ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MElVlPENGARUHI PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA PASAR IKAN HIGIENIS, PEJOJVIPONGAN
SITI NURLAELA
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOJ'..-OGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAIURTA 2006M/1427 H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEl\/IPENGARUHI PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA PASAR IKAN HIGIENIS PEJOM:PONGAN
Oleh:
SITI NURLAELA
101092123377
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian I Agribisnis
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2006 M / 1427 H
1(upersem6afiJi,g,n /i,g,1ya ini se6agai 6ukji perjuangan untuft ayalianc!a, i6unc!a, c!an ftali,g,k, tercinta, setefali. sempat tertunc!a.
JURUSAN SOSIAL EKONOIVII PERTANIAN I AGRIBISNIS FAKUL TAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SY ARIF HIDAYATULLAH .JAKARTA
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh : Nania NIM Jurusan Judul Skripsi
Siti Nurlaela 101092123377 Sosial Ekonorni Pertanian I Agribisnis Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada Pasar Jkan Higienis Pejompongan.
Dapal diteri111a sebagai syarat kelulusan untuk rncrnpcrolch gclar Sarja1rn Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian I Agr.ibisnis, Fakultas Sains dan Teknologi UIN SyarifHiclayatullah Jakarta.
Jakarta, Maret 2006 Menyetujui, Dasen Pembirnbing
Dasen Pembimbing II,
Ir. Lilis lmamah I. M.Si
Dr. Kusharyon SE, MM Mengetahui,
dan Teknologi
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian I Agribisnis
Ir.r~,MM NIP. 150 317 958
Pengesahan Ujian
Skripsi yang berjudul "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Manajernen Mutu Terpadu pada Pasar Ikan Higienis Pejompongan". Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi UTN Syarif Hidayatullah .Jakarta pada Hari Rabu, 01 Maret 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I (SI) pada Jurusan Sosial Ekonorni Pertanian I Agribisnis.
Jakarta, Maret 2006
Tim Penguj i,
M\l Ir. Nunuk Adiarni MM
//
Penguji Ill,
C}z,,;;;:;: Ir. Lilis Irnamah I. M.Si
l'vl engetahu i,
Dekan
h Java Putra 1\11.Sis
PERNYATAAN
DENGAN !NI SAY A MENY AT AKAN BAHW A SKRIPSI !NI BENARBENAR HAS IL KARY A SEND IRI YANG BELUfvl PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI AT/\ll 1'1\RY1\ ILl'vll1\ll PJ\DA PERGURUJ\N TINGGI
ATAU LEMBAG/\ MANAl'UN.
Jakarta,
Maret 2006
Siti Nurlaela 101092123377
RINGKASAN SITI NURLAELA, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT) pada Pasar Ikan Higienis (PIH) Pejompongan (Di bawah birnbingan KUSHARYONO dan LILIS IMAMAH ICHl)AY ATI).
Laut Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar, baik dari sisi kuantitas maupun diversitasnya. Potensi lestari sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Sampai dengan tahun 2003, produksi perikanan yang dicapai adalah sebesar 6 juta ton, yang terdiri dari perikanan tangkap di laut 4,4 juta ton, perikanan tangkap di perairan umum 0,4 juta ton, perikanan budidaya di laut 0,5 juta ton, perikanan budidaya di air payau 0,4 juta ton, dan perikanan budidaya di air tawar 0,3 juta ton, dengan demikian secara keseluruhan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan baru mcncapai 9,2%. Tetapi ironisnya, konsumsi ikan per kapita di Indonesia relatif masih rendah, yaitu 18 kilogram per tahun pada tahun 1999 (sebelum adanya Departemen Kelautan dan Perikanan), dan 23 kilogram per tahun pada tahun 2003. Pad aha! seperti kita ketahui bahwa ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein lebih dari 19%, sebanyak 9 dari 14 asam amino esensial terdapat dalam ikan. Selain itu, ikan juga banyak yang mengandung omega-3. Ikan dapat kita peroleh dengan mudah di pasar tradisional maupun pasar swalayan atau supermarket. Untuk menjual ikan yang berkualitas, PIH Pejompongan diharapkan mampu menerapkan sistem MMT, sehingga dapat menjamin kepuasan konsumen. Penerapan MMT di PIH Pejompongan menarik untuk dikaji karena ingin melihat sejauhmana pihak pengelola memperhatikan keunggulan produk yang dijual. Tujuan penelilian ini adalah : (I) mengetahui penerapan standardisasi mutu pada PII-1 Pejompongan terhadap ikan segar. (2) mengetahui penerapan MMT yang dijalankan olch PIH P~jompongan. (3) mcnganalisis dan mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan MMT pada PII-1 Pejompongan. Dari basil wawancara dan pengamatan langsung, diketahui bahwa penerapan standardisasi terhadap ikan segar yang masuk d.apat dikatakan sudah baik. akan tetapi dalam pelaksanaannya terkadang masih jauh dari prosedur. Mcskipun bclum sepenuhnya sempurna, pihak pengelola PIH Pejompongan tetap berusaha agar ikan segar yang dijual memenuhi persyaratan yang berlaku. Sedangkan untuk penerapan MMT, pihak pengelola PIH Pejompongan berusaha untuk konsisten dan mengutamakan mutu di setiap kegia.tan. Jika dilihat dari karakteristik MMT secara keseluruhan sudah tersedia di PIH Pejompongan, namum upaya untuk menerapkan mutu masih kurang maksimal, sebab kurangnya pengetahuan tentang meningkatkan kualitas yang bagus terhadap produk ikan segar yang dijual. Komitmen jangka panjang juga belum dimiliki oleh PIH
Pejompongan, dan dihentikannya kegiatan pendidikan dan pelatihan menjadi penyebab penerapan manajcmen mutu terpadu belum diterapkan PIH Pejompongan secara maksimal. Hasi!'' perhitungan tentang faktor-faktor permasalahan yang berkaitan clengan penerapan MMT berdasarkan metocle Analytic Hierarchie Process (AHP) cliperoleh hasil sebagai berikut: masalah mutu (0,59), biaya (0,29), dan waktu (0, 12). Setiap perusahaan memang diharapkan memperhatikan mutu dari produk yang dijualnya, bahan bairn merupakan prioritas utama dalam sub faktor masalah mutu dengan bobot 0,44, biaya penanganan menempati urutan pertama dalam sub faktor masalah biaya, clengan bobot 0, 14. Seclangkan sub faktor masalah waktu yang merupakan prioritas pertama adalah waktu pengadaan (0,06), faktor masalah dan sub faktor rnasalah di atas dapat terjadi clisebabkan oleh faktor sarana (0,52), sistern (0,28), dan keuangan (0, 19). Pelaku yang rnernpunyai pengaruh penting agar penerapan MMT di PlH Pejornpongan berjalan maksimal adalah pimpinan (0,43), pimpinan diharapkan rnerniliki kernampuan tentr..ng mutu ataupun kualitas agar perusahaan unggul dala1n bersaing.
KATA PENGANTAR CBismillaafiitrafimaanitrafiiim
Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan taufik-Nya, skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan mcnempuh ujian dalam rnencapai gelar Sarjana Pertanian pada Jumsan Sosial Ekonomi Pertanian I Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakmia. Skripsi ini dapat terselesaikan atas segala bantuan yang sangat berharga dari semua pihak. Untuk itu penulis smnpaikan terimakasih yang tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada:
1. (Alm.) Ayahanda tercinta, H. Royani, S.Ag, yang selalu senantiasa selama hidupnya memberikan kasih sayang, ilmu pengetahuan, dan dengan penuh kesabaran mendidik penulis (semoga amal ibadah beliau diterima di sisiNya), ibunda tersayang Hj. Siti Maryanih, yang dengan sabar mendidik anak-anaknya (semua harta di dunia tidak akan cukup untuk membayar pengorbananmu). 2. Bapak Dr. H. Kusharyono, SE., MM., selaku pcrnbimbing I dan !bu Ir. Lilis Jmarnah lch:dayati i M.Si, selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk mernberikan pengara11an dan saran kepada penulis, terimakasih juga untuk kesabarannya dalam
menanggapi
konsultasi pcnulis. 3. Jbu Ir. Nunuk Adiarni, M.Si, selaku penguji, yang telah meluangkan waktunya untuk menguji skripsi penulis, serta kesabarannya dalam rnemberikan arahan dan saran bagi penulis. ' 4. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis, selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi, serta Bapak Ir. Mudatsir Najanmddin, MM., selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian I Agribiimis atas arahan dan masukannya.
5. Bapak Bambang Hermanto, SE., selaku komisaris pada Pasar Ikan Higienis (PIH) Pejompongan atas izinnya penulis diterima untuk meneliti di PIH Pejompongan, !bu Irma, Mas Faisal, Mas Iqbal, dan staf karyawan PIH Pejompongan. 6. Staf akademik Fakultas Sains dan Teknologi, !bu Ofah, !bu Fitroh, !bu Nelly, Pak Gun, Niki, makasih bantuan teamnya. lbu Rizki Adi PS atas bantuannya dalam menyiapkan segala keperluan seminar, Bapak Luthfi dan staf perpustakaan atas pinjaman buku dan CPU-nya. 7. Teteh-tetehku tercinta (Teh Rina "Lia" yang selalu mensuplai rezekinya kepada penulis, memberikan do'a, dan mensupport penulis. Teh Sri "Ya2n" atas pinjaman motornya. Teh Mustika "Ika" alas kesediaannya mendengarkan curhatan penulis). Serta ponakan-ponakanku (Fazriah "Ri2", Choiriah "Ria", Rae Fathi "Lu2", M. Saddam, M.Gusti), yang membuat hidup penulis, lebih I·llDUP! © 8. Kakak .... Asep Noorman, yang telah mendukung dlan membantu penulis dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, serta nasehat-nasehat yang diberikan, membuat hati penulis terasa sejuk, thanks 4 always, being
someone to lean on where things get harder 4 me. (Maaf kasih kadonya tclat...© ).
9. Kak Natsir Fadly Koto, ST., alas info, pengetahuan, dan print-annya. 10. !bu lyus, !bu Nur, !bu Bibah, Rima, serta santri-santri TPA Az-Zaidan atas pengcrtian dan do'anya. 11. Sahabat-sahabatku sejak semester I: Ahmad "acoe" Naofal, Rico. "ai1co" S, Evi "epoy" M, Delvin RS, Her"mova"na (keep in touch). 12. Spu2 Le2 (makasih pinjamannya .... ), Mba Lie, Risna, Oelan, Iseh atas do'a dan supportnya. 13. Team pe1juangan bimbingan Pak Kusharyono da:n Ibu Lilis' Imamah (Khairul "Ocid" R, Nasrodin "acan" H, Nur "QQ" aqidah, Agung S. Serta Team
KKN
Lampung
Barat:
Agung,
Muthia
"ema" · (makasih
masukannya ... ), Nia R, Ade LM, Khotib, Di2n M, Hasan, Aris, Ilham N,
14. QQ dan keluarga atas tempat berteduhnya, aji atas bantuan dan kerjasamanya, Kak !mah (atas info dan pengetahuannya), Kak Mila, Kak Lu2, Rahayu "Eneng", Teh !is, Dwi HS, Sri, Susi, Odink, Kang !pink, Chandra (atas pinjamannya), Rahmayanti, H. Wildan (makasih .... ), Zenab
+ lsra, Ocid + Cindi, MPG Rental dan Operlep Rental atas diskonnya. I 5. Bagi pihak yang tidak tertulis namanya, maaf ya ... ?? Namun, tidak mengurangi rasa terimakasih dari penulis untuk kalian.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.
DAFTAR ISi
DAFTAR ISI ........ . DAFT AR T ABEL DAFT AR GAMBAR . DAFT AR LAMP IRAN
IV
v VI
PENDAHULUAN
BAB I
1.1
Latar Belakang
1.2
Ruang Lingkup Penelitian
7
1.3
Perurnusan Masalah
7
l .4
Tujuan Penelitian
8
1.5
Manfaat Penelitian
8
TIN.JAlJAN PU STA KA
BAB II
2.1
Landasan Teori
10
2.1. l
Deskripsi lkan.
10
2.1.1.1 l
IO
2.1. l .2 Klasitikasi lkan Bawa!
13
2. l .1.3 l
15
2. l .2
Pengertian Standar Mutu
16
2.1.3
Standar lkan Segar
17
2. l .4
Manajernen Mutu
21
2.1.4.1 Konsep Mutu
21
2.1.4.2 Peran Manajernen Mutu
24
Manajernen Mutu Tcrpaclu (MMT)
24
2.1.5.1 Detinisi MMT.
24
2.1.5.2 Konsep clan Karakteristik iVIMT
25
2.1.5
2.2
Penelitian Terclahulu
27
Kerangka Pemikiran
27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian . . . .. . . . . .. . . .. . . . ... . . . ... ... . . . . . ... . . . .
30
3.2
Definisi Operasional ... . . . ... . . . . . . . . . . . . . . ........ .. .. . . . . .. . . .. . . . . . .
30
3.3
Jenis dan Sumber Data
31
3.4
Metode Pengumpulan Data
31
3.5
Metode Pengolaban dan Analisis Data
32
BAB IV
GAMBARAN UMUM PEJOMPONGAN
PASAR IKAN HIGIENIS (PIH)
4.1
Gambaran Singkat PIH Pejompongan
39
4.2
Organisasi dan Ketenagakerjaan
.................................
40
4.3
Kegiatan PIH Pejompongan . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. .. . . .. .. . . . . . . . . . . . . .
44
4.3.1
Pengadaan Baban Baku
.................................
44
4 .3 .2
Produk dan Proses Produksi .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
44
...... ...... ...... ......... .................................
48
4.4
Permodalan
4.5
Perbandingan Teknik Penanganan Ikan Segar antara Pasar Ilrnn Higienis (PIH) Pejompongan dengan Pasar Ikan (PI) Muara Angke ··············································································
BAB V 5.1
5.2
49
BASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
53
5.1.1
Teknik Pengendalian Mutu
53
5.1.1.1 Pengendalian Mutu di Bagian Pengadaan
53
5.1.1.2 Pengendalian Mutu di Bagian Penanganan
54
5.1.1.3 Pengendalian Mutu di Bagian Penjualan
54
5.1.1.4 Pengendalian Mutu di Bagian Keuangan
55
'
................. ., . . . . ..........
55
5.2.1
Fokus pada Pelanggan.... .. . . . . . . . .. . . . . . . .. .. . . . . . . . . .. . .. . . . .
5S
5 .2.2
Obsesi terhadap Kualitas
56
5.2.3
Komitmen Jangka Panjang
56
5.2.4
Ke1jasama Tim
56
Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
5.3
5.2.6
Pelatihan
57
5.2.7
Kesatuan Tujuan
58
5.2.8
Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
58
Faktor-faktor yang Berpengaruh dan Permasalahan Manajemcn Mutu Terpadu .. .. .. .. .. .. .. .. . . .. . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . . 58 5.3. l
5.3.2
5.3.3
5 .4
...............
Analisis Permasalahan Faktor Mutu .............. ..........
59
5.3.1.1 Bahan Bairn Awai
59
5 .3 .1.2 Bahan Baku Akhir
60
Analisis Permasalahan Faktor Biaya .........................
61
5.3.2. l Biaya Pengadaan
61
5.3.2.2 Biaya Penanganan
62
5.3.2.3 Biaya Penjualan
63
Analisis Permasalahan Faktor Waktu........................
64
5.3.3. l Waktu Pengadaan
64
5.3.3.2 Waktu Penanganan
65
5.3.3.3 Waiau Penjualan
66
Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu .. .. . .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. ............ .... . .. . .. . .. .. .. .. ..
67
5.4.1
Struktur Hirarki Permasalahan
67
5.4.2
Prioritas Permasalahan, Penyebab, dan Pelaku
70
BAB VI
KESIMPULAN
6.1
Kcsimpuian
76
6.2
Saran .. .. .. . . .. .. . .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. .. ..
78
DAFTAR PUST AKA LAMPI RAN
79 '
DAFTAR TABEL
Tab el
Hal am an Potensi clan Tingkat Pemanfoatan Surnberdaya Pcri.kanan
2
Perkiraan Umum Nilai Ekonorni Potensi Sumben.laya Perikanan
3
3
Perbandingan f(adar Gizi Daging Ikan
4
4
Narna dan Jabatan Responclen
32
5
Skala Bandrng secara Berpasangan
35
6
Matriks Pendapat lncliviclu (MP!)
36
7
Matriks Pendapat Gabungan(MPG)
36
8
Tingkat Pendidikan Karyawan PIH Pejornpongan
43
9
Perbandingan Penanganan Ilrnn Segar antara PIH Pejornpongan dengan Pasar Ikan (PI) Muara Angke .................... .
49
10
Susunan Prioritas Faktor Masalah
70
11
Susunan Prioritas Sub Faktor Masai ah
72
12
Susunan Prioritas Faktor Penyebab
73
13
Susunan Prioritas Sub Faktor Penyebab
74
14
Susunan Prioritas Kernarnpuan Penman Pelaku
75
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal am an Ikan Kakap
10
2
lkan Bawa!
13
3
Ikan Gurarne
15
4
Alur Konsep Mutu
23
5
Kerangka Pemikiran
29
6
Model Struktur Hirarki
34
7
Struktur Organisasi PIH Pejompongan
41
8
Bagan Alur Kegiatan Produksi lkan Segar PIH Pejompongan
45
9
Bagan Alur Proses Penyortiran
46
IO
Bagan Alur Proses Penirnbangan
47
11
Bagan Alur Proses l'encucian ..
47
12
Bagan Alur Proses Penyimpanan
48
13
Hasil Pengolahan Struktur Hirarki Perrnasalahan
69
DAFT AR LAMPIRAN Lampiran
Halaman Jenis-jenis Ilrnn yang Dijual oleh PIH Pejompongan
...... ' 81
2
Kuesioner ......................................................... , . .
84
3
Perolehan Basil AHP
87
4
I-lasil Perhitungan Data Kuesioner Berdasarkan AI-IP
89
5
Cara Perolehan Nilai VE, VP, VA, VB, A.Max, CI, dan CR . . . 97
BABI PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Laut Indonesia memiliki potensi lestari sumberdaya perikanan yang
cukup besar, baik dari sisi kuantitas maupun diversitasnya. Potensi lestari (MSY;
ma-,;imum sustainable yield) sumberdaya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Dari potensi sumberdaya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB atau TAC; total allowable catch) sebesar 5, 12 juta ton per tahun atau sekitar 80% potensi lestari. Total potensi perairan umum di Indonesia !alum 1993 adalah sekitar 141.820 ha, dengan potensi produksi sekitar 356.020 juta ton per tahun. Potensi produksi dari kegiatan budidaya laut diperkirakan
sebesar 46,73 juta ton
per tahun.
