Jurnal Hutan Tropis Volume 3 No. 2
Juli 2015
ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992
Berkala Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan
DAFTAR ISI ANALISIS VEGETASI DAN VISUALISASI STRUKTUR VEGETASI HUTAN KOTA BARUGA, KOTA KENDARI Zulkarnain, S.Kasim, & H. Hamid
99-109
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PERTAMBAHAN TINGGI BIBIT BUAH JENTIK (Baccaurea polyneura) Basir Achmad, Muchtar Effendi, & Muhammad Fajri Haika
110-115
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU Acacia crassicarpa MELALUI PENERAPAN TEKNIK RAMAH LINGKUNGAN Sona Suhartana & Yuniawati
116-123
ANALISIS FINANSIAL USAHA HUTAN RAKYAT POLA MONOKULTUR, CAMPURAN DAN AGROFORESTRI DI KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN Sutisna
124-132
ANALISIS GENDER DALAM PENGELOLAAN AGROFORESTRI DUKUH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA KERTAK EMPAT KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR Hafizianor, Rina Muhayah N.P, & Siti Zakiah
133-144
PENGAYAAN VEGETASI PENUTUPAN LAHAN UNTUK PENGENDALIAN TINGKAT KEKRITISAN DAS SATUI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Syarifuddin Kadir & Badaruddin
145-152
UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN LAHAN DI DESA GUNTUNG UJUNG KECAMATAN GAMBUT, KALIMANTAN SELATAN Normela Rachmawati
153-157
IDENTIFIKASI KESEHATAN BIBIT SENGON (Paraserianthes falcataria L) DI PERSEMAIAN Dina Naemah, & Susilawati
158-165
POTENSI TEGAKAN KAYU BAWANG (Dysoxylum mollissimum Blume) PADA SISTEM AGROFORESTRI SEDERHANA DI KABUPATEN BENGKULU UTARA Efratenta Katherina Depari, Wiryono, & A. Susatya
166-172
PERSEPSI MASYARAKAT SUKU DAYAK HANTAKAN BARABAI TERHADAP KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) ANEKA OLAHAN BUAH DURIAN Arfa Agustina Rezekiah, Rosidah, & Siti Hamidah
173-178
JENIS, PERILAKU, DAN HABITAT TURPEPEL (Coura amboinensis amboinensis) DI SEKITAR SUNGAI WAIRUAPA DESA WAIMITAL, KECAMATAN KAIRATU, SERAM BAGIAN BARAT Dwi Apriani, E. Badaruddin, & L. Latupapua
179-191
PENILAIAN KINERJA PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG RINJANI BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Andi Chairil Ichsan & Indra Gumay Febryano
192-198
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestari pada Jurnal Hutan Tropis Volume 3 No. 2 Edisi Juli 2015 yaitu: Dr. Satyawan Pudyatmoko,S.Hut,M,Sc (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada) Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani,M.Sc (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada) Prof.Dr.Hj.Nina Mindawati,M.S (Puslitbang Produktivitas Hutan, Kementerian Kehutanan RI) Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako) Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc. (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Prof.Dr.Ir.H.M.Ruslan,M.S (Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat) Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc (Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan RI) Dr. Ir. Purwadi, M.S (Institut Pertanian STIPER Yogyakarta) Dr.Ir. Cahyono Agus Dwikoranto, M.Agr. (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada) Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako)
KATA PENGANTAR
Hafizianor, Rina Muhayah N.P, & Siti Zakiah
Salam Rimbawan, Jurnal Hutan Tropis Volume 3 Nomor 2 Edisi Juli 2015 menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasil penelitian kehutanan. Analisis Vegetasi dan Visualisasi Struktur Vegetasi Hutan Kota Baruga, Kota Kendari diteliti Zulkarnain, S.Kasim, & H. Hamid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi vegetasi disusun oleh 76 spesies yang terkelompok dalam 29 famili dengan jumlah total 8.296 individu untuk semua spesies. Alstonia macrophylla, Gironniera subaequalis dan Nephelium lappaceum adalah spesies yang mendominasi komunitas vegetasi. Pengaruh Naungan terhadap pertambahan tinggi bibit buah Jentik (Baccaurea polyneura) ditulis Basir Achmad, Muchtar Effendi, & Muhammad Fajri Haika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat naungan 85% atau intensitas cahaya 15% memberikan pertumbuhan tinggi paling optimum (1,15 cm) bagi bibit buah jentik. Sona
Suhartana
Peningkatan
&
Produktivitas
Yuniawati Penyaradan
meneliti Kayu
Acacia Crassicarpa melalui Penerapan Teknik Ramah Lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan RIL dalam penyaradan kayu A. crassicarpa dapat meningkatkan produktivitas 11,59% dan menurunkan biaya sarad sebesar 10,59%. Analisis Finansial Usaha
Hutan Rakyat
Pola Monokultur, Campuran dan Agroforestri Di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan diteliti Sutisna. Secara finansial usaha hutan rakyat
di
lokasi penelitian dapat memberikan dampak positif dan
layak
untuk dikembangkan
dengan Nilai
NPV pola monokultur Rp. 7,674,98, campuran Rp. 20,668,993 dan agroforestry Rp. 46,011,857 dan BCR pola monokultur 2,38,campuran 1,54dan agroforestry 1,76.
