KAJIAN MENGENAI BERBAGAI METODE PENILAIAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA
PUTRI INDRIANI SETIAWAN
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Mengenai Berbagai Metode Penilaian Keragaman Konsumsi Pangan Rumah Tangga adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2015 Putri Indriani Setiawan NIM I14110025
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK PUTRI INDRIANI SETIAWAN. Kajian Mengenai Berbagai Metode Penilaian Keragaman Konsumsi Pangan Rumah Tangga. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF dan YAYUK FARIDA BALIWATI. Keragaman konsumsi pangan rumah tangga yang merupakan indikator akses pangan rumah tangga dapat diukur dengan menggunakan metode Pola Pangan Harapan (PPH), Household Dietary Diversity Score (HDDS), dan HDDS modifikasi. Tujuan umum penelitian ini adalah membandingkan beberapa metode penilaian keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik rumah tangga, pengeluaran pangan, dan keragaman konsumsi pangan rumah tangga; menganalisis hubungan pengeluaran pangan rumah tangga dengan karakteristik rumah tangga meliputi jumlah anggota rumah tangga dan pendidikan; serta menganalisis hubungan pengeluaran pangan rumah tangga dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode HDDS, HDDS modifikasi, dan PPH. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dan sebanyak 118 rumah tangga yang berada di Desa Citayam dan Desa Babakan dijadikan sebagai subjek penelitian. Penelitian ini merupakan bagian dari proyek penelitian yang berjudul Validasi Metode HDDS (Household Dietary Diversity Score) pada Rumah Tangga Penerima Program Diversifikasi Pangan di Kabupaten Bogor dengan ketua peneliti Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS. Sebagian besar rumah tangga di Desa Citayam dan Babakan tergolong rumah tangga kecil (59.32%). Sebagian besar kepala rumah tangga memiliki tingkat pendidikan rendah (36.44%), tergolong dewasa pertengahan (58.48%), dan bekerja sebagai pedagang (25.42%). Sebagian besar istri memiliki tingkat pendidikan yang rendah (44.92%), tergolong dewasa pertengahan (64.41%), dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (73.73%). Sebagian besar rumah tangga memiliki tingkat pengeluaran pangan yang tinggi (50.85%). Keragaman konsumsi pangan rumah tangga tergolong tinggi berdasarkan metode HDDS (95.76%) dan HDDS modifikasi (81.35%). Namun, keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode PPH tergolong sangat kurang (50.85%). Uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan positif antara pengeluaran pangan dengan pendidikan kepala rumah tangga (p=0.022 r=0.210) dan istri (p=0.010 r=0.236) serta jumlah anggota rumah tangga (p=0.003 r=0.275). Pengeluaran pangan berhubungan positif dengan keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode PPH (p=0.006 r=0.250) dan metode HDDS (p=0.008 r=0.242). Tidak terdapat hubungan antara pengeluaran pangan dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode HDDS modifikasi. Variasi dari keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode PPH hanya dapat ditentukan oleh pengeluaran pangan sebesar 3.9% (p=0.018 r2=0.039) dan variasi dari keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode HDDS tidak dapat ditentukan oleh pengeluaran pangan (p=0.061 r2=0.022) sehingga belum ada metode yang direkomendasikan dalam menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Kata kunci: keragaman konsumsi pangan, HDDS, HDDS modifikasi, pengeluaran pangan, PPH
ABSTRACT PUTRI INDRIANI SETIAWAN. Study of several methods for assessing household dietary diversity. Supervised by HIDAYAT SYARIEF and YAYUK FARIDA BALIWATI. Household dietary diversity can be measured using Desirable Dietary Pattern (DDP), Household Dietary Diversity Score (HDDS), and modified HDDS. The general objective of this research is to compare several methods for assessing household dietary diversity. The specific objectives of this research were to identify characteristics of households, household food expenditure, and household dietary diversity; analyze correlation between household food expenditure and characteristics of households; and analyze correlation between household food expenditure and household dietary diversity based on DDP, HDDS, and modified HDDS. This research was cross-sectional study and used 118 households in Citayam and Babakan Village. This research was a part of research project “Validation of Modified HDDS (Household Dietary Diversity Score) for Recipient Household of Food Diversification Program in Bogor District” that was leaded by Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS. Almost households in Citayam and Babakan Village was categorized as small household (59.32%). Fathers and mothers had low education level (36.44%, 44.92%). Fathers and mothers were categorized as middle adult (58.48%, 64.41%). Almost fathers worked as trader (25.42%) while mothers worked as housewife (73.73%). Almost households had high food expenditure level (50.85%). Household dietary diversity was high based on HDDS (95.76%) and modified HDDS (81.35%) but very low based on DDP (50.85%). Spearman correlation test showed that there were positive correlation between household food expenditure with education level of fathers (p=0.022 r=0.210), mothers (p=0.010 r=0.236), and total household members (p=0.003 r=0.275). Household food expenditure had positive correlation with household dietary diversity based on DDP (p=0.006 r=0.250) and HDDS (p=0.008 r=0.242). But household food expenditure didn’t correlate with household dietary diversity based on modified HDDS. Variation of dietary diversity based on DDP just could be determined by food expenditure about 3.9% (p=0.018 r2=0.039) but variation of dietary diversity based on HDDS could not be determined by food expenditure (p=0.061 r2=0.022). So, there was no recommendation method for assessing household dietary diversity. Keywords: DDP, dietary diversity, food expenditure, HDDS, modified HDDS
KAJIAN MENGENAI BERBAGAI METODE PENILAIAN KERAGAMAN KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA
PUTRI INDRIANI SETIAWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Kajian Mengenai Berbagai Metode Penilaian Keragaman Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nama : Putri Indriani Setiawan NIM : I14110025
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Hidayat Syarief, MS Pembimbing 1
Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS Pembimbing 2
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian yang dilakukan pada Juni 2014 berjudul Kajian Mengenai Berbagai Metode Penilaian Keragaman Konsumsi Pangan Rumah Tangga. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Hidayat Syarief, MS dan Ibu Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan. Terima kasih juga kepada Anna Vipta Resti Mauludyani, SP, M.Gizi selaku penguji yang telah banyak memberikan kritik dan saran kepada penulis. Penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh enumerator yang telah membantu dalam pengambilan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pihak Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bogor, Kecamatan Tajurhalang dan Dramaga, serta Desa Citayam dan Babakan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Terima kasih banyak juga penulis ucapkan kepada Vitria Melani, Fitriya Yuli Astanti, dan Nisa Mawadaturrohmah yang telah bersama – sama melaksanakan penelitian dengan penulis serta selalu memberikan bantuan, semangat, dan dukungan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat dan teman yang telah memberikan semangat, doa, bantuan, dan dukungan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2015 Putri Indriani Setiawan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Hipotesis
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
4
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
4
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh
5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
5
Pengolahan dan Analisis Data
6
Definisi Operasional
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian
8 8
Karakteristik Rumah Tangga, Pengeluaran Pangan Rumah Tangga, dan Keragaman Konsumsi Pangan Rumah Tangga
9
Hubungan Pengeluaran Pangan dengan Karakteristik Rumah Tangga
14
Hubungan Pengeluaran Pangan dengan Keragaman Konsumsi Pangan
15
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Susunan Pola Pangan Harapan Sebaran rumah tangga berdasarkan jumlah anggota rumah tangga Sebaran rumah tangga berdasarkan tingkat pendidikan Sebaran rumah tangga berdasarkan usia Sebaran rumah tangga berdasarkan pekerjaan Sebaran rumah tangga berdasarkan pengeluaran pangan Keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan PPH Keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan HDDS Keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan HDDS modifikasi 10 Hubungan pengeluaran pangan dengan karakteristik rumah tangga 11 Hubungan pengeluaran pangan dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga
7 9 10 10 11 11 12 13 13 14 15
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran
4
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji normalitas data penelitian 2 Hasil uji hubungan pengeluaran pangan dan karakteristik rumah tangga menggunakan uji korelasi Spearman 3 Hasil uji hubungan pengeluaran pangan dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga menggunakan uji korelasi Spearman 4 Hasil uji regresi pengeluaran pangan dan skor PPH 5 Hasil uji regresi pengeluaran pangan dan skor HDDS 6 Kelompok pangan metode HDDS modifikasi
