KAJIAN KELEMBAGAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI DALAM PROGRAM KEMITRAAN DI KPHP WAY TERUSAN (Studi di Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah)
(Skripsi)
Oleh ELVA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRACT INSTITUTIONAL STUDY OF FARMERS GROUP ON PARTNERSHIP PROGRAM IN KPHP WAY TERUSAN (Study in Gapoktan Jati Makmur, Harapan Jaya Village, Bandar Mataram District, Lampung Tengah Regency) By ELVA
KPH is a solution for degradation and deforestation problems that happens in Indonesia’s state forests. However in its development, KPH have constraints in the institutional development of farmer groups that manage forest land by partnership programs. Interest of this study is to examine institutional of Farmers Group Association (Gapoktan) in KPHP Way Terusan. The data collection was done by interview then analyzed descriptively. The results shown that the formation process of forest farmer group (KTH) was a response of the partnership program so that farmer didn’t fully understand the origin direction and aims of KTH establishment. The implementation of the rules in the form of AD/ART didn’t fully proceed yet because both the boards and the members were not involved within the formulation of AD/ART. Farmers believe that the board of KTH able to help the farming development to improve the welfare of the community. Therefore, capacity building needs to be done through counseling and training to Gapoktan and farmer groups to become stronger and independent.
Keywords: forest farmer groups, institution, KPHP, partnerships, rules.
ABSTRAK KAJIAN KELEMBAGAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI DALAM PROGRAM KEMITRAAN DI KPHP WAY TERUSAN (Studi di Gapoktan Jati Makmur, Umbul Harapan Jaya, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh ELVA
KPH merupakan salah satu solusi terhadap permasalahan degradasi dan deforestasi yang terjadi di hampir seluruh wilayah hutan di Indonesia. Namun, dalam praktiknya KPH mengalami kendala yaitu pengembangan kelembagaan kelompok tani yang mengelola lahan di wilayahnya melalui program kemitraan. Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah untuk mengkaji kelembagaan Gabungan Kelompok Tani di KPHP Way Terusan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses terbentuknya KTH merupakan respon dari program kemitraan sehingga masyarakat belum memahami sepenuhnya arah dan tujuan dibentuknya KTH. Implementasi aturan main dalam bentuk AD/ART belum sepenuhnya dilakukan karena baik dari pengurus maupun anggota tidak dilibatkan dalam pembentukan AD/ART. Masyarakat percaya bahwa pengurus KTH dapat membantu mengembangkan usaha tani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kapasitas masyarakat perlu dilakukan
melalui penyuluhan dan pelatihan agar Gapoktan maupun kelompok tani menjadi lebih kuat dan mandiri. Kata kunci: aturan, kelembagaan, kelompok tani hutan, kemitraan, KPHP.
KAJIAN KELEMBAGAAN GABUNGAN KELOMPOK TANI DALAM PROGRAM KEMITRAAN DI KPHP WAY TERUSAN (Studi di Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh ELVA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN Pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 18 November 1994. Anak ketiga dari lima bersaudara, pasangan Bapak Samidi dan Ibu Sanimah. Penulis menamatkan pendidikan di SDN 2 Tanjung Senang pada tahun 2006, SMPN 29 Bandar Lampung pada tahun 2009 dan SMA Gajah Mada pada tahun 2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur tertulis pada tahun 2012. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2013-2014 pernah menjadi anggota pengurus Bidang Pengembangan Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva), tahun 2014-2015 menjadi sekretaris Bidang Pengembangan Kewirausahaan Himasylva, dan pada tahun 2015-2016 menjadi ketua Bidang Pengembangan Kewirausahaan Himasylva.
Pada Januari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Yudha Karya Jitu, Kecamatan Rawajitu Selatan, Kabupaten Tulang Bawang. Pada Juli 2015 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ngadisono, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebumen, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Bahasa Indonesia, Ekonomi Sumberdaya Hutan, Pemasaran Hasil Hutan dan Penyuluhan Kehutanan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang tersayang yang berharga dalam hidupku (ayah, ibu serta keluarga besar) yang selalu mendoakanku dan memberikan segala bentuk dukungan. sahabat terbaikku serta Evesyl tercinta yang telah memberikan banyak cerita
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di KPHP Way Terusan dengan judul “Kajian Kelembagaan Gabungan Kelompok Tani Dalam Program Kemitraan Kehutanan di KPHP Way Terusan (Studi di Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
2.
Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.
Bapak Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P., Ph.D., selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktu dan bersedia memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
iii 4.
Bapak Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran-saran perbaikan dan kritik hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5.
Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku penguji sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan saran-saran perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7.
Ayahanda Samidi dan Ibunda Sanimah tercinta yang telah meridhoi, dan medoakan keberhasilanku.
