JIKA SUBSIDI BBM DIPATOK RP 2.000 PER LITER
EN
D
PR
R
I
Kebijakan kenaikan BBM selalu memunculkan dua permasalahan utama yaitu beban fiskal yang semakin berat1 dan penurunan daya beli masyarakat akibat inflasi. Selain itu, aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah penurunan pertumbuhan ekonomi akibat tingkat suku bunga kredit yang meningkat. Dalam formulasi kebijakan, tentu penting untuk mengambil kebijakan yang paling sedikit memunculkan biaya (cost) sekaligus memberikan manfaat (benefit) terbesar.
BN
–
SE
TJ
Berdasarkan kajian IPB, seluruh indikator makroekonomi Indonesia menunjukkan respon yang negative akibat penurunan subsidi BBM dengan atau tanpa kompensasi, PDB riil turun 0,25%, konsumsi riil rumah tangga turun 0,3% dan IHK naik 0,4%.
KS AN AA N
AP
Pemerintah telah menyampaikan dua opsi alternative kebijakan pengurangan besaran subsidi yaitu subsidi tetap Rp2.000/liter dan kenaikan harga Rp1.500/liter. Kedua kebijakan tersebut masingmasing memiliki dampak yang berbeda terhadap kondisi sosial ekonomi maupun fiskal. Yang jelas kedua alternatif tersebut berakibat pada kenaikan harga BBM yang pada akhirnya mempengaruhi inflasi.
BI R
O
AN
AL
IS A
AN
G
G
AR
AN
D
AN
PE
LA
Selama ini pengurangan subsidi BBM dilakukan melalui kenaikan harga BBM bukan subsidi yang bersifat tetap. Berdasarkan pengalaman selama ini kenaikan harga BBM menyebabkan inflasi melejit. Pada tahun 2005 kenaikan harga BBM sebesar 87,5% menyebabkan inflasi naik 10,71% dari 6,4% menjadi 17,11%. Pada tahun 2008 kenaikan harga BBM 33,3% menyebabkan inflasi naik 4,47% dari 6,59% menjadi 11,06%. Dengan subsidi yang bersifat tetap berarti harga dibiarkan fluktuatif sesuai harga pasar. Akibatnya inflasi yang dihasilkan menjadi lebih sulit diprediksi , dapat lebih tinggi maupun lebih rendah dari pengalaman sebelumnya. Dengan kondsi demikian dibutuhkan kesiapan masyarakat untuk menghadapi fluktuasi harga barang dan jasa. Selain itu pemerintah dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dalam mengendalikan inflasi .
1
Selama tahun 2005 – 2010 rata-rata subsidi energy mencapai Rp129,59 Triliun per tahun. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 4
Tabel 1. Perbandingan kenaikan harga BBM dan Inflasi tahun 2005, 2008 dan perkiraan 2012 : Kenaikan Harga BBM (Premium) Kenaikan (%)
Sebelum (%)
Setelah (%)
Kenaikan (%)
2.400
4.500
87.5 %
6,4 %(2004)
17,11 %
2008
4.500
6.000
33,3 %
6,59% (2007)
11,06 % (2008)
2012
4.500
6.000 *
3,79% (2011)
6-7 % (2012*)
10,71 %
4,47%
2,21-3,21 %
BN
–
SE
TJ
EN
D
2005
PR
R
Setelah (Rp/liter)
I
Sebelum (Rp/liter)
Tahun
Inflasi
AP
*) perkiraan
KS AN AA N
Sumber : BPS, ESDM (dalam investor daily, 2012)
AN
AR
IS A
AN
G
G
Kajian UI
AN
D
Instansi Badan Pusat Statistik
PE
LA
Berikut adalah perbandingan perkiraan inflasi akibat kenaikan harga BBM tahun 2012 dari berbagai institusi :
BI R
O
AN
AL
Bank Indonesia
Kajian ReforMiner Institute
Perkiraan Inflasi Setiap kenaikan harga BBM Rp500 per liter akan menyebabkan inflasi langsung 0,31 persen dan inflasi tidak langsung 1-2 kali dari inflasi langsung Kenaikan harga bensin dan solar Rp1.500 per liter akan menimbulkan tambahan inflasi 2,15% Subsidi tetap Rp2000 per liter menyebabkan inflasi 2,43% Setiap kenaikan harga BBM sebesar Rp500 per liter akan menyebabkan tambahan inflasi 0,3% Kenaikan harga premium dan solar Rp1000 dan Rp1500 per liter akan menyebabkan tambahan inflasi 1,07% dan 1,58%.
