IMPLEMENTASI KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA KELOMPOK TANI DENGAN KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP) WAY TERUSAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Studi di Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah)
(Skripsi)
Oleh YUNI AYU WANDIRA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK IMPLEMENTASI KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA KELOMPOK TANI DENGAN KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP) WAY TERUSAN, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Studi di Gapoktan Jati Makmur, Umbul Harapan Jaya, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh YUNI AYU WANDIRA
Penyerobotan lahan merupakan salah satu faktor penyebab tingginya laju deforestasi dan degradasi hutan, sehingga dalam pengelolaannya harus melibatkan masyarakat setempat. Salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan adalah kemitraan kehutanan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses implementasi Kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan serta faktor – faktor pendukung dan penghambatnya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses implementasi kemitraan kehutanan cukup baik. Faktor pendukung kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan yaitu adanya dukungan kelompok tani yang tinggi terhadap program kemitraan kehutanan, kepercayaan kelompok tani yang tinggi kepada pihak KPHP Way Terusan dan dukungan yang tinggi dari pihak stakeholder terkait lainnya. Faktor penghambat
Yuni Ayu Wandira kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan adalah sumber daya manusia yang rendah, permasalahan dalam organisasi kelompok tani, komunikasi antara pemerintah dan kelompok tani yang kurang baik dan rendahnya partisipasi kelompok tani.
Kata kunci: kelompok tani, kemitraan kehutanan, Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
Yuni Ayu Wandira
ABSTRACT THE IMPLEMENTATION OF FOREST PATNERSHIP BETWEEN FARMER GROUPS WITH PRODUCTION FOREST MANAGEMENT UNIT (KPHP) WAY TERUSAN, LAMPUNG TENGAH REGENCY (Study in Gapoktan Jati Makmur, Harapan Jaya Village, Bandar Mataram District, Lampung Tengah Regency)
By Yuni Ayu Wandira
Land grabbing was one of the factor causing the increasement of deforestation and forest degradation, that’s why forest management should involved local communities. One of the government policy to increase community participation in forest management is forestry partnership. The purpose of this study were to determines the process of forestry partnership implementation between farmer groups with KPHP Way Terusan and also supporting and inhibiting factors. Data collection used in this research was interviews. Data were analyzed descriptively. The results showed that the implementation process of forestry partnership was good enough. The supporting factors in forestry partnership between farmer groups and KPHP Way Terusan were the existence of high support done by the farmer groups towards forestry partnership programs, farmer groups high trust to KPHP Way Terusan and high support by other related stakeholders parties. Inhibit factors in forestry partnership between farmer groups and KPHP Way
Yuni Ayu Wandira Terusan were low capabilities of human resources, the problems within farmer groups organization, maintainless communications between government and farmer groups and low farmer groups participation.
Keywords: farmers groups, forest partnership, Production Forest Management Unit.
IMPLEMENTASI KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA KELOMPOK TANI DENGAN KESATUAN PENGELOLA HUTAN PRODUKSI (KPHP) WAY TERUSAN KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Studi di Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh YUNI AYU WANDIRA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN Pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Tengah, pada tanggal 8 Juni 1995. Anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Abdul Rasid dan Ibu Nuriah. Penulis menamatkan pendidikan SDN 1 Raja Basa Baru pada tahun 2006, SMPN 1 Way Jepara pada tahun 2009 dan SMAN 1 Way Jepara pada tahun 2012. Penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan pada tahun 2012. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Organisasi yang pernah diikuti yaitu Himasylva (Himpunan Mahasiswa Kehutanan) dan Duta Mahasiswa Fakultas Pertanian.
Pada Januari 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Sinar Banten, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah. Pada Juli 2015 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ngadisono, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebumen, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah Bahasa Indonesia, Ekonomi Sumberdaya Hutan, Kehutanan Masyarakat, Manajemen Sumber Daya Hutan, Pemasaran Hasil Hutan dan Penyuluhan Kehutanan dan Pemberdayaan Masyarakat.
SANWACANA
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di KPHP Way Terusan dengan judul “Implementasi Kemitraan Kehutanan antara Kelompok Tani dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah (Studi di Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Te-ngah)”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung.
2.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.
Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
iii 4.
Bapak Hari Kaskoyo, S.Hut., M.P., Ph.D., selaku pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya dan bersedia memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5.
Bapak Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing kedua atas kesediaannya memberikan bimbingan, saran-saran perbaikan dan kritik hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6.
Bapak Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S., selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran perbaikan dalam penyusunan skripsi ini.
7.
Bapak Rudi Hilmanto, S.Hut., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.
8.
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
9.
Kepala KPHP Way Terusan beserta staf dan bakti rimbawan yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan namun semoga dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Bandar Lampung, Juni 2016
Yuni Ayu Wandira
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .....................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN .............................................................................. A. Latar Belakang .............................................................................. B. Rumusan Masalah......................................................................... C. Tujuan Penelitian .......................................................................... D. Manfaat Penelitian ........................................................................ E. Kerangka Pemikiran......................................................................
1 1 3 4 4 4
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... A. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)............................................. B. Penguasaan Lahan......................................................................... C. Kemitraan......................................................................................
7 7 9 10
III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ B. Alat dan Objek Penelitan .............................................................. C. Batasan Penelitian......................................................................... D. Jenis dan Sumber Data.................................................................. E. Metode Pengambilan Sampel ....................................................... F. Metode Pengolahan dan Analisis Data .........................................
13 13 13 13 14 16 18
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................. A. Letak dan Luas KPHP Way Terusan ............................................ B. Keadaan Biofisik KPHP Way Terusan ......................................... C. Sejarah KPHP Way Terusan......................................................... D. Potensi Wilayah KPHP Way Terusan........................................... E. Sosial Budaya Masyarakat KPHP Way Terusan ..........................
19 19 20 21 23 24
V. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ................................... A. Proses Implementasi Kemitraan Kehutanan ................................. 1. Latar belakang kemitraan kehutanan ..................................... 2. Sosialisasi program kemitraan kehutanan.............................. 3. Pembentukan kelompok tani hutan........................................
25 25 25 26 28
v Halaman 4.
Penandatangananan perjanjian kerjasama kemitraan kehutanan ............................................................................... 5. Pelaksanaan program kemitraan kehutanan........................... B. Faktor Pendukung dan Penghambat Kemitraan Kehutanan ......... 1. Faktor pendukung .................................................................. 2. Faktor penghambat ................................................................
29 32 39 39 45
VI. SIMPULAN DAN SARAN................................................................ A. Simpulan ....................................................................................... B. Saran .............................................................................................
53 53 54
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
55
LAMPIRAN...............................................................................................
60
Tabel 7 – 9 .................................................................................................. Gambar 18-23.............................................................................................. Perjanjian Kerjasama Kemitraan Kehutanan ..............................................
