ANALISIS PENGARUH UPAH, MODAL, DAN NILAI PRODUKSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA UMKM INDUSTRI MEBEL (Studi Kasus Sentra Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang)
JURNAL ILMIAH
Disusun Oleh : Arief Rachman Yuditya 105020100111007
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
ANALISIS PENGARUH UPAH, MODAL, DAN NILAI PRODUKSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA UMKM INDUSTRI MEBEL (Studi Kasus Sentra Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang) Arief Rachman Yuditya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Email :
[email protected] ABSTRAKSI Banyaknya jumlah angkatan kerja ini tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia, sehingga hal ini dapat menagkibatkan terciptanya pengangguran, dimana jumlah penawaran kerja lebih banyak daripada permintaan tenaga kerja. Salah satu sektor yang dapat menyerap tenaga kerja guna mengurangi pengangguran adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Peranan penting tersebut salah satunya adalah memperluas kesempatan kerja. Memperluas kesempatan kerja merupakan usaha untuk mengatasi masalah pengangguran. Kota Malang memiliki UMKM yang cukup banyak salah satunya UMKM industri mebel. Di Kota Malang, UMKM industri mebel terpusat pada Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar dan Kelurahan Polowijen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh upah, modal, dan nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada UMKM Sentra Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar dan Kelurahan Polowijen Kota Malang. Penelitian ini menggunakan data primer melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Ada 40 responden pengusaha mebel di Kota Malang yang menjadi objek penelitian. Untuk mencapai tujuan, dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil perhitungan Eviews versi 6.0 yang menunjukan bahwa variable (upah (X1), modal (X2), dan nilai produksi (X3)) baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap variabel terikat (penyerapan tenaga kerja (Y)). Hal ini dapat ditentukan dengan hasil uji t untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan uji F (simultan) untuk mengetahui pengaruh secara bersamasama. Besar pengaruh variabel (upah (X1), modal (X2), dan nilai produksi (X3)) terhadap variable terikat (penyerapan tenaga kerja (Y)) sebesar 89,1% sedangkan sisanya 10,9% diterangkan oleh faktor yang lain. Kata Kunci : UMKM, Penyerapan Tenaga Kerja, Upah, Nilai Produksi, Modal A. PENDAHULUAN Latar Belakang Pengangguran pada suatu negara telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Secara umum permasalahan ini disebabkan keterbatasannya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Terutama lapangan pekerjaan sektor formal yang tidak mampu menyerap dan memenuhi jumlah angkatan kerja yang terus bertambah secara maksimal. Masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun jauh lebih serius adalah pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang, angka pengangguran meningkat pesat terutama disebabkan oleh terbatasnya permintaan tenaga kerja (Todaro (2000) dalam Sulistiawati (2012)). Oleh karena itu sektor informal menjadi suatu bagian yang penting dalam menjawab lapangan kerja dan angkatan kerja, yang salah satunya adalah melalui pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pengembangan UMKM adalah suatu cara yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari
sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Tabel 1 : Jumlah Total Usaha Berdasarkan Survei UMKM Tahun 2012 Menurut Kategori Kecamatan di Kota Malang Kecamatan Jumlah UMKM Kecamatan Kedungkandang 16.994 unit Kecamatan Sukun 14.998 unit Kecamatan Klojen 14.054 unit Kecamatan Blimbing 13.725 unit Kecamatan Lowokwaru 18.010 unit Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Malang Survei UMKM 2012 Kota Malang adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Timur yang memiliki UMKM cukup besar. Pada tahun 2012 BPS mencatat terdapat 77.781 unit UMKM dari lima kecamatan di Kota Malang. Pada tabel 1.3 adalah data jumlah berdasarkan survei UMKM tahun 2012 menurut kategori kecamatan di Kota Malang. Kecamatan Lowokwaru memiliki 18.010 unit UMKM dan ini menjadi kecamatan yang terbanyak memiliki UMKM di Kota Malang. UMKM pada kecamatan lowokwaru ini terdapat Industri mebel, salah satunya adalah pada pusat UMKM di Jl. Piranha kelurahan Tunjungsekar yang merupakan Sentra Industri Mebel yang menjadi tempat berkumpulnya usaha furniture khususnya mebel. UMKM mebel di Sentra industri mebel Jl piranha Keluarahan Tunjungsekar Kota Malang merupakan produk unggulan Kota Malang. Sehingga dari adanya UMKM sentra industri mebel ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja di Kota Malang. Jika tinjau dari faktor internal UMKM industri mebel seperti modal dan upah dihubungankan dengan penyerapan tenaga kerja maka variabel-variabel tersebut akan saling berpengaruh. Semakin besar modal yang dimiliki akan semakin meningkat dengan besarnya kapasitas produksi. Dari besarnya kapasitas produksi maka banyak tenaga kerja yang terserap untuk memenuhi kapasitas produksi yang besar. Sedangkan upah merupakan salah satu biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Permintaan tenaga kerja akan dipengaruhi proporsi upah untuk tenaga kerja terhadap keseluruhan biaya produksi. Sehingga apabila proporsi biaya produksi untuk upah kecil, maka responsi terhadap permintaan tenaga kerja akan besar. Nilai produksi juga dapat berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja di UMKM industri mebel. Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang dihasilkan di industri mebel. Naik turunnya permintaan akan hasil produksi UMKM industri mebel, akan berpengaruh apabila permintaan hasil produksi barang perusahaan meningkat, sehingga produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya (Sumarsono, 2003: 69 - 70 dalam Putra, 2012). Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh variabel upah, modal, dan nilai produksi terhadap penyerapan tenaga kerja pada UMKM industri mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar di Kota Malang ?
