Volume 8 / No.2, Desember 2013 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
KAJIAN CITRA JALAN YOS SUDARSO PALANGKA RAYA Elis Sri Rahayu, ST,. MT1 Abstrak Aula Palangka merupakan satu-satunya gedung serbaguna berbentang lebar yang berada di komplek Universitas Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Kegiatan kampus yang melibatkan banyak orang seperti acara wisuda, penerimaan mahasiswa baru, seminar-seminar ataupun pertunjukan seni sering digelar di tempat ini. Keberadaan Aula Palangka menjadi sangat vital dan relatif cukup sibuk dari waktu ke waktu mengingat tidak ada fasilitas lain serupa yang ada di Universitas Palangka Raya. Pada waktu pagi hingga siang hari dimana activity support tidak ada di koridor jalan Yos Sudarso koridor jalan Yos Sudarso memiliki citra : mendukung kewibawaan pemerintahan. Saat sore hingga malam hari dimana activity support yang ada mempengaruhi citra. Permasalahan yang timbul adalah jumlah activity support yang makin bertambah dari waktu kewaktu. Activity support di koridor jalan Yos Sudarso Palangka Raya mempengaruhi citra koridor jalan Yos Sudarso PalangkaRaya Dalam penelitian ini menggunkan beberapa teori urban design yang berguna dalam upaya mengetahui citra dari pengaruh activity support yang ada pada ruang publik baik fisik maupun non fisik. Penelitian ini menunjukan dengan keberadaan activity support di koridor jalan Yos Sudarso Palangka Raya memberika pengaruh terhadap citra koridor jalan tersebut, yaitu mencitrakan sebagai tempat rekreasi keluarga. Keberadaan activity support yang meliputi aktivitas perekonomian, aktivitas rekreasi dan parkir di koridor jalan Yos Sudarso secara signifikan memberikan pengaruh terhadap terbentuknya citra koridor tersebut, hanya saja kondisi perparkiran yang ada perlu dibenahi agar citra yang ada makin menguat. Kata kunci: Citra, Jalan Yos Sudarso Palangka Raya, Activity Support. LatarBelakang Ruang publik yang menarik akan selalu dikunjungi oleh masyarakat luas dengan berbagai tingkat kehidupan sosial-ekonomi-etnik, tingkat pendidikan, perbedaan umur dan motivasi atau tingkat kepentingan yang berlainan. Sedangkan Ruang Terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama diruang terbuka. Jalan/koridor (Path) adalah salah satu ruang terbuka berupa jaringan dimana manusia akan bergerak dari suatu tempat ketempat lain. Pembentuk karakter path antara lain: Aktivitas khusus sepanjang jalan, misalnya perdagangan, perkantoran, dll maupu nkarakteristik fasad ebangunan, misalnya fasade bangunan kuno, fasade bangunan kaca, dll. (Lynch, 1960). Adanya aktivitas di sebuah koridor/jalan, tentunya akan menghidupkan tersebut baik aktivitas disiang hari maupun aktivitas di malam hari. Adapun aktivitas yang dilakukan pada ruang terbuka publik ini bisa untuk rekreasi dan hiburan. Akan tetapi pada prinsipnya ruang terbuka publik merupakan tempat dimana masyarakat dapat melakukan aktivitas sehubungan dengan kegiatan rekreasi dan hiburan bahkan dapat pula mengarah pada jenis kegiatan hubungan sosial lainnya seperti untuk berjalan-jalan, duduk-duduk 1
Staff Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya
ISSN 1907 - 8536
27
Jurnal Perspektif Arsitektur
│Volume 8 / No.2, Desember 2013
dengan santai, untuk melepas lelah, pertemuan, dapat pula dipadukan dengan tempat-tempat perdagangan. Jadi, ruang terbuka publik condong pada keterkaitan antara ruang luar dan manusia sebagai pemakai fasilitas tersebut. Keberadaan activity support (pendukungkegiatan) sangat berpengaruh antara fasilitas ruang – ruang umum kota dengan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Activity support berperan sebagai alat yang dapat mengkomunikasikan antara fungsi kegiatan yang satu dengan yang lainnya dan juga dapat memberikan image / citra kawasan yang spesifik yang menghadirkan identitas lokal kawasan. Identitas suatu kawasan itu sangat diperlukan bahkan mutlak dibutuhkan sebagai pegangan utama dalam perencanaan pembangunan. Kekacauan dan ketidakteraturan suatu kawasan lingkungan binaan kita antara lain disebabkan kurangnya upaya untuk melestarikan kekhasan, keunikan dan karakter spesifik yang telah menyiratkan citra dan identitas setempat (Budiharjo, 1997) Ruang publik yang spesifik dapat dijumpai pada koridor penggal jalan Yos Sudarso dimana Jalan Yos Sudarso merupakan sebuah jalan yang menarik, dengan penataan dan berbagai aktivitas yang terjadi