Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2
Juli 2014
ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992
Berkala Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan
DAFTAR ISI PEMECAHAN DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN ASAM KURANJI (Dialium indum L.) SECARA MEKANIS DAN KIMIAWI Bakti Nur Ismuhajaroh
82-87
PENGGUNAAN KAYU BAKAR SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI MAMBERAMO HULU, PAPUA Agustina Y.S. Arobaya, Maria J. Sadsoeitoeboen & Freddy Pattiselanno
88-93
KERAGAMAN JENIS SATWA BURUNG BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT PADA HUTAN DESA RAMBATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU Anthonia Tuhumury, dan L. Latupapua
94-106
KONDISI DAN POTENSI WISATA ALAM DI WILAYAH GUNUNG SAWAL KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT Dian Diniyati
107-118
PERSEPSI WISATAWAN DAN MASYARAKAT TERHADAP WISATA ALAM DI AREAL HUTAN PENDIDIKAN UNLAM MANDIANGIN, KALIMANTAN SELATAN Khairun Nisa, Hamdani Fauzi, dan Abrani
119-126
REKONSTRUKSI MODEL PENYULUHAN PERTANIAN DAN KEHUTANAN BERBASIS PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU [STUDI KASUS DI TIGA DESA DI WILAYAH KABUPATEN MALANG] Sugiyanto
127-137
STRATEGI PENGEMBANGAN GETAH JELUTUNG SEBAGAI HHBK UNGGULAN Marinus Kristiadi Harun
138-145
ESTIMASI JUMLAH KARBON VEGETASI YANG HILANG AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM TROPIS Ajun Junaedi
146-151
SIFAT FISIKA MEKANIKA PAPAN PARTIKEL DARI PELEPAH NIPAH (Nyfa fruticans Wurmb) DAN SERBUK GERGAJI DENGAN PEREKAT UREA FORMALDEHYDE Noor Mirad Sari, Violet Burhanuddin, Diana Ulfah, Lusyiani, & Rosidah
152-162
EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KLON JATI PADA UMUR 10 TAHUN DI WONOGIRI, JAWA TENGAH Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono
163-169
MODEL ARSITEKTUR POHON JENIS BINTANGUR (Calophyllum inophyllum L.) DI TAMAN HUTAN RAKYAT (TAHURA) SULTAN ADAM Dina Naemah, Payung D., Zairin Noor, M, Yuniarti
170-175
USAHA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAN NILAI TAMBAH KERAJINAN PURUN Magdalena Yoesran, Gunawansyah, Arfa Agustina R
176-188
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestari pada Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 yaitu: Prof. Dr. Drs. Adi Santoso,M.Si (Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Kemenhut) Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani,M.Sc (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada) Prof.Dr.Hj.Nina Mindawati,M.S (Puslitbang Produktivitas Hutan, Kementerian Kehutanan RI) Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako) Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc. (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Prof.Dr.Ir.H.M.Ruslan,M.S (Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat) Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc (Puslitbang Perubaha nIklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan RI) Dr. Ir. Kusumo Nugroho, MS (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) Prof. Dr.Ir.Totok Mardikanto (Universitas Sebelas Maret Surakarta) Prof.Dr.Ir.Sipon Muladi (Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman) Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako)
KATA PENGANTAR
Sifat fisika mekanika papan partikel dari
Salam Rimbawan, Jurnal Hutan Tropis Volume 2 Nomor 2 Edisi Juli 2014 kali ini menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasil penelitian kehutanan. Bakti Nur Ismuhajaroh meneliti pemecahan dormansi dan pertumbuhan kecambah Asam kuranji secara mekanis dengan pengapelasan dan kimiawi dengan perendaman asam sulfat (H2SO4). Agustina Y.S. Arobaya, Maria J. Sadsoeitoeboen &
Freddy
Pattiselanno
meneliti
penggunaan
kayu bakar sebagai sumber energi alternatif di Mamberamo Hulu, Papua. Keragaman jenis satwa burung berdasarkan ketinggian tempat pada hutan desa Rambatu Kabupaten Seram bagian barat Provinsi Maluku diteliti oleh Anthonia Tuhumury, dan L. Latupapua. Dian Diniyati meneliti Kondisi Dan Potensi Wisata Alam Di Wilayah Gunung Sawal Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Sementara itu Khairun Nisa dkk meneliti persepsi wisatawan dan masyarakat terhadap wisata alam di areal hutan pendidikan Unlam Mandiangin, Kalimantan Selatan. Model penyuluhan berbasis pengelolaan DAS terpadu dengan pendekatan embedded case study research seperti yang dilaksanakan oleh program FEATI. Program FEATI (Farmer Empowerment Throught Agricultural Technology and Information) diteliti oleh Sugiyanto. Marinus Kristiadi Harun menganalisis aspek sosial-ekonomi
pengembangan
getah
jelutung
sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan Provinsi Kalimantan Tengah. Ajun Junaedi membuat estimasi jumlah karbon vegetasi yang hilang akibat kegiatan pemanenan kayu di Hutan Alam Tropis. Jumlah karbon yang hilang pada vegetasi tingkat pohon lebih tinggi (78,38%) dibandingkan tingkat tiang, pancang dan semai.
