Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2
Juli 2014
ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992
Berkala Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kehutanan
DAFTAR ISI PEMECAHAN DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN ASAM KURANJI (Dialium indum L.) SECARA MEKANIS DAN KIMIAWI Bakti Nur Ismuhajaroh
82-87
PENGGUNAAN KAYU BAKAR SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI MAMBERAMO HULU, PAPUA Agustina Y.S. Arobaya, Maria J. Sadsoeitoeboen & Freddy Pattiselanno
88-93
KERAGAMAN JENIS SATWA BURUNG BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT PADA HUTAN DESA RAMBATU KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PROVINSI MALUKU Anthonia Tuhumury, dan L. Latupapua
94-106
KONDISI DAN POTENSI WISATA ALAM DI WILAYAH GUNUNG SAWAL KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT Dian Diniyati
107-118
PERSEPSI WISATAWAN DAN MASYARAKAT TERHADAP WISATA ALAM DI AREAL HUTAN PENDIDIKAN UNLAM MANDIANGIN, KALIMANTAN SELATAN Khairun Nisa, Hamdani Fauzi, dan Abrani
119-126
REKONSTRUKSI MODEL PENYULUHAN PERTANIAN DAN KEHUTANAN BERBASIS PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU [STUDI KASUS DI TIGA DESA DI WILAYAH KABUPATEN MALANG] Sugiyanto
127-137
STRATEGI PENGEMBANGAN GETAH JELUTUNG SEBAGAI HHBK UNGGULAN Marinus Kristiadi Harun
138-145
ESTIMASI JUMLAH KARBON VEGETASI YANG HILANG AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM TROPIS Ajun Junaedi
146-151
SIFAT FISIKA MEKANIKA PAPAN PARTIKEL DARI PELEPAH NIPAH (Nyfa fruticans Wurmb) DAN SERBUK GERGAJI DENGAN PEREKAT UREA FORMALDEHYDE Noor Mirad Sari, Violet Burhanuddin, Diana Ulfah, Lusyiani, & Rosidah
152-162
EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KLON JATI PADA UMUR 10 TAHUN DI WONOGIRI, JAWA TENGAH Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono
163-169
MODEL ARSITEKTUR POHON JENIS BINTANGUR (Calophyllum inophyllum L.) DI TAMAN HUTAN RAKYAT (TAHURA) SULTAN ADAM Dina Naemah, Payung D., Zairin Noor, M, Yuniarti
170-175
USAHA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DAN NILAI TAMBAH KERAJINAN PURUN Magdalena Yoesran, Gunawansyah, Arfa Agustina R
176-188
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestari pada Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2 yaitu: Prof. Dr. Drs. Adi Santoso,M.Si (Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Kemenhut) Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani,M.Sc (Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada) Prof.Dr.Hj.Nina Mindawati,M.S (Puslitbang Produktivitas Hutan, Kementerian Kehutanan RI) Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako) Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc. (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Prof.Dr.Ir.H.M.Ruslan,M.S (Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat) Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc (Puslitbang Perubaha nIklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan RI) Dr. Ir. Kusumo Nugroho, MS (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) Prof. Dr.Ir.Totok Mardikanto (Universitas Sebelas Maret Surakarta) Prof.Dr.Ir.Sipon Muladi (Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman) Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi (Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin) Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P (Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako)
KATA PENGANTAR
Sifat fisika mekanika papan partikel dari
Salam Rimbawan, Jurnal Hutan Tropis Volume 2 Nomor 2 Edisi Juli 2014 kali ini menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasil penelitian kehutanan. Bakti Nur Ismuhajaroh meneliti pemecahan dormansi dan pertumbuhan kecambah Asam kuranji secara mekanis dengan pengapelasan dan kimiawi dengan perendaman asam sulfat (H2SO4). Agustina Y.S. Arobaya, Maria J. Sadsoeitoeboen &
Freddy
Pattiselanno
meneliti
penggunaan
kayu bakar sebagai sumber energi alternatif di Mamberamo Hulu, Papua. Keragaman jenis satwa burung berdasarkan ketinggian tempat pada hutan desa Rambatu Kabupaten Seram bagian barat Provinsi Maluku diteliti oleh Anthonia Tuhumury, dan L. Latupapua. Dian Diniyati meneliti Kondisi Dan Potensi Wisata Alam Di Wilayah Gunung Sawal Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Sementara itu Khairun Nisa dkk meneliti persepsi wisatawan dan masyarakat terhadap wisata alam di areal hutan pendidikan Unlam Mandiangin, Kalimantan Selatan. Model penyuluhan berbasis pengelolaan DAS terpadu dengan pendekatan embedded case study research seperti yang dilaksanakan oleh program FEATI. Program FEATI (Farmer Empowerment Throught Agricultural Technology and Information) diteliti oleh Sugiyanto. Marinus Kristiadi Harun menganalisis aspek sosial-ekonomi
