Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
11 Pages
ISSN 2302-0253 pp. 85- 95
KAJIAN FASILITAS DAN AKSESIBILITAS BAGI DIFABEL PADA BANGUNAN PELAYANAN UMUM (STUDI KASUS KANTOR WALIKOTA BANDA ACEH) Syarifah Rahimah1, Mochammad Afifuddin 2, Izziah3 1) Mahasiswi
Magister Teknik Sipil Bidang Manajemen Prasarana Perkotaan, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111. Email :
[email protected] 2,3) Dosen Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111. Email :
[email protected]
Abstract: Facilities and accessibility needs of the public service buildings and public facilities already guaranteed by law and is a national commitment. As a public service building Mayor's Office should have been implementing rules facilities and accessibility for the disabled because the building was built after the tsunami, modern design and has other functions as Office Services One Stop which became the center of public services for the citizens of the city of Banda Aceh. The research objective of the study facilities and accessibility for disabled people in Banda Aceh Mayor's Office are: to identify and evaluate the state of the existing facilities and accessibility, identify barriers that disabled people face in accessing, find solutions to problems and accessibility of existing facilities to comply with the technical guidelines applies. Data processing method used is to compare the existing condition in the field of Public Works Ministerial Regulation No. 30 / PRT / M / 2006 and by means of a questionnaire circulated to the disabled who visit. Application standardization and accessibility facilities under the Minister of Public Works No. 30 / PRT / M / 2006 on the provision of facilities for the disabled in the Office of the Mayor of Banda Aceh. From the results of field observations and results recap access by the standards applicable policies produce diverse value. Results recap for facilities and accessibility for disabled people who do not access consists of parking, the guiding line, lobby (0%), ramp (50%), the entrance (40%), toilet and sink (25%), Elevator (71%) and Appliances (67%). Keywords : accessibility, disability, people with disabilities, public services.
Abstrak: Kebutuhan fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan pelayanan umum dan fasilitas umum sudah dijamin dalam undang-undang dan merupakan komitmen nasional. Sebagai sebuah bangunan pelayanan publik Kantor Walikota seharusnya sudah menerapkan kaidah fasilitas dan aksesibillitas bagi difabel karena bangunannya dibangun pasca tsunami, punyai desain yang modern dan mempunyai fungsi lain sebagai Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dimana menjadi pusat pelayanan umum bagi warga kota Banda Aceh. Tujuan penelitian tentang kajian fasilitas dan aksesibilitas bagi kaum difabel pada Kantor Walikota Banda Aceh adalah: mengidentifikasi dan mengevaluasi keadaan eksisting fasilitas dan aksesibilitas, mengidentifikasi hambatan yang dihadapi kaum difabel dalam mengakses, mendapatkan solusi terhadap permasalahan fasilitas dan aksesibilitas yang ada agar sesuai dengan pedoman teknis yang berlaku. Metode pengolahan data yang digunakan adalah membandingkan kondisi eksisting yang ada di lapangan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 dan dengan cara mengedarkan kuisioner kepada difabel yang berkunjung. Penerapan standarisasi Fasilitas dan Aksesibilitas berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 mengenai penyediaan fasilitas bagi difabel di Kantor Walikota Banda Aceh. Dari hasil observasi di lapangan dan hasil rekap akses menurut standar kebijakan yang berlaku menghasilkan nilai yang beragam. Hasil rekap untuk fasilitas dan aksesibilitas untuk difabel yang tidak akses terdiri dari parkir, jalur pemandu, lobby (0%), ramp (50%), pintu masuk ( 40%), toilet dan wastafel (25%), Lift (71%) dan Tangga (67%). Kata kunci : aksesibilitas, difabel, penyandang cacat, pelayanan publik.
85 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 3) Dapat
PENDAHULUAN Setiap manusia mempunyai hak dan
memberikan
masukan
dan
rekomendasi kepada pemerintah kota.