didalamnya. Rumusan Masalah Sebagaimana dalam perencanaan awal kota Palangka Raya, kawasan jalan Yos Sudarso yang berhubungan dengan Bundaran Besar merupakan kawasan yang diperuntukan bagi daerah pemerintahan kota seperti halnya konsep pembentukan sebuah alun – alun di Jawa, akan tetapi dikarenakan pertumbuhan dan kebutuhan masyarakat kota, maka kawasan Bundaran Besar juga merupakan kawasan perekonomian yang juga meliputi banyak aktivitas pendukung lainnya selain juga sebagai tempat berinteraksi sosial bagi warga kota Palangka Raya (sebagai tempat berolah raga saat pagi dan sore hari) yang juga merupakan suatu jalan yang sangat aktif akan kegiatan perekonomian yaitu dengan banyaknya pertokoan dan adanya warung – warung tenda atau cafe – cafe tenda pada malam hari yang menempati area yang juga difungsikan sebagai taman kota pada siang hari, adanya jalur pedestrian yang mampu menjadi arena interaksi sosial dan event – event hiburan. Pada saat pagi hingga siang hari koridor jalan Yos Sudarso memiliki citra sebagai koridor jalan yang mendukung kewibawaan pemerintahan, dimana di koridor ini terdapat banyak gedunggedung pemerintahan dan melihat posisinya sebagai sumbu yang saling terhubung dengan Bundaran Besar, Rumah Jabatan Gubernur, Kantor DPRD, Tugu Tiang Pertama Kota Palangka Raya. Pada saat sore hingga malam hari dimana aktivitas perkantoran pemerintahan sudah terhenti, koridor jalan ini akan menjadi koridor yang mati. Akan tetapi, keberadaaan warung/ cafe tenda, penjual emperan, penjual binatang peliharaan dan aktivitas temporer lainnya yang sering terjad di koridor jalan ini membuat koridor jalan ini menjadi hidup. Jadi keberadaan aktivitas perekonomian dan hiburan yang terjadi di koridor ini merupakan aktivitas yang mensuport (activity support) keberadaan koridor jalan Yos Sudarso sehingga menjadi koridor yang menarik dan hidup. Dilihat dari phenomenanya kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata bagi warga kota Palangka Raya, terutama wisata jajan. Akibatnya perdagangan informal menjadi semakin berkembang. Juga tujuan untuk menjadikan koridor jalan Yos Sudarso sebagai malioboro-nya Palangka Raya memberikan peluang untuk berkembangnya kegiatan informal yang ada dan juga semakin bervariatif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji mengenai kajian citra di koridor penggal jalan Yos Sudarso Palangka Raya
28
ISSN 1907 - 8536
Volume 8 / No.2, Desember 2013 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
Acivity Support Activity support (pendukung kegiatan) meliputi semua kegunaan, fungsi, aktivitas yang dapat membantu dan memperkuat suatu ruang publik pada kawasan kota, aktivitas dan fisik akan saling mempengaruhi dan saling mengisi. Bentuk, tempat dan karakter pada kawasan tertentu akan mempunyai daya tarik fungsi dan kegunaan aktivitasnya. (Shirvani, 1985) Elemen activity support merupakan suatu pengendali yang dapat menyatukan dan mengkoordinasikan beberapa fungsi kegiatan yang berada dalam ruang fisik kota dalam satu kesatuan yang saling tergantung satu sama lain. (Danisworo,1992) Karakteristik suatu ruang publik akan terbentuk karena adanya aktivitas-aktivitas yang tumbuh dan berkembang sehingga memperkuat image ruang publik tersebut. (Lynch, 1960) Bentuk Activity Support Bentuk Activity support yaitu merupakan kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih dari pusat kegiatan umum pada lingkungan kota, yang dapat berupa ruang terbuka atau bangunan yang peruntukannya untuk kepentingan umum. Ruang terbuka umum bentukan fisiknya dapat berupa jalur pedestrian, kawasan pedagang kaki lima, parkir umum dan tamantaman kota sejenis. Sedangkan yang berupa bangunan tertutup seperti : parkir di dalam bangunan, pusat jajan serba ada, kelompok pertokoan eceran dan sejenis. Fungsi Activity Support Fungsi utama activity support adalah menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan umum dan menggerakan fungsi-fungsi utama kota menjadi lebih hidup, menerus dan ramai. (Danisworo,1992) Tujuannya adalah untuk menciptakan kehidupan kota yang sempurna atau kehidupan kota yang lebih baik yang dengan mudah mengakomodasikan kebutuhan sehari-hari masyarakat kota, disamping memberikan pengalaman yang memperkaya perbendaharaan pemakai (urban experience) juga memberikan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya budaya urban melalui lingkungan binaan yang baik dan bersifat mendidik. Citra