8.
Ibu Indria Sudrajat selaku Kepala KPHP Way Terusan beserta kak Bela, Tia, Ifan dan bang Oben yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.
9.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan namun semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Wassalamualaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, November 2016
Elva
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .....................................................................................
Halaman vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN .............................................................................. A. Latar Belakang .............................................................................. B. Rumusan Masalah......................................................................... C. Tujuan Penelitian .......................................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................................ E. Kerangka Pemikiran......................................................................
1 3 3 3 4
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... A. Kelembagaan................................................................................. B. Kelembagaan Kelompok Tani ...................................................... C. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi .........................................
6 7 8
III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ B. Alat dan Objek Penelitan .............................................................. C. Data yang Dikumpulkan ............................................................... D. Tehnik Pengumpulan Data............................................................ E. Populasi dan Sampel ..................................................................... F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... G. Batasan Penelitian ........................................................................
10 10 10 11 11 13 13
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................. A. Letak dan Luas KPHP Way Terusan ............................................ B. Keadaan Biofisik KPHP Way Terusan ......................................... C. Potensi Wilayah KPHP Way Terusan........................................... D. Sosial Masyarakat KPHP Way Terusan .......................................
15 16 17 18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... A. Karakteristik Responden .............................................................. B. Proses Terbentuknya Kelembagaan KTH di KPHP Way Terusan C. Implementasi Aturan Main dalam KTH ...................................... D. Tingkat Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pengurus ................
20 22 27 31
v Halaman VI. SIMPULAN DAN SARAN................................................................ A. Simpulan ....................................................................................... B. Saran .............................................................................................
35 36
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
37
LAMPIRAN............................................................................................... Tabel 7–18 .................................................................................................. Gambar 10–16............................................................................................. AD/ART KTH............................................................................................
40–51 52–54 55–64
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Jumlah responden masing-masing anggota kelompok tani ............... 13 2.
Jumlah curah hujan rata-rata tahun 1999-2008..................................
16
3.
Tipe penutupan lahan di wilayah KPHP Way Terusan......................
17
4.
Kondisi pemanfaatan lahan kawasan KPHP Way Terusan ...............
19
5.
Uraian tugas pengurus........................................................................
29
6.
Identitas responden kelompok tani di Umbul Harapan Jaya, KPHP Way Terusan ......................................................................................
40
7.
Pengetahuan kelompok tentang pembentukan kelompok tani...........
43
8.
Peran pengurus kelompok..................................................................
46
9.
Aturan main dalam kelompok............................................................
47
10. Kepercayaan anggota terhadap pengurus...........................................
50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Skema kerangka pikir penelitian.......................................................... 5 2.
Peta kawasan KPHP Way Terusan ......................................................
15
3.
Tingkat umur anggota dan pengurus KTH ..........................................
20
4.
Tanggungan keluarga responden .........................................................
21
5.
Sebaran lahan demplot kemitraan ........................................................
27
6.
Presesntase tingkat kepercayaan pengurus terhadap angoota ..............
32
7.
Kegiatan pemeliharaan tanaman oleh kelompok tani ..........................
52
8.
Kegiatan gotong-royong antar anggota kelompok tani.......................
52
9.
Kegiatan wawancara dengan ketua KTH Sido Makmur......................
53
10. Kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan oleh ketua KTH..................
53
11. Papan nama kelompok tani ..................................................................
54
12. Tanaman bantuan program kemitraan .................................................
54
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi hutan di Indonesia telah mengalami degradasi dan deforestasi yang diakibatkan oleh pembangunan infrastruktur, pembangunan pertanian dan perkebunan, serta pemukiman. Berdasarkan data FWI (2014) laju kehilangan hutan alam Indonesia adalah sekitar 1,13 juta hektar per tahun dan laju deforestasi di Indonesia pada periode 2009- 2013 adalah sekitar 4,50 juta hektar. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan membentuk organisasi di tingkat tapak dalam wujud Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Suwarno et al. (2014) menyatakan keberadaan KPH dipandang sebagai persyaratan untuk pengelolaan hutan lestari.
Menurut PP No. 6 Tahun 2007 Pasal 1, KPH diartikan sebagai wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok peruntukanya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Berdasarkan pasal 28 ayat (2) PP No.44 tahun 2004 tentang perencanaan kehutanan, unit pengelolaan hutan lestari terdiri dari Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No. 230/Kpts-II/2013, dibentuk wilayah-wilayah KPHP Model di Lampung yang meliputi KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah, KPHP Bukit Punggur Kabupaten Way Kanan, KPHP Gedong
2 Wani Kabupaten Lampung Selatan, KPHP Muara Dua Kabupaten Tulang Bawang dan KPHP Sungai Buaya Kabupaten Mesuji (Wulandari, 2011).
