ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA TERHADAP NILAI PRODUKSI PADA INDUSTRI KECIL DI KOTA BANDA ACEH Hismendi *)
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of labor on the production value on a small industrial city of Banda Aceh. This study uses secondary data and workforce development in small industry production value in Banda Aceh with the period 1999 to 2010. The analytical method used was Ordinary Least Square (OLS). The results showed that the independent variables simultaneously significant effect on the value of production. Partially labor also significantly influence the value of production. To the researchers expect the investment policies undertaken by the government in the small industrial sector so that employment will be more. Keywords: employment, value of production and small industries. Staf Pengajar pada Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe *)
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan pokok dalam pembangunan ekonomi yang di hadapi oleh setiap negara sedang berkembang adalah masalah pembangunan ekonomi dan penduduk, dimana terbatasnya kesempatan kerja dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat. Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang tidak terlepas dari masalah tersebut. Pertambahan penduduk semakin bertambah, tentu akan menimbulkan permasalahan yang semakin kompleks, karena penambahan jumlah penduduk tidak di ikuti pertumbuhan ekonomi. Sehingga lapangan kerja yang tersedia tidak mampu menampung jumlah tenaga kerja yang tersedia. Propinsi Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan tersebut. Untuk mengatasinya pemerintah telah berupaya menempuh berbagai kebijakan di berbagai bidang seperti kebijakan fiskal, moneter kebijakan dibidang pertanian, industri dan tenaga kerja. Salah satu sektor ekonomi yang mendapatkan prioritas utama dalam pembangunan adalah sektor industri. Sektor industri terus di tingkatkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan industri dipandang sebagai bagian dari pembangunan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam proses ini 1
sektor industri diharapkan akan berkembang dan lebih kuat serta berdaya saing tinggi sehingga memungkinkan sektor industri memberikan sumbangan yang jauh lebih besar dari pada penerimaan devisa. Pembangunan sektor industri mampu memberikan peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Sumbangan dalam berbagai sektor pembangunan nasional adalah wujud nyata dan tidak perlu disangsikan, seperti menyerap tenaga kerja, memperluas lapangan kerja dan kontribusi terhadap penerimaan devisa negara. Sektor industri juga mampu berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap dan seimbang sebagai upaya mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan sektor industri khususnya. Dari sisi lain upaya pengembangan Industri Kecil tidak terlepas dari usaha pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Oleh karena itu upaya pengembangan sektor ini menjadi tanggung jawab pemerintah dan semua lapisan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja Industri Kecil disamping pembinaan adalah dengan menciptakan hubungan kemitraan dengan pengusaha kuat. Dengan adanya mitra kerja yang sudah besar dan kuat akan membantu pengusaha lemah untuk lebih berkembang dan bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas Industri Kecil tersebut. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk memacu pertumbuhan Industri Kecil di Indonesia diantaranya yaitu seperti yang ditegaskan dalam Pasal 3 Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 316/KMK.016/1994, yaitu melakukan kemitraan dengan usaha berskala besar seperti BUMN agar adanya suasana saling mendukung dan berbagi informasi. Pemerintah juga mengadakan Gerakan Kemitraan Usaha Nasional (GKUN) yaitu dengan mewajibkan Badan Usaha Milik Negara untuk menyisihkan 1% sampai dengan 3% dari keuntungan sesudah dipotong pajak untuk dialokasikan ke dana pembinaan Industri Kecil berupa pinjaman lunak, di karenakan dana tersebut mempunyai bunga relatif rendah yaitu 2% sampai 6%. Bagi pengembangan Industri Kecil masalah modal merupakan kendala terbesar. Pada umumnya pembiayaan yang berasal dari kredit perbankan dirasakan oleh Industri Kecil memberatkan, terutama karena tingkat bunga yang cukup tinggi. Di lain pihak mengingat sektor Industri Kecil memiliki skala usaha yang kecil dengan tingkat
2
pendapatan yang rendah dan tidak teratur, pihak perbankan sering merasa khawatir apabila pinjamannya tidak bisa di kembalikan oleh Industri Kecil. Perkembangan industri kecil di Kota Banda Aceh sampai saat ini terus mengalami perkembangan yang relatif cukup signifikan, bagi masyarakat Banda Aceh sektor industri kecil memeganng peran penting dalam membangun perekonomian keluarga. Jenis industri kecil di Banda Aceh mulai dari industri makanan, minuman, tekstil, pakaian sampai dengan industri percetakan dan lain-lain, telah mengalmi kemajuan yang cukup berarti, kerana inudstri kecil ini mampu menopang perekonomian rumah tangga. Tabel 1. Jumlah Industri Kecil Di Kota Banda Aceh Pada Tahun 2011 No.