Potensi
produksi
dari
pengembangan budidaya kolam sebesar 805.700 juta ton per tahun. Sementara potensi produksi minapadi sekitar 233.400 juta ton per tahun. Seclangkan potensi produksi perikanan budidaya payau (tambak) sebesar 5 juta ton per tahun. Dari seluruh potensi produksi masing-masing jenis kegiatan tersebut di atas, maka secara keseluruhan potensi produksi perikanan di Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun. Hal ini seperti terlihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel I. Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
I. Perikanan Ta11g~:lll .. . -Laut - Perairan Umum 2. Pcrikanan Budidaya - rl,aut .. .
- Tambak (Payau) -Air Tawar Total
. ...-
57,7 47,0 5,0 ··•····•············ 5,7 65,0 ...... ···•·······.
1,2 0,5
.0.4 0,3 6,0
2,08 1,06 . 8,00 5,26 9,23
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004
Dari Tabel I di atas, dapat dijelask.an bahwa sampai tahun 2003, procluksi pcrikanan yang dicapai adalah sebesar 6 juta ton, terdiri clari perikanan tangkap di laut 4,4 juta ton, pe1ikanan tangkap di perairan umum 0,4 juta ton, perikanan budidaya di laut 0,5 juta ton, perikanan bucliclaya air payau 0,4 juta ton, clan perikanan budidaya di air tawar 0,3 juta ton. Dengan demikian, secarea keseluruhan tingkat pemanfaatan sumberclaya perikanan baru rnencapai 9,23%, sehingga masih sangat terbuka peluang pengembangannya. Potensi lestari buclidaya laut dengan volume 46, 7 juta ton per tahun, sampai saat ini barn dirnanfaatkan sekitar 0, 7 juta ton per tahun. Potensi perikanan clarat lainnya yang masih besar aclalah bucliclaya tarnbak, jika potensi ini digarap secara optimal clengan target procluksi konservatif setiap tahunnya seticlaknya bisa dihasilkan I juta ton. Jika harga per kilogram US$ 10, maka nilai yang diperoleh mencapai US$ I 0 miliar. Secara keseluruhan nilai ekonomi potensi perikanan laut clan darat termasuk bucliclaya diperkirakan rnencapai sekitar US$ 78.1 rniliar.
Tabel 2. Perkiraan Urnum Nilai Ekonomi Potensi Sumberdaya Perikanan
1. Perikanan Tangkap Laut . 2. Tan&Icapdi~erairan Urnum
3. B\J<.liday~Lilllt ..... ............. . 4. Perikanan Budidaya Tambak 5. Pcrikanan Budidaya Air Tawar 6. Kelautan Total
5.006 356 46.700 1.000 l.039
15. l 0 l 1.068 46.700 10.000 5.195 4.000 82.064
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004
Dari Tabel 2 di atas, terlihat bahwa disamping potensi lestari budidaya laut ternyata potensi bioteknologi kelautan juga masih sangat besar. Nilai ekonorni dari potensi bioteknologi kelautan tersebut diperkirakan mencapai US$ 4 rniliar. I
Dengan demikian total ekonorni potensi perikanan dan mdustri bioteknologi kelautan diperkirakan sebesar US$ 82. l miliar. Rokhmin dalarn Djumena mengemukakan bahwa konsumsi ikan per kapita di Indonesia relatif masih rendah, yaitu 18 kg/tahun pada tahun 1999 (sebelum qdanya Departemen Kelautan dan Perikanan) dan 23 kg/tahun pada tahun 2003. Sementara itu, negara lain seperti Jepang, sudah mencapai 100 kg, Korea Selatan 80 kg, Malaysia 40 kg, dan Thailand 35 kg per !capita per tahun. Beliau juga mengemukakan, bahwa ikan rata-rata mengandung protein lebih dari 19%. Sebanyak 9 dari 1'4 asam amino esensial terdapat dalam ikan dan juga banyak yang mengandung omega-3. Asam lernak dalam ikan merupakan asam lemak tak jenuh, sehingga dapat mencegah segenap penyakit yang berhubungan dengan kolesterol. Ilcan serta produk seafood juga mengandung yodium dan scjumlah
Kebutuhan g!ZI manusrn seperti karbohiclrat clapat clipcnuhi apabila mengkonsumsi nasi. Selain itu, ticlak cukup dengan beras saja sebagai pemenuhan gizi manusia, manusia juga harus melengkapi dengan asupan gizi yang lain, seperti lernak, vitamin, clan mineral yang clapat kita temukan pacla claging, ikan, tahu, tempe, sayur-sayuran, se1ia buah-buahan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, cliperlukan biaya yang relatif tidak seclikit, sedangkan sebagian besar penclucluk Indonesia bergolongan ekonomi menengah kc bawah, clan masih sangat sulit untuk memenuhi gizi pelengkap tersebut. Mcnurut Suprapti (2003:30), ikan juga rncrupakan bahan pangan sumbcr protein hewani, sama dengan daging. Adapun perbandingan kanclungan unsur gizi antara daging dan ikan, dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan Kadar Gizi Daging dan Ikan Kadar Unsur Gizi/l 00 gr Bahan No.
Unsur Gizi Dag. Sapi
Protein (gr) 2. Lemak (gr) 3. , Karbohidrat (gr) 4. ' Mineral (gr) Kalsium (mg) 5. 6. Fosfor (mg) ' 7. Zat Besi (mg) 8. Vitamin A (mg) 9. Vitamin B (mg) 10. Vitamin C (mg) l l. Air (gr) I.
17,5 - 19,6 10 - 22
-
0,5 -
1,4 IO - 11 150 - 201 2,2 - 2,9 6 - 12 0,008 - 0,14 60
- 69
Lele 18,2 2,2
Bancleng 20 4,8
Ikan Laut 12 - 25,2 0,2 - 4
-
-
-
1,5 34 116 0,2 85 0,1
1,2 20 150 2 45 0,05
1,3 - 8,9 15 - 71 !00 - 214 l - 2 30 45 0,05 - 1,7
-
-
78,1
72
-
59
-
78
I
Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan, Fak. Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1992.
Berdasarkan Tabel 3 di atas, kebutuhan akan protein dapat dipenuhi apabila mengkonsumsi ikan, karena kandungan gizi pada ikan tidak jauh berbeda dengpn daging, dan berdasarkan pantauan pasar, harga ikan umumnya lebih murah dibandingkan dengan daging, yaitu
± 3 : 5.
selain itiu, mudah diperoleh
karena ilcan banyak sekali tersedia baik di pasar tradisional maupun pasar swalayan. Pasar tradisional umumnya tidak terlalu memperhatikan mutu ikan yang '
dijual dibanding dengan pasar swalayan, yang pasti akan memiliki faktor-faktor standar pcngendalian mutu ikan. Kondisi pasar yang diinginkan konsumcn adalah dapat rnenjarnin kenyamanan, kebersihan, dan keamanan, serta muclah clijangkau. I
Sehingga konsumen dapat membeli ikan clengan kualitas dan harga yang sesuai secara mudah. Persaingan pasar yang semakin kornpleks, menyebabkan setiap perusahaan harus selalu meningkatkan kualitas produk ataupun jasa yang clihasilkan. Untuk rnenghasilkan produk atau jasa yang berkualitas, pihak pernsahaan ticlak dapat hanya mengandalkan pacla satu bagian saja, tetapi melibatkan seluruh pihak didnlnm perusahunn guna rnenjmnin peningkutnn kuulitus produk ntnu jnsn.
Persoalan kualitas, produktivitas, inovasi, dan kernampuan belajar akan menjadi tumpuan claya saing (competitive edge) perusahaan. Hanya perusahaan yang benar-benar berkualitas aclaptif dan rnerniliki keunggulan yang clapat bersaing clan menang di pasar persaingan (Feigenbaum 1992:6). Kualitas yang ingin dipenuhi oleh perusahaan dapat dilihat clari suclut
dati suatu produk untuk bisa memberikan kepuasan pada kualitas produk yang diperolehnya. Untuk menjamin kepuasan konsumen, perusahaan juga perlu menerapkan sistem Manajemen Mutu Terpadu (MMT). Sistem manajemen mutu terpadu memberikan arahan dan panduan bagi pelaksanaan kegiatan peningkatan dan pengendalian mutu. Sistem pengendalian mutu ini diha.rapkan akan dapat membetikan landasan motivasi mutu positif yang mendasar bagi seluruh tingkatan manajemen. Kendali mutu merupakan salah satu kekuatan yang utama untuk mcncapai pcningkatan produktivitas total sccarn tcpat. Tingkat kelemahan yang dimiliki banyak perusahaan agribisnis dalam penerapan MMT menyebabkan pihak pcrusahaan kurang tanggap dalam mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan clengan manajmnen mutu sehingga tinclakan yang diambil seringkali tidak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan l?m1ya mengandalkan kegiatan rutin-rutin saja. Untuk itu perlu dikaji faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi penerapan MMT pada perusahaan yang bersangkutan. Salah satu perusahaun yang akan clianalisis oleh pe1mlis tentang penerapan manajemen mutu terpadu tersebut aclalah perusahaan agribisnis yang bergerak clalain biclang penjualan produk perikanan, yaitu Pasar Ikan Higienis (PIH) Pejompongan, yang khusus menjual produk pedkanan (baik ikan laut maupun ikan tawar). Faktor standardisasi mutu terhadap ikan dapat dilihat baik warna, I
tekstur, ukuran, bentuk, dan bau. Apabila pasar swalayan atau supennarket sudah
mcncrapkan manajemen mutu terpadu terhadap produk yang akan dijual, maka akan berdampak pada keuntungan baik matelial maupun non-material.
1.2
Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada produk ikan segar saJa
sebagai objek penelitian, baik ikan mr laut maupun ikan air tawar, dengan komoditas seperti ikan kakap (Lutjanus sanguineus, Lates calcalifer), ikan bawal
(Stromatus niger, Pampus argentum), clan ikan gurame (Osphronemus gouramy).
1.3
Pcrumusan Masalah Persaingan pasar yang kompleks, menuntut setiap perusahaan untuk
mencapai tujuannya dengan cara yang lebih unggul dari perusahaan lain. Salah satu caranya adalah, dengan menerapkan sisteni Manajemen Mutu Terpadu (MMT). Dengan menerapkan MMT ini, diharapkan perusahaan dapat mencapai tujuannya dengan strategi-strategi bisnis yang tepat. Hal ini juga dilakukan oleh PIH Pejompongan. Penerapan sistem MMT pada PIH Pejompongan yang tergolong pasar ikan baru, masih menghadapi permasalahan, yakni ikan segar belum sesuai clengan stanclar yang berlaku, clan masalah biaya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu sebagai berikut: I) Bagaimana penerapan standardisasi mutu di PIH Pejompongan terhadap ikan segar? ))
R.:iu:::iin1nn:::i nPnP:rflnnn m::in~liPtnPn n,11t11 tP.rr'\!1rl11 rli PII-J Pr-,ir.n1nr.nn~1n')
3) Faktor-faktor apa saJa yang mempengaruhi penerapan Manajcmcn Mutu Terpadu pada PIH Pejompongan?
l.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
1111
dengan melihat
permasalahan di alas adalah: I) Mengetahui penerapan standardisasi mutu pada PIH Pcjompongan terhadap ikan segar. 2) Mengetahui penerapan manajemen mutu tcrpaclu yang dijalankan olch PIH Pejompongan. 3) Menganalisis masalah yang dihadapi berupa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan MMT pada PIH Pejompongan.
l.5 ; Manfaat Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang sudah dijabarkan, maka manfaat penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Secara Akademis, penulisan skripsi ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian I Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis sebagai media latih penerapan ilmu yang didapat selama duduk di bangku perkuliahan, dan untuk dapat mengembangkan manajemen produksi, khususnya dalam bidang agribisnis.
2) Sccara Praktis, basil penelitian ini cliharapkan bcrmanfaat clan menjacli bahan masukan bagi pengelola PIH Pejompongan agar dapat mengembangkan
manajemen
agribisnis,
serta
cliharapkan
menghasilkan saran-saran perbaikan sistcm MMT. Sclain itu, clapal dijaclikan
informasi
bagi
masyarakat
akan
keberaclaan
Pejompongan, dan sebagai referensi bagi peneliti sdanjutnya.
PIH
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori Landasan teori yang digunakan adalah teori yang relevan untuk
menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan rnasalah, se1ia adanya dukungan dari hasilhasil penelitian yang telah ada sebelurnnya.
2.1.1
Dcskripsi Ikan lkan adalah binatang air dan biota perairan lainnya yang berasal dari
kegiatan penangkapan di laut maupun perairan umum (waduk, sungai, dan rawa) dan hasil dari kegiatan budidaya (tambak, kolam, keramba, dan sawah) yang dapat
2.1.1.1 Klasifikasi Ikan Kakap (Lutjanus sanguineus, Lates calcalifer)
Gambar I. Ikan Kakap Adapun ciri-ciri umum ikan kakap adalah sebagai berikut: bentuk badan memanjang, gepeng, dan batang si1ip ekomya rnelebar. Matanya berwama merah
penutup msangnya berduri-duri kuat. Bagian atas penutup insangnya terdapat cuping bergerigi. Sisik pada garis rusuk be1jumlah 52-61. Sisik transversal di atas I
garis.rusuk 6 dan dibawahnya 6-13. Sirip punggungnya berjari-jari keras sebanyak 7-9 dan jari-jari lemah 10-11. Sirip dubumya terdiri dari 3 jari-jari keras dan 7-8 jmi-jari lemah. Bentuk si1ip ekor bulat. Kakap tergolong ilcan buas dan cepat sekali pertumbuhannya. Ikan kakap atau yang biasa disebut sumasi jumlalmya cukup banyak. Penggemar ikan laut umumnya hanya mengenal bahwa ikan kakap ada dua golongan, yaitu kakap rnerah (red snapper, Luljanus sanguincus) clan kakap putih I
(Lates calcalifer). Klasifikasi Kakap Merah/Bambangan (Luljanus sanguineus) menurut Di1jen Prasarana Perikanan Tangkap, Ditjen Perikanan Tangkap, Depmiemen Kelautan clan Perikanan, 200 I: I, adalah sebagai berikut: Ordo
: Percomorphi Sub ordo
: Percoidea
Divisi : Perciformes Famili : Luljanidae Genus : Luljanus Spesies
: Luljanus sanguineus
Kakap Merah memiliki badan memanjang, melebar, dan gepeng. Profil kepala lurus atau sedikit cekung. Bagian belakang clan bawah pra-penutup insang bergerigi. Jari-jari keras sirip punggung be1jumlah 11, danjari-jari lernah 14. Sirip dubur berjari-jari keras 3, clan 8-9 jmi-jari lemah. Sisik-sisik pada kepala mulai di belakang rnata. Deretan sisik di alas gurat sisi serong ke atas. Kakap Merah
perairan pantai sampai kedalaman I 00 m, dan hidup menyendiri. Dapat mencapai panjang 90 cm, umumnya 35-50 cm. Warna bagian atas untuk jcnis ikan dewasa benar-benar merah (merah darah), putih kemerahan pada bagian bawah. Suatu totol hitam terdapat di bagian atas batang sirip ekor. Klasifikasi Kakap Putih/Baramundi (Lates calcal!f'er) rnenurut Di1jen Prasarana Perikanan Tangkap, Ditjen Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan clan Perikanan, 200 I: I, adalah sebagai berikut: Ordo
: Percomorphi Sub ordo
: Percoidea
Farnili : Centropomidae Genus : Lates Spesies
: Lates calcal!fer
Kakap Putih (Lates calcalifer) memiliki badan rnernanjang
gepeng,
batarig sirip ekor melebar. Mulut gepeng, lebar, sedikit serong, dan gigi-gigi halus. Bagian bawah pra-penutup insang berduri-dmi kuat. Bagian atas prapenutup insang terdapat cuping bergerigi. Sisile transversal di atas garis rusuk 6, clan 6" 13 clibawahnya. Sirip punggimg be1jal'i·jad kerns 7·9, clan I 0· 11 merupakan jari-jari lernah. Sirip dubur be1jal'i-jari keras 3 dan 7-8 lemah. Sirip ekor bulat. Tennasuk ilcan buas, makanannya ikan-ikan kecil, crustacea. Hiclup di perairan pantai, rnuara-muara sungai, teluk-teluk, air payau. Dapat mencapai panjang 200
cp1, urnumnya 25-100 cm. Warna bagian punggung zaitun gelap mendekati keabuan, putih perak bagian bawah. Sidp-siripnya abu-abu gelap.
2.1.1.2 ,Klasifikasi Ikan Bawa! (Stromatus niger, Pampus lll'.rJentum)
Gambar 2. Ilcan Bawa! Putih Ada 2 jenis ikan bawal air laut yang umum diketahui, yaitu bawal hitam
(Stromatus niger) dan bawal putih (Pampus argentum). Klasifikasi Bawal Hitam (Stromatus niger) menurut Di1jen Prasarana Perikanan Tangkap, Ditjen Pe1ikanan Tangkap, Depaiiemen Kelautan dan I
Perikanan, 200 I: I, adalah sebagai berikut: Ordo
: Percomorphi Famili : Formionidae Genus : Fonlio Spesies
: Stromatus niger
Bentuk tubuh Bawa! Hitam (Stromatus niger) lebar dan gepeng. Bentuk sisik sikloid, sisik gqris rusuk ± 100. Si rip pPnggung bctjari-jari kuat, 2 sirip yang terpisah, yang di muka berjari-jari keras dan yang di belakang be1jari-jari lemah, kadang dengan satu jari-jari keras di muka. Sirip du bur be1jari-jari keras l dan 3540 betjari-jari lemah. Sirip ekor bercagak lrnat, terdapat sisik duri pada bagian batang ekor. Sirip pernt kecil, dan tidak terdapat pada ilcan dewasa. Ilcan Bawa! Hitam (Stromatus niger) tennasuk ikan buas, makanannya ikan-ikan kecil clan
crustacea. Hiclup di perairan agak jauh clari pantai sampai kedalaman 100 m.
tubuh bagian alas abu-abu sawo rnatang, sedikit kcputihan pada bagian bawahnya. Ukuran ikan Bawa] Hitam (Stromatus niger) panjangnya bisa mencapai 30 cm dan umurnnya tertangkap pada ukuran 20 cm. Daerah sebar ikan ini terdapat di seluruh perairan Indonesia, terutama Laut Jawa, selat Malaka, sepanjang perairan Kalirnantan, Sulawesi Selatan, Laut Arafuru, ke utara sampai Teluk Bengal, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan dan Filipina. Klasifikasi Bawa! Putih (Pampus argentum) menurut Dirjen Prasarana Perikanan Tangkap, Ditjen Perikanan Tangkap, Depmternen Kelautan dan Perikanan, 200 I: I, adalah sebagai berikut: Ordo
: Percomorphi Sub ordo
: Stromatoidea
Famili : Stromateidae Genus : Pampus Spesies
: Pampus argentum
Bentuk tub uh ikan Bawa] Putih (Pampus argentum) sangat lebar seperti ketupat gepeng. Bentuk sisik sikloid, sangat kecil, gampang dikelupas dan sisiksisik ini meluas sampai dasar semua sirip. Sirip punggung tidak sama panjang, asalnya di depan pertengahan badan, tetapi menjadi sirip pektoral, didahului oleh 5-10 duri pendek yang menyerupai pisau. Berjari-jari lemah 30 sampai 43. Sirip ' tidak sama panjang, berjari-jari lemah 38-43. Sirip ekor bercagak kuat dubur
dengan lembaran bawah lebih panjang. Termasuk pemakan plankton, makanannya plankton kasar (invertebrata). Hidup di perairan yang dasamya lumpur sampai I
kedalaman I 00 m, sering masuk air payau dan membentuk gerombolan besar. Warna tubuhnya abu keunguan di bagian atas, dan putih perak di bagian bawah.
argent71m) yang tertangkap adalah 15-20 cm dan panjangnya bisa mencapai 29 cm. Daerah sebar ikan ini adalah pada perairan pantai, payau, bahkan dapat hidup di pcrairan tawar. Jenis ikan ini hidup di dasar perairan yang keadaan dasarnya ber!t.impur, sampai kedalaman 100 m, dan cenderung berada pada kedalaman 1525111.
