PROVINSI
JAWA TENGAH
I. KONDISI UMUM A. Kondisi fisik daerah 1. Keadaan Geografis Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5°40' dan 8°30' Lintang Selatan dan antara 108°30' dan 111°30' Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Batas-batas wilayah provinsi Jawa Tengah adalah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan dengan Samudera Hindia dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebelah Barat dengan Provinsi Jawa Barat dan sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur. 2. Iklim Menurut Stasiun Klimatologi Klas I Semarang, suhu udara rata-rata di Jawa Tengah tahun 2011 berkisar antara 25,2°C sampai dengan 27,7°C. Tempat - tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 75 persen sampai dengan 84 persen. Curah hujan tertinggi tercatat di Stasiun Meteorologi Kebumen yaitu sebesar 3.513 mm dan hari hujan terbanyak tercatat di Stasiun Meteorologi Cilacap 227 hari. 3. Topografi Menurut tingkat kemiringan lahan di Jawa Tengah, 38% lahan memiliki kemiringan 0-2%, 31% lahan memiliki kemiringan 2-15%, 19% lahan memiliki kemiringan 1540%, dan sisanya 12% lahan memiliki kemiringan lebih dari 40%. Ditinjau dari topografinya, wilayah Jawa Tengah bagian utara, sebagian besar berupa dataran rendah, sedang makin masuk ke pedalaman (bagian tengah) didominasi oleh topografi berbukit dan bergunung. Topografi semacam ini disebabkan oleh kondisi geologi wilayah Jawa Tengah bagian tengah didominasi oleh gunung api dan pegunungan struktural.
249
4. Luas wilayah Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah 3.254.412 Ha atau sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia). 5. Pulau dan sungai Beberapa sungai yang mengalir bermuara ke pantai Laut Jawa adalah Kabuyutan, Pemali, Gung, Rambut, Comal, Pekalongan, Waluh, Bodri, Garang, Jragung, Serang dan Juwana. Debit aliran sungai ini bervariasi dari satu sungai dengan sungai lain dan dari satu musim ke musim yang lainnya. Pada musim penghujan debit sungai mencapai beberapa puluh meter kubik per detik, sehingga menyebabkan terjadinya banjir, tetapi pada musim kemarau hanya beberapa mm3/detik. Sungai yang bermuara ke laut Jawa meliputi 3 (tiga) wilayah daerah aliran sungai, yaitu: 1. Wilayah DAS Jratunseluna, luas + 734.400 ha. 2. Wilayah DAS Pemali – Comal, luas + 524.730 ha. 3. Wilayah DAS Solo – Hulu, luas + 609.400 ha.
B. Keadaan sosial ekonomi 1. Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah, terbagi dalam 29 kabupaten dan 6 Kota. Wilayah tersebut terdiri dari 573 kecamatan dan 8.578 desa / kelurahan. 2. Pendidikan Penduduk yang bersekolah selama periode tahun pelajaran 2010/2011 - 2011/2012 menurut data dari Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Jawa Tengah, terjadi penurunan jumlah murid pada jenjang pendidikan SD sebesar 2,31 persen, sedangkan SLTP mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen dan tingkat SLTA meningkat sebesar 4,04 persen. Penyediaan sarana fisik dan tenaga guru yang memadai sangat diperlukan dalam menunjang pendidikan. Tahun 2011/2012 jumlah guru SD naik sebesar 7,78 persen, SLTP naik sebesar 0,18 persen, dan guru SLTA naik sebesar 0,87 persen. Banyaknya universitas/akademi pada tahun akademik 2011/2012 tercatat sebanyak 243, terdiri dari 5 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan 238 Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Banyaknya mahasiswa PTN periode lima tahun terakhir polanya berfluktuasi. Pada tahun 2011/2012, jumlah mahasiswa pada PTN naik sebesar 1,30 persen menjadi 139 ribu mahasiswa. 3. Tenaga Kerja Berdasarkan hasil Sakernas, angkatan kerja di Jawa Tengah tahun 2011 mencapai 16,92 juta orang atau naik sebesar 0,37 persen dibanding tahun sebelumnya. Tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 70,77 persen. Sedangkan angka pengangguran terbuka di Jawa Tengah sebesar 5,93 persen.