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan termasuk kaum difabel. Difabel
KAJIAN KEPUSTAKAAN
merupakan
Pengertian Difabel
memiliki
sekelompok kemampuan
masyarakat berbeda
yang
Fakih
dengan
(1999),
Firdaus
(2010)
masyarakat normal baik secara fisik maupun
berpendapat bahwa difabel atau people with
mental. Kebutuhan fasilitas dan aksesibilitas
different abilities merupakan istilah yang
pada bangunan pelayanan umum dan fasilitas
digunakan untuk penyandang cacat fisik atau
umum sudah dijamin dalam undang-undang
masyarakat dengan kebutuhan khusus. Menurut Rahayu (2012) menjelaskan
dan merupakan komitmen nasional. Kantor Walikota Banda Aceh sebagai
dalam Declaration of The Right of Disabled
pusat pemerintahan juga menjadi Kantor
Persons pada tahun 1975 menyebutkan difabel
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
adalah seorang yang tidak dapat menjamin
(KPPTSP) dimana semua orang termasuk
keseluruhan atau sebagian kebutuhan dirinya
kaum difabel akan mengaksesnya.
sendiri sesuai dengan kebutuhan manusia pada
Adapun tujuan penelitian tentang kajian
normalnya
dan/atau
kehidupan
sosialnya
fasilitas dan aksesibilitas bagi kaum difabel
sebagai akibat dari kekurangan fisik dan atau
pada Kantor Walikota Banda Aceh adalah :
kemampuan mentalnya.
1) Mengidentifikasi
dan
mengevaluasi
keadaan eksisting fasilitas dan aksesibilitas.
Pengertian Fasilitas dan Aksesibilitas Pengertian fasilitas dan aksesibilitas
2) Mengidentifikasi hambatan yang dihadapi kaum difabel dalam mengakses. 3) Mendapatkan solusi terhadap permasalahan fasilitas dan aksesibilitas yang ada agar
menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 yaitu:
kelengkapan prasarana dan sarana pada
sesuai dengan pedoman teknis yang berlaku.
bangunan gedung dan lingkungannya.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1) Dapat memberikan usulan yang berguna
Fasilitas adalah semua atau sebagian dari
Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan
bagi
semua
orang
guna
bagi pemerintah kota sebagai pembuat
mewujudkan kesamaan kesempatan dalam
kebijakan publik.
segala aspek kehidupan dan penghidupan.
2) Memberikan gambaran pada masyarakat, instansi terkait dan kaum difabel sendiri.
Ada 4 (empat) asas aksesibilitas yaitu : asas keselamatan, asas kemudahan, asas Volume 4, No.1 , Februari 2015
- 86
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala kegunaan dan asas kemandirian.
prinsip Universal Design dapat didefinisikan sebagai berikut : 1)Equitable use (Kegunaan yang adil dan bijaksana) , 2)Flexibility in Use
Kebijakan Aksesibilitas Kebijakan
menyangkut
penerapan
(Fleksibel dalam penggunaan), 3)Simple and
aksesibilitas penyandang cacat, diantaranya
Intuitive
adalah:
4)Percepable Information (Mudah dan cepat
1)
dipersepsi secara indrawi).
UU No.4 tahun 1997 tentang Penyandang
Use
(Sederhana
dan
Intuitif),
Cacat. 2)
PP No.43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan
Hambatan Arsitektural
Sosial
Tarsidi
(2008)
mendeskripsikan
Penyandang Cacat.
beberapa hambatan atau permasalahan yang
3)
UU No.28 tahun 2002
dihadapi difabel dikarenakan oleh desain
4)
SE
arsitektural
Menpan
No:SE/09/M.PAN/3/2004
tahun 2004.
dengan
membagi
hambatan
tersebut atas jenis kecacatan utama. Seperti terlihat pada Tabel 2.1
Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Penerapan melingkupi
semua
pedoman bangunan
teknis dan
ini tapak
bangunan/lingkungan luar bangunan baik yang
Tabel 2.1 Hambatan Arsitektural No
Kategori
Hambatan
1.
