Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volime 1(1), 64-72, September 2014
ISSN: 2356-2595
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE STAD DENGAN MENGGUNAKAN LKS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DI KELAS VII SMP N 4 PERCUT SEI TUAN Rosinda Situmorang SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk Mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional serta Aktivitas Siswa selama proses pembeljaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan dengan jumlah sampel sebanyak 32 siswa dari 213 siswa SMP kelas VIII melalui teknik random sampling. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen dengan desain penelitian pre-test-post-test control group design. Data diperoleh melalui nilai semester untuk kemampuan awal matematis (KAM), tes kemampuan pemahaman matematis, tes kemampuan kreativitas matematis. Instrumen yang digunakan tes pemahaman konsep dan tes kreativitas berpikir, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi kemampuan guru mengajar. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator dan berdasarkan perhitungan maka instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat. Anlisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis dengan kriteria “Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik”. Analisis kemampuan pemahaman konsep matematis dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Penelitian dihentikan ketika tingkat kemampuan pemahaman dan kreativitas berpikir siswa secara klasikal minimal 80% berada pada kategori minimal cukup. Hasil penelitian pada siklus I secara klasikal tingkat pemahaman konsep sebesar 75% atau 24 orang siswa dan tingkat kreativitas berpikir sebesar 62,5% atau 20 orang. Pada siklus II secara klasikal tingkat pemahaman konsep sebesar 96,875% atau 30 orang siswa dan tingkat kreativitas berpikir sebesar 90,625% atau 29 orang. Kesimpulan penelitian ini adalah Penerapan pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Pemahaman Konsep Matematis PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang
harus
dipenuhi
dalam
yang
sangat
penting,
karena
pendidikan
kehidupan
memiliki kemampuan untuk mengembangkan
bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air.
kualitas manusia dari berbagai segi. Belajar
Untuk mampu bersaing di era global, maka
matematika di sekolah merupakan salah satu
setiap orang di tuntut untuk lebih berkompoten
cara untuk meningkatkan sumber daya manusia
dalam segala hal dan untuk menghasilkan
(SDM) yang berkualitas, karena penguasaan
manusia-manusia yang berkompeten dan yang
berpikir matematika akan meningkatkan salah
siap bersaing di era globalisasi yang sedang
satu jalan untuk menyusun pemikiran yang
berlangsung, pendidikan memegang peranan
logis, sistematis, komunikatif, tepat dan teliti.
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014
ISSN: 2356-2595 Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD.........................
Belajar ialah suatu proses usaha yang
sekolah kurang mampu menyesuaikan diri
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
dengan
perubahan maupun perkembangan
perubahan tingkah laku yang baru secara
teknologi, sulit untuk dilatih kembali, kurang
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
bisa mengembangkan diri dan kurang dalam
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
berkarya artinya tidak memiliki kreativitas
(Slameto, 2010). Berdasarkan masalah yang
(Trianto, 2010). Kesulitan belajar yang dialami
terdapat di dalam proses belajar maka ada dua
oleh siswa ini disebabkan oleh siswa tidak
defenisi belajar, yaitu 1)Belajar ialah suatu
sepenuhnya memahami konsep (Situmorang,
proses untuk memperoleh motivasi dalam
A.S., 2006). Di tingkat Internasional laporan
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
The Third International Mathematics Science
tingkah laku. 2) Belajar adalah penguasaan
Study (TIMSS) tahun 2000 menunjukkan
pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh
bahwa
dari instruksi (Gagne dalam Slameto, 2010).
matematis siswa di Indonesia berada pada
kemampuan
pemahaman
konsep
Lima alasan perlunya belajar matematika
urutan 34 dari 38 Negara peserta, masih kalah
itu karena matematika merupakan sarana untuk
jauh dari negara Singapura yang menempati
: (1) Berpikir logis; (2) Memecahkan masalah
peringkat pertama dan Malaysia yang berada
sehari-hari; (3) Mengenal pola-pola hubungan
pada posisi 16 Sedangkan pada TIMSS tahun
dan
(4)
2003, dari 40 negara, Indonesia berada pada
Mengembangkan kreatifitas; (5) Meningkatkan
ranking 34, Korea berada di ranking nomor
kesadaran terhadap budaya (Cornelius dalam
dua, di bawah Singapura (Dahlan, 2003;
Abdurrahman, 2003). Berdasarkan pernyataan
Turmudi , 2008).