250
4. Penduduk Berdasarkan Angka Sementara Proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010, jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2011 tercatat sebesar 32,64 juta jiwa atau sekitar 13,54 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Ini menempatkan Jawa Tengah sebagai provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki terhadap jumlah penduduk perempuan) sebesar 99,42. 5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator perekonomian yang menunjukkan sebagian kontribusi sektor kehutanan dalam pembangunan wilayah adalah PDRB. Dalam PDRB ini, sub sektor kehutanan dikategorikan dalam sektor pertanian. Dalam waktu ke waktu dapat dibaca bahwa angka (nilai) PDRB sub sektor kehutanan adalah relatif kecil. Hal ini dikarenakan yang tercacat dalam pelaporan PDRB baru sebatas pada nilai komoditas kehutanan yang dapat dihitung (tangible benefit) yang berupa hasil hutan kayu dan sebagian hasil hutan non kayu (madu, minyak kayu putih). Sedangkan nilai komoditas yang berkontribusi jauh lebih besar yaitu jasa lingkungan (intangibel benefit) belum tercatat dalam perhitungan PDRB. Nilai PDRB sub sektor kehutanan di provinsi Jawa Tengah berdasarkan harga konstan pada tahun 2008 sebesar Rp. 555.656,45,-, pada tahun 2009 sebesar Rp 579.230,53,- dan pada tahun 2010 sebesar Rp sebesar Rp.630.780,66,6. Budaya dan Nilai Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya. Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas ArabIndonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Di daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur) terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang Kanekes di Banten. Meskipun Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek SoloJogja dianggap sebagai Bahasa Jawa Standar. Di samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa, namun secara umum terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran.
251
Kulonan dituturkan di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan Dialek Tegal, dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo, Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut, dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu. Di wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di kabupaten Brebes bagian selatan, dan kabupaten Cilacap utara sekitar kecamatan Dayeuh luhur, orang Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-harinya.
Seni dan Budaya Jawa Tengah
252
II. ASPEK KAWASAN A. Hutan Negara 1. Luas Kawasan Hutan Luas Kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah sesuai SK Menhut No.359/MenhutII/04 tanggal 1 Oktober 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Jawa Tengah adalah seluas 757.250 ha, sedangkan luas daratan kawasan hutannya mencapai 647.133 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi : 1. Hutan Konservasi seluas 126.530 ha 2. Hutan Lindung seluas 84.430 ha 3. Hutan Produksi Terbatas seluas 183.930 ha 4. Hutan Produksi Tetap seluas 362.360 ha 362.360 47,85%
Hutan Konservasi Hutan Lindung Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap
183.930 24,29%
126.530 16,71%
84.430 11,15%
Luas Kawasan Hutan (Daratan) di Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 47.85% kawasan hutan (daratan) yang ada di Provinsi Jawa Tengah merupakan hutan produksi tetap, 24.29% hutan produksi, 16.71% hutan konservasi dan 11.15% hutan lindung. 2. Luas Penutupan Lahan Kondisi penutupan lahan dalam dan luar kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan penafsiran citra Landasat 7 ETM+2009/2010, sebagai berikut : Tabel 102. Luas Penutupan Lahan Dalam Dan Luar Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Tengah Penutupan Lahan A. Hutan -Htn Primer
KAWASAN HUTAN HUTAN TETAP
TOTAL HPK
Jumlah
KSAKPA 10,6
HL
HPT
67,9
160,5
268,6
-
507,7
-
0,1
-
-
-
0,1
HP
APL Jumlah
%
613,5
1.121,2
32,4
-
0,1
0,0
253
-Htn Sekunder
2,7
18,9
35,7
8,1
-
65,4
18,4
83,8
2,4
-Htn Tanaman
7,9
48,9
124,9
260,5
-
442,2
595,1
1.037,3
30,0
5,8
16,6
23,4
93,7
-
139,4
2.198,5
2.337,9
67,6
-
-
-
-
-
-
-
0
16,4
84,4
183,9
362,4
-
647,1
2.812
3.459,1
100, 0
B. Non Hutan C. Tidak ada data Total
Sumber : Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2011