pelepah nipah (nyfa fruticans wurmb) dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehyde diteliti oleh Noor Mirad Sari dkk. Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono melakukan Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Uji Klon Jati Pada Umur 10 Tahun Di Wonogiri, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman bervariasi 20-84%, ratarata tinggi pohon 12,38 m, dbh 18,54 cm, tinggi batang bebas cabang 4,22 m, skor bentuk batang 2,38 dan taksiran volume pohon
0,258 m3.
Dina Naemah dkk meneliti model arsitektur pohon jenis Bintangur (calophyllum inophyllum l.) yang diketahui deskripsi mengenai unit arsitektur tampak batang pokok tumbuh monopodial dan orthotropik. Percabangan tumbuh orthotropik. Buah terletak di samping batang atau di ketiak daun yang di sebut bunga axial (flos axillaris atau flos lateralis). Bentuk daun pada pohon Bintangur
berbentuk
jorong (ovalis atau elipticus). Pohon dengan sifatsifat tumbuh seperti ini sama dengan kriteria dari model arsitektur Rauh. Magdalena
Yoesran
dkk
meneliti
usaha
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan nilai tambah kerajinan purun Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk dikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca. Banjarbaru, Juli 2014 Redaksi,
Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2
Juli 2014
ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992
PENGGUNAAN KAYU BAKAR SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI MAMBERAMO HULU, PAPUA Fuel Wood Utilization as alternative energy resource in Mamberamo Hulu of Papua
Agustina Y.S. Arobaya1*, Maria J. Sadsoeitoeboen2 & Freddy Pattiselanno3 1 Laboratorium Biologi Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Negeri Papua 2 Jurusan Biologi Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Papua 3 Fakultas Peternakan Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua,
ABSTRACT.Timber utilization for households was varies. One form of utilization is for fuel wood. Study on timber used for fuel wood was conducted in Dabra of Mamberamo, Papua. The results indicated that wood was utilized based on commercial and non-commercial status of timber. Based on the interview to 49 households, we found that six timber species were most commonly used by locals for fuel wood. Among six timber species, three were acknowledged as commercial, while the other three were non-commercial timber. It is also found that “kayu besi” (Intsia bijuga) has the highest percentage among others that used for fuel wood. Key words: Timber, fuel wood, households, Mamberamo, Papua ABSTRAK.Penggunaan kayu untuk keperluan rumah tangga bervariasi. Salah satu bentuk pemanfaatan yaitu untuk kayu bakar. Studi tentang penggunaan kayu sebagai kayu bakar telah dilaksanakan di Dabra, Mamberamo, Papua. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan kayu dilakukan berdasarkan status kayu komersial dan non-komersial. Hasil wawancara terhadap 49 rumah tangga pengguna kayu bakar menemukan bahwa terdapat enam jenis kayu yang umumnya digunakan sebagai kayu bakar. Diantara enam jenis kayu tersebut, tiga tergolong dalam jenis komersial, dam tiga lainnya adalah jenis non-komersial, Hasil lainnya menunjukkan bahwa kayu besi merupakan jenis dengan pemanfaatan tertinggi sebagai kayu bakar. Kata kunci: kayu bakar, rumah tangga, Mamberamo, Papua Penulisan untuk korespondensi, surel:
[email protected]
PENDAHULUAN Arnold
(1998),
penting dan terkadang kritis sehingga memungkin dalam
kajiannya
kan masayarakat mempersiapkan pasokan pangan
tentang
yang stabil dan memadai.