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 5
Lebih jauh UI telah melakukan kajian dampak berbagai alternative kebijakan pengurangan subsidi BBM . Dampak yang dikaji meliputi dampak social ekonomi dan fiskal. Asumsi yang digunakan adalah : Kurs Rp9.000/US$
-
ICP US$ 105/barel
-
Subsidi per liter premium dibawah Rp3.500/liter
PR
R
I
-
EN
D
Dengan asumsi-asumsi tersebut, hasilnya menunjukan sebagai berikut :
TJ
Alternatif Kebijakan Subsidi Kenaikan Harga Kenaikan Harga Kenaikan Harga Tetap Rp2000/liter Rp1500/liter Rp1000/liter Rp2000/liter
AN
PE
*
LA
Kompleksitas Implementasi : Upaya Pengendalian/antisipasi penyelewengan Potensi Dampak Sosial Resiko POlitik
2.886 1.40 2.78 42.11
KS AN AA N
2.43 1.15 2.37 25.77
2.15 0.98 2.10 31.58
1.43 0.61 1.41 21.05
**
***
* **** *****
*** ** ***** ***** Sumber : Kajian UI 2012
AR
AN
D
*** *****
AP
Indikator Sosek & Fiskal Tambahan Inflasi (%) Tambahan Kemiskinan (%) Penurunan daya beli (%) Penghematan Subsidi BBM Nasonal (Rp T)
BN
–
SE
Uraian
IS A
AN
G
G
Dari hasil kajian tersebut terlihat bahwa dengan kenaikan harga Rp2.000 per liter berimplikasi pada penghematan anggaran yang lebih besar dibandingkan dengan alternative lain namun disisi lain juga membawa dampak tambahan inflasi , tambahan kemiskinan dan penurunan daya beli yang paling besar dibandingkan alternatif-alternatif lainnya.
AN
AL
Selain itu, UI juga melakukan kajian terhadap premium dengan berbagai opsi kebijakan. Asumsi yang digunakan adalah : Kurs Rp9.000/US$
BI R
O
-
-
ICP US$ 105/barel
-
Subsidi per liter premium : Rp3.518/liter pada harga eceran Rp4.500/liter
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 6
UI juga melakukan kajian terhadap total subsidi yang diberikan untuk BBM jenis premium dengan kondisi pembatasan volume (24,41 juta KL) maupun volume sesuai dengan prognosa 2012 (28,07 juta kl). Hasil dari kajian UI tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Opsi Kebijakan
BN
–
R PR
EN
SE
12,208 24,413 36,619 48,824 61,030 49,257 37,051
D
(28,07 jt KL)
14,039 28,074 42,110 56,416 70,181 56,643 42,607
KS AN AA N
AP
jt KL) jt KL) 1 Tidak ada kenaikan harga 85,874 98,750 2 Kenaikan harga Rp500 73,666 84,711 3 Kenaikan harga Rp1.000 61,461 70,676 4 Kenaikan harga Rp1.500 49,255 56,640 5 Kenaikan harga Rp2.000 37,055 42,604 6 Kenaikan harga Rp2.500 24,844 28,569 7 Subsidi tetap Rp1.500/liter 36,617 42,107 8 Subsidi tetap Rp2.000/liter 48,823 56,143 Sumber : Tim LPEM UI Asumsi Kurs Rp9.000 ICP $105/barel Subsidi per liter premium Rp 3.518/liter pada harga eceran Rp4.500/liter
I
Volume (24,41 Prognosa (28,07 Volume (24,41 jt KL)
TJ
No
Total Subsidi BBM Jenis Premium Total Subsidi Untuk Premium Penghematan Subsidi Untuk Premium Pembatasan Volume Sesuai Pembatasan Volume Sesuai Prognosa
AN
D
AN
PE
LA
Dari tabel tersebut terlihat bahwa opsi kenaikan harga Rp1.500 per liter untuk premium maupun opsi subsidi tetap Rp2.000 per liter secara fiskal membawa dampak yang hampir sama. Melalui kedua opsi kebijakan tersebut total subsidi untuk premium berada pada kisaran Rp49 Triliun jika kuota dibatasi dengan potensi penghematan pada kisaran Rp36 – 37 Triliun. Sedangkan jika kuota tidak dibatasi maka total subsidi untuk premium berada pada kisaran Rp56 Triliun dengan potensi penghematan berada pada kisaran Rp42 Triliun.
