No.
JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY (JICA) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN ARTERI DI PULAU SULAWESI DAN STUDI KELAYAKAN JALAN ARTERI PRIORITAS DI PROPINSI SULAWESI SELATAN
LAPORAN AKHIR VOLUME 1 : STUDI PENGEMBANGAN
MARET 2008
NIPPON KOEI CO., LTD. KRI INTERNATIONAL CORP. ALMEC CORPORATION
INO JR 07-013
KOMPOSISI LAPORAN AKHIR Volume 1: Studi Pengembangan (Utama dan Ringkasan) Volume 2-1: Studi Kelayakan (Utama dan Ringkasan) Volume 2-2: Studi Kelayakan (Gambar) Volume 2-3: Studi Kelayakan (AMDAL & Konsultasi Publik)
NILAI TUKAR MATA UANG Nilai tukar mata uang berikut ini digunakan dalam laporan ini, kecuali jika tidak ditetapkan. (1) Indonesia Rupiah vs. US Dollar Nilai jual Bank Indonesia tanggal 16 Mei 2007 USD 1= IDR 9,322 (2) Indonesia Rupiah vs. Japanese Yen Nilai jual Bank Indonesia tanggal 16 Mei 2007 JPY 1 = IDR 77.55
Pengantar Sebagai respon terhadap permintaan Pemerintah Indonesia, Pemerintah Jepang melaksanakan Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan dan menugaskan pelaksanaannya kepada Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA mengirimkan Tim Studi ke Indonesia, dipimpin oleh Mr. Hiroki SHINKAI dari Nippon Koei Co., Ltd. dan dilaksanakan oleh Nippon Koei Co., Ltd., KRI International Corporation, dan ALMEC Corporation, sebanyak empat (4) kali sejak Desember 2006 hingga Maret 2008. Tim Studi telah melaksanakan serangkaian diskusi dengan pejabat terkait dari Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Propinsi Sulawesi Selatan, dan telah melaksanakan studi-studi terkait. Setelah menyelesaikan tugas di Indonesia, Tim Studi kembali ke Jepang untuk melanjutkan kajian dan menyelesaikan laporan akhir ini. Diharapkan laporan ini akan memberikan kontribusi dalam mempromosikan rencana tersebut di atas sekaligus mempererat hubungan persahabatan antara kedua Negara. Akhirnya, kami menghaturkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh aparat pemerintah Indonesia yang telah menjadi mitra dalam pelaksanaan Studi ini, khususnya kepada Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Selatan, atas kerjasama yang baik dan dukungan yang diberikan selama pelaksanaan Studi ini.
Maret, 2008
Takashi KANEKO Wakil Direktur Japan International Cooperation Agency
Maret 2008 Mr. Takashi KANEKO Wakil Direktur Japan International Cooperation Agency Tokyo, Jepang
Surat Penyerahan Dengan hormat, Bersama ini kami serahkan laporan Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Laporan ini merupakan gabungan dari semua temuan yang diperoleh selama pelaksanaan Studi sejak Desember 2006 hingga Maret 2008 di Indonesia yang dilaksanakan oleh Nippon Koei Co. Ltd., KRI International Corporation dan ALMEC Corporation berdasarkan kontrak dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Studi ini terdiri atas studi master plan pengembangan jaringan jalan yang mencakup enam (6) propinsi di Pulau Sulawesi, dan studi kelayakan jalan arteri prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan. Master plan merumuskan sistem jaringan jalan secara keseluruhan berdasarkan analisis terhadap kerangka kerja sosial/ekonomi saat ini dan yang akan datang, kondisi jalan dan lingkungan di Sulawesi, dan mengusulkan rencana pelaksanaan yang realistis dan praktis dengan mempertimbangkan rencana pembiayaan yang memungkinkan dengan sasaran tahun 2024. Studi Kelayakan terhadap lima (5) proyek jalan dengan prioritas utama, termasuk Jalan Trans Sulawesi Mamminasata dari Maros ke Takalar, menyimpulkan bahwa proyek-proyek tersebut layak dari segi teknis dan ekonomi serta dapat diterima dari segi lingkungan, dan akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pembangunan ekonomi di Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, Tim Studi merekomendasikan agar proyek tersebut dilaksanakan sesegera mungkin. Kami menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada JICA, termasuk kepada para tenaga ahli JICA terkait, serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Indonesia, khususnya Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Dinas Prasarana Wilayah dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Propinsi Sulawesi Selatan atas kerjasama yang erat dan bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan Studi. Semoga laporan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan di Indonesia. Hormat Kami Hiroki SHINKAI Ketua Tim Studi
Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
PETA LOKASI (M/P)
Panjang Jalan Studi (Km) TAHUN
2005
2024
Jalan Nasional
7,092
8,141
Jalan Propinsi
4,976
4,785
Total
12,068 12,926
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
LAPORAN AKHIR VOLUME 1 : STUDI PENGEMBANGAN DAFTAR ISI PETA LOKASI DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN RINGKASAN EKSEKUTIF PENDAHULUAN
BAB 1 1.1
Latar Belakang ..................................................................................................................... 1-1
1.2
Tujuan Studi ......................................................................................................................... 1-1
1.3
Tahun Target Master Plan..................................................................................................... 1-1
1.4
Wilayah Studi ....................................................................................................................... 1-2
1.5
Perkembangan Studi............................................................................................................. 1-3
1.6
Organisasi Studi ................................................................................................................... 1-5
BAB 2 2.1
KONDISI EKSISTING WILAYAH STUDI Kondisi Alam ....................................................................................................................... 2-1
2.1.1
Kondisi Geografis dan Wilayah Administratif Pulau Sulawesi .................................... 2-1
2.1.2
Kondisi Iklim dan Meteorologi .................................................................................... 2-3
2.1.3
Penggunaan Lahan Saat ini .......................................................................................... 2-4
2.2
Kondisi Sosial Ekonomi..................................................................................................... 2-10
2.2.1
Kerangka Kerja Sosial ................................................................................................ 2-10
2.2.2
Pengeluaran/Pembelanjaan dan Kemiskinan.............................................................. 2-13
2.2.3
Ekonomi Wilayah dan Struktur Industri ..................................................................... 2-15
2.2.4
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan .......................................................................... 2-18
2.2.5
Industri........................................................................................................................ 2-30
2.3
Rencana Eksisting Pembangunan Wilayah dan Nasional .................................................. 2-33
2.3.1
Rencana Pembangunan Nasional................................................................................ 2-33
2.3.2
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) .................................................... 2-35
2.3.3
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi.......................................................................... 2-38
2.3.4
Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) ................................. 2-39
2.4
Permasalahan dan Hambatan dalam Pembangunan Regional............................................ 2-43
2.4.1
Kondisi Geografis Daerah Pegunungan, Populasi yang Tersebar dan Lemahnya Hubungan Ekonomi .................................................................................. 2-43
2.4.2
PDRB yang Lebih Rendah dan Disparitas Wilayah ................................................... 2-43 DI-1
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
2.4.3
Maret 2008
Ketergantungan pada Sektor Pertanian dan Sektor Manufaktur yang Belum Berkembang .................................................................................................... 2-43
2.4.4
Rendahnya Pemanfaatan Kekayaan Sumber Daya Alam ........................................... 2-44
2.4.5
Lahan Hutan Terbatas ................................................................................................. 2-44
2.4.6
Pengelolaan Bencana.................................................................................................. 2-45
BAB 3 3.1
SITUASI TRANSPORTASI PULAU SULAWESI SAAT INI Studi dan Proyek Pengembangan Transportasi Eksisting .................................................... 3-1
3.1.1
Studi.............................................................................................................................. 3-1
3.1.2
Proyek........................................................................................................................... 3-5
3.2
Jaringan Transportasi Jalan .................................................................................................. 3-7
3.2.1
Kerangka Kerja Perencanaan Jalan .............................................................................. 3-7
3.2.2
Sistem Jaringan Jalan Eksisting.................................................................................. 3-14
3.2.3
Kondisi Jalan Eksisting berdasarkan IMRS dan Data Lainnya .................................. 3-17
3.2.4
Kondisi Jembatan Eksisting Berdasarkan IBMS dan Informasi Lainnya................... 3-24
3.2.5
Lalu Lintas Jalan berdasarkan IRMS dan Estimasi Tim Studi ................................... 3-26
3.3
Transportasi Udara dan Laut .............................................................................................. 3-27
3.3.1
Udara .......................................................................................................................... 3-27
3.3.2
Laut............................................................................................................................. 3-30
3.4
Transportasi Kargo ............................................................................................................. 3-34
3.4.1
Fasilitas Pelabuhan ..................................................................................................... 3-34
3.4.2
Throughput Kargo di Pelabuhan Laut Utama............................................................. 3-34
3.4.3
Lalu Lintas Kargo melalui Pelabuhan Internasional................................................... 3-37
3.4.4
Lalu Lintas Kargo melalui Pelabuhan Nasional dan Regional ................................... 3-39
3.4.5
Komoditi Perdagangan dan Olahan Utama ................................................................ 3-45
3.4.6
Konteinerisasi Kargo Internasional ............................................................................ 3-49
3.5
Kerangka Kerja Administrasi dan Keadaan Keuangan di Sektor Jalan ............................. 3-52
3.5.1
Sistem Administrasi Jalan Raya ................................................................................. 3-52
3.5.2
Kerangka Kerja Jalan untuk Jalan Nasional ............................................................... 3-53
3.5.3
Kerangka Kerja Administrasi Jalan Propinsi.............................................................. 3-57
3.5.4
Mekanisme Alokasi Penerimaan dan Anggaran di Indonesia..................................... 3-60
3.5.5
Alokasi Anggaran Sektor Jalan Pemerintah Pusat...................................................... 3-61
3.5.6
Alokasi Sektor Jalan dari Pemerintah Propinsi .......................................................... 3-65
3.6
Permasalahan dan Isu Transportasi di Sulawesi................................................................. 3-69
3.6.1
Sektor Transportasi dan Sub Sektor Jalan .................................................................. 3-69
3.6.2
Prasarana Jalan ........................................................................................................... 3-70
3.6.3
Lingkungan dan Keselamatan Lalulintas ................................................................... 3-72
BAB 4 4.1
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN POTENSI PEMBANGUNAN DAERAH Kebutuhan dan Potensi Ekonomi dan Sosial........................................................................ 4-1 DI-2
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
4.1.1
Pelopor Pembangunan Kawasan Timur Indonesia ....................................................... 4-1
4.1.2
Pembangunan Ekonomi Sulawesi ................................................................................ 4-1
4.1.3
Peningkatan Produktivitas ............................................................................................ 4-2
4.1.4
Peningkatan Kualitas dan Nilai .................................................................................... 4-3
4.1.5
Perubahan Paradigma ke Pembangunan yang Berkelanjutan....................................... 4-4
4.1.6
Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan ................................................................... 4-4
4.1.7
Rencana Pembangunan Tiap Propinsi .......................................................................... 4-5
4.1.8
Sumber Daya Potensial................................................................................................. 4-6
4.2
Kebutuhan dan Potensi Pengembangan Industri di Sulawesi .............................................. 4-7
4.2.1
Kakao............................................................................................................................ 4-7
4.2.2
Minyak Kelapa ............................................................................................................ 4--9
4.2.3
Kopi ............................................................................................................................ 4-12
4.2.4
Pakan Ternak .............................................................................................................. 4-13
4.2.5
Ternak ......................................................................................................................... 4-15
4.2.6
Produk Perikanan dan Laut......................................................................................... 4-17
4.2.7
Produk Pertambangan (Semen) .................................................................................. 4-18
4.2.8
Produk Mineral (Nikel) .............................................................................................. 4-19
4.2.9
Industri Minyak dan Gas (Minyak Mentah dan Gas Alam Cair)................................ 4-20
4.2.10
Produk Pabrik ............................................................................................................. 4-22
BAB 5 5.1
STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN Strategi dan Tujuan Pembangunan....................................................................................... 5-1
5.1.1
Tujuan Pembangunan ................................................................................................... 5-1
5.1.2
Strategi Pembangunan .................................................................................................. 5-1
5.2
Konsep Pembangunan Pulau Sulawesi ................................................................................ 5-2
5.2.1
Rencana Pembangunan dengan Penguatan Keterkaitan Antar-Daerah di Sulawesi serta Pulau Lainnya di Indonesia dan Negara-negara Asia Lainnya ............................ 5-2
5.2.2 5.2.3
Konsep Pembangunan Industri..................................................................................... 5-8 Penanggulangan Kesenjangan Ekonomi dan Sosial pada Daerah Pedesaan melalui Keterpaduan Pusat Daerah dan Kota ........................................................... 5-12
5.2.4 5.3
Pembangunan yang Ramah Lingkungan dan Pencegahan Bencana........................... 5-15
Rencana Tata Guna Lahan.................................................................................................. 5-23
5.3.1
Prinsip-Prinsip Tata Guna Lahan................................................................................ 5-23
5.3.2
Kerangka Kerja Tata Guna Lahan per Propinsi .......................................................... 5-24
5.4
Promosi Industri ................................................................................................................. 5-27
5.4.1
Dasar-dasar Promosi Industri di Sulawesi.................................................................. 5-27
5.4.2
Pengkajian Industri Prospektif.................................................................................... 5-27
5.4.3
Kebijakan dan Langkah-langkah untuk Promosi Klaster Industri.............................. 5-32
5.4.4
Program Pelaksanaan Promosi Industri...................................................................... 5-34
DI-3
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
BAB 6 6.1
Maret 2008
PENETAPAN KERANGKA KERJA SOSIAL-EKONOMI Kerangka Kerja Demografis ................................................................................................ 6-1
6.1.1
Tinjauan Tren Pertumbuhan Jumlah Penduduk ............................................................ 6-1
6.1.2
Tinjauan terhadap Perakiraan Jumlah Penduduk oleh BAPPENAS............................. 6-4
6.1.3
Metodologi Peramalan Jumlah Penduduk oleh Tim Studi JICA .................................. 6-5
6.1.4
Hasil Perkiraan Jumlah Penduduk per Kabupaten oleh Tim Studi JICA ..................... 6-9
6.2
Prakiraan PDRB ................................................................................................................. 6-16
6.2.1
Tinjauan terhadap Kecenderungan Pertumbuhan PDRB............................................ 6-16
6.2.2
Tinjauan terhadap Ramalan PDRB oleh BAPPENAS ............................................... 6-16
6.2.3
Metodologi Ramalan PDRB Jangka Panjang menurut Kabupaten/Kota oleh Tim Studi JICA........................................................................................................... 6-17
6.2.4
Hasil Ramalan PDRB Jangka Panjang menurut Kabupaten/Kota oleh Tim Studi JICA ......................................................................................................... 6-19
BAB 7 7.1
ANALISIS LALU LINTAS Pelaksanaan Survei Lalu Lintas ........................................................................................... 7-1
7.1.1
Tujuan Survei ............................................................................................................... 7-1
7.1.2
Lingkup Survei ............................................................................................................. 7-1
7.1.3
Cakupan Survei ............................................................................................................ 7-5
7.2
Hasil Survei dan Temuan-temuan Penting ........................................................................... 7-7
7.2.1
Metodologi ................................................................................................................... 7-6
7.2.2
Karakteristik Lalu Lintas Jalan..................................................................................... 7-8
7.2.3
Distribusi Perjalanan .................................................................................................. 7-16
7.2.4
Karakteristik Perjalanan Penumpang.......................................................................... 7-19
7.2.5
Karakteristik Transportasi Barang .............................................................................. 7-20
7.3
Pembebanan Lalu Lintas Jaringan Eksisting...................................................................... 7-22
7.3.1
Penetapan Zona dan Jaringan Jalan ............................................................................ 7-22
7.3.2
Pembebanan Lalu Lintas untuk Tahun 2007 .............................................................. 7-26
7.4
Analisis Kondisi Lalu Lintas Eksisting.............................................................................. 7-32
7.4.1
Hubungan Antarmoda antara Transportasi Jalan, Laut, dan Udara ............................ 7-32
7.4.2
Lalu Lintas Kargo/Muatan dengan Transportasi Darat di Sulawesi ........................... 7-37
7.5
Pembebanan Lalu Lintas di Masa Mendatang untuk Jaringan Eksisting (asumsi tanpa pengembangan jaringan jalan) ........................................................................................... 7-42
7.5.1
Kebutuhan Lalu Lintas di Masa Mendatang dalam hal Bangkitan/ Tarikan Perjalanan ...................................................................................................... 7-42
7.5.2
Perkiraan Tabel OD di Masa Mendatang.................................................................... 7-48
7.5.3
Pembebanan Lalu Lintas untuk Kebutuhan di Masa Mendatang pada Jaringan Eksisting (Asumsi Tanpa Proyek) .............................................................................. 7-52
BAB 8
ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI DAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI-4
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
8.1
Maret 2008
Arahan Pengembangan Jaringan Transportasi ..................................................................... 8-1
8.1.1
Tinjauan Rencana Jaringan Transportasi Nasional....................................................... 8-1
8.1.2
Arah Pembangunan untuk Jaringan Transportasi Terpadu ........................................... 8-5
8.2 Perumusan Master Plan Jalan Sulawesi (SRMP) .................................................................... 8-13 8.2.1
Kebijakan Pembangunan Jalan................................................................................... 8-13
8.2.2
Rencana Pembangunan Jalan dan Proyek yang Mungkin Dilaksanakan ................... 8-15
8.2.3
Rencana Peningkatan yang Diusulkan ....................................................................... 8-18
8.2.4
Peningkatan Klasifikasi Jalan..................................................................................... 8-19
8.2.5
Pelaksanaan Bertahap Peraturan Standar Jalan Baru.................................................. 8-21
8.2.6
Kebutuhan Rencana Perluasan Kapasitas................................................................... 8-26
8.2.7
Perlunya Rencana Peningkatan Perkerasan ................................................................ 8-31
8.2.8
Rencana Peningkatan Jembatan.................................................................................. 8-32
8.2.9
Master Plan Jaringan Jalan Sulawesi 2024 (SRMP)................................................... 8-33
BAB 9 9.1
PRAKIRAAN KEBUTUHAN LALULINTAS DI MASA MENDATANG Kasus-Kasus Pembebanan Lalulintas .................................................................................. 9-1
9.1.1
Umum ........................................................................................................................... 9-1
9.1.2
Proyek-proyek .............................................................................................................. 9-1
9.1.3
Kasus-kasus Pembebanan Lalulintas............................................................................ 9-4
9.2
Hasil Pembebanan Lalulintas ............................................................................................... 9-4
9.2.1
Kasus “Tanpa Proyek”.................................................................................................. 9-4
9.2.2
Kasus “Dengan Proyek” untuk 19 Proyek.................................................................... 9-5
9.2.3
Kasus “Pelaksanaan Proyek Secara Keseluruhan” dengan 19 Proyek ......................... 9-5
BAB 10 10.1
KAJIAN TEKNIS PENDAHULUAN DAN PERKIRAAN BIAYA Kajian Teknis Pendahuluan................................................................................................ 10-1
10.1.1
Identifikasi Langkah-langkah Peningkatan ................................................................ 10-1
10.1.2
Standar Desain dan Penampang Melintang Tipikal yang Diusulkan.......................... 10-2
10.1.3
Perkiraan Kuantitas .................................................................................................... 10-3
10.1.4
Pemaketan Ruas-Ruas Jalan yang Diusulkan dalam Master Plan Jalan Sulawesi (SRMP)....................................................................................................................... 10-5
10.2
Perkiraan Biaya .................................................................................................................. 10-8
10.2.1
Persyaratan Perkiraan Biaya....................................................................................... 10-8
10.2.2
Harga Satuan Peningkatan Jalan................................................................................. 10-9
10.2.3
Harga Satuan untuk Pemeliharaan Berkala (Overlay)...............................................10-11
10.2.4
Harga Satuan Pemeliharaan Rutin ............................................................................ 10-12
10.2.5
Total Biaya Proyek hingga Tahun 2024.................................................................... 10-13
BAB 11 11.1
EVALUASI PROYEK Metode Evaluasi..................................................................................................................11-1 DI-5
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
11.1.1
Paket Jalan yang akan Dievaluasi................................................................................11-1
11.1.2
Persyaratan Perbandingan ...........................................................................................11-1
11.2
Biaya Ekonomi....................................................................................................................11-2
11.2.1
Biaya Konstruksi/Perbaikan ........................................................................................11-2
11.2.2
Biaya Pemeliharaan Ekonomi .....................................................................................11-2
11.3
Keuntungan Ekonomi..........................................................................................................11-3
11.3.1
Keuntungan Ekonomi Kuantitatif................................................................................11-3
11.3.2
Biaya Operasional Kendaraan (VOC) .........................................................................11-3
11.3.3
Biaya Waktu Tempuh Penumpang (TTC)....................................................................11-4
11.4
Evaluasi Ekonomi ...............................................................................................................11-6
11.4.1
Premis-Premis Evaluasi...............................................................................................11-6
11.4.2
Alur Keuntungan Biaya dan Indikator Evaluasi..........................................................11-6
11.4.3
Hasil Evaluasi Ekonomi ..............................................................................................11-6
11.5
Analisis Ekonomi Tambahan terhadap Operasi Fery di Pulau Sulawesi ............................11-8
11.5.1
Perbandingan Efisiensi Ekonomi antara Angkutan Darat dan Fery ............................11-8
11.5.2
Rute Fery Bajoe – Kolaka (melintasi Teluk Bone)......................................................11-8
11.5.3
Rute Fery Siwa – Lasusua (Melintasi Teluk Bone) ...................................................11-14
11.5.4
Rute Fery Gorontalo-Pagimana (Melintasi Teluk Tomini) ........................................11-18
11.5.5
Kesimpulan Kajian Ekonomi Pengoperasian Fery ....................................................11-20
BAB 12
ASPEK DAN MASALAH LINGKUNGAN DALAM MASTER PLAN
12.1
Pendekatan Dasar ............................................................................................................... 12-1
12.2
Sasaran Kajian Lingkungan Strategis (KLS) ..................................................................... 12-1
12.2.1
Tujuan Metodologi KLS............................................................................................. 12-1
12.2.2
Acuan pada metodologi KLS ..................................................................................... 12-1
12.3
Metodologi KLS ................................................................................................................ 12-2
12.3.1
Pengumpulan Data dan Informasi Dasar .................................................................... 12-2
12.3.2
Identifikasi Elemen Evaluasi ...................................................................................... 12-2
12.3.3
Penilaian Dampak....................................................................................................... 12-2
12.3.4
Analisis Multi Kriteria (AMK)................................................................................... 12-2
12.3.5
Rekomendasi Langkah-Langkah Pengurangan Dampak............................................ 12-3
12.3.6
Pertemuan Stakeholder ............................................................................................... 12-3
12.4
Informasi Data Dasar ......................................................................................................... 12-4
12.5
Evaluasi Polusi ................................................................................................................. 12-25
12.6
Hasil Proses KLS ............................................................................................................. 12-33
12.6.1
Pembuatan Opsi Alternatif untuk Kajian Lingkungan Strategis............................... 12-33
12.6.2
Formulasi Matriks Dampak Lingkungan.................................................................. 12-33
12.6.3
Identifikasi Dampak Lingkungan Utama ................................................................. 12-34
12.6.4
Hasil Matriks Dampak Lingkungan ......................................................................... 12-39
12.6.5
Hasil Analisis Multi Kriteria (AMK)........................................................................ 12-39 DI-6
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
12.6.6
Kesimpulan Analisis Multi Kriteria.......................................................................... 12-39
12.6.7
Perumusan Langkah-Langkah Penanggulangan Dampak ........................................ 12-47
12.7
Kesimpulan dan Rekomendasi ......................................................................................... 12-53
BAB 13
PROGRAM PELAKSANAAN
13.1
Umum................................................................................................................................. 13-1
13.2
Penetapan Prioritas Proyek ................................................................................................ 13-2
13.2.1
Metodologi ................................................................................................................. 13-2
13.2.2
Penetapan Prioritas Proyek yang Diusulkan............................................................... 13-4