2.1.1.3 Klasifikasi Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)
Gambar 3. Ilrnn Gurame Klasifikasi
Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) menurut Di1jen
Prasarana Perikanan Tangkap, Ditjen Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan clan Perikanan, 2001: 1, adalah sebagai berikut: Class : Pisces Sub Class Ordo
: Teleostei : Labyrinthici Sub Ordo
: Arabantoidae
Family: Anabantidae Genus : Osphronemus Spesies : Osphronemus gouramy Susanto (1992:49-50), menjelaskan klasifikasi Gurame (Osphronemus gouramy) yang berfamili Anabantidae, mempunyai bentuk badan yang pipih dan·
dua kali panjang kepala atau l4 kali panJang tubuhnya. Sewaktu masih muda, kepB.lanya lancip ke depan clan setelah tua menjadi dempa.k. Warna tubulmya terutama di bagian punggung berwarna kemerahsawoan, sedangkan pada bagian perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Gurame (Osphronemus gouramy) memiliki sepasang si1ip perut yang mengalami perubahan menjacli sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada punggungnya, sedangkan letak garis rusuknya menyilang di bagian bawah sitip punggung. Panjang tubuh maksimum 65 cm. !lean gurame dapat hidup di sungai, rawa, telaga, atau kolam berair tawar. Ikan gurame dapat dijumpai di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Filipina atau di Kepulauan Sychillin dan Australia. Di Indonesia, baik dalam pemeliharaan maupun perdagangan ikan gurame dikenal' dua golongan yang ditinjau berdasarkan bentuknya: Gurame angsa (soang), berbadan relatif panjang, bersisik lebar dengan ukuran I
qerat maksimum 8 kg clan panjang badan maksimum 65 cm. Berwarna putih abu-abu. Gunune jepun (Jepang), bcrb11d1111 lebih pendek dengan bentuk sisik lebih
kecil. Panjang maksimum 45 cm, dengan berat ± 3,5 kg. Berwarna putih abuabu dan kemerah-merahan.
2.1.2
Pcngertian Standar Mutu
Menurut Handoko (2000:47) kata 'standar' yang berarti bahwa hanya ukuran-ukuran spesifik tertentu yang dibuat dan dijual. Standardisasi aclalah
karakteristik-karakteristik lain pada produk-produk yang clibuat clan clijual. Dua konsep tersebut berhubungan sangat erat, sehingga kita akan menggunakannya dalam 11al ini sebagai istilah yang hampir sama. I
Standar Mutu adalah persyaratan produk yang memenuhi kesatuan spesifikasi teknis, meliputi identitas, higienis, kimiawi, keseragaman mengenai ukuran, berat, atau isi, rupa, label, dan sebagainya yang dibakukan dan disusun berdasarkan konsensus semua pihak. (Departemen Kelautan clan Peiikanan:2003). Sunarya (1994) clalam Indryasari (1999: 13), menyatakan bahwa clalam pcrdagangan dikcnal 3 standar mutu, yaitu standar mutu yang bcrkailan dcngan label, kesegaran, dan kesehatan. Standar mutu yang berkaitan dengan label d\maksudkan agar proclusen clapat menyajikan procluknya yang clikemas sesuai label, schingga konsumen ticlak clirugikan secara material. Stanclar mutu kescgaran aclalah suatu stanclar yang mengatur clerajat kesegaran suatu procluk yang layak untuk clikonsumsi manusia. Stanclar mutu kesehatan memberikan batasan aclanya kontaminasi bahan berbahaya atau kontaminasi bahan yang mungkin membawa bahan bcrbahaya. Kontmninasi tersebut clapat bcrupa bahan kimia, fisika, atau mikrobiologi.
2.1.3
Standar Ikan Segar (SNI 01-2729-1992) SN! 01-2729-1992 menyatakan tentang perihal stanclar ikan segar. Stanclar
ikan segar disusun mengingat bahwa produk ini banyak cliprocluksi clan digcmari oleh masyarakat Indonesia serta di ekspor.
Didalam penanganan ikan segar masih banyak mcmpergunakan cara dan peralatan yang sederhana dan tidak selalu memenuhi persyaratan teknis, sanitasi, dan higienis. Ruang lingkup standar ikan segar meliputi pcrsyaratan bahan yang mencakup: bahan baku, bahan pembantu dan bahan tambahan, persyaratan teknis, sanitasi dan higienis yang mencakup: cara penanganan, cam pengemasan, earn pernberian label, dan rnerk serta earn penyimpanan, persyarntan mutu dan analisis yang mencakup: mutu produk akhir, earn pengambilan contoh dan analisis. Deskripsi ikan segar adalah ikan {pisces) yang telah mengalarni perlakuan pencucian, penyiangan atau tanpa penyiangan, pendinginan, dan pengemasan. Klasifikasi rnutu ikan segar digolongkan dalam 1 (satu) tingkatan rnutu clengan persyaratan sebagai berikut: •
Ikan segar harus rnemenuhi persyaratan kesegaran, kebersihan, clan kesehatan sesuai dengan SPI-KAN-01-1982.
1
•
Bahan pembantu clan bahan tarnbahan yang dipakai harus tidak merusak atau merubah komposisi dan sifat khas dari ikan segar. Jenis dan dosis harus sesuai dengan persyarntan yang berlaku clari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
•
Teknik, sanitasi, clan higienis. Prociuk ikan segar harus clitangani, clikernas, diclistribusikan, clan clipasarkan pacla ternpat-tempat, cara, clan alat-alat yang higienis clan saniter, sesuai clengan SPI-KAN-1981.
•
Mutu ikan segar clitetapkan sebagai berikut:
Karakte1istik
Persyaratan Mutu
7
a. Organoleptik, min b. Mikrobiologi:
5
- TPC, per gram, maks *) - E Coli MPN per gram, maks *)
K )0
5
0
- Vibiio cholerae *)
ne:gatif
*) apabila diperlukan
•
Pengemasan a. Bahan pengemas yang dipakai harus memiliki sifat-sifat tidak mencemaii isi, melindungi produk dan kontaminasi dari luar, sesuai dengan SPI-KAN-SPP-1981. b. Pemberian label harus sesuai dengan SPI-KAN-1981.
Untuk mengukur tingkat standar mutu dari jenis-jenis ikan yang akan diekspor
perlu
dilakukan
pengambilan
contoh
dan
a.nalisis
(sampling).
Pengambilan contoh sesuai dengan petunjuk yang telah clitetapkan dalam SPTKAN-PPC-1976, selanjutnya dianalisis sesuai dengan ketetapan sebagai berikut: Karakteristik a. Organoleptik
Ko de SPI-KAN-PP0-1978
b. Mikrobiologi: -TPC
SPI-KAN-PPM-1978
- M Coli
SPl-KAN-1978
- Vib1io cholerae
SPI-KAN-PPM-1978
Secara fisik, penampakan ikan segar dan mutunya seyogyanya ticlak berubah dan mempunyai nilai jual yang wajar. Menurut Wibowo (1998) dalam Mantau, dkk (1999:6) mengemukakan bahwa ciri-ciii ikan segar sebagai berikut:
a. Rupa dan warna ikan secant keseluruhan masih cerah, badan mengkilap dan jemih, kulit ikan kuat dan tidak mudah sobek, badan ikan utuh dan tidak patah. b. Lendir tipis, kuning dan encer menyelubungi tubuh ikan, bau normal (tidak menyengat/busuk). c. Sisik melekat kuat, mengkilat dengan wama atau tanda khusus sesuai jenis ikan. cl. Mata ccmerlang/bening, cembung/mcnonjol, pupil rnata/bola rnala hitarn dan tidak berclarah. e. Daging kenyal, bila ditekan tidak membekas/cepat kembali normal. f.
Insang berwarna merah segar atau sedikit kecoklatan, tertutup lendir tipis dan berbau segar.
g. Dinding perut !mat dan kenyal/tidak pecah, lubang clubur tertutup. h. Bila akan diletakkan dalam air tawar rnaka keseluruhan tubuh akan tenggelam.
Adapun earn untuk menentukan segar atau tidaknya ikan adalah dengan rnenggunakan rnetode 4m yaitu, melihat, meraba, menekan, dan menciurn. I.
Melihat, dalam ha! mengarnati penampilan ikan terutama fisik, mata insang serta adanya lendir.
2.
Meraba ikan, untuk mengamati kondisi ikan terutama adanya lendir, kelenturan.
3.
Menekan daging ikan, untuk melihat tekstur daging, apakah rnasih kenyal
4.
Mcncium bau ikan, apakah masih berbau anyir segar atau suclah berbau busuk. Kesemuanya itu haruslah mengacu pacla ciri-ciri ikan segar seperti yang
tel ah. cliuraikan sebelumnya.
2.1.4
Manajemcn Mutu
2.1.4.1 Konscp Mutu Mutu aclalah sencli penting yang menentukan keberhasilan atau kcgagalan bisnis clalam pasar masa kini yang beoricntasi pacla mulu. Kuncinya adalah kenclali mutu hams clisusun secara eksplisit clan muclah cliukur, sehingga clapat I
menclukung profitabilitas bisnis clan ams leas positif. Dari beberapa penclapat para pakar clan praktisi, sulit dipernleh komensm untuk membuat suatu clefinisi mutu. Setiap orang merniliki clefinisi mutu yang berlainan, tergantung pacla konteksnya. Konsep mutu sendiri memiliki banyak kriteria yang berubah secara terns menerus. Barra (1989:1), mengemukakan bahwa istilah mutu cligunakan untuk
111u11ggn111bnrknn ke111ewnhi111 ritrrn sifnt tnmhtlht111 ynng momerluknn binya yang lebih tinggi. Yang climaksucl clengan mutu aclalah memberikan kepacla pelanggan - atau orang berikutnya dalam proses - procluk atau jasa yang sesuai untuk digunakan. Semua ini dike1jakan seclemikian rupa sehingga setiap tugas hanya pcrlu dikcrjakan satu kali saja tanpa pcrbaikan bcrulang-ulang.
Juran (1995:1) juga berpendapat, bahwa keistimewaan produk dan angka kegagalan banyak ditentukan oleh perencanaan mutu, sehingga mutu merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis. Tanpa mutu yang baik, kesinambungan pelayanan akan terganggu. Kegagalan ini dalam skala kecil akan menyebabkan pemborosan kecil, sedangkan dalam skala besar kegagalan ini akan berakibat fatal, seperti kehilangan pasar. Menurut Feigenbaum (1992: I 0), mutu adalah gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan mernenuhi harapan konsumen. Prawirosentono (2002:4), mengemukakan bahwa mutu produk bukan suatu yang serba kebetulan (occur by accident). Untuk mencapai mutu suatu procluk, peru13ahann harus membuat perencanaan, 1nelaksanakan~ dnn 111enga\.v;.\sn1ya
secara 'total. Mutu suatu procluk aclalah keadaan fisik, fungsi, dan sifat suatu produk, bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutulrnn konsumen I
dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah clikeluarkan. Departemen Perclagangan Republik Indonesia (J 992) dalarn Renggani (2002: l J), juga mendefinisikan mutu suatu produk sebagai gabungan sifat-sifat yang khas yang dapat membeclakan masing-masing satuan dari suatu produk dan memberikan pengaruh yang nyata dalam menentukan tingkat pene1imaan konsumen atau pembeli terhaclap kebutuhan tersebut. Sedangkan menurut Assauri ( J980:22 l ), mengartikan mutu sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu bhrang atau jasa yang menyebabkan barang atau jasa tersebut sesuai dengan tuiuan untuk ana barang atau iasa dimaksudkan atau dibutuhkan. Mutu dicirikan
oleh tingkatan dimana produk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Karena mutu merupakan gabungan sifat-sifat atau karakteristik dari suatu produk, maka mutu dapat dijadikan strategi perusahaan untuk mencapai keunggulan di pasar. Produk bermutu tinggi akan memiliki keunggulan di pasar dan pangsa pasar (market share) dapat meningkat atau hilang karena masalah mu tu. Buffa dan Sarin ( 1996) dalam Renggani (2002: 12). · Dari definisi-definisi tentang mutu di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah mutu merupakan gabungan sifat-sifat khas dari suatu produka atau yang biasa discbut karakteristik yang dapat membedakan produk yang satu dengan yang lain, yang bisa dijadikan strategi bagi perusahaan untuk memiliki kFtmggulan di pasar dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kcpuasan konsumen, scrta memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi perusahaan. Lebih jelasnya Gambar 4 akan memperlihatkan alur clari konsep mutu.
+
iabunga1;i sifht-
iit/karakteristik sual u produk
-
MUTU
~
.
Memenuhi kebutuhan/kepuasan konsu1ncn '
"
.
Strategi perusahaan untuk memperoleh keunggulan di pasar Gambar 4. Alur Konsep Mutu
2.1.4.2 Pcran Manajcmcn Mutu Renggani (2002:8), setiap perusahaan dituntut mempunyai keunggulan clibanding perusahaan lain untuk dapat bertahan di pasar persaingan yang semakin lama semakin komp!eks. Keunggulan bersaing aclalah tentang bagaimana sebuah perusahaan benar-benar menerapkan strategik generik Ice dalam praktek. Setiap perusahaan mempunyai strategi masing-masing untuk mencapai keunggulan tersebut. Salah satu strategi untuk memperoleh keunggulan adalah clengan menerapkan strategi manajemen mutu. Pcncrapan strategi suatu pcrusahaan dapat dilihat dari tiga scgi, yaitu scgi mutu, biaya, dan waktu. Segi mutu, climtikan sebagai upaya perusahaan untuk mclakukan
difercnsiasi
produk,
sehingga
produk
mcmiliki
keunggulan
kompatibilitas clibandingkan dengan produk yang dihasilkan pesaing. Segi biaya cliartikan sebagai kemampuan perusahaan memperoleh biaya minimum yang dikelµarkan tanpa mengurangi mutu (Low Cost). Seclangkan segi waktu adalah kemampuan perusahaan memasarkan produk clengan cepat clan mencapai konsumen dalam waktu yang relatif singkat.
2.1.5 , Manajemen Mutu Terpadu
2.1.S.1 Definisi Manajcmen Mutu Tcrpadu
Total Quality Management (TQM) da!am bahasa (istilah) Indonesia disebut Total Manajemen Mutu atau Manajemen Mutu Terpadu (integrated I
quality control) pada hampir lima dekade yang lalu telah tumbuh clan berkembang
Ibrahim (2000) dalam Renggani (2002:13), mendefinisikan bahwa MMT merupa)can suatu sistem manajemen untuk selalu meningkatkan kualitas dalam proses-kerja dan hasil-akhirnya guna memenuhi kepuasan konsumen secara terus1
menerus. Sedangkan menurut Heizer dan Hender dalam Renggani (2002:13), definisi MMT adalah suatu konsep yang menekankan pada perbaikan produk secara terus menerns, berkesinambungan, dengan melibatkan seluruh tingkat manaj.emen dalam perusahaan agar produk yang dihasilkan dapat bersaing clengan produk lain di pasaran. Kesimpulannya adalah bahwa MMT adalah sistem yang '
perlu diterapkan dalam suatu perusahaan untuk menghasilkan procluk yang berkualitas dengan mengikutse1iakan seluruh bagian dalam perusahaan secara berkesinambungan dan terns menerus.
2.1.5.2 Konsep dan Karakteristik Manajemen Mutu Terpadu
Menanamkan budaya MMT pada suatu perusahaan memang tidaklah mudah, dikarenakan latar belakang anggota perusahaan yang heterogenitas, baik clari segi pendidikan, pengalaman, budaya, serta traclisi nilai yang dibawa. Oleh karena itu, penanaman budaya MMT memerlukan kesabaran dan keuletan, karena membutuhkan waktu yang cukup panjang. Tujuan dari MMT ini adalah memberikan produk atau jasa berkualitas yang memcnuhi kebutuhan se1ia kepuasan pasar konsumen berkelanjutan (sustainable satisfaction) yang pada gilirannya akan mcnimbulkan pcmbelian
secara berkesinambungan. Keadaan ini dapat meningkatkan produktivitas proclusen untuk mencapai skala ekonomis dengan akibat penunman biaya
Mcnurut Tjiptono dan Diana (2001) dalam Fatimah (2004:22), pcndckatan mutu hanya akan dapat dicapai dengan mempcrhatikan karakteristik MMT, sebagai berikut:
•
Fokus pada pclanggan. Perbaikan yang dilakukan terus mcncrus diharapkan akan dapat menghasilkan produk sesuai dengan harapan konsumen.
•
Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas. Dengan kualitas yang sesuai harapan, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
•
Memiliki komitmen jangka panjang. Dalam MMT cliperlukan komitmen jangka panjang guna mengadakan perubahan budaya perusahaan agar dapat berjalan dengan sukses.
• Membutuhkan kerjasama tim. Perlunya kerjasama tim antar departemen perusahaan dalam penerapan MMT karena merupakan tanggung jawab scmua dal<)m menghasilkan produk berkualitas.
•
1"1emperbaiki proses secara berkesinambungan. Perbaikan proses secara terus menerus untuk dapat menghasilkan kualitas yang lebih baik.
•
Menyelenggarakan pelatihan. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar sehingga perlunya pelatihan bagi karyawan perusahaan untuk menjadi tenaga terampil siap-pakai.
