FUNGSI TARI KOMPANIA PADA PERAYAAN IDUL FITRI BAGI MASYARAKAT KULISUSU KABUPATEN BUTON UTARA SULAWESI TENGGARA Penulis: Armanto Aggota penulis Riana diah sitharesmi, S.Sn, MA LA Ode Karlan, S.Pd, S.Sn JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK FAKULTAS SAS dan BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRAK
Setiap daerah yang ada diwilayah nusantara memiliki jenis kesenian yang berbeda-beda. Jenis kesenian tersebut merupakan keragaman budaya yang ada di Indonesia. Keragaman tersebut yakni seni teater, seni musik dan seni tari. Seperti halnya kesenian yang ada di Kecamatan Kulisusu yang memiliki kesenian yang berbeda-beda, salah satunya Tari
Kompania.Tari
beberapa Kompania
merupakan kesenian tradisi masyarakat Kulisusu yang telah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat Kulisusu tersebut. Tari Kompania dipentaskan oleh mayarakata kulisusu pada perayaan Idul Fitri. Kehadiran Tari Komapania pada perayaan Idul Fitri didasari oleh konsep kemenagan, karena tari Kompania diciptakan atas dasar kemenagan tentara Kulisusu pada perang melawan para Kompeni. Selain itu, kehadiran Tari Kompania Pada perayaan Idul Fitri merupakan bentuk kesepakatan dari masyarakat Kulisusu. Bentuk pertunjukan Tari Kompaniamerupakan bentuk pertunjukan secara komunal, karena tarian ini dipentasakan lebih dari satu orang penari yakni dipertunjukan oleh empat orang penari laki-laki. Pertunjukan Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri memiliki beberapa fungsi yakni untuk memeriahkan perayaan Idul Firti, sebagai sarana ritual masyarakat Kulisusu, dansebagai sarana hiburan.
Kata Kunci: Bentuk Pertunjukan, Fungsi Tari, Tari Kompania
1
PENDAHULUAN Tari Kompania merupakan tarian tradisi yang sudah membudaya di Kecamatan Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Menurut masyarakat setempat, tarian ini merupakan tari yang menggambarkan tentang kemenangan dalam peperangan. Tari Kompania muncul sebagai ungkapan rasa syukur kemenangan dalam peperangan antara pasukan Kulisusu melawan para Kompeni yang telah menguasai daerah Ambon. Perang tersebut pada saat itu dipimpin oleh petinggi kerajaan Buton. Melalui peristiwa tersebut, Tari Kompania muncul di daerah Kulisusu sebagai tari tradisi yang melambangkan kemenangan perang melawan para Kompeni. Tari Kompania pada awalnya masyarakat mengenal dengan sebutanTari Maniu,
yangdalam
bahasa
daerah
Kulisusu
artinya
menang.
Seiring
berkembangnya zaman dan dikarenakan oleh sejarah munculnya tarian ini, yaitu sebagai bentuk kemenangan atas peperangan melawan para Kompeni, maka masyarakat bersama tokoh adat, tokoh masyarakat serta tokoh agama Kulisusu Kabupaten Buton Utara sepakat untuk melahirkan istilah baru dari Tari Maniu yaitu Tari Kompania. Tari Kompania awalnya dipertunjukan dalam lingkungan keraton Kulisusu untuk menyambut tamu-tamu besar keraton seperti raja, para pejabat, tokoh adat,tokoh agama serta tokoh masyarakat. Perkembangan selanjutnya, pertunjukan Tari Kompania sudah ditemukan pada perayaaan hari besar agama Islam, seperti pada perayaan Idul Fitri dan perayaan Idul Adha pada tahun 1981. Perutunjukan Tari Kompania pada perayan hari besar agama tersebut, dilaksanakan dalam lingkungan keraton Kulisusu salah satunya dalam perayaan Idul Fitri. Melihat fenomena pertunjukan Tari Kompaniamaka ada beberapa hal yang perlu peneliti telusuri tersebut antara lain apa keterkaitan antara Tari Kompania dengan perayaan Idul Fitri, fungsi Tari Kompania bagi masyarakat Kulisusu Kabupaten Buton Utara serta bagaimana bentuk pertunjukan Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri bagi masyarakat Kulisusu Kabupaten Buton Utara Sulawesi Tenggara. Berdasarkan beberapa hal yang perlu peneliti telusuri di atas, maka
2
peneliti menformulasikan judul: Fungsi Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri bagi masyarakat Kulisusu Kabupaten Buton Utara Sulawesi Tenggara. Pada proses penelitian ini, ada beberapa pendapat ahli seni dan ahli sastra yang digunakan terkait dengan apa yang telah menjadi objek penting dalam penelitian ini. Beberapa pendapat ahli tersebut seprti pendapat ahli tentang penegertian tari, fungsi seni, bentuk pertunjukan dan struktur penyajian tari. Pengertian tari dalam penelitian ini di ungkapakan oleh ahli tari, bahwa tari adalah ‘Konsep ekspresi manusia yang bersifat estetis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam masyarakat yang penuh makna’ (Hadi, 2007:13). Pada penlitian ini memiliki tujuan tertentu. Tujuan penlitian ini yakni, untuk mendeskripsikan fungsi dan bentuk pertunjukan Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri bagi masyarakat Kulisusu Kabupaten Buton Utara Sulawesi Tenggara serta untuk mengetahui hubungan Tari Kompania dengan perayaan Idul Fitri bagi masyarakat Kulisusu Kabupaten Buton Utara Sulawesi Tenggara.