kontribusi hutan sebagai sumber pendapatan keluarga
yang
berkelanjutan,
Alasannya adalah karena hutan merupakan
mendefinisikan
salah satu sumber daya produktif yang paling
hutan sebagai “semua sumber daya yang dapat
mudah diakses dan tersedia untuk banyak orang.
menghasilkan hasil hutan.” Hutan dan manfaat
Hutan merupakan tempat bernaung bagi sekitar 300
nya yang tersedia dalam bentuk makanan dan
juta orang yang tinggal berdekatan dan di sekitar
pendapatan memainkan peranan yang sangat
88
Agustina Y.S. Arobaya, dkk: Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Sumber Energi ...: 88-93 kawasan hutan. Komunitas sekitar hutan ini sangat
bahan bakar kayu di Papua saat ini masih berada
bergantung pada perladangan berpindah, berburu
dalam kondisi normal, dan belum mencapai titik
dan mengumpulkan produk hutan yang dapat
kritis seperti daerah lain di Indonesia.
diamanfaatkan sebagai sumber pangan sehingga hutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketahanan pangan masyarakat (FAO, 1996).
Namun, kenaikan harga bahan bakar, dan terbatasnya akses untuk sumber bahan bakar khususnya di daerah terpencil sacara signifikan
Masyarakat asli Papua yang mendiami Tanah
berdampak terhadap peningkatan konsumsi kayu
Papua umumnya bergantung pada “kemurahan
bakar. Padahal kenyataanya, penggunaan bahan
alam”. Seperti komunitas sekitar hutan lainnya
bakar kayu untuk tujuan sosial dan budaya lainnya
yang
hutan,
(ritual budaya, upacara adat), dan penggunaan rutin
masyarakat asli Papua adalah penghuni hutan
untuk menjaga kehangatan suhu ruangan terutama
yang menggantungkan kehidupan mereka dari
di daerah dataran tinggi cukup tinggi. Kondisi ini
bercocok tanam, memanfaatkan berbagai produk
sangat menguatirkan karena pemanfaatan yang
obat tradisional serta produk-produk kesehatan
tidak terkontrol dapat menyebabkan deforestasi dan
lainnya, berburu serta memancing. Secara spesifik,
degradasi hutan. Penelitian ini dilaksanakan untuk
mengumpulkan hasil hutan bukan kayu (HHBK)
mengidentifikasi jenis pohon yang dimanfaatkan
merupakan aktivitas sentral dan budaya tradisional
masyarakat sebagai sumber kayu bakar, dan
dalam memelihara hubungan dengan alam, rekreasi
menganalisa tingkat pemanfaatannya oleh rumah
dan merupakan hidup turun temurun masyarakat
tangga
setempat yang mendiami Kepulauan New Guinea.
Mamberamo Hulu.
mendiami
kawasan
di
sekitar
Sebagian besar masayarakat asli Papua menghargai hutan berdasarkan manfaat yang diperoleh dari mengekstraksi tanaman dan berburu hewan liar. Ketergantungan ini disebabkan karena hutan merupakan sumber makanan, sumber energy, dan tempat dimana mereka memperoleh obatobatan. Dalam tahapan pembukaan lahan pertanian untuk penyediaan pangan, mereka melakukan penebangan dan pembakaran hutan. Oleh karena itu hutan memainkan peranan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga melalui penanaman berbagai produk pertanian seperti palawija, jagung , kacang tanah, kacang, cabai merah dan ketimun.
yang
mendiami
desa-desa
di
Distrik
METODE PENELITIAN Survei dilakukan antara 8 dan 15 Oktober 2012 di Distrik Mamberamo Hulu. Tiga desa dipilih sebagai lokasi survei: Dabra (03o 16,220 ‘LS & 138o 36.938’BT), Taiyeve (03o14.060’LS & 138o26.626’BT) dan Baso (03o05.083’LS & 138o50.121’BT) yang dianggap mewakili 11 desa lainnya. Dabra adalah ibu kota Distrik Mamberamo Hulu atau sekitar 121 mil jaraknya dari Jayapura. Dabra dapat dicapai dengan 1 jam perhalanan menggunakan pesawat dari Bandara Sentani Jayapura.
