40,0 46,7 53,3 56,7 700 73,3 80,0
1
3,3
3,3
83,3
1
3,3
3,3
86,7
1
3,3
3,3
90,0
1 2
3,3 6,7
3,3 6,7
93,3 100
Berdasarkan dari hasil penelitian, bahwa faktor-faktor lan yang ikut mempengaruhi pengembangan usaha selain dari pelatihan adalah faktor modal, lokasi usaha, pelanggan, kualitas, kreatifitas, ketersediaan barang, dan tempat pemasaran
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 6, NO. 1, APRIL 2007
Untuk menguji dan menilai signifikan dari estimasi yang didapat dari persamaan linier sederhana, dilakukan uji R 2 dan uji-t. Uji R 2 bertujuan untuk melihat berapa proporsi variasi dari variabel bebas secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel terikat.
Tabel 5: Model Summary R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate , 592 ,351 ,322 ,41703 Predicators : (Constant), apakah anda pernah mengikuti pelatihan Hasil perhitungan R- Square dari Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa pelatihan dapat menentukan variasi pengembangan usaha sebesar 35 persen sedangkan factor lainnya masih sangat dominant menentukan variasi pengembangan usaha yaitu sebesar 65 persen, diantaranya modal, lokasi usaha, pelanggan, kreatifitas, kualitas, dan tempat pemasaran juga ketersediaan barang ( selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6 diatas ) Uji T digunakan untuk menguji besarnya pengaruh variable bebas secara individual terhadap variable terikat dalam persamaan regresi linier. Tabel 6: Coefficients Unstandardized Standardized T Coefficients Coefficients Std. Error Beta Constant ,600 ,285 2,106 Pelatihan ,600 ,170 ,592 3,524 Dependent Varibel : apakah usaha tani anda sekarang sudah lebih berkembang
Sig
,46 ,002
Dalam penelitian ini terlihat bahwa nilai sebesar 0,6 adalah signifikan. Signifikan berarti bahwa pelatihan mempunyai pengaruh terhadap pengembangan usaha. Selain itu, diihat dari perbandingan antara t-hitung dengan t-tabel maka dapat juga disimpulkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel pelatihan dengan pengembangan usaha karena t-hitungnya adalah 3,524 dan t –tabel untuk = 5 % dengan n-k = 28 adalah 2,048 yang menunjukkkan bahwa thitung lebih besar dari t-tabel.
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGEMBANGAN.........(MIKSALMINA & PUTRI. BS)
Penutup Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pelatihan mempunyai pengaruh positif terhadap pengembangan usaha yang berarti keberadaan pelatihan akan meningkatkan kemampuan pengembangan usaha yang berarti keberadaan pelatihan akan meningkatkan kemampuan pengembangan usaha bagi pemilik usaha mikro. Hubungan determinasi variabel independen terhadap variabel dependen masih relatif kecil yaitu hanya 35 persen atau dapat dikatakan bahwa variasi pengaruh variabel pelatihan terhadap variabel pengembangan usaha adalah 35 persen yang artinya faktor selain pelatihan masih sangat dominan mempengaruhi variabel pengembangan usaha terutama usaha kecil (mikro) di Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh. Hal ini sesuai dengan hasil kuisioner dan wawancara yang dilakukan dimana menyebutkan bahwa faktor lain turut mempengaruhi pengembangan usaha diantaranya adalah modal, alokasi usaha, pelanggan, kreatifitas, kualitas, ketersediaan barang, dan tempat pemasaran. Pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan para pengusaha kecil (mikro) sangat dianjurkan untuk dilakukan. Hal ini untuk membantu para pengusaha dalam melakukan pengembangan usahanya. Diharapkan kepada para pelaksana pelatihan baik Pemda/Dinas terkait, BRR, dan LSM mengakomodir kebutuhan jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh para pengusaha kecil (mikro) sehingga dalam pelaksanaan pelatihan bisa memberikan kontribusi positif yang lebih besar bagi terciptanya pengembangan usaha.
Referensi Dessler, Gary , 1997. Manajemen Personalia. Penerbit Erlangga, Jakarta. Griffin, Ricky W ; Ebert Ronald J ; dan Ismangil Wagiono, 1997. Bisnis. Prenhallindo Jakarta. Gujarati, Damodar, 1995. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta. Handoko, Hani, T , 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Jhingan, M.L, 1992. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Pers, Jakarta. Simamora, Henry, 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN, Yogyakarta.. Supranto, J, 2001. Statistik : Teori dan Aplikasi. Jilid 2 , penerbit Erlangga, Jakarta.
JURNAL EKONOMI DAN BISNIS VOL. 6, NO. 1, APRIL 2007
Yusuf,
Qismullah, 2002. Peluang Usaha dan Wawasan Kewirausahaan. Pelatihan Kewirausahaan bagi Civitas Akademika di lingkungan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh, Oktober 21-26, 2002.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995, Tentang Usaha Kecil. Direktorat Jenderal Pembinaan Usaha Kecil.
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGEMBANGAN.........(MIKSALMINA & PUTRI. BS)