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini ,metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptifanalisis dalam hal ini penulis berusaha mendeskripsikan objekobjek alami yang termasuk pada objek yang akan diteliti. Menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan deskripsi interpretatif tentang data-data yang diperoleh. Seperti yang dikatkan seorang ahli bahwa analisis data adalah ‘Proses mencari dan menyusun secara sistematis terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola memilih mana yang penting yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami diri sendiri maupun orang lain’ (Sugiyono, 2007:89). Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan sosologi. Pendekatan sosiologi adalah ‘Mencoba menafsirkan keberadaan seni tari dengan kesadaran kolektif, struktur sosial, fungsi tari dalam masyarakat, dan mencomba menghubungkan sistem simbol dengan sistem masyarakat’ (Hadi,
3
2005:6). Pendekatan sosiologi yang dimaksudkan, penulis juga mengamati keadaan masyarakat sebelum, pada saat serta selesai masyarakat merayakan Idul Fitri.
PEMBAHASAN Sejarah hadirnya Tari Kompania pada peerayaan Idul Fitri Peristiwa
kemunculan
Tari
Kompania
disebabkan
adanya
unsur
kemenangan dalam peperangan terhadap para Kompeni. Pada dasarnya tari ini dipentaskan untuk menyabut tamu-tamu besar yang datang berkunjung di keraton Kulisusu. Selain itu, kehadiran Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri merupakan sebuah tradisi masyarakat Kulisusu yang menunjukan tentang konsep kemenangan baik kemenangan umat Islam melawan hawa nafsu pada bulan suci Ramadhan maupun kemenagan dalam berperang (Wawancara La Ode Ahlul Musafi, 13 April 2012).Tari Kompania muncul dalam perayaan Idul Fitri pada tahun, 1981. Hadirnya tari ini dalam perayaan hari raya Idul Fitri disebabkan oleh beberapa hal seperti, keinginan masyarakat untuk meramaikan perayaan Idul Fitri di daerah Kulisusu, untuk menyambut hari besar agama Islam sebagai rasa syukur terhadap kemenangan dalam berperang melawan hawa nafsu dalam bulan Ramadhan, kesepakatan para tokoh-tokoh adat dan masyarakat Kulisusu serta sebagai lambang kemenangan dalam berperang melawan Penjajah. Seperti yang dikemukakan kepala adat Kabupaten Buton Utara menagatakan bahwa kehadiran Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri adalah sebagai bentuk syukur atas kemenangan masyarakat setempat baik kemenagan agama Islam karena telah melawan hawa nafsu pada bulan Ramadhan, keinginan masyarakat setempat untuk memeriahkan Idul Fitri serta untuk melestarikan dan menjaga eksistensi Tari Kompania (Wawancara La Ode Ahlul Musafi, 13 April, 2012). Pengertian Tari Kompania
4