22 22 23 23 24 25
PENDAHULUAN Latar Belakang Ketahanan pangan dapat tercapai apabila semua orang pada setiap saat memiliki akses secara fisik dan ekonomi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan yang bergizi sesuai dengan preferensi dan budaya masing – masing agar dapat hidup sehat, aktif, dan produktif. Rumah tangga yang tahan pangan akan menurunkan risiko terjadinya gangguan kesehatan, perilaku, pertumbuhan, dan kognitif pada anak (Cook dan Frank 2008). Ketahanan pangan memiliki tiga pilar, yaitu: ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan (Jones et al. 2013). Indikator akses pangan rumah tangga adalah keragaman konsumsi pangan dan pengeluaran pangan rumah tangga (Smith dan Subandoro 2007). Keeratan hubungan keragaman konsumsi pangan dan pengeluaran pangan rumah tangga dibuktikan oleh penelitian Hoddinott dan Yohanes (2002), Hardinsyah (2007), Meitasari (2008), Thorne-Lyman et al. (2010), dan Yuan-Ting (2012) yang menyatakan bahwa keragaman konsumsi pangan berhubungan postif dengan pengeluaran pangan. Keragaman konsumsi pangan rumah tangga merupakan jumlah pangan atau kelompok pangan berbeda yang dikonsumsi individu dalam suatu rumah tangga dalam jangka waktu tertentu (Swindale dan Bilinsky 2005). Pentingnya keragaman konsumsi pangan dalam rumah tangga dibuktikan oleh penelitian Torheim et al. (2004) dan Kennedy et al. (2007). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa keragaman konsumsi pangan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kecukupan zat gizi. Hal ini menunjukkan bahwa zat gizi yang diperlukan tubuh akan terpenuhi jika konsumsi pangan semakin beragam. Konsumsi pangan rumah tangga yang beragam memberikan manfaat bagi seluruh anggota rumah tangga, di antaranya: meningkatkan berat badan lahir anak, meningkatkan kecukupan energi dan zat gizi lain sehingga mencapai tingkat kecukupan yang normal, memperbaiki status antropometri anak, serta meningkatkan konsentrasi hemoglobin yang dapat mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas anggota rumah tangga. Penelitian di Bangladesh pada tahun 2003 – 2005 oleh Rah et al. (2010) membuktikan bahwa rendahnya keragaman konsumsi pangan menyebabkan kejadian stunting pada anak. Keragaman konsumsi pangan dapat diukur dengan menggunakan metode Pola Pangan Harapan (PPH), HDDS (Household Dietary Diversity Score), dan HDDS modifikasi. Definisi PPH dibuat oleh FAO-RAPA pada tahun 1989 yaitu susunan kelompok pangan utama yang seimbang dan jika dikonsumsi akan memenuhi kebutuhan zat gizi (Hardinsyah et al. 2001). FAO-RAPA membuat metode PPH dengan sistem skoring pada tahun 1998 untuk menilai mutu konsumsi pangan yang lebih akurat. PPH pertama kali dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1990-an dan digunakan untuk menilai tingkat keragaman konsumsi pangan pada tingkat wilayah (Hardinsyah et al. 2001). Selain itu, PPH juga digunakan untuk merencanakan pangan nasional dan daerah seperti penelitian Hardinsyah et al. (2001) yang dilakukan di Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. PPH selanjutnya dikembangkan untuk menilai keragaman konsumsi pada tingkat individu seperti pada penelitian Anwar dan Hardinsyah
2 (2014) serta Prasetyo et al. (2013). Hal tersebut mengindikasikan bahwa PPH juga dapat diterapkan pada tingkat rumah tangga sehingga dapat menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Baliwati et al. (2014) mengembangkan PPH untuk menilai keragaman konsumsi pangan tingkat rumah tangga yang menerima program diversifikasi pangan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Metode HDDS merupakan metode yang digunakan untuk menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga yang dapat mencerminkan akses pangan rumah tangga. FAO (Food and Agriculture Organization) membuat metode tersebut agar dapat menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga dengan lebih mudah dan cepat (Swindale dan Bilinsky 2005). Metode HDDS sudah banyak digunakan pada penelitian di berbagai negara seperti yang dilakukan Thorne-Lyman et al. (2010) di Bangladesh dan Olaniyi (2014) di Lagos Metropolis. HDDS juga pernah diterapkan oleh Baliwati et al. (2015) di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Metode HDDS modifikasi dibuat oleh Baliwati et al. (2015) dengan memodifikasi jumlah kelompok pangan dan kategori skor HDDS. Penelitiannya membuktikan bahwa HDDS modifikasi merupakan metode yang valid untuk menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga di daerah agroekologi pertanian di Bogor, Jawa Barat. Metode HDDS, HDDS modifikasi, dan PPH sama-sama dapat dikembangkan untuk menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Namun, belum ada rekomendasi terkait metode yang lebih baik dari ketiga metode tersebut untuk digunakan dalam mengukur keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Oleh karena itu, berbagai metode tersebut perlu dibandingkan kelebihan dan kelemahannya dalam menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga.
Perumusan Masalah Penulis tertarik untuk membandingkan beberapa metode penilaian keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik rumah tangga, pengeluaran pangan, dan keragaman konsumsi pangan rumah tangga? 2. Bagaimana hubungan pengeluaran pangan rumah tangga dengan karakteristik rumah tangga meliputi jumlah anggota rumah tangga dan pendidikan? 3. Bagaimana hubungan pengeluaran pangan rumah tangga dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode PPH, HDDS, dan HDDS modifikasi?
3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa metode penilaian keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik rumah tangga, pengeluaran pangan, dan keragaman konsumsi pangan rumah tangga. 2. Menganalisis hubungan pengeluaran pangan rumah tangga dengan karakteristik rumah tangga meliputi jumlah anggota rumah tangga dan pendidikan. 3. Menganalisis hubungan pengeluaran pangan rumah tangga dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode PPH, HDDS, dan HDDS modifikasi.
Hipotesis 1. 2.
Terdapat hubungan antara pengeluaran pangan rumah tangga dengan karakteristik rumah tangga. Terdapat hubungan antara pengeluaran pangan rumah tangga dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode PPH, HDDS, dan HDDS modifikasi.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para peneliti mengenai metode yang lebih baik untuk menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Manfaat penelitian ini bagi subjek penelitian dan masyarakat umum adalah memberikan informasi mengenai pentingnya mengatur pengeluaran pangan dalam rumah tangga agar kualitas konsumsi pangan setiap anggota rumah tangga dapat lebih baik sehingga dapat memiliki status gizi yang baik.
KERANGKA PEMIKIRAN Hardinsyah (2007) menyatakan bahwa konsumsi pangan yang beragam dalam satu rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran pangan, tingkat pendidikan, dan besar keluarga. Taruvinga et al. (2013) juga menyatakan bahwa keragaman konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan kepala rumah tangga. Perbandingan besar pengeluaran untuk pangan dan nonpangan dapat menyebabkan rendahnya keragaman konsumsi pangan rumah tangga jika besar pengeluaran untuk nonpangan lebih besar dari pengeluaran untuk pangan (Thorne-Lyman et al. 2010).
4 Penelitian Yuliana et al. (2013) menunjukkan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pengeluaran pangan rumah tangga di antaranya jumlah anggota rumah tangga, lama berumah tangga, dan jumlah subsidi beras miskin. Sekhampu dan Niyimbanira (2013) menyatakan bahwa pengeluaran rumah tangga juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan hubungan antarvariabel yang diteliti dan tidak diteliti. Karakteristik rumah tangga -
Pengeluaran pangan rumah tangga
Tingkat pendidikan Jumlah anggota rumah tangga
Keragaman konsumsi pangan rumah tangga -
PPH HDDS HDDS modifikasi
Keterangan: : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti : hubungan yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti. Gambar 1 Kerangka pemikiran
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari proyek penelitian yang didanai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) melalui Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Proyek penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2013 dan 2014 dengan ketua peneliti yaitu Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS dan anggota peneliti yaitu Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN dan Vitria Melani, S.Si, M.Si. Penelitian ini merupakan bagian dari proyek penelitian lanjutan pada tahun 2014 yang berjudul Validasi Metode HDDS (Household Dietary Diversity Score) pada Rumah Tangga Penerima Program Diversifikasi Pangan di Kabupaten Bogor.
5 Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan lokasi di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga dan Desa Citayam, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan desa tersebut telah menerima program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) sejak tahun 2012 dan merupakan desa yang memiliki tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang tinggi. Penelitian dilakukan pada Juni 2014. Program P2KP merupakan salah satu program Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang dibuat sejak tahun 2010. Kegiatan P2KP yang dilakukan adalah mengoptimalkan pekarangan rumah untuk ditanami berbagai macam pangan melalui kawasan rumah pangan lestari (KRPL). Berbagai kegiatan P2KP diharapkan dapat meningkatkan keragaman konsumsi pangan masyarakat Indonesia.
Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Terdapat 30 rumah tangga yang menerima program P2KP di masing – masing desa yaitu Desa Citayam dan Babakan. Sebanyak 30 rumah tangga yang tidak menerima program P2KP diambil sebagai subjek penelitian pada masing – masing desa sehingga terdapat 60 rumah tangga yang dijadikan sebagai subjek penelitian di setiap desa. Total subjek penelitian adalah 120 rumah tangga. Jumlah tersebut sudah memenuhi jumlah subjek minimal berdasarkan rumus di bawah ini ( ( (
))
(
))
Keterangan : n : jumlah minimal subjek penelitian N : jumlah populasi d : penyimpangan subjek terhadap populasi
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer yang dikumpulkan adalah data karakteristik rumah tangga, pengeluaran pangan rumah tangga, dan konsumsi pangan rumah tangga melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data karakteristik rumah tangga meliputi umur kepala rumah tangga dan istri, pekerjaan kepala rumah tangga dan istri, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan istri, serta jumlah anggota rumah tangga. Data pengeluaran pangan adalah banyaknya uang yang digunakan untuk membeli pangan dalam rumah tangga. Konsumsi pangan rumah tangga diukur dengan metode recall 1 x 24 jam yang terdiri atas jenis serta jumlah pangan yang dinyatakan dalam satuan ukuran rumah tangga (URT) dan anggota rumah tangga yang dijadikan responden adalah orang yang bertanggung jawab dalam
6 menyiapkan makanan dalam rumah tangga. Data konsumsi pangan yang dikumpulkan adalah semua bahan pangan yang dimasak dan dimakan di rumah, dibeli dan dimakan di rumah, serta dimasak di rumah tetapi dimakan di luar rumah dalam satu hari oleh setiap individu dalam rumah tangga sehingga data yang dikumpulkan tersebut dapat benar – benar menggambarkan keragaman konsumsi pangan khusus di dalam rumah tangga (Kennedy et al. 2011). Data sekunder yang didapatkan dari pihak Desa Citayam dan Babakan terdiri dari lokasi desa, sebaran demografi, dan mata pencaharian penduduk.
Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah meliputi entry, coding, editing, dan cleaning. Terdapat dua rumah tangga yang di-drop out sebagai subjek penelitian pada tahap cleaning karena memiliki jumlah anggota rumah tangga sebanyak satu orang dan sepuluh orang sehingga total subjek penelitian adalah 118 rumah tangga. Langkah selanjutnya adalah analisis data secara deskriptif dan inferensia menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS version 16.0 for windows. Analisis deskriptif meliputi analisis sebaran rumah tangga berdasarkan pengelompokkan besar rumah tangga, pendidikan, usia, pekerjaan, pengeluaran pangan, dan keragaman konsumsi pangan. Usia kepala rumah tangga dan istri dikelompokkan menjadi dewasa awal (19-29 tahun), dewasa pertengahan (30-49 tahun), dan lansia (≥60 tahun) (Depkes 2011). Besar rumah tangga dikategorikan menjadi rumah tangga kecil (≤ 4 orang), sedang (5-7 orang), dan besar (≥ 8 orang) (BKKBN 1998). Tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan istri dikategorikan menjadi tidak sekolah, SD, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi. Jenis pekerjaan dibedakan menjadi tidak bekerja, buruh tani, buruh nontani, pedagang, PNS/ABRI/Polisi, jasa (tukang ojek, tukang cukur, penjahit, calo, dan sebagainya), istri, dan lainnya (disebutkan). Pengeluaran pangan rumah tangga dinyatakan dalam satuan rupiah per kapita per bulan dan dikelompokkan menjadi rendah jika kurang dari rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga dan tinggi jika lebih dari rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga. Keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode PPH dikelompokkan menjadi sangat kurang (<55), kurang (55-69), cukup (70-84), dan baik (≥85) (Prasetyo et al. 2013). Keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode HDDS dikategorikan menjadi rendah jika skor HDDS ≤ 3, sedang jika skor HDDS 4-5, dan tinggi jika skor HDDS ≥ 6 (Kennedy et al. 2011). Keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode HDDS modifikasi dikelompokkan menjadi rendah jika skor ≤ 5, sedang jika skor 6-8, dan tinggi jika skor ≥9 (Baliwati et al. 2015). Skor keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode PPH didapatkan melalui perhitungan skor meliputi langkah – langkah berikut 1. Pangan yang dikonsumsi oleh setiap rumah tangga terdapat dalam satuan URT yang berbeda-beda sehingga harus dikonversi menjadi satuan yang sama yaitu gram. 2. Asupan energi setiap pangan yang dikonsumsi rumah tangga dihitung dan dinyatakan dalam satuan kkal per kapita per hari.
7 3.
4.
5.
6.
7.
Pangan yang dikonsumsi masing-masing rumah tangga dikelompokkan ke dalam sembilan kelompok pangan meliputi padi-padian, umbiumbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, buah dan sayur, serta lain-lain sehingga didapatkan asupan energi pada setiap kelompok pangan. Asupan energi setiap kelompok pangan dibandingkan dengan angka kecukupan energi (AKE) sebesar 2 150 kkal per kapita per hari dan dinyatakan dalam persen (%) AKE. Kontribusi energi terhadap angka kecukupan energi (%AKE) dikali dengan bobot masing – masing kelompok pangan yang telah ditetapkan (Tabel 1) sehingga didapatkan skor AKE untuk setiap kelompok pangan. Skor AKE setiap kelompok pangan dibandingkan dengan skor maksimal. Jika skor AKE yang didapatkan kurang dari skor maksimal, skor yang diambil adalah skor AKE dan jika skor AKE lebih dari skor maksimal, skor yang diambil adalah skor maksimal sehingga didapatkan skor PPH untuk setiap kelompok pangan. Skor PPH dari semua kelompok pangan dijumlahkan sehingga didapatkan skor PPH rumah tangga.
Tabel 1 Sususan Pola Pangan Harapan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kelompok pangan Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain
% 50.0 6.0 12.0 10.0 3.0 5.0 5.0 6.0 3.0 100
Bobot 0.5 0.5 2.0 0.5 0.5 2.0 0.5 5.0 0.0
Skor 25.0 2.5 24.0 5.0 1.0 10.0 2.5 30.0 0.0 100
Sumber : Hardinsyah et al. (2001)
Skor HDDS didapatkan dari perhitungan skor yang didasarkan pada 12 kelompok pangan, yaitu: (1) serealia, (2) umbi – umbian, (3) sayur – sayuran, (4) buah – buahan, (5) daging dan olahannya, (6) telur, (7) ikan dan pangan laut lainnya, (8) polong – polongan dan kacang – kacangan, (9) susu dan olahannya, (10) minyak dan lemak, (11) gula dan pemanis, serta (12) bumbu, rempah, dan minuman (Swindale dan Bilinsky 2005). Skor 1 diberikan jika rumah tangga mengonsumsi salah satu jenis pangan yang termasuk ke dalam satu kelompok pangan dan skor 0 diberikan jika rumah tangga tidak mengonsumsi salah satu jenis pangan yang termasuk dalam satu kelompok pangan. Skor HDDS didapatkan dari penjumlahan skor seluruh kelompok pangan (Kenndey et al. 2011). Skor HDDS modifikasi didapatkan dari perhitungan skor yang didasarkan pada 6 kelompok pangan, meliputi: (1) sumber karbohidrat, (2) sumber lemak, (3) sumber protein hewani, (4) sumber protein nabati, (5) sumber vitamin dan mineral,
8 dan (6) lain-lain. Masing-masing kategori kelompok pangan memiliki tiga skor, yaitu: skor 0 jika tidak mengonsumsi satupun kelompok pangan, skor 1 jika mengonsumsi 1 kelompok pangan, dan skor 2 jika mengonsumsi ≥ 2 kelompok pangan (Lampiran 6) (Baliwati et al. 2015). Analisis inferensia meliputi analisis hubungan antara pengeluaran pangan rmah tangga, karakteristik rumah tangga, dan keragaman konsumsi pangan rumah tangga dengan menggunakan uji korelasi Spearman (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Uji korelasi Spearman digunakan karena terdapat beberapa variabel yang tidak menyebar normal (Lampiran 1). Selanjutnya dilakukan uji regresi linier antara pengeluaran pangan dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga (Lampiran 4 dan 5).