pengembangan
getah
jelutung
sebagai Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan Provinsi Kalimantan Tengah. Ajun Junaedi membuat estimasi jumlah karbon vegetasi yang hilang akibat kegiatan pemanenan kayu di Hutan Alam Tropis. Jumlah karbon yang hilang pada vegetasi tingkat pohon lebih tinggi (78,38%) dibandingkan tingkat tiang, pancang dan semai.
pelepah nipah (nyfa fruticans wurmb) dan serbuk gergaji dengan perekat urea formaldehyde diteliti oleh Noor Mirad Sari dkk. Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono melakukan Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Uji Klon Jati Pada Umur 10 Tahun Di Wonogiri, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman bervariasi 20-84%, ratarata tinggi pohon 12,38 m, dbh 18,54 cm, tinggi batang bebas cabang 4,22 m, skor bentuk batang 2,38 dan taksiran volume pohon
0,258 m3.
Dina Naemah dkk meneliti model arsitektur pohon jenis Bintangur (calophyllum inophyllum l.) yang diketahui deskripsi mengenai unit arsitektur tampak batang pokok tumbuh monopodial dan orthotropik. Percabangan tumbuh orthotropik. Buah terletak di samping batang atau di ketiak daun yang di sebut bunga axial (flos axillaris atau flos lateralis). Bentuk daun pada pohon Bintangur
berbentuk
jorong (ovalis atau elipticus). Pohon dengan sifatsifat tumbuh seperti ini sama dengan kriteria dari model arsitektur Rauh. Magdalena
Yoesran
dkk
meneliti
usaha
peningkatan produktivitas tenaga kerja dan nilai tambah kerajinan purun Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk dikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca. Banjarbaru, Juli 2014 Redaksi,
Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2
Juli 2014
ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992
EVALUASI PERTUMBUHAN TANAMAN UJI KLON JATI PADA UMUR 10 TAHUN DI WONOGIRI, JAWA TENGAH Growth evaluation of teak clonal test plantation at 10 years old in Wonogiri, Central Java
Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jalan Palagan Tentara Pelajar Km. 15 Purwobinangun, Pakem, Sleman Yogyakarta
ABSTRACT. This study was conducted to determine the survival percentage, growth performance (height, bole length, dbh, stem form and tree volume), flowering and predicted heritability. This research was conducted at the Forest Research in Wonogiri, Central Java with a randomized block design that consisting of 20 clones, 5 ramets, which is repeated in 5 blocks /replication. The results showed that the survival percentage of plant at the age of 10 years varies 20-84%, the average tree height 12.38 m, 18.54 cm dbh, height 4.22 m boles, a score of stem form 2.38 and the estimated individual tree volume of 0.258 m3. Estimated clones heritability (Hc) for high was 0.504, dbh was 0.336, tree volume was 0.485, bole height was 0.581 and for stem form was 0.633. The flowering plants is still limited and uneven that only 15% of clones that are in bloom. Key Words: Clonal test, Growth, Heritability, Teak ABSTRAK. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase hidup tanaman, kinerja pertumbuhan (tinggi, tinggi bebas cabang, dbh, bentuk batang dan volume pohon), pembungaan dan taksiran heritabilitas. Penelitian ini dilakukan di Hutan Penelitian Wonogiri Jawa Tengah dengan rancangan acak kelompok yang terdiri atas 20 klon, 5 ramet, yang diulang dalam 5 blok/replikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman pada umur 10 tahun bervariasi 20-84%, rata-rata tinggi pohon 12,38 m, dbh 18,54 cm, tinggi batang bebas cabang 4,22 m, skor bentuk batang 2,38 dan taksiran volume pohon 0,258 m3. Taksiran heritabilitas klon (Hc) untuk Hc sifat tinggi 0,504, dbh 0,336, volume pohon 0,485, tinggi bebas cabang 0,581 dan untuk sifat bentuk batang 0,633. Adapun pembungaan tanaman masih terbatas dan tidak merata yaitu hanya 15% klon yang sudah berbunga. Kata Kunci: Heritabilitas, Jati, Pertumbuhan, Uji klon Penulis untuk korespondensi, surel:
[email protected]
PENDAHULUAN
ketersedian pasokan kayu dari hutan alam terus menurun untuk memenuhi kebutuhan kayu dunia.