Tari Kompania merupakan tari tardisi yang melambangkan kemenangan masyarakat Kulisusu dalam sebuah peperangan melawan Kompeni. Pengertian TariKompaniadikemukakan oleh kepala adat Buton Utara bahwaTari Kompania adalah tari yang menceritakan tentang kemenangan dalam sebuah peperangan tentara Kulisusu melawan para Kompeni, hal tersebut dapa dilihat dari pola geraknya yang menyerupai gerakan pada saat perang (Wawancara La Ode Ahlul Musafi, 13 April, 2012). Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan bahwa konsep kemenagan Tari Kompania tidak terlepas dari kemenangan masyarakat Kulisusu, baik kemenangan dari segi peperangan tentara Kulisusu melawan Penjajah serta peperangan umat Islam melawan hawa nafsu dalam bulan Ramadahan. Dari wacana di atas, maka pengertian Tari Kompania adalah tari kemenangan masyarakat Kulisusu yang ekspresi geraknya berasal dari gerakan-gerakan perang. Pendapat tersebut di atas sejalan dengan pendapat para ahli bahwa tari adalah ‘Ekspresi manusia yang bersifat estetis merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam masyarakat yang penuh makna’ (Hadi, 2007:13). Hubungan Tari Kompania dengan Idul Fitri Tari Kompania dengan perayaan Idul Fitri tidak memiliki hubungan yang erat karena keduanya memiliki sudut pandang yang berbeda, akan tetapi keduanya merupakan suatu bentuk kesepakatan masyarakat akan ditampilkan dalam satu momen yang sama yaitu momen kemenagan. Momen kemenangan yang dimaksudkan dapat kita lihat bahwa Tari Kompania merupakan tari yang melambangkan kemenagan begitupun Idul Fitri yang melambangkan kemenangan agama Islam. Berdasarkan hasil penelitian, yang menghungkan Tari Kompania dengan Idul Fitri adalah konsep kemenangan. Konsep kemenangan dalam perayaan Idul Fitri didasari oleh kemenangan umat Islam dalam perang melawan hawa nafsu pada bulan Ramadhan sedangkan konsep kemenagan dalam Tari Komoania merupakan konsep kemenangan perang melawan Kompeni serta tardisi yang ada dalam masyarakat Kulisusu tersebut yang telah disepakati oleh tokoh, agama, tokoh adat maupun tokoh masyarakat Kulisusu pada tahun 1981 (La Ode
5
Ahlul Musafi, 13 April 2012). Hubungan antara Tari Kompania dengan perayaan Idul Fitri dapat kita lihat dalam skema sebagai berikut: Skema Hubungan Antara Tari Kompania Dengan Idul Fitri TMK
Konsep Kemenangan perang
TK
IF
TAGI
F
BP Keterangan: TK
: Tari Kopmania.
IF
: Idul Fitri
BP
: Bentuk Pertunjukan.
F
: Fungsi.
TMK
: Tradisi masyarakat Kulisusu.
TAGI
: Tradisi Agama Islam. Skema tersebut di atas menjelaskan tentang hubungan antara Tari
Kompania dengan Idul Fitri sehingga mengahasilkan sebuah fungsi serta bentuk pertunjukan. Hubungan keduanya dipertemukan oleh tradisi masyarakat karea keduanya memiliki konsep yang sama yaitu konsep kemenangan. Bagan tersebut lahir atas dasar pemikiran peneliti sendri yang berusaha mengungkapkan keterkaitan antara Tari Kompania dengan Idul Fitri dalam bentuk yang bagan yang sederhana.
6
Bentuk pertunjukan Tari Kompania Pada hakikatnya, seni tari yang ada disetiap daerah memiliki bentuk pertunjukan. Bentuk perutunjukan bisa berupa ‘Bentuk pertunjukan yang dilaksanakan secara individu dan bentuk pertunjukan secara komunal atau kelompok’ (Sumaryono, 2007:4). Tari komunal pada dasarnya akan berhubungan dengan
masyarakat
sebagai
pelaksana
pertunjukan
seni.