B. TINJAUAN PUSTAKA Skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam UU RI No. 20 Tahun 2008 Pasal 6, UMKM dibedakan berdasarkan asset dan omsetnya sebagai berikut : a)
Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut : Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 b) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut : Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 sampai dengan Rp. 500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00. c) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut : Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00. Menurut BPS skala UMKM dengan menggunakan jumlah pekerja dibedakan adalah sebagai berikut : a) Pekerja < 5 orang termasuk usaha mikro b) Pekerja 5-9 orang termasuk usaha kecil c) Pekerja 20 – 99 orang termasuk usaha menengah Teori Produksi Menurut Purnomo (2013) Dalam proses produksi, perusahaan mengubah faktor produksi atau input menjadi produk atau output. Faktor input dapat dibagi secara lebih terinci, misalnya tenaga kerja, bahan-bahan dan modal yang masing - masing dapat dibagi menjadi kategori yang lebih sempit. Menurut Sukirno (2005) dalam Purnomo (2013) menyatakan bahwa suatu fungsi produksi menunjukkan hubungan antara jumlah output yang dihasilkan untuk setiap kombinasi output tertentu. Fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Q = f (K, L, R, T) Di mana K merupakan jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keahliaan keusahawanan, R adalah kekayaan alam dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan dari berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut, yaitu secara bersama digunakan untuk memproduksi barang yang sedang dianalisis sifat produksinya. Di dalam kegiatan produksi haruslah berlandaskan pada sebuah aturan atau hukum yang berlaku dalam teori produksi, yaitu “The Law of Diminishing Returns” atau “Hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Berkurang”. Hukum tersebut menyatakan : jika satu faktor produksi ditambah secara terus menerus, sedangkan jumlah faktor produksi yang lain tetap jumlahnya, maka pada titik tertentu tambahan produksi / Marginal Physical Product (MPP) atau produksi batas dari faktor produksi yang ditambahkan tersebut akan menjadi semakin kecil (Sudarman, 2000 : 131) dalam Syah (2014). Tenaga Kerja Menurut Simanjuntak (2001), tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak bekerja, tetapi mereka secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik dan sesuai dengan yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dikelompokkan ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Pada awalnya batasan umur penggolongan tenaga kerja di Indonesia sejak tahun 1971 adalah bilamana seseorang sudah berumur 10 tahun atau lebih. Pemilihan batasan umur ini berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk bekerja atau mencari pekerjaan. Pasar Tenaga Kerja Setiap pasar selalu ada pembeli dan penjual. Demikian pula pada pasar tenaga kerja terdapat permintaan dan penawaran tenaga kerja. Pasar tenaga kerja adalah seluruh aktivitas dan pelaku-pelaku
yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja (Simanjuntak, 2001). Interaksi dalam pasar tenaga kerja terjadi ketika perusahaan dan pemerintah membeli tenaga kerja dari rumah tangga. Di dalam pasar tenaga kerja, rumah tangga menawarkan tenaga kerja sedangkan perusahaan dan pemerintah meminta tenaga kerja. Penawaran total tenaga kerja dalam perekonomian bergantung pada keputusan yang diambil oleh rumah tangga. Dalam pasar tenaga kerja terdapat keseimbangan pasar tenaga kerja dimana permintaan dan penawaran tenaga kerja menentukan upah ekuilibrium. Pergeseran pada kurva penawaran dan permintaan tenaga kerja menyebabkan perubahan upah ekuilibrium. Pergeseran pada kurva penawaran dan permintaan tenaga kerja menyebabkan perubahan upah ekuilibrium. Upah akan senantiasa menyesuaikan diri demi terciptanya keseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Permintaan Tenaga Kerja Permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Sehingga permintaan tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan oleh seorang pengusaha pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu (Sholeh, 2007). Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu memberikan kepuasan (utility) kepada konsumen tersebut. Akan tetapi pengusaha memperkerjakan seseorang itu membantu memproduksikan barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata lain, permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (Simanjuntak, 2001). Penawaran Tenaga Kerja Menurut Sholeh (2007) penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah pada jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik sumberdaya manusia merupakan individu yang bebas mengambil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja yang diinginkannya. Teori ini didasari oleh teori tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang dihadapinya. Penyerapan Tenaga Kerja Handoko (1985) mendefinisikan penyerapan tenaga kerja sebagai jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha. Terjadinya penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, pengangguran dan tingkat bunga. Dalam dunia usaha tidaklah memungkinkan mempengaruhi kondisi tersebut, maka hanyalah pemerintah yang dapat menangani dan mempengaruhi faktor eksternal. Sedangkan faktor internal dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal dan pengeluaran non upah (Handoko, 1985). Pengaruh Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sumarsono (2003) menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja merupakan suatu fungsi tingkat upah, dimana semakin tinggi tingkat upah, maka permintaan pengusaha akan tenaga kerja akan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, jika tingkat upah rendah maka akan diikuti dengan kenaikan kesempatan kerja. Hal ini berarti bahwa tingkat upah dengan penyerapan tenaga kerja memiliki hubungan negatif. Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya diikuti dengan meningkatnya harga per unit barang yang diproduksi. Terjadinya kenaikan harga mengakibatkan para konsumen akan mengurangi konsumsi atau bahkan tidak membeli barang yang bersangkutan.