Kecacatan Fisik
Perubahan tingkat permukaan yang mendadak seperti tangga atau parit. Tidak adanya pertautan landai. Tidak cukupnya ruang untuk lutut dibawah meja atau wastafel Tidak cukupnya ruang untuk berbelok, lubang pintu dan koridor yang terlalu sempit. Permukaan jalan yang renjul Pintu yang terlalu berat dan sulit terbuka Tombol-tombol yang terlalu tinggi letaknya Tangga yang terlalu tinggi, lantai yang terlalu licin Bergerak cepat melalui pintu putar atau pintu yang menutup secara otomatis. Pintu lift yang menutup terlalu cepat. Tangga berjalan tanpa pegangan yang bergerak terlalu cepat.
2.
Kecacatan Sensoris
dimiliki oleh pemerintah dan swasta maupun perseorangan yang berfungsi selain sebagai rumah pribadi yang didirikan, dikunjungi dan mungkin digunakan oleh masyarakat umum termasuk penyandang cacat.
Universal Design sebagai Konsep Baru Arif (2008) menjelaskan berdasarkan kajian oleh Ostroff pada tahun 2001, Universal Design adalah produk dan lingkungan yang dihasilkan dalam perancangan lingkungan binaan yang memungkinkan semua orang dapat dengan mudah mengakses setiap elemen didalamnya. Andanwerti (2005), Story 1998 dalam Kusumarini & Utomo 2008 mengatakan 87 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Tuna Netra : Tidak adanya penunjuk arah atau cirri-ciri yang dapat didengar atau dilihat dengan penglihatan terbatas yang menunjukkan nomor lantai pada
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
2.
Kecacatan Sensoris
gedung-gedung bertingkat. Rintangan-rintangan kecil seperti jendela yang membuka ke luar atau papan reklame yang dipasang ditempat pejalan kaki. Cahaya yang menyilaukan atau terlalu redup Lift tanpa petunjuk taktual (dapat diraba) untuk membedakan bermacam-macam tombola tau petunjuk suara untuk menunjukkan nomor lantai. Tuna Runggu : Tunarunggu tidak mungkin dapat memahami pengumuman melalui pengeras suara dibandara atau terminal angkutan umum. Mereka juga mengalami kesulitan membaca bibir di auditorium dengan pencahayaan yang buruk dan mereka mungkin tidak dapat mendengar bunyi tanda bahaya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Gedung Kantor Walikota Banda Aceh yang terletak pada Jalan Abu Lam U No.7 Kecamatan Baiturrahaman Kota Banda Aceh. Penelitian terfokus pada lantai 1 yang merupakan area Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (KPPTSP). Berikut tampak depan Kantor Walikota seperti pada Gambar 4.1.
Para penyandang kecacatan intelektual akan mengalami kesulitan mencari jalan didalam lingkungan baru jika disana tidak terdapat petunjuk jalan yang jelas dan baku. Sumber : Tarsidi (2008) .
3 Kecacatan Intelektual
Gambar 4.1 Tampak Depan
(Sumber : Hasil Observasi, 2014)
Berikut hasil penelitian terhadap fasilitas dan METODE PENELITIAN
aksesibilitas yang ada.
Data primer merupakan data yang didapat
langsung
dari
responden
adalah
Jalur Pemandu
sebagai berikut : observasi , kuesioner, dan wawancara.
Hasil observasi, elemen jalur pemandu tidak tersedia maka jalur pemandu tidak sesuai
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
sampling,
dimana
teknik
pengambilan
purposive anggota
sampel dari populasi dilakukan secara acak dengan responden yang memenuhi salah satu
dengan standar sehingga variabel-variabelnya: tekstur ubin pengarah dan tekstur ubin peringatan juga tidak tersedia dan tidak sesuai dengan standar. seperti terlihat pada Gambar 4.2.
kriteria yaitu: tuna netra, tuna daksa pengguna kruk, tuna daksa pengguna kursi roda, tuna runggu, lansia atau wanita hamil dimana responden
merupakan
pengunjung
atau
pengguna Kantor Walikota Banda Aceh. Pengumpulan data sekunder berasal dari telaah pustaka dan dokumentasi.