Definisi Operasional Karakteristik rumah tangga adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh kepala dan istri, yaitu: umur, pendidikan, pekerjaan, dan besar rumah tangga. Umur adalah lamanya kepala dan istri hidup yang dinyatakan dalam tahun. Pendidikan adalah jenjang kelulusan kepala dan istri dalam menuntut ilmu secara formal. Pekerjaan adalah jenis mata pencaharian kepala dan istri. Besar rumah tangga adalah ukuran besar kecilnya rumah tangga berdasarkan jumlah anggota rumah tangga. Pengeluaran pangan adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk pangan yang dikonsumsi rumah tangga per bulan. Keragaman konsumsi pangan adalah banyaknya jenis pangan dalam setiap kelompok pangan yang dikonsumsi rumah tangga dalam 1 x 24 jam.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Penelitian dilakukan di dua desa yaitu Desa Citayam dan Desa Babakan yang berada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Citayam merupakan desa yang berada di Kecamatan Tajurhalang sedangkan Desa Babakan berada di Kecamatan Dramaga. Kedua desa tersebut memperoleh program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) sejak tahun 2012. Desa Citayam dan Babakan memiliki tingkat PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat yang tinggi (>60%) berdasarkan data PHBS tahun 2012. Kondisi wilayah Desa Citayam berbukit-bukit dan dilalui sungai. Sebelah utara Desa Citayam berbatasan dengan Desa Duren Seribu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sasak Panjang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ragajaya, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Pemagar Sari. Jumlah penduduk di Desa Citayam adalah 9 240 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 387 jiwa per km. Sebanyak 3 277 jiwa penduduk desa hanya tamat SD. Sebagian besar penduduk Desa Citayam bekerja sebagai petani karena Desa Citayam
9 memiliki lahan sawah 30% dari total luas wilayah desa (388 555 Ha). Penduduk Desa Citayam juga banyak yang bekerja sebagai pegawai swasta, buruh tani, dan pedagang. Desa Babakan memiliki luas wilayah ± 334 384 Ha dan berbatasan dengan Desa Cikarawang di sebelah utara, Desa Dramaga di sebelah selatan, Kelurahan Balumbang Jaya di sebelah timur, serta Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea di sebelah barat. Jumlah penduduk Desa Babakan sebanyak 11 044 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1 975. Jumlah penduduk di Desa Babakan tersebut belum termasuk mahasiswa dan dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tinggal sementara di Desa Babakan. Beberapa wilayah di Desa Babakan berada pada dataran tinggi, dataran rendah, atau daerah padat penduduk. Sebanyak 14% penduduk di Desa Babakan bekerja sebagai pegawai swasta. Pekerjaan penduduk lainnya di Desa Babakan antara lain wiraswasta, pegawai negeri, buruh, dan pedagang.
Karakteristik Rumah Tangga, Pengeluaran Pangan Rumah Tangga, dan Keragaman Konsumsi Pangan Rumah Tangga Karakteristik Rumah Tangga Karakteristik rumah tangga di Desa Citayam dan Babakan terdiri atas besar rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan istri, usia kepala rumah tangga dan istri, serta pekerjaan kepala rumah tangga dan istri. Sebagian besar rumah tangga tergolong rumah tangga kecil berdasarkan BKKBN (1998) dengan jumlah anggota rumah tangga kurang dari atau sama dengan empat orang (59.32%). Rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah empat orang (4.40 ± 1.353) dengan kisaran jumlah anggota rumah tangga adalah 2 – 8 orang (Tabel 2). Ukuran rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas konsumsi pangan dalam rumah tangga. Semakin kecil ukuran rumah tangga, keragaman konsumsi pangan rumah tangga akan semakin baik (Hardinsyah 2007). Tabel 2 Sebaran rumah tangga berdasarkan jumlah anggota rumah tangga Jumlah anggota rumah tangga Kecil (≤ 4 orang) Sedang (5 – 7 orang) Besar (≥ 8 orang) Total Rata – rata ± SD Minimal Maksimal
n 70 45 3 118 4.40 ± 1.353 2 8
% 59.32 38.14 2.54 100.00
Tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan istri tergolong rendah karena sebanyak 36.44% kepala rumah tangga dan 44.92% istri hanya tamat SD (Tabel 3). Jumlah kepala rumah tangga yang lulus perguruan tinggi hanya 12 orang atau 10.17% dari 118 kepala rumah tangga sedangkan istri yang lulus perguruan tinggi hanya tiga orang atau 2.54% dari 118 istri. Hal ini sesuai dengan data sekunder yang didapatkan dari pihak Desa Citayam dan Babakan yang menyatakan bahwa
10 tingkat pendidikan penduduk di kedua desa tersebut tergolong rendah. Tingkat pendidikan formal mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami pengetahuan gizi seperti yang didapatkan dari media massa atau penyuluhan. Oleh karena itu, semakin rendah tingkat pendidikan dapat menyebabkan pengetahuan gizi seseorang mengenai jenis makanan yang berkualitas dalam rumah tangga juga rendah (Hardinsyah 2007). Hal ini menyebabkan rendahnya keragaman konsumsi pangan dalam rumah tangga (Taruvinga et al. 2013). Tabel 3 Sebaran rumah tangga berdasarkan tingkat pendidikan Pendidikan Tidak sekolah Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA/sederajat Lulus perguruan tinggi Total
Kepala rumah tangga n % 0 0.00 43 36.44 30 25.42 33 27.97 12 10.17 118 100.00
Istri n
% 3 53 29 30 3 118
2.54 44.92 24.58 25.42 2.54 100.00
Usia kepala rumah tangga dan istri digolongkan ke dalam lima kategori berdasarkan Depkes (2011). Rata-rata usia kepala rumah tangga adalah 45 tahun (45.12 ±10.095) dan rata – rata usia istri adalah 41 tahun (41.42±10.556) . Sebanyak 58.48% kepala rumah tangga dan 64.41% istri tergolong dewasa pertengahan (Tabel 4). Usia kepala rumah tangga dan istri yang kurang dari 60 tahun menunjukkan bahwa kepala rumah tangga dan istri masih aktif secara ekonomi dan produktif dalam melaksanakan pekerjaannya masing-masing. Hal ini dapat meningkatkan ketersediaan pangan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan keragaman konsumsi pangan rumah tangga (Olaniyi 2014). Tabel 4 Sebaran rumah tangga berdasarkan usia Usia Remaja ( < 19 tahun) Dewasa awal (19 – 29 tahun) Dewasa pertengahan (30 – 49 tahun) Dewasa akhir (50 – 59 tahun) Lansia (≥ 60 tahun) Total Rata – rata ± SD Minimal Maksimal
Kepala rumah tangga n % 0 0.00 6 5.08 69 58.48 33 27.96 10 8.48 118 100.00 45.12 ±10.095 24 73
Istri n 0 16
% 0.00 13.55
76 64.41 21 17.80 5 4.24 118 100.00 41.42 ±10.556 23 70
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar kepala rumah tangga bekerja sebagai pedagang (25.42%) dan sebagian besar istri hanya sebagai ibu rumah
11 tangga (73.73%). Istri yang hanya sebagai ibu rumah tangga memiliki waktu yang lebih banyak dalam mempersiapkan makanan untuk rumah tangganya sehingga dapat meningkatkan keragaman konsumsi pangan dalam rumah tangga (Hardinsyah 2007). Tabel 5 Sebaran rumah tangga berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Tidak bekerja Petani Buruh tani Buruh nontani Pedagang Pengamen PNS/ABRI/polisi Jasa Ibu rumah tangga Lainnya Total
Istri
Kepala rumah tangga n % 6 5.08 2 1.70 6 5.08 25 21.19 30 25.42 10 8.48 11 9.32 22 18.64 2 1.70 4 3.39 118 100.00
n
% 3 1 0 3 14 1 0 9 87 0 118
2.54 0.85 0.00 2.54 11.86 0.85 0.00 7.63 73.73 0.00 100.00
Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Rata – rata pengeluaran pangan rumah tangga sebesar Rp 299 182.82 per kapita per bulan dengan kisaran pengeluaran Rp 90 000 – 1 200 000. Sebanyak 60 rumah tangga memiliki tingkat pengeluaran pangan rumah tangga yang tergolong besar (50.85%). Tabel 6 di bawah ini menunjukkan sebaran rumah tangga contoh berdasarkan pengeluaran pangan rumah tangga. Tabel 6 Sebaran rumah tangga berdasarkan pengeluaran pangan Pengeluaran pangan rumah tangga Kecil ( < 299 182.82) Besar ( ≥ 299 182.82) Total Rata – rata ± SD (Rp/kap/bulan) Minimal (Rp/kap/bulan) Maksimal (Rp/kap/bulan)
n
% 58
49.15
60
50.85
118 100.00 299 182.82 ± 157 098.569 90 000 1 200 000
Pengeluaran pangan yang semakin besar menggambarkan semakin banyak jumlah dan jenis pangan yang dibeli oleh suatu rumah tangga sehingga keragaman konsumsi pangan rumah tangga semakin baik (Thorne-Lymann et al. 2010). Penelitian Yuan-Ting (2012) yang dilakukan di Taiwan dengan menggunakan 1 783 orang lansia menunjukkan bahwa lansia yang memiliki tingkat pengeluaran
12 pangan per kapita tinggi akan memiliki skor keragamaan konsumsi pangan yang tinggi. Keragaman Konsumsi Pangan Rumah Tangga Keragaman konsumsi pangan dapat diukur dengan menggunakan metode Pola Pangan Harapan (PPH), Household Dietary Diversity Score (HDDS), dan HDDS modifikasi. Masing – masing metode memiliki kategori keragaman konsumsi pangan yang berbeda – beda. Tabel 7 di bawah ini menunjukkan keragaman konsumsi pangan rumah tangga di Desa Citayam dan Babakan berdasarkan metode PPH. Tabel 7 Keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan PPH Keragaman konsumsi pangan Sangat kurang (< 55 ) Kurang (55 – 69) Cukup (70 – 84) Baik ( ≥ 85) Total Rata – rata ± SD Minimal Maksimal
n 60 34 18 6 118 55.06 ± 15.372 22 94
% 50.85 28.81 15.25 5.09 100.00
Sebagian besar rumah tangga di Desa Citayam dan Babakan memiliki keragaman konsumsi pangan yang sangat kurang (50.85%). Sebanyak 60 rumah tangga memiliki keragaman konsumsi pangan yang tergolong sangat kurang dan hanya 6 rumah tangga yang tergolong baik. Rata- rata skor PPH rumah tangga adalah 55 (55.06 ± 15.372) dengan kisaran skor PPH 22 – 94. Rendahnya keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode PPH dapat disebabkan terjadinya underestimate dalam perhitungan skor PPH per kelompok pangan seperti siomay dan bakso. Siomay dan bakso mengandung berbagai bahan pangan yang berbeda. Bakso tidak hanya mengandung daging sapi tetapi juga mengandung bumbu dan tepung terigu. Siomay juga merupakan makanan yang dibuat dari campuran daging ikan, tepung terigu, dan bumbu. Namun, siomay dan bakso sama – sama dimasukkan ke dalam kelompok pangan hewani karena dianggap sebagai makanan olahan yang berbahan dasar pangan hewani yaitu daging sapi dan ikan. Namun, pada kenyataannya siomay dan bakso juga mengandung bahan pangan lain yang tidak termasuk ke dalam kelompok pangan hewani yaitu tepung terigu dan bumbu. Tepung terigu termasuk ke dalam kelompok pangan padi – padian sedangkan bumbu termasuk kelompok pangan lain – lain yang masing – masing memiliki bobot yang berbeda (Hardinsyah et al. 2001).
13 Tabel 8 Keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan HDDS Keragaman konsumsi pangan Rendah (≤ 3) Sedang (4 – 5) Tinggi (≥ 6) Total Rata – rata ± SD Minimal Maksimal
n 0 5 113 118 8.40 ± 1.486 4 12
% 0.00 4.24 95.76 100.00
Tabel 8 menunjukkan keragaman konsumsi pangan rumah tangga di Desa Citayam dan Babakan tergolong tinggi (95.76%) berdasarkan metode HDDS. Hal ini menunjukkan sebagian besar rumah tangga mengonsumsi lebih dari 6 kelompok pangan. Rata – rata skor keragaman konsumsi pangan rumah tangga adalah 8 dengan kisaran skor keragaman 4 – 12. Konsumsi pangan yang beragam dapat memenuhi kecukupan energi dan zat gizi setiap individu (Torheim et al. 2004; Steyn et al. 2005; Kennedy et al. 2007; Rathnayake et al. 2012). Terpenuhinya kebutuhan energi dan zat gizi individu dari konsumsi pangan yang beragam membuat status gizi individu semakin optimal (Savy et al. 2005). Skor keragaman konsumsi pangan rumah tangga di Desa Citayam dan Babakan berdasarkan metode HDDS tergolong tinggi diduga karena metode HDDS tidak mempertimbangkan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh anggota rumah tangga. Semua jenis pangan yang dikonsumsi oleh seluruh anggota rumah tangga tetap dicatat meskipun hanya dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit (Kennedy et al. 2011). Tabel 9
Keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan HDDS modifikasi
Keragaman konsumsi pangan Rendah (≤ 5) Sedang (6 – 8) Tinggi (≥ 9) Total Rata – rata ± SD Minimal Maksimal
n
% 1 0.85 21 17.80 96 81.35 118 100.00 9.54 ± 1.375 5 12
Tabel 9 menunjukkan keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode HDDS modifikasi. Sebagian besar rumah tangga memiliki keragaman konsumsi pangan yang tergolong tinggi (81.35%). Sebanyak 96 rumah tangga mengonsumsi lebih dari sama dengan sembilan kelompok pangan. Rata – rata skor HDDS modifikasi adalah 9 dengan kisaran skor 5 – 12. Meskipun metode HDDS dan HDDS modifikasi sama – sama menunjukkan tingkat keragaman konsumsi pangan rumah tangga yang tinggi, persentase rumah tangga yang ditunjukkan oleh metode HDDS dan HDDS modifikasi berbeda. Hal ini
14 disebabkan jumlah kelompok pangan dan kategori keragaman konsumsi pangan dalam metode HDDS dan HDDS modifikasi berbeda.
Hubungan Pengeluaran Pangan dengan Karakteristik Rumah Tangga Tabel 10 di bawah ini menunjukkan hubungan pengeluaran pangan dengan karakteristik rumah tangga. Jumlah anggota rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, dan pendidikan istri berhubungan signifikan secara positif dengan pengeluaran pangan rumah tangga. Tabel 10
Hubungan pengeluaran pangan rumah tangga dengan karakteristik rumah tangga
Karakteristik rumah tangga Jumlah anggota rumah tangga Pendidikan kepala rumah tangga Pendidikan istri
Pengeluaran pangan rumah tangga r p value 0.275** 0.003 0.210*
0.022
0.236**
0.010
*signifikan pada p <0.05 **signifikan pada p <0.01
Hubungan positif antara jumlah anggota rumah tangga dengan pengeluaran pangan rumah tangga menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, semakin besar pengeluaran pangan rumah tangga. Hal ini sejalan dengan penelitian Yuliana et al. (2013) yang dilakukan di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan dengan menggunakan 40 rumah tangga miskin penerima bantuan beras miskin (raskin) sebagai subjek penelitian. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota rumah tangga, semakin besar uang yang dikeluarkan oleh suatu rumah tangga untuk membeli pangan. Penelitian Sekhampu dan Niyimbanira (2013) yang dilakukan di Bophelong, Afrika dengan 579 rumah tangga juga membuktikan bahwa pengeluaran pangan rumah tangga berhubungan positif dengan jumlah anggota rumah tangga. Hubungan positif antara pendidikan kepala rumah tangga dan istri juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin besar pengeluaran pangan rumah tangga. Hal ini sejalan dengan penelitian Sekhampu dan Niyimbanira (2013) yang menyatakan bahwa pendidikan kepala rumah tangga berhubungan dengan pengeluaran pangan rumah tangga. Sekhampu dan Niyimbanira (2013) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin banyak pengetahuannya mengenai gizi serta semakin baik persepsinya terhadap gizi dan kesehatan.