61 68 71
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Jumlah responden masing-masing anggota kelompok tani ..................
18
2. Jumlah curah hujan rata-rata tahun 1999-2008 ....................................
20
3. Tipe penutupan lahan di wilayah KPHP Way Terusan ........................
23
4. Kondisi pemanfaatan lahan kawasan Hutan Produksi Register 47 Way Terusan.........................................................................................
24
5. Kewajiban dan hak masing-masing pihak............................................
30
6. Proporsi bagi hasil kemitraan demplot ketahanan pangan dan energi ....................................................................................................
31
7. Identitas responden kelompok tani di Umbul Harapan Jaya, KPHP Way Terusan.........................................................................................
61
8. Respon pengurus kelompok tani tentang kemitraan kehutanan ...........
64
9. Respon dan partisipasi anggota kelompok tani dalam kemitraan kehutanan..............................................................................................
66
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Skema kerangka pikir penelitian..........................................................
6
2.
Peta kawasan KPHP Way Terusan ......................................................
19
3.
Persentase partisipasi anggota kelompok tani pada kegiatan sosialisasi dan pertemuan kelompok....................................................
29
Sebaran persentase luas lahan demplot ketahanan pangan dari setiap kelompok tani hutan Umbul Harapan Jaya................................
33
Pola-pola pertanaman agroforestri yang digunakan oleh kelompok tani dalam demplot ketahanan pangan dan energi ......................................
34
Sebaran persentase jenis komoditi sebelum kemitraan di lahan demplot ketahanan pangan dan energi .................................................
36
Sebaran persentase anggota yang berpartisipasi dalam penanaman padi.......................................................................................................
37
Tanaman padi pada lahan demplot ketahanan pangan dan energi yang terserang penyakit ................................................................................
39
Sebaran persentase pendapat kelompok tani terhadap program kemitraan kehutanan ............................................................................
40
10. Sebaran persentase kepercayaan masyarakat kepada pihak KPHP Way Terusan ........................................................................................
42
11. Sebaran persentase tingkat pendidikan masyarakat Umbul Harapan Jaya ........................................................................................
45
12. Sebaran persentase pengetahuan masyarakat tentang program kemitraan kehutanan ............................................................................
46
13. Sebaran persentase partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan..........................................................................................
50
4.
5.
6.
7.
8.
9.
viii Gambar
Halaman
14. Sebaran persentase partisipasi masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan ..........................................................................................
51
15. Sebaran persentase alasan partisipasi masyarakat dalam program kemitraan kehutanan ............................................................................
52
16. Kegiatan wawancara dengan kepala KPHP Way Terusan...................
68
17. Kegiatan wawancara dengan pengurus kelompok tani ........................
68
18. Kegiatan wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Karya Makmur .
69
19. Kegiatan wawancara dengan salah satu anggota kelompok tani .........
69
20. Lokasi demplot ketahanan pangan dan energi .....................................
70
21. Kegiatan pemeliharaan tanaman demplot ............................................
70
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi hutan Indonesia saat ini sangat memprihatinkan dengan berkurangnya luas tutupan lahan hutan dan tingginya laju deforestasi. Berdasarkan data Sumargo et al. (2011), luas tutupan hutan Indonesia pada tahun 2000 adalah 103,33 juta ha dan pada tahun 2009 berkurang menjadi 88,17 juta ha dengan laju deforestasi sebesar 1,51 juta ha per tahun.
Perubahan tutupan hutan ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya aktivitas manusia berupa penguasaan lahan dan penyerobotan kawasan hutan. Menurut Handoko dan Darmawan (2015), penguasaan lahan yang dilakukan oleh manusia merupakan ancaman yang serius bagi keberadaan hutan. Departemen Kehutanan (2011) telah mencatat berbagai gangguan yang mengancam eksistensi dan kondisi kawasan hutan. Gangguan berupa penyerobotan kawasan hutan oleh masyarakat selama tahun 2010 mencapai luasan 67.595,85 ha, sedangkan gangguan terhadap tegakan hutan berupa penebangan ilegal diperkirakan telah mengakibatkan kehilangan antara lain kayu olahan/bulat dan satwa liar.
Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengatasi gangguan yang mengancam keberadaan hutan. Salah satu cara pemerintah adalah dengan mengeluarkan kebijakan pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang merupakan pro-
2 gram prioritas pemerintah dalam rangka memperbaiki tata kelola hutan dan memperkuat desentralisasi sektor kehutanan. Peran KPH sangat penting dalam konteks pembangunan kehutanan secara nasional (Hamzah, 2014).
KPHP Way Terusan merupakan salah satu KPH di Lampung yang berada di kawasan Hutan Produksi Register 47 di Kabupaten Lampung Tengah. KPHP Way Terusan memiliki wilayah seluas ± 12.500 ha yang secara administratif berada di Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah. Keadaan hutan di KPHP Way Terusan telah mengalami degradasi dan deforestasi. Sebesar 90% dari luas kawasan KPHP Way Terusan telah mengalami perambahan oleh masyarakat dan kawasan hutan dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan berupa karet dan singkong. Menurut Suryandari dan Alviya (2009) dalam membangun KPHP Way Terusan harus melibatkan partisipasi aktif stakeholder lain dan masyarakat untuk menghindari konflik. Syukur (2012) menyatakan bahwa KPHP Way Terusan mewakili hampir semua muatan persoalan konflik di hutan-hutan Indonesia, meliputi sosial, ekonomi, tenurial dan politik.
Kebijakan KPHP Way Terusan untuk menghindari konflik yaitu membangun kemitraan dengan masyarakat yang berada dalam kawasan. Menurut Fadila (2015), kemitraan mampu menjadi alternatif penyelesaian konflik antara pemegang izin dan masyarakat. Kemitraan kehutanan ini juga sebagai upaya untuk mengatasi masalah degradasi, deforestasi dan perambahan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.39/Menhut-II/2013 Pasal 6 (1) yang menyatakan bahwa Pengelola Hutan, Pemegang Izin dan KPH wajib mem-
3 berdayakan masyarakat setempat yang terdapat di sekitarnya melalui kemitraan kehutanan.
Pola kemitraan atau kerjasama merupakan hal baru dalam pengelolaan hutan. Kemitraan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola hutan dan mencegah terjadinya konflik. Kemitraan dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemegang izin pemanfaatan hutan atau pemegang hak pengelolaan dengan masyarakat setempat (Suprapto, 2014). Menurut Suprayitno (2008) masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, sesungguhnya dapat menjadi pilar bagi terciptanya pengelolaan hutan secara lestari. Nawir (2011) menjelaskan dengan adanya kemitraan telah menyadarkan sebagian besar masyarakat mengenai status hutan negara yang tidak bisa dikonversi.
