Jurnal Teknos, No. 27, Desember 2015 Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN CAMPURAN NAFTALENA YANG TERDAPAT PADA KAPUR BARUS , , Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta E- Mail ;
[email protected] ABSTRAK Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan bagi pengguna Motor Bensin untuk menghemat pengunaan bahan bakar minyak, diantaranya adalah pemanfaatan zat naftalena yang terdapat pada kapur barus yang dapat di campur langsung dengan bensin sebagai suplemen bahan bakar, naftalena merupakan suatu larutan kimia yang memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan angka oktan pada bensin. Kata kunci : Motor Bensin,Naftalena, Oktan ABSTRACT There are various ways to do for users Engine Gasoline to conserve the use of fuel oil, including the use of substances naphthalene contained in mothballs that can be mixed directly with gasoline as a supplement fuel, Naphthalene is a chemical solution that gives positive effect for increase the octane number of the gasoline. Keywords: Engine Gasoline, Naphthalene, Octane
PENDAHULUAN Salah satu jenis penggerak mula adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi thermal untuk melakukan kerja mekanik, energi itu sendiri diperoleh dari hasil pembakaran.Sebuah sistem konversi energi yang amat banyak penggunaanya adalah motor bakar yang menggunakan torak dan proses engkol untuk menyebabkan gerakan torak yang berbolak – balik menjadi gerak putaran yang amat praktis. Motor bakar mempunyai berbagai macam bentuk silinder yang didalamnya terdapat torak yang melakukan gerak translasi. Di dalam silinder tersebut terjadi pembakaran antara campuran bahan bakar dengan oksigen dengan campuran tertentu. Pada kepala silinder terdapat dua buah katup yaitu katup masuk dan katup buang, yang mana katup masuk merupakan saluran masuknya campuran bahan bakar dan udara sedangkan katup buang sebagai saluran pembuangan dari sisa – sisa pembakaran.
Sistem bahan bakar dalam suatu mesin merupakan suatu sistem yang sangat dominan dalam menentukan unjuk kerja mesin. Suatu rangkaian mesin motor akan memberikan daya yang optimal bila seluruh sistem yang bekerja pada motor tersebut berfungsi dengan baik begitu pula kerja pada sistem bahan bakar kelancaran kerja pada sistem ini akan berpengaruh besar pada efisiensi dan daya motor .Salah satu cara agar sistem bahan bakar bekerja dengan optimal yaitu dengan perawatan dan perbaikan sistem bahan bakar. Angka oktan merupakan acuan untuk mengukur kualitas dari bensin yang digunakan sebagai bahan bakar motor bensin. Makin tinggi angka oktan maka makin rendah kecenderungan bensin untuk terjadi knocking. Menaikkan angka oktan pada bensin adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas bensin. Untuk mendapatkan bensin dengan angka oktan
yang tinggi dapat ditempuh beberapa cara, salah satunya yakni dengan mencampurkan bahan bakar bensin dengan kapur barus (camper). Kapur barus mengandung naftalena dimana salah satu unsur kimianya dapat menambah angka oktan bensin. Penggunaan Naftalena sebagai aditif memang belum terkenal karena masih dalam tahap penelitian. Sampai saat ini memang belum diketahui akibat buruk penggunaan naftalena terhadap lingkungan dan kesehatan, namun zat tersebut relatif aman untuk digunakan.Kandungan napthalen pada kapur barus itulah yang dapat dimanfaatkan untuk penghematan bahan bakar minyak dan meningkatkan performa mesin. LANDASAN TEORI Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau pesawat yang menggunakan energi thermal untuk melakukan kerja mekanik, yaitu dengan cara merubah energi kimia dari bahan bakar menjadi energi panas, dan menggunakan energi tersebut untuk melakukan kerja mekanik. Energi panas diperoleh dari pembakaran bahan bakar pada mesin itu sendiri. Jika ditinjau dari cara memperoleh energi thermal ini (proses pembakaran bahan bakar), maka motor bakar dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu motor pembakaran luar dan motor pembakaran dalam) Bahan Bakar Premium Premium berasal dari bensin yang merupakan salah satu fraksi dari penyulingan minyak bumi yang diberi zat tambahan aditif, yaitu Tetra Ethyl Lead (TEL). Premium mempunyai rumus empiris Ethyl Benzene (C8H18). Premium adalah bahan bakar dari hasil distilat yang bewarna kuning akibar adanya zat pewarna tambahan. Penggunaan premium pada umumnyaa digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti mobil, sepeda motor dan lainlain. Bahan bakar ini juga sering disebut gasoline atau petrol dengan aangka oktan adalah 88 dan mempunyai titik didih (30°200°)C. Persamaan reaksi untuk pembakaran dengan oksigen pada bensin premium adalah