Gambar 4.2 Tampak Kondisi Jalur Pemandu
Volume 4, No.1 , Februari 2015
- 88
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Sumber : Hasil Observasi, 2014
Persentase menurut
elemen
persyaratan
jalur
teknis,
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
pemandu
yang
Gambar 4.4.
sesuai
Gambar 4.4 Tampak Kondisi Parkir
standar 0 % dan tidak sesuai standar 100%.
Hambatan arsitektural Hambatan
arsitektural
akibat
tidak
tersedianya jalur pemandu dirasakan oleh difabel tuna netra, sehingga mereka tidak dapat
Sumber : Observasi Lapangan, 2014
bergerak secara mudah dan mandiri. Hasil persentase elemen parkir dengan rambu penyandang cacat menurut persyaratan
Rekomendasi Desain Perlu
disediakannya
elemen
jalur
pemandu dari arah gerbang menuju ke pintu masuk utama untuk memudahkan difabel tuna
teknis, yang sesuai standar 0 % dan tidak sesuai standar 100%. Hambatan Arsitektural
netra. Seperti terlihat pada Gambar 4.3.
Hambatan arsitektural akibat ketidak tersediaannya elemen tempat parkir khusus dirasakan oleh difabel yang sudah mandiri dengan mengendarai kenderaan roda 3 atau roda 4.
Rekomendasi Desain Gambar 4.3 Rekomendasi untuk Jalur Pemandu Sumber: Garis Panduan Reka Bentuk Sejagat (Universal Design)
Tempat Parkir
Perlu disediakannya minimal 2 tempat parkir untuk difabel pengguna kursi roda dengan lebar minimal 370 cm pada suatu area
Hasil observasi untuk elemen parkir
parkir depan dengan merupakan jarak terdekat
dengan tanda rambu akses penyandang cacat
ke pintu masuk. Seperti terlihat pada Gambar
tidak tersedia yang seharusnya minimal 1 dari
4.5.
25 tempat parkir sehingga elemen parkir khusus tidak sesuai standar sehingga variabelvariabelnya yaitu tanda akses penyandang cacat, ramp, luas area parkir khusus dan jarak akses ke pintu masuk juga tidak tersedia dan tidak sesuai standar.
89 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Gambar 4.5 Rekomendasi Parkir bagi Difabel Sumber: http://manajemenrumahsakit.net/2012
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Ramp Hasil observasi terhadap elemen ramp tersedia,
variabel
kemiringannya
menurut
standar maksimal 7º, hasil observasi 9º maka variabel kemiringan ramp tidak sesuai standar.. Variabel
ukuran
sesuai
standar. Variabel
pegangan (handrail) hasil observasi tidak tersedia sehingga tidak seuai standar. Seperti pada Gambar 4.6.
Gambar 4.7 Rekomendasi desain ramp Sumber : http://permadisk.com/2008/aksesibilitaspenyandang-cacat-ramp.html
4.5
Pintu Masuk Hasil observasi variabel jenis pintu
yang digunakan adalah dua arah sehingga untuk jenis pintu tidak sesuai standar karena pintu dengan bukaan dua arah berbahaya bagi difabel. Lebar pintu sesuai. Bahan lantai yang Gambar 4.6 Tampak Kondisi Ramp Sumber: Observasi Lapangan, 2014
Hasil
persentase
ramp
digunakan sesuai. Plat tendang yang letaknya dibawah pintu tidak tersedia. Untuk muka
menurut
datar pada depan pintu terdapat perbedaan
persyaratan teknis, yang sesuai standar 50 %
tinggi lantai di depan pintu sehingga tidak
dan tidak sesuai standar 50%.
sesuai seperti gambar 4.8.
Hambatan Arsitektural Hambatan arsitektural akibat ketidak tersediaannya variabel-variabel pada ramp dirasakan oleh difabel pengguna kursi roda, tunanetra dan lansia.