Seperti
yang
dikemukakan seorang ahli bahwa tari komunal merupakan ‘Suatu peristiwa pertunjukan tari yang melibatkan masyarakat besar yang pada umumnya merupakan warisan budaya masa lampau’ (Dibia dkk, 2006:1). Hal tersebut dibuktikan dengan ciri tari komunal yaitu ‘Penarinya lebih dari satu orang atau ditarikan oleh orang banyak’ (Dibia dkk, 2006:57-63). Bentuk pertunjukan maupun ciri tarian yang dikemukakan tersebut, ditemukan dalam Tari Kompania dimana pertunjukan Tari Kompania melibatkan banyak masyarakat mulai penari maupun penonton yang meyaksikan. Elemen-elemen Tari Kompania Adapun elemen-elemen dalam Tari Kompania adalah sebagai berikut: Gerak Tari Kompania Pertunjukan Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri memiliki beberapa gerakan. Adapun gerakan-gerakan yang ada dalam Tari Kompania adalah sebagai berikut: Gerakan Penghormatan merupakan gerak awal untuk memulai pertunjukan Tari Kompania. Gerakan ini pada dasarnya dilakukan untuk menghormati para tamu-tamu besar keraton, dan para penonton yang datang menyaksikan pertunjukan Tari Kompania.
7
Gerakan
maju
menyerang
menombak
kerarah
tanah.
Gerakan
ini
menggambakan orang yang sedang menyerang lawan dalam sebuah peperangan. Gerakan mundur. Gerakan ini dilakukan untuk menyusun strategi dalam berperang. Gerakan memutar tombak. Gerkan memutar tombak ini menggambarkan tentang gerakan tentara keraton Kulisusu melumpuhkan lawan. Gerakan maju jalan biasa sekaligus jabat tangan dan penghormatan. Gerakan ini menandakan bahwa perang telah selesai dan diakhiri dengan sebuah perdamaian. Gerakan mengayunkan bendera. Pada gerakan ini menandakan bahwa perang tel;ah berakhir, serta menandakan kemenangan tentara keraton Kulisusu dalam peperangan melawan Kompeni. Penari Tari Kompania Tari Kompania ditarikan oleh penari laki-laki yang merupakan keturunan bangsawan keraton Kulisusu yang sudah melangsungkan pernikahan. Tari ini ditarikan oleh empat oramg penari laki-laki. Penari yang makukan tarian tersebut, dua orang pemegang tombak (karada) serta memegan sapu tangan yang berwarna merah kuning dan puitih. Dua orang penari lainnya mememegang bendera (tondi) serta sapu tangan berwarna hijau. Penari yang memegang tombak (karada) bernama Kulman dan Sumanti sedangkan penari yang memegang bendera (tondi) bernama Asrudin dan Sunardin. Kostum Tari Kompania Adapun kostum yang digunakan oleh penari Tari Kompania
adalah
sebagai berikut: Topi hias dengan warna hitam, merah, putih, hijau dan kuning. Baju lengan panjang yang berwarna hitan dan kuning pada leher, ujung lengan serta bagian depan baju. Selempang yang berwarna merah dan putih 8
Celana panjang hias yang berwarna hitam, merah, putih, hijau dan kuning pada bagian depan celana. Sepatu yang berwarna hitam.
Tata Rias Tari Kompania Tata rias dalam sebuah tarian sangat diperlukan, karena sifatnya unruk memperkuat karakter tokoh dalam menyampaikan pesan tarian tersebut. berdasarkan hasil penelitian, Pertunjukan Tari Kompania sejak awal dipentaskan tidak menggunakan tata rias, baik rias wajah maupun rias rambut karena masyarakat setempat maupun pelaku tarian masi menggunakan hal-ahal yang bersifat alami. Propery tari Kompania Adapun property yang digunakan oleh penari Tari
Kompania
sebagai
berikut: Tombak (karada). Tombak yang digunakan dalam tarian ini terbuat dari kayu. Tombak tersebut melambangkan tentang senjata yang digunakan pada saat peperangan. Bendera (tondi). Bendera yang digunakan berwarna putih dengan dengan menggunakan lambang bulan dan bintang yang berwarna merah. Bulan dan bintang ini memiliki makna tentang keagungan raja Buton yaitu La Ode Ode. Sapu tangan. Sapu tangan dalam Tari Kompania merupakan salah satu property pelengkap yang digunakan oleh keempat penari Tari Kompania. Musik Pengiring Tari Kompania Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Kompania yaitu dua buah gong yang terbuah dari almenium berwarna kuning dengan ukuran yag berbeda, dan satu buah gendang yang terbuat dari kulit kambing, kayu dan rotan. Jumlah pemusik adalah dua orang laki-laki, pemain gendang (tepe) adalah La Ndindi sedangkan pemain gong (Ndo) adalah Muzuni. Selain itu dua orang pemai