•
Memiliki kesatuan tujuan. Supaya MMT dapat diterapkan dcngan baik, maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama.
•
Adanya kctcrlibatan clan pcmhcrdayaan karyawan. Kctcrlibatan karyawan perusahaan dalam pengambilan keputusan akan menanam rasa loyalitas karyawan terhadap perusahaan dan timbul rasa memiliki dmi karyawan t1rsebut terhadap pernsahaan.
Penclitian Terdahulu
2.2
Menurut hasil penelitian Fatimah (2004) yang be1judul "Faktor Penentu Keberhasilan Manajemen Mutu Terpadu Ekspor Ikan Tuna Loin Beku" dengan menggunakan metode AHP, diperlukan teknik pengenclalian mutu yang mencakup '
seluruh alur kegiatan proses. PT. T1idaya Eramina Bahari melakukan teknik pengendalian mutu secara kontinu dan terpadu dengan tujuan mendapatkan basil produksi yang berkualitas baik sesuai standar mutu perusahaan sehingga dapat memenuhi kepuasan para pembeli. Penerapan teknik pengendalian mutu PT. Tridaya Eramina Bahari terfokus pada pengadaan, produksi, penyimpanan, clan pengemasan.
2,.3
Kcrangka Pcmikiran
Dasar kerangka penelitian ini adalah persaingan pasar. Keadaan yang demikian
menuntut perusahaan harus mempunyai
keunggulan
dibanding
pernsahaan lain didalam menghasilkan produk yang berkualitas. Dengan adanya persaingan pasar tersebut, maka PIH Pejompongan hams dapat bersaing di pasaran. Semakin ketatnya tingkat persaingan clan adanya pergeseran pola pem1intaan konsumen terhadap mutu yang lebih baik memaksa para produsen
Mutu keberhasilan
produk daya
perusahaan saing,
merupakan
sehingga
salah
perbaikan
satu
mutu
faktor
penentu
diharapkan
dapat
meningkatkan daya saing secara efektif, mengingat hasil perikanan mempunyai sifat cepat rusak (perishable), maka langkah penerapan rnanajernen mutu produk perikanan
yang
akan
dijual
menjadi
penting.
Penerapan
MMT
1111
mengikutsertakan seluruh karyawan pada setiap bagian proses perusahaan, diharapkan dilaksanakan secara berkesinarnbungan. Masalah yang terjadi dalam kaitan penerapan Manajemen Mutu Terpaclu pada PlH Pejompongan perlu dianalisis. Apabila PIH l'ejompongan clapat menerapkan MMT terhadap produk perikanan yang dijual kepada konsurnen, maka pengelola PIH Pejompongan bertanggungjawab tcrhadap konsumen. Analisis tersebut aclalah sebagai be1ikut: I) Pencrapan MMT, yaitu penclckatan yang digunakan olch pcrusahaanperusahaan kelas dunia untuk mampu bertahan dan berkembang, clapat dilihat clari teknik pengenclalian mutu serta karakteristik MMT. 2) Mengiclentifikasi
permasalahan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pcnerapan MMT pada PIH Pejompongan, clengan metocle Analytic 1-l ierarchie Process (AHP).
3) Mengevaluasi permasalahan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan MMT pada PIH Pejompongan.
Persaingan Pasar
+
'
Keunggulan I
t
I
I • • • •
Penerapan Manajemen Mutu Terpadu
Teknik Pengendalian Mutu Pengendalian mutu di bagian pengadaan Pengendalian mutu di bagian penanganan Pengf"ndalian mutu di bagian penjualan Pengendalian mutu di bagian keuangan
• • • • • •
• •
I
Karakteristik MMT Fokus pada pelanggan Obsesi terhadap kualitas jangka Komitmen panjang Kerjasama tim Perbaikan proses secara berkesinambungan Pelatihan Kesatuan tujuan Keterlibatan clan
I
+ Identifikasi permasalahan faktor-faktor yang rnernpengaruhi Penerapan MMT pacla PIH Pejompongan
AHP ...............
••
I
·Evaluasi Faktor-faktor yang mempengaruhi pcncrapan MMT pacla PIH PeJompongan
Gambar 5. Kerangka Pemikiran
BAB Ill METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Ikan 1-ligienis, Pejompongan, Jakarta Pusat. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pasar ini merupakan salah satu pasar yang menerapkan persyaratan terhadap produk yang akan dijual, dalam ha! ini produk perikanan berupa ikan segar. Penelitian ini mulai dilaksanakan pacla bulan Agustus - November 2005.
3.2
Definisi Operasional
Hal-ha] dalam clefinisi operasional akan dijelaskan >ecarn spesi fik pacla penclitian ini aclalah sebagai berikut: ) ) Pasar adalah tempat be1iemunya transaksi antara permintaan clan penawaran. 1
2) Prociuk ikan segar aclalah ikan air Jaut clan ikan air tawar yang baru ditangkap yang belum mengalami perubahan apapun clan juga ikan yang sudah mengalami proses pengawetan dengan pernbekuan atau pendinginan, tetapi masih mempunyai sifat yang serupa dengan ikan asli.
3) Higienis yaitu kondisi yang berkenaan dengan atau sesuai clengan ilmu kesehatan, bersih, bebas penyakit. 4) Standar mutu procluk adalah sualu persyaratan yang clitetapkan pada suatu lembaga mengenai keamanan jenis produk untuk bisa disalurkan kepada masyarakat. 5) Pcngcndalian rnutu adalah kcgiatan tcrpadu rnulai dari pcngcndalian standar mutu bahan, standar prosses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengi1iman produk akhir ke konsumen, agar barang (jasa) yang dihasilkan sesuai clcngan spesifikasi mutu yang direncanakan.
3.3
Jcnis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung, hasil kucsioncr, scrta pengamatan langsung. Sedangkan, data sekunder clipcroleh melalui studi kepustakaan, clokumen perusahaan clan beberapa instansi pemerintah clan swasta, data mengenai konsep clan teknik penerapan mutu, serta pengenclalian mutu baik dari buku maupun situs-situs internet.
3.4
Mctodc Pengumpulan Data Identifikasi penerapan MMT yang sudah be1jalan diperoleh melalui
wawancara dengan pihak perusahaan, yaitu staf atau pihak yang berkaitan dengan fokus permasalahan sebagai responden. Wawancara juga clilakukan dengan •
MMT yang akan diajukan dalam bentuk kuesioner. Pemilihan responden berdasarkan pad a pengetahuan tentang MMT dan pengalaman bekerj a pada pcrusahaan tcrscbut. Responden yang memcnuhi persyaratan tcrscbut diantaranya adalah:
Tabel 4. Nama dan Jabatan Rcspondcn
NO. I.
2. 3. 4. 5.
NAMA Irma Hennana Faisal M. Solikhin M. Ma'mun Arifin Erni S.
JABATAN Manajer Keuangan Manajer Pemasaran Operasional Fish Market Operasional Fish Market Cashier
Su1nber: Data Pruner "Pasar Ikan llJg1en1s, Pe101npongan" 2005
3.5
Metode Pengolahan dan Analisis Data Data clan infonnasi yang cliperoleh kemuclian cliolah clan clis<\jikan clalam
bentuk tulisan, tabulasi data, serta gambar yang sesuai dengan kontcks pennasalahan yang dibahas. Analisis permasalahan mutu yang cligunakan clalam penelitian ini aclalah metode AHP (Analytic Hierarchie Process) . .Pada dasarnya metode AHP ini memecah-mecah suatu situasi atau masalah yang kompleks, tak terstruktur, ke clalam bagian-bagian kornponennya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pe1iimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel, dan n1ensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengarnhi basil pacla situasi tersebut. AHP cligunakan untuk menganalisis kenclala yang dihaclapi pernsahaan
data clan infonnasi yang cligunakan untuk menyusun struktur hirarki yang sesuai clengan permasalahan yang clihaclapi oleh PIH Pejompongan. Hasil perolehan data cliproses clan clianalisis serta clisajikan clalam bentuk uraian clan label. Metocle pemecahan masalah clalam penelitian clengan model AI-IP clapat clijelaskim pacla langkah-langkah berikut ini: I
Tahap I :
Mendefinisikan masalah clan mencntukan sccarn spcsifik solusi yang cliinginkan. Fokus pem1asalahan dalam analisis ini adalah iclentifikasi
pennasalahan
mutu
PIH
Peyompongan.
Untuk
mengetahuinya clilakukan wawancara clengan responclen. Setelah fokus analisis clitentukan, kemuclian menentukan komponenkomponen penclukungnya. Tahap 2:
Membuat struktur hirarki clari suclut panclang n1anajemen sec.am menycluruh. Setelah komponen clari fokus analisis clikctahui, kemuclian clilakukan pembuatan struktur hirarki. Pembuatan hirarki bertujuan untuk mengetahui tingkatan-tingkatan analisis. Pada fokus iclentifikasi pennasalahan tersusun beberapa tingkatan, seperti tingkat 2 adalah faktor masalah, tingkat 3 sub faktor masalah, tingkat 4 faktor penyebab, tingkat 5 sub faktor penyehab, clan tingkat 6 pelaku. Ticlak 1cla aturan khusus dalam menyusun struktur hirarki suatu sistem, jumlah tingkatan struktur keputusan yang terstratifikasi, clan variabel pada setiap tingkat keputusan. Tingkatan hirarki clapat clilihat pada gambar bcrikut:
G
Tingkal I: Fokus
~] SFn ] Cn
Al
A3
A2
Tingkat 3: Sub Faktor Masalah
] Tingkat 4: Faktor Penyebab
sen]
SCI
Tingkat 2: Faktor Masalah
An_]
Tingkat 5: Sub Faktor Penyebab
Tingkat 6: Pelaku
Gambar 6. Model Struktur Hirarki, (Saaty, 1993) Tahap 3:
Menyusun
matriks
banding
berpasangan.
Matriks
banding
berpasangan adalah matriks yang memperband.ingkan bobot unsur dalam suatu hirarki dengan unsur-unsur dalam hirarki di atasnya. Matriks ini disusun sesuai dengan ttijuan penelitian dan struktur hirarki analisis. Matriks ini dimulai dari puncak hirarki untuk fokus identifikasi
permasalahan
sebagai
clasar
untuk
melakukan
perbandingan berpasangan antar variabel yang terkait yang ada dibawahnya. Tapap 4:
Melakukan perbandingan berpasangan antara s•otiap variabel pada kolom
ke-j dengan setiap variabel
pada baris ke-i yang
berhubungan dengan fokus G atau identifikasi masalah. Pengisian nilai-nilai dalam matriks banding berpasangan tersebut digunakan angka-angka tertentu, seperti pada Tabel 5.
Tabel 5. Skala Banding secara Berpasangan Intensitas Kepentingan
Penjelasan
Definisi
Dua elem en mempunyai kontribusi yang sama besar pada sifat itu
Pentingnya sama
l 2
'
1
J
Lem ah Pentingnya (sedang)
.
moderat Pengalaman dan penilaian sedikit lebih rnemihak pad a satu elem en dibandingkan dengan oasangannya
4 5
Moderat plus Pentingnya !mat
6 7
Kuat olus Pentingnya sangat kuat
Pengalaman clan penilaian dengan kuat memihak pada satu elemen dibanclingkan pasangannya Sa tu elem en Jcbih disukai dcngan sangat kuat clibandingkan pasangannya; dominasinya terlihat dalam praktek
Sangat, sangat kuat Kebalikan dari Jika untuk aktivitas I Asumsi yang beralasan nilai-nilai di mendapat suatu nilai di alas alas dibandingkan clengan aktivitas maka J, J I mempunyai nilai kebalikan dibandingkan i Rasional Rasio a tau perbandingan, Jika konsistensi cliupayakan clengan timbul dali skala cara mendapatlrnn n nilai numerik untuk menjangkau seluruh matriks 8
Sumber: Saaty ( 1993)
Tahap 5 :
Memasukkan bilungan satu (1) sepunjung diagonal i.Jtama dalmn matriks banding berpasangan d ari kiri atas ke kanan bawah. Bagi an di bawah diagonal tersebut diisi dengan nilai--nilai kebalikan dari nilai-nilai di atas diagonal.
Tahap 6:
Melakukan langkah 3, 4, dan 5 kembali untuk semua tingkat clan gugusan dalam hirarki tersebut. Perbandingan clilakukan untuk semua variabel pada tiap tingkat keputusan yang acla clalam hirarki.
I
Ada dua macam matriks pembanding yang digunakan dalam AHP, yaitu: a) Matriks Pendapat lndividu (MP!). Variabelnya disimbolkan dengan Aij, artinya variabel mat1iks baris ke-i dan kolom ke-j (Tabel 6).
Tabel 6. Matriks Pendapat [ndividu (MPl) G
A1
A2
A3
....
A,, -
A1
A11
A12
A13
....
A1n
A1
A21
A12
A2i
....
A2n
A3
Ai1
A32
A33
....
AJn
....
....
. ...
....
....
. ...
An
A,,1
An2
A,,3
....
Ann
;---
Sumber: Saaty (1993)
b) Matriks Pendapat Gabungan (MPG), merupakan matriks yang variabelnya berasal dari rata-rata geometr·ik pendapat individu yang rasio konsistensinya lebih kecil atau sama dengan I 0%. Variabel pada matriks ini disimbolkan sebagai Gij (Tabel 7).
Tttbel 7. Matriks Pendap11t Gabungan (MPG) G
G1
G1
G3
....
Gn
G1
G11
G12
G13
....
Gin
G1
G11
G12
G23
....
G2n
G3
G31
G12
Gi3
....
G3n
....
....
....
....
....
. ...
G,,
G,,1
Gn2
G,,3
....
G11n
Sumber: Saaty (1993)
Rumus matematika untuk rata-rata gcomctrik uclalah:
m
IT a(ijJk
Gij =
k •I
Keterangan :
Tahap 7:
G(ij)
= Variabel MPG baris ke-i kolom ke-j
a(ij)
= Variabel baris ke-i kolom ke-j clari MP! ke-i
k
=
Indeks MP! dari individu ke-k yang memenuhi syarat
m
=
Jumlah MP! yang memenuhi syarat
Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobot vektor-vektor
prioritas
clengan
bobot
krileria-kriteria
dan
menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan clengan nilai prioritas dari tingkat bawah bcrikutnya, demikian seterusnya. Ada dua tahap yang harus dilakukan dalam mengelola MP! dan MPG tersebut, yaitu: a) Pengolahan horizontal, meliputi penentmm vektor prioritas
(vektor eigen), u.11 konsistensi clan rcv1s1 pendapat bila dibtiluhkan. b) Pengolahan vertikal, meliputi penyusunan prioritas pengaruh setiap variabel pada tingkat hirarki kcputusan tcrtcntu tcrhadap sasaran utama/fokus.
Tahap 8:
Mengevaluasi
inkonsistensi
untuk
selu.ruh
hirarki
dengan
mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas utama kriteria yang bersangkutan, dan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan pernyataan sejenis yang menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama pada setiap indcks inkonsistensi acak juga dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan, dan hasilnya dijumlahkan. Untuk rnemperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistcnsi hirarki harus bcrnilai kurang dari alau sama dengan 10%.
BABIV GAMBARAN UMUM PASAR IKAN HIGIENIS, PEJOMPONGAN
4.1
· Gambaran Singkat Pasar Ikan Higienis Pejompongan
Pasar lkan Higienis (PIH) Pejompongan mernpakan salah satu pasar yang bcrgerak dalam bidang penjualan produk perikanan, baik ikan segar hasil tangkapan di laut, hasil budidaya air tawar, ataupun ikan hidup. PIH Pejompongan mernpakan basil kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan (Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran) dengan Pemerintah Provinsi DK! Jakarta. Pasar ini terletak di tengah-tengah kota Jakarta yang muclah cliakses, yaitu berlokasi di Jalan Penjernihan I No. 8, Kelurahan Benclungan Hilir, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. PIH Pejompongan menempati lahan seluas 2.750 m 2 , dengan luas bangunan 244 m 2 , yang tercliri clari 3 lantai. Lantai satu untuk pemasaran ikan hidup, segar dau beku, scrta procluk olahan. Lantai clua scbagai restoran seafood, scdangkan lantai tiga clirencanakan untuk restoran yang eksklusif. Pada tanggal 4 April 2004, PIH Pejompongan cliresmikan oleh Presiden Mcgawati
Soekamo
Putri.
Pacla pcresmian
tersebut,
Presiclen
sekaligus
mencanangkan Gerakan Memasyarakatkan Makan lkan (Gemar Ikan). PIH Pejompongan sempat tidak beroperasi karena beberapa alasan, kemudian pacla awal Mei 2005 beroperasi kembali setelah clilakukan perombakan clan renovasi gedung.
Manfaat dan tujuan PIH didirikan adalah sebagai berikut: I. Menycdiakan tempat belanja ikan yang nyaman dan higienis, yang bermutu tinggi dengan harga terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. 2. Mensosialisasikan
kampanye
'Gerakan
Memasyarakatkan
Makan
lkan
(Gemar limn)'. 3. Meningkatkan pemasaran nelayan pembudidayaan ikan dan pedagang ilcan. 4. Menciptakan lapangan ke1ja baru. 5. Mcngembangkan pusat infonnasi dan promosi keragaan potensi perikanan nasional.