Akibatnya banyak produksi barang yang tidak terjual, dan produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi, mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barangbarang modal seperti mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin-mesin disebut dengan efek substitusi tenaga kerja atau substitution effect (Sumarsono, 2003). Pengaruh Modal Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Ada dua faktor produksi yang paling penting adalah modal dan tenaga kerja. Modal adalah seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja, sedangkan tenaga kerja adalah waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja. Modal dan tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat saling mengganti. Hal tersebut juga bisa dilihat dari fungsi dimana Y = f (K,L). Dimana Y = output, K = modal, L = Labor, (Mankiw, 2008). Modal juga bisa dilakukan dengan Investasi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 1997). Dalam hal ini dibutuhkan tenaga kerja untuk mengolah modal perusahaan, yaitu menggunakan perlengkapan-perlengkapan produksi sehingga dapat memproduksi barang. Modal juga dapat digunakan untuk membeli mesin dalam melakukan peningkatan proses produksi. Pengaruh Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sumarsono (2003) Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang dihasilkan. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, akan berpengaruh apabila permintaan hasil produksi barang perusahaan meningkat, maka produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Simanjuntak (1985) menyatakan bahwa pengusaha mempekerjakan seseorang karena membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual pada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi. C. METODE PENELITIAN Objek Penelitian Dalam penelitian ini berlokasi pada daerah Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar Sentra Industri Mebel kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan sensus sebagai metode pengumpulan data dimana terdapat 30 - 40 unit usaha mebel di Sentra Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar dan Kelurahan. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan pedekatan secara kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis statistik yang digunakan adalah regresi berganda. Variabel - variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen (terikat) yaitu variabel jumlah tenaga kerja dan variabel independen (bebas) terdiri dari varibel upah, modal, dan nilai produksi. Data dan Sumber Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berkaitan dengan data yang dikumpulkan untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang dilakukan dan
diperoleh dengan wawancara langsung serta melakukan pengisian kuisioner oleh para pengusaha mebel. Metode Pengumpulan Data Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Wawancara yaitu menanyakan kepada pemilik usaha dan tenaga kerjanya tentang hal-hal yang terkait dengan penelitian ini. b) Angket (kuesioner), yaitu suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini yang harus dijawab secara tertulis oleh responden. c) Studi pustaka dari berbagai literature, majalah, Koran, jurnal dan lain-lain Definisi Operasional Variabel Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari masing - masing variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas), yaitu : 1. Variabel dependen Penyerapan tenaga kerja (Y) UMKM diukur oleh jumlah tenaga kerja yang bekerja pada UMKM tersebut. 2. Variabel Independen (bebas), merupakan variabel yang terjadi pertama dari segi waktu atau sebab yang diperkirakan. Variabel-varibel bebas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : a. Tingkat upah (X1) adalah semua pengeluaran uang atau barang yang dibayarkan kepada buruh atau pekerja sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan terhadap perusahaan dibagi dengan jumlah tenaga kerja pada usaha tersebut. Dalam penelitian ini tingkat upah tenaga kerja diukur dalam satuan rupiah dalam setiap bulannya per tenaga kerja. b. Modal (X2) adalah dana yang digunakan dalam proses produksi saja, tidak termasuk nilai tanah dan bangunan yang ditempati atau lebih dikenal dengan modal kerja. Diukur dalam satuan rupiah c. Nilai Produksi (X3) adalah jumlah keseluruhan unit mebel yang di produksi yang dapat dihasilkan oleh satu usaha mebel dalam satu bulan. 3. Variabel Pengganggu merupakan variabel yang mungkin dapat mempengaruhi variabel dependen (Y) yang tidak termasuk dalam model. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Analisis regresi ini kita gunakan untuk menguji model penyerapan tenaga kerja. Bermula dari spesifikasi model yang dibentuk berdasar teori yang ada atas suatu permasalahan sebagai mana dalam landasan teori, berupa penjabaran model. Analisis regresi berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang terjadi antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan pendekatan OLS (Ordinary Least Square). Pada penelitian ini menggunakan aplikasi komputer berupa aplikasi Eviews 6.0 Maka model dasar yang dipakai adalah model persamaan regresi linier berganda : Y = β0 + X1β1+ X2β2 + X3β3 + e Yang kemudian ditransformasikan kedalam persamaan logaritma natural, yaitu : LnY = ßo + ß1LnX1 + ß2LnX2 + ß3LnX3 + e dimana: Y = Jumlah tenaga kerja yang bekerja (orang) X1 = Upah pekerja (Rp dalam sebulan) X2 = Nilai produksi (total unit barang yang di produksi dalam sebulan) X3 = Modal (Rp dalam sebulan)