sebagai berikut : C8H18 + 12,5O2
8CO2 + 9H2O
Pembakaran diatas diasumsikan semuan bensin terbakar dengan sempurna. Spesifikasi bensin yaitu, mempunyai rumus kimia (C8H18) berat jenis 0,65-0,75 pada suhu 40° dan pada suhu100°C dapat menguap 80-905% bensin dapat menguap 3065%. (buchari ali). Bahan bakar bensin premium merupakan bahan bakar hidrokarbon dan jika terbakar secara sempurna, pada gas buang hanya akan mengandung karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O) serta sisa udara yang tidak ikut dalam proses pembakaran. Namum sering pembakaran terjadi secara tidak sempurna karena keterbatan sistem dan akan menimbulkan karbon monoksida (CO) yang merupakan gas beracun yang mematikan, Hidrokarbon yang tidak terbakar (HC), Oksida dari Nitrogen (NOx) dan partikel logam berat yang terkandung dalam bahan bakar sebagai bahan aditive seperti timbal Proses pembentukan Karbon monoksida(CO) selain karena pembakaran yang tidak sempurna juga akibat proses disosiasi pada temperatur tinggi CO2 menjadi CO yaitu pada temperatur 1000 – 15000C (Mathur, 1980). Pada proses pembakaran yang tidak sempurna, yang disebabkan oleh kurangnya jumlah udara dalam campuran yang masuk keruang bakar atau kurangnya waktu untuk menyelesaikan proses pembakaran. Emisi CO tinggi ketika idling dan mencapai minimum ketika akselerasi mencapai kecepatan konstan. Kadar CO juga ditentukan oleh kualitas campuran bahan bakar, homogenitas dan air fuel ratio. Semakin bagus kualitas campuran dan homogenitas akan mempermudah oksigen untuk bereaksi dengan karbon. Jumlah oksigen dalam air fuel ratio sangat menntukan besar CO yang dihasilkan, hal ini
Rumus Molekul Naftalena Naftalena merupakan salah satu jenis hidrokarbon polisiklik aromatik . Sesuai dengan ikatan valensinya, napthalena mempunyai tiga struktur resonansi yaitu :Seperti benzena, naftalena dapat mengalami substitusi aromatik elektrofilik . Pada sebagian besar reaksi substitusi aromatik elektrofilik, naftalena bereaksi dalam kondisi lebih ringan dari pada benzena. Sebagai contoh, benzena ataupun napthalena bila beraksi dengan klorindengan menggunakan besi klorida atau aluminium klorida sebagai katalis, naftalena danklorin dapat bereaksi untuk membentuk 1 chloronaphthalena bahkan tanpa menggunakankatalis. Perbandingan Daya Efektif Putaran Mesin Pada beban 3kg
Dengan
Daya vs Putaran (N) Daya (kw)
disebabkan kurangnya oksigen dalam campuran akan mengakibatkan karbon bereaksi tidak sempurna dengan oksigen. Bahan bakar bensin premium memiliki angka oktan 88, nilai oktan yang rendah akan cenderung menimbulkan knocking ketika compression ratio dari engine dinaikkan. Biasanya cara yang digunakan untuk menaikkan angka oktan dengan menambahkan zat aditive seperti TEL, Metanol, Etanol,naftalen, dan Xylene. Cara-cara pencampuran bensin premium dengan zad aditive telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang knocking karakteristik pada engine empat silinder pernah dilakukan oleh Arcoumanis dan Contougoulas dengan prosentase metanol 10% , 15%, dan 30% yang menyimpulkan bahwa knocking tidak terjadi untuk campuran bensin methanol dengan volume methanol lebih besar dari 15%. Penelitian yang dilakukan oleh Prio Ambodo (2001), yaitu perbandingan antara bahan bakar premium dengan M85 pada engine empat langkah ditinjau dari emisi gas buangnya. Hasilnya adalah penurunan kadar CO2, sedangkan kadar CO, NOx dan CH tetap, sedangkan efisiensi engine naik sebesar 50%. (Masruki Kabib, 2009). Kapur Barus ( Naftalena ) Kapur Barus sudah bukan lagi barang aneh dalam kehidupan kita. Hal ini selain karena pemanfaatannya juga dikarenakan kapur barus memiliki bau yang sangat khas dan tajam.kapur barus ini mengandung zat naftalena yang merupakan salah satu senyawa aromatik. Dimana sebutir kapur barus biasanya mengandung 250-500 mg naftalena. Naftalena merupakan suatu bahan keras yang putih dengan bau tersendiri, dan ditemui secara alami dalam bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak. Naftalena paling banyak dihasilkan dari destilasi tar batu bara, dan sedikit dari sisa fraksionasi minyak bumi, dengan rumus molekul C10H8 dan berbentuk dua cincin benzena yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar.