Kemitraan kehutanan antara pengelola hutan dengan masyarakat diharapkan menjadi solusi yang tepat dalam pengelolaan hutan. Penelitian tentang implementasi kemitraan kehutanan antara KPHP Way Terusan dengan kelompok tani penting dilakukan untuk mengetahui proses implementasi kemitraan dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses implementasi kemitraan antara KPHP Way Terusan dengan kelompok tani.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah. 1.
Bagaimana proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah?
4 2.
Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah. 1.
Mengetahui proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah.
2.
Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai proses implementasi kemitraan kehutanan dan faktor-faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakat atau pemberdayaan masyarakat sekitar hutan sehingga dapat membantu dalam menyusun dan memperbaiki kebijakan untuk mengelola hutan secara adil dan berkelanjutan.
E. Kerangka Pemikiran
Hutan Produksi Register 47 Way Terusan merupakan kawasan yang dikelola oleh KPHP Way Terusan yang mengalami degradasi dan deforestasi. Sebesar 90% dari luas kawasan KPHP Way Terusan telah mengalami perambahan oleh masyara-
5 kat dan kawasan hutan dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan dan pemukiman. Masyarakat penggarap lahan tersebut tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH).
KPHP Way Terusan membangun kemitraan kehutanan dengan kelompok tani sebagai upaya mengatasi masalah degradasi, deforestasi dan perambahan. Kemitraan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola hutan dan mencegah terjadinya konflik. Kemitraan kehutanan antara KPHP Way Terusan dengan masyarakat diharapkan menjadi solusi yang tepat dalam pengelolaan hutan. Penelitian implementasi kemitraan ini dilakukan untuk melihat proses implementasi kemitraan kehutanan dan faktor faktor yang mempengaruhi implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dan KPHP Way Terusan.
Proses implementasi kemitraan kehutanan ini melihat proses menuju kemitraan, perjanjian kerjasama dan implementasi kemitraan kehutanan yang terjalin antara KPHP Way Terusan dengan kelompok tani hutan. Faktor – faktor implementasi kemitraan kehutanan melihat faktor yang mendukung dan menghambat dalam implementasi kemitraan kehutanan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Skema kerangka pikir secara lengkap disajikan pada Gambar 1.
6
Hutan Produksi Register 47 Way Terusan Deforestasi dan degradasi KPHP Way Terusan
Kelompok tani
Kemitraan kehutanan
Proses implementasi kemitraan kehutanan 1. Proses menuju kemitraan kehutanan 2. Perjanjian kerjasama (MoU) kemitraan kehutanan 3. Implementasi kemitraan kehutanan
Faktor – faktor implementasi kemitraan kehutanan
Faktor pendukung
Faktor penghambat
Analisis deskriptif
Gambar 1. Skema kerangka pikir implementasi kemitraan antara kelompok tani pengelola lahan hutan dengan Kesatuan Pengelola Hutan Produksi (KPHP) Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah (Kasus di Gapoktan Jati Makmur Umbul Harapan Jaya Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesatuan Pengelolaan Hutan
Pengelolaan kawasan hutan tidak terlepas dari persoalan atau konflik lahan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ekonomi, sosial, ekologi dan kebutuhan lahan pertanian. Konflik dalam kawasan hutan terjadi karena rendahnya intensitas pengelolaan, pengamanan dan perlindungan (Sylviani dan Hakim, 2014). Hal ini juga dijelaskan oleh Suryandari dan Sylviani (2010) bahwa lemahnya pengelolaan kawasan hutan merupakan penyebab konflik di dalam kawasan hutan, sehingga diperlukan institusi yang dapat mengelola kawasan hutan dengan lestari.
Pembangunan KPH merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut serta untuk mewujudkan kelestarian hutan. Wilayah KPH dibagi berdasarkan pada tiga pendekatan utama yaitu wilayah ekosistem secara spasial, pembagian kewenangan dan kemampuan dalam pengelolaan hutan (Suryandari dan Alviya, 2009). Peraturan Menteri kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2014 menyebutkan bahwa KPH adalah Kesatuan Pengelolaan Hutan, unit pengelolaan hutan terkecil di tingkat tapak. Kelompok hutan yang luasnya didominasi oleh hutan produksi disebut dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Kelompok hutan yang luasnya didominasi oleh hutan lindung disebut dengan Kesatuan Pengelolaan hutan lindung (KPHL). Kelompok hutan yang luasnya didominasi
8 oleh hutan konservasi disebut dengan Kesatuan Pengelolaan hutan konservasi (KPHK).
Pembangunan KPH merupakan upaya memperbaiki tata kelola hutan di Indonesia (Ekawati, 2014). Salah satu hal mendasar dalam pembangunan KPH adalah untuk mewujudkan pelaksanaan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya hutan. Unit pengelolaan KPH perlu didesain sesuai dengan situasi lapangan sehingga pembangunan KPH dapat memungkinkan dicapainya pengelolaan hutan secara berkelanjutan (Supratman, 2008).
Pembentukan KPH merupakan serangkaian proses perencanaan atau penyusunan desain kawasan hutan, yang didasarkan atas fungsi pokok dan peruntukannya, dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan lestari. KPH menjadi bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten. Pembentukan KPH ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari (Moyo et al., 2013).
Implementasi pembangunan KPH banyak menghadapi permasalahan baik dari sisi kelembagaan dan sosial. Permasalahan dari sisi kelembagaan meliputi hambatan pemangku kepentingannya sendiri, peraturan perundangan, organisasi, pendanaan, dan SDM. Permasalahan dari sisi sosial lebih cenderung kepada klaim lahan oleh masyarakat dan perbedaan jenis tanaman yang akan dikembangkan pada areal KPH model (Alviya dan Suryandari, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan pembentukan organisasi KPHP adalah faktor komunikasi, sumber daya dan birokrasi (Hamzah, 2014).
9 B. Penguasaan Lahan
Kelestarian hutan dan kehidupan ekonomi masyarakat desa hutan merupakan dua isu penting (Mustofa, 2011). Jumlah rakyat Indonesia yang tinggal di kawasan hutan mencapai 48,8 juta orang, dan 10,2 juta di antaranya hidup dalam kemiskinan (Yuliani dan Tadjudin, 2006). Kondisi masyarakat di sekitar hutan yang masih berada dalam kemiskinan, keterbatasan akses, pengetahuan dan keterampilan tentang hutan dan kehutanan merupakan kendala yang menghambat keikutsertaan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan keberadaan hutan (Ramadoan et al., 2013).
Kawasan yang telah digarap oleh masyarakat untuk pemukiman dan perladangan menggambarkan bahwa kondisinya tidak mendukung kelestarian fungsi kawasan hutan (Sylviani dan Suryandari, 2013). Kondisi ekonomi masyarakat yang berada di sekitar hutan merupakan faktor yang sangat menentukan luasnya garapan masyarakat di hutan. Luas garapan di hutan ditentukan oleh tekanan ekonomi masyarakat yang berada di sekitar hutan. Tekanan ekonomi merupakan motivasi masyarakat untuk mencukupi kebutuhan keluarga melalui penggarapan lahan di hutan (Subarna, 2011).