βo = intersep β1, β2, β3, = koefisien regresi parsial µ = distubance error/ error term
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada 40 orang pengusaha UMKM industri mebel menghasilkan data mengenai karakteristik pengusaha UMKM industri mebel. Berikut disajikan karakteristik responden mengenai jumlah tenaga kerja, upah, modal dan nilai produksi. Dalam sub bab ini variabel dibagi menjadi empat bagian antara lain : Variabel Jumlah Tenaga Kerja (Y) Dalam Penelitian ini, data jumlah tenaga kerja di UMKM sentra Industri Mebel Jl Piranha Kota Malang sebagai berikut : Tabel 2 : Jumlah Tenaga Kerja di UMKM Industri Mebel Jl. Piranha Banyaknya Tenaga Kerja Jumlah UMKM Industri No. (orang) Mebel 1 2 3
1-2 3-4 >4
2 22 16
Jumlah
40
Persentase 5% 55% 40% 100%
Sumber Data : data primer, diolah 2014 Dari Tabel 2 di atas telihat bahwa 22 UMKM industri mebel yang menjadi responden menyerap tenaga kerja sebanyak 3 sampai 4 orang dan 16 UMKM industri mebel yang menjadi responden menyerap tenaga kerja lebih dari 4 orang. Rata-rata tenaga kerja yang dimiliki UMKM industri mebel berasal dari tetangga sekitar daerahnya dan juga ada hubungan antara tenaga kerja dan pemiliki usaha tersebut adalah keluarga. Namun terdapat juga beberapa tenaga kerja yang berasal dari luar kawasan sentra tersebut. Tenaga kerja yang terserap oleh industri mebel mayoritas berpendidikan rendah. Menjadi tenaga kerja dibidang industri mebel, tingkat keterampilan dan pengalaman yang cukup lebih dibutuhkan daripada tingkat pendidikan yang lebih formal. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa total tenaga kerja dari 40 responden yaitu sebanyak 168 orang. Hal ini menjelaskan bahwa jika dibuat rata-rata maka setiap satu unit usaha mebel memiliki tenaga kerja sebanyak kurang lebih 4 orang. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri usaha kecil dimana rata-rata jumlah tenaga kerja adalah 1 - 4 orang. Variabel Upah Tenaga Kerja (X1) Dalam penelitian ini data upah tenaga kerja per hari di UMKM Sentra Industri Mebel Jl Piranha Kota Malang adalah sebagai berikut :
Tabel 3 : Upah Harian Per Tenaga Kerja di UMKM Industri Mebel Jumlah UMKM No. Besarnya upah Industri Mebel 1
Persentase
Rp 50.000 - Rp. 54.000
12
30%
Rp 55.000 - Rp 59.000 Rp 60.000 - Rp 64.000 Rp 65.000 – Rp 69.000 Rp 70.000 – Rp 74.000 > 74.000 Jumlah Sumber : Data primer diolah, 2014
9 7 5 5 2 40
22.5% 17,5% 12,5% 12,5% 5% 100 %
2 3 4 5 6
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata upah yang diterima oleh tenaga kerja yang bekerja diperusahaan yang bergerak dalam UMKM industri mebel. Upah di UMKM industri mebel menggunakan upah harian. Alasan pengusaha mebel menggunaan upah harian ini adalah untuk meningkatan produktivitas tenaga kerja, karena tenaga kerja dibayar setiap terdapat pesanan mebel di tiap harinya. Pada pengusaha mebel tersebut upah yang diberikan cukup beragam. Upah minimum yang diterima tenaga kerja pada Sentra Industri mebel adalah Rp 50.000 per hari, sedangkan upah tertinggi yang diterima tenaga kerja yaitu Rp 75.000 per hari. Rata rata dari upah harian dari 40 responden yaitu Rp 58.500. Variabel Modal (X2) Dalam penelitian ini yang dimaksud modal yaitu jumlah modal yang digunakan untuk proses produksi pada usaha mebel dalam satuan. Modal ini tidak termasuk nilai tanah dan bangunan. UMKM industri mebel Jl. Piranha menggunakan peralatan maupun perlengkapan yang bukanlah alat-alat canggih seperti pada industri-industri besar, namun peralatan dan perlengkapan yang digunakan masih sederhana. Sehingga peralatan disini tidak bersifat substitusi. Modal dalam penelitian ini adalah modal kerja. Adapun, modal Kerja adalah suatu pembiayaan untuk suatu usaha atau bisnis. Pada penelitian ini modal kerja yang dihitung adalah modal dari bahan baku dan perlalatan/perlengkapan untuk tiap produksi dalam waktu sebulan. Bahan baku dan peralatan lainnya yang digunakan pada industri mebel adalah sebagai berikut : a) Bahan baku : kayu, skrup, paku, engsel, lem kayu, pegangan laci, dan triplek b) Peralatan : ampelas, meteran, pensil, gergaji, mata gergaji, bor, mata bor, pahat, tang, palu, kikir, obeng dan alat ukur Modal UMKM Industri mebel Jl. Piranha mayoritas menggunakan modal yang berasal dari modal sendiri. Pengusaha mengaku bahwa kesulitan modal dalam mengembangkan usahanya. Kesulitan untuk mendapatkan modal biasanya dikarenakan prosedur dari lembaga keuangan yang terbelit-belit. Sementara ada juga beberapa pengusaha kesulitan karena pengeluaran tidak sesuai dengan pendapatannya, hal tersebut yang menghambat proses produksinya.
