ANALISIS PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA, UPAH RIIL, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI MALUKU UTARA
PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Magister (S2)
OLEH UMAR SANGDJI NPM : 080414016
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU EKONOMI BIDANG KAJIAN UTAMA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE 2016
i
PUBLIKASI ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Magister (S2)
UMAR SANGDJI Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Dr. Nahu Daud, SE., M.Si Dr. Amran Husen, SE., ME Fakultas Ekonomi Universitas Khairun
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI BIDANG KAJIAN UTAMA PERENCANAAN PEMBANGUNAN
ANALISIS PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA, UPAH RIIL, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI MALUKU UTARA
ii
ANALISIS PENGARUH PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA, UPAH RIIL, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI MALUKU UTARA
UMAR SANGDJI Fakultas Ekonomi Universitas Khairun Dr. Nahu Daud, SE., M.Si Dr. Amran Husen, SE., ME Dr. Drs. Rivai Umar, M.Si Dr. Abdul Wahab Hasyim, SE.,M.Si Dr. Muamul Sun’an, SE., M.P., M.Ap Fakultas Ekonomi Universitas Khairun
iii
ABSTRAK
Umar Sangadji 2016. Analisis Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Riil, dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Maluku Utara. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Maluku Utara,dan menganalisis pula pengaruh variabel produktivitas tenaga kerja, upah riil, dan pertumbuhan ekonomi, terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara, dan seberapa besar pengaruh dari masing-masing faktor tersebut. Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari faktor produktivitas tenaga kerja, upah riil, dan pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di 8 kabupaten/kota provinsi Provinsi Maluku Utara. Analisis regresi dalam penelitian ini menggunakan metode Least Squere Dummy Variable (LSDV) Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji t untuk variabel produktivitas tenaga kerja (X1) diperoleh nilai thitung sebesar 0,006 dengan tingkat signifikansi 0,05% dan nilai df = 10 diperoleh nilai ttabel 3,169. Ini mengandung pengertian bahwa semakain tingginya produktivitas tenaga kerja, maka tenaga kerja yang terserap akan berkurang. Hasil uji t untuk variabel upah riil (X2), diperoleh nilai thitung sebesar 9,781 dengan tingkat signifikansi 0,000 pada tingkat kepercayaan 0,05%, diperoleh nilai ttabel sebesar 3,169. Pengujian diatas menunjukkan pengaruh variabel upah riil (X2 ) terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (Y) dapat dijelaskan bahwa kenaikan upah riil akan mengakibatkan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hasil uji t untuk variabel pertumbuhan ekonomi (X3), diperoleh nilai thitung sebesar -1,457 dengan tingkat signifikansi 0,189, pada tingkat kepercayaan 0,05%, diperoleh nilai ttabel sebesar 3.169. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi ( X3) terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (Y), mengandung makna semakin tinggi pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan meningkatnya penyerapan tenaga kerja. Hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung pada tingkat kepercayaan (0,05%) sebesar 45, 336 sedangkan nilai Ftabel sebesar 3,14 pada tingkat signifikansi 0,05%. Artinya dari hasil analisi uji F menunjukkan nilai Fhitung 45,336 > dari Ftabel 3,14, dapat disimpulkan bahwa variabel produktivitas tenaga kerja (X1), upah riil (X2), dan pertumbuhan ekonomi (X3), secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (Y). Dari hasil uji R2 diemuan disimpulkan bahwa terdapat korelasi anatara variabel produktivitas tenaga kerja (X1); upah riil (X2); dan pertumbuhan ekonomi (X3) terhadap penyerapan tenaga kerja (Y) sebesar 61,6%, dan sisanya 38,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Kata Kunci: Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Riil, Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja.
iv
1
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Arsyad, 2003). Oleh karena itu, pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Membangun kesejahteraan rakyat adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja (Propenas, 2005). Pembangunan ekonomi suatu daerah atau suatu negara pada dasarnya merupakan interaksi dari berbagai kelompok variabel antara lain sumber daya manusia, sumber daya alam, modal, teknologi dan lain-lain. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi tidak lepas dari peran manusia dalam mengelolanya. Dimana manusia merupakan tenaga kerja, input pembangunan, juga merupakan konsumen hasil pembangunan itu sendiri.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Ketenagakerjaan masih menjadi salah satu prioritas perhatian pemerintah, hal ini dapat tercermin pada ketenagakerjaan merupakan salah satu sasaran pembangunan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019, sesuai Nawacita Jokowi-JK. Sasaran pemerintah pada bidang ketenagakerjaan adalah menurunkan tingkat pengangguran terbuka menjadi 56 persen dan menyelesaikan masalah ketenagakerjaan seperti terbatasnya kesempatan untuk memperoleh p ekerjaan yang layak, kualitas angkatan kerja yang rendaht Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia muda yang tinggi dan TPT terdidik (di atas SLTA) masih tinggi. Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat bahwa secara total persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di M a l u k u U t a r a sampai dengan 2014 sebesar 5,29 persen. Apabila dibandingkan dengan target RPJMND 2014-2019 yang ingin dicapai pemerintah Provinsi Maluku Utara maka dapat dikatakan bahwa TPT Maluku Utara masih jauh dari angka yang diharapkan dimana TPT terdidik (di atas SMA) masih tinggi.
Gambar 1.1 Persentase Pengangguran Terbuka diProvinsi Maluku Utara Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2011-2014 30 25 20 15 10 5 0
SD
SMP
SMA
2012 3,06 2013 1,09
3,68
7,99
9,61
3,86
6,36
4,76 22,16
4,49
6,14
6,38
2,77
8,94
3,86 17,88
2014 1,71
3,31
9,85 12,16
9
8,42
5,29 25,48
2013
2014
2011 2,07
SMK DIPLO UNIVE TNG.P JUML MA RSITA ENG.T AH ERBUK A 4,73 10,57 9,5 5,58 13,26 5,55 25,73
2011
2012
Sumber :BPS Malut Sakernas 2014 (diolah) Tabel 1.2 menjelaskan bahwa di Provinsi Maluku Utara persentase pencari kerja tertinggi terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan dengan jumlah persentase 8,62%, sedikit lebih tinggi 19,39% di Kota Ternate,menyusul Kabupaten Halmahera Utara 14,50 di tahun 2014. Halmahera Selatan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki
sumbangan potensi cukup besar bagi perekonomian Maluku Utara. Kabupaten ini memiliki potensi sumber daya yang cukup besar. Namun, sektor andalannya belum tergarap secara optimal. Pembangunan di Halmahera Selatan yang berlangsung secara menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan PDRB.
Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang sangat dirasakan masyarakat merupakan agregat pembangunan dari 10 Kabupaten/Kota di Maluku Utara yang tidak terlepas dari peran pemerintah dan masyarakat. Namun disisi lain berbagai kendala
dalam memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh penentu kebijakan di tingkat provinsi maupun di kabupaten. Salah satu masalah yang perlu disikapi secara tegas dan bijak adalah masalah ketenagakerjaan
Gambar 1.2 Jumlah Angkatan Kerja Menurut Kegiatan di Maluku Utara Tahun 2011-2014 500.000
466.110
463.604
432.870
400.000
481.504 463.243 456.017 443.946 445.359
300.000 200.000 100.000
25.734
22.164
25.487
17.884
0 2011
2012
Angkatan Kerja
2013 Bekerja
2014
Pengangguran
Sumber :BPS Malut Sakernas 2014 (diolah) Dilihat dari hasil output pembangunan daerah yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi riil,menunjukkan bahwa pertumbuhan PDRB riil di kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara selama tiga tahun terakhir
cenderung meningkat. Tetapi apabila dilihat perdaerah, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi daerah kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara sangat bervariatif.
Banyaknya tenaga kerja yang terserap oleh suatu sektor perekonomian, dapat digunakan untuk menggambarkan daya serap sektor perekonomian tersebut terhadap angkatan kerja. Masih tercatatnya jumlah angkatan kerja di Provinsi Maluku Utara serta jumlahnya yang berfluaktasi menunjukkan bahwa angkatan kerja belum mampu diberdayakan secara optimal oleh berbagai kegiatan ekonomi yang ada. Pengangguran merupakan salah satu indikator penting dalam pembangunan karena dampaknya yang besar baik ke perekonomian maupun sosial. Dampak adanya pengangguran adalah output loss yang hilang karena tidak bekerjanya para penganggur dan semakin tingginya beban mereka yang bekerja
untuk menanggung penganggur ini.
hidup
para
Bergeraknya aktivitas perekonomian di berbagai sektor di Maluku Utara seharusnya juga diikuti oleh kemampuan masingmasing sektor untuk menyerap tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja di Maluku Utara. Berdasarkan Tabel 1.2 tercatat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan kapasitas produksi dan proses ekonomi di Maluku Utara. Penurunan jumlah produk barang dan jasa ini berarti juga bahwa terjadi penurunan jumlah faktor
produksi yang digunakan dan salah satunya adalah tenaga kerja. Hal ini sesuai dengan sifat permintaan tenaga kerja yang derrived demand yag berarti bahwa Namun dari data yang ada dapat dilihat bahwa penurunan jumlah produk barang dan jasa yang ada di Maluku Utara belum diikuti oleh permintaan jumlah tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengangguran di Maluku Utara yang berfluktuasi. Pada tahun 2011 perekonomian tumbuh sebesar 6 , 4 0 % ternyata diikuti dengan jumlah pengangguran sebanyak 25.734 ribu orang. Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi naik menjadi 6,67% mampu menurunkan angka pengangguran sebesar menjadi 22.164 ribu orang. Kemudian pada tahun 2013, pertumbuhan ekonomi menurun sebesar 6,12%. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini tidak berimplikasi terhadap tingkat pengangguran, karena jumlah angka pengangguran juga menurun menjadi 17.884 ribu orang. Tahun2013 pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara naik 6,48% tetapi jumlah angka pengangguran juga meningkat mencapai 25.487 ribu orang. Menurut Wallis (2002), pertumbuhan ekonomi secara otomatis akan meningkatkan upah pekerja dan penyerapan tenaga kerja, karena meningkatnya permintaan tenaga kerja. Nur, (2011) menemukan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja mengelompokan Provinsi Lampung sebagai daerah yang mengalami
permintaan terhadap tenaga kerja merupakan gambaran permintaan terhadap barang dan jasa.