Menurut Susilawati (2008), faktor faktor yang mempengaruhi perambahan hutan adalah faktor ekonomi dan lingkungan. Pendapatan masyarakat setelah merambah hutan mengalami peningkatan. Kaimuddin (2008) menjelaskan bahwa selain faktor ekonomi dan lingkungan, faktor lain yang melatarbelakangi terjadinya perambahan hutan adalah penjualan kawasahan hutan oleh oknum pemerintah dan masyarakat pribumi. Kepemilikan lahan terkesan legal karena melalui proses jual
10 beli dengan oknum pemerintah dan masyarakat pribumi. Hal ini menyebabkan masyarakat perambah merasa mendapat dukungan sepenuhnya dalam merambah kawasan hutan.
C. Kemitraan
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan (Jasuli, 2014). Menurut Akhadi et al. (2013), kemitraan adalah kata kunci dalam mewujudkan sinergi dalam rangka penerapan good governance dalam pembangunan kehutanan dengan memperhatikan aspek transparansi dan keadilan antar semua unsur mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan pembangunan kehutanan.
Pengelolaan hutan melalui skema kemitraan, baik bagi pemegang izin usaha pemanfaatan HPH/HTO maupun KPH dapat bermitra dengan masyarakat yang hidupnya dari hasil hutan dan lahan hutan (Fadila, 2015). Skema kemitraan kehutanan digagas sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Skema ini juga sebagai wahana penyelesaian konflik atas sumberdaya hutan yang terjadi antara pengelola hutan dan unit manajemen hutan dengan masyarakat yang sudah memanfaatkan kawasan hutan. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan kehutanan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui kemitraan kehutanan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat (Adnan et al., 2015).
11 Tujuan kemitraan kehutanan dalam pemberdayaan masyarakat setempat adalah memberikan akses dan penguatan kapasitas masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat hutan secara langsung. Mengajak masyarakat ikut serta dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestari. Masyarakat secara bertahap dapat berkembang menjadi pelaku ekonomi yang tangguh, mandiri, bertanggung jawab dan profesional (Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.39/Menhut-II/2013). Efendi et al. (2007) menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat sekitar hutan alam produksi dengan pola kemitraan efektif dilaksanakan dalam rangka mencegah illegal logging. Lowisada (2014) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan masyarakat
Pendapatan antara petani pola kemitraan dengan petani non kemitraan mempunyai perbedaan yang signifikan. Pola kemitraan memiliki nilai yang lebih tinggi dan hasil usaha yang lebih efisien dibandingkan dengan pola non kemitraan. Adanya perbedaan ini disebabkan oleh adanya jaminan serta ada pengawasan dan bimbingan yang diberikan oleh mitra (Utami et al., 2015). Tingkat keberhasilan kemitraan menentukan manfaat bagi petani. Manfaat bermitra dapat tercapai sepanjang kemitraan yang dilakukan berdasarkan pada prinsip saling memperkuat, memerlukan dan menguntungkan (Syafaaty, 2014).
Upaya untuk mencapai keberhasilan dalam pengelolaan sumberdaya hutan, negara harus memperhatikan kondisi dan permasalahan sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan, antara lain kepadatan penduduk yang semakin tinggi dan peningkatan kebutuhan pangan serta tingginya angka pengangguran. Permasalahan diatas me-
12 njelaskan bahwa upaya pelestarian hutan adalah sesuatu yang mustahil tanpa dukungan dan peran serta dari masyarakat. Masyarakat yang tidak dilibatkan dan tidak mendapat kontribusi yang berarti dari proses pembangunan hutan akan menjadi perusak sumberdaya hutan. Masyarakat yang mendapat peran yang sesuai dalam pembangunan kehutanan dapat menjadi pendorong bagi keberhasilan dalam berbagai kegiatan rehabilitasi hutan (Siswoko, 2009).
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengelolaan hutan bersama membuahkan hasil yaitu berkurangnya lahan kosong serta tingkat kerusakan dan pencurian kayu menurun. Hal ini dikarenakan masyarakat dilibatkan dan mau terlibat dalam mengelola hutan dan kegiatan reboisasi. Masyarakat juga terlibat dalam menjaga hutan, sehingga terjaganya kelestarian dan keamanan hutan (Damayatanti, 2011).
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Umbul Harapan Jaya, Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah, pada bulan Januari – Februari 2016. Lokasi penelitian merupakan bagian dari kawasan KPHP Way Terusan.
B. Alat dan Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pihak pengelola KPHP Way Terusan, kelompok tani Umbul Harapan Jaya dan stakeholder terkait lainnya meliputi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah, Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) Wilayah VI Lampung, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Lampung Tengah, akademisi (Dosen Universitas Lampung) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kawan Tani. Alat yang digunakan adalah alat tulis, daftar pertanyaan (kuisioner), kamera digital dan komputer.
C. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah: 1.
Proses implementasi kemitraan merupakan proses pelaksanaan kemitraan kehutanan antara KPHP Way Terusan dengan kelompok tani hutan di Umbul
14 Harapan Jaya 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi merupakan faktor-faktor yang dirasakan oleh KPHP Way Terusan dan kelompok tani.
3.
Pihak lain (stakeholder) yang ikut terlibat dalam implementasi kemitraan antara KPHP Way Terusan dengan kelompok tani meliputi pemerintah provinsi, pemerintah daerah, akademisi dan LSM.
4.
Pemerintah provinsi yang dimaksud adalah Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dan BP2HP.
5.
Pemerintah daerah yang dimaksud adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lampung Tengah dan BP4K.
6.
Akademisi yang dimaksud adalah dosen Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Univesitas Lampung.
7.
LSM yang dimaksud adalah LSM Kawan Tani.
8.
Kelompok tani hutan merupakan kelompok tani yang berada di Umbul Harapan Jaya.
9.
Masyarakat yang dimaksud merupakan masyarakat yang menjadi anggota kelompok tani yang berada di Umbul Harapan Jaya.
10. Jenis pola kemitraan yaitu demplot ketahanan pangan dan energi.
D. Jenis dan Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. 1.
Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber penelitian secara langsung untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. Data pri-
15 mer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan panduan kuisioner. Data yang diambil yaitu : a.
Karakteristik umum masyarakat mencakup nama, umur, pekerjaan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga dan mata pencaharian.
b.
Potensi ekonomi masyarakat mencakup luas lahan, jenis usaha petani, komoditas yang diusahakan.
c.
Pengetahuan masyarakat mengenai kemitraan kehutanan.
d.