Jenis Usaha
1. 2. 3. 4. 5.
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Industri kayu, bambu, rotan dan sejenisya Industri kertas, percetakan dan penerbitan Pengolahan Lainnya Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh (diolah), 2012
Jumlah Industri Kecil (Unit) 334 186 122 124 154 920
Dari sekian banyak Industri Kecil yang ada di Kota Banda Aceh dapat dipahami bahwa sektor Industri Kecil ini memegang peranan penting bagi pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat, karena sektor ini dapat menyerap tenaga kerja, dan dapat
mengurangi angka pengangguran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap nilai produksi pada industri kecil di kota Banda Aceh. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Industri Kecil Pembangunan pada sektor industri adalah sebagian dari usaha pembangunan ekonomi jangka panjang yang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang bertitik berat pada sektor industri yang maju. Untuk itu proses industrialisasi harus lebih di manfaatkan melalui pembangunan sektor industri yang lebih efisien dan perluasan lapangan kerja. Untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang ekonomi, di harapkan sektor industri kecil memegang peranan secara langsung dan terpadu dalam meningkatkan
3
kemampuan masyarakat, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam rangka meningkatkan pengolahan sumber daya alam. Winardi (1998:181) mendefinisikan industri sebagai suatu usaha produktif, terutama dalam bidang produksi atau perusahaan tertentu yang menyelenggarakan jasajasa, seperti transportasi yang menggunakan modal dan tenaga kerja. Pembangunan industri diarahkan ke pembangunan industri kecil dan sedang yang bersifat padat karya guna terciptanya pembangunan selanjutnya. Disamping itu juga perlu di usahakan perkembangan industri besar dan menengah supaya dapat mendorong pertumbuhan industri kecil. Ukuran besar dan kecil industri tersebut dinyatakan dalam bentuk besarnya modal yang digunakan, disamping itu ada juga yang menunjukkan besar kecilnya industri dilihat dari sudut tenaga kerja. Industri Kecil merupakan usaha yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan jumlah tenaga kerja 5 sampai19 orang. Bila tenaga kerjanya antara 20 sampai100 orang disebut usaha sedang dan lebih dari 100 orang disebut usaha besar (BPS, 2010:32). Pengertian Industri Kecil menurut Tugiman (1995:6) perlu adanya beberapa pendekatan untuk membuktikan suatu usaha tergolong kedalam industri kecil. Pendekatanpendekatan tersebut yaitu : pendekatan tenaga kerja , pendekatan omzet, dan pendekatan assets. Undang-undang No 9 tahun 1995 tentang Industri Kecil memberikan pengertian Industri Kecil sebagai suatu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikannya sebagaimana diatur undang-undang ini, pasal 1 ayat 2 sebagai berikut : a) Memiliki kekayaaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (Dua Ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan tempat usaha. b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000 (Satu milyar Rupiah). c) Milik warga negara Republik Indonesia. d) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. e) Berbentuk usaha perseorangan, usaha yang tidak berbadan hukum, berbadan hukum yang tidak termasuk koperasi. Menurut Girt (1994:6) membedakan industri ke dalam jumlah tenaga kerja atau karyawan yang menggunakan antara lain : 4
a. b. c. d.
Industri kerajinan mempunyai 1 sampai 4 karyawan. Industri kecil mempunyai 5 sampai 19 karyawan. Industri sedang mempunyai 20 sampai99 karyawan. Industri besar mempunyai lebih dari 100 orang karyawan. Menurut BPS, (2010:83) sektor industri di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dapat digolongkan sebagai berikut : a. b. c.