Berdasarkan Kevin Lynch dalam bukunya Image of the city ,konsep image atau citra sebuah kota merupakan sebuah usaha untuk mengamati kota atau wajah kota. Imageability bukan merupakan kesan seseorang secara individual, tetapi merupakan kesan pada sebuah kota atau wajah kota yang diberikan oleh kebanyakan orang. Dalam mengamati kota ini tidak dipandang dari segi ciriciri kongkret seperti bangunan – bangunan tetapi sebagai kesan struktur pada pengamatan bentuk. Imageability juga sebuah usaha untuk mengkaji kualitas sebuah oyek fisik yang kemungkinan dapat membangkitkan sebuah kesan yang kuat pada setiap pengamat baik berupa bentuk, warna atau susunan yang memudahkan dalam membentuk pengenalan yang jelas, struktur yang sangat kuat, kesan mental yang tinggi, yang sangat berguna pada suatu lingkungan. Hal ini disebut juga sebagai legibility dan visibility dalam rasa yang mendalam. Dalam hal ini obyek – obyek yang ada tidak hanya mudah dilihat tetapi juga mudah dipresentasikan secara tajam dan pada rasa yang sangat kuat. Lynch (1960), mendefinisikan citra kota sebagai berikut : Citra kota adalah gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata – rata pandangan masyarakat, berdasarkan analisa tersebut, Lynch mengemukakan tiga komponen yang sangat mempengaruhi gambaran mental orang terhadap suatu kawasan, yaitu: • Identitas, (potensi dibacakan) artinya orang dapat memahami gambaran perkotaan (identifikasi objek-objek, perbedaan antara objek, perihal yang dapat diketahui).
ISSN 1907 - 8536
29
Jurnal Perspektif Arsitektur
│Volume 8 / No.2, Desember 2013
• Struktur, (potensi disusun) artinya orang dapat melihat ruang perkotaan (hubungan objekobjek, hubungan subjek-objek, pola yang dapat dilihat) • Makna, (potensi dibayangkan) artinya orang dapat mengalami ruang perkotaan (arti objekobjek, arti subjek-objek, rasa yang dapat dialami), baik secara fisik fungsional maupun psikis emosional. Lynch (1960) juga mengklasifikasikan elemen – elemen yang memperkuat citra sebuah kota, yaitu : 1. Path (jalur jalan) Merupakan jalur – jalur sirkulasi yang dipergunakan oleh manusia untuk melakukan pergerakan dalam sebuah kota. Bagi beberapa orang path merupakan elemen utama dalam pemehaman dan kesan mereka , yaitu pada saat bergerak meleluinya, dan melalui path elemen yang lain disusun dan dihubungkan. 2. Egdes (tepian atau batas-batas suatu kota) Merupakan elemen linier yang tidak digunakan atau benar-benar dipertimbangkan sebagai path. Merupakan batas antara dua kawasan tertentu dan juga sebagai pemutus linier. Edge merupakan akhiran dari sebuah distrik atau batas atar distrik. 3. District(kawasan) Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kawasan distrik mempunyai ciri khas dan karakter yang dapat dikenali. Sebuah kota tersusun atas distrikdistrik seperti : pusat kota, kawasan industri, kawasan permukiman dan lain sebagainya. 4. Node (simpul) Merupakan poin strategis dalam suatu kota, sebagai sebuah pusat aktivitas. Merupakan simpul yang strategis dimana arah dan aktivitasnya dapat bertemu atau sebuah enclosed Square dimana orang dapat merasa ”masuk” dan ”keluar” pada tempat yang sama. Beberapa dari pemusatan nodes merupakan fokus dan ambang sebuah distrik dan daerah berpengaruh, dan berdiri sebagai suatu simbol. 5. Landmark(tengeran) Merupakan ciri-ciri atau tanda visual yang menarik perhatian pada suatu kota. Sebuah landmark yang baik adalah elemen yang berbeda tapi harmonis dalam latar belakangnya. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya. Jadi Citra sebuah kota merupakan gambaran mental akan ruang dari rata – rata pandangan masyarakat tentang pemahaman, penglihatan dan rasa yang sangat kuat akan sebuah ruang perkotaan berdasarkan keunikan, kekhasan dan kemenarikan Tahapan Penelitian Berdasarkan pada tujuan penelitian, disertai dengan hasil kajian terhadap dasar teori, maka urutan dan metoda penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : a. Penetuan variabel penelitian, dengan mengacu pada kajian teori yang diterapkan pada lokasi penelitian. b. Pengumpulan dan pengolahan data yang diperoleh dari persepsi pengguna melalui kuisener pada pelaku kegiatan. c. Menganalisis citra koridor sebagai tempat rekreasi keluarga dengan mengolah data kualitatif variabel penelitian. Analisis ini dilakukan dengan cara : 1. Kuantifitakasi data kualitatif atas kondisi komponen pembentuk citra rekreasi pada koridor.