Rekomendasi Desain
Gambar 4.8 Tampak Kondisi Pintu masuk utama Sumber: Observasi Lapangan, 2014
Perlu pengurangan kemiringan pada ramp, penambahan pegangan (handrail) , ubin penanda dan ubin pengarah. Seperti pada
Hasil persentase variabel pintu masuk menurut persyaratan teknis yaitu yang sesuai standar 40 % dan tidak sesuai standar 60%.
Gambar 4.7 Hambatan bagi Difabel Hambatan arsitektural untuk elemen pintu
utama
bagi
difabel
tuna
Volume 4, No.1 , Februari 2015
netra - 90
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dikarenakan pintu menggunakan jenis pintu bukaan dua arah, tidak adanya plat tendang, adanya perbedaan peil lantai dan pintu dengan bahan kaca sehingga berbahaya bagi difabel.
Rekomendasi Desain Rekomendasi desain untuk pintu utama Gambar 4.10 Tampak Kondisi Lobby Sumber : Observasi Lapangan, 2014
sebaiknya menggunakan pintu otomatis dengan yang peka terhadap bahaya kebakaran dan tidak boleh membuka sepenuhnya dalam waktu lebih dari 5 (lima) detik. Pintu otomatis
Hasil persentase area lobby menurut persyaratan teknis yaitu yang sesuai standar 0 % dan tidak sesuai standar 100%.
memiliki tingkat aksesibilitas yang sama Hambatan Arsitektural Hambatan arsitektural akibat tidaknya variabel-variabel pada area lobby menyulitkan difabel tuna netra dalam bergerak dan difabel pengguna kursi roda.
Rekomendasi Desain
Perlu
disediakannya
area
duduk
terhadap orang normal dan penyandang cacat.
khusus dengan jarak antar tempar duduk
Seperti pada Gambar 4.9
yang sesuai standar, meja loket khusus dan
Gambar 4.9 Rekomendasi pintu masuk jenis otomatis Sumber : Garis Panduan Perancangan Reka Bentuk Sejagat (Universal Design)
adanya ubin pengarah seperti pada Gambar 4.11
Area Informasi/ Lobby Hasil observasi untuk area lobby adalah tidak tersedianya area untuk tempat duduk bagi difabel. Untuk tinggi meja loket tidak sesuai standar. Ubin pengarah menuju meja loket tidak tersedia. Seperti pada Gambar 4.10
91 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Gambar 4.11 Rekomendasi desain meja loket Sumber : Access for Disable People to Art Premises
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala agar kursi roda dapat berputar, dilengkapi
Toilet dan Wastafel Hasil observasi untuk jenis pintu yang
dengan pegangan didalamnya, pintu yang
digunakan pada toilet adalah pintu tarik keluar,
diperlebar serta dilengkapi jalur pemandu dan
maka pintu toilet tidak sesuai dengan standar.
penanda seperti pada Gambar 4.13.
Lebar pintu masuk ke arah area toilet tidak sesuai standar. Tinggi kloset terlalu rendah maka tinggi kloset tidak sesuai. Jenis WC sesuai standar. Pegangan (handrail) tidak ada maka pegangan(handrail) tidak sesuai standar. Ukuran area wastafel dan tinggi sesuai standar. Seperti pada Gambar 4.12 Gambar 4.13 Rekomendasi Toilet Difabel Sumber : Garis Panduan Perancangan Reka Bentuk Sejagat (Universal Design)
Lift Hasil observasi untuk variabel lobby lift sesuai standar. Lebar pintu lift hasil observasi tidak sesuai standar. Ukuran lift tidak sesuai, tinggi tombol sesuai, info audio sesuai, tombol Gambar 4.12 Tampak Kondisi Toilet Sumber : Observasi Lapangan, 2014
braille tidak. Pegangan rambat didalam lift menurut standar tinggi 90 cm, hasil observasi
Hasil persentase toilet dan wastafel
tidak ada seperti pada Gambar 4.14.
menurut persyaratan teknis yaitu yang sesuai standar 25 % dan tidak sesuai standar 75%.