Pendapat masyarakat tentang program kemitraan kehutanan.
e.
Dukungan masyarakat terhadap program kemitraan kehutanan.
f.
Partisipasi masyarakat mecakup kehadiran masyarakat dalam proses menjalin kemitraan dengan KPHP Way Terusan berupa kehadiran sosialisasi, penyuluhan dan perencanaan kemitraan.
g.
Proses implementasi kemitraan mencakup tahapan-tahapan, rumusan poinpoin dan kegiatan menuju kemitraan.
h.
Kegiatan dalam implementasi kemitraan kehutanan.
i.
Stakeholder yang terlibat dan peran stakeholder tersebut dalam implementasi kemitraan kehutanan.
j.
Faktor – faktor meliputi faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kemitraan kehutanan
2.
Data sekunder
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka yaitu mengumpulkan semua literatur yang diperlukan dan sesuai dengan penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu
16 a.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Way Terusan berupa data deskripsi kawasan, visi dan misi, potensi wilayah, sosial budaya masyarakat dan sejarah kawasan.
b.
Data kegiatan KPHP Way Terusan yang berkaitan dengan implementasi kemitraan kehutanan dan salinan perjanjian kerjasama kemitraan pengelolaan kawasan hutan produksi.
E. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive dan random sampling. Sampel yang diambil secara purposive sampling adalah pihak pengelola KPHP Way Terusan, stakeholder yang ikut terlibat meliputi pemerintah daerah, BP2HP, BP4K, akademisi (dosen Universitas Lampung) dan LSM serta pengurus kelompok tani. Pemilihan sampel dilakukan dengan memilih individu kunci yang dianggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Sampel yang diambil secara random sampling adalah anggota kelompok tani pengelola lahan hutan. Random sampling ini dilakukan untuk menghindari bias sehingga data yang diperoleh dapat mewakili keadaan sebenarnya.
Umbul Harapan Jaya memiliki satu gapoktan yaitu Gapoktan Jati Makmur yang terdiri tujuh kelompok tani hutan meliputi Sido Makmur, Sumber Rejeki, Suka Makmur, Subur Makmur, Karya Makmur, Maju Makmur dan Karya Tani Makmur dengan jumlah total anggota kelompok tani yaitu 187 orang. Batas eror yang digunakan pada penelitian ini adalah 15% karena batas eror 15% dianggap sudah cukup mewakili anggota kelompok tani. Berdasarkan formula slovin Arikunto (2011), maka di dapatkan jumlah responden pada penelitian ini yaitu :
17
Keterangan :
=
N N(e) + 1
n = jumlah sampel N = jumlah anggota kelompok tani e = batas eror (15%) 1 = bilangan konstan
= =
187 187(15%) + 1 187 5.2075
= 35.90 = 36 responden Jumlah sub anggota kelompok tani tidak sama sehingga untuk mendapatkan sampel dari masing-masing kelompok tani digunakan rumus (Noor, 2011). Jumlah sub anggota kelompok tani secara lengkap disajikan pada Tabel 1.
ni =
Ni xn N
Keterangan : ni = banyaknya sampel ke-i n = banyaknya sampel N = banyaknya anggota kelompok tani Ni = banyaknya anggota kelompok tani ke-i
18 Tabel 1. Jumlah responden masing-masing anggota kelompok tani No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama Kelompok Tani Sido Makmur Sumber Rejeki Suka Makmur Subur Makmur Karya Makmur Maju Makmur Karya Tani Makmur Total
Jumlah Anggota Jumlah Responden 38 34 10 20 38 17 30 187
7 7 2 4 7 3 6 36
F. Metode Pengolahan Dan Analisis Data
Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data yang diperoleh dari wawancara diwujudkan dalam bentuk tulisan atau paparan serta ditransformasi ke dalam bentuk tabel dan diagram.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Luas KPHP Way Terusan
KPHP Way Terusan secara administratif terletak di Kecamatan Bandar Mataram Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Berdasarkan geografis terletak pada 105º 40´ BT s/d 105º 50´ BT dan 4° 30´ LS s/d 4º 40´ LS. KPHP Way Terusan berada di Sub Das Way Terusan yang merupakan bagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Seputih. Luas kawasan KPHP Way Terusan yaitu 12.500 Ha. Peta Kawasan KPHP Way Terusan secara jelas disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta Kawasan KPHP Way Terusan.
20 Batas-batas wilayah KPHP Way Terusan yaitu : 1. Sebelah timur berbatasan dengan Way Terusan Kabupaten Tulang Bawang. 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Way Terusan Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah. 3. Sebelah barat berbatasan dengan PT. Gunung Madu Plantation (GMP). 4. Sebelah utara berbatasan dengan PT. Gula Putih Mataram (GPM).
B. Keadaan Biofisik KPHP Way Terusan
1. Topografi : KPHP Way Terusan terletak pada ketinggian 5 m sampai dengan 20 m di atas permukaan laut. 2. Geologi dan Tanah a. Jenis tanah
: podsolik merah kuning
b. Batuan induk : batuan pasir c. Fisiografi
: datar dan bergelombang
3. Iklim a. Tipe iklim wilayah KPHP Way Terusan yaitu tipe iklim C2 yang memiliki bulan basah 5 sampai 6 bulan dan bulan kering antara 2 sampai 3 bulan. b. Jumlah curah hujan untuk wilayah Kecamatan Bandar Mataram dan sekitarnya tahun 1999-2008 adalah 2.390,2 mm/tahun. Secara lengkap disajikan pada Tabel 2. c. Temperatur suhu KPHP Way Terusan yaitu 26oC sampai dengan 28o C.
Tabel 2. Jumlah curah hujan rata-rata tahun 1999-2008 Bulan Januari Februari
Jumlah Curah Hujan Pada Tahun … (mm) RataJumlah rata 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 532 277 302 252 454 288 389 436 246 297 3473 347.3 435 212 363 205 416 445 277 308 364 107 3232 323.2
21 Tabel 2. Lanjutan Jumlah Curah Hujan Pada Tahun … (mm) RataJumlah rata 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Maret 313 279 262 354 325 309 375 390 338 524 3469 346.9 April 174 247 201 180 232 146 240 309 300 215 2244 224.4 Mei 111 139 281 238 136 156 175 167 81 79 1563 156.3 Juni 71 201 102 88 24 37 229 115 110 83 1060 106.0 Juli 137 120 24 195 47 61 96 29 149 9 867 86.7 Agustus 35 52 117 11 54 21 105 0 37 78 510 51.0 September 17 32 119 13 52 5 54 10 21 76 399 39.9 Oktober 259 215 315 0 126 40 126 0 59 133 1273 127.3 November 303 406 391 93 204 225 201 69 182 344 2418 241.8 Desember 380 371 373 258 235 384 286 354 334 409 3394 339.4 Jumlah 2767 2551 2850 1987 2305 2117 2553 2187 2231 2354 23902 2390.2 Rata-rata 231 213 238 166 192 176 213 182 186 196 2390.2 Bulan
Sumber: UPTD KPHP Way Terusan (2013).