4.2 ' Organisasi clan Kctenagakerjaan PIH Pejompongan dipimpin oleh seorang komisaris. Komisaris ini me'rupakan pimpinan tunggal yang bertugas mengawasi jalannya kegiatan serta menjadi pusat pengambilan keputusan. Komisaris membawahi manajer dari 3 bagian, yaitu bagian keuangan, bagian operasional, dan bagian pemasaran. Masing-rnasing dari manajer tersebut membawahi karyawan. Bagan struktur organisasi PIH Pejompongan dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Gambar 7). I) Komisaris berada pada tingkat pertama. Kornisaris ini rnempunyai tanggungjawab Pejompongan.
mengambil
keputusan
pada
pelaksanaan
di
PIH
2) Dalam mengambil keputusan, komisaris melakukan koordinasi dengan Manajer Umum. Manajer Umum memiliki seorang sekretaris, yang mencatat kegiatan Manajer Umum. 3). Komisaris membawahi beberapa manajer. Dapat clilihat pada tingkat kedua, yaitu manajer keuangan, manajer pemasaran, dan manajer operasional. 4) Ketiga manajer tersebut membawahi asistcn manajcr. Dan asisten manajer tersebut membawahi beberapa staff atau karyawan yang bergerak di bidang ofm (operasional fish market). KOMJSARIS Manajer Umum
Sekretaris
Manajer Keuangan
Ass. Manajer
Manajer Operasional
~ Man[\jer
Ass. Man[\jer Staf
Manajer Pemasaran
Staf
Staf
Gambar 7. Struktur Organisasi PIH Pejompongan Bagian keuangan merupakan salah satu bagian dari perusahaan yang bcrtanggungjawab terhadap segala urusan yang bcrhubungan Jcngan kcuangan, hnik nn1s lens 111ns11k ntrn1n11n nn1s kns kP.!11nr f\nrrinn ini
1'f~rrliri
rlnri kni;;:ir v:1nu
hanya bertugas mengumpulkan uang yang masuk dan menghitungnya, kemudian melaporkan hal tersebut kepada atasannya (manajer keuangan). Manajer keuangan bertugas mengurusi keluar masuknya uang yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan, urusan keuangan intern perusahaan seperti membuat laporan pertanggungjawaban keuangan, laporan pembukuan perusahaan, sampai pada pembayaran gaji karyawan. Bagian operasional adalah bagian dari perusahaan yang bertanggungjawab mengatur pengadaan bahan baku, penerimaan, serta penanganan bahan baku. Bagian ini terdiri dari manajer operasional yang mengawasi penerimaan serla penanganan bahan baku, serta beberapa karyawan yang
1m~mang
sudah diberi
tugas uhtuk menerima dan memeriksa bahan baku yang masuk. ·Bagi an pemasaran adalah bagian perusahaan yang hertanggungjawab I
terhadap penjualan ikan. Bagian ini terdiii dari beberapa karyawan yang bertugas melayani pembeli, sekaligus mengantarkan barang atau pesanan kepada pembeli, manajer pemasaran bertugas mengontrol pelayanan yang dilakukan oleh karyawan. Pada suut ini, PIH Pejompongun me111peke1jakan 17 orang karyawan. Karyawan tersebut terdiri dari I orang manajer keuangan, l orang manajer operasional, I orang manajer pemasaran, 2 orang kasir, :t 2 orang di bagian operasional fish market (ofm). Di bagian operasional fish market, terdapat pembagian tugas yang terfokus untuk setiap karyawan, tetapi setiap karyawan boleh membantu karyawan yang
lain, seperti kegiatan penanganan. Khusus bagian kasir, mereKa bertanggungjawab sepelmhnya terhadap pelaksanaan transaksi pembayaran. Tingkat pendidikan karyawan ditentukan oleh jabatan yang dibutuhkan. Pada umumnya tingkat pendidikan untuk karyawan operasional fish market minimal SMU (Sekolah menengah Umum). Tingkat pendiclikan karyawan pada PIH Pejompongan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Tingkat Pendidikan Karyawan PIH Pejompongan
Tingkat Pendidikan SI (Strata I) SMU atau sederajat Jumlah
Jumlah 5 12 17
Sumber: Data Pnmer "Pasar Ikan H1g1erns, PeJompongan" 2005
Jumlah hari ke1ja di PIH Pejompongan adalah 7 hari, yaitu hari Senin Minggu, setiap karyawan diberi kesempata!1 l hari untuk libur (off), dan pemilihan harinya dibebaskan. Terdapat 2 shift dalam I hari kerja, shifi pertama dimulai dari jam 07.00 sampai 15.00 WIB, sedangkan shift kedua dari jam 14.00 sampai 22.00 WIB. Hari dan jam kerja tersebut berlaku untuk semua karyawan. Gaji karyawan ditentukan berdasarkan jabatan, lama bckci:ja, dan jenis pekerjaan. Ketentuan penggajian di PIH Pejompongan clitetapkan melalui koordinasi antara komisaiis clengan manajer keuangan.
Semua karyawan
diberikan gaji secara bulanan. Pcrtama kali bcropcrasi pihak pcngclola PIH Pcjompongan bcrusaha lclap mcmperhatikan kesejahtcraan para karyawannya, clcngan mcmbcrikan bcbcrapa fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain bcrupa kcndaraan bcnnotor dan
uang makan. Tetapi, setelah pengoperasian yang kedua, hanya terdapat fasilitas kendaraan bermotor saja.
4.3
Kegiatan Pasar Ikan Higienis Pejompongan
4.3.1
Pengadaan Bahan Balm Bahan baku utama dalam kegiatan penjualan pada PIH Pejompongan
adalah ikan segar yang mempunyai standar atau kualitas yang diinginkan oleh pihak pengelola PIH Pejompongan. Bahan baku tersebut diperoleh melalui supplier. Beberapa jenis ikan yang dijual pada PIH Pejompongan dapat dilihat pada Lampiran 2. Persyaratan
paling
utama
yang
diterapkan
okh
pengelola
PIH
Pejompongan terhadap ikan segar adalah yang tidak memiliki kerusakan secara fisik saina sekali. Harga yang diberikan untuk pembelian bahan baklu ditentukan I
oleh mekanisme pasar. Pembelian dari supplier PIH Pejompongan hanya mendapatkan ilcan segar dengan kualitas kelas dua (grade B), karena ikan yang cliperoleh PIH Pejompongan bukan langsung berasal dari nelayan muara angke. Meskipun dem,ikian, mutu clan kualitas bahan balm masih lebih baik jika dibandingkan dengan ikan segar yang dijual di pasar-pasar tradisional.
4.3.2
Produk dan Proses Produksi
I
PIH Pejompongan sekarang ini memiliki kegiatan mcnjual produk perikanan baik segar, beku, hidup, maupun olahan. Sebelum kegiatan penjualan
penyortiran bahan baku, penimbangan, pencucian, penyimpanan dan atau penjualan. Bagan alur kegiatan proiduksi ikan segar secara lengkap dapat dilihat I
pada Gambar 8.
Input bahan baku
Penyin1panan
Sortasi
ikan segar
Penimbangan --l
Pencucian
Penjualan
Gambar 8. Kegiatan Produksi Ikan Segar PIH Pejompongan Uraian penjelasan dari Gambar 8 di atas sebagai berikut: 1) Sortasi Sortasi merupakan proses penyeleksian lkan yang dilakukan oleh PIH Prejompongan terhadap ikan segar yang masuk. Untuk ikans egar, penyortiran didasarkan pada mutu dan jenis. Penyortiran berdasarkan mutu, karyawan hanya menerapkan 3M yaitu melihat, meraba, dan mencium. Mencium merupakan tindakan terakhir yang dilakukan apabila karyawan selaku pemeriksa betul-betul tidak mengetahui akan kesegaran ikan yang masuk. Biasanya dengan melihat dan meraba, pemeriksa sudah dapat mengetahui bahwa ikan tersebut memang masih segar.
Penyortiran ikan segar dilakukan pada sebuah meja sortir yang terbuat dari bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan aman. Penyortiran di meja sortir dilakukan apabila ikan segar yang masuk dalam jumlah yang banyak, karena diperlukan ketelitian. Sedangkan ikan segar yang masuk dalarn jumlah sedikit, biasanya perneriksa hanya melihat langsung ikan tersebut, tanpa harus diatur di rneia sortir. Bagan alur proses oenvortiran daoat dilihat oada Garnbar 9.
Input bahan baku Sortasi
ikan scgar
lkan scgar kualitas bagus
lkan segar k alitas jelek
Gambar 9. Bagan Alur Proses Penyortiran 2) Proses Penimbangan PIH Pejompongan dalam menerima ikan (segar maupun hidup) memiliki patokan yang khusus. Untuk ikan segar, minimal 5 kg/jenis/hari, sedangkan untuk ikan hiclup minimal 20 kg/jenis/hari. Penimbangan untuk ikan segar dilakukan tanpa memberikan
air.
Ikan
segar terlebih dahulu clitempatkan pada keranjang, dimana keranjang tersebut suclah dihitung beratnya. Sedangkan untuk ikan hidup, terlebih dahulu disiapkan air dalam bak penampungan ikan, dimana bak penampungan yang berisi air tersebut juga clilakukan penimbangan terlebih dahulu. Air yang cligunakan untuk I
menanpung ikan hid up adalah air yang memenuhi syarat kualitas air minum. Khusus untuk
ikan hidup,
setelah proses
penimbangan langsung
dimasuklrnn ke dalam aquarium, yang langsung bisa dibeli oleh konsumen, Aquarium yang dimiliki oleh PIH memiliki kelebihan, yaitu mengandung lapisan ozotl dan ultraviolet yang dapat membunuh bakteri dan menghilangkan bau tanah yang melekat pada baclan ikan. Bagan alur proses penimbangan clapat dilihat pacla Garn bar 10.
Peni111bangan
Input bahan baku
..__
ikan segar
.Bahan baku baik
~
ikan segar n1enggunakan
tin1bangan kasar
Gambar 10. Bagan Alur Proses Penimbangan 3) Proses pencucian (perendaman) Ikan segar yang sudah ditimbang, dicuci dengan air bersih. Teknik pencucian untuk ikan segar adalah dengan proses perendaman atau pencelupan,
pen~elupan ikan segar tidak dilakukan secara bersamaan, tetapi satu persatu. Hal tcrscbut dilakukan untuk mcnccgah kcrusakan lisik, schingg:1 ikan tidak hnncur. Bagan alur proses pencucian dapat dilihat pada Gan1bar 11. I lnpul bahan baku ikan segar
v
Sortasi
Bahan baku baik
I _ jr>enin1bangan
I-~
Pencu-
cian
~·
Menggunakan air bersihl
yang sesuai dengan kualitas air minu1n
Gambar I I. Bagan J\lur Proses l'cncucian ' 4) Proses penyimpanan Penyimpanan dimaksudkan untuk menjaga kescgaran procluk selama bdum te1:jual. Ikan segar yang suclah dieuci, diletakkan di keranjang bolong clengan dilapisi es curai terlebih dahulu, setelah itu ikan ditaruh dan kemudian dilapisi kembali oleh es curai. Posisi ikan segar juga harus diperhatikan. Ikan segar harus diletakkan dengan punggung berada di bawah, clan bagian perut menghaclap ke atas, hal ini harus cliperhatikan karena umumnya bagian pcrut lebih rcntan daripacla bagian punggung. penempatannya tidak terlalu sulit.
Untuk udang atau curni-cumi, posisi
lkan scgar yang sudah dikcmas dalam kcranjang bolong, kcmudian disimpan pada chiller dengan suhu rata-rata 0-2° C. Chiller memiliki kemarnpuan daya simpan selama 2 minggu, lebih dari itu maka ikan akan mcngalami kerusakan. Bagan alur proses penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 12.
Penyimpanan dalam chiller room dalam suhu 0-2° C
Input bahan baku ikan segar dan ikan segar yang
Produk siap jual
Lama penyi1npanan 2 n1inggu
belu1n habis terjual
Garnbar 12. Bagan Alur Proses Penyinmpanan
Pcrmodalan
4.4
Modal awal PIH Pejornpongan untuk pernbelian ikan ini berasal dari komisaris (sebagai pensuplai dana pertama), yaitu Bapak Bambang Hermanto. Alokasi dana tersebut meliputi kcgiatan pengadaan bahan baku, kegiatan pemasaran, kesejahteraan karyawan, dan keperluan produksi yang lain. Modal !
yang telah digunakan clalam kegiatan ini terhitung sebagai biaya dalam proses produksi Pasar Ikan Higienis Pejompongan, dan pemakaian biaya ini dicatat dan dilaporkan menurut kegiatan PIH Pejompongan. Kesulitan yang dihadapi PIH Pejompongan clalam masalah permoclalan adalah terbatasnya modal yang dimiliki perusahaan, karena hanya mengandalkan modal yang berasal dari komisaris. PIH Pejornpongan tidak menggunakan jasa bank untuk meminjam modal, karena proseclur yang harus dilalui terlalu rumit. 1-la1 ini menyebabkan diperlukannya waktu yang cukup lama untuk melakukan perluasan usaha.
4.5
Perbandingan Teknik Pcnanganan Ikan Segar Pejompongan dengan Pasar Ikan Muara Angke
antara
PIH
'
Teknik penanganan dan pengendalian mutu terhadap ikan segar antara PIH I
Pejompongan dengan PI Muara Angke memiliki hampir banyak persamaan. Perbandingan penanganan ikan segar antara PIH Pejompongan clengan PI Muara Angke, dapat clilihat pacla Tabel 9, yaitu sebagai beiikut: Tabel 9. Perbanclingan Penanganan Ikan Segar antara PIH clengan PI Muara Angke No. I.
Ko moon en Penerimaan
I f
2.
, Peny01tiran
I
3.
Penimbangan
4.
Pencucian
5.
Penyimpanan • Pengemasan
•
6.
Peralatan Penclingin Penjualan
PIH Peiomnomrnn Higienis, karena harus melewati pin tu receiving dalam keadaan (harus ticlak teitutup apabila menen ma ikan ataupun es curai) Menggunakan metode 3M (melihat, meraba, dan rnencium) Menggunakan timbangan kasar dan timbangan digital Menggunakan air bersih sesuai clengan persyaratan kualitas air rninum Memasukkan ikan segar keranjang pada bolong dengan dilapisi es cura1, baik pada bawah perrnukaan maupun alas permukaan [ ikan. Ikan disimpan pacla chiller Ditata di meja display dengan dilapisi es curm pad a bawah perrnukaan ilcan.
Pejornpongan
PI Muara Angke Terkesan kurang higienis, karcna bcrada pad a areal terbuka, tidak terhindar cla1i polusi uclara.
Relatif sama dengan PIH , Pejompongan Menggunakan kasar Relatif sama
timbangan
---
Memasukkan pad a plastik menaruhnya penampungan
ikan segar bening dan pacla bak ikan
Ikan disirnpan paclaji-eezer Ditempatkan pad a kotak styrofoam atau bak penampungan ikan dengan mernberikan es curai dan air bersi.h.
Uraian penjelasan dari Tabel 9 di atas adalah sebagai berikut: •
Pada PIH Pejompongan, mulai dari penerimaan sudah cliterapkan aturan, climana ikan segar yang masuk ke PIH Pejompongan harus melalui pintu receiving, yang harus dalam keaclaan te1iutup apabila ticlak menerima ikan atau es curai, seclangkan pacla Pl Muara Angke, ikan segar yang masuk kepacla pengecer dibeli melalui tempat pelelangan ikan, dan seringkali melalui tempat terhuka.
•
Sortasi ikan segar pada PIH Pcjompongan dilakukan dcngan manual yaitu menerapkan 3111 (melihat, meraba, mencium), penyortiran dilakukan pada mcja s01iiran yang terbuat dari bahan stainless, sedangkan pada PI Muara Angke penyortiran ikan segar tidak terlalu diperhatikan, karena umumnya ikan segar yang diterima oleh Pl Muara Angke langsung dari nelayan. dan masih memiliki mutu yang bagus, daripada ikan yang diterima oleh PIH Pejompongan.
•
Penimbangan antara PIH Pejompongan dengan PI Muara Angke tidak jauh berbecla. lkan segar yang masuk pada PIH Pejompongan maupun PI Muara Angke menggunakan timbangan kasar. Tetapi pada PIH Pejompongan untuk cum1-cmm dan udang dalam penimbangannya menggunakan timbangan digjtal.
•
Pencucian ikan segar pada PIH Pejompongan menggunakan air bersih yang sesuai dengan kualitas air minum, alat bantu dalam proses mencuci atau merendam ikan PIH Pejompongan menggunakan selang. Pada PI Muara
nnnum, tetapi pcrolehan air bersih tersebut masih kurang efisien, karena pedagang pengecer ikan pada PI Muara Angke harus membeli terlebih dahulu pada pedagang air bersih. Air bersih yang dijual tersebut ditempatkan pada drum-drum berukuran kecil. Untuk es curai, PIH Pejompongan memakai es curai yang berasal dari supplier es. Es curai tersebut dibungkus dengan menggunakan karung dengan kondisi yang bersih. Es c:urai yang diperoleh pada pedagang pengecer di PI Muara Angke berasal dari pedagang es balok. Es balok tersebut dijual per meter. Pedagang es balok di PI Muara Angke mcmbcrikan fasilitas kepada pcmbclinya, yaitu mcrcka bolch mcminla cs balok tersebut dengan menjadikannya es curai tanpa dikenakan biaya. •
Penyimpanan ikan segar yang masuk atau ikan yang belum laku teijual di PIH Pcjompongan akan ditempatkan pada mesin pendingin (chiller). Antara ikan segar air laut dengan ikan segar air tawar dipisahkan. !lean segar yang disimpan pada chiller harus mcngikuti aturan dalarn
perlakuan clan
penyusunannya. Ikan segar harus cliberi perlakuan seperti, pembeiian es curai terlebih clahulu sebagai alas, kemuclian ikan clitempatkan clengan posisi yang tidak mcrusak fisik dari ikan tesebut nantinya, setelah itu clilapisi kembali clengan es curai sampai benar-benar menutupi hampir sebagian tubuh ikan, khususnya pacla bagian mata, karena angin clali mesin chiller akan rnernbuat mata ikan merah. Pacla PI Muara Angke, ikan segar yang belum habis terjual akan clisimpan pacla freezer. Dalam proses penyimpanannya, pedagang pengecer memberikan perlakuan seperti, membungkus. ikan satu persatu k0.rlnlnn1 k::intnnP nlR<:tlk hP.nlno hP.n1k11rRn 1 ') x 10 r.t11 1:::.111 n1P.11nn1hnvn nniln
bak penampungan ikan, yang berbentuk oval dan terbuat clari bahan fiber, setelah itu dimasukkan ke ji-eezer. •
Penjualan ikan segar pacla PIH Pejompongan dilakukan secara langsung. Ikan yang akan clijual clitempatkan pacla meja display, clan disusun rapih agar konsurncn lcrtarik untuk mcmbclinya, scrla dibcrikan pcrlakuan sepcrli, memberikan es curai sebagai alas, kemudian menata i.kan segar dan lalu menutupnya kembali clengan es curai. Seclangkan pacla PI Muara Angke pedagang pengecer menempatkan ikan segamya pacla bak penampungan ikan clcngan memberikan es curai clan air bersih, ada juga yang menempatkannya pad a kotak styrofoam dengan memberikan es curai clan juga air bersih.
BABY HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Penerapan Manajemen Mutu Terpadu
5.1.1
Teknik Pengendalian Mutu 'Pengendalian mutu merupakan teknik-teknik dan kegiatan operasional
yang digunakan untuk memenuhi persyaratan mutu. Pengenclalian mutu meliputi I
monitoring suatu proses, melakukan tindakan korelasi bila clan ketidaksesuaian dan menghilangkan penyebab timbulnya hasil yang kurang baik pada tahapan rangkaian mutu yang relevan untuk mencapai efektivitas yang ekonomis. ISO 9000 dalam Kadarisman (1994). Proses untuk mendapatkan ikan segar yang bemmtu tinggi dipengaruhi oleh seluruh proses penanganan. Oleh karena itu diperlukan teknik pengenclalian mutu yang mencakup seluruh alur kegiatan. Penerapan teknik pengendalian mutu pada PIH Pejompongan terbagi mcnjadi 4 (cmpat) hagian, yaitu: pcngadaan, pcnanganan. pcnjualan, dan keuangan. Masing-masing bagian tersebut dikontrol oleh manajer.