Secara
umum
Dabra
merupakan
wilayah hutan hujan tropis, yang secara geografis
Dalam kaitannya dengan sumber energy,
sangat terpencil dengan tingkat populasi manusia
kontribusi hutan melalui penyediaan kayu bakar
yang rendah dan dampak aktivitas pemanfaatan
sangat berperan dalam kehidupan rumah tangga di
sumberdaya alam yang masih tergolong rendah
beberapa negara terutama untuk membantu proses
pula. Polhemus dan Richards (2002) menjelaskan
pengolahan pangan. Di Indonesia, diperkirakan
bahwa Dabra adalah wilayah yang merupakan
sekitar 70% dari energi yang dikonsumsi oleh
refleksi ekologis dari penyebaran jenis hutan yang
masyarakat secara siginifikan disuplai dari kayu
beraosiasi dengan habitat perairan.
bakar dengan peningkatan 0,86 m3 / kapita / tahun pada tahun 1975 (Soemarwoto et al ., 1980 dikutip oleh Pattiselanno dan Metelmety , 2004) . Eksploitasi
Secara umum lokasi penelitian merupakan wilayah hutan rawa gambut dengan luas kurang lebih 432,750ha. Vegetasi yang ditemukan di daerah
89
Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014 ini jauh lebih bervariasi, mulai dari tumbuhan tingkat
secara tradisional. Pada bulan-bulan kering, semua
tinggi, hutan campuran di sepanjang alur sungai
anggota keluarga menghabiskan waktu mereka
sampai kepada tumbuhan tingkat rendah dan hutan
untuk berburu buaya, sementara ketika bulan basah
terbuka yang didominasi oleh spesies Pandanus.
mereka lebih banyak menghabiskan waktu di desa
Bagian lain adalah daerah rawa yang ditumbuhi
dengan mendiami pondok tradisional yang disebut
oleh alang-alang. Iklim daerah ini dapat dibedakan
“bevak” (pondok kecil) yang dibangun untuk tinggal
atas musim kemarau (Mei-September) relatif lebih
sementara di sekitar sungai sambil menokok sagu,
kering dibanding musim hujan. Sepanjang tahun
berburu dan memancing atau mengolah lahan
suhu tertinggi dapat mencapai 80-an F pada siang
pertanian. Oleh karena itu, sulit untuk menemukan
hari.
komunitas rumah tangga tinggal secara tetap di
o
desa.
PENGUMPULAN DATA
Sebagian besar orang Mamberamo adalah
Sepuluh persen dari total rumah tangga di masing-masing desa dipilih secara acak sebagai responden kunci sehingga total responden contoh adalah 49 (empat puluh sembilan) rumah tangga (Tabel 1). Di setiap desa informasi dikumpulkan selama tiga hari dengan menggunakan kuesioner.
nelayan tradisional yang mengandalkan sumber daya sungai yang selalu tersedia. Hasil survei rumah tangga yang kami lakukan menunjukkan bahwa ada beberapa sumber pendapatan lain yang dihasilkan dari berdagang, bertani secara tradisional dan berburu buaya (Gambar 1).
Lembar data kemudian dikumpul dan dianalisis untuk mengidentifikasi jenis kayu dan tingkat pemanfaatannya
per
rumah
tangga.
Untuk
klarifikasi analisa jenis pohon, pengumpulan koleksi herbarium spesimen dari lapangan dilakukan dan dianalisis lebih lanjut di Manokwariense Herbarium. Tabel 1. Jumlah rumah tangga dan rumah tangga responden di desa contoh Table 1. Number of households in each of studied village Village
Household
Respondent
Dabra
200
22
Taiyeve
78
12
Baso
85
15
Gambar 1. Jenis pekerjaan responden di setiap desa contoh Figure. 1 Occupations of respondents in the study sites Dalam hal pemanfaatan kayu, kami mencatat bahwa bentuk pemanfaatan potensi kayu adalah untuk keperluan konstruksi rumah, pagar, jembatan, perahu dan peralatan rumah tangga kecil lainnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
termasuk kayu bakar. Kami juga menemukan
Masyarakat Mamberamo seperti masyarakat
bahwa tidak ada konsesi penebangan beroperasi di
Papua lainnya dikenal sebagai komunitas yang
wilayah Mamberamo, meskipun diperkirakan bahwa
menghuni
bergantung
HPH dari daerah Waropen telah mencapai dan
pada sumber daya alam dan memanfaatkan hasil
memasuki wilayah administrasi Distrik Mamberamo
tangkapan ikan, memproduksi sagu, melakukan
Hulu.