3. Posisi kawasan hutan dalam DAS Posisi kawasan hutan yang ada di Provinsi Jawa Tengah masuk dalam 51 wilayah DAS dengan luas total 635.746,79 ha. Posisi DAS berdasarkan fungsinya berada pada hutan lindung, hutan produksi tetap, dan hutan produksi. Yang berada pada kawasan hutan lindung seluas 22.124,39 ha, pada hutan produksi tetap seluas 27.334,30 ha dan pada berada pada kawasan hutan produksi seluas 49.458,69 ha. Beberapa DAS tersebut antara lain DAS Serang, DAS Juwana, DAS Tuntang, DAS Comal, dll. 4. Penggunaan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan Kegiatan pinjam pakai kawasan hutan untuk kegiatan tambang dan non tambang di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004-2011 sebanyak 14 kasus, yang terletak pada 9 kabupaten antara lain Blora, Wonogiri, Banyumas, dll dengan total luas 59.1172 ha. Secara rinci kegiatan pinjam pakai tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 103. Pinjam Pakai Kawasan Hutan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2011*) Jumlah kasus No. Kabupaten/Kota Luas (ha) (buah) 1 Blora 5 7,6552 2 Wonogiri 1 1,5260 3 Banyumas 1 0,5200 4 Kendal 1 4,1450 5 Kota Semarang 2 14,1450 6 Jepara 1 17,8500 7 Batang 1 0,3000 8 Semarang 1 12,4130 9 Boyolali 1 0,5630 Jumlah 14 59,1172 *) Pinjam pakai kawasan hutan (persetujuan prinsip) untuk kegiatan tambang dan non tambang Sumber: Dokumen RTRWP Jawa Tengah 2009-2029
254
Sedangkan untuk kegiatan tukar menukar kawasan hutan yang sudah ada persetujuan prinsip di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2004-2011 sebanyak 17 buah, dengan total luas 253.4282 ha yang berada di 8 kabupaten atau kota. Secara rinci tukar menukar kawasan hutan tersebut sebagai berikut. Tabel 104. Tukar Menukar Kawasan Hutan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2004- 2011*) No. 1
Kabupaten/Kota
Jumlah kasus (buah)
Brebes
2 3 4 5 6 7 8
Blora Rembang Tegal Pekalongan Pemalang Wonogiri Boyolali Jumlah *)Tukar menukar yang sudah ada persetujuan Sumber: Dokumen RTRWP Jawa Tengah 2009-2029 Source : Document of RTRWP Jawa tengah 2009-2029
Luas (ha) 3
72,3415
1 1 2 2 1 4 3 17
81,8350 0,3314 13,2593 31,4950 0,9945 34,1715 19,0000 253,4282
DAS Serayu
255
III. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN A. Potensi kayu atau non kayu Potensi kayu di Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2012 berdasarkan fungsinya hanya bisa disajikan pada kawasan hutan produksi yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah saja, sedangkan fungsi hutan lainnya belum tersedia data. Hal ini karena kegiatan inventarisasi potensi kayu pada hutan dengan fungsi lainnya (Cagar Alam, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Tahura) belum dilaksanakan. Jenis kayu yang dikembangkan yaitu Jati, Pinus, Mahoni, dan Damar. Potensi kayu berdasarkan kelas perusahaan Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah selama tahun 2012 sebagai berikut : 1. Kelas Perusahaan Jati : 6.930.898 m3 2. Kelas Perusahaan Pinus : 10.447.876 m3 3. Kelas Perusahaan Mahoni : 266.904 m3 4. Kelas Perusahaan Damar : 478.537 m3 B. Produksi kayu atau non kayu 1. Produksi Kayu Produksi Kayu di Jawa Tengah saat ini baik dari Hutan Produksi maupun Hutan Rakyat mencapai 3,7 juta m3/tahun. Sedangkan kapasitas industri di Jawa Tengah telah mencapai 652 unit dengan kebutuhan bahan baku kayu sebanyak 4 juta m3/tahun. Dengan demikian masih terdapat defisit bahan baku kayu sebanyak 300.000 m3/tahun yang dipenuhi melalui import dari luar Jawa. 2. Produksi Non Kayu Produksi non kayu yang berhasil di inventarisasi ada 13 jenis, dimana produksi masing-masing jenis sebagai berikut : 1. Daun kayu putih : 9.577 ton 2. Getah Pinus : 50.734 ton 3. Getah Damar / Kopal : 223 ton 4. Kopi : 58,018 ton 5. Madu : 238,805 ton 6. Air Madu : 62.173 liter 7. Holtikultura : 378.597 Kg 8. Benang Sutra : 814 Kg 9. Kapuk : 99.678 Kg 10. Tanaman Obat : 148.829 Kg 11. Atsiri(Nilam, sereh) : 17 Kg 12. Bioethanol : 1.057 liter 13. Tepung (Jagung, porang, singkong) : 24.914 Kg
256
C. Flora dan fauna 1. Flora Flora dominan yang terdapat di provinsi Jawa Tengah : 171 flora yang hidup hutan hujan tropis dataran rendah (151 flora hutan hujan tropis, 32 species lumut, 32 species jamur). 45 species mangrove. 34 species flora hutan pantai. 9 species lamun. 32 Species rumput laut (Terumbu karang). Tanaman yang menjadi flora identitas Provinsi Jawa Tengah adalah kantil. Kantil (Cempaka Putih) merupakan tanaman yang mempunyai bunga berwarna putih dan berbau harum dengan tinggi pohon mencapai 30 meter. Bunga kantil yang mempunyai nama latin Michelia alba dan masih berkerabat dekat dengan bunga jeumpa (cempaka kuning).