30
ISSN 1907 - 8536
Volume 8 / No.2, Desember 2013 │
2. 3.
Jurnal Perspektif Arsitektur
Penilaian citra rekreasi pada koridor jalan melalui penilaian terhadap activity support yang ada berdasarkan 3 (tiga) komponen citra, yaitu : identitas, struktur dan makna. Analisis terhadap aktivitas yang berpengaruh terhadap citra rekreasi pada koridor jalan Yos Sudarso Palangka Raya.
Identifikasi Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek dalam pengamatan sebuah penelitian dan merupakan faktor yang mempengaruhi dalam peristiwa ataupun permasalahan yang akan diteliti. 1. Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel bebas disebut juga variabel perlakuan, variabel berpengaruh, variabel penyebab atau variabel tidak tergantung. Variabel ini berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain. Berdasarkan tujuan penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah ”activity support” (pendukung kegiatan) meliputi semua kegunaan, fungsi, aktivitas yang dapat membantu dan memperkuat suatu ruang publik pada kawasan kota, aktivitas dan fisik akan saling mempengaruhi dan saling mengisi. Bentuk, tempat dan karakter pada kawasan tertentu akan mempunyai daya tarik fungsi dan kegunaan aktivitasnya. (Shirvani, 1985) Tabel1. Variabel Independent Activity Support Komponen Aktivitas Perekonomian
Aktivitas rekreasi
Deskripsi -
-
Parkir
-
-
ISSN 1907 - 8536
Teknik Pengumpulan Data
cafe tenda warung tenda pedagang emperan pedagang binatang piaraan observasi pedagang buah lokal pedagang stiker dan helm kios rokok taman hiburan anak-anak event promosi produk kegiatan berkumpul dan interaksi sosial dalam mengunjungi cafe dan warung tenda kegiatan dalam aktivitas hiburan observasi baik untuk anak-anak maupun dewasa aktivitas seni pameran festival fasilitas pemberhentian kendaraan baik roda dua maupun observasi roda empat pola perparkiran
Alat Penelitian - alat tulis - kamera - alat penunjuk waktu - peta - meteran - alat tulis - kamera - alat penunjuk waktu - peta
- alat tulis - kamera - peta
31
Jurnal Perspektif Arsitektur
2.
│Volume 8 / No.2, Desember 2013
Variabel Tergantung ( Dependent Variable) Variabel tergantung disebut juga variabel terpengaruh, atau variabel terikat, yaitu variabel yang menerima atau menyesuaikan diri dengan kondisi variabel lain. Sesuai dengan judul dan tujuan penelitian ini yang menjadi variabel tergantung adalah, Citra. Berdasarkan Kevin Lynch dalam bukunya Image of the city ,konsep image atau citra sebuah kota merupakan sebuah usaha untuk mengamati kota atau wajah kota. Lynch (1960), mendefinisikan citra kota sebagai berikut : Citra kota adalah gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata – rata pandangan masyarakat, berdasarkan analisa tersebut, Lynch mengemukakan tiga komponen yang sangat mempengaruhi gambaran mental orang terhadap suatu kawasan, yaitu : Identitas, (potensi dibacakan) artinya orang dapat memahami gambaran perkotaan (identifikasi objek-objek, perbedaan antara objek, perihal yangdapat diketahui). Struktur, (potensi disusun) artinya orang dapat melihat ruang perkotaan (hubungan objek-objek, hubungan subjek-objek, pola yang dapat dilihat) Makna, (potensi dibayangkan) artinya orang dapat mengalami ruang perkotaan (arti objek-objek, arti subjek-objek, rasa yang dapat dialami), baik secara fisik fungsional maupun psikis emosional. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, untuk memperoleh data primer yang dibutuhkan, masing-masing komponen dari variabel ini dijabarkan dalam variabel operasional berlandaskan teori-teori yang sesuai sebagai parameter ataupun tolak ukur yang juga sekaligus menjadi acuan dasar dalam penyusunan daftar pertanyaan dalam kegiatan kuesioner nantinya. Tabel 2. Variabel Dependen Citra Komponen Identitas
Struktur
Makna
32
Deskripsi
Teknik Pengumpulan Data
Lynch (1960) : - Budaya - Aktivitas manusia kuesioner - Karakter fisik yang khas Zahnd (1999) : - Tingkat keteraturan kuesioner - Tingkat keseimbangan - Tingkat kepadatan Cullen (1961) : - optik (serial vision) kuesioner - place - content
Alat Penelitian
alat tulis
alat tulis
alat tulis
ISSN 1907 - 8536
Volume 8 / No.2, Desember 2013 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
Keberadaan Koridor Jalan Yos Sudarso palangka Raya Lokasi Penelitian berada di koridor penggal jalan jalan Yos Sudarso Palangka Raya Propinsi Kalimantan Tengah, yaitu pada pertemuan antara jalan Yos Sudarso dengan Bundaran Besar sampai dengan persimpangan jalan Lambung Mangkurat.