C. Sejarah KPHP Way Terusan
Berdasarkan RPHJP KPHP Way Terusan (2015), tanah yang dijadikan kawasan Register 47 saat ini berasal dari lahan pengganti dari PT Bumi Sumber Sari Sakti (GMP sekarang) yang sebagian besar seluas 10.510 ha diperoleh dari tanah milik tiga masyarakat adat yang diganti rugikan. Pembagian dari luasan lahan masingmasing kelompok masyarakat adat tersebut yaitu : 1. Masyarakat Adat Desa Mataram Udik seluas 3.000 ha. 2. Masyarakat Adat Desa Mataram Ilir seluas 3.900 ha. 3. Masyarakat Adat Desa Surabaya Ilir seluas 3.610 ha.
Kawasan hutan produksi Register 47 Way Terusan pada awalnya merupakan kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas 28.125 ha. Seluas 15.625 ha kawasan Register 47 dikonversi untuk diberikan sebagai lahan usaha kepada PT Indo Lampung Buana Makmur (sekarang PT Garuda Panca Artha). Luas kawasan KPHP Way Terusan yang tersisa yaitu 1.990 ha dan ditambah dengan 10.510 ha
22 lahan pengganti yang diberikan oleh PT Bumi Sumber Sari Sakti sehingga luas kawasan ini menjadi 12.500 ha.
Kawasan Hutan Produksi Register 47 Way Terusan merupakan salah satu KPHP model yang berlokasi di Lampung Tengah. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai KPHP Model melalui beberapa tahapan. Menteri Kehutanan melalui SK Menhut No.316/MenhutlI/2005 tanggal 25 Agustus 2005 telah menunjuk Kawasan Hutan Produksi Register 47 sebagai wilayah KPHP dengan luas ± 12.500 Ha. SK Menhut tersebut ditindak lanjuti oleh Surat Gubernur Lampung No.061/3125/02/2006 tanggal 15 Agustus 2006 untuk membentuk organisasi/lembaga yang disebut Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) KPHP.
Peraturan Bupati Lampung Tengah Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPTD KPHP Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah, maka pada tanggal 18 Maret 2008 dibentuk UPTD KPHP Way Terusan. Selanjutnya melalui SK.794/Menhut- II/2009 pada tanggal 7 Desember 2009 kawasan ini ditetapkan sebagai KPHP model. Tugas pokok KPHP Way Terusan adalah menyelenggarakan penyiapan rencana pengelolaan, penanaman, pemeliharaan pengolahan, pemasarah hasil hutan, penanaman kembali kawasan hutan. KPHP Way Terusan dalam pengelolaannya dibagi menjadi tiga blok yaitu:
1.
Blok pemanfaatan
Blok pemanfaatan yang terdapat di KPHP Way Terusan merupakan wilayah yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi perladangan dan perkebunan yang didominasi oleh jenis tanaman karet, akasia dan mahoni. Luas blok yang dimanfaatkan yaitu ±8.550 ha.
23 2.
Blok pemberdayaan
Blok pemberdayaan yang ada di wilayah KPHP Way Terusan merupakan wilayah yang berada di sekitar pemukiman masyarakat. Luas blok pemberdayaan yaitu ±450 ha.
3.
Blok perlindungan
Penetapan blok perlindungan sebagai upaya pelestarian dan perlindungan sumber air. Blok perlindungan merupakan daerah sempadan sungai dan rawa dengan luas ± 3.500 hektar.
D. Potensi Wilayah KPHP Way Terusan
Kawasan hutan seluas 12.500 ha ini kenyataannya tidak banyak berhutan. Sejak tahun 1998 kawasan hutan telah diokupasi oleh masyarakat dan dialihfungsikan menjadi pemukiman, lahan pertanian dan perkebunan. Tipe penutupan lahan yang masih berhutan hanya seluas 1000 ha yang berupa nipah dan tanaman gelam. Secara lengkap disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Tipe penutupan lahan di wilayah KPHP Way Terusan No. 1 2 3
Penutupan Lahan Berhutan Tidak berhutan Tidak ada data
Lahan Kering (ha)
Mangrove (ha)
Rawa (ha)
Tanaman (ha)
-
-
1.000
-
7.500
-
4.000
- Kebun campuran
-
-
-
Keterangan Tanaman gelam, nipah
- -
Sumber: UPTD KPHP Way Terusan (2013). Saat ini potensi kayu, non kayu, flora dan fauna, jasa lingkungan dan wisata alam di wilayah KPH Way terusan sangat rendah walaupun belum didapatkan data baik
24 secara langsung maupun data sekunder sebagai acuan. Kondisi nyata di lapangan secara keseluruhan sudah digunakan untuk tanaman semusim dan pemukiman. Tutupan lahan pada wilayah KPHP Way Terusan Lampung Tengah adalah 8% berhutan, 52% tidak berhutan dan 40% rawa.
E. Sosial Budaya Masyarakat KPHP Way Terusan
Tahun 2007 tercatat jumlah KK mencapai 4.015 KK atau 15.226 jiwa yang tersebar membentuk sepuluh lokasi pemukiman (umbul). Sepuluh umbul tersebut meliputi: Umbul Mekar Jaya/Sekring Atas, Harapan Jaya/SP4, Mekar Agung, Sekring Bawah, Sri Rejeki/HTI, Raman Agung, Tinggi/Suka Makmur, Kuao/Buana Makmur, Talip Jaya, dan Rukun Salam. Kondisi Pemanfaatan Lahan Kawasan Hutan Produksi Register 47 Way Terusan secara lengkap disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kondisi pemanfaatan lahan kawasan Hutan Produksi Register 47 Way Terusan
No
Nama Umbul
1 2 3 4 5 6
Raman Agung Talip Jaya Sekring Bawah Sekring Atas H.T.I Kuao Buana Makmur SP 4 Harapan Jaya Tinggi Suka Makmur Rukun Salam Jumlah
7 8 9
Luas Lahan Yang Dipergunakan Blok Perlindungan Blok Pemanfaatan Hutan/ Sawah Rawa Rumah Tegalan Kebun Rawa Rawa 471,50 1751,00 50,50 75,10 1823,80 13,00 202,75 1360,75 11,00 31,00 876,01 16,00 275,25 709,75 15,50 60,30 603,22 19,00 - 26,50 48,80 668,01 31,00 51,20 1154,87 27,50 50,50 35,10 598,41 8,90
Jumlah (Ha) 4184,90 2497,51 1683,02 774,31 1233,57 692,91
-
-
-
32,00
88,83
-
120,83
-
-
-
57,70
955,50
18,50
1031,70
72,00 3,00 3893,50 106,50
10,30 401,50
190,35 5,60 6959,00 139,50
281,25 12500,00
1000
Sumber: UPTD KPHP Way Terusan (2013).
