JURNAL SULUH PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20234. Telepon: (061) 4522922;4522831, Faks : 4571426; Email:
[email protected]
Jurnal Suluh Pendidikan ISSN: 2356-2595 Pembina Prof. Dr. Belferik Manullang Prof. Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D Ketua Dewan Editor Dr. Dearlina Sinaga, M.Pd. Sekretaris Dewan Editor Drs. Efron Manik, M.Si. Dewan Editor Drs. Juliper Nainggolan, M.Si. Dra. Friska B. Siahaan, M.Pd. Drs. Sahlan Tampubolon, M.Hum Hebron Pardede, S.Si., M.Si. Mariana Surbakti, M.Si. Drs. Pontas J. Sitorus, M.Si Editor Teknik Adi Suarman Situmorang, M.Pd. Parlindungan Sitorus, S.Si., M.Si.
Alamat Redaksi Tata Usaha: Gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas HKBP Nommensen Lantai II Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20221 Medan Timur. Telepon: (061) 522922;4522831 , Faks : 4571426 Alamat URL: http://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan/ Email:
[email protected]
Jurnal Suluh Pendidikan ini merupakan jurnal penelitian yang berisikan tulisan tentang pendidikan atau proses belajar mengajar. Jurnal Suluh Pendidikan terbit sebanyak dua kali dalam kurun waktu satu tahun yaitu setiap bulan Maret dan bulan September dengan jumlah minimal muatan tulisan sebanyak Sepuluh setiap kali terbit. Penyunting menerima sumbangan artikel yang belum pernah dipublikasikan dalam media lain. Naskah di atas kertas HVS A4 dengan spasi 1½ dengan maksimum tulisan 17 halaman, dengan format seperti tercantum dalam halaman kulit belakang. Naskah akan dimuat dalam jurnal ini setelah lulus evaluasi dari tim editor.
JURNAL SULUH PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20234. Telepon: (061) 4522922;4522831, Faks : 4571426; Email:
[email protected]
Jurnal Suluh Pendidikan Volume: 1, Edisi 1, Bln/Thn: September 2014 DAFTAR ISI Desain model Pembelajaran Based Learning dalam peningkatan Kemampuan Pemahaman Kosep Mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Semester 3 FKIP-UHN Medan. Adi Suarman Situmorang
1-10
Students’ Ability In Avoiding Misplaced, Dangling Modifier In Writing Paragraph. Sahlan Tampubolon
11-19
Penerapan Model based learning di SMP Negeri 1 Bilah barat untuk Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa. Sintong Nainggolan
20-28
Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII SMK Negeri 1 Sidikalang Tahun Ajaran 2013/2014
29-36
Dearlina Sinaga Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Quis Team Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Friska B. Siahaan
37-47
Pengaruh Disiplin, Semangat, dan Cara Mengajar Instruktur Terhadap Peningkatan Nilai Ujian Kompetensi Peserta PLPG Tahun 2012 Efon Manik
48-57
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran Menganalisis Tokoh Cerpen pada Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen Pontas Jamaluddin Sitorus
58-66
Desain Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Pemahaman konsep matematikaSiswa di Kelas VII SMP N 4 Percut Sei Tuan Rosinda Situmorang
67-75
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena kasih dan RahmatNya sajalah Jurnal Suluh Pendidikan FKIP Universitas HKBP Nommensen ini dapat terbit untuk Volume 2, Edisi 1, Maret 2015. Tulisan yang dimuat dalam jurnal ini difokuskan pada bidang pendidikan baik itu pengembangan dan desain model pembelajaran, inovasi metode pembelajaran, inovasi media pembelajaran, inovasi teknik, dan pengembangan pendekatan pembelajaran. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Saudara yang telah mengirimkan tulisannya untuk dimuat dalam jurnal Suluh Pendidikan FKIP Universitas HKBP Nommensen ini dan minta maaf bagi Saudara yang tulisannya ditolak maupun yang masih menunggu antrian untuk dimuat dalam jurnal ini. Demi kesempurnaan jurnal ini dan untuk pengembangan kualitas tulisan dan terbitan serta menjalin komunikasi dalam pertukaran informasi ilmiah, dengan senang hati kami bersedia menerima masukan yang membangun dari saudara serta bersedia menerima tulisan Saudara untuk terbitan selanjunya. Akhir kata, kami berharap semoga tulisan-tulisan yang dimuat pada edisi ini bermanfaat bagi setiap pihak yang membacanya.
Tim Redaksi
hal 3
Adi Suarman Situmorang ISSN: 2356-2595
Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-1, Edisi-1, september 2014 Halaman 1-10
DESAIN MODEL PEMBELAJARAN BASED LEARNING DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONSEP MAHASISWA SEMESTER TIGA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP-UHN MEDAN Adi Suarman Situmorang Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendisain sebuah model pembelajaran berbasis masalah yang dapat meningkatkan pemahaman konsep serta menyelidiki sejauh mana model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika mahasiswa semester tiga Jurusan Pendidikan Matematika FKIP-UHN Medan. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Matematika FKIP-UHN dengan populasi sebanyak 147 orang mahasiswa, melalui teknik random sampling diperoleh sebanyak 96 orang sebagai sampel yang terdiri dari 44 orang kelas kontrol dan 52 orang kelas eksperimen. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen dengan desain penelitian pre-test-post-test control group design. Data diperoleh melalui nilai semester untuk kemampuan awal matematis (KAM), tes kemampuan pemahaman konsep matematika, tes kemampuan kreativitas matematis. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep matematika kelas eksperimen adalah 34,64 dan kelas kontrol adalah 22,71 dengan nilai sig = 0,00 dengan 0 < α = 0,05 maka terdapat perbedaan kemampuan Pemahaman matematik siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional, nilai signifikan sebesar 0,065, karena 0,065 > 0,05 maka tidak adanya interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Proses penyelasaian masalah yang dibuat oleh siswa dalam menyelesaikan masalah pada Model Pembelajaran (PBL) lebih bervariasi daripada Pendekatan Pembelajaran Konvensional. Temuan penelitian merekomendasikan PBL dijadikan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah utamanya untuk mencapai pemahaman konsep yang tinggi. Kata Kunci: Desain Model Pembelajaran, Model Pembelajaran Based Learning (PBL), Pemahaman Konsep terus berkesinambungan mulai dari generasi
PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang
lampau,
generasi
kini
sampai
generasi
sangat penting bagi umat manusia, sekaligus
mendatang. Pendidikan merupakan sarana
sebagai
yang
untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan
bahwasanya pendidikan itu tidak hanya akan
Negara, dengan pendidikan yang bermutu,
berhenti pada satu generasi melainkan akan
akan tercipta sumber daya manusia yang
bukti
faktual-fenomenal,
JSP | FKIP | UHN |hal 1 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Desain Model Pembelajaran Based Learning...........
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
berkualitas. Untuk menghadapi tantangan
dapat mengembangkan pemikiran kritis,
perkembangan IPTEK dalam era globalisasi
kreatif, sistematis, dan logis, semestinya
saat
yang
merupakan suatu materi pembelajaran yang
memiliki ketrampilan tinggi yang melibatkan
paling mudah dipahami oleh setiap peserta
motivasi, komitmen organisasi, kepuasan
didik (Afrilianto, 2012).
ini
diperlukan
sumberdaya
pelanggan, saling ketergantungan, kerjasama tim (Poernomo, 2006).
Namun
kenyataan
di
lapangan
menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan
Matematika merupakan ilmu yang
sekolah kurang mampu menyesuaikan diri
diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan dan
dengan
kemajuan teknologi selalu dibantu dengan
teknologi, sulit untuk dilatih kembali, kurang
peranan matematika. Melihat pentingnya
bisa mengembangkan diri dan kurang dalam
peranan
dan
berkarya artinya tidak memiliki kreativitas
teknologi serta dalam kehidupan sehari-hari
(Trianto, 2010). Kesulitan belajar yang
sehingga matematika menjadi salah satu
dialami oleh siswa ini disebabkan oleh siswa
bidang studi yang diajarkan pada setiap
tidak
jenjang
(Situmorang, A.S., 2013). Selain itu, kondisi
matematika
pendidikan
dalam
baik
ilmu
dari
jenjang
perubahan maupun perkembangan
sepenuhnya
pendidikan
tinggi. Matematika merupakan salah satu
memperlihatkan profil yang sangat tidak
bidang studi yang diajarkan setiap jenjang
sama. Ada yang bagus. Ada yang tidak
pendidikan yang juga faktor pendukung
begitu bagus, tapi masih memenuhi serta ada
untuk tercapainya mutu pendidikan yang
yang jelek sekali. Propil dalam hal ini bukan
baik.
dalam arti fisik tetapi dalam kaitannya
membahas
pola
atau
seluruh
konsep
pendidikan dasar sampai jenjang perguruan
Matematika merupakan ilmu yang
di
memahami
Indonesia
keteraturan.
dengan kualitas yang tidak hanya dapat
matematika dapat dilihat sebagai bahasa
diukur dengan hal-hal yang sifatnya fisik, itu
yang menjelaskan tentang pola, baik pola
masih banyak kekurangan-kekurangannya
di alam dan maupun pola yang ditemukan
(Semiawan, 2009).
melalu pikiran. Di sisi lain, matematika
Penyebab dari rendahnya hasil, minat
merupakan salah satu disiplin ilmu dalam
dan motivasi belajar tersebut adalah suatu hal
dunia pendidikan yang memegang peranan
yang wajar dimana selama ini fakta di
penting dalam perkembangan sains dan
lapangan menunjukkan proses pembelajaran
teknologi
dalam
yang terjadi masih konvensional dan berpusat
mengembangkan bidang ilmu lain, karena
pada guru dan siswa hanya pasif, guru lebih
dapat
digunakan
JSP | FKIP | UHN |hal 2 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Desain Model Pembelajaran Based Learning...........
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
sering hanya diberikan rumus-rumus yang
dan prinsip sangat berguna untuk dapat
siap pakai tanpa memahami makna dari
memecahkan
rumus-rumus tersebut sehingga menghambat
sehingga guru sebagai salah satu orang yang
pemahaman dan kreativitas matematis siswa
menekuni suatu bidang ilmu mempunyai
(Makmur, 2011). Merosotnya pemahaman
peran dalam meningkatkan hasil belajar
matematik siswa di kelas karena guru sering
siswa sehingga guru perlu waspada dalam
mencontohkan
pada
siswa
bagaimana
menyampaiakn suatu materi pelajaran, guru
menyelesaikan
soal,
siswa
cenderung
harus terbeban dalam
masalah
secara
maksimal
menciptakan atau
mendengar dan menonton guru mengerjakan
mendesain suatu model pembelajaran yang
persoalan
dapat
matematik
sedangkan
guru
membantu guru mengembangkan
memecahkannya sendiri, selanjutnya pada
topik pembelajaran sehingga meningkatkan
saat mengajar matematika, guru langsung
pemahaman dan kreativitas matematis siswa
menjelaskan topik yang akan dipelajari
(Doerr dan Thompson dalam Rajagukguk
dengan pemberian contoh, dan soal untuk
waminton, 2007). Hal ini sesuai dengan apa
latihan (Antasari dalam Makmur Agus,
yang dikemukakan oleh Slameto (2007)
2011). Selama ini, banyak sekali guru
yaitu, guru memegang peranan penting
matematika
waktu
dalam peningkatan kualitas siswa dalam
pembelajaran dengan kegiatan membahas
belajar matematika dan guru harus benar-
tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru,
benar
memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran
sekaligus
seperti di atas yang rutin dilakukan hampir
mengajar yang menarik bagi siswa, agar
tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3M,
siswa berminat dan semangat belajar dan
yaitu membosankan, membahayakan, dan
mau terlibat dalam proses belajar mengajar,
merusak
Apabila
sehingga pengajaran tersebut menjadi efektif.
pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan
Untuk penguasaan konsep yang baik
yang
seluruh
menggunakan
minat
siswa.
memperhatikan,
memikirkan
merencakan
proses
dan
belajar
indikator
dibutuhkan komitmen siswa dalam memilih
pembelajaran tidak akan dapat tercapai
belajar sebagai suatu yang bermakna, lebih
secara maksimal (Sobel dan Maletsky dalam
dari hanya menghafal, yaitu memebutuhkan
Mansur, 2008).
kemauan
maka
kompetensi
Dalam
dasar
dan
pembelajaran
matematika
perlu ditekankan tentang pemahaman konsep. Pemahaman siswa terhadap berbagai konsep
siswa
mencari
hubungan
konseptual antara pengetahuan yang dimiliki dengan yang sedang dipelajari di dalam kelas (Dahar 1989). Salah satu cara yang dapat mendorong siswa
untuk
belajar
secara
JSP | FKIP | UHN |hal 3 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Desain Model Pembelajaran Based Learning...........
ISSN: 2356-2595
bermakna
adalah
Volume-1, Edisi-1, September 2014
model
pembelajaran
yang belajar memecahkan suatu masalah
berbasis masalah karena model pembelajaran
maka mereka akan menerapkan pengetahuan
berbasis masalah (PBM) merupakan inovasi
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
dalam pembelajaran karena dalam PBM
pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar
kemampuan
tersebut ada pada konteks aplikasi konsep.
berpikir
dioptimalisasikan
siswa
melalui
betul-betul kerja
Belajar dapat semakin bermakna dan dapat
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga
diperluas ketika siswa berhadapan dengan
siswa dapat memberdayakan, mengasah,
situasi di mana konsep diterapkan; (2) Dalam
menguji, dan mengembangkan kemampuan
situasi Pembelajaran Berbasis Masalah, siswa
berpikirnya secara berkesinambungan (Tan
mengintegrasikan
dalam Rusman, 2012: 229). Dalam model
ketrampilan
pembelajaran berbasis masalah, pebelajar
mengaplikasikannya dalam konteks yang
tidak saja harus memahami konsep yang
relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan
relevan dengan masalah yang menjadi pusat
sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi
perhatian
tetapi
proses
pengetahuan
secara
dan
simultan
dan
juga
memperoleh
teoritis sehingga masalah-masalah dalam
yang
berhubungan
aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan
dengan keterampilan menerapkan metode
temukan sekaligus selama pembelajaran
ilmiah
dan
berlangsung; dan (3) Pembelajaran Berbasis
kritis
Masalah dapat meningkatkan kemampuan
pengalaman
belajar
dalam
pemecahan
menumbuhkan
pola
masalah
berpikir
(Ngalimun, 2012).
berpikir kreatif, menumbuhkan inisiatif siswa
Ada tiga hasil belajar (outcomes)
dalam bekerja, motivasi internal untuk
yang diperoleh siswa yang diajar dengan
belajar,
model pembelajaran berbasis masalah (PBM)
hubungan
yaitu: (1) inkuiri dan ketrampilan melakukan
kelompok.
pemecahan masalah, (2) belajar model peraturan
orang
dewasa
(adult
role
dan
dapat
mengembangkan
interpersonal
dalam
bekerja
Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan di atas maka
behaviors), dan (3) ketrampilan belajar
yang menjadi
mandiri (Arends, 2004). Model pembelajaran
penelitian ini adalah bagaimana suatu disain
berbasis
model pembelajaran berbasis masalah yang
masalah
(PBM)
akan
dapat
diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang
konstruktivistik,
sehingga
model
pembelajaran berbasis masalah sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena: (1) Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa
rumusan masalah dalam
dapat meningkatkan pemahaman konsep serta seberapa besar diberikan
model
peningkatan tersebut
yang
terhadap
kemampuan pemahaman konsep mahasiswa semester tiga jurusan pendidikan matematika JSP | FKIP | UHN |hal 4
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Desain Model Pembelajaran Based Learning...........
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
FKIP-UHN Medan?. Tujuan dari penelitian
langkah untuk menghasilkan data penelitian
ini adalah untuk mengetahui disain model
ini diperlihatkan pada Gambar 3.1
yang
baik
yang
dapat
meningkatkan
pemahaman konsep mahasiswa semester tiga jurusan pendidikan matematika FKIP-UHN Medan. METODOLOGI PENELITIAN Secara umum metodologi penelitian yang direncanakan ini adalah menggunakan
yang menekankan pada pengumpulan dan
Gambar 3.1. Rancangan penelitian meliputi kemampuan dosen, ketrampilan siswa, pembelajaran inovatif, dan hasil penelitian
analisis data. Metode yang digunakan adalah
Penelitian direncanakan akan dilakukan
pendekatan empiris (empirical approach)
metode
komprehensif,
yaitu
gabungan
di Universitas HKBP Nommensen pada
metode survey dan metode intervensi melalui
tahun 2013, dan
field experiment. Metode survey digunakan
penelitian adalah mahasiswa yang mengikuti
untuk memperoleh gambaran kemampuan
mata kuliah himpunan dan logika. Sebagai
dosen dalam proses pembelajaran dan teknik
populasi adalah mahasiswa yang mengikuti
penilaian yang dipakai untuk menggalakkan
mata
kemampuan kreativitas matematis siswa.
Universitas HKBP Nommensen. Sampel
Metode
untuk
perguruan tinggi dipilih berdasarkan teknik
mengajar
stratifikasi random sampling. Sedangkan
intervensi
mengembangkan dosen
kemampuan
dengan
pembelajaran
mengunakan
berbasis
menggunakan Perguruan
dilakukan
yang
untuk
himpunan
intervensi
dan
objek
logika
pembelajaran
di
sampel
dengan
penelitian adalah Mahasiswa yang dipilih
pempelajaran.
secara purposif, kemudian maha siswa
masalah
media
tinggi
model
kuliah
yang menjadi
terlibat
dalam
dikelompokkan
berdasarkan
tingkat
penelitian ini dilakukan Universitas HKBP
kemampuan dasar akademik siswa yang
Nommensen
dilihat
Medan.
Sampel
perguruan
dari
pencapaian
prestasi
sehingga
siswa
tinggi dipilih berdasarkan teknik stratifikasi
kumulatif
random sampling. Dosen yang menjadi
dikelompokkan menjadi (a) siswa dengan
sampel
dosen
kemampuan akademik tinggi (KT) apabila
Pendiudikan Matematika UHN. Langkah-
memiliki nilai IPK relatif tinggi, dan (b)
penelitian
mewakili
(IPK),
indeks
siswa dengan kemampuan akademik tinggi JSP | FKIP | UHN |hal 5 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Desain Model Pembelajaran Based Learning...........
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Siswa untuk Kelompok PBL dan Kelompok Konvensional
(KR) apabila memiliki nilai IPK relatif rendah. Teknik pengambilan sampel yang akan dijadikan menjadi data penelitian adalah disesuaikan dengan tujuan penelitian, akan tetapi perlakuan pengajaran dilakukan secara murni tanpa diskriminasi di dalam kelas. Untuk selanjutnya pengolahan data diawali dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar dalam pengujian
Dari tabel 1 di ats terlihat bahwa hasil
hipotesis antara lain uji normalitas dan
perhitungan nilai t untuk semua indikator
homogenitas, selanjutnya dilakukan ANOVA
pemahaman konsep matematika untuk PBL
2 jalur untuk menguji hipotesis yang
berturut-turut
disesuaikan
permasalahannya.
28,528, 30,260) dan Konvensional untuk
Seluruh perhitungan statistik menggunakan
masing-masing indikator adalah (10,570,
bantuan komputer yakni program SPSS 17.
10,570, 19,287, 13,835). Dari tabel 4.11. juga
dengan
adalah
(28,561,
32,553,
terlihat perbedaaan rata-rata peningkatan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik ANOVA Dua Jalur Kemampuan Pemahaman konsep matematika hipotesis statistik yang akan diuji adalah. H0 : μ1 = μ2 H1 : μ1 > μ2 μ1 = Peningkatan kemampuan Pemahaman konsep matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran model based learning μ1 = Peningkatan kemampuan Pemahaman konsep matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional Secara Deskriptif Hasil perhitungan dari uji signifikansi
peningkatan
kelompok
KPM
pembelajaran
kedua dengan
menggunakan uji-t tunggal dapat dilihat pada sebagai berikut. Tabel1. Uji Signifikansi Peningkatan Kemampuan Kreativitas Matematis
kemampuan pemahaman konsep matematika, dimana
nilai
pemahaman
rata-rata
konsep
peningkatan
matematika
untuk
masing-masing indikator kelas pembelajaran PBL adalah (0,6319, 0,6330, 0,6303, 0,6197) lebih
besar
pemahaman
dari
rata-rata
konsep
peningkatan
matematika
untuk
masing-masing indikator kelas pembelajaran konvensional
(0,3115,
0,3115,
0,3396,
0,3209), sehingga kalau dihitung selisih perbedaannya untuk masing-masing indikator dan kumulatif pkemampuan pemahaman konsep matematika adalah (0,3204, 0,3215, 0,2907, 0,2988). Sekarang makin jelas terlihat bahwa nilai significant (sig) untuk semua
indikator
pemahaman
konsep
JSP | FKIP | UHN |hal 6 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Desain Model Pembelajaran Based Learning...........
ISSN: 2356-2595
matematika
dan
Volume-1, Edisi-1, September 2014
kumulatif
pemahaman
lebih tinggi dibanding dengan ketuntasan
konsep matematika lebih kecil dari nilai =
dengan pembelajaran biasa.
0,05 dan juga diperoleh bahwa nilai μ1 > μ2,
Analisis
hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak yang
Pembelajaran dan KAM Siswa Terhadap
berarti bahwa ada peningkatan kemampuan
Pemahaman konsep matematika
kreativitas
matematis
Antara
Faktor
Hipotesis H0 yang diuji adalah sebagai
berdasarkan
pembelajaran PBL, konvensional dan secara
Interaksi
berikut: H0:µ ppxKAM (pemahaman konsep matematika)
keseluruhan. Dari segi ketuntasan atau siswa yang mencapai skor 65 atau lebih sesuai dengan ketetapan yang berlaku di sekolah tempat penelitian ditemukan bahwa siswa yang memeproleh pembelajaran PBL ada sebesar 75% (30 orang dari 40 orang) yang telah tuntas belajar untuk indikator translasi, 75% (30 orang dari 40 orang) yang telah tuntas belajar untuk indikator interpretasi, 75% (30 orang dari 40 orang) yang telah tuntas belajar untuk indikator ekstrapolasi, dan 75% (30 orang dari 40 orang) yang telah tuntas belajar untuk kumulatif indikator. Hal ini lebih banyak daripada pembelajaran biasa sebesar
=0 Ha:µ ppxKAM (pemahaman konsep matematika) ≠0 Keterangan: H0: µ ppxKAM adalah interaksi antara proses pembelajaran
dengan
KAM
terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika Kriteria pengujian adalah - Jika nilai sig. > 0,05, H0 diterima, artinya tidak
terdapat
pembelajaran (Tinggi,
interkasi
antara
model
(PBL,PK)
dengan
KAM
Sedang,
kemampuan
Rendah)
terhadap
pemahaman
konsep
matematika - Jika nilai sig. < 0,05, H0 ditolak artinya
32,5% (13 orang dari 40 orang) untuk
terdapat
indikator translasi, 32,5% (13 orang dari 40
pembelajaran
orang) untuk indikator interpretasi, 35% (14
(Tinggi,
orang dari
40 orang) untuk indikator
kemampuan
ekstrapolasi dan 30% (12 orang dari 40
matematika
orang) untuk kumulatif indikator. Hal ini
Tabel 3 Anova Dua Jalur Kemampuan
menunjukkan bahwa model based learning
Pemahaman konsep matematika.
dan
pembelajaran
biasa
efektif
interkasi (PBL,PK)
Sedang,
antara
model
dengan
KAM
Rendah)
terhadap
pemahaman
konsep
untuk
digunakan dan ketuntasan belajar dengan menggunakan model based learning (PBL)
JSP | FKIP | UHN |hal 7 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Desain Model Pembelajaran Based Learning...........
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
menggunakan PK yaitu, kemampuan tinggi (0,3187), kemampuan sedang (0,3533) dan kemampuan rendah (0,3473). Selanjutnya, selisih
rata-rata
gain
kemampuan
kemampuan pemahaman konsep matematika antara siswa yang diberi PBL (KKA) dan PK Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa nilai
(KKB)
significance (sig.) untuk level kelas yaitu
berkemampuan
0,065 lebih besar dari 0,05 yang berarti H0
kemampuan sedang sebesar 0,2370 dan
diterima, yang berarti tidak terdapat interaksi
kemampuan tinggi sebesar 0,3118.
tingkat
kemampuan
matematika
siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman
konsep
matematika
siswa.
Secara grafik disajikan dalam gambar 4.16
tinggi
untuk
siswa
sebesar
0,3144,
Berdasarkan selisih rata-rata tersebut,
yang signifikan antara model pembelajaran dengan
berturut-turut
tampak siswa dengan kategori KAM tinggi mendapat “ keuntungan lebih besar” yaitu dengan selisih skor 0,3144 sementara itu selisih skor untuk siswa berkategori KAM tinggi 0,3118 dan berkategori KAM sedang
berikut.
0,2370. Hal ini, berarti bahwa tidak terdapat peningkatan
secara
bersamaan
yang
disumbangkan oleh pembelajaran dan KAM dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika Berdasarkan
gambar
4.16
diatas
siswa.
Dengan
melihat
selisihnya, ternyata dengan menggunakan
terlihat bahwa tidak ada interaksi antara
PBL
pembelajaran dengan KAM (tinggi, sedang
pemahaman konsep matematika siswa untuk
dan rendah) terhadap peningkatan kumulatif
kategori rendah.
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Dari rata-rata gain ternormalisasi terlihat
bahwa
kemampuan
pemahaman
konsep matematika siswa yang menggunakan PBL yaitu: kemampuan tinggi (0,6331), kemampuan
sedang
(0,5903)
dan
kemampuan rendah (0,6591) lebih besar jika dibandingkan
dengan
siswa
yang
sangat
peningkatan
kemampuan
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan halhal berikut: 1. Peningkatan
pemahaman
konsep
matematika siswa yang diajarkan dengan Model based learning (PBL) lebih tinggi JSP | FKIP | UHN |hal 8
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Desain Model Pembelajaran Based Learning...........