Gambar 1. Lokasi Jalan Yos Sudarso Sumber : google map dan Pemkot Palangka Raya
Gambar 2. Detail Layout koridor jalan yos sudarso Sumber : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan 1996 Kondisi Koridor Jalan Yos Sudarso Saat Pagi Hari Koridor Jalan Yos Sudarso pada saat pagi hari merupakan koridor jalan yang utamanya difungsikan sebagai kawasan perkantoran Pemerintah. Berdasarkan perencanaan, koridor jalan Yos Sudarso ditata sedemikian rupa sehingga mampu memiliki citra sebagai koridor jalan mendukung kewibawaan Pemerintahan. Dimana Koridor jalan Yos Sudarso merupakan satu garis lurus (sumbu) yang menghubungkan Bundaran Besar, Rumah Jabatan Gubernur, Kantor DPRD, Tugu Tiang Pertama Kota Palangka Raya. Pada pagi hari tidak terdapat activity support di koridor ini, dikarenakan adanya regulasi dari Pemerintah Kota bahwa pada pagi hari dilarang melakukan kegiatan perdagangan informal dan kegiatan lainnya, sehingga koridor tampak bersih, dan mencerminkan citra yang ingin ditampilkan yaitu mendukung kewibawaan Pemerintahan.
ISSN 1907 - 8536
33
Jurnal Perspektif Arsitektur
│Volume 8 / No.2, Desember 2013
Gambar 3. Kondisi Lansekap yang Tertata dengan adanya Jalur Pejalan Kaki dan Vegetasi Tepi Jalan Sumber : Survey Lokasi Kondisi Koridor Jalan Yos Sudarso Saat Sore Hingga Malam Hari Koridor jalan Yos Sudarso pada saat sore hingga malam hari menampilkan suasana, kegiatan aktivitas dan citra yang sangat berbeda dari kondisi yang terjadi saat pagi hari. Dimulai dari pukul 16.00 WIB dimana semua kegiatan perkantoran yang ada di sepanjang koridor jalan Yos Sudarso sudah dihentikan, yaitu mulai bermunculan beragam aktivitas perdagangan informal, aktivitas pertunjukan dan aktivitas kegembiraan yang disebut sebagai activity support yang ada di koridor tersebut. Activity support dikoridor jalan Yos Sudarso secara garis besar digolongkan menjadi dua jenis, yaitu activity support yang sifatnya tetap (kegiatan nya dilakukan setiap hari) dan activity support yang sifatnya temporer (kegiatan dilakukan pada waktu-waktu tertentu, ada yang tiap malam minggu, ada pula yang tidak terjadwal). Activity support yang sifatnya tetap berupa : cafe tenda, warung tenda, kios-kios pedagang buah lokal ,kios rokok dan parkir. Sedangkan activity support yang sifatnya temporer berupa : kegiatan malam mingguan (pedagang emperan, arena permainan anak-anak, kios pedagang hewan piaraan) dan kegiatan temporer tak terjadwal seperti : panggung hiburan, festival seni, pameran, arena bermain anak-anak keliling dan lain sebagainya, serta parkir. Dari dua jenis activity support yang ada, telah dilakukan penataan penempatannya, sehingga tampak teratur dan tidak semerawut. Activity support yang sifatnya tetap menempati koridor dari arah pertemuan dengan Bundaran Besar sampai dengan batas halaman TVRI. Sedangkan activity support yang sifatnya temporer menempati area di halaman TVRI yang cukup luas. Tetap
temporer
Gambar 4. Skema Penempatan Activity Support di Koridor Jalan Yos Sudarso Sumber : Survey Lokasi
34
ISSN 1907 - 8536
Volume 8 / No.2, Desember 2013 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
Gambar 5. Cafe Tenda dan Warung Tenda saat sore mulai dibuka Lokasi : sepanjang koridor jalan Yos Sudarso Sumber : Survey Lokasi
Gambar 6. Kiri : Pedagang kios buah , kanan : kios rokok dan stiker Lokasi : sepanjang koridor jalan Yos Sudarso Sumber : Survey Lokasi Pemaparan Hasil Observasi Hasil amatan yang dideskripsikan meliputi : jenis activity support, jumlah masing – masing jenis dan sifat masing – masing jenis. Dimana activity support yang ada di koridor jalan Yos Sudarso adalah : 1. Aktivitas perekonomian, meliputi: café tenda, warung tenda, pedagang emperan, pedagang binatang piaraan, pedagang buah lokal, pedagang stiker dan helm dan kios rokok. 2. Aktivitas Rekreasi, meliputi : taman hiburan anak-anak, panggung hiburan, pameran dan festival. 