generalisasi
pengalaman;
diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
Dalam upaya meningkatkan kualitas
matematika itu sangat perlu, sebab pelajaran
pendidikan,
matematika memiliki fungsi sebagai sarana
terobosan,
baik
untuk mengembangkan berfikir logis, kritis,
kurikulum,
inovasi
kreatif,
kesadaran
pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan
seseorang
agar siswa tertarik dan tertantang untuk belajar
untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan
dalam menemukan konsep dasar suatu ilmu
memampukan seseorang untuk mencari solusi
berdasarkan hipotesis sendiri. Proses belajar
dari
seperti ini akan lebih berkesan dan bermakna
meningkatkan
berbudaya,yang
memungkinkan
permasalahan-permasalahan
yang
dihadapinya sehari-hari. Namun
kenyataan
diperlukan dalam
berbagai
pengembangan
pembelajaran,
dan
sehingga konsep dasar dari ilmu ini tidak akan di
lapangan
menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan 65
maka
cepat
hilang.
bermakna
Agar
suatu
maka
pembelajaran diperlukan
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014
ISSN: 2356-2595 Rosinda Situmorang
sebuah
Penerapan Model Kooperatf Type STAD.........................
pemahaman
konsep
agar
bisa
beragam kemampuan, jenis kelamin, dan
menghubungkan antara konsep yang satu
sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran
dengan konsep yang lain (Dahar, 1989).
dan
Dalam hal ini, model pembelajaran
siswa-siswa
itu
pembelajaran
Akhirnya
dapat
meningkatkan
dalam
kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok
kooperatif tipe STAD adalah salah satu model yang
di
bisa
menguasai semua
pelajaran
siswa
tersebut.
menjalani
kuis
pemahaman konsep matematis siswa karena
perseorangan tentang materi tersebut, dan pada
model STAD (Student Team Achievement
saat itu mereka tidak saling membantu satu
Division) merupakan variasi pembelajaran
sama
kooperatif yang paling banyak diteliti. Model
diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka
ini juga sangat mudah diadaptasi, telah
sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-
digunakan
dalam matematika, IPA, IPS,
nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada
bahasa Inggris, teknik, dan banyak subjek
seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka
lainnya (Slavin, 2007). Cooperative learning
capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui
adalah suatu model pembelajaran dimana
nilai
sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-
kemudian dijumlah untuk mendapat nilai
kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara
kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
criteria tertentu bisa mendapatkan sertifikat
lebih bergairah dalam belajar (Isjoni, 2007).
atau hadiah-hadiah yang lainnya. Keseluruhan
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
siklus aktivitas itu, mulai dari paparan guru
yang memerlukan kerjasama antar siswa dan
kek kerja kelompok sampai kuis, biasanya
saling
struktur
memerlukan tiga sampai lima kali pertemuan
pencapaian tugas dan tujuan. Keberhasilan
kelas. STAD adalah yang paling tepat untuk
pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan
mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu
masing-masing individu dalam kelompok,
pasti, seperti perhitungan dan penerapan
dimana keberhasilan tersebut sangat berarti
matematika,
untuk mencapai suatu tujuan yang positif
mekanika,
dalam belajar kelompok (Trianto, 2007).
perpetaan, dan konsep-konsep lainnya.
ketergantungan
dalam
STAD merupakan suatu metode generik
lain.
Nilai-nilai
mereka
Ada
hasil
sebelumnya.
penggunaan geografi
lima
dan
unsur
kuis
siswa
Nilai-nilai
bahasa
ini
dan
keterampilan
dalam
model
tentang pengaturan kelas dan bukan metode
pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan
pengajaran
untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu : 1)
komprehensif
untuk
subjek
tertentu, guru menggunakan pelajaran dan
Saling
materi mereka sendiri.
Tanggungjawab perseorangan; 3) Interaksi
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang
ketergantungan
positif;
2)
tanpa muka; 4) Komunikasi antar anggota; 5) Evaluasi
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014
proses
kelompok
kecil 66
ISSN: 2356-2595 Rosinda Situmorang
(Arens,
2008).