5.1.1.1 Pcngcndalian Mutu di Bagian Pcngadaaan Pengendalian yang dimulai dari pemilihan supplier. Supplier yang dipilih adalah yang mampu mensuplai ikan, khususnya ikan scgar dcngan kualitas yang mernenuhi persyaratan PIH Pejompongan. Scdangkan untuk ikan hidup tidak ada persyaratan kualitas, hanya dilihat dari hidup atau tidaknya ikan tersebut.
Pengendalian kualitas ilcan segar diawali pada saat pene1irnaan bahan baku, untuk perneriksaan kesegaran ikan yang dilakukan secara manual. Selain pernilihan supplier, bagian pengadaan juga harus rnernperhitungkan waktu pembelian ikan segar, karena akan berdarnpak pada biaya yang akan dikeluarkan.
5.1.1.2 Pengendalian Mutu di Bagian Penanganan
Pengendalian rnutu pada bagian ini rnerupakan inti dari pernbentukan mutu produk. Oleh karena itu, teknik pengcndalian mutu di bagian ini sangat penting. Pengendalian mutu dilakukan pada setiap tahapan penanganan.
Teknik
pengendalian lebih ditekankan pada penyimpanan ikan segar, agar kernunduran mutu ikan dapat dicegah dengan mengatur poenernpatan procluk clan pengawasan temperatur suhu ruang. 'Untuk menghemat tempat penyimpanan, perlu penyusunan posisi penempatan procluk yang telah dicuci sehingga lebih banyak produk yang bisa I
tertampung. Pengawasan temperatur suhu ruang chiller harus dilakukan secarn insentif. Perbaikan dapat dilakukan tanpa menunggu kerusakan yang terjadi pada mesin chiller, malca perlu teknisi dalam pengoperasian mesin tei'sebut.
5.1.1.3 Pengendalian Mutu di Bagian Penjualan
Pengendalian mutu pada bagian penjualan lebih difokuskan pada pelayanan, antara lain dengan membantu memilih ikan yang segar, memberikan fasilitas pengiriman ikan sampai ke tempat. Bagian penjualan juga harus I "'
'.
pernbeli juga hams dalarn keadaan baik. Sarana transportasi JUga mempakan bagian dari pengawasan mutu di bagian penjualan, karena apabila sarana transportasi sampai msak maka akan rnenambah biaya dan rnenghambat pengiriman. Untuk itu pemeriksaan mtin hams dilakukan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan.
5.1. l.4 Pcngcndalian Mutu di Bagian Kcuangan Pengendalian mutu pada bagian ini dilakukan melalui peme1iksaan mtin laporan keuangan setiap akhir pekan, terdiri dmi pengecekan oleh kasir, dan kemudian dicek ulang oleh manajer keuangan mencakup keluar masuk uang yang berhubungan dengan pembelian clan penjualan, clan pcngccekan kesesuaian keuangan intern pemsahaan.
5.2
Manajcmcn Mutu Terpadu
5.2.1
Fokus pada Pelanggan Dalam menjual procluk, pihak pengelola PIH Pejompongan selalu bemsaha
untuk memenuhi pennintaan para pembeli dengan harapan memberikan kepuasan secara maksimal. Tetapi, pihak PIH mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan tersebut, karena tidak setiap hari ikan (baik segar maupun hid up) yang berasal clari supplier clatang, selain itu juga minat konsumen terhaclap ikan relatif sama. Untuk itu, PIH Pejompongan memberikan pelayanan bempa saran atau menampung keluhan clmi pihak pembeli tentang ketersecliaan ikan yang clijual oleh PIH perolehan informasi, clan bcrclasarkan infonnasi terscbut PIH bcrupaya
5.2.2
Obsesi terhadap Kualitas
Organisasi
yang baik
akan membuat
semua
karyawan berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat melaksanakan pekerjaannya clengan lebih baik. I
Obsesi tcrhadap kualitas procluk pacla PIH Pejompongan rnasih clilakukan oleh karyawan-karyawan tertentu yang relatif sudah lama bekerja pada PIH Pejompongan, dimulai dari pengoperasian pertama kali. Karyawan-kmyawan yang baru beberapa bulan bekerja belum mengerti arti mutu ikan segar, dan 11,1ereka hanya menyelesaikan peke1jaan tanpa harus rnemahami arti mutu, sehingga obsesi terhaclap kualitas ikan segar masih kurang clan pcrlu ditingkatkan.
5.2.3
Komitmcn Jangka Panjang
Pada PIH Pejompongan tidak ada program dan komitmen jangka panjang, program yang dilakukan masih dalam jangka pendek. Namun demikian pihak pengelola terus mengusahakan agar program tersebut berorientasi jangka panjang dan dapat melakuka:n perbaikan mutu dan pemasaran secara terns menerus dan berkesinarnbungan.
5.2.4
Kcrjusnnm Tim
Kerjasama tim dalam PIH Pejompongan clapat clikatakan sudah terlaksana, namun masih perlu ditingkatkan lagi, khususnya dalam ha! kedisiplinan. Para karyawan masih banyak yang tidak tepat waktu dalam kewajibannya. Terkadang pada kondisi tertentu dimana bahan baku ilcan (segar maupun hidup) masuk ke PIH Pejompongan, dan di saat itu pula pembeli berdatangan secara bersamaan, maka akan meniadi beban ba!.!i karvawan di ba!.!ian neniualan. karena banvaknva
pembeli yang menginginkan pelayanan ekstra, sehingga sering manajer pemasaran dan manajer operasional ikut turun tangan. Begitu juga dengan pemeriksa ikan, mereka juga harus ekstra cepat dalam pekerjaannya, agar clapat membantu karyawan yang melayani pembeli.
5.2.5 , Pcrbaikan Proses secara Berkesinambungan .PIH Pejompongan melakukan evaluasi atas kegiatan yang telah clilakukan, dianlaranya evaluasi
tcrhadap bagian pcngadaan, apakah supplier sudah
mensuplai ikan yang sesuai persyaratan PIH, apakah acla kendala dalam proses penanganannya.
Pada
bagian
keuangan
mengevaluasi
penggunaan
clana
perusahaan, apakah terclapat penyelewengan clana yang ticlak sesuai dengan laporan. Hasil evaluasi tersebut kemuclian dibahas pada pertemuan rutin untuk seluruh karyawan. Biasanya evaluasi diadakan seminggu sekali. Berdasarkan cvaluasi tersebut, PIH Pejompongan menyusun langkah-langkah perbaikan untuk nringgu berikutnya. Walaupun evaluasi belum berjalan optimal, karena kurangnya koorclinasi antara pihak-pihak di setiap bagian, narnun kegiatan ini sedikit banyak telah mcmbantu pihak pengelola PIH Pejompongan untuk mengantisipasi kesalahan yang munglcin te1jadi selanjutnya.
5.2.6
Pelatihan Kegiatan pelatihan bagi karyawan PIH Pejompongan sudah diterapkan
pada pengoperasian yang pertama. Pelatihan clilakukan selama 2 minggu sebelum PIH Pejompongan beroperasi. PIH Pejompongan hanya melakukan sistem
training khusus pada standar mutu dan tata cara penanganan dalam pengendalian mutu untuk mencegah kemunduran mutu ikan. Setelah pengoperasian kedua, p¢latihan sudah tidak diterapkan kembali.
5.2.7
Kcsatuan Tujuan Kesatuan tujuan yang mgm dicapai oleh PIH Pejompongan adalah
memberikan kepuasan yang maksimal kepada konsumen ckngan menyediakan bcrbagai jenis ikan yang diinginkan oleh konsumen, serta ingin memperluas pangsa pasar. Kesatuan tujuan dirnaksud belum tarnpak pacla PIH Pejornpongan.
5.2.8
Kcterlibatan clan Pemberdayaan Karyawan Keterlibatan clan pernberdayaan karyawan di PIH Pcjompongan dapat
dikatakan masih kurang. Berhentinya pernberian pendicltkan clan pelatihan karyawan barn menjadi ha! yang penting bagi pengelola PIH Pejornpongan, rnengingat kebutuhan karyawan yang rnemiliki keterampilan khusus clengan pengendalian rnutu ikan. Dernikian halnya dengan sistem pengambilan keputusan yang masih
tcrpusat
menycbabkan
kctcrlibalan
karyawan
dalam
proses
pengarnbilan keputusan rnasih kurang.
5.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh clan Pcrmasalahan Manajcmen Mutu Tcrpadu
Pada saat ini penerapan MMT di PIH Pejompongan sudah diterapkan, tetapi hanya terbatas pada penerapan untuk memperoleh kualitas produk, rneskipun clernikian pengelola PIH Pejompongan selalu berusaha untuk clapat
menerapkan MMT dengan sempurna. Untuk memperoleh kual itas procluk terclapat masalah yang dihaclapi oleh PIH Pejompongan meliputi mutu, biaya, dan waktu.
5.3.1
Analisis Permasalahan Faktor Mutu ,Untuk mendapatkan kepuasan konsumen, setiap pasar pasti akan berusaha
menjual. procluk yang bermutu. Permasalahan mutu yang clihadapi oleh PIH Pejmhpongan aclalah masalah mutu bahan baku awal clan bahan baku akhir ikan setelah menclapatkan penanganan. Mutu bahan baku yang akan dijual akan sangal mempengaruhi bahan baku akhir ikan pasca penanganan.
5.3.1.I Bahan Bairn Awai Mutu bahan baku ikan segar sangat clipengaruhi oleh sifat fisik clan sifat kimia. Dalam menjual ikan segar yang berkualitas, clibutuhkan bahan baku yang benar-benar memenuhi syarat. Syarat-syarat tersebut antara lain berupa rupa, Jama, bau clan kesegaran. Untuk hal-hal yang bersifat fisik, pemeriksa terkaclang sulit mcnangani pcngawasan mutu bahan baku, karena masih dilakukan sccara manual. Sedangkan hal-hal yang bersifat kimia, pihak pengelola ticlak clapat mcncrnpkun pcmcriksuan duri bahun kimia yang nrnngkin terlrnndung puda ikun scgar yang masuk, dikarenakan belum adanya laboratoriurn pcngambilan contoh clan analisis pacla ilcan. Selama ini ikan segar yang cliperoleh masih belum scpenuhnya memenuhi stanclar ikan segar, sehingga pihak pengclola pasar harus bcnar-benar selektif clalam memilih bahan baku clan harus cennat dalam mclihat mutu bahan balm.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan pe1masalahan di atas antara lain: I) Sarana Belum adanya alat yang dapat mengukur kesegaran ikan, ketersediaan peralatan yang tergolong masih seclerhana clan scbagian bcsar rnasih clilakukan secara manual oleh tenaga kerja manusia. 2) Sistem Belum aclanya peraturan pada PIH Pejompongan tentang kritria-kriteria b'ahan baku ikan segar yang memenuhi stanclar. Sehingga kecermatan karyawan clalam pengecekan bahan balm terkadang kurang. 3) Keuangan Bahan baku berupa ikan segar berkualitas yang sesuai dengan standar, menambah harga jual Jebih tinggi. Untuk menrlapatkan harg:n j1rnl lebih tingg:i pengelola PIH Pejompongan harus menyediakan clana yang cukup besar. Karena keterbatasan clana yang dimiliki, pengelola hanya bisa membeli bahan balm clalam j um Iah yang terbatas pula.
5.3.l.2 Bahan Baku Akhir Ikan segar yang tidak habis te1jual pacla meja display clibongkar pada malam hari menjelang tutup kantor, dan disimpan pada chiller guna menghambat kemunduran mutu ikan segar. Mutu yang clidapat apabila menyimpan ikan segar yang tidak habis te1jual Jnga clipengaruhi oleh kondisi akhir bahan baku ikan segar yang tidak habis terjual. Selain itu, penanganan yang benar akan membuat mutu ikan segar tersebut
tetap terjaga. Jika penanganan yang dilakukan kurang diperhatikan, maka mutu ikan segar juga akan berkurang. Pennasalahan mutu bahan baku ikan segar yang tidak habis terjual, clisebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: l) Sarana Pcralatan penunjang yang kurang tennanfaatkan sccara bcnar pada peralatan pendingin, merupakan salah satu penyebab mutu ikan segar yang ticlak te1jual menurun. 2) Sistem Peraturan tata cara penyimpanan ikan segar yang ticlak habis teijual belum dilaksanakan secara optimal. Kurangnya kecennatan, ketelitian, clan pengawasan cliclalam penyusunan posisi ikan segar juga mempengarnhi mutn
ik~n
segar nkhir.
3) Kcuangan
Sumber dana yang minim menjadikan PIH Pejompongan hanya mampu mengerjakan pekerjaan yang rutin.
5.3.2
Analisis Permasalahan Faktor Biaya Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, PIH Pejompongan menghadapi
masalah mengenai biaya. Pennasalahan biaya yang clihaclapi antara lain aclalah biaya pengadaan, biaya penanganan, clan biaya penjualan.
5.3.2.1 Biaya Pengadaan Permasalahan biaya pengaclaan yang clihaclapi oleh PIH Pejompongan adalah biaya pembelian bahan baku. Supplier yang menjacli langganan PIH
Pejompongan dalam memasok kebutuhan bahan baku berupa ikan segar adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke. Supplier mengirimkan langsung I
ikan segar tersebut kepada PIH Pejompongan. Tetapi kegiatan pengiriman tersebut
tidak
selalu
pasti,
sehingga
pengelola
PIH
Pejompongan
mengantisipasinya dengan membeli langsung ikan segar di Muara Angke atau pasar-pasar ikan lainnya. Selama ini sarana pengangkutan yang dimiliki oleh PIH Pejompongan masih banyak digunakan untuk mengambil ikan hidup, yang dapat menimbulkan beberapa permasalahan ketersediaan bahan b:tku. Faktor penyebab masalah di atas antara lain: I) Sarana Sarana pengangkutan belurn dimanfaatkan s
5.3.2.2 Biaya Penanganan Permasalahan biaya penanganan adalah besarnya biaya pada semua
perendaman, dan proses penyimpanan. Alat timbang masih memerlukan banyak bantuan tenaga manusia dalam penghitungannya, karena rnasih manual dan belum otomatis, begitu juga dengan mesin pendingin. Faktor yang menyebabkan antara lain: I) Sarana Peralatan penanganan yang dimiliki
masih sangat sederhana dan
mem1butuhkan bantuan karyawan dalam pengoperasiannya. Selain itu cam karyawan menggunakan peralatan juga mempunyai pengaruh besar terhadap biaya penanganan. Kerusakan pada sarana yang terjacli karena penggunaan alat-alat olch karyawan yang ticlak sesuai dengan proseclur akan menyebabkan terjaclinya kerusakan alat, sehingga cliperlukan perbaikan sarana tersebut. 2) Sistem Kurangnya sistem pengawasan menyebabkan kurangnya kecermatan para karyawan clalam melaksanakan proseclur pelaksanaan ke1ja, sehingga hasil yang I
cliperoleh kurang memuaskan. 3) Keuangan Alokusi clan clistribusi clana yang kurang tepat enyebabkun clana menjacli kurang efisien.
5.3.2.3 Biaya Penjualan
Dalam menjual procluk ikan segar, pihak pengclola menyiapkan meja
display untuk memajang ikan segar tersebut, agar menarik minat pembeli. Tidak mcnentunya jumlah ikan segar yang masuk setiap harinya akan berclampak pacla
efisiensi penggunaan meja display. Ketidakpastian jumlah ikan segar yang dijual oleh PIH Pejompongan tersebutjuga akan berpengaruh terhadap biaya penjualan. Faktor penyebab masalah ini antara lain: 1) Sarana Peralatan berupa meja display yang digunakan sebagai tempet menaruh ikan belum dimanfaatkan secara baik 2) Sistem Kurangnya kebijakan pihak pengelola, khususnya kebijakan terhadap harga jual. 3) Keuangan Minimnya dana yang masuk yang berasal dari penjualan ikan segar menyebabkan berkurangnya pemasukan dana ke perusahaan.
5.3.3
Analisis Permasalahan Faktor Waktu Dalam pelaksanaan kegiatan, PIH Pejompongan mengalami permasalahan
mengenai waktu. Permasalahan waktu yang dihadapi PIH Pejompongan antara lain masalah waktu pengadaan bahan bairn, masalah waktu penanganan, dan masalah waktu penjualan.
5.3.3.1 Waktu Pengadaan Waktu pengadaan bahan baku adalah waktu yang dibutuhkan seperti mencari supplier yang mampu memasok ikan segar dengan kualitas yang sesuai. Yang menjadi masalah adalah tidak menentunya pengiriman ikan segar dari
supplier menyebabkan pihak pengelola harus cem1at dalam menjaga kontinuitas pengadaan bahan baku. Pennasalahan di alas dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain: I) Sarana Kurang termanfaatkannya sarana komunikasi yang dimiliki oleh PIH Pejompongan secara penuh untuk meneari supplier clan melakukan pemesanan. 1
2) Sistem Pihak manajemen kurang mempunyai kebijakan dan prosedur waktu
pcngadaan bahan baku dan pengawasan pcrsccliaan bahan baku yang tctap. Pengadaan bahan baku juga masih dilakukan secara accidental, yaitu pihak pcngclola mcmbcli scndiri bahan baku apabila hahan baku ikan scgar ada yang habis. Ini menyebabkan inefisiensi waktu pengadaan. 3) Keuangan Keuangan PIH Pejompongan kurang memaclai, sehingga untuk membeli langsung bahan baku kaclangkala harus dituncla, meskipun pacla meja display jumlah ikan segar yang clijual seclikit.
5.3.3.2 Waktu Penanganan
Permasalahan waktu penanganan yang clihaclapi oleh PIH Pejompongan aclalah lamanya waktu penimbangan. Ikan segar yang masuk harus dilakukan pcnimbangan, climana pemeriksa melakukan penghitungan terlebih dahulu pada keranjang yang akan digunakan untuk menaruh ikan segar apabila hendak clitimbang. Kcgiatan ini dilakukan olch tenaga manusia yang mengakibatkan
Faktor penyebab dari masalah ini antara lain: 1) Sarana Keterbatasan alat timbang yang masih sederhana dan memerlukan bantuan tcnaga kcrja manusia mcnyebabkan lamanya waktu pcnimbangan. 2) Sistem Walaupun prosedur dan petunjuk pekerjaan sudah jelas, namun dalam pdaksanaannya masih kurang sempurna. Tingkat kesalahan dalam mclaksanakan proseclur dan petunjuk pekerjaan masih ada, clan ha! ini menyebabkan waktu yang clibutuhkan cukup panjang untuk menirnbang ikan segar yang masuk. 3) Keuangan Sumber dana yang rnuurn mernbuat PIH Pejornpongan belum mampn menambahkan peralatan dan alat bantu.