15 Hubungan Pengeluaran Pangan dengan Keragaman Konsumsi Pangan Pengeluaran pangan rumah tangga yang termasuk ke dalam indikator sosial ekonomi rumah tangga sering dihubungkan dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga yang merupakan indikator ketahanan pangan (Smith dan Subandoro 2007). Rah et al. (2010) menggunakan total pengeluaran per kapita per bulan dan kepemilikan lahan yang produktif sebagai indikator utama status ekonomi dalam penelitiannya yang dilakukan di Bangladesh. Penelitian Thorne-Lyman et al. (2010) di Rural Bangladesh dilakukan untuk menganalisis hubungan keragaman konsumsi pangan dengan karakteristrik sosial ekonomi yang terdiri atas pengeluaran pangan, pendidikan orang tua, jumlah anggota rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, dan kepemilikan lahan. Meitasari (2008) juga melakukan penelitian di Cirebon, Jawa Barat untuk melihat hubungan keragaman konsumsi pangan dengan karakteristik rumah tangga yang terdiri atas pengeluaran pangan, pendidikan orang tua, besar rumah tangga, dan usia orang tua. Tabel 11 di bawah ini menunjukkan hubungan pengeluaran pangan rumah tangga dengan keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode PPH, HDDS, dan HDDS modifikasi. Tabel 11 Hubungan pengeluaran pangan dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga Keragaman konsumsi pangan Berdasarkan metode PPH Berdasarkan metode HDDS Berdasarkan metode HDDS modifikasi
Pengeluaran pangan rumah tangga r p value 0.250** 0.006 0.242**
0.008
0.099
0.288
**signifikan pada p <0.01
Keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode PPH berhubungan positif dengan pengeluaran pangan rumah tangga (p = 0.006). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pengeluaran pangan rumah tangga semakin tinggi keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Hal ini dapat menunjukkan bahwa metode PPH dapat mencerminkan akses pangan rumah tangga secara ekonomi karena keragaman konsumsi pangan yang ditunjukkan oleh metode PPH dapat menggambarkan kemampuan rumah tangga dalam membeli pangan (akses pangan) yang dicerminkan dari pengeluaran pangan rumah tangga. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Hoddinott dan Yohanes (2002) yang dilakukan di 10 negara (India, Filipina, Mozambique, Mexico, Bangladesh, Mesir, Mali, Malawi, Ghana, dan Kenya), Meitasari (2008) yang dilakukan di Cirebon, Jawa Barat dengan 65 rumah tangga, Thorne-Lyman et al. (2010) yang dilakukan di Bangladesh dengan 188 835 rumah tangga, dan Yuan-Ting (2012) yang dilakukan di Taiwan dengan 1 783 orang lansia. Menurut Thorne-Lyman et al. (2010), pengeluaran pangan per kapita per bulan dalam suatu rumah tangga berhubungan positif dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Semakin
16 besar pengeluaran pangan per kapita per bulan, semakin besar keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Hasil penelitian Meitasari (2008) menyatakan bahwa pengeluaran pangan per kapita per bulan berhubungan signifikan dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Pengeluaran pangan rumah tangga menjadi faktor penentu (determinan) keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode PPH (p = 0.018) tetapi variabel tersebut hanya dapat menjelaskan 3.9% variasi dari keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pangan belum dapat menggambarkan kemampuan ekonomi rumah tangga untuk dapat membeli pangan yang lebih beragam. Banyak faktor –faktor lainnya sebesar 96.1% yang akan menentukan keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode PPH. Faktor – faktor lain yang dapat mencerminkan kemampuan rumah tangga dalam membeli pangan yang lebih beragam sebaiknya diteliti lebih lanjut. Hardinsyah (2007) menyatakan bahwa terdapat lima faktor penentu keragaman konsumsi pangan rumah tangga, yaitu: pendidikan gizi, preferensi pangan, besar rumah tangga, ketersediaan pangan dan faktor ekologis, ketersediaan waktu untuk mengolah pangan, serta kemampuan membeli pangan (pendapatan). Metode PPH tidak hanya melihat jenis konsumsi pangan tetapi juga jumlah konsumsi pangan sehingga jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota rumah tangga sama – sama berkontribusi dalam perhitungan skor PPH. Rumah tangga yang mengonsumsi berbagai jenis pangan hanya dalam jumlah sedikit tidak dapat mencerminkan keragaman konsumsi pangan yang berkualitas. Hal ini disebabkan jumlah pangan yang dikonsumsi belum dapat memenuhi kebutuhan zat gizi sehingga setiap anggota rumah tangga tidak mendapatkan seluruh manfaat dari zat gizi untuk dapat hidup sehat. Prinsip gizi seimbang dengan konsep triguna makanan (zat gizi sebagai zat tenaga, pembangun, dan pengatur) yang digunakan oleh metode PPH juga tidak dapat dipenuhi jika jumlah pangan yang dikonsumsi hanya sedikit meskipun jenis pangan yang dikonsumsi beragam (Hardinsyah et al. 2001). Berbagai penelitian menyatakan bahwa metode penilaian keragaman konsumsi pangan yang mempertimbangkan jenis dan jumlah pangan lebih baik dibandingkan metode yang hanya mempertimbangkan jenis pangan. Metode tersebut lebih mencerminkan keragaman konsumsi pangan yang disesuaikan dengan jumlah pangan yang dibutuhkan setiap individu untuk hidup sehat (Kennedy et al. 2007 dan Daniel et al. 2009). Rah et al. (2010) dan ThorneLyman (2010) juga menyarankan menggunakan metode penilaian keragaman konsumsi pangan yang disertai jenis dan portion size dari pangan yang dikonsumsi. Namun, penilaian keragaman konsumsi pangan rumah tangga dengan metode PPH lebih sulit untuk dilakukan. Metode PPH mempertimbangkan jenis pangan dan jumlah pangan sehingga biaya yang dibutuhkan dalam pengambilan data lebih banyak. Selain itu, penilaian keragaman konsumsi pangan dengan menggunakan metode PPH membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pengumpulan data dan pengolahan data. Keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode HDDS juga berhubungan positif dengan pengeluaran pangan rumah tangga (p = 0.008). Hal ini menunjukkan bahwa metode HDDS juga dapat mencerminkan akses
17 pangan rumah tangga secara ekonomi. Namun, pengeluaran pangan belum dapat menentukan keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode HDDS (p = 0.061) dan hanya dapat menjelaskan 2.2% variasi dari keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Metode HDDS tidak mempertimbangkan jumlah pangan yang dikonsumsi. Selain itu, metode ini tidak mempertimbangkan jumlah dari jenis pangan yang dikonsumsi untuk berbagai pangan yang terdapat dalam kelompok pangan yang sama. Rumah tangga yang mengonsumsi lebih dari atau sama dengan dua jenis sayur diberikan skor yang sama dengan rumah tangga yang hanya mengonsumsi satu jenis sayur. Hal ini menyebabkan rumah tangga yang mengonsumsi dua atau lebih jenis sayur seolah – olah memiliki keagaman konsumsi pangan yang sama dengan rumah tangga yang hanya mengonsumsi satu jenis sayur. Thorne-Lyman et al. (2010) juga menyatakan bahwa skor keragaman dari metode HDDS tidak dapat melihat perbedaan kualitas makanan atau kandungan gizi dalam makanan yang dikonsumsi dalam kelompok pangan yang sama sehingga dua rumah tangga yang berbeda seolah mendapatkan asupan zat gizi yang hampir sama padahal rumah tangga tersebut mengonsumsi makanan yang memiliki kualitas zat gizi berbeda dan dalam jumlah yang berbeda. ThorneLyman et al. (2010) menyarankan untuk diadakan penelitian yang memodifikasi metode HDDS yang dapat mempertimbangkan jumlah pangan yang dikonsumsi rumah tangga. Baliwati et al. (2015) menyatakan bahwa metode HDDS merupakan metode penilaian keragaman konsumsi pangan yang tidak mempertimbangkan fungsi zat gizi yaitu sebagai sumber energi, pembangun, dan pengatur. Hal ini dapat menyebabkan skor keragaman konsumsi pangan yang dihasilkan metode HDDS lebih tinggi tetapi diduga berasal dari makanan yang fungsinya sama, misalnya kelompok pangan serealia dan umbi – umbian dalam metode HDDS memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai sumber energi. Namun, metode HDDS lebih mudah dan praktis dilakukan sehingga metode tersebut berguna untuk menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga dalam keadaan darurat seperti bencana alam. Metode HDDS juga dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program melalui monitoring dan evaluasi karena metode tersebut dapat dilakukan secara cepat dan memerlukan biaya yang murah. Keragaman konsumsi pangan rumah tangga yang diukur dengan menggunakan metode HDDS modifikasi tidak berhubungan dengan pengeluaran pangan rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa metode HDDS modifikasi tidak dapat mencerminkan akses pangan rumah tangga secara ekonomi. Meskipun metode HDDS modifikasi sudah mempertimbangkan fungsi zat gizi, metode HDDS modifikasi tidak mempertimbangkan jumlah pangan yang dikonsumsi. Metode ini juga belum dapat melihat perbedaan rumah tangga yang mengonsumsi lebih dari dua jenis pangan dengan rumah tangga yang hanya mengonsumsi dua jenis pangan dalam kelompok pangan yang sama. Rumah tangga yang mengonsumsi 4 jenis pangan dan rumah tangga yang hanya mengonsumsi dua jenis pangan dalam kelompok pangan sumber karbohidrat sama – sama mendapatkan skor 2 sehingga kedua rumah tangga tersebut soleh memiliki keragaman konsumsi pangan yang sama dan mendapatkan asupan zat gizi yang sama.