0,922 0,872 0,822 0,772 0,722 0,672 0,622 0,572 0,522 0,472 0,422 0,372 0,322
P88 PKB5 PKB10 Putaran N (rpm)
Grafik Perbandingan Daya Dan Putaran Pada Beban 3 Kg Berdasarkan hasil perhitungan pada pembebanan 3kg, daya maksimum mesin untuk bahan bakar premium dengan campuran kapur barus 10 gram pada putaran 2500 rpm sebesar 0,878 kW. Daya tersebut lebih besar dibandingkan dengan daya yang
Pada pembebanan 5 kg Pada pembacaan grafik antara daya dengan putaran pada beban 5 kg, daya maksimum yang dihasilkan adalah 3,370 kW pada campuran Premium dengan kapur barus 10 gram dengan putaran 2500 rpm. Sedangkan daya yang paling rendah dihasilkan oleh bahan bakar premium 88 murni sebesar 3,272kW. Peningkatan kadar Kapur barus dalam campuran bahan bakar bisa meningkatkan daya mesin. Karena nilai oktan pada kapur barus dapat menambah nilai oktan premium 88. Daya yang dihasilkan mesin juga dipengaruhi oleh pembebanan yang diterima poros melalui flywheel. Semakinin besar putaran dan pembebanan yang diberikan, daya yang dihasilkan pun juga semkain besar. Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (sfc) Dengan Putaran Motor Pada beban 3 kg
Bahan Bakar Spesifik vs Putaran Sfc (kg/kwh)
dihasilkan premium 88 murni sebesar 0,834 kW. Artinya terjadi peningkatan daya sebesar 5,01 % menggunakan bahan bakar campuran kapur barus. Peningkatan tersebut didapat dengan cara mencari selisih kenaikan daya dibagi dengan nilai daya yang sudah mengalami kenaikan, kemudian dikali 100%. Kurva yang didapat dari perhitungan pada pengujian mengambarkan suatu hubungan yang berbanding lurus antara daya poros efektif dengan putaran poros. Kurva daya yang semakin tinggi terhadap peningkatan putaran mesin disebabkan oleh semakin besar putaran mesin tiap satuan waktu, maka semakin banyak langkah kerja yang dialami pada waktu yang bersamaan.