Kebutuhan kayu khususnya kayu pertukangan
Akibat nyata dari kondisi tersebut ditunjukkan dengan
baik untuk keperluan domestik maupun ekspor terus
mengalami
peningkatan
sejalan
adanya kawasan hutan dan lahan rusak seluas
dengan
kurang lebih 40 juta hektar dengan laju deforestasi
bertambahnya jumlah penduduk dunia. Disisi lain
sebesar kurang lebih 1,6-2 juta hektar pertahun (Barr,
163
Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014 2007). Oleh karenanya upaya pembangunan hutan
pada masa yang akan datang melalui seleksi pada
tanaman menjadi salah satu kunci dalam pemenuhan
plot uji klon jati. Kegiatan ini diawali dengan seleksi
kebutuhan kayu. Pembangunan hutan tanaman
pohon superior di beberapa populasi pertanaman
dikembangkan secara luas untuk menghasilkan
jati,
bahan baku kayu nasional. Namun demikian sampai
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan
saat ini masih kurang apabila dibandingkan dengan
teknik okulasi dan penanaman. Tujuan penelitian
jumlah kebutuhan kayu jati di sektor industri di Jawa
ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan
yang mencapai 8.2 juta m³, sementara pasokan kayu
klon-klon jati yang diuji dan taksiran parameter
jati hanya sebesar 2.7 juta m³ (ITTO, 2006).
genetiknya. Diharapkan dari hasil penelitian ini akan
Jati adalah salah satu jenis primadona untuk penghasil kayu pertukangan. Kayu jati banyak dimanfaatkan untuk pertukangan yaitu kusen, daun pintu, meubel, ukiran, konstruksi berat dan ringan, perkapalan dan bisa dipakai sebagai bantalan rel kereta api. Termasuk jenis kayu yang paling digemari di pasar kayu domestik maupun internasional (Mahfudz, 2003). Harganya relatif tinggi, pada tahun 2013 dilaporkan bahwa kisaran harga untuk kayu jati A1 (diameter 16-19 cm) Rp 2,5-2,8 juta/ m3, A2 (diameter 22-28 cm) Rp 3,4-3,6 juta/m3, A3 (diameter 30-39 cm) Rp 5,5-5,8 juta/m3 dan A4 (> 40 cm) sekitar Rp 7-7,5 juta/m3 (http://rimbakita. blogspot.com/2013). Adapun di pasar internasional dilaporkan harga kayu jati gergajian mencapai US$ 1400-3000/m3. Sementara jumlah produksi kayu jati nasional masih jauh belum mencukupi permintaan pasar sehingga prospek pengembangan jati masih sangat terbuka lebar. kayu jati setiap tahun belum dapat mencukupi pasar
yang
disebabkan
karena
produktivitas hutan tanaman jati secara umum masih relatif rendah, yaitu hanya mencapai 2-5 m3/ha/tahun (Enters, 2000). Dilaporkan bahwa riap tegakan jati yang menggunakan benih dari APB yang hanya mencapai 1,6 m3/ha/tahun (Wibowo et al., 2007). Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan upaya dan minat masyarakat untuk menanam jati dengan produktivitas yang lebih tinggi. Penggunaan benih unggu/bahan tanaman yang berkualitasl sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman jati (Na’iem, 2002). Penelitian
ini
dilakukan
vegetatif
tanaman,