5.3.3.3 Waktu Penjualan
Permasalahan waktu penjualan aclalah waktu yang clibutuhkan mulai dari mcnunggu pembeli, clan menunggu pilihan pembeli. Permasalahan yang clihaclapi oleh PIH Pcjompongan dalarn menjual ikan segar aclalah pihak pcmasaran masih kesulitan untuk rnenclapatkan pangsa pasar yang luas, dan lmnanya waktu untuk menjual ikan segar hingga cepat habis. Faktor-faktor yang menyebabkan rnasalah di alas antara lain: 1) Sarana Bel um dirnanfaatkannya secara efektif sarana promos:: yang acla pacla PIH Pejompongan.
2) Sistem Pihak pengelola belum memiliki manaJemen yang terkoordinasi untuk mempromosikan produk yang dijualnya. 3) Keuangan Distribusi dan alokasi dana yang kurang memadai membuat bagian
1111
kurang mencukupi dananya. I
5.4
Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Penerapan Manajemen Mutu Terpadu
5.4.1 , Struktur Hirarki Permasalahan Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam menerapkan manaJemen mutu terpadu, permasalahan utama yang dihadapi oleh PIH Pejompongan adalah masalah mutu, biaya, dan waktu. Analisis perrnasalahan dpakukan dengan menyusun sebuah model struktur hirarki. Model struktur hirarki dalam pcnelitian ini tersusun dalam 6 tingkatan. Tingkat Pertama, mcrupakan fokus pennasalahan. Tingkat Keclua, merupakan faktor masalah yang terdiri dari masalah mutu, masalah biaya, dan masalah waktu. Tingkat Ketiga, merupakan sub dari faktor masalah, yang merupakan penjabaran dari tingkat 2. Tcrdiri dari mutu bahan baku awal, mutu balun bairn akhir, biaya pengadaan, biaya penanganan, biaya penjualan, waktu pengadaan, waktu penanganan, dan waktu penjualan. Tingkat Keempat, merupakan faktor penyebab yang dapat menimbulkan masalah
Tingkat Ke/ima, merupakan sub faktor penyebab, yaitu penjabaran dari penyebab tingkat 4. Terdiri dari sarana transportasi, sarana mesin dan alat, dan sarana I komunikasi, peraturan, penlaksanaan, pengawasan, alokasi dana, sumber dana, dan distribusi dana. Tingkat Keenam, adalah faktor pelaku, yaitu melihat kompetensi dan peranan pelaku-pelaku manajemen mutu terpadu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi pada tingkat 5. Terdiri dari p1mpinan, pihak manajcmen, dan pihak operasional. Contoh kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2. Struktur hirarki secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 13, perolehan hasil Analytic Hierarchi Process (AHP) dapat dilihat pada Lampiran 3, dan hasil pengolahan data kucsioncr bcrdasarkan AHP dapat dilihat pada Lampiran 4.
Rasio l(onsistensi = 0,10
Tingkat I
ldentifikasi Pennasalahan yang Berkaitan dengan Faktor-faktor Penerapan MMT
FOKUS
,I
·1
MUTU 0,59
BIAVA 0,29
Tingkat 2 FAKTOR MASALAB
c/AKTU 0,12
I
I
I.
Ballan Baku Awai 0.44
-
Pcngadaan 0,08
I -
Badaan
-
06
--
Bahan Baku Akhlr 0, 15
Penanganan 0,14
-
Penjua!an 0,07
-
Penanganan 0,03
B u a l an 03
Tingkat 3 SUBFAKTOR MASALAB
-
-
'
I
I I
SARAN A 0 "? I,)_
SI STEM 0,28
I
·,
I
FAKTOR PENYEBAB
I
-
Transportasi 0,22
-
Mesin ...~ Alat 0, 13 Ko1nunikasi 0,17
~-i
Tinglrnt 4
c::JANGAN 0 19
Peraturan-pcraturan 0,08
-
B;iDana
Pclaksanaan 0, 12
-
B:rDana
Pcngu\vasan 0,08
r-
,06
Pihak Manajemcn 0,40
Tingkat 5 SUB FAKTOR PENYEBAB
f--
08
i_:ribusi Dana
o.o:;
I
Pirnpinan 0.43
f--
I I
E
~-
·1 Opcrasional 0,15
Gambar 13. Basil Pengolahan Struktur Hirarki Pcrrnasalahan
Tir1gkat 6 FAKTOR PELA KU
5.4.2
Prioritas Permasalahan, Pcnycbab dan Pelaku Dari Gambar 13, dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: Hasil
pengolahan pada tingkat 2 menunjukkan bahwa rnasalah yang dihadapi PIH Pejompongan berturut-turut adalah masalah mutu (0,59), masalah biaya (0,29), clan masalah waktu (0,12). Jadi, masalah utama yang clihadapi PIH Pejompongan adalah masalah mutu. PIH Pejompongan menganggap masalah mutu adalah masalah penting dalam penerapan MMT. PIH Pejompongan dituntut untuk selalu memperhatikan mutu, dalam usaha untuk memuaskan konsumen clan unggul dalarn pasar pcrsaingan. Biaya dan waktu juga mcnjadi masalah yang harus diperhatikan dalam menerapkan sistem MMT. Hasil pengolahan faktor masalah dapat dilihat pada Tabel I 0.
Tabel 10. Susunan Prioritas Faktor Masai ah Tingkat 2 Faktor Masalah Mutu Biaya Waktu
BobotAHP
Prioritas
0,59 0,29 0,12
l 2 3
----
Hasil pengolahan data pada tingkat 3 memmjukkan bahwa urntan sub faktor rnasalah berdasarkan faktor masalah mutu pada tingkat 2 adalah mutu bahan bairn awal (0,44). PIH Pejompongan masih sering mcndapat keluhan dari para konsumen tentang kuantitas dari bahan bairn ikan segar tersebut. Karena keterbatasan dana, PIH Pejompongan hanya mampu membeli dalam jumlah sedikit. Hal ini tentu akan mengurangi kepercayaan konsumen atas mutu bahan baku yang dijual pada PIH Pejompongan. Sub faktor masalah mutu bahan bairn
akhir (0, 15) menempati prioritas kedua untuk masalah mutu, dikarcnakan PIH Pejompongan masih sering melakukan kesalahan clalam penanganan ikan segar. Karena kurangnya pengetahuan yang mendalam tentang teknik penanganan ikan segar
y~ng
benar, maka kesalahan bisa saja terjacli. PIH Pejompongan juga sering
menclapat keluhan clati para konsumen tentang kesegaran ikan yang clisimpan tcrlehih clahulu sebclum clijual. Keluhan tcrsebut scpcrti masih ada ikan scgar yang memiliki mata merah, clan konsumen beranggapan bahwa ikan segar yang memiliki mata merah (atau tidak bening) suclah tidak segar lagi. Pacla sub faktor masal |
Tabel 11. Susunan Prioritas Sub Faktor Masalah
Tingkat 2 Faktor Masalah Mutu Bia ya
Waktu ~.
Tingkat 3 Sub Faktor Masalah
BobotAHP
Prioritas
Bahan Baku Bahan Balm Akhir Penanganan Pengadaan Peniualan Pengadaan Penanganan dan Penjualan
0,44 0,15 0,14 0,08 0,07 0,06 0,03
I 2 I 2 0
)
I 2
Pcnycbab tirnbulnya rnasalah clan sub faktor rnasalah pada tingkat 2 dan tingkat 3 dijelaskan oleh faktor penyebab rnasalah pada tingkat 4 clan sub faktor penyebab masalah pacla tingkat 5. Dari hasil pengolahan data pacla tingkat 4 rnenunjukkan bahwa secara berurutan rnasalah pacla tingkat sebelumnya clisebabkan oleh faktor sarana (0,52), sistem (0,28), clan keuangan (0, 19), clapat dilihat pacla Tabel 12. Sarana yang dimiliki
oleh
PIH
Pejompongan
belurn
sepenuhnya
dirnanfaatkan secara efektif clan efisien, sehingga terkesan te1jacli pemborosan. Sistem yang dimiliki PIH Pejompongan, baik proseclur, pelaksanaan, clan pengawasannya rnasih belum sempurna. Hal ini akan rnenghambat kelancaran penanganan clan penjualan. Demikian juga clengan keuangan yang sampai saat ini masih terbatas.
Tabcl 12. Susunan Prioritas Faktor Pcnychah
Tingkat 4 Faktor Penyebab Sarana Sistem Keuangan
BobotAHP
Prioritas
0,52 0,28 0,19
I 2 3
Sub faktor penyebab dari masalah yang ada pacla tingkat 5 mcrupakan penjabaran faktor penyebab pada tingkat 4. Hasil pengolahan data pacla tingkat 5 menunjukkan bahwa pacla faktor penyebab sarana, prioritas pertama aclalah transportasi (0,22), pihak pengelola masih belum memanfaatkan clengan baik akan kegunaan sarana transportasi yang climiliki. Komunikasi (0, 17) menempati urutan kcdua, masih kurang terrnanfaatkannya sarana komunikasi seperti pesawat telepon, buku claftar infonnasi pemasok, clan lain-lain. Seclangkan mesin clan alat (0, 13) mcncmpati urutan kctiga, scbagian bcsar sarana dan pcralatan yang cligunakan masih menganclalkan bantuan clan tenaga manusia. Pada faktor pcnycbab sistem, prioritas pertama adalah pclaksanaan (0,12), para karyawan klmsusnya di bagian operasional fish market (ofm) masih kurang memahami proseclur clan petunjuk yang berlaku, sehingga pel.aksanaannya masih belum sempurna. Peraturan dan pengawasan (0,08) sama-sama menempati urutan kedua, pihak pengelola PIH Pejompongan belum mempunyai proseclur pengaclaan bahan baku yang tepat untuk menjaga kontinuitas ikan segar berbagai jenis, selain itu keterbatasan manajer dalam melakukan pengawasan menyebabkan kecermatan pckcrja dalam melakukan pekerjaan kurang. Faktor penyebab keuangan yang merupakan p1ioritas pertama adalah
Pejompongan merupakan salah satu penghambat dalam pembelian. Alokasi clana (0,06),
clan
distribusi
dana (0,05) juga turut
menjadi
faktor
penyebab
permasalahan, karena sulitnya alokasi dan clis!Jibusi clana yang efisien. Susunan prioritas sub faktor penyebab dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Susunan Prio1itas Sub Faktor Penyebab
Tingkat 4 Faktor Penyebab Sarana
Sistem
Keuangan ~
Tingkat 5 Sub Faktor Penyebab
BobotAHP
Prioritas
Transpo1tasi Komunikasi Mcsin dan Alat Pelaksanaan Peraturan dan Pengawasan SumberDana Alokasi Dana Distribusi Dana
0,22 0,17 0,13 0,12 0,08
1 2
0,08 0,06 0.05
1
'
3 1 2
2 ~
3
Dari basil pengolahan data pada tingkat 6 menunjukkan bahwa sccara berurutan kompetensi atau kemampuan peranan pelaku-pelaku pihak pengelola PIH Pejompongan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan penerapan MMT adalah pimpinan (0,43), pihak manajemen (0,40), dan terakhir adalah pihak operasional (0, 15). Pimpinan selaku komisaris harus mempunyai tanggung jawab membantu menyelesaikan pennasalahan yang dihaclapi oleh PIH Pejompongan serta I
memberikan keputusan. Meskipun sebagai pensuplai dana pertama, tapi komisaris juga cliharapkan turut anclil cliclalam menyelesaikan masalah. Pihak manajemen sebagai kepala pab1ik juga harus menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
operasional dalam ha! ini adalah karyawan atau pekerja pacla masing-masing bagian hanya sebagai pelaksana, kernarnpuan menyelesaikan masalah terbatas I pacla masalah-masalah rutin. Susunan prioritas pelaku dapat dilihat pacla Tabcl 14.
Tabel 14. Susunan Prioritas Kernampuan Peranan Pel.aku MMT
Tingkat 6 Pelaku Pimpinan Pihak Manajemen Pihak Operasional
BobotAHP 0,43 0,40 0,15
Prioritas ·-
I 2
3
-----
BAB VI KESIMPULAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan oleh penulis, dapat
disirnpulkan bahwa: I)
Pihak pengelola PIH Pejornpongan didalarn rnenetapkan persyaratan kualitas ikan segar yang rnasuk dapat dikatakan suclah baik, akan tetapi clalam pelaksanaannya terkaclang belurn rnernenuhi stanclar proses operasi. Meskipun belurn sepenuhnya sempurna, narnun pihak pengelola PIH Pejornpongan tetap berusaha agar ikan segar yang dijual mernenuhi persyaratan yang berlaku. Seclangkan pengenclalian mutu yang dilakukan oleh PIH Pejompongan rncrupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling terkait dan terpadu, clan bertujuan untuk menclapatkan produk akhir yang baik.
2)
Penerapan MMT pada PIH Pejompongan merupakan pengembangan claii kegiatan pengendalian mutu. Walaupun masih tergolong barn sebagai salah satu pasar ikan yang higienis, serta belum rnerniliki pangsa pasar luas,namun PIH Pejompongan tetap berusaha untuk konsisten dan mengutamakan nrntu di setiap kegiatan penjualan.
3)
Faktor masalah yang clihaclapi oleh PIH Pejompongan clalam menerapkan MMT guna menghasilkan procluk berkualitas aclalah masalah mutu (0,59), masalah biaya (0,29), clan masalah waktu
Setiap perusahaan memang diharapkan memperhatilcan mutu dari produk yang dijualnya. Untuk menghasilkan suatu produk yang berlcualitas, maka diperlukan bahan baku yang berkualitas, sehingga bahan balm merupakan sub falctor masalah yang utama (0,44). Faktor masalah biaya yang akan dipergunakan untulc rnenghasillcan procluk berlcualitas aclalah biaya penanganan (0,14). Mutu bahan baku yang baik disertai clengan penanganan yang baik, alcan menghasilkan produk akhir yang baik. Falctor masalah waktu, yang memberikan pcngaruh tcrbcsar agar pcncrapan MMT bcrjalan dcngan scmpurna adalah waktu pengadaan (0,06). Untuk memperoleh bahan bairn yang betul-betul berkualitas dipengaruhi oleh waktu pengadaan bahan balm itu sendi1i. Masalah-masalah yang clihadapi oleh PIH Pejompongan di dalam menerapkan MMT aclalah faktor sarana, sistem, dan keuangan. Penyebab yang paling utama adalah faktor sarana (0,52). Terbatasnya se1ia belum adanya sarana-sarana yang menunjang di dalam menerapkan MMT membuat pengelola PIH Pejompongan hanya mengandalkan dan mcngoptimalkan saranasarana yang ada. Untuk sistem, kurangnya kebijakan atau tanggung jawab membuat pelaksanaan penerapan Mc\1T masih belum sempurna. Sumber dan alokasi dana memegang peranan penting agar pcnernpan MMT clapat berjalan. Kompetensi atau penman pelaku perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan
penerapan MMT adalah pirnpinan (0,43), pihak manajemen (0,40), dan yang terakhir pihak operasional (0, 15).
6.2
Saran Agar penerapan MMT pada PIH Pejompongan clapat be1jalan secara
optimal, cliperlukan langkah-langkah perbaikan yang harus clilakukan oleh pihak pengelola ataupun komisaris PIH Pejompongan. Beberapa ha! yang mungkin clapat clipertimbangkan dalam meningkatkan mutu adalah sebagai berikut: I) Membuat komitmen jangka panjang, agar tujuan perusahaan clapat tercapai. 2) Lebih memperhatikan dalam menjalin ke1jasama dengan supplier agar mendapatkan bahan baku yang sesuai dengan standar mutu .. 3) Meningkatkan sarana utama dalam upaya menghambat kemunduran mutu ikan segar. 4) Melakukan kegiatan promosi agar lebih berkembang lagi, ticlak hanya melalui media internet clan radio saja, tetapi juga media elektronik lainnya seperti televisi, se1ta penyebaran brosur-brosur. 5) Mcnjalin kerjasama clengan pihak perbankan untuk rncningkatkan modal, dengan mengajukan pinjaman berjangka. 6) Mengaclakan pelatihan bagi karyawan yang berpotensi di seluruh bagian, karena hal ini clapat meningkatkan kualitas SDM.
DAFTAR PUSTAKA I
Assauri, S. Manajemen Produksi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1980. Badan Standardisasi Nasional, Standar Nasional Indonesia, Standar Ikan Segar, (SN! 01-2729-1992), BSN Jakarta, 1992. Barra, R. Menerapkan Gugus Mutu da/am Strategi Praktis untuk 1Vleningkatkan Produktivitas dan Keuntungan, (Jakarta: Erlangga, 1992). Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001. Ikan Bawa/. www.oelabuhanperikanan.or.id, 25 Oktober 2005, pk. 12.30 WIB.
him.
Perikanan, 200 I. limn Kakap. W\\f~~pelabuhanperikanan.or.id, 25 Oktober 2005, pk. 12.30 WTB.
him.
Departemen
Kelautan
dan
Departemen Kelautan dan Perikanan, Perkiraan Sumberdaya Perikanan, Jakarta: 2004.
Nilai Ekonomi Potensi
Djumena, E. 4 Mei, 2004. Presiden Resmikan Pasar Ikan fligienis Pejompongan. 1 him. http://www.kompas.com, 9 Mei 2005, pk. 12.30 WIB. Fatimah, S. Faktor Penentu Keberhasilan Manajemen Mutu Terpaclu Ekspor Ikan Tuna Loin Beku [Sk1ipsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hiclayatullah, Fakultas Sains clan Teknologi; 2004. Feigenbaum, A.V. Kendali Mutu Terpadu, (Jakarta: Pustaka Binaman Pressinclo, 1992). 1-Iancloko, T.H. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, (Yogyakarta: BPFE, 2000). lbu-ibu Periskatani (Persatuan Isteri Karyawan Departemen Pe1ianian). Mina Rasa dalam Kumpulan Masakan dari Sabang sampai Merauke, (Jakarta: Yasaguna, 1979). lnclryasari, R. Proses Serrifikasi Mutu Fillet Jkan Kakap Beku di Laboratorium Pengi1fian Mwu Hasil Perikanan (LPMHP) DK! Jakarta [Skripsi]. Bogor: lnstitut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan llrnu Kelautan; 1999. Juran, J.M. Merancang Mutu 1, (Jakarta; Pustaka Binaman Pressinclo, 1995).