Tabel 4 : Distribusi Unit UMKM Industri Mebel Menurut Modal Jumlah UMKM No. Jumlah Modal Industri Mebel 1 Rp 5.400.000 - Rp 7.300.000 3 2 Rp 7.400.000 - Rp 9.300.000 3 3 Rp 9.400.000 - Rp 11.300.000 12 4 Rp 11.400.000 - Rp 13.300.000 11 5 Rp 13.400.000 - Rp .15.300.000 2 6 > Rp 15.300.000 9 Jumlah 40 Sumber : Data primer diolah, 2014
Persentase 7,5 % 7,5 % 30 % 27,5 % 5% 22,5 % 100 %
Pada tabel 4 dapat dilihat modal yang digunakan responden dalam penelitian ini masuk dalam klasifikasi usaha kecil dan cukup beragam, mulai yang terkecil Rp 5.500.000 per bulan hingga yang paling besar yaitu Rp 19.000.000 per bulan. Pada tabel diatas menjelaskan data pengusaha mebel dengan modal Rp 9.400.000 - Rp.11.300.000 per bulan paling banyak di UMKM industri mebel sebanyak 30 %. Variabel Nilai Produksi (X3) Nilai produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah produksi mebel dalam satu bulan. Sehingga didapat nilai produksi mebel pada kurun waktu satu bulan. Tabel 5 : Nilai Produksi di UMKM Industri Mebel Jl. Piranha Per Bulan Jumlah UMKM Industri No. Nilai Produksi (unit) Mebel 1 9 - 14 9 2 15 - 20 16 3 21 - 26 1 4 27 - 32 9 5 33 - 38 3 6 > 38 2 Jumlah
40
Persentase 22,5 % 40 % 2,5 % 22,5 % 7,5 % 5% 100 %
Sumber : Data primer diolah, 2014 Pada penelitian ini nilai produksi UMKM industri mebel dihitung dari total produksi unit mebel per bulan. Nilai produksi dari responden yang diteliti dalam satu bulan cukup bervariasi nilainya. Mulai dari nilai produksi yang terkecil yaitu 10 unit sampai nilai produksi terbesar yaitu 50 unit. Nilai tersebut diperoleh dengan asumsi bahwa jumlah produksi setiap bulannya konstan. Total nilai produksi dari keseluruhan UMKM industri mebel di Jl. Piranha sebesar 935 unit mebel. Dari 40 pengusaha mebel ,paling banyak 16 pengusaha memproduksi mebel 15 – 20 unit mebel. Estimasi Hasil Penelitian Dari pengolahan data dengan menggunakan software Eviews 6.0, dengan penyerpan tenaga kerja sebagai variabel dependennya dan variabel independen meliputi upah, modal dan nilai produksi, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6 : Hasil estimasi Regresi Variable Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
X1
0.131206
0.135550
0.967952
0.3395
X2
0.369795
0.073139
5.056066
0.0000
X3
0.508647
0.064213
7.921216
0.0000
C
-7.628802
1.453591
-5.248243
0.0000
Koefisien Determinasi : 0,891 F-statistic : 98.59 Sumber : Hasil Pengujian Regresi Dari Eviews 6.0 (diolah, 2014) Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan dan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen di UMKM industri mebel. Berikut ini hasil analisa regresi berganda menggunakan Eviews 6.0 dengan data yang sudah ditransformasikan ke bentuk Ln. Dari tabel 4.3 dapat diketahui model regresi yang kemudian dirumuskan dalam persamaan regresi linier berganda berikut ini : LnY = -7.628802+ 0.131206LnX1 + 0.369795LnX2 + 0.508647LnX3 + e Dimana : Y : tenaga kerja X1 : Upah X2 : Modal X3 : Nilai Produksi Pengujian Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen terdistribusi normal atau tidak. Normalitas data untuk analisis regresi adalah suatu keharusan, karena jika data tidak normal maka dikhawatirkan hasil regresi nantinya tidak memberikan kesimpulan yang valid atau kesimpulan menjadi bias. Normalitas data dapat di uji dengan test Jarque-bera. Pada penelitian ini menggunakan = 0,05 (taraf kesalahan 5 %) maka dapat dikatakan variabel tersebut normal. Hipotesis pada pengujian normalitas adalah sebagai berikut : • Ho = data terdistribusi normal • Hi = data tidak terdistribusi normal syarat : probabilitas > 0,05 maka Ho di terima dan Hi di tolak Model regresi dikatakan lolos uji normalitas jika residual yang diperoleh dari model regresi berdistribusi normal. bahwa signifikansi probabilitas dari uji normalitas aplikasi Eviews lebih besar dari α (0,964 > 0,05). Maka Ho diterima dan Hi ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal. Multikoliniearitas Uji multikolineritas ini untuk mengetahui bahwa ada atau tidak adanya satu variabel independen atau lebih yang mempunyai hubungan yang kuat dengan variabel lainnya. Uji multikolineritas dengan melihat uji matrik korelasi dari aplikasi Eviews 6.0 yang menunjukkan sampai seberapa besar hubungan antar variabel yang dipakai dalam model regresi. Jika pada koefisien korelasi antar dua variabel yang mempengaruhi tinggi, lebih dari 0,8 maka multikolinearitas merupakan masalah. Syarat lolos uji multikolineritas yaitu koefisien korelasi < 0,8.