diperoleh klon-klon yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Hutan Penelitian di Wonogiri, Jawa Tengah yang lokasinya berada pada ketinggian tempat sekitar 141 m di atas permukaan laut dengan rata-rata curah hujan 1878 mm/ tahun, suhu 24-37oC dan kelembaban relatif sekitar 67,5%. Jenis tanah pada lokasi penelitian yaitu grumosol hitam. Pembangunan plot uji klon jati ini dilakukan pada tahun 2002, dengan menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri atas 20 klon yang diuji. Setiap klon terdiri atas 5 ramet yang diulang dalam 5 blok, sehingga jumlah unit pengamatan seluruhnya 500 tanaman. Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan secara periodik setiap tahun pada sifatsifat tinggi, diameter batang/dbh, tinggi bebas tanaman. Bahan penelitian lain yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data hasil pengamatan pertumbuhan tanaman. Adapun peralatan yang dipergunakan antara lain adalah galah ukur, haga, cangkul, tally sheet, parang, meteran, gunting stek, kaliper, kamera dan alat tulis. Selanjutnya data hasil penelitian disusun dalam bentuk tabel dan grafik kemudian dilakukan analisis varians untuk mengetahui pengaruh klon dan famili pada masingmasing plot uji. Selanjutnya dilakukan pendugaan nilai heritabilitas pada masing-masing plot uji. Model matematik yang digunakan sesuai dengan rancangan acak kelompok yaitu :
dalam
rangka
memperoleh bahan tanaman jati yang berkualitas
164
bahan
cabang, taksiran volume pohon dan pembungaan
Permasalahan yang dihadapi adalah produksi kebutuhan
pengambilan
Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono: Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Uji Klon Jati ...: 163-169 Yijk = u + Bi + Kj + BKij + Eijk (Satrosupadi, 2000).
d. Bentuk batang (stem from) diukur dengan menggunakan sistem skor yang dimulai skor 1
Adapun Taksiran nilai heritabilitas klon (h2c) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Zobel dan Talbert, 1984):
sampai dengan 5 atau tergantung dari variasi pada populasi. Pengukuran biasanya dimulai pada umur 1 tahun dengan mengikuti pola distribusi normal, dengan kriteria sebagai berikut : skor 1 adalah bentuk batang sangat
σ2c 2 h c = ——————————
bengkok atau terjelek dalam populasi, skor 2 adalah bentuk batang di bawah rata-rata di
(σ2f + σ2bc/b + σ2e/nb)
dalam populasi, skor 3 adalah bentuk batang rata-rata di dalam populasi, skor 4 adalah
Keterangan :
bentuk batang dengan percabangan terletak di
σ2c = komponen varians famili σ2bc = komponen varians interaksi blok dan famili
atas ¼ tinggi pohon dan skor 5 adalah bentuk batang lurus atau terbaik dalam populasi
σ2e = komponen varians error n
= rerata harmonik jumlah pohon per plot
b
= rerata harmonik jumlah blok
Adapun kegiatan pengambilan data pertumbuhan tanaman dilakukan dengan menggunakan peralatan
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase hidup tanaman Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
yang sudah disiapkan sebagai berikut:
menunjukkan bahwa persentase hidup tanaman uji
a. Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan
klon jati di Wonogiri sampai umur 10 tahun bervariasi
galah ukur atau haga yang dimulai dari pangkal
mulai 20 – 84%, seperti disajikan pada Gambar 1.
batang di permukaan tanah sampai titik tumbuh
Terdapat 3 klon yang memiliki persen hidup terendah
apikal pada tajuk.