3. Parkir, meliputi kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat. Analisis Regresi Analisis regresi adalah analisis untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel dan menunjukan arah hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen. Selain itu analsis regresi merupakan studi tentang ketergantungan variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independent dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependent berdasarkan nilai rata-rata variabel independent yang diketahui. Jadi analisis regresi merupakan langkah lebih lanjut atau untuk mengetahui hubungan yang lebih jauh setelah kita mengetahui adanya hubungan antara dua variabel (analisis korelasi). Analisis regresi yang digunakan adalah analisis regresi berganda dikarenakan adadua atau lebih variabel independent, sedangkan untuk untuk menguji kebenaran bahwa keberadaan activity
ISSN 1907 - 8536
35
Jurnal Perspektif Arsitektur
│Volume 8 / No.2, Desember 2013
support mempengaruhi citra koridor jalan menggunakan uji test ”t” yang sebelumnya dilakukan juga penilaian adjusted R2 ,yaitu untuk melihat atau mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Selain penilaian adjusted R 2 dilakukan juga uji ”F” yang dimaksudkan untuk menunjukan apakah semua variabel independent yang dimasukan ke dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel dependent. Analisis Regresi pada Data Tabel 3. Model Summary Regresi Data Model Summary Model 1
R ,430a
R Square ,185
Adjusted R Square ,166
St d. Error of the Estimate ,16522
a. Predictors: (Constant), AS.PR, AS. AP, AS. AR
Analisis: Besarnya R square (R2) adalah 0,185, yang berarti 18,5% variasi Citra dapat dijelaskan oleh variasi ketiga variabel independen Activity Support AktivitasPerekonomian, RekreasidanParkir. Sedangkan sisanya (100% - 18,5% = 81,5%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar ketiga variabel independen tersebut. Tabel 4 Anova Regresi Data ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares ,788 3,467 4,255
df 3 127 130
Mean Square ,263 ,027
F 9,628
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), AS.PR, AS.AP, AS.AR b. Dependent Variable: CITRA
Analisis: Hipotesis: H0 = Tidak ada hubungan linier antara aktivitas perekonomian, aktivitas rekreasi dan parkir dengan citra. Ha = Ada hubungan linier antara aktivitas perekonomian, aktivitas rekreasi dan parkir dengan citra. Pengujian dengan membandingkan besarnya nilai F penelitian (hitung) dengan F tabel. Hasil F hitung (9,628). F tabel dapat dihitung dengan taraf signifikansi 0,05 dan derajat kebebasan (dk) dengan numerator : Jumlah variabel – 1 atau 3 – 1 = 2; dan denumerator : jumlah kasus – 2 atau 131 – 2 = 129 dengan ketentuan tersebut diperoleh nilai F tabel sebesar 3,00. Kriteria uji hipotesis adalah sebagai berikut : H0 = jika F hitung < F tabel, maka Citra tidak terpengaruh Ha = jika F hitung > F tabel, maka Citra terpengaruh Dari hasil penelitian diperoleh nilai F hitung sebesar 9,628 > F tabel (3,00), maka hipoteis H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel independen (Activity Support Aktivitas Perekonomian, Parkir dan Rekreasi) berhubungan linier dengan variabel dependen (Citra). Uji F didapat nilai F hitung sebesar 9,628 dengan tingkat probabilitas signifikansi 0,000. Karena probabilitas dibawah (lebih kecil) dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen
36
ISSN 1907 - 8536
Volume 8 / No.2, Desember 2013 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
(Activity Support Aktivitas Perekonomian, Parkir dan Rekreasi) secara bersama-sama memiliki hubungan linier dengan Citra. Dengan demikian model regresi diatas sudah layak dan benar. Kesimpulannya adalah aktivitas perekonomian, aktivitas rekreasi dan parkir secara bersama-sama mempengaruhi citra. besarnya pengaruh adalah 18,5% danpengaruh lain diluar model regresiadalah 81,5%. Tabel 5. Coefficients Data Coeffi ci entsa
Model 1
(Constant) AS.AP AS.AR AS.PR
Unstandardized Coef f icients B St d. Error 1,686 ,307 ,164 ,070 ,241 ,058 ,074 ,042
St andardized Coef f icients Beta ,189 ,336 ,141
t 5,485 2,358 4,173 1,751
Sig. ,000 ,020 ,000 ,082
a. Dependent Variable: CITRA