Hambatan Arsitektural Hambatan arsitektural dirasakan oleh difabel tuna netra adalah tidak adanya ubin pengarah dan ubin pemandu menuju toilet Sedangkan tidak adanya pegangan di dalam kamar mandi menjadi hambatan bagi difabel tuna daksa, lansia dan wanita hamil.
Gambar 4.14 Tampak Kondisi Lift Sumber : Observasi Lapangan, 2014
Hasil persentase lift menurut persyaratan teknis yaitu yang sesuai standar 71 % dan tidak
Rekomendasi Desain Perlunya
disediakan
sesuai standar 29%. kamar
mandi
khusus difabel dengan luasan minimal 120 cm Volume 4, No.1 , Februari 2015
- 92
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala pegangan sesuai standar. Pegangan rambat
Hambatan Arsitektural Hambatan arsitektural dengan tidak
tidak dijumpai maka pegangan rambat tidak
sesuainya beberapa variabel pada lift yaitu
sesuai. Nosing anti slip menurut standar harus
lebar pintu walaupun tidak sesuai standar tetapi
ada tetapi hasil observasi tidak ada maka
masih
nosing anti slip tidak sesuai seperti pada
akses
untuk
Pegangan/rambatan
yang
semua
difabel.
tidak
ada
Gambar 4.16.
menyulitkan difabel pengguna kursi roda, tuna netra dan lansia.
Rekomendasi Desain Perlu disediakannya lift khusus untuk difabel agar memudahkan difabel yang akan mengakses lantai 2 karena Kantor Walikota juga menjadi rumah bagi warga kota Banda Aceh, pegawai wanita yang hamil ataupun pegawai yang sedang mengalami cedera tidak permanen atau sakit seperti terlihat pada
Gambar 4.16 Tampak Kondisi Tangga Sumber : Observasi Lapangan, 2014
Hasil
persentase
tangga
menurut
persyaratan teknis yaitu yang sesuai standar 33 % dan tidak sesuai standar 67%.
Gambar 4.15. Hambatan Arsitektural Hambatan arsitektural yang dihadapi difabel dengan tidak sesuai tangga menurut persyaratan teknis adalah difabel tuna netra, tuna daksa, lansia dan wanita hamil.
Rekomendasi Desain Gambar 4.15 Rekomendasi lift Sumber : Garis Panduan Perancangan Reka Bentuk Sejagat (Universal Design)
dipasang nosing anti slip pada tiap anak tangga dan adanya ubin peringatan pad awal anak
Tangga Tangga pada lantai 1 Kantor Walikota Banda Aceh berada pada sayap kanan dimana untuk mencapainya kita harus melewati pintu kaca dengan lebar 70 cm. Kemiringan tangga sesuai standar, lebar anak tangga sesuai standar, tinggi riser tidak sesuai, tinggi 93 -
Untuk elemen tangga perlu kiranya
Volume 4, No. 1, Februari 2015
tangga. Sebaiknya lebar dan tinggi riser anak tangga dapat disesuaikan dengan standar. Lantai kaca menuju arah tangga berbahaya bagi difabel karena lebih licin sebaiknya dipasang anti slip dan penambahan ubin pengarah seperti pada Gambar 4.17.
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala sebenarnya sudah menganut prinsip Universal Design. 3)
Berdasarkan
hasil
kuisioner,
penerapan fasilitas dan aksesibilitas pada Kantor Walikota hasilnya hanya 2 (dua ) elemen yang tidak akses Gambar 4.17 Rekomendasi tangga Sumber : Garis Panduan Perancangan Reka Bentuk Sejagat (Universal Design)
. Rata-rata standarisasi Fasilitas dan Aksesibilitas penyandang cacat di Kantor Walikota Banda Aceh
yaitu : jalur pemandu dan penanda (sign) 4)
Dapat diketahui bahwa setiap jenis difabel akan mengalami hambatan arsitektural yang berbeda tergantung jenis difabelnya dan elemen yang
Penerapan standarisasi Fasilitas dan
tidak ada.