KPHP Way Terusan merupakan salah satu KPHP yang memiliki permasalahan dalam mengimplementasikan pembangunan di wilayahnya, baik dari aspek kelembagaan maupun sosial (Alviya dan Suryandari, 2008). Permasalahan tersebut mengakibatkan pembangunan KPHP Way Terusan tidak dapat berjalan dengan semestinya, sehingga pelaksanaannya harus dilakukan secara bersamasama antara pemerintah dengan masyarakat. Studi yang dilakukan Ichsan dan Febryano (2015) menunjukan bahwa hak akses masyarakat secara umum sudah tertuang dalam dokumen perencanaan KPH. Jaminan tersebut dituangkan dalam bentuk pengembangan sistem kemitraan masyarakat, pengembangan PHBM seperti HKm dan HTR. Menurut Kaskoyo et al. (2014) insentif utama bagi masyarakat lokal untuk berpartisipasi dalam program ini dengan mendapatkan hak pengelolaan hutan negara dan dapat meminimalkan konflik penggunaan lahan.
Lembaga kemasyarakatan seperti kelompok tani merupakan salah satu wadah yang mengorganisir para petani dalam mengembangkan usahataninya. Menurut Ramadoan et al. (2013) kelompok tani berperan sebagai tempat belajar, berdiskusi, bertemu, mencari informasi dan berbagi pengalaman antar anggota kelompok, dan para anggota telah bekerjasama dengan baik dalam berbagai hal dalam kelompok. Penataan kelembagaan yang dilakukan secara formal dapat didorong oleh pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Menurut Brown dan Sonwa (2015), LSM bertindak sebagai penghubung antara lembaga pemerintah dengan masyarakat dan memfasilitasi berbagi pengetahuan dan
3 inovasi, sehingga mendorong ketahanan kelompok tani. Penataan kelembagaan tersebut sangat penting karena dapat mengatur petani dalam mengelola lahan hutan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelembagaan KTH yang ada di wilayah KPHP Way Terusan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana proses terbentuknya kelembagaan yang ada di Kelompok Tani Umbul Harapan Jaya? 2. Bagaimana aturan kelembagaan yang telah dibuat diimplementasikan oleh masyarakat di Kelompok Tani Umbul Harapan Jaya? 3. Bagaimana gambaran kepercayaan anggota terhadap pengurus kelompok tani?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui proses terbentuknya kelembagaan yang ada di Kelompok Tani Umbul Harapan Jaya. 2. Mengetahui implementasi aturan kelembagaan yang ada di kelompok tani Umbul Harapan Jaya. 3. Mengetahui tingkat kepercayaan anggota terhadap pengurus kelompok tani.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakat atau pemberdayaan masyarakat sekitar
4 hutan sehingga dapat membantu dalam menyusun dan memperbaiki kebijakan untuk mengelola hutan secara adil dan berkelanjutan.
E. Kerangka Pemikiran
Masalah degradasi dan deforestasi yang terjadi di hampir seluruh wilayah hutan di Indonesia yang salah satunya juga terjadi pada wilayah KPHP Way Terusan. KPHP Way Terusan merupakan salah satu KPH Model yang wilayahnya terdegradasi akibat dirambah oleh masyarakat. Masyarakat tidak hanya tinggal di kawasan ini tetapi juga ikut merambah wilayah ini dan telah mengklaim penguasaan lahan.
Tahun 2015 Pemerintah dengan bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kawan Tani dalam mengatasi permasalahan ini melakukan penataan sistem kelembagaan yaitu dengan membentuk kelompok tani secara formal dan pembentukannya didasari oleh SK Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Tengah. Penataan kelembagaan yang dilakukan oleh pihak KPH Way terusan yang salah satunya dengan membentuk KTH diharapkan dapat mengatur petani dalam mengelola hutan sehingga pengelolaan dapat dilakukan dengan baik, maka perlu di lakukan kajian kelembagaan KTH yang ada pada wilayah KPHP Way Terusan.
Kajian kelembagaan tersebut berupa proses terbentuknya kelompok tani hutan, peranan pengurus kelompok dalam mengelola hutan, pola aturan main dalam kelompok serta tingkat kepercayaan anggota terhadap pengurus kelompok. Kajian tersebut bertujuan untuk mengetahui dinamika sejauh mana kelompok tani
5 tersebut telah berjalan dalam mengelola lahan pada kawasan KPHP Way Terusan. Adanya penataan kelembagaan yang lebih baik diharapkan dapat membantu mengembalikan kelestarian hutan produksi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Secara skematis kerangka pemikiran tersebut di tuangkan dalam Gambar 1.