Analisis: Untuk menggambarkan persamaan regresi, yaitu : Y = 1,686 + (0,164) X1 + (0,241) X2 + (0,074) X3 , Dimana : Y = Citra Koridor X1 = Activity Support - Aktivitas Perekonomian X2 = Activity Support - AktivitasRekreasi X3 = Activity Support - Parkir Berdasarkan persamaan diatas, dapat dkatakan bahwa ada pengaruh dari semua aspek Activity Support ( Aktivitas Perekonomian, Aktivitas Rekreasi dan Parkir). Pengaruh Aktivitas Rekreasi paling besar sedangkan Parkir memberikan pengaruh yang sangat kecil. Uji ”t” untuk menguji kevalidan prediksi variabel depandent, dengan Hipotesis: H0 = Tidak ada pengaruh antara aktivitas perekonomian, aktivitas rekreasi dan parkir dengan citra. Ha = Ada pengaruh antara aktivitas perekonomian, aktivitas rekreasi dan parkir dengan citra. Untuk menghitung t tabel adalah : taraf signifikasi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) , dengan perhitungan n – 2 atau 131 – 2 = 129, dari ketentuan tersebut diperoleh nilai t tabel sebesar 1,96. Kriteria uji hipotesis adalah sebagai berikut : H0 = jika t hitung < t tabel, maka Citra tidak terpengaruh Ha = jika t hitung > t tabel, maka Citra terpengaruh
Karena: hasil t hitung untuk Aktivitas Perekonomian (2,358) > t tabel (1,96), maka hipoteis H 0 ditolak dan Ha diterima hasil t hitung untuk Aktivitas Rekreasi (4,173) > t tabel (1,96), maka hipoteis H 0 ditolak dan Ha diterima hasil t hitung untuk Aktivitas Parkir (1,751) < t tabel (1,96), maka hipoteis H 0 diterima dan Ha ditolak
ISSN 1907 - 8536
37
Jurnal Perspektif Arsitektur
│Volume 8 / No.2, Desember 2013
Uji Signifikansi Parameter Individual (uji t statistik) menghasilkan 3 variabel independen Activity Support : (Aktivitas Perekonomian, Rekreasi dan Parkir) yang dimasukkan kedalam regresi, hanya variabel Aktivitas Aktivitas Perekonomian, dan Aktivitas Rekreasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap Citra. Komponen Aktivitas Perekonomian mempunyai nilai koefisien parameter sebesar 0,164 dengan tingkat signifikan 0,02 yang jauh dibawah 0,05 , untuk komponen Aktivitas Rekreasi mempunyai nilai koefisien parameter sebesar 0,241 dengan tingkat signifikan 0,00 yang jauh dibawah 0,05 memberikan pengaruh yang signifikan Sedangkan komponen Parkir mempunyai nilai koefisien parameter sebesar 0,241 dengan tingkat signifikansi 0,074 dengan tingkat signifikan yang jauh diatas 0,05 yaitu 0,082 yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh parkir terhadap citra. Untuk komponen aktivitas perekonomian dan aktivitas rekreasi dengan perincian besarnya pengaruh adalah sebagai berikut : Pengaruh aktivitas perekonomian terhadap citra adalah sebesar 0,189atau sebesar 18,9% Pengaruh aktivitas rekreasi terhadap citra adalah sebesar 0,336 atau sebesar 33,6%. Pemaknaan Ketiga komponen activity support memberikan nilai korelasi positif. Hal ini menunjukan hubungan berbanding lurus antara komponen-komponen activity support dengan citra koridor. Arah hubungan yang positif menunjukan semakin besar nilai komonen activity support akan meningkatkan citra koridor Untuk hasil regresi, variabel independen yang berpengaruh adalah variabel Aktivitas Perekonomian dan Aktivitas Rekreasi. Jadi selaku pengunjung koridor jalan Yos Sudarso keberadaan warung/ cafe tenda, pedagang emperan, pedagang binatang piaraan, pedagang buah, pedagang rokok serta taman hiburan anak-anak, kegiatan dalam aktivitas hiburan baik untuk anak-anak maupun dewasa , kegiatan berkumpul dan interaksi sosial dalam mengunjungi cafe dan warung tenda, adanya event promosi produk, aktivitas seni, pameran dan festival membentuk Citra di koridor jalan Yos Sudarso Palangka Raya. Citra yang dimaksudkan disini adalah gambaran citra sebagai tempat rekreasi keluarga. Hanya saja kekurangan dalam hal pengaturan dan pemanfaatan lahan parkir membuat tidak keseluruhan variabel activity support memang benar- benar signifikan memberikan pengaruh terhadap citra. Kondisi perparkiranpada koridor jalan ini kadang mengganggu kelancaran pengunjung dalam berkendara terutama saat adanya hiburan ataupun kegiatan rekreatif, selain itu penataan parkir juga mengurangi kelancaran pengunjung saat berjalan kaki pada koridor ini.