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran.........................
Sedangkan
Prinsip
dasar
deskribtif
berdasarkan
ketuntasan
secara
pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun
klasikal dimana siswa dikatakan telah tuntas
terdapat beberapa variasi yang biasa dilakukan
belajara
dari model tersebut, antara lain : a) Metode
persentasi skor sebesar 65% dan keseluruhan
STAD
Achievement
belajar dikatakan tuntas apabila dalam satu
Divisions); b) Metode Jigsaw; c) Metode GI
kelas telah mencapai 80% memperoh nilai
(Group Investigation) (Joyce, 2009). Metode
lebih besar dari atau sama dengan 65%.
(Student
Teams
apabila
siswa
telah
mencapai
structural, antara lain : Thing-pair-share (TPS),
Skor Kemampuan Pemahaman Konsep
Numbered Head Together, Active Listening
(SKPK) siswa diperoleh dari hasil skor yang
dan Time Tokenas. Berdasarkan beberapa
diperoleh
penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa
dikalikan dengan 100, dirumuskan sebagai
pembelajaran kooperatif mendasarkan pada
dibagi
berikut: SKPK=
suatu ide bahwa siswa bekerjasama dalam kelompok
belajar
anggota
kelompoknya,
dengan
skor
maksimal
Skor diperoleh 100% ; Skor maksimal
Ket: SKPK = Skor Kemampuan Pemahaman
sehingga setiap anggota kelompok dapat
Konsep.
(Kusumah,
2011:
154)
menguasai materi pelajaran dengan baik.
mengemukakan “Untuk menentukan kriteria kemampuan pemahaman konsep matematika
METODE PENELITIAN
siswa berpedoman pada kriteria yaitu: “Sangat
Penelitian akan dilaksanakan pada siswa
Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik”.
kelas VIII di SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan
Berdasarkan
Kabupaten Deli Serdang. Subjek penelitian ini
penelitian ini hasil tes pemahaman konsep
adalah siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 4
matematika siswa pada setiap siklus disajikan
Percut Sei Tuan tahun pelajaran 2012/ 2013
dalam interval kriteria sebagai berikut:
pandangan
tersebut
dalam
sebanyak 32 orang. Variabel dalam penelitian
0% ≤ SKPK ≤ 40%
ini terdiri dari Variabel bebasnya adalah model
40% ≤ SKPK ≤ 54%
Kurang
pembelajaran pencapaian konsep dan variabel
55 %≤ SKPK ≤ 69%
Cukup
terikatnya adalah tingkat pemahaman konsep
70% ≤ SKPK ≤ 84%
Baik
dan
85% ≤ SKPK ≤ 100% Sangat Baik
kreativitas
menyelesaikan
berpikir
dalam ini
Berdasarkan kriteria di atas, suatu kelas
merupakan penelitian tindakan kelas sehingga
dikatakan telah memahami konsep matematika
prosedur
(klasikal) apabila terdapat 80% siswa berada
penelitian
dan
masalah.
siswa Penelitian
Sangat Kurang
mekanisme
dilaksanakan
pelaksanaan
sesuai
dengan
pada
kategori
minimal
“cukup”.
prosedur dan mekanisme penelitian tindakan kelas dan penelitian berlangsung selama satu semester. Dan analisis data merupakan analis 67
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014
ISSN: 2356-2595 Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD.........................
Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam
mengelola
dengan
banyak
frekuensi
model
pengamatan pada setiap pertemuan dan
pencapaian konsep dianalis dengan mencari
hasil pembagianya kalikan dengan 100%.
rerata
mengelola
Selanjutnya dicari rata-rata persen waktu
pembelajaran yang terdiri dari 5 kriteria; tidak
dalam setiap pertemuan pada setiap siklus
baik (nilai 1), kurang baik (nilai 2), cukup baik
dan dimasukkan ke dalam kolom rata-rata
(nilai 3), baik (nilai 4), sangat baik (nilai 5).
persen yang tesedia. Kriteria keberhasilan
Data akan disajikan dalam interval, maka
yang digunakan untuk menghentikan atau
kriteria tingkat kemampuan guru mengelola
melanjutkan siklus dalam penelitian ini
skor
pembelajaran
aktivitas
kemampuan
guru
pembelajaran (Sinaga, 2007: 171) adalah:
dilihat
1 ≤ TKG < 2 (Tidak Baik)
dari
Tabel 1. Kriteria Untuk Menghentikan Siklus
3 ≤ TKG < 4 (Cukup Baik)
Pembelajaran
4 ≤ TKG < 5 (Baik) NO
TKG = 5 (Sangat Baik) Keterangan:TKG=Tingkat
1
Kemampuan
Guru
2
dikatakan
mampu
mengelolaan
3
model pembelajaran model pencapaian konsep apabila tingkat kemampuan guru untuk tiap siklus mencapai kriteria minimal “ Baik “.