Degradasi dan Deforestasi lahan
KPHP Way Terusan
BPHP
Masyarakat
Kelembagaan KTH
Proses terbentuknya KTH
Peran pengurus KTH
Aturan main dalam KTH
Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran.
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pengurus KTH
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kelembagaan
Kelembagaan menurut Wahyuni (2003) dikelompokkan ke dalam dua pengertian, yaitu institut dan institusi. Institut menunjuk pada kelembagaan formal, misalnya organisasi, badan dan yayasan mulai dari tingkat keluarga, rukun keluarga, desa sampai pusat, sedangkan institusi merupakan suatu kumpulan norma-norma atau nilai-nilai yang mengatur perilaku manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Pengertian kelembagaan petani yang dimaksud adalah kelembagaan formal dan institusi atau norma-norma yang berkaitan dengan petani.
Paradigma baru pembangunan kehutanan yang telah memberikan penekanan pada “Community Based Development” yaitu pembangunan kehutanan berbasis pada masyarakat, dimaksudkan untuk mengoptimalkan upaya pemberdayaan lokal atau masyarakat yang berdomisili di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Perlu ada penataan sistem kelembagaan dalam pengembangan dan pengelolaan hutan, karena sangat penting dalam meningkatkan kapasitas dan kompetensi masyarakat sehingga mempercepat divusi dan adaptasi untuk secara aktif berperan serta dalam pengembangan hutan. Penataan sistem kelembagaan dengan tepat akan memberikan keleluasan bagi pertumbuhan peran serta, tanggung jawab dan pemberdayaan masyarakat (Kaimuddin, 2008).
7 B. Kelembagaan Kelompok Tani
Kelompok tani merupakan kelembagaan yang langsung mengorganisir para petani dalam mengembangkan usahataninya. Kelompok tani merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata. Selain berfungsi sebagai penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya, beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan pertanian (Hermanto, 2007).
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan Village Working Groups yang perlu dikembangkan. Kelembagaan ini merupakan kumpulan beberapa kelompok tani yang terdiri dari 20 hingga 25 kelompok tani, baik dalam satu desa maupun dari beberapa desa. Fungsi dan peran gapoktan adalah memfasilitasi pemecahan masalah yang dihadapi petani dari berbagai kelompok tani yang tergabung dalam gapoktan. Pembentukan gapoktan akan diikuti dengan divisi-divisi atau unit-unit usaha berdasarkan adanya kendala atau masalah yang dihadapi oleh petani dalam mengembangkan usaha agribisnisnya. Pembentukan divisi atau unit usaha dalam gapoktan bersifat kondisional tergantung pada kendala yang dihadapi petani dari setiap lokasi (Hermanto, 2007).
Kelembagaan kelompok tani adalah perangkat lunak, aturan main, keteladanan, rasa percaya, serta konsistensi kebijakan. Kelembagaan kelompok tani dirancang untuk mendukung program Pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan hutan berbasis masyarakat, mengatasi distribusi tidak merata manfaat dari sumber daya hutan dan kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan dan sektor, yang mendasari penyebab utama degradasi lahan dan hutan (Sari, 2013).
8 C. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi
Hutan produksi yaitu kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil-hasil hutan. Pembentukan KPH merupakan serangkaian proses perencanaan atau penyusunan desain kawasan hutan, yang didasarkan atas fungsi pokok dan peruntukannya, dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan lestari. KPH menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten. Pembentukan KPH ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari (Moyo et al., 2013).
Salah satu langkah pemerintah untuk meningkatkan pengusahaan hutan adalah dengan membentuk KPH sebagai unit pengelolaan hutan tingkat tapak menjadi solusi strategis. Mengingat kondisi wilayah kelola KPH tidak terlepas dari interaksi dengan masyarakat sehingga perlu penerapan konsep kehutanan masyarakat dalam KPH karena konsep inti kehutanan masyarakat terletak pada upaya untuk membangun partisipasi aktif penduduk setempat (Maryudi et al., 2014).
Organisasi KPH diharapkan menjadi organisasi yang mampu menyelenggarakan pengelolaan yang dapat menghasilkan nilai ekonomi, mengembangkan investasi dan menggerakkan lapangan kerja, memiliki kompetensi perencanaan dan melindungi kepentingan publik, mampu menjawab dampak pengelolaan secara global seperti perubahan iklim dan berbasis profesionalisme kehutanan. Kegiatan pengelolaan KPH diperlukan strategi pengelolaan hutan lestari termasuk masalah pendanaan dan ketersediaan SDM (Suryandari dan Sylviani, 2012).