Industri besar, yaitu industri yang menggunakan tenaga penggerak 60 sampai 300 orang ke atas. Industri menengah, yaitu industri yang menggunakan tenaga penggerak antara 20 sampai 59 orang tenaga kerja atau tenaga kerja 100 sampai 299 orang. Industri kecil yaitu industri yang menggunakan tenaga penggerak kurang dari 20 pekerja atau tenaga kerja kurang dari 100 Orang. Badan Pusat Statistik (BPS, 2010:71) memberikan pengertian tentang Industri
Kecil yaitu usaha yang melakukan kegiatan usaha mengubah barang dasar menjadi barang setengah jadi atau barang jadi atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dengan jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang. 2.1.2. Kriteria Industri Kecil Dilihat dari berbagai kriteria, suatu industri dapat diklasifikasikan ke dalam tingkatan-tingkatan tertentu. Secara umum penggolongan industri didasarkan pada kriteriakriteria fisik yaitu banyak modal yang digunakan serta jumlah karyawan atau tenaga kerja yang diperkerjakan dalam kegiatan industri tersebut, baik dengan menggunakan mesin maupun tanpa menggunakan mesin. Menurut Hadi (1995:20), mengkategorikan industri dalam tiga ukuran yaitu : 1. Industri besar yaitu industri yang memperkerjakan buruh 100 orang atau lebih tanpa menggunakan mesin atau industri yang memperkerjakan buruh 50 orang atau lebih tetapi menggunakan mesin. 2. Industri sedang yaitu industri yang memperkerjakan buruh 10 sampai 99 orang tanpa menggunakan mesin atau memperkerjakan 5 sampai 49 orang dengan menggunakan mesin. 3. Industri kecil yaitu industri yang memperkerjakan buruh 1 sampai 9 orang tanpa menggunakan mesin atau industri yang memperkerjakan buruh 1 sampai 4 orang dengan menggunakan mesin. Pengertian Tenaga Kerja Simanjuntak (1985:2) tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Bagi pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah 5
tangga, walaupun sedang tidak bekerja mereka dianggap sewaktu-waktu dapat ikut serta untuk bekerja. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya oleh batas umur. Untuk Indonesia batasan umur yang dianggap tenaga kerja minimal berusia 15 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan kata lain yang dimaksud tanaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, sedangkan bukan tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke bawah. Manullang (1995:5) menyebutkan bahwa tenaga kerja terbagi atas dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Kelompok yang termasuk dalam angkatan kerja adalah golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur atau mencari pekerjaan, sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan. Sedangkan menurut Tjiptoherianto (1996:4) yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja 15-64 tahun, dapat pula dikatakan bahwa tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara dapat memproduksi barang-barang dan jasa-jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Pada dasarnya kebutuhan tenaga kerja didasarkan pada pemikiran bahwa tenaga kerja dalam masyarakat mempakan salah satu faktor yang potensial dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Kesempatan kerja yang tersedia dan kualitas tenaga kerja yang digunakan akan menentukan proses pembangunan ekonomi dengan pengertian bahwa tenaga kerja mempakan sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan juga sebagai pasar barang dan jasa. Dalam hal ini, kebutuhan tenaga kerja tergantung dari kesempatan kerja yang tersedia dalam suatu perekonomian. 2.2. Penelitian Sebelumnya Triwahyudi (1999:59) dalam sebuah penelitian di Daerah Kota Banda
Aceh
menyebutkan bahwa peranan industri kecil dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Banda Aceh masih sangat relatif kecil. Keadaan ini dapat dilihat dari analisis kontribusi industri kecil terhadap nilai produksi yang dihasilkan (PDRB) oleh daerah Kota Banda Aceh yaitu pada tahun 2006 sumbangan sebesar 27,66 persen tahun 2007 sebesar 24,70 persen dan tahun 2008 sebesar 22,17 persen. Sehingga dapat disimpulkan peranan sektor industri kecil dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Banda Aceh dipandang masih relatif kecil.