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1.
Proses implementasi kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan meliputi sosialisasi, pembentukan kelompok, pelatihan, penandatanganan kerjasama dan pelaksanaan kemitraan kehutanan. Proses tersebut berjalan kurang baik. Hal ini dikarenakan partisipasi kelompok tani dalam kegiatan kemitraan kehutanan masih rendah. Sebesar 62% anggota kelompok tani kurang aktif bahkan sangat tidak aktif dalam kegiatan kemitraan kehutanan. Anggota kelompok tani yang kurang aktif sebanyak 24%, tidak aktif sebanyak 34% dan sangat tidak aktif sebanyak 4%.
2.
Faktor pendukung kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan yaitu adanya dukungan kelompok tani yang tinggi terhadap program kemitraan kehutanan, kepercayaan kelompok tani yang tinggi kepada pihak KPHP Way Terusan dan dukungan yang tinggi dari pihak stakeholder terkait lainnya. Faktor penghambat kemitraan kehutanan antara kelompok tani dengan KPHP Way Terusan adalah sumber daya manusia yang rendah, permasalahan dalam organisasi kelompok tani, komunikasi antara pemerintah dan kelompok tani yang kurang baik dan rendahnya partisipasi kelompok tani.
54 B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan untuk persiapan kemitraan kehutanan antara masyarakat dengan KPHP Way Terusan harus dipersiapkan lebih matang demi keberhasilan program tersebut. Persiapan tersebut meliputi, kesiapan pihak KPHP Way Terusan sebagai pengelola kawasan dan masyarakat sebagai mitra usaha yang menggarap lahan. Kapasitas sumberdaya masyarakat mitra harus ditingkatkan dengan cara meningkatkan partisipasi masyarakat mitra dalam pembinaan, pelatihan dan sosialisasi. Perencanaan dibuat dengan perpaduan pendekatan top down planning dan bottom up planning karena program kemitraan kehutanan ini berbasis masyarakat. Penelitian selanjutnya perlu diteliti tentang evaluasi demplot ketahanan pangan dan energi dan sistem bagi hasil dari kemitraan yang terjalin serta keberlanjutan program kemitraan kehutanan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, H., Herthiadi, R., Hardiyanto, G. dan Suwito. 2015. Meretas Jalan Kemitraan : Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat melalui Kemitraan Kehutanan antara PT Arangan Hutan Lestari dengan Masyarakat Kecamatan VII Koto, Tebo, Jambi. Buku. Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia. Jakarta. 35 hlm. Akhadi, K., Wijaya, A.F. dan Hardjanto, I. 2013. Perencanaan pembangunan kehutanan daerah dalam perspektif good governance. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 2 (1): 51—64. Alviya, I. dan Suryandari, E.Y. 2008. Kajian konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Model Way Terusan Register 47. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 5 (2): 101—120. Arikunto, S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 370 hlm. Bakhtiar, I., Sanyoto, R., Berliani, H., Suwito dan Hardiyanto, G. 2015. Upaya KPH Mengurai Sengketa. Buku. Kemitraan Bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia. Jakarta. 69 hlm. Bowo, C., Supriono, A., Hariyono, K. dan Kosasih, S. 2011. Dinamika kelembagaan kelompok tani hutan rakyat lahan kering di Desa Tambak Ukir Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 5: 31—38. Damayatanti, P.T. 2011. Upaya pelestarian hutan melalui pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat. Jurnal Komunitas. 3 (1): 70—82. Departemen Kehutanan. 2011. Pemantauan hutan di Indonesia. Buku. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. 60 hlm. Diyah, W. 2006. Analisis Manfaat Kemitraan dalam Mengelola Hutan Bersama Masyarakat (MHBM) dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri di Provinsi Sumatera Selatan. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 118 hlm.
56 Efendi, R., Bangsawan, I. dan Zahrul, M. 2007. Kajian pola-pola pemberdayaan masyarakat sekitar hutan produksi dalam mencegah illegal logging. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 4 (4): 321—340. Ekawati, S. 2014. Apakah yang Dimaksud dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)?. Hlm 1-20 dalam: Operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) : Langkah Awal Menuju Kemandirian. Hernowo, B dan Ekawati, S. (Ed.). Buku. PT Kanisius. Yogyakarta. 354 hlm. . 2014. Pembangunan KPH di Indonesia. Hlm 21-38 dalam : Operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) : Langkah Awal Menuju Kemandirian. Hernowo, B dan Ekawati, S. (Ed.). Buku. PT Kanisius. Yogyakarta. 354 hlm. Elizabeth, R. 2008. Restrukturisasi managemen sumberdaya agraria hutan : Solusi konflik tenurial hutan atau meminggirkan keberadaan masyarakat sekitar hutan dan kearifan lokal?. Buletin Planolog. 4 (1): 31—40. Fadila, I. 2015. Kemitraan kehutanan : regulasi perlu diperbaiki. Koran. Bisnis Indonesia. 25 Juni 2015, hlm. 1, kol. 1. Hamzah. 2014. Implementasi kebijakan pembentukan organisasi pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Model Berau Barat di Kabupaten Berau. Jurnal Administrasi Publik dan Birokrasi. 1 (3): 26—38. Handoko dan Darmawan, A. 2015. Perubahan tutupan hutan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Jurnal Sylva Lestari. 3 (2): 43—52. Hardiansyah, G. 2012. Analisis peran berbagai stakeholder dalam menyongsong era pembangunan KPH di Kabupaten Ketapang. Jurnal Ekonomi Sosial. 8 (3): 186—194. Jasuli, A. 2014. Analisis Pola Kemitraan Petani Kapas dengan PT Nusafarm terhadap Pendapatan Usahatani Kapas di Kabupaten Situbondo. Skripsi. Universitas Jember. Jember. 73 hlm. Kaimuddin. 2008. Analisa perambahan kawasan hutan terhadap kebocoran karbon dan perubahan iklim (studi kasus Desa Bantimurung Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara). Jurnal Hutan dan Masyarakat. 3 (2): 111—234. Kali, A. 2011. Analisis partisipasi masyarakat terhadap perencanaan dan pembangunan PLTMH di Paneki Desa Pombewe Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Majalah Ilmiah Mektek. 13 (3): 161—168. Kartikasari, G. 2014. Pembelajaran Pengelolaan Hutan di Empat Negara (Jerman, Swiss, India dan Canada. Hlm 69-99 dalam : Operasionalisasi Kesatuan