9
musik tersebut, terdapat tiga orang pemain musik lainya yang merupakan cadangan ketika dua orang in berhalangan. Ketiga orang tersebut bernama La Kaco, Ladanco dan La Dawa
Waktu dan tempat Pertunjukan Tempat yang digunakan dalam pertunjukan Tari Kompania
adalah di
halaman depan Kearatom Kulisusu, karena tempat ini merupakan tempat pertama kalinya Tari Kompania dipertonton.Waktu yang digunakan pada pertunjukan Tari Kompania setelah selesai satu hari perayaan hari raya Idul Fitri selama tiga hari berturut mulai dari pukul 15.30-17.00 sore. Ekspresi Ekspresi
dalam
sebuah
tarian
sangat
dibutuhkan
agar
lebih
mempermudah dalam menyampaikan pesan tari kepada penonton. Ekspresi tersebut terjadi dalam Tari Kompania, dimana penari pada saat pentas mengekspresikan tarian tersebut seperti suasana pada saat melakukan perang. Ekspresi yang dilakukan penari dalam Tari Kompania dilakukan penari sesuai gerakan yang dilakaukan mulai dari gerakan penghormatan sampai pada gerakan mengayunkan bendera Struktur Peyanjian Tari Kompania Struktur pada dasarnya adalah sebuah susunan dalam manyajikan sebuah kesenian. Seperti yang dikatakan seorang ahli tari bahwa struktur dalam sebuah tarian yaitu ‘kejadian dari permulaan, perkemmbangan dan penyelesaian yang setiap bagian struktur tari tersebut terdapat awal, tengah dan akhir yang diperlukan dalam kebutuhan isi tari itu sendiri’ (Hadi, 2003:82). Awal penyajian Tari Kompania, penari melihat para tamu besar tersebut apakah sudah berada ditempat pertunjukan atau belum, kemudian para penari bersiap-siap untuk melakukan gerakan tarian dan pemusik membunyikan alat musik untuk mengiringi para penari Tari Kompanai. Setalah itu para penari
10
memasuki areal pertunjukan, kemudian para penari berjejer untk bersiap-siap melakukan gerkan awal yaitu gerakan penghormatan, tengah dalam pertunjukan Tari Kompania dapat dihat berahirnya gerakan awal dan penari mulai berkeliling kepada penonton untuk menggendong anak dan menggandeng untuk orang dewasa, kemudian diajak berkeliling diareal pertunjukan dengan melantunkan syair dalam tarian tersebut.Sebuah pertunjukan seni pada umumnya memiliki akhir dalam pertunjukan, sebagai tanda berakhirnya sebuah pertnjukan seni. Pada pertunjukan Tari Kompania memiliki akhir pertunjukan. Adapun akhirpertunjukan Tari Kompania tersebut, ketika waktu yang ditentukan telah berkahir. Fungsi Tari Kompania Pada Perayaan Idul Fitri. Hadirnya Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri dalam masyarakat Kulisusu tentunya merupakan sesuatu yang bermanfaat. Manfaat tersebut terjadi dalam lingkungan masyarakat Kulisusu pada saat merayakan hari besar agama Islam yaitu perayaan Idul Fitri. Tari Kompania pada proses perayaan Idul Fitri merupakan tradisi yang telah tumbuh secara turun-temurun di daerah Kulisusu karena tari ini merupakan tarian trdisi masyarakat kuliususu. Oleh karena itu, fungsi Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri yaitu untuk memeriahkan perayaan Idul Fitri bagi masyarakat Kecamatan Kulisusu. Seperti yang dikatakan oleh kepala adat Buton Utara bahwa dengan adanya pelaksanaan Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri, maka suasana
Idul Fitri berlansung begitu ramai jika
dibandingkan sebelum hadirnya Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri (Wawancara La Ode Ahlul Musafi, 13 April 2012). Selain itu, hadirnya Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri memiliki tujuan tersendiri yaitu sebagai proses penyatuan untuk merayakan kemenangan. Kemenagan pada Idul Fitri merupakan kemenangan umat Islam karena telah berperang melawan hawa nasfsu pada bulan Ramadhan. Dalam Tari Kompania kemenangan tersebut merupakan kemenangan tentara Kulisusu melawan para Kompenia pada saat melakukan perang, maka dalam hal ini akan berkaitan dengan sebab dihadirkanya Tari Kompania dalam perayaan Idul Fitri. Adapun fungsi Tari Kompania adalah sebagi berikut:
11
Tari Kompania berfungsi sebagai sarana ritual. Fungsi ritual pada sebuah karya seni sudah tidak asing lagi dibicarakan, karena seni bersifat secara universal. Tetapi dalam ruang ligkup seni tari seperti seni Tari Kompania memiliki fungsi ritual bagi masyarakat Kulisusu karena dianggap dapat mendatangkan keberkahan dan sebagai sarana penyembuhan. Seperti yang seorang ahli bahwa ‘Fungsi tari sebagai sarana ritual merupakan fungsi tertua dalam sejarah kehidupan manusia, yaitu fungsi tari sebagai sarana peribadatan yang umumnya disebut dengan tari ritual’(Hidajad, 2008:12). Selain itu, fungsi seni yang bisa dikatakan memiliki fungsi ritual bagi masyarakat tentunya memiliki karakteristik atau sebuah ciri tertentu. Adanya hal tersebut, seorang ahli tari bahwa karateristik seni yang memiliki fungsi ritual bagi masyarakat yaitu ‘Diperlukan tempat pertunjukan yang terpilih yang biasanya dianggap sakral, diperlukan pemilihan hari serta saat yang terpilih yang biasanya dianggap sakral, diperlukan pemain yang terpilih, biasanya dianggap suci atau yang telah membersikan diri secara spiritual, diperlukan seperangkat sesajian yang kadang terdiri dari berbagai macam jenis dan macamnya, tujuannya lebih dipentingkan dari daripada penampilan secara estetis, dan diperlukan busana yang khas’ (Soedarsono,2002:126). Fungsi seni yang dikatakan sebagai sarana ritual harus memenuhi karateristik yang telah disebutkan oleh ahli di atas. Tari Kompania pada perayaan Idul Fitri memiliki karateristik tersendiri dalam pertunjukanya. Karateristik tersebut dapat kita lihat pada bentuk, alat busana serta waktu yang digunakan dalam pelaksanaan tarian ini. Selain itu itu, penari yang mempertunjukan tarian ini harus orang-oarang terpilih yang merupakan keturunan bangsawan keraton Kulisusu. Berdasarkan hasil penelitian bahwa karateristik atau ciri Tari Kompania yaitu sebagai berikut: Tari Kompania Berfungsi Sebagai Sarana Hiburan. Seni pertunjukan pada umumnya, baik pertunjukan seni tari, seni musik maupun seni drama pada hakikatnya berfungsi sebagai sarana hiburan, terutama hiburan untuk masyarakat. Hiburan tersebut bisa berupa hiburan untuk pribadi,
12
maupun untuk hiburan masyarakat secara umum. Seperti yang dikatakan Soedarsono seorang ahli tari, bahwa fungsi utama tari ada tiga yaitu ‘Sebagai sarana hiburan, sebagai sarana ritual, dan sebagai presentasi
estetik’
(Soedarsono, 2002:123). Seni pertunjukan yang memiliki fungsi hiburan bagi masyarakat, secara umum memiliki ciri tersendiri jika dibandingkan dengan ciri seni yang berfungsi sebagai sarana ritual ataupun untuk presentasi estetis. Menurut para ahli tari Ciri tari yang berfungsi sebagai sarana hiburan dapat kita lihat pada fenomena fungsi hiburan pada masyarakat yaitu ‘Tarian tersebut dapat membuka ruang bagi para penonton serta semua pihak yang terkait untuk bersuka ria, saling menghibur diri baik dengan menari bersama ataupun menyaksikan pertunjukan tersebut’ (Dibia dan dkk, 2006:233). Ciri tari berfungsi sebagai sarana hiburan yang telah dikemukakan tersebut, dapat kitajumpai pada pertunjukan Tari Kompania dimana dalam proses pertunjuka Tari Kompania berlangsung meriah serta penonton ikut terlibat secara langsung dalam pertunjukan tarian tersebu. Pertunjukan Tari Kompania dalam masyarakat Kulisusu memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat, karena pelaksanaan tarian tersebut tiap tahunya berlangsung meriah di daerah Kulisusu Kabupaten Buton Utara. Pada dasarnya kehadiran tarian ini salah satunya berfungsi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat Kulisusu pada hari raya Idul Fitri, karena masyarakat Kulisusu memanfaatkan tarian itu sebagai sarana untuk berekreasi serta untuk meluapkan rasa gembira setelah melaksanakan Idul Fitri (Wawancara H.Thamrin, 22 April 2012). Seperti yang dikatakan seorang ahli seni tari bahwa fungsi hiburan adalah ‘Sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa suka ria, rasa gembira dan pergaulan’ (Supartha dan Suparjan, 1982:136).