hubungan yang tidak seimbang antara pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun dibarengi dengan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja yang rendah. Variabel upah menentukan tingkat penyerapan tenaga kerja. Menurut Siamnjuntak (1998), apabila produktivitas tenaga kerja meningkat maka dalam memproduksi hasil dengan jumlah yang sama diperlukan pekerja lebih sedikit. Peningkatan upah setiap tahunnya belum mampu menyerap tenaga kerja secara maksimal. Tahun 2012 UMP Maluku Utara meningkat sebesar Rp.889.350 ribu rupiah dari tahun sebelumnya 2011, namun tenaga kerja yang dapat terserap tidak lebih dari 443.946 ribu tenega kerja. Peningkatan UMP tahun 2015 mencapi Rp. 1.557.617 ribu rupaih, tetapi hanya dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 463.449 ribu orang (Gambar 3.1). Menurut Sulistiawati (2012) Upah berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Menurutnya pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga kerja adalah tidak searah, artinya apabila terjadi kenaikan upah, maka berpotensi untuk menurunkan penyerapan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang produktivitasnya rendah
Sesuai dengan penelitian meningkat 1% maka akan Dimas dan Woyanti (2009) yang menurunkan penyerapan tenaga menyatakan bahwa tingkat upah kerja. riil berpengaruh signifikan pada derajat 1% dimana jika upah Gambar 1.3. UMP, Jumlah Tenaga Kerja dan Yang Bekerja di Provinsi Maluku Utara Tahun 2011-2015
100% 80% 60% 40% 20% 0%
2011
2012
2013
2014
2015
Jlh. Tenaga Kerja 463.604 466.110 463.243 481.504 522.108 TK.Yg Bekerja 432.870 443.946 445.359 456.017 463.229 UMP 870.240 899.350 960.4981.440.7641.557.617 UMP
TK.Yg Bekerja
Jlh. Tenaga Kerja
Sumber :BPS Malut 2015 (diolah) Hasil penelitian Eka Sobita dan Suparta (2014) menunjukan bahwa variabel independen PDRB riil dan harga Modal di bidang pertanian secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan PDRB riil dan Modal di bidang pertanian akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Sementara itu Variabel Upah riil secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan Upah riil akan menurunkan Penyerapan Tenaga Kerja. 2 Rumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara berflukatuasi, akan tetapi di sisi lain kondisi ini
justru tidak dapat menyerap banyak tenaga kerja. Peningkatan upah di Provinsi Maluku Utara tiap tahun juga dapat menyebabkan penyerapan tenaga kerja berkurang. Disisi lain, produktivitas yang meningkat tiap tahunnya justru menyebabkan peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja. Selain itu juga jumlah penduduk juga terus bertambah yang menumpuk pada usia produktif, peningkatan jumlah angkatan kerja tanpa diikuti dengan penyediaan lapangan kerja akan mengakibatkan jumlah pengangguran semakin bertambah. Tenaga kerja sebagai salah satu dari faktor produksi merupakan unsur yang penting dan paling berpengaruh dalam mengelola dan mengendalikan
sistem ekonomi, seperti produksi,1. distribusi, konsumsi maupun investasi. Keterlibatannya dalam proses produksi menyebabkan2. mereka menginginkan pendapatan yang memadai, tingkat keamanan dan kenyamanan kerja, serta keuntungan lain yang dapat diperoleh. Untuk mencari solusi yang tepat dari permasalahan tersebut dibutuhkan kajian mengenai ketenagakerjaan yaitu penyerapan tenaga kerja beserta faktor-faktor yang mempengaruhi. Maka, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini : 1. Bagaimana keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Maluku Utara? 2. Apakah ada pengaruh variabel produktivitas t enaga k erja, upah riil, dan pertumbuhan ekonomi, terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara, dan seberapa besar pengaruh dari masing-masing faktor tersebut? 3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 3.1.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan ari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Menganalisis keadaan ketenagakerjaan di Provinsi Maluku Utara. Menganalisis pengaruh variabel produktivitas t enaga k erja, upah riil, dan pertumbuhan ekonomi, terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara, dan seberapa besar pengaruh dari masing-masing faktor tersebut 3.2 Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak- pihak yang terkait. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan sekaligus rekomendasi mengenai strategi kebijakan yang optimal untuk mengurangi tingginya pengangguran di Indonesia khususnya Provinsi Maluku Utara. Sedangkan bagi pembaca diharapkan bisa menjadi informasi dan bahan acuan untuk melakukan penelitian sejenis atupun lebih lanjut. Bagi penulis sendiri penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran dalam penerapan ilmu yang telah dipelajari di bidang ekonomi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Persoalan pokok yang dihadapi Indonesia dalam bidang ketenagakerjaan ini bermula dari tingginya angkatan kerja Indonesia akibat dari pertumbuhan penduduk yang banyak menyebabkan penawaran tenaga kerja akan meningkat. Penelitian yang dilakukan Azaini (2014). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Malang pada tahun 1998 – 2012. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda, metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian pada model pertama menunjukkan pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi ( X1) terhadap variabel kesempatan kerja (Y) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05 dengan nilai koefisiennya adalah 0,014. Maka dapat diambil informasi semakin tinggi pertumbuhan ekonomi (X1) akan mengakibatkan semakin tinggi pula penyerapan tenaga kerja. Dari analisis regresi, bertambahnya pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,014%. Pada model kedua menunjukkan pengaruh variabel upah minimum (X2 ) terhadap variabel kesempatan kerja(Y) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,018 < 0,05 dengan nilai koefisiennya adalah 0,196. Maka
dapat diambil informasi kenaikan upah minimum (X2) akan mengakibatkan penurunan penyerapan tenaga kerja. Dari analisis regresi, bertambahnya upah minimum sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,196%. Pada model ketiga menunjukkan pengaruh variabel investasi (X3) terhadap variabel kesempatan kerja (Y) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,005 < 0,05 dengan nilai koefisiennya adalah 0,168. Maka dapat diambil informasi semakin tinggi investasi (X3) akan mengakibatkan semakin tinggi pula penyerapan tenaga kerja. Dari analisis regresi, bertambahnya investasi sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,168%. Dalam persamaan variabel investasi merupakan variabel dengan peningkatan betanda positif paling tinggi daripada variabel bebas yang lain. Tenaga Kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih) yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja, diantaranya adalah mereka yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah (pelajar dan mahasiswa), mengurus rumah tangga, dan mereka yang tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai pekerja, sementara tidak bekerja atau
mencari pekerjaan (Disnaker, 2006:54). Penelitian Atahrim (2013), tentang Analisis Pengaruh Tenaga Kerja Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Kab/Kota Di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan pengalokasian pengeluaran pemerintah sektor industri serta mengkaji pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian yang digunakan Data panel dengan pendekatan Random Effect Model. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah sektor industri dan tenaga kerja sektor industri berpengaruh postif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Akhirnya, peran pemerintah daerah melalui pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang penyerapan tenaga kerja diharapkan mampu meningkatkan kegiatan ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sangat luas dan komplek: luas, karena menyangkut jutaan jiwa, dan kompleks, karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah untuk difahami. Faktor demografis mempengaruhi jumlah dan komposisi angkatan kerja. Indonesia cukup berhasil dalam
menurunkan angka kelahiran dan kematian secara berkesinambungan. Hal ini justru berdampak pada pertumbuhan penduduk usia kerja yang jauh lebih cepat dari pada pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Kamrudin (2010) dalam penelitiannya terkait Analisis Pengaruh Faktor Tenaga Kerja, Inflasi Dan Kredit Modal Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja, inflasi, dan kredit modal kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember. Metode analisis data yang digunakan adalah estimasi model regresi dengan menggunakan teknik analis OLS (ordinary least square). Uji asumsi klasik yang terdiri dari uji multikolinieritas, uji heterokedastisi tas, uji autokorelasi dan uji normalitas untuk kredit modal kerja terhadap pertumbuhan ekonomi digunakan analisis regresi linier berganda, uji F, Uji t, dan uji determinasi. Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember, inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember dan kredit modal kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember. Di sisi lain, masalah ketenagakerjaan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang penting adalah masih sulitnya arus masuk modal
asing, perilaku proteksionis sejumlah negara-negara maju dalam menerima ekspor negaranegara berkermbang, iklim investasi, pasar global, berbagai regulasi dan perilaku birokrasi yang kurang kondusif bagi pengembangan usaha, serta tekanan kenaikan upah di tengah dunia usaha yang masih lesu. Penelitian Sasana (2009) terkait Pengaruh Investasi Pemerintah dan Investasi Swasta Terhadap Kesempatan Kerja di Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh investasi pemerintah dan investasi swata secara simultan dan parsial terhadap kesempatan kerja Provinsi Bali tahun 1999-2009. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda melalui uji F-test dan t-test dengan tingkat keyakinan 95 persen. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS, diperoleh persamaan : Y = 1568999,409 + 0,665X1 + 0,157X2. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa investasi pemerintah dan investasi swasta berpengaruh signifikan terhadap kesempatan kerja Provinsi Bali tahun 1999-2009 dengan nilai Fhitung (22,326) > Ftabel (4,46). Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa investasi pemerintah berpengaruh positif dan signifikan yang ditunjukkan oleh thitung (3,309) > ttabel (1,860) serta investasi swasta berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja dengan nilai thitung (2,473) > ttabel (1,860). Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,848 yang menunjukkan bahwa 84,8