6
Kakisina (2003:12) yang meneliti posisi strategi perbankan mikro dalam pembiayaan usaha mikro kecil, dan menengah di Provinsi Papua berpendapat bahwa peranan Lembaga Keuangan
Mikro seperti Badan Perkreditan Rakyat sangat strategi
untuk pengembangan UMKM yang tidak terlayani oleh jasa bank-bank komersial besar. Pertumbuhan UMKM di Papua selain menunjukkan keberhasilan Lembaga Keuangan Mikro yang membiayainya juga merupakan kekuatan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro itu sendiri. Masyhuri (2003) menyebutkan bahwa diskusi dari prepektif sosial terhadap ketenagakerjaan di Indonesia ternyata sedikit banyak dapat memberikan visi lain tentang produktifitas tenaga kerja Indonesia. Dari diskusi tersebut terlihat bahwa hubungan sosial yang kurang serasi, menciptakan situasi yang tidak kondusif terhadap tumbuhnya semangat kompetitif di kalangan pekerja, yang pada gilirannya berpengaruh pula pada munculnya sikap yang cepat puas diri terhadap hasil pekerjaan, inisiatif yang terbatas, dan bahkan sikap yang skeptis dan statis di kalangan pekerja. Wijono (2005:31) dalam penelitiannya tentang “Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan” mengungkapkan bahwa pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, antara lain dengan memperluas akses Usaha Kecil dan Mikro dalam mendapatkan fasilitas permodalan yang tidak hanya bersumber dari lembaga keuangan formal tapi juga dari lembaga keuangan mikro. LKM ternyata mampu memberikan berbagai jenis pembiayaan kepada UKM walaupun tidak sebesar lembaga keuangan formal, sehingga dapat menjadi alternatif pembiayaan yang cukup potensial mengingat sebagian besar pelaku UKM belum memanfaatkan lembaga-lembaga keuangan. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori dan permasalahan, hipotesisnya adalah tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi pada industri kecil di kota Banda Aceh. METODE PENELITIAN Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linear berganda (Gujarati, 2006) dengan model: 7
Y = α + βX + Єi ..........................................................................................
(1)
di mana: Y
= Dependent variabel
α
= Intercept
β
= Koefisien regresi
X
= Independent variabel
Єi = Error term Model tersebut diformulasikan ke dalam model sebagai berikut: NP = β0 + β1Tk + Єi ...............................................................................
(2)
Keterangan : NP = Nilai Produksi Industri Kecil = Konstanta 1 = Koefisien regresi tenaga kerja Tk = Tenaga Kerja Єi = Error term PEMBAHASAN
Perkembangan Tenaga Kerja dan Nilai Produksi Industri Kecil Tenaga kerja dipilah ke dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah tenaga kerja yang bekerja atau punya pekerjaan sementara, tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan tenaga kerja yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni orang-orang kegiatannya bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga (ibu-ibu yang bukan wanita karir), serta menerima pendapatan tetapi bukan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiun). Angkatan kerja yang tumbuh sangat cepat tentu saja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian, yakni penciptaan atau perluasan lapangan kerja. Jika lowongan kerja baru tidak mampu menampung semua angkatan kerja baru (dengan kata lain : tambahan permintaan akan tenaga kerja lebih sedikit dari pada tambahan penawaran angkatan kerja), maka sebagian angkatan kerja baru itu akan memperpanjang barisan penganggur yang sudah ada. Penciptaan lapangan kerja inilah yang sekarang menjadi salah satu masalah rawan dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Kerawananan yang ada,
8
bukan semata-mata masalah jumlah; yakni bagaimana memacu jumlah yang diminta agar mampu menyerap jumlah yang ditawarkan, akan tetapi juga masalah mutu. Kualitas tenaga kerja Indonesia, sebagaimana tercermin dari tingkat pendidikan angkatan kerja dan produktivitas pekerja yang ada, masih relatif rendah. Adapun perkembangan tenaga kerja di Kota Banda Aceh periode 1999-2010 dapat diperhatikan dalam tebel dibawah ini. Tabel 2. Perkembangan Tenaga Kerja Industri Kecil di Kota Banda Aceh Tahun Jumlah Tenaga Kerja (Jiwa) Persentase 1999 10.112 2000 7.131 -29,47 2001 5.144 -27,86 2002 5.130 -0,272 2003 5.127 -0,058 2004 4.837 -5,656 2005 4.007 -17,159 