9 Implementasi pembangunan KPH banyak menghadapi permasalahan baik dari sisi kelembagaan dan sosial. Permasalahan dari sisi kelembagaan meliputi hambatan pemangku kepentingannya sendiri, peraturan perundangan, organisasi, pendanaan dan SDM. Permasalahan dari sisi sosial lebih cenderung kepada klaim lahan oleh masyarakat dan perbedaan jenis tanaman yang akan dikembangkan pada areal KPH model (Alviya dan Suryandari, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan pembentukan organisasi KPHP adalah faktor komunikasi, sumber daya dan birokrasi (Hamzah, 2014).
III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelompok tani Umbul Harapan Jaya pada wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Way Terusan Lampung Tengah pada bulan Februari hingga April 2016.
B. Alat dan Objek Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, perekam suara, kamera, komputer/laptop dan panduan wawancara (queisioner). Objek dalam penelitian ini adalah anggota dan pengurus kelompok tani di Umbul Harapan Jaya KPHP Way Terusan Lampung Tengah.
C. Data yang Dikumpulkan
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Data Primer a.
Identitas responden mencakup nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan utama, jumlah tanggungan, jabatan di desa dan jabatan dikelompok tani.
b.
Pengetahuan tentang kelembagaan.
11 2. Data Sekunder a. Data keadaan umum lokasi penelitian yang merupakan karakteristik suatu kelompok yang meliputi profil desa, keadaan sosial ekonomi masyarakat, kondisi fisik dan biologi yang bersumber dari aparat desa maupun pemerintah daerah atau provinsi setempat. b. Data kelembagaan kelompok meliputi: nama kelompok, anggota kelompok, pengurus kelompok, alamat kelompok tani, struktur organisasi dan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) kelompok.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara Wawancara kepada responden dilakukan secara wawancara mendalam (indepth interview). 2. Observasi Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data atau informasi mengenai objek yang diteliti.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah anggota dan pengurus kelompok tani yang ada di Umbul Harapan Jaya yang tinggal di KPHP Way Terusan Lampung Tengah.
12 2. Sampel Umbul Harapan Jaya memiliki satu gapoktan yaitu Gapoktan Jati Makmur yang terdiri tujuh kelompok tani hutan meliputi Sido Makmur, Sumber Rejeki, Suka Makmur, Subur Makmur, Karya Makmur, Maju Makmur dan Karya Tani Makmur dengan jumlah total anggota kelompok tani yaitu 187 orang. Batas eror yang digunakan pada penelitian ini adalah 15% karena batas eror 15% dianggap sudah cukup mewakili anggota kelompok tani. Berdasarkan formula slovin Arikunto (2011), maka di dapatkan jumlah responden pada penelitian ini yaitu :
Keterangan : n = jumlah sampel N= jumlah populasi e = batas eror (15%) 1 = bilangan konstan
=
N N(e) + 1
=
187 187(15%) + 1
=
187 5.2075
= 35.90 = 36 responden
Jumlah sub anggota setiap kelompok tani tidak sama sehingga untuk mendapatkan sampel dari masing-masing kelompok tani digunakan rumus Noor (2011). ni =
Ni xn N
Keterangan : ni = banyaknya sampel ke-i n = banyaknya sampel N = banyaknya populasi anggota kelompok tani Ni = banyaknya populasi ke-i
13 Jumlah responden masing-masing anggota kelompok tani disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah responden masing-masing anggota kelompok tani No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama Kelompok Tani Sido Makmur Sumber Rejeki Suka Makmur Subur Makmur Karya Makmur Maju Makmur Karya Tani Makmur Total
Jumlah Anggota 38 34 10 20 38 17 30 187
Jumlah Responden 7 7 2 4 7 3 6 36
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh dari wawancara diwujudkan dalam bentuk tulisan atau paparan serta ditransformasi ke dalam bentuk tabel dan diagram.
G. Batasan Penelitian
1. Masyarakat yang menjadi responden adalah masyarakat yang tergabung di kelompok tani Umbul Harapan Jaya KPHP Way Terusan. 2. Kajian kelembagaan meliputi proses terbentuknya kelompok tani, peran pengurus kelompok, aturan main dalam kelompok, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pengurus kelompok tani.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Luas KPHP Way Terusan
KPHP Way Terusan secara administratif terletak di Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Berdasarkan geografis terletak pada 105º 40´ BT sampai dengan 105º 50´ BT dan 4° 30´ LS sampai dengan 4º 40´ LS. KPHP Way Terusan berada di Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Terusan yang merupakan bagian DAS Way Seputih. Luas kawasan KPHP Way Terusan yaitu 12.500 Ha. Peta Kawasan KPHP Way Terusan secara jelas disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Kawasan KPHP Way Terusan.
16 Batas-batas wilayah KPHP Way Terusan yaitu : 1. Sebelah timur berbatasan dengan Way Terusan Kabupaten Tulang Bawang. 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Way Terusan Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3. Sebelah barat berbatasan dengan PT. Gunung Madu Plantation (GMP). 4. Sebelah utara berbatasan dengan PT. Gula Putih Mataram (GPM).