13.2.3
Uji Sensitifitas ............................................................................................................ 13-6
13.3
Instansi dan Organisasi Pelaksana Proyek ......................................................................... 13-7
13.3.1
Instansi Pelaksana....................................................................................................... 13-7
13.3.2
Organisasi Pelaksana .................................................................................................. 13-8
13.4
Rencana Pemeliharaan ....................................................................................................... 13-9
13.4.1
Permasalahan dalam Pemeliharaan Jalan ................................................................... 13-9
13.4.2
Rencana Pemeliharaan Jalan untuk Jalan Arteri dan Kolektor ..................................13-11
13.4.3
Pendekatan untuk Pengelolaan Aset dan Dana Jalan................................................ 13-12
13.4.4
Sistem Pengendalian Kendaraan Bermuatan Lebih.................................................. 13-14
13.5
Kebutuhan Pendanaan dan Rencana Pembiayaan ............................................................ 13-17
13.5.1
Kebutuhan Dana untuk Usulan Master Plan............................................................. 13-17
13.5.2
Alokasi Dana yang Mungkin.................................................................................... 13-17
13.5.3
Perkiraan Rencana Pembiayaan................................................................................ 13-19
13.6
Jadwal Pelaksanaan.......................................................................................................... 13-22
13.6.1
Konsep Rencana Pelaksanaan .................................................................................. 13-22
13.6.2
Rencana Investasi Jalan ............................................................................................ 13-22
13.6.3
Rencana Investasi Jembatan ..................................................................................... 13-23
13.6.4
Rencana Pelaksanaan untuk Proyek yang Diusulkan ............................................... 13-25
BAB 14 14.1
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan ........................................................................................................................ 14-1
14.1.1
Pembangunan Regional .............................................................................................. 14-1
14.1.2
Pembangunan Transportasi......................................................................................... 14-2
14.1.3
Rencana Pembangunan Jalan dan Master Plan Jalan Sulawesi .................................. 14-4
14.1.4
Pertimbangan Lingkungan.......................................................................................... 14-7
14.1.5
Rencana Pengembangan Jalan Pedesaan dan Pemanfaatan Asbuton ......................... 14-7
14.2
Rekomendasi ...................................................................................................................... 14-9
14.2.1
Pembangunan Regional .............................................................................................. 14-9
14.2.2
Pembangunan Transportasi....................................................................................... 14-10
14.2.3
Pembangunan Jalan dan Master Plan Jalan Sulawesi................................................14-11 DI-7
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
14.2.4
Pertimbangan Lingkungan........................................................................................ 14-13
14.2.5
Rencana Pengembangan Jalan Pedesaan dan Pemanfaatan Asbuton ....................... 14-13
14.2.6
Rencana Aksi yang Direkomendasikan untuk Realisasi Proyek .............................. 14-14
APENDIKS LAMPIRAN 1
Kajian Teknis Potensi Pengembangan Produksi Bahan Bakar Bio-Diesel Di Sulawesi
LAMPIRAN 2
Pelabuhan Laut Dan Udara Di Sulawesi
LAMPIRAN 3
Format Isian Survei Lalu-Lintas
LAMPIRAN 4
Komoditi Utama Yang Diproduksi Di Sulawesi
LAMPIRAN 5
Ringkasan Hasil Manajemen Siklus Proyek Di Manado
LAMPIRAN 6
Jaringan Jalan Eksisting Menurut Propinsi
LAMPIRAN 7
Lembar Pembahasan Mengenai Pembangunan Jalan Secara Bertahap
LAMPIRAN 8
Kemungkinan Pembangunan Terowongan Dalam Visi Jangka Panjang
LAMPIRAN 9
Hasil Evaluasi Ekonomi
LAMPIRAN 10 Studi Rehabilitasi Jalan Lokal Dan Penggunaan Asbuton Untuk Mendukung Pembangunan Regional
DI-8
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
LAPORAN AKHIR VOLUME 1 : STUDI PENGEMBANGAN DAFTAR GAMBAR BAB 1
PENDAHULUAN
Gambar 1.5.1
Detailed Work Progress....................................................................................... 1-3
Gambar 1.5.2
Alur Studi Master Plan Secara Rinci .................................................................. 1-4
Gambar 1.6.1
Organization of the Study ................................................................................... 1-5
BAB 2
KONDISI EKSISTING WILAYAH STUDI
Gambar 2.1.1
Peta Topografi Pulau Sulawesi............................................................................ 2-1
Gambar 2.1.2
Daerah Administratif Sulawesi ........................................................................... 2-2
Gambar 2.1.3
Distribution of Annual Rainfall........................................................................... 2-3
Gambar 2.1.4
Agro-climatic Map of Sulawesi .......................................................................... 2-3
Gambar 2.1.5
Penggunaan Lahan di Pulau Sulawesi ................................................................ 2-5
Gambar 2.1.6
Pesebaran Lahan Pemukiman ............................................................................. 2-7
Gambar 2.1.7
Pesebaran Lahan Persawahan ............................................................................. 2-7
Gambar 2.1.8
Areal Budidaya (Sawah, Perkebunan, Lahan Kering ) ....................................... 2-8
Gambar 2.1.9
Pesebaran Tambak............................................................................................... 2-8
Gambar 2.1.10
Rawa, Bakau dan Badan Air ............................................................................... 2-9
Gambar 2.1.11
Hutan Kering....................................................................................................... 2-9
Gambar 2.2.1
Penduduk Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten dan Kota ............................. 2-11
Gambar 2.2.2
Kepadatan Penduduk per Kota.......................................................................... 2-11
Gambar 2.2.3
Komposisi Sektoral Angkatan Kerja per Propinsi ............................................ 2-12
Gambar 2.2.4
Tingkat Kemiskinan di Sulawesi, 2002............................................................. 2-13
Gambar 2.2.5
Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga Bulanan per Propinsi .......................... 2-14
Gambar 2.2.6
PDRB Pulau Sulawesi per Propinsi, Harga Dasar 2005 ................................... 2-15
Gambar 2.2.7
Kinerja Ekonomi (Industri Primer) ................................................................... 2-17
Gambar 2.2.8
Kinerja Ekonomi ( Industri Sekunder).............................................................. 2-18
Gambar 2.2.9
Kinerja Ekonomi ( Industri Tersier) .................................................................. 2-18
Gambar 2.2.10
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Beras .............................................. 2-19
Gambar 2.2.11
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Jagung ............................................ 2-20
Gambar 2.2.12
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Ubi Kayu........................................ 2-21
Gambar 2.2.13
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Kedelai........................................... 2-22
Gambar 2.2.14
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Kelapa ............................................ 2-23
Gambar 2.2.15
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Kakao............................................. 2-24
Gambar 2.2.16
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Kopi ............................................... 2-25
Gambar 2.2.17
Tangkapan Ikan Air Laut dan Perikanan Darat ................................................. 2-28 DG-1
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Gambar 2.2.18
Distribusi Peternakan ........................................................................................ 2-29
Gambar 2.2.19
Distribusi Peternakan Ayam dan Ternak Lainnya ............................................. 2-29
Gambar 2.2.20
Location of KAPETs in Sulawesi ..................................................................... 2-30
Gambar 2.2.21
Sumber Daya Mineral (Logam) ........................................................................ 2-31
Gambar 2.2.22
Sumber Daya Mineral (Non- Logam) ............................................................... 2-32
Gambar 2.3.1
Kawasan Andalan untuk Pengembangan .......................................................... 2-36
Gambar 2.3.2
Rencana Pembangunan Jalan ............................................................................ 2-38
Gambar 2.3.3
Rencana Jaringan Fery dalam RTR Pulau......................................................... 2-39
BAB 3
SITUASI TRANSPORTASI PULAU SULAWESI SAAT INI
Gambar 3.1.1
Master Plan Jaringan Jalan yang Diusulkan dalam HLRIP ................................ 3-2
Gambar 3.1.2
Bantuan Lembaga Donor terhadap Peningkatan Jaringan Jalan di Sulawesi Saat Ini............................................................................................. 3-6
Gambar 3.2.1
Diagram Sistem Jaringan Jalan Primer ............................................................... 3-9
Gambar 3.2.2
Potongan Penampang Melintang Jalan Dalam Kota ......................................... 3-12
Gambar 3.2.3
Penampang Potongan Melintang untuk Jalan Antar Kota (1) ........................... 3-12
Gambar 3.2.4
Penampang Potongan Melintang untuk Jalan Antar Kota (2) ........................... 3-12
Gambar 3.2.5
Jaringan Jalan Nasional dan Propinsi, 2006...................................................... 3-15
Gambar 3.2.6
Distribusi Lebar Jalan, 2006 ............................................................................. 3-19
Gambar 3.2.7
Distribusi Jalan berdasarkan Jenis Perkerasan, 2006........................................ 3-21
Gambar 3.2.8
Distribusi Jalan berdasarkan Kondisi Pemeliharaan, 2006 ............................. 3-23
Gambar 3.2.9
Volume Lalu Lintas Saat Ini, 2007 (Semua Kendaraan)................................... 3-26
Gambar 3.3.1
Rute Penerbangan Udara di Sulawesi Saat Ini, 2007........................................ 3-27
Gambar 3.3.2
Peta Lokasi Bandara di Sulawesi, 2006 ............................................................ 3-28
Gambar 3.3.3
Operasi Fery di Sulawesi, 2006 ........................................................................ 3-30
Gambar 3.3.4
Kapal PT. Pelni (KM. Siabung: 13.900 GT) ..................................................... 3-33
Gambar 3.4.1
Peta Lokasi Pelabuhan di Sulawesi................................................................... 3-34
Gambar 3.4.2
Pergerakan Kargo Internasional dan Antar Pulau, 2005 ................................... 3-41
Gambar 3.4.3
Pergerakan Pelabuhan Kargo Antar Pulau, 2005 .............................................. 3-42
Gambar 3.5.1
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Bina Marga ........................................ 3-53
Gambar 3.5.2
Status Balai Besar ............................................................................................. 3-54
Gambar 3.5.3
Organisasi Balai Besar ...................................................................................... 3-56
Gambar 3.5.4
Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat .......................... 3-57
Gambar 3.5.5
Struktur Organisasi Dinas Prasarana Wilayah Sulawesi Selatan .................... 3-58
Gambar 3.5.6
Struktur Organisasi Dinas PU Propinsi Sulawesi Tengah ............................... 3-59
Gambar 3.5.7
Alur Perencanaan dan Anggaran....................................................................... 3-61
BAB 4
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN POTENSI PEMBANGUNAN DAERAH
Gambar 4.1.1
Sulawesi sebagai Pelopor Pembangunan Kawasan Timur Indonesia ................ 4-1
Gambar 4.1.2
PDRB Per Kapita, 2005 ...................................................................................... 4-2 DG-2
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Gambar 4.1.3
Target Pertumbuhan PDRB Per Kapita............................................................... 4-4
Gambar 4.1.4
Industri/Sumberdaya Prospektif.......................................................................... 4-6
Gambar 4.2.1
Ekspor Kakao dari Pelabuhan Makassar dan Pantoloan ..................................... 4-7
Gambar 4.2.2
Perubahan Volume Ekspor CNO Dunia ............................................................ 4-10
Gambar 4.2.3
Ekspor CNO dari Pelabuhan Bitung ................................................................. 4-10
BAB 5
STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN
Gambar 5.2.1
Usulan Keterkaitan Zona Pembangunan Indonesia melalui Sulawesi ................ 5-2
Gambar 5.2.2
Zona Pengembangan Sumber Daya Energi di Indonesia Timur dan Peran Sulawesi .................................................................................................... 5-3
Gambar 5.2.3
Pengembangan Pantai Barat Sulawesi untuk Eksploitasi Energi di Kalimantan dan Luwuk ............................................................................................................... 5-3
Gambar 5.2.4
Rencana Pembangunan berbasis Hubungan Ekonomi Makassar-Kendari ................................................................................................. -4
Gambar 5.2.5
Rencana Pembangunan Berbasis Keterkaitan Ekonomi antara Palu-Mamuju-Luwuk .......................................................................................... 5-5
Gambar 5.2.6
Rencana Pembangunan Berbasis Ekonomi antara Manado-Gorontalo............... 5-6
Gambar 5.2.7
Rencana Pembangunan Berbasis Hubungan Ekonomi antara Pare-Pare-Mamuju-Palu dan Kalimantan ........................................................... 5-7
Gambar 5.2.8
Rencana Pengembangan Industri Pulau Sulawesi............................................... 5-8
Gambar 5.2.9
Industri Pabrik yang Ada Di Sulawesi .............................................................. 5-10
Gambar 5.2.10
Konsep Pusat Industri/Perdagangan...................................................................5-11
Gambar 5.2.11
Ide Rantai Klaster Industri Kakao..................................................................... 5-11
Gambar 5.2.12
Dua Daerah Inti Perkotaan di Sulawesi ............................................................ 5-12
Gambar 5.2.13
Pusat Kegiatan di Sulawesi ............................................................................. 5-12
Gambar 5.2.14
Pengembangan Kawasan Andalan dan Pusat-pusat Kegiatan berdasarkan Tata Ruang ...................................................................................................... 5-13
Gambar 5.2.15
Konsep Jaringan Transportasi yang Menghubungkan Kawasan Andalan
Gambar 5.2.16
.......................................................................................... 5-14
Pemukiman Penduduk Terpencil dengan Tingkat Kemiskinan yang Tinggi ....................................................................................................... 5-14
Gambar 5.2.17
Lahan Potensial untuk Pembangunan Vertikal sektor Pertanian ....................... 5-16
Gambar 5.2.18
Zona Pengembangan Bio Diesel berbasis Kelapa di Sulawesi ......................... 5-18
Gambar 5.2.19
Fasilitas Daur Ulang Residu dalam Pusat Pengolahan Makanan Terpadu ............................................................................................................. 5-21
Gambar 5.3.1
Kerangka Kerja Tata Guna Lahan Pulau Sulawesi hingga 2024....................... 5-25
Gambar 5.4.1
Diagram Elemen Keunggulan Kompetitif ........................................................ 5-28
Gambar 5.4.1
Jadwal Pelaksanaan Promosi Industri Sulawesi................................................ 5-35
DG-3
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan BAB 6
Maret 2008
PENETAPAN KERANGKA KERJA SOSIAL-EKONOMI
Gambar 6.1.1
Perubahan Angka Kelahiran Total di Sulawesi dan Indonesia......................... 6-1
Gambar 6.1.2
Piramida Jumlah Pendudukdi Sulawesi dan Indonesia....................................... 6-3
Gambar 6.1.3
Perubahan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk........................................... 6-3
Gambar 6.1.4
Bagan Alur Perakiraan Jumlah Penduduk dan PDRB......................................... 6-6
Gambar 6.1.5
Perkiraan Angka Kelahiran Bersih...................................................................... 6-7
Gambar 6.1.6
Perkiraan Pergerakan Migrasi di Sulawesi ......................................................... 6-8
Gambar 6.1.7
Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk (2005-24).......................................... 6-10
Gambar 6.1.8
Peningkatan Jumlah Penduduk Perkotaan dan Pedesaan...................................6-11
Gambar 6.1.9
Perubahan Kepadatan Penduduk....................................................................... 6-12
Gambar 6.2.1
Perubahan Tingkat Pertumbuhan PDRB di Sulawesi dan Indonesia ................ 6-16
Gambar 6.2.2
Ramalan PDRB oleh
Gambar 6.2.3
Bagan Alur Metodologi Ramalan PDRB .......................................................... 6-18
Gambar 6.2.4
Prakiraan Angka Pertumbuhan PDRB (2005-24) ............................................. 6-19
Gambar 6.2.5
Ramalan Perubahan PDRB, 2005-2024............................................................ 6-20
Gambar 6.2.6
Perubahan Distribusi PDRB Per-Kapita ........................................................... 6-22
BAB 7
BAPPENAS, 2005-2009 ............................................. 6-17
ANALISIS LALU LINTAS
Gambar 7.1.1
Lokasi Survei Jalan ............................................................................................. 7-4
Gambar 7.1.2
Lokasi Survei Pelabuhan..................................................................................... 7-4
Gambar 7.2.1
Proses Penyusunan Database Lalu Lintas Jalan.................................................. 7-7
Gambar 7.2.2
Fluktuasi per Jam menurut Titik Survei (Daerah Perkotaan).............................. 7-9
Gambar 7.2.3
Fluktuasi per Jam menurut Titik Survei (Daerah Pedesaan) ............................. 7-10
Gambar 7.2.4
Komposisi Kendaraan menurut Propinsi .......................................................... 7-14
Gambar 7.2.5
Distribusi Perjalanan di Pulau Sulawesi ........................................................... 7-16
Gambar 7.2.6
Volume Bangkitan/Tarikan Lalu Lintas menurut Kabupaten............................ 7-17
Gambar 7.2.7
Distribusi Perjalanan ke/dari Makassar............................................................. 7-18
Gambar 7.2.8
Komposisi Perjalanan menurut Propinsi........................................................... 7-21
Gambar 7.2.9
Distribusi Perjalanan OD Pelabuhan................................................................. 7-19
Gambar 7.3.1
Peta Penetapan Zona di Pulau Sulawesi (Kabupaten 1 - 59) ............................ 7-22
Gambar 7.3.2
Peta Penetapan Zona di Pulau Sulawesi (Pelabuhan & Bandara 60 - 83)................................................................................................................... 7-23
Gambar 7.3.3
Jaringan Jalan di Pulau Sulawesi (Klasifikasi secara Adminitratif).................. 7-24
Gambar 7.3.4
Metodologi Pembebanan Lalu Lintas ............................................................... 7-26
Gambar 7.3.5
Hasil Pembebanan Lalu Lintas tahun 2007 (Semua Kendaraan)...................... 7-27
Gambar 7.3.6
Hasil Pembebanan Lalu Lintas menurut Jenis Kendaraan tahun 2007 ............. 7-28
Gambar 7.3.7
Hasil Pembebanan Lalu Lintas tahun 2007 (Penumpang) ................................ 7-29
Gambar 7.3.8
Hasil Pembebanan Lalu Lintas tahun 2007 (Tonasi Muatan) ........................... 7-30
Gambar 7.3.9
Perbandingan Survei Perhitungan Lalu Lintas dan Pembebanan Lalu Lintas ........................................................................................................ 7-31 DG-4
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan Gambar 7.4.1
Maret 2008
Distribusi Perjalanan Antar-Propinsi menggunakan Jalan dan Ferry antara Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.......................................................... 7-35
Gambar 7.4.2
Distribusi Perjalanan Ferry Antar-Propinsi (Sulawesi Utara dan Gorontalo, dan Sulawesi Tengah) .................................... 7-37
Gambar 7.4.3
Transportasi Darat Dalam Pulau berdasarkan Komoditas (2006)..................... 7-39
Gambar 7.4.4
Volume Pergerakan Kargo/Barang di Sulawesi (2006)..................................... 7-40
Gambar 7.4.5
Jumlah dan Perjalanan per Hari dengan Truk Kargo/Barang (2006) ................ 7-41
Gambar 7.5.1
Korelasi antara PDRB Per Kapita dengan Bangkitan Perjalanan Perorangan....................................................................................... 7-43
Gambar 7.5.2
Inter-relasi antara Rasio Tenaga Kerja dan Jenis Kendaraan yang Digunakan dalam Perjalanan Perorangan (PT) ........................................ 7-44
Gambar 7.5.3
Rasi Tenaga Kerja vs. Moda Transportasi Penumpang (Umum dan Pribadi).............................................................................................................. 7-45
Gambar 7.5.4
Komposisi Moda Transportasi : Mobil vs. Sepeda Motor ................................ 7-46
Gambar 7.5.5
Komposisi Moda Tranportasi: Bis Biasa vs. Minibus....................................... 7-46
Gambar 7.5.6
Ramalan Perjalanan Antar-Zona menurut Jenis Kendaraan.............................. 7-49
Gambar 7.5.7
Ramalan Perjalanan menurut Propinsi.............................................................. 7-49
Gambar 7.5.7
Jalur yang Diinginkan untuk Perjalanan Kendaraan Saat Ini dan di Masa Mendatang ....................................................................................................... 7-51
Gambar 7.5.7 BAB 8
Pembebanan Lalu Lintas (Kasus Tanpa Proyek) berdasarkan Tahun ............... 7-49 ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI DAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN
Gambar 8.1.1
EAGA Hubungan Transportasi Antar-moda ....................................................... 8-2
Gambar 8.1.2
Topografi dan Daerah Konservasi
Gambar 8.1.3
Pergerakan Penumpang Antar/Dalam Pulau menggunakan Pesawat, Ferry, dan
di Sulawesi .............................................. 8-7
Kapal Laut, 2005............................................................................................... 8-10 Gambar 8.1.4
Rencana Rel Kereta Api Eksisting .....................................................................8-11
Gambar 8.1.5
Rute Pesawat Feeder di Sulawesi ..................................................................... 8-12
Gambar 8.2.1
Rencana Peningkatan Jalan Arteri dan Kolektor yang Diusulkan ................... 8-20
Gambar 8.2.2
Pelaksanaan Bartahap Standar Jalan Baru yang Diusulkan .............................. 8-24
Gambar 8.2.3
Analisis Ekonomi menurut Opsi Pembangunan Jalan ...................................... 8-25
Gambar 8.2.4 (1) Kebutuhan Perluasan Kapasitas Jalan Eksisting (Sulawesi Utara & Gorontalo)..................................................................................................... 8-27 Gambar 8.2.4 (2) Kebutuhan Perluasan Kapasitas Jalan Eksisting (Sulawesi Tengah & Barat) ............................................................................................................ 8-28 Gambar 8.2.4 (3) Kebutuhan Perluasan Kapasitas Jalan Eksisting (Sulawesi Selatan & Tenggara) ...................................................................................................... 8-29 Gambar 8.2.5
Ringkasan Rencana Peningkatan Kapasitas Jalan ........................................... 8-30
Gambar 8.2.6
Master Plan Jalan Pulau Sulawesi Tahun 2024 (SRMP)................................... 8-35 DG-5
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan BAB 9
Maret 2008
PRAKIRAAN KEBUTUHAN LALULINTAS DI MASA MENDATANG
Gambar 9.1.1
Koridor dan Proyek yang Diusulkan ................................................................. 9-2
Gambar 9.2.1
Hasil Pembebanan Lalulintas (Dengan Proyek TS-1-5) ..................................... 9-5
Gambar 9.2.2
Hasil Pembebanan Lalulintas (Kasus “Pelaksanaan Proyek Secara Keseluruhan” dengan Asumsi 19 Proyek)............................................... 9-7
BAB 10
KAJIAN TEKNIS PENDAHULUAN DAN PERKIRAAN BIAYA
Gambar 10.1.1
Penampang Melintang Tipikal untuk Studi MP Ini........................................... 10-3
Gambar 10.1.2
Jaringan Jalan Raya Utama yang Diusulkan dalam MP ................................... 10-6
BAB 11
EVALUASI PROYEK
Gambar 11.3.1
Kurva VOC menurut Jenis Kendaraan (IRI=3) .................................................11-4
Gambar 11.5.1
Trend Lalulintas Kendaraan Masa Lalu (di luar sepeda motor) (Rute Bajoe-Kolaka) ........................................................................................11-11
Gambar 11.5.2
Trend Lalulintas Sepeda Motor Masa Lalu (Rute Bajoe – Kolaka).................11-11
Gambar 11.5.3
Kecenderungan Lalulintas Penumpang Masa Lalu (Rute Bajoe – Kolaka).............................................................................................................11-11
Gambar 11.5.4
Lokasi Rute Fery (Bajoe-Kolaka) dan Rute Jalan............................................11-12
Gambar 11.5.5
Jalan Memutar Terpanjang melalaui Darat (kasus 1).......................................11-16
Gambar 11.5.6
Perbandingan Dua Rute: via Jalan dan via Fery (sampai ke Malili) (Kasus 2) ..........................................................................................................11-17
Gambar 11.5.7 BAB 12
Lokasi Rute Fery (Gorontalo – Pagimana) ......................................................11-19
ASPEK DAN MASALAH LINGKUNGAN DALAM MASTER PLAN
Gambar 12.4.1
Topografi Pulau Sulawesi ................................................................................. 12-5
Gambar 12.4.2
Penggunaan Lahan Pulau Sulawesi................................................................... 12-6
Gambar 12.4.3
Lokasi Kawasan Konservasi Utama di Pulau Sulawesi .................................. 12-10
Gambar 12.4.4
Lokasi Wallacea ...............................................................................................12-11
Gambar 12.4.5
Lokasi Kawasan Konservasi Utama di Pulau Sulawesi .................................. 12-12
Gambar 12.4.6
Lokasi Penyimpanan Telur Penyu di Sekitar Pulau Sulawesi......................... 12-17
Gambar 12.4.7
Lokasi Habitat Terumbu Karang dan Dugong di Sekitar Pulau Sulawesi ................................................................................................ 12-20
Gambar 12.4.8
Spesies Indikator Pilihan (Mamalia)............................................................... 12-23
Gambar 12.4.9
Spesies Indikator Pilihan (burung).................................................................. 12-24
Gambar 12.5.1
Alur Prediksi Volume NOx ............................................................................. 12-28
Gambar 12.5.2
Prediksi Alur Tingkat Kebisingan ................................................................... 12-30
Gambar 12.6.1
Wilayah Konservasi dan Jaringan Jalan.......................................................... 12-35
Gambar 12.6.2
Daerah Konservasi dan Jaringan Jalan............................................................ 12-38
Gambar 12.6.3
Alur Prediksi Volume CO2 ............................................................................. 12-48
Gambar 12.6.4
Sistem Adopsi yang Diusulkan ....................................................................... 12-51 DG-6
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan Gambar 12.6.5 BAB 13
Maret 2008
Usulan Pengalihan Ferry di Wilayah Morowali.............................................. 12-52
PROGRAM PELAKSANAAN
Gambar 13.3.1
Organisasi yang Memungkinkan untuk Pelaksanaan Proyek Jalan Nasional dan Propinsi Secara Terpadu..................................................... 13-8
Gambar 13.4.1
Kerusakan Permukaan Jalan Tipikal Dengan dan Tanpa Pemeliharaan..................................................................................................... 13-9
Gambar 13.4.2
Dampak Kelebihan Muatan terhadap Faktor Kerusakan Akibat Kendaraan ........................................................................................... 13-15
Gambar 13.4.3
Contoh Pengendalian Kelebihan Muatan dengan Sistem Komputerisasi ................................................................................................. 13-16
Gambar 13.5.1
Tren Anggaran Jalan Nasional ........................................................................ 13-17
Gambar 13.5.2
Alokasi Anggaran yang Mungkin untuk Jalan Nasional dan Propinsi............ 13-19
Gambar 13.5.3
Metode Pembiayaan untuk Jalan Nasional dan Propinsi ................................ 13-20
DG-7
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
LAPORAN AKHIR VOLUME 1 : STUDI PENGEMBANGAN DAFTAR TABEL BAB 2
KONDISI EKSISTING WILAYAH STUDI
Tabel 2.1.1
Areal Lahan Berdasarkan Penggunaannya.......................................................... 2-6
Tabel 2.2.1
PDRB Sektoral Pulau Sulawesi dan Indonesia, Harga Dasar, 2005 ................. 2-15
Tabel 2.2.2
PDRB Per Kapita Pulau Sulawesi per Propinsi, Harga Dasar 2005 ................. 2-16
Tabel 2.2.3
Areal Panen, Volume Produksi, dan Satuan Produksi Hasil Bumi Utama, 20052-27
Tabel 2.3.1
Sistem Perencanaan Indonesia .......................................................................... 2-33
Tabel 2.3.2
Sistem Perkotaan Pulau Sulawesi ..................................................................... 2-36
Tabel 2.3.3
Kawasan Andalan untuk Pengembangan dalam Tata Ruang 2007 ................... 2-37
BAB 3
SITUASI TRANSPORTASI PULAU SULAWESI SAAT INI
Tabel 3.2.1
Hirarki Jalan dan Pusat Kegiatan ........................................................................ 3-8
Tabel 3.2.2
Klasifikasi Fungsional Jalan ............................................................................... 3-8
Tabel 3.2.3
Standar Desain Geometrik (Bagian Jalan Antar Kota)...................................... 3-10
Tabel 3.2.4
Standar Desain Geometrik (Bagian Jalan Antar Kota) 1/2 ............................... 3-11
Tabel 3.2.5
Standar Lebar Minimum (Bagian Jalan Antar Kota) 2/2 .................................. 3-11
Tabel 3.2.6
Standar Lebar Minimum dalam SK No.
Tabel 3.2.7
Panjang Jalan Nasional dan Propinsi menurut Propinsi, 2005.......................... 3-14
Tabel 3.2.8
Kepadatan Jalan di Sulawesi per Kabupaten, 2003 .......................................... 3-16
Tabel 3.2.9
Lebar Jalan Nasional......................................................................................... 3-17
Tabel 3.2.10
Lebar Jalan Propinsi.......................................................................................... 3-18
Tabel 3.2.11
Jenis Permukaan Jalan untuk Jalan Nasional dan Propinsi ............................... 3-20
Tabel 3.2.12
Kondisi Jalan Nasional...................................................................................... 3-22
Tabel 3.2.13
Kondisi Jalan Propinsi ...................................................................................... 3-22
Tabel 3.2.14
Jenis dan Kondisi Permukaan Jalan Kabupaten, 2005...................................... 3-24
Tabel 3.2.15
Jumlah Jembatan di Jalan Nasional menurut Panjang dan
42/KPTS/Db/2007.......................... 3-11
Propinsi, 2006 ................................................................................................... 3-24 Tabel 3.2.16
Jumlah Jembatan di Jalan Propinsi menurut Propinsi dan Panjang, 2006.................................................................................................... 3-25
Tabel 3.2.17
Jumlah Jembatan di Jalan Nasional menurut Propinsi dan Kondisi, 2006.................................................................................................... 3-25
Tabel 3.2.18
Jumlah Jembatan di Jalan Propinsi menurut Propinsi dan Kondisi, 2006.................................................................................................... 3-25
Tabel 3.3.1
Bandara yang dikelola oleh AP I dan AP II, 2006............................................ 3-28
Tabel 3.3.2
Bandara di Sulawesi, 2006................................................................................ 3-29 DT-1
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Tabel 3.3.3
Daftar Pelabuhan Fery di Pulau Sulawesi , 2006.............................................. 3-30
Tabel 3.3.4
Volume Lalu Lintas Penumpang pada 12 Pelabuhan Antar Propinsi................ 3-31
Tabel 3.3.5
Volume Kendaraan dan Kargo diangkut oleh Fery di Sulawesi, 2004-2005 ......................................................................................................... 3-31
Tabel 3.3.6
Jumlah Penumpang Perjalanan Antar Pulau, 2005 ........................................... 3-32
Tabel 3.3.7
Jumlah Kunjungan Penumpang dan Kapal PT. Pelni di Pelabuhan Makassar ..................................................................................... 3-33
Tabel 3.3.8
Karakteristik Kapal yang Berlabuh di Pelabuhan Pulau Sulawesi, 2005 .................................................................................................................. 3-33
Tabel 3.4.1
Jumlah Pelabuhan di Sulawesi menurut Propinsi, 2007 ................................... 3-34
Tabel 3.4.2
Rangkuman Throughput Kargo di Sulawesi, 2006 ........................................... 3-36
Tabel 3.4.3
Persentase Throughput Kargo di Pelabuhan Utama menurut Propinsi dan Kategori Kargo, 2006....................................................................................................... 3-36
Tabel 3.4.4
Estimasi Volume Kargo yang Ditangani menurut Pelabuhan, 2006 ................. 3-38
Tabel 3.4.5
Tujuan Ekspor dari Pulau Sulawesi .................................................................. 3-38
Tabel 3.4.6
Asal Komoditi Utama yang Diimpor dari Sulawesi ......................................... 3-39
Tabel 3.4.7
Pergerakan Kargo Laut Antar-Pulau di Sulawesi, 2006.................................... 3-39
Tabel 3.4.8
Daftar Pelabuhan yang Terhubung dengan Pelabuhan Utama di Sulawesi ........................................................................................................ 3-40
Tabel 3.4.9
Produksi Kakao Dunia, 2005 ............................................................................ 3-44
Tabel 3.4.10
Volume dan Nilai Ekspor Produk Pertambangan Pulau Sulawesi, 2006 .................................................................................................................. 3-44
Tabel 3.4.11
Volume dan Nilai Ekspor Produk Pertanian Sulawesi, 2006 ............................ 3-45
Tabel 3.4.12
Produk Pertanian yang Diimpor ke Sulawesi, 2006.......................................... 3-47
Tabel 3.4.13
Hasil Pertambangan dan Non-Pertanian yang Diimpor ke Sulawesi................ 3-49
Tabel 3.4.14
Produk Industri dan Konsumsi yang Diimpor ke Sulawesi, 2006 .................... 3-49
Tabel 3.4.15
Rangkuman Volume dan Nilai Produk yang Diperdagangkan di Sulawesi ........................................................................................................ 3-49
Tabel 3.4.16
Lalu Lintas Konteiner di Pelabuhan Makassar, 2006........................................ 3-50
Tabel 3.4.17
Waktu Penanganan dalam Satuan Hari ............................................................. 3-51
Tabel 3.4.18
Biaya Penanganan per Konteiner...................................................................... 3-51
Tabel 3.4.19
Biaya Penanganan Kontainer di Sulawesi ........................................................ 3-52
Tabel 3.4.20
Biaya Penanganan Konteiner di Asia dan Afrika.............................................. 3-52
Tabel 3.5.1
Tanggung Jawab Administrasi Jalan Raya ...................................................... 3-53
Tabel 3.5.2
Kewenangan Balai Besar .................................................................................. 3-55
Tabel 3.5.3
Satuan Pemeliharaan Propinsi/Balai Besar ..................................................... 3-60
Tabel 3.5.4
Sumber Penerimaan Pemerintah Daerah ......................................................... 3-61
Tabel 3.5.5
Belanja Pemerintah Pusat ................................................................................ 3-63
Tabel 3.5.6
Pembagian Anggaran Sektor Jalan .................................................................. 3-63
Tabel 3.5.7
Anggaran Sektor Jalan dari Pemerintah Pusat ................................................ 3-64 DT-2
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Tabel 3.5.8
Penerimaan dan Pegeluaran (Anggaran) Pemerintah Pusat ............................ 3-65
Tabel 3.5.9
Alokasi Anggaran dari Bina Marga ke Propinsi (2001-2007)........................... 3-67
Tabel 3.5.10
Rincian Alokasi Anggaran untuk Propinsi di Sulawesi (2001-2007)................ 3-68
Tabel 3.5.11
Anggaran Sektor Jalan 6 Propinsi di Wilayah Sulawesi ................................... 3-69
Tabel 3.5.12
Penerimaan dan Pengeluaran 6 Propinsi di Wilayah Sulawesi ......................... 3-69
Tabel 3.6.1
Jarak Jalan Aktual dan Jarak Lurus (crow-fly) antara dua Ibu Kota Propinsi .............................................................................................. 3-72
Tabel 3.6.2
Korban Meninggal dan Luka Akibat Kecelakaan Lalulintas di Asia, 2003 .................................................................................................................. 3-75
BAB 4
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN POTENSI PEMBANGUNAN DAERAH
Tabel 4.1.1
Skala Indonesia Timur Laut
............................................................................ 4-1
Tabel 4.1.2
Hasil Ringkasan Wawancara dengan BAPPEDA ............................................... 4-5
Tabel 4.2.1
Produksi dan Ekspor Kakao di Sulawesi, 2005 .................................................. 4-7
Tabel 4.2.2
Nilai Produksi dan Ekspor CNO di Sulawesi ................................................... 4-10
Tabel 4.2.3
Perubahan Harga Tahunan Rata-rata Kopi........................................................ 4-12
Tabel 4.2.4
Volume Produksi Tanaman yang Dapat Digunakan Dalam Produksi Pakan Ternak di Sulawesi ................................................................ 4-13
Tabel 4.2.5
Estimasi Volume Produksi Ternak .................................................................. 4-15
Tabel 4.2.6
Volume Ekspor dan Produksi Hasil Perikanan di Sulawesi, 2005 .................... 4-16
Tabel 4.2.7
Nilai dan Volume Ekspor Barang Buatan Pabrik yang Diekspor oleh Sulawesi, 2003 .......................................................................................... 4-22
Tabel 4.2.8
BAB 5
Produk Hasil Pabrik non-Pertanian per Propinsi .............................................. 4-22
STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN
Tabel 5.2.1
Industrialiasasi Prospektif di Sulawesi ............................................................... 5-9
Tabel 5.2.2
Lahan Potensial untuk Pembangunan Vertikal Sektor Pertanian ...................... 5-17
Tabel 5.2.3
Distribusi Areal Budidaya Kelapa di Pulau Sulawesi ....................................... 5-17
Tabel 5.2.4
Analisis SWOT Bio Diesel ............................................................................... 5-19
Tabel 5.3.1
Klasifikasi Tata Guna Lahan ............................................................................. 5-23
Tabel 5.4.1
Prioritas Produk/Industri ................................................................................... 5-31
Tabel 5.4.2
Kebijakan untuk Mendukung/Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Klaster Industri ............................................................................... 5-32
Tabel 5.4.3
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (1/9) ................................................. 5-36
Tabel 5.4.3
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (2/9) ................................................. 5-37
Tabel 5.4.3
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (3/9) ................................................. 5-39
Tabel 5.4.3
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (4/9) ................................................. 5-41
Tabel 5.4.3
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (5/9) ................................................. 5-42
Tabel 5.4.3
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (6/9)) ................................................ 5-43 DT-3
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Tabel 5.4.3
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (7/9) ................................................. 5-44
Tabel 5.4.3
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (8/9) ................................................. 5-46
Tabel 5.4.3
Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (9/9) ................................................. 5-47
BAB 6
PENETAPAN KERANGKA KERJA SOSIAL-EKONOMI
Tabel 6.1.1
Angka Kematian dan Tingkat
Tabel 6.1.2
Perubahan Jumlah Neto Migrasi Seumur Hidup di
Tabel 6.1.3
Ramalan Tingkat Populasi Total dan Urbanisasi oleh
Tabel 6.1.4
Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk............................................................. 6-5
Tabel 6.1.5
Kenaikan Tingkat Jumlah Neto Urbanisasi dan Penduduk ................................6-11
Tabel 6.1.6
Hasil Prakiraan Jumlah Penduduk .................................................................... 6-13
Tabel 6.1.7
Hasil Prakiraan Angkatan Kerja........................................................................ 6-14
Tabel 6.2.1
PDRB Sektor Pertanian dan Non-Pertanian...................................................... 6-20
Tabel 6.2.2
Ramalan PDRB Per-Kapita............................................................................... 6-21
Tabel 6.2.3
Prakiraan PDRB,
BAB 7
Harapan Hidup Bayi, 2000............................... 6-1 Sulawesi .......................... 6-2 BAPPENAS ................ 6-4
2000 Harga Konstan.......................................................... 6-22
ANALISIS LALU LINTAS
Tabel 7.1.1
Lokasi Survei Jalan ............................................................................................. 7-1
Tabel 7.2.1
Ringkasan Tabel OD Tahun 2007 ....................................................................... 7-7
Tabel 7.2.2
Rasio 24jam/16jam menurut Daerah dan Jenis Kendaraan................................7-11
Tabel 7.2.3
Volume Lalu Lintas Harian di Propinsi Sulawesi Selatan (Satuan:Kendaraan) ......................................................................................... 7-10
Tabel 7.2.4
Volume Lalu-lintas di Propinsi Sulawesi Barat (Satuan: Kendaraan)............... 7-12
Tabel 7.2.5
Volume Lalu Lintas Harian di Propinsi Sulawesi Tenggara (Satuan:Kendaraan) .......................................................................................................................... 7-12
Tabel 7.2.6
Volume Lalu Lintas Harian di Propinsi Sulawesi Tengah (Satuan: Kendaraan)...........................................................................................7-11
Tabel 7.2.7
Volume Lalu Lintas Harian di Propinsi Gorontalo (Satuan: Kendaraan).......................................................................................... 7-12
Tabel 7.2.8
Volume Lalu Lintas Harian di Propinsi Sulawesi Utara (Satuan: Kendaraan).......................................................................................... 7-13
Tabel 7.2.9
Volume Lalu Lintas pada Pelabuhan Utama (Satuan: Kendaraan) ................... 7-14
Tabel 7.2.10
Jarak Rata-rata Perjalanan menurut Jenis Kendaraan ....................................... 7-15
Tabel 7.2.11
Komposisi Tujuan Perjalanan menurut Propinsi............................................... 7-19
Tabel 7.2.12
Jumlah Penumpang menurut Jenis Kendaraan.................................................. 7-19
Tabel 7.2.13
Tonasi Muatan Rata-rata Menurut Jenis Kendaraan ......................................... 7-20
Tabel 7.2.14
Komoditas Utama Transportasi Kargo/Barang ................................................. 7-20
Tabel 7.3.1
Tabel Penatapan Zona di Pulau Sulawesi.......................................................... 7-23 DT-4
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Tabel 7.3.2
Tabel Penetapan Zona Bandara/Pelabuhan di Pulau Sulawesi.......................... 7-24
Tabel 7.3.3
Atribut Jaringan Jalan yang Tergabung dalam STRADA ................................. 7-25
Tabel 7.3.4
SMP menurut Jenis Kendaraan untuk Pembebanan Lalu Lintas ...................... 7-26
Tabel 7.4.1
Hubungan Antarmoda Transportasi Penumpang ke/dari Makassar .................. 7-33
Tabel 7.4.2
Hubungan Antarmoda Transportasi Barang/Kargo ke/dari Makassar............... 7-33
Tabel 7.4.3
Komposisi Moda Transportasi Antar-Propinsi.................................................. 7-34
Tabel 7.4.4
Komposisi Moda Transportasi antara Makassar (Zona No.57) dan Kendari (Zona No.32) ................................................................................ 7-35
Tabel 7.4.5
Komposisi Moda Transportasi Antar-Propinsi.................................................. 7-38
Tabel 7.4.6
Estimasi Jumlah Truk per Hari menurut Propinsi, 2006 ................................... 7-35
Tabel 7.5.1
Korelasi antara Perjalanan Antar-Zona (SMP) dengan Indeks Sosial-Ekonomi7-42
Tabel 7.5.2
Ramalan Tabel OD di Masa Mendatang (Perjalanan kendaraan) ..................... 7-50
Tabel 7.5.3
Perbedaan Konversi SMP menurut Sumbernya ................................................ 7-52
BAB 8
ARAHAN PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI DAN RENCANA INDUK PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN
Tabel 8.1.1
Pembanguan Infrastruktur Transportasi yang Termasuk dalam Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi, 2005............................................................................... 8-4
Tabel 8.1.2
Jumlah Penumpang Angkutan Udara, Ferry, dan Kapal Laut, 2005 ................. 8-10
Tabel 8.2.1
Kebijakan Pembangunan Jalan yang Digunakan untuk Master Plan Jalan .................................................................................................................. 8-15
Tabel 8.2.2
Rencana Pembangunan Jalan yang Diusulkan.................................................. 8-17
Tabel 8.2.3
Kebutuhan Perluasan Kapasitas Jaringan Jalan Eksisting .............................. 8-26
Tabel 8.2.4
Perlunya Peningkatan Perkerasan Jaringan Jalan Eksisting ............................ 8-31
Tabel 8.2.5
Ringkasan Kondisi Jembatan pada Jalan Nasional ......................................... 8-33
Tabel 8.2.6
Ringkasan Kondisi Jembatan pada Jalan Propinsi .......................................... 8-33
Tabel 8.2.7
Konsep Pembangunan Master Plan Jalan Sulawesi tahun 2024 ....................... 8-31
Tabel 8.2.8
Ringkasan Master Plan Jalan Pulau Sulawesi tahun 2024 ................................ 3-34
BAB 9
ENVIRONMENTAL CONSIDERATIONS FOR THE MASTER PLAN
Tabel .9.1.1
Karakteristik Proyek yang Diusulkan ................................................................. 9-3
Tabel 9.1.2
Kasus-Kasus Pembebanan Lalulntas sesuai Pengujian....................................... 9-4
BAB 10 Tabel 10.1.1
KAJIAN TEKNIS PENDAHULUAN DAN PERKIRAAN BIAYA Kuantitas Proyek (Panjang Jalan) menurut Langkah Peningkatan dan Propinsi ...................................................................................................... 10-4
Tabel 10.1.2
Panjang Jalan menurut Lebar (2024) ................................................................ 10-5
Tabel 10.1.3
Daftar Paket untuk Jaringan Jalan Raya Utama................................................ 10-6
Tabel 10.1.4
Panjang Jalan menurut Paket dalam Master Plan Jalan Sulawesi (SRMP) ............................................................................................................. 10-7 DT-5
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan Tabel 10.2.1
Maret 2008
Nilai Tukar Mata Uang yang Digunakan untuk Perkiraan Biaya dalam MP .......................................................................................................... 10-8
Tabel 10.2.2
Penyesuaian Harga Satuan untuk Peningkatan Jalan ........................................ 10-9
Tabel 10.2.3
Jumlah Jembatan berdasarkan Kondisinya yang Terdapat pada Jalan Nasional......................................................................................... 10-10
Tabel 10.2.4
Jumlah Jembatan berdasarkan Kondisinya yang Terdapat pada Jalan Propinsi ......................................................................................... 10-10
Tabel 10.2.5
Jumlah Jembatan Sempit dengan Lebar Kurang dari 4,5m............................. 10-10
Tabel 10.2.6
Harga Satuan untuk Perkiraan Biaya ...............................................................10-11
Tabel 10.2.7
Harga Satuan untuk Pelapisan (Juta Rp./km).................................................. 10-12
Tabel 10.2.8
Harga Satuan Pemeliharaan Rutin (Juta Rp./km)............................................ 10-12
Tabel 10.2.9
Total Biaya Proyek Hingga Tahun 2024 ......................................................... 10-13
BAB 11
EVALUASI PROYEK
Tabel 11.1.1
Paket Jalan yang Dievaluasi...............................................................................11-1
Tabel 11.2.1
Biaya Ekonomi (Konstruksi/Peningkatan) (Juta Rupiah: Harga 2006).............11-2
Tabel 11.3.1
Koefisien VOC dan VOC Dasar ........................................................................11-4
Tabel 11.3.2
Biaya Waktu tempuh Penumpang (Rp/jam/kendaraan: 2006) ...........................11-5
Tabel 11.3.3
Perbandingan Nilai Waktu .................................................................................11-5
Tabel 11.4.1
Hasil Evaluasi Ekonomi.....................................................................................11-6
Tabel 11.4.2
Revisi Evaluasi...................................................................................................11-7
Tabel 11.5.1
Spesifikasi Kapal Fery .......................................................................................11-9
Tabel 11.5.2
Frekuensi Operasional dan Lama Perjalanan.....................................................11-9
Tabel 11.5.3
Struktur Tarif (per November 2007) (Rp./unit) .................................................11-9
Tabel 11.5.4
Lalulintas Pengguna Fery (Rute Bajoe – Kolaka)............................................11-10
Tabel 11.5.5
Kecenderungan Lalulintas Pengguna Fery (1997 – 2006) ...............................11-10
Tabel 11.5.6
Estimasi VOC untuk Keadaan Hipotesis “Tanpa Fery” (Rute Bajoe –Kolaka)11-13
Tabel 11.5.7
Biaya Operasional Fery (Rute Bajoe – Kolaka)...............................................11-13
Tabel 11.5.8
Spesifikasi Kapal Fery
Tabel 11.5.9
Struktur Tarif (per Desember 2007) (dalam Rp./unit).......................................11-15
Tabel 11.5.10
Lalulintas Pengguna Fery (Rute Siwa – Lasusua) ...........................................11-15
Tabel 11.5.11
Biaya Operasi Fery (Rute Siwa – Lasusua) .....................................................11-15
Tabel 11.5.12
Perkiraan VOC dalam Keadaan Hipotesis ‘Tanpa Fery”
.................................................................................11-14
(Rute Siwa – Lasusua) .....................................................................................11-17 Tabel 11.5.13
Spesifikasi Kapal Fery (Gorontalo-Pagimana) ................................................11-18
Tabel 11.5.14
Lalulintas Pengguna Fery (Gorontalo-Pgimana) .............................................11-18
Tabel 11.5.15
Struktur Tarif (per Desember 2007) (Rp./unit) .................................................11-18
Tabel 11.5.16
Estimasi VOC untuk Keadaan Hipotesis ‘Kasus Tanpa Fery” (Gorontalo – Pagimana Route) ........................................................................11-20
DT-6
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
BAB 12
ASPEK DAN MASALAH LINGKUNGAN DALAM MASTER PLAN
Tabel 12.4.1
PDRB sektoral Sulawesi dan Indonesia, harga 2005 ........................................ 12-5
Tabel 12.4.2
Klasifikasi Kawasan Konservasi di Indonesia .................................................. 12-7
Tabel 12.4.3
Ijin dan Larangan pada Kawasan Konservasi di Indonesia............................... 12-8
Tabel 12.4..4
Data Kawasan konservasi di Pulau Sulawesi.................................................... 12-9
Tabel 12.4.5
Keanekaragaman dan Endemisme di Wallacea................................................12-11
Tabel 12.4.6
Burung Endemik Utama Pulau Sulawesi ........................................................ 12-13
Tabel 12.4.7
Mamalia Pulau Sulawesi................................................................................. 12-15
Tabel 12.4.8
Spesies Ampibi Pulau Sulawesi ...................................................................... 12-15
Tabel 12.4.9
Spesies Ular di Pulau Sulawesi....................................................................... 12-16
Tabel 12.4.10
Reptil di Pulau Sulawesi ................................................................................. 12-16
Tabel 12.4.11
Penyu di Pulau Sulawesi ................................................................................. 12-17
Tabel 12.4.12
Ikan Air Twar di Sungai Sulawesi................................................................... 12-18
Tabel 12.4.13
Ikan Air Tawar Danau Pulau Sulawesi............................................................ 12-19
Tabel 12.4.14
Kondisi Kualitas Udara di Wilayah Mamminasata (2007) ............................. 12-21
Tabel 12.4.15
Tingkat Kebisingan di Wilayah Mamminasata ............................................... 12-22
Tabel 12.5.1
Koefisien Buangan Berdasarkan Jenis Kendaraan (NOx) .............................. 12-27
Tabel 12.5.2
Hasil Volume NOx .......................................................................................... 12-28
Tabel 12.5.3
Hasil Ramalan Tingkat Kebisingan pada tahun 2024 (sekitar Kota Manado) .................................................................................... 12-31
Tabel 12.5.4
Hasil Ramalan Tingkat Kebisingan pada tahun 2024 (sekitar Kota Gorontalo) ................................................................................. 12-31
Tabel 12.5.5
Hasil Ramalan Tingkat Kebisingan pada tahun 2024 (sekitar Kota Palu) .......................................................................................... 12-31
Tabel 12.5.6
Hasil Ramalan Tingkat Kebisingan pada tahun 2024 (sekitar Kota Mamuju) .................................................................................... 12-31
Tabel 12.5.7
Hasil Ramalan Tingkat Kebisingan pada tahun 2024 (sekitar Kota Makassar) .................................................................................. 12-32
Tabel 12.5.8
Hasil Ramalan Tingkat Kebisingan pada tahun 2024 (sekitar Kota Kendari)..................................................................................... 12-32
Tabel 12.6.1
Tolak Ukur dan Bobot Matriks Dampak Lingkungan..................................... 12-33
Tabel 12.6.2
Hasil Perkiraan Luasan Hutan yang Terkena Dampak.................................... 12-36
Tabel 12.6.3
Tolak Ukur dan Bobot Analisis Multi Kriteria................................................ 12-39
Tabel 12.6.4
Koefisien Gas Buangan berdasarkan Jenis Kendaraan (CO2) ........................ 12-47
Tabel 12.6.5
Hasil Volume Kendaraan yang Beroperasi (Kendaraan x km)........................ 12-48
Tabel 12.6.6
Hasil Perkiraan Volume CO2 .......................................................................... 12-49
Tabel 12.6.7
Contoh Spesies Pohon yang Direkomendasikan untuk Penghijauan .............. 12-51
BAB 13
PROGRAM PELAKSANAAN DT-7
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Tabel .13.2.1
Pemberian Skor untuk Proyek yang Diusulkan ................................................ 13-4
Tabel 13.2.2
Skor Indeks yang Telah Dinormalisasi untuk Proyek yang Diusulkan ............. 13-5
Tabel 13.2.3
Skor Akhir dan Prioritas Proyek yang Diusulkan ............................................. 13-5
Tabel 13.2.4
Hasil Uji Sensitifitas Dengan Bobot Indikator Ekonomi yang Berbeda (EIRR) ................................................................................................ 13-6
Tabel 13.3.1
Metode Pemeliharaan di Setiap Propinsi .......................................................... 13-7
Tabel 13.4.1
Kebutuhan Dana Tahunan untuk Pekerjaan Pemeliharaan Rutin.................... 13-10
Tabel 13.4.2
Kegiatan Pemeliharaan yang Dibutuhkan untuk Fasilitas Jalan ......................13-11
Tabel 13.4.3
Kriteria Batas Beban Sumbu berdasarkan Klasifikasi Jalan ........................... 13-14
Tabel 13.5.1
Kebutuhan Dana untuk Master Plan yang Diusulkan ..................................... 13-17
Tabel 13.5.2
Alokasi Anggaran yang Mungkin untuk Jalan Nasional dan Propinsi............ 13-19
Tabel 13.6.1(1)
Usulan Rencana Alokasi & Pembiayaan Investasi (Kasus 1: Rencana Investasi Berimbang) ....................................................... 13-24
Tabel 13.6.1(2)
Usulan Rencana Alokasi & Pembiayaan Investasi (Kasus 2: Rencana Jangka Menengah) ........................................................... 13-24
Tabel 13.6.1(3)
Usulan Rencana Alokasi & Pembiayaan Investasi (Kasus 3: Rencana Investasi Awal) ................................................................. 13-25
Tabel 13.6.2
Ringkasan Jadwal Pelaksanaan Proyek........................................................... 13-26
DT-8
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
LAPORAN AKHIR VOLUME 1 : STUDI PENGEMBANGAN DAFTAR SINGKATAN A AADT AASHTO AC ADB ADSRP AMDAL ANDAL AP APBD APBN ASDP ASEAN ASTM AusAID
Annual Average Daily Traffic American Association of State Highway and Transportation Office Asphalt Concrete Asian Development Bank Abdullah Daeng Sirua Road Project Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Analisis Dampak Lingkungan (Environmental Analysis) Angkasa Pura (Aviation Service) Anggaran Pendatapatan dan Belanja Daerah (Local Budget of Income and Expenditure) Anggaran Pendatapatan dan Belanja Nasional (National Budget of Income and Expenditure) Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Inland Ferry Service) Association of Southeast Asian Nations American Society for Testing and Materials Australian Agency for International Development
B BALAI BESAR BAPEDALDA
B/C BDF BINA MARGA BKSPMM
Regional Office of DGH Badan Pengelolaan dan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Environmental Impact Management Agency) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Regional Planning and Development Agency) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (National Planning and Development Agency) Benefit/Cost Ratio Bio-Diesel Fuel Directorate General of Highways Badan Kerja Sama Pembangunan Metropolitan Mamminasata
BMS BOT
(Mamminasata Metropolitan Development Cooperation Body) Bridge Management System Built-Operate-Transfer
BAPPEDA BAPPEDAL BAPPENAS
DS-1
Maret 2008
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
BP BPN
Bypass Badan Pertanahan Nasional
BPS
(National Land Agency) Badan Pusat Statistik (Central Bureau of Statistics)
C CBD CBR CCC CESA CNO CPB
Central Business District California Bearing Ratio Celebes Convention Center Cumulative Equivalent Standard Axle Crude Coconut Oil Cocoa Pod Borer
D DAK
DCP DGAC DGH DGLT DINAS PRASWIL DINAS PU
Dana Alokasi Khusus (Special Allocation Fund) Dana Alokasi Umum (General Allocation Fund) Dynamic Cone Penetrometer Directorate General of Air Communication Directorate General of Highways Directorate General of Land Transportation Regional Infrastructure Agency Dinas Pekerjaan Umum
DP
(Regional Public Works) Development Plan
DAU
E EIA EINRIP EIRR EIRTP ESAL ESCAP EU
Environmental Impact Assessment Eastern Indonesia National Road Improvement Project Economic Internal Rate of Return Eastern Indonesia Region Transportation Project Equivalent Standard Axle Economic and Social Commission for Asia and Pacific European Union
F FAO FEZ FIRR FOB FS or F/S
Food and Agriculture Organization (of the United Nations) Free Economic Zone Financial Internal Rate of Return Free on Board Feasibility Study
DS-2
Maret 2008
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
G GBHN GDP GIS GMTDC GOI GOJ GRDP GT
Garis Besar Haluan Negera (State Policy Guideline) Gross Domestic Product Geographical Information System Gowa Makassar Takalar Development Center Government of Indonesia Government of Japan Gross Regional Domestic Product Gross Ton
H Ha HCM HLRIP HRP HSD
Hectare Highway Capacity Manual Heavy Loaded Road Improvement Project Hertasning Road Project High Speed Diesel
IBRD IC IEE IHCM IMF IRMS
International Bank for Reconstruction and Development Interchange Initial Environment Examination Indonesian Highway Capacity Manual International Monetary Fund Integrated Road Management System
I
J JBIC JC Jembatan JICA JKT JL JST
Japan Bank for International Cooperation Junction Bridge Japan International Cooperation Agency Jakarta Jalan (Road / Street) JICA Study Team
K K A-ANDAL KAB or Kab. KANWIL KAPET KEC, or Kec. KIROS
Kerangka Acuan – ANDAL Kabupaten (Regency) Kantor Wilayah (Regional Office) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Integrated Economic Development Area) Kecamatan (District) Kawasan Industri Maros (Maros Industrial Estate) DS-3
Maret 2008
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
KIMA KITA KIWA
Kawasan Industri Makassar (Makassar Industrial Estate) Kawasan Industri Takalar (Takalar Industrial Estate) Kawasan Industri Gowa (Gowa Industrial Estate)
L LRT
Light Rail Transit
M MB MBP MCA MDGs MOC MOT MoU MPW MRR MRT MSRI MST Mt.
Mamminasa Bypass Mamminasa Bypass Project Multi Criteria Analysis Millennium Development Goals Ministry of Communication Ministry of Transport Memorandum of Understanding Ministry of Public Works Middle Ring Road Mass Rapid Transit Ministry of Settlement and Regional Infrastructure Muatan Sumbut Terbulat (Maximum Axle Load) Mountain (Gunung)
N NAC NGO NPV
National Activity Center Non-Governmental Organization Net Present Value
O O/D OD ODA OR
Origin/Distination Origin/Development Official Development Assistance Outer Ring
P P2JJ PA PC PC PCC PCU PDAM
Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan (Design and Supervision Road/Bridge) Prioritized Area Pre-stressed Concrete Public Consultation Portland Cement Concrete Passenger Car Unit Perusahaan Daerah Air Minum
PFI
(Regional Water Supply Company) Private Finance Initiative DS-4
Maret 2008
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
PIU PKL PKN PKW PMU PPP PRASWIL Pre-FS PROPENAS PT PT. PELINDO PT. PELNI PU
Project Implementation Unit Pusat Kegiatan Lokal (Local Activity Center) Pusat Kegiatan Nasional (National Activity Center) Pusat Kegiatan Wilayah (Regional Activity Center) Project Management Unit Public Private Partnership Infrastructure Agency Pre-feasibility Study Program Pembangunan Nasional (National Development Program) Perseroan Terbatas (Company Limited) PT. Pelabuhan Indonesia (Indonesian Port Service Company) PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Indonesian National Shipping Company) Department of Public Works
R RAC RC Rd. RDB RDS RKL RKP RoRo ROW
Regional Activity Center Reinforced Concrete Road Red Data Book Road Design System Rencana Pengelolaan Lingkungan Rencana Kerja Pemerintah (Government Action Plan) Roll on, Roll Off Right of Way
RPJM
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJMD RPJMN RPJP Rp RPL
(Mid-term Development Plan) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (Mid-term Regional Development Plan) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Mid-term Nasional Development Plan) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (Long-term Development Plan) Rupiah (Indonesian Currency) Rencana Pemantauan Lingkungan DS-5
Maret 2008
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
RRSP RSP RTR(WN)
Road Rehabilitation Sector Project Regional Spatial Plan Rencana Tata Ruang (Wilayah Nasional) ((National) Spatial Plan)
S SEA SITRAMP SPT
Strategic Environmental Assessment The Study on Integrated Transportation Master Plan for Jabotabek Standard Penetration Test
T TEU TOR/EIA TPA TSMR TSMRP TSSS TTC
Twenty-foot Equivalent Unit Terms of Reference EIA Tempat Pembuangan Akhir (Land Fill Site) Trans-Sulawesi Mamminasata Road Trans-Sulawesi Mamminasata Road Project Transport Sector Strategy Study Travel Time Cost
U UN UPTD
United Nations Unit Pelaksana Teknis Dinas (Technical Implementor Unit Agency)
V VAT VDF VOC VSD
Value Added Tax Vehicle Damage Factor Vehicle Operation Cost Vascular Streak Dieback
W WB
World Bank
DS-6
Maret 2008
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
RINGKASAN EKSEKUTIF
(1)
Latar Belakang Studi Pembangunan Kawasan Timur Indonesia telah menjadi kebijakan utama Pemerintah Indonesia dalam rangka mengurangi kesenjangan yang terjadi antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan KTI. Untuk mendukung pembangunan wilayah di KTI, pentingnya prasarana strategis telah diidentifikasi sebagai salah satu langkah prioritas untuk menghubungkan kawasan-kawasan yang berbeda dan mengurangi kemiskinan. Pemerintah Indonesia meminta kepada Pemerintah Jepang untuk memberikan bantuan teknis dalam “Studi Rencana pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan”. Sebagai respon atas permintaan ini, Pemerintah Jepang melaksanakan Studi sejalan dengan “Program Pengembangan Wilayah Timur Laut Indonesia” dan “Program Pembangunan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan” yang dilaksanakan oleh JICA. Studi ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
(2)
i)
Merumuskan Rencana Induk (Master Plan) Jalan Arteri Pulau Sulawesi
ii)
Menyiapkan rencana kegiatan pelaksanaan pengembangan jaringan jalan arteri
iii)
Melaksanakan Studi Kelayakan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan.
Master Plan Jalan Arteri Pulau Sulawesi Tahun sasaran Master Plan ditetapkan pada tahun 2024 yang yaitu selama 17 tahun sesuai dengan Undang-undang baru (No. 17 tahun 2007) tentang “Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025", dan kerangka waktu baru untuk studi master plan adalah sebagai berikut: Rencana Jangka Pendek
; 2008 – 2014 (7 tahun)
Rencana Jangka Menengah
; 2015 – 2019 (5 tahun)
Rencana Jangka Panjang
; 2020 – 2024 (5 tahun)
Wilayah Studi untuk rencana pengembangan jaringan jalan arteri Pulau Sulawesi mencakup seluruh Pulau Sulawesi yang terdiri dari Propinsi Sulawesi Tenggara, Propinsi Gorontalo, Propinsi Sulawesi Tengah, Propinsi Sulawesi Barat, Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Studi mencakup seluruh jalan arteri (jalan nasional, jalan propinsi dan rute penting lainnya dalam rangka pembangunan ekonomi dan daerah).
S-1
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
(3)
Maret 2008
Kebutuhan dan Potensi Pembangunan Daerah Sebagai pelopor pembangunan di Indonesia TImur, pembangunan pulau Sulawesi diharapkan memberikan kontribusi kepada kemakmuran seluruh rakyat Indonesia, khususnya karena pembangunan ekonomi yang seimbang di Indonesia serta pembangunan yang mendesak untuk dilakukan di kawasan timur Indonesia khususnya Maluku dan Papua, bergantung kepada kesuksesan pembangunan Pulau Sulawesi. Elemen yang penting dalam meningkatkan pembangunan wilayah di Pulau Sulawesi adalah sebagai berikut: a.
Peningkatan Industri Pengolahan untuk Sumberdaya Pertanian Potensial
b. Peningkatan Kualitas dan Nilai Hasil Bumi c.
Perubahan Paradigma ke Pembangunan yang Berkelanjutan
d. Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan e.
Pengembangan Sumber Daya Potensial
Tabel S.1 memberikan gambaran umum industri prospektif di Sulawei dalam kategori analisis kebijakan pada trend pasar global, kompetensi domestik dan global dari pasar di Sulawesi, dan kapasitas produksi Sulawesi. Table S.1 Kategori Industri 1) Pengolahan Sumberdaya Pertanian
2) Peternakan/ Pengolahan Daging/ Pengolahan Makanan Ternak 3) Produk Perikanan Kelautan
4)Pengolahan Sumberdaya Pertambangan
5) Bahan Bangunan
6) Industri Ringan
7)Industri Pariwisata
Prospek Industrialisasi di Sulawesi
Produk/Pasar Prospektif
Daerah Produksi Prospektif
Bahan bakar bio-diesel yang menggunakan kelapa dan jarak untuk menggantikan bahan bakar dalam negeri di Sulawesi. Pengolahan bahan makanan termasuk kakao, kopra, kopi, vanilla, cengkeh, sayur-sayuran, kacang mede, dll, untuk pasar luar negeri khususnya Cina. Daging “Halal” untuk Negara Timur Tengah/Kalimantan, dll. Makanan ternak dari kopra, jagung, ubi kayu, kedelai, dan sisa-sisa ikan bagi perternak dalam negeri. Produk-produk baru seperti ikan bandeng untuk pasar ekspor/ dalam negeri. Promosi pengolahan ikan tuna, rumput laut, dll., untuk ekspor Pengembangan minyak dan gas untuk pasar ekspor dan dalam negeri. Pengembangan nikel, aspal, emas, dll, untuk pasar ekspor dan dalam negeri. Kerikil, batu, ekspor semen ke daerah-daerah pengembangan energi di Kalimantan dan Luwuk. Manufaktur padat karya untuk ekspor seperti bahan kayu, kayu lapis/tripleks, furnitur, garmen, sepatu, dll. Marine eco-tourism (wisata lingkungan bahari.
Pusat daerah produksi kelapa seperti Manado, Makassar, Palu
Sumber: Tim Studi JICA
S-2
• Pusat pengolahan dan perdagangan produk-produk pertanian dan perikanan seperti Manado, Makassar, Palu, dan ibukota propinsi lainnya. • Gabungan pusat pengolahan makanan (CFPC) direkomendasikan. • Pengolahan limbah dari CFPC menjadi makanan ternak, pupuk organik, dll, untuk industri pertanian dan perternakan domestik
Luwuk di Sulawesi Tengah Produksi di tempat dan pengolahan primer di Sulawesi Tenggara, dll.
Tahap Pembangunan Jangka Jangka menengah Pendek /panjang ○
○
○ (Pengolahan akhir)
○
○ (Pengolahan akhir)
○
○ (Pengolahan akhir)
○
Sulawesi Tengah dan Selatan ○ Pusat pengolahan dan perdagangan seperti Manado, Makassar, Palu, Kendari. Manado dan pulau-pulau terpencil Wakatobi di Sulawesi Tenggara dan Selayar di Sulawesi Selatan.
○
○ (Pengolahan akhir)
○
○
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
(4)
Maret 2008
Strategi dan Konsep Pengembangan Berdasarkan analisis terhadap kondisi saat ini, potensi, dan rencana pengembangan yang ada, tujuan dan strategi pengembangan untuk pembangunan daerah terpadu di Pulau Sulawesi disusun dan diringkas. 1)
Tujuan Pengembangan Regional Tujuan 1:
Pengembangan Pulau Sulawesi sebagai Leading Island di Kawasan Timur Indonesia dan sebagai Pintu Gerbang untuk untuk pulau-pulau lain di Indonesia dan negara-negara di Asia, dan
Tujuan
2:
Pengembangan Sulawesi yang Ramah Lingkungan untuk Mengurangi Kemiskinan
2)
Strategi Pengembangan Regional Untuk mencapai tujuan-tujuan pengembangan, maka diusulkan strategi pengembangan regional berikut ini: Strategi 1:
Pertumbuhan Ekonomi melalui Pengembangan Industri
Strategi 2:
Pertumbuhan Ekonomi di Pusat-pusat Kegiatan
Strategi 3:
Pengurangan Disparitas Sosial dan Ekonomi
Strategi 4:
Pengembangan Sulawesi dengan Pertimbangan yang cukup pada Lingkungan, dan Keselamatan terhadap Bencana
3)
Konsep Rencana Tata Guna Lahan Pulau Sulawesi tahun 2024
Gambar S.1 menunjukkan konsep tata guna lahan tahun 2024, yang dikembangkan dengan mempertimbangkan pembangunan Pusat Kegiatan Nasional/Wilayah, peningkatan Klaster Industri dan Pengembangan Sistem Transportasi yang Terkoordinasi.
S-3
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Gambar S.1 Kerangka Kerja Tata Guna Lahan Pulau Sulawesi tahun 2024
(5)
Penetapan Kerangka Kerja Sosial Ekonomi
Prakiraan dibuat berdasarkan antar sensus tahun 2005 yang mencakup periode 2006-2025. Total jumlah penduduk pulau Sulawesi diperkirakan akan mencapai 19,7 juta jiwa pada tahun 2024, dan mengalami peningkatan sekitar 4 juta jiwa dari jumlah penduduk 15,7 juta jiwa pada tahun 2005. Angkatan kerja di Pulau Sulawesi diramalkan akan mengalami peningkatan dari 6,3 juta jiwa ke 9,8 juta jiwa dari tahun 2005-2024 dengan tingkat pertumbuhan tahunan 2,33%. Total PDRB Sulawesi diramalkan meningkat dari Rp. 73,089 miliar di tahun 2005 menjadi Rp. 265,150 miliar di tahun 2024 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 7,02% seperti yang disajikan dalam Tabel S.2.
S-4
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Tabel S.2
Maret 2008
PDRB Sektor Pertanian dan Non-Pertanian 2005 (Milyar Rp.) Non-agri Total (B) (C) 9.967 12.745
2024 (Milyar Rp.) Non-agri Total (B’) (C’) 38.236 43.614
Sulawesi Utara
Agri (A) 2.778
21.80%
Agri (A’) 5.377
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat
5.348 11.032 2.798 624 1.727
5.808 25.392 4.682 1.401 1.532
11.156 36.424 7.480 2.025 3.259
47.94% 30.29% 37.41% 30.83% 52.99%
14.507 22.771 8.024 1.431 3.546
31.852 103.903 21.228 6.008 8.267
46.359 126.674 29.252 7.439 11.813
31,29% 17,98% 27,43% 19,24% 30,02%
Total Sulawesi
24.307
48.782
73.089
33.26%
55.656
209.494
265.150
20,99%
A/C
A’/C’ 12,33%
Sumber: Tim Studi JICA
(6)
Arahan Pengembangan Jaringan Transportasi
Sebelum formulasi rencana pengembangan jalan untuk Pulau Sulawesi, telah dilakukan kajian terhadap rencana pengembangan transportasi nasional yang ada. Arahan dan kebijakan dasar yang ditetapkan membentuk satu bagian yang terpadu dengan rencana pengembangan jaringan jalan yang diusulkan dalam studi ini. Berdasarkan rencana pengembangan transportasi yang ada dan berbagai analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dihasilkan arahan transportasi di bawah ini untuk membentuk suatu sistem transportasi terpadu bagi Pulau Sulawesi. (1)
Hubungan internasional yang diusulkan dalam konsep BIMP-EAGA sebaiknya diperkuat
(2)
Jaringan jalan sebaiknya dikembangkan dengan memfokuskan kepada pelebaran, rehabilitasi, pemeliharaan dan beberapa proyek baru yang strategis
(3)
Transportasi laut yang hemat energi harus disatukan dalam jaringan jalan secara efektif
(4)
Perjalanan jarak jauh dan menengah menggunakan transportasi udara akan bertumbuh seiring dengan terjadinya penurunan tarif pesawat dan pengembangan fasilitas banda udara
(5)
Pelaksanaan proyek jalur kereta api sebaiknya dilaksanakan di masa yang akan datang apabila kapasitas jalan antar kota telah terpenuhi
(7)
Kebijakan Pengembangan untuk Master Plan Jalan Sulawesi Tim Studi menetapkan kebijakan pengembangan jalan dalam rangka merumuskan master plan jalan dengan mempertimbangkan kondisi jalan eksisting, strategi pembangunan ekonomi daerah dan kebijakan pengembangan transportasi yang disajikan dalam tabel berikut:
S-5
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Tabel S.3
Maret 2008
Kebijakan Pengembangan Jalan yang Digunakan untuk Master Plan Jalan
Sasaran Pembangunan
Strategi Pembangunan Daerah
Kebijakan Pembangunan Jalan
[Strategi 1] Pertumbuhan Ekonomi yang Efektif dengan [Sasaran 1] Penguatan Hubungan Wilayah bukan hanya di Pembangunan Sulawesi Sulawesi tetapi juga dengan Negara-Negara Asia sebagai Pulau Terkemuka di lainnya Indonesia Timur dan sebagai Pintu Gerbang ke [Strategi 2] Negara-Negara Asia lainnya Pertumbuhan Ekonomi melalui Pengembangan Industri Pengolahan yang berbasis Sumberdaya Potensial di Sulawesi [Strategi 3] Pengurangan Kesenjangan Sosial dan Ekonomi di Daerah Pedalaman dengan Penguatan Layanan Administrasi Publik melalui Integrasi Pusat Kawasan Andalan dan Kota-Kota Besar [Sasaran 2] Pengentasan Kemiskinan dan Pembangunan Sulawesi sebagai Pulau yang Ramah [Strategi 4] Lingkungan Pembangunan Sulawesi dengan Memberikan Perhatian yang layak oada aspek Lingkungan, Keselamatan dan Sumberdaya Manusia
[Kebijakan 1] Membangun tulang belakang jaringan transportasi pulau untuk meningkatkan hubungan ekonomi antar enam propinsi [Kebijakan 2] Mengakomodasi peningkatan lalulintas kendaraan berukuran besar dan berat [Kebijakan 3] Meningkatkan askesibilitas ke daerah-daerah sumberdaya potensial
[Kebijakan 4] Meningkatkan jaringan jalan di daerah pedalaman dan pulau terpencil [Kebijakan 5] Menurunkan beban lingkungan di sektor transportasi [Kebijakan 6] Meningkatkan Keselamatan dan Kapasitas Lalulintas Jalan Arteri Pinggiran Kota [Kebijakan 7] Mengembangkan jaringan jalan dengan memberikan perhatian yang layak pada aspek lingkungan [Kebijakan 8] Memperkuat pengelolaan jalan termasuk sistem pemeliharaannya
(8)
Pelaksanaan Bertahap Berdasarkan Peraturan Baru Bidang Jalan Tim Studi membuat usulan “Pembangunan Jalan Bertahap dengan Standar Lebar Jalut Lalulintas 7 m sesuai dengan PP No 34 Tahun 2006) untuk Jalan Arteri dan Kolektor di Pulau Sulawesi” dan menyerahkannya ke Direktorat Jenderal Bina Marga sebagai paper diskusi pada tanggal 5 Oktober 2007, untuk studi ini. Gambar S.2 menunjukkan gambaran umum usulan pelaksanaan pembangunan bertahap standar jalan baru berdasarkan lebar jalan yang ada, klasifikasi jalan dan usulan langkah-langkah peningkatan dengan mempertimbangkan kebutuhan lalulintas saat ini dan masa mendatang, dan berikut ini adalah garis besar rekomendasi Tim Studi: *
Jalan arteri primer harus dilebarkan dengan standar lebar jalur lalulintas 7 m sampai tahun target 2024.
*
Jalan kolektor primer harus dilebarkan sampai 7 m secara bertahap dengan mempertimbangkan kebutuhan lalulintas saat ini dan di masa yang akan datang.
Pemeliharaan rutin dan periodik harus menjadi prioritas pertama untuk menjaga kesinambungan aset jalan propinsi dan nasional.
S-6
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Existing Travelway Width: 4.5m*
Maret 2008
Existing Travelway Width: 6.0m**
DRAFT Primary Collector Road
Option 1 Periodic Maintenance / Betterment (no widening)*
Present ADT (pcu)
Primary Collector Road
Option 3 Periodic Maintenance / Betterment
Option 2
Option 3
Betterment (Widening)
Betterment (Widening)
4.5 m to 6.0m
4.5 m to 7.0m or 7.0m x 2
(no widening)**
Primary Arterial Road
Option 4 Betterment (Widening) 6.0 m to 7.0m or 7.0m x 2
Future 2024 ADT (pcu)*
< 1,000
1,000 3,000
1,000 3,000
2,000 5,000
3,000 8,000
Primary Arterial Road
T.Way Width: 4.5m Shoulder Width: 1.0m
if Future ADT > 3,000
T.Way Width: 6.0m Shoulder Width: 1.5m
if Future ADT > 8,000
Travel Way Width: 6.0m Shoulder Width: 1.5m if Future ADT < 8,000
5,000 20,000 > 20,000
T. Way Width: 7.0m Shoulder Width: 2.0m
if Future ADT 8,000 20,000
T.Way Width: 7.0m Shoulder Width: 2.0m
T.Way Width: 7.0m x 2 Shoulder Width: 2.0m
if Future ADT > 20,000
T.Way Width: 7.0m x 2 Shoulder Width: 2.0m
< 20,000 > 8,000 > 20,000
Notes: 1. 2.
* Exiting Travelway Width 3.0 - 5.4m, ** 5.5 - 6.5m T.Way : Travelway
3. Standard travelway width of medium road is 7.0m for 2-lane/2-way road.
Gambar S.2 Usulan Pelaksanaan Bertahap untuk Standar Baru tentang Jalan
(9)
Ramalan Kebutuhan Lalu Lintas Seluruh perjalanan kendaraan akan menjadi lebih dari 1,5 kali pada tahun 2024 dibandingkan dengan kondisi saat ini. Namun demikian, perjalanan kendaraan di wilayah perkotaan akan bertumbuh sekitar 2 kali lebih pesat di masa depan, karena pada umumnya perjalanan antar zona meningkat lebih cepat..
2024
2007 Gambar S.3
Hasil Pembebanan Lalulintas (Kasus “Pelaksanaan Proyek Secara Keseluruhan” dengan 19 Proyek)
S-7
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
(10)
Maret 2008
Master Plan Jaringan Jalan Sulawesi tahun 2024 Tim Studi melakukan kajian recana peningkatan jalan dengan mempertimbangkan kebutuhan peningkatan klasifikasi jalan, kebutuhan perluasan kapasitas dan kebutuhan perbaikan perkerasan berdasarkan kondisi jalan dan lalu lintas saat ini. Langkah-langkah peningkatan dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu pembangunan jalan baru, perbaikan serta pemeliharaan berkala dan rutin. Master Plan Jalan Sulawesi pada tahun 2024 telah dirumuskan berdasarkan konsep pengembangan seperti yang ditunjukkan dalam Tabel S.4 dan Gambar S.4. Dengan selesainya pekerjaan sistem jaringan jalan pada tahun 2024, diharapkan hasil-hasil berikut ini dapat tercapai: i)
Harmonisasi pembangunan ekonomi Pulau Sulawesi diharapkan dapat tercapai dengan penguatan hubungan ekonomi enam propinsi lewat pelaksanaan pembangunan jalan Trans Sulawesi yang berstandar tinggi dan dapat dilalui dalam segala kondisi cuaca.
ii)
Peningkatan kebutuhan dasar manusia serta pengentasan kemiskinan diharapkan terjadi di daerah pedesaan dan pulau-pulau terpencil melalui penguatan sistem jaringan jalan dengan perampungan jalan-jalan yang belum terhubung..
iii)
Pengembangan industri pengolahan dengan memanfaatkan sumber daya potensial di Pulau Sulawesi dapat dicapai dengan peningkatan aksesibilitas ke daerah-daerah potensial.
iv)
Lingkungan hidup dan masyarakat adat terpencil dapat terlindung dari adanya pembangunan jalan dengan pertimbangan terhadap lingkungan.
i)
Peningkatan beban lingkungan di Pulau Sulawesi dapat diminamilisir lewat penggabungan transportasi fery yang hemat energi dalam sistem jaringan jalan serta penguatan jaringan jalan raya jalur laut.
Tabel S.4
Konsep Pengembangan Master Plan Jalan Sulawesi Road Structure
Road Classification
Arterial Road
I Nationa Road Collector Road (K-1)
II
Provincial Road
Collector Road (K-2&3)
Nos. of Lane
Development Concept of Sulawesi Road Master Plan
Pavement Width
All arterial national road become 7.0m road regardless of traffic volume and will be improved to be all weather condition with sufficient capacity and standard The road carrying the traffic more than 3,000 p.c.u/day - 8,000 2 lanes 6.0m - 7.0 m p.c.u/day become 6.0 m road and the road more than 8,000 p.c.u/day become 7.0m road The road carrying the traffic less than 3,000 p.c.u/day will be the l.5 4.5m lanes road but improved to be all weather condition road with 1.5 lanes (3.5m-5.4m) asphaltic concrete 2 lanes
7.0 m
2 lanes
6.0m - 7.0 m Same as Collector K-1 Road
1.5 lanes
4.5m Same as Collector K-1 Road (3.5m-5.4m)
S-8
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
PKN (National Activity Center) PKN Baru Diusulkan (Recommended New National Activity Center at Mamuju) PKW (Regional Activity Center) Kota (City) Ibukota Kabupaten (Regency Capital) Ibukota Kabupaten Baru (New Regency Capital)
Boroko
Ratahan
Suwawa
Pantoloan
Dolo
Sarakan
Proposed Road Network National Road Primary Arterial Road 2 lane with 7.0 travelway
Baturube
Primary Collector (K-1) Road 2 lane with 7.0m travelyway Mamuju
Primary Collector (K-1) Road with 3.55.4m travelyway 4.5-6.0m
Ranteopao Makale
Siwa
Provincial Road Primary Collector (K-2&3) Road with 4.5-6.0m 3.4-5.4m travelway
Unaaha
Pare-Pare Andoolo
Watansoppeng
Labuan LaAmolenggo
Baru
Nautical Highway Ferry Connection
Rarowatu Rumbia
Benteng
Gambar S.4 Master Plan Jalan Sulawesi Tahun 2024 (SRMP)
S-9
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
(11)
Maret 2008
Rencana Implementasi
Untuk menetapkan jadwal pelaksanaan yang realistis dan efektif, maka digunakan konsep berikut ini: (i)
Penyelesaian proyek yang sedang berlangsung dalam jangka pendek
(ii)
Pelaksanaan “Program Perbaikan Jembatan Mendesak” dalam rencana jangka pendek
(iii)
Alokasi Proyek sesuai dengan urutan prioritas
Tim Studi membuat rencana investasi jalan dengan tiga alternatif sebagai berikut: Kasus 1:
Rencana Investasi Berimbang (Biaya pengembangan dialokasikan sama besar untuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang)
Kasus 2: Rencana Investasi Menengah yaitu antara Kasus 1 dan Kasus 3 Kasus 3: Rencana Investasi Awal (60% biaya pengembangan dialokasikan untuk rencana jangka pendek) Biaya pemeliharaan dialokasikan untuk jangka pendek sebesar 20%, jangka menengah sebesar 30% dan jangka panjang sebesar 50% dengan mempertimbangkan kemajuan pekerjaan peningkatan jalan melalui pembangunan baru dan perbaikan. Pola distribusi biaya pemeliharaan tersebut di atas diterapkan pada semua kasus dengan cara yang sama. Tim Studi merekomendasikan Kasus 3 sebagai rencana yang paling realistis dan efektif dengan mempertimbangkan biaya investasi dan anggaran yang berimbang untuk semua periode seperti yang disajikan dalam Tabel S.5.
S-10
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Tabel S.5
Usulan Rencana Alokasi & Pembiayaan Investasi (Kasus 3: Rencana Investasi Awal)
(1) Proposed Investment Allocation Plan
US$1.0 = Rp. 9,322, Rp 1.0 = \ 0.013 Total Project Cost
Arterial Collector Road Road
Improvement measures
(km)
Maret 2008
(km)
Short-term (2008-2014)
Total
Amount
(km)
Rp Billion
Length (km)
Medium-term (2015-2019) Length
Amount
(%)
Rp Billion
(km)
Amount
(%)
Rp Billion
Long-term (2020-2024) Length (km)
Remarks
Amount
(%)
Rp Billion
A. National Road (Arterial road + Collector (K-1) road) Development Cost
3,123
2,946
6,069
Periodic and Routine Maintenance Costs
3,256
4,885
8,141
Total A
13,644
3,641
60% 20%
10,127
1,628
23,771
5,270
5,249
1,405
60% 20%
8,402
1,821
30%
2,025
2,442
30%
10,428
3,878
607
10%
3,038
4,071
50%
6,916
1,364
Rp.431Billion of Urgent Bridge Repair on National Road (345Nos or 6,000m) is included in the short-term plan
5,064
Urgent overlay of pavement (675km) is required in the short-term
6,428
B. Provincial Road (Collector road K-2 & K-3) Development Cost
0
2,342
2,342
Periodic and Routine Maintenance Costs
0
4,785
4,785
6,179
957
Total B
0
7,127
7,127
11,428
2,362
Total A+B
35,199
3,376
703
30%
1,236
1,436
30%
4,612
1,348
234
10%
1,854
2,393
50%
525 3,090
3,201
Rp.431Billion of Urgent Bridge Repair on Provincial Road (397Nos or 6,500m) is included in the short-term plan Urgent overlay of pavement (982km) is required in the short-term
3,614
15,040
10,117
10,042
Short-term (2008-2014)
Medium-term (2015-2020)
Long-term (2020-2024)
Total Amount
Total Amount
Total Amount
(2) Prospect of Road Budget Expected Budget Development Budget
15,968
Difference (surplus /▲shortage) A. National Road
Maintenance Budget
14,926 Difference (surplus /▲shortage) Total (A)
30,894
Difference (surplus /▲shortage) Development Budget
2,396
Difference (surplus /▲shortage) B. Provincial Road
Maintenance Budget
2,107 Difference (surplus /▲shortage) Total (B)
4,503
Difference (surplus /▲shortage) Total A+B Difference (surplus /▲shortage)
35,397 198
8,631
4,316
3,021
229
438
1,657
4,760
4,420
5,746
2,735
1,382
683
13,391
8,736
8,767
2,963
1,820
2,339
1,295
648
453
▲ 2,081
▲ 700
▲ 72
672
624
811
▲ 564
▲ 1,230
▲ 2,279
1,967
1,272
1,264
▲ 2,645
▲ 1,929
▲ 2,350
15,358
10,008
10,031
318
▲ 109
▲ 11
Remarks
Rencana implementasi proyek yang diusulkan dalam Master Plan Jalan dikembangkan berdasarkan konsep dan rencana alokasi biaya yang disajikan dalam Gambar S. 5.
S-11
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Package No.
Project
(I)
Location
Gambaran Umum Usulan Rencana Implementasi Priority by EIRR
Gambar S.5
Maret 2008
Implementation Schedule (Rp.Billion)
Length Const. Cost km
(Rp.Billion)
Short-term 2008
2009
2010
2011
Long-term
Medium-term
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
Road Development Project
TS-1
1. Proposed Project TS Main Corridor (West south Corridor) including connected provincial roads
TS-5
TS-4
TS-3
TS-2
Crossing Road
TS-1-1 Jeneponto - Makassar - Parepare
1
658
2,742
TS-1-2 Parepare - Mamuju
4
692
1,111
TS-1-3 Mamuju - Palu
12
387
890
TS-1-4 Maros - Bajoe
5
144
157
TS-1-5 Parepare - Palopo
6
290
3
200
372
TS-2-1 Palu - Kwandang
7
1,019
465
TS-2-2 Kwandang - Manado - Bitung
8
1,399
2,109
Crossing Road TS Main Corridor (Central south section) including connected provincial roads TS Main Corridor (Central north section) including connected provincial roads
TS-2-3 Molibagu - Worotican
14
184
331
Crossing Road
(WB)
414
TS-1-6 Wonomulyo - Kaluku TS Main Corridor (West-North section ) including connected provincial roads
TS Main Corridor (East Corridor) including connected provincial roads
(AusAID, APBN included)
(APBN included)
(APBN included)
TS-3-1 Jeneponto - Watampone - Wotu
2
1,452
1,892
TS-3-2 Wotu - Poso - Toboli
17
1,069
1,346
TS-4-1 Toboli - Gorontalo
10
973
1,785
TS-4-2 Gorontalo - Bitung
9
893
1,052
TS-5-1 Wotu - Kolaka
15
435
972
TS-5-2 Kolaka - Tinanggea - Kendari
18
1,060
902
(AusAID/APBN)
TS-5-3 Kendari - Tondoyondo
16
373
547
(AusAID)
TS-5-4 Tondoyondo - Luwuk - Poso
13
1,235
709
TS-5-5 Kolaka - Kendari
11
312
440
TS-5-6 Landawe - Tolala
19
150
660
12,925
18,894
(Aus AID included) (WB)
(AusAID, APBN)
(WB)
2. On-going or committed projects in the Short-term Plan EINRIP by AusAID, EIRTP by WB Other Road Improvement by APBN Multi Year Contract (2007 - 2009) Manado Bypass, Gorontalo Bypass and other Priority Roads 3. Recommended priority projects proposed in the Master Plan Urgent Bridge Repair Program (Repair of Bridges in Grade 4, Grade 5 and Wooden Bridges) Priority Roads Projects proposed in this Master Plan Study (Expected finance: Yen Loan, APBN, APBD and others) Trans Sulawesi Mamminasata Maros - Takalar Section (Expected finance: Yen Loan, APBN and others) Priority urban roads in Mamminasata including Hertasning Road, Abdullah Daeng Sirua Road, Mamminasa Bypass, Tg Bunga-Takalar Road and other important roads Bridge Reconstruction Projects in Southeast Sulawesi Province and others Total Road Development Cost (I)
II. Road Maintenance
1,689
2,231
1,821
1,789
1,581
1,344
1,322
1,146
1,206
11,778
1,213
964
698
436
491
5,227
302
330
330
1,889
*
Urgent Repair of Deteriorated Pavement
Urgent Pavement Repair Program (Repair of Pavement in Class III and Class IV)
Routine & Periodic Maintenance
Routine and Periodic Maintenance Total Road Maintenance Cost (II)
12,925
16,305
300
350
450
500
511
Routine & Periodic Maintenance
550
600
750
900
1,989
2,581
2,271
2,289
1,000
1,100
1,140
Routine & Periodic Maintenance
1,250
1,400
2,092
1,894
1,922
1,896
2,106
2,213
1,650
1,800
2,054
8,154
4,890
3,261
2,064
1,838
1,686
1,891
1,952
Grand Total (I)+(II) 12,925 35,199 15,039 10,117 10,043 Notes 1: * Bad conditioned road links (Class IV) will be given higher priority under the road maintenance programs irrespective of EIRR. 2: * Road maintenance program could be changed to betterment program at the time of detailed project planning under IRMS by reviewing the validation of each road link on both economical, technical and other aspects.
2,130
2,384
Source: JICA Study Team
Sebagai hasil analisis ekonomi implementasi Kasus 3, proyek ini dianggap layak secara ekonomi dengan tingkat EIRR yang tinggi, yaitu 21,5% dan rasio B/C 1,58 serta NPV Rp 6,475 trilyun. (12)
Pertimbangan Lingkungan Sebagai hasil Analisis Multi Kriteria dalam Kajian Lingkungan Strategis (KLS), Jaringan Jalan plus Peningkatan Transportasi Perairan Laut “opsi 3” ditetapkan sebagai opsi yang terbaik untuk Master Plan. “Opsi 3” memfokuskan kepada peningkatan jalan dan peningkatan aksesibilitas menggunakan transportasi perairan laut, oleh karena itu, opsi tersebut lebih ramah lingkungan dari “opsi 2” yang hanya memfokuskan kepada pengembangan jalan saja.
S-12
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
(13) 1)
Maret 2008
Rekomendasi Pembangunan Regional Direkomendasikan agar pengembangan industri harus berfokus pada industri pengolahan hasil pertanian (agro-processing) dalam rangka meningkatkan nilai tambah di Sulawesi serta untuk menyediakan lapangan kerja khususnya bagi generasi muda yang akan beremigrasi dari daerah pedesaan selama periode yang direncanakan. Perdagangan juga harus lebih giat dipromosikan untuk ekspor produk-produk olahan, khususnya ke Negara-negara ASEAN dan BRIC. Perdagangan transfer dan antar daerah juga harus dipromosikan mengingat Sulawesi ditujukan sebagai pusat pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Untuk pembangunan regional serta pengembangan industri dan perdagangan, harus dibentuk klaster baik pada tingkat propinsi maupun pada tingkat daerah dan pulau-pulau. Klaster bahan bakar bio-diesel harus mendapat perhatian khusus karena klaster ini akan mempromosikan hubungan antara sektor pertanian dan industri serta turut berkontribusi dalam mengurangi pencemaan akibat emisi gas buangan yang semakin meningkat di Sulawesi. Direkomendasikan pula agarusulan pembangunan regional harus dilaksanakan sejalan dengan peningkatan kapasitas, termasuk pembangunan kelembagaan.
2)
Pembangunan Transportasi Hubungan internasional yang diusulkan dalam konsep BIMP-EAGA harus diperkuat dengan meningkatkan jasa angkutan udara dan pelayaran antara Pulau Sulawesi bagian utara (Manado dan Gorontalo) dengan Mindanao (Davao dan General Santos) di Filipina. Jaringan jalan arteri Pulau Sulawesi harus dipertimbangkan sebagai suatu bagian yang tidak terpisah dengan jaringan transportasi global seperti Jalan Raya Asia/ASEAN di masa mendatang. Pengembangan jasa angkutan laut yang hemat energi harus dipadukan secara efektif di dalam jaringan jalan mengingat panjangnya garis pantai Pulau Sulawesi. Fasilitas pelabuhan harus ditingkatkan sejalan dengan peningkatan jalan feeder ke/dari pelabuhan. Di samping itu, perlu pula dikembangkan jalan raya nautika lintas semenanjung dengan menggunakan Kapal RoRo yang bertarif rendah. Perjalanan penumpang jarak jauh dan menengah melalui udara akan meningkat seiring dengan menurunnya tarif angkutan udara dan proliferasi Biaya Angkut Rendah (LCC). Oleh karena itu, pembangunan/pengembangan bandar udara harus dilaksanakan sesuai dengan yang diusulkan dalam Rencana Tata Ruang Nasional Terdapat beberapa proyek jalur kereta api yang disusulkan untuk Pulau Sulawesi. Namun demikian, kebutuhan lalu lintas kereta api pada umumnya cukup rendah, dan kelangsungan secara finansial cukup meragukan walaupun tanpa dilakukannya analisis finansial dalam studi terdahulu. Karena jalan antar kota saat ini memiliki kapasitas yang cukup untuk mengakomodir peningkatan S-13
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
kebutuhan lalu lintas, pelaksanaan proyek jalur kereta api sebaiknya dilaksanakan di masa yang akan datang apabila kapasitas jalan telah terpenuhi. 3)
Pembangunan Jalan dan Master Plan Jalan Sulawesi Tim Studi menyarankan bahwa kelayakan untuk masing-masing proyek dalam hal EIRR, rasio B/C, NPV, dsb perlu dievaluasi kembali untuk menyesuaikan keberlangsungan proyek pada saat pelaksanaannya Kendaraan dengan kelebihan muatan merupakan masalah kritis yang dapat mempersingkat usia perkerasan secara signifikan. Di samping langkah-langkah peningkatan yang sudah dilakukan, Tim Studi juga merekomendasikan penggunaan sistem komputerisasi untuk membantu pengoperasian stasiun jembatan timbang Kurangnya anggaran masih merupakan permasalahan yang paling penting dalam pembangunan maupun pemeliharaan jalan propinsi dan kabupatenUntuk mengatasi kekurangan anggaran untuk jalan, maka diperkenalkanlah dana jalan sebagai salah satu instrumen yang secara umum telah menjadi sumber pembiayaan utama untuk pemeliharaan jalan dan pengeluaran lainnya. Sebagian dari dana jalan tersebut dapat digunakan untuk keselamatan jalan, pengendalian beban berlebih, dan kegiatan pengelolaan aset jalan, dan lain-lain. Tim Studi merekomendasikan pelaksanaan proyek “Jalan Trans Sulawesi Mamminasata (Maros-Takalar)” karena proyek ini dipastikan layak secara ekonomi dengan tingkat pengembalian ekonomi internal yang tinggi serta AMDAL yang telah selesai berdasarkan pedoman JBIC. Mengingat rusaknya jembatan yang terletak di jalan utama akan menimbulkan dampak merugikan untuk
kegiatan
sosial-ekonomi
lokal,
maka
Tim
Studi
merekomendasikan
agar
jembatan-jembatan yang diidentifikasi berada dalam kondisi Tingkat III “Rusak Ringan”, Tingkat IV “Rusak Berat” dan Tingkat V ”Tidak Dapat Dilalui” termasuk jembatan yang terbuat dari kayu dan dengan perkerasan yang rusak (Kelas III “Rusak Ringan” dan kelas IV “ Rusak Berat”) perlu direkonstruksi dan diganti dalam jangka pendek melalui “Program Perbaikan Jembatan Mendesak” dalam rencana jangka pendek. Proyek-proyek dan program-program jalan secara terpadu perlu dilaksanakan untuk jalan-jalan nasional, propinsi dan lokal dalam rangka mewujudkan efek sinergi dalam pembangunan daerah. Program-program tersebut harus meliputi pengembangan kapasitas dalam hal pengelolaan, perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Pengembangan Asbuton akan memberikan konstribusi baik kepada perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah pusat harus menetapkan kebijakan yang stabil mengenai pemanfaatan Asbuton untuk menjamin kebutuhan domestik, khususnya sebagai material perkerasan jalan, dan membuat undang-undang yang tepat untuk mendorong investasi asing untuk proyek penyulingan Asbuton S-14
Laporan Akhir (Ringkasan Eksekutif) Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Dalam rangka mewujudkan sejumlah proyek yang diusulkan dalam Master Plan ini, maka Tim Studi merekomendasikan agar Pemerintah Indonesia mengambil langkah yang tepat untuk menyiapkan rencana bantuan keuangan dari Jepang dan/atau lembaga donor lainnya selain anggaran dari pemerintah Indonesia:
S-15
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
BAB 1 1.1
Maret 2008
PENDAHULUAN
Latar Belakang Dengan adanya kebijakan yang baru dalam bidang pembangunan di Indonesia, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat telah mengalami peningkatan yang signifikan, dilain pihak masih terdapat masalah yang disebabkan adanya kesenjangan wilayah. Terutama yang terjadi antara wilayah Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI), dimana disparitas tersebut dengan cepat telah menjadi masalah yang serius dan merupakan salah satu persoalan utama yang harus segera ditangani.oleh Pemerintah Republik Indonesia (selanjutnya disebut “Pemerintah Indonesia”). Pembangunan wilayah KTI selain telah termasuk dalam Rencana Pembangunan Nasional yang lalu juga terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2005-2009.
Untuk mendukung pembangunan wilayah di KTI, pentingnya prasarana
strategis telah diidentifikasi sebagai salah satu langkah prioritas untuk menghubungkan kawasan-kawasan yang berbeda dan mengurangi kemiskinan. Untuk pembangunan jalan arteri diseluruh wilayah Sulawesi, diperlukan suatu Rencana Induk untuk menunjang pengembangan ekonomi berkesinambungan pulau tersebut. Rencana tersebut hendaknya mencakup rencana investasi untuk penggunaan yang seimbang antara pembangunan baru dan pemeliharaan sarana yang ada karena mengingat terbatasnya sumberdaya yang ada, serta kebijakan yang efisien dan efektif di bidang pembangunan jaringan transportasi. Berlandaskan pada hal-hal tersebut diatas, Pemerintah Republik Indonesia (selanjutnya disebut “Pemerintah Indonesia”) meminta kepada Pemerintah Jepang untuk memberikan bantuan teknis dalam rangka pelaksanaan Studi Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan (selanjutnya disebut “Studi”). Sebagai respon terhadap permintaan ini, pemerintah Jepang melakukan pendekatan-pendekatan dengan lembaga-lembaga relevan yang bersangkutan dari Pemerintah Indonesia.
1.2
Tujuan Studi Tujuan utama dari Studi ini adalah: i)
Merumuskan Rencana Induk (Master Plan) Jalan Arteri Pulau Sulawesi
ii)
Menyiapkan rencana kegiatan pelaksanaan pengembangan jaringan jalan arteri
iii)
Melaksanakan Studi Kelayakan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan.
Studi ini seharusnya dilaksanakan sesuai dengan tujuan “Program Pengembangan Kawasan Timur Laut Indonesia” dan “Program Pembangunan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan” yang dilaksanakan oleh JICA. Studi ini secara khusus diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi percepatan pembangunan ekonomi dan sosial (pengentasan kemiskinan) di daerah ini.
1-1
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
1.3
Maret 2008
Tahun Target Master Plan Tim Studi mengajukan tahun target yang baru dari Master Plan pada tahun 2024 meliputi 17 tahun sesuai dengan peraturan yang baru (No. 17 tahun 2007) dari “Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025", sebagai pengganti tahun target 2023 berdasarkan Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi. Jangka tahun yang baru Studi Master Plan adalah seperti ditunjukkan di bawah ini: Rencana Jangka Pendek
; 2008 – 2014 (7 tahun)
Rencana Jangka Menengah
; 2015 – 2019 (5 tahun)
Rencana Jangka Panjang
; 2020 – 2024 (5 tahun)
1-2
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
1.4
Maret 2008
Wilayah Studi Wilayah Studi untuk Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Pulau Sulawesi meliputi seluruh wilayah Pulau Sulawesi yang terdiri dari 6 Propinsi: -
Propinsi Sulawesi Utara.
-
Propinsi Gorontalo.
-
Propinsi Sulawesi Tengah.
-
Propinsi Sulawesi Barat.
-
Propinsi Sulawesi Selatan.
-
Propinsi Sulawesi Tenggara.
Wilayah Studi
mencakup seluruh jalan arteri (jalan nasional dan rute penting lainnya untuk
perkembangan ekonomi dan daerah).
1.5
Perkembangan Studi Studi Master Plan mengenai pengembangan jaringan jalan arteri akan diselenggarakan sesuai dengan bagan alur kerja pada Gambar 1.5.2. Perkembangan Studi sampai pada penyusunan laporan ini secara rinci ditunjukkan pada Gambar 1.5.1. 2007 2008 Year Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Month Jan Week 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Analysis of present condition (1) Social economic data collection/analysis (2) Traffic survey (3) Inventory survey (4) Interview survey on logistics/trade company (5) Existing plans review 2 Identification of regional development needs and potential 3 Progress Report (1) 4 Setting of socio-economic framework 5 Land use plan 6 Present traffic analysis and traffic demand forecast 7 Study on road network development policy 8 Identification of road network development issues 9 Interim Report 10 Initial environmental evaluation 11 Traffic assignment 12 Draft future arterial road network plan 13 Establishment of master plan 14 Progress Report (2) 15 Establishment of action plan for master plan implementation 16 Draft Final Report 17 Discussion of conserned parties 18 Final Report 19 Seminar/Workshop
Figure 1.5.1 Perkembangan Studi Secara Rinci
1-3
1-4
Workshop
Seminar
【T0-2】 Examination of basic policy, contents and method for the study
【T0-1】 Collection and analysis of existing data and information
【T0】Preparatory Work
Inception Work (M/P、F/S)
【T1-5】
IC/R
(assumed schedule)
【M1-3】 Asssitance to Stakeholder Meeting - 1
【M1-1】 Comprehension and analysis of existing conditions related to sulawesi island 1)Review of regional and spatial plan 2)Review of related transportation plan 3)Social, Economic and Natural conditions 4)Land use 5)Road and bridge inventory survey 6)Traffic survey 7)Logistics and trade survey 8)Regional economy/ Industrial structure 9)Relevant legal systems 10)Other donor assistance 11)NGO activity
【M1-4】
【M2-2】 Study of Land Use Plan(Land Use Flame)
【M2-4】 Study of Road Network Development Policy
IT/R
(assumed schedule)
1st
Gambar 1.4.2 Alur Studi Master Plan Secara Rinci
Study Flow of Master Plan
December
【M4-1】 Establishment of action plan for master plan implementation a)Implementation plan of priority projects and program b)Preliminary project cost estimate c)Implementation schedule d)Project evaluation
【M4】Establishment of Action Plan
Final report preparation of IEE
【M3-3】 Establishment of master plan
【M3-2】 Traffic assignment
P/R 2
2nd
Asssiatnce to Stakeholder Meeting - 3
【M4-2】
February
【M5-1】 Discussion of concerned parties for project implement ation
Consensus building of optimum master plan
DF/R
(assumed schedule)
2nd
January
March Work in Japan
【M5-2】
【M5】Discussion of concerned parties
【M4-3】
【M3-1】 Draft future arterial road network plan
November
2nd Phase Field Work
October
【M3】Establishment of Master Plan
September
FY2007 August
【M3-4】
Work in Japan
July
【M2-8】
June
Assistance to Stakeholder Meeting - 2
【M2-7】
Network Development Issues
【M2-5】 Identification of Road
【M2-3】 Present traffic analysis and Traffic Demand Forecast
Setting up SocioEconomic Framework
【M2-1】
Interim report preparation of IEE
P/R 1
1st
May
【M2】Establishment of Development Policy and Strategy
April
【M2-6】 IEE(Initial Environmental Evaluation)
【M1-2】 Identifica tion of developm ent issues
【M1】Analysis of Existing Condition・Identification of Development Issues
Support to establishment of the Institutional framework for the Implementation of the Public Consultations
【T1-4】 Preparation of Inception Report
【T1-3】 site reconnaissan ce
【T1-2】 Discussion about scope, schedule and method of the Study with Central and Local Government
【T1-1】 Data Collection and preanalysis
【T1】Field Work
1st Phase Field Work
March
Note: ※Subject to change based on discussion and clarification with Directorate General of Highways and other concerned agencies.
Reporting
JICA Advisory Council of Environmental and Social Considerations
Technical Transfer Program
Stakeholder Meetings※
Study Items
Master Plan (M/P)
Part I:
Study Phases
Preparation and Discussion of Inception Report
Preparatory Work in Japan
February
Preparation and Discussion of Progress Report 1
Janualy
Preparation and Discussion of Interim Report
FY2006
Preparation and Discussion of Progress Report 2
December
Preparation and Discussion of Draft Final Report
November
F/R
Preparation and Submission of Final Report
Year Month
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
1.6
Organisasi Studi
1.6.1
Organisasi
Organisasi
Studi
Maret 2008
yang
dibentuk adalah seperti ditunjukkan pada gambar
Government of Indonesia
Government of Japan
Ministry of Public Works (DGH)
Japan International Cooperation Agency (Jakarta Office)
berikut. Komisi Teknis dari
Pemerintah
Techncial Committee
Indonesia dibentuk untuk menjamin
pelaksanaan
Studi ini secara efisien atas
inisiatif
Study Executing Body
pihak
Indonesian Counterpart Team (DGH & Related Agencies)
Indonesia. Tim kerja juga dibentuk
sebagai
JICA Study Team
pelaksana studi M/P dan F/S. Gambar 1.6.1 1.6.2
Organisasi Studi
Tim Stud
Keanggotaan Tim Studi JICA terdiri atas: Mr. Hiroki Shinkai
Ketua Tim/Transport Planning
Mr. Isamu Asakura
Wakil Ketua Tim/Pengembangan Daerah
Mr. Takashi Shoyama
Perencanaan Jalan 1
Mr. Takashi Shimizu
Perencanaan Jalan 2
Mr. Naoaki Sonobe
Perencanaan Jalan 3
Mr. Hajime Koizumi
Strategi Pengembangan/Perancanaan Pembangunan Ruang
Mr. Kenji Tanaka
Perencanaan Kota/Perencanaan Penggunaan Lahan
Mr. Takeshi Yamashita
Ekonomi Daerah
Mr. Takuya Okada
Promosi Indistri
Mr. Isamu Koike
Perdagangan/Distribusi
Mr. Shubun Endo
Survei Sarana Transportasi
Mr. Hideo Arikawa
Ramalan Kebutuhan Lalulintas
Mr. Jamaluddin Rahim
Survei Lalulintas
Mr.Yuichi Koda
Pertimbangan Lingkungan & Sosial 1
Mr. Takehiko Ogawa
Pertimbangan Lingkungan & Sosial 2
Ms. Akiko Urago
Pertimbangan Lingkungan & Sosial 3
Ms. Keiko Nagai
Konsultasi Publik 1
Ms. Dorothea Agnes Rampisela
Konsultasi Publik 2
Mr. Shigeru Konda
Wakil Ketua Tim/Perencanaan Jalan 2/Pemeliharaan
Mr. Narihiro Morisaki
Kondisi Alam (Hidrolika/Hidrologi) 1-5
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
1.6.3
Maret 2008
Mr. Takayasu Nagai
Desain Jalan 1/Kondisi Alam (Topografi)
Mr. Sthapit Naresh
Desain Jalan 2
Mr. Takeshi Yoshida
Desain Jembatan/Kondisi Alam (Geologi)
Mr. Masayoshi Iwasaki
Studi Perencanaan Implementasi/Pembiayaan/Kelembagaan
Mr. Masahito Homma
Analisis Ekonomi & Finansial
Mr. Ippei Iwamoto
Perencanaan Konstruksi/Estimasi Biaya/Koordinator 1
Mr. Hiroaki Ueyama
Perencanaan Konstruksi/Estimasi Biaya/Koordinator 2
Komisi Teknis
Komisi Teknis terdiri atas pejabat dari masing-masing departemen dan instansi berikut ini: Ketua:
Ir. Sri Apriatini Soelardi, MM/Ir. Taufik Widjoyono, MSc. Direktur Perencanaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum
Sekretaris:
Ir. Harris H. Batubara, MEng/Dr. Max Antameng, MA. Sc. Kepala Sub-Direktorat Perencanaan Umum, Direktur Perencanaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum
Anggota:
Ir. Nurden Manurung, MM. Direktur Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum Ir. Frankie Tayu, Direktur Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum Ir. R.Bambang Goeritno Soekamto, MSc, MPA. Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Asing, Departemen Pekerjaan Umum Ir. U.Hayati, Triastuti, MSc, Direktur Perhubungan, Bappenas Ir. Arifin Rudiyanto, MSc, Ph.D. Direktur Pengembangan Daerah 1, Bappenas Drs. Suroyo Alimoeso, Direktur Lalulintas Angkutan Jalan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan Dr. H.S.Ruslan, SE. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Propinsi Sulawesi Selatan* Ir. H. Iriantosyah Kasim DM, MSi, Kepala Dinas Prasarana Wilayah, Propinsi Sulawesi Selatan* Catatan:* hanya untuk studi kelayakan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
1.6.4
Tim Kerja
Tim Studi JICA dan counterpart (tenaga pendamping) Indonesia melaksanakan Studi ini secara bersama-sama. Dalam hal ini, Direktorat Jenderal Bina Marga membentuk Tim Kerja yang terdiri atas pejabat dari instansi-instansi terkait berikut ini: Koordinator: Ir. Harris H. Batubara, MEng. Sc. Kepala Sub-Direktorat Perencanaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum Sekretaris:
Drs. Edi Prasetyo Hs. Kepala Seksi Pengembangan Jaringan Jalan, Sub-Direktorat
Perencanaan
Departemen Pekerjaan Umum 1-6
Umum,
Direktorat
Jenderal
Bina
Marga,
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Anggota:
Maret 2008
Ir. Arief Witjaksono, M.Eng.Sc. Kepala Sub-Direktorat Perencanaan Jalan Perkotaan dan Jembatan, Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Perkotaan, Departemen Pekerjaan Umum Ir. Jany Augustin, MSc. Kepala Sub-Direktorat Teknik Lingkungan, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum Ir. Sumito, Kepala Biro Perencanaan Umum, Perencanaan dan Kerjasama Asing, Departemen Pekerjaan Umum Ir. Aryawan S.P, MSi, Kepala Sub-Direktorat Transportasi Jalan, Bappenas Ir. Abdul Muis, M.Eng Sc. Kepala Sub-Direktorat Lalulintas Angkutan Jalan, Direktorat Jenderal Transportasi Jalan, Departemen Perhubungan Ir. H. Nurdin Samaila, Msi. Kepala Sub-Dinas Bina Teknik, Dinas Prasarana Wilayah, Propinsi Sulawesi Selatan/Kepala Balai Besar VI Jalan Nasional* Catatan:* hanya untuk studi kelayakan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan
1.6.5
Tim Kerja Propinsi Studi Kelayakan Jalan-Jalan Prioritas di Sulawesi Selatan
Tim Kerja yang dibentuk di Propinsi Sulawesi Selatan untuk Studi Kelayakan terdiri atas wakil dari instansi-instansi berikut ini: Koordinator: Dr. H. S. Ruslan, SE, MS, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Propinsi Sulawesi Selatan Sekretaris:
Ir. H. Iriantosyah Kasim, DM, MSi, Kepala Dinas Prasarana Wilayah, Propinsi Sulawesi Selatan
Anggota:
Ir. H. Syarifuddin Pattiwiri, MSi, Kepala Dinas Tata Ruang dan Permukiman, Propinsi Sulawesi Selatan Ir. H. Tan Malaka Guntur, MSi, Kepala Bapedalda, Propinsi Sulawesi Selatan H. M. Anis Kama, SH, MH, MSi, Kepala Bappeda, Kota Makassar Ir. H. Kusaiyyeng, MSi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Kota Makassar Drs. H. M. Thamrin Ramli, MSi, Kepala Bappeda, Kab. Maros Drs. H. Anshar Syarif, MM, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Kab. Maros Drs. H. Baharuddin Mangka, MSi, Kepala Bappeda, Kab. Gowa Ir. H. Muh. Amin Yacht, MSi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Kab. Gowa Ir. H. A. Jen Syarif Riva, MSi, Kepala Bappeda, Kab. Takalar Ir. H. Nirwan Nasrullah, MSi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Kab. Takalar Ir. H. M. Nasser Parawansa, Kepala Bidang Fisik dan Prasarana, Bappeda Propinsi Sulawesi Selatan Ir. H. Faisal Lukman, MT, Kepala Sub-Dinas Bina Teknik, Dinas Prasarana Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan
1-7
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
BAB 2
Maret 2008
KONDISI EKSISTING WILAYAH STUDI
(1)
Kondisi Alam
2.1.1
Kondisi Geografis dan Wilayah Administratif Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi, sebelumnya dikenal sebagai Pulau Celebes (nama Portugis), terletak di bagian tengah Nusantara, di antara Kalimantan dan Maluku. Pulau Sulawesi berbatasan langsung dengan
Gambar
2.1.1
Peta Topografi Pulau Sulawesi 2-1
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Filipina di bagian utara. Sulawesi, dengan luas wilayah 174.600 km2 merupakan pulau terbesar ke sebelas di dunia dan pulau terbesar ke empat di Indonesia. Sulawesi memiliki bentuk yang cukup unik, dan didominasi oleh empat semenanjung besar (semenanjung selatan, semenanjung Minahasa, semenanjung timur, dan semenanjung tenggara) yang dipisahkan oleh tiga teluk, Tomini di sebelah timur laut, Tolo di sebelah tenggara dan Bone di sebelah selatan. Kondisi permukaan sebagian besar merupakan wilayah pegunungan, dengan banyak pegunungan berapi yang masih aktif. Gunung Rantemario (3.440m) yang terdapat di sebelah utara Sulawesi Selatan merupakan gunung dengan puncak tertinggi di Pulau Sulawesi. Keempat semenanjung di Pulau Sulawesi memiliki pegunungan dengan ketinggian lebih dari 2.500 m di atas permukaan laut. Karena kondisi topografinya, pulau Sulawesi memiliki dataran yang terbatas, dan sebagian besar tersebar sepanjang pesisir. Dataran ini dipisahkan oleh pegunungan yang cukup curam, teluk dan laut. Tanah datar (di bawah 50 m) tercatat hanya 10,3% dari keseluruhan lahan sehingga membatasi terjadinya perluasan lahan pertanian. Pulau Sulawesi terdiri dari enam propinsi, yaitu Sulawesi
Selatan
(ibukota:
Makassar),
Sulawesi Utara (ibukota: Manado),
Sulawesi
Tenggara
(ibukota:
Kendari),
Sulawesi
Tengah (ibukota: Palu), Gorontalo
(ibukota:
Gorontalo) dan Sulawesi Barat
(ibukota:
Mamuju). Propinsi-propinsi tersebut kota
memiliki
yaitu:
10
Manado,
Bitung, dan Tomohon di Sulawesi Utara, Palu di Sulawesi
Tengah;
Makassar, Parepare dan Palopo
di
Selatan;
Kendari
Baubau
di
Tenggara;
Sulawesi dan
Sulawesi dan
Sumber: BAKOSURTANAL
Gambar 2.1.2 Daerah Administratif Sulawesi 2-2
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Gorontalo di Gorontalo; serta 52 kabupaten terletak di Pulau Sulawesi. Gorontalo dan Sulawesi Barat merupakan propinsi baru. Gorontalo dulunya merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi Utara yang terbentuk menjadi propinsi baru pada tahun 2000 sementara Sulawesi Barat terbentuk pada tahun 2004 dan dulunya merupakan bagian dari Propinsi Sulawesi Selatan. 2.1.2
Kondisi Iklim dan Meteorologi
Seperti bagian lain di Negara Indonesia, Sulawesi memiliki dua musim. Musim kemarau dari bulan Mei hingga Oktober dan musim penghujan dari bulan November sampai April. Curah hujan tertinggi pada umumnya terjadi pada bulan Januari hingga Februari. Gambar 2.1.3 dan 2.1.4 berturut-turut menunjukkan distribusi curah hujan tahunan, dan wilayah iklim pertanian. Seperti yang dapat dilihat dalam gambar, curah hujan secara drastis bervariasi di setiap wilayah. Dinamika curah hujan disebabkan karena terjadinya perubahan massa udara, yang berhembus dari bagian timur laut pada musim hujan dan dari sebelas tenggara pada musim kemarau. Karena adanya interaksi
Figure 2.1.3 Distribution of Annual Rainfall
massa udara dengan wilayah pegunungan, iklim zona sulit untuk mengalami perubahan. Secara umum, Sulawesi memiliki curah hujan yang melimpah untuk melaksanakan kegiatan pertanian. Khususnya di wilayah Mamminasata, Manado, dan di daerah pegunungan di Sulawesi Tengah yang memiliki curah hujan lebih dari 2.500 mm per tahun. Di sisi lain, Gorontalo, Palu, Kendari, Majene, Luwuk dan daerah sekelilingnya memiliki curah hujan yang lebih rendah (curah hujan tahunan kurang dari 1.600 mm). Khususnya, di wilayah pesisir sekitar kota Figure 2.1.4 Agro-climatic Map of Sulawesi 2-3
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Palu dengan total curah hujan tahunan hanya 600 mm dan termasuk salah satu daerah terkering di Indonesia. Karena Pulau Sulawesi terletak dekat dengan garis katulistiwa, variasi suhu musiman pada dasarnya stabil. Suhu udara pada dataran rendah berkisar dari 210C sampai 350C, dan pada dataran tinggi suhu udara berkisar 150C sampai 300C. Rata-rata suhu udara di dataran rendah adalah sekitar 27C per tahun. 2.1.3
Penggunaan Lahan Saat ini
Gambar 2.1.5 memperlihatkan pola penggunaan lahan di Pulau Sulawesi. Sekitar 53% lahan di Sulawesi merupakan areal hutan. Lahan untuk pemukiman dan pertanian (termasuk sawah, perkebunan, dan pertanian lahan kering) tercatat berturut-turut hanya 0,4% dan 26,1% dari jumlah lahan keseluruhan.
2-4
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Source: Ministry of Forest
Gambar 2.1.5 Penggunaan Lahan di Pulau Sulawesi Pola penggunaan lahan di Sulawesi Selatan agak berbeda dibandingkan propinsi lainnya. Setengah dari areal lahan keseluruhan di Sulawesi Selatan digunakan untuk pertanian, dimana sawah merupakan yang dominan (lihat Gambar 2.1.7). Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1.9, wilayah pesisir Sulawesi Selatan pada umumnya dimanfaatkan untuk budidaya tambak perikanan (2,2% dari seluruh wilayah). Total lahan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi (pertanian, 2-5
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
pemukiman, tambak ikan, pelabuhan/bandara, dan pertambangan) mencakup 60% lahan yang tersedia 1 di Sulawesi Selatan. Sebagai hasil kegiatan pembangunan tersebut, areal hutan di Sulawesi Selatan hanya mencakup 31,5% dari luas wilayah keseluruhan, lebih kecil apabila dibandingkan dengan rata-rata propinsi lain (60,4%). Karena sebagian besar lahan di Sulawesi Selatan dikembangkan dengan pengecualian pada wilayah pegunungan yang curam, maka perluasan lahan perkebunan, pertanian dan tambak tidak dapat dimaksimalkan. Tabel 2.1.1
Areal Lahan berdasarkan Penggunaannya
Penggunaan Lahan
Areal (ha)
Hutan
Presentase (%)
14.205,5
53,35
Bakau primer Hutan kering primer Hutan kering sekunder Hutan rawa primer/sekunder
132,1 5.153,0 8.602,2 318,2
0,50 19,35 32,30 1,19
Areal budidaya/pengembangan
4.348,7
26,46
253,5
0,95
730,5 4.348,7 1.427,9 96,4 11,5 178,4
2,74 16,33 5,36 0,36 0,04 0,67
3.351,9
13,26
356,8 188,9 77,8 2.452,3 101,2 354,9 1.843,9
1,34 0,71 0,29 9,21 0,38 1,33 6,92
26.628,0
100,00
Perkebunan Sawah Pertanian lahan kering & semak Pertanian lahan kering Pemukiman Pemukiman (transmigrasi) Tambak Lain-lain Sabana Lahan terbuka Rawa belukar Semak-semak/belukar Rawa dan rawa belukar Air Awan/tidak diketahui Total
Sumber: dihitung oleh Tim Studi JICA berdasarkan data GIS Departemen Kehutanan
1
Diluar hutan kering primer, hutan rawa, rawa, perairan, rawa belukar, dan bakau. Daerah yang dilindungi (seperti lindung nasional) tidak masuk dalam pertimbangan.
2-6
cagar alam dan hutan
Maret 2008
Gambar 2.1.6
pesebaran Lahan Pemukiman
Gambar 2.1.7
Pesebaran Lahan Persawahan
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
2-7
Maret 2008
Gambar 2.1.8 Areal Budidaya (Sawah, Perkebunan, Lahan Kering )
Gambar 2.1.9
Pesebaran Tambak
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
2-8
Maret 2008
Gambar
2.1.10
Rawa, Bakau dan Badan Air
Gambar
2.1.11
Hutan Kering
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
2-9
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
2.2
Kondisi Sosial Ekonomi
2.2.1
Kerangka Kerja Sosial
(1)
Maret 2008
Populasi
Pada tahun 2005, jumlah penduduk Pulau Sulawesi adalah 15.981.056 jiwa, sekitar 7,30% jumlah penduduk Indonesia. Kepadatan penduduk Pulau Sulawesi adalah 81,2 km2, lebih rendah dari rata-rata nasional, yaitu 115,8km2 dan lebih tinggi dari rata-rata pulau lain 2 yaitu 51,3km2. Makassar merupakan kota terbesar di Sulawesi dengan jumlah penduduk 1,195 juta jiwa, diikuti oleh Manado 406 ribu jiwa, Palu 291 ribu jiwa, Kendari 236 ribu jiwa, Gorontalo 153 ribu jiwa dan Palopo 129 ribu jiwa. Karena terbatasya lahan di pulau tersebut, rasio urbanisasi agregat Sulawesi (27,5%) masih lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional (42,1%) (lihat Gambar 2.2.2). Gambar 2.1.1 memberikan ilustrasi kepadatan penduduk (jiwa/km2) di setiap kabupaten pada tahun 2005. Kepadatan penduduk cukup tinggi khususnya di bagian selatan Sulawesi Selatan dan bagian timur Sulawesi Utara, sementara itu di Sulawesi Tengah dan Gorontalo, kepadatan penduduk cukup rendah. Makassar memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 7.749/km2, diikuti oleh Kota Gorontalo 2.557/km2 dan Kota Manado 2.440/km2. Rasio pertumbuhan penduduk rata-rata tahunan Sulawesi secara progresif mengalami penurunan dari 2,24% (1971-1980), 1,86% (1980-90), 1,86% (1990-1995), 1,62% (1995-00), dan menjadi 1,19% (2000-05). Rasio pertumbuhan rata rata pada tahun 2000-2005 (1,19%) sedikit lebih rendah dari rata-rata nasional 1,30%. Namun, selama periode ini, rasio pertumbuhan tahunan Gorontalo (2,04%), Sulawesi Tenggara (1,69%) dan Sulawesi Barat (1,52%) lebih tinggi, sementara Sulawesi Selatan (0,96%), Sulawesi Tengah (1,07%) dan Sulawesi Utara (1,25%) lebih rendah dari rata-rata nasional. (2)Agama dan Kepercayaan Islam merupakan agama utama di Pulau Sulawesi, dengan jumlah pemeluk sekitar 80% dari seluruh penduduk. Berubahnya keyakinan penduduk Pulau Sulawesi menjadi agama Islam terjadi sekitar abad ke 15 sampai 17. Propinsi Sulawesi Selatan di sekitar kota Makassar merupakan daerah utama yang menerima Islam di pulau ini. Penduduk Gorontalo dan Mongondow, di semenanjung utara serta merta memeluk agama Islam pada abad ke 19. sebagian besar Muslim berasal dari aliran Suni dan sebagian besar dapat ditemukan di semua wilayah Pulau Sulawesi. Agama Kristen merupakan agama minoritas yang cukup penting (sekitar 17%). Sebagian besar dari mereka adalah Protestan dan Katolik Roma. Agama kristen terkonsentrasi di ujung semenanjung utara di sekitar kota Manado, yang didiami oleh suku Minahasa, pada umumnya memeluk agama Protestan, dan di bagian utara yaitu Pulau Sangihe dan Talaud. Suku Toraja yang terkenal di Tana Toraja juga sebagian besar penduduknya memeluk agama kristen sejak kemerdekaan Indonesia.
2
Dalam Studi ini, pulau lain merujuk kepada pulau lain selain Jawa dan Bali.
2-10
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Juga terdapat jumlah pemeluk agama kristen yang signifikan di sekitar Danau poso di Sulawesi
Gambar 2.2.2 Penduduk Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten dan Kota
Gambar
2.2.1
Kepadatan Penduduk per Kota
Tengah dan di antara suku Pamona di Sulawesi Tengah.
2-11
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Komunitas beragama Buddha dan Hindu (sekitar 3%) juga terdapat di Pulau Sulawesi, pada umumnya dipeluk oleh komunitas Cina, Bali dan India. Dalam beberapat tahun terakhir, Pulau Sulawesi mengalami kekerasan sporadis antara Muslim dan Kristiani yang terjadi di Sulawesi Tengah. (3)
Kelompok Etnis
Sebagian besar penduduk di Pulau Sulawesi berasal dari etnis Melayu, kecuali untuk beberapa suku etnis di wilayah pedalaman. Kelompok etnis yang terbesar adalah Bugis dan Makassar, dan suku Mandar yang bermukim di sebelah selatan dan terkenal sebagai pedagang dan pelaut termashyur. Mereka sebagian besar memeluk agama Islam. Bagian utara Sulawesi Selatan didiami oleh suku Toraja yang kebudayaan uniknya sebagian besar didasari atas kepercayaan animisme. Suku Minahasa dominan mendiami semenanjung utara, dan sebagian besar memeluk agama Kristen. (4)
Angkatan Kerja dan Pengangguran
Gambar 2.2.3 menunjukkan komposisi angkatan kerja berdasarkan jenis industri pada tahun 2005. Industri primer mencakup pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan yang secara substansial berkontribusi dalam menyerap angkatan kerja di Indonesia dan Pulau Sulawesi. Kecuali untuk Sulawesi Utara, sektor primer menyerap lebih dari separuh angkatan kerja lokal. Presentasi tenaga kerja yang terlibat dalam sektor primer tertinggi di Sulawesi Barat (71,5%); Sulawesi Tengah (65,4%); dan Sulawesi Tenggara (62,8%). Sejalan dengan propinsi lain di Indonesia, di Pulau Sulawesi, sektor sekunder hanya menyerap sekitar 6,2-11,5% angkatan kerja. Di Sulawesi Utara, 44,2% angkatan kerja diserap oleh sektor tersier.
Gambar
2.2.3
Komposisi Sektoral Angkatan Kerja per Propinsi
Sampai bulan Februari 2006, rasio pengangguran di Sulawesi Utara (13,75) dan Sulawesi Selatan (12,3%) lebih tinggi dari rata-rata nasional. Di sisi lain, Gorontalo (9,8%); Sulawesi Tengah (8,9%); Sulawesi Tenggara (7,4%) dan Sulawesi Barat (4,6%) memiliki rasio pengangguran yang lebih rendah. Secara umum, propinsi propinsi tersebut memiliki presentase tenaga kerja lebih tinggi yang terlibat di sektor primer, dan oleh karenanya memiliki rasio pengangguran yang lebih rendah. Sektor tersier dan sekunder di daerah perkotaan masih tetap tidak mencukupi untuk menyerap arus 2-12
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
perpindahan penduduk dari wilayah pedesaan. 2.2.2 (1)
Pengeluaran/Pembelanjaan dan Kemiskinan Persebaran Kemiskinan
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), yang pengambilan sampel dan pengumpulan datanya dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), rasio kemiskinan3 di Pulau Sulawesi pata tahun 2002 adalah 18,9%; hampir sama dengan rata-rata nasional (18,2%) pada tahun yang sama. Gambar
2.2.4
menunjukkan
rasio
kemisikinan di Sulawesi Tengah, Gorontalo, bagian selatan Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya. Terutama, rasio kemiskinan di Gorontalo (rata-rata
29,7%)
merupakan yang tertinggi dibandingkan
propinsi
lainnya di Pulau Sulawesi. Rasio
kemiskinan
di
Sulawesi Utara (rata-rata nasional
11,2%)
dan
Sulawesi Selatan (14,7%) dan
lebih
rendah
dari
rata-rata nasional. Berdasarkan SUSENAS 2002, tingkat ketidakseimbangan distribusi pendapatan di
Gambar 2.2.4 Tingkat Kemiskinan di Sulawesi, 2002
Pulau Sulawesi secara umum lebih kecil dari rata-rata nasional disebabkan karena koefisien GINI4 di Sulawesi (Utara: 0,270; Tengah: 0,283; Selatan + Barat: 0,301; Tenggara: 0,270; dan Gorontalo : 0,241) cukup rendah dibandingkan rata-rata nasional. 3
4
Rasio kemiskinan mengindikasikan bahwa persentase dari penduduk dengan pengeluaraan per kapita per bulan kurang dari garis ambang tertentu disebut sebagai “garis kemiskinan”, yang dihitung berdasarkan pada biaya makan agar dapat memenuhi kebutuhan 2.100 kalori per orang per hari. Koefisien GINI adalah indeks yang menunjukkan tingkat persamaan dalam pendapatan. Hal ini ditunjukkan dalam angka dari nol hingga satu, dengan angka yang lebih tinggi maka tingkat kesamaannya lebih rendah.
2-13
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
(2)
Maret 2008
Pengeluaran per Rumah Tangga Gambar 2.5.5 menunjukkan distribusi rumah tangga berdasarkan pengeluaran bulanan di enam propinsi dan rata-rata nasional. Sumbu horizontal mengindikasikan pengeluaran per bulan per rumah tangga, sumbu vertikal mengindikasikan presentasi populasi penduduk. Sulawesi Selatan, Barat dan Tengah menunjukkan trend yang serupa dengan rata-rata nasional. Namun demikian, sementara presentase rumah tangga dengan pengeluaran bulanan tinggi lebih rendah dari rata-rata nasional, presentase rumah tangga dengan pengeluaran bulanan rendah jumlahnya lebih tinggi. kecenderungan ini terlihat lebih jelas di Gorontalo. Sulawesi Utara merupakan propinsi terkaya di Sulawesi dengan presentase strata pengeluaran rumah tangga tertinggi dan presentasi terkecil untuk rumah tangga dengan strata pengeluaran rendah.
Gambar
2.2.5
Distribusi Pengeluaran Rumah Tangga Bulanan per Propinsi
2-14
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
2.2.3
Maret 2008
Ekonomi Wilayah dan Struktur Industri
Pada tahun 2005, total PDRB Pulau Sulawesi adalah Rp 73.089 milyar (untuk harga konstan 2000) yang hanya memberikan kontribusi 4,2% terhadap PDB kepada negara (Rp 1.749.546 milyar) sementara jumlah penduduknya tercatat 7,3% dari jumlah penduduk Indonesia. Sektor pertanian (termasuk perkebunan, perikanan, kehutanan dan peternakan) memainkan peran penting dalam perekonomian Sulawesi, dan memberikan kontribusi 9,7% terhadap total pertanian nasional. Di sisi lain, sektor pabrik/industri dan keuangan/bisnis berturut-turut berkontribusi 1,6% dan 2,6% dari total nasional untuk sektor tersebut. Tabel 2.2.1
PDRB Sektoral Pulau Sulawesi dan Indonesia, Harga Dasar 2005 (Unit: Rp. 1.000)
Sektor Pertanian Bahan tambang dan galian Pabrik Persediaan listrik, gas dan air Konstruksi Perdagangan, restoran dan hotel Transportasi dan Komunikasi Keuangan dan bisnis Jasa Total
Sulawesi (A) 24.605.974 4.973.952 7.854.917 600.151 5.251.014 10.706.564 5.867.008 4.209.374 9.020.094 73.089.047
Indonesia (B) 254.391.300 162.642.000 491.699.500 11.596.600 103.403.800 294.396.300 109.467.100 161.959.600 159.990.700 1.749.546.900
Rasio (A/B) 9,67% 3,06% 1,60% 5,18% 5,08% 3,64% 5,36% 2,60% 5,64% 4,18%
Sumber: BPS Indonesia, 2005
Gambar 2.2.6 mengilustrasikan jumlah PDRB tiap propinsi dan proporsinya. Ukuran diameter mengindikasikan jumlah PDRB. Seperti yang diperlihatkan pada gambar, PDRB Sulawesi Selatan merupakan yang paling besar di seluruh Sulawesi. Pada tahun 2004, PDRB Sulawesi Selatan sendiri berkontribusi lebih dari setengah (57,8%) PDRB Sulawesi. Sulawesi Utara 16,8%; Sulawesi Tengah 14,36%; dan Sulawesi Tenggara 10,3%. Di sisi lain, Sulawesi Barat dan Gorontalo berturut turut hanya menyumbang 4,2% dan 2,6% terhadap PDRB Pulau Sulawesi.
Gambar
2.2.6
PDRB Pulau Sulawesi per Propinsi, Harga Dasar 2005 2-15
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
(1)
Maret 2008
PDRB Per Kapita
Pada tahun 2005, PDRB per kapita Pulau Sulawesi (US$ 593,6) merupakan sekitar 60% dari rata-rata nasional (US$ 1.026,9). Sulawesi Utara memiliki PDRB per kapita tertinggi (US$ 718,9), selanjutnya adalah Sulawesi Selatan (US S 631,7), dan Sulawesi Tengah (US$ 625,5). Di sisi lain, Gorontalo memiliki PDRB per kapita paling rendah yaitu US$ 298,1 atau kurang dari sepertiga rata-rata nasional. Tabel 2.2.2 Wilayah Pulau Sumatra Pulau Jawa Pulau Bali Pulau Kalimantan2 Pulau Sulawesi Lainnya
PDRB per Kapita Pulau Sulawesi per Propinsi, Harga Dasar 2005 PDRB
Populasi
PDRB per Kapita (Rupiah) (US Dollar)1 10.789.208 1.039,69
488.949.677
45.318.403
1.314.077.338
127.035.178
10.344.200
996,81
28.986.596
3.336.869
8.686.765
837,09
205.265.514
11.939.978
17.191.448
1.656,64
96.136.842
15.606.670
6.159.984
593,60
73.588.312
12.884.426
5.711.416
550,38
Total Indonesia
2.303.031.449
216.121.524
10.656.187
1.026,87
Sulawesi Utara
15.690.192
2.103.198
7.460.158
718,89
2.797.406
904.440
3.092.970
298,05
Gorontalo Sulawesi Tengah
14.742.578
2.271.071
6.491.464
625,54
Sulawesi Selatan
48.765.946
7.439.597
6.554.918
631,66
Sulawesi Barat Sulawesi tenggara
3.869.686
953.867
4.056.841
390,93
10.271.034
1.934.496
5.309.411
511,64
1 Nilai Tukar: US$ 1= Rp. 10.377,3 (Sumber: IMF, nilai tukar rata-rata, 2005) 2 PDRB per Kapita Kalimantan dan Sumatra lebih tinggi dari pulau lainnya dengan adanya produksi minyak dan gas. Sumber: BPS Indonesia
(2)
PDRB berdasarkan Asal Industri
Pada tahun 2000, sektor primer, yang mencakup pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan, hanya berkontribusi 15% terhadap PDB Indonesia. Namun demikian, “roda” perekonomian utama Sulawesi, khususnya di Sulawesi Barat (menyumbang 55,9% PDB Propinsi), Sulawesi Tengah (47,9%) dan Sulawesi Tenggara (37,4%). Produk pertanian primer Sulawesi mencakup kelapa, cengkeh, pala, kedelai, kopi, beras, kakao dan peternakan. Produk perikanan juga melimpah di Sulawesi dan mulai dilakukan ekspansi ke komoditi tambak udang dan ikan. Sektor sekunder, yang terdiri dari bahan tambang dan galian, pabrik, listrik dan persediaan air, serta konstruksi berkontribusi 44% kepada PDB nasional. Di Sulawesi, sektor ini hanya menyumbang 25,6% terhadap PDRB. Di Sulawesi Selatan, sektor tambang dan galian berkontribusi sekitar 10% kepada PDRB propinsi karena sumber daya mineralnya yang kaya, seperti nikel (Soroako dan Luwu Timur), batu gamping/kapur (di Maros, Jeneponto dan Pangkep) serta marmer. Sementara sektor pengolahan/manufaktur diharapkan mendukung sektor pertanian dalam hal input agro-industri, sektor ini hanya menyumbang sekitar 10,8% PDRB Pulau Sulawesi, yang jauh lebih rendah dari angka rata-rata nasional 28,1%. Sektor manufaktur memainkan peran yang signifikan di Sulawesi Selatan (14% PDRB Propinsi), walaupun kontribusi di propinsi lainnya hanya berkisar 7-9,5%. 2-16
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Sektor tersier, termasuk perdagangan, restoran dan hotel, transportasi dan komunikasi, keuangan dan bisnis, serta layanan jasa lainnya, menyumbang sekitar 41,5% dan 40,8% dari PDB Indonesia dan Pulau Sulawesi. Sektor ini secara khususn memainkan peranan penting di Sulawesi Utara (49%) dan Gorontalo (51,1%). (3)
Rasio Pertumbuhan PDRB dan Produktifitas Tenaga Kerja
Gambar 2.2.7 – 2.2.9 membandingkan rasio pertumbuhan PDRB selama periode 2001-20055 (sumbu-x), produktivitas tenaga kerja tahun 20056 (sumbu y), dan jumlah PDRB antara 6 propinsi di Sulawesi dan rata-rata nasional tahun 2005 (ukuran lingkaran). Garis titik titik merah mengindikasikan rasio pertumbuhan dan produktivitas tenaga kerja di seluruh Indonesia. Dalam hal produktivitas tenaga kerja, rasio pertumbuhan sektor primer lebih tinggi dari rasio nasional, namun sektor sekunder dan tersier lebih rendah. Sementara PDRB di Sulawesi Tenggara relatif lebih rendah dibandingkan Sulawesi Selatan, Utara dan Tengah, namun produktivitas tenaga kerja dan rasio pertumbuhan PDRB lebih superior dibandingkan propinsi lainnya. Dalam hal Gorontalo, ukuran ekonomi dan produktivitas tenaga kerja secara jelas lebih kecil dari propinsi lainnya di Pulau Sulawesi. Sektor Primer Sektor primer memegang peranan penting dalam perekonomian Sulawesi. Selain sektor
tersebut
memiliki
porsi
yang
substansial dalam ekonomi, produktivitas tenaga kerjanya (Rp 6,9 juta) dan rasio pertumbuhan (4,03%) lebih tinggi dari angka nasional (Rp 6,1 juta dan 3%). Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.2.7, produktivitas tenaga kerja sektor primer Sulawesi lebih tinggi dari rata-rata nasional dengan pengecualian Gorontalo. Demikian
juga,
dengan
pengecualian
Gambar 2.2.7 Kinerja Ekonomi (Industri Primer)
Sulawesi Selatan, rasio pertumbuhan untuk sektor
primer
5
propinsi
lainnya
menunjukkan angka yang cukup tinggi.
5 6
Untuk kasus Sulawesi Selatan (2001-2004), Gorontalo (2002-2005), Sulawesi Barat (2003-2005), Sulawesi Tenggara (2001-2004). Harga konstan 2000
2-17
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Sektor Sekunder Gambar
2.2.8
menunjukkan
rasio
pertumbuhan sektor sekunder di Sulawesi (5,35%) lebih tinggi dibandingkan tingkat nasional (4,12%), dengan pengecualian untuk Sulawesi Utara (2,91%). Namun demikian, produktivitas tenaga kerja sektor tersebut di enam propinsi tetap lebih rendah dari rata-rata nasional, khususnya
di
Sulawesi
Barat
dan
Gorontalo.
Gambar
Sektor Tersier
2.2.8 Kinerja Ekonomi (Industri Sekunder)
Rasio pertumbuhan sektor tersier di Sulawesi (7,4%) seperti kecenderungan di Indonesia dan negara-negara lainnya, lebih tinggi dari sektor primer (4%) dan sekunder (5,4%). Produktivitas tenaga kerja di sektor tersier untuk enam propinsi di Sulawesi lebih rendah dari rata-rata nasional Rp 20,1 juta. Sementara Gorontalo (Rp 8 juta) kurang dari setengah rata-rata nasional.
2.2.4
Gambar 2.2.9 Kinerja Ekonomi (Industri Teriser)
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
(1)
Tanaman Pangan
Sub sektor tanaman pangan mencakup beras (padi dan non padi), jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang dan kedelai. Pada tahun 2005, volume produksi jagung dan beras di pulau ini berturut turut adalah 11,6% dan 9,9% dari total volume produksi di Indonesia. Sulawesi Selatan merupakan propinsi terpenting yang memproduksi tanaman pangan bukan hanya di Sulawesi namun untuk keseluruhan Indonesia Timur. Pada tahun 2005, propinsi Sulawesi Selatan memproduksi 63,1% beras, 48,5% jagung, 49,7% ubi kayu, 32,8% ubi jalar dan 65,4% kedelai. Kabupaten Bone, yang terletak di bagian timur Sulawesi Selatan merupakan pusat produksi utama untuk beras padi, jagung, dan kedelai. Produksi beras, jagung dan ubi kayu di Sulawesi dikonsumsi oleh pasar domestik dan regional. 2-18
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Berdasarkan data Bea dan Cukai tahun 2003, tidak ada beras yang diekspor dari Sulawesi. Kecuali propinsi Gorontalo yang mengekspor jagung, dengan total 91.615 ton atau sama dengan US$ 3,93 juta nilai FOB tahun 2005. Nilai ekspor jagung adalah sekitar 55,3% dari nilai total ekspor di Gorontalo pada tahun yang sama. Beras/Padi Beras merupakan makanan pokok di Indonesia dan dibudidayakan secara luas di Sulawesi, baik pada lahan kering maupun lahan basah. Pada tahun 2005, total produksi volume padi di
Sulawesi
adalah
5.373.561 ton. Jumlah ini dipanen dari sekitar 1,2 juta hektar lahan persawahan, areal
terbesar
yang
ditanami satu jenis tanaman pangan saja, diikuti oleh kelapa (0,71 juta hektar), kakao (0,86 juta hektar) dan
jagung
(0,45
juta
hektar). Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.2.10, unit produksi padi di Sulawesi Selatan
(rata-rata
ton/ha)
pada
4,64
umumnya
lebih baik dibandingkan
Gambar 2.2.10 Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Beras
propinsi lainnya. Dalam hal volume produksi dan areal budidaya, propinsi Sulawesi Selatan memberikan kontribusi 63,1% (3.390.036 ton) dan 60,9% (730.602 ha) dari seluruh Sulawesi. Kabupaten Pinrang, Sidrap, Wajo dan Bone di Sulawesi Selatan, serta Kabupaten Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara merupakan produser beras utama. Sebagian besar produksi padi berasal dari lahan basah, kecuali untuk Pulau Buton dan Muna di Sulawesi Tenggara. Rasio swasembada beras di Pulau Sulawesi diperkirakan 175,7%7, yang berarti produksi beras melebihi permintaan beras di Pulau Sulawesi. Sementara Sulawesi Selatan mengekspor beras ke Jawa dan propinsi lainnya, Sulawesi Utara dan Tengah mengimpor dari propinsi lain dan dari luar 7
Dihitung berdasarkan populasi 2005 dan konsumsi beras per kapita tahunan yaitu 191,4 kg pada tahun 2004 (data FAO).
2-19
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
negeri. Pada tahun 2005, propinsi tersebut mengimpor 28.500 ton beras dari Vietnam dan Thailand. Jagung Di
Indonesia,
jagung
merupakan hasil panen yang terpenting kedua setelah beras, dari segi presentase areal lahan yang ditanami per total areal tanaman pangan. Jagung pada
umumnya
dibudidayakan kering
pada
lahan
dengan
penanaman
sistem
tumpang
sari.
Dibandingkan dengan beras, budidaya
dan
pengolahan
jagung membutuhkan tenaga kerja dan input modal yang lebih sedikit. Pada tahun 2005, menurut data statistik Food and Agriculture Organization (FAO) PBB, total konsumsi jagung
sekitar
67,4%,
sementara penggunaan jagung sebagai pakan ternak dan penggunaan
lainnya
berturut-turut adalah 25,6% dan
6,9%.
Sedangkan
Gambar 2.2.11
di
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Jagung
Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara, jagung, seperti beras, merupakan makanan pokok. Jagung dibudidayakan secara luas di Gorontalo barat termasuk Kabupaten Pohuwato (126,385 Ha), Boalemo (58.058 Ha) dan Gorontalo (61,705 Ha) dan bagian selatan Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Bantaeng (138.071 Ha), Jeneponto (123.046 Ha), Gowa (103.636 Ha), Bone (95.572 Ha) dan Bulukumba (89.361 Ha). Satuan hasil panen di Kabupaten Gowa di Sulawesi Selatan dan Kabupaten Pohuwato di Gorontalo melebihi 4,7 ton/ha; jauh lebih tinggi dari rata-rata nasional 3,5 ton/ha. Akhir-akhir ini, areal panen, volume produksi, dan hasil panen di Gorontalo mengalami peningkatan secara pesat (dari 45.718 Ha, 130.251 ton, dan 2,85 ton/ha pada tahun 1999 menjadi 107.753Ha, 400.046 ton dan 3,71 ton/ha pada tahun 2005). Pada tahun 2005, 91.615 ton (22,9% produksi) setara dengan US$ 3,93 juta (55,3% total nilai ekspor Propinsi Gorontalo) jagung diekspor dari Gorontalo. 2-20
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Ubi Kayu Ubi
kayu
merupakan
tanaman pangan terpenting ketiga di Indonesia, setelah beras dan jagung. Ubi kayu digunakan untuk berbagai produk
makanan,
sayuran
dalam
makanan,
seperti hidangan
diparut
dan
dijadikan
kue,
digiling
menjadi
tepung
tapioka,
atau
diiris
tipis
dan
dijadikan keripik singkong. Total
volume
produksi
pulau Sulawesi 934.305 ton pada
tahun
hanya
2005,
mencukupi
yang untuk
konsumsi Pulau Sulawesi saja.
(rasio
kecukupan 8
adalah 104,8% ). Kabupaten
Gowa
di
Sulawesi Selatan merupakan satu-satunya areal produksi ubi kayu terbesar (12.087 Ha)
di
Sulawesi,
yang
Gambar
2.2.12
memproduksi 219.996 ton
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Ubi Kayu
atau 23,5% total produksi ubi kayu di Pulau Sulawesi. Pulau Muna dan Buton serta Kabupaten Kolaka Utara di Sulawesi Tenggara juga merupakan daerah budidaya ubi kayu (lihat Gambar 2.2.12). Satuan hasil panen untuk areal ini sekitar 18,2-21,2 ton/ha, yang melebihi rata-rata nasional 15,9 ton/ha.
8
Rasio kecukupan ubi kayu dihitung menggunakan metode yang sama dengan rasio kecukupan beras
2-21
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Kacang Kedelai dan Tanaman Pangan Lainnya Di
Indonesia,
kacang
kedelai dikonsumsi dalam bentuk tahu dan tempe, kecap
serta
olahan
lainnya.
makanan Seperti
yang diilustrasikan dalam Gambar kedelai
hasil
2.2.13, dari
Sulawesi
Selatan (1,66 ton/ha) lebih tinggi dari wilayah lainnya di Sulawesi, serta lebih tinggi
dari
nasional
1,3
rata-rata ton/ha.
Kabupaten Bone sendiri memproduksi 10.362 ton atau 24,9% total produksi Pulau Sulawesi. Kacang dan kacang hijau merupakan
sumber
pendapatan penting untuk petani di Sulawesi Selatan. Ubi jalar pada umumnya ditanam
di
Mamuju,
Gambar 2.2.13 Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen
Sulawesi Barat dan Pulau
Kedelai
Talaud, pulau di sebelah utara Sulawesi Utara.
(2)
Hasil Perkebunan
Hasil pokok perkebunan di Sulawesi adalah kelapa, kakao, kopi, kacang mede, vanilli, cengkeh dan tembakau. Pada tahun 2005, perkebunan di Sulawesi terutama ditanami oleh kelapa (714.357 ha), kakao (683.380 ha), kacang mede (213.851 ha), cengkeh (175.197 ha), kopi (129.439 ha) dan vanili (15.986 ha). Secara khusus, volume produksi kakao pulau Sulawesi tercatat sebanyak 71,2% produksi nasional pada tahun 2005. Selain itu, produksi kacang mede dan kelapa di pulau Sulawesi secara berturut-turut memberikan kontribusi 45,1% dan 17,9% terhadap volume produksi nasional.
2-22
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Kelapa Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia, dan kopra merupakan salah satu komoditas ekspor penting. Berdasarkan data statistik FAO, total volume produksi negara Indonesia memberikan kontribusi 31,6% total produksi dunia. Produksi kelapa di Sulawesi merupakan 17,9% dari total produksi nasional. Sekitar dua per tiga kelapa di Pulau Sulawesi dipanen di Sulawesi Tengah (33,5%) dan Sulawesi Utara (30,8%). Kabupaten Minahasa Selatan dan Bolaang Mongondow di Sulawesi Utara, Luwuk Banggai dan Donggala di Sulawesi Tengah, serta Majene di Sulawesi Barat, merupakan daerah produsen kelapa utama. Sedangkan di Sulawesi Utara, sebagian besar pohon kelapa sudah berumur cukup tua dan oleh karena itu volume produksi mengalami penurunan secara progresif. Selain itu, ketinggian pohon cukup memberikan kendala dalam melakukan panen kelapa. Karena secara praktis semua bagian dapat digunakan, kelapa merupakan buah dengan banyak fungsi. Sabut kelapa dan tempurung merupakan residu yang dapat digunakan kembali apabila daging kelapa telah diperoleh dan digunakan. Dalam persiapan pembuatan kopra dari daging kelapa, residu tambahan dihasilkan dalam bentuk cairan. Sebagai hasil ekstraksi minyak dari kopra, juga dapat diperoleh kue kelapa kering. Walaupun sabut kelapa pada dasarnya merupakan sampah, namun jumlah yang signifikan digunakan untuk membuat keset kaki anyaman, alas lantai, sikat, tali, dsb. Sementara tempurung biasanya digunakan sebagai bahan bakar untuk mengeringkan kopra. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak peminat tempurung untuk diproduksi menjadi arang kayu. Kue kering kelapa juga relatif memiliki nilai nutrisi yang baik, dan juga dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan makanan olahan. Kelapa juga cukup mendapat perhatian dunia sebagai salah satu sumber penghasil bio diesel. Banyak industri pengolahan kelapa berlokasi di KAPET Manado-Bitung, pabrik
termasuk
pengolahan
serat
Gambar 2.2.14 Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Kelapa 2-23
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
kelapa, pabrik minyak kelapa, pabrik pengolahan kelapa kering, arang kayu kelapa dan pengolahan karbon aktif, serta pabrik penghasil furnitur berbahan dasar kelapa. Namun, sejak volume produksi kelapa di Sulawesi utara perlahan-lahan mengalami penurunan dari sekitar 320.000 ton pada tahun 2000 menjadi sekitar 180.000 ton pada tahun 2005, pabrik-pabrik tersebut harus menyediakan sekitar 40% bahan mentah dari Maluku Utara. Kakao/Bijih Coklat Pada tahun 2005, Indonesia merupakan penghasil kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana, dan memberikan kontribusi 15,9% terhadap produksi dunia. Wilayah produksi kakao di Sulawesi secara keseluruhan berjumlah 683.380 Ha. Sebanyak kurang lebih 71,2% kakao di Indonesia berasal dari Sulawesi (417.107 ton). Pusat produksi kakao terletak di semenanjung barat daya Sulawesi. Sulawesi Selatan memproduksi 51,6% kakao untuk pulau Sulawesi, diikuti oleh Sulawesi Tengah (27%) dan Sulawesi Barat (20,1%). Sekitar perkebunan
86% kakao
total
Gambar 2.2.15
di
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Kakao
Indonesia dibudidayakan oleh petani kecil/petani penggarap (887.700 ha). Sementara sisanya dibudidayakan oleh perkebunan besar (143.900 ha). Namun demikian, sebaliknya dalam hal Sulawesi Selatan, 222.567 Ha atau sekitar 99,1% areal panen dibudidayakan oleh petani penggarap. Pada tahun 2003, Sulawesi mengekspor 217.265 ton kakao dengan nilai US$ 346,2 juta dalam bentuk biji cokelat, mentega, kue, minuman beralkohol, dan bubuk kakao. Sektor kakao memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan ekspor Sulawesi. Secara khusus, pendapatan ekspor di Sulawesi Tengah (US$ 133,6 juta) diperoleh dari kakao pada tahun 2003. 2-24
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Permasalahan utama yang dihadapi oleh industri kakao Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan terjadinya pengerubungan akibat hama Cocoa Pod Borer (CPB) dan Vascular Streak Dieback (VSD), serta rendahnya kualitas bibit kakao. Institut Penelitian Kakao dan Kopi Indonesia, bekerja sama dengan institusi internasional dan lembaga pengembangan, telah menyelenggarakan penelitian yang signifikan dalam pengembangan kloning superior, sistem kontrol biologis, manajemen tanaman dan teknologi pasca panen. Komisi Kakao Indonesia, yang terdiri dari para stakeholder
dalam industri kakao yang
mendukung pengembangan industri kakao di Indonesia, didirikan pada bulan Januari 2006.
Kopi Kopi merupakan salah satu komoditi ekspor terpenting dari Indonesia. Pada tahun 2005, 442.700 ton kopi, atau setara dengan US $ 497,8 juta, dieskpor ke Amerika Serikat (27,4% dalam nilai FOB), Jerman (15,7%) dan Jepang (12,9%). Volume produksi kopi mengalami peningkatan secara stabil
dengan
rasio
pertumbuhan
tahunan
5,25%
periode
selama
1995-2005.
pada
tahun
2005, Indonesia menempati peringkat ketiga dalam hal volume produksi, setelah Brazil dan Vietnam, dan menyumbang 11,5% total produksi dunia. Kopi Sulawesi, yang sering disebut “Kopi Toraja” atau “Celebes Kalossi” tumbuh di
perkebunan
lahan
perkebunan
maupun kecil.
Kopi diolah basah dengan tekstur yang halus, namun memiliki kadar keasaman rendah dan dengan biji kopi ukuran sedang. Pada tahun 2005, areal panen dan volume produksi di
Sulawesi
adalah
berturut-turut 125.498 ha
Gambar
2.2.16 2-25
Volume Produksi dan Satuan Hasil Panen Kopi
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
dan 57.325 ton. Angka tersebut merupakan 8,48% total volume produksi Indonesia. Rata-rata panen kopi di Sulawesi (423 kg/ha) lebih rendah dari rata-rata nasional, yaitu 728 kg/ha. Pada tahun 2003, 4.168 ton (US$ 7,11 juta) kopi diekspor dari Pulau Sulawesi, dimana 4.119 ton berasal dari Sulawesi Selatan. Kopi memberikan kontribusi 1,26% nilai ekspor total di Sulawesi Selatan. Perkebunan kopi dapat dijumpai di daerah pegunungan dekat semenanjung barat daya, seperti Majene (25.547 ha), Tana Toraja (21.495 ha), dan Enrekang (10.721 ha). Kopi juga banyak ditanam di bagian barat Sulawesi Utara dan bagian ujung tenggara Sulawesi Selatan.
2-26
2-27
71,644
Harvested Area (ha)
69,222
9,683
0.22
135
0.19
Production (ton)
Unit Yield (ton/ha)
0.7
713
Harvested Area (ha)
175,185
250,923
Unit Yield (ton/ha)
Production (ton)
Harvested Area (ha)
Unit Yield (ton/ha)
1,165
Harvested Area (ha)
Production (ton)
0.26
5,240
Unit Yield (ton/ha)
2,555
Harvested Area (ha)
Production (ton)
0.61
Unit Yield (ton/ha)
5,930
Harvested Area (ha)
Production (ton)
0.18
9,690
Unit Yield (ton/ha)
12,672
Harvested Area (ha)
Production (ton)
1.29
Unit Yield (ton/ha)
4,112
3,179
Harvested Area (ha)
Production (ton)
8.68
Unit Yield (ton/ha)
38,670
10.23
4,457
Unit Yield (ton/ha)
Production (ton)
68,464
Harvested Area (ha)
Production (ton)
2.73
6,695
Unit Yield (ton/ha)
195,305
Harvested Area (ha)
Production (ton)
4.56
432,625
Unit Yield (ton/ha)
Production (ton)
94,946
0.25%
0.33%
30.76%
35.13%
28.50%
32.78%
0.61%
1.42%
10.82%
7.49%
23.99%
39.51%
9.89%
11.07%
23.67%
26.25%
7.33%
11.29%
13.42%
15.95%
8.05%
7.91%
0.22
5,063
22,680
1.11
191,050
172,581
0.08
146
1,781
0.58
112,761
192,834
0.33
5,170
15,651
0.26
12,417
47,374
1.07
2,240
2,099
9.47
23,768
2,510
13.42
48,255
3,597
2.53
67,617
26,769
4.09
716,905
175,489
9.51%
10.61%
33.54%
24.16%
3.57%
11.14%
27.03%
28.22%
9.43%
12.09%
23.51%
27.04%
5.39%
7.31%
14.55%
14.78%
5.16%
6.07%
4.65%
5.96%
13.34%
14.62%
Ratio A
Central Sulawesi
Source: Statistics Yearbook of each province and Indonesia, BPS. Note: Ratio A: % to Sulawesi total, Ratio B: % to Indonesia total
Cashew Nut
Coconuts
Vanilla
Cocoa
Coffee
Clove
Soybeans
Sweet Potatoes
Cassavas
Maize
Paddy
Harvested Area (ha)
Ratio A
North Sulawesi
0.43
27,508
63,631
1.06
126,685
119,498
0.19
1,176
6,181
0.98
215,356
218,775
0.5
31,825
63,719
0.53
24,848
46,924
1.66
27,186
16,347
10.94
53,514
4,890
16.85
464,434
27,558
3.42
705,996
206,551
4.64
3,390,036
730,602
51.65%
29.75%
22.24%
16.73%
28.79%
38.66%
51.63%
32.01%
58.07%
49.23%
47.05%
26.78%
65.38%
56.95%
32.76%
28.80%
49.71%
46.49%
48.50%
45.99%
63.09%
60.86%
Ratio A
South Sulawesi
0.16
19,226
120,429
0.03
1,601
50,375
0.72
1,543
2,153
0.01
1,601
191,855
0.16
1,601
9,794
0.21
1,601
7,634
0.86
3,069
3,580
8.29
24,822
2,993
17.31
256,467
14,820
2.25
73,152
32,485
3.71
339,846
91,585
36.10%
56.31%
0.28%
7.05%
37.77%
13.47%
0.38%
28.07%
2.92%
7.57%
3.03%
4.36%
7.38%
12.47%
15.19%
17.63%
27.45%
25.00%
5.03%
7.23%
6.32%
7.63%
Ratio A
Southeast Sulawesi
0.11
171
1,534
0.11
6,029
53,967
0.38
42
110
0.14
933
6,452
0.04
38
854
0.32
661
2,090
1.39
4,038
2,907
9.4
3,308
352
11.65
12,211
1,048
3.71
400,010
107,752
4.27
167,153
39,110
0.32%
0.72%
1.06%
7.55%
1.02%
0.69%
0.22%
0.94%
0.07%
0.66%
1.25%
1.19%
9.71%
10.13%
2.02%
2.07%
1.31%
1.77%
27.48%
23.99%
3.11%
3.26%
Ratio A
Gorontalo
0.24
1,151
4,864
1.03
68,992
67,013
0.03
14
521
1.32
83,900
63,781
0.34
10,246
29,731
0.32
619
1,953
1.57
934
594
10.84
19,277
1,779
15.2
84,474
5,559
3.42
13,449
3,931
4.75
326,996
68,820
2.16%
2.27%
12.11%
9.38%
0.34%
3.26%
20.11%
9.33%
18.69%
22.97%
1.17%
1.11%
2.25%
2.07%
11.80%
10.48%
9.04%
9.38%
0.92%
0.88%
6.09%
5.73%
Ratio A
West Sulawesi
Tabel 2.2.3 Areal Panen., Volume Produksi, dan Satuan Produksi Hasil Bumi Utama, 2005
0.25
53,254
213,851
0.8
569,541
714,357
0.26
4,085
15,986
0.61
417,107
683,380
0.42
54,809
129,439
0.3
52,818
175,197
1.45
41,579
28,706
9.62
163,359
16,981
15.76
934,305
59,277
3.24
1,455,529
449,132
4.48
5,373,561
1,200,552
45.13%
39.14%
17.93%
19.00%
N.A
71.18%
76.88%
8.48%
14.56%
N.A
N.A
5.14%
4.62%
8.80%
9.52%
4.84%
4.88%
11.62%
12.39%
9.92%
10.14%
Ratio B
Sulawesi Total
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
(3)
Maret 2008
Perikanan
Perikanan memegang peranan penting dalam meningkatkan ekspor dan pemasukan valuta asing. Sektor perikanan memiliki banyak kelebihan, tidak hanya dalam menyediakan kesempatan kerja, pendapatan untuk nelayan lokal dan penerimaan nasional, tetapi juga termasuk penyediaan ikan dan produk-produk perikanan lainnya untuk meningkatkan standar nutrisi. Nelayan di Sulawesi lebih bersifat padat karya, dan bukan padat modal. Terdapat sejumlah besar nelayan yang terlibat dalam sektor perikanan. Komoditas maritim di Sulawesi mencakup tuna, skipjack, ikan pelagic, rumput laut, udang, kepiting, teripang dan lobster. Budidaya air laut, termasuk kerang mutiara, udang, rumput laut dan teripang merupakan kegiatan tradisional di sepanjang pesisir pantai sebagian besar daerah lokal. Gambar
mengilustrasikan
2.2.17
tangkapan
ikan
untuk
setiap
kabupaten/kota melalui perikanan air laut maupun air tawar. Tangkapan ikan di Sulawesi Selatan tercatat 46,8% dari seluruh pulau Sulawesi. Bitung memiliki jumlah tangkapan ikan
terbesar
(perikanan
laut
+
perikanan darat) di Sulawesi (136.001 ton), diikuti oleh Bone (116.863 ton) dan Jeneponto (47.083 ton). Perikanan
darat
cukup
aktif
di
sepanjang pesisir Sulawesi Selatan. Volume
produksinya
mencakup
78,9% dari keseluruhan produksi Sulawesi.
Perikanan
darat
pada
umumnya banyak terdapat di Wajo (21.783 ton), Bone (19.155 ton), Sinjai (17.677 ton), dan Pinrang (17.316 ton). Kecuali
untuk
Sulawesi
Selatan,
perikanan laut dan perikanan darat tidak
terlalu
dimanfaatkan
dan
dibudidayakan di propinsi lainnya.
Gambar 2.2.17
Tangkapan Ikan Air Laut dan Perikanan Darat
2-28
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
(4)
Maret 2008
Ternak
Komoditas ternak di Sulawesi memiliki potensi pada pasar ekspor dan antar pulau. Sapi dan kambing merupakan komoditas ekspor utama karena meningkatnya permintaan dari luar
negeri.
Namun
demikian,
kebutuhan/permintaan dari luar negeri tersbut tidak dapat dipenuhi karena terbatasnya persediaan. Sapi pada umumnya diternakkan di Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Ternak babi dapat dijumpai di wilayah non muslim, khususnya di Sulawesi Utara dan Tengah serta Kabupaten Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Kambing pada umumnya diternakkan di bagian selatan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Ayam broiler dan ayam ras diternakkan di Sulawesi Selatan dan Tenggara serta bagian selatan Sulawesi Barat.
Gambar 2.2.19
Gambar
2.2.18
Distribusi Peternakan
Distribusi Peternakan Ayam dan Ternak Lainnya
2-29
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
2.2.5 (1)
Maret 2008
Industri Industri Utama dan Zona Pembangunan Ekonomi
Aktivitas industri Pulau Sulawesi pada umumnya terletak di Mamminasata, Parepare, wilayah Manado-Bitung, kecuali untuk pertambangan nikel yang terkonsentrasi di Soroako di Luwu dan Pomalaa di Kolaka. Sebagian besar aktivitas industri terkonsentrasi pada produksi agro industri. Dalam rangka mempromosikan kegiatan industri dan membantu mengurangi disparitas pembangunan regional antara Indonesia timur dan barat, Pemerintah Indonesia pada tahun 1996 memperkenalkan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu atau KAPET. Ini ditindaklanjuti pada tahun 2000 dengan pembentukan Badan Pengembangan KAPET. Sampai saat ini, telah terbentuk 12 KAPET di kawasan timur Indonesia, dan empat diantaranya terletak di Pulau Sulawesi (Batui, Parepare, Bukari dan Bitung). Pengusaha yang melakukan bisnis di dalam KAPET didukung oleh pemerintah lewat insentif fiskal dan non fiskal. Pengusaha yang menjalankan
bisnisnya
dalam
sebuah KAPET akan menerima pemotongan pajak parsial. Namun demikian, telah dilakukan pengamatan bahwa inisiatif baru ini
tidak
Berdasarkan
begitu laporan
berhasil. yang
diberikan oleh direktur Dewan Percepatan
Pembagunan
Kawasan Timur Indonesia dan Badan Pengembangan KAPET pada tahun 2003, dua KAPET di Sulawesi (Parepare dan Bitung) menunjukkan prestasi yang cukup
Figure 2.2.20 Location of KAPETs in Sulawesi
menonjol, namun KAPET lainnya (Bukari dan Batui) masih belum mencapai sasaran/target yang ditetapkan. Pada awalnya, biaya manajemen dan pengembangan KAPET didanai oleh APBN, APBD dan sumber yang valid menurut undang-undang. Namun demikian, karena diberlakukannya otonomi regional, maka alokasi dana untuk KAPET tidak lagi didukung oleh APBN. Oleh karena itu, sumber dana untuk mendukung program KAPET akhirnya tidak mencukupi. Otonomi regional juga menimbulkan permasalahan dalam manajemen pengawasan KAPET. Dengan adanya otonomi regional, pengawasan KAPET secara otomatis berpindah dari pemerintah 2-30
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
pusat ke pemerintah lokal. Namun, dalam sebagian besar kasus, pemerintaj lokal tidak memiliki kapasitas yang memadai dalam mengelola KAPET. Ketidak-tersediaan infrastruktur dan/atau fasilitas yang kurang memadai dianggap salah satu diantara banyak kendala yang dihadapi oleh KAPET. KAPET di Parepare dan Bitung secara langsung berhubungan dengan pusat pertumbuhan di Pulau Sulawesi (Makassar dan Manado) melalui fasilitas jalan, sementara KAPET Batui dan Bukari (khususnya KAPET Bukari) terletak di kotamadya/kabupaten yang jauh dari kota utama, dengan kurangnya hub infrastruktur. (2)
Pertambangan Sumber daya mineral utama Pulau Sulawesi adalah nikel, gas, emas, semen, marmer, minyak dan aspal. Pertambangan memberikan peran yang signifikan dalam menyediakan lapangan pekerjaan, secara langsung di lokasi pertambangan dan secara tidak langsung dengan adanya supplai barang dan jasa dari sumber-sumber lokal. Bagian yang signifikan di Pulau Sulawesi masih belum terjamah; beberapa areal yang memiliki prospek yang sangat baik untuk pengembangan mineral. Sektor pertambangan dapat memiliki potensi untuk menjadi kontributor yang lebih besar dalam pembangunan ekonomi Pulau Sulawesi dan ekonomi regional. Gambar 2.2.21 dan 2.2.22 menunjukkan lokasi areal pertambangan saat ini dan yang potensial untuk logam dan non logam.
Gambar 2.2.21
Sumber Daya Mineral (Logam)
Nikel Dalam hal bangkitan tenaga kerja dan nilai ekspor, nikel merupakan sumber daya mineral terpenting di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Pada tahun 2003, 31.301 ton (US$ 190 juta) dan 576.656 ton (US$ 68,4 juta) nikel/nikel besi diekspor dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Ekspor nikel memberikan kontribusi 78,8% total nilai ekspor di Sulawesi Selatan dan 33,8% di Sulawesi Tenggara. Tambang terbesar nikel Indonesia terletak di Soroaku, Sulawesi Selatan, dimana perusahaan Kanada Inco memiliki 61% saham; perusahaan Jepang Sumitomo Metal Pertambangan, Co.Ltd memegang 20% saham, dan investor lainnya 18%. Nikel mentah diproses menjadi nikel dan nikel 2-31
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
besi, kemudian diekspor ke Jepang, Cina dan Korea Selatan melalui pelabuhan perusahaan. PT Antam mengoperasikan tambang nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Utara. Bijih besi dari tambang tersebut dikirim ke pabrik peleburan bijih nikel di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggaram dan kemudian diekspor, terutama ke Jepang. Berhubung dengan peningkatan permintaan, supplai nikel terus berlanjut karena Cina dan Republik Korea telah melakukan ekspansi kapasitas aoutput baja tahan karat. Sebagai hasilnya, harga nikel di pasar dunia telah mengalami peningkatan secara drastis (harga nikel meningkat tiga hampir tiga kali lipat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ini). Untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat, PT. Inco berencana untuk meningkatkan kapasitas output nikel padat sampai 25% hingga 91.000 ton/tahun di Soroako tahun 2009. PT. Inco berencana mengembangkan dua cadangan nikel di Bahodopi Sulawesi Tengah dan Pomalaa di Sulawesi Tenggara. Perusahaan tersebut telah menyerahkan rencana ekspansinya untuk memperoleh persetujuan. Emas PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) telah memberhentikan kegiatan operasionalnya di Minahasa, Sulawesi Utara. Penambangan emas dimulai pada tahun 1996 dan karena sumber daya yang terkuras habis, operasional pertambangan diberhentikan pada bulan Oktober 2001. Sejak itu, kegiatan pertambangan hanya terbatas kepada pengolahan stok bijih besi. Pada tahun 2004, penduduk desa di Kabupaten Minahasa mengadukan PT. Newmont Minahasa Raya atas pencemaran yang dilakukan Teluk Buyat. Permasalahan ini masih dalam perdebatan. Terdapat beberapa tambang emas di Sulawesi Selatan dan Gorontalo yang belum dikembangkan. Semen Menurut Asosiasi Semen Indonesia, permintaan domestik untuk semen 29,77 juta ton pada tahun 2004, jumlah konsumsi yang sama dengan tahun 1997. Dari seluruh konsumsi semen domestik, hampir 62% berasal dari Jawa, 21% dari Sumatra, 6% dari Sulawesi, 5% dari Kalimantan dan 6% dari daerah lainnya (Jakarta Post, 2005). Sumber Mineral Lainnya Marmer juga merupakan sumber daya mineral penting di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Aspal ditambang di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Mineral untuk tambang, termasuk yang potensial juga ditemukan di Sulawesi, antara lain timbal, granit, kristal, toseki, pasir kwarsa, tanah lempung, dan fosfor.
Figure 2.2.22 Mineral Resources (Non-Metal) 2-32
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
2.3
Maret 2008
Rencana Eksisting Pembangunan Wilayah dan Nasional Pada tahun 2004, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Rencana Pembangunan Nasional. Undang-undang tersebut membagi rencana pembangunan ke dalam 3 jenis berdasarkan periode sasaran (jangka panjang: 20 tahun, jangka menengah: 5 tahun, dan jangka pendek: 1 tahun), dan juga ke dalam tiga jenis berdasarkan daerah sasaran (nasional, propinsi, dan kabupaten/kotamadya). Rencana pembangunan utama terdiri dari tipe di bawah ini: rencana pembangunan, rencana sektoral, dan rencana tata ruang, terutama sesuai dengan susunan hirarki (RPJMN: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan RPJMD: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Regional). Rencana tata ruang disiapkan dengan merujuk kepada rencana pembangunan. Rencana tata ruang disusun pada tingkat nasional, kepulauan, propinsi dan kotamadya. Rencana tata ruang nasional dan kepulauan disusun oleh Badan Koordinasi Perencanaan Nasional, Departemen Pekerjaan Umum dan BAPPENAS. Rencana tata ruang propinsi dan kotamadya disusun oleh Dinas Tata Ruang dan BAPPEDA. Tabel 2.3.1 Tingkat Persetujuan Rencana Pembangunan
↓
Rencana Pembangunan Sektoral
Sistem Perencanaan Indonesia
Nasional → Presiden Rencana Jangka Panjang Nasional: 20 tahun (RPJP Nasional) ↓ Rencana Jangka Menengah Nasional: 5 tahun (RPJM) ↓ Rencana Kerja Pemerintah: 1 tahun (RKP) Rencana Jangka Panjang Nasional: 20 tahun ↓ Rencana Jangka Menengah Nasional: 5 tahun ↓ Rencana Jangka Menengah Nasional: 5 tahun
Propinsi → Gubernur Rencana Jangka Panjang Nasional: 20 tahun ↓
Regional Walikota Rencana Jangka Panjang lokal: 20 tahun ↓
Rencana Jangka Menengah Nasional: 5 tahun ↓
Rencana Jangka Menengah lokal: 5 tahun ↓
Rencana Kerja Pemerintah: 1 tahun
Rencana Kerja Lokal: 1 tahun
Rencana Jangka Panjang Regional: 20 tahun ↓ Rencana Jangka Menengah: 5 tahun ↓ Rencana Kerja Tahunan: 1 tahun
Rencana Jangka Panjang lokal: 20 tahun ↓ Rencana Jangka Menengah lokal: 5 tahun ↓ Rencana Kerja Lokal: 1 tahun
Rencana Ruang (RTR)
Tata
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Pulau (RTR Pulau)
Rencana Tata Ruang Propinsi
Rencana Tata Ruang Kotamadya
Sumber: Undang-undang Sistem Perencanaan Pembangunan 2004 dan sumber lainnya
2.3.1 (1)
Rencana Pembangunan Nasional Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025
Pemerintah Indonesia telah secara resmi mengeluarkan rencana jangka panjang 2005-2025, yang memprediksi tingkat kemiskinan akan mengalami penurunan ke 5% dan pendapatan per kapita meningkat hingga US$ 9.000 sampai tahun 2025. Tingkat kemiskinan pada tahun 2006 mencapai angka 17% dengan populasi Indonesia 220 juta, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yang secara resmi mengkategorikan masyarakat yang hidup 2-33
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
di bawah garis kemiskinan adalah mereka yang memiliki penghasilan kurang dari US$ 1,55 per hari. Dalam rencana pembangunan jangka panjang, pemerintah menargetkan kenaikan pendapatan per kapita antara US$ 3.000 sampai US$ 9.625 hingga tahun 2025, yang akan menempatkan Indonesia dalam peringkat negara-negara dengan pendapatan menengah. Rencana ekonomi jangka panjang juga menekankan perlunya menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk mendorong investasi asing dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Prioritas dan target rencana tersebut dibagi ke dalam empat periode pembangunan: Periode 1 (2005-2009), periode II (2010-2014), Periode III (2015-2019) dan Periode IV (2020-2024). Di dalamnya berisi delapan tujuan, yang salah satunya adalah penciptaan masyarakat kompetitif untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan dalam masyarakat. (2)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 Berkaitan dengan visi dan misi Presiden, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Pemerintah (RPJMN) untuk periode 2004 sampai 2009 memperkenalkan tiga tujuan pembangunan utama. Target yang akan dicapai oleh Pemerintah selaras dengan Tujuan Pembangunan Milenium/Millenium Development Goals (MDG) yaitu: 1. Menciptakan Indonesia yang aman dan damai; 2. Menciptakan Indonesia yang adil dan demokratis; 3. Menciptakan Indonesia yang sejahtera.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah bertujuan untuk mencapai tingkat pertumbuhan PDRB Pulau Sulawesi yang secara progresif meningkat dari 5,67% tahun 2004 menjadi 8,20% tahun 2009. Tingkat pertumbuhan PDRB Sulawesi lebih tinggi dari Jawa-Bali dan Sumatera, dan hampir serupa dengan pulau lainnya di Indonesia bagian timur, yaitu Kalimantan dan pulau-pulau lainnya, termasuk Papua, Nusa Tenggara Barat dan Timur, dan Maluku (silahkan lihat Bab 6.2). (3)
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2007
Tahun 2007 merupakan tahun ketiga pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009. pemerintah telah membuat Rencana Kerja Pemerintah 2007. Melihat prestasi yang telah dicapai dalam dua tahun terakhir pelaksanaan agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan kondisi saat ini, dan dalam rangka memenuhi sasaran RPJM, RKP 2007 mengadopsi tema: Peningkatan Kesempatan Kerja dan Pengentasan Kemiskinan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”. Berdasarkan tema ini, Tim Studi mengartikulasikan sembilan prioritas untuk 2007. 1. Pengentasan Kemiskinan; 2. Meningkatkan kesempatan kerja, investasi dan eskpor; 3. Revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan dan daerah pedesaan; 4. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan serta layanan kesehatan; 5. Penegakan hukum, hak asasi manusia, penghapusan korupsi dan reformasi sistem birokrasi; 2-34
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
6. Meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan; memelihara keteraturan dan perbaikan resolusi konflik; 7. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh dan Nias (Sumatera Utara), Yogyakarta dan Jawa Tengah serta mengurangi dampak dan mengatasi bencana; 8. Percepatan pembangunan infrastruktur; 9. Mengembangkan wilayah perbatasan dan pulau-pulau terpencil. 2.3.2
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dibuat oleh Badan Koordinasi Rencana Tata Ruang Nasional, yang menyiapkan rencana tersebut pada tahun 2007 sesuai dengan Undang-Undang No. 24 tahun 1992 dan Undang-Undang No. 26 tahun 2007 mengenai pengelolaan tata ruang, untuk memberikan arahan bagi investasi pembangunan nasional, dan menjadi dasar utama tata ruang dalam program pembangunan nasional. Rencana Tata Ruang Nasional menekankan keseimbangan pembangunan antara kawasan barat dan timur Indonesia. Dengan prinsip ini, peran yang dimainkan oleh Sulawesi dijabarkan dalam Pasal 10d, yaitu: “pembangunan Sulawesi sebagai daerah lumbung nasional, hortikultura, perkebunan, peternakan, sumber daya alam, khususnya perikanan, pariwisata, perkebunan dengan industri pertanian dan maritim, industri minyak-gas, pertambangan dan industri pengolahan”. (1)
Sistem Perkotaan Pulau Sulawesi
RTRWN menetapkan kota-kota penting di Indonesia ke dalam tiga tingkatan hirarki: 1)
Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
2)
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan
3)
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Di Sulawesi, RTRWN menetapkan lima Pusat Kegiatan Nasional, 24 Pusat Kegiatan Wilayah, dan dua Pusat Kegiatan Strategis Nasional. RTRWN juga menetapkan kota-kota tersebut ke dalam empat tipe di bawah ini: A: Kota-kota strategis di daerah perbatasan, B: Pusat Produksi untuk Otonomi Daerah, C: Pusat Pertumbuhan untuk Revitalisasi dan Percepatan Pembangunan Nasional, dan D: Basis untuk Pencegahan Bencana Dalam hal Pulau Sulawesi, seluruh pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan regional ditetapkan sebagai “C: Pusat Pertumbuhan Revitalisasi dan Percepatan Pertumbuhan Nasional”. Dua pusat kegiatan strategis nasional, Melonguane dan Tahuna di Sulawesi Utara ditetapkan sebagai “A: Kota Strategis di Wilayah Perbatasan (lihat Tabel 2.3.2). 2-35
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Tabel 2.3.2 PROPINSI Sulawesi Utara
Sistem Perkotaan Pulau Sulawesi
PKN -Daerah perkotaan Manado Bitung(I/C/1) -Palu (I/C/1)
Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan
Wilayah Metropolitan Mamminasata (Makassa- SungguminasaTakalar- Maros) (I/C/3) -Kendari (I/C/1)
Sulawesi Tenggara Gorontalo
- Gorontalo (I/C/1)
Maret 2008
PKW -Tomohon (I/C/1) -Kotamobagu (II/C/1) -Tondano (III/C/1) -Kolonedale (II/C/1) -Poso (II/C/3) -Tolitoli (III/C/1) -Luwuk (II/C/1) -Donggala (II/C/1) -Buol (III/C/1) -Bulukumba (I/C/1) -Pangkajene (II/C/1) -Barru (III/C/1) -Jeneponto (I/C/1) -Pare-pare (II/C/1) -Palopo (I/C/1) -Watampone (II/C/1) -Unaaha (IV/C/1) -Bau-bau (I/C/1) -Lasolo (III/C/1) -Raha (II/C/1) -Isimu (III/C/2) -Tilamuta (II/C/2) -Kuandang (III/C/2) -Mamuju (I/C/1)
PKSN -Melonguane (I/A/2) -Tahuna (I/A/2)
Sulawesi Barat Sumber: Rencana Tata Ruang Nasional 2007 Catatan I ~ IV dalam tanda kurung menunjukkan tingkat pembangunan A: Kota utama di daerah perbatasan (A/1: Peningkatan, A/2: Pembangunan baru, A/3: Revitalisasi) C: Kota Pusat Pertumbuhan Nasional (C/1: Improvement, C/2: New Development, C/3: Revitalization)
(2)
Kawasan Andalan
RTRWN
menetapkan
Kawasan
Andalan
pembangunan
156 untuk
nasional
berdasarkan kriteria berikut: (1) PDRB daerah harus melebihi 0,25% PDB Indonesia, (2) jumlah penduduk daerah harus melebihi 3% jumlah populasi penduduk propinsi (3) infrastruktur (seperti persediaan listrik, telekomunikasi, persediaan air, dan transportasi) harus dalam kondisi baik, dan (4) kaya sumber daya alam. Di antara daerah tersebut, 26 Kawasan Andalan terletak di Sulawesi, 16 sebagai Kawasan Andalan
dan
10
Kawasan
Andalan laut (lihat Tabel 2.3.3).
Source: National Spatial Plan 2007
Gambar 2.3.1 Kawasan Andalan untuk Pengembangan
2-36
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Tabel 2.3.3
Maret 2008
Kawasan Andalan untuk Pengembangan dalam Rencana Tata Ruang 2007
Propinsi/Kawasan Andalan Sulawesi Utara Wilayah Manado dan sekitarnya
Sektor utama - Perikanan (I) - Pertambangan (II) sekitarnya - Pertanian (II)
Dumonga-Kotamabangu Area dan (Bolaang Mogondow) Kawasan Andalan laut, Bunaken dan sekitarnya Sea prioritized area, Batutoli and it’s surroundings Sulawesi Tengah Wilayah Poso dan sekitarnya
- Perikanan (II) - Perikanan (III)
- Pertanian (IV) - Perikanan (III) Wilayah Toli Toli dan sekitarnya - Pertambangan (II) - Perkebunan (II) Wilayah Kolonedale dan sekitarnya - Pertanian (III) - Perikanan (II) Wilayah Palu dan sekitarnya - Pertambangan (I) - Perikanan (I) Kawasan andalan laut Teluk Tolo-Kepulauan - Perikanan (II) Banggai dan sekitarnya Sulawesi Selatan Wilayah Mamminasata dan sekitarnya - Pariwisata (I) (Makassar-Maros-Sungguminasa-takalar) - Industri agro (I) Wilayah Palopo dan sekitarnya - Pariwisata (I) Wilayah Bulukumba-Watampone - Pertanian (II) - Plantation (II) Wilayah parepare dan sekitarnya - Industri agro (II) - Plantation (III) Kawasan andalan dan sekitarnya - Perikanan (II) Kawasan andalan Singkarang-Taka Bonerate - Perikanan (IV) Kawasan andalan laut Kapontiri-Lasalimu - Perikanan (III) Sulawesi Tenggara Wilayah Aselolo/Kendari - Industri agro (III) - Pertambangan (III) - Pariwisata (III) Wilayah Kapolimu-Patikala Muna-Buton - Industri agro (II) - Pertambangan (I) - Plantation (III) Wilayah Mowedong/Kolaka - Industri agro (III) - Pertambangan (II) Kawasan andalan laut Asera/ Lasolo - Perikanan (III) Kawasan andalan laut Tiworo dan sekitarnya - Perikanan (III) Gorontalo Wilayah Gorontalo - Pertanian (I) - Pertambangan (III) Wilayah Marisa - Pertanian (III) Laut Tomini dan sekitarnya - Perikanan (I) Sulawesi Barat Wilayah Mamuju dan sekitarnya - Perkebunan (I) - Pertanian (II) Kawasan andalan laut Selat makassar dan sekitarnya - Perikanan (II) Sumber: Rencana Tata Ruang 2007
- Pariwisata (I) - Perkebunan
- Pabrik (II) (II)
- Pariwisata (I) - Pertambangan (II) - Pariwisata (III) - Pariwisata (II) - Industri (III) - Perikanan (III) - Pariwisata (III) - Pariwisata (III) - Pertambangan (III) - Industri (II) - Pariwisata (II) - Pariwisata (III)
- Perkebunan (II)
- Industry (I)
- Pertanian (II)
- Plantation (II) - Industri agro (II) - Perikanan (I) - Pertanian (III)
- Pertanian (II) - Pariwisata (IV) - Trade (II) - Perikanan (II)
- Pertanian (III) - Perkebunan (II) - Industri agro (II) - Pertanian (I) - Perkebunan (III)
- Pertambangan (IV) - Pariwisata (II) - Pertambangan (IV) - Pariwisata (III) - Pertambangan (III) - Pariwisata (III) - Perikanan (I) - Plantation (I)
- Pertanian (III) - Industry (III)
- Perikanan (II) - Pertanian (III)
- Kehutanan (IV) - Pariwisata (III)
- Perikanan (III) - Perkebunan (II) - Pertanian (III) - Pariwisata (III) - Pertambangan (III) - Pariwisata (IV) - Perikanan (II)
- Perkebunan (I)
- Perkebunan (II) - Pariwisata (III) - Kehutanan (II) - Perikanan (II) - Pariwisata (II)
- Industri agro (II)
Catatan: I – IV dalam tanda kurung menunjukkan tahapan pengembangan
2-37
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
2.3.3
Maret 2008
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi
Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi juga dibuat berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi yang terbaru dibuat pada tahun 2005, berdasarkan RTRWN 2004. Rencana tersebut mencakup pembangunan jalan, kereta api dan fasilitas ferry sebagai berikut: (1) Sistem Jaringan Jalan 1)
Pembangunan dan Peningkatan Koridor Timur (Prioritas: Tinggi) 1-1 Poso - Uekuli - Ampana - Pagimana - Luwuk - Batui - Toili - Baturube - Kolonodale Bungku - Asera - Andowia - Kendari - Unaaha - Raterate - Kolaka - Lasusua - Malili - Wotu 1-2 Kendari - Tinaggea - Kaspute - Pomala - Kolaka, 1-3 Bitung - Kema - Modayag - Pinolosian - Molibagu
2)
Peningkatan Koridor Barat (Prioritas: Menengah) Kwandang - Tolinggula - Buol - Tolitoli - Ogotua - Pantoloan - Palu - Donggala - Pasangkayu Mamuju - Majene - Polewali - Pinrang - Parepare - Barru - Pangkajene - Maros - Makassar – Sungguminasa - Takalar - Jeneponto - Bantaeng - Bulukumba
3)
Peningkatan Koridor Tengah (Prioritas: Menengah) Bitung - Likupang - Wori - Manado - Amurang - Kwandang - Isimu - Paguyaman - Marisa Molosipat - Mepanga - Tobali Poso
-
Wotu
Tarumpakae
-
-
Palopo
-
Sengkang
-
Watampone - Sinjai - Bulukumba 4)
Peningkatan jalan lintas (Prioritas: Menengah) Tumpaan
-
Kawangkoan
-
Tomohon - Tondano - Airmadidi, Tondano- Kombi- Kema - Bitung, Tanawangko- Tomohon- Manado, Amurang - Tompaso Baru Modoinding
-
Modayag
-
Kotamobagu, Isimu - Limboto Gorontalo - Suwawa - Gorontalo, Kolonodale - Tomata - Tentena, Mepanga - Basi, Tobali - Tawaeli, Polewali - Mamasa - Makale Palopo, Maros - Watampone Bajoe, Bulukumba - Bira, dan Pamatata - Patumbukang.
Gambar 2.3.2 Rencana Pembangunan Jalan 2-38
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
(2)
Sistem Jaringan Kereta Api
1)
Prioritas Tinggi : Manado - Bitung, Gorontalo - Bitung, dan Makassar - Parepare
2)
Prioritas Menengah: Palu - Poso, Palu - Mamuju - Parepare, Makassar - Takalar - Bulukumba, dan Kendari - Kolaka
3)
Prioritas Rendah: Bulukumba - Bajoe - Palopo - Poso, Gorontalo - Marisa - Palu, Parepare Bajoe, Kolaka - Poso, Manado - Wori - Likupang, dan Manado - Amurang - Inobonto Kotamobagu
4)
Sistem Kereta Api Prioritas Tinggi dalam wilayah perkotaan: Makassar - Maros Sungguminasa - Takalar, Manado dan sekitarnya.
(3)
Sistem Jaringan Angkutan Penyeberangan
1)
Jaringan Antar-Propinsi Lasusua - Siwa, Bajoe - Kolaka, Baubau - Bulukumba, Baubau - Bira, Tondasi - Bulukumba, Luwuk - Kendari, Bitung - Luwuk, and Pagimana - Poso - Parigi - Moutong - Gorontalo Molibagu - Bitung
2)
Jaringan Antar Propinsi Bulukumba - Selayar, Bira Pamatata, Tinanggea - Raha Baubau, Kendari - Torobulu Tampo - Raha - Baubau - Wanci Tomia,
Luwuk
–
Kepulauan
Banggai, Bitung - Lembeh, dan Manado
dan
Bitung
dengan
Kepulauan Sangihe - Talaud 3)
Jaringan Antar Pulau Mamuju
-
Balikpapan
(Kalimantan Timur), Selayar Reo
(Nusa
Tenggara
Timur),
Takalar - Bima (Nusa Tenggara Barat) - Gresik (Jawa timur), Barru - Batulicin (Kalimantan Selatan), Baubau - Buru - Ambon (Maluku), Tondoyono - Baturube (Nusa Tenggara Timur), Bitung Ternate
dan
Melonquane
-
Sumber: rencana tata ruang pulau Sulawesi
Gambar 2.3.3
Morotai (Maluku Utara), Taipa -
Rencana Jaringan Fery dalam RTR Pulau
Balikpapan (Kalimantan timur), dan Tolitoli - Tarakan (Kalimantan Timur) 2-39
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
2.3.4 (1)
Maret 2008
Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) Profil BKPRS
Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS) didirikan pada tanggal 19 Oktober 2000 oleh enam pemerintah propinsi di Sulawesi untuk merealisasikan pembangunan Sulawesi terpadu lewat perjanjian kerjasama sesuai dengan visi dan misi perjanjian program pembangunan Sulawesi. Badan ini berfungsi untuk membantu pemerintah dalam memaksimalkan peran dunia usaha dan masyarakat dalam percepatan pembangunan regional Sulawesi, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan harmonisasi masyarakat di tiap propinsi di Sulawesi. 1. Untuk membantu pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah regional semua propinsi di Sulawesi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Untuk membantu tugas dan fungsi pemerintah regional semua propinsi di Sulawesi dalam rangka mendukung percepatan proses pembangunan dan penguatan ekonomi di Sulawesi. 3. Untuk membantu pemerintah regional semua propinsi di Sulawesi dalam memfasilitasi kerja sama antara pemerintah propinsi di Sulawesi dengan pihak ketiga untuk merealisasikan pembangunan yang harmonis dan berkelanjutan antar-wilayah di Sulawesi. 4. Untuk membantu pemerintah propinsi di pulau Sulawesi dalam pemberdayaan regional lewat pendidikan dan pelatihan, riset, konsultasi, kegiatan seminar/workshop, dsb sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas pembangunan regional. 5. Untuk membantu pemerintah propinsi di pulau Sulawesi dalam melaksanakan pembangunan regional yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan Regional Sulawesi dari tiap propinsi di Sulawesi. 6. Untuk membantu terjadinya sinergi antara pemerintah pusat dan regional dalam proses pembangunan ekonomi, masyarakat, politik dan sosial budaya. (2)
Kegiatan utama BKPRS saat ini
Saat ini BKPRS sedang melakukan revisi rencana tata ruang Sulawesi setelah terbentuk beberapa propinsi baru, dan saat ini menjadi 6 propinsi dan 62 kabupaten. Selain itu, BKPRS sedang melaksanakan dan/atau merencanakan beberapa hal di bawah ini. Namun demikian, karena kendala pendanaan dan sumber daya yang terbatas, BKPRS belum memberikan hasil yang substansial. 1) Merumuskan Visi Indonesia Sehat 2010 untuk promosi usaha dan kemitraan. 2) Pengembangan sistem informasi regional, yang akan terdiri dari layanan informasi umum, investasi dan kerjasama antara institusi internal dan institusi asing. 3) Pembentukan 10 “Badan Sulawesi” yaitu 1. Badan Bisnis, 2. Badan Ahli, 3. Badan Riset, 4. Badan Pendiri BKPRS, 5. Badan Pendidikan, 6. Badan Energi. 7. Badan Transportasi, 8. 2-40
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Badan Agro, 9. Badan Maritim, dan 10. Badan Industri 4) Menyusun perencanaan Master Plan 1. Master Plan Teluk di Sulawesi (Tolo, Tomini & Bone) 2. Master Plan Selat (Makassar dan Buton) 3. Master Plan Laut (Sulawesi, Flores & Banda) 5) Untuk melanjutkan kerjasama internal dan asing dengan program-program di bawah ini untuk merealisasikan program BKPRS. Program kerjasama
Badan kerjasama
A. Kerjasama Domestik - Meningkatkan kualitas bahan pangan
Pemerintah DKI Jakarta
- Penguatan sektor swasta, khususnya industri pertambangan dan industri pendukung lainnya.
PT. INCO (perusahaan pengolahan nikel)
- Peningkatan kualitas rotan dan produknya
Asosiasi Pengusaha Rotan Indonesia (APRI), dan pemerintah Propinsi Jawa Timur
- Pemberdayaan institusi, industri dan kewirausahaan
KADIN (Kamar Dagang Industri) di Sulawesi
- Pembiayaan komoditas peningkatan kualitas ekspor
BEI (Bank Ekspor Indonesia)
unggul,
khususnya
- Mendukung program VIS 2010 dan sosialisasi kebijakan luar negeri Indonesia
Departemen Dalam Negeri
- Percepatan Pembangunan Ekonomi Regional
KAPET di Sulawesi (Manado-Bitung, Pare-pare, Bukari, dan Batui)
B. Kerjasama Internasional - Perdagangan, investasi, budaya/pariwisata
dan
promosi
Mindanao, pemerintah Filipina Selatan
- Memfasilitasi informasi Sulawesi dalam menyusun rekomendasi dan kebijakan kepada pemerintah
UNSFIR (UN Support Facility for Indonesia Recovery)
- Layanan informasi publik untuk good governance
UNDP (United Nation Development Program)
- Program Sabuk Jagung Sulawesi/CCB (Celebes Corn Belt) dan pengembangan energi
CDI (Cooperation for Development International)
- Pengembangan data Information System)
CIDA (Canadian International Development agency)
dasar
GIS
(Geographical
6) Pembentukan Forum Parlemen Sulawesi, Forum KAPET Sulawesi dan institusi pembiayaan mikro Sulawesi. 7) Untuk memfasilitasi proses keterpaduan ekonomi, perdagangan & investasi antar wilayah di Sulawesi. 8) Pengembangan bio diesel menggunakan kastroli dan tebu 9) Pembentukan satuan tugas konsultan keuangan mitra bank (satgas KKMB), dan pusat perdagangan di tiap propinsi. 10) Pemberdayaan badan pembentuk dan badan konsultatif (badan pembentuk, ahli, usaha, Expert) dalam perencanaan dan program strategis BKPRS. 2-41
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
11) Pembangunan infrastruktur antara lain: 1. Darat, udara, dan jaringan transportasi laut domestik antar wilayah industri/pertanian utama dan pelabuhan laut/ bandara. 2. Fasilitas pemasok energi 3. Markas Besar Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/Angkatan Laut di Kabupaten Mamuju 12) Untuk mengidentifikasi dan membuat peta produk unggulan Sulawesi, termasuk peta komoditas (Pertanian, Perikanan, and Peternakan), peta potensi energy dan pertambangan, peta komoditas hutan dan industri 13) Promosi pariwisata/budaya Sulawesi melalui: program ekspo tahunan Sulawesi, Celebes Cruise Line, perlombaan olah raga/seni, dan pertemuan budaya Sulawesi. 14) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia lewat berbagai program berikut ini: riset, pendidikan (dalam/luar negeri), seminar/workshop, pertukaran ahli, dsb. Mengidentifikasi
program
prospektif
dan
mengembangkan ekonomi regional Sulawesi.
2-42
program kerjasama
lainnya
dalam rangka
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
2.4
Permasalahan dan Hambatan dalam Pembangunan Regional
2.4.1
Kondisi Geografis Daerah Pegunungan, Populasi yang Tersebar dan Lemahnya Hubungan Ekonomi
Kondisi fisik pulau Sulawesi dan penyebaran penduduk memberikan ciri pada penggunaan lahannya saat ini. Karena sebagian besar pulau tersebut berupa pegunungan, maka lahan yang tersedia untuk beragam kegiatan ekonomi terbatas. Lahan persawahan dan pertanian lahan kering hanya meliputi 8,1% dari luas wilayahnya, sedangkan perkebunan hanya meliputi sekitar 1,0%. Di pihak lain, areal yang tertutup hutan (termasuk hutan rawa dan hutan bakau) mencakup 60% dari wilayah pulau secara keseluruhan. Berkaitan dengan kondisi geografisnya, kepadatan penduduk Sulawesi yang berkisar 81,2 km2, dan rasio penduduk perkotaan sebesar 28,0% (keduanya adalah angka tahun 2005) lebih kecil dari pada rata-rata nasional yakni masing-masing 115,8/km2 dan 42,1% pada 2005. Permukiman kebanyakan tersebar di sepanjang daerah pesisir pulau dan biasanya masyarakat di daerah ini terpisah satu sama lain oleh pegunungan yang curam, teluk dan laut. Yang memperburuk kondisi alam yang terpisah-pisah ini adalah kurangnya jaringan jalan yang mengakibatkan hubungan ekonomi antar-daerah yang relatif lemah. 2.4.2
PDRB yang Lebih Rendah dan Disparitas Wilayah
Ekonomi Sulawesi masih berada pada kisaran 58% dari rata-rata nasional dalam hal PDRB per kapita (US$ 594 di Sulawesi dibandingkan US$ 1.027 di Indonesia pada 2005). Kontribusinya terhadap perekonomian nasional adalah 4,2% sementara jumlah penduduk Sulawesi berkisar 7,3% dari jumlah penduduk nasional. PDRB per kapita sekitar US$ 298 di Gorontalo (29% dari rata-rata nasional) dan US$ 391 di Sulawesi Barat (38% rata-rata nasional). Sedangkan tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara (11,2%) dan Sulawesi Selatan (14,7%) lebih rendah dari rata-rata nasional 18,2%; sementara Sulawesi Barat (27,4%) dan Gorontalo (31,6%) lebih tinggi dari rata-rata nasional. Kesenjangan yang substansial tersebut harus dipertimbangkan dalam mengadopsi kebijakan untuk mencapai keseimbangan dalam pembangunan. 2.4.3
Ketergantungan pada Sektor Pertanian dan Sektor Manufaktur yang Belum Berkembang
Perekonomian Sulawesi yang relatif lemah sebagian bisa dihubungkan dengan ketergantungannya yang besar pada sektor pertanian. Lebih dari separuh penduduk yang aktif secara ekonomi bekerja di sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Jumlah penduduk terbanyak yang bekerja di sektor pertanian berada di Sulawesi Barat (75,1% pada tahun 2005), Sulawesi Tengah (65,4%), dan Sulawesi Tenggara (62,8%). Sementara itu, kontribusi sektor manufaktur pada perekonomian Sulawesi masih terbatas, berkisar 6,2% sampai 11,5% dari tenaga kerja. 2-43
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
Produktivitas sektor pertanian yang rendah adalah faktor lain yang memperlambat pertumbuhan ekonomi di Sulawesi. Meskipun produktifitas tenaga kerja sektor tersebut telah meningkat pada angka yang lebih tinggi dari rata-rata nasional dalam beberapa tahun terakhir (kecuali Gorontalo) terutama karena peningkatan besar-besaran dalam pemanfaatan irigasi dan praktek usaha tani lainnya, namun hasil-hasil pertanian utama masih belum terolah. Diversifikasi tanaman telah berkembang hingga ke tingkat tertentu, namun cash crops (tanaman industri) sebagian besar juga masih belum terolah, yang menyebabkan para petani kurang terintegrasi dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi. Diketahui pula bahwa budidaya bermacam-macam tanaman tradisional, seperti kelapa, kakao, dll., belum dikelola dengan baik ditandai dengan produktivitas yang merosot dalam beberapa tahun terakhir. 2.4.4
Rendahnya Pemanfaatan Kekayaan Sumber Daya Alam
Sulawesi kaya akan sumberdaya perikanan. Sumberdaya laut utama di Sulawesi adalah ikan tuna, cakalang, ikan pelagis, rumput laut, udang, kepiting, teripang, dan lobster. Aquakultur, yang melibatkan hasil-hasil laut seperti mutiara, udang, rumput laut, dan teripang, adalah industri lokal yang umum di berbagai daerah pesisir pantai. Namun, perikanan di Sulawesi lebih merupakan kegiatan padat-karya dan bukan kegiatan padat-modal. Kecuali Sulawesi Selatan, sumberdaya perikanan laut dan darat sama sekali belum dimanfaatkan secara maksimal. Volume produksi hasil perikanan laut dan darat terutama terkonsentrasi di Sulawesi Selatan yang pada tahun 2005 masing-masing meliputi 46,8% dan 78,9% dari seluruh sumberdaya perikanan laut dan darat Sulawesi. Sulawesi juga kaya akan sumberdaya mineral seperti nikel, gas, emas, semen, marmer, minyak, dan aspal. Karena sumberdaya inilah, sektor pertambangan memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang lebih besar pada perekonomian pulau Sulawesi dan pada pembangunan wilayah secara keseluruhan. Namun demikian, kecuali industri semen di Sulawesi Selatan dan industri nikel di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, pengembangan sektor pertambangan juga masih lambat. Sejumlah besar wilayah di Sulawesi juga belum dieksplorasi dan sebagian dari wilayah ini dianggap memiliki sumberdaya mineral yang sangat besar. Pengembangan sektor pertambangan pada khususnya akan tergantung pada bagaimana dan kapan cadangan gas alam di Sulawesi Tengah akan dieksplorasi dalam skala yang besar. 2.4.5
Lahan Hutan Terbatas
Ironisnya, meskipun luas tutupan hutan pulau Sulawesi mencakup 60% dari total luas wilayahnya, namun luasan hutannya yang dapat dikembangkan cukup terbatas karena faktor lingkungan. Kawasan konservasi menempati porsi yang besar dari lahan hutannya yang mencakup hutan bakau dan kawasan konservasi rawa yang tersebar di seluruh pulau Sulawesi. Meskipun pulau Sulawesi memiliki tutupan hutan sekunder, namun kawasan-kawasan ini lazim dimanfaatkan sebagai lahan budidaya oleh petani lokal. Ini merupakan alasan mendasar mengapa perluasan lahan pertanian di Sulawesi sulit dilakukan. Selain itu, malasah penggundulan hutan dan penurunan kualitas lingkungan menjadi perhatian utama dalam pelestarian tutupan hutan dan 2-44
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan jaringan Jalan Arteri di pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di propinsi Sulawesi Selatan
Maret 2008
sumberdayanya. 2.4.6
Pengelolaan Bencana
Sebagaimana halnya di wilayah Indonesia lainnya, pencegahan bencana juga merupakan isu utama di pulau Sulawesi. Meskipun relatif terhindar dari bencana seperti tsunami dan letusan gunung berapi, namun kemungkinan bencana seperti tanah longsor dapat terjadi, khususnya di daerah pegunungan. Pembangunan Sulawesi menjadi pulau yang bebas bencana melalui perencanaan yang tepat perlu diberi prioritas utama oleh pemerintah.
2-45