Kadarisman. ISO (9000 dan 14000). Sertifikasi. Pelatihan Pengendalian Mutu dan Keamanan bagi Staf Pengajar. Kerjasama Pusat Studi Pangan dan Gizi !PB dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departcmen Pendidikan dan Kebudayaan, Bogor Mantau, Z. dkk. Upaya Mempertahankan Kesegaran lkan dengan lvfenggunakan Peli Berinsulasi, Badan Penelitian clan Pengernbangan Pertanian, Departernen Pertanian, 1999. Prawiroscntono, S. Filoso.fi Baru tentang Manajemen Mutu Te1pad11 (TQM) Abad 21 dalam Kial Membangun Bisnis Kompetitif Bernuansa "Market Leader'', (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002). Rq,'lllasi lnstruksi Presiden. Pedoman Penyederhanaan Tata Cara Pengujian iV!utu lkan Segar dan Jkan Beku. 11 Maret, 2002: 4 hlm. www.dkp.go.id, 18 Mei 2005, pk. 11.00 WIB. Renggani, A.G. Kajian Penerapan Manajernen Mutu Terpadu di PT. Karya Pangan Gemilang [Skripsi]. Bogor: lnstitut Pcrtanian Bogor, Fakultas Pe1tanian; 2002. Saaty, T. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin, (J akaita: Pustaka Rinaman Pressindo, 1993). Sabri, H.S. Mal Ilwn, Upaya Mendongkrak Potensi Perikanan clan Pariwisata. 8 April, 2004: 4 hlm. www.vahoo.com, 18 Mei 2005, pk. 11.00 WIB. Sediaoetama, A.Dj. !!mu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Dian Rakyat, 1989). Sunariah. Presiden Canangkan Gemar lkan, 4 April, www.tempo.co.id, 9 Mei 2005, pk. 12.30 WIB.
2004:
2
him.
Suprapti, M. Membuat Bakso Daging dan Bakso Ikan, (Yogyakarta: Kanisius, 2003). I
Susanto, H. Budidaya Ilcan di Pekarangan, Jakarta:Penebar Swadaya, 1992). Universitas Islam Nege1i Syarif Hidayatullah. Pedoman Penulisan Skripsi. (Jakarta: UIN Press Jakarta, 2004). Wibowo, S. Penanganan Jkan Segar, Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi, Jakarta: 1998.
Lampiran I.
Jenis-jenis Jkan yang dijual di PIH Pejompongan
A. Ikan Segar (Air Laut clan Air Tawar) No. I. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. I 0. I I. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
~·
Nama Ikan Se!!ar Ayam-ayam Baby Tuna Banden!! Super Bandeng Sedang Baronang Toto! Baronang Tulis Bawa! Hitam Bawa! Putih Bawa! India Bawa! Merah Belanak Belut Potong Bentrong Cakalang Cumi Besar Cumi Cendol Cumi Kecil Cumi Super Ekor Kuning Gurame Segar Lele Segar Mas Segar Mata Sebelah Kakap Jenaha Kakap Kaci Kakap Kuro Kaka1:1 Lencam Kakap Merah Besar Kakap Merah Kecil Kakap Putih
No. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49.
so. sI.
52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60
Nama Ikan Segar Kakap Sawo Kaka1:1 Tanda Kakatua Kembu~ Banjar Kembung Como Kembunf\ Gepeng Kue Lilin Kue Gepeng Kue Kaea Layang Layur Mujaer Nila Merah Segar Pari Patin Petek Segar
])isang-pisang Salem Selar Sotong Kccil Tenggiri Tongkol Udang Kupas Besar Udang Kupas Kecil Hiu Segar
--
B. Ikan Hid up (Air Laut dan Air Tawar)
No. I.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. I 0. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Ikan Hidup Baby Shark Gurame Lele Malas Mas Mata Sebelah Gurita Kecil Hiu Black Tip KerangMadu Kerang Mata 7 Kerapu Besar Kerapu Kecil Kaerapu Lodi Moa Hidup Mujaer Nila Merah Pari Patin Rajungan Udang Pancet AK 20 Udang Pancet Besar Udang Pancet Headless Udang Pancet Kecil Udang Peci I 00 Udang Peci Besar Udang Peci Kecil Udang Headless Udang Ronggeng
-
C. PRODUK OLAHAN No. I.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. l 7. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Ikan Segar
Bakso Seafood Bakso Udang Bandeng Isi Otak Bandeng Presto Cumi Asin Daging Jambal Daging Tenggiri Asin Dendeng Tembang Ebi Gabus Asap Gabus Asin Jambal Roti Utuh Besar Jambal Roti Utuh Kecil Kaid Naga lkan Kaki Naga Udang Kapasan Kerupuk Ikan Tenggiri Kerupuk Udang Curah Kerupuk Ikan Kakap Terasi Jemool Terasi B9 Terasi Kepala Udang MinaBakso MinaLumria Mina Otak-otak Mina Siomay Peda Layang Peda Merah Rebon Rejung Asin
No. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60
Nama Ikan Segar
Samge Se oat Steak Tenggiri Steak Tuna Temba_t:J£ Asin Tawes Tengkek Tepung Calamary Tepung Marinasi Teri Jengki Belah Teri tawar Teri Jengki Bulat Teri Medan Terisi Tongkol Asap Bosco Keong Mas Bosco Udang Gulung Teri Seulawang Mina Baso 20 Mina Fish Nugget Bosco Steak Tuna Bosco Steak Blok Akai Manisan Rum put Laut
--
·-
Lampiran 2. Nama Responden
KUESIONER No. Kucsioncr :
Jabatan/Profesi
Tujuan Mendapatkan informasi mengenai masalah penerapan manajemen mutu terpadu untuk mengurutkan prioritas faktor-faktor masalah yang mempengaruhi penerapan manajemen mutu terpadu.
Pctunjuk Umum • • •
Pengisian dilakukan secara tertulis oleh responden Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden Konsistensi merupakan faktor yang sangal dituntut dalam pengisian kuesioner terlampir
Pctunjuk Khusus • •
Penilaian adalah membandingkan tentang kepentingan relatif 2 (dua) elemen pada tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diantaranya. Alternatifpemberian nilai untuk perbandingan tingkat kepentingan adalah: I = sama pentingnya 3 = moderat pentingnya dibanding yang lain 5 =!mat pentingnya dibanding yang Jain 7 = sangat kuat pentingnya di banding dengan yang lain 9. = ekstrim pentingnya dibanding dengan yang Jain 2; 4, 6, 8 = nilai di antara 2 (dua) penilaian yang berdckatan, schingga di.perlukan kompromi
FAKTOR MASALAH Faktor Mu tu Biaya Waktu
Biava
Mutu
Waktu
~
SUB FAKTOR MASALAH Mu tu Bahan Bairn A wal Bahan Baku Akhir Biaya Pengadaan Penanganan Penjualan
Bahan Balm Awai
Ballan Balm Akhir
-Pen!!adaan
Penan!!anan
Penjnalan -
~-
Waktn Pengadaan
IPcn!!adaan
Penan!!anan -
----------
Penanganan --
Pen iualan
Penjualan FAKTOR PENYEBAB
t
Mu tu Sarana Si stem Keuangan
Sarana
Biaya Saran a Si stem Keuangan
Saran a
Sistem
Kenan!!an
Waktu Saran a Si stem Keuangan
Saran a
Sistern
Keuangan
Sistem
Keuangan
1------1
SUB FAKTOR PENYEBAB
Sarana
Transnortasi
Mesin & Alat
Korn unikasi
Pera tu ran
Pelaksanaan
Pen!!awasan
Transportasi Mesin & Alat Komunikasi Sis tern Peraturan Pelaksanaan
-
Penga\vasan
Keuangan Alokasi Dana Sumber Dana Distribusi Dana
Alokasi Dana
SumberDana
T
Distribusi Dana
=±--
PELAKU Sarana
Pimpinan
Pihak Manaiemen
Pihak Onerasional
Pimpinan
Pihak Manaiemen
Pihak Onerasional
Pimpinan
Pihak Mnnnicmcn
Pihak Opcrnslonnl
Pimpinan Pihak Manajemen Pihak Operasional Sis tern Pimp'inan Pihak Manajemen Pihak Operasional ~'
Keuangan
Pimpinan Pihak Manajemen Pihak Operasional
-
Lampi ran 3.
PERO LEHAN BASIL ANALISIS HIRARIG PROSES (AHP)
FAKTOR MASALAH
SUB FAKTOR MASALAH
Mu tu
0,59
Biaya
0,29
Waktu
0,12
0,59
Mu tu
Biaya
0,29
Waktu
0,12
I Bahan Bairn /\ wal
0,44
Bahan Bairn Akhir
0,15
Penanganan
0, 14
Pengadaan
0,08
Penjualan
0,07
Pengadaan
0,06
Penanganan
&
Penjualan
FAKTOR PENYEBAB
Saran a
0,50
0,57
0,50
0,52*
Sistem
0,32
0,24
0,29
0,28*
Keuangan
0, I 7
0,19
0,21
0, 19*
* 0,52 didapat dari
-3 -
* 0,28 didapat dari * 0, 19 didapat dari
~
=3~
=3~
0,50 x 0,57 x 0,50
= 0,52
0,32 x 0,24 x 0,29
= 0,28
0,17 x 0,19 x 0,21
= 0,19
0,03
SUB FAKTOR PENYEBAB
0,52
Saran a
0,28
Sistem
0,19
Keuangan
FAKTOR PELAKU
Transportasi
0,22
Komunikasi
0,17
Mesin& AJ,'ll
0, 13
Pelaksanaan
0, 12
Peraturan & Pengawasan
0,08
Sumber Dan a
0,08
Alokasi Dan a
0,06
Distribusi Dana
0,05
Pimpinan
0,36
0,49
0,46
0,43*
Pihak Manajemen
0,54
0,31
0,37
0,40*
Pihak Operasional
0,09
0,20
0, 17
0,15*
3 ~-----= ~ 0,36 x 0,49 x 0,46
= 0,43
* 0,43 didapat dari
3
* 0,40 didapat dari
=
~
0,54 x 0,31 x 0,37
= 0,40
*d,15didapatdari
=
3 ~-----~ 0,09x0,20x0,17
=0,15
unpiran 4.
HASIL PERHITUNGAN DATA KUESIONER BERDASARKAN AHP
MATRIKS GABUNGAN FAKTOR MASALAH
Mu tu
Biaya
Waktu
VE
VP
VA
VB
A.Max
CI
CR
:utu
1
2,03
4,83
2,14
0,59
1,77
3
3,003
0,0015
0,003
iaya
0,49
1
2,22
1,03
0,29
0,85
2,93
'aktu
0,20
0,43
1
0,44
0,12
0,37
3,08
3,61
I
9,01
89
MA.T~IKS
GABUNGAN SUB FAKTOR MASALAH
lutu BB Awai
BBAkhir
VE
VP
VA
VB
/,Max
CI
CR
BAwal
1
2,94
1, 71
0,75
1,49
2,01
2,005
0,005
0,009
BAkhir
0,33
1
0,57
0,25
0,5
2
4,01
2,28
iaya
engadaan
P'ada.
P'endl.
P'jual.
VE
VP
VA
VB
lMax
CI
CR
1
0,50
1,24
0,85
0,27
0,81
~
0
3,02
0,01
0,02
-··--~
engendalian
1,97
enjualan
0,80
I1 0,48
I-------"--- -
-
2,09
1,60
0,50
1,51
3,02
1
0,73
0,23
0,7
3,04
3,18
9,06 ------------
i
90
laktu P'ada.
P'endl.
P'jual.
VE
VP
engadaan
I
2,24
1,28
1,42
0,46
engendalian
0,42
1
I, 15
0,78
enjua!an
0,78
0,87
1
0,88
3,08
VB
).Max
1,39
3,02
3,03
0,25
0,77
3,08
0,29
0.87
3
I VA
I CI 0,0015
CR 0,003
I
9,1
91
MATl~IKS
GABUNGAN PENYEBAB
iutu
VE
VP
VA
VB
/,Max
CI
CR
2,63
11,65
0,50
1,5
3
3,02
0,01
0,02
1
2,04
1,05
0,32
0,96
3
0,49
1
0,57
0,17
0,52
3,06
Saran a
Sis tern
Keuangan
arana
1
1,72
istern
0,57
:euangan
0,38
3,27
9,06
:iaya
Sarana
Sis tern
Keuangan
VE
VP
VA
VB
I.Max
CI
CR
arana
1
2,18
3, 16
1,90
0,57
1,69
2,96
3,01
0,005
0,009
is tern
0,46
1
1,16
0,81
0,24
0,74
3,08
~euangan
0,31
0,84
1
0,64
0,29
0,57
3
I
9,04
3,35
I
\laktu
Saran a
Sis tern
Keuangan
VE
VP
VA
VB
I.Max
CI
CR
arana
1
1,35
2,91
1,58
0,50
1,5
3
3,02
0,01
0.02
is tern
0,71
1
1,14
0,93
0,29
0,89
3,07
~euangan
0,33
0,87
1
0,66
0,21
0,63
.)
3,17
0
9,07
92
MATRIKS GABUNGAN SUB PENYEBAB
arana Trans.
Msn&Alt
Komnk.
VE
VP
VA
VB
l..Max
CI
CR
ransportasi
1
1,23
1,84
1,31
0,43
1,34
3,12
3,10
0,05
0,09
[esin & Alat
0,81
l
0,53
0,75
0,25
0,77
3,08
:omnnikasi
0,52
1,80
l
0,98
0,32
I o,99
3,09
I I.Max
CI
CR
13,09
0,045
0,08
9,29
3,04
is tern +iatur. era tu ran
I I
elaksanaan
1,08
I 1,45 I
I-
P'lksn.
P'awsn.
VE
VP
VA
VB
0.90
0,66
0.84
0,28
I o,87
3,11
1,97
11
I 0,50 I
,--
II I
I
1.29
0,43
1,32
iI o.90
Ii o.30
Ii o.93
I3'03
I
I
3,07 i 3.1
I I
''
'
I · -- l-------i-----~ i
I9·28 I I
i
i
I
- !
93
~uangan
Alk.D.
Sbr.D.
Distr.D
VE · -
VP
VA
VB
/~Max
CI
CR
1,80
0,95
0,32
0,99
3,09
3,04
0,02
0,03
okasi Dana
1
1mber Dana
1,80
l
1,37
1,35
0,45
1,36
3,02
stribusi Dana
0,52
0,68
1
0,71
0,24
0,72
3
I o,53
3,01
9,11
94
MA TRIKS GABUNGAN PELAKU Sarana Pimp.
P.Mjmn.
P.Oprsn.
VE
VP
VA
VB
),Max
Pimpinan
I
0,49
4,99
1,35
I o,36
1,07
2,97
3,02
Phk.Manajemen
1,93
I
4,21
2,01
0,54
1,61
2,98
Phk.Operasional
0,19
0,23
1
0,35
0,09
0,28
3, 11
3,71
CI
CR
I O,Ol
0,02
9,06
~istem
Pimpinan
I Pimp.
P.Mjmn.
P.Oprsn.
VE
VP
VA
VB
/.Max
CI
II
1,08
3,50
1,56
0,49
1,52
3,l 0
3,09
0,045
I 1,03
0,97
0,31
0,95
3,06
1
0,63
0,20
0,62
Phk.Manajemen
0,88
1
Phk.Operasional
0,28
0,91
I
I
I
I 3.16
i
i -··--L
....
13,l ·1---~
9,26
I
I I I
I CR '
I I
I
0,08
I
I
95
Pimp.
P.Mjmn.
P.Oprsn.
VE
VP
I VA
VB
I.Max
CI
CR
I
1,60
1,97
1,47
0,46
i 1,38
3
3,06
0,03
0,05
hk.Manajemen
0,60
I
2,95
1,21
0,37
11, 15
3,11
hk.Operasional
0,50
0,33
1
0,55
0;17
I o.52
3,06
I
9,17
impinan
-
~
I
3,23
96
Lampi ran 5
Cara Perolehan Nilai VE, VP, VA, VB, ), Max, CL clan CR pada Matriks Gabungan Faktor Masalah.
I. Cara Memperoleh Nilai VE (Vektor Eigen)
'
E~a(ij)k 3
~~l-x~2~,0~3~x~4,~8~3-
MUTU
= 2,14
~------
BIAVA
\J
=
0,49
x 1 x 2,22
~0,20 X 0,43 X I
WAKTU =
1,03
=
=0,44
2. Cara Mempcrolch Nilai VP (Vektor Prioritas)
VP
=
VE
I
'--~~~~I_V_E~~~· MUTU
=
2,J 4 = 0,59 3,61
BIAVA
=
1,03 3,61
=
0,29
W AKTU = 0,44 = 0,12 3,61
3. Cara Mcmperoleh Nilai VA (Vektor Antara) MUTU
= (1x0,59) + (2,03 x 0,29) + (4,83 x 0,12) = 0,59 + 0,60 + 0,58 = 1,77
BIAVA
= (G,49 x 0,59) + (I x 0,29) + (2,22 x 0, 12) = 0,29 + 0,29 + 0,27 = 0,85
W AKTU = (0,20 x 0,59) + (0,43 x 0,29) +(I x 0, 12) = 0,12 + 0,13 + 0,12 = 0,37
4. Cara Mernperoleh Nilai V13 (Vektor 13cigen) VB
= VA VB
MUTU
= L77 =3 0,59 0.85 0,29
2,93
BIAVA
=
WAKTU
= 0.37 = 3,08
=
0,12
5. Cara Memperoleh Nilai AMax n I~
I
Max=
VB
k=l 9,01 3 3,003
6. Cara Memperoleh Nilai CI (Consistency lndeks) Cl
=A.Max-n n- 1 = 3 003 - 3 3- 1
= 0.003 2 =
0,0015
7. Cara Memperoleh Nilai CR (Consistency of Ratio)
CR
=_Q_ RI =
0.00! 5 0,5
=
0,003
* Untuk VE, VP, VA, VB, A Max, CI, dan CR pada setiap rna1:riks gabungan yang lain, perolehan nilainya menggunakan rumus yang sama seperti di atas.
SURAT KETERANGAN No. 1426/PIH/Xl/2005
Yang bertanda ttmgan di bawah ini menyatakan bahwa : Nanrn : Siti Nudacla NIM
: 101092123377
Fakul!as Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif 1-lidayatullafi'l Jakarta, \elah melaksanakan risct pada periode Agustus sampai November 2005 dengan judul "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Manajemen !V!utu Terpadu pada Pasar Ikan Higienis. Pejompongan" dengan hasil yang baik. Dcmikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan dengan semcstinya.
' Jakarta, 4 Februari 2006 Hom1at Kami,
DOKUMENTASI
PH Pejompongan tampak dalam
CHILLING ROOM tampak dalam
Alat Timbangan
,,
I
'
CHILLER tampak dari luar