57 Pengelolaan Hutan (KPH) : Langkah Awal Menuju Kemandirian. Hernowo, B dan Ekawati, S. (Ed.). Buku. PT Kanisius. Yogyakarta. 354 hlm. Kementrian Kehutanan. 2013. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.39/Menhut-II/2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan. Jakarta. . 2015. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.46/Menhut-II/2014 tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun 2015. Jakarta. Lowisada, S.A. 2014. Pemberdayaan Kelompok Tani dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani Bawang Merah (Studi Kasus di Kelurahan Sukomoro Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. 17 hlm. Maidianto. 2015. Kemitraan untuk Perubahan. Hlm 58-61 dalam: Memberdayakan Masyarakat melalui Kemitraan Kehutanan : Kompilasi Tulisan Pengalaman dari KPH Rinjani Barat. Berliani, H., Hardiyanto, G., Gaban, F. dan Ardiansyah, I. (Ed.). Buku. Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia. Jakarta. 61 hlm. Moyo, M.I.D., Golar dan Rukmi. 2013. Potensi sosial budaya masyarakat bagi pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) pada wilayah KPH Model Sintuwu Maroso di Desa Tambarana Kecamatan Poso Pesisir Utara. Warta Rimba. 1 (1): 1—9. Muhroni. 2005. Kemitraan dalam Rangka Meningkatkan Produktifitas Perum Perhutani. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. 276 hlm. Mustofa, M.S. 2011. Perilaku masyarakat desa hutan dalam memanfaatkan lahan di bawah tegakan. Jurnal Komunitas. 3 (1): 1—11. Nawir, A.A. 2011. Satu dasawarsa perjalanan kemitraan masyarakat - perusahaan HTI di Indonesia: studi kasus Finnantara Intiga, Sanggau, Kalimantan Barat. Jurnal Kehutanan Masyarakat. 3 (1): 6—31. Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disetasi dan Karya Ilmiah. Buku. Kencana Media. Jakarta. 289 hlm. Nuryanti, S. dan Swatika, D.K.S. 2011. Peran kelompok tani dalam penerapan teknologi pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 29 : 115 – 128. Purnomo, H. 2005. Mengukur aliran informasi dan tata kelola hutan yang baik: studi kasus Gerakan Nasional Rebosisasi dan Rehabilitasi Lahan (Gerhan) di Indonesia. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 11 (2): 28—41.
58 Ramadhan, S. 2008. Internalisasi sektor kehutanan dalam perencanaan pembangunan wilayah : membumikan rencana sektor dalam pembangunan daerah. Buletin Planologi. 4 (1): 1—55. Ramadoan, S., Muljono, P. dan Pulungan, I. 2013. Peran PKSM dalam meningkatkan fungsi kelompok tani dan partisipasi masyarakat di Kabupaten Bima, NTB. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 10 (3): 199— 210. Rizal, A. Nurhaedah dan Hapsari, E. 2012. Kajian strategi optimalisasi pemanfaatan lahan hutan rakyat di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 9 (4): 216—228. Sadarudin. 2008. Sistem perlindungan hutan berpusat pada masyarakat. Buletin Planologi. 4 (1): 41—55. Santoso, E. 2015. Kegiatan KPHP Way Terusan. Diakses pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 09.21 WIB. http://kphpwayterusan. blogspot.co.id/. Siswoko, B.D. 2009. Good forest governance : sebuah keniscayaan dalam pengelolaan sumberdaya hutan lestari. Jurnal Ilmu Kehutanan. 3 (1): 1—12. Subarna, T. 2011. Faktor yang mempengaruhi masyarakat menggarap lahan di hutan lindung: studi kasus di Kabupaten Garut Jawa Barat. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 8 (4): 265—275. Sumargo, W., Nanggara, S.G., Nainggolan, F.A. dan Apriani, I. 2011. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode Tahun 2000-2009. Buku. Forest Watch Indonesia. Bogor. 54 hlm. Suprapto, E. 2014. Kemitraan kehutanan di Jawa Barat-Banten. Policy Paper Arupa. 1: 1—22. Supratman. 2008. Desain model pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Jurnal Perennial. 5 (1): 36—44. Suprayitno, A.R. 2008. Pelibatan masyarakat lokal: upaya memberdayakan masyarakat menuju hutan lestari. Jurnal Penyuluhan. 4 (2): 135—138. Suryandari, E.Y. dan Alviya, I. 2009. Kendala dan strategi implementasi pembangunan KPH Rinjani Barat. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 6 (1): 1—14. Suryandari, E.Y. dan Sylviani. 2010. Peran dan koordinasi para pihak dalam pengelolaan KPH. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 7 (3): 227—246.
59 Susilawati, D. 2008. Analisis Dampak dan Faktor yang Mempengaruhi Perambahan Hutan (Studi Kasus Desa Bulu Hadik, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Simeulue, NAD). Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan. 42 hlm. Syafaaty, N.F. 2014. Pola Kemitraan dan Manfaatnya bagi Komunitas Petani Hortikultura. Laporan Studi Pustaka. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 hlm. Sylviani dan Hakim, I. 2014. Analisis tenurial dalam pengembangan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH): studi kasus KPH Gedong Wani, Provinsi Lampung. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 11 (4): 309— 322. Sylviani dan Suryandari, E.Y. 2013. Kajian implementasi norma, standar, prosedur dan kriteria dalam pengorganisasian kawasan kesatuan pengelolaan hutan. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 10 (3): 214—234. Syukur, M. 2012. Resolusi Konflik di KPH : Pembelajaran dari KPH Register 47 dan Rinjani Barat. Buku. Working Group Tenure. Bogor. 54 hlm. Tim Universitas Lampung. 2015. Laporan Akhir Pengembangan Usaha Hutan Pangan dan Energi KPHP Register 47 Way Terusan. Laporan. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 27 hlm. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) KPHP Way Terusan. 2013. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Way Terusan Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2014-2025. Buku. Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. Lampung. 50 hlm. Utama, S. 2008. Penguatan kelembagaan masyarakat sekitar hutan dan peran penyuluh kehutanan dalam penyiapan hutan tanaman rakyat. Buletin Planolog. 4 (1): 16—23. Utami, S., Saifi, M. dan Wijono, T. 2015. Evaluasi pola kemitraan usaha tani tebu (studi pada PTPN X (Persero) PG. Pesantren Baru Kediri). Jurnal Administrasi Bisnis. 2 (2): 1—10. Wilujeng, E. 2015. Implementasi kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) dalam rangka pelestarian hutan di KPH Blora. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik. 3 (1): 1—10. Yuliani, E.L. dan Tadjudin Dj. 2006. Memfasilitasi sebuah perubahan. Hlm 1–8 dalam : Kehutanan Multi Pihak : Langkah Menuju Perubahan. Yuliani, E.L., Tadjudin, Dj., Indriatmoko, Y., Munggoro, D.W., Gaban, F., Maulana, F. (Ed.). Buku. CIFOR. Bogor. 132 hlm.