18 Penelitian ini tidak lepas dari kelemahan. Hal ini ditunjukkan oleh hubungan pengeluaran pangan dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga yang dinilai dengan menggunakan tiga metode berbeda yaitu PPH, HDDS, dan HDDS modifikasi belum menunjukkan hubungan dengan korelasi yang kuat. Oleh karena itu, belum ada metode yang dapat direkomendasikan untuk menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga. Penelitian ini dilakukan pada subjek penerima P2KP sehingga karakteristik antarrumah tangga kurang beragam. Oleh sebab itu, penelitian selanjutnya perlu dilakukan pada rumah tangga yang lebih banyak dan beragam serta di tempat yang lebih luas agar hasil yang didapatkan lebih baik dan dapat memberikan rekomendasi mengenai metode yang lebih baik dalam mengukur keragaman konsumsi pangan rumah tangga.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar rumah tangga tergolong rumah tangga kecil. Kepala rumah tangga dan istri sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan tergolong dewasa pertengahan. Sebagian besar kepala rumah tangga bekerja sebagai pedagang sedangkan istri hanya sebagai ibu rumah tangga. Tingkat pengeluaran rumah tangga tergolong tinggi. Keragaman konsumsi pangan rumah tangga tergolong tinggi berdasarkan metode HDDS dan HDDS modifikasi tetapi sangat kurang berdasarkan metode PPH. Pengeluaran pangan rumah tangga berhubungan positif dengan tingkat pendidikan istri dan pendidikan kepala rumah tangga serta dengan jumlah anggota rumah tangga. Tidak terdapat hubungan antara pengeluaran pangan rumah tangga dengan keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode HDDS modifikasi. Terdapat hubungan positif antara pengeluaran pangan rumah tangga dengan keragaman konsumsi pangan berdasarkan metode PPH dan HDDS tetapi kekuatan hubungannya lemah. Pengeluaran pangan rumah tangga juga belum dapat menentukan keragaman konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan metode PPH dan HDDS. Oleh karena itu, belum ada metode yang dapat direkomendasikan untuk menilai keragaman konsumsi pangan rumah tangga karena ketiga metode tersebut belum dapat menggambarkan kemampuan (akses) rumah tangga dalam membeli pangan yang lebih beragam.
Saran Penelitian selanjutnya perlu dilakukan dengan subjek penelitian yang lebih banyak dan beragam di daerah lebih luas sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat dan menggambarkan keragaman konsumsi pangan masyarakat. Selain itu, faktor – faktor determinan keragaman konsumsi pangan lainnya perlu diteliti agar lebih mencerminkan kemampuan atau akses pangan rumah tangga secara ekonomi, di antaranya: pendidikan gizi, preferensi pangan, besar rumah tangga,
19 ketersediaan pangan dan faktor ekologis, ketersediaan waktu untuk mengolah pangan, serta kemampuan membeli pangan (pendapatan).
DAFTAR PUSTAKA Anwar K, Hardinsyah. 2014. Konsumsi pangan dan gizi serta skor pola pangan harapan (PPH) pada dewasa usia 19-49 tahun di Indonesia. J Giz Pang. 9(1): 51-58. Arimond M, Wiesmann D, Becquey E, Carriquiry A, Daniels MC, Deitchler M, Fanou-Fogny N, Joseph ML, Kennedy G, Martin-Prevel Y et al. 2010. Simple food group diversity indicators predict micronutrient adequacy of women’s diets in 5 diverse, resource-poor settings. J Nutr. 140: 2059-2069. doi:10.3945/jn.110.123414. Baliwati YF, Briawan D, Melani V. 2015. Validation household dietary diversity score (HDDS) to identify food insecure household in industrial area. Pak J Nutr. 14(4): 234-238. [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): BKKBN. Cook JT, Frank DA. 2008. Food security, poverty, and human development in the United States. Ann N Y Acad Sci: 1–16. doi: 10.1196/annals.1425.001. Daniel MC, Adair LS, Popkin BM, Troung YK. 2009. Dietary diversity scores can be improved throgh the use of portion requirements: an analysis in young Filipino children. Europ J Clin Nutr. 63:199-208. doi:10.1038/sj.ejcn.1602927. [DEPKES] Departemen Kesehatan. 2011. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Hardinsyah. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan. J Giz Pang. 2(2): 55-74. Hardinsyah, Baliwati YF, Martianto D, Rachman HS, Widodo A, Subiyakto. 2001. Pengembangan Konsumsi Pangan dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan. Bogor (ID): Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi, Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor dan Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan, Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian RI. Hoddinott J, Yohannes Y. 2002. Dietary Diversity as a Household Food Security Indicator. Washington (US): FANTA AED. Jones AD, Ngure FM, Pelto G, Young SL. 2013. Review what are we assessing when we measure food security? A compendium and review of current metrics. Adv Nutr. 4: 481-505. doi:10.3945/an.113.004119. Kennedy G, Ballard T, Dop MC. 2011. Guidelines for Measuring Household and Individual Dietary Diversity. Roma (IT): FAO. Kennedy G, Pedro MR, Seghieri C, Nantel G, Brouwer I. 2007. Dietary diversity score is a useful indicator of micronutrient intake in non-breast-feeding Filipino children. J Nutr. 137: 472-477.
20 Meitasari D. 2008. Analisis determinan keragaman konsumsi pangan pada keluarga nelayan. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Olaniyi O. 2014. Assessment of households’ food access and food insecurity in urban Nigeria: a case study of Lagos Metropolis. Glob J Hum Soc Sci Eco. 14(1): 20-30. Prasetyo TJ, Hardinsyah, Sinaga T. 2013. Konsumsi pangan dan gizi serta skor pola pangan harapan (PPH) pada anak usia 2-6 tahun di Indonesia. J Giz Pang. 8(3): 159-166. Rah JH, Akhter N, Semba RD, Pee S de, Bloem MW, Campbell AA, MoenchPfanner R, Sun K, Badham J, Kaemer K. 2010. Low dietary diversity is a predictor of child stunting in rural Bangladesh. Europ J Clin Nutr. 64: 1393-1398. doi:10.1038/ejcn.2010.171. Rathnayake KM, Madushani PAE, Silva KDRR. 2012. Use of dietary diversity score as a proxy indicator of nutrient adequacy of rural elderly people in Sri Lanka. BMC Res Notes. 5: 1-6. Savy M, Martin-Prevel Y, Sawadogo P, Kameli Y, Delpeuch F. 2005. Use of variety/diversity scores for diet quality measurement: relation with nutritional status of woman in rural area in Burkina Faso. Europ J Clin Nutr. 59: 703-716. doi:10.1038/sj.ejcn.1602135. Sekhampu TJ, Niyimbanira F. 2013. Analysis of the factors influencing household expenditure in a south African township. Int Business Eco Res J. 12(3): 279284. Smith LC, Sobandoro A. 2007. Measuring Food Security Using Household Expenditure Survey. Washington (US): International Food Policy Research Institute. doi: 10.2499/0896297675. Steyn NP, Nel JH, Nantel G, Kennedy G, Labadarios D. 2005. Food variety and diversity score in children: are they good indicators of dietary adequacy?. Pub Health Nutr. 9(5): 644-650. doi:10.1079/PHN2005912. Swindale A, Bilinsky P. 2005. Household Dietary Diversity Score (HDDS) for Measurementof Household Food Access: Indicator Guide. Washington (US): FANTA. Taruvinga A, Muchenje V, Mushunje A. 2013. Determinants of rural household dietary diversity: the case of Amatole and Nyandeni Districts, South Africa. Int J Develop Sustain. 2(4): 1-15. Thorne-Lyman AL, Valpiani N, Sun K, Semba RD, Klotz CL, Kraemer K, Akhter N, Pee SD, Moench-Pfanner R, Sari M et al. 2010. Household dietary diversity and food expenditure are closely linked in Rural Bangladesh, increasing the risk of malnutrition due to the financial crisis. J Nutr. 140: 182-188. doi:10.3945/jn.109.110809. Torheim LE, Ouattara F, Diarra MM, Thiam FD, Barikmo I, Hatloy A, Oshaug A. 2004. Nutrient adequacy and dietary diversity in rural Mali: association and determinants. Europ J Clin Nutr. 58: 594-604. doi:10.1038/sj.ejcn.1601853. Yuan-Ting L, Yu-Hung C, Meei-Shyuan L, Wahlqvist ML. 2012. Dietary diversity and food expenditure as indicators of food security in older Taiwanese. J Appet. 58: 180-187. doi:10.1016/j.appet.2011.09.023.
21 Yuliana, Bangun P, Mardiningsih. 2013. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin. Sain Mat. 1(3): 249259.
