ASLI PPD.DJBM
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
2013
SPESIFIKASI KHUSUS INTERIM SEKSI 6.3
CAMPURAN BERASPAL PANAS DENGAN ASPAL YANG DIMODIFIKASI CRUMB RUBBER ATAU ASBUTON DENGAN CRUMB RUBBER
(sKh-1.6.3.2)
TERXETOAU
00t
r: tr
t
SPESIT'IKASI KIIUSUS INTERIM-
1
Seksi 6.3
Campuran Beraspal Panas dengan Aspal Yang Dimodifikasi Crumb Rubber Atau Asbuton dengan Crumb Rubber
sKh-I.6.3.2.1 UMUM
1)
Uraian
yang dimaksud dengan Campuran Beraspal Panas dengan Aspal yang dimodifikasi Crumb Rubber atau Asbuton d"ngurr Crumb Rubber adalah campuran yang terdiri atas kombinasi panas agregat dan aspal yang telah dimodifikasi dengan Crumb Rubber yang dicampur secara di pusat instalasi p.n"u*pr.un, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas lapis pondasi atau p"nnukuun jalan lama yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
Semua campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di dalam Spesifikasi ini, untuk menjamin bahwa rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan yang sesuai'
2)
Jenis Campuran Beraspal Panas Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar Rencana.
a) '
jenis campuran, Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebutAC, terdiri dari tiga AC Lapis Aus (AC-WC), AC iapis Antara (AC-Binder Course, AC-BC) dan AC Lapis pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm,Z5,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC menggunakan bahan Aspal Keras atau Aspal Alarn yang dimodifikasi-dengan Crumb Rubber, disebut masing-masing sebagai ACWC Mod-CR, AC-BC Mod-CR, dan AC-Base Mod-CR'
b) '
Split Matrix Asphalt /Stone matrix Ashalt (SMA) adalah campuran beraspal panas dengan senjang aspal keras atau aspal alam yang dimodifikasi dengan Crumb Rubber, bergradasi aus lapis sebagai digunakan ini harus Campuran dengan ukuran maksimum ugr"gut 19 mm. disebut antara, lapis jalan diberi sudah baru yung dihu-par di atas jalan berispal lama atau sebagai SMA Mod-CR.
c)
atau aspal Very Thin Overlay (VTO) adalah campuran beraspal panas dengan aspal keras ukuran alam yang aimoainUsi dengan Crumb Rubber, bergradasi terbuka dengan lapis preservasi lapis untuk maksimuri agregat 12,5 mm. Campuran hanya digunakan lapis atas di dihampar beraspal atar"p"J."rasan beton, disebut sebagai VTO Mod-CR. Bila beton' perkeresan beraspal, tebal minimal padat adalah 2,5 im; bila dihampar di atas minimal tebalPadat 2,0 cm.
3) a)
b)
c) d) e)
0 s) h)
Pengamanan Lingkungan HiduP Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas Rekayasa Lapangan Bahan dan Penyimpanan Bahu Jalan Perkerasan Berbutir Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama sKh-1.6.3.2-1
Seksi Seksi Seksi Seksi
1.17 1.8 1.9 1.1
Seksi4.2 Seksi 5 Seksi 6.1 Seksi 8.1
1
I
I
i) 4)
Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan
:
Seksi i0.1
Tebal Lapisan dan Toleransi
a)
Tebal setiap lapisan campuran beraspal harus diperiksa dengan benda uji "inti" (core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
b)
Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut.
c)
Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi AMP.
d)
Tebal aktual hamparan lapis beraspal, harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar [untuk keperluan desain tebal perkerasanJ. Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyetujui dan menerima tebal aktual hamparan lapis pertamayang kurang dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar karena adanya perbaikan bentuk.
e)
Tebal individu masing-masing jenis campuran beraspal tidak boleh kurang dari tebal rancangan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dengan toleransi masingmasing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal SKh-1.6.3.2.1.(4).(f). Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis dan tebal individu salah satu jenis campuran tidak memenuhi toleransi jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal SKh-6.3.1.2.(4).(f), maka seluruh tebal campuran aspal tidak boletr kurang dari jumlah tebal rancangan dari masing-masing jenis campuran yang ditunjukkan dalam Gambar dengan mempertimbangkan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal SKh1 .6 .3 .2.1.(4).(0.