meneliti
Analisis
Gender
dalam
Pengelolaan
Agroforestri Dukuh dan Kontribusinya terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Kertak Empat Kecamatan Pengaron Kabupaten Banjar. Dukuh memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 14% dan dari luar dukuh sebesar 86%. Pengayaan untuk
Vegetasi
Pengendalian
Penutupan
Tingkat
Kekritisan
Lahan DAS
Satui Provinsi Kalimantan Selatan ditulis oleh Syarifuddin Kadir & Badaruddin. Arahan penuruan tingkat kekritisan lahan; a) pengayaan tutupan vegetasi hutan menjadi seluas 66.975,57 ha (44 %), sedangkan lahan terbuka, semak belukar dan pertambangan berkurang seluas 17.782,99 ha (12 %); b) berdasarkan adanya pengayaan vegetasi menurunkan tingkat kekritisan lahan menjadi lahan kritis 1.536,82 ha (1, 01%). Upaya Pencegahan Kebakaran Lahan di Desa Guntung Ujung Kecamatan Gambut, Kalimantan Selatan ditulis oleh Normela Rachmawati. Upayaupaya pencegahan kebakaran lahan yang dilakukan masyarakat di desa Guntung Ujung dengan nilai tertinggi adalah Pembersihan Bahan Bakar Bawah Tegakan yaitu sebesar 65,75 % (48 responden) dan Pembuatan Sekat Bakar 34,25 % (25 responden) Dina
Naemah,
&
Susilawati
melakukan
Identifikasi Kesehatan Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria L) di persemaian. Hasil yang diperoleh bahwa penyebab kerusakan yang paling dominan adalah penyakit pada faktor abiotik sebesar 71,55%, tipe kerusakan yang dominan yaitu perubahan warna daun yang ditandai dengan daun menjadi berwarna
kuning
sebesar
73,77%,
intensitas
serangan keseluruhan sebesar 85,33%. Potensi Tegakan Kayu Bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) Pada Sistem Agroforestri
Sederhana Di Kabupaten Bengkulu Utara ditulis
atau batok yang keras dengan warna karapas hitam
oleh Efratenta Katherina Depari, Wiryono, & A.
kecokelatan, hitam keabu-abuan, serta hitam pekat,
Susatya. Kayu bawang yang ditanam dengan kopi
dan plastron yaitu susunan lempengan kulit keras
cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih baik
pada bagian perut dengan warna plastron putih
dibanding kayu bawang yang ditanam dengan kopi
dan memiliki corak acak berwarna hitam. Turpepel
dan karet. Kayu bawang yang ditanam dengan
menyukai jenis tempat yang lembab gelap dan
kopi memiliki volume sebesar 43,88 m /ha (umur 3
tempat yang kering gelap, karena jenis tempat
tahun), 82,99 m /ha (umur 7 tahun), 116,13 m /ha
tersebut adalah tipe habitat semi akuatik yaitu tipe
(umur 9 tahun), sedangkan yang ditanam dengan
habitat campuran antara daratan (tanah) dan air,
kopi dan karet memiliki volume sebesar 15,15 m /
yang merupakan habitat dari Turpepel.
3
3
3
3
ha (umur 3 tahun), 82,8 m /ha (umur 7 tahun), 79,44 3
m3/ha (umur 9 tahun).
Penilaian Kinerja Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Rinjani Barat, Provinsi
Persepsi Masyarakat Suku Dayak Hantakan
Nusa Tenggara Barat diteliti oleh Andi Chairil
Barabai Terhadap Kegiatan Ipteks Bagi Masyarakat
Ichsan & Indra Gumay Febryano. Hasil penilaian
(IbM) aneka olahan buah durian diteliti oleh Arfa
menunjukkan rata-rata keseluruhan dari kriteria
Agustina Rezekiah, Rosidah, & Siti Hamidah. Faktor-
yang dinilai berada pada rentang cukup, yang berarti
faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat
KPH Rinjani sudah cukup siap untuk mewujudkan
dayak adalah tingkat pendidikan, pengetahuan yang
fungsinya sebagai unit pengelola hutan di tingkat
turun temurun serta mata pencaharian masyarakat
tapak.
dayak sebagai petani.
Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi
Dwi Apriani, E. Badaruddin, & L. Latupapua
pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk
meneliti Jenis, Perilaku, dan Habitat Turpepel
dikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca.
(Coura
amboinensis
amboinensis)
Di
Sekitar
Sungai Wairuapa Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Seram Bagian Barat. Turpepel yang diteliti tersusun atas karapas (carapace) yaitu tempurung
Banjarbaru, Juli 2015 Redaksi,
Jurnal Hutan Tropis Volume 3 No. 2
Juli 2015
ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992
POTENSI TEGAKAN KAYU BAWANG (Dysoxylum mollissimum Blume) PADA SISTEM AGROFORESTRI SEDERHANA DI KABUPATEN BENGKULU UTARA The Estimate of Standing Stock of Kayu Bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) Stand in Simple Agroforestry System in North Bengkulu Efratenta Katherina Depari, Wiryono, & A. Susatya Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu Jl. WR Supratman Kandang Limun Bengkulu
ABSTRACT. The objectives of this study were to estimate the standing stock of kayu bawang at different ages and to get the mean volume increment of kayu bawang planted in combination with coffee and in combination with coffee and rubber plants. The study was conducted in Kayu bawang community forest in Sawang Lebar and Dusun Curup Villages in North Bengkulu District, Bengkulu Province, in April-December 2013. Samples were taken using Stratified Random Sampling. The standing stock was estimated using this formula: Vi=0,0000501Di2,13Hi0,769. The mean volume increment was calculated by dividing the standing stock with the ages of stand. The data were analyzed using t-tests. The results of t-tests showed no significant difference in standing stock and mean volume increment between the two combinations. However, there was a tendency that kayu bawang planted in combination with coffee had better growth than that planted with coffee and rubber plants. The standing stocks of kayu bawang planted in combination with coffee were 43.88 m3/ha (at 3 years old), 82.99 m3/ha (7 yr), and 116.13 m3/ha (9 yr), while those of kayu bawang planted in combination with coffee and rubber plants were 15.15 m3/ha (3 yr), 82.8 m3/ha (7 yr), and 79.44 m3/ha (9 yr). The mean volume increment of kayu bawang planted in combination with coffee was 12.72 m3/ha/yr, whereas that of kayu bawang planted in combination with coffee and rubber plants was 9.57 m3/ha/yr. Key words: Dysoxylum mollissimum, kayu bawang, standing stock, volume increment ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan estimasi volume tegakan kayu bawang pada beberapa tingkatan umur dan mendapatkan rata-rata riap volume pada pola tanam kayu bawang dikombinasikan dengan kopi dan kayu bawang dikombinasikan dengan kopi dan karet. Penelitian dilaksanakan di hutan rakyat kayu bawang yang terdapat di Desa Sawang Lebar dan Desa Dusun Curup di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Sampel vegetasi dipilih dengan cara Stratified Random Sampling pada bulan April-Desember 2013. Volume tegakan diperoleh dengan menggunakan rumus Vi=0,0000501Di2,13Hi0,769, rata-rata riap volume tegakan dihitung dengan cara membagi volume dengan umur tegakan. Hasil uji-t dari volume menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara ke dua pola tanam. Namun, kayu bawang yang ditanam dengan kopi cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding kayu bawang yang ditanam dengan kopi dan karet. Kayu bawang yang ditanam dengan kopi memiliki volume sebesar 43,88 m3/ha (umur 3 tahun), 82,99 m3/ha (umur 7 tahun), 116,13 m3/ha (umur 9 tahun), sedangkan yang ditanam dengan kopi dan karet memiliki volume sebesar 15,15 m3/ha (umur 3 tahun), 82,8 m3/ha (umur 7 tahun), 79,44 m3/ha (umur 9 tahun). Rata-rata riap volume tegakan kayu bawang yang ditanam dengan kopi adalah 12,72 m3/ha/th, sedangkan rata-rata riap volume tegakan yang ditanam dengan kopi dan karet adalah 9,57 m3/ha/th. Kata Kunci: kayu bawang, potensi tegakan, volume, riap Penulis untuk korespondensi,surel:
[email protected]
166