22 Lampiran 1 Hasil uji normalitas data penelitian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Jumlah Pendidikan Usia anggota kepala Pendidikan kepala Usia rumah rumah istri rumah istri tangga tangga tangga N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
118 4.40
118 2.12
1.353 2.270 0.000
Skor Skor PPH HDDS
118 118 118 118 1.81 45.12 41.42 55.06
Skor Pengeluaran HDDS pangan rumah modifikasi tangga
118 8.40
118 9.54
118 299182.82
1.023
0.936 10.095 10.556 15.372 1.486
1.375
157098.569
2.470 0.000
3.038 0.934 0.912 0.673 1.708 0.000 0.347 0.376 0.756 0.006
2.521 0.000
1.819 0.003
Lampiran 2 Hasil uji hubungan pengeluaran pangan dan karakteristik rumah tangga menggunakan uji korelasi Spearman Pengel Jumlah Pendidikan Pendidika pangan/kap Pengel/bln anggota kepala RT n istri /bln RT Koefisien korelasi Pengel pangan/kap/bln Sig. (2 arah) N Koefisien korelasi Pengel/bln Sig. (2 arah) N Koefisien korelasi Spearman's Jumlah rho anggota RT Sig. (2 arah) N Koefisien korelasi Pendidikan kepala RT Sig. (2 arah) N Koefisien korelasi Pendidikan istri Sig. (2 arah) N
1.000
0.764**
-0.352**
0.210*
0.236*
. 118
0.000 118
0.000 118
0.022 118
0.010 118
0.764**
1.000
0.275**
0.233*
0.297**
0.000 118
. 118
0.003 118
0.011 118
0.001 118
-0.352**
0.275**
1.000
-0.011
0.061
0.000 118
0.003 118
. 118
0.903 118
0.511 118
0.210*
0.233*
-0.011
1.000
0.720**
0.022 118
0.011 118
0.903 118
. 118
0.000 118
0.236*
0.297**
0.061
0.720**
1.000
0.010 118
0.001 118
0.511 118
0.000 118
. 118
23 Lampiran 3 Hasil uji hubungan pengeluaran pangan dengan keragaman konsumsi pangan rumah tangga menggunakan uji korelasi Spearman Pengel pangan/kap/ Pengel/bln bln Pengel pangan/kap/bln
Pengel/bln
Spearman's Skor PPH rho
Skor HDDS
HDDS modifikasi
Koefisien korelasi Sig. (2 arah) N Koefisien korelasi Sig. (2 arah) N Koefisien korelasi Sig. (2 arah) N Koefisien korelasi Sig. (2 arah) N Koefisien korelasi Sig. (2 arah) N
Skor Skor HDDS PPH HDDS modifikasi
1.000
0.764** 0.250** 0.159
0.088
. 118
0.000 0.006 0.086 118 118 118
0.345 118
0.764**
1.000 0.206* 0.242**
0.099
0.000 118
. 0.025 0.008 118 118 118
0.288 118
0.250**
0.206* 1.000 0.425**
0.244**
0.006 118 0.159
0.025 118
. 0.000 118 118
0.008 118
0.242** 0.425** 1.000
0.568**
0.086 118
0.008 0.000 118 118
. 118
0.000 118
0.088
0.099 0.244** 0.568**
1.000
0.345 118
0.288 0.008 0.000 118 118 118
. 118
Lampiran 4 Hasil uji regresi pengeluaran pangan dan skor PPH Std. Error of the Model 1
R
R Square 0.217a
Adjusted R Square
0.047
Estimate
0.039
15.069
a. Prediktor: (konstanta), PENGELUARAN RT PER KAP PER BLN
Model 1
ANOVAb Sum of Squares df
Mean Square
Regression 1306.303 1 1306.303 Residual 26340.282 116 227.071 Total 27646.585 117 a. Predictors: (Constant), PENGELUARAN RT PER KAP PER BLN b. Dependent Variable: SKOR PPH
F 5.753
Sig. 0.018a
24 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
B
1
(Constant) PENGELUARAN RT PER KAP PER BLN a. Dependent Variable: SKOR PPH
Standardized Coefficients
Std. Error
48.696
2.994
2.127E-5
0.000
Beta
t
0.217
Sig.
16.265
0.000
2.399
0.018
Lampiran 5 Hasil uji regresi pengeluaran pangan dan skor HDDS Model
R
R Square
1 0.173a 0.030 a. Predictors: (Constant), PENGELUARAN RT PER BLN
Model
ANOVAb Sum of Squares df
Regression 7.717 1 Residual 250.563 116 Total 258.280 117 a. Predictors: (Constant), PENGELUARAN RT PER BLN b. Dependent Variable: HDDS FAO Coefficientsa Unstandardized Coefficients 1
B
(Constant) 7.942 PENGELUARAN RT 3.637E-7 PER BLN a. Dependent Variable: HDDS FAO
0.022
Mean Square
1
Model
Std. Error of the Estimate
Adjusted R Square
Std. Error
F
7.717 2.160
Sig.
3.573
0.061a
Standardized Coefficients Beta
0.277 0.000
1.470
0.173
t
Sig.
28.677
0.000
1.890
0.061
25 Lampiran 6 Kelompok pangan metode HDDS modifikasi No
1
Kategori berdasarkan sumber zat gizi Sumber karbohidrat
Kelompok pangan HDDS
Skor
Skor maks
Serealia Umbi-umbian Gula dan pemanis
0 = tidak mengonsumsi 1 = berasal dari 1 kelompok pangan 2 = berasal dari ≥ 2 kelompok pangan 0 = tidak mengonsumsi 1 = mengonsumsi 1 jenis pangan 2 = mengonsumsi ≥ 2 jenis pangan 0 = tidak mengonsumsi 1 = berasal dari 1 kelompok pangan 2 = berasal dari ≥ 2 kelompok pangan
2
0 = tidak mengonsumsi 1 = mengonsumsi 1 jenis pangan 2 = mengonsumsi ≥ 2 jenis pangan 0 = tidak mengonsumsi 1 = berasal dari 1 kelompok pangan 2 = berasal dari ≥ 2 kelompok pangan
2
0 = tidak mengonsumsi 1 = mengonsumsi 1 jenis pangan 2 = mengonsumsi ≥ 2 jenis pangan
2
2
Sumber lemak
Minyak dan lemak
3
Sumber protein hewani
4
Sumber protein nabati
Daging-dagingan Jeroan Telur Ikan dan makanan laut lainnya Susu dan olahannya Kacang-kacangan
5
Sumber vitamin dan mineral
6
Lain-lain
Total
Sayur sumber vitamin A Sayuran hijau Sayuran lainnya Buah sumber vitamin dan mineral Buah lainnya Bumbu dan minuman jadi
2
2
2
12
26
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 16 Februari 1994 sebagai putri pertama dari Bapak Rizal Setiawan dan Ibu Herna Wati. Penulis lulus dari SMA Negeri 9 Bandarlampung pada tahun 2011 dan menjadi mahasiswi Departemen Gizi Mayarakat IPB sejak tahun 2011 hingga tahun 2015. Penulis mendapatkan beasiswa Bidik Misi dari Kementerian Pendidikan RI sejak tahun 2011-2015. Selama menjadi mahasiswa, penulis telah menghasilkan karya ilmiah berjudul Kajian Beberapa Metode Penilaian Keragaman Konsumsi Pangan tahun 2015. Penulis pernah menjadi asisten dosen Dasar-Dasar Komunikasi sejak semester 5 hingga semester 8, asisten mata kuliah Metodologi Penelitian Gizi di semester 8, dan pengajar Kimia di Klub Tutor Sebaya Asrama TPB IPB pada tahun 2011 sampai 2012. Penulis juga memiliki pengalaman bekerja sebagai Pengajar Mata Kuliah Kimia TPB IPB di Bimbingan Belajar Mafia Clubs pada tahun 2012. Penulis menjadi Ketua Divisi HRD pada tahun 2013 sampai 2014 di Lembaga Struktural I’FAST di bawah BEM KM IPB dan sekretaris Divisi PSDM Kemala IPB tahun 2012 sampai 2013. Penulis juga pernah menjadi Ketua Divisi Konsumsi pada kegiatan Back To Village Kemala IPB tahun 2012 dan Nutrition Fair pada tahun 2014, Ketua Divisi Publikasi dan Dekorasi pada kegiatan Musyawarah Besar Keluarga Mahasiswa Lampung tahun 2012, sekretaris Open House Kemala IPB tahun 2012, Ketua Divisi acara pada kegiatan Open Recruitment Lembaga Struktural I’FAST BEM KM IPB tahun 2013, juri lomba masak pada kegiatan Semarak Bidik Misi IPB tahun 2013, dan steering committee pada kegiatan Back To Village Kemala IPB tahun 2014. Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) Di Desa Kalisari, Kecamatan Telaga Sari, Karawang, Jawa Barat selama dua bulan yaitu JuliAgustus 2014. Penulis melaksanakan Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangukusumo, Jakarta Pusat pada Oktober-November 2015.