Tabel 7 : Hasil Pengujian Multikolinieritas X1
X2
X3
X1
1.000000
0.287305
-0.003341
X2
0.287305
1.000000
0.672360
X3
-0.003341
0.672360
1.000000
Sumber : hasil uji multikolinieritas menggunakan eviews 6.0 (diolah, 2014) Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa masing - masing nilai koefisien korelasi < 0,8, yaitu: • koefisien korelasi upah (X1) terhadap modal (X2) adalah 0,287, koefisien korelasi upah (X1) terhadap nilai produksi (X3) sebesar -0,003. • Koefisien korelasi modal (X2) terhadap nilai produksi (X3) adalah 0,672. Dari keseluruhan koefisen korelasi diatas < 0,8 sehingga dapat dikatakan bahwa pada model regresi tidak terdapat multikoliniearitas. Heteroskedastisitas Pengujian heterokedestisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka terjadi heteroskedestisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokedestisitas adalah dengan melakukan uji Glesjer. Pada uji Glesjer di penelitian ini bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada model, dimana nilai signifikansi uji glesjer untuk semua variabel independen lebih besar dari 0,05 dilihat dari probabilitas chi square 0,991 > 0,05. Sehingga model regresi yang dipakai tidak ada gejala heterokedetisitas. Uji t (Uji Parsial) Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Pada uji t penelitian ini yang digunakan adalah melihat dari nilai masing-masing variabel independen probabilitas terhadap tingkat kesalahan 0,05. Jika nilai probabilitas > 0,05 tidak signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen, tetapi jika nilai probabilitas < 0,05 maka signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil regresi tersebut diketahui bahwa modal (X2) dan nilai produksi (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan tingkat α = 5%. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai probabilitas variabel Modal (X2) lebih kecil dari α = 5% (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak dan Hi diterima, dengan nilai koefisien sebesar 0,369. Yang artinya bahwa variabel modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada UMKM industri mebel. Jadi apabila modal meningkat 1 %, maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah sebesar 0,369 % dalam asumsi variabel lain dianggap konstan. Nilai probabilitas dari variabel nilai produksi (X3) diketahui lebih kecil dari α=5% (0,000 < 0,05), sehingga Ho ditolak dan Hi diterima, dengan nilai koefisien sebesar 0,508. Hal ini berarti bahwa variabel nilai produksi berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada UMKM industri mebel Jl Piranha di Kota Malang. Jadi apabila nilai produksi meningkat 1 %, maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah sebesar 0,508% dalam asumsi variabel lain dianggap konstan. Sedangkan variabel upah (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dengan tingkat α=5%. Variabel upah memiliki nilai probabilitas lebih besar dari α, yaitu: variabel upah dengan nilai probabilitas (0,339 > 0,05) dengan nilai koefisien 0,131, sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang negatif dan signifikan antara upah/gaji (X1) secara parsial terhadap penyerapan tenaga kerja (Y) pada UMKM industri mebel di Jl. Piranha di Kota Malang. Uji F (Uji secara serempak) Berikut ini penjelasan mengenai pengujian hipotesis secara simultan (Uji F). Uji F dimaksudkan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen (upah, modal, dan nilai produksi) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (penyerapan tenaga kerja). Dari hasil regresi menunjukkan bahwa nilai probabilitas F lebih kecil dari α (0,000 < 0,05), sehingga Ho ditolak dan menerima Hi. Yang berarti dalam penelitian ini menyatakan bahwa upah (X1), modal (X2), dan nilai produksi (X3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja (Y). Uji R2 (koefisien determinasi) Koefisien determinasi (R2) menunjukkan kemampuan variabel independen (upah, modal dan nilai produksi) menjelaskan variabel dependennya (penyerapan tenaga kerja), dimana koefisien ini memiliki nilai yang terletak diantara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1). Jika nilai R2 semakin mendekati 1 maka dapat dikatakan bahwa kemampuan variabel independen menjelaskan varabel independen sangatlah besar. Dari hasil perhitungan regresi diketahui bahwa nilai R2 sebesar 0,891. Hal ini menunjukkan bahwa variabel upah (X1), modal (X2), dan nilai produksi (X3) mampu menjelaskan atau berpengaruh terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (Y) sebesar 0,891 atau 89,1%, sedangkan sisanya sebesar 10,9% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Pembahasan Dari hasil regresi yang diperoleh dapat diketahui pengaruh oleh masing-masing variabel independen ( upah, modal dan nilai produksi) terhadap variabel dependen (penyerapan tenaga kerja). Pengaruh Upah (X1) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Teori permintaan kerja salah satunya dikemukakan oleh Sumarsono (2003) menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja merupakan suatu fungsi tingkat upah, dimana semakin tinggi tingkat upah, maka permintaan pengusaha akan tenaga kerja akan semakin kecil. Begitu juga sebaliknya, jika tingkat upah rendah maka akan diikuti dengan kenaikan kesempatan kerja. Pada model regresi penelitian ini diketahui bahwa variabel upah dengan nilai probabilitas (0,339 > 0,05) dengan nilai koefisien 0,131. Variabel upah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di UMKM industri mebel Jl. Piranha. Hasil regresi pada variabel upah tidak sesuai dengan apa yang ada