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
dari pada peningkatan pemahaman konsep matematika
yang
diajarkan
dengan
Pembelajaran learning
(PBL)
Model pada
based
kemampuan
Pembelajaran Konvensional (PK) dengan
pemahaman konsep matematika siswa
selisih
untuk
dapat diterapkan pada semua kategori
translasi adalah 0,3204, interpretsi adalah
KAM. Oleh karena itu hendaknya model
0,3215,
pembelajaran ini terus dikembangkan di
rata-rata
peningkatan
ekstrapolasi
adalah
0,2907.
Sehingga jelas bahwa selisih rata-rata
lapangan
peningkatan
membangun konsep dasar matematis
pemahaman
konsep
sehingga
siswa
matematika lebih tinggi untuk indikator
untuk
interpretasi.
pemahaman konsep matematika sehingga
2. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran pendekatan PBL
dan PK
meningkatkan
terlatih
kemampuan
dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
matematis.
Peran
guru
dan kemampuan awal matematika siswa
sebagai fasilitator perlu didukung oleh
(tinggi, sedang dan rendah) terhadap
sejumlah
pemahaman
kemampuan memandu diskusi di kelas, serta
konsep
matematika
kemampuan
lain
matematik. Berdasarkan hasil penelitian
kemampuan
ditemukan bahwa interaksi pembelajaran
samping itu kemampuan menguasai bahan
dengan
sangat
ajar sebagai syarat mutlak yang harus
mempengaruhi peningkatan kemampuan
dimiliki guru. Untuk menunjang keberhasilan
pemahaman konsep matematika siswa
implementasi pendekatan PBL diperlukan
untuk kategori rendah.
bahan ajar yang lebih menarik dirancang
menggunakan
PBL
dalam
antara
menyimpulkan.
Di
berdasarkan proses belajar induktif dan
SARAN Penelitian
mengenai
penerapan
bermakna
sehingga
pembelajaran
pembelajaran dengan Pendekatan PBL
bermakna dan tidak membosankan.
ini, masih merupakan langkah awal dari
2. Kepada lembaga terkait
upaya meningkatkan kompetensi dari
Pembelajaran
dengan
terasa
model
guru, maupun kompetensi siswa. Oleh
pembelajaran (PBL), masih sangat asing
karena itu, berkaitan dengan temuan dan
bagi guru dan siswa terutama pada guru
kesimpulan dari studi ini dipandang perlu
dan siswa di daerah, oleh karena itu perlu
agar
disosialisasikan oleh sekolah dengan
rekomendasi-rekomendasi
berikutnya
dilaksanakan
oleh
guru
harapan dapat meningkatkan kemampuan
matematika SMA, lembaga dan peneliti
belajar siswa, khususnya meningkatkan
lain yang berminat.
kemampuan
1. Kepada Guru
matematika siswa yang tentunya akan
pemahaman
konsep
berimplikasi pada meningkatnya prestasi JSP | FKIP | UHN |hal 9 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Desain Model Pembelajaran Based Learning...........
ISSN: 2356-2595
siswa
dalam
Volume-1, Edisi-1, September 2014
penguasaan
materi
ditinjau dari segi ketuntasan belajar.
matematika.
Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya
3. Kepada peneliti yang berminat
mengkaji apakah model pembelajaran ini
Berdasarhan penelitian
hasil
ditemukan
analisis
bahwa
efektif
meningkatkan
kreativitas
proses
matematis siswa untuk materi lain dan
pembelajaran
dengan
menggunakan
apakah model pembelajaran ini efektif
model
learning
efektif
untuk
based
meningkatan
kreativitas
untuk
matematis
meningkatkan
kemampuan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Afrilianto, M. (2012). Peningkatan Terhadap Kinerja Manajer pada PT. Pemahaman Konsep Dan Kompetensi Jesslyn K Cakes Indonesia Cabang Strategis Matematis Siswa Smp Surabaya. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi, Dengan Pendekatan Metaphorical Surabaya, 1(2):(102-108). Thinking. INFINITY Jurnal Ilmiah Rajagukguk, waminton dkk. (2007). Inovasi Program Studi Matematika STKIP Pembelajaran Matematika Berdasarkan Siliwangi Bandung. Bandung: 1(1): (1– Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 125). (KTSP) untuk Meningkatkan Hasil Dahar, R.W., (1996), Teori-teori Belajar, Belajar Siswa SMP. Medan, Penelitian Jakarta: P2LPTK. Hibah Bersaiang UNIMED. Makmur, Agus. (2011). Upaya Semiawan, Conny R. (2009). Kreativitas Meningkatkan Pemahaman Konsep keberbakatan. Jakarta: PT. Macana Dan Kreativitas Siswa SMP Dengan Jaya Cemerlang. Menerapkan Model based learning. Situmorang, A.S., (2013), Peningkatan Thesis tidak diterbitkan, Medan: PPSKemampuan Pemahaman dan UNIMED Kreativitas Matematis Siswa dengan Mansur. 2008. KTSP Pembelajaran Berbasis Menggunakan Model Pencapaian Kompetensi dan Kontekstual. Penerbit Konsep, Jurnala Penelitian Bidang Bumi Aksara. Jakarta. Pendidikan Lembaga Penelitian Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Universitas Negeri Medan, Medan, Pembelajaran. Penerbit Aswaja 19(1): (52-59). Pressindo. Yogyakarta. Trianto, (2010), Mendesain Model Poernomo, Eddy. (2006). Pengaruh Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kreativitas dan Kerjasama Tim Kencana.
JSP | FKIP | UHN |hal 10 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sahlan Tampubolon ISSN: 2356-2595
Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-1, Edisi-1, september 2014 Halaman 11-19
STUDENTS’ ABILITY IN AVOIDING MISPLACED, DANGLING MODIFIER IN WRITING PARAGRAPH By. Drs. Sahlan Tampubolon, M.Hum Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan Abstract: Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kemampuan mahasiswa Prodi Bahasa Inggris angkatan 2010/2011 dalam menghindari misplaced dan dangling modifier dalam penulisan sebuah paragraph. Deskriptif kualitatif merupakan design penelitian yang dipakai dalam penelitian ini, sementara sampel yang dipakai sebagai objek penelitian berjumlah enambelas orang. Hasilnya mayoritas sampel mampu menghindari misplaced dan dangling modifier dalam menulis kalimat dalam sebuah paragraf. Hal ini barangkali dipengaruhi oleh telah seringnya para mahasiswa menulis paragraf dalam perkuliahan mereka di Prodi Bahasa Inggris FKIP Medan. Kata Kunci : Misplaced, Dangling Modifier, Writing Paragraph dangling modifier or not
INTRODUCTION Mastering of misplaced and dangling
while writing
paragraph.
modifier is very important to make a qualified
The Problems of the Study
writing. Misplaced
The problem of the study is formulated as
is words or word group
and phrase that occurs in sentences which
follows:
cause different meaning and dangles to
1. Are the students able to avoid misplaced
understand by readers. Dangling modifier is misrelated clause in a sentence which makes the readers hard to understand. This
topic
sometimes is difficult to avoid by the writer
and dangling modifier? 2. What are the difficulties found by the students
in avoiding misplaced and
dangling modifier?
when writing sentences and paragraph. For
Misplaced and dangling modifier.
students of English department FKIP UHN
The Misplaced modifier.
Medan it is assumed that they have already
Kriszner
and
Mandell
(1989:235)
known in avoiding these mistakes while
explained that a misplaced modifier is a word
writing paragraph for they have already
or word group whose placement suggests that
discussed it in their lecture. To prove this
it modifies one word or phrase when it is
assumption, this research was conducted to
intended to modify another, a misplaced
know whether they can avoid misplaced and
modifier
has
no
relationship
with
its
headword. Similar to the above opinion John JSP | FKIP | UHN |hal 11 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Students’ Ability in AvoidingMisplaced ..................
Sahlan Tampubolon ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Langan (2003:228) defined that: misplaced
usually be corrected by moving the modifier to
modifier is words because of awkward
be a more sensible place in the sentence,
placement; do not describe the words the
generally next of verb. And the right one is
writer intended them to describe. Misplaced
will be:“Our phone rang almost fifteen times
modifier often confuses the meaning of a
last night.”
sentence. To avoid them, place words as close
The sentence has already have a meaning that
as possible to what they describe.
the phone rang a little under fifteen times is
Revision in misplaced modifier.
now clear.
John Langan et all (2003:166) stated
The wrong placement of the words in
that when a modifier is in the wrong place, the
the sentences will make the sentence sound
reader may not know just what it is meant to
awkward, ridiculous or confusing. The writer
describe, misplaced modifier can lead to
also need to watch the placement of modifiers
misunderstanding
are
such as almost, even, hardly, nearly, often, and
unintentionally humorous. To avoid them,
only. A couple of examples should be enough
place words as close as possible to what it
that can be seen such as: big dog almost ran
describe, so that its meaning will be clearly
around the yard twenty times, and the sentence
understood.
Hacker
he nearly ate a whole box of treats. In both
(1976:67) stated that the meaning of English
sentences--when he "almost ran" and "nearly
sentences is largely determined by the reader
ate"--nothing happened! He didn't quite get
of its words, phrases, and clauses. If any of
around to doing either thing. What is intended
these elements is misplaced, the sentence will
is: Big Dog ran around the yard almost twenty
be unclear.
times, and he ate nearly a whole box of treats.
After getting the explanation from some
Misplaced adjectives are incorrectly separated
sources, it can be understood that the meaning
from the nouns they modify and almost always
of
distort the intended meaning. Example: The
some
More
misplaced
over
modifier
of
which
Diana
The
misplaced
modifier sentences and its revision
child ate a cold dish of cereal for breakfast
Langan (2003:228) gives the example sentence
this morning. The sentences above as if that
which has misplaced modifier like
dish is taste cold, but actually the cereal is
“Our phone almost rang fifteen times last
cold. So the right one by placing the adjective
night.”
next to the noun it modifies, so the sentence The sentence above suggests that the
phone almost rang fifteen times. But in fact
becomes: The child ate a dish of cold cereal for breakfast this morning
did not ring at all. Misplaced modifier can JSP | FKIP | UHN |hal 12 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Students’ Ability in AvoidingMisplaced ..................
Sahlan Tampubolon ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
The writer must also watch out for
above gives the meaning as if that is a buttered
adverbs such as only, just, nearly, merely, and
woman but the actually the dish of dinner. So
almost. They are often misplaced and cause an
the correct one is, “The waiter served a dinner
unintended meaning.
This sentence, for
roll that was well buttered to the woman”. In
example, means that I only contributed the
correcting a misplaced modifier, don't create a
money: I only contributed $ 10.00 to the fund
sentence
for orphaned children.
Example: The teacher said on Monday she
with
two
possible
meanings.
The sentences gives the meaning that
would return our essays. The problem in the
the subject work only contributed the money,
sentences is, did the teacher say this on
but actually the subject seldom do it, and he
Monday or will she return the essays on
would like to share his money. However, the
Monday?) . After get correction, the meaning of
sentence means that I contributed only $10.00.
essays, that our essays will be returned on
And after get revision the sentence becomes: I
Monday and the sentences becomes, “The
contributed only $ 10.00 to the fund for
teacher said she would return our essays on
orphaned children.
Like adjectives, adverbs
Monday”. The other correction is meaning that
are commonly misplaced in everyday speech,
the teacher spoke on Monday, so the sentences
and
becomes : On Monday the teacher said she
may not
cause
listeners
difficulty.
However, such sentences are quite imprecise
would return our essays
and, therefore. The dealer sold the Cadilac to
Some modifiers, especially simple
the buyer with leather seats. The sentences
modifiers like only, just, nearly, barely have a
above inform as if a buyer with leather seats but
bad habit of slipping into the wrong place in a
actually it refers to product Cadilac. So the right
sentence. For instance, in the sentence below,
one is, The dealer sold the Cadilac with leather
do the students seek advice frequently or can
seats to the buyer
they frequently improve their grades by
Misplaced clauses may cause a sentence to sound awkward and may create a meaning
seeking advice? Confusion
that does not make sense. The problem sentences below contain misplaced clauses that modify the wrong nouns. To fix the errors
Repair Work
and clarify the meaning, put the clauses next to the noun they are supposed to modify. Example: The waiter served a dinner roll to the
Repair Work
Students who seek their instructors' advice often can improve their grades. Students who often seek their instructors' advice can improve their grades. Students who seek their instructors' advice can often improve their grades.
woman that was well buttered. The sentences JSP | FKIP | UHN |hal 13 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sahlan Tampubolon ISSN: 2356-2595
Students’ Ability in AvoidingMisplaced .................. Volume-1, Edisi-1, September 2014
More examples about misplaced modifier like
below:
Based on Diana Hacker et all (1976:67) among
1. You will only need to plant one package of
the elements most easily, misplaced are the
seeds (Misplaced).
adverbs almost, just, merely, nearly, and only.
only one package of seeds (correct)
The misplacement obscures meaning in these
You will need to plant
2. Many students have, by the time they reach
sentences:
their seniors year, completed all the
1. By waiting for the sale, Amy almost saved
requirements for their major. (Misplaced).
ten dollars (Misplaced). By waiting for the
By the time they reach their seniors year,
sale, Amy saved almost ten dollars
many students have completed all the
(correct)
requirements for their major (correct).
2. According to George Meany, the law
Er is a group of words and phrases that is
merely helped big business (Misplaced).
not beat in a sentence which makes the
According to George Meany, the law
sentence is unclear or inaccurate to
helped merely big business (correct)
describe,
3. Because none spoke German, Hans could smile only at them (Misplaced). Because none spoke German, Hans could only smile at them (correct).
and
make
reader
get
misunderstanding when taking reading it. The Dangling modifier The same thing with the definition of misplaced modifier, here are some opinions
In other that, Jessie Michael (1996:146) gave
from different sources like: Kirszner and
the examples of misplaced modifier like
mandell et all (1989:243) mentioned that a
bellow:
dangling modifier is a phrase or word that can not logically, limit or restrict any word or word group in the sentence. JSP | FKIP | UHN |hal 14 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Students’ Ability in AvoidingMisplaced ..................
Sahlan Tampubolon ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Beside that, John Langan et all
adjective phrases, because of their position,
(2003:234) explained that a modifier that
automatically modify the first noun or pronoun
opens
followed
that follows the phrase -- in this case, "it." The
immediately by the word it meant to describe.
connection in this case is illogical because "it"
Otherwise, the modifier is said to be dangling
was not raised in Nova Scotia. So the right one
a
sentence
must
be
and the sentence takes on an unintended meaning.
Then, based on Diana Hacker
(1976:65) a word group is said to dangle when it fails to stack its self sensibly to the next of the sentence.
is, For a person raised in Nova Scotia, it is natural to miss the smell of the sea. (The phrase no longer functions as an adjective) Raised in Nova Scotia, I often miss the smell of the sea. (The phrase functions as an
This kind of it error occurs most often
adjective but now automatically modifies "I," a
with phrase that contain verbal (participle,
logical connection)
gerund and infinitives). And it is similar to
Sometimes the dangling modifier error occurs
this, a dangling modifier is a phrase or clause
because the sentence fails to specify anything to
that modifier a word not clearly stated in the
which
sentences
connect
Looking toward the west, a funnel shaped
grammatically with what it is intended to
cloud stirred up dust This sentence does not
modify.
specify who is looking toward the west. In fact,
or
that
does
not
After getting some sources which informed
about
definition
of
dangling
modifier, then the writer make definition dangling modifier as a group of words or phrase is not specific, illogically stated in the sentences, so it is not clear that who explain
the
modifier
can
refer. Example :
there is nothing at all in the sentence to which the modifying phrase looking toward the west can logically refer. Since the modifier, looking toward the west, is sitting next to the funnel shaped cloud, the sentence suggests that the cloud is doing the looking. Looking toward the west, I saw funnel shaped
and what explanation is about.
cloud stirred up dust.
Revision in dangling modifier
Now the sentence means that I was looking
Dangling modifier can be seen like the
toward the west.
example bellow:
Example: When nine year years old, my
Raised in Nova Scotia, it is natural to miss the
mother enroll in medical school
smell of the sea. The introductory phrase in the
This sentence means that my mother enrolled in
above sentence looks as if it is meant to
medical when she was nine years old.
modify a person or persons, but no one is mentioned in the sentence. Such introductory JSP | FKIP | UHN |hal 15 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Students’ Ability in AvoidingMisplaced ..................
Sahlan Tampubolon ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
When I was nine years old, my mother
modify the person(s) who set up the exercise
enrolled in medical school. Now the sentence
program.
means that I (not my mother!) was nine years old when my mother enrolled in medical school.
An infinitive phrase can also "dangle." The
To keep the young recruits interested in getting in shape, an exercise program was set up for the summer months. To keep the young Repair recruits interested in Work getting in shape, the coaching staff set up an exercise program for the summer months. More examples of dangling modifier
infinitive phrase below should probably
sentences,
There are some examples of dangling modifier
Examples Modifiers
of
Dangling
Cost-efficient and convenient, many of today's corporate employees are being trained through computer-assisted instruction.
Having submitted the conference registration form after the deadline, special permission by the chairperson was needed before she could give her presentation.
When purchasing a cellular phone, the wide variety of calling plans and features overwhelms many people.
Confusion
Revisions Cost-efficient and convenient, computer-assisted instruction is being used by many companies to train employees. (The descriptive words, cost-efficient and convenient, modify computer-assisted instruction rather than today's corporate employees.) Having submitted the conference registration form after the deadline, Susan needed special permission from the chairperson before she could give her presentation. (The example doesn't make sense as it is written. Someone must have submitted the form late. According to the revision, Susan submitted the form late.) When purchasing a cellular phone, many people become overwhelmed by the wide variety of calling plans and features. (The calling plans and features aren't purchasing cellular phones. People purchase cellular phones.)
John A. Higgin in Erlina ( 1998 : 23)
(Who is doing the accessing? Not the disk)
gives the example of dangling modifier and
(Right) To access the map program, you must
its revision. Example: (Wrong) To access the
insert a floppy disk. (You are the person is
map program, a floppy disk must be inserted,
doing processing). Similar to Jessie Michael JSP | FKIP | UHN |hal 16
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sahlan Tampubolon ISSN: 2356-2595
Students’ Ability in AvoidingMisplaced .................. Volume-1, Edisi-1, September 2014
et all (1996:12) makes the examples of
and avoiding them in writing paragraph, the
dangling modifier like : Dangling: when
writer makes a writing test. The writer gives
watching a classic film such as gone with the
the assignments in three types of questions
wind, commercials are
like the understanding of misplaced and
especially irritating.
Repaired: when watching a classic film such as gone with the wind, I find commercials are especially irritating. Repaired: When I am watching a classic film such as gone with the wind, commercials are
especially irritating.
RESEARCH METHODOLOGY In research, method has an important role, because all activities which is done in finding or improving something is by analyzing. To do this research, the writer will use the descriptive quantitative research that is one method in getting data by doing experiment. According Best and khan (2006 : 13), population is the whole subject of the research while sample is small subject which is taken from population to be examined. The population used in this study is the first year
dangling modifier, changing the misplaced and dangling modifier sentences into good sentences and writing paragraph with three topics. Then the writer gives the students chance to do the test at their home so that they have much time an be concentrate in doing it, analyze the data and tabulation and the average of score result. The Scoring the test Test Kind of question Score 1. Definition of 10 misplaced and dangling modifier 2. Changing the 30 misplaced and dangling modifier sentences into a correct sentences. 3. Writing paragraph 60 with three topics. 100 Total
students of English Department academic year 2010/2011, while the sample is one class from the population is chosen out randomly. In doing a research, the instrument of collecting data determines the quality of data is collected and quality of data determines its research. To get the expected data, it is very important to use the instrument collecting data sweetly. To know the ability of EB.1.08 students in
Findings and discussions Findings. After analyzing the data, it is found that the findings as the followings: 8 students are categorized excellent 1 student are categorize good 3 students are categorize average 0 student are categorize fair 4 students are categorize bad
mastering misplaced and dangling modifier JSP | FKIP | UHN |hal 17 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Students’ Ability in AvoidingMisplaced ..................
Sahlan Tampubolon ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
The percentage of students ability in
and 4 or 25% are unable in mastering
answering the questions
misplaced and dangling modifier.
No Category Total Percentage ability able 1 excellent 8 50% 2
good
1
6.25%
able
3
average
3
18.75%
able
4
fair
0
0%
-
5
bad
4
25%
unable
Based on the table above, the writer takes the conclusion that 4 students unable in mastering misplaced and dangling modifier and 12 students are able in mastering
3. There are some problems and difficulties are found
by the first year 2013/2014
students of English department FKIP Nommensen Medan : 1. Some of them did not fully understand about
misplaced
and
dangling
modifier. 2. Lack of vocabulary makes students difficult to answer the questions. 3. Some of them does not know to
misplaced and dangling modifier.
answer the questions and just guess
Based on the result of research which has
the answer.
been done by the writer, so the writer
4. The laziness of students makes them
concludes that:
get low knowledge in understanding
1. The ability of the first year 2013/2014
misplaced and dangling.
students of English department students
5. Misplaced and dangling modifier are
FKIP Nommensen in avoiding misplaced
new subject so it make them difficult
and dangling modifier is good enough,
to understand.
that is 75% or12 students are able to do the exercise. It can be proved from their writing test result
Discussions To avoid the misplaced and dangling modifier is not easy for students when writing
2. There were 8 students or 50% who were
paragraph. The students need carefulness and
regarded as having category excellent, 1
the right meaning of every sentence. But
student or 6.25% who were regarded as
when writer give them writing test, most of
having category good, 3 students or
them have known well of misplaced and
18.75% who were regarded as having
dangling modifier and can avoid them in the
category average and 4 students or 25%
test. Misplaced and dangling modifier always
who were regarded as having category
occur when students do not know the
bad. It can be said that 12 or 75% are able
placement of some modifier such as almost, even, hardly, nearly, often, and only, some of
JSP | FKIP | UHN |hal 18 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sahlan Tampubolon ISSN: 2356-2595
them get influence of Indonesia. They also
Students’ Ability in AvoidingMisplaced .................. Volume-1, Edisi-1, September 2014
3.
The incomplete college facilities. The
make incompletely structure that they always
college did not have the wifi area to
forget to have subject in the sentences.
access internet and did complete the
Although most of the students are able to
English books especially about writing.
avoid misplaced and dangling modifier, but
REFERENCES
some of them still gets difficult in
Erlina. (1998). Anlaisis Penggunaan Kata Ulang Dalam bahasa Indonesia Tulis. Medan: Unimed. Best, W,J. & Kahn, J.V (2006). Research in Education. Boston. Pearson Education Inc. G. Kirsner.laurie, R.Mandells. 1989. The Holt Handbook. Philadelphia: Drexel University Hacker.Diana. 1976. The Bedford Hand book. New York: Martin S.press Hornby.AS.1974. Guide to pattern and usage.New york: Oxford Unversity press Langan.John, Janet M.Goldstein. 2003. English Brushup. New York: Mc GrawHill Langan.John. 2003. Sentnce Skill. New York: Mc GrawHill Michael.Jessie, et all. 1996. Towards better English grammar. Salanggor: Fajar Bakti sdn bhd.
understanding it. These cases wee caused by three factors: 1.
The bad habitual of students in studying at college. They are always active less and did not want to increase their ability in mastering every subject, did not master more vocabularies. They are lazy to do some exercises and do not want to know about something new.
2.
The unqualified lecturers in teaching every subject. The lecturers do not explain the whole subject well and seldom give the writing exercises and does not care of the weak students.
JSP | FKIP | UHN |hal 19 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sintong Nainggolan ISSN: 2356-2595
Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-1, Edisi-1, september 2014 Halaman 20-28
PENERAPAN MODEL PENCAPAIAN KONSEP DI SMP NEGERI 1 BILAH BARAT UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA. Sintong Nainggolan Guru SMP Negeri 1 Bilah Barat Ranto Prapat Kabupaten Labuhan Batu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan pemahaman konsep matematika melalui penerapan model pencapaian konsep pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat. (2) mendeskripsikan aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep berlangsung. (3) mengetahui proses penyelesaian masalah pemahaman konsep setelah penerapan model pembelajaran pencapaian konsep. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII–A SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2012/ 2013. Instrumen yang digunakan tes pemahaman konsep, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi kemampuan guru mengajar. Anlisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif terhadap kemampuan pemahaman konsep dengan kriteria “Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik”. Analisis kemampuan pemahaman konsep dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Penelitian dihentikan ketika tingkat kemampuan pemahaman dan kreativitas berpikir siswa secara klasikal minimal 80% berada pada kategori minimal cukup. Hasil penelitian pada siklus I secara klasikal tingkat pemahaman konsep sebesar 75% atau 24 orang siswa. Pada siklus II secara klasikal tingkat pemahaman konsep sebesar 96,875% atau 30 orang siswa. Kata Kunci : Model pencapaian konsep (MPK), Pemahaman Konsep, mengembangkan kemampuan dan membentuk
PENDAHULUAN Pendidikan
nasional
bertujuan
untuk
watak
serta
peradaban rangka
yang
mengembangkan potensi peserta didik agar
bermartabat
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kehidupan bangsa (UU No. 20 Tahun 2003).
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
dalam
bangsa
mencedaskan
Pendidikan adalah salah satu bentuk
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
perwujudan
dan menjadi warga negara yang demokratis
dinamis dan sarat perkembangan (Trianto,
serta bertanggung jawab. Pendidikan juga
2010:1). Oleh karena itu, perubahan atau
merupakan unsur yang paling penting dalam
perkembangan pendidikan adalah hal yang
meningkatkan sumber daya manusia. Melalui
memang seharusnya terjadi sejalan dengan
pendidikan manusia akan menguasai ilmu
perubahan budaya kehidupan”. Pendidikan
pengetahuan yang dapat meningkatkan sumber
juga hendaknya melihat jauh ke depan dan
daya
menyelesaikan
memikirkan apa yang akan dihadapi peserta
permasalahan yang dihadapi. Hal ini sejalan
didik di masa yang akan datang” (Trianto,
dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003
2010:5).
manusia
dan
dapat
tentang sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan
nasional
berfungsi
kebudayaan
manusia
yang
Kenyataan adalah suatu hal yang mengecewakan
dimana
prestasi
belajar
JSP | FKIP | UHN |hal 20 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sintong Nainggolan
Penerapan model pencapaian konsep ............................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
matematika tidak seperti yang diharapkan,
pemahaman terhadap konsep matematika tidak
mutu pendidikan Indonesia terutama dalam
berkembang.
mata pelajaran matematika masih rendah. Hal
Pemahaman konsep yang baik akan turut
ini didukung oleh: Data UNESCO yang
mempengaruhi daya berpikir siswa terhadap
menunjukkan bahwa peringkat matematika
pemecahan
Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara.
(2008: 324), mengemukakan
Secara lokal hasil belajar siswa pada mata
konsep (Concept leaarning) pada dasarnya
pelajaran matematika juga relatif sangat
adalah `meletakkan berbagai macam hal ke
rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai
dalam golongan-golongan` dan setelah itu
perolehan siswa pada ujian nasional di SMP
mampu mengenali anggota-anggota golongan
Negeri 1 Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu
itu”. Oleh karena itu jika siswa tidak
dari tahun 2005 sampai tahun 2009, seperti
memahami konsep matematika dengan baik,
pada tabel 1. berikut :
maka
Tabel 1. Data perolehan nilai ujian nasional matematika di SMP Negeri 1 Bilah Barat.
permasalahan, sehingga siswa tidak mampu
Mata Pelajaran Matematika
TAHUN / NILAI 2005 2006 2007 2008 2009 5,25 5,00 4,50 4,85 5.30
masalah
siswa
tidak
matematika.
dapat
Arends
bahwa belajar
menganalisa
untuk menyelesaikan masalahnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Joyce (2009; 131) menyatakan “Jika siswa sudah
Rendahnya hasil belajar matematika siswa
mengetahui suatu konsep tertentu, mereka
disebabkan
oleh
dapat dengan mudah belajar menamakannya”.
pemahaman
siswa
rendahnya pada
tingkat
konsep-konsep
Dahar (1988: 95) menyatakan ”Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan.
matematika. Faktor
lain
yang
mempengaruhi
Konsep-konsep
merupakan
batu-batu
rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa
pembangun (building block) berpikir. Konsep-
ini antara lain, pembelajaran yang terlaksana
konsep merupakan dasar bagi proses-proses
cenderung
guru
mental yang lebih tinggi untuk merumuskan
memberi
prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi”.
contoh soal dan penyelesaian. Kegiatan siswa
Sementara Rosser (dalam Dahar 1988: 97),
hanya diseputar mengerjakan soal berdasarkan
mengemukakan bahwa: “Konsep adalah suatu
rumus yang ada dan berdasarkan contoh yang
abstraksi yang mewakili kelas objek-objek,
pernah diberikan oleh guru tanpa mengetahui
kejadian-kejadian,
dari
hubungan-hubungan yang mempunyai atribut
berpusat
memberikan
mana
pembelajaran
pada
rumus-rumus
datangnya yang
guru, dan
rumus,
berpusat
Dengan
pada
guru
kegiatan-kegiatan,
atau
yang sama”. Dahar (1988) menyimpulkan bahwa
suatu
konsep
merupakan
suatu
abstraksi yang memiliki suatu kelas stimulusJSP | FKIP | UHN |hal 21 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sintong Nainggolan
Penerapan model pencapaian konsep ............................
ISSN: 2356-2595
stimulus.
Dari
pendapat
Volume-1, Edisi-1, September 2014
tersebut
dapat
dipahami bahwa siswa yang telah memahami
konsep; 4). Mengaplikasikan konsep atau algaritma dalam penyelesaian masalah
suatu konsep mampu menjelaskan sebuah
Sehubungan dengan uraian di atas
definisi dengan kata-kata sendiri menurut
tentang rendahnya pemahaman konsep siswa
sifat-sifat/ ciri-ciri yang esensial, mampu
pada mata pelajaran matematika perlu adanya
membuat/ menunjukkan contoh dan yang
suatu model pembelajaran yang tepat untuk
bukan contoh, dan mampu mendeskripsikan
meningkatkan
pemikirannya dalam menyelesaikan masalah.
kreativitas berpikir
pemahaman
konsep
dan
pada mata pelajaran
Arends (2008: 328) menyatakan bahwa
matematika. Model pembelajaran pencapaian
”Pengajaran konsep adalah salah satu cara
konsep merupakan salah satu alternatif untuk
untuk
dapat
memberikan
ide-ide
baru
dan
meningkatkan
pemahaman
konsep
memperluas serta mengubah skemata yang
siswa. Berdasarkan uraian di atas, perlu
sudah ada”. Pencapaian konsep merupakan
dilakukan suatu penelitian tentang model
proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang
pembelajaran pencapaian konsep dengan
dapat digunakan untuk membedakan contoh-
judul “Upaya Meningkatkan Pemahaman
contoh yang tepat dengan contoh-contoh yang
Konsep Dan Kreativitas Berpikir Melalui
tidak tepat dari berbagai katergori” Dalam
Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada
model pencapaian konsep ini guru sangat
Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat”
berperan penting dan diantaranya yang harus diperhatikan
yaitu;
menciptakan
suatu
Joyce
(2009;
136),
langkah-langkah
model pembelajaran pencapaian konsep terdiri
lingkungan sedemikian sehingga siswa merasa
dari 3 tahap yang disajikan pada tabel
bebas untuk berpikir dan menduga tanpa rasa
bawah
takut dari kritikan dan ejekan. Pencapaian
penyajian data pada pembelajar. Setiap unit
konsep
dan
data merupakan contoh dan noncontoh konsep
diilustrasikan bagaimana model pencapaian
yang terpisah. Tahap Kedua, pada tahap ini
konsep itu berlangsung.
siswa menguji penemuan konsep mereka,
itu
juga
harus
dijelaskan
ini.
Tahap
pertama
di
melibatkan
Dalam penelitian ini indikator pencapaian
pertama-tama dengan mengidentifikasi secara
pemahaman konsep sebagai hasil belajar
tepat contoh-contoh tambahan yang tidak
matematika adalah: 1). Menjelaskan ulang
dilabeli dari konsep itu dan kemudian dengan
sebuah definisi menurut sifat-sifat/ ciri-ciri
membuat
yang esensial; 2).
ketiga, pada ini, siswa mulai menganalisis
objek
menurut
Mengklasifikasikan sifat-sifat
yang
dimiliki;
3).Memberi contoh dan non contoh dari
contoh-contoh
strategi-strategi
dengan
mereka.
segala
hal
Tahap
yang
mereka gunakan untuk mencapai konsep.
JSP | FKIP | UHN |hal 22 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sintong Nainggolan
Penerapan model pencapaian konsep ............................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Tahapan langkah-langkah model pembelajaran
berpedoman pada kriteria yaitu: “Sangat
pencapaian konsep ini dapat dilihat pada tabel
Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik”.
2 berikut:
Berdasarkan
Tabel 2.1. Struktur Pengajaran Model Pencapaian Konsep
pandangan
tersebut
dalam
penelitian ini hasil tes pemahaman konsep matematika siswa pada setiap siklus disajikan dalam interval kriteria sebagai berikut: 0% ≤ SKPK ≤ 40% 40% ≤ SKPK ≤ 54% 55 %≤ SKPK ≤ 69% 70% ≤ SKPK ≤ 84% 85% ≤ SKPK ≤ 100% Berdasarkan kriteria di
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik atas, suatu kelas
dikatakan telah memahami konsep matematika (klasikal) apabila terdapat 80% siswa berada pada kategori minimal “cukup”. Data hasil pengamatan kemampuan guru dalam
mengelola
pembelajaran
model
pencapaian konsep dianalis dengan mencari rerata skor
METODE PENELITIAN Penelitian akan dilaksanakan pada siswa kelas VII-1 di SMP Negeri 1 Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 SMP Negeri 1 Bilah Barat tahun pelajaran 2012/ 2013 sebanyak 32
guru
mengelola
pembelajaran yang terdiri dari 5 kriteria; tidak baik (nilai 1), kurang baik (nilai 2), cukup baik (nilai 3), baik (nilai 4), sangat baik (nilai 5). Data akan disajikan dalam interval, maka kriteria tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran (Sinaga, 2007: 171) adalah:
orang. Skor
kemampuan
Kemampuan
Pemahaman
Konsep
(SKPK) siswa diperoleh dari hasil skor yang diperoleh
dibagi
dengan
skor
maksimal
dikalikan dengan 100, dirumuskan sebagai
1 ≤ TKG < 2 (Tidak Baik) 2 ≤ TKG < 3 (Kurang Baik) 3 ≤ TKG < 4 (Cukup Baik) 4 ≤ TKG < 5 (Baik) TKG = 5 (Sangat Baik)
berikut:
Keterangan: TKG=Tingkat Kemampuan Guru Ket: SKPK = Skor Kemampuan Pemahaman Konsep.
dikatakan
mampu
mengelolaan
model pembelajaran model pencapaian konsep
Kusumah “Untuk
Guru
(2011:154)
menentukan
pemahaman
konsep
mengemukakan
kriteria
kemampuan
matematika
apabila tingkat kemampuan guru untuk tiap siklus mencapai kriteria minimal “ Baik “.
siswa
JSP | FKIP | UHN |hal 23 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sintong Nainggolan
Penerapan model pencapaian konsep ............................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Langkah-langkah yang digunakan untuk
1. Terdapat 80% dari jumlah siswa yang
mencari rata-rata frekuensi dan rata-rata
mengikuti tes memiliki tingkat pemahaman
persentase waktu
konsep minimal cukup.
yang digunakan siswa
selama kegiatan Sinaga (2007: 166) sebagai
2. Tingkat
kemampuan
guru
berikut:
menyelenggarakan
a. Hasil observasi aktivitas siswa pada satu
pencapaian konsep minimal kategori baik.
kali pertemuan ditentukan frekuensinya, selanjutnya
ditentukan
pula
rata-rata
pembelajaran
model
3. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berada dalam batas toleransi waktu ideal.
frekuensi kategori aktivitas setiap anggota
Apabila salah satu dari 4 (empat)
kelompok setiap pertemuan dalam satu
kriteria keberhasilan yang sudah ditetapkan di
siklus.
atas
tidak
terpenuhi
maka
penelitian
b. Mencari presentasi rata-rata frekuensi
dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan
setiap kategori aktivitas dengan cara
mempehatikan hasil refleksi dan memperbaiki
membagi rata-rata frekuensi untuk tiap-
kekurangan serta kelemahan yang terjadi pada
tiap kategori aktivitas dengan banyak
siklus sebelumnya.
frekuensi
pengamatan
pada
setiap
HASIL PENELITIAN
pertemuan dan hasil pembagianya kalikan
Rata-rata kemampuan pemahaman konsep
dengan 100%. Selanjutnya dicari rata-rata
siswa
persen waktu
pemahaman konsep
dalam setiap pertemuan
pada setiap siklus dan dimasukkan ke dalam
kolom
rata-rata
persen
yang
berdasarkan
kategori
tingkat
pada siklus I secara
klasikal adalah sebagai berikut: Tabel
tesedia.
4.
Skor Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep Siswa (SKPK 1) Siklus I
Kriteria keberhasilan yang digunakan untuk
Jlh N Interval Persentasi Kategori Siswa o. Nilai (%) Penilaian (org) 1 85–100 3 9.375 Sangat Baik 2 70– 84 9 28.125 Baik 3 55– 69 12 37.5 Cukup 4 40– 54 6 18.75 Kurang 5 0– 40 2 6.25 Sangat Kurang 32 100 Total
menghentikan atau melanjutkan siklus dalam penelitian
ini
dilihat
sebagaima
diuraikan
dari pada
aspek-aspek tabel
berikut
berikut: Tabel 3. Kriteria Untuk Menghentikan Siklus Pembelajaran No ASPEK TKP Kategori 1 Pemahaman Konsep 80% Cukup 2 Kemampuan Guru 90% Baik dalam batas 3 Aktivitas Siswa toleransi
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa :
Pada tabel di atas diperoleh bahwa dari 32
orang
siswa
yang
mengikuti
tes
pemahaman konsep, terdapat siswa memiliki nilai dengan kategori sangat baik sebanyak 3 orang atau sebesar 9,375%, memiliki nilai kategori baik sebanyak 9 orang atau sebesar
JSP | FKIP | UHN |hal 24 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sintong Nainggolan
Penerapan model pencapaian konsep ............................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
28,125%, memiliki nilai dengan kategori
orang atau sebesar 56,25%, yang memiliki
cukup sebanyak 12 orang atau 37,5% ;
nilai kategori baik sebanyak 12 orang atau
memiliki
kurang
sebesar 37,5%, yang memiliki nilai dengan
sebanyak 6 orang atau 18,75% serta memiliki
kategori cukup sebanyak 1 orang atau 3,125%,
nilai kategori sangat kurang sekali sebanyak 2
dan yang memiliki nilai kategori kurang sekali
orang atau 6,25%.
sebanyak 1 orang atau 3,125%. Dengan
nilai
dengan
kategori
Hasil siklus I menunjukkan kelemahan
demikian
jumlah siswa yang memperoleh
siswa pada “mendefinisikan sebuah konsep
nilai berada pada kategori minimal cukup
dan mengidentifikasi ciri-ciri suatu konsep”.
sebanyak 30 orang siswa dan jumlah siswa
Untuk memperbaiki masalah ini maka pada
yang memperoleh nilai dibawah kategori
siklus
cukup sebanyak 2 orang siswa. Secara klasikal
dua
perlu
menyebutkan
ulang
penekanan sebuah
tentang
definisi
dan
tingkat pemahaman konsep pada siklus II
mengidentifikasi ciri-ciri atau karakteristik
sebesar 96,875% dari jumlah siswa telah
sebuah konsep. Tindakan yang dilakukan
memiliki kemampuan pemahaman konsep
adalah dengan memperbanyak latihan, yaitu
dengan
dengan menambah frekuensi presentasi hasil
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
diskusi di depan kelas dan siswa yang
pemahaman
memberikan tanggapan ditambah.
peningkatan.
Selanjutnya diperoleh rata-rata tingkat pencapaian
pemahaman
berdasarkan
kategori
konsep
Hasil
kategori
minimal
konsep
pengamatan
cukup.
siswa
Dari
mengalami
observer
terhadap
siswa
aktivitas siswa dalam pembelajaran setiap
pemahaman
pertemuan selama 3 (tiga) kali tatap muka
konsep secara klasikal dapat dilihat pada tabel
dinyatakan dengan persen yang disajikan pada
berikut ini,
Tabel 6 berikut.
Tabel 5. Skor Kemampuan Pemahaman Konsep
Tabel 6. Kadar Aktivitas Siswa Siklus I
tingkat
Siswa (SKPK) Siklus II No 1 2 3 4 5
Interval Nilai 85–100 70– 84 55 – 69 40 – 54 0 – 44 Total
Jumlah Persentasi Kategori Siswa (%) Penilaian (orang) 18 56.25 Sangat Baik 12 37.5 Baik 1 3.125 Cukup 0 0 Kurang 1 3.125 Sangat Kurang 32 100
Dari tabel skor test pemahaman konsep di atas diperoleh bahwa jumlah siswa yang memiliki nilai dengan kategori sangat baik sebanyak 18
NO
AKTIVITAS SISWA
Mendengarkan/ 1 memperhatikan guru/ teman Membaca (buku 2 siswa, LKS, sumber lain) Menulis yang 3 relevan dengan KBM Berdiskusi/ 4 bertanya antar siswa/ teman Bertanya/ 5 bertanya antara siswa dan guru
Rataan Waktu (dalam menit)/ Pertemuan Ke 1 Ke 2 Ke 3 Rataan
PWI
%
23.3 21.6 23.33 22.78 28.47 5% -15%
15.8 20.0 16.67 17.50 21.88 10% -20%
18.3 21.7 23.33 21.11 26.39 35% -45%
13.3 10.0 11.67 11.67 14.58 15% -25%
0.0
1.7 0.83 0.83
1.04 10% -20%
JSP | FKIP | UHN |hal 25 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sintong Nainggolan
Penerapan model pencapaian konsep ............................
ISSN: 2356-2595
NO
AKTIVITAS SISWA
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Rataan Waktu (dalam menit)/ Pertemuan Ke 1 Ke 2 Ke 3 Rataan
Perilaku yang tidak sesuai 6 9.2 dengan proses pembelajaran JUMLAH 80
PWI
%
5.0 4.17 6.11
7.64
80
100
80
80
0% -5%
Keterangan : Dari tabel 4.3. kadar aktivitas siswa siklus
1.
I di atas dapat dijelaskan tiap-tiap kategori
2.
pengamatan bahwa: kadar aktivitas siswa untuk kategori pengamatan “Mendengarkan/ memperhatikan
penjelasan
guru/
teman,
Membaca (buku siswa, LKS, sumber lain), dan Perilaku yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran” melebihi batas toleransi yang ditentukan.
Kadar
aktivitas
siswa
untuk
kategori pengamatan “Menulis yang relevan dengan KBM, Berdiskusi/ bertanya antar siswa/teman, dan mengajukan pertanyaan/ ide” tidak
memenuhi
batas
toleransi
yang
ditetapkan Hal ini mengindikasikan aktivitas siswa yang tidak berkaitan dengan proses pembelajaran terlalu besar. Setelah dianalisa aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan
3.
4. 5. 6.
Mendengarkan/ memperhatikan guru/ teman Membaca (buku siswa, LKS, sumber lain) Menulis yang relevan dengan KBM (mengidentifikasi ciri-ciri/ karakteristik bangun datar segi empat, definisi, menyelesaikan masalah, presentasi, membuat catatan, membuat rangkuman Berdiskusi/ bertanya antar siswa/ teman Bertanya antara siswa dan guru Perilaku yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran
Dari gambar di atas kadar aktivitas siswa dapat diketahui bahwa: kadar aktivitas siswa untuk semua kategori pengamatan berada pada persentase waktu ideal yang telah ditentukan. Dari pembahasan diatas, jika dilihat dari kriteria toleransi pencapaian waktu efektif yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu 6 (enam) kategori pengamatan aktivitas siswa telah
memenuhi batas toleransi yang
ditentukan, dengan demikian
aktivitas penelitian ini disimpulkan berhenti
proses pembelajaran ini juga disebabkan
pada siklus II.
terlalu banyak anggota dalam satu kelompok
KESIMPULAN DAN SARAN
yaitu 6-7 orang. Hasil
pengamatan
observer
terhadap
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
aktivitas siswa dalam pembelajaran setiap
penelitian,
pertemuan selama 5 (lima) kali pertemuan
simpulan sebagai berikut:
dinyatakan dengan rataan persentasi waktu ideal (PWI). Gambaran persentasi aktivitas siswa selama pembelajaran pada siklus II disajikan dalam gambar berikut: Gambar 1 Kadar Aktivitas Siswa Siklus II
berdasarkan
dapat
1) Penerapan
analisis
dikemukakan
pembelajaran
pencapaian
konsep
peningkatan
pemahaman
data
beberapa
model memberikan konsep
matematika siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat sebesar 21,8%. Pada JSP | FKIP | UHN |hal 26
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sintong Nainggolan
Penerapan model pencapaian konsep ............................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
siklus I rata-rata kemampuan pemahaman
meneliti kemampuan lain yang belum
konsep sebesar 65,89 dan pada siklus II
terjangkau peneliti, seperti kemampuan
rata-rata kemampuan pemahaman konsep
pemahaman konsep melalui penerapan
sebesar 88,54. Persentase peningkatan
model pencapaian konsep.
kemampuan pemahaman konsep dengan kategori minimal cukup adalah dari 75% pada siklus I menjadi 96,8% pada siklus II. Peningkatan yang paling besar pada aspek “Menjelaskan ulang sebuah definisi menurut sifat-sifat/ ciri-ciri yang esensial” dan peningkatan yang paling rendah adalah aspek “Mengaplikasikan konsep atau
alogaritma
dalam
penyelesaian
masalah”.
2) Dalam penelitian ini perkerjaan siswa melalaui hasil tes pemahaman konsep dalam bentuk kertas dan pensil. Bagi penelitian
berikutnya
disarankan
menggunakan penilaian Portofolio baik secara kelompok maupun individu. 3) Dalam penelitian ini subjek yang penulis teliti adalah siswa SMP kelas VIII. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti subjek pada tingkat yang lain dan
2) Aktivitas aktif siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat melalui Penerapan
tentang tingkat kemampuan pada aspek fluency dengan aspek originality.
model pencapaian konsep adalah baik
4) Bagi guru matematika model pencapaian
sesuai dengan kriteria pembelajaran model
konsep dapat menjadi salah satu alternatif
pencapaian konsep.
dikelas yang dinilai dapat meningkatkan
3) Setelah penerapan model pembelajaran pencapaian konsep proses penyelesaian masalah
masalah
untuk
penyelesaian
konsep
dan
kreativitas
berpikir serta aktivitas belajar siswa.
pemahaman
konsep dikategorikan sangat baik dan proses
pemahaman
masalah
untuk
kreativitas berpikir dikategorikan sangat baik. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan beberapa saran sebagai berikut: 1) Dalam penelitian ini yang diteliti adalah kemampuan pemahaman konsep. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Akbar, R., (2001), Kreativitas, Jakarta. Grasindo. Arends, Richard. I., (2008), Learning To Teach, Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S., (1999), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, RW., (1988), Teori-Teori Belajar, Jakarta: P2LPTK Hudoyo, H., (1998), Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Joyce, Bruce. (2011), Models Of Teaching, Yokyakarta: Pustaka Pelajar
JSP | FKIP | UHN |hal 27 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Sintong Nainggolan ISSN: 2356-2595
NCTM., (2000), Assesment Standard For Scholl Mathematics, America: The National Council of Teacher of Mathematics, inc Nurkancana, Wayan dkk. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional Russefendi. E.T. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern, Bandung: Tarsito. Shadiq, F., (2010), Pentingnya Matematika, www.fadjarp3g.wordpresss.com. Situmorang, M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas PTK Untuk Mata Pelajaran Kimia, Medan: FMIPA Unimed. Slameto., (2010), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Cetakan ke dua, Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert. E., (2009), Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta. Indeks. Sudjana., (1984), Metoda Statistika, Bandung: Tarsito Suryosubroto, B., (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.
Penerapan model pencapaian konsep ............................ Volume-1, Edisi-1, September 2014
Suyitno, (2004), Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, Semarang Syah, Muhibbin. (2010), Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung. Remaja Rosdakarya. Tim Penyusun Kamus., (1995), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Tim PLPG, (2009), Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG) bidang diklat matematika SMP ed. Revisi, UNIMED, Medan. TIMMS., (2011), Mutu Pendidikan, http://zainurie.wordpress.com. Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif , Jakarta: Kencana. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara. Winkel ,W.S., (1996), Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.
JSP | FKIP | UHN |hal 28 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Dearlina Sinaga ISSN: 2356-2595
Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-1, Edisi-1, september 2014 Halaman 29-36
Pengaruh Cara Belajar Siswa dan Kompetensi Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun Ajaran 2013/2014 Dearlina Sinaga Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan. ABSTRACT This research is to know influence of way of learning interest and student learn to achievement learn student at economic subject of Class XI IPS SMA Negeri 1 Tanjung Beringin School Year 2013 / 2014.Population from this research counted 80 sampel and people taken altogether because amount of its population less than 100 so that this research of research of used instrument and population to measure the way of learning interest and student learn in the form of kuesioner or enquette. Test Validatas tested by using Correlation Product Moment with result from 30 instrument of is way of learning student obtained all valid instrument and teacher interest consist of 25 instrument and all valid instrument. Test Reliabilitas tested by using Alpha Cronbach formula with result of rhitung = ( 0,825) > rtabel ( 0,312) for the reabilitas of the way of learning rhitung and student = ( 0,784) > rtabel ( 0,312) for the reabilitas of teacher interest.Technical of utilized by data analisi that is t test at signifikan level 5%. obtained result make the point to learn student have an effect on by signifikan with result of thitung 4,728 > teacher kompetnsi and ttabel 1,66 have an effect on by signifikan with result of thitung 4,303 > ttabel 1,66.Hereinafter to test hypothesis by entirety use test " F" is so that obtained by Fhitung = 17,83 which is later;then compared to Ftabel at signifikan. level value 95% or alpha 5% with counter dk ( k-2) = 1 and denominator dk ( k-n) = 78 obtained by Ftabel value= 3,97. Is thereby obtained by Fhitung> Ftebel so that can be concluded that hypothesis accepted " There is influence which is signifikan between way of learning interest and student learn to achievement learn student at economic subject of Class XI IPS SMA Negeri 1 Tanjung Beringin School Year 2013 / 2014". Inferential that way of learning good student and interest learn to have potency improve achievement learn student. Keyword : Way Of Learning , Interest Teacher, Achievement Learn. didukung dengan cara belajar siswa yang
PENDAHULUAN Pendidikan menjadi landasan yang kuat dalam menghadapi era globalisasi yang erat dengan
persaingan
antara
bangsa
yang
efektif dan kompetensi guru dalam mangajar. Cara adalah jalan atau teknik yang dilakukan
untuk
menyelesaikan
suatu
berlangsung sangat ketat, sebab pendidikan
pekerjaan atau aktivitas agar sesuatu yang
memegang peranan penting dalam penyediaan
diinginkan dapat tercapai (Sugiono, 2008).
sumber
Belajar adalah suatu perilaku pada saat orang
berkualitas
daya manusia ( SDM ) yang bahkan
menentukan
belajar sehingga responnya menjadi lebih
berhasil atau gagalnya pembangunan. Sekolah
baik, sebaliknya,bila ia tidak belajar maka
merupakan
responnya menurun (Dimyati, 2009). Lebih
lembaga
sangat
pendidikan
yang
berfungsi untuk menyalurkan pengetahuan
lanjut
kepada siswa melalui proses belajar mengajar.
mengungkapkan bahwa “Cara belajar adalah
Untuk mendapatkan prestasi juga harus
kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan dalam
Oemar
situasi
Hamalik
belajar”.
Dari
(2003)
beberapa
JSP | FKIP | UHN |hal 29 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Dearlina Sinaga
Pengaruh Cara Belajar Siswa dan Kompetensi..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
pendapat tersebut disimpulkan bahwa cara
kuantitatif
belajar merupakan suatu cara bagaimana
guru
siswa
kemampuan personal, keilmuan, teknologi,
melaksanakan
kegiatan
belajarnya
(Usman, 2002:22). Kompetensi
merupakan
sosial,
belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar
kompetensi
mandiri yang dilakukan, pola belajar mereka,
mencakup penguasaan materi, pemahaman
cara mengikuti ujian. Kualitas cara belajar
terhadap peserta didik, pembelajaran yang
akan menentukan kualitas hasil belajar yang
mendidik,
diperoleh. Cara belajar yang baik akan
profesional (Mulyasa, 2007:26).
menyebabkan berhasilnya belajar, begitu juga
dapat disimpulkan bahwa kualitas guru sangat
sebaliknya cara belajar yang buruk akan
menentukan
menyebabkan kurang berhasilnya belajar.
pendidikan, di samping berbagai faktor lainnya
spritual standar
yang
antara
misalnya bagaimana mereka mempersiapkan
Aspek lain yang perlu diperhatikan yang
dan
perpaduan
profesi
pengembangan
keberhasilan
seperti:
guru
dan
Sehingga
setiap
proses
sarana
dan
memadai
dan
berkaitan dengan cara belajar siswa adalah
prasarana
karakteristik mata pelajaran yang dipelajari.
kurikulum yang baik. Kualitas kemampuan
Setiap mata pelajaran memiliki sifat dan ciri
guru dapat dilihat dari dua segi , yaitu segi
khusus yang berbeda dengan mata pelajaran
proses dan segi hasil. Dari segi proses, guru
lainnya.Dilihat dari segi sasaran belajar
dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan
karakteristik
dibedakan
sebagian besar siswa aktif baik fisik, mental
menjadi : Menuntut kemampuan pengetahuan,
maupun sosial dalam proses pengembangan
Mengutamakan
sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan
mata
pelajaran
aspek
sikap
dan
Mengutamakan aspek keterampilan. Selain
berhasil
cara belajar siswa, kompetensi guru juga
diberikannya mampu menambah perilaku
berperan penting dalam mengembangkan
sebagian
prestasi siswa. Sejalan dengan tuntutan
penguasaan kompetensi yang lebih baik.
kehidupan global, peran dan tanggung jawab
apabila
yang
yang
pribadi
tersedianya
belajar
membentuk
besar
pembelajaran
anak
didiknya
yang
kearah
Menurut Johnson dalam Wina Sanjaya
guru pada masa kini dan masa mendatang
(2005:145)
akan semakin kompleks, sehingga menuntut
rational performance which satisfactorily
guru untuk senantiasa melakukan berbagai
meets the objective for a desired condition”.
peningkatan dan penyesuaian penguasaan
Menurutnya kompetensi merupakan perilaku
kompetensinya.
rasional
Kompetensi
berarti
suatu
hal
menyatakan
guna
“Competency
mencapai
tujuan
as
yang
yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuan
diharapkan. Selain itu, Guru yang kompeten
seseorang, baik yang kualitatif maupun yang
memiliki karakteristik, antara lain memiliki JSP | FKIP | UHN |hal 30
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Dearlina Sinaga
Pengaruh Cara Belajar Siswa dan Kompetensi..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
kemampuan menciptakan iklim belajar yang
pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri
kondusif;
1
strategi
kemampuan dan
mengembangkan
manajemen
pembelajaran;
Tanjung
2012/2013.
Beringin (2)
Apakah
Tahun ada
Ajaran pengaruh
memiliki kemampuan memberikan umpan
kompetensi guru terhadap prestasi belajar
balik
penguatan
siswa mata pelajaran ekonomi Kelas XI IPS
(reinforcement); dan memiliki kemampuan
SMA Negeri 1 Tanjung Beringin Tahun
untuk peningkatan diri (Yuniarsih, 2009).
Ajaran 2012/2013. (3) Apakah ada pengaruh
(feedback)
dan
Seorang guru juga diharapkan mempunyai empat
kompetensi
yaitu
pedagogik,
kepribadian,
kompetensi
sosial.
kompetensi
terhadap pretasi belajar siswa mata pelajaran
dan
ekonomi Kelas XI IPS SMA Negeri 1
terkuasainya
Tanjung Beringin Tahun Ajaran 2012/2013.
kompetensi tersebut, seorang guru pastinya
Sedangkan tujuan penelitian adalah: (1)
juga dapat menjalani proses belajar mengajar
Untuk menegetahui pengaruh cara belajar
dan
lebih
siswa terhadap prestasi belajar siswa mata
yang
pelajaran ekonomi Kelas XI IPS SMA N 1
dihasilkannya akan dapat berkompetensi dan
Tanjung Beringin Tahun Ajaran 2012/2013.
hasil belajar akan lebih baik. Guru di SMA
(2) Untuk mengetahui pengaruh kompetensi
Negeri 1 Tanjung Beringin dituntut memiliki
guru terhadap prestasi belajar siswa mata
keempat
merupakan
pelajaran ekonomi Kelas XI IPS SMA N 1
kualifikasi untuk menjadi guru profesional.
Tanjung Beringin Tahun Ajaran 2012/2013.
Namun kenyatannya, tidak semua guru dapat
(3) Untuk mengetahui pengaruh cara belajar
menguasai keempat kompetensi tersebut.
siswa dan kompetensi guru terhadap prestasi
Diantaranya
dari
belajar siswa mata pelajaran ekonomi Kelas
ketidakdisiplinan guru memasuki ruangan,
XI IPS SMA N 1 Tanjung Beringin Tahun
kurang memahami kepribadian siswa, dan
Ajaran 2012/2013.
kurangnya komunikasi guru dengan siswa.
METODE PENELITIAN
Hal ini kadang kala akan menghambat
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
tercapainya tujuan dari kegiatan belajar
Tanjung
mengajar yang kemudian berdampak pada
Jln.Pahlawan Gang Remaja Kec. Sei Rampah
rendahnya hasil belajar siswa.
Kab. Serdang Bedagai. Penelitian ini akan
strategi
profesional
profesional
cara belajar siswa dan kompetensi guru
Dengan
pembelajaran sehingga
kompetensi
secara siswa
yang
dapat
dilihat
Beringin
yang
beralamat
di
Berdasarkan batasan masalah di atas
dilakukan pada semester ganjil Tahun Ajaran
maka rumusan masalah dalam penelitian ini
2013/2014. Sedangkan Populasi penelitian ini
adalah: (1) Apakah ada pengaruh cara belajar
adalah
siswa terhadap prestasi belajar siswa mata
Negeri 1 Tanjung Beringin yang berjumlah 80
seluruh siswa kelas XI IPS SMA
JSP | FKIP | UHN |hal 31 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Dearlina Sinaga
Pengaruh Cara Belajar Siswa dan Kompetensi..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
orang yang terdiri dari 40 XI IS1 dan 40 orang
normalitas, uji regresi, uji koefisien korelasi,
XI IS2. Untuk penarikan sampel, peneliti
uji (t), dan uji (F).
mengambil seluruh populasi, karena sampel
Hasildan Pembahasan
penelitian
sehingga
Dalam penelitian ini data yang dianalisa
penelitiannya merupakan penelitian populasi.
adalah data mengenai cara belajar siswa (X1)
Maka jumlah sampel adalah sebanyak 80
dan kompetensi guru (X2) dengan prestasi
orang.
penulis
belajar siswa (Y) pada mata pelajaran
menggunakan tiga variabel yakni: a) Variabel
ekonomi siswa yang di peroleh melalui
bebas (X1) adalah Cara Belajar Siswa, b)
angket,
Variabel bebas (X2) adalah Kompetensi Guru,
melaksanakan penelitian di kelas, peneliti
c) Variabel terikat (Y) adalah Prestasi Belajar
dibantu oleh ketua kelas dan dibimbing oleh
Siswa.
guru mata pelajaran ekonomi.
kurang
Dalam
Untuk
dari
100
penelitian
ini
memperoleh
data
yang
dan
dokumentasi.
penelitian
maka
teknik
angket pada 80 orang responden, yang terdiri
pengumpulan data yaitu: 1) Dokumentasi,
dari 2 (dua) kelas, peneliti dapat menganalisa
bertujuan untuk memperoleh data sekunder
data
objek penelitian dalam prestasi belajar siswa
kompetensi guru serta prestasi belajar siswa
kelas XI IPS dimana data tersebut diperoleh
pada mata pelajaran ekonomi Kelas XI IPS
dari DKN (daftar kumpulan nilai) responden
SMA Negeri 1 Tanjung Beringin.
semester II Sma Negeri 1 Tanjung Beringin.
angket dalam penelitian ini menggunakan
2) Angket, yang digunakan dalam penelitian
sampel terpakai, dimana butir angket yang
ini adalah angket tertutup dengan model skala
tidak
likert.
digunakan dalam analisis data penelitian.
Angket
menggunakan
yang
diberikan
kepada
tentang
valid
melalui
Setelah
sebenarnya mengenai topik penelitian ini, peneliti
dilakukan
Dalam
cara
belajar
setelah
siswa
Sampel
perhitungan
tidak
Dengan
dan kompetensi guru dengan jumlah soal
sehingga sekala nilai yang di peroleh adalah
sebanyak soal. Setiap soal diberi alternatif
sebagai berikut:
a. Selalu
Skor = 4
b. Kadang-kadang
Skor = 3
c. Jarang
Skor = 2
d. Tidak pernah
Skor = 1
Untuk
penyempurnaan
instrumen
penelitian
penelitian tersebut
interval
dan
responden adalah tentang cara belajar siswa
jawaban dengan indeks nilai sebagai berikut:
demikian
penyebaran
adalah
0,75
Tabel 4.1. Interpretasi Sekala Nilai Interval Skor 1,00-1,74 1,75-2,49 2,50-3,24 3,25-4,00
Kriteria Kurang Cukup Baik Baik Sangat Baik
maka
perlu
di
Cara Belajar Siswa (X1)
ujicobakan, Teknik analisis data mencakup uji JSP | FKIP | UHN |hal 32 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Dearlina Sinaga
Pengaruh Cara Belajar Siswa dan Kompetensi..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Cara belajar siswa adalah strategi, metode atau jalan yang dilakukan siswa untuk
terhadap angket penelitian dapat digambarkan pada grafik batang berikut ini:
mencapai perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan.
Setelah
dilakukan
pengumpulan data melalui angket. Dengan mengetahaui
jumlah
nilai
rata-rata
dari
seluruh hasil jawaban responden tentang cara belajar siswa, yaitu rata-rata 2,65 termasuk diperoleh
Gambar 4.2. Grafik Kompetensi Guru (X2)
jawaban responden terhadap angket penelitian
Dari gambar di atas diketahui bahwa
dalam
kategori
“baik”
maka
yang memperoleh kategori “sangat baik” ada
dapat dilihat dari grafik batang berikut ini:
sebanyak
4
orang,
kategori
“bai”
ada
sebanyak 17 orang, kategori “cukup baik” ada sebanyak 4 orang, dan kategori “Kurang baik tidak ada. 4.1.3.3. Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan variabel Y diketahui skor Gambar 4.1. Grafik Cara Belajar Siswa
tertinggi ideal adalah 85 dan skor terendah
(X1)
ideal adalah 70, maka berdasarkan data Dari gambar di atas diketahui bahwa
tersebut dapat ditentukan Mi dan SDi sebagai
yang memperoleh kategori “sangat baik” ada
berikut:
sebanyak
Tabel 4.5. Tingkat Kecenderungan Prestasi
3
orang,
kategori
“bai”
ada
sebanyak 15 orang, kategori “cukup baik” ada sebanyak 12 orang, dan kategori “Kurang
Belajar Interval Nilai
Kompetensi Guru (X2) Kompetensi
guru
adalah
suatu
kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki seorang guru dalam melakukan pekerjaan sebagai tenaga
Kategori
79,995- ke atas
15
28,75% Sangat Baik
75-79,995
30
27,50%
70,005-75
23
28,75% Cukup Baik
<70,005
12
15%
Total
80
100%
pengumpulan data melalui angket, maka nilai
rata-rata
guru.
sebesar
Jawaban
2,92
responden
Baik
Kurang
Sumber: Data Sekunder
pendidik yang profesional. Setelah dilakukan
kompetensi
F. Relatif
Absolut
baik tidak ada.
diperoleh
F.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui observasi, dan angket yang telah disebarkan
diperoleh
nilai
rata-rata
JSP | FKIP | UHN |hal 33 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Dearlina Sinaga
Pengaruh Cara Belajar Siswa dan Kompetensi..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
keseluruhan angket cara belajar siswa sebesar
taraf signifikan 95% dan alpha 5% dengan dk
2,65 termasuk ketegori baik dan nilai rata-rata
(derajat kebebasan) n = 2, diperoleh
angket
1,66. Diperoleh
kompetensi
guru
sebesar
2,92
4,303 >
= 1,66
termasuk dalam kategori baik, sedangkan
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
untuk prestasi belajar ekonomi siswa kelas
yang kedua diterima, yaitu “Ada pengaruh
XI IPS SMA Negeri 1 Tanjung Beringin rata-
yang signifikan antara kompetensi guru
rata 74,10 yang dikategorikan sedang dapat
terhadap prestasi belajar siswa pada mata
dilihat dari Daftar Kumpulan Nilai (DKN).
pelajaran ekonomi di kelas XI IPS SMA
Dari
hasil
analisis
regresi
linier
Negeri 1 Tanjung Beringin T.A. 2013/2014”.
sederhana diketahui bahwa semakin baik cara belajar siswa maka semakin tinggi prestasi belajar siswa begitu juga dengan kompetensi guru semakin tinggi kompetensi yang dimiliki guru maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa. Dan diantara variabel cara belajar siswa dan kompetensi guru yang paling tinggi mempengaruhi prestasi belajar
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan uji “t” untuk cara belajar siswa diperoleh
=
4,728
diperoleh nilai
= 17,83 yang kemudian
dibandingkan dengan nilai
pada taraf
signifikan 95% atau alpha 5% dengan dk pembilang (k-2) = 1 dan dk penyebut (k-n) = 78 diperoleh nilai demikian
= 3,97. Dengan
diperoleh
>
sehingga
dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima “
siswa adalah variabel kompetensi guru (X2). Dari
Hasil uji hipotesis yang menyatakan
kemudian
Ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar siswa dan kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanjung
dibandingkan
dengan
pada
taraf
Beringin Tahun Ajaran 2013/2014”.
signifikan 95% dan alpha 5% dengan dk (derajat kebebasan) n = 2, diperoleh 1,66.
Diperoleh
4,728
>
= 1,66
Dari hasil perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif , disimpulkan sumbangan variabel cara belajar siswa lebih
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis
besar
diterima, yaitu “ada pengaruh yang signifikan
dibandingkan dengan sumbangan variabel
antara cara belajar siswa dengan prestasi
kompetensi
belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi
perhitungan , maka dapat dijelaskan bahwa
kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tanjung Beringin
prestasi belajar siswa dapat dijelaskan oleh
T.A
untuk
cara belajar siswa dan kompetensi guru
= 4,303
sebesar 32,8% dan sisanya sebesar 67,2% lagi
2013/2014”.
Sedangkan
kompetensi guru diperoleh kemudian dibandingkan dengan
terhadap
prestasi
guru.
Dari
belajar
siswa
keseluruhan
pada JSP | FKIP | UHN |hal 34
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Dearlina Sinaga
Pengaruh Cara Belajar Siswa dan Kompetensi..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
ditentukan oleh faktor-faktor yang lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
diperoleh
4,303 )>
(1,66) dengan
= 0,05 yang berarti terdapat pengaruh
V. Kesimpulan dan Saran
yang signifikan antara kompetensi guru
5.1 Kesimpulan
(X2) terhadap prestasi belajar (Y).
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
3. Berdasarkan
hasil
perhitungan
secara
pembahasan dapat dikemukakan beberapa
simultan cara belajar siswa (X1) dan
kesimpulan sebagai berikut:
kompetensi guru (X2) terhadap prestasi
1. Berdasarkan uji normalitas diketahui nilai
belajar (Y) siswa yang telah dilakukan,
cara belajar siswa= 0,0321. Nilai Lhitung
didapat harga
selanjutnya dikonfirmasikan dengan harga
harga
Ltabel dengan taraf kepercayaan ɑ = 0,05 yaitu 0.0991. dari hasil konsultasi diketahui bahwa harga Lhitung
bahwa
data
kompetensi
guru
berdistribusi normal. Untuk data prestasi belajar siswa diperoleh harga Lhitung = 0,0545. Harga Lhitung juga lebih kecil dibandingkan Ltabel maka dapat
(0,0545< 0,0991),
disimpulkan bahwa
data
prestasi belajar siswa juga berdistribusi normal.
dikonsultasikan dengan harga (2,78)
=
3,97 yang berarti bahwa
hipotesis diterima. 4. Dari hasil analisis regresi linier sederhana diketahui bahwa semakin baik cara belajar siswa maka semakin tinggi prestasi belajar siswa begitu juga dengan kompetensi guru semakin tinggi kompetensi yang dimiliki guru maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa. Dan diantara variabel cara belajar siswa dan kompetensi guru yang paling
tinggi
mempengaruhi
prestasi
belajar siswa adalah variabel kompetensi guru (X2). 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka penulis menyarankan:
2. Hasil pengujian pengaruh cara belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar (Y) diperoleh dengan
= 17,83. Selanjutnya
(4,728)
>
1,66)
1. Diharapkan kepada siswa agar lebih memperbaiki
cara
belajarnya
yang
nantinya dapat meningkatkan prestasi
= 0,05, yang berarti terdapat
belajarnya. Berikut ini cara belajar yang
pengaruh yang signifikan antara cara
baik yang dapat dilakukan siswa yaitu
belajar siswa (X1) terhadap prestasi belajar
membuat rangkuman tentang materi yang
(Y), dan hasil pengujian kompetensi guru
telah diajarkan oleh guru, mengulang
(X2)
kembali pelajaran di rumah, mengerjakan
terhadap
prestasi
belajar
(Y),
JSP | FKIP | UHN |hal 35 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Dearlina Sinaga
Pengaruh Cara Belajar Siswa dan Kompetensi..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
soal-soal, mencari bahan pelajaran dari internet,
berdiskusi
dengan
teman,
membuat pertnyaan di rumah apabila ada yang tidak dimengerti untuk ditanyakan kepada guru. 2. Bagi pihak sekolah, diharapkan untuk terus meningkatkan jumlah guru yang berkompetensi termotivasi
sehingga
dalam
siswa
mengikuti
dapat proses
belajar mengajar dan prestasi belajar akan terus meningkat. 3. Prestasi belajar ekonomi kelas XI IPS masih tergolong sedang. Oleh karena itu , sangat perlu ditingkatkan , serta pihak sekolah hendaknya dapat melakukan halhal yang lebih baik lagi untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA Sugiono, 2008, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D Jakarta: Alfabeta. Hamalik, Umar, 1991, Pendidikan Guru Konsep dan Strategi : Bandung, Mandar Maju. Dimyati, dkk. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Usman, Uzer, 2005, Menjadi Guru Profesional, , Bandung, Remaja Rosda Karya Mulyasa, E, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya. Sanjaya,Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group Yuniarsih,Tjutju,2009, Manajemen Sumber Daya Manusia : Teori, Aplikasi, dan Isu Penelitian, Bandung : Alfabeta.
Sebagai bahan masukan bagi peneliti di masa akan datang untuk melakukan penelitian yang sama.
JSP | FKIP | UHN |hal 36 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan ISSN: 2356-2595
Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-1, Edisi-1, september 2014 Halaman 37-47
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Quis Team Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Friska B. Siahaan Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen. ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui Apakah Ada Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Quis Team terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen. Berdasarkan analisis regresi diperoleh persamaan regresi , Pada persamaan tersebut koefisien arah regresi linear b = 0,45 bertanda positif artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier yang positif. Dan jika pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe quis team naik sebesar 1 satuan akan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi pokok SPLDV sebesar 0,45. Hasil uji linearitas regresi sampel dengan menggunakan uji F diperoleh Fhitung = 2,09 = sedangkan Ftabel = = 2,34 ternyata < , maka bentuk hubungannya linear dan berarti terhadap kemampuan pemecahan masalah. Uji regresi = 12,633 sedangkan = 4,17 dimana > , maka ada pengaruh yang berarti antara model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team dan kemampuan pemecahan masalah matematika. Hasil perhitungan koefisien korelasi didapat r = 0,544 artinya terdapat hubungan yang cukup antara model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team dan kemampuan pemecahan masalah. Kemudian koefisien determinasi = 0,2963 atau 29,63% yang artinya pemecahan masalah siswa dipengaruhi oleh indikator model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team sebesar 29,63% adapun yang lainnya dipengaruhi faktor lain. Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Tipe Quis Team diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Kata Kunci : Model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team, kemampuan pemecahan masalah, sistem persamaan linier dua variabel (SPLDV). PENDAHULUAN Bicara tentang pendidikan di Indonesia dewasa saat ini adalah berbicara tentang perspektif masa depan sebab seperti sudah dirumuskan dalam Pasal 1 UUPN, No.2, 1989, pendidikan pada dasarnya adalah “usaha sadar untuk
menyiapkan
kegiatan
bimbingan,
peserta
didik
pengajaran,
melalui dan/atau
latihan bagi perannya dimasa yang akan datang”. (Atmadi, 2000:3). Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan memiliki
potensi
kekuatan
dirinya
spiritual
untuk
keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia,
serta
keterampilan
yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut
Ki
Hajar
Dewantara
(Amri
2013:241) pengertian pendidikan yaitu tuntutan dalam
hidup
tumbuhnya
anak-anak.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana JSP | FKIP | UHN |hal 37 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis..................
ISSN: 2356-2595
Maksudnya,
Volume-1, Edisi-1, September 2014
mampu
dilatih kembali, kurang bisa mengembangkan
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
diri dan kurang dalam berkarya artinya tidak
anak-anak itu agar mereka, sebagai manusia dan
memiliki kreativitas dalam membuat proses
sebagai anggota masyarakat, dapat mencapai
pemecahan suatu masalah matematis (Trianto
keselamatan dan kebahagiaan setingi-tingginya.
dalam Situmorang, A.S., 2013).
Tujuan
pendidikan
pendidikan
harus
menciptakan
Jika pendidikan mengharapkan kualitas
seseorang yang berkualitas dan berkarakter
peserta didik yang mampu dan mau belajar
sehingga
luas
sepanjang hidup, sesungguhnya sejak tahap
kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang
pendidikan dasar peserta didik perlu sudah
diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat
dilatih untuk bertanya, mengamati, menyelidiki,
dan tepat dalam berbagai lingkungan. Karena
serta membaca untuk mencari dan menemukan
pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita
jawaban atas pertanyaan baik yang diajukan
untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
oleh guru maupun yang mereka ajukan sendiri.
Namun dalam kenyataannya yang dihadapi
Pengetahuan yang disampaikan kepada peserta
adalah mutu pendidikan yang ada di Indonesia
didik juga bukan hanya dalam bentuk produk,
relatif masih rendah. Keluhan tentang masih
tetapi juga dalam bentuk proses. Artinya, dalam
rendahnya mutu sekolah-sekolah sudah sering
proses
didengar. Rendahnya mutu sekolah misalnya
pemahaman, dan pelatihan metode atau cara
tampak dari rendahnya mutu lulusan di setiap
kerja,
jenjang
sering
perolehan pengetahuan, merupakan hal yang
disebabkan oleh rendahnya daya serap peserta
penting pula untuk diajarkan. Akan tetapi dalam
didik dalam memahami bahan pelajaran yang
kenyataan, kalau kita perhatikan apa yang
diberikan (Atmadi 2000:9). Kesulitan belajar
terjadi dalam proses belajar-mengajar disekolah
yang dialami oleh siswa ini disebabkan oleh
sekarang ini, masih dominan sistem hafalan dan
disebabkan oleh rendahnya pemahaman konsep
pelatihan soal-soal UN. Mungkin karena dalam
matematika sehingga kemampuan pemecahan
kenyataan mutu sekolah sering dilihat hanya
masalah matematika siswa itu menjadi sangat
dari tingginya angka kelulusan, maka hal
rendah
2013).
tersebut amat diutamakan dalam proses belajar-
juga
mengajar. Sehingga partisipasi aktif peserta
memiliki
pandangan
pendidikan
pula
Rendahnya
adalah
formal
(Situmorang, hasil
belajar
yang
yang
A.S., siswa
itu
disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan
belajar-mengajar,
beserta
proses
pengenalan,
penalaran
dibalik
didik masih kurang (Atmadi 2000:12).
perubahan
Menurut Istarani (2012) menyatakan bahwa
maupun perkembangan teknologi, sulit untuk
pemilihan strategi pembelajaran yang tepat
JSP | FKIP | UHN |hal 38 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
sangatlah penting. Artinya, bagaimana guru
kehidupan
sehari-hari
untuk
membantu
dapat memilih kegiatan pembelajaran yang
memecahkan permasalahan (Fitriana 2010:3)
paling efektif dan efesien untuk menciptakan
Namun pada kenyataannya, kebanyakan
pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat
masyarakat berpendapat bahwa matematika itu
memberikan fasilitas kepada peserta didik
tidak
mencapai tujuan pembelajaran. Namun perlu
disebabkan
diingat
strategi
matematika di bangku sekolah, guru jarang
pembelajaran yang paling sesuai untuk semua
memberi informasi mengenai penerapannya
situasi dan kondisi yang berbeda, walaupun
dalam kehidupan nyata. Pelajaran matematika
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama.
tidak hanya membuat siswa terampil dalam
Artinya dibutuhkan kreativitas dan keterampilan
menghitung, menyelesaikan soal, sikap dan
guru dalam memilih dan menggunakan strategi
kemampuan
pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan
merupakan hal terpenting untuk membentuk
karateristik peserta didik dan sesuai kondisi
kemampuan peserta didik dalam memecahkan
yang diharapkan.
masalah sehari-hari yang dihadapinya kelak.
bahwa
tidak
satupun
berguna
dalam
selama
kehidupan, menempuh
menerapkan
hal
ini
pelajaran
matematika
Matematika merupakan bagian dari ilmu
Pelajaran matematika masih sering dianggap
pengetahuan yang memiliki peranan penting
sebagai pelajaran yang paling sulit dipahami
dalam pembentukan kualitas sumber daya
siswa, menakutkan dan memiliki soal-soal yang
manusia. Mutu pendidikan matematika harus
sulit dipecahkan (Fitriana 2010:3).
terus ditingkatkan sebagai upaya pembentukan
Kemampuan merupakan
yakni manusia yang mampu berpikir kritis,
matematika yang perlu dimiliki oleh siswa.
logis,
dan
Lemahnya penguasaan konsep dan prinsip oleh
berinisiatif dalam menanggapi masalah yang
siswa, dapat mengakibatkan kemampuan siswa
terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu
dalam pemecahan masalah akan lemah pula.
menghadapi
Padahal,
kreatif,
banyak
inovatif,
permasalahan.
satu
masalah
sumber daya manusia yang bermutu tinggi,
sistematis,
salah
pemecahan
kemampuan
kemampuan
pemecahan
dasar
masalah
Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak
sangat penting dalam pembelajaran matematika
semuanya permasalahan matematis, namun
karena kemampuan pemecahan masalah yang
matematika memiliki peranan yang sangat
diperoleh dapatditansfer untuk digunakan dalam
sentral
permasalahan
memecahkan masalah lain dalam kehidupan
keseharian itu. Ini berarti bahwa matematika
sehari-hari. Dari situasi tersebut, pembelajaran
sangat diperlukan oleh setiap orang dalam
matematika yang diterapkan kurang bermakna
dalam
menjawab
JSP | FKIP | UHN |hal 39 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
sehingga peserta didik menjadi bosan dan tidak
selanjutnya siswa dibagi kedalam beberapa
menyenangi matematika. Oleh karena itu
kelompok. Semua anggota kelompok bersama-
diperlukan suatu model pembelajaran yang
sama mempelajari materi tersebut melalui
mudah dipahami, bermakna dan dapat diterima
lembaran kerja. Mereka mendiskusikan materi
oleh peserta didik (Fitriana 2010:4) .
tersebut,
saling
memberi
arahan,
saling
Salah satu model pembelajaran matematika
memberikan pertanyaan dan jawaban untuk
yang berorientasi pada keterampilan proses
memahami materi tersebut. Setelah selesai
mengajak siswa aktif adalah model Active
diberikan
Learning karena salah satu upaya untuk
pertandingan akademis. Setiap siswa dalam tim
membangkitkan siswa belajar aktif pada mata
bertangung jawab untuk menyiapkan kuis dan
pelajaran matematika yaitu dengan penggunaan
jawaban serta tim yang lain menggunakan
tipe belajar aktif tipe quiz team yang dapat
waktu untuk memeriksa catatannya. Dengan
menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa
adanya
untuk bertanya ataupun menjawab (Silberman,
terciptalah suatu kompetisi antar kelompok,
2009:162).
sehingga dapat membuat siswa aktif
untuk
Learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan
senantiasa
dapat
penggunaan semua potensi yang dimiliki siswa,
memperoleh
sehingga semua siswa dapat mencapai hasil
pertandingan dan siswa dapat memahami materi
belajar
tersebut dengan baik bukan sekedar hafalan
Pembelajaran
yang
memuaskan
aktif
sesuai
(Active
dengan
karateristik pribadi yang mereka miliki. Di
materi,
maka
pertandingan
berusaha nilai
diadakan
akademis
belajar yang
ini
agar tinggi
suatu
maka
dalam
semata (Istarani 2011:211)
(Active
Dari uraian diatas diharapkan siswa dapat
Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga
mempunyai kemampuan dalam pemecahan
perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses
masalah melalui proses Pembelajaran aktif
pembelajaran.
akan
(Active Learning) tipe Quis Team. Sehingga
meningkat jika materi yang disampaikan sesuai
peneliti mengangkat judul penelitian sebagai
dengan metode yang digunakan. Salah satu
berikut : “Pengaruh Model Pembelajaran Aktif
metode yang dapat digunakan dalam kelas
Tipe
adalah pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif
Pemecahan Masalah Matematika”.
samping
itu
pembelajaran
Keterlibatan
aktif
siswa
Quis
Team
Terhadap
Kemampuan
terdiri dari 101 tipe, salah satunya adalah tipe METODOLOGI PENELITIAN
quis team ( Septiningsih 2009:5). Model pembelajaran aktif (Active Learning) tipe quis team diawali dengan menerangkan materi
pembelajaran
secara
klasikal
dan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas perkuliahan Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas HKBP Nommensen, program studi Pendidikan
Bahasa
dan
Sastra
Indonesia
JSP | FKIP | UHN |hal 40 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan ISSN: 2356-2595
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis.................. Volume-1, Edisi-1, September 2014
semester genap tahun ajaran 2013/2014. Objek
a. untuk menentukan kelompok eksperimen
kajian berupa efektifitas penggunaan teknik
dan kelompok kontrol, maka dibuat delapan
dramatic terhadap kemampuan menganalisis
gulungan kertas bertuliskan delapan kelas
tokoh-tokoh dalam sebuah cerpen. Populas
populasi.
dalam pnelitian ini adalah seluruh mahasiswa
b. setelah itu, dilakukan pengocokan untuk
program studi bahasa dan sastra Indonesia
mengambil dua gulungan kertas yang akan
universitas HKBP Nommensen tahun ajaran
dijadikan kelompok eksperimen dan kelas
2013/2014. Populasi berjumlah 141 orang yang
yang akan dijadikan kelompok kotrol.
terbagi dalam 3 ruangan dari stambuk 2011.
Misalkan Grup A dan Grup C yang terpilih,
Untuk lebih jelasnya berikut ditampilkan tabel populasi.
sampel penelitian.
Tabel 1. Populasi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika No Grup Jumlah Mahasiswa 1 A 48 2 B 48 3 C 45 Jumlah 141 Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti mengutip pendapat Arikunto (1993: 20) yang menyatakan, “Apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.” Berdasarkan hal tersebut, maka sampel penelitian yang diambil sebanyak 25 % dari jumlah populasi sebanyak 141 orang adalah 36 orang. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling (acak) kelas sebagai subjek penelitian. Adapun langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut:
maka kelas itulah yang akan dijadikan
Dalam penelitian ini, subjek dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang terdiri dari 38 orang yang akan diberi teknik dramatik dan 38 orang yang akan diberi teknik ekspositori. Kemudian kedua kelompok ini diberi materi yang sama. Adapun rancangan eksperimen
yang digunakan
adalah
kelas
eksperimen dan kelas kontrol yang ditugasi menganalisis
penokohan
sebuah
cerpen,
kemudian kelas eksperimen diberi perlakuan teknik dramatic untuk menganalisis penokohan, dan kelas kontrol diberi perlakuan teknik ekspositori
untuk
menganalisis
penokohan
dalam sebuah cerpen. Tabel 2. Desain Eksperimen E X1 O1 O2 K X2 O1 O2 Keterangan: O1 = Pemeberian Pre-tes O2 = Pemberian Postes X1 = Pembelajaran Teknik Dramatik X2 = Pembelajaran Teknik Ekspositori E = Kelas eksperimen JSP | FKIP | UHN |hal 41
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
K = Kelas Kontrol Instrumen dalam penelitian ini adalah
fungsional antara dua variabel atau lebih atau
sesuatu yang digunakan untuk menjaring data
variabel terikat. Jika kedua variabel mempunyai
penelitian. Data merupakan informasi yang
hubungan yang linier maka persamaan regresi
harus diperoleh dari setiap penelitian. Berkaitan
liniernya yaitu:
dengan
Ŷ = a + bx
hal
itu
Arikunto
(2005:134)
mendapatkan pengaruh antara variabel bebas dan
(Sudjana 2005:312)
mengatakan, “Instrumen penelitian merupakan
Setelah dilakukan uji linieritas regresi dan
alat Bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan
diperoleh adanya hubungan fungsional antara
data. Kualitas instrumen akan menentukan data
dua variabel atau lebih maka dilanjut dengan uji
yang terkumpul.”
Adapun instrumen yang
regresi linier yang Untuk menentukan ada
dipergunakan dalam penelitian ini adalh tes
tidaknya hubungan yang berarti antara variabel
hasil belajar
bebas X dengan variabel terikat Y dilakukan uji
dengan bentuk instruksi yaitu
mahasiswa ditugaskan menganalisis penokohan khususnya pada cerpen Guruji karya Dewi
signifikan regresi dengan rumus:
Fhitung
Lestari.
2 S reg 2 S res
(Sudjana 2005:355).
Setelah data penelitian ini diperoleh,
Setelah dilakukan uji regresi linier dan diperoleh
data dianalisis dengan menempuh langkah-
adanya hubungan keberartian antara variabel
langkah sebagai berikut:
bebas dan variabel terikat maka dilanjut dengan
1.Mentabulasi nilai post-tes
uji koefisien korelasi mengetahui kekuatan
2. Mencari mean variable hasil post-tes.
hubungan antara variabel bebas X dengan
3. Mencari standar deviasi hasil post-tes.
variabel terikat Y dengan menggunakan rumus
4. Mencari standar error variabel hasil post-tes.
product moment:
5. Melakukan uji normalitas.
rXY
6. Melakukan uji homogenitas.
N XY ( X )( Y ) {N X 2 ( X ) 2 }{ N Y 2 ( Y ) 2 }
(Sudjana 2005:369)
7. Menguji hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan
Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan
dalam penelitian ini adalah teknik analisisis
antara variabel X dan variabel Y dapat di
inferensial. Sebelum dilakukan analisis data,
terangkan berdasarkan tabel nilai koefisien
terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Jika
korelasi dari Guilford Emperical Rulesi yaitu:
hasil uji normalitas menghasilkan data yang berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji linieritas regresi dimana analisis regresi berguna
untuk
mendapatkan
hubungan
Tabel 3. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Variabel Y Nilai Korelasi Keterangan 0,00 – < 0,20 Hubungan sangat lemah 0,20 – < 0,40 Hubungan rendah JSP | FKIP | UHN |hal 42
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
0,40 – < 0,70 0,70 – < 0,90 0,90 – < 1,00
Hubungan sedang/ cukup Hubungan kuat/ tinggi Hubungan sangat kuat/ sanga tinggi dilakukan Pengujian hipotesis
Selanjutnya
statistik dengan langkah pertama membuat suatu hipotesis: Ho : Tidak terdapat hubungan yang berarti (signifikan) antara
masalah siswa tergolong baik. Uji Normalitas Dari hasil perhitungan 20) diperoleh harga
=
dengan
menggunakan tabel uji Lilliefors (pada lampiran 28) untuk n= 32 dan taraf nyata
Learning)
dan
kemampuan
harga
= 0,05, maka
= 0,157. Selanjutnya harga
dibandingkan dengan harga <
pemecahan masalah siswa. Ha: Ada hubungan yang berarti (signifikan)
ternyata
atau 0,14235 < 0,157, karena
<
maka H0 ditolak dan Ha
variabel X terhadap variabel Y model
diterima . Hal ini menunjukkan bahwa sampel
pembelajaran aktif (Active Learning) dan
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
kemampuan pemecahan masalah siswa.
Sedangkan untuk data Post test (Y) diperoleh
Untuk menghitung uji hipotesis, di gunakan rumus uji-t sebagai berikut:
t
(pada lampiran
variabel X terhadap
variabel Y model pembelajaran aktif (Active
baku 7,12 artinya kemampuan pemecahan
r n2 1 r
2
.
harga
=
Dengan n = 32 dan taraf
signifikan Dengan
(Sudjana, 2005: 380)
didapat
.
membandingkan
terhadap
ternyata
<
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN atau 0,129 < 0,157, karena
PEMBAHASAN
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Maka
Data Nilai Observasi Hasil pengamatan pada kelas sampel terhadap
disimpulkan
pembelajaran
eksperimen berdistribusi normal.
dengan
<
Model
Pembelajaran
Active Learning diperoleh nilai terendah 63 dan
bahwa
sampel
hasil
kelas
Uji Linieritas Regresi
nilai tertinggi 92, nilai rata-rata 73,84 dan
Persamaan regresi sedehana bertujuan
simpangan baku 8,61 artinya hasil pembelajaran
untuk mempelajari hubungan atau pengaruh
dengan menggunakan model active learning
antara variabel bebas dan variabel terikat. Dari
tipe quis team tergolong baik.
data hasil penelitian diperoleh persamaan
Data Nilai Postes
regresi sebagai berikut:
Hasil pemberian postes pada kelas sampel
(terlampir pada lampiran 21). Pada persamaan
diperoleh nilai terendah 65 dan nilai tertinggi
tersebut koefisien arah regresi linear b = 0,45
= 44,82 + 0,45 X
95, dan nilai rata-rata 78,09 dan simpangan JSP | FKIP | UHN |hal 43 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis..................
ISSN: 2356-2595
bertanda
positif
variabel
dapat disimpulkan bahwa “Terdapat Pengaruh
mempunyai hubungan linier yang positif dan
Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)
jika pembelajaran dengan menggunakan model
Tipe
pembelajaran aktif tipe quis team naik sebesar 1
Pemecahan Masalah”.
satuan
Uji Koefisien Korelasi
akan
artinya
Volume-1, Edisi-1, September 2014
kedua
meningkatkan
kemampuan
Quis
Team
Terhadap
Kemampuan
pemecahan masalah matematika sebesar 0,45.
Untuk menentukan besar hubungan korelasi
Pada taraf nyata
= 0,05 dan dk pembilang = k
antara variabel X dan variabel Y digunakan
– 2 = 11 dan dk penyebut = n – k = 19, didapat
rumus product moment. Dari hasil perhitungan
= 2,09 dan demikian karena
= 2,34. Dengan <
atau 2,09 <
(perhitungan ada pada lampiran 25) diperoleh rhitung = 0,544 artinya terdapat hubungan yang sedang/cukup antara model pembelajaran aktif
2,34 maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga kedua variabel mempunyai hubungan yang linier. Maka dapat disimpulkan bahwa model
(active learning) tipe quis team dan kemampuan pemecahan masalah. Pada tabel angka product moment dengan taraf signifikan
dan
pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team dan kemampuan pemecahan masalah
db = 30 diperoleh rtabel = 0,361 karena rhitung rtabel atau 0,544
mempunyai hubungan linier yang berarti.
0,361 , maka terdapat
hubungan yang sedang/cukup antara Model
Uji Regresi Dari perhitungan uji signifikan regresi diperoleh = 12,633 dan
Team
= 1 dan
= n -2 = 30 dari daftar distribusi F didapat =
4,17.
Berdasarkan
Pembelajaran Aktif (Active Learning) Tipe Quis
hasil
perhitungan diatas, tampak bahwa nilai
Terhadap
atau 12,633 > 4,17 maka
ditolak
dan
diterima atau terdapat hubungan yang
signifikan / berarti antara model pembelajaran
Uji Keberartian Koefisien Korelasi Dalam perhitungan uji signifikan koefisien dengan
kelinieran dan signifikan regresi terlihat ada hubungan linier yang berarti antara model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis
perhitungan
uji
t
(pada
lampiran 26) diperoleh hasil harga nilai thitung = 21,68 dengan
= 0,05, dk = n – 2 = 30.
Ternyata
yaitu
aktif (active learning) tipe quis team dan kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil uji
Pemecahan
Masalah
korelasi
>
Kemampuan
Dalam hal ini Ho ditolak maka diterima maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang cukup dan berarti (signifikan) variabel
X
pembelajaran
terhadap tipe
variabel
Quis
Y
Team
(model terhadap
team dan kemampuan pemecahan masalah. Jadi JSP | FKIP | UHN |hal 44 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
kemampuan pemecahan masalah siswa). Untuk
kemampuan pemecahan masalah siswa pada
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X
materi pokok SPLDV sebesar 0,45.
terhadap
Dari hasil perhitungan uji linieritas regresi
variabel
Y
digunakan
koefisien
determinasi, melalui perhitungan yang terdapat
diperoleh
(pada
maka
lampiran
determinasi (
25)
diperoleh
koefisien
<
model
atau 2,09 < 2,34
pembelajaran
aktif
(active
) = 0,2963 atau sebesar 29,63%
learning) tipe quis team mempunyai hubungan
artinya kontribusi model pembelajaran aktif tipe
yang linier dan berarti terhadap kemampuan
quis team terhadap kemampuan pemecahan
pemecahan masalah. Pada uji regresi diperoleh
masalah
matematika
sebesar
29,63% dan
>
atau 12,633 > 4,17 maka ada
selebihnya adalah faktor lain.
pengaruh
HASIL PENELITIAN
pembelajaran aktif (active learning) tipe quis
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-
team dan kemampuan pemecahan masalah.
rata tes matematika siswa sebesar 78,09 dengan
Berdasarkan
nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 95 artinya
korelasi didapat r = 0,544 terdapat hubungan
kemampuan
siswa
yang sedang/cukup antara model pembelajaran
tergolong baik. Untuk observasi siswa rata-rata
aktif (active learning) tipe quis team dan
sebesar 73,84 dengan nilai terendah 63 dan nilai
kemampuan pemecahan masalah. Pada uji
tertinggi 92 artinya hasil pembelajaran dengan
keberartian koefisien korelasi regresi diperoleh
pemecahan
masalah
menggunakan model active learning tipe quis team
tergolong
observasi
baik.
guru
Sedangkan
pembelajaran
untuk dengan
menggunakan model active learning tipe quis team dilaksanakan 91%. Dari hasil perhitungan analisis regresi diperoleh persamaan regresi liniernya
yang
hasil
berarti
antara
perhitungan
atau
model
koefisien
maka ada
hubungan yang cukup dan berarti antara model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team dan kemampuan pemecahan masalah. Kemudian hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi
= 0,2963 atau 29,63% yang
= 44,82 + 0,45X. artinya pemecahan masalah siswa dipengaruhi
Pada persamaan tersebut koefisien arah regresi linear b = 0,45 bertanda positif artinya kedua variabel mempunyai hubungan yang positif. Dan jika pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran aktif tipe quis team naik sebesar
1
satuan
akan
meningkatkan
oleh indikator model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team sebesar 29,63% adapun yang lainnya dipengaruhi faktor lain. Dari hasil pembahasan tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini diterima atau “Ada pengaruh model pembelajaran aktif (active
JSP | FKIP | UHN |hal 45 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
learning) tipe quis team terhadap kemampuan
(active
pemecahan masalah Matematika mahasiswa di
dilaksanakan 91 .
jurusan
Pendidikan
Matematika
FKIP
Universitas HKBP Nommensen.
learning)
tipe
quis
team
3. Persamaan regresi yang diperoleh 44,82 + 0,45 X . Pada persamaan diperoleh
KESIMPULAN DAN SARAN
dan koefisien arah regresi linear
Kesimpulan
sederhananya
bertanda positif
Dari hasil penelitian dan analisis data yang
telah
dilakukan
maka
diperoleh
belajar
siswa
dengan
model
pembelajaran aktif (active learning) tipe quis
team
kemampuan matematika
diperoleh
rata-rata
pemecahan siswa
=
artinya
bahwa
kedua
variabel
mempunyai hubungan linear yang positif.
kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil
yang
78,09
nilai
masalah dengan
simpangan baku = 7,12 dengan nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 95 yang artinya kemampuan pemecahan masalah siswa tergolong baik. 2. Hasil pengamatan aktivitas pembelajaran pada kelas sampel dengan menggunakan model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team diperoleh hasil sebagai berikut : a. Terhadap siswa diperoleh rata-rata = 73,84 dengan simpangan baku = 8,61 nilai terendah 63 dan nilai tertinggi 92 yang artinya hasil pembelajaran dengan
Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika mahasiswa di Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen meningkat dengan pengaruh model pembelajaran aktif tipe quis team sebesar 0,45. 4. Dari uji kelinearan dan keberartian regresi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear
yang
berarti
antara
model
pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team dan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa. 5. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh r = 0,544 terdapat hubungan yang sedang/cukup antara model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team dan kemampuan pemecahan masalah. Koefisien determinasi
artinya besar
menggunakan model active learning tipe
pengaruh model pembelajaran aktif (active
quis team tergolong baik.
learning)
b. Terhadap guru, pembelajaran dengan
kemampuan
menggunakan model pembelajaran aktif
matematika
tipe
quis
team
pemecahan mahasiswa
terhadap masalah
di
Jurusan
Pendidikan Matematika FKIP Universitas
JSP | FKIP | UHN |hal 46 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Type Quis..................
ISSN: 2356-2595
HKBP
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Nommensen
sebesar
,
dan senang belajar matematika, karena
selebihnya oleh faktor lain. 6. Dari uji hipotesis maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan model aktif (active learning) tipe quis team terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika
mahasiswa
di
Jurusan
Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen. B. Saran Berdasarkan
kesimpulan
penelitian
diatas diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi
setiap
tenaga
memperhitungkan
pengajar
agar
waktu
yang
alokasi
dibutuhkan untuk setiap langkah model pembelajaran aktif (active learning) tipe quis team . 2. Penggunaan
model
pembelajaran
aktif
(active learning) tipe quis team dalam pembelajaran
matematika
memperhatikan
sebaiknya
karakteristik
peserta
pembelajaran dan karakteristik materi ajar. 3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan sebaiknya
peserta
pembelajaran
yang
memiliki kamampuan kurang ditunjuk untuk mempresentasikan
apa
4. Kepada peserta didik agar lebih semangat
yang
telah
didiskusikan dalam kelompoknya supaya
dengan begitu siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. DAFTAR PUSTAKA Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta : Penerbit PT. Prestasi Pustakaraya. Arikunto S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, Atmadi, A. 2000. Transformasi Pendidika. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Fitriana, Hanny. 2010. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Jakarta : UIN. Istarani, 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Penerbit Media Persada. Mel, Silberman. 2009. Active Learning. Yogyakarta : Insan Madani. Septingsih, Nita. 2009. Eksperimen Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Pokok Bahasan Sudut Pada Kelas VII Smp N 1 Nguntoronadi. Surakarta : UMS. Situmorang, A.S., (2013), Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Kreativitas Matematis Siswa dengan Menggunakan Model pencapaian Konsep, Jurnala Penelitian Bidang Pendidikan Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan, Medan, 19(1): (52-59). Sudjana, 2005. Metoda Statistika. Bandung : Penerbit Tarsito.
memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya atau idenya.
JSP | FKIP | UHN |hal 47 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik ISSN: 2356-2595
Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-1, Edisi-1, september 2014 Halaman 48-57
PENGARUH INSTRUKTUR TERHADAP PENINGKATAN NILAI UJI KOMPETENSI PESERTA PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU Efron Manik Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen.
ABSTRACT Matter of Education and Training of Professional Teacher (ETPT) is very much to be learned for 9 days. According to various studies that teachers' performance before and after the certification of teachers is almost no difference. The results of these studies led many to ask why ETPT who spend a lot of money is no result. The purpose of this study was to determine whether the discipline, passion and a way of teaching instructors can increase the value of the competence test participant ETPT. This study reveals that the discipline, passion and way of teaching instructor is necessary, but this is not a sufficient condition to be able to increase the value of ETPT participants Competency Test. Kata Kunci : PLPG, Semangat, Disiplin, Cara Mengajar, Uji Kompetensi sedangakan
PENDAHULUAN Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan jalur yang paling banyak
proses pembelajaran bersifat
eksternal yang disengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.
akan
Bruner (Willis, 1989) mengemukakan
mendapatkan Sertifikat Pendidik. Walaupun
bahwa: Terdapat empat tema pendidikan.
ada jalur lain, yaitu: jalur Portofolio (PF) dan
Tema pertama tentang struktur pengetahuan.
jalur Pemberian Sertifikat Pendidik secara
Dengan struktur ini peserta pelatihan ditolong
Langsung (PSPL), jalur PLPG lebih banyak
untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang
memberi peningkatan kompetensi bagi guru.
kelihatannya
Menurut Fontana (Suherman, 2003), belajar
dihubungkan satu dengan yang lain. Tema
adalah
kedua tentang kesiapan untuk belajar kesiapan
dilalui
oleh
proses
guru-guru
perubahan
yang
tingkah
laku
berhubungan
terdiri
pengalaman,
ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat
pembelajaran
penguasaan
dapat
individu yang relatif tetap sebagai hasil dari sedangkan
atas
tidak
seseorang
ketrampilan-
merupakan upaya penataan lingkungan yang
mengijinkan
untuk
memberi nuansa agar program belajar tumbuh
ketrampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
dan berkembang secara optimal. Dengan
Tema yang ketiga adalah intuisi dalam proses
demikian proses belajar bersifat internal dan
pendidikan tujuan intuisi untuk mengetahui
unik dalam diri individu peserta pelatihan,
apakah
formulasi-formulasi
mencapai
yang
dibuat
JSP | FKIP | UHN |hal 48 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan ..................
ISSN: 2356-2595
merupakan
Volume-1, Edisi-1, September 2014
kesimpulan-kesimpulan
yang
Strategi
dalam
kaitannya
dengan
sahih atau tidak. Tema keempat adalah
pembelajaran adalah siasat atau kiat yang
motivasi untuk belajar dan cara-cara yang
sengaja
merangsang motivasi adalah pengalaman
berkenaan
dimana peserta pelatihan berpartisipasi secara
pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran
aktif dalam menghadapi alamnya.
berjalan dengan lancar dan tujuannya yang
Pendekatan Bruner terhadap belajar
direncanakan dengan
oleh
instruktur,
segala
persiapan
berupa hasil belajar dapat tercapai secara
didasarkan pada dua asumsi yaitu perolehan
optimal.
pengetahuan merupakan suatu proses yang
dilakukan
interaktif
Strategi
pembelajaran
oleh
instruktur
yang sebelum
dan
orang
mengkonstruksi
melaksanakan
pengetahuannya
dengan
menghubungkan
biasanya dibuat secara tertulis, mulai dari
informasi yang masuk dengan informasi yang
Telaah Kurikulum, Satuan Acara Perkuliahan,
disimpan sebelumnya. Bruner yakin bahwa
sampai
orang
dengan
Menurut Amin Suyitno (Suyitno, 2004)
lingkungan secara aktif; perubahan tidak
strategi pembelajaran adalah perencanaan dan
hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam
tindakan yang cermat mengenai kegiatan
diri orang itu sendiri. Dengan demikian
pembelajaran
belajar merupakan suatu proses yang ditandai
diharapkan tercapai. Strategi pembelajaran
dengan
merupakan cara-cara yang akan dipilih dan
yang
belajar
adanya
beriteraksi
perubahan
perilaku.
pembelajaran
dengan
Rencana
agar
di
kelas,
Pembelajaran.
kompetensi
yang
Perubahan ini dapat ditunjukkan dalam
digunakan
berbagai
berubahnya
menyampaikan materi pembelajaran sehingga
penalaran, sikap, kecakapan, kebiasaan, dan
akan memudahkan peserta didik menerima
sebagainya. Peristiwa belajar disertai dengan
dan memahami materi pembelajaran, yang
proses pembelajaran akan lebih terarah dan
pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat
sistematik
dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
bentuk
daripada
semata-mata
dari
seperti
belajar
yang hanya
pengalaman
dalam
Agar
oleh
seorang
pembelajaran
guru
dapat
untuk
diserap
kehidupan sosial di masyarakat. Belajar
dengan baik oleh peserta pelatihan, selain
dengan proses pembelajaran, di dalamnya
diperlukan strategi pembelajaran, instruktur
terdapat peran instruktur, bahan belajar, dan
juga perlu memilih model pembelajaran yang
lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan,
dipandang tepat dan sesuai dengan kondisi
sehingga diharapkan dapat mencapai hasil
peserta pelatihan. Istilah model pembelajaran
belajar yang optimal.
dibedakan dari istilah metode pembelajaran. Model pembelajaran dimaksudkan sebagai JSP | FKIP | UHN |hal 49
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan ..................
ISSN: 2356-2595
pola
interaksi
peserta
Volume-1, Edisi-1, September 2014
pelatihan
dengan
kepada peserta pelatihan
untuk aktif,
instruktur di dalam kelas yang menyangkut
ketrampilan belajar dan berinovasi berfokus
strategi, metode, dan teknik pembelajaran
pada kreativitas, berfikir kritis, komunikatif
yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan
dan kolaborasi (Fuad Abdul Hamied, 2008).
belajar mengajar di kelas. Sedangkan metode
Trianto (2007:2) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah cara menyajikan materi
perubahan paradigma pembelajaran tersebut
yang masih bersifat umum. Jadi istilah model
adalah orientasi pembelajaran yang semula
pembelajaran mempunyai makna yang lebih
berpusat pada guru (teacher centered) beralih
luas dari pada metode pembelajaran. Model
berpusat pada siswa (student centered).
pembelajaran
dalam
Dengan demikian, dapat disimpulkan ada
adalah
model pembelajaran yang kurang inovatif
kerangka konseptual yang menggambarkan
dengan pendekatan yang berpusat pada
prosedur
Nurhayati
menurut
Abba
Saripuddin
(Abba,
yang
mengorganiasasikan
2000)
sistematis
dalam
instruktur, dan model pembelajaran yang
pengalaman
belajar
inovatif
dengan pendekatan
pembelajaran
untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
yang berpusat pada peserta pelatihan . Namun
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
masih tetap perlu diingat bahwa setiap model
dan para pengajar dalam merencanakan dan
pembelajaran baik yang dianggap kurang
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
inovatif maupun yang
Perubahan paradigma mendasar dalam
yang
yaitu
pendekatan
Semangat instruktur saat mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan
pilihan
keberhasilan proses pembelajaran. Nuraida
yang berpusat pada
(2012) mengatakan semangat dan antusiasme
guru TCA (teacher centerd approach); yang
bisa menular. Jika instruktur tidak semangat
sudah dianggap usang, dianggap tradisional,
maka hal itu akan menular kepada peserta
peserta pelatihan sebagai penerima informasi
pelatihan. Sebaliknya jika instruktur semangat
secara pasif, kurang aktif, materi yang
maka peserta juga akan semangat juga.
diajarkan
model
Bahkan Peale (1997) mengatakan tidak akan
pembelajaran yang kurang inovatif bergeser
pernah ada yang besar bisa dicapai tanpa
menjadi pilihan paradigma baru dan bergerak
semangat. Ada suatu kualitas dinamis luar
ke arah
pembelajaran yang berpusat pada
biasa
peserta
siswa
melenyapkan semua hambatan di depannya,
kegiatan pembelajaran
kurang
SCA
perubahan
memiliki
kelebihan dan kelemahan masing masing.
pembelajaran saat ini
berkaitan dengan pemilihan pembelajaran
sangat
inovatif
relevan,
(student
approach); yang memberikan
centered
tentang
semangat.
Semangat
kesempatan JSP | FKIP | UHN |hal 50
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan ..................
ISSN: 2356-2595
membuat
Volume-1, Edisi-1, September 2014
kepribadian
hidup,
dan
menghasilkan kekuatan-kekuatan yang aktif.
Pengembangan Profesi Guru (KPPG) selama 3 jam pelajaran, dan pendalaman materi mata
Disiplin memastikan seseorang dapat
pelajaran yang belum dikuasai oleh sebagian
mencapai tujuan yang sudah direncanakan.
besar guru selama 25 jam pelajaran. Selama
Pavlina (2012) mengatakan disiplin adalah
10 jam pelajaran berikutnya mereka belajar
kemampuan
tindakan
tentang model-model pembelajaran inovatif,
terlepas dari keadaan emosi anda. Dengan
asesmen, dan pemanfaatan media disesuaikan
disiplin kita dapat mencapai cita-cita dan niat
dengan karakteristik isi mata pelajaran dan
kita. Jika peserta pelatihan melihat instruktur
peserta didik yang mengacu pada Rencana
disiplin maka peserta akan berusaha untuk
Pelaksanaan
disiplin melakukan apa yang diinginkan
meningkatkan pengetahuan, teknologi, dan
instruktur.
seni termasuk keimanan, ketaqwaan, dan
untuk
mengambil
Dari landasan teori yang diuraikan di
Pembelajaran
(RPP)
untuk
akhlak mulia. Guru juga akan dilengkapi
atas maka dapat ditarik hipotesis dalam
dengan
penelitian ini, yaitu: (1) Ada pengaruh antara
Tindakan Kelas (PTK) dan penulisan karya
disiplin,
mengajar
ilmiah selama 6 jam pelajaran. Selanjutnya
instruktur terhadap nilai Uji Kompetensi
workshop untuk membuat silabus, RPP,
peserta PLPG. (2) Ada perbedaan pencapaian
bahan ajar, lembar kerja siswa (LKS) dan
nilai Uji Kompetensi peserta PLPG yang
lain-lain akan diakukan selama 22 jam
diajar oleh instruktur yang disiplin dengan
pelajaran. Akhirnya kegiatan pelatihan akan
yang tidak. (3) Ada perbedaan pencapaian
diakhiri dengan pelaksanan pembelajaran
nilai Uji Kompetensi peserta PLPG yang
(peerteaching) selama 20 jam pelajaran.
semangat,
dan
cara
diajar oleh instruktur yang bersemangat dengan yang tidak.
kemampuan
untuk
Penelitaian
Materi PLPG terlalu sangat banyak untuk dipelajari selama 9 hari. Sehingga
PLPG diselenggarakan selama 9 hari
menurut berbagai penelitian yang dilakukan
Lembaga
Tenaga
untuk mengukur kinerja guru sebelum dan
Kependidikan (LPTK). Setiap hari peserta
sesudah sertifikasi guru hampir tidak ada
diajar oleh instruktur selama 10 jam pelajaran.
perbedaan. Hasil tersebut membuat banyak
Proses pembelajaran dimulai pukul 7.30
orang bertanya mengapa kegiatan
sampai dengan pukul 17.45. Setelah itu
menghabiskan banyak dana menjadi terbuang
mereka akan mengerjakan tugas-tugas yang
siasia.
diberikan oleh instruktur. Untuk tahun 2012
sertifikasi guru mengalami banyak perubahan
mereka
dari tahun ke tahun.
oleh
Pendidikan
belajar
materi
dan
Kebijakan
Hal
ini
membuat
yang
pelaksanaan
JSP | FKIP | UHN |hal 51 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Penyelenggaraan sertifikasi guru tahun
Instruktur yang paling disiplin mematuhi
2012 mengalami banyak perubahan. Peserta
kegiatan dan waktu pada jadwal (Roster)
PLPG
PLPG.
harus
mengikuti
seleksi
Ujian
Kompetensi Awal terlebih dahulu. Peserta
Penelitian ini akan difokuskan untuk
yang skornya di bawah 30 tidak dapat
peserta PLPG mata pelajaran Matematika
mengikuti PLPG, sehingga pesertanya lebih
karena keterbatasan dana. Mata pelajaran ini
siap
tahun-tahun
juga sesuai dengan mata pelajaran yang
sebelumnya. LPTK juga akan dinilai oleh
diasuh oleh peneliti. Sehingga kesalahan-
KSG apakah masih layak menjadi induk
kesalahan yang terjadi dapat diminimumkan.
penyelenggara sertifikasi guru atau tidak
Masalah yang akan diteliti adalah ”Apakah
untuk tahun berikutnya. Penilaiannya dilihat
ada hubungan nilai rank angket instruktur
dari ketaatan menjalankan aturan/prosedur
mata pelajaran Matematika dengan skor Uji
dan kemampuan LPTK meningkatkan skor
Kompetensi peserta PLPG sesuai dengan
Uji Kompetensi Guru.
materi
dibanding
peserta
Untuk menjaga peningkatan mutu
yang
bersangkutan?
diberikan
instruktur
yang
Apakah
perbedaan
rank
penyelenggaraan, Panitia Sertifikasi Guru
instruktur menyebabkan pemahaman peserta
Rayon 133, Universitas HKBP Nommensen,
PLPG
membuat prosedur pelaksanaan PLPG yang
instruktur juga berbeda?” Sesuai dengan latar
lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
belakang dan perumusan masalah, maka
Pemilihan instruktur PLPG untuk tahap
tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
berikutnya ditentukan oleh rata-rata kenaikan
berapa besar pengaruh disiplin, semangat, dan
skor Uji Kompetensi dari peserta kelas yang
PAIKEM
diasuhnya, dan oleh hasil rank angket yang
Kompetensi baik secara bersama-sama. Hasil
disebarkan kepada peserta. Peserta diminta
penelitian ini akan memberikan manfaat
untuk membuat rank dari instruktur untuk
untuk perbaikan angket untuk instruktur
instrumen angket yang terdiri dari 4 butir,
PLPG untuk tahun-tahun selanjutnya. Hasil
yaitu: (1) Instruktur yang paling semangat
ini juga dapat digunakan sebagai bahan
pada saat mengajar di kelas, (2) Instruktur
masukan untuk instruktur-instruktur yang
yang
mengajar di kampus.
mampu
diajarkannya
membuat mudah
materi
dimengerti
yang ,
(3)
Instruktur yang mengajar paling PAIKEM (Pembelajaran
Aktif,
Efektif,
Menyenangkan),
dan
Inovatif,
Kreatif, dan
(4)
tentang
materi
instruktur
yang
terhadap
diajarkan
nilai
Uji
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Universitas HKBP Nommensen dan Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Medan. Penelitian ini JSP | FKIP | UHN |hal 52
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan ..................
ISSN: 2356-2595
direncanakan
Volume-1, Edisi-1, September 2014
dilaksanakan
selama
enam
bulan sejak Oktober 2012 sampai dengan
digunakan
apabila
kedua
kelompok
mempunyai varians yang sama.
Maret 2013. Sampel penelitian ini adalah
Apabila
secara
signifikan
terjadi
instruktur dan peserta PLPG Rayon 133 tahun
perbedaan varians maka uji t yang digunakan
2012 mata pelajaran Matematika. Data pada
adalah:
penelitian ini diperoleh dari hasil angket
t
instruktur yang diisi peserta PLPG, dan persentasi jumlah soal yang dijawab peserta
x1 x 2 s12 s 22 n1 n2
(Sudjana, 1996).
PLPG dengan benar untuk setiap materi yang
Kriteria pengujiannya adalah tolak Ho jika
diajarkan instruktur yang bersangkutan dikali
diperoleh:
dengan seratus. Angket akan diujicoba pada peserta mata pelajaran Matematika Tahap I untuk
t
w1t1 w1t1 s2 s2 dimana w1 1 , w2 2 , t1 w1 w2 n1 n2
= t(1-α)(n1-1) , dan t2 = t(1-α)(n2-1).
mengetahui validitas dan reliabilitas. Sebelum digunakan data diuji dulu kenormalannya
Keterangan:
dengan menggunakan uji Liliefors dan uji
x1 : Nilai rata-rata kelompok eksperimen
Burlett
x 2 : Nilai rata-rata kelompok kontrol
digunakan
untuk
menguji
homogenitas dua kelompok data (Muhidin, 2007).
Selanjutnya
untuk
menguji
ada
tidaknya perbedaan rata-rata hasil belajar dari kedua kelompok, diuji menggunakan uji t atau uji Mann U Whitney. Salah satu hipotesis yang akan diuji adalah:
x1 x 2 1 1 s n1 n2
s 22 : varians data pada kelompok kontrol
n1 : banyaknya subyek kelompok eksperimen n2 : banyaknya subyek kelompok kontrol. Apabila
data
tidak
berdistribusi
H0 : 1 2
normal, maka pengujian hipotesis penelitian
H1 : 1 > 2
ini menggunakan statistik non parametrik
Rumus yang digunakan:
t
s12 : varians data pada kelompok eksperimen
yaitu Uji U Mann-Whitney.
, dimana:
(n1 1) s12 (n2 1) s 22 s . n1 n2 2 2
Terima Ho jika – t1-1/2α(n1+n2-2) < t
(Sudjana, 1996). Uji t ini JSP | FKIP | UHN |hal 53
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Sejarah, dan Ekonomi. Penelitian ini hanya meneliti pelaksanaan kegiatan PLPG Mata Pelajaran Matematika untuk 2 tahap dari 4 tahap yang dilakukan di Rayon 133. Kami menggunakan angket untuk mengukur Disiplin, Semangat, dan Cara Mengajar Instruktur. Pertanyaan/ pernyataan yang digunakan dalam angket sebanyak 4 butir. Butir pertanyaannya adalah
(1)
Instruktur yang paling semangat pada saat mengajar di kelas, (2) Instruktur yang mampu membuat materi yang diajarkannya mudah dimengerti , (3) Instruktur yang mengajar Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian
paling
PAIKEM
Inovatif, HASIL DAN PEMBAHASAN
(Pembelajaran
Aktif,
Efektif,
dan
Kreatif,
Menyenangkan), dan (4) Instruktur yang
Penelitian ini menggunakan data yang
paling disiplin mematuhi kegiatan dan waktu
sudah diambil pada pelaksanaan Pendidikan
pada jadwal (Roster) PLPG. Peserta diminta
dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Rayon
untuk menetukan rank dari semua instruktur
133 Universitas HKBP Nommensen Tahun
yang mengajar di kelas untuk setiap butir
2012. Uji coba instrumen dilakukan pada saat
pertanyaan/ pernyataan. Rank dari instruktur
pelaksanaan PLPG Tahap I pada tanggal 4 –
pengajar tidak boleh sama untuk butir
13 Juni 2012. Sedangkan penelitian dilakukan
pertanyaan yang sama.
pada pelaksanaan PLPG Tahap II pada
Dengan = 5% diperoleh rtabel =
tanggal 5 – 14 Juli 2012. Kedua kegiatan ini
0,355. Setelah dilakukan uji coba dan
dilaksanakan
Pendidikan
perhitungan untuk instrumen angket pada
Perkebunan Jalan William Iskandar Sampali
PLPG tahap pertama disimpulkan bahwa
Medan.
semua butir angket valid, yaitu: butir 1 valid
di
Lembaga
HKBP
karena r = 0,872 lebih besar dari rtabel, butir 2
Nommensen melaksanakan PLPG untuk guru
valid karena r = 0,9 lebih besar dari rtabel,
dalam 10 Mata Pelajaran, yaitu: Mata
butir 3 valid karena r = 0,877 lebih besar dari
Pelajaran IPA, IPS, PKn, Bahasa Indonesia,
rtabel, dan butir 4 valid karena r = 0,872 lebih
Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi,
besar
Rayon
133
Universitas
dari
rtabel.
Dengan
menggunakan
JSP | FKIP | UHN |hal 54 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
perhitungan Reliabilitas diperoleh r = 0,68
kedua varians data, yaitu: S12 = 4,71, dan S22
sehingga angket dinyatakan Reliabel. Jadi
= 19,52 diperoleh F = 4,15. Sedangkan untuk
angket yang telah disusun dapat dipakai untuk
= 5% diperoleh Ftabel =3,316. Jadi kedua
mengukur dalam p-enelitian ini. Sedangkan
data Tidak Homogen karena F > Ftabel.
soal yang digunakan untuk mengukur nilai Uji
Kompetensi
peserta
PLPG
dapat
dinyatakan valid berdasarkan Validitas Isi. Angket
dan
soal
yang
sudah
Dari pembahasan di atas diperoleh bahwa kedua data berdistribusi normal tetapi tidak homogen. Sehingga Uji Perbedaan yang digunakan menggunakan Uji-t dengan rumus:
dinyatakan valid dan reliabel digunakan
t
dalam penelitian untuk peserta PLPG Rayon 133
Mata
Pelajaran
Matematika.
Kami
x 2 x1
. s12 s 22 n1 n2 selengkapnya
mengukur Disiplin, Semangat, dan Cara
Perhitungan
Mengajar Instruktur dengan menggunakan
menggunakan
angket. Rata-rata nilai Rank Instruktur dapat
diperoleh t = 2,57, sedangkan untuk n1 = n2,
dilihat pada Tabel 1. Nilai Rank Instruktur 1
dan = 5% diperoleh ttabel = 2,04. Jadi rata-
disimbolkan dengan X1, dan untuk Instruktur
rata Rank X1 lebih baik dari X2, karena t
2 disimbolkan dengan X2. Kami hanya ingin
hitung lebih besar dari pada ttabel. Berarti rata-
menguji Rank Instruktur terbaik (X1) dengan
rata Rank Instruktur 1 lebih baik dari
terjelek (X2) apakah berbeda atau tidak secara
Instruktur 2.
rumus
tersebut
dengan tersebut
Selanjutnya peneliti akan menguji
meyakinkan. Tabel 1. Rata-rata Rank Instruktur
apakah nilai Uji Kompetensi peserta PLPG
No. Instruktur Rata-rata Rank 1 Instruktur 1 2,05 2 Instruktur 2 4,32 3 Instruktur 3 2,37 4 Instruktur 4 2,15 Kami lebih dahulu menguji kenormalan data
untuk topik yang diajarakan Instruktur 1 (Y1)
yang akan diteliti. Untuk data X1 diperoleh L0 = 0,132 dan untuk data X2 diperoleh L0 = 0,131. Untuk n = 31 dan = 5% diperoleh Ltabel = 0,159. Jadi data X1 dan data X2 berdistribusi Normal karena L0 < Ltabel. Karena kedua data berdistribusi normal maka akan
dilanjutkan
dengan
pengujian
berbeda dengan nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk topik yang diajarakan Instruktur 2 (Y2). Sebelum dianalisa, peneliti akan terlebih dahulu menguji kenormalan data, yaitu: untuk data Y1diperoleh L0 = 0,1 dan untuk data Y2 diperoleh L0 = 0,153. Untuk n = 31 dan = 5% diperoleh Ltabel = 0,159. Maka data Y1 dan Y2 berdistribusi Normal karena L0 < Ltabel. Selanjutnya akan diuji Homogenitas data Y1 dan Y2. Variansnya adalah S12 =
Homogenitas. Dengan menggunakan nilai JSP | FKIP | UHN |hal 55 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan ..................
ISSN: 2356-2595
3586,21,
S22
dan
Volume-1, Edisi-1, September 2014
=3032,80.
Dengan
topik yang diajarakan Instruktur 1 Y1 sama
menggunakan nilai kedua varians ini, dihitung
dengan 57,76 tidak berbeda dengan rata-rata
F = 1,18. Sedangkan untuk = 5% diperoleh
nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk
Ftabel =3,316. Jadi kedua data Homogen
topik yang diajarakan Instruktur 2 Y2 sama
karena F < Ftabel. Karena
dengan 52,70. Selisih rata-ratanya sebesar kedua
data
Y1
dan
Y2
berdistribusi normal dan homogen maka Uji Perbedaan yang digunakan menggunakan Ujit dengan rumus:
t
5,06 tetapi selisih sebesar ini ternyata tidak cukup untuk mengatakan hasil pengajaran Instruktur 1 lebih baik dari hasil pengajaran Instruktur 2. Jadi disiplin, semangat dan cara
x1 x 2 1 1 s n1 n2
,
dimana
mengajar Instruktur merupakan hal yang perlu, tetapi hal ini belum merupakan syarat yang cukup yang dimiliki oleh seorang
(n1 1) s12 (n2 1) s 22 . s . n1 n2 2 Perhitungan selengkapnya dengan
instruktur untuk dapat meningkatkan nilai Uji
menggunakan rumus tersebut diperoleh t =
Instruktur 1 lebih disiplin, dan lebih
= 2,5% diperoleh ttabel = 2,30.
semangat, serta cara mengajarnya (X1) juga
Karena | t | < ttabel maka disimpulkan bahwa
lebih baik dari pada Instruktur 2 (X2), tetapi
tidak cukup alasan untuk mengatakan bahwa
nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk
nilai rata-rata Y1 lebih besar dari nilai rata-
topik yang diajarakan Instruktur 1 (Y1) tidak
rata Y2.
berbeda dengan nilai Uji Kompetensi peserta
2
0,34, dan
½
Kompetensi peserta PLPG. KESIMPULAN DAN SARAN
Walaupun peserta PLPG menyatakan
PLPG untuk topik yang diajarakan Instruktur
bahwa Instruktur 1 lebih disiplin, dan lebih
2 (Y2). Jadi disiplin, semangat dan cara
semangat, serta cara mengajarnya (X1) juga
mengajar Instruktur merupakan hal yang
lebih baik dari pada Instruktur 2 (X2), tetapi
perlu, tetapi hal ini belum merupakan syarat
nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk
yang cukup yang dimiliki oleh seorang
topik yang diajarakan Instruktur 1 (Y1) tidak
instruktur untuk dapat meningkatkan nilai Uji
berbeda dengan nilai Uji Kompetensi peserta
Kompetensi peserta PLPG.
PLPG untuk topik yang diajarakan Instruktur
Pada
kesempatan
ini
kami
menyarankan kepada Panitia PLPG untuk
2 (Y2). Jika kita perhatikan bahwa rata-rata nilai Uji Kompetensi peserta PLPG untuk
memikirkan
aspek-aspek
lain
yang
mempengaruhi nilai Uji Kompetensi guru. Hal ini diperlukan untuk menambah butir JSP | FKIP | UHN |hal 56
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik ISSN: 2356-2595
penilaian Angket pada PLPG yang akan datang sehingga nilai angket benar-benar perpengaruh pada peningkatan nilai Uji Kompetensi. DAFTAR PUSTAKA Abba, N. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Makalah Program Studi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNESA. Fuad Abdul Hamied. 2008. Deputi Menko Kesra. Model Pembelajaran Inovatif di Era Global . Seminar Nasional Model Pembelajaran Inovatif. Di Purwokerto 27 Nov. 2008. http://ispibanyumas.blogspot.com/2008/12/mo del-pembelajaran-inovatif-diera.html. 11-6-2009. Muhidin, S.A. dan M. Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Nuraida, N. 2012. Semangat dan Antusiasme Bisa Menular.
Pengaruh Instruktur Terhadap Peningkatan .................. Volume-1, Edisi-1, September 2014
http://edukasi.kompasiana. com/2012/03/22/semangat-danantusiasme-bisa-menular/ Pavlina, S. 2012. Self Discipline: The Key to Success. http://penyala.files.wordpress. com/ 2012/05/self-disiplin.pptx Peale, N.P. 1997. Enam Sikap Pemenang. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Suherman, E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI. Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Trianto. 2007. Model Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Willis, D.R. 1989. Teori – teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
JSP | FKIP | UHN |hal 57 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Pontas Jamaluddin Sitorus ISSN: 2356-2595
Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-1, Edisi-1, september 2014 Halaman 58-66
EFEKTIVITAS TEKNIK DRAMATIK DALAM PEMBELAJARAN MENGANALISIS TOKOH CERPEN PADA PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FKIP UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Pontas Jamaluddin Sitorus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen. ABSTRAK Penelitian ini merupakan sebuah penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan teknik belajar dramati dalam pembelajaran menganalisis tokoh cerpen pada Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen. Penelitian ini dilaksanakan di kelas perkuliahan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester genap tahun ajaran 2013/2014. Objek kajian berupa efektifitas penggunaan teknik dramatic terhadap kemampuan menganalisis tokoh-tokoh dalam sebuah cerpen. Populasi berjumlah 120 orang yang terbagi dalam 3 ruangan dari stambuk 2011. Dengan teknik random sampling (acak) maka diperolehlah sebanyak 25 % dari jumlah populasi sebanyak 120 orang adalah 30 orang. Instrument yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dengan bentuk instruksi yaitu mahasiswa ditugaskan menganalisis penokohan khususnya pada cerpen Guruji karya Dewi Lestari, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisisis komparasional. Dengan mengkonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikasi 5% dengan df = N – 1 = 30 -1 =37, maka diperoleh taraf signifikan 5% = 2,03. Karena to yang diperoleh lebih besar dari t tabel yaitu 7,65 > 2,03, maka hipotesis diterima. Hal ini membuktikan bahwa teknik dramatik berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji” Karya Dewi Lestari oleh mahasiswa program studi bahasa dan sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen Tahun Ajaran 2013/2014. Selanjutnya diambillah kesimpulan bahwa: (1) Hasil Ajaran kemampuan menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji” karya Dewi Lestari dengan menggunakan teknik dramatik lebih baik dari pada menggunakan teknik ekspositoris, (2) Dengan menggunakan teknik dramatik akan mempermudah siswa untuk menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji” karya Dewi Lestari. Kata Kunci: Teknik Dramatik, Tokoh Cerpen karya fiksi yang banyak digemari. Hal itu karena
PENDAHULUAN Sastra
merupakan
hasil
kreativitas
manusia. Sastra juga merupakan pewarisan seni
sifatnya yang ‘sesaat’ baik dalam cerita maupun penyajiannya.
budaya. Oleh karena itu, sastra adalah bagian dari
Dalam cerpen terdapat dua unsur yaitu
kehidupan yang harus dikembangkan. Salah satu
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur
jenis sastra adalah cerpen. Cerpen merupakan
intrinsik merupakan unsur yang membangun JSP | FKIP | UHN |hal 58
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Pontas Jamaluddin Sitorus
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
karya sastra itu sendiri, antara lain: tema,
menggunakan teknik ekspositori sebagai teknik
penokohan,
gaya
pembanding. Selama ini teknik ekspositori inilah
bahasa, dan latar atau setting. Sedangkan unsur
yang banyak diterapkan dosen dalam melukiskan
ekstrinsik merupakan unsur diluar karya sastra itu
penokohan pada cerpen atau karya fiksi.
alur/plot,
sudut
pandang,
sendiri, lebih kepada aspek pengarang, keadaan sosial
atau politik
yang menjadi
inspirasi
terbentuknya cerpen itu.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2003:210) juga memaparkan bahwa “Cerita pendek adalah kisaha pendek (kurang dari
Salah satu unsur intrinsik dalam sebuah
10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal
karya sastra khususnya cerpen adalah penokohan.
yang dominan, dan memusatkan diri pada satu
Penokohan atau biasa disebut juga perwatakan
tokoh di satu situasi (suatu ketika).” Kemudian
merupakan
Notosusanto
unsur
penting
dalam
cerpen.
dalam
Tarigan
(1993:176)
Nurgiyantoro (1995:172) menyatakan bahwa,
menyatakan bahwa “Cerita pendek adalah cerita
“penokohan mempunyai peranan yang besar
yang panjangnya sekitar 5.000 kata atau kira-kira
dalam menentukan keutuhan dan keartistikan
17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat
sebuah fiksi.”
pada dirinya sendiri.”
Efektifitas
adalah
kemampuan
Dalam membaca atau menganalisis suatu
menentukan tujuan yang memadai, melakukan
karya
hal yang tepat (Stoner, 1996: 9). Dalam Kamus
mempertanyakan apa yang kemudian terjadi,
Besar
tetapi kita sering mempertanyakan “peristiwa
Bahasa
mendefinisikan
Indonesia
sering
tidak
butuh
(1)
yang terjadi kemudian itu menimpa kepada
berkesan,
(2)
siapa.” Untuk lebih berikut ini akan diuraikan
keberhasilan,
beberapa pengertian mengenai tokoh. Dalam
kemangkusan, dan (4) hal mulai berlakunya.
Kamus Bahasa Indonesia Terbaru (1989: 277),
Untuk mengukur tingkat efektivitas dari suatu
“Watak
tujuan pembelajaran dapat dilakukan dengan
mempengaruhi
menentukan seberapa jauh konsep-konsep yang
perbuatannya.” Konfiks per- an menyatakan hal
telah dipelajari dapat dipindahkan kedalam mata
atau keadaan. Jadi, kata perwatakan berarti hal
mata pelajaran, selanjutnya penerapan secara
atau keadaan mengenai sifat batin manusia yang
praktis dalam kehidupan sehari-hari (Nurani
mempengaruhi
dalam Widasari, 2007: 6). Berdasarkan uraian di
perbuatannya.
atas, maka disimpulkan bahwa untuk mengetahui
(1995: 65) menyatakan, “Tokoh cerita adalah
efektifitas
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
berpengaruh,
kemanjuran,
hal
kemujaraban,
teknik
itu
kita
sebagai
keadaan
keefektifan
(2003:284)
fiksi,
(3)
dramatik
ini,
peneliti
adalah
sifat
batin
segenap
segenap Abrams
manusia pikiran
pikiran dalam
yang dan
dan
Nurgiyantoro
JSP | FKIP | UHN |hal 59 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Pontas Jamaluddin Sitorus
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran ..................
ISSN: 2356-2595
naratif,
atau
ditafsirkan
drama,
Volume-1, Edisi-1, September 2014
yang
memiliki
oleh
kecerdasan, serta perhatian yang lebih tinggi.
yang
Kemampuan terus menghendaki adanya tingkat
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
perhatian dan untuk mempertahankan tingkat
dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut
kemampuan yang tinggi perlu perhatian.” Dalam
istilah ‘tokoh’ menunjuk pada orangnya atau
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1163)
pelaku sebuah cerita.
dikatakan
Dalam
tertentu
hal
ini,
moral
keterampilan. Kemampuan sangat menghendaki
dan
kecenderungan
kualitas
pembaca
seperti
berkaitan
dengan
pemaparan di atas maka peneliti ini akan membahas mengenai penokohan dalam cerpen.
bahwa,
“Kemampuan
adalah
kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.” Untuk
meningkatkan
Lebih tepatnya teknik penokohan dalam cerpen.
mahasiswa
Teknik yang digunakan adalah teknik dramatik
peneliti mencoba menggunakan teknik dramatik
yang merupakan teknik yang menampilkan tokoh
yang jarang digunakan oleh dosen dalam
seperti dalam drama. Teknik dramatik menuntut
mengajarkan sastra khususnya cerpen. Dosen
peserta didik agar terdorong untuk melibatkan
juga belum banyak menerapkan teknik dramatik
diri secara aktif, kreatif, dan imajinatif. Peserta
ini. Selain itu, teknik ini juga memudahkan
didik akan mencoba memahami sifat-sifat tokoh
mahasiswa karena teknik dramatik sifatnya lebih
melalui tingkah laku, kata-kata, sikap, dan
sesuai dengan kehidupan nyata. Pembaca dapat
pandangan-pandangannya
langsung menafsirkan karakter tokoh melalui
yang
dilakonkan
dalam
dalam sebuah drama. Menurut Albertin 2005:58,
tingkah
laku,
ada beberapa pembagian dalam teknik dramatik,
ditunjukkannya.
menganalisis
kemampuan
kata-kata,
dan
penokohan,
sikap
yang
yaitu: teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik
Dari pernyataan di atas dapat diketahui
pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran,
bahwa kemampuan mahasiswa dalam melukiskan
teknik reaksi tokoh, teknik reaksi tokoh lain,
perwatakan tergolong rendah karena masih
teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan fisik.
menggunakan teknik lama yang dikenal dengan
Kedelapan
mampu
teknik ekspositori (pemaparan). Dalam teknik
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
ekspositori dosen langsung menjelaskan secara
melukiskan penokohan pada cerpen.
garis besarnya saja. Sedangkan teknik dramatik
teknik
ini
diharapkan
Di sisi lain, perlu diketahui bahwa dalam
lebih detail dalam melukiskan perwatakan.
menganalisi tokoh cerpen diperlukan suatu
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk
kemampuan yang tinggi. Menurut Ross (1987)
mengadakan penelitian mengenai “Efektivitas
mengatakan, “Kemampuan adalah identik dengan
Penggunaan
Teknik
Dramatik
Terhadap
JSP | FKIP | UHN |hal 60 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Pontas Jamaluddin Sitorus
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Kemampuan Menganalisis Tokoh-tokoh dalam
HKBP Nommensen dengan menggunakan teknik
Cerpen Guruji Karya Dewi Lestari Mahasiswa
ekspositori,
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
pembelajaran mahasiswa dalam menganalisis
Fakultas
tokoh-tokoh cerpen dalam Guruji karya Dewi
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas HKBP Nommensen.”
Lestari
(2)
oleh
Untuk
mengetahui
mahasiswa
Program
hasil
Studi
Dari uraian di atas maka yang menjadi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1)
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Bagaimanakah kemampuan mahasiswa dalam
HKBP Nommensen dengan menggunakan teknik
menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji”
dramatik, (3) Untuk mengetahui kefektifan teknik
karya Dewi Lestari Jurusan Pendidikan Bahasa
dramatik terhadap kemampuan mahasiswa dalam
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen Guruji
Pendidikan
Nommensen
karya Dewi Lestari oleh mahasiswa Program
dengan teknik ekspositori?, (2) Bagaimanakah
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
kemampuan
Fakultas
Universitas mahasiswa
HKBP dalam
menganalisis
Keguruan
dan
Ilmu
tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji” karya Dewi
Universitas HKBP Nommensen.
Lestari
METODOLOGI PENELITIAN
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Pendidikan
Fakultas
Keguruan
Universitas
HKBP
dan
Ilmu
Penelitian
ini
Pendidikan
dilaksanakan
di
kelas
dan
Ilmu
Nommensen
perkuliahan
Fakultas
Keguruan
dengan menggunakan teknik dramatik?, (3)
Pendidikan
Universitas
HKBP
Bagaimanakah efektifitas teknik dramatik dalam
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
meningkatkan
Indonesia
kemampuan
mahasiswa
semester
genap
Nommensen, tahun
ajaran
menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji”
2013/2014. Objek kajian berupa efektifitas
karya Dewi Lestari jika dibandingkan dengan
penggunaan
teknik ekspositori?.
kemampuan menganalisis tokoh-tokoh dalam
teknik
dramatic
terhadap
Rumusan masalah di atas dibuat untuk
sebuah cerpen. Populas dalam pnelitian ini adalah
mencapai suatu tujuan. Dan yang menjadi tujuan
seluruh mahasiswa program studi bahasa dan
dalam
Untuk
sastra Indonesia universitas HKBP Nommensen
mengetahui hasil pembelajaran mahasiswa dalam
tahun ajaran 2013/2014. Populasi berjumlah 152
menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen Guruji
orang yang
karya Dewi Lestari mahasiswa Program Studi
stambuk 2011. Untuk lebih jelasnya berikut
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
ditampilkan tabel populasi.
penelitian
ini
adalah:
(1)
terbagi dalam 3 ruangan dari
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas JSP | FKIP | UHN |hal 61 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Pontas Jamaluddin Sitorus
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Tabel 1. Populasi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia No 1 2 3 Jumlah
Grup A B C
dramatik dan 38 orang yang akan diberi teknik ekspositori. Kemudian kedua kelompok ini diberi
Jumlah Mahasiswa 51 51 50 152
materi yang sama. Adapun rancangan eksperimen yang digunakan adalah kelas eksperimen dan
Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti mengutip pendapat Arikunto (1993: 20) yang menyatakan, “Apabila subjeknya kurang dari 100 maka
lebih
baik
diambil
semua
sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi,,
kelas
kontrol
Berdasarkan hal tersebut, maka sampel penelitian yang diambil sebanyak 25 % dari jumlah populasi sebanyak 152 orang adalah 38 orang.
Pengambilan
sampel
penelitian
ini
dilakukan dengan teknik random sampling (acak) kelas sebagai subjek penelitian. Adapun langkahlangkah pengambilan sampel sebagai berikut: a. untuk menentukan kelompok eksperimen dan
ditugasi
menganalisis
penokohan sebuah cerpen, kemudian kelas eksperimen diberi perlakuan teknik dramatic untuk menganalisis penokohan, dan kelas kontrol diberi
perlakuan
teknik
ekspositori
untuk
menganalisis penokohan dalam sebuah cerpen.
selanjutnya jika jumlah subjeknya besar diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.”
yang
Tabel 2. Desain Eksperimen E X1 O1 O2 K X2 O1 O2 Keterangan: O1 = Pemeberian Pre-tes O2 = Pemberian Postes X1 = Pembelajaran Teknik Dramatik X2 = Pembelajaran Teknik Ekspositori E = Kelas eksperimen K = Kelas Kontrol Instrumen dalam penelitian ini adalah
delapan
sesuatu yang digunakan untuk menjaring data
gulungan kertas bertuliskan delapan kelas
penelitian. Data merupakan informasi yang harus
populasi.
diperoleh dari setiap penelitian. Berkaitan dengan
kelompok
kontrol,
maka
dibuat
b. setelah itu, dilakukan pengocokan untuk
hal
itu
Arikunto
(2005:134)
mengatakan,
mengambil dua gulungan kertas yang akan
“Instrumen penelitian merupakan alat Bantu bagi
dijadikan kelompok eksperimen dan kelas yang
peneliti dalam mengumpulkan data. Kualitas
akan dijadikan kelompok kotrol. Misalkan
instrumen
Grup A dan Grup C yang terpilih, maka kelas
terkumpul.”
itulah yang akan dijadikan sampel penelitian.
dipergunakan dalam penelitian ini adalh tes hasil
akan
menentukan Adapun
data
yang
instrumen
yang
Dalam penelitian ini, subjek dibagi atas
belajar dengan bentuk instruksi yaitu mahasiswa
dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang
ditugaskan menganalisis penokohan khususnya
terdiri dari 38 orang yang akan diberi teknik
pada cerpen Guruji karya Dewi Lestari.
JSP | FKIP | UHN |hal 62 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Pontas Jamaluddin Sitorus
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Setelah data penelitian ini diperoleh, data
Pendidikan
Universitas
HKBP
Nommensen
dianalisis dengan menempuh langkah-langkah
Tahun Ajaran 2013/2014. Sampel pada penelitian
sebagai berikut:
ini sebanyak 152 siswa, 38 orang siswa pada
1.Mentabulasi nilai post-tes
variabel X dan 38 orang siswa pada variabel Y.
2. Mencari mean variable hasil post-tes.
Analisis Data
3. Mencari standar deviasi hasil post-tes.
Data ini diperoleh dari postest yang diberikan
4. Mencari standar error variabel hasil post-tes.
kepada siswa. Perolehan data dapat
5. Melakukan uji normalitas.
dideskripsikan sebagai berikut.
6. Melakukan uji homogenitas.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel X
7. Menguji hipotesis.
X 60 65 70 75 80 85 90
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisisis komparasional. Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
F 3 5 4 6 8 7 5 38
homogenitas. Adapun rumus teknik analisis komparasional yang digunakan
adalah rumus
850.75 700.92 187.14 20.31 79.88 466.09 865.92 3171.05
Dari data di atas dapat dicari rata-rata, standar
standar error variabel X sebesar 1,5. Berdasarkan hasil
HASIL PENELITIAN Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah analisis data. Penelitian ini akan menganalisis data dari dua variabel, yaitu variabel X yakni hasil kemampuan menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji” Karya Dewi Lestari dengan menggunakan teknik dramatik dan data variabel Y yakni kemampuan menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji” Karya Dewi Lestari dengan menggunakan teknik ekspositori dari mahasiswa program studi bahasa dan sastra Keguruan
tersebut
maka
data
tersebut
dapat
dikategorikan sebagaimana yang tertera pada
Deskripsi Data Penelitian
Fakultas
283.58 140.18 46.78 3.30 9.98 66.58 173.18
sampel 38 orang standar deviasi adalah 9,13,
M1 M 2 SE MX MY
Indonesia
(x-x) -16.84 -11.84 -6.84 -1.84 3.16 8.16 13.16
deviasi yaitu : Rata-rata = 76.84 dengan jumlah
menurut Sudijono (2004 : 315) yaitu: to =
Fx 180 325 280 450 640 595 450 2920
dan
Ilmu
tabel berikut. Tabel 4. Identifikasi Kecenderungan Variabel X Rentang 80 – 100 70 – 79 60 – 69 50 – 59 00 -54
F. Bsolute 20 10 8 0 0 38
F. Relative 52.63% 26.31% 21.05% 0% 0% 100.00%
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil variabel X yakni kemampuan menganalisis cerpen dengan teknik dramatik termasuk kategori sangat baik sebanyak 20 siswa atau 52.63 %, kategori baik JSP | FKIP | UHN |hal 63
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Pontas Jamaluddin Sitorus
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
sebanyak 10 siswa atau 26.31%, dan kategori
di atas, maka data tersebut dapat dikategorikan
cukup
sebagaimana yang tertera pada tabel berikut.
sebanyak
Identifikasi hasil
8
siswa
atau
21.05
%.
kemampuan menganalisis
cerpen dengan menggunakan teknik dramatik di atas termasuk dalam kategori wajar karena kategori yang paling banyak adalah kategori baik. Frekuensi tabel di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang berikut.
Tabel 6. Identifikasi Kecenderungan Variabel Y Rentang 80 – 100 70 – 79 60 – 65 50 – 55 0 - 49
F. Bsolute 2 12 13 11 0 38
F. Relative 5.26% 31.57% 34.21% 29% 0% 100%
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil variabel Y yakni kemampuan menganalisis cerpen dengan teknik ekspositoris termasuk kategori sangat baik sebanyak 2 siswa atau 5,26 %, kategori baik sebanyak 12 siswa atau 31,57%, kategori cukup sebanyak 13 siswa atau 34.21% dan kategori
Diagram Batang 1. Frekuensi Variabel X Data untuk analisis variabel Y diperoleh
kurang sebanyak 11 orang atau 29%. Identifikasi hasil
kemampuan menganalisis cerpen dengan
dari hasil posttest yang diberikan kepada siswa.
menggunakan
Perolehan data dapat dideskripsikan sebagai
termasuk dalam kategori wajar karena kategori
berikut.
yang paling banyak adalah kategori cukup.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Y Y 50 55 60 65 70 75 80
F 6 5 5 8 7 5 2 38
Fy 300 275 300 520 490 375 160 2420
(Y -Y) -13.68 -8.68 -3.68 1.32 6.32 11.32 16.32
teknik
ekspositoris
di
atas
Frekuensi tabel di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang berikut.
187.14 75.34 13.54 1.74 39.94 128.14 266.34
1122.85 376.71 67.71 13.93 279.59 640.71 532.68 3034.21
Dari data di atas dapat dicari rata-rata sebesar 63,68 dengan jumlah sampel 30 orang, standar deviasi sebesar 8,93 dan standar error variabel Y sebesar 1,46. Berdasarkan perhitungan
Diagram Batang 2. Frekuensi Variabel Y Pengujian Hipotesis
JSP | FKIP | UHN |hal 64 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Pontas Jamaluddin Sitorus
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran ..................
ISSN: 2356-2595
Berdasarkan
Volume-1, Edisi-1, September 2014
penelitian
terhadap
Pendidikan
Universitas
normalitas dan homogenitas sebagaimana telah
Tahun Ajaran 2013/2014.
diketahui sebelumnya bahwa persyaratan analisis
Pembahasan Penelitian
data dalam penelitian ini adalah berdistribusi
Setelah
HKBP
melakukan
Nommensen
analisis
data,
normal dan dari varian populasi yang homogen.
kemudian pengujian hipotesis, akhirnya peneliti
Berdasarkan penelitian terhadap normalitas dan
mendapatkan hasil bahwa penggunaan teknik
homogenitas sebagaimana telah deperoleh bahwa
dramatik
< ini
untuk variabel X yaitu 0,12 < 0,14,
membuktikan
bahwa
data
berdistibusi normal,
variabel
<
X
untuk
variabel Y yaitu 0,12 < 0,14, dan F hitung < F tabel
efektif
dalam
meningkatkan
kemampuan menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen
“Guruji”
karya
Dewi
Lestari
oleh
mahasiswa program studi bahasa dan sastra Indonesia Pendidikan
Fakultas
Keguruan
Universitas
HKBP
dan
Ilmu
Nommensen
yaitu 1,04 < 1,71 yang artinya bahwa kedua
Tahun Ajaran 2013/2014 ini dapat dilihat dari
variabel tersebut homogeny. Dengan demikian
hasil posttest siswa dengan menggunakan teknik
pengujian
dramatik dan teknik ekspositoris.
hipotesis
dilakukan
dengan
menggunakan uji statistik “t” (Uji beda) dengan rumus Sudijono (2003 : 346). to =
meningkatkan
M 1 M 2 76,84 63,68 13,16 = = = 7,65 1,72 1,72 SE M 1 M 2
Setelah
to
Teknik dramatik menurut peneliti mampu
diketahui,
menganalisis
kemampuan tokoh-tokoh
siswa dalam
dalam cerpen.
Walaupun teknik dramatik lebih efektif dari
selanjutnya
teknik ekspositoris tetapi masih banyak faktor
pada taraf
yang ikut mempengaruhinya misalnya tingkat
signifikasi 5% dengan df = N – 1 = 30 -1 =37,
intelektual siswa yang berbeda dan minat siswa
maka diperoleh taraf signifikan 5% = 2,03.
terhadap suatu pelajaran juga ikut mempengaruhi
Karena to yang diperoleh lebih besar dari t tabel
keberhasilan siswa dalam menganalisis tokoh-
yaitu 7,65 > 2,03, maka hipotesis diterima. Hal
tokoh dalam cerpen. Tetapi jika dilihat secara
ini
dramatik
menyeluruh, Ajaran kemampuan menganalisis
meningkatkan
cerpen dengan menggunakan teknik dramatik
kemampuan menganalisis tokoh-tokoh dalam
lebih baik dari pada dengan menggunakan teknik
cerpen “Guruji” Karya Dewi Lestari oleh
ekspositoris, hal tersebut dapat dilihat dari hasil
mahasiswa program studi bahasa dan sastra
test Ajaran menganalisis tokoh-tokoh dalam
Indonesia
cerpen “Guruji” karya Dewi Lestari dengan
dikonsultasikan dengan
membuktikan
berpengaruh
bahwa
positif
Fakultas
tabel
t
teknik
dalam
Keguruan
dan
Ilmu
JSP | FKIP | UHN |hal 65 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Pontas Jamaluddin Sitorus
Efektivitas Teknik Dramatik dalam Pembelajaran ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
menggunakan teknik dramatik lebih tinggi dari
DAFTAR PUSTAKA
pada dengan menggunakan teknik ekspositoris.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Depdikbud. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Lestari, Dewi. 2011. Cerpen Guruji. Jakarta : Gramedia Albertine, Minderap 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Ross dan Kyle . 1987. Hasil Belajar Siswa. Bandung : Angkasa Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Tarigan, Henry Guntur.1993. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Widasari, Elva. 2007. Efektivitas Penerapan Metode Quantum Writing Terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Oleh Siswa Kelas X SMA Dharmawangsa Medan Tahun Pembelajaran 2006/2007. Skripsi FBS Unimed.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan
hasil
analisis
data
yang
diperoleh, maka dapat disimpulkan: 1.
Hasil Ajaran kemampuan menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji” karya Dewi Lestari dengan menggunakan teknik dramatik lebih baik dari pada menggunakan teknik ekspositoris.
2.
Dengan menggunakan teknik dramatik akan mempermudah siswa untuk menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen “Guruji” karya Dewi Lestari.
Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
maka
diperoleh beberapa saran sebagi berikut. 1. Kemampuan tokoh-tokoh
siswa dalam
dalam cerpen
menganalisis sebaiknya
ditingkatkan lagi. Untuk itu diperlukan teknik belajar yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajarannya. Salah satu teknik yang dapat digunakan dalam menganalisis tokoh-tokoh dalam cerpen adalah teknik dramatik. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjut oleh peneliti lain guna memberi masukan yang konstruktif bagi dunia pendidikan khususnya dalam meningkatkan
kemampuan
menganalisis
tokoh-tokoh dalam cerpen.