persen variasi (naik turunnya) kesempatan kerja Provinsi Bali tahun 1999-2009 dipengaruhi oleh variasi faktor investasi pemerintah dan investasi swasta sedangkan sisanya sebesar 15,2 persen dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Diharwan (2012) dengan penelitiannya tentang Analisis Pengaruh Investasi, Angkatan Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh, investasi, Kesempatan kerja, Pengeluaran Pemerintah terhadap Prekonomian Propinsi Sumatera Utara dimana faktorfaktor yang diamati dalam penelitian ini adalah PDRB, Investasi, Kesempatan Kerja dan Pengeluaran Pemerintah Daerah. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Model Ekonometrik. Teknik Analisis menggunakan Regresi Linier Berganda. Hasil peneltian menunjukkan bahwa Variabel Investasi,Kesempatan Kerja, dan Pengeluaran Pemerintah signifikan mempengaruhi PDRB. ILO, Jonewa. (2010) menyaimpaikan bahwa terdapat relasi yang kuat antara pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi. Sumber daya ekonomi diperlukan untuk melakukan investasi dalam pendidikan, kesehatan dan upaya-upaya lain dalam mengembangkan sumber daya manusia sementara di saat bersamaan tingkat kualitas dan karakteristik basis sumber daya manusia membatasi kecepatan dan
pola pembangunan ekonomi. Waktu tunggu panjang yang diperlukan untuk investasi dalam pengembangan sumber daya manusia menyiratkan sebuah kebutuhan untuk perencanaan jangka panjang strategis dan menyediakan landasan untuk perubahan struktural berbasis kebijakan dan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, kebutuhan untuk investasi dalam sumber daya manusia perlu ditetapkan berdasarkan jalur pengembangan masa depan yang diinginkan. Mahendra (2014), Analisis Pengaruh Pendidikan, Upah, Jenis Kelamin, Usia dan Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Tenaga Kerja di Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel pendidikan, upah, usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil tempe di Kota Semarang. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis Regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel upah, usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil tempe di Kota Semarang. Sedangkan variabel pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil tempe di Kota Semarang. Situmorang (2005) dalam penelitiannya terkait Elastisitas Kesempatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Suku Bunga di
Indonesia. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan Elastisitas Kesempatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Suku Bunga. Analiisis yang digunakan adalah Model Ekonometrik. Hasil penelitian ditemukan bahwa Kesempatan kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan upah minimum. Suku bunga tidak berpengaruh secara nyata terhadap kesempatan kerja. Respon kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi bersifat elastis, sedangkan respon kesempatna kerja terhadap upah minimum bersifat inelastis. Respon kesempatan kerja terhadap output yang bersifat elastis terjadi di sektor industri dan sektor lainnya mencakup sektor listrik, gas dan air. Respon kesempatan kerja terhadap upah minimum bersifat elastis terjadi di sektor pertanian, keuangan dan sektor angkutan. Respon kesempatan kerja terhadap suku bunga dengan sifat elastis terjadi di sektor pertanian, industri, jasa dan sektor lainnya. Sasana (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan antar daerah serta penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, kesenjangan antara daerah, tenaga kerja terserap terhadap kesejahteraan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Teknik analisis yang digunakan adalah
least square dengan menggunakan analisis jalur (path analysis), yang dikembangkan sebagai model untuk mempelajari pengaruh secara langsung maupun tidak langsung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen. Tengah. Tenaga kerja merupakan faktor yang terpenting dalam proses produksi. Sebagai sarana produksi, tenaga kerja lebih penting daripada sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air, dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumbersumber tersebut untuk menghasilkan barang dan jasa. Penelitian Tindaon, (2010) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektoral. Dengan metode analisis Ordinary Least Square (OLS), diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Pertumbuhan jumlah penduduk Jawa Tengah berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan sektor Listrik, Gas, dan Air (LGA) sementara pertumbuhan jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektoral sektor-sektor perekonomian lain. Jumlah PDRB sektoral berpengaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor itu masing-masing. Hal ini dapat ditemukan pada sembilan sektor perekonomian di Jawa Tengah. Koefisien elastisitas kesempatan
kerja terbesar adalah pada sektor bangunan diikuti oleh sektor transportasi dan yang terkecil adalah sektor keuangan dan sektor listrik, gas dan air. Temuan diatas mencerminkan bahwa peningkatan jumlah output yang ada di berbagai sektor ternyata belum diikuti oleh pengurangan tingkat pengangguran atau belum diikuti oleh kemampuan sektor-sektor ini dalam menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, butuh kebijakan dari pemerintah dalam hal perencanaan penggunaan tenaga kerja asli daerah serta pengembangan sumber daya manusia yang ditandai dengan usaha meningkatkan kemampuan dan ketrampilan bekerja serta produktivitas kerja dan jaminan kesempatan kerja bagi penduduk yang mampu bekerja.Sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan adalah sektor-sektor dengan kemampuan menyerap tenaga kerja lebih baik. Oleh karena itu, butuh perhatian pemerintah lebih khusus dalam pembuatan kebijakan dalam hal penggunaan tenaga kerja di sektor-sektor ini seperti upaya peningkatan keterampilan, upah dan produktivitas. Sumberdaya manusia mengandung dua pengertian, yaitu: (1). Sumberdaya manusia yang mengandung pengertian usaha kerja, artinya sumberdaya manusia yang mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. (2). Sumberdaya manusia yang
menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Pengertian mampu bekerja adalah mampu untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan nilai ekonomis yang berupa barang dan jasa yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. 2. Landasan Teori 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Berdasarkan BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua oang yang biasanya bekerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun administasi. Sedangkan, menurut undang-undang No 13 Tahun 2003
tentang ketenagakerjaan Pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di Indonesia diambil batas umur maksimal 10 tahun tanpa batas maksimum. Pemilihan 10 tahun berdasarkan kenyataan bahwa pada umur tersebut sudah banyak penduduk yang bekerja karena sulitnya ekonomi keluarga mereka. Indonesia tidak menganut batas umur maksimal karena Indonesia belum memiliki jaminan soasial nasional.
2.2. Permintaan Tenaga Kerja Permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli. Sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena membantu memproduksikan baranga) atau jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand ( Payaman Simanjuntak, 1998). Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahan atau instansi tertentu, dimana keuntungan usaha yang didapat akan memberikan hasil yang maksimum. Secara umum
permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh (Mulyadi, 2003): 1. Perubahan tingkat upah Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila digunakan asumsi tingkat upah naik maka akan terjadi halhal sebagai berikut: Naiknya tingkat upah akan menaikkan biaya produksi perusahaan, selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit produksi. Biasanya konsumen akan memberikan respon yang cepat apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak membeli sama sekali (untuk barang sekunder dan tersier). Dalam jangka pendek kenaikan upah diantisipasi perusahaan dengan mengurangi produksinya. Turunnya target produksi mengakibatkan bekurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja karena turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi atau scale effect.
b) Kenaikan tingkat upah dalam jangka mesinmesin disebut efek substitusi panjang akan direspon oleh tenaga kerja atau substitution effect perusahaan dengan penyesuaian (capital terhadap input yang digunakan. intensive). Perusahaan akan menggunakan 2. Perubahan permintaan hasil produksi teknologi padat modal untuk proses oleh konsumen produksinya dan menggantikan tenaga Apabila permintaan akan hasil kerja dengan barang-barang modal produksi perusahaan meningkat, seperti mesin dan lainlain. Kondisi ini perusahaan cenderung untuk terjadi bila tingkat upah naik dengan menambah kapasitas produksinya. asumsi harga barangbarang modal Untuk maksud tersebut perusahaan lainnya tetap. Penurunan penggunaan akan menambah penggunaan tenaga jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan kerjanya. karena adanya penggantian atau 3. Harga barang modal turun penambahan penggunaan
2.3 Penyerapan Tenaga Kerja Ada perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta atau dalam hal ini tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan atau suatu sektor. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubugan antara berbagai tingkat upah dan jumlah orang yang diminta untuk dipekerjakan. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditunjukkan kepada kuantitas atau banyaknya permintaan tenaga pada tingkat upah tertentu (Sukirno, 2004). 2.4 Penawaran Tenaga Kerja Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh pensupply untuk di tawarkan. Jumlah satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada (1) besarnya penduduk, (2) persentase penduduk yang memilih membelok. 2.5 Pasar Tenaga Kerja Menurut Simanjuntak (2000), pasar tenaga kerja adalah seluruh aktivitas dan pelaku-pelaku yang
berada dalam angkatan kerja, (3) jam kerja yang ditawarkan oleh peserta angkatan kerja, di mana ketiga komponen tersebut tergantung pada tingkat upah (Payaman Simanjuntak, 1998). Kenaikan tingkat upah mempengaruhi penyediaan tenaga kerja melalui dua daya yang saling berlawanan kenaikan tingkat upah disatu pihak meningkatkan pendapatan (income effect) yang cenderung untuk mengurangi tenaga kerja. Dipihak lain peningkatan upah membuat waktu senggang (subsitution effect). Daya subsitusi ini akan meningkatkan jumlah tenaga tenaga kerja, tetapi setelah mencapai titik tertentu WB, pertambahan upah justru akan mengurangi waktu yang disediakan oleh keluarga untuk keperluan bekerja (S2,S3). Hal ini disebut backward bending curve, atau kurva penawaran yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja. Pasar tenaga kerja dibutuhkan karena dalam kenyataannya terdapat banyak perbedaan-perbedaan dikalangan
pencari kerja dan diantaraa. pencari kerja mempunyai tingkat keterampilan, lowongan kerja. Perbedaan- pendidikan, kemampuan, dan sikap pribadi yang perbedaan tersebut adalah : berbeda.
2.6 Hubungan PenyerapanTenaga Kerja dengan Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Elfindri dan Bachtiar, Nasri, (2004) menyatakan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah konsep bersifat universal bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk . 2.7 Hubungan Penyerapan Tenaga Kerja dengan Upah Riil Dalam teori ekonomi, upah dapat diartikan sebagai pembayaran atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada pada para pengusaha (Sukirno, 2004). Berdasarkan UU no.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pengertian dari upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk tunjungan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Burt (1963) menyatakan bahwa ada beberapa teori yang menjelaskan proses penentuan upah dan faktor-faktor yang mempengerahui upah pekerja, diantaranya :
lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber-sumber riil yang semakin sedikit dengan produk perusahaan sehingga dikaitkan dengan skill pekerja. Produktivitas mengandung 1. Teori Kebutuhan Hidup (Subsistence Theory) Salah satu teori upah yang paling tua adalah teori kebutuhan hidup yang dikemukakan David Ricardo. Toeri ini secara sederhana mengemukakan bahwa tingkat upah yang diterima oleh tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan (unskilled worker) hanya dipengaruhi oleh kepentingan untuk menutup biaya kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya. Keadaan upah di pasar tenaga kerja akan berfluaktasi di sekitar subsistance level. 2. Teori Upah Besi Teori ini dikemukakan oleh Ferdinand lassalle, yang menyatakan bahwa dengan adanya subsistance theory kepentingan pekerja tidak terlindungi. Oleh karena itu peran serikat pekerja dalam melindungi kepentingan pekerja menjadi hal sangat penting. Dengan adanya serikat pekerja tersebut, pekerja akan berusaha menuntut upah yang melebihi kebutuhan hidup dirinya dan keluarganya. Teori ini cenderung merugikan kepentingan pengusaha
dan pekerja yang belum mendapatkan pekerjaan dan para pengusaha akan disulitkan dengan kenaikan biaya produksi. 3. Wage Fund Theory Toeri upah ini dikemukan oleh John Stuart Mill. Menurut teori ini tingkat upah tergantung pada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Peningkatan tabungan akan meningkatkan nilai investasi pada sektor-sektor ekonomi sehingga sektor-sektor ekonomi tersebut berupaya meningkatkan kapasitas produksinya, yaitu dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Peningkatan modal ini berakibat meningkatkan upah pekerja karena permintaan tenaga kerja semakin meningkat. Toeri ini juga menjelaskan bahwa peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah cenderung turun, karena tidak
sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja. Sehingga menurut teori ini tingkat upah dapat ditingkatkan hanya dengan mengurangi penawaran tenaga kerja dan dengan meningkatkan tabungan. 4. Marginal Producivity Teory Toeri ini menjelaskan bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan, tiaptiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi sedemikian rupa sehingga tiap faktor produksi yang dipergunakan menerima atau diberi imbalan sebesar nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Pengusaha mempekerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seorang pekerja sama dengan upah yang diterima pekerja tersebut. Toeri ini menyatakan bahwa karyawan memperoleh upah sesuai dengan produktivitas marginalnya terhadap pengusaha.
2.8 Hubungan Penyerapan Tenaga Kerja dengan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan, maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik.
2.9 Kerangka Pemikiran Secara umum produktivitas tenaga kerja memiliki hubungan negative dengan penyerapan tenaga kerja. Apabila produktivitas tenaga kerja meningkat, maka dalam memproduksi hasil dengan jumlah yang sama diperlukan pekerja lebih sedikit. Oleh karena itu, semakin tinggi produktivitas tenaga kerja, maka akan semakin rendah penyerapan tenaga kerja yang tercipta. Sebaliknya, semakin rendah produktivitas tenaga kerja, maka penyerapan tenaga kerja akan meningkat. Upah merupakan hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang maupaun barang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekrja atas suatu pekerjaan atau jasa akan dilakukan. Kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaiakan upah.
Apabila tingkat upah naik, sedangkan input lainnya tetap, maka mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang harganya relative mahal dengan input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat digambarkan bagan berikut :
Gambar 2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Maluku Utara Produktivitas Tenaga Kerja (+) Upah Riil
Penyerapan Tenaga
(-)
Kerja
Pertumbuhan Ekonomiu (+)
2.10 Hipotesis 1. Diduga produktivitas tenaga kerja berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
3.2.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
3.3.
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Maluku Utara. Jenis dan Sumber Data 3.4. Jenis data yang digunakan1. dalam penelitian ini adalah daata sekunder, meliputi data tentang: Produktivitas Tenaga Kerja Upah Riil Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara 2005-2014 Upah Minimum Provinsi 2005-20142. Angkatan Kerja di Provinsi Maluku Utara 2005-2014 Pertumbuhan penduduk Maluku Utara 2005-2014 Data-data dimaksud perolehannya melaui instansi terkait,diantaraanya BPS Provinsi Maluku Utara, BAPPEDA Maluku Utara, Nakertrans Maluku Utara. 3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan/pengambilan data adalah pencatatan peristiwa – peristiwa atau hal -hal atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang4. akan menunjang atau mendukung penelitian (Hasan, 2002). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianini adalah studi dokumentasi, sehingga tidak diperlukan teknik sampling serta kuesioner. Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun5.
2. Diduga upah riil berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja 3. Diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja
melalui dokumen. Dokumen yang dapat digunakan dapat berupa buku harian, surat pribadi, laporan notulen rapat, catatan kasus dalam pekerjaan sosial dan dokumen lainnya (Hasan, 2002). Defenisi Operasional Variabel Penyerapan Tenaga Kerja (Y); yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi, tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja di Maluku Utara. Dinayatakan dalam satuan orang. Produktivitas Tenaga Kerja (X1); yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai perbandingan antara hasil kerja yang telah dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan dalam waktu tertentu. Besaran variabelnya dinyatakan dalam satuan unit per rupiah. Upah Riil (X2); yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upah riil dihitung dengan membagi nilai dari upah nominal dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) dikali 100. Besaran variabelnya dinayatkan dalam satuan rupiah (Rp). Pertumbuhan ekonomi (X3); yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian daerah yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan produk demostik regional bruto (PDRB) provinsiMaluku Utara dalam satu tahun, besaran variabelnya dinyatakan dalam persentase (%).
3.5.
Metode Analisis Data c. Bandingkan nilai R² dalam model Analisis data yang digunakan persamaan awal dengan R² pada dalam penelitian ini adalah analisis model persamaan regresi parsial, regresi liner berganda, dengan jika nilai regresi parsial lebih tinggi bentuk persamaan sebagai berikut maka didalamnya terdapat (Gujarati; 2010): multikolinearitas. Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X33. Melakukan korelasi antar variabel+ ei variabel independen. Bila nilai Dimana : korelasi independen lebih dari 0,8 Y = Penyerapan Tenaga maka terdapat multikolinearitas Kerja 2 Deteksi Heteroskedastisitas X1 = Produktivitas tenaga Uji heteroskedastisitas kerja bertujuan untuk menguji apakah X2 = Upah Riil dalam model regresi terjadi X3 = Pertumbuhan ketidaksamaan varians dari Ekonomi residual satu pengamatan ke b0; b1; b2; b3 = intersep pengamatan yang lain. Model ei = error regresi yang baik adalah yang 3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik homoskedastisitas atau tidak Pengujian model terhadap terjadi heteroskedastisitas. asumsiklasik diberlakukan pada Dengan uji White, persamaan diatas untuk dibandingkan Obs* Rsquared memastikan semua data dengan χ² (chi-squared) Tabel. tidakmengandung multikolineritas; Jika nilai Obs*Rsquared lebih kecil heteroskedastisitas dan dari pada χ² Tabel maka tidak outokorelasi sebagai berikut: terdapat heteroskedastisitas pada 1 Deteksi Multikolinearitas model. Ada beberapa cara yang 3 Deteksi Autokorelasi biasa digunakan untuk mendeteksi Menurut Imam Ghozali terjadinya multikolinearitas menurut (2005), uji autokorelasi digunakan Gujarati (2012), dapat dideteksi dari untuk mengetahui apakah dalam gejala sebagai berikut: model regresi linear ada korelasi 1. Bila nilai R² yang dihasilkan antara kesalahan penggangu pada sangat tinggi, tetapi secara periode t dengan kesalahan individual variabel-variabel penganggu pada periode t-1 independen banyak yang tidak (sebelumnya), dimana jika terjadi signifikan mempengaruhi variabel korelasi dinamakan ada problem independen. autokorelasi. Autokorelasi muncul 2. Melakukan regresi parsial karena observasi yang berurutan dengan cara: sepanjang waktu berkaitan satu a. Melakukan estimasi model awal sama lainnya. Masalah ini timbul dalam persamaan sehingga didapat karena residual (kesalahan nilai R². penggangu) tidak bebas dari satu b. Melakukan auxiliary regression observasi ke observasi lainnya. Hal pada masing-masing variabel ini sering ditemukan pada data penjelas. runtut waktu (time series).
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi salah satunya diketahui dengan melakukan Uji BreuschGodfrey Test atau Uji Langrange Multiplier (LM). Dari hasil uji LM apabila nilai Obs*R-squared lebih besar dari nilai X2 Tabel dengan probability X2 < 5% menegaskan bahwa model mengandung masalah autokorelasi. Demikian juga sebaliknya, apabila nilai Obs*Rsquared lebih kecil dari nilai X2 Tabel dengan probability X2 > 5% menegaskan bahwa model terbebas dari masalah autokorelasi. 3.5.2. Pengujian Statistik Selain uji asumsi klasik, juga dilakukan uji statistik yang dilakukan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktualnya. Uji statistik dilakukan dengan koefisien determinasinya (R²), pengujian koefisien regresi secara serentak (uji F), dan pengujian koefisien regresi secara individual (uji t). 1 Koefisien Determinasi R² ( Goodness of fit) Koefisien determinasi (R²) bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh variasi variabel independen dapat menerangkan dengan baik variasi variabel dependen. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodness of fit) dengan menggunakan koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi (R2) merupakan angka yang memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tak bebas (Y) yang dijelaskan oleh variabel bebas (X) (Gujarati, 2012). Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut: Nilai R² yang sempurna
adalah satu, yaitu apabila keseluruhan variasi dependen dapat dijelaskan sepenuhnya oleh variabel independen yang dimasukkan dalam model. Dimana 0 < R² < 1 sehingga kesimpulan yang dapat diambil adalah: Nilai R² yang kecil atau mendekati nol, berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel tidak bebas sangat terbatas. Nilai R² mendekati satu, berarti kemampuan variabel-variabel bebas menjelaskan hampir semua informasi yang digunakan untuk memprediksi variasi variabel tidak bebas. 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen
dengan menggunakan level of significance 5 persen, dengan rumus (Gujarati, 2012): Dimana : R² : koefisien determinasi k : jumlah variabel independen N : jumlah sampel Hipotesis yang digunakan dalam uji F adalah :
Untuk menentukan kesimpulan dengan menggunakan nilai F hitung dengan F Tabel menggunakan kriteria sebagai berikut :
H0 diterima jika Fhitung < F Tabel maka H1 ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen. H0 ditolak jika Fhitung > F Tabel maka H1 diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. 3 Uji Signifikansi Individu (Uji t) Uji statistic t digunakanuntuk menguji hipotesis mengenai setiap koefisien regresi parsial individual atau untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai t dapat diperoleh dari formula berikut ini:
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Geografis Maluku Utara Letak Geografis Provinsi Maluku Utara terletak di antara 3º Lintang Utara - 3º Lintang Selatan dan 124º - 129º Bujur Timur. Batasbatas Provinsi Maluku Utara adalah sebagai berikut; Sebelah Utara : Samudra Pasifik; Sebelah Timur : Laut Halmahera; Sebelah Barat : Laut Maluku; Sebelah Selatan : Laut Seram. Luas wilayah Provinsi Maluku Utara tercatat 145.801,10 km2. Ibukota provinsi adalah Sofifi. Secara administratif, provinsi ini terbagi menjadi 8 Kabupaten dan 2 Kota. Kabupaten/kota tersebut terdiri dari 113 kecamatan dan 1.070 desa/kelurahan.
Untuk hipotesis dari uji t
disajikan sebagai berikut: Untuk menguji hipotesis nol, dapat menggunakan uji t dengan membandingkan t stastistic dengan t table dengan tingkat signifikan yang telah ditentukan, dalam penelitian ini telah ditentukan tingkat signifikan 10%. Jika nilai t statistic melebihi t table pada tingkat signifikansi yang dipilih, maka hipotesis nol dapat ditolak, jika yang terjadi sebaliknya, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak (Gujarati 2012).
2. Kondisi Penduduk Provinsi Maluku Utara Penduduk Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar 1.114.897 jiwa yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Jumlah penduduk terbesar 211.682 jiwa mendiami Kabupaten Halmahera Selatan. Secara keseluruhan, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin sebesar 104,33 yang berarti terdapat 104 laki-laki pada setiap 100 perempuan. 3. Kondisi Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Penduduk Usia Kerja (PUK) didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk dalam Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja dan
yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya. Penduduk usia kerja di Maluku Utara pada tahun 2013 berjumlah 734.997 jiwa. Dari seluruh penduduk usia kerja, termasuk angkatan kerja berjumlah 472.965 jiwa atau 64,35 persen dari seluruh Penduduk Usia Kerja. Seluruh angkatan kerja tercatat 17.987 jiwa yang diklasifikasikan sebagai penganggur, yaitu mereka yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Dari penganggur tersebut, didominasi oleh lulusan SMTA yaitu sebanyak 65,37%. Tingkat pengangguran terbuka di Maluku Utara pada tahun 2013 sebesar 3,80%, angka ini turun dibanding tahun sebelumnya, artinya jumlah pengangguran menurun. Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Maluku Utara bekerja di sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan yang berjumlah 249.429 orang atau 54,82% dari jumlah penduduk yang bekerja. Sektor lainnya yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi dengan persentase sebesar 36,03% Data tabel 4.2 menunjukkan adanya peningkatan jumlah angkatan, dan yang bekerja kerja selam tahun 2011-2013. Disisi lain tingkat pengangguran, dari data yang ada menunjukkan kecenderungan yang menurun. Artinya ketersidian lapang kerja di Provinsi Maluku Utara dapat menyerap angkatan kerja, walaupun tidak seluruhnya dapat terserap. Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Maluku Utara untuk terus menciptaka kesempatan dan atau lowongan kerja menjadi penting, dan ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kepercayaan investor dalam menanamkan investasinya di Maluku Utara. Dengan investasi yang meningkat diharapkan kesempatan kerja lebih besar tersedia dan dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang lebih besar sehingga pengangguran dapat dikurangi.
Tabel 4.2 Perkembangan Angkakatan Kerja di Provinsi Maluku Utara 2011-2013 Jenis Kegiatan Utama Angkaatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkaatan Kerja
2011 455. 244 431.416 23. 828 248.161
2012 475.392 452.671 22.721 243.723
2013 472.965 454.978 17.987 262.032
Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
703.405 64,72 (%)
719.115 66,11(%)
734.997 64,35(%)
753,800 63.88%
5,23(%)
4,78(%)
3,80(%)
5.29%
Tingkat Pengangguran Terbuka
Sumber : BPS,Maluku Utara 2014 Didolah
2014 481,500 456,000 25,500 272,300
Tiga tahun terakhir (20112012) data tabel 4.2 terlihat tingkat partisipasi angkatan kerja terus meningkat. Tahun 2011 tingkat partisipasi angkatan kerja 64,72%, meningkatn 66,11% tahun 2012. Tahun 2013 tingkat partisipasi angkatan kerja sedikit menurun dari tahun sebelumnya menjadi 64,35%. Tingkat penggangguran tahun 2011-2013 memperlihatkan kecenderungan yang terus menurun. Tahun 2011 tercatat tingkat pengangguran 23.828 orang atau 5,23%, berkurang menjadi 22.7214 orang atau 4,78% di tahun 2012,dan 17.987 orang atau berkurang 3,80% tahun 2013. Tingkat partisipasi angkatan kerja sedikit mengalami penurunan 63,88% tahun 2014 yang mendorong tingkat pengangguran terbuka meningkat 5,29% di tahun 2014. . 4. Kondisi Perekonomian Provinsi Maaluku Utara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Maluku Utara tahun 2010 tercatat sebesar Rp. 14.983,9 triliyun, atau tumbuh sebesar 7,26% dari tahun sebelumnya dan mencapai Rp. 19.211,9 pada tahun 2014, tumbuh sebesar 5,49 % dari tahun sebelumnya, atau mengalami pertumbuhan rata rata setiap tahun sebesar 6,5 %. Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara digerakan oleh hampir seluruh sektor yang menunjukan pertumbuhan rata rata di atas 5% dalam kurun waktu 5 tahun terkecuali sektor primer yaitu pertanian (4,86%) dan sektor pertambangan (0,75%). Pertumbuhan Ekonomi Maluku
Data Statistik menunjukan bahwa Jumlah usia di atas 15 tahun mengalami peningkatan dari jumlah 672.360 jiwa pada tahun 2010 menjadi 753.800 jiwa pada tahun 2014. Seiring dengan itu, jumlah angkatan kerja juga menalami peningkatan dari 437.760 jiwa menjadi 481.500 jiwa pada periode tahun yang sama. Tingkat Pengangguran Terbuka memperlihatkan fenomena yang fluktuatif meskipun terdapat kecenderungan pada penurunan angka Tingkat Pengangguran Terbuka, namun dari sisi Tingkat Partisipasi Ankatan Kerja cenderung mengalami penurunan dari 65,11 % pada tahun 2010 menjadi 63,88 % pada tahun 2014. Kondisi ini menggambarkan bahwa kondisi lapangan kerja belum dalam kondisi stabil untuk menyerap angkatan kerja. Utara menurut sektor dapat dilihat pada table 4.3. Kualitas pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi biasanya diikuti oleh pengurangan kemiskinan, peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), serta perluasan lapangan kerja. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. 5. Perkembangan Upah Riil Dalam teori ekonomi, upah dapat diartikan sebagai
pembayaran atas jasa-jasa fisik Kaum ekonomi klasik maupun mental yang disediakan menyatakan, bahwa tenaga oleh tenaga kerja kepada pada kerja/karyawan mendasarkan para pengusaha (Sadono penawaran tenaga kerja atas upah Sukirno, 2004). Berdasarkan UU riil (W/P). Oleh karena itu, no.13 Tahun 2003 tentang kenaikan upah nominal tidak akan ketenagakerjaan, pengertian dari mengubah penawaran tenaga upah adalah hak pekerja/buruh kerja apabila kenaikan tersebut yang diterima dan dinyatakan disertai dengan kenaikan tingkat dalam bentuk uang sebagai harga yang sepadan. Orang yang imbalan dari pengusaha atau merasa kaya karena kenaikan pemberi kerja kepada upah nominal dan kenaikan pekerja/buruh yang ditetapkan dan tingkat harga yang sama dibayarkan menurut suatu dikatakn karena money illusion. perjanjian kerja, kesepakatan, Orang yang rasional tidak akan atau peraturan mengalami ilusi uang, karena perundangundangan, termasuk mereka hanya mau mengubah tunjungan bagi pekerja/buruh dan penawaran tenaga kerja apabila keluarganya atas suatu terjadi perubahan dalam upah riil. pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Gambar 4.1. Perkembangan Upah Riil Provinsi Maluku Utara 20112015 1.557.617 1.440.764
870.240
899.350
2011 1
2012 2
960.498
2013 3
2014 4
2015 5
Sumber : Nakertransmigrasi Provinsi Maluku Utara, 2015 Perkembangan upah Dengan menggunakan formulasi minimum provinsi Maluku Utara lima besara PDRB per kapita atas dasar (5) tahun terakhir menunjukkan harga berlaku dibagi dengan jumlah peningkatan yang relatif baik. Ini penduduk Provinsi Maluku Utara, mengindikasikan perbaikan diperoleh nilai pendapatan per perekonomian Provinsi Maluku kapita yang lebih besar. Tahun 2011 Utara, memberiakan dampak yang PDRB per kapita sebesar Rp. baik terhadap perbaikan kehidupan 5.680.100 juta, tahun 2015 tenaga kerja dari sisi pendapatan.
meningkat menjadi Rp.7.366.600 ada. Kuznets dalam Pressman juta. (2000:77) juga menjelaskan 6. Pertumbuhan Ekonomi dan bahwa pertumbuhan ekonomi Produktivitas Tenaga Kerja berkaitan dengan perpaduan efek Pertumbuhan ekonomi dari produktivitas yang tinggi dan adalah kenaikan kapasitas dalam populasi yang besar. Dari kedua jangka panjang dari negara faktor ini pertumbuhan bersangkutan untuk menyediakan produktivitas jelas lebih penting, berbagai barang ekonomi kepada karena seperti yang ditunjukkan penduduknya. Kenaikan kapasitas oleh Adam Smith, pertumbuhan ditentukan oleh kemajuan atau produktivitas inilah yang penyesuaian teknologi, menghasilkan peningkatan dalam institusional, dan ideologis standar kehidupan terhadap tuntutan keadaan yang . Gambar 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Maluku Utara 2010-2014 7,26
6,8
6,98
6,37
5,49
2014 2010
1
2011
2012
2
3
2013
4
5
Sumber : Naketransmigrasi Provinsi Maluku Utara, 2015 Data di gambar 4.2 menerus tetapi mengalami menunjukkan selama lima (5) tahun keadaan di mana adakalanya terakhir laju pertumbuhan yang berkembang dan pada ketika lain menurun ekonomi Provinsi Maluku mengalami kemunduran. Utara tumbuh rata-rata 6,58% Konjungtur tersebut disebabkan selama 2010-2014. Terjadi oleh kegiatan para pengusaha kecenderungan yang terus menurun (entrepreneur) melakukan inovasi perekonomian Provinsi Maluku atau pembaruan dalam kegiatan Utara menjadi tantangan tersendiri mereka menghasilkan barang dan bagi pemerintah. Menurut jasa. Untuk mewujudkan inovasi Schumpeter dalam Pressman yang seperti ini investasi akan (2000:155) pertumbuhan ekonomi dilakukan, dan pertambahan tidak akan terjadi secara terus- investasi ini akan meningkatkan
kegiatan ekonomi. Proses multiplier yang ditimbulkannya akan menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam kegiatan . 7. Pengujian Asumsi Klasik Model regresi yang diperoleh diharapkan merupaakan model regresi yang menghasilkan estimator liner tidak bias yang terbaik (best linear unbias estimator ataau BLUE). Kondisi ini dipenuhi bila memenuhi beberapa asumsi yang disebut dengan asumsi klasik. a. Deteksi Multikolinearitas
Syarat multikolineritas
ekonomi dan perekonomian mengalami pertumbuhan yang lebih meningkat kembali
haarus dikatahui nilai Value Inflation Factor (VIF). Apabilan nilai VIF > 5,maka terjadi multikolineritas. Sebaliknya apabila nilai VIF < 5,maka tidak terjadi multikolineritas (Aliman,2000:27). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai VIF dari semuan variabel dalam model regresi berada pada kisaran 0,268 – 1,536 ternyata lebih kecil dari 5.
terdapat didalam model Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas
Model 1 (Constant)
Unstandardized Coefficients B Std. Error -34.629 22.609
Produk.TK .001 Upah.Rill 1.138 Prtbhn.Eko -.390 a. Dependent Variable: Penye.TK
.185 .116 .268
Coefficientsa Standardized Coefficients Beta
.001 .902 -.151
t -1.532 .006 9.781 -1.457
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .169 .995 .000 .189
.764 .822 .651
1.309 1.216 1.536
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016 Hasil pengujian suatu model dapat dilihat dengan memperlihatkan bahwa nilai VIF dari pola Scaterplot. Berdasarkan hasil ketiga variabel independen lebih pengujian diperoleh gambaran pola kecil dari 5 maka dapat disimpulkan Scaterplot (lihat lampiran 2). Dari model regresi ini tidak mengandung gambar pada (lampiran 2) tampak multikolineritas. bahwa titik-titik data menyebar di b. Deteksi atas dan di bawah angka 0, titik-titik Heteroskedastisitas data tidak mengumpul hanya di atas Dilakukan untuk menguji atau di bawah saja, penyebaran terjadinya perbedaan variance tidak membentuk pola residual suatu periode pengamatan bergelombang dan berpola. Dengan keperiode pengamatan berikutnya. demikian dapat disimpulkan tidak Cara memprediksi ada atau terjadi Heteroskedastisitas tidaknya Heteroskedastisitas pada .
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas.
Sumber : Data Sekunder, Diolah,2016
pengganggu) dari satu periode ke Dari gambar di atas, tampak periode berikutnya. Jika terjadi bahwa titik-titik data menyebar di korelasi, maka terjadi problem atas dan diabwa angka 0, titik-titik autokorelasi. Pengujian autokorelasi data tidak mengumpul hanya di atas ini menggunakan metode Durbinataau di bawa saja. Penyebarannya Watson (D-W). Apabila nilai Dtidak membentuk pola Wberada diantara -2 sampai +2 bergelombang dan berpola. Dengan maka tidak terjadi autokorelasi. demikian dapat disimpulkan bahwa Santoso, 2004:26). Dari hasil output tidak terjadi Heteroskedastisitas. regresi (lihat gambar 4.7) regresi c. Deteksi Autokorelasi table Model Summary menunjukkan Uji autokorelasi dilakukan bahwa nilai D-W adalah sebesar untuk menguji apakah suatu model 2,481 sehingga model regresi regresi liner terhadap korelasi tersebut dapat dikatakan tidak antara residual (kesalahan terjadi autokorelasi. Tabel 4.7 Uji Autokorelasi Model Summaryb Std. Error of Model R R Square Adjusted R Square the Estimate Durbin-Watson 1 .975a .951 .930 2.63901 2.481 a. Predictors: (Constant), Prtbhn.Eko, Upah.Rill, Produk.TK b. Dependent Variable: Penye.TK
8. Pembuktian Hipotesis variabel bebas secara bersamaa. Uji F (Simultan) sama dapat mempengaruhi Pengujian ini dilakukan variabel terikat. untuk mengetahui seberapa jauh Tabel 4.8 Hasil Uji F (Simultan) ANOVAa Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 947.202 48.751 995.952
df 3 7
Mean Square 315.734 6.964
10
a. Dependent Variable: Penye.TK b. Predictors: (Constant), Prtbhn.Eko, Upah.Rill, Produk.TK
F
Sig. 45.336
.000b
Sumber : Data Sekunder , diolah, 2016
Hasil uji ANOVA atau uji F ekonomi (X3), secara bersama-sama pada tabel di atas, diperoleh nilai (simultan) berpengaruh signifikan Fhitung pada tingkat kepercayaan terhadap variabel penyerapan (0,05%) sebesar 45, 336 sedangkan tenaga kerja (Y). nilai Ftabel sebesar 3,14 pada tingkat signifikansi 0,05%. Artinya dari hasil b. Uji T (Parsial) analisi uji F menunjukkan nilai Fhitung Pengujian ini dilakukan untuk 45,336 > dari Ftabel 3,14, dapat mengetahui apakah dalam model disimpulkan bahwa variabel regresi, variabel bebas secara produktivitas tenaga kerja (X1), parsial berpengaruh signifikan upah riil (X2), dan pertumbuhan terhadap variabel terikat. Tabel 4.9 Hasil Uji T (Parsial) Model 1
(Constant)
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -34.629 22.609
Produk.TK .001 Upah.Rill 1.138 Prtbhn.Eko -.390 a. Dependent Variable: Penye.TK
.185 .116 .268
Sumber : Hasil Analisis, 2016 Hasil uji t untuk variabel produktivitas tenaga kerja (X1) diperoleh nilai thitung sebesar 0,006 dengan tingkat signifikansi 0,05% dan nilai df = 10 diperoleh nilai ttabel 3,169. Hal ini menunjukkan bahwa nilai thitung 0,006 ≤ nilai ttabel 3,169. Ini mengandung pengertian bahwa semakain tingginya produktivitas tenaga kerja, maka tenaga kerja yang terserap akan meningkat dengan persentase yang semakin kecil. Artinya pada sektor tertentu yang dibutuhkan adalah skiil atau keahlian tenaga kerja, buka jumlah tenaga kerja dalam meningkatkan output perusahaan. Dengan demikian hipoteisi pertama (1) yang menyatakan produktivitas tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara terbukti dalam penelitian ini. Pengujian diatas menunjukkan pengaruh variabel produktivitas tenaga kerja (X1 )
.001 .902 -.151
T -1.532 .006 9.781 -1.457
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .169 .995 .000 .189
.764 .822 .651
1.309 1.216 1.536
terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (Y) mengadung pengertian, jika produktivitas tenaga kerja meningkat sebesar 1%, akan mengakibatkan meningkatnya penyerapan tenaga kerja hanya sebesar 0,06% di Provinsi Maluku Utara. Hasil uji t untuk variabel upah riil (X2), diperoleh nilai thitung sebesar 9,781 dengan tingkat signifikansi 0,000 pada tingkat kepercayaan 0,05%, diperoleh nilai ttabel sebesar 3,169. Hasil ini memperlihatkan bahwa nilai thitung 9,781 ≥ dari nilai ttabel 3,169. Artinya koefisien regresi memiliki pengaruh dengan nilai signifikan yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja, sehingga hipotesis 2 dalam penelitian ini tidak terbukti, bahwa upah riil berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja tidak terbukti. Pengujian diatas menunjukkan pengaruh variabel
upah riil (X2 ) terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (Y) dapat dijelaskan bahwa kenaikan upah riil akan mengakibatkan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Dari analisis regresi, bertambahnya upah riil sebesar 1% akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 9,78% di Provinsi Maluku Utara. Hasil uji t untuk variabel pertumbuhan ekonomi (X3), diperoleh nilai thitung sebesar -1,457 dengan tingkat signifikansi 0,189, pada tingkat kepercayaan 0,05%, diperoleh nilai ttabel sebesar 3.169. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai thitung -1.457 ≤ dari nilai ttabel 3.169. Artinya ada pengaruh walaupun nilainya kecil, variabel pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja, sehingga hipotesisi ke 3 dalam penelitian ini terbukti. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi ( X3) terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (Y), mengandung makna semakin tinggi pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan meningkatnya penyerapan tenaga kerja. Dari analisis regresi, dapat difahami bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,47% dari total angkat kerja yang ada di Provinsi Maluku Utara. c. Hasil Regresi Model FEM Analisis regrsi merupakan salah suatu tehnik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk memperkirakan (prediction). Berdasarkan tabel Model Summary (lihat lampiran 1) hasil analisis regre
dapat dijelaskan bahwa bahwa multipler R adalah merupakan koefisien korelasi berganda, dalam mengukur keeratan hubungan antara variabel penyerapan tenaga kerja (Y) dengan variabel penjelas (X1 = produktivitas tenaga kerja; X2 = upah riil; X3= pertumbuhan ekonomi), yang merupakan akar dari koefisien determinasi (R2). Hasil analisis data menunjukkan hubungan antara variabel penyerapan tenaga kerja (Y) dengan variabel penjelas (X1; X2 ; X3), adalah sebesar 0,731, atau dengan kata lain kemampuan (X1 = produktivitas tenaga kerja; X2 = upah riil; X3= pertumbuhan ekonomi), sangat erat hubungannya dengan penyerapan tenaga kerja (Y) yakni sebesar 73,1%. Nilai R Square (R2) merupakan koerisien determinasi, nilai ini digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh model yang terbentuk dapat menerangkan kondisi yang sebenarnya. Hasil analisis diperoleh nilai R2 sebesar 0,731 atau (73,1%). Dari hasil pengolahan data variabel (X1 = produktivitas tenaga kerja; X2 = upah riil; X3= pertumbuhan ekonomi), terhadap variabel penyerapan tenaga kerja (Y) diperoleh model regresi liner berganda sebagai berikut: ̂ = -12,971 + - 62,649X1 + 𝒀 0,370X2 + 62,287X3 + e Berdasarkan model regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa keseluruhan variabel bebas (X1 = produktivitas tenaga kerja; X2 = upah riil; X3= pertumbuhan ekonomi), memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
penyerapan tenaga kerja (Y). Hasil pengujian koefisien determinasi (R2) untuk mengatahui seberapa besar :
variabel-variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikat dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi R2 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Square Estimate 1 .855a .731 .616 57183.947 a. Predictors: (Constant), Prtbhn.Eko, Produk.TK, Upah.Rill b. Dependent Variable: Penye.TK
Hasil analisis pada tabel diataas memperlihatkan bahwa tingkat keeratan atau hubungan antara variabel (X1) produktivitas tenaga kerja; (X2) upah riil; dan (X3) pertumbuhan ekonomi, terhadap penyerapan tenaga kerja (Y), ditemukan korelasi ganda yang sangat kuat yairu sebesar (R Square = 0.616). Temuan ini dapat disimpulkan bahwa terdapata. korelasi anatara variabel produktivitas tenaga kerja (X1); upah riil (X2); dan pertumbuhan ekonomi (X3) terhadap penyerapan tenaga kerja (Y) sebesar 61,6%, dan sisanya 38,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. 9. Pembahasan Hasil Penelitian Pertumbuhan ekonomi, merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau suatu daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana
DurbinWatson .963
aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu. Untuk melihat lebih jauh hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini, dapat dijelaskan pada bahasan hasil penelitian berikut: Pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara,
Hasil uji t untuk variabel produktivitas tenaga kerja (X1) diketahui memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara. Hasil ini memperkuat temuan Buchele and Christiansen (1999) di Amerika Utara bahwa lembaga yang mempromosikan perlindungan bersama, keamanan kerja dan perlindungan sosial memiliki efek yang sama dan berlawanan pada pertumbuhan lapangan kerja yang (negatif), dan pertumbuhan produktivitas (Positif), sehingga menimbulkan hubungan terbalik antara variabel-variabel tersebut. Implikasi dari temuan ini adalah bahwa deregulasi pasar tenaga kerja yang efektif, bisa menghasilkan lebih banyak
pekerjaan, (tersedianya lapangan kerja), dan produktivitas tenaga kerja akan menjadi lebih baik. Hasil yang sama ditunjukkan oleh Zamrowi (2007); Variabel produktivitas tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan tenaga kerja. Dimas dan Woyanti (2009); Tambunsari (2013); yang menemukan bahwa produktivitas tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah. Dari uraian diatas menunjukkan semakain tingginya produktivitas tenaga kerja, maka tenaga kerja yang terserap akan rendah. Seiring dengan penurunan b.
Pengaruh upah riil terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara.
Merujuk pada hasil statistik, ditemukan bahwa, upah riil memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara. Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Kuncoro (2002); bahwa variabel upah riil lebih besar berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja di industri tembakau daripada industri alas kaki di Jawa Tenga, karena industri tembakau bersifat padat karya, sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja, sementara industri alas kaki lebih bersifat pada modal, yang membutuhkan lebih sedikit tenaga dengan skiil tertentu. Hasil penelitian Guisan, and eva (2007) di 5 negara-negara Uni Eropa: Perancis, Jerman,
biaya tenaga kerja ini, maka dapat dilakukan penambahan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan usaha. Sehingga produktivitas tenaga kerja ini juga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif dan kuantitatifl. Secara filosofiskualitatif, produktivitas mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Secara filosofis-kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu.
Italia, Spanyol dan Inggris menemukan Eropa harus mengembangkan kebijakan ekonomi dalam rangka meningkatkan dukungan untuk peningkatan kualitas SDM. Dengan pembinaan pendidikan yang baik, menghasilakan kualitas SDM yang kualifat, dengan begitu upah riil yang diterima tenaga kerja lebih tinggi, sehingga bagi negara-negara maju upah riil tidak menjadi kebijakan negara yang utama, tetapi nega memiliki komitmen kuat dalam meningkatkan keahlian dan ketrampilan tenaga kerja, yang akan menentukan berapa besar upah riil layak di terima setiap tenaga kerja. Hasil berbeda di temukan Klien (2012) di Afrika Selatan menemukan bahwa pertumbuhan yang cepat dari upah riil, melampaui pertumbuhan
produktivitas tenaga kerja di sebagian besar sektor, memainkan peran penting dalam menekan penciptaan lapangan kerja. Penelitian Sutomo et. al. (2004); juga memperlihatkan variabel upah riil menyebabkan peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja di Propinsi Lampung, Maluku Utara, Aceh, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten dan DIY. Hasil berbeda ditemukan di provinsi Sulawesi Selatan dan Papua. Sitomorang (2005); menemukan Kesempatan kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan upah minimum. Sitomorang juga Berdasarkan hasil analisi statistik penelitian ini, ditemukan ada pengaruh walaupun nilainya kecil, variabel pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil ini sejalan dengan penelitian Aljebrin (2012) di Saudiarabia dan Eropa. Adanya hubungan yang sifatnya elastisis penyerapan tenaga kerja yang rendah dengan pertumbuhan ekonomi di Uni Eropa, dan Saudiarabia. Artinya ada perbedaan yang signifikan dari satu negara ke negara lain. Tambun (2013), dalam penelitiannya menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap peyerapan tenaga kerja. Arah koefisen regresi positif menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi meningkat dapat menyebabkan peningkatan penyerapan tenaga kerja.
menemukan bahwa respon kesempatan kerja terhadap upah riil bersifat in-elastis secara simultan di semua sektor ekonomi, tetapi respon kesempatan kerja terhadap upah minimum, bersifat elastis terjadi di sektor pertanian, keuangan dan sektor angkutan. Zamrowi (2007); Dimas dan Woyanti (2009); dalam penelitiannya juga menemukan variabel upah/gajji berpengaruh signifikan dan negatif terhadap permintaan tenaga kerja. c. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara.
Sitomorang (2005) juga menemukan bahwa kesempatan kerja dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Artinya respon kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi bersifat elastis. Ini diperkuat oleh penelitinnya Dimas dan Nenik Woyanti di DKI Jakarta (2009) bahwa variabel PDRB signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian Sitanggang, dan Nachrowi (2004); Sobita dan Suparta (2014) di Lampung menunjukan bahwa variabel independen PDRB riil di bidang pertanian secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan PDRB riil di bidang pertanian akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. .
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya,dapat disimpulkan sebagaai berikut: 1. Tingkat produktivitas tenaga kerja di Provinsi Maluku Utara masih tergolong rendah, karena dari tingkat pendidikan tenaga kerja yang ada saat ini rata-rata masih berpendidikan SD dan SMP. 2. Kebijakan peningkatan upah riil (UMP) setiap tahun di Provinsi Maluku Utara terbukti dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja, walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Ini menjadi temuan penting dalam penelitian saya, karena sejumlah hasil penelitian sebelumnya, ditemukan upah riil berhubungan negatif dengan penyerapan tenaga kerja. 3. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara selama 2005-2015, yang tumbuh rata-rata di atas 5%, dapat dikatan belum berkualitas, karena tidak diikuti dengan penyerapan tenaga kerja secara berarti.
5.2. Saran Dari uraian hasil penelitian, pembahasan dan kesempulan yang dikemukanan sebelumnya, maka saran-saran yang dapat disampikan kepadaa pihak-pihak terkait diantaranya: 1. Pemerintah Provinsi Maluku Utara seyogianya melalui lembaga ketenagakerjaan, dapat membuka dan atau menambah balai-balai latihan kerja, guna meningkatkan pengetahuan dan skill yang memadai bagai angkatan kerja di Provinsi
Maluku Utara, karena rata-rata angkatan kerja masih berpendidikan Sekolah Dasar dan Menengah. 2. Standar upah minimum Provinsi Maluku Utara seharusnya dievaluasi setiap 6 bulan, untuk menyesuaikan dengan tingkat inflasi, yang mempengaruhi kemampuan daya beli masyarakat. 3. Sekto ekonomi yang masih rendah memberi kontribusi selain sektor Pertanian (kehutanan, perkebunan peternakan, dan perikana) dan sektor Jasa Kemasyarakatan (public services) terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara, seyoginya mendapat perhatian lebih dari pemerintah, karena cukup potensial terhadap penyerapan tenaga kerja dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Aljebrin,
Mohammed Abdullah 2012. Labor Demand and Economic Growth in Saudi Arabia. American Journal of Business and Management .Vol. 1, No. 4, 2012, 271-277. College of Business Administration, Majmaah University, Majmaah, Saudi Arabia.
Azaini, Mukhamad Rizal 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang (studi kasus pada tahun 1998 – 2012), Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. Askenazy, Philippe. 2003. Minimum Wage, Export, and Growth. European Economic Review 47 (2003), pp 114 – 167.
Bappenas. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014. Buku II. Jakarta: Bappenas. Buchele, Robert and Christiansen, Jens. 1999. Employment and Productivity Growth in Europe and North America: The Impact of Labor Market Institutions. International Review of Applied Economics, Vol. 13, No. 3, 1999. ISSN 0269-2171 print/ISSN 1465-348 6 online/99/030313-20. 1999 Taylor & Francis Ltd Borjas, George J. 2010. Labor Economic. New York: Mc Graw Hill. Burt . 1963. Labor Market, Unions and Goverment Policies‖ Deliarnov.
Dinas
Gindling, TH and Katherine Terrell. 2004. The Effects of Multiple Minimum Wages throughout the Labor Market. IZA Discussion Paper No. 1159 Gujarati, Damodar. (2012). Ekonomitrika Dasar. Edisi Ketuh. Penerbit Erlangga, Jakarta.McGraw-Hill.Inc. 2012. Guinsan, Maria-Carmen Aguyato, Eva. 2007. Wages, productivity and human capital in the european union: econometric models and comparison with the usa 19852005. Applied Econometrics and International Development Vol. 7-1 (2007) Hornstein, Andreas; Krusell and Violante Giovanni L 2005. The Effects of Technical Change on Labor Market Inequalities. CEPS Working Paper No. 113 July 2005 Iksan,
Mohamad. 2010. Upah Minimum Regional dan Kesempatan Kerja. Mencari Jalan Tengah. http://els.bappenas.go.id. Diakses tanggal 27 Januari 2010.
ILO,
Jonewa. 2010. Panduan Konseptual dan Metodologi untuk Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan. www.google.com
1995. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: UI-Press.
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. “Konsep Ketenagakerjaan”. Jakarta: Disnakertrans, Jakarta, 2006.
Elfindri dan Bachtiar, Nasri, (2004) Ekonomi Ketenagakerjaan, Andalas University Press, Padang. Gianie. 2009. Pengaruh Upah Minimu Terhadap Penyerapan Tenaga kerja Berpendidikan Rendah Di Sektor Industri dan Perdagangan. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia
Jhingan, M, L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Knight, John. Deng Quheng. & Li Shi, 2011. The Puzzle of Migrant Labour Shortage and Rural Labour Surplus in China.China Economic Review. CHIECO00506; pp 1-16.
Kuncoro, Haryo. 2002. Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan Tenaga Kerja. Tesisis, Tidak Dipublikasikan. Kuncoro,
Mahalli,
Haryono.2002. Upah sistem bagi hasil dan penyerapan tenaga kerja. Kasyful.2010. Kesempatan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan. www.google.com
Mankiw. N. Gregory. 2006. Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat. Harvard University. Penerbit Erlangga, Jakarta, 13740. Maria,
Mulyadi,
Siti. 2012. Faktor Pendorong Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Wanita Sektor Industri, Perdagangan dan Jasa di Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan, diakses 20 Januari 2016.hhtp://www.google. com S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan.
Nindya Eka Sobita dan I Wayan Suparta 2014. Pertumbuhan Ekonomi Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Lampung. JEP, Volume 3 No.2. 2014. Nir Klein . 2012. Real Wage, Labor Productivity, and
Employment Trends in South Africa: A Closer Look. International Monetary Fund WP/12/92. IMF Working. Paper African Department. O’Hara-Deveraux, Mary and Robert Johansen (1994) Global Work: Bridging Distance, Culture and Time, Jossey Bass. Paudel, Ramesh Chandra.”Foreign Debt, Trade Openness, Labor Force and Economic Growth: Evidence from Sri Lanka”: ICFAI Journal of Applied Economics Vol. 8 No.1 Hal 5764, 2009. Sasana.Hadi. 2009. Analisis Dampak Pertumbuhan Ekonomi, Kesenjangan Antar Daerah dan Tenaga Kerja Terserap Terhadap Kesejahteraan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah dalam Dra desentralisasi Fiskal. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2009, Hal. 50 – 69. Vol. 16, No.1. ISSN: 1412-3126. Setiaji, Bambang. & Sudarsono. 2004. Pengaruh Diferensiasi Upah Antar Propinsi terhadap Kesempatan Kerj. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9 No. 2, Desember 2004, pp 132.journal.uii.ac.id. Simanjuntak, Payaman, J. 1998. Pengantar EkonomiSumber Daya Manusia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Simanjuntak, Payaman, J. 2000 Pengantar EkonomiSumber Daya Manusia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sinaga,
Tianggur. 2008. Kebijakan Pengupahan Di Indonesia. Jurnal Ketenagakerjaan. Volume 3 Nomor 2 Edisi Juli – Desember. pp 29-46
Sitanggang, I. R. dan Nachrowi, N.D. 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model demometrik di 30 Propinsi pada 9 Sektor di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia. Vol. 5. No. 1. FEUI. Jakarta. Sutomo, Ignatia, Rohana dkk. 2004. Pengaruh Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral: Analisis Model Demometrik di 30 Provinsi pada 9 Sektor di Indonesia. Sumarsono, Sonny. 2009. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Teori dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Situmorang, Boyke T.H. 2005. Elastisitas Kesempatan Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Suku Bunga di Indonesia. Solow, Robert M., 1998. What is Labor Market Flexibility? What is it Good For?, Proceedings of The British Academy, Vol. 97. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat. Tindaon, Ostinasia. 2010. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Jawa Tengah
(pendekatan Demometrik).www.google.com. Tim Peneliti Smeru.Laporan dari Lembaga Peneliti SMERU, dengan dukungan dari USAID/PEG 2001. Dampak kebijakan UMP terhadap Tingkat Upay dan Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan di Indonesia Undang-Undang No 13. Tahun 2003. tentang Ketenagakerjaan.Kementrian Tenaga Kerja RI. 2003