pada dalam teori permintaan tenaga kerja. Secara parsial data variabel upah yang dikumpulkan tidak berhasil membuktikan keterkaitan antara upah dan penyerapan tenaga kerja, dan bukan berarti variabel upah (x1) tidak berpengaruh terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (Y). Upah tidak menjadi hal yang penting pada penyerapan tenaga kerja UMKM sentra industri mebel Jl. Piranha. Hal ini dapat dilihat dari data lapangan dimana tingkat upah pada sebagian mebel cukup tinggi namun tidak diikuti dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi. Selain itu hal tersebut disebabkan masyarakat tidak terlalu merespon besar kecilnya upah yang ditawarkan pengusaha mebel untuk menjadi pengrajin mebel. keinginan masyarakat untuk bekerja sebagai pengrajin mebel sangatlah kurang. Pengusaha mebel pun sulit untuk mencari pengrajin terampil atau berskill. Sehingga ketika pengusaha mebel menaikkan upah bertujuan untuk menyerap tenaga kerja. Pengaruh Modal (X2) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Dari hasil estimasi model regresi dapat diketahui bahwa nilai probabilitas variabel Modal (X2) lebih kecil dari α = 5% (0,000 < 0,05), dengan nilai koefisien sebesar 0,369. Yang artinya bahwa variabel modal berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada UMKM industri mebel. Jadi apabila modal meningkat 1 %, maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah sebesar 0,369 % di UMKM industri mebel Jl Piranha dalam asumsi upah dan nilai produksi konstan. Ketika nilai variabel upah, nilai produksi tetap konstan, maka semakin besar modal, tenaga kerja yang terserap juga akan meningkat. Dalam hal ini modal yang dimaksud yaitu modal untuk setiap produksi. Modal ini digunakan untuk membeli bahan baku, perlengkapan dan peralatan, Jadi modal dalam penelitian ini tidak bersifat substitusi, sehingga dengan adanya penambahan peralatan tidak menggantikan peran dari tenaga kerja. Dalam penelitian ini modal berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini jika modal pengusaha untuk meningkatkan produksinya, maka pengrajin mebel Piranha akan menambah jumlah tenaga kerjanya, namun mereka cenderung akan memanfaatkan jumlah tenaga kerja yang ada untuk output yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan ada tambahan permintaan mebel diluar, sehingga memerlukan adanya pertambahan tenaga kerja baru.
Hal Ini sejalan dengan penelitian Zamrowi (2007) yang berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel Kota Semarang)” Hasil penelitian variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja. Ketika modal terjadi peningkatan maka terdapat penyerapan tenaga kerja di Industri Kecil Mebel Kota Semarang. Begitu pula dengan penelitian Ridha (2011) pada penelitian yang berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Percetakan Skala Kecil – Menengah di Kota Makasar”. Hasil penelitian variabel modal berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, ketika modal terjadi peningkatan maka terdapat penyerapan tenaga kerja pada Usaha Percetakan Di Kota Makassar. Pengaruh Nilai Produksi (X3) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada model regresi diketahui nilai probabilitas Nilai produksi lebih kecil dari α=5% (0,000 < 0,05), dengan nilai koefisien sebesar 0,508. Hal ini berarti bahwa variabel nilai produksi berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada UMKM industri mebel Jl Piranha di Kota Malang. Jadi apabila nilai produksi meningkat 1 %, maka penyerapan tenaga kerja akan bertambah sebesar 0,508% dalam asumsi modal dan upah dianggap konstan. Dengan menjaga nilai variabel upah dan modal tetap konstan, maka semakin bertambahnya kapasitas produksi, nilai produksi pun juga meningkat jadi akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja. Di Kota Malang banyak UMKM industri mebel yang tersebar luas. Di daerah Blimbing Jl Piranha terdapat sentra industri mebel yang memproduksi barang-barang mebel, dimana mereka membeli bahan baku kayu diluar daerah Kota Malang. Permintaan akan mebel sendiri di Kota Malang tidak menentu. Naik turunnya permintaan akan hasil produksi UMKM industri mebel, akan berpengaruh apabila permintaan hasil produksi barang mebel meningkat, maka produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Jadi dengan meningkatnya permintaan mebel dan juga banyaknya pesanan oleh pelanggan, maka nilai produksi akan bertambah sehingga akan terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja. Karena pada produksi mebel Jl Piranha, manusia merupakan faktor utama dalam produksi karena peralatan yang digunakan dalam skala industri kecil dan secara tradisional serta tidak menggunakan tekhnologi canggih. Hal ini serupa dengan penelitian Putra (2012) yang berjudul “Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”. Hasil penelitian Putra menyatakan variabel faktor nilai produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Jadi kenaikan Nilai produksi akan menyebabkan penambahan atau terserap tenaga kerja di Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Begitu juga pada penelitian Budiawan (2013) yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Industri Kecil Pengolahan Ikan Di Kabupaten Demak “. Hasil penelitian Budiawan variabel Nilai Produksi menyatakan berpengaruh signifikan positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil pengolahan ikan di Kabupaten Demak. Ketika terjadi peningkatan pada variabel nilai produksi maka terdapat penyerapan tenaga kerja di Terhadap Industri Kecil Pengolahan Ikan Di Kabupaten Demak.