B. Keadaan Biofisik KPHP Way Terusan
1. Topografi: KPHP Way Terusan terletak pada ketinggian 5 m sampai dengan 20 m di atas permukaan laut. 2. Geologi dan Tanah a. Jenis tanah
: podsolik merah kuning
b. Batuan induk : batuan pasir c. Fisiografi
: datar dan bergelombang
3. Iklim a. Tipe iklim wilayah KPHP Way Terusan yaitu tipe iklim C2 yang memiliki bulan basah 5 sampai 6 bulan dan bulan kering antara 2 sampai 3 bulan. b. Jumlah curah hujan untuk wilayah Kecamatan Bandar Mataram dan sekitarnya tahun 1999-2008 adalah 2.390,2 mm/tahun. Secara lengkap disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah curah hujan rata-rata tahun 1999-2008 Bulan Januari Februari
Jumlah Curah Hujan Pada Tahun … (mm) RataJumlah rata 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 532 277 302 252 454 288 389 436 246 297 3473 347.3 435 212 363 205 416 445 277 308 364 107 3232 323.2
17 Tabel 2. Lanjutan Bulan
1999 2000 Maret 313 279 April 174 247 Mei 111 139 Juni 71 201 Juli 137 120 Agustus 35 52 September 17 32 Oktober 259 215 November 303 406 Desember 380 371 Jumlah 2767 2551 Rata-rata 231 213
Jumlah Curah Hujan Pada Tahun … (mm) RataJumlah rata 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 262 354 325 309 375 390 338 524 3469 346.9 201 180 232 146 240 309 300 215 2244 224.4 281 238 136 156 175 167 81 79 1563 156.3 102 88 24 37 229 115 110 83 1060 106.0 24 195 47 61 96 29 149 9 867 86.7 117 11 54 21 105 0 37 78 510 51.0 119 13 52 5 54 10 21 76 399 39.9 315 0 126 40 126 0 59 133 1273 127.3 391 93 204 225 201 69 182 344 2418 241.8 373 258 235 384 286 354 334 409 3394 339.4 2850 1987 2305 2117 2553 2187 2231 2354 23902 2390.2 238 166 192 176 213 182 186 196 2390.2
Sumber: UPTD KPHP Way Terusan (2013).
C. Potensi Wilayah KPHP Way Terusan
Kawasan hutan seluas 12.500 ha ini kenyataannya tidak banyak berhutan. Sejak tahun 1998 kawasan hutan telah diokupasi oleh masyarakat dan dialihfungsikan menjadi pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan. Tipe penutupan lahan yang masih berhutan hanya seluas 1000 ha yang berupa nipah dan tanaman gelam. Secara lengkap disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Tipe penutupan lahan di wilayah KPHP Way Terusan No. 1 2 3
Penutupan Lahan Berhutan Tidak berhutan Tidak ada data
Lahan Kering (ha)
Mangrove (ha)
Rawa (ha)
Tanaman (ha)
-
-
1.000
-
7.500
-
4.000
- Kebun campuran
-
-
-
Keterangan Tanaman gelam, nipah
- -
Sumber: UPTD KPHP Way Terusan (2013). Saat ini potensi kayu, non kayu, flora dan fauna, jasa lingkungan dan wisata alam di wilayah KPH Way terusan sangat rendah walaupun belum didapatkan data baik secara langsung maupun data sekunder sebagai acuan. Kondisi nyata di lapangan
18 secara keseluruhan sudah digunakan untuk tanaman semusim dan pemukiman. Tutupan lahan pada wilayah KPHP Way Terusan Lampung Tengah adalah 8% berhutan, 52% tidak berhutan dan 40% rawa. KPHP Way Terusan dalam pengelolaannya dibagi menjadi tiga blok yaitu: 1.
Blok pemanfaatan
Blok pemanfaatan yang terdapat di KPHP Way Terusan merupakan wilayah yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi perladangan dan perkebunan yang didominasi oleh jenis tanaman karet, akasia dan mahoni. Luas blok yang dimanfaatkan yaitu ±8.550 ha. 2.
Blok pemberdayaan
Blok pemberdayaan yang ada di wilayah KPHP Way Terusan merupakan wilayah yang berada di sekitar pemukiman masyarakat. Luas blok pemberdayaan yaitu ±450 ha. 3.
Blok perlindungan
Penetapan blok perlindungan sebagai upaya pelestarian dan perlindungan sumber air. Blok perlindungan merupakan daerah sempadan sungai dan rawa dengan luas ± 3.500 hektar.
