BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pada tanggal 22 Juni 2013 pemerintah memberikan pengumuman kenaikan
harga BBM dari Rp 4500,- per liter menjadi Rp 6.000,- per liter. Pemerintah memiliki beberapa alasan untuk kenaikan harga BBM. Alasan pertama adalah harga BBM bersubsidi Rp 4.500 terlalu murah, jauh berbeda dengan harga BBM industri yang mencapai Rp 9.300. Bahkan harga BBM Indonesia juga termurah di dunia sebagai negara importir. Sebagai contoh, harga BBM di Vietnam Rp 15.553; Laos Rp 13.396; Kamboja Rp 13.298; dan Myanmar Rp 10.340.
Hal ini dapat menyebabkan
penyelundupan kepada sektor industri pertambangan maupun ke luar negri. Selain harga BBM di Indonesia terlalu murah, alasan kedua pemerintah menaikan harga BBM adalah harga BBM yang murah menyebabkan pengembangan energi alternatif di Indonesia terhambat. Beberapa bahan bakar alternatif seperti etanol dan minyak jarak tidak bisa bersaing karena harganya mirip dengan harga BBM bersubsidi. Alasan yang ketiga adalah Indonesia saat ini telah berubah status dari negara eksportir menjadi negara importir minyak bumi. Saat ini jumlah impor minyak di Indonesia telah mencapai satu per tiga kebutuhan minyak nasional, sehingga harga
1
BBM nasional sangat bergantung pada harga internasional. Akibatnya defisit fiskal membengkak. Alasan yang keempat adalah subsidi BBM yang berlangsung selama ini tidak sesuai ketentuan UU 30/2007 tentang Energi. Di dalam Pasal 7 Ayat (2) disebutkan bahwa subsidi disediakan untuk kelompok masyarakat tidak mampu. Namun kenyataannya, subsidi BBM dinikmati lebih 70 persen oleh kelas menengah pemilik mobil pribadi dan sepeda motor bersilinder tinggi. Sehingga pemerintah memutuskan untuk mengganti subsidi BBM dengan memberikan kompensasi kepada masyarakat golongan ekonomi lemah. Alasan yang terakhir adalah seperlima APBN telah tersedot untuk subsidi energi yang bersifat konsumtif. Hal ini membuat ruang gerak belanja negara untuk sektor produktif yang lebih bersifat jangka panjang menjadi terbatas. Di sisi lain, kenaikan BBM menyebabkan timbulnya efek spiral, yaitu kenaikan harga semua barang dan jasa. Hal ini disebabkan kenaikan harga BBM akan menaikan biaya transportasi dan biaya produksi. Biaya transportasi naik dari naiknya biaya pengangkutan barang dan pengiriman barang. Sedangkan biaya produksi naik akibat biaya proses produksi yang menggunakan BBM juga naik. Kenaikan biaya produksi dan transportasi ini akan menaikan harga jual produk dan mendorong terjadinya inflasi. (Handoko dan Susilo, 2000). Aktifitas suatu sektor dalam perekonomian tidak terlepas dengan sektor-sektor perekonomian lainnya, sehingga
2
kebijakan yang berkaitan langsung dengan sektor tersebut akan berimbas pada perekonomian secara makro (Purwoko, 1997). Sehingga kenaikan harga BBM yang awalnya berpengaruh pada sektor transportasi dan sektor industri, akhirnya akan berpengaruh juga terhadap sektor-sektor lain dalam perekonomian. Akibat dari efek spiral ini, maka kenaikan BBM pun juga berimbas pada pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia. Hal ini disebabkan harga saham di pasar modal dipengaruhi oleh baik faktor mikro maupun faktor makro. Contoh faktor mikro yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah pembagian dividen, perubahan strategi perusahaan, keputusan rapat umum pemegang saham, dan lainlain. Sedangkan perubahan dalam faktor makro seperti kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan pemerintah seperti kenaikan harga BBM
juga mempengaruhi
pergerakan harga saham. ( Suryawijaya dan Setiawan, 1998). Kenaikan harga BBM menyebabkan kenaikan biaya produksi pada sektor industri manufaktur, industri consumer good, industri kimia dasar, dan industri pertanian. Sedangkan pada industri pertambangan ada potensi kenaikan harga BBM menyebabkan kenaikan harga saham, hal ini disebabkan perusahaan eksplorasi minyak bumi mendapat keuntungan yang lebih besar akibat kenaikan harga BBM ini. Berdasarkan data yang diambil dari BEI maka terjadi perubahan harga saham akibat kenaikan harga BBM seperti di bawah ini.