Aktivitas Siswa
80%
Cukup
90%
Baik
-
Berada dalam batas toleransi waktu ideal
berpikir minimal cukup. 2. Tingkat
kemampuan
menyelenggarakan
guru
pembelajaran
model
pencapaian konsep minimal kategori baik.
berikut: a. Hasil observasi aktivitas siswa pada satu
3. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berada dalam batas toleransi waktu ideal.
kali pertemuan ditentukan frekuensinya, ditentukan
pula
Apabila salah satu dari 4 (empat)
rata-rata
frekuensi kategori aktivitas setiap anggota kelompok
Pemahaman Konsep Kemampuan Guru
mengikuti tes memiliki tingkat kreativitas
selama kegiatan Sinaga (2007: 166) sebagai
selanjutnya
TK. Kategori Minimal Pencapaian Klasikal
1. Terdapat 80% dari jumlah siswa yang
mencari rata-rata frekuensi dan rata-rata yang digunakan siswa
ASPEK
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa :
Langkah-langkah yang digunakan untuk
persentase waktu
sebagaima
diuraikan pada tabel berikut berikut
2 ≤ TKG < 3 (Kurang Baik)
Guru
aspek-aspek
setiap pertemuan dalam satu
siklus. b. Mencari presentasi rata-rata frekuensi setiap kategori aktivitas dengan cara membagi rata-rata frekuensi untuk tiap-tiap kategori
kriteria keberhasilan yang sudah ditetapkan di atas
tidak
terpenuhi
maka
penelitian
dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan mempehatikan hasil refleksi dan memperbaiki kekurangan serta kelemahan yang terjadi pada siklus sebelumnya.
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014
68
ISSN: 2356-2595 Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD.........................
PEMBAHASAN
Pada tabel di atas diperoleh bahwa dari 32
Siklus I
orang siswa yang mengikuti tes pemahaman
Persentase kemampuan siswa berdasarkan kriteria
pemahaman
konsep
pada
konsep, terdapat siswa memiliki nilai dengan
tes
kategori sangat baik sebanyak 3 orang atau
kemampuan pemahaman konsep (TKPK 1)
sebesar 9,375%, memiliki nilai kategori baik
siklus I ditunjukkan pada grafik berikut ini.
sebanyak 9 orang atau sebesar 28,125%, memiliki nilai dengan kategori cukup sebanyak 12 orang atau 37,5% ; memiliki nilai dengan kategori kurang sebanyak 6 orang atau 18,75% serta memiliki nilai kategori sangat kurang sekali sebanyak 2 orang atau 6,25%. Hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran setiap pertemuan selama 3 (tiga) kali tatap muka dinyatakan dengan
Pada siklus I ini pencapaian tingkat pemahaman konsep yang paling menonjol pada kriteria objek
“Mengklasifikasi/ menurut
sifat-sifat
persen yang disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Kadar Aktivitas Siswa Siklus I
menggolongkan yang
dimiliki”
NO
tergolong dalam kategori baik dan pencapaian tingkat pemahaman konsep yang paling rendah
1
pada kriteria “Mengaplikasikan konsep atau alogaritma
dalam
penyelesaian
masalah”
2
tergolong dalam kategori sangat kurang. Ratarata kemampuan pemahaman konsep siswa berdasarkan konsep
kategori
tingkat
3
pemahaman
pada siklus I secara klasikal adalah
sebagai berikut:
4
5
Tabel 2. Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK 1) Siklus I 6
Interva Jlh Siswa Persenta Kategori No. l Nilai (org) si (%) Penilaian 1 85–100 3 9.375 Sangat Baik 2 70– 84 9 28.125 Baik 3 55– 69 12 37.5 Cukup 4 40– 54 6 18.75 Kurang 5 0– 40 2 6.25 Sangat Kurang 32 100 Total 69
Rataan Waktu (dalam menit)/ Pertemuan
AKTIVITAS SISWA
Ke 1 Ke 2 Ke 3 Rataan
Mendengarkan/ memperhatikan guru/ teman Membaca (buku siswa, LKS, sumber lain) Menulis yang relevan dengan KBM Berdiskusi/ bertanya antar siswa/ teman Bertanya/ bertanya antara siswa dan guru Perilaku yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran JUMLAH
PWI
%
23.3 21.6 23.33 22.78 28.47 5% -15%
15.8 20.0 16.67 17.50 21.88 10% -20%
18.3 21.7 23.33 21.11 26.39 35% -45%
13.3 10.0 11.67 11.67 14.58 15% -25%
0.0
1.7 0.83 0.83
1.04 10% -20%
9.2
5.0 4.17 6.11
7.64
80
80
100
80
80
0% -5%
Dari tabel 4.3. kadar aktivitas siswa siklus I
di
atas
dapat
dijelaskan
tiap-tiap
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014
ISSN: 2356-2595 Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD.........................