12 11,5 11 10,5 10 9,5 9 8,5 8 7,5 7
P88 PKB5 1200 1600 2000 2500
PKB10
Putaran, N (rpm)
Grafik Bahan Bakar Spesifik Dengan Putaran Untuk Beban 3 Kg Dari perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik (sfc), pemakaian bahan bakar yang paling besar ada pada premium 88 pada putaran 1200 rpm sebesar 11,42 kg/kWh. Sedangkan campuran premium dengan kapur barus 5 dan 10 gram mengkonsumsi bahan bakar lebih irit dibandingkan premium 88 dengan putaran yang sama sebesar 10,44 kg/kWh dan 10,28 kg/kWh. Berarti campuran bahan bakar premium 88 dengan kapur barus 10 gram lebih hemat dari pemakaian bahan bakar menggunakan premium 88 murni. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo Tirtoadmodjo(2000) pengunaan campuran naftalena 3 liter bensin di tambah 1 butir naftalena memberikan s.f.c yg terbaik, sedangakan pada penelitian ini hasil optimal di dapat dari pencampuran naftalene 10 grm. Secara umum dengan penambahan kepekatan naftalena pada premium maka penurunan s.f.c. makin berkurang Pada pembebanan 5 kg Pada perhitungan sfc dengan beban 5 kg, didapat bahan bakar premium 88 memilki nilai sfc paling besar yaitu 3,67 kg/kWh pada putaran 1200 rpm. Sedangkan nilai sfc paling kecil sebesar 1,86 kg/kWh pada putaran 2500 rpm. Pada bahan bakar campuran premium dengan kapur barus 10 gram, sfc terbesar terdapat pada putaran 1200 rpm dengan nilai 3,67 kg/kWh, sedangkan nilai
sfc terkecil terdapat pada putaran 2500 rpm sebesar 1,86 kg/kWh. Konsumsi bahan bakar spesifik yang besar menggunakan premium 88 dibandingkan dengan premium dengan campuran kapur barus juga disebabkan oleh daya yang dihasilkan premium 88 lebih rendah dibandingkan dengan daya yang dihasilkan campuran kapur barus. Dengan beban yang sama 5 kg, daya yang rendah pada premium 88 mengkonsumsi bahan bakar yang lebih banyak untuk menghasilkan energi. Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR) Dengan Putaran Motor Pada beban 3 kg
AFR
Udara Bahan Bakar Vs Putaran 15 14,5 14 13,5 13 12,5 12 11,5 11 10,5 10
PKB5 PKB10
1200 1600 2000 2500
P88
luar ruang bakar, sedangkan pada premium 88 membutuhkan udara dari luar ruang bakar untuk pembakaran yang sempuran. Pada beban 5 kg Pada perhitungan AFR yang didapat pada pembebanan 5 kg, nilai AFR terkecil pada premium putaran 2500 rpm dengan nilai 9,63 , sedangkan AFR terbesar terdapat pada putaran 1200 rpm dengan nilai 12,95. Atinya terjadi peningkatan perbandingan udara bahan bakar sebanyak 25,63% dari putaran 1200 rpm ke 2500 rpm. Sedangkan pada bahan bakar campuran premium dengan kapur barus 5 gram niali AFR tertinggi pada putaran 1200 rpm yakni 11,53 %, dan nilai terendah pada putaran 2500 rpm dengan nilai 10,27%, naik sebesar 12,26 %. Sedangkan bahan bakar campuran premium dengan kapur barus 10 gram mempunyai AFR yang tidak jauh berbeda pada tiap putarannya, 10,68 pada putaran 1200 rpm, 11,84 pada putaran 1600 rpm, 12,95 pada putaran 2000 rpm dan 10,55 pada putaran 2500 rpm. Perbandingan Efisiensi Volumetric (ηv) Dengan Putaran Motor Pada beban 3 kg
Putaran, N (rpm)
Efisinsi Volumetrik vs Putaran
Pada beban 3 kg, AFR premium tertinggi terdapat pada putaran 1200 rpm sebesar 12,88. Pada putaran yang sama, AFR untuk campuran campuran premium dengan kapur barus 5 dan 10 gram diperoleh sebesar 13,42 dan 14,33, yang mana nilai AFR campuran premium dengan kapur barus 5 dan 10 gram lebih tinggi dari premium 88. Pada putaran 1600 rpm sampai dengan 2500 rpm terjadi penurunan perbandingan udara dengan bahan bakar pada bahan bakar ocampuran kapur barus 5 dan 10 gram. Karena pada bahan bakar tersebut terjadi penambahan angka oktan sehingga terjadi pembakaran yang optimum tanpa memerlukan udara yang banyak dari
Nv %
Grafik Udara Bahan Bakar Dengan Putaran Untuk Beban 3 Kg 100 90 80 70 60 50 40
P88 PKB5 1200
1600
2000
2500
Putaran, N (rpm)