Kantil (Michelia alba)
2. Fauna Jumlah total potensi satwa/fauna yang dilindungi UU yang ditangkar di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan data yang tersedia adalah 692 ekor. Secara rinci jumlah masingmasing jenis satwa yang dilindungi tersebut sebagai berikut : (dirapikan) 1. Rusa timur (Cervus timorensis) 2. Kancil (Tragulus javanicus) 3. Gajah (Elephas maximus) 4. Harimau Sumatra (Panthera tigris) 5. Macan Tutul (Pantera pardus) 6. Rusa Bawean (Cervus kuhli) 7. Rusa Sambar (Cervus unicolor) 8. Rusa Tutul (Cervus spp) 9. Kijang (Muntiacus muntjak) 10. Lumba-lumba (Tursiop aduncus) 11. Banteng (Bos sundaicus) 12. Landak (Hystrix brachyura) 13. Orang utan (Pongo pygmaeus) 14. Siamang (Hylobates syndactylus) 15. Lutung hitam (Presbytis cristatus) 16. Lutung (Trachypithecus auratus) 17. Owa (Hylobates moloch) 18. Kukang (Nyticebus coucang) 19. Bangau Tongtong (Leptoptilos javanicus)
: : : : : : : : : : : : : : : : : : :
84 7 20 7 2 49 4 26 27 32 3 35 14 5 6 3 3 5 12
ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor
257
20. Bayan (Lorius roratus) 21. Dara kapuchin (Goura appelia) 22. Dara mahkota (Goura kristata) 23. Dara persia (Goura sp) 24. Elang Bido (Spilornis cheela) 25. Elang Bondol (Halliastur indus) 26. Elang jawa (Spizaetus bartelsii) 27. Elang laut (Falconidae) 28. Elang ular (Spilornis cheelapalidus) 29. Jalak putih (Sturnus melanopterus) 30. Jalak bali (Leucopsar rotschildi) 31. Kakatua (Cacatua sp) 32. Kakatua besar (Cacatua sp) 33. Kakatua besar jambul kuning 34. Kakatua jambul kuning 35. Kakatua jambul 36. Kakatua kecil jambul kuning 37. Kakatua Putih (Cacatua sp) 38. Kakatua raja 39. Kakatua seram 40. Kasuari (Casuarius casuarius) 41. Kasuari gelambir dua (Casuarius sp) 42. Kasuari gelambir satu 43. Kuntul (Egretta sp) 44. Mambruk 45. Merak (Pavo muticus) 46. Merak biru (Pavo cristatus) 47. Merak hijau (Pavo muticus) 48. Nuri merah (Lorius sp) 49. Rangkong (Bucerus rhinoceros) 50. Biawak (Varanus sp) 51. Buaya muara (Crocodylus porosus) 52. Komodo (Varanus komodoensis) 53. Buaya irian (Crocodylus novaeguineae) 54. Kadal irian/panama (Tiliqua gigas)
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
20 8 11 0 1 9 7 15 4 4 43 6 4 3 4 1 25 4 4 9 25 1 2 2 2 1 1 70 10 10 22 14 1 2 3
ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor ekor
D. Jasa lingkungan Pemanfaatan jasa lingkungan dari kawasan hutan khususnya untuk kegiatan wisata alam sudah mulai banyak dikembangkan di Jawa Tengah. Hal ini didukung dengan dikembangkannya 3 Taman Nasional (Karimunjawa, Merapi dan Merbabu), 4 Taman Wisata Alam (Grojogan Sewu, Sumber Semen, Gunung Selok dan Tlogo Warno Tlogo Pengilon), Taman Hutan Raya KGPAA Mangkunegara I, Kebun Raya Baturaden dan 18 unit Wana Wisata yang dikembangkan di kawasan Hutan Produksi TN Karimunjawa
258
maupun Hutan Lindung di Jawa Tengah, dengan jumlah pengunjung pada tahun 2012 sebanyak 570.000 orang dan memberikan kontribusi terhadap Penghasilan Negara Bukan Pajak dan PAD senilai Rp. 1.275.402.000,-.
E. Lahan kritis Berdasarkan hasil inventarisasi luas lahan kritis di Propvinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 261.526 ha dengan kategori kritis 233.300 ha dan kategori sangat kritis 28.226 ha. luas lahan kritis tersebut pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 159.853 ha dengan kategori kritis 149.976 ha dan sangat kritis 9.877 ha. Untuk mengurangi dan menghijaukan lahan kritis di Provinsi Jawa Tengah, berbagai upaya rehabilitasi telah dilakukan, antara lain : 1. Memberikan bantuan bibit tanaman kehutanan dan MPTS kepada masyarakat di 35 Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan telah menyalurkan bibit sejumlah 1.907.421 batang. 2. Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN), dilaksanakan sejak tahun 2003 s/d 2007 pada 35 Kab./Kota, dengan lahan yang telah direhabilitasi seluas 205.186 Ha. 3. Gerakan Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM) dimulai tahun 2005, dilaksanakan di lebih dari 1.000 sekolah/ponpes/lembaga pendidikan, dengan jumlah tanaman 25.000 btg. 4. Aksi Penanaman Serentak Indonesia (APSI) pada tahun 2007 dengan jumlah bibit yang ditanam sebanyak 13.650.640 btg. 5. Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (GPTPP) tahun 2008, dengan jumlah tanaman 1.532.000 btg. 6. Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) pada tahun 2008, dengan jumlah tanaman 28.781.000 btg. 7. Perhutani Hijau Tahun 2010, dengan melaksanakan reboisasi pada lahan kosong di dalam kawasan hutan seluas 90.000 Ha, tahun 2010 selesai dilaksanakan. 8. Program dan kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat(Kemenhut), Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten. 9. Partisipasi Dunia Usaha melalui mekanisme CSR (Corporate Social Responsibility) yang dialokasikan untuk kegiatan penghijauan. 10. Gerakan Penanaman satu Milyar Pohon (OBIT) dilaksanakan tahun 2009 telah tertanam sebanyak 36.544.000 btg, tahun 2010 telah tertanam sebanyak 122.675.480 btg, tahun 2011 tertanam sebanyak 130.546.659 btg, dan pada tahun 2012 telah tertanam sebanyak 123.001.234 batang.