yaitu klon 9, 19 dan klon 20. Persentase hidup
b. Diameter batang diukur dengan menggunakan
terbaik sebesar 84% yang ditunjukkan oleh klon 10,
kaliper atau pita diameter pada ketinggian
16 dan 17. Secara keseluruhan persentase hidup
setinggi dada (Diameter Breast Height/dbh)
tanaman uji klon jati di Wonogiri hanya mencapai
c. Tinggi batang bebas cabang (bole length)
57,80%. Sementara hasil pengamatan uji klon
diukur dengan mengunakan galah ukur dari
jati di tempat lain menunjukkan persentase hidup
permukaan tanah sampai cabang permanen
yang lebih baik. Perbedaan tingkat pertumbuhan
terbawah.
tersebut dapat terjadi akibat adanya perbedaan kondisi tempat tumbuh tanaman berupa tingkat kesuburan tanah dan faktor iklim. Zobel dan Talbert (1984) menjelaskan bahwa faktor lingkungan tenpat tumbuh/edafis lebih kuat pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman
dibandingkan
dengan
faktor iklim. Namun demikian hasil ini masih dapat dimanfaatkan karena suatu pertanaman dianggap tidak berhasil apabila persentase hidupnya kurang Skor : 1
2
3
4
5
dari 55% (Anonim, 2003 dalam Abdurachman, 2009),
Gambar 1. Penilaian bentuk batang tanaman jati Figure 1.
Scoring of stem form of teak
165
Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014 Jumlah klon
Tabel 1. Rerata hasil pengamatan 5 klon terbaik di plot uji klon Wonogiri umur 10 tahun Table 1. The average result of the best 5 at teak clonal test in Wonogiri at 10 years old
Persentase hidup (%)
Tinggi pohon
DBH
Klon 11 20 6 8 10
Klon 11 7 6 8 9
m 15,50 14,68 14,27 13,00 12,76
cm 22,33 20,48 19,74 19,53 19,44
Tinggi bebas cabang Klon m 11 6,16 18 5,28 6 5,04 2 4,28 12 4,26
Bentuk batang Klon 11 18 6 15 20
Skor 3,47 2,87 2,73 2,60 2,60
Taksiran volume pohon Klon m3 11 0,431 6 0,317 10 0,300 3 0,289 9 0,280
Gambar 2. Persentase hidup tanaman uji klon jati pada umur 10 tahun di Wonogiri Figure 2. Survival percentage of clonal test plantation of teak at 10 years old in Wonogiri
Kinerja pertumbuhan tanaman Tingkat pertumbuhan klon-klon jati di plot uji klon Wonogiri sampai dengan umur 10 tahun secara umum adalah sebagai berikut: tinggi pohon total rata-rata 12,38 m, diameter/dbh rata-rata 18,54 cm, tinggi batang bebas cabang rata-rata 4,22 m, skor bentuk batang rata-rata sebesar 2,38 dan hasil penaksiran volume pohon rata-rata 0,258 m3. Volume total tegakan mencapai 78,22 m3 dengan taksiran riap volume pohon sekitar 21,49 m3/ha/ tahun. Data hasil pengamatan pertumbuhan dari 5 klon terbaik disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Dengan melakukan seleksi menggunakan 5 klon terbaik maka akan diperoleh rata-rata tinggi 14,04 m, dbh 20,28 cm dan volume pohon 0,323 m3 sehingga potensi riapnya mmeningkat jadi 26,91 m3/ha/tahun seperti disajikan pada Tabel 1. Data tersebut kemudian di analisis untuk melihat variasi antar klon yang diuji, yang hasilnya disajikan pada Tabel 2.. Gambar 3. Tanaman uji klon jati di Wonogiri umur 10 tahun Figure 3. Teak clonal test plantation in Wonogiri at 10 years old
166
Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono: Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Uji Klon Jati ...: 163-169 Tabel 2. Analisis sidik ragam tanaman uji klon jati umur 10 tahun di Wonogiri
