Jurnal Mina Laut Indonesia
Vol. 03 No. 12 Sep 2013
(22 – 35)
ISSN : 2303-3959
Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Strain Hijau Melalui Seleksi Klon Dengan Menggunakan Metode Vertikultur (Periode I - III) The Effect of Different Hanging Rope and of Different Plant Distance on Growth and Content of Carrageenan Seaweed through Green Strains Kappaphycus alvarezii Clone Selection Using Verticulture Method (1 st – III nd Period) La Ode Muhammad Rujiman*, La Ode Muh. Aslan**, dan Kadir Sabilu*** Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Halu Oleo Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232
E-mail :
[email protected]*,
[email protected] **,
[email protected]***
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut strain hijau (K. alvarezii) yang ditanam dalam metode vertikultur dengan dengan jarak tali gantung dan jarak tanam yang berbeda melalui seleksi klon di desa Toli-toli kecamatan Lalonggasumeeto kabupaten Konawe periode I-III. Penelitian berlangsung selama lebih kurang 3 bulan (Juli-Oktober 2012). Dalam penelitian ini digunakan dua faktor yaitu, Jarak tali gantung (100 cm, 150 cm, dan 200 cm) dan Jarak tanam (15 cm, 20 cm, dan 25 cm). Sebagai parameter uji pertumbuhan adalah Pertumbuhan Mutlak (PM), Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS) dan kadar karaginan (Kr) dan dianalisis menggunakan ANOVA. Berdasarkan hasil penelitian ini, Pertumbuhan mutlak rumput laut terbaik pada periode I faktor A jarak tali gantung 200 cm (63,61g), dan faktor B jarak tanam 20 cm (66,47g). Pada klon F(II) A jarak tali gantung 200 cm (71,89g), dan faktor B jarak tanam 20 cm (69,97g). Pada periode III A jarak tali gantung 200 cm (23,27g), dan faktor B jarak tanam 20 cm (16,74g). Terjadi interaksi kombinasi antara faktor A dan faktor B pada klon F(I) memberikan pengaruh nyata. Laju pertumbuhan spesifik rumput laut terbaik pada periode I faktor A jarak tali gantung 150 cm (3,68%), dan faktor B jarak tanam 20 cm (3,26%). Pada periode II A jarak tali gantung 200 cm (3,34%), dan faktor B jarak tanam 20 cm (3,37%). Pada periode III A jarak tali gantung 200 cm (1,53%), dan faktor B jarak tanam 25 cm (1,15). Terjadi interaksi kombinasi antara faktor A dan faktor B pada periode I memberikan pengaruh nyata. Kadar karaginan rumput laut terbaik pada periode I faktor A jarak tali gantung 200 cm (42,91%), dan faktor B jarak tanam 15 cm (42,80%). Pada periode II A jarak tali gantung 200 cm (45,20%), dan faktor B jarak tanam 20 cm (44,07%). Pada periode III A jarak tali gantung 150 cm (54,23%), dan faktor B jarak tanam 20 cm (55,20%). Adanya perbedaan yang nyata antar taraf faktor pemeliharaan rumput laut disebabkan oleh pengaruh beberapa kondisi lingkungan pada lapisan perairan. Kata Kunci: Seleksi klon, K. alvarezii, strain hijau, jarak tali gantung, jarak tanam, metode vertikultur
Abstract This study aimed to determine the growth of green seaweed strains (K. alvarezii) planted in vertikultur method with the rope hanging distance and different spacing through the selection of clones in the village district toli toli lalonggasumeeto Konawe period I-III. The research lasted for approximately 3 months (July-October 2012). In this study, the two factors, namely, Distance strap hanging (100 cm, 150 cm, and 200 cm) and spacing (15 cm, 20 cm, and 25 cm). As the growth of the test parameters is Absolute Growth (PM), Specific Growth Rate (LPS) and levels of carrageenan (Kr) and analyzed using ANOVA. Based on these results, the absolute best seaweed growth in clones period I A distance factor hanging rope 200 cm (63.61 g), and factor B spacing of 20 cm (66.47 g). In period II A distance of 200 cm strap hanging (71.89 g), and factor B spacing of 20 cm (69.97 g). In periode III A distance of 200 cm strap hanging (23.27 g), and factor B spacing of 20 cm (16.74 g). Combination interaction between factors A and factor B in period I gives a real effect. Specific growth rate of seaweed best in periode I A distance factor hanging rope 150 cm (3.68%), and factor B spacing of 20 cm (3.26%). In period II A distance of 200 cm strap hanging (3.34%), and factor B spacing of 20 cm (3.37%). In period III A distance of 200 cm strap hanging (1.53%), and factor B spacing of 25 cm (1,15). Combination interaction between factors A and factor B in period I gives a real effect. Levels of carrageenan seaweed best in period I A distance factor hanging rope 200 cm (42.91%), and factor B spacing of 15 cm (42.80%). In period II A distance of 200 cm strap hanging (45.20%), and factor B spacing of 20 cm (44.07%). In period III A distance of 150 cm strap hanging (54.23%), and factor B spacing of 20 cm (55.20%). Real differences between sea level lawn maintenance factor caused by the influence of some environmental conditions on the water layer. Concentration of pest animals and herbivorous marine nutrient elements become the main cause of the discrepancy. Keywords: Clone selection, K. alvarezii, seaweed green strains, distance rope hanging and spacing, the methods vertikultur Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
22
Pendahuluan Kajian dari keunggulan strain unggul rumput laut di Indonesia belum banyak dilakukan. Padahal Muñoz, et al (2004), dan Hung et al., (2008) telah menemukan adanya perbedaan tingkat pertumbuhan dan kadar karaginan dan kualitas karaginan (kekuatan gel dan viskositas) yang berbeda pada tiga strain hijau, coklat dan merah pada rumput laut jenis K. alvarezii. Aslan (2011b) menyatakan bahwa dari tiga strain yang ada, strain hijau memiliki keunggulan pertumbuhan, kadar karaginan dan daya tahan dibanding dengan 2 strain lainnya. Bibit rumput laut umumnya diperoleh dengan cara vegetatif yang berlangsung berulangulang sehingga menyebabkan penurunan pertumbuhan dan rendahnya kadar karaginan (Hurtado dan Cheney, 2003). Untuk mendukung produksi rumput laut yang tinggi dan berkualitas diperlukan upaya pengembangan bibit unggul. Di sisi lain, seleksi klon merupakan cara pembudidayaan yang mampu memaksimalkan lahan dengan penggunaan metode vertikultur (Aslan, 2011). Menurut Pong-Masak (2010), budidaya rumput laut K. alvarezii dengan metode long line selama ini hanya memanfaatkan luas permukaan air. Sementara dengan menggunakan metode vertikultur dapat memanfaatkan kolom perairan sampai batas kecerahan perairan. Selain dari sisi produksi, metode vertikultur mampu menghemat lahan. Dengan demikian, vertikultur dapat menjadi solusi dalam mengatasi lahan perairan di sentra-sentra pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang berapa jarak tanam dan jarak tali gantung yang dapat menghasilkan pertumbuhan dan kadar karaginan terbaik pada rumput laut varietas hijau. Sehingga dari hasil penelitian ini, dapat diketahui jarak tali gantung dan jarak tanam berapa pertumbuhan dan kualitas rumput laut jenis K. alvarezii varietas hijau yang optimal dan berkualitas dengan menggunakan metode vertikultur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak tali gantung dan jarak tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar karaginan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) strain hijau melalui seleksi klon dengan menggunakan metode vertikultur pada periode I III. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi masyarakat khususnya para petani rumput laut dan kajian Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
atau langkah awal untuk penelitian selanjutnya tentang mendapatkan bibit rumput laut yang unggul untuk meningkatkan produksi. Bahan dan Metode Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober tahun 2012. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian lapang dan dilanjutkan dengan analisis laboratorium. Lokasi penelitian lapang di perairan pantai Desa Toli Toli Kecamatan Lalongasumeeto Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, sedangkan analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Unit Nutrisi dan Pakan Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo. Alat-alat yang digunakan di lapangan pada penelitian ini yaitu: termometer, hand refraktometer, Sechi disk, bola pelampung, perahu, botol akua bekas sebagai pelampung, tali polythilen (nilon/ris), jangkar beton/batu. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rumput laut K. alvarezii strain hijau yang diperoleh dari petani budidaya rumput laut di Desa Lemo Bajo Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara untuk diteliti. a. Persiapan Bibit Strain rumput laut K. alvarezii warna hijau yang digunakan dalam seleksi klon berasal dari petani rumput laut di Desa Lemo Bajo, Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Bibit yang telah disiapkan ditimbang dengan berat awal 40 g dengan masing-masing jarak tali gantung 100, 150, 200 cm dan jarak tanam 15, 20, 25 cm. Pemasangan bibit rumput laut menggunakan metode vertikultur. b. Seleksi Klon Proses seleksi klon rumput laut K. alvarezii dilaksanakan dengan prosedur yang telah dideskripsikan pada tinjauan pustaka. Klon rumput laut masing-masing strain dipelihara selama 30 hari. Klon hasil budidaya tersebut dianalis pertumbuhannya. Klon-klon rumput laut K. alvarezii dari masing-masing strain yang mempunyai laju pertumbuhan spesifik (LPS) tertinggi akan digunakan sebagai bibit pada pemeliharaan periode II, sedangkan klon yang lainnya tidak akan digunakan lagi.
23
Gambar 1. Metode Seleksi Klon Rumput Laut. c. Metode Penanaman Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode vertikultur model tali gantung. Perlakuan yang diujikan pada penelitian ini terdiri dari 3 perlakuan dan 4 kali ulangan sehingga jumlah sampel di lapangan ada 36 unit satuan percobaan. Penanaman rumput laut pada metode vertikultur dengan jarak tali gantung yang digunakan untuk setiap bibit rumpun yaitu 100 cm, 150 cm dan 200 cm tiap perlakuan, sedangkan penanaman rumput laut pada metode vertikultur digunakan jarak tanam yang berbeda yaitu 15, 20 dan 25 cm tiap perlakuan dengan perairan yang sama, sedangkan berat bibit vertikultur yang digunakan yaitu 40 g tiap perlakuan. Pemeliharaan budidaya; organisme rumput laut yang telah ditanam akan ditumbuhkan secara alami selama 30 hari. Selama masa pemeliharaan tersebut dilakukan pengontrolan organisme uji, baik terhadap gangguan hama, kotoran yang melekat maupun terhadap kendornya ikatanikatan bibit dan tali bentang serta jangkar budidaya. Pengintrolan gangguan ini dilakuakan sedikitnya setiap 2 hari selama III periode. d. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Rancangan Faktorial yang terdiri dari 2 faktor A (Jarak tali gantung) faktor B ( jarak tanam) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan. Masingmasing faktor dan tarafnya sebagai berikut : Faktor A (Jarak tali gantung) adalah sebagai berikut : Taraf A1 = 100 cm; Taraf A2 = 150 cm ; Taraf A3 = 200 cm. Faktor B (jarak tanam) adalah sebagai berikut : Taraf B1 = 15 cm; Taraf B2 = 20 cm; Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
Taraf B3 = 25 cm. Model linier yang digunakan dalam Rancangan percobaan menurut Gasperz (1994) adalah sebagai berikut : Yijk= µ + ai+ βj + (aβ)ij + Eijk Dimana : Yijk = Nilai pengamatan pada satuan percobaan ke- k yang memperoleh kombinasi perlakuan i (taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B) µ = Nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya); ai = Pengaruh aditif taraf ke- i dari faktor A βj = Pengaruh aditif taraf ke-j dari faktor B (aβ)ij = Pengaruh interaksi taraf ke–i faktor A dan taraf ke–j faktor B; Eijk = Pengaruh galat dari suatu percobaan kek yang memperoleh kombinasi perlakuan uji. Parameter yang Diamati 1. Pertumbuhan Mutlak Untuk menghitung pertumbuhan mutlak tanaman uji digunakan rumus Effendi (2003) yaitu : G = Wt - Wo Keterangan : G = Pertumbuhan Mutlak Rata-Rata; Wt = Berat Bibit Pada Akhir Penelitian (g); Wo = Berat Bibit Pada Awal Penelitian (g). 2. Laju Pertumbuhan Spesifik LPS diukur selama 45 hari, terhitung dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Menurut Dawes et al., (1994), LPS dapat dihitung dengan menggunakan rumus : SGR = Ln Wt - Ln Wo X 100% t Dimana: SGR = Laju pertumbuhan spesifik (%); Wt = Berat rumput laut pada waktu t (g); 24
Wo t
= Berat rata-rata bibit pada waktu awal (g); = Periode pengamatan (hari).
3. Kadar Karagenan Untuk menentukan kadar karaginan digunakan rumus Munoz, et al., (2004) yaitu : 𝑊𝑐 𝐾𝑟 = 𝑋 100% 𝑊𝑚 Dengan : Kr = Kadar karaginan (%); Wc = Berat karaginan ekstrak (g). Wm = Berat rumput laut kering (g) Untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan terhadap variabel yang akan diamati maka dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA). Jika analisis menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan uji Duncan dengan taraf kepercayaan 95%. Untuk memudahkan, digunakan software statistika (SPSS).
PM (g)
A
80 60
a
b
a
c
Hasil A. Pertumbuhan Mutlak Bedasarkan hasil penelitian pertumbuhan mutlak tertinggi pada Periode I jarak tali gantung 200 cm (63,61g), kemudian pada jarak tali gantung 150 cm (60,92g), dan yang terendah pada jarak tali gantung 100 cm (55,56g). Pertumbuhan mutlak rata-rata tertinggi pada Periode II, jarak tali gantung 200 cm (71,89g), kemudian pada jarak tali gantung 150 cm (68,76g), dan yang terendah pada jarak tali gantung 100 cm (68,32g). Pertumbuhan mutlak rata-rata tertinggi pada Periode III, jarak tali gantung jarak tali gantung 200 cm (23,27g), kemudian pada jarak tali gantung 150 cm (13,27g), dan yang terendah pada jarak tali gantung 100 cm (11,17g). Hasil rata-rata pertumbuhan mutlak rumput laut faktor A (jarak tali gantung) pada Periode I, Periode II, dan Periode III dapat dilihat pada Gambar 2.
a
a
40 c
20
d
0 Periode I
Periode II
Periode III
d
JTG 100 JTG 150 JTG 200
Jarak Tali Gantung
Gambar 2. Histogram Pertumbuhan Mutlak K. alvarezii berdasarkan Faktor A (jarak tali gantung) pada setiap periode Berdasarkan analisis ANOVA cm, jarak tali gantung 150 cm, dan jarak tali pertumbuhan mutlak rumput laut pada Periode I gantung 200 cm, masing-masing taraf memberikan pengaruh nyata, sehingga memberikan pengaruh tidak nyata atau tidak dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan berbeda nyata terhadap taraf. menunjukan bahwa jarak tali gantung 200 cm Berdasarkan analisis ANOVA berbeda nyata dengan jarak tali gantung 150 cm, pertumbuhan mutlak rumput laut pada Periode III dan jarak tali gantung 100 cm. Jarak tali gantung memberikan pengaruh nyata, sehingga 150 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tali dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan gantung 200 cm, namun berbeda nyata dengan menunjukan bahwa jarak tali gantung 200 cm jarak tali gantung 100 cm. Jarak tali gantung 200 berbeda nyata dengan jarak tali gantung 150 cm, cm berbeda nyata dengan jarak tali gantung 100 dan jarak tali gantung 100 cm. Masing-masing cm, namun tidak berbeda nyata denga jarak tali taraf memberikan pengaruh nyata atau berbeda gantung 150 cm. nyata. Berdasarkan analisis ANOVA B. Jarak Tanam pertumbuhan mutlak rumput laut pada Periode II Bedasarkan hasil penelitian pertumbuhan memberikan pengaruh tidak nyata, sehingga tidak mutlak tertinggi pada Periode I jarak tanam 20 dilanjutkan uji Duncan. Jarak tali gantung 100 Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
25
cm (63,47 g), kemudian pada jarak tanam 25 cm (63,95 g), dan yang terendah pada jarak tanam 15 cm (49,66 g). Pertumbuhan mutlak tertinggi pada Periode II jarak tanam 20 cm (93,97 g), kemudian pada jarak tanam 25 cm (69,80 g), dan yang terendah pada jarak tanam 15 cm (69,20 g).
B
80
PM (g)
60
b
b
Pertumbuhan mutlak tertinggi pada Periode III, jarak tanam 25 cm (16,74 g), kemudian pada jarak tanam 15 cm (15,69 g), dan yang terendah pada jarak tanam 20 cm (15,27 g). Hasil rata-rata pertumbuhan mutlak rumput laut faktor B (jarak anam) pada Periode I, Periode II, dan, Periode III dapat dilihat pada Gambar 3. a
a
a
a
40
JT 15 c
20
c
d
JT 20 JT 25
0 Periode I
Periode II
Periode III
Jarak Tanam
Gambar 3. Histogram Pertumbuhan K. alvarezii berdasarkan Faktor B (jarak tanam) pada setiap periode. Berdasarkan analisis ANOVA pertumbuhan mutlak rumput laut pada Periode I memberikan pengaruh nyata, sehingga dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tanam 15 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm, dan jarak tanam 25 cm. Jarak tanam 20 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 25 cm, namun berbeda nyata dengan jarak tanam 15 cm. Jarak tanam 25 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 15 cm, namun tidak berbeda nyata denga jarak tanam 25 cm. Berdasarkan analisis ANOVA pertumbuhan mutlak rumput laut pada Periode II memberikan pengaruh tidak nyata, sehingga tidak dilanjutkan uji Duncan. Jarak tanam 15 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm dan 25 cm. masing-masing taraf tidak memberikan pengaruh nyata atau tidak berbeda nyata. Berdasarkan analisis ANOVA pertumbuhan mutlak rumput laut pada Periode III memberikan pengaruh nyata, sehingga dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tanam 15 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm, namun berbeda nyata dengan jarak tanam 25 cm. Jarak tanam 20 cm berbeda nyata dengan jarak tanam
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
25 cm, namun tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 15 cm. jarak tanam 25 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 15 cm dan jarak tanam 20 cm. A. Laju Pertumbuhan Spesifik
1. Jarak Tali Gantung Bedasarkan hasil penelitian laju pertumbuhan spesifik tertinggi pada Periode I jarak tali gantung 200 cm (3,16%), kemudian pada jarak tali gantung 150 cm (3,68%), dan yang terendah pada jarak tali gantung 100 cm (2,90%). Laju pertumbuhan spesifik rata-rata tertinggi pada Periode II, jarak tali gantung 200 cm (3,42%), kemudian pada jarak tali gantung 150 cm (3,33%), dan yang terendah pada jarak tali gantung 100 cm (3,30%). Laju pertumbuhan spesifik rata-rata pada Periode III, jarak tali gantung jarak tali gantung 200 cm (1,53%), kemudian pada jarak tali gantung 150 cm (0,96%), dan yang terendah pada jarak tali gantung 100 cm (0,82%). Hasil rata-rata laju pertumbuhan spesifik rumput laut faktor A (jarak tali gantung) pada Periode I, Periode II, dan Periode III dapat dilihat pada Gambar 4.
26
5.0
LPS (%)
4.0 3.0
JTG 100
2.0 1.0
JTG 150 JTG 200
Periode I
0.0 10
20
30
10
20
30
10
20
30
Masa Pemeliharaan (Hari)
Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik K. alvarezii berdasarkan Faktor A (jarak tali gantung) pada setiap periode. Berdasarkan analisis ANOVA laju pertumbuhan spesifik rumput laut Periode I pada faktor A (jarak tali gantung), menunjukan adanya pengaruh yang nyata, sehingga dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tali gantung 100 cm berbeda nyata dengan jarak tali gantung 150 cm, dan jarak tali gantung 200 cm. Jarak tali gantung 150 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tali gantung 200 cm, namun berbeda nyata dengan jarak tali gantung 100 cm. Berdasarkan analisis ANOVA laju pertumbuhan spesifik rumput laut Periode II pada faktor A (jarak tali gantung), menunjukan adanya pengaruh yang tidak nyata, sehingga tidak dilakukan uji Duncan. Berdasarkan analisis ANOVA laju pertumbuhan spesifik rumput laut Periode III faktor A (jarak tali gantung), menunjukan adanya pengaruh yang nyata, sehingga dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tali gantung 100 cm berbeda nyata dengan jarak tali gantung 150 cm, dan jarak tali gantung
200 cm. Masing-masing taraf memberikan pengaruh nyata atau berbeda nyata.
2. Jarak Tanam Bedasarkan hasil penelitian laju pertumbuhan spesifik tertinggi pada Periode I faktor B (jarak tanam) adalah jarak tanam 20 cm (3,26%), kemudian pada jarak tanam 25 cm (3,17%), dan yang terendah pada jarak tanam 15 cm (2,69%). Laju pertumbuhan spesifik tertinggi pada Periode II jarak tanam 20 cm (3,37%), kemudian pada jarak tanam 25 cm (3,34%), dan pada jarak tanam 15 cm (3,34%). Laju pertumbuhan spesifik tertinggi pada klon Periode III, jarak tanam 25 cm (1,15%), kemudian pada jarak tanam 15 cm (1,09%), dan yang terendah pada jarak tanam 20 cm (1,07%). Hasil rata-rata laju pertumbuhan spesifik rumput laut faktor B (jarak tanam) pada periode I, II, dan III dapat dilihat pada Gambar 5.
5 LPS (%)
4 3
JT 15
2
JT 20
1
Periode II
Periode I
0 10
20
30
JT 25
Periode III
10 20 30 10 Masa Pemelihaaran (Hari)
20
30
Gambar 5. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik K. alvarezii berdasarkan Faktor B (jarak tanam) pada setiap periode. Berdasarkan analisis ANOVA laju pertumbuhan spesifik rumput laut pada Periode I memberikan pengaruh nyata, sehingga Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tanam 15 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm, dan jarak 27
tanam 25 cm. Jarak tanam 20 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 25 cm, namun berbeda nyata dengan jarak tanam 15 cm. Jarak tanam 25 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 15 cm, namun tidak berbeda nyata denga jarak tanam 25 cm. Berdasarkan analisis ANOVA laju pertumbuhan spesifik rumput laut pada Periode II jarak tanam memberikan pengaruh tidak nyata, sehingga tidak dilanjutkan uji Duncan. Jarak tanam 15 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm dan 25 cm. masing-masing taraf tidak memberikan pengaruh nyata atau tidak berbeda nyata. Berdasarkan analisis ANOVA laju pertumbuhan spesifik rumput laut pada klon Periode III memberikan pengaruh nyata, sehingga dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tanam 15 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm, namun berbeda nyata dengan jarak tanam 25 cm. Jarak tanam 20 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 25 cm, namun tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 15 cm. jarak tanam 25 cm berbeda
A
nyata dengan jarak tanam 15 cm dan jarak tanam 20 cm.
3. Kadar Karaginan Bedasarkan hasil penelitian kadar karaginan tertinggi pada Periode I jarak tali gantung 200 cm (42,76%), kemudian pada jarak tali gantung 150 cm (40,83%), dan yang terendah pada jarak tali gantung 100 cm (40,76%). Kadar karaginan rata-rata tertinggi pada Periode II, jarak tali gantung 200 cm (45,20%), kemudian pada jarak tali gantung 100 cm (43,09%), dan yang terendah pada jarak tali gantung 150 cm (43,03%). Kadar karaginan rata-rata pada Periode III, jarak tali gantung jarak tali gantung 150 cm (54,23%), kemudian pada jarak tali gantung 100 cm (53,79%), dan yang terendah pada jarak tali gantung 200 cm (53,58%). Hasil rata-rata kadar karaginan rumput laut faktor A (jarak tali gantung) pada Periode I, Periode II, dan Periode III dapat dilihat pada Gambar 6.
70 a
Karaginan (%)
60 50
a
a
c
b
a
a
d
c
40 JTG 100
30 20
JTG 150
10
JTG 200
0 Periode I
Periode II
Periode III
Jarak Tali Gantung
Gambar 6. Histogram Kadar Karaginan K. alvarezii berdasarkan Faktor A (jarak tali gantung) pada setiap periode. Berdasarkan analisis ANOVA kadar karaginan rumput laut pada Periode I memberikan pengaruh nyata, sehingga dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tali gantung 100 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tali gantung 150 cm, namun berbeda nyata dengan jarak tali gantung 200 cm. Jarak tali gantung 150 cm berbeda nyata dengan jarak tali gantung 200 cm, namun tidak berbeda nyata dengan jarak tali gantung 100 cm. Jarak tali gantung 200 cm berbeda nyata dengan jarak tali gantung 100 cm, dan jarak tali gantung 150 cm. Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
Berdasarkan analisis ANOVA kadar karaginan rumput laut pada Periode II memberikan pengaruh nyata, sehingga dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tali gantung 100 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tali gantung 150 cm, namun berbeda nyata dengan jarak tali gantung 200 cm. Jarak tali gantung 150 cm berbeda nyata dengan jarak tali gantung 200 cm, namun tidak berbeda nyata dengan jarak tali gantung 100 cm. Jarak tali gantung 200 cm berbeda nyata dengan jarak tali gantung 100 cm, dan jarak tali gantung 150 cm. 28
Berdasarkan analisis ANOVA kadar karaginan rumput laut pada Periode III memberikan pengaruh tidak nyata, sehingga tidak dilakukan uji Duncan. Jarak tali gantung 100 cm, 150 cm, dan 200 cm memberikan pengaruh yang tidak nyata atau tidak berbeda nyata. Bedasarkan hasil penelitian kadar karaginan tertinggi pada Periode I jarak tanam 15 cm (42,80%), kemudian pada jarak tanam 20 cm (41,31%), dan yang terendah pada jarak tanam 25 cm (40,39%).
B
Kadar karaginan tertinggi pada Periode II jarak tanam 20 cm (44,07%), kemudian pada jarak tanam 15 cm (43,75%), dan yang terendah pada jarak tanam 25 cm (43,50%). Kadar karaginan tertinggi pada Periode III, jarak tanam 20 cm (55,20%), kemudian pada jarak tanam 15 cm (53,84%), dan yang terendah pada jarak tanam 25 cm (52,57%). Hasil rata-rata kadar karaginan rumput laut faktor B (jarak tanam) pada Periode I, Periode II, dan Periode III dapat dilihat pada Gambar 7.
70 c
Karaginan (%)
60 50
a
b
c
a
a
d
e
a
40 30
JT 15
20
JT 20
10
JT 25
0 Periode I
Periode II
Periode III
Jarak Tanam
Gambar 7. Histogram Kadar Karaginan K. alvarezii berdasarkan Faktor B (jarak tanam) pada setiap periode Berdasarkan analisis ANOVA kadar karaginan rumput laut pada Periode I memberikan pengaruh nyata, sehingga dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tanam 15 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm, dan jarak tanam 25 cm. Masing-masing taraf berbeda nyata terhadap kadar karaginan. Berdasarkan analisis ANOVA kadar karaginan rumput laut pada Periode II memberikan pengaruh tidak nyata, sehingga tidak dilanjutkan uji Duncan. Jarak tanam 15 cm tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm dan 25 cm. masing-masing taraf tidak memberikan pengaruh nyata atau tidak berbeda nyata terhadap kadar karaginan. Berdasarkan analisis ANOVA kadar karaginan rumput laut pada Periode III memberikan pengaruh nyata, sehingga dilanjutkan uji Duncan. Hasil uji Duncan menunjukan bahwa jarak tanam 15 cm berbeda nyata dengan jarak tanam 20 cm, dan jarak tanam 25 cm. masing-masing taraf tidak memberikan pengaruh nyata atau tidak berbeda nyata. Pembahasan Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
A. Pertumbuhan Mutlak Rata-rata pertumbuhan mutlak periode I pada jarak tali gantung terjadi peningkatan. Pada jarak tali gantung 200 cm mengalami peningkatan pertumbuhan dan penurunan pertumbuhan pada jarak tali gantung 150 cm dan jarak tali gantung 100 cm. Hal ini diduga bahwa jarak tali gantung 200 cm merupakan jarak ideal yang digunakan selain mempengaruhi lalu lintas pergerakan nutrien juga akan menghindari terkumpulnya kotoran pada thallus yang akan membantu pengudaraan. Hal ini disebabkan karena persaingan antara thallus dalam hal pemenuhan kebutuhan penyerapan intensitas cahaya matahari, zat hara dan ruang gerak sangat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Rasyid (2000), bahwa pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal antara lain jenis, bagian thallus dan umur sedangkan faktor rinternal antara lain lingkungan fisik dan kimia perairan. Hal ini sesuai dengan pernyataan PongMasak, dkk., (2011) yang menyatakan bahwa, metode seleksi klon merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan pertumbuhan yang lebih tinggi. Menurut Paula dan Pereira 29
(2003), ada pengaruh musiman terhadap pertumbuhan rumput laut dimana pertumbuhan tertinggi diperoleh pada musim panas (JanuariMei) sedangkan pertumbuhan terendah diperoleh pada musim dingin (Juni-Desember). Menurunnya pertumbuhan mutlak pada periode III disebabkan oleh terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara dan adanya kotoran-kotoran yang menempel pada thallus rumput laut yang dapat menghambat rumput laut untuk berfotosintesis. Selain itu, ikan-ikan herbivora juga menjadi hama yang menyebabkan pertumbuhan rumput laut tiap minggunya semakin menurun. Sependapat dengan pernyataan Ahmad (2006) yang mengemukakan bahwa salah satu hama makro dalam budidaya rumput laut adalah serangan ikan-ikan herbivora seperti ikan baronang (Siganus sp.). Selain jarak tali gantung parameter kualitas air juga mempengaruhi pertumbuhan rumput laut misalnya suhu dan salinitas. Salinitas selama penelitian berkisar antara 30-35 ppt. Salinitas 35 ppt ditemukan pada periode III mengakibatkan rumput laut terserang panyakit ice-ice diduga disebabkan akibat salinitas yang tinggi. Kurniastuty dkk., (2001) bahwa kualitas air yang cocok untuk rumput laut K. alvarezii adalah salinitas 29-34 ppt. Suhu selama penelitian berkisar antara 27-30oC Nilai ini masih dalam batas yang bisa ditolerir oleh rumput laut K. alvarezzi sebagaimana yang dikemukakan oleh Kordi (2010) menyatakan bahwa suhu air yang cocok untuk rumput laut K. alvarezzi antara 2030 oC. Hasil pengukuran salinitas pada periode I berkisar 30-31 ppt, dan pada periode II berkisar 30-34 ppt, selanjutnya pada periode III 32-35 ppt. Thamrin (2011) selama proses penelitian rumput laut pada perairan yang sama yaitu di Desa Toli Toli, kisaran salinitas yang diperoleh 25-33 ppt. Perbedaan ini diakibatkan selama proses penelitian kondisi cpeuaca yang tidak menentu sehingga mempengaruhi salinitas di perairan. Penurunan salinitas akibat air tawar yang masuk akan menyebabkan rumput laut menjadi tidak normal. Salinitas yang dianjurkan untuk budidaya rumput laut K. alvarezzi adalah 28-35 ppt. Salinitas berperan penting bagi organisme laut terutama dalam mengatur tekanan osmose yang ada dalam tubuh organisme dengan lingkungannya. Salinitas tinggi terjadi jika curah hujan yang turun di suatu perairan kurang yang menyebabkan penguapan tinggi. Sebaliknya, jika curan hujan tinggi maka penguapan berkurang dan salinitas menjadi rendah. Neish (2005), Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
menyatakan faktor-faktor yang mempenyengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini adalah penyerapan panas (heat fluks), curah hujan (presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkulasi arus. Pertumbuhan mutlak hasil klon tertinggi pada periode I, periode II, dan periode III terdapat pada jarak tanam 20 cm, kemudian jarak tanam 25 cm, dan terndah jarak tanam 15 cm. Hasil penelitian menunjukan bahwa jarak tanam yang optimal adalah jarak tanam 20 cm. Hal ini diduga nampak adanya sedikitnya persaingan untuk memperoleh unsur hara. Hal ini diduga karena ketersediaan nutrien dalam kolom perairan relatif berdistribusi homogen, sehingga peluang bibit rumput laut dalam memperoleh nutrien juga relatif sama. Menurut Masyahoro dan Mappiratu (2009), rumput laut yang memperoleh suplay nutrien yang banyak akan mempercepat pertumbuhannya. Selain itu, kemampuan bioekologi bibit rumput laut yang dibudidayakan relatif sama untuk beradaptasi terhadap dinamika kondisi perairan, khususnya parameter oseanografi yang meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut, derajat keasaman, kecerahan, kecepatan arus dan gelombang yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut. Hasil ini berbanding dengan pernyataan Prihaningrum, dkk (2001) bahwa pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh jarak ikat bibit yang berhubungan dengan persatuan luas lahan, dimana semakin luas jarak tanam maka semakin luas lalu lintas pergerakan air. Dimana kecarahan pada masa pemeliharaan berkisar antara 6–7 m dengan kedalaman berkisar antara 20-23 m. Berdasarkan metode yang digunakan (vertikultur), faktor penting yang menentukan kebehasilannya adalah tingkat cahaya yang masuk di perairan yang berperan dalam fotosintesis Pong-Masak (2011). Hasil pengukuran kecepatan arus pada periode I berkisar antara 0,45-0,64 cm/dtk, dan periode II 0,54-0,82 cm/dtk, selanjutnya pada periode III 0,65-0,82 cm/dtk. Dimana saat penelitian ini dilakukan arus atau pergerakan air tidak menentu dalam hal ini biasanya arus terlihat kencang dan biasanya arus terlihat tenang. Kondisi tersebut masih dalam kemampuan rumput laut dalam menyuplai unsur hara yang dibutuhkan rumput laut. Neish (2005), menyatakan bahwa pergerakan air menolong membersihkan tanaman, menghadirkan nutrisi yang baru, menyingkirkan sisa-sisa metabolisme dan gaya/kekuatan hidroliknya juga merangsang pertumbuhan tanaman. Kecepatan arus 30
merupakan salah satu faktor pendukung dalam penyerapan unsur hara, dimana pergerakan air sangat berfungsi untuk mensuplai zat hara dan membersikan kotoran yang menempel pada rumput laut. Terjadinya arus merupakan akibat dari adanya pasang surut maupun karena angin dan ombak dimana kecepatan arus yang baik untuk budidaya adalah 20-40 cm/dtk (Parenrengi, dkk., 2010). Terjadi interaksi antara kombinasi Faktor A (jarak tali gantung) dan Faktor B (jarak tanam) pada periode I dan periode III, memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga karena ketersediaan nutrien dalam kolom perairan relatif berdistribusi homogen, sehingga peluang bibit rumput laut dalam memperoleh nutrien juga relatif sama. Menurut Masyahoro dan Mappiratu (2009), rumput laut yang memperoleh suplay nutrien yang banyak akan mempercepat pertumbuhannya. Selain itu, kemampuan bioekologi bibit rumput laut yang dibudidayakan relatif sama untuk beradaptasi terhadap dinamika kondisi perairan, khususnya parameter oseanografi yang meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut, derajat keasaman, kecerahan, kecepatan arus dan gelombang yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut. Hasil pengukuran kecarahan pada periode I bekisar 6-7 m, dan periode II berkisar 6–7 m, selanjutnya pada periode III 6–7 m. Kisaran tersebut masih mampu memberikan pertumbuhan yang baik bagi rumput laut. Berdasarkan metode yang digunakan (vertikultur), faktor penting yang menentukan kebehasilannya adalah tingkat cahaya yang masuk di perairan yang berperan dalam fotosintesis. Pong-Masak (2010) menyatakan penerapan vertikultur harus mempertimbangkan batas optimal kecerahan dalam suatu kawasan perairan (batas 10 m). Selanjutnya Yusuf (2004) mengemukakan bahwa cahaya matahari adalah faktor utama yang sangat dibutuhkan oleh rumput laut. Pada kedalaman air pada intensitas cahaya matahari yang sangat rendah, rumput laut tidak dapat hidup karena tidak dapat melakukan fotosintesis. B. Laju Pertumbuhan Spesifik Laju pertumbuhan spesifik jarak tali gantung memiliki pola yang sama atau cenderung datar. Pada periode I dan periode II pertumbuhan rumput laut mengalami kenaikan hal ini disebabkan karena telah masuk pada fase pertumbuhan logaritmic (fase pertumbuhan cepat) diperkirakan nampak adanya persaingan untuk memperoleh unsur hara. Selain itu juga Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
tidak lepas dari kualitas perairan selama penelitian yakni suhu yang berkisar antara 27300C hal ini masih ditolerir oleh rumput laut sehingga pertumbuhannya meningkat. Sedangkan pada periode III cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya persaingan dalam memperoleh unsur hara dan banyaknya hewan-hewan herbivora yang menempel pada tali dan rumput laut kemudian hewan tersebut memakan pada bagian thallus-thallus rumput laut. Rumput laut kembali mengalami pertumbuhan dimana kondisi perairan mulai stabil sedangkan penurunan disebabkan karena pertumbuhan rumput laut telah mencapai titik maksimal pertumbuhan dan kembali normal. Pertumbuhan rumput laut akan terus meningkat sampai suatu saat pertumbuhan tersebut terhenti. Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan dan pembesaran sel sudah sampai pada batas tertinggi pada kondisi optimumnya (Rasyid dkk., 2000). Perbedaan jarak tanam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap laju pertumbuhan spesifik rumput laut. Rata-rata laju pertumbuhan spesifik hasil klon rumput laut pada periode I diperoleh nilai tertinggi pada jarak tanam 20 cm, kemudian jarak tanam 25 cm, dan terendah pada jarak tanam 15 cm, periode II diperoleh nilai tertinggi pada jarak tanam 20 cm, kemudian jarak tanam 25 cm, dan terendah pada jarak tanam 15 cm, periode III diperoleh nilai tertinggi pada jarak tanam 25 cm, kemudian jarak tanam 15 cm, dan terendah pada jarak tanam 20 cm. Jarak tanam yang terbaik didapatkan pada jarak 20 cm dibandingkan jarak 15 dan 25 cm. Hal ini diduga karena pada saat arus yang ada di perairan, rumput laut akan selalu mengalami gesekan antara bibit yang satu dengan yang lainnya yang berada disekitar budidaya sehingga dapat menghindari terkumpulnya kotorankotoran, Hasil ini berbanding dengan pernyataan Prihaningrum, dkk (2001) bahwa pertumbuhan rumput laut sangat dipengaruhi oleh jarak ikat bibit yang berhubungan dengan persatuan luas lahan, dimana semakin luas jarak tanam maka semakin luas lalu lintas pergerakan air. Secara umum rata-rata laju pertumbuhan spesifik rumput laut selama penelitian pada semua perlakuan cukup baik yaitu mencapai 3% per hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Supratno (2007) bahwa suatu kegiatan budidaya rumput laut dikategorikan baik jika laju pertumbuhan spesifik rata-rata minimal 3%. Terjadi interaksi antara kombinasi Faktor A (jarak tali gantung) dan Faktor B (jarak tanam) 31
pada periode I dan periode II, memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini diduga karena ketersediaan nutrien dalam kolom perairan relatif berdistribusi homogen, sehingga peluang bibit rumput laut dalam memperoleh nutrien juga relatif sama. Hayashi et al., (2007) mendapatkan jumlah kualitas ditentukan oleh jenis, strain, metode budidaya dan teknik pengolahannya. Selanjutnya Hanafiah (2005), menyatakan jika faktor utama nyata dan interaksinya tidak nyata, maka rekomendasi hasil percobaan adalah menyarankan agar penerapan faktor utama saja. Selain jarak tali gantung dan dan jarak tanam parameter kualitas air juga mempengaruhi pertumbuhan rumput laut misalnya suhu dan salinitas. Salinitas selama penelitian berkisar antara 30-35 ppt. Salinitas 35 ppt ditemukan pada periode III mengakibatkan rumput laut terserang panyakit ice-ice diduga disebabkan akibat salinitas yang tinggi. Kurniastuty dkk., (2001) bahwa kualitas air yang cocok untuk rumput laut K. alvarezii adalah salinitas 29-34 ppt. Suhu selama penelitian berkisar antara 27-32oC Nilai ini masih dalam batas yang bisa ditolerir oleh rumput laut K. alvarezzi sebagaimana yang dikemukakan oleh Utojo (2007) menyatakan bahwa suhu air yang ideal untuk rumput laut K. alvarezzi antara 27-32 oC. C. Kadar Karaginan Kadar karaginan pada jarak tali gantung memiliki pola yang berbeda atau cenderung meningkat. Pada periode I, periode II, dan periode III kadar karaginan rumput laut mengalami kenaikan. Hal ini diduga terjadinya korelasi negatif antara pertumbuhan rata-rata dengan kandungan karaginan rumput laut. Hal ini sejalan dengan pendapat Hayashi et al. (2007) yang memaparkan bahwa ada sebuah korelasi negatif antara pertumbuhan rata-rata dan kandungan karaginan. Wakibia et al. (2006) mengemukakan bahwa kadar karaginan dipengaruhi oleh musim dan lokasi penanaman rumput laut. West (2001) menambahkan bahwa jumlah karaginan bervariasi sesuai dengan faktorfaktor ekologis seperti cahaya, nutrisi, suhu, selain itu dipengaruhi kandungan air pada saat pengeringan. Perbedaan jarak tanam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar karaginan. Rata-rata kadar karaginan tertinggi pada periode I diperoleh nilai tertinggi pada jarak tanam 15 cm, kemudian jarak tanam 20 cm, dan terendah pada jarak tanam 25 cm, periode II diperoleh nilai tertinggi pada jarak tanam 20 cm, Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
kemudian jarak tanam 15 cm, dan terendah pada jarak tanam 25 cm, periode III diperoleh nilai tertinggi pada jarak tanam 20 cm, kemudian jarak tanam 15 cm, dan terendah pada jarak tanam 25 cm. Jarak tanam yang terbaik didapatkan pada jarak 20 cm dibandingkan jarak 15 dan 25 cm. Perbedaan kadar karaginan tersebut diduga disebabkan oleh pengaruh musim dan lokasi penanaman rumput laut. Hayashi, et al (2007) menyatakan bahwa kondisi karaginan terbaik dapat dicapai bila rumput laut dibudidayakan selama 45 hari dan Freile-Pelegrin (2006), yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas karaginan adalah benda asing, musim, cahaya, nutrien, suhu dan salinitas yang dapat menurunkan kualitas dari rumput laut. Jumlah dan kualitas karaginan yang berasal dari budidaya laut bervariasi, tidak hanya berdasarkan varietas, tetapi juga umur tanaman, sinar, nutrien, suhu dan salinitas. Kadar karaginan pada jarak tanam memiliki pola yang berbeda atau cenderung meningkat. Pada periode I, periode II, dan periode III kadar karaginan rumput laut mengalami kenaikan. Perbedaan kadar karagenan tersebut diduga disebabkan oleh pengaruh musim dan lokasi penanaman rumput laut. Hal ini sesuai pernyataan Wakibia et al. (2006) mengemukakan bahwa kadar karaginan dipengaruhi oleh musim dan lokasi penanaman rumput laut. West (2001) menambahkan bahwa jumlah karaginan bervariasi sesuai dengan faktor-faktor ekologis seperti cahaya, nutrisi, suhu, selain itu dipengaruhi kandungan air pada saat pengeringan. Selanjutnya Mendoza et al., (2006) bahwa perbedaan kadar karaginan dapat disebabkan oleh perbedaan umur tanaman, sinar, nutrien, suhu dan salinitas. Hayashi et al., (2007) juga menambahkan bahwa perbedaan kadar karaginan dapat disebabkan oleh perbedaan metode ekstraksi, varietas atau spesies serta bahan mentah ekstraksi. Terjadi interaksi antara kombinasi Faktor A (jarak tali gantung) dan Faktor B (jarak tanam) pada periode I, periode II dan periode III, memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini disebabkan karena ketersediaan unsur hara dan intensitas cahaya yang menyebar secara tidak merata. Hayashi et al., (2007) mendapatkan jumlah kualitas karagenan ditentukan oleh jenis, strain, metode budidaya dan teknik pengolahannya. Selanjutnya Hanafiah (2005), menyatakan jika faktor utama nyata dan interaksinya tidak nyata, maka rekomendasi hasil 32
percobaan adalah menyarankan agar penerapan faktor utama saja. Hasil pengukuran nitrat pada periode I berkisar 0,019-0,039 mg/l, pada periode II berkisar 0,023-0,044 mg/l, dan periode III berkisar antara 0,018-0,062 mg/l. Kadar nitratnitrogen pada perairan alami biasanya jarang melebihi 0,1 mg/l. Kadar nitrat yang melebihi 5 mg/l menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-nitrogen yang melebihi 0,2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat (blooming). Kadar nitrat yang ideal untuk rumput laut berkisar antara 0,0041-0,0076 mg/l, (Utojo, 2007). Fosfat yang diperoleh pada periode I berkisar 0,005-0,018 mg/l, pada periode II berkisar 0,013-0,034 mg/l, dan periode III berkisar 0,010-0,033 mg/l. Kesuburan rumput laut dipengaruhi oleh kandungan nitrat dan fosfat. Konsentrasi ini masih mampu menunjang kelangsungan hidup rumput laut K. alvarezii. Utojo (2007), menyatakan bahwa kadar fosfat yang ideal berkisar 0,0057-0,0185 g/l. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mutlak rumput laut melalui seleksi klon terbaik pada jarak tali gantung 200 cm (52,92 g), jarak tanam 20 cm (50,57 g) pada setiap periode. Terjadi interaksi kombinasi antara faktor A dan faktor B, memberikan pengaruh nyata pada periode I dan III. Laju pertumbuhan spesifik rumput laut melalui seleksi klon terbaik pada jarak tali gantung 200 cm (2,70%), jarak tanam 20 cm (2,56%) pada setiap periode. Terjadi interaksi pada kombinasi faktor A dan faktor B, memberikan pengaruh nyata pada periode I. Kadar karaginan tertinggi pada jarak tali gantung 200 cm (47,23%), dan jarak tanam 20 cm (46,86%), pada setiap periode. Terjadi interaksi pada kombinasi faktor A dan B, memberikan pengaruh nyata pada periode I dan periode II . Persantunan Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Prof.Dr.Ir. Laode Muh. Aslan, M.Sc yang telah memberikan bantuan dana serta bimbingan beliau selama penelitian, bapak Kadir Sabilu, S.Pi., M.Si yang telah membibing saya selama penelitian dan keluarga Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
besar bapak Jahidan dan bapak Bakring yang telah memberikan kesempatan untuk tinggal dirumahnya selama penelitian. Daftar Pustaka
Ahmad,
2006. Pengaruh Jarak Ikat Bibit Terhadap Pemeliharaan Pertumbuhan Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii ) dengan Sistem Tali Bentang Rawai di Perairan Desa Bero Kecamatan Tiworo Kabupaten Muna. Skripsi. Jurusan Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari. 50 Hal. Aslan, L.M., Ruslaini, Said, S.R., 2011a. Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Varietas Merah dengan Metode Vertikultur. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. 61 hal. Aslan, L.M., Iba, W., Thamrin, A.N,. 2011b. Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam Bibit Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Varietas Coklat dengan Metode Vertikultur. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. 60 hal. Aslan, L.M., Rahman, A., Lailah, S., 2011c. Pengaruh Jarak Tali Gantung dan Jarak Tanam yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Varietas Hijau dengan Menggunakan Metode Vertikultur. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. 61 hal. Aslan, L.M., 2011. Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia. Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar dalam Bidang Budidaya Perairan. Disampaikan Pada Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Universitas Haluoleo Tanggal 22 Januari 2011. 50 Hal. Dawes, C.J., Lluis, A.O. Trono, G.C., 1994. Laboratory and Field growth studies of commercial stains of Eucheuma denticulatus and Kappaphycus alvarezii in the Philippines. Applied Phycology. 6: 21-24. 33
Effendie, H. 2003. Biologi Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 257 Hal. Freile-Pelegrin Y, Robledo D, Azamar J.A. 2006. Caragenan Of Eucheuma Isiforme Conditions. Botanica Marina 49:65-71. Gaspersz. V., 1994., Metode Perancangan Percob aan ; untuk Ilmu–lmu Pertanian, Ilum– Ilmu Tekhnik dan Biologi. CV. Armico. Bandung. 13 Hal. Hanafiah,, A.K. 2005. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi Revisi 11. PT. Raja Grafindo Persada. Palembang. 255 hal. Hayashi L., Oliveira E.C., Lhonneur G.B., Baulenguer P., Pereira R.T.L., Sechendorff R.V., Shimoda V.T., Leflamand A., Vallee P., and Crithley A.T., 2007. The effects of selected cultivation condition on the carrageenan characteristics of Kappaphycus alvarezii in Ubatuba Bay, Sao Paulo, Brasil. Journal of Applied Phycology. 19: 505_511 Hung LD, Hori K, Nang, HQ, kh T, Hoa LT. 2008. Seasonal changes in growth rate, carrageenan yield and lectin contain t and the rate algae Kappaphycus alvarezii cultivated in Chamranh By Vietnam. J Appl Phycol. Hurtado A.Q., Critchley A.T., Trespoey A., and Lhonneur G.B., 2003. Growth and carrageenan quality of Kappaphycus striatum var. sacol grown at different stocking densities, duration of culture and depth. Journal of Applied Phycology. 20: 551-555. Indriani, H dan Suminarsih, E. 2001. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. 87 hal Indriani, H dan Suminarsih, E, 2003. Budidaya, Pengelohan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. 240 hal. Masyahoro, A dan Mappiratu, 2009. Kajian Budidaya dan Teknologi Pengolahan Rumput Laut Di Perairan Teluk Palu. Laporan Pelaksanaan Penelitian. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan PKSPLTropis Fakultas Pertanian Untad. Mendoza W.G., Ganzon-Fortes. E.T., Villanueva R.D., Romero .J.B., Montano M.N.E., 2006. Tissue Age As Factor Affecting Carrageenan Quantity In Farmed Kappaphycus striatum. Bot Mar. 49: 57-64. Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
Munaeni, W. 2011. Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Beberapa Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Dengan Warna Thallus Berbeda Yang Dipelihara Pada Perairan Berkarang. Budidaya Perairan. Fakutas perikanan dan Ilmu Kelautan. Unhalu. 60 hal. Muñoz, J., Freile-Pelegrin, Y., Robledo, D., 2004. Mariculture of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Solieriaceae) color strains in tropical waters of Yucatan, Mėxico. Aquaculture 239: 161171. Paula, E.J Pereira, R.T.L. 2003. Factors Affecting Growth Rates of Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty Ex P. Silva (Rhodo phyta Solieriaceae) In Subtropical Water s of Sao Paulo State, Brazil. Proceedings Of The XVII International Seaweed Sym posium. Oxford University Press. New Y ork. 381-388. Parenrengi, A., dan Sulaeman. 2005. Mengenal Rumput Laut, Kappaphycus alvarezii. Media Akuakultur 2 (2):142-146. Pong-Masak R., 2010. Panen 10 Kali Lipat Dengan Metode Vertikultur. Majalah TROBOS Edisi Juni. 2010. Pong-Masak, P.R., Tjaronge, M., dan Rachmansyah. 2011. Perbaikan Bibit Rumput Laut Melalui Metode Seleksi Klon. Makalah yang dipresentasikan pada acara Sosialisasi dan Temu Konsultasi Teknologi Budidaya dari Balitbang Kelautan dan Perikanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, BRPBAP, Maros Di Hotel Horizon-Kendari, 17 Maret 2011. Prihanigrum A., M. Meiyana dan Evalawati. Tahun 2001, Biologi Rmput laut; Teknologi Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii). Petunjuk Tekhnis. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut. Lampung. 66 Hlm. Rasyid, F., Firdaus, M., Pudu, S., Dahya., Idris., Herman Subandi., 2000. Budidaya Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Dengan Sistem Rakit Cara Tanam Legowo 6. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Kendari. hlm 5-6. Sulma, S., dan Manoppo, A. 2008. Kesesuaian Fisik Perairan untuk Budidaya Rumput 34
Laut di Perairan Bali Menggunakan Data Penginderaan Jauh. Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh LAPAN. PIT MAPIN XVII, Bandung. 10 Hal. Supratno, T.K.P., 2007. Prosiding Pemasyarakatan Teknologi Perikanan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara. Thamrin, N.A,. 2011. Pengaruh Jarak Tanam dan Jarak Tali Gantung Terhadap Pertumbuhan dan Kadar Karaginan Rumput Laut K. alvarezii Varietas Coklat. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unhalu. Kendari. 84 Hlm. Utojo, M. A., Pantjara, B., Pirzan, A.M., dan Hasnawati. 2007. Kondisi Lingkungan Perairan Teluk mallasora yang Layak Untuk lokasi Pengembangan Budidaya
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO
Rumput Laut (Euchema sp.). J. Ris. Akua. Vol. 2:243-255. Wakibia, J. G., Bolton, J. G., Keats, D. W., Raitt, L. M., 2006. Factors Influencing the Growth Rates of Three Commercial Eucheumoids at Coastal Sites In Southern Kenya. Journal of Applied Phycology. 18:565-573. West, J., 2001.Agarophytes and Carrageenophytes. University Of California, Berkeley. 28:286-287. Yusuf, M.I., 2004. Produksi, Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty (1988) yang Dibudidayakan Dengan Sistem Air Media dan Tallus Benih Yang Berbeda. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Hasanudin. Makassar. 59 Hlm.
35