259
IV. ASPEK KELEMBAGAAN A. Model pengelolaan Pengelolaan Hutan di Jawa Tengah dikelola oleh beberapa Institusi. Perum Perhutani mengelola hutan produksi dan hutan lindung. UPT Kementerian Kehutanan yaitu BKSDA mengelola Cagar Alam, Suaka Margasatwa, dan Taman Wisata Alam, Balai Taman Nasional mengelola Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Karimunjawa. Sedangkan untuk Hutan Rakyat dikelola oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dan BP DAS Pemali Jratun, BP DAS Solo dan BP DAS Serayu Opak Progo. Disamping itu ada beberapa UPT Kementrian Kehutanan yaitu BPKH XI Jawa Madura, BPTKPDAS, Balai Besar Pemuliaan Tanaman. B. Sumber Daya Manusia (SDM) Data SDM pengelola kawasan hutan di Provinsi Jawa Tengah disajikan pada tabel berikut : Tabel 105. SDM Pengelola Kawasan Hutan di Provinsi Jawa Tengah No
Instansi
IV L
1 2 3 4 5 6
BPDAS Pemali – Jratun
2 3 1 1 1
Jumlah SDM Menurut Golongan III II I P L P L P L P 1
BPDAS Solo BKSDA Jawa Tengah Balai TN Karimunjawa Balai TN Gn. Merbabu Balai Penelitian 11 1 Bioteknologi dan PTH 7. Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah 8 Dishutprov Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah)
41 28 42 44 17
22 17 30 13 10
15 13 25 21 16
2 5 4 4 1
30
18
16
2
Jumlah L
P
Tot
1
61 44 69 66 34
25 22 34 17 11
86 66 103 83 45
1
58
21
79
3
Luas kawasan hutan di provinsi Jawa Tengah yang mencapai 757.250 ha tentunya memerlukan jumlah tenaga pengamanan yang cukup banyak. Sampai dengan tahun 2011, jumlah polhut sebanyak 74 orang dan PPNS sebanyak 10 orang. C. Prospek pengelolaan hutan 1. Hutan Rakyat Hutan Rakyat khususnya di pulau Jawa saat ini mendapat perhatian serius dari berbagai pihak untuk dikembangkan. Di Pulau Jawa dengan kondisi kepemilikan tanah yang relatif lebih jelas dibandingkan di luar Jawa menjadikan hutan yang tumbuh di tanah hak bisa menjamin berbagi program pelestarian hutan. Khusus di
260
Jawa Tengah tipe hutan rakyat di berupa hamparan dan jalur, sedangkan bentuk penanaman berupa agroforestry, campuran dan monokultur. Keberadaan hutan rakyat sangat dirasakan manfaatnya baik oleh pemerintah maupun masyarakat, dari segi ekologis, ekonomi maupun sosial, oleh karena itu di Provinsi Jawa Tengah, kebijakan pengembangan hutan rakyat terus ditingkatkan melalui penerapan program-program dan kegiatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemenuhan bahan baku industri antara lain hutan rakyat swadaya, hutan rakyat pola kemitraan, Fasilitasi Bantuan Bibit, Aksi Penanaman Serentak, Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon (GPTPP), Hutan Desa, Hutan Sekolah, OMOT, OBIT, Kebun Bibit Rakyat (KBR). Tanaman Hutan Rakyat di Jawa Tengah didominasi jenis sengon (Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis lain seperti Jati, Mahoni, Sonokeling, Pinus, dan Rimba Campuran. Luas hutan rakyat di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 s.d tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2009 luas hutan rakyat mencapai 469.195,00 ha, pada tahun 2010 mencapai 506.501 ha dan pada tahun 2011 mencapai 576.007,48 ha yang tersebar di 35 kabupaten. Secara rinci luas hutan rakyat tersebut sebagai berikut : Tabel 106. Luas Hutan Rakyat di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 s.d 2011ȱ No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kabupaten Banjarnegara Banyumas Batang Blora Boyolali Brebes Cilacap Demak Grobogan Jepara Karanganyar Kebumen Kendal Klaten Kudus Magelang Magelang Kota Pati Pekalongan Pekalongan Kota Pemalang Purbalingga Purworejo Rembang Salatiga Semarang Semarang Kota Sragen
2009 (ha) 30.114,46 20.494,90 6.621,75 16.625,00 19.993,00 15.930,00 16.223,63 1.676,00 10.724,25 5.932,09 12.267,00 11.474,00 38.478,44 1.788,00 2.285,75 17.055,00 16.619,63 17.993,00 145,00 7.378,70 30.536,00 20.967,00 13.600,65 247,50 16.378,00 6.242,00 21.625,00