ditemukan mencapai 22 m dan terpendek hanya mencapai 2,5 m. Rerata tinggi pohon terbaik yaitu
Table 2. Varians analysis of teak clonal test at 10 years in Wonogiri Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung Signifikansi variasi bebas kuadrat tengah 1. Tinggi pohon Rep 4 620,01 155,00 20,90 ** < 0,0001 Klon 19 337,40 17,76 2,39 ** 0,0014 Rep x klon 56 975,55 17,42 2,35 ** < 0,0001 Galat 209 1549,98 7,42 Jumlah 288 3605,99 2. Tinggi bebas cabang Rep 4 7,66 1,91 0,79 ns 0,5318 Klon 19 99,97 5,26 2,17 ** 0,0042 Rep x klon 56 235,19 4,20 1,74 ** 0,0029 Galat 209 505,64 2,42 Jumlah 288 869,10 3. Diamater/DBH Rep 4 362,69 90,67 3,78 ** 0,0055 Klon 19 859,39 45,23 1,88 * 0,0167 Rep x klon 56 312,367 49,20 2,05 ** 0,0001 Galat 209 5019,60 24,02 Jumlah 288 8765,08 4. Bentuk batang Rep 4 5,17 1,29 1,46 ns 0,2169 Klon 19 33,01 1,73 1,96 * 0,0119 Rep x klon 56 84,64 1,51 1,70 ** 0,0039 Galat 209 185,62 0,89 Jumlah 288 312,37 5. Volume pohon Rep 4 0,59 0,15 5,34 ** 0,0004 Klon 19 1,08 0,06 2,05 ** 0,0078 Rep x klon 56 3,06 0,05 1,97 ** 0,0003 Galat 209 5,81 0,03 Jumlah 288 10,53 -
ditunjukkan oleh klon no. 11 (15,50 m), 20 (14,68 m) dan 6 (14,27 m) sedangkan yang terendah pada klon 1 (10,92 m). Tinggi batang bebas cabang ratarata bervariasi antara 3,30 – 6,16 m, dengan tinggi bebas cabang tertinggi yang ditemukan mencapai 10 m dan terpendek hanya 0,3 m. Rerata tinggi bebas cabang tertinggi ditunjukkan oleh klon 11 (6,16 m), 18 (5,28 m) dan 6 (5,04 m), sedangkan yang terpendek pada klon 19 (3,30 m). Hasil pengamatan diameter/dbh menunjukkan variasi rata-rata DBH mulai dari 15,55 - 22,33 cm, dengan DBH yang paling besar mencapai 33,8 cm dan terkecil hanya 5 cm. Rerata DBH terbesar diperoleh pada klon 11 (22,33 cm) dan klon 7 (19,74cm) sedangkan yang terkecil ditunjukkan oleh klon 5 (15,55 cm) dan klon 13 (16,11 cm). Hasil penilaian skor bentuk batang menunjukkan adanya variasi rerata bentuk batang mulai dari 1,89 – 3,47 dengan skor rata-rata secara keseluruhan 2,38. Klon-klon yang menunjukkan skor terbaik yaitu klon 11 (3,47) dan terjelek ditunjukkan oleh klon 9 (1,89). Hasil penghitungan taksiran volume pohon diperoleh rerata volume individual pohon mencapai 0,258 m3, sehingga taksiran riap volume tegakan dapat mencapai 21,49 m3/ha/tahun. Potensi riap
Keterangan : ns = tidak berbeda nyata, * = berbeda nyata pada taraf 0,05 dan ** = berbeda nyata pada taraf 0,01 (Remarks: ns = not significant different, * = significant at 0.05 level, and ** = signnificant at 0.01 level)
volume dapat ditingkatkan lagi dengan melakukan seleksi menggunakan 5 klon terbaik yaitu dapat mencapai 26,91 m3/ha/tahun . Target peningkatan produktivitas hutan tanaman (riap volume) yang diharapkan untuk jenis kayu pertukangan daur panjang seperti jenis jati dan merbau dalam Roadmap
Hasil analisis sidik ragam pada semua karakter
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan tahun
yang diamati pada plot uji klon jati di Wonogiri umur
2010-2014 adalah ≥ 15 m3/ha/tahun (Anonim, 2010).