Grafik Perbandingan Efisiensi Volumetrik Dengan Putaran Untuk Beban 3 Kg Berdasarkan perhitungan, efisiensi volumetric untuk premium 88 pada pembeanan 3 kg dengan putaran 2500 rpm diperoleh sebesar 59,69%. Sedangkan efisiensi volumetric pada campuran bahan bakar premium dengan kapur barus 5 dan 10
PKB10
gram pada putaran yang sama sebesar 46,86% dan 45,89%. Hal ini disebabkan karena perbandingan udara dengan bahan bakar pada campuran kapur barus lebih besar dari premium 88, artinya efisiensi volumetric dipengaruhi oleh perbandingan udara bahan bakar yang dihasilkan dari jenis bahan bakar tersebut. Efisiensi volumetric menunjukkan perbandingan jumlah udara actual yang terisap terhadap jumlah udara yang terisap sebanyak volume langkah torak (piston). Efisiensi volumetric semakin turun seiring meningkatnya putaran mesin. Pada beban 5 kg Dari hasil perhitungan efisiensi volumetric, pada pembebanan 5 kg, efisiensi volumetric untuk premium 88 pada putaran 2500 rpm sebesar 49,07%. Sedang efisiensi volumetric pada putaran yang sama campuran bahan bakar premium dengan kapur barus 10 gram mempunyai nilai tertinggi yaitu 45,89%. Artinya dari premium 88 ke campuran kapur barus 10 gram terjadi peningkatan sebesar 6,48 %. Pada beban 5 kg inilah bahan bakar premium dengan campuran kapur baru 5 gram memiliki efisiensi volumetrik yang lebih baik dibandingkan dengan premium 88 dan Kapur barus 5 gram. Perbandingan Efisiensi Thermal Brake (ηt) Dengan Putaran Motor Pada beban 3 kg
Nt %
Efisiensi Thermal Brake vs Putaran 12 11,5 11 10,5 10 9,5 9 8,5 8 7,5 7 6,5
P88 PKB5 1200 1400 1600 1800 Putaran, N (rpm)
PKB10
Grafik Efisiensi Thermal Brake Dengan Putaran Untuk Beban 3 Kg Berdasarkan perhitungan yang didapat, nilai efisiensi thermal brake tertinggi terjadi pada putaran 2500 rpm, campuran bahan bakar premium dengan kapur barus 5 dan 10 gram sebesar 11,2% dan 11,7%. Sedangkan nilai efisiensi thermal brake untuk premium 88 dibawah dari nilai efisiensi thermal brake kedua bahan campuran diatas, yakni sebesar 10,8%. Dari grafik diatas menunjukkan tingkat efisiensi suatu bahan bakar juga dipengaruhi oleh putaran mesin, karena dengan meningkatnya putaran mesin serta semakin kecilnya pemakaian bahan bakar spesifik yang digunakan pada saat putaran tinggi dan diberi beban, maka semakin tinggi pula nilai efisiensi thermal brake yang didapatkan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo Tirtoadmodjo(2000) yang memberikan grafik terbaik pada campuran 1: 3 liter perbandingan efisiensinya di bandingkan dengan pengunaan premium murni.
Pada beban 5 kg
Dari pembacaan grafik diatas, efisiensi thermal brake pada putaran 2500 rpm yang mempunyai nilai tertinggi ada pada campuran bahan bakar premium dengan kapur barus 10 gram sebesar 44,9%. Pada putaran yang sama, campuran bahan bakar premium dengan campuran kapur barus 5 dan premium 88 mempunyai nilai efisiensi thermal brake masing-masing 42,6% dan 39,3%. Sedangkan pada putaran 2000 rpm, bahan bakar premium 88 memiliki nilai efisiensi thermal brake tidak jauh dari kedua campuran bahan bakar kapur barus. Premium 88 sebesar 30,2%, campuran bahan bakar premium dengan campuran kapur barus 5 gram sebesar 37,9% dan campuran bahan bakar premium dengan campuran kapur barus 10 gram sebesar 40,9%. Grafik diatas menunjukkan tingkat efisiensi campuran bahan bakar dengan
kapur barus sangat dipengaruhi oleh daya dan pemakaian bahan bakar spesifik, karena dengan meningkatnya nilai suatu daya pada motor, serta semakin kecilnya pemakaian bahan bakar spesifik yang digunakan, maka semakin tinggi nilai efisiensi thermal brake yang didapatkan. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Dari penelitian pada motor bakar bensin di Laboratorium Prestasi Mesin Universitas Bung Hatta, pemakaian bahan bakar campuran premium dengan kapur barus membawa pengaruh seperti; Meningkatkan unjuk kerja motor bakar bensin, meliputi: Daya efektif, konsumsi bahan bakar, dan efisiensi termis. Meningkatkan efisiensi volumetrik. 