3
Tabel 1.1. Pergerakan Index LQ 45 dan Composite Tiga Hari Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga BBM (sumber : www.duniainvestasi.com).
Tanggal LQ45 Composite 17-Jun-13 792,706 4.774,504 18-Jun-13 803,877 4.840,452 19-Jun-13 795,892 4.806,656 20-Jun-13 760,604 4.629,994 21-Jun-13 736,263 4.515,372 22-Jun-13 Libur 23-Jun-13 Libur 24-Jun-13 724,247 4.429,460 25-Jun-13 719,575 4.418,872 26-Jun-13 755,460 4.587,728 27-Jun-13 803,990 4.675,75 28-Jun-13 773,387 4.818,895
Gambar 1.1. Grafik Pergerakan Index LQ45 dan IHSG Sebelum dan Sesudah Kenaikan BBM.
4
Berdasarkan data di atas, maka dapat dilihat bahwa dua hari setelah pengumuman kenaikan harga BBM terjadi penurunan harga index LQ45 dan Composite. Sedangkan pada hari ketiga index LQ45 dan Composite mulai naik. Hal tersebut menunjukkan bahwa informasi sangat mempengaruhi naik atau turunnya harga saham. Suatu informasi yang memberikan kabar baik akan menyebabkan harga saham naik, sedangkan informasi yang membawa kabar buruk akan menyebabkan harga saham turun. Menurut Fama (1991), pasar yang efisien didasarkan pada akurasi dari harga sahamnya. Transaksi dapat dikatakan adil jika semua pelaku pasar mendapatkan informasi yang sama banyaknya dalam waktu yang sama. Pasar yang sudah efisien secara informasi ini disebut dengan informationally efficient market. Hartono (2005) menjelaskan bahwa informasi saja tidak cukup untuk membuat pasar efisien. Pasar dikatakan efisien jika informasi tersebar dengan cukup dan pelaku pasar memiliki kepintaran untuk membuat keputusan. Sebagai contoh: terdapat perusahaan yang menaikan deviden, investor yang naif akan bereaksi cepat dengan membeli saham perusahaan tersebut sehingga harga saham cepat naik. Sedangkan investor yang pintar akan melakukan analisis terlebih dahulu apakah nilai ekonomis perusahaan tersebut naik atau tidak. Dengan begitu investor yang pintar tidak akan tertipu oleh informasi yang salah.
5
Di dalam suatu peristiwa besar seperti kenaikan harga BBM, beberapa perusahaan dapat menerima return taknormal yang positif atau negatif. Informasi yang didapat oleh investor mengenai return taknormal ini dapat menjadi pertimbangan bagi para investor untuk membeli atau menjual saham. Dalam penelitian ini issue yang akan diangkat adalah seberapa besar pengaruh negatif kenaikan harga BBM terhadap return taknormal perusahaan-perusahaan yang berada di Bursa Efek Indonesia. 1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas maka perumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh negatif kenaikan harga BBM terhadap return taknormal yang diperoleh oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.3
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka didapatkan pertanyaan
penelitian sebagai berikut ini. 1. Apakah terdapat return taknormal negatif pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia akibat peristiwa kenaikan harga BBM?
6
1.4
Tujuan Penelitian Mengacu pada identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis ada tidaknya return taknormal negatif pada saham-saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia akibat kenaikan harga BBM. 1.5
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Bagi investor pasar modal. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pada saat melakukan pembelian atau penjualan saham ketika terjadi peristiwa non ekonomi seperti kenaikan harga BBM.
2.
Bagi akademisi. Penelitian ini dimaksudkan agar dapat dijadikan referensi pada penelitian berikutnya yang berkaitan dengan studi peristiwa terhadap pergerakan harga saham.
1.6
Batasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi masalah terhadap return
taknormal negatif yang diperoleh investor pada saham-saham perusahaan di Bursa Efek Indonesia akibat kenaikan harga BBM.
7
1.7
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut. Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori. Bab ini menjelaskan dasar teori yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan. Bab III Metoda Penelitian. Bab ini menjelaskan tentang pengambilan sampel dan teknik populasi. Selain itu bab ini juga membahas cara pengolahan data, rumus yang digunakan, dan kriteria dalam menarik kesimpulan. Bab IV Analisis dan Pembahasan. Bab ini berisi penjelasan dari pengolahan data dalam bentuk verbal dengan kata-kata dan sistematis dalam bentuk angka-angka. Bab V Kesimpulan. Bab ini menyajikan ringkasan, diskusi, simpulan, keterbatasan, dan saran dari hasil penelitian ini.
8