E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Sentra UMKM Industri Mebel Jl. Piranha di Kota Malang, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a) Secara bersama-sama atau secara serempak variabel upah, modal, dan nilai produksi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada Sentra UMKM Industri Mebel Jl. Piranha di Kota Malang. b) Variabel upah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada
Sentra UMKM Industri Mebel Jl. Piranha di Kota Malang. Hal tersebut disebabkan masyarakat tidak terlalu merespon besar kecilnya upah yang ditawarkan pengusaha mebel untuk menjadi pengrajin mebel. Selain itu keinginan masyarakat untuk bekerja sebagai pengrajin mebel sangatlah kurang. Pengusaha mebel pun sulit untuk mencari pengrajin terampil atau berskill. Sehingga ketika pengusaha mebel menaikkan upah bertujuan untuk menyerap tenaga kerja c) Variabel modal berpengaruh positif berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Sentra UMKM Industri Mebel Jl. Piranha di Kota Malang. Ketika nilai variabel upah, nilai produksi tetap konstan, maka semakin besar modal, tenaga kerja yang terserap juga akan meningkat. Dalam hal ini modal yang dimaksud yaitu modal untuk setiap produksi. Modal ini digunakan untuk membeli bahan baku, perlengkapan dan peralatan, Jadi modal dalam penelitian ini tidak bersifat substitusi, sehingga dengan adanya penambahan peralatan tidak menggantikan peran dari tenaga kerja d) Variabel nilai produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada Sentra UMKM Industri Mebel Jl. Piranha di Kota Malang. Dengan menjaga nilai variabel upah, modal dan biaya bahan baku tetap konstan, maka semakin bertambahnya kapasitas produksi, nilai produksi pun juga meningkat jadi akan meningkatkan jumlah penyerapan tenaga kerja. Saran Dari hasil pembahasan dan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mencoba untuk memberikan saran sebagai berikut : a) Untuk meningkatkan permintaan tenaga kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan unit usaha yang ada atau juga dapat mengembangkan usaha yang telah ada, hal ini sangat membantu dalam penyerapan tenaga kerja b) Pemerintah atau pihak terkait seharusnya lebih meningkatkan sosialisasi ataupun memasarakan akan unit usaha ini. Sehingga banyak masyarakat yang tertarik pada produk mebel di UMKM industri mebel Jl. Piranha. Dengan perkembangan akan unit usaha tersebut, maka diharapkan terjadi peningkatan permintaan akan mebel yang nantinya juga meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada UMKM industri mebel Kota Malang c) Diharapkan adanya kebijakan dari Pemerintah Kota Malang dan juga pihak perbankan yang seharusnya mengutamakan dan mempermudah dalam urusan permodalan bagi para pengusaha mebel, agar para pengusaha industri kecil tersebut dapat mengembangkan usahanya sehingga mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak khususnya di Kota Malang. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2013. Malang Dalam Angka 2013. http://malangkota.bps.go.id diakses pada April 2014. Budiawan, Amin. 2013. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Industri Kecil Pengolahan Ikan Di Kabupaten Demak. Economics Development Analysis Journal, Vol.2, (No.1). Handoko, Hani. 1985. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Liberty. Mankiw, N.Gregory. 2008. Makroekonomi. edisi enam. Jakarta : Erlangga. Purnomo, Reza Adi, 2013. Analisis Variabel – Variabel yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Kecil & Menengah Anyaman Bambu Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Ilmiah. Malang : Universitas Brawijaya.
Putra, Riky Eka. 2012. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, Dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga kerja Pada industri Mebel Di Kecamatan PedurunganKota Semarang. Economic Development Analysis Journal, Vol.1, (No.2). Ridha, Andhi Rahmat. 2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Percetakan Skala Kecil – Menengah di Kota Makasar. Skripsi dipublikasikan. Makasar : Universitas Hasanudin. Sholeh, Maimun. 2007. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah: Teori Serta Beberapa Potretnya Di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol.4, (No.1), April 2007. Simanjuntak, Payaman J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : lembaga penerbit FE UI. Simanjuntak, Payaman J. 2001. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : lembaga penerbit FE UI. Sukirno, Sadono. 1997. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sulistiawati, Rini. 2012. Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia. Jurnal EKSOS ,Volume 8, (No.3), Oktober 2012 hal 195 – 211. Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Yogyakarta : Graha Ilmu.
Ketenagakerjaan.
Syah, Afid Nurdian. 2014. Analisis Variabel – Variabel yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Tempe (Studi Kasus Sentra Industri Tempe Sanan Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang). Skripsi tidak dipublikasikan. Malang : Universitas Brawijaya Undang–undang Rebublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Zamrowi, M. Taufik. 2007. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil (Studi di Industri Kecil Mebel Kota Semarang). Tesis dipublikasikan. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro