KEDUTAAN BESAR REPUBLIK INDONESIA LIMA Av. Las Flores 334 – 336 San Isidro, Lima – Peru Telp. (511) 222 0308, 222 0309, 222 2822 Fax. (511) 222 2684 Email :
[email protected]
Kajian Pasar Produk Shortening (HS. 151190000) I.
Pendahuluan Peru mempunyai luas wilayah sebesar 1.285.220 Km2, yang terdiri dari 25 daerah/departemen dengan Jumlah penduduk yang tercatat sampai dengan pertengahan Juni 2012 sebanyak 30.135.875 orang. Pertumbuhan Ekonomi Peru pada tahun 2012 sebesar 6,3% dan pertumbuhan ekonomi Peru pada tahun 2013 diperkirakan sebesar 5%, mengalami penurunan sebagai dampak dari krisis global. Pertumbuhan ekonomi Peru didorong oleh meningkatkan permintaan domestik, dimana telah meningkat kelas menengah. Sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 2% dan Pemerintah Peru bertujuan untuk meningkatkan sektor pertanian sebesar 5% pada tahun 2014. Peningkatan di sektor Pertanian sebesar 5% diperkirakan dapat dicapai mengingat bahwa sektor tersebut memiliki rata-rata pertumbuhan 4% dalam sepuluh tahun terakhir dan adanya pembukaan pasar baru untuk produk-produk pertanian. Adapun pada tahun 2013 produk pertanian non – tradisional yang mengalami kenaikan tertinggi antara lain sayur-sayuran, buah-buahan , biji-bijian Andes ( quinoa ) dan lainlainnya. Ekspor pertanian pada akhir tahun ini,diperkirakan akan mencapai US $ 4.000 juta. Lembaga Fitch Rating melaporkan bahwa Peru adalah satu-satunya negara di Amerika Latin dan Karibia yang mencatat surplus fiskal tahun ini , setara dengan 0,4 % dari Produk Domestik Bruto ( PDB ) dan 0,2 % pada tahun 2014. Presiden Bank Sentral Peru, Julio Velarde menjelaskan memperkirakan bahwa 12 bulan kedepan inflasi sebesar 2%, sedangkan inflasi tahun 2013 diperkirakan sebesar 3,04% dan juga memproyeksikan bahwa tahun 2014 ekonomi Peru akan tumbuh sebesar 6 % karena adanya peningkatan produksi tembaga sebesar 10%, yang berasal dari proyek tembaga Toromocho dan Chinalco.
II. Pengertian Shortening dan Jenis-Jenisnya a. Defenisi Shortening. Shortening yang dikenal di pasaran sebagai “Mentega Putih” adalah lemak yang dapat dimakan (edible fat) yang digunakan untuk berbagai macam keperluan seperti membuat adonan roti, bahan untuk membuat butter cream, dan juga untuk menggoreng. Disebut sebagai Shortening karena pada saat adonan roti dicampur, lemak akan menghambat pembentukan gluten yang ada pada terigu, atau dengan kata lain memperpendek gluten. Shortening terbuat dari 100% lemak, baik lemak nabati ataupun lemak hewani ataupun campuran keduanya, yang sudah dimurnikan dan dihilangkan baunya. Secara umum fungsi shortening mirip dengan margarin yaitu untuk membuat adonan roti lebih empuk dan lebih enak pada saat dimakan. Selain itu karena kandungannya 100% lemak maka dapat juga digunakan untuk menggoreng. Di Peru produk shortening juga disebut grasas atau Manteca. Sementara itu Manteca terbagi atas beberapa jenis atau macam seperti Manteca atau mantequilla, manteca cacahuete (dari kacang tanah), Manteca dari lemak babi, manteca colara yang juga dari babi, manteca cacao, manteca vegetal (tumbuh-tumbuhan) Manteca de frutos secos (buah kering), Manteca almendra dan lain sebagainya. Pada intinya semua produk lemak makan (edible fat) yang terbuat dari 100% lemak dapat dikategorikan sebagai shortening, apapun itu nama produknya. Shortening adalah lemak nabati dan salah satu kegunaannya adalah untuk menggoreng. Perbedaan antara lemak dengan minyak adalah dalam bentuk wujud dimana minyak berwujud cair sedangkan lemak berwujud. Perbedaan utama antara margarin dan shortening adalah margarin mengandung kadar air sedangkan shortening tidak mengandung kadar air sama sekali. Perbedaan yang kasat mata antara shortening dan margarin adalah warnanya. Umumnya margarin berwarna kuning sehingga dipasaran dikenal sebagai “mentega kuning”, sedangkan shortening berwarna putih sehingga di pasaran dikenal sebagai “mentega putih”. Secara umum tabel di bawah ini memperlihatkan perbedaan antara Shortening dan Margarin. Meskipun demikian ada beberapa pengecualian, contohnya ada margarin tanpa garam, margarin yang tidak diberi warna atau margarin putih, dan ada shortening yang diberi warna seperti pastry shortening, dan ada shortening yang diberi pewarna. b. Proses Produksi Shortening Seperti dijelaskan sebelumnya, bahan baku shortening adalah 100% lemak, yang dapat terdiri dari satu atau beberapa jenis lemak atau minyak. Selain lemak atau minyak, ke
dalam shortening dapat juga ditambahkan bahan lainnya seperti emulsifier (untuk membantu pada saat proses pengocokan / creaming), pewarna dan aroma. Adapun alur proses produksi shortening hampir mirip seperti alur proses produksi Margarin yaitu seluruh bahan baku dicampur hingga merata dalam tangki mixing pada suhu tertentu, kemudian campuran ini didinginkan (cooling) dan dihomogenisasi (working) agar ukuran partikelnya seragam. Setelah itu siap untuk dikemas. Pada saat dikemas tekstur shortening masih dalam bentuk setengah padat / pasta. Setelah itu shortening harus disimpan dahulu selama beberapa hari atau disebut sebagai tempering, dengan tujuan agar tekstur menjadi padat dan stabil. Khusus untuk Pastry Shortening proses produksinya agak sedikit berbeda dari pembuatan shortening yang lainnya karena pastry shortening memiliki tekstur yang khusus untuk aplikasi pembuatan lapisan-lapisan (layering) pada produk puff pastry. c. Jenis shortening Secara umum shortening dibedakan menjadi dua jenis: -Solid shortening, atau shortening yang memiliki sifat plastis dan berbentuk padat -Liquid shortening, yaitu shortening yang berbentuk cair Shortening yang banyak beredar dan dikenal di Peru adalah shortening yang berbentuk padat yang umumnya dijual di berbagai supermarket ataupun secara langsung ke pabrik roti. Sedangkan shortening cair atau liquid umumnya masih terbatas di kalangan industri. Solid shortening atau shortening padat dibagi menjadi beberapa jenis, meskipun demikian pembagian ini tidak seragam antara satu pabrikan dengan yang lainnya. -
White Fat : shortening yang murni hanya lemak tanpa tambahan emulsifier, contohnya shortening yang digunakan untuk membuat roti tawar Baker’s Fat : shortening dengan tambahan emulsifier, contohnya shortening untuk membuat buttercream atau biscuit cream filling. Cake Fat : shortening dengan tambahan emulsifier, warna dan aroma untuk membuat cake Pastry Fat : shortening yang khusus untuk membuat lapisan pada produk puff pastry
d. Penggunaan Shortening Shortening digunakan untuk membuat berbagai macam produk seperti: -Roti tawar dan roti burger, buttercream untuk filling, menghias kue, biskuit dan wafer, Cream biscuit dan wafer, puff Pastry, cake dan pia.
III. Penggunaan produk Shortening di Peru Peru bersama dengan negara-negara amerika latin lainnya adalah negara yang mengkonsumsi roti yang cukup tinggi. Roti yang dibuat dari salah satu bahan utamanya adalah shortening telah menjadikan roti merupakan suatu kebutuhan utama yang tidak dapat dihindarkan. Masyarakat Peru masih mungkin tidak memakan nasi atau membeli kebutuhan lainnya, tetapi kebutuhan akan roti adalah merupakan suatu kewajiban yang harus ada pada masing-masing keluarga. Umumnya roti bagi masyarakat Peru dijadikan sebagai makanan untuk sarapan pagi ataupun sebagai makanan pembuka. Berdasarkan hasil penelitian dari Badan Pangan Dunia (FAO) bahwa tingkat kebutuhan roti di Peru tahun 2012 mencapai 30 kg perkapita dan diperkirakan tahun 2013 akan meningkat 3% menjadi 31 kg perkapita. Peru merupakan negara dengan tingkat konsumsi roti yang cukup rendah dibandingkan dengan negara Chile dengan 95 kg perkapita, Argentina 85 kg perkapita, Uruguay 65 kg perkapita dan Kolombia 34 kg perkapita. Diharapkan tingkat konsumsi roti di Peru akan meningkat 6%-7% dalam waktu 10 tahun dengan tingkat konsumsi mencapai 55 kg perkapita. IV. Kajian pasar shortening Selain mengimpor, Peru juga memproduksi produk shortening yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Pemerintah Peru telah membuat kebijakan untuk mengurangi penanaman coca dengan meningkatkan penanaman kelapa sawit. Selain menanam kelapa sawit, juga memproduksi berbagai produk turunan kelapa sawit dan lainnya. Guna memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri, Peru harus mengimpor 70% berbagai produk turunan dari kelapa sawit. Sementara itu terdapat berbagai perusahaan kelapa sawit terbesar di Peru yang telah mengelola produknya ke berbagai jenis produk final seperti table dibawah ini. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Perusahaan Industrias del Espinosa SA
Produk
Minyak nabati, shortening, sabun, margarin. Derivados del Maiz SA Minyak dan turunannya La Union SA Minyak senyawa, shortening Industrial Alpamayo SA Minyak nabati dan senyawa, dan shortening yang dapat dikunsumsi Oleoficio Lima SA Minyak nabati dan senyawa, shortening nabati dan senyawa Agroindustri Integradas SA Minyak nabati Compañia Industrial Minyak nabati dan senyawa, Oleagonoseas SA shortening nabati Alicorp SA Minyak nabati dan senyawa, shortening margarina Cia. Agroindustrial Sa Joaquin Minyak nabati dan turunannya. SA
Palma del Espino SA adalah perusahaan terbesar penghasil minyak kelapa sawit di Peru yang telah melayani pasar domestik hingga ke konsumen final (mengolah produk bahan baku untuk industri makanan) sebesar 59% yang ditempat kedua adalah perusahaan Centro Sur dengan partisipasi mencapai 34%. Produk konsumen untuk massal masih dalam bentuk konsentrat dari kategori minyak dan shortening (dengan merk Palmerola, Tondero dan Tropical) selain itu juga memproduksi sabun cuci dan mandi dengan merk Popeye dan Spa yang semuanya adalah untuk pasar domestik. Sementara itu guna memenuhi kebutuhan industri, diproduksi minyak sawit yang telah diolah guna memenuhi pabrik coklat, palm olein, shortening, pabrik roti, pabrik pembuat es Krim, biskuit dan makanan ringan lainnya. Walaupun Peru telah memproduksi berbagai produk jadi dari kelapa sawit seperti shortening dan lainnya, namun permintaan dalam negeri terhadap produk shortening masih tetap tinggi sehingga Peru harus tetap mengimpor produk tersebut dari berbagai negara seperti Indonesia, Malasia, Ekuador, Colombia, Singapura, Thailandia, Italia, Kanada dan lainnya. Selain mengimpor shortening dari Indonesia, Peru ternyata mengimpor produk kelapa sawit yang mana produk tersebut diolah kembali menjadi bahan bakar seperti produk biodiesel. Produk shortening asal Indonesia masuk ke Peru sejak tahun 2010 dengan nilai ekspor sebesar US$ US$.3,09 juta. Tahun 2009 Peru belum mengimpor shortening dari Indonesia dan mengimpor shortening asal Malasia dengan nilai US$ 608.675. Impor Peru untuk produk shortening (HS.151190000) Periode 2010 -2012 (US$) No.
Negara Total
2010
2011
2013 Jan - Nov 29,553,582 18,648,969 23,899,609 8,490,697 2012
15,061,594
29,591,083
3,090,630
10,523,629
1
Indonesia
2
Malasia
11,828,783
15,232,723
2,508,438
7,754,423
3
Ekuador
94,157
3,738,800
2,804,989
1,794,615
4
Colombia
-
Singapura
320,775 -
230,074
5
48,024 -
6
Thailand
-
79,338
Italia
35,892 -
-
-
18,295
298,773
Kanada
-
-
1,476
1,050
7 8
60,039
-
Sumber: www.veritrade.info
Masuknya shortening dari Indonesia ke Peru, terus mengalami peningkatan dari US$ 3,09 juta tahun 2010, meningkat lebih dari 300% tahun 2011 senilai US$ 10,52 juta dan tahun
2012 meningkat lebih dari 100% dengan nilai US$ 23,89 juta. Tahun 2010 ekspor produk shortening Indonesia ke Peru berada diperingkat ke 2 setelah Malaysia dengan nilai US$ 11,8 juta. Walaupun tahun 2011 produk shortening Indonesia masih berada diperingkat kedua setelah Malaysia. Tahun 2012 Indonesia berada diperingkat pertama serta mengeser posisi Malaysia sebagai eksportir shortening terbesar ke Peru. Tahun 2012 ekspor shortening Indonesia selain mengalami peningkatan sangat besar sementara impor shortening dari Malaysia mengalami penurunan lebih dari -700%.
Impor Peru produk shortening (HS.151190000) Periode Januari – Desember 2010 (US$) No.
Negara Total
1 2 3 4
Malasia Indonesia Ekuador Colombia
Total
Total Transaksi 25 19 2 3 1 25
Total Net Kg. 16,034,860 12,902,380 2,996,280 84,000 52,200 16,034,860
Total Quantity & Units 12,902,380 2,996,280 84,000 52,200
KG KG KG KG
Total U$ CIF 15,061,594 11,828,783 3,090,630 94,157 48,024 15,061,594
Impor Peru produk shortening (HS.151190000) Periode Januari – Desember 2011 (US$) No.
Negara Total
1 2 3 4 5
Malasia Indonesia Ekuador
Singapura Thailand Total
Total Transaksi 73 22 10 39 1 1 73
Total Net Kg. 22,434,495 11,409,630 8,271,310 2,693,095 40,740 19,720 22,434,495
Total Quantity & Units 11,409,630 8,271,310 2,693,095 40,740 19,720
Impor Peru produk shortening (HS.151190000) Periode Januari – Desember 2012 (US$)
KG KG KG KG KG
Total U$ CIF 29,591,083 15,232,723 10,523,629 3,738,800 60,039 35,892 29,591,083
No.
1 2 3 4 5 6
Negara Total Indonesia Ekuador Malasia Kolombia Italia Kanada Total
Total Transaksi 130 24 55 22 2 7 20 130
Total Net Kg. 25,060,324 20,673,860 2,184,740 1,961,968 227,462 9,384 2,910 25,060,324
Total Quantity & Units 20,673,860 2,184,740 1,961,968 227,462 9,384 2,910
KG KG KG KG KG KG
Total U$ CIF 29,553,581 23,899,609 2,804,989 2,508,438 320,775 18,295 1,476 29,553,581
Impor Peru produk shortening (HS.151190000) Periode Januari - November 2013 (US$) No.
1 2 3 4 5 6 7
Negara Total Indonesia Malasia Ekuador Italia Kolombia Thailand Kanada Total
Total Transaksi 151 20 28 58 22 4 3 16 151
Total Net Kg. 19,304,676 9,121,655 8,226,180 1,517,940 148,200 227,442 60,020 3,239 19,304,676
Total Quantity & Units 9,121,655 8,226,180 1,517,940 148,200 227,442 60,020 3,239
KG KG KG KG KG KG KG
Total U$ CIF 18,648,969 8,490,697 7,754,423 1,794,615 298,773 230,074 79,338 1,050 18,648,969
Impor shortening Peru dari berbagai dunia untuk tahun 2013 khususnya periode Januari – November 2013 mengalami penurunan 56% dari US$ 29,14 juta tahun 2012 turun menjadi US$ 18,64 juta. Dari segi volume juga mengalami penurunan dari 24,69 juta ton tahun 2012 menjadi 19,30 juta ton ditahun 2013. Sementara itu impor shortening dari Indonesia juga mengalami penurunan dari US$ 23,72 juta tahun 2012 turun 179% dengan nilai sebesar US$ 8,49 juta untuk periode Januari – November. Sementara itu impor shortening dari Malaysia untuk periode Januari – November 2013 mengalami peningkatan 222% dari periode tahun sebelumnya atau dari nilai US$ 2,40 juta tahun 2012 meningkat menjadi US$ 7,75 juta tahun 2013. Penurunan impor shortening ke Peru sangat dipengaruhi oleh krisis global yang hingga saat ini masih terus berkelanjutan, serta produksi dalam negeri terhadap produk shortening dan lainnya yang semakin besar serta mulai menggeser produk impor.
Data www.veritrade.info menunjukan bahwa impor shortening Indonesia hanya dilakukan oleh dua perusahaan Peru yaitu Alicorp SA tahun 2012 nilai impor sebesar US$ 22,58 juta, mengimpor dari perusahaan asal Indonesia PT. Wilmar Nabati dan Vegetalia SA untuk tahun yang sama sebesar US$ 1,62 juta dari PT. Smart TBK. Sementara itu untuk periode Januari – November 2013, Alicorp SA mengimpor sebesar US$ 7,80 juta dan Vegetalia SA mengimpor sebesar US$ 1,17 juta. V. Tarif dan non tariff 1. Bea Masuk (Tariff) Indonesia dan Peru sampai saat ini belum mempunyai Perjanjian Perdagangan Bebas/ FTA sehingga untuk produk kertas asal Indonesia dikenakan pajak impor sebesar 6%. Untuk produk-produk impor lainya yang akan masuk ke Peru dikenakan tarif impor dengan variasi sebesar 0% - 17%. 2. PPN (VAT/IGV) Pajak Impor dikenakan PPn sebesar 16% dan ditambah pajak pemerintah daerah sebesar 2%. 3. Asuransi. Setiap produk impor ataupun ekspor dari dan yang akan masuk ke Peru dikenakan biaya asuransi 1,5% - 2,5% tergantung dari jenis masing-masing produk. 4. Produk-produk yang diimpor ke Peru akan dikenakan pajak tambahan atau percepción yang nilainya berbeda-beda untuk setiap produk impor. Khusus untuk produk kertas, dikenakan pajak perceptcion sebesar 10% atau 3,5%. Adapun penetapan tarif 10% diterapkan pada importir yang baru pertama sekali melakukan impor dan Tarif 3,5% diterapkan pada impor kedua dan selanjutnya. Perhitungan penerapan pajak percepcion adalah dengan rumus sebagai berikut: ID + IGV + Pc = TP IM ID IGV N Pc TP
= Impor dengan nilai CIF = Impor duty atau pajak barang masuk 0% IM = PPn yang diterapkan untuk setiap produk ekspor dan impor, 18% dari IM (IM+ID) = Nilai sementara berasal dari penjumlahan ID + IGV = Pajak tambahan atau percepción 3,5% yang perhitungannya adalah N x 3,5% = Adalah nilai total pajak yang harus dibayar oleh importir kepada custom yaitu penjumlahan dari ID+IGV+Pc
Contoh: Suatu impor shortening dari Indonesia dengan nilai CIF sebesar US$ 10.000. Maka US$ 10.000 x 18% (IGV) = US$ 1800. Jadi Pc= US$ 1.800 x 3,5% = US$ 63 maka pajak yang harus dibayar oleh importir adalah US$ 1.800 + US$ 63 = US$ 1.863
5. Hambatan Non-tariff Untuk produk shortening tidak ada hambatan Non-Tariff yang diterapkan oleh pemerintah Peru dan larangan impor hanya diterapkan terhadap produk minyak ataupun biji-bijian dari bunga matahari. VI. Kebijakan Impor Peru 1. Perusahaan Jasa Bea Cukai (Custom Brokers) Pada umunya setiap importir di Peru akan menunjuk Broker untuk mengurus pembebasan barangnya dari bea cukai. Didalam pengurusan barang di Bea Cukai atau Aduana, maka jika nilai impor kurang dari US$ 2.000 atau dengan nilai lebih mencapai US$ 3.000 yang dikelompokkan pada barang pribadi atau personal effect, maka pengurusannya dapat dilakukan perorangan. Namun jika nilai komersial melebih dari nilai tersebut diatas, maka pembebasan barang dari Aduana harus melalui jasa Bea Cukai atau Custom Brokers. Pada umumnya importir mengeluarkan biaya sebesar 5 6% dari total nilai CIF sebagai jasa dari Custom Brokers, hingga produk komersial diterima digudang importir. 2. Dokumen-dokumen import: Certifcate of origin Bill of lading Comercial Invoices Freight Insurance Packing List 3. Persyaratan label/sticker Dalam kemasan barang yang biasanya dibungkus kertas atau sejenis plastic tipis, harus mencantumkan merek kertas, manfaat, ukuran, kualitas, berat bersih, jumlahnya. Dalam label kertas terkadang juga mencantumkan negara asal atau pencantuman label negara asal dapat dicantumkan diluar pembukus kertas yaitu di kardus pembungkus. 4. Sistem pembayaran Pada umumnya system pembayaran yang dilakukan untuk pembelian produk kertas adalah Telegrafic Transfer (TT) yang besarnya bervariasi antara 20% - 30% setelah harga disepakati dan terjadi pembelian, yang sisanya akan dibayar lunas sebelum barang dikirimkan. Jika antara eksportir dan importir telah lama berhubungan dan saling percaya, maka pembayaran dapat dilakukan satu minggu sebelum barang tiba di Callao. Sistem pembayaran dalam Letter of Credit (LC) jarang dilakukan didalam transaksi jual beli produk kertas. Pengiriman uang atau pembayaran yang dilakukan oleh importer Peru umumnya dilakukan lewat jasa perbankan seperti Bank Continental, Bank Credito, Scociabank, Citybank, HSBC, Bank Financiero dan lainnya. Pengiriman uang dari Peru ke Indonesia
biasanya membutuhkan waktu sekitar dua atau tiga hari kerja agar uang tersebut masuk ke rekening penerima di Indonesia.
5. Proses pengeluaran Barang Jangka waktu pengiriman barang dari Indonesia ke Peru membutuhkan waktu sekitar 35-50 hari. Biasanya satu atau dua minggu sebelum barang tiba, importir akan menerima seluruh dokumen yang berhubungan dengan barang yang akan tiba. Jika kontainer tiba di pelabuhan Callao, importer akan mengontak perusahaan agent atau Custom Brokers. Normalnya pembebasan barang dari bea cukai membutuhkan waktu 45 hari kerja. Pembabasan barang di Custom Peru sangat tergantung dari jalur atau canal hijau, kuning atau merah, merupakan persyaratan dan standar yang diterapkan oleh pelabuhan laut Peru dan negara lainnya. Jika terkena Jalur atau canal hijau maka barang bisa langsung keluar dalam waktu 4-5 hari. Jika terkena jalur kuning maka dibutuhkan waktu tambahan satu hari sedangkan jika terkena jalur merah maka dibutukan tambahan waktu tiga hari. Penentuan suatu barang terkena jalur hijau, kuning dan merah akan diketahui oleh importir setelah membayar seluruh pajak barang. Jika barang atau importir baru pertama sekali melakukan impor, umumnya barang akan diperiksa secara fisik dan kelengkapan dokumen. Sebaliknya jika memang sudah sering mengimpor, maka system akan menentukan secara acak penentuan jalur hijau, kuning atau merah. Jika jalur hijau barang langsung dapat diambil, jalur kuning, maka kelengkapan dokumen akan periksa ulang oleh custom, dan jalur merah, selain pemerikasaan kembali dokumen juga dilakukan pemeriksaan fisik barang. VII. Distribusi produk shortening Shortening adalah produk yang dikelompokan dalam bahan baku yang artinya harus dikelola terlebih dahulu baru menjadi barang setengah jadi. Importir mengimpor produk yang kemudian mengelola produk tersebut secara langsung dan baru kemudian dapat dipasarkan pada perusahaan industri maupun perusahaan pembuat roti maupun pasar lokal.
VIII. Peluang Produk Indonesia Berdasarkan data, impor shortening asal Indonesia, dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Indonesia adalah penghasil kelapa sawit terbesar didunia dimana 50% dari produksi sawit dunia berasal dari Indonesia, dengan luas lahan lebih dari satu juta hektar. Kemampuan Indonesia didalam memproduksi dan mengelola sawit telah membuat beberapa wilayah maupun maupun distrik di Peru telah datang ke KBRI Lima menawarkan proyek kerjsama penanaman kelapa sawit. Informasi terhadap tawaran ini telah ditawarkan pada perusahaan
besar swasta Indonesia dibidang persawitan dan sampai saat ini KBRI Lima masih menunggu tindak lanjut dari Perusahaan Indonesia. Sementara itu Malaysia yang bergabung serta bekerjasama dalam konsorsium group Romero telah memulai penanaman kelapa sawit di berbagai wilayah Peru dengan luas lahan mencapai lebih dari 30.000 ha. Selain itu tarif impor yang ditetapkan oleh Peru terhadap produk kelapa sawit dan turunanya termasuk shortening adalah 0% dapat dimanfaatkan untuk melakukan penetrasi produkproduk shortening asal Indonesia dengan melakukan kontak maupun kunjungan secara langsung pada perusahaan peru yang bergerak disektor industryminyak nabati sawit.
IX. Produk shortening yang telah diolah maupun belum.
X. Daftar Importir shortening Indonesia Vegetalia SAC Alamat: Av. Industrial - Mz.A Lt.19 Urb. Industrial Praderas De Lurín Peru,Departamento de Lima, Lurín,16, Telephone: +51 (1) 6169898 http://www.vegetaliasac.com/ Alicorp SA Alamat : Avenida Argentina #4793 antara Av.argentina dengan Av.Elmer Faucett población callao / callao / carmen de la legua reynoso Telephone : +511 4287840 4283240 4422552 4404948 3150800 4283240 www.alicorp.com.pe
XI. Catatan KBRI 1. Dengan meningkatnya perekonomian Peru dan kelas menengah di Peru telah menyebabkan semakin banyaknya restauran dan cafe, sehingga dimasa mendatang permintaan bahan dasar untuk pembuatan roti-roti maupun kue seperti shortening akan meningkat. 2. Berdasarkan data perdagangan impor shortening dari Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, namun pada tahun 2013 diperkirakan akan mengalami penurunan, maka guna dapat mempertahankan ekpor Indonesia atas produk shortening perlu kiranya Perusahaan Indonesia yang memproduksi produk tersebut melakukan kontak maupun kunjungan secara langsung pada perusahaan peru yang bergerak disektor industri minyak nabati sawit. 3. Dengan adanya kebijakan Pemerintah Peru untuk meningkatkann penanaman kelapa sawit guna menggantikan tanaman coca, maka kiranya Pemerintah Indonesia dapat mempertimbangkan untuk melakukan kerjasama dengan Pemerintah Peru guna penanaman kelapa sawit mengingat ada beberapa regional di Peru yang ingin melakukan kerjasama dibidang tersebut.