aktivitas
90
daerah
sekitar
perladangan
hutan,
berpindah
dan
berburu
Agustina Y.S. Arobaya, dkk: Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Sumber Energi ...: 88-93 Hasil wawancara dengan anggota rumah
kegiatan produksi minyak ini berjalan dengan baik.
tangga dan observasi langsung ke lapangan,
Sementara itu Cryptoria massoy banyak ditemukan
terutama di sekitar lokasi penelitian, menghasilkan
di desa Taria dan Dou dan diperdagangkan oleh
daftar spesies yang dimanfaatkan masyarakat
penduduk setempat.
termasuk jenis kayu komersial dan non-komersial
Berdasarkan
(Tabel 2). Kayu yang tergolong kelas komersial dijual dengan kisaran harga antara Rp 400.000 sampai 500.000 per kubik. Harga ini dibayar oleh konsumen untuk operator gergaji, dan dari nilai ini
wawancara
yang
dilakukan
kepada 49 responden, pemanfaatan jenis kayu untuk kayu bakar yang umum digunakan oleh masyarakat setempat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Rp 30.000 dibayarkan sebagai kontribusi kepada pemilik ulayat tanah. Tabel 2. Daftar jenis kayu yang dimanfaatkan responden Table 2. List of timber used by the households Commercial
Non-commercial
Agathis labillardieri
Antidesma montanum
Alstonia spectabilis
Endospermum molucannum
Cinnamomum culilawan
Paratocarpus venenosis
Cryptoria massoy
Sterculia spp.
Dracontomellum edule
Vitex spp.
Intsia bijuga
Eugenia spp.
Intsia palembanica
Ficus spp.
Octomeles sumatrana
Macaranga mappa
Gambar 2. Jenis kayu bakar yang umumnya digunakan rumah tangga responden Figure. 2 Common fuel wood using by the
Pometia coriaceae
respondent households
Pometia acuminata Podocarpus blumei
Penggunaan spesies tanaman sebagai sumber
Pterocarpus indicus
energi atau kayu bakar berkaitan erat dengan
Terminalia complanata
pemanfaatan jenis kayu untuk keperluan konstruksi Jenis kayu komersial (Intsia bijuga, Intsia palembanica,
Octomeles
sumatrana,
Pometia
coriaceae, Pometia acuminata dan Pterocarpus indicus)
adalah
jenis
kayu
untuk
keperluan
konstruksi, membuat furniture dan perahu. Jenis kayu non-komersial umumnya digunakan sebagai bahan baku pagar dan fasilitas rumah tangga lainnya seperti peralatan dapur termasuk kayu bakar. Spesies tertentu seperti Cinnamomum culilawan memiliki wilayah penyebaran yang umum di Mamberamo, dan ditemukan di sekitar Dabra, Taiyeve dan Baso, seperti yang digunakan dan diperdagangkan oleh masyarakat lokal sebagai sumber minyak. Antara tahun 1998 dan 2002 melalui program pemberdayaan masyarakat desa dengan bantuan Departemen Perindustrian dan Koperasi
bangunan. Residu atau sisa bahan bangunan yang tidak terpakai umumnya dimanfaatkan untuk kayu bakar. Hasil dari beberapa studi sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan kayu untuk konstruksi
bangunan
bervariasi
antara
satu
dengan kelompok etnis lainnya di Papua. Hal ini wajar karena pemanfaatan jenis kayu tertentu tergantung
pada
penyebaran
jenis
tersebut.