Efratenta Katherina Depari, Wiryono, & A. Susatya: Potensi Tegakan Kayu Bawang ………..(3): 166-172
PENDAHULUAN
umumnya ditanam dengan dua pola tanam,
Kebutuhan akan kayu terus meningkat setiap tahunnya karena pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kemakmuran penduduk. Namun, luas hutan yang tersedia tetap, sedangkan produktivitas tanah
hutan
dibeberapa
tempat
mengalami
penurunan. Kementerian Lingkungan Hidup (2007) menyatakan bahwa pada status lingkungan hidup di Indonesia tahun 2006 terjadi defisit kebutuhan kayu sebesar 11,3 juta m3 karena kemampuan hutan alam dan hutan tanaman sebesar 45,8 juta m3 sedangkan kebutuhan kayu nasional 57,1 juta m3. Salah satu strategi mengatasi defisit kebutuhan kayu yang terjadi dengan membangun dan memperluas hutan rakyat di berbagai daerah. Luas hutan rakyat di Indonesia tercatat sampai dengan tahun 2006 adalah 1.272.505,61 ha (Direktorat Jenderal RLPS 2006). Hutan rakyat kayu bawang secara ekonomis menghasilkan kayu yang dapat memberi tambahan pendapatan pada masyarakat dan secara ekologi dapat mengurangi laju
pemanasan
global
melalui
penyimpanan
karbon dalam vegetasi. Hutan Rakyat di Propinsi Bengkulu telah lama ditanam dengan jenis kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume), terutama di Kabupaten Bengkulu Utara. Kayu bawang telah dikembangkan di lahan masyarakat secara turuntemurun (Depari 2011). Pada mulanya menanam
yaitu kombinasi kayu bawang dengan kopi, dan kayu bawang dengan kopi dan karet. Perbedaan kombinasi jenis yang ditanam bisa mempengaruhi pertumbuhan tanaman kayu bawang. Pada kedua pola tersebut diduga terjadi kompetisi hara, air dan cahaya yang berbeda sehingga menghasilkan pertumbuhan yang berbeda. Pertumbuhan kayu bawang yang berbeda pada kedua pola tersebut akan mempengaruhi potensi tegakan kayu bawang. Estimasi potensi tegakan kayu bawang yang ditanam pada kedua pola tanam tersebut belum diketahui besarnya. Potensi tegakan dapat dilihat dari volume dan riap volume yang dihasilkan tegakan. Penelitian ini penting untuk mengetahui pola tanam yang dapat menghasilkan volume dan riap volume tegakan kayu bawang yang tinggi dan rekomendasi pemilihan jenis yang tepat untuk ditanam dengan kayu bawang dalam rangka memenuhi kebutuhan kayu di Propinsi Bengkulu. Tujuan
penelitian
ini
adalah
mendapatkan
estimasi volume tegakan kayu bawang pada beberapa tingkatan umur dan mendapatkan ratarata riap volume pada pola tanam kayu bawang dikombinasikan dengan kopi dan kayu bawang dikombinasikan dengan kopi dan karet.
METODE PENELITIAN
kayu bawang merupakan tradisi mempersiapkan
Penelitian dilaksanakan di hutan rakyat kayu
bahan kayu bangunan untuk rumah anak mereka
bawang yang terdapat di Desa Sawang Lebar dan
dan juga bisa menjadi investasi pada masa
Desa Dusun Curup di Kabupaten Bengkulu Utara
mendatang. Kayu bawang adalah tanaman hutan
Provinsi Bengkulu. Waktu penelitian dilaksanakan
unggulan lokal Bengkulu (Dinas Kehutanan Propinsi
bulan April - Desember 2013. Petak ukur terdiri
Bengkulu 2003). Berdasarkan penelitian yang
dari dua pola tanam yaitu agroforestri kayu bawang
dilakukan pada depot kayu yang berada di Kota
dikombinasikan dengan kopi dan kayu bawang
Bengkulu tahun 2013, kayu bawang adalah salah
dikombinasikan dengan kopi dan karet.
satu jenis yang paling sering dijumpai di depot kayu dan tersedia dengan berbagai
ukuran sortimen
(Depari et al, 2013 ). a
Kayu
bawang
Petak ukur penelitian berukuran 30 m x 30 m. Pengukuran dilakukan pada setiap petak ukur penelitian yang digunakan, yaitu pada tanaman
adalah
tanaman
hutan
kayu bawang. Metode pengambilan sampel petak
unggulan lokal Bengkulu yang biasanya ditanam
ukur penelitian dengan cara Stratified Random
dalam sistem agroforestri sederhana, dengan
Sampling,
mengkombinasikannya dengan tanaman pertanian.
kelompok-kelompok yang homogen (disebut strata/
Di Kabupaten Bengkulu Utara, kayu bawang
umur tegakan), dan dari tiap stratum tersebut
yaitu membagi populasi ke dalam
167
Jurnal Hutan Tropis Volume 3 No. 2, Edisi Juli 2015 diambil sampel secara acak. Setiap pohon kayu
Rata-rata riap volume tegakan
bawang diukur diameter (dbh) dan tinggi totalnya.
Rata − rataRiapV = V A / A
Analisis Data
Ket :
Jumlah pohon per hektar
(m3/ha)
N = n / Lp
Ket :
N = jumlah pohon per hektar
n = jumlah pohon dalam petak ukur (phn)
A
= umur tegakan (tahun)
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Lp = luas petak ukur (ha)
Penelitian dilakukan pada 20 petak ukur penelitian yang berada di 2 (dua) Desa, yaitu di
Luas bidang dasar (LBDS)
Bi = π / 4
VA = volume tegakan pada umur tertentu
Desa Sawang Lebar dan di Desa Dusun Curup,
2
Di 10000
Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Tanah pada lokasi penelitian termasuk jenis tanah ultisol.
dan n
B = ∑ Bi / L p i =1
Ket :
Di = diameter tanaman ke-i (cm)
B
= luas bidang dasar seluruh tanaman (m2/ha)
Bi
= luas bidang dasar tanaman ke-i (m2)
n = jumlah pohon dalam petak ukur (phn)
Lp = luas petak ukur (ha)
Gambar 1. Peta orientasi lokasi penelitian Figure 1. The location of study
Volume
Vi = 0,0000501Di
2 ,13
Hi
0 , 769
dan
V = ∑ Vi / L p i =1
(Sumadi et al, 2007) Di = diameter pohon ke-i (cm)
Hi = tinggi total pohon ke-i (m) Vi
belum
melakukan
perlakuan
silvikultur yang baik (Depari et al, 2013b) dalam membudidayakan kayu bawang. Bibit kayu bawang
n
Ket :
Masyarakat
= volume pohon ke-i hingga diameter ujung 10 cm dengan kulit (m3)
V
= volume tegakan (m3/ha)
n
= jumlah pohon dalam petak ukur
Lp = luas petak ukur (ha)
umumnya berasal dari anakan alam yang tumbuh di bawah pohon induk. Kayu bawang ditanam dengan jarak tanam tidak beraturan (acak). Kegiatan pengolahan tanah, penyiangan, pemangkasan masih jarang dilakukan, sedangkan kegiatan penyulaman, pemupukan dan penjarangan tidak pernah dilakukan. Penanaman kayu bawang di Kabupaten Bengkulu Utara
dengan
sistem
agroforestri
serderhana,
umumnya ditanam dengan dua pola tanam yaitu kayu bawang dikombinasikan dengan kopi dan kayu bawang dikombinasikan dengan kopi dan karet (Gambar 2). Pertumbuhan kayu bawang pada kedua pola tersebut menghasilkan pertumbuhan
168
Efratenta Katherina Depari, Wiryono, & A. Susatya: Potensi Tegakan Kayu Bawang ………..(3): 166-172 yang
berbeda
akan
mempengaruhi
potensi
tegakan, sehingga akan mempengaruhi pendapatan masyarakat yang menanam kayu bawang dengan kombinasi yang berbeda. Pola
tanam
agroforestri
kayu
bawang
dikombinasikan dengan kopi memperoleh penghasilan dari memanen kopi lebih cepat daripada memanen kayu bawang, sehingga penghasilan tersebut untuk memenuhi kebutuhan selama menunggu panen kayu bawang. Kopi dapat mengurangi gulma yang tumbuh di lahan karena penutupan tajuk kopi selama kayu bawang belum besar.
(b)
Pada pola tanam agroforestri kayu bawang
Gambar
2.
Pola
tanam
(a)
kayu
bawang
dikombinasikan dengan kopi dan karet dapat
kombinasikan dengan kopi, (b) kayu bawang
memanen kopi dan karet lebih cepat dari kayu
dikombinasikan dengan kopi dan karet
bawang dengan periode panen yang berbeda-beda.
Figure 2. Planting combinations: (a) kayu bawang
Kopi dapat dipanen setahun 4 kali dan karet 3 hari
in combination with coffee, (b) kayu bawang in
sekali dapat disadap, sehingga dapat memenuhi
combination with coffee and rubber plants
kebutuhan selama menunggu tanaman kayu bawang dapat dipanen. Kopi juga dapat mengurangi gulma
Potensi Tegakan Kayu Bawang Pola Tanam
yang tumbuh di lahan, karena penutupan tajuk kopi
Kayu Bawang Kombinasi dengan Kopi dan
selama kayu bawang belum besar (Depari, 2011).
Kayu Bawang Kombinasi dengan Kopi dan
Sedangkan tanaman karet dikombinasikan dengan kayu bawang diyakini oleh beberapa masyarakat menyebabkan tanaman kayu bawang dapat tumbuh lurus dan tinggi. Tanaman yang ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat terjadi persaingan tanaman
untuk
mendapatkan
cahaya,
pada
keterbukaan kanopi yang lebih sedikit, tanaman cenderung memacu pertumbuhan tingginya untuk memperoleh cahaya yang diperlukan untuk aktifitas fisiologis (Marjenah 2006).
Karet Hasil pengukuran pada petak ukur penelitian pola tanam kayu bawang kombinasi kopi dan kayu bawang kombinasi kopi dan karet terdiri dari umur 3 tahun, 7 tahun, 9 tahun yang ditanam dengan kerapatan berbeda-beda pula (Tabel 1). Depari (2011) menyatakan masyarakat menanami lahan mereka umumnya tidak mempertimbangkan jarak tanam. Jumlah setiap jenis tanaman yang ditanam per satuan luas hanya disesuaikan dengan kemampuan kondisi ekonominya dalam menyediakan bibit yang akan ditanam. Jarak tanam dan jumlah kayu bawang yang ditanam akan menyebabkan kerapatan yang berbeda-beda. Kerapatan tanaman yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang berbeda pula. Kerapatan yang
merupakan
mempengaruhi
salah
satu
pertumbuhan
faktor
tegakan,
bertambahnya jumlah pohon per hektar akan meningkatkan kerapatan tegakan. Semakin tinggi (a)
kerapatan dan bertambah umur tanaman akan menyebabkan luas bidang dasar dan volume tegakan
169
Jurnal Hutan Tropis Volume 3 No. 2, Edisi Juli 2015 semakin
meningkat.
Peningkatan
produktivitas
dapat diperoleh dengan mengatur ruang tumbuh
tanaman kayu bawang pada pola agroforestri dapat
bagi tanaman sehingga mendapatkan pertumbuhan
dilakukan dengan mengatur kerapatan tegakan
optimum dalam satuan luas. Pertumbuhan per
(Siahaan 2013).
pohon kayu bawang yang tinggi akan menghasilkan
Kerapatan tegakan kayu bawang yang tinggi
kayu lebih bernilai ekonomi.
akan menyebabkan waktu yang diperlukan individu
Volume dan riap tegakan kayu bawang pola
mencapai diameter tertentu lebih lama (Siahaan dan
tanam
Sumadi 2013), karena semakin tinggi kerapatan,
kopi umur 3 tahun ditanam dengan kerapatan
maka
semakin
500 phn/ha memiliki luas bidang dasar 6,89 m2/
menurun (Siahaan 2009). Hal ini sejalan dengan
ha menghasilkan volume 43,88 m3/ha dan riap
pendapat Davis et al. (2001), Kerapatan yang tinggi
volume 14,65 m3/ha/thn lebih tinggi dibandingkan
akan menyebabkan pertumbuhan individu menurun,
dengan pola tanam kayu bawang kombinasi kopi
namun total pertumbuhan per satuan luas akan
dan karet umur 3 tahun ditanam dengan kerapatan
meningkat, sebaliknya pada kerapatan tegakan
288,89 phn/ha memiliki luas bidang dasar 2,83
yang lebih rendah, total pertumbuhan persatuan
m2/ha menghasilkan volume 15,15 m3/ha dan riap
luas akan menurun, tetapi pertumbuhan individu
volume 5,05 m3/ha/thn. Selanjutnya, volume dan
tanaman meningkat.
riap tegakan kayu bawang pada umur 7 tahun, 9
pertumbuhan
diameter
akan
Kayu bawang umumnya dimanfaatkan untuk kayu pertukangan dan furniture. Persyaratan kayu pertukangan dan bahan baku furniture menuntut kayu
bawang
yang
tinggi
pertumbuhan
per
kayu
bawang
dikombinasikan
dengan
tahun dikombinasikan dengan kopi juga memiliki volume dan riap volume tegakan yang lebih besar dibandingkan volume dan riap volume tegakan kayu bawang dikombinasikan dengan kopi dan karet.
pohonnya. Pertumbuhan per pohon yang tinggi Tabel 1. Jumlah pohon, kerapatan, LBDS, volume, riap volume tegakan kayu bawang pada dua pola tanam Table 1. The number, and density of trees, the basal area, volume and volume increment of kayu bawang stand in two planting combinations
Pola Tanam Kombinasi
Keterangan
Kayu Bawang + Kopi
Kayu Bawang + Kopi + Karet
Umur (thn)
Umur (thn)
3
7
9
Jumlah Pohon (phn)
45
30,8
27,67
34,49
Kerapatan (phn/ha)
500
342,22
307,41
383,21
LBDS (m²/ha)
6,89
8,54
10,68
8,70
2,83
9,37
8,59
6,93
Volume (m³/ha)
43,88
82,99
116,13
81
15,15
82,8
79,44
59,13
Riap Volume (m³/ha/thn)
14,63
11,86
12,9
13,13
5,05
11,83
8,83
8,57
Besarnya volume dan riap volume tegakan kayu
Rata-Rata
cahaya
3
7
9
Rata-Rata
26
46,2
28
33,4
288,89 513,33 311,11
berpengaruh
langsung
371,11
terhadap
laju
bawang dikombinasikan dengan kopi dibandingkan
fotosintesis tanaman. Peningkatan laju fotosintesis
dengan kayu bawang dikombinasikan dengan
menyebabkan
kopi dan karet, dikarenakan pada kayu bawang
tanaman, diameter pohon dan diameter tajuk. Hal
ditanam dengan kopi dan karet memiliki kompetisi
ini diduga bahwa semakin banyak penyerapan
yang lebih tinggi akan air, hara dan cahaya. Fitter
cahaya matahari oleh suatu tajuk pohon, maka akan
dan Hay (1991) menyatakan bahwa intensitas
mengakibatkan proses fotosintesis berjalan baik
170
meningkatnya
pertumbuhan
Efratenta Katherina Depari, Wiryono, & A. Susatya: Potensi Tegakan Kayu Bawang ………..(3): 166-172 dan hasil fotosintesis lebih banyak disimpan oleh tanaman setelah dikurangi respirasi. Produktivitas
tegakan
dapat
digambarkan
oleh volume tegakan dan riap volume tegakan kayu bawang. Ahli kehutanan mempertimbangkan produktivitas
bagian
tanaman
yang
bernilai
ekonomi bukan total bobot tanamannya (Salisbury & Ross 1995a). Satuan ukuran produktivitas dapat dinyatakan dalam bentuk riap volume, yaitu pertambahan volume berdasarkan waktu. Riap volume pohon merupakan salah satu ukuran dari produktivitas hutan yang sering digunakan para
(b) Gambar 3 (a) Rata-rata volume tegakan kayu bawang (b) Rata-rata riap volume tegakan kayu
silvikulturis dalam mengelola hutan.
bawang pada dua pola tanam
Tabel 2. R ata-rata volume dan riap volume tegakan
Figure 3 (a) The mean of kayu bawang’ standing
kayu bawang pada dua pola tanam dan hasil uji t-nya Table 2. The
mean
of
volume
and
standing
stock increment of kayu bawang in two combination and their t-test results Keterangan
Kayu Bawang Kayu Bawang + P(T<=t) + Kopi Kopi + Karet two-tail
Volume (m ha)
85,11
68,26
0,32
Riap Volume (m3/ ha/thn)
12,72
9,57
0,08 ns
3/
ns
Ket: (ns) tidak berbeda nyata
Hasil uji-t dari volume dan riap volume
menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara ke dua pola tanam dengan selang kepercayaan 95% (Tabel 2). Namun, kayu bawang yang ditanam dengan kopi cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding kayu bawang yang ditanam dengan kopi dan karet. Selengkapnya perbandingan rata-rata volume dan riap volume kedua pola tanam dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah.
stock (b) The mean of kayu bawang stock in two planting combinations Diduga
pada
lahan
kayu
bawang
dikombinasikan dengan kopi dan karet terjadi kompetisi lebih tinggi akan air, unsur hara dan cahaya dibandingkan kompetisi yang terjadi pada lahan kayu bawang dikombinasikan dengan kopi. Air dan cahaya dapat menjadi pembatas efektivitas proses fotosintesis (Danil et al.(1987); Salisbury & Ross (1995b). Jumlah air dan cahaya yang diterima tanaman kayu bawang pada pola tanam yang berbeda akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kayu bawang. Kompetisi tanaman dalam menyerap unsur hara pada lahan kayu bawang, kopi dan karet diduga juga lebih tinggi dibading pada lahan kayu bawang dan kopi sehingga volume dan riap volume tegakan kayu bawang pada lahan kayu bawang, kopi dan karet lebih rendah dibanding lahan kayu bawang dan kopi.
SIMPULAN Hasil uji-t dari volume menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara ke dua pola tanam. Namun, kayu bawang yang ditanam dengan kopi cenderung memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding kayu bawang yang ditanam dengan kopi dan karet. Kayu bawang yang ditanam dengan kopi memiliki volume sebesar 43,88 m3/ha (umur 3 tahun), 82,99 m3/ha (umur 7 tahun), 116,13 m3/ha (a)
(umur 9 tahun), sedangkan yang ditanam dengan
171
Jurnal Hutan Tropis Volume 3 No. 2, Edisi Juli 2015 kopi dan karet memiliki volume sebesar 15,15 m3/ ha (umur 3 tahun), 82,8 m /ha (umur 7 tahun), 3
79,44 m3/ha (umur 9 tahun). Rata-rata riap volume tegakan kayu bawang yang ditanam dengan kopi adalah 12,72 m3/ha/th, sedangkan rata-rata riap volume tegakan yang ditanam dengan kopi dan karet adalah 9,57 m3/ha/th.
DAFTAR PUSTAKA Davis LS, Johnson KN, Bettinger PS, Howard TE. 2001. Forest Management, To Sustain Ecological, Economic, and Sosial Values. Forth Edision. New York: MC Graw-Hill Book Co. Daniel TW, Helms JA, Baker FS. 1987. Djoko Marsono penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemah dari: Principles of Silviculture. Depari EK. 2011. Pengetahuan lokal budidaya kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) di Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Agriculture 21(2): 839-845. Depari EK, Senoaji G, Anggraini O. 2013a. Jenis dan ukuran sortimen kayu gergajian yang diperdagangkan di Kota Bengkulu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Palembang: 2 Oktober 2013. Palembang: 237-242. Depari EK, Istomo, Rusdiana O. 2013b. The effect of growth site factor and silvikultur treatment on productivity of kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) in private forest in Bengkulu. Proceedings a Forum of The Humanosphere Science School (HSS): The Dinamic Interaction Between People and Ecosystems for The Future of Human Sustainability. University of Bengkulu, 17-18 September 2013. Bengkulu: 276-283. Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu. 2003. Budidaya Tanaman Kayu Bawang. Bengkulu: Dishut Provinsi Bengkulu. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2006. Data potensi hutan rakyat di Indonesia. Departemen
172
Kehutanan. Jakarta. Fitter dan Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tropik. (Terjemahan Ardani dan Pubayanti). PT. Gramedia. Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup. 2007. Status lingkungan hidup Indonesia 2006. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup. Marjemah. 2006. Hubungan antara jarak tanam dengan tinggi dan diameter tanaman jati (Tectona gandis linn.f) di Kalimantan Timur. Jurnal Rimba Kalimantan Fakultas kehutanan 11(1) : 21-26. Salisbury FB, Ross CW. 1995a. Fisiologi Tumbuhan (jilid 2). Lukman DR, Sumaryono, penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Plant Physiology. _____________________. 1995b. Fisiologi Tumbuhan (jilid 3). Lukman DR, Sumaryono, penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Plant Physiology. Siahaan H . 2009. Model pertumbuhan tegakan kayu bawang (Protium javanicum Burm. F) pada berbagai pola tanaman dan kerapatan tegakan [Tesis]. Sekolah Pasca Serjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Siahaan H. 2013. Perbaikan praktek-praktek silvikultur pada pengelolaan hutan rakyat di Sumatera Bagian Selatan. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Palembang: 2 Oktober 2013. Palembang: 111-115. Siahaan H, Sumadi A. 2013. Pertumbuhan dan produktivitas agroforestri kayu bawang di Propinsi Bengkulu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Balai Penelitian Kehutanan Palembang: 2 Oktober 2013. Palembang: 61-68. Sumadi A, Siahaan H, Rahman T. 2007. Potensi pengembangan hutan tanaman industri kayu pertukangan jenis kayu bawang di Bengkulu. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian: Optimalisasi Peran Iptek dalam Mendukung Revitalisasi Kehutanan. Pkln. Balai:21 Agustus 2007. Bogor: 133-136.