D. Sosial Masyarakat KPHP Way Terusan
Tahun 2007 tercatat jumlah KK mencapai 4.015 KK atau 15.226 jiwa yang tersebar membentuk sepuluh lokasi pemukiman (umbul). Sepuluh umbul tersebut meliputi: Umbul Mekar Jaya, Harapan Jaya, Mekar Agung, Sekring Bawah, Sri Rejeki/HTI, Raman Agung, Tinggi/Suka Makmur, Kuao/Buana Makmur, Talip
19 Jaya, dan Rukun Salam. Kondisi pemanfaatan lahan KPHP Way Terusan secara lengkap disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kondisi pemanfaatan lahan kawasan KPHP Way Terusan
No
Nama Umbul
1 2 3 4 5 6
Raman Agung Talip Jaya Sekring Bawah Sekring Atas H.T.I Kuao Buana Makmur SP 4 Harapan Jaya Tinggi Suka Makmur Rukun Salam Jumlah
7 8 9
Luas Lahan Yang Dipergunakan Blok Perlindungan Blok Pemanfaatan Hutan/ Sawah Rawa Rumah Tegalan Kebun Rawa Rawa 471,50 1751,00 50,50 75,10 1823,80 13,00 202,75 1360,75 11,00 31,00 876,01 16,00 275,25 709,75 15,50 60,30 603,22 19,00 - 26,50 48,80 668,01 31,00 51,20 1154,87 27,50 50,50 35,10 598,41 8,90
Jumlah (Ha) 4184,90 2497,51 1683,02 774,31 1233,57 692,91
-
-
-
32,00
88,83
-
120,83
-
-
-
57,70
955,50
18,50
1031,70
72,00 3,00 3893,50 106,50
10,30 401,50
190,35 5,60 6959,00 139,50
281,25 12500,00
1000
Sumber: UPTD KPHP Way Terusan (2013). Suku di wilayah ini terdiri atas suku Jawa, Bali, dan Lampung. Adapun suku lainnya seperti suku batak dan sunda yang minoritas jumlahnya.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pembentukan kelompok tani di KPHP Way Terusan, khususnya di umbul Harapan Jaya didorong oleh pihak luar yaitu BPHP terkait dengan program kemitraan. Pemilihan pengurus dilakukan melalui penunjukan oleh salah satu pihak yaitu ketua RT pada masing-masing KTH sehingga akibatnya 42% dari pengurus kurang aktif dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya di KTH. Aturan main dalam KTH berupa AD/ART. Implementasi aturan main yang ada masih kurang, sebagai contoh hanya 44% dari responden yang mengetahui bahwa aturan kelembagaan telah diatur dalam AD/ART dan belum adanya program kerja yang disusun oleh KTH itu sendiri.
48% anggota yang berasal dari kelompok Sido Makmur, Sumber Rejeki dan Karya Tani Makmur memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap pengurus dilihat dari komunikasi yang terjalin sangat baik. Komunikasi tersebut berupa penyampaian seluruh informasi tentang KTH secara langsung oleh pengurus kelompok tani dengan cara mengadakan pertemuan-pertemuan dengan anggotanya.
36 B. Saran
Penyuluhan dan pemberdayaan kepada masyarakat perlu dilakukan terkait mekanisme pembentukan pengurus dan peningkatan kapasitas pengurus kelompok dalam hal manajemen kelompok, pembuatan laporan kegiatan dan keuangan serta penguatan kelembagaan kelompok tani secara berkelanjutan. Dalam menjalankan dinamika organisasi, kelompok tani diharapkan tidak selalu bergantung kepada pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Akib, H. 2010. Implementasi kebijakan: apa, mengapa, dan bagaimana. Jurnal Administrasi Publik. 1(1): 1-11. Alviya, I. dan Suryandari, E.Y. 2008. Kajian konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Model Way Terusan Register 47. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 5(2): 101—120. Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 370 hlm. Bakhtiar, I., Sanyoto, R., Berliani, H., Suwito dan Hardiyanto, G. 2015. Upaya KPH Mengurai Sengketa. Buku. Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia. Jakarta. 69 hlm. Bowo, C., Supriono, A., Hariyono, K. dan Kosasih, S. 2011. Dinamika kelembagaan kelompok tani hutan rakyat lahan kering di Desa Tambak Ukir Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 5(2): 31—38. Brown, C. P dan Sonwa, D. J. 2015. Rural local institutions and climate change adaptation in forest communities in Cameroon. Journal Ecology and Society. 20(2): 1—9. Damanik, I. K. S. 2013. Faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok dan hubungannya dengan kelas kemampuan kelompok tani di Desa Pulo Kencana Kabupaten Serang. Jurnal Penyuluhan. 5(1): 31—40. Forest Watch Indonesia (FWI). 2014. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2009-2013. Buku. Forest Watch Indonesia. Jakarta. 30 hlm. Hamzah. 2014. Implementasi kebijakan pembentukan organisasi pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Berau Barat di Kabupaten Berau. Jurnal Administrasi Publik dan Birokrasi. 1(3): 26—38. Hermanto, R. 2007. Rancangan kelembagaan petani dalam implementasi prima tani di Sumatera Selatan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 5(2): 110—125.