10 tahun menunjukkan adanya variasi antar klon
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan
yang berbeda nyata. Hal tersebut menunjukkan
bahwa potensi riap klon-klon jati umur 10 tahun yaitu
bahwa
kinerja
21,49 m3/ha/tahun. Hasil tersebut menunjukkan
pertumbuhan yang berbeda-beda, walaupun tidak
peningkatan yang sangat besar apabila dibandingkan
sepenuhnya merupakan pengaruh faktor genetik
dengan riap volume (Mean Annual Increment/MAI)
karena masih terdapat interaksi dengan faktor
rata-rata hutan tanaman jati umumnya hanya sekitar
lingkungan (replikasi). Hasil pengamatan tinggi
8 m3/ha/tahun dengan daur 30-40 tahun (Kaosa-ard,
pohon menunjukkan adanya variasi rata-rata tinggi
1999). Diharapkan dengan potensi tersebut dapat
mulai 10,92 – 15,50 m. Tinggi pohon tertinggi yang
dikembangkan hutan tanaman jati yang memiliki
klon-klon
yang
diuji
memiliki
167
Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 2, Edisi Juli 2014 produktivitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan kayu
terhadap bentuk batang klon-klon jati di plot uji klon
nasional yang masih didominasi dari kayu dari hutan
Wonogiri. Bentuk batang bersifat spesifik dan sangat
alam yang produktivitasnya sangat rendah yaitu
dipengaruhi oleh famili maupun asal provenannya
hanya sekitar 2,189 m3/ha/tahun (Dirjen BUK, 2011).
(Mahmood et al., 2009). Nilai heritabilitas ini penting sekali diketahui untuk memprediksi seberapa besar
Pembungaan Hasil pengamatan pembungaan tanaman pada
peningkatan genetik yang dapat diperoleh dengan kegoatan seleksi yang dilakukan.
plot uji klon jati di Wongiri umur 9 tahun menunjukkan bahwa proses pembungaan belum berkembang dengan baik. Jumlah pohon yang berbunga masih terbatas dan penyebarannya belum merata yaitu sekitar 15%. Umumnya masa pembungaan tanaman jati bervariasi, biasanya mulai umur 6-8 tahun, namun dapat pula terjadi sangat lambat sampai umur 20 tahun baru berbunga (Kaosa-ard, 1999). Hasil pengamatan di plot uji klon wonogiri juga menunjukkan adanya kemampuan berbunga yang berbeda-beda sehingga sampai dengan umur 10 tahun baru sebagian kecil saja yang sudah berbunga/berbuah. Variasi pembungaan tersebut dapat disebabkan oleh beebrapa hal seperti kondisi lahan, asal provenan (Kaosa-ard, 1999; Watanabe et al., 2010). Kondisi tanah seperti PH, kesuburan, struktur tanah dan drainase juga berpengaruh terhadap proses pembungaan. Demikian pula faktorfaktor seperti kondisi iklim, keberadaan polinator, rendahnya kompetisi akar dalam memperoleh unsur hara dan kompetisi tajuk, sangat berpengaruh terhadap kemampuan pembungaan tanaman jati (http://www.fao.org) .
Taksiran nilai heritabilitas Berdasarkan hasil penghitungan nilai taksiran heritabilitas klon (Hc) diperoleh bahwa untuk Hc sifat tinggi 0,504, untuk dbh 0,336, taksiran volume total 0,485, sifat tinggi bebas cabang 0,581 dan untuk sifat bentuk batang 0,633. Menurut Coteril dan Dean (1990) dalam Leksono (1994), nilai Hc untuk sifat tinggi, diameter, tinggi bebas cabang dan volume pohon termasuk kategori sedang yang berarti kondisi lingkungan cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Akan tetapi nilai Hc untuk bentuk batang termasuk tinggi yang berarti bahwa faktor genetik sangat besar pengaruhnya
168
SIMPULAN DAN SARAN Persentase
hidup
tanaman
uji
klon
jati
pada umur 10 tahun di Wonogiri, Jawa Tengah menunjukkan adanya variasi antar klon yaitu 2084% dengan persentase hidup rata-rata secara keseluruhan hanya mencapai 57,80%. Klon-klon yang menunjukkan persentase hidup terbaik yaitu klon 10, 16 dan 17. Rerata pertumbuhan tinggi 12,38 m, dbh 18,54 cm, tinggi batang bebas cabang 4,22 m, skor bentuk batang 2,38. Hasil penaksiran volume pohon diperoleh rata-rata 0,258 m3 sehingga riap volumenya sekitar 21,49 m3/ha/tahun. Dengan melakukan seleksi klon-klon terbaik maka produktivitasnya berpotensi untuk dapat ditingkatkan. Hasil penghitungan nilai taksiran heritabilitas klon (Hc) diperoleh bahwa untuk Hc sifat tinggi 0,504, untuk dbh 0,336, taksiran volume total 0,485, sifat tinggi bebas cabang 0,581 dan untuk sifat bentuk batang 0,633.