2006 4.768 18,991 2007 5.557 16,547 2008 5.079 -8,601 2009 5.383 5,985 2010 11.483 113,319 Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh (diolah), 2012 Sedangkan perkembangan nilai produksi sektor Industri Kecil di Kota Banda Aceh dapat diperhatikan dalam tabel berikut ini. Tabel 3. Perkembangan Nilai Produksi Industri Kecil di Kota Aceh Nilai Produksi sektor Industri Pertumbuhan Tahun (Ribuan Rupiah) (Persentase) 1999 225.109.487 2000 80.178.523 -64,382 2001 75.038.066 -6,411 2002 73.247.811 -2,385 2003 72.807.800 -0,601 2004 70.117.904 -3,694 2005 62.495.394 -10,871 2006 65.480.408 4,776 2007 68.172.399 4,111 2008 83.903.034 23,074 2009 62.365.727 -25,669 2010 271.658.008 335,588 Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh (diolah), 2012
9
Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Nilai Produksi Pada Industri Kecil di Kota Banda Aceh Untuk melihat pengaruh tenaga kerja terhadap nilai produksi pada Industri Kecil di Kota Banda Aceh, dilakukan dengan menggunakan peralatan regresi linear sederhana, hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini : Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std, Error Beta (Constant) -78.140.969,86 17336379,014 Tenaga Kerja 29.125,87 2654,427 0,961
95% Confidence Interval for B Lower Bound -116768818 23211
Upper Bound -39513120 35040
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS seperti terlihat pada tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi linier yaitu NP= -78.140.969 + 29.125TK. Persamaan tersebut mengandung pengertian bahwa: konstanta sebesar 78.140.969 artinya apabila tenaga kerja sektor industri dianggap tetap maka nilai produksi sektor industri kecil di Kota Banda Aceh akan mengalami penurunan sebesar 78.140.969,86 ribu
rupiah.
Demikian juga apabila variabel tenaga kerja mengalami perubahan sebesar 1 jiwa maka berpengaruh terhadap meningkatnya nilai produksi sektor industri kecil di Kota Banda Aceh sebesar 29.125,87 ribu rupiah dengan asumsi variabel lain selain tenaga kerja yang berpengaruh terhadap nilai produksi sektor industri kecil dianggap tetap. Model Summary R
0,961
R Square Adjusted R Square
0,923
0,916
Change Statistics R Square Change 0,923
Durbin-Watson F Change
df1
df2
Sig, F Change
120,397
1
10
0,000
2,437
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Dari tabel diatas diperoleh koefisien korelasi (R) sebesar 0,961 atau 96,1 persen yang menggambarkan bahwa variabel tenaga kerja sektor industri kecil sangat erat hubungannya terhadap nilai produksi sektor industri kecil di Kota Banda Aceh sebesar 96,1 persen. Sementara koefisien determinan (R2) bernilai 0,923 atau 92,3 persen menunjukkan bahwa tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap nilai produksi sektor industri kecil di Kota Banda Aceh sebesar 92,3 persen dan sisanya sebesar 7,7 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini.
10
Pembuktian Hipotesis Pembuktian bahwa variabel tenaga kerja berpengaruh
terhadap nilai produksi
sektor Industri Kecil di Kota Banda Aceh maka dilakukan pengujian tersendiri secara partial dengan uji-t pada tingkat kepercayaan (Convidence Interval 95%). t
-4,507 (Constant) 10,973 Tenaga Kerja Sumber: Data sekunder yang diolah.
Model Summary Sig. 95% Confidence Interval for B Lower Bound 0,001 -116768818,859 0,000 23211,444
Upper Bound -39.513.120,878 35.040,303
Dari tabel diatas diperoleh t-hitung untuk variabel tenaga kerja sebesar 10,973 lebih besar dari t- tabel yaitu 2,0518 maka dapat disimpulkan bahwa variabel tenaga kerja secara partial berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi Industri Kecil di Kota Banda Aceh. Uji F dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, uji F memperlihatkan signifikansi pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Sum of Squares Regression 49.637.403.121.290.200
ANOVA df Mean Square F Sig. 1 49.637.403.121.290.200 120.397 0.000
Residual
4.122.802.706.699.907
10
Total
53.760.205.827.990.100
11
412.280.270.669.990
Sumber: Data sekunder yang diolah.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa F-hit dalam persamaan ini adalah sebesar 120,397 lebih besar dari F-tabel yaitu 3,354, yang menggambarkan bahwa variabel tenaga kerja secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi sektor Industrim Kecil di Kota Banda Aceh. Kesimpulan 1.