kategori pengamatan bahwa: aktivitas siswa
Dari tabel skor test pemahaman konsep
untuk kategori “Mendengarkan penjelasan
di atas diperoleh bahwa jumlah siswa yang
guru dan Membaca” masih aktivitas pasif
memiliki nilai dengan kategori sangat baik
siswa sebesar karena melebihi batas toleransi.
sebanyak 18 orang atau sebesar 56,25%, yang
Keadaan ini terjadi karena guru belum
memiliki nilai kategori baik sebanyak 12
terbiasa belajar dengan model pembelajaran
orang atau sebesar 37,5%, yang memiliki nilai
dam
dengan kategori cukup sebanyak 1 orang atau
siswa
pembelajaran
masih
terbiasa
individual.
dengan
Aktivitas
siswa
untuk kategori “Menulis yang relevan dengan KBM, Berdiskusi, dan Bertanya ” tidak memenuhi batas toleransi yang ditetapkan. Aktivitas
“mengajukan
pertanyaan/
ide”
berada pada batas toleransi, sedangkan pada aktivitas
aktif
siswa
kategori
“mempresentasikan dan memperagakan hasil kerja” berada dibawah batas toleransi. Kadar
3,125%, dan yang memiliki nilai kategori kurang sekali sebanyak 1 orang atau 3,125%. Dengan demikian
jumlah siswa yang
memperoleh nilai
berada pada kategori
minimal cukup sebanyak 30 orang siswa dan jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah kategori cukup sebanyak 2 orang siswa. Secara klasikal tingkat pemahaman konsep
aktivitas aktif siswa untuk kategori “ Perilaku
pada siklus II sebesar 96,875% dari jumlah
yang
siswa telah memiliki kemampuan pemahaman
tidak
pembelajaran”
sesuai
dengan
melebihi
batas
proses toleransi.
Peneliti menganalisa aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran ini
konsep dengan kategori minimal cukup. Grafik hasil test pemahaman konsep siswa siklus II sebagai berikut:
disebabkan terlalu banyak anggota dalam satu kelompok yaitu 7-8 orang. Siklus II Rata-rata
tingkat
pencapaian
pemahaman konsep siswa pada siklus II berdasarkan kategori tingkat pemahaman konsep secara klasikal dapat dilihat pada tabel berikut ini,
Dari uraian di atas diperoleh bahwa pada
Tabel 4 Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK) Siklus II Interval No Nilai 1 2 3 4 5
85–100 70– 84 55 – 69 40 – 54 0 – 44 Total
Jumlah Siswa (orang) 18 12 1 0 1 32
Persentasi (%) 56.25 37.5 3.125 0 3.125 100
Kategori Penilaian Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
kategori penilaian sangat baik
terdapat 18
orang siswa, untuk kategori baik sebanyak 12 orang, untuk kategori cukup sebanyak 1 orang, dan kategori sangat kurang 1 orang. Pada siklus II kemampuan pemahaman konsep meningkat menjadi 96,87% atau
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014
70
ISSN: 2356-2595 Rosinda Situmorang
terdapat
Penerapan Model Kooperatf Type STAD.........................
peningkatan
21,875%.