Hermanto dan Swastika, D. W. S. 2011. Penguatan kelompok tani : langkah awal peningkatan kesejahteraan petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. 9(1): 371—390. Ichsan, A. C dan Febryano, I. G. 2015. Penilaian kinerja pembangunan kesatuan pengelolaan hutan lindung Rinjani Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Hutan Tropika. 3(2): 192—198. Kaimuddin. 2008. Studi Kelembagaan lokal masyarakat dalam pembangunan hutan mangrove di Desa Munte Kecamatan Bone-Bone. Jurnal Hutan dan Masyarakat. 3(1): 111—234. Kaskoyo, H., Mohammed, A.J dan Inoue, M. 2014. Present state of community forestry (Hutan Kemasyarakatan /HKm) program in a protection forest and its challenges: case study in Lampung Province, Indonesia. Journal of Forest Science 30(1): 15—29. Kurnianingtyas, R. 2008. Penerimaan Diri Pada Wanita Bekerja Usia Dewasa Dini Ditinjau dari Status Pernikahan. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. 95 hlm. Maryudi, A., Devkota, R. R., Schusser, R. R., Yufanyi, C., Aurenhammer, H., Rotchanaphatharawit dan M. Krott . 2014. Back to basics : conseriderations in evaluating the outcomes of community forestry. Journal Forest Policy and Economics. 1(4): 1—5. Moyo, M.I.D., Golar dan Rukmi. 2013. Potensi sosial budaya masyarakat bagi pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) pada wilayah KPH Model Sintuwu Maroso di Desa Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara. Jurnal Warta Rimba. 1 (1): 1—9. Nuryanti, S dan Swatika, D.K.S. 2011. Peran kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29(1): 115 – 128. Ramadhan, S. 2008. Internalisasi sektor kehutanan dalam perencanaan pembangunan wilayah : membumikan rencana sektor dalam pembangunan daerah. Jurnal Buletin Planologi. 4(1): 1—55. Ramadoan, S. Muldjono dan Pulungan, P. I. 2013. Peran PKSM dalam Meningkatkan Fungsi Kelompok Tani dan Partisipasi Masyarakat di Kabupaten Bima, NTB. Jurnal Penelitian dan Sosial Ekonomi Kehutanan. 10(3): 199—210. Rizal, A. Nurhaedah dan Hapsari, E. 2012. Kajian strategi optimalisasi pemanfaatan lahan hutan rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 9(4): 216—228.
Sari, N. 2013. Kelembagaan kelompok tani hutan program pendampingan SCBFWM di Sekitar Sub Daerah Aliran Sungai Miu (Kasus Desa Pakuli Kecamatan Gumbasa Kabupaten Sigi). Jurnal Warta Rimba. 1(1): 1—8. Sugiyarti, I. Sardi dan A. Mara. 2015. Faktor-faktor penyebab hilangnya kepercayaan (trust) Di KUD Berdikari Desa Penerokan Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi. Jurnal Sosio Ekonomika Bisnis. 18. (1): 1—9. Suryandari, E. Y dan Sylviani. 2012. Kajian implementasi kebijakan organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Di Daerah (Studi Kasus KPH Banjar, Kalimantan Selatan dan KPH Lalan Mangsang Mendis, Sumatera Selatan). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 9(1): 114—130. Suwarno, E. Kartodiharjo, H. Kolopaking, L. M dan Soedomo, S. 2014. Institutional obstacles on the development of forest management unit: the case of Indonesian Tasik Besar Serkap. American Journal of Environmental Protection. 2(2): 41—50. Uphoff, N. 2006 . Local communities and institutions: realizing their potential for integrated rural development. Journal International Institute For Agriculture. 3(1): 63—86. Vittuari, M., Bilali, H. E dan Berjan, S. 2012. Territorial governance in rural Bosnia: The role of local institutions and organizations in Sarajevoromanijam Region. Journal of Central European Agriculture. 13(1): 131—141. Wahyuni, S. 2003. Kinerja kelompok tani dalam sistem usaha tani padi dan metode pemberdayaannya. Jurnal Litbang Pertanian, 22(1): 1—10. Wulandari, C. 2011. Buku Ajar Kebijakan dan Peraturan Perundangan Kehutanan. Buku. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 95 hlm.