SIMPULANdan SARAN Berdasarkan hasil penelitian, Tari Kompania dengan Idul
Fitri
dihubungkan oleh konsep kemenagan.Adanya hal tersebut, Pada perayaan Idul
13
Fitri, Tari Kompania berfungsi untuk memeriahkan perayaan Idul Fitri pada masyarakat Kulisusu. Selain berfungsi pada perayaan Idul Fitri, Tari Kompania berfungsi juga bagi masyarakat Kulisusu. Fungsi tersebut yaitu sebagai sarana hiburan masyarakat dan sebagai sarana ritual yang dipercaya oleh masyarakat Kulisusu dapat menghindari penyakit dan sebagai sarana untuk mempermudah mendapatkan rejeki, umur panjang, dan penolak balak. Hadirnya adanya fungsi tersebut maka tentunya kehadiran Tari Kompania Pada perayaan Idul Fitri untuk merayakan kemenangan umat Islam setelah melakukan perang melawan hawa nafsu pada bulan Ramadhan. Bentuk pertunjukan Tari Kompania merupakan bentuk pertunjukan yang dilakukan secara berkelompok atau secara komunal karena penari Tari Kompania karena penari tari kompania berjumalah lebih dari satu orang yaitu empat orang penari laki-laki. Penari tersebut menggunakan kostum yang sama, namun menggunakan property yang berbeda. Penari yang memegang tombak (karada) berjumlah dua orang dan penari yang memegang bendera (tondi) berjulah dua orang dengan mnggunakan sapu tangan yang berbeda warna, warna merah, kuning dan putih digunakan oleh penari yang memegang tombak (karada) sedangkan yang berwarna hijau digunakan oleh pemegang bendera (tondi). Pertunjukan ini menggunakan dua jenis alat musik tradisional yaitu gong dan gendang dengan jumlah pemusik dua orang. Pada penelitian ini terdapat beberapa saran yang perlu ditingkatkan yakni, Peneliti fungsi pertunjukan seni tari agar lebih bersifat apresiatif terhadap objek yang telah di teliti, sehingga apa yang menjadi objek penelitian merupakan keinginan dari diri pribadinya sendiri, apapun yang menjadi hasil penelitian bisa dipilih mana yang bersifat baik dan mana yang bersifat buruk untuk dapat dijadikan pembelajaran dalam sebuah penelitian dan sudah saatnya untuk mengangkat seni-seni kedaerahan yang beesifat tradisi agar dapat dijadikan sebagai bahan pemebelajran bagi anak didik terutama untuk kalangan akademik, sehingga kita bisa mengetahui sejauh mana keberadaan seni dalam kehiupan masyarakat terutama seni tari serta peneliti tentang seni tari lebih diperbanyak
14
agar lebih meningkatkan dan memperkaya ilmu tentang seni tari serta bisa memperbanyak lahan bacaan bagi para peminat tari.
DAFTAR PUSTAKA
A. Tertulis Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta Dibia, W dkk. 2006. Tari Komunal Buku pelajaran Kesenian Untik Kelas XI. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara. Hadi, S 2003 .Kooreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi. Hadi, S. 2007. Kajian Tari Teks dan Nonkonteks. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher Hidajad, R. 2008. Seni Tari Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari Bagi Guru. Malang: Jurusan seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.. Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia diera Globalisasi. Yogyakarta:. Gadja Mada University Press. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfaberta.
Supartha,G dan Supardjan 1982. Pengantar Pengetahuan Tari. Jakarta: Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suwandi dan Basrowi. 2008. Memahami penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. .
15