(buku siswa, LKS, sumber lain)” persentase
Ditinjau dari segi Pemahaman Konsep maka
waktu idealnya adalah 19,0%. Kadar aktivitas
penelitian ini berhenti pada siklus II. Hasil
siswa untuk kategori pengamatan” Menulis
pengamatan observer terhadap aktivitas siswa
yang relevan dengan KBM (mengidentifikasi
dalam pembelajaran setiap pertemuan selama
ciri-ciri/ karakteristik
5 (lima) kali pertemuan dinyatakan dengan
empat,
rataan
presentasi,
persentasi
sebesar
waktu
ideal
(PWI).
definisi,
bangun datar segi
menyelesaikan
membuat
catatan,
persentase
masalah, membuat
Gambaran persentasi aktivitas siswa selama
rangkuman”
waktu
idealnya
pembelajaran pada siklus II disajikan dalam
sebesar 33,75%. Kadar aktivitas siswa untuk
gambar berikut:
kategori pengamatan “ Berdiskusi/ bertanya
Gambar 3 Kadar Aktivitas Siswa Siklus II
antar siswa/ teman persentase waktu idealnya adalah 21%. Kadar aktivitas “Bertanya antara siswa dan guru” persentase waktu idealnya adalah 12%. Kadar Aktivitas aktif siswa untuk kategori “ Perilaku yang tidak sesuai dengan
proses
pembelajaran”
persentase
waktu ideal 3,75%. Keterangan : Mendengarkan/ memperhatikan 1. guru/ teman Membaca (buku siswa, LKS, 2. sumber lain) Menulis yang relevan dengan KBM (mengidentifikasi ciri-ciri/ karakteristik bangun datar segi 3. empat, definisi, menyelesaikan masalah, presentasi, membuat catatan, membuat rangkuman Berdiskusi/ bertanya antar siswa/ 4. teman 5. Bertanya antara siswa dan guru Perilaku yang tidak sesuai dengan 6. proses pembelajaran Dari gambar di atas kadar aktivitas siswa diketahui bahwa: kadar aktivitas siswa untuk kategori pengamatan Mendengarkan/ memperhatikan guru/ teman persentase waktu idealnya adalah 10,25%. Kadar aktivitas siswa untuk kategori pengamatan “Membaca 71
Dari pembahasan diatas, jika dilihat dari kriteria toleransi pencapaian waktu efektif yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu 6 (enam) kategori pengamatan aktivitas siswa telah
memenuhi
batas toleransi
yang
ditentukan, dengan demikian berdasarkan aktivitas penelitian ini disimpulkan berhenti pada siklus II. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat
dikemukakan
beberapa
simpulan
sebagai berikut: 1) Penerapan Pembelajaran
pembelajaran
Model
Kooperatif
STAD
Tipe
dengan Menggunakan LKS memberikan peningkatan
pemahaman
konsep
matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan berdasarkan kriteria
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014
ISSN: 2356-2595 Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD.........................
ketuntasan sebesar 40,625%. Pada siklus I
DAFTAR PUSTAKA
rata-rata kemampuan pemahaman konsep
Slavin, Robert. E., (2009), Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta. Indeks. Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif , Jakarta: Kencana. Dahar, RW., (1988), Teori-Teori Belajar, Jakarta: P2LPTK Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cita Pustaka. Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arends, Richard I., (2008), Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar) Edisi ke Tujuh, Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Joyce, Bruce, (2009), Models Of
berdasarkan kriteria ketuntasan sebesar 56,25
dan
kemampuan
pada
siklus
II
rata-rata
pemahaman
konsep
berdasarkan kriteria ketuntasan sebesar 96,875. 2) Aktivitas aktif siswa kelas VII SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan melalui Penerapan Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
STAD dengan Menggunakan LKS adalah baik sesuai dengan kriteria pembelajaran Model
Pembelajaran
Kooperatif
STAD dengan Menggunakan LKS.
Tipe
Teaching
(Model-Model
Pengajaran),
Yokyakarta. Pustaka Pelajar.
Jurnal Suluh Pendidikan | Volume 1 | Nomor 1 | September 2014
72