Jenis kayu yang umumnya dimanfaatkan adalah jenis dengan wilayah penyebaran yang merata di Papua dan diakui merupakan kayu berkualitas tinggi seperti Octomeles sumatrana, Terminalia complanata, Podocarpus blumei dan Intsia bijuga. Hasil penelitian Arobaya dan Pattiselanno (2007), Peday (2004) menunjukkan bahwa tujuh spesies yang tumbuh di dataran tinggi Lembah Baliem
91
Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014 dan dimanfaatkan oleh kelompok etnis Dani untuk
dengan hasil penelitian (Bossiere et al, 2004)
keperluan konstruksi adalah Podocarpus papuana
yang melakukan penelitian penilaian lansekap
(sebagai pelapis dalam dinding panel). Bagian
yang penting dalam pemanfaatan sumberdaya
luar dinding biasanya digunakan jenis Araucaria
oleh masyarakat Papsena di Mamberamo. Hasil
cunninghamii, Paraserianthes dan jenis kayu keras
penelitian
lainnya yang penyebarannya merata di daerah
lansekap penting bagi masyarakat Papasena,
dataran tinggi. Sementara kelompok masyarakat
Mamberamo adalah lahan pertanian (19 %), diikuti
di bagian pesisir cenderung menggunakan jenis
hutan (14,3 %) dan sungai (11,8 %). Penilaian
mangrove (Sonneratia alba dan Xeriops tagal) untuk
lebih lanjut menunjukkan bahwa lahan pertanian
bahan bangunan rumah dan kayu bakar (Aibekob
dan hutan memainkan peran penting dalam
dkk, 2002; Mamoribo dkk, 2003; Leonard dkk, 2003).
menyediakan makanan melalui aktivitas perburuan,
Jenis yang sama yang digunakan oleh suku Dani
sumber energy melalui pengumpulan kayu bakar,
seperti Paraserianthes falcataria juga digunakan
mengumpulkan tanaman untuk dikonsumsi dan
secara umum oleh kelompok etnis Wondama di
sebagai lokasi untuk sumber makanan. Sungai
Desa Tandia Wasior (Worabai et al, 2001).
sangat penting, bahkan lokasi penelitian terletak
Pemanfaatan kayu sebagai sumber energi umumnya dilakukan oleh kelompok etnik yang mendiami wilayah sekitar hutan. Bagian tertentu dari bahan konstruksi seperti batang dan dahan sering digunakan sebagai kayu bakar. Survei yang dilakukan di dataran tinggi Jayawijaya mencatat
mereka
juga memainkan peran penting untuk transportasi, sumber pendapatan melalui perdagangan produkproduk tertentu seperti kulit buaya.
suku untuk kayu bakar (Arobaya dan Pattiselanno,
Kelompok
masyarakat di Timor Barat yang memanfaatkan sebanyak 21 jenis (Pulunggono, 1999). Tetapi menurut Peday (2004) ada jenis lain di dataran tinggi Jayawijaya, yang juga diamanfaatkan oleh suku Dani untuk kayu bakar. Hal ini sejalan dengan studi Rahman dkk (1996) di enam desa sekitar kota Wamena berhasil mengidentifikasi jenis-jenis kayu yang umum digunakan seperti Bischofia javanica, Casuarina sp, Greviela papuana dan Paraserianthes faltacaria.
Jenis
lainnya
seperti
Phyllocladus
hypophyllus, Papuacedrus papuanus, Dendrocnide peltata, Podocarpus amarus, Podocarpus neriifolius, Elaeocarpus sp, dan Araucaria klinki secara teratur dimanfaatkan untuk kayu bakar oleh rumah tangga di dataran tinggi Wamena. Hasil
penelitian
ini
juga
mengungkapkan
bahwa sebagian besar jenis yang digunakan untuk kayu bakar biasanya tumbuh di hutan, perkebunan dan daerah dekat aliran sungai. Hal ini sejalan
92
tiga
sungai karena selain menyediakan makanan, tetapi
SIMPULAN
lebih sedikit dibanding jenis yang dimanfaatkan oleh
bahwa
di sepanjang sungai, dan orang-orang menghargai
tujuh belas jenis pohon yang digunakan oleh Dani 2007). Kenyataanya jumlah tersebut masih jauh
menunjukkan
etnik
di
Dabra
Mamberamo
memanfaatkan jenis kayu komersial dan nonkomersial untuk kebutuhan rumah tangga mereka. Tiga jenis baik kayu komersial dan non-komersial umumnya digunakan untuk kayu bakar. Kayu besi (Intsia bijuga) adalah spesies yang paling umum digunakan oleh sebanyak 32,6 % rumah tangga, sedangkan Podocarpus blumei adalah yang paling sedikit digunakan hanya oleh 4 % responden.