Hasil perhitungan menghasilkan persaman akhir estimasi yaitu NP= -78.140.969 + 29.125TK. Konstanta sebesar 78.140.969 artinya apabila tenaga kerja sektor industri dianggap tetap maka nilai produksi sektor industri kecil di Kota Banda Aceh akan mengalami penurunan sebesar Rp. 78.140.969,86 ribu rupiah.
2.
Apabila variabel tenaga kerja mengalami perubahan sebesar 1 jiwa maka berpengaruh terhadap meningkatnya nilai produksi sektor industri kecil di
11
Kota Banda Aceh sebesar Rp. 29.125,87 ribu rupiah dengan asumsi variabel lain selain tenaga kerja yang berpengaruh terhadap nilai produksi sektor industri kecil dianggap tetap. Koefisien determinan (R2) bernilai 0,923 atau 92,3 persen
3.
menunjukkan bahwa tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap nilai produksi sektor industri kecil di Kota Banda Aceh sebesar 92,3 persen dan sianya sebesar 7,7 persen dipengaruhi oleh variabel lainnya diluar model penelitian ini. 4.
Pembuktian baik yang dilakukan dengan menggunakan uji t-tes menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja secara partial berpengaruh signifikan terhadap nilai produksi Industri Kecil di Kota Banda Aceh.
Saran-saran Diharapkan adanya kebijakan investasi yang dilakukan oleh pemerintah di sektor industri kecil sehingga penyerapan tenaga kerja akan lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (2010). Aceh Dalam Angka, Kota Banda Aceh. Bakir, Zainab dan Chris Manning. (1984). Angkatan Kerja Indonesia, CV. Rajawali. Jakarta. Depnakertrans. (2005). Pedoman Kerja Pelayanan Antar Kerja. Direktorat Jenderal Pembinaan dan Penetapan Tenaga Kerja Dalam Negeri. Jakarta. Dewi, Risna. (1998). Dampak Kemitraan Usaha Antara BUMN Dengan Usaha Kecil / Koperasi Terhadap Kinerja Usaha Kecil / Koperasi di Kota Madya Banda Aceh. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala. Djojohadikusumo, Sumitro (1995). Pembangunan Ekonomi Industri. Sinar Agape Press. Jakarta. Girt (1994). Indonesia Dalam Perkembangan Dunia Ketiga di Indonesia, LP3ES, Jakarta. Hadi, Suharto. (1995). Beberapa Cara Pendekatan Industri Kecil dan MasalahMasalah Usahawan Industri. Edisi XIV, Jakarta. Hasibuan, M.S.P. (1997). Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia. CV. Armico. Bandung.
12
Kakisina, Stephen. 2003. Posisi Strategik Perbankan Mikro dalam Pembiayaan Usaha Mikro Kecil, dan Menengah di Provinsi Papua. Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin. Edisi Desember. Vol: 15. No: 3. Hal: 333 – 347. Maulana, M., S. Mardianto dan A.H. Mailan. (2003). Dinamika Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia. Jurnal Ekonomi Rakyat. Munandar. (1991). Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Rangka Pembangunan Nasional. Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Manajemen. Jakarta. Republik Indonesia. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta. Rizieq, Rahmatullah. 2001. Analisis Dampak Pemanfaat Dana Bantuan BUMN terhadap Pendapatan Usaha Kecil dan Koperasi di Daerah Istimewa Aceh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Edisi Desember. Vol: 2. No: 44. Hal: 11 – 21. Republik Indonesia. Undang-Undang No.25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta. Suryana. (2001). Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat. Simanjuntak, Payaman J. (1998). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. LP3ES. Jakarta. Soekartawi (1989). Teori Ekonomi Produksi. dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb Douglas. Rajawali Press, Jakarta. Triwahyudi, Endy. (1999). Peranan Industri Kecil dalam Pengembangan Ekonomi di Kotamadya Banda Aceh. Skripsi (tidak dipublikasikan), FE Unsyiah, Darussalam Banda Aceh. Wijono, Wiloejo Wirjo. (2005). “Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro Sebagai Salah Satu Pilar Sistem Keuangan Nasional: Upaya Konkrit Memutus Mata Rantai Kemiskinan”. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Edisi Khusus November 2005. Winardi (1998). Beberapa Aspek Industri Dalam Pembangunan Regional, Prisma No.5. LP3ES, Jakarta.
13