AR
Kompleksitas Implementasi Berbagai Opsi Kebijakan Pengurangan Subsidi BBM
IS A
AN
G
G
Opsi apapun yang diambil oleh Pemerintah , kompleksitas implemenatsi dari kebijakan yang akan diambil harus diperhitungkan juga. Berikut adalah perbandingan kompleksitas implemenatsi atas berbagai alternatif pengurangan subsidi BBM :
BI R
O
AN
AL
Pembatasan Konsumsi Pembatasan Pasokan Diskriminasi Harga _Insentif resales oleh penerima ? Metode penentuan _ Insentif resales subsidi alokasi BBM untuk SPBU _Beban implementasi di SPBU ? Penentuan kuota tiap _Perlu alat kendali kelompok kendaraan berbasis kendaraan di SPBU atau pengemudi _ Potensi perembesan _Perlu pemisahan jalur di SPBU Sumber : Tim LPEM UI
Subsidi Tetap Kenaikan Harga ? Penentuan periode _Potensi perembesan jika kenaikan harga koreksi harga _Pengawasan saat cukup tinggi transisi harga
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 7
Pro, kontra dan kompleksitas implementasi serta kebijakan subsidi Premium dan M Solar dipatok tetap sebesar Rp2.000 per liter Pro : -
Pada saat harga ICP tinggi (pada kondisi harga minyak internasional yang fluktuatif) maka pengurangan beban subsidi akan lebih signifikan. Resiko kenaikan subsidi hanya dari penambahan volume BBM karena beban subsidi terkenadali dari gejolak harga ICP. Dengan demikian terdapat kepastian jumlah subsidi BBM yang dialokasikan dalam APBN dan dalam jangka panjang bermanfaat untuk engendalian subsidi BBM. Proses pembelajaran kepada masyarakat untuk mnghemat konsumsi BB dalam jangka panjang
EN
D
PR
R
I
-
SE
TJ
-
–
Kontra :
AP
BN
Harga BBM berubah-rubah sesuai fluktuasi harga ICP Hali ini dapat menyulitkan masyarakat dan pelaku ekonomi untuk membuat perencanaan usaha.
Penentuan periode koreksi harga
-
Pengawasan saat transisi harga
LA
-
KS AN AA N
Kompleksitas implementasi :
AN
PE
Pro, kontra dan kompleksitas implementasi terhadap kebijakan kenaikan subsidi Premium dan M Solar Rp1500 - 2000 per liter :
AN
D
Pro :
Pengurangan beban subsidi BBM (Premium dan M Solar) akan lebih signifikan pada saat ratarata ICP rendah (pada harga minyak internasional yang stabil) Harga BBM tetap Rp6000/liter tidak berubah lagi Resiko kenaikan subsidi berasal dari kenaikan harga ICP dan penambahan volume BBM
G
AR
-
IS A
AN
G
-
AN
Hanya signifikan jangka pendek dalam pengurangan subsidi BBM Pada saat harga ICP sangat rendah diperlukan penyesuaian turun harga BBM
BI R
O
-
AL
Kontra :
Kompleksitas Implementasi : -
Ada potensi perembesan jika kenaikan harga cukup tinggi Penyusun : Martiasih Nursanti
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI | 8