Luas Hutan Rakyat 2010 (ha) 2011 (ha) 32.508 32.440,11 24.766,00 22.123 7.240 17.138,80 17.635 17.265,23 21.583 19.993,28 17.197 17.055,00 52.485,00 17.688 1.809 5.539,60 11.866 16.678,00 6.754 10.936,21 13.494,00 13.242 18.086,00 12.170 41.272 47.239,00 2.076 2.076,00 2.421 3.500,00 18.218 20.063,5 50,00 18.250 23.681,05 19.096 18.089,77 157 157,00 8.129 10.935,00 32.707 30.535,58 22.634 20.499,00 14.338 14.100,65 267 906,00 17.483 16.071,50 6.738 2.142,90 23.122 21.974,99
261
14.999,21 Sukoharjo 45,63 Surakarta Kota 3.125,30 Tegal 15,00 Tegal Kota 15.108,00 Temanggung 36.893,00 Wonogiri 19.646,45 Wonosobo Jumlah 469.195,00 Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah 29 30 31 32 33 34 35
16.192 49 3.373 16 16.309 40.203 21.635 506.501
17.982,00 49,94 6.925,00 11,8 14.855,00 38.803,00 19.481,58 576.007,48
ȱ
Saat ini hasil produksi kayu dari hutan rakyat Jawa Tengah terutama jenis sengon sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku. Industri Primer kayu rakyat yang saat ini mencapai 591 industri terdiri dari skala besar dengan kapasitas produksi > 6.000 m³/th, skala menengah dengan kapasitas produksi 2.000 - 6.000 m³ ³/th dengan kebutuhan bahan baku total ± 6.433.990 m³. Manfaat lain dari pengembangan hutan rakyat di Jawa Tengah adalah hasil hutan non kayu baik berupa madu maupun bahan pangan berasal dari pemanfaatan lahan di bawah tegakan. Produksi kayu dari hutan rakyat selama tahun 2010-2011 secara rinci pada 35 kabupaten sebagai berikut. Tabel 107. Produksi Hutan Rakyat di Jawa Tengah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
262
Kabupaten Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang
Tahun 2010 3 (m ) 36.381,24 40.849,90 7.336,71 32.655,80 52.999,19 58.324,46 83.348,53 13.524,05 25.249,06 46.403,39 3.567,73 115.357,90 7.813,08 4.046,42 863,20 7.682,91 756,75 4.202,93 31,89 16.802,00 0,00 33.259,67 28.474,15 27.637,05 82.699,34
Tahun 2011 3 (m ) 36.413,82 60.851,05 31.685,97 60.455,63 56.205,33 51.896,73 53.628,13 8.643,31 66.687,22 50.628,47 2.947,04 174.444,41 20.240,51 26.195,06 103.761,80 3.177,30 1.271,04 5.000,14 90.683,00 19.911,01 79.289,74 64.870,30 40.532,51 73.887,51
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga Kota Semarang Kota Pekalongan Kota Tegal JUMLAH
22.621,47 45.034,02 3.063,40 11.323,25 0,00 0,00 0,00 3.648,54 0,00 0,00 815.958,03
91.636,24 103.761,80 6.385,57 6.394,03
328,315
1.391.812,986
Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
2. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), sebagai bentuk kerjasama pengelolaan kawasan hutan antara Perum Perhutani dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan pada 1.915 desa hutan yang ada di Jawa Tengah. Berdasarkan kajian tim independen, Kegiatan PHBM telah menunjukan keberhasilan yang signifikan terhadap peningkatan prosen tumbuh tanaman dari 81 % menjadi 95,7 %, penurunan pencurian kayu sampai dengan 98,6 % dari 860.960 batang menjadi 11.992 batang dan mampu memberikan sharing pendapatan (bagi hasil) kepada masyarakat sebesar Rp. 103.878.718,172,- (Tahun 2002 - 2011). Peningkatan ekonomi produksi masyarakat dilakukan melalui program hutan cadangan pangan dan peningkatan pemanfaatan lahan dibawah tegakan (empon-empon, obat-obatan dan biofuel). Peningkatan produksi hasil pangan dalam kawasan hutan (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, singkong, cabai dll) yaitu total produksi dari tahun 2001 s/d Februari 2012 sebesar 1.828.475,2 ton = Rp. 2,2 Triliun. Kegiatan rehabilitasi lahan kritis di luar kawasan hutan yang berupa pengembangan hutan rakyat telah memberikan manfaat pada pemenuhan bahan baku kayu dan menciptakan lapangan kerja dalam rangka menanggulangi kemiskinan serta meningkatkan kualitas hidup. Terserapnya tenaga kerja masyakat sekitar hutan melalui kegiatan PHBM sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 yaitu menyediakan lapangan kerja kepada 1.635.885 orang dan dan telah memberikan nilai Rp. 405,7 Milyar. Selain itu tumbuh pula berbagai usaha produktif pada desa sekitar hutan (pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri rumahtangga, koperasi, dll).
263
D. Daftar UPT, LSM dan lembaga terkait di Provinsi 1. Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota No
Dinas
1
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah
2
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banjarnegara Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaaten Purbalingga
3 4
5 6 7 8 9
10
Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pemalang Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purworejo Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pati Dinas Kehutanan Kabupaten Blora
11 Dinas Pertanian Kabupaten Demak 12
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kendal
13 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sragen 14 Dinas Pertanian kabupaten Semarang 15 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Brebes 16 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Batang
264
Alamat Jl. Menteri Supeno I/2 Semarang Tlp : (024) 8319140 fax : (024) 8319328 Jl. Pemuda No.77 Rembang Tlp/fax : (0295) 691193 Jl. Selamik 14 Banjarnegara Tlp/fax : (0286) 594404 / 592755 Jl. Letjen S. Parman No. 23 Purbalingga Tlp/fax : (0281) 891011 Jl. Dr. Muwardi No.14 Tlp/fax : (0271) 693138 Jl. Kauman No.1 Tlp/fax : (0284) 321019 / 324639 Jl. Mayjen Sutoyo No.29-31 Tlp/fax : (0275) 321404 / 321015 Jl. Mayjen Bambang Sugeng No.159 Tlp : (0286) 324056 Jl. Raya Pati-Kudus Km.4 Margorejo Pati Tlp/fax : (0295) 384357 / 381888 Jl. GOR No.6 Blora Tlp/fax : (0296) 533230 Jl. Sultan Fatah No.1 Tlp/fax : (0291) 685013 Jl. Soekarno Hatta Kotak Pos 113 Kendal Tlp/fax : (0294) 381122 / 384716 Jl. Ronggowarsito No.18 B Tlp/fax : (024) 890713, 891118 Jl. Letjen Suprapto No.98 Ungaran Tlp/fax : (024) 6924728 Jl. Sultan Agung Km.2 Pulosari Tlp/fax : (0283) 6176465 / 6176365 Jl. Dr. Sutomo No.18 Batang Tlp/fax : (0285) 392575
17 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal 18 Dinas Pertanian Kabupaten Klaten
19 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Grobogan 20 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap 21 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kebumen 22 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Pekalongan 23 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara 24 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyumas 25 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung 26 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri 27 Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar 28 Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kabupaten Magelang 29 Dinas Pertanian Kota Magelang 30
Dinas Pertanian Kota Semarang
31 Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Pekalongan
Jl. Ir. H. Juanda No.10 Slawi Tlp/fax : (0283) 491872 / 491513 Jl. Perintis Kemerdekaan Km.3,5 Jonggrangan Tlp/fax : (0272) 326206 Jl. Dr. Sutomo No.10 Purwodadi Tlp/fax : (0292) 422012, 421378 Jl. Kalimantan No.34 Tlp/fax : (0282) 643706 Jl. Ampera 11 A Kebumen Tlp/fax : (0287) 381675 Jl. Wroto No.10 Wiradesa Tlp : (0285) 4417023 Jl. Ratu Kalinyamat No.7 Tlp/fax : (0291) 591211 Jl. Prof. Dr. Suhaso (Komp. Perkantoran GOR Satria) Tlp/fax : (0281) 641069 Jl. Sutoyo No.7 Temanggung Tlp : (0293) 491043, 491366 fax : (0293) 491007, 491366 Jl. Diponegoro Km.3,5 Bulusulur Tlp : (0273) 321329 Jl. Kompak No.2-3 Semarang Tlp/fax : (024) 6705001 / 6720633 Jl. Laksda Yos Sudarso No.46 Tlp/fax : (0285) 423993 Jl. WR. Supratman No.9 gunung Sitoli Tlp/fax : (0639) 21829 / 21988 Jl. Kompak No.2-3 Semarang Tlp/fax : (024) 6705001 / 6720633 Jl. Laksda Yos Sudarso No.46 Tlp/fax : (0285) 423993
2. UPT Kehutanan di Provinsi Jawa Tengah No 1. 2.
Nama UPT Balai Konservasi Sumber Daya Hayati (BKSDA) Jawa Tengah Balai Taman Nasional Karimunjawa
Alamat Jl. DR. Suratmo No.171 Semarang Tlp/fax : (024) 7614752/7614701 Jl. Sinar Waluyo Raya No.248 Semarang Tlp/fax : (024) 76738248
265
266
3.
Balai Taman Nasional Gunung Merbabu, Boyolali
4.
Balai Pengelolaan DAS Pemali Jratun, Semarang
5.
Balai Pengelolaan DAS Solo
6.
Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS, Solo
7.
Balai Penelitian Kehutanan Solo
Jl. Merbabu No.136 Boyolali, Jawa Tengah Tlp : (0276) 3293347 fax : (0276) 3293342 Jl. Kedung Mundu Raya No.26 Po.Box 6041 Tlp : (024) 6733035 fax : (024) 76740325 Jl. Bengawan Pabelan Solo PO.Box 128 Tlp/fax : (0271) 743977 Jl. Jend. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura Tlp : (0271) 716709 fax : (0271) 716959 Jl. Jend. A. Yani Pabelan, Kartasura Kotak Pos 295 Surakarta 57102 Tlp/fax : (0271) 716709 / 716959
V. POTENSI UNGGULAN PROVINSI Akhir-akhir ini pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi mulai mengembangkan bahan bakar pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari tumbuhan. Di Jateng, terdapat dua jenis tanaman kehutanan yang sedang dikembangkan dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan BBM nabati, yaitu Nyamplung (Calophyllum Inophyllum L.) dan Aren (Arenga Pinnata). 1. Nyamplung Terbatasnya persediaan dan kelangkaan minyak tanah di berbagai daerah telah memotifasi penelitian pada tanaman Nyamplung sebagai BBM nabati. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk setiap satu kilogram biji Nyamplung yang sudah tua bisa menghasilkan 0,5 liter minyak. Dari 1 ml minyak tanah bisa digunakan selama 5,6 menit, sedangkan dari 1 ml minyak Nyamplung dapat tahan sampai dengan 11,8 menit. Dari perbandingan itu bisa dilihat bahwa minyak Nyamplung lebih irit dari minyak tanah. Keunggulan Nyamplung sebagai alternative penghasil Biofuel, yaitu proses pengolahan biji Nyamplung menjadi minyak nabati sangat sederhana, daya bakar minyak Nyamplung lebih lama jika dibandingkan dengan minyak tanah, dan biaya yang untuk membuat dan menggunakan minyak Nyamplung lebih murah. 2. Aren Tanaman Aren memiliki banyak kelebihan yang tak tertandingi, dan ke depan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasil Bioethanol. Aren memproduksi 36.000 liter ethanol per hektar pertahun. Untuk menghasilkan satu liter Bioethanol diperlukan sekitar 15 liter nira. Masa produktif tanaman Aren 6-8 tahun. Sejak tahun 2007, Presiden mencanangkan program nasional penanaman Aren di wilayah Indonesia. Anggaran sebesar ±60 Miliar disiapkan untuk mensukseskan program tersebut. Program ini menjadi pemicu semangat para petani Aren karena permintaan Aren tidak hanya untuk memenuhi industry gula saja, namun juga untuk industry Bioethanol yang saat ini sedang marak. Dalam upaya pengembangan tanaman Aren di Jawa Tengah, beberapa lokasi pada kawasan hutan Negara yang dikelola oleh Perum Perhutani di Jawa Tengah sangat cocok untuk pengembangan tanaman Aren. Pengembangan tanaman ini difokuskan pada hutan lindung maupun pada batas desa yang berdekatan dengan hutan produksi.
267
Tanaman Nyamplung
VI. FOTO-FOTO PENDUKUNG
1.
268
Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan menjadi prioritas di Jawa Tengah untuk memulihkan keseimbangan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai
2. Penyelenggaraan penyuluhan kepada masyarakat menjadi bagian penting dalam mendukung prakondisi serta mendorong peran serta masyarakat dalam membangun budaya gemar menanam
3. Pengembangan usaha pembibitan dan pembuatan Kebun Bibit Rakyat
269
4. Pembuatan Persemaian Permanen
5. Reboisasi pada kawasan hutan (Hutan Lindung dan Hutan Produksi) yang dikelola Perum Perhutani
270
6. Pengembangan hutan rakyat pada lahan milik untuk meningkatkan luasan lahan yang berfungsi sebagai hutan
7. Rehabilitasi lahan pada kawasan lindung yang berada di lahan milik melalui pengembangan hutan rakyat multi jenis dan multi strata tajuk
271
8. Hutan yang terjaga kelestariannya akan dapat mencukupi kebutuhan air bagi rumah tangga, pertanian, serta kebutuhan lainnya
9. Hutan memberikan manfaat langsung dalam mendukung peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan dan petani hutan melalui pengembangan pemanfataan lahan dibawah tegakan Pengembangan tanaman padi dan palawija di bawah tegakan hutan
272