Ucapan Terima Kasih Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan Pemetaan Program Sumber Daya Alam antara Pemda Kabupaten Sarmi dan Universitas Negeri Papua, Manokwari. Penghargaan khusus pergi ke Dr Roni Bawole yang melibatkan FP dalam survei di Dabra Mamberamo. Pemerintah daerah dan pemandu lapangan Musa dan Benyamin, terima kasih atas kekompakan dan kerjasama selama survey berlangsung.
Agustina Y.S. Arobaya, dkk: Penggunaan Kayu Bakar Sebagai Sumber Energi ...: 88-93
DAFTAR PUSTAKA Aibekob, H., Bagyono dan Sadsoeitoeboen, M.J. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai Obat Tradisional pada Suku Biak di Desa Duai Kecamatan Numfor Timur Kabupaten Biak Numfor. Beccariana, 4 (2): 116−126. Arnold, J.E.M. 1998. Tree components in farming systems. Unasylva 160:41 Arobaya, A.Y.S and F. Pattiselanno. 2007. The useful plants of Dani Ethnic Group at the Baliem Valley of Papua. Biota Vol. 12(3): 194-197 Bossiére, M., M. van Heist, D. Sheil, I. Basuki, S. Frazier, U. Ginting, M. Wan, B. Hariadi, H. Hariyadi, H.D. Kristianto, J. Bemei, R. Haruway, E.R. Ch. Marien, D.P.H. Koibur, Y. Watopa, I. Rachman dan N. Liswanti. 2004. Pentingnya sumberdaya alam bagi masyarakat lokal di Daerah Aliran Sungai Mamberamo, Papua dan implikasinya bagi konservasi. Journal of Tropical Ethnobiology Vol. 1(2): 76-95 Leonard, D., Wanggai, J. and Manusawai, J. 2003. Pemanfaatan tumbuhan dari hutan mangrove oleh masyarakat di Desa Senebuay, Rumberpon, Manokwari. Beccariana 5(2): 97-108. Mamoribo, S., Arwam, C.Y.H. and Yusuf, A. 2003. Pemanfaatan mangrove oleh masyarakat di Kampung Royori Supiori Selatan, Biak Numfor. Beccariana 5 (1): 43-51.
of Yongsu-Cyclops Mountains and the Southren Mamberamo Basin, Papua, Indonesia. RAP Buletin of Biological Assessment 25. Conservation International, Washington DC, USA. Pulunggono, H.B. 1999. The ethnobotanical studies of people in Amarasi of Kupang, Mollo and Amanatun of South Central Timor, West Timor, Indonesia. Media Konservasi 6: 2738. Pulunggono, H.B. 2002. Forest use and conservation by local communities in Western Timor, Indonesia. Media Konservasi III: 81-90. Prayitno, S.W.M., Manusawai, J. dan Witjaksono, W. 2002. Pemanfaatan Tumbuhan Mangrove bagi Kehidupan Masyarakat Suku Inanwatan di Kabupaten Sorong. Beccariana 4(2): 7992. Rachman, E., Mahfudz and Kuswandi, R. 1996. Research on species trial and consumption rate of fuel wood in Community Forest Development Program in Wamena. Buletin Penelitian Kehutanan 1 (1): 41-50. Worabai, S., Kesaulija, E.M. dan Maturbongs, R.A. 2001. Pemanfaatan jenis tumbuhan pohon oleh suku Wondama di desa Tandia, Wasior Kabupaten Manokwari. Beccariana 3(2): 1930.
Pattiselanno, F. dan R. Metelmety. 2004. Studi pembuatan atlas sumberdaya Kabupaten Sarmi (Distrik Mamberamo Hulu). Draf Laporan Atlas Sumberdaya Kabupaten Sarmi. Universitas Negeri Papua, Manokwari. Peday, H.F.Z. 2004. Analysis of vegetation of commercial trees in Ibele Village, District of Hubikosi Jayawijaya, the buffer zone of Lorentz National Park. Beccariana 6: 33-39. Polhemus, D.A and S. Richards. 2002. Geographic overview of Cyclops Mountains and the Mamberamo Basin, pp 32-37. In: Richards, S.J. and S. Suryadi (eds.). A biodiversity
93