2. Penambahan kapur barus secara teoritis menyebabkan peningkatan nilai oktan pada premium, sehingga peforma motor bakar bensin semakin meningkat. Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan data setelah dilakukan penelitian unjuk kerja motor bakar bensin terhadap penggunaan campuran bahan bakar pada masing – masing putaran, maka dapat diambil kesimpulan yaitu : Daya yang dihasilkan campuran kapur barus 10 gram lebih besar dari daya yang dihasilkan premium murni yaitu sebesar 3,370 kW pada putaran 2500 rpm dan pembebanan 5 kg. Pada putaran yang sama premium murni menghasilkan daya sebesar 3,272 kW. Artinya terjadi peningkatan daya dengan pencampuran bahan bakar premium dengan kapur barus. Konsumsi bahan bakar spesifik (sfc) pada premium murni lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar campuran kapur barus 5 dan 10 gram. Karena pemakaian bahan bakar dipengaruhi nilai oktan. Semakin tinggi nilai oktan, maka semakin baik pembakaran yang terjadi didalam ruang pembakaran
Perbandingan udara – bahan bakar (AFR) dari bahan bakar campuran kapur barus 10 grm lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar premium murni senilai 10,5 %. Hal ini disebabkan karena semakin baik suatu pembakaran, udara yang diperlukan dalam bahan bakar juga semakin besar. Efisiensi volumetric pada campuran kapur barus 10 grm, lebih rendah dibandingkam dengan premium murni yakni senilai 10,7%. Efesiensi thermal brake pada campuran kapur barus 10 gram lebih besar dari pada premium murni. Karena pada pencampuran pada kapur barus 10 gram mengalami pembakaran yang lebih baik dibandingkan dengan pembakaran pada premium murni. 5.2 Saran Perlu dilakukan penelitian dan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan variasi beban dan putaran untuk mengetahui karakteristik performansi dari motor bakar yang menggunakan bahan bakar Premium Kapur Barus. Diharapkan setelah melakukan pengujian performansi mesin, juga dilakukan pengujian kadar emisi gas buang dari motor bakar tersebut Untuk mendukung kelancaran dan akurasi hasil pengujian sebaiknya dilakukan pemeriksaan dn kalibrasi terhadap instrumentasi dan alat ukur setiap kali pengujian dilakukan. Diharapkan adanya pegembangan bahan bakar alternatif yang memiliki angka RON yang cukup tinggi agar pemakaian bahan bakar pada kendaraan bermotor menjadi lebih hemat dan juga sebagai langkah penghematan dalam pengunaan bahan bakar fosil yang semakin lama semakin menipis, dan tidak dapat diperbaharui
DAFTAR PUSTAKA Archie W. Clup, Jr., Ph.D. Principles of Energ Conversion.Jakarta:Erlangga,1991. Benro, Belly. 2009. Kaji Eksperimental Prestasi Motor Bakar Bensin Pada Mesin Toyota Kijang Tipe 5K 1500 cc. Skripsi. Fak. Teknik, Universitas Andalas Padang. BPM.Arend dan H. Berenschot.Motor Bakar Bensin Edisi ke-4. Jakarta:Erlangga,1980. Buku Panduan Praktikum Motor Bakar Bensin Laboratorium Prestasi Mesin. Teknik Mesin, Universitas Bung Hatta. Kunto Purbono, Sudirman.2013.Kajian Eksperimental Variasi Campuran Zat Aditif Naftalene Pada Premium Terhadap Emisi Gas Buang Dan Kinerja Motor Bensin Empat Langkah Empat Silinder. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negri Semarang. Masruki Kabib.2009.Pengaruh Pemakaian Campuran Premium Dengan Champhor Terhadap Performasi Dan Emisi Gas Buang Mesin Bensin Toyota Kijang Seri 4K. Fakultas Teknik, Universitas Maria Kudus. Michael J. Moran dan Howard N. Shapiro.Termodinamika Teknik Edisi ke-4. Jakarta:Erlangga,2004. Rahardjo Tirtoadmodjo.2000. Pengaruh Naphtalene Terhadap Perubahan Angka Oktan Bensin, Unjuk Kerja Motor dan Gas Buangnya.Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra. Rovel Suhendar.2015.Kajian Eksperimental Perbandingan Unjuk Kerja Motor Bakar Berbahan Bakar Premium 92 Dengan Campuran Premium Ron 92 Dengan Campuran Etanol(Gasohol E-10 Dan Gasohol E- 20). Tugas Akhir.Fak.Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta Padang.