JSP | FKIP | UHN |hal 66 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Rosinda Situmorang ISSN: 2356-2595
Jurnal Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-1, Edisi-1, september 2014 Halaman 67-75
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS untuk Meningkatkan Pemahaman konsep matematis Siswa di Kelas VII SMP N 4 Percut Sei Tuan Rosinda Situmorang. Guru Bidang Studi Matematikia SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk Mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional serta Aktivitas Siswa selama proses pembeljaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan dengan jumlah sampel sebanyak 32 siswa dari 213 siswa SMP kelas VIII melalui teknik random sampling. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen dengan desain penelitian pre-test-post-test control group design. Data diperoleh melalui nilai semester untuk kemampuan awal matematis (KAM), tes kemampuan pemahaman matematis, tes kemampuan kreativitas matematis. Instrumen yang digunakan tes pemahaman konsep dan tes kreativitas berpikir, Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi kemampuan guru mengajar. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh validator dan berdasarkan perhitungan maka instrumen tersebut dinyatakan telah memenuhi syarat. Anlisis data yang digunakan adalah analisis secara deskriptif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis dengan kriteria “Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik”. Analisis kemampuan pemahaman konsep matematis dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Penelitian dihentikan ketika tingkat kemampuan pemahaman dan kreativitas berpikir siswa secara klasikal minimal 80% berada pada kategori minimal cukup. Hasil penelitian pada siklus I secara klasikal tingkat pemahaman konsep sebesar 75% atau 24 orang siswa dan tingkat kreativitas berpikir sebesar 62,5% atau 20 orang. Pada siklus II secara klasikal tingkat pemahaman konsep sebesar 96,875% atau 30 orang siswa dan tingkat kreativitas berpikir sebesar 90,625% atau 29 orang. Kesimpulan penelitian ini adalah Penerapan pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Pemahaman Konsep Matematis siap bersaing di era globalisasi yang sedang
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang
harus
dipenuhi
dalam
kehidupan
berlangsung, pendidikan memegang peranan yang
sangat
penting,
karena
pendidikan
bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air.
memiliki kemampuan untuk mengembangkan
Untuk mampu bersaing di era global, maka
kualitas manusia dari berbagai segi. Belajar
setiap orang di tuntut untuk lebih berkompoten
matematika di sekolah merupakan salah satu
dalam segala hal dan untuk menghasilkan
cara untuk meningkatkan sumber daya manusia
manusia-manusia yang berkompeten dan yang
(SDM) yang berkualitas, karena penguasaan JSP | FKIP | UHN |hal 67
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
berpikir matematika akan meningkatkan salah
Namun
kenyataan
di
lapangan
satu jalan untuk menyusun pemikiran yang
menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan
logis, sistematis, komunikatif, tepat dan teliti.
sekolah kurang mampu menyesuaikan diri
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
dengan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
teknologi, sulit untuk dilatih kembali, kurang
tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
bisa mengembangkan diri dan kurang dalam
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
berkarya artinya tidak memiliki kreativitas
interaksi
(Slameto,
(Trianto, 2010). Kesulitan belajar yang dialami
2010). Berdasarkan masalah yang terdapat di
oleh siswa ini disebabkan oleh siswa tidak
dalam proses belajar maka ada dua defenisi
sepenuhnya memahami konsep (Situmorang,
belajar, yaitu 1)Belajar ialah suatu proses untuk
A.S., 2006). Di tingkat Internasional laporan
memperoleh
pengetahuan,
The Third International Mathematics Science
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. 2)
Study (TIMSS) tahun 2000 menunjukkan bahwa
Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
kemampuan pemahaman konsep matematis
keterampilan yang diperoleh dari instruksi
siswa di Indonesia berada pada urutan 34 dari
(Gagne dalam Slameto, 2010).
38 Negara peserta, masih kalah jauh dari negara
dengan
lingkungannya
motivasi
dalam
perubahan maupun perkembangan
Lima alasan perlunya belajar matematika
Singapura yang menempati peringkat pertama
itu karena matematika merupakan sarana untuk :
dan Malaysia yang berada pada posisi 16
(1) Berpikir logis; (2) Memecahkan masalah
Sedangkan pada TIMSS tahun 2003, dari 40
sehari-hari; (3) Mengenal pola-pola hubungan
negara, Indonesia berada pada ranking 34,
dan
Korea berada di ranking nomor dua, di bawah
generalisasi
pengalaman;
(4)
Mengembangkan kreatifitas; (5) Meningkatkan
Singapura (Dahlan, 2003; Turmudi , 2008).
kesadaran terhadap budaya (Cornelius dalam
Dalam
upaya
meningkatkan
kualitas
maka
diperlukan
berbagai
Abdurrahman, 2003). Berdasarkan pernyataan
pendidikan,
diatas,
belajar
terobosan,
baik
matematika itu sangat perlu, sebab pelajaran
kurikulum,
inovasi
matematika memiliki fungsi sebagai sarana
pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan
untuk mengembangkan berfikir logis, kritis,
agar siswa tertarik dan tertantang untuk belajar
kreatif,
kesadaran
dalam menemukan konsep dasar suatu ilmu
seseorang
berdasarkan hipotesis sendiri. Proses belajar
untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan
seperti ini akan lebih berkesan dan bermakna
memampukan seseorang untuk mencari solusi
sehingga konsep dasar dari ilmu ini tidak akan
dari
cepat
dapat
disimpulkan
bahwa
meningkatkan
berbudaya,yang
memungkinkan
permasalahan-permasalahan
dihadapinya sehari-hari.
yang
hilang.
dalam
Agar
pengembangan
pembelajaran,
suatu
dan
pembelajaran
bermakna maka diperlukan sebuah pemahaman konsep agar bisa menghubungkan antara konsep
JSP | FKIP | UHN |hal 68 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
yang satu dengan konsep yang lain (Dahar,
siswa-siswa di dalam kelompok memastikan
1989).
bahwa semua anggota kelompok itu bisa
Dalam
hal
ini,
pembelajaran
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua
kooperatif tipe STAD adalah salah satu model
siswa menjalani kuis perseorangan tentang
pembelajaran
meningkatkan
materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak
pemahaman konsep matematis siswa karena
saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai
model STAD (Student Team Achievement
hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai
Division)
rata-rata
yang
merupakan
model dapat
variasi
pembelajaran
mereka
sendiri
yang
diperoleh
kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini
sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah
juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan
berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan
dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris,
yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi
teknik, dan banyak subjek lainnya (Slavin,
nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya.
2007). Cooperative learning adalah suatu model
Nilai-nilai
pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja
mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang
dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6
dapat
orang
dapat
mendapatkan sertifikat atau hadiah-hadiah yang
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar
lainnya. Keseluruhan siklus aktivitas itu, mulai
(Isjoni, 2007). Pembelajaran kooperatif adalah
dari paparan guru kek kerja kelompok sampai
pembelajaran yang memerlukan kerjasama antar
kuis, biasanya memerlukan tiga sampai lima
siswa dan saling ketergantungan dalam struktur
kali pertemuan kelas. STAD adalah yang paling
pencapaian tugas dan tujuan. Keberhasilan
tepat
pembelajaran ini tergantung dari keberhasilan
pelajaran ilmu pasti, seperti perhitungan dan
masing-masing
kelompok,
penerapan matematika, penggunaan bahasa dan
dimana keberhasilan tersebut sangat berarti
mekanika, geografi dan keterampilan perpetaan,
untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam
dan konsep-konsep lainnya.
secara
belajar
kolaboratif
individu
kelompok
merupakan
suatu
sehingga
dalam
(Trianto, metode
2007). generik
STAD
ini
kemudian
mencapai
untuk
Ada
dijumlah
criteria
tertentu
mengajarkan
lima
unsur
untuk bisa
materi-materi
dalam
model
tentang
pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan
pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran
untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu : 1)
komprehensif untuk subjek tertentu, guru
Saling
menggunakan pelajaran dan materi mereka
Tanggungjawab
sendiri.
tanpa muka; 4) Komunikasi antar anggota; 5)
Dalam STAD, siswa dibagi menjadi
ketergantungan perseorangan;
positif; 3)
2)
Interaksi
Evaluasi proses kelompok kecil (Arens, 2008).
kelompok beranggotakan empat orang yang
Sedangkan
beragam
dan
kooperatif tidak berubah, namun terdapat
sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan
beberapa variasi yang biasa dilakukan dari
kemampuan,
jenis
kelamin,
Prinsip
dasar
pembelajaran
JSP | FKIP | UHN |hal 69 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
model tersebut, antara lain : a) Metode STAD
apabila dalam satu kelas telah mencapai 80%
(Student Teams Achievement Divisions); b)
memperoh nilai lebih besar dari atau sama
Metode
dengan 65%.
Jigsaw;
c)
Metode
GI
(Group
Investigation) (Joyce, 2009). Metode structural,
Skor Kemampuan Pemahaman Konsep
antara lain : Thing-pair-share (TPS), Numbered
(SKPK) siswa diperoleh dari hasil skor yang
Head Together, Active Listening dan Time
diperoleh
Tokenas.
dikalikan dengan 100, dirumuskan sebagai
Berdasarkan
beberapa
penjelasan
diatas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran
dibagi
berikut: SKPK=
kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa
dengan
skor
maksimal
Skor diperoleh 100% ; Skor maksimal
siswa bekerjasama dalam kelompok belajar
Ket: SKPK = Skor Kemampuan Pemahaman
anggota kelompoknya, sehingga setiap anggota
Konsep. (Kusumah, 2011: 154) mengemukakan
kelompok dapat menguasai materi pelajaran
“Untuk
dengan baik.
pemahaman
METODE PENELITIAN
berpedoman
Penelitian akan dilaksanakan pada siswa
menentukan
kriteria
konsep pada
kemampuan
matematika
kriteria
yaitu:
siswa “Sangat
Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik”.
kelas VIII di SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan
Berdasarkan
Kabupaten Deli Serdang. Subjek penelitian ini
penelitian ini hasil tes pemahaman konsep
adalah siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 4 Percut
matematika siswa pada setiap siklus disajikan
Sei Tuan tahun pelajaran 2012/ 2013 sebanyak
dalam interval kriteria sebagai berikut:
32 orang. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari
Variabel
Kurang
pembelajaran pencapaian konsep dan variabel
55 %≤ SKPK ≤ 69%
Cukup
terikatnya adalah tingkat pemahaman konsep
70% ≤ SKPK ≤ 84%
Baik
dan
85% ≤ SKPK ≤ 100% Sangat Baik
menyelesaikan
Berdasarkan kriteria di atas, suatu kelas
merupakan penelitian tindakan kelas sehingga
dikatakan telah memahami konsep matematika
prosedur dan mekanisme pelaksanaan penelitian
(klasikal) apabila terdapat 80% siswa berada
dilaksanakan sesuai
pada kategori minimal “cukup”. Data hasil
penelitian
Penelitian
dalam ini
mekanisme
masalah.
siswa
dalam
Sangat Kurang
40% ≤ SKPK ≤ 54%
berpikir
adalah
0% ≤ SKPK ≤ 40%
tersebut
model
kreativitas
bebasnya
pandangan
dengan prosedur dan tindakan
kelas
dan
pengamatan kemampuan guru dalam mengelola
penelitian berlangsung selama satu semester.
pembelajaran
Dan analisis data merupakan analis deskribtif
dianalis dengan mencari rerata skor kemampuan
berdasarkan ketuntasan secara klasikal dimana
guru mengelola pembelajaran yang terdiri dari 5
siswa dikatakan telah tuntas belajara apabila
kriteria; tidak baik (nilai 1), kurang baik (nilai
siswa telah mencapai persentasi skor sebesar
2), cukup baik (nilai 3), baik (nilai 4), sangat
65% dan keseluruhan belajar dikatakan tuntas
baik (nilai 5). Data akan disajikan dalam
model
pencapaian
konsep
JSP | FKIP | UHN |hal 70 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
interval, maka kriteria tingkat kemampuan guru
dilihat dari aspek-aspek sebagaima diuraikan
mengelola pembelajaran
pada tabel berikut berikut
(Sinaga, 2007: 171)
adalah:
Tabel 1. Kriteria Untuk Menghentikan Siklus Pembelajaran
1 ≤ TKG < 2 (Tidak Baik)
TK. Kategori Minimal Pencapaian Klasikal 1 Pemahaman Konsep 80% Cukup 2 Kemampuan Guru 90% Baik Dalam batas 3 Aktivitas Siswa toleransi
NO
2 ≤ TKG < 3 (Kurang Baik) 3 ≤ TKG < 4 (Cukup Baik) 4 ≤ TKG < 5 (Baik) TKG = 5 (Sangat Baik)
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa :
Keterangan:TKG=Tingkat Kemampuan Guru Guru dikatakan mampu mengelolaan model pembelajaran model pencapaian konsep apabila tingkat kemampuan guru untuk tiap siklus mencapai kriteria minimal “ Baik “. rata-rata
frekuensi
dan
1. Terdapat 80% dari jumlah siswa yang mengikuti tes memiliki tingkat kreativitas berpikir minimal cukup. 2. Tingkat kemampuan guru menyelenggarakan pembelajaran
Langkah-langkah yang digunakan untuk mencari
ASPEK
rata-rata
persentase waktu yang digunakan siswa selama
pertemuan
ditentukan
selanjutnya
ditentukan
frekuensinya, pula
pencapaian
konsep
minimal kategori baik. 3. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berada dalam batas toleransi waktu ideal.
kegiatan Sinaga (2007: 166) sebagai berikut: a. Hasil observasi aktivitas siswa pada satu kali
model
Apabila salah satu dari 4 (empat) kriteria keberhasilan yang sudah ditetapkan di atas tidak terpenuhi maka penelitian dilanjutkan pada
rata-rata
siklus berikutnya dengan mempehatikan hasil
frekuensi kategori aktivitas setiap anggota
refleksi dan memperbaiki kekurangan serta
kelompok
kelemahan yang terjadi pada siklus sebelumnya.
setiap pertemuan dalam satu
siklus.
PEMBAHASAN
b. Mencari presentasi rata-rata frekuensi setiap kategori aktivitas dengan cara membagi ratarata
frekuensi
aktivitas
untuk
dengan
tiap-tiap banyak
kategori frekuensi
pengamatan pada setiap pertemuan dan hasil pembagianya
kalikan
dengan
Siklus I Persentase kemampuan siswa berdasarkan kriteria
pemahaman
konsep
pada
tes
kemampuan pemahaman konsep (TKPK 1) siklus I ditunjukkan pada grafik berikut ini.
100%.
Selanjutnya dicari rata-rata persen waktu dalam setiap pertemuan pada setiap siklus dan dimasukkan ke dalam kolom rata-rata persen yang tesedia. Kriteria keberhasilan yang digunakan untuk menghentikan atau melanjutkan siklus dalam penelitian ini
JSP | FKIP | UHN |hal 71 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
dinyatakan dengan persen yang disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Kadar Aktivitas Siswa Siklus I Pada siklus I ini pencapaian tingkat pemahaman konsep yang paling menonjol pada kriteria “Mengklasifikasi/ menggolongkan objek menurut sifat-sifat yang dimiliki” tergolong dalam kategori baik dan pencapaian tingkat pemahaman konsep yang paling rendah pada kriteria
“Mengaplikasikan
alogaritma
dalam
konsep
penyelesaian
atau
masalah”
tergolong dalam kategori sangat kurang. Ratarata kemampuan pemahaman konsep siswa berdasarkan konsep
kategori
tingkat
pemahaman
pada siklus I secara klasikal adalah
sebagai berikut: Tabel 2. Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK 1) Siklus I No. 1 2 3 4 5
Interval Jlh Siswa Nilai (org) 85–100 3 70– 84 9 55– 69 12 40– 54 6 0– 40 2 32 Total
Persentasi Kategori (%) Penilaian 9.375 Sangat Baik 28.125 Baik 37.5 Cukup 18.75 Kurang 6.25 Sangat Kurang 100
Pada tabel di atas diperoleh bahwa dari 32 orang
Dari tabel 4.3. kadar aktivitas siswa siklus I di atas dapat dijelaskan tiap-tiap kategori pengamatan bahwa: aktivitas siswa untuk kategori “Mendengarkan penjelasan guru dan Membaca” masih aktivitas pasif siswa sebesar karena melebihi batas toleransi. Keadaan ini terjadi karena guru belum terbiasa belajar
siswa yang mengikuti tes pemahaman konsep,
dengan model pembelajaran dam siswa masih
terdapat siswa memiliki nilai dengan kategori
terbiasa
sangat baik sebanyak 3 orang atau sebesar
Aktivitas siswa untuk kategori “Menulis yang
9,375%, memiliki nilai kategori baik sebanyak 9
relevan dengan KBM, Berdiskusi, dan Bertanya
orang atau sebesar 28,125%, memiliki nilai
”
dengan kategori cukup sebanyak 12 orang atau
ditetapkan. Aktivitas “mengajukan pertanyaan/
37,5% ; memiliki nilai dengan kategori kurang
ide” berada pada batas toleransi, sedangkan
sebanyak 6 orang atau 18,75% serta memiliki
pada
nilai kategori sangat kurang sekali sebanyak 2
“mempresentasikan dan memperagakan hasil
orang atau 6,25%. Hasil pengamatan observer terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran setiap pertemuan selama 3 (tiga) kali tatap muka
tidak
dengan
pembelajaran
memenuhi
aktivitas
batas
aktif
individual.
toleransi
siswa
yang
kategori
kerja” berada dibawah batas toleransi. Kadar aktivitas aktif siswa untuk kategori “ Perilaku yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran” JSP | FKIP | UHN |hal 72
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
melebihi batas toleransi. Peneliti menganalisa aktivitas siswa yang tidak sesuai dengan proses
Grafik hasil test pemahaman konsep siswa siklus II sebagai berikut:
pembelajaran ini disebabkan terlalu banyak anggota dalam satu kelompok yaitu 7-8 orang. Siklus II Rata-rata tingkat pencapaian pemahaman konsep siswa pada siklus II berdasarkan kategori tingkat pemahaman konsep secara klasikal dapat dilihat pada tabel berikut ini, Tabel 4 Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK) Siklus II No 1 2 3 4 5
Interval Nilai 85–100 70– 84 55 – 69 40 – 54 0 – 44 Total
Jumlah Siswa (orang) 18 12 1 0 1 32
Persentasi (%) 56.25 37.5 3.125 0 3.125 100
Dari uraian di atas diperoleh bahwa pada kategori penilaian sangat baik terdapat 18 orang
Kategori Penilaian
siswa, untuk kategori baik sebanyak 12 orang,
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
untuk kategori cukup sebanyak 1 orang, dan
Dari tabel skor test pemahaman konsep di
kategori sangat kurang 1 orang. Pada siklus II kemampuan pemahaman konsep meningkat menjadi 96,87% atau terdapat peningkatan
jumlah siswa yang
sebesar 21,875%. Ditinjau dari segi Pemahaman
memiliki nilai dengan kategori sangat baik
Konsep maka penelitian ini berhenti pada siklus
sebanyak 18 orang atau sebesar 56,25%, yang
II.
memiliki nilai kategori baik sebanyak 12 orang
aktivitas siswa dalam pembelajaran setiap
atau sebesar 37,5%, yang memiliki nilai dengan
pertemuan selama 5 (lima) kali pertemuan
kategori cukup sebanyak 1 orang atau 3,125%,
dinyatakan dengan rataan persentasi waktu ideal
dan yang memiliki nilai kategori kurang sekali
(PWI). Gambaran persentasi aktivitas siswa
sebanyak 1 orang atau 3,125%. Dengan
selama pembelajaran pada siklus II disajikan
demikian jumlah siswa yang memperoleh nilai
dalam gambar berikut:
atas diperoleh bahwa
berada pada kategori minimal cukup sebanyak
Hasil pengamatan observer terhadap
Gambar 3 Kadar Aktivitas Siswa Siklus II
30 orang siswa dan jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah kategori cukup sebanyak 2 orang siswa. Secara klasikal tingkat pemahaman konsep pada siklus II sebesar 96,875% dari jumlah siswa telah memiliki kemampuan
pemahaman
kategori minimal cukup.
konsep
dengan Keterangan : JSP | FKIP | UHN |hal 73
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
Mendengarkan/ memperhatikan guru/ teman Membaca (buku siswa, LKS, 2. sumber lain) Menulis yang relevan dengan KBM (mengidentifikasi ciri-ciri/ karakteristik bangun datar segi 3. empat, definisi, menyelesaikan masalah, presentasi, membuat catatan, membuat rangkuman Berdiskusi/ bertanya antar siswa/ 4. teman
kriteria toleransi pencapaian waktu efektif yang
5. Bertanya antara siswa dan guru Perilaku yang tidak sesuai dengan 6. proses pembelajaran Dari gambar di atas kadar aktivitas siswa
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, dapat
1.
diketahui bahwa: kadar aktivitas siswa untuk kategori
pengamatan
Mendengarkan/
memperhatikan guru/ teman persentase waktu idealnya adalah 10,25%. Kadar aktivitas siswa untuk kategori pengamatan “Membaca (buku siswa, LKS, sumber lain)” persentase waktu idealnya adalah 19,0%. Kadar aktivitas siswa untuk kategori pengamatan” Menulis yang relevan dengan KBM (mengidentifikasi ciri-ciri/ karakteristik bangun datar segi empat, definisi, menyelesaikan masalah, presentasi, membuat catatan, membuat rangkuman” persentase waktu idealnya sebesar 33,75%. Kadar aktivitas siswa untuk
kategori
pengamatan
“
Berdiskusi/
bertanya antar siswa/ teman persentase waktu idealnya adalah 21%. Kadar aktivitas “Bertanya antara siswa dan guru” persentase waktu idealnya adalah 12%. Kadar Aktivitas aktif siswa untuk kategori “ Perilaku yang tidak
ditentukan dalam penelitian ini yaitu 6 (enam) kategori pengamatan aktivitas siswa telah memenuhi batas toleransi yang ditentukan, dengan
demikian
berdasarkan
aktivitas
penelitian ini disimpulkan berhenti pada siklus II. KESIMPULAN
dikemukakan
beberapa
simpulan
sebagai
berikut: 1) Penerapan
pembelajaran
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS memberikan peningkatan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan berdasarkan
kriteria
ketuntasan
sebesar
40,625%. Pada siklus I rata-rata kemampuan pemahaman konsep berdasarkan kriteria ketuntasan sebesar 56,25 dan pada siklus II rata-rata kemampuan pemahaman konsep berdasarkan
kriteria
ketuntasan
sebesar
96,875. 2) Aktivitas aktif siswa kelas VII SMP Negeri 4 Percut Sei Tuan melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS adalah baik sesuai dengan
kriteria
pembelajaran
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Menggunakan LKS.
sesuai dengan proses pembelajaran” persentase waktu ideal 3,75%. Dari pembahasan diatas, jika dilihat dari JSP | FKIP | UHN |hal 74 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Rosinda Situmorang
Penerapan Model Kooperatf Type STAD ..................
ISSN: 2356-2595
Volume-1, Edisi-1, September 2014
DAFTAR PUSTAKA Slavin, Robert. E., (2009), Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta. Indeks. Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif , Jakarta: Kencana. Dahar, RW., (1988), Teori-Teori Belajar, Jakarta: P2LPTK Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma
Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cita Pustaka. Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arends, Richard I., (2008), Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar) Edisi ke Tujuh, Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Joyce, Bruce, (2009), Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran), Yokyakarta. Pustaka Pelajar.
JSP | FKIP | UHN |hal 75 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
JURNAL SULUH PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20234. Telepon: (061) 4522922;4522831, Faks : 4571426; Email:
[email protected]
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL 1. Artikel diutamakan memiliki informasi luas tentang inovasi dan desain pembelajaran, khususnya hasil penelitian yang tergolong pada kajian bidang teknologi pendidikan, dan belum pernah diterbitkan atau sedang dalam proses penerbitan pada media lain. 2. Artikel ditulis dalam bahasa ilmiah, dengan spasi sebagai berikut Ukuran kertas : A4 atau letter Ketikan : 1,5 spasi Jumlah halaman : 12 – 17 halaman Software : Microsoft Words 3. Setiap artikel disertai dengan abstak dan kata kunci 4. Prosedur pengiriman artikel; Kirimkan 2 (dua) eksemplar dalam bentuk hard copy, dan satu file artikel dalam bentuk soft copy dengan aturan penulisan seperti pada pedoman ke-2 ke alamat redaksi Jurnal Suluh Pendidikan.. Nama penulis dan afiliasi institusi hanya ditulis pada halaman judul Artikel yang dikirim ke redaksi akan sepenuhnya menjadi milik redaksi kami. Alamat redaksi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas HKBP Nommensen Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20221 Medan Timur. Telepon: (061) 4522922;4522831 , Faks : 4571426. Email:
[email protected] 5. Sistematika Artikel: 1. Pendahuluan; 2. Metode Penelitian; 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan; 4. Simpulan dan Saran; 5. Daftar Pustaka. 6. Pedoman Penulisan: Judul artikel dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris Mencantumkan (nama penulis tanpa gelar kesarjanaan, lembaga unit kerja, dan email peneliti) Abstrak berisikan (tujuan, metode, dan kesimpulan hasil penelitian) dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu paragraf dengan jumlah kata maksimum 200 kata. Pendahuluan berisi (masalah, tinjauan pustaka, rumusan masalah tanpa tanda tanya, dan hal-hal lain yang dianggap penting tanpa sub-judul). Metode penelitian dibuat secara rinci, singkat, dan jelas. Hasil dan pembahasan berisikan hasil penelitian dan pembahasan yang didukung oleh tinjauan pustaka dimana masing-masing dibuat dalam sub-judul. Simpulan dan saran masing-masing dalam sub-judul yang berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian. Daftar pustaka hanya “yang dikutip” saja dengan mengacu pada PAP sebagai berikut: - Untuk Buku: nama belakang, nama depan, tahun, judul buku, kota tempat penerbitan, dan penerbit. - Untuk periodikal: nama belakang, nama depan, tahun, judul tulisan, nama periodikal, vol. (nomor), nomor halaman. 7. Redaksi berwewenang menyunting artikel tanpa mengubah isi dan tujuannya.