Aksesibilitas berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 mengenai penyediaan fasilitas bagi difabel di
Saran
Kantor Walikota Banda Aceh. Dari hasil
1)
jalur pemandu dan sign.
observasi di lapangan dan hasil rekap akses menurut standar kebijakan yang berlaku
Perlu adanya penambahan elemen
2)
Sebaiknya pemerintah daerah terus
menghasilkan nilai, jalur pemandu, lobby (0%),
mengupayakan
ramp (50%), pintu masuk ( 40%), toilet dan
penerapan fasilitas dan aksesibilitas
wastafel (25%), Lift (71%) dan Tangga (67%).
difabel
sesuai
Menteri
PU
KESIMPULAN DAN SARAN
dengan
melakukan
Kesimpulan
variabel pada elemen yang sudah ada
1) Penerapan
Peraturan
No.30/PRT/M/2006
Menteri
Peraturan
No.30/PRT/M/2006 penambahan
3)
Perlunya menerapkan sanksi yang
untuk
tegas oleh instansi yang berwenang
fasilitas dan aksesibilitas bagi difabel
kepada pengelola bangunan umum
yang terdiri dari parkir, jalur pemandu,
dan
area informasi (0%), pintu masuk
menerapakan
utama (50%), ramp ( 50%), toilet dan
fasilitas dan aksesibilitas.
nilai
rata-rata
standarisasi
wastafel (25%), lift (71%) dan tangga
Persyaratan teknis dalam Peraturan Menteri
4)
fasilitas
Sebaiknya
umum
yang
persyaratan
pemerintah
tidak teknis
lebih
meningkatkan sosialisasi fasilitas dan
(67%). 2)
dengan
secara bertahap.
PU
menghasilkan
terlaksananya
PU
aksesibilitas
bagi
difabel
pada
No.30/PRT/M/2006 Volume 4, No.1 , Februari 2015
- 94
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala bangunan umum dan fasilitas umum yang ada di Banda Aceh .
Rahayu S, Dewi U 2012, Pelayanan Publik bagi Pemenuhan Hak Disabilitas di Kota Yogyakarta, tanggal akses 10 Juli
DAFTAR KEPUSTAKAAN
2013,(http://journal.uny.ac.id/index.php/
Anonim, 2006, Peraturan Menteri Pekerjaan
natapraja/article/view/3194/2676)
Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada
Fisik Bagi Penyandang Cacat, Makalah
Bangunan Umum dan Lingkungan,
FGD untuk Draft Raperda Perlindungan
Jakarta.
Penyandang Cacat Kota Bandung,
Andanwerti, N 2005, Universal Design Sebuah Pendekatan Desain Untuk Menjawab Keberagaman, Visual Vo.8, No.1, hal 17-27, tanggal akses 15 Desember 2014, (http://s3.amazonaws.com/academia.edu .document) Arif, H 2008, Kajian Aksesibilitas Difabel Pada Ruang Publik Kota Studi Kasus Lapangan Merdeka, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan Fakih, M 1999, Analisis Kritis Diskriminasi terhadap Kaum Difabel, makalah diseminasi nasional, tanggal akses 13 Agustus 2012, (http://suryaden.com/syahadatindonesia/analisis-kritis-diskriminasiterhadap-kaum-difabel) Firdaus, F & Iswahyudi, F 2008, Aksesibilitas Dalam Pelayanan Publik Untuk Masyarakat Dengan Berkebutuhan Khusus, Jurnal Borneo Administrator, Vol. 6 No.3 hal 2176-2192, tanggal akses 14 Maret 2014, (http://download.portalgaruda.org/article .php?article)
95 -
Tarsidi, D 2008, Aksesibilitas Lingkungan
Volume 4, No. 1, Februari 2015
tanggal akses 13 Agustus 2012, (http://file.upi.edu/direktori/FFIP)