DAFTAR PUSTAKA Abdurachman. 2009. Pertumbuhan Tanaman Ulin (Eusideroxylon zwageri T.&B.) pada Umur 5 Tahun di Arboretum Balai Besar Penelitian Dipterocarpa Samarinda. Mitra Hutan Tanaman 4(1): 9-17. Anonim, 2010. Rencana Penelitian Integratif 2010 – 2014. Kementerian Kehutanan. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan. Barr, C. 2007. Intensively Managed Forest Plantation in Indonesia. Overview of recent trend and current plans. Meeting of the forest dialogue. Pekanbaru, March 7-8, 2007. CIFOR.
Hamdan Adma Adinugraha dan S. Pudjiono: Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Uji Klon Jati ...: 163-169 Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan. 2011. Riap Diameter Tahunan pada Hutan Alam Produksi. Surat Edaran Nomor: SE. 10/VIBUHA/2011. Kementerian kehutanan. Enters, T. 2000. Site, Technology and Productivity of Teak Plantation in Southeast Asia. Unasylva 201, vol. 51, 2000. http://rimbakita.blogspot.com/2013. Harga kayu jati log atau gelondonmg 2013. Diunduh tangggal 5 Juni 2014. Kasosa-ard, A. 1999. Teak (Tectona grandis Linn.f) Domsetication and Breeding. Teaknet Asia Pacific Region. Yangon Myanmar. Leksono, B. 1994. Variasi Genetik Produksi Getah Pinus merkusii Jungh et. de Vriese. Thesis (S2). Program Studi Ilmu Kehutanan, Jurusan Ilmu-ilmu Pertanian. Fakultas Pasca Sarjana UGM (Tidak dipublikasikan). Mahfudz, 2003. Sekilas Tentang Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Mahmood, K., Naqvi, MH, dan Marcar, NE. 2009. Genetic Variation in Eucalyptus camaldulensis Dehnh. in ProvenanceFamily Trialon Saline Soil. Pakistan Journal of Botany 41(5):2281-2287.
Na’iem, M. 2002. Pentingnya Penggunaan Benih Unggul Dalam Pembuatan Tanaman Jati dan Standarisasi Mutu Bibit Secara Nasional. Makalah dalam Diskusi Penyediaan Bibit Unggul Jati tanggal 9 Agustus 2002. Pusat Litbang BPTH. Yogyakarta.. Satrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi Revisi. Kanisius. Yogyakarta. Watanabe, Y., Owusu-Sekyere, E., Manunaga, T., Buri, M.M., Oladele, O.I. dan Wakatsuki, T. 2010. Teak (Tectona grandis) growth as influenced by soil phsycochemical properties and other site conditions in Ashanti region, Ghana. Journal food, Agrficulture and Environment 8(2); 1040-1045. Wibowo, A., Sutijasno dan Rodiana. 2007. Variasi Genetik dan Korelasi Pertumbuhan Uji Keturunan Half-sib Jati di KPH Cepu. Buletin Puslitbang Perhutani X(1):577-583. Zobel, B.J. and Talbert, J.T. 1984. Applied Forest Tree Improvement. John Wiley and Sons. New York..
169