Gambar 7. Kondisi perparkiran di koridor jalan Yos Sudarso Palangka Raya Sumber : Survey Lokasi
38
ISSN 1907 - 8536
Volume 8 / No.2, Desember 2013 │
Jurnal Perspektif Arsitektur
Kesimpulan 1. Activity support yang ada di koridor jalan Yos Sudarso Palangka Raya yang berupa aktivitas perekonomian, aktivitas rekreasi dan perparkiran terbukti mampu menghidupkan koridor dan keberadaannya mempengaruhi terbentuknya citra koridor jalan tersebut berdasarkan persepsi dari pengguna. 2. Secara keseluruhan berdasarkan persepsi pengguna (kelompok PKL-petugas parkir dan kelompok pengunjung), activity support yang ada di koridor jalan Yos Sudarso Palangka Raya terbukti secara signifikan memberikan pengaruh terhadap citra yang ditimbulkannya, yaitu sebagai tempat rekreasi bagi keluarga, dengan pengaruh terbesar dengan adanya aktivitas rekreasi yang berupa kegiatan – kegiatan hiburan dan arena permainan bagi anakanak serta keberadaan aktivitas perekonomian yang berupa warung dan cafe tenda yang telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di kota Palangka Raya dengan beraneka jenis kuliner yang disajikan. 3. Kondisi perparkiran yang ada di koridor jalan Yos Sudarso Palangka Raya berdasarkan persepsi dari pengunjung kurang memberikan pengaruh walaupun memiliki hubungan yang besar. Kekurangan ini disebabkan perparkiran yang ada mengganggu kenyamanan dalam berjalan kaki sepanjang koridor dan mengganggu kelancaran berkendara
DAFTAR PUSTAKA Budiharjo, Eko dan Djoko Sujarto, 1998, Kota yang Berkelanjutan, Dirjen Dikti, Dekdikbud Jakarta Bungin, Burhan , 2005, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Cullen, Gordon, 1961, The Concise of Townscape, Cambrige University Press Danisworo, Muhammad, 1992, Arsitektur Kota dan Lingkungan Hidup, Institut Teknologi Bandung Darmawan, Edi dan Ratnatami, Ariko, 2005, Bentuk Makna Ekspresi Arsitektur Kota, Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Eko Sujianto, Agus , 2007, Aplikasi Statistik Dengn SPSS Untuk Pemula, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta. Hakim, Rustam, 1987, Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap, Bina Aksara, Jakarta. Laurens, Joyce Marcella, 2004, Arsitektur dan Perilaku Manusia, PT. Grasindo. Lynch, Kevin ,1960, The Image of the City, MIT Press, Cambridge. Moleong, Lexy.J. (2002), MetodelogiPenelitianKualitatif, PT. RemajaProsdakarya Bandung. Muhajir, Noeng, 1989, MetodePenelitianKualitatif, Rake Sarasin Yogyakarta. Pemerintah Kota Palangkaraya / BAPPEDA Kota Palangkaraya, 2003, Sejarah Kota Palangkaraya, edisi pertama PemerintahkotaPalangkaraya, 1999, PenataanKawasan,BundaranBesarJalanYosSudarsoPalangka Raya, Draft LaporanAkhir,. Dinas Tata Kota, 2006, RencanaTeknisPenataan PKL, LaporanFaktadanAnalisa, Pemerintah Kota Palangka Raya.
ISSN 1907 - 8536
Kota
Palangka
Raya
39
Jurnal Perspektif Arsitektur
│Volume 8 / No.2, Desember 2013
Setiawan, B. Hariadi, 1995, Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Shirvani, Hamid, 1985, The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company, Inc. Trancik, Roger, 1998, Finding Lost Space, Van Nonstrad Reinhold Company, New York. Widodo, Erna danMukhtar, 2000, KonstruksikeArahPenelitianDeskriptif, Avyrous Yogyakarta. Zahnd, Markus, 1999, Perancangan Kota Secara Terpadu, Kanisius dan Soegijapranata University Press
40
ISSN 1907 - 8536