0
Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran Beraspal : o Laston Lapis Aus Mod-CR tidak kurang dari 3,0 mm o Laston Lapis Antara Mod-CR tidak kurang dari 4,0 mm r Laston Lapis Pondasi Mod-CR tidak kurang dari 5,0 mm . SMA Mod-CR tidak kurang dari 3,0 mm, . VTO Mod-CRtidak kurang dari 2,0 mm
Tabel SKh-1 .6.3.2.1.(1) Tebal Nominal Minimum Clampuran be Tebal Nominal Simbol Jenis Campuran Minimum (cm) Laston
Lapis Aus Modifikasi Crumb Rubber Lapis Antara Modifikasi Crumb Rubber Lapis Pondasi
AC-WC Mod-CR AC-BC Mod-CR
4,0
AC-Base
7,5
Modifikasi Crumb
Mod-CR
6,0
Rubber
Split Matrix Asphalt Modifikasi
SMA Mod-CR
4,0
Crumb Rubber Very Thin OverlaY Modifikasi Crumb Rubber
VTO Mod-CR
)5
sKh-l.6.3.2-2
Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh tebal campuran aspal tidak boleh kurang jumlah tebal rancangan yang ditunjukan dalam Gambar dengan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan dalam Pasal SKh-1 .6.3.2.1.(4).(a) g)
Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran beraspal yang dihampar harus dipantau dengan menimbang setiap muatan truk yang meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat aktual bahan terhampar yang dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun iebih lima persen dari berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti (core), maka Direksi Pekerjaan harus mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya selisih berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah dihampar. Investigasi oleh Direksi Pekerjaan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut ini :
i)
Memerintahkan Penyedia Jasa untuk lebih sering mengambil atau lebih banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji inti (core);
ii)
Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan prosedur pengujian di laboratorium
iiD
Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independen dan pemeriksaan kepadatan campuran beraspal yang dicapai di lapangan.
iv)
Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara terinci.
Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekwensi pengambilan benda uji inti (core), untuk survei geometrik tambahan ataupun pengujian laboratorium, untuk pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk mencari penyebab dilampauinya toleransi berat harus ditanggung oleh Penyedia Jasa sendiri. h) Perbedaan kerataan permukaan lapisan AC-WC Mod-CR, SMA Mod-CR, dan VTO Mod-CR yang telah selesai dikerjakan, harus memenuhi berikut ini :
i)
Kerataan Melintang
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tepat di atas permukaan jalan tidak boleh melampaui 5 rnm untuk lapis aus dan lapis antara atau 10 mm untuk lapis pondasi. Perbedaan setiap dua titik pada setiap penampang melintang tidak boleh melampaui 5
mrn dari elevasi yang dihitung dari penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
ii)
Kerataan Memanjang
Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan Roll Profilometer tidak boleh melampaui 5 mm.
i)
Bilarnana campuran beraspal digunakan sebagai lapis perata sekaligus sebagai lapis perkuatan (strengthening) maka tebal lapisan tidak boleh melebihi 2,5 kali tebal nominal yang diberikan dalam Tabel SKh-1 .6.3.2.1.(l).
sKh-1.6.3.2-3
l l'i
5)
Standar Rujukan
sNI03-1968-1990
Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus Dan Kasar
SNI 2432 :2011
Cara
Uji Daktilitas Aspal
SNI2433 : 2011
Cara
Uji Titik nyala
dan
Titik Bakar
dengan alat Cleveland
Open Cup
SNI 2434 :2011
Cara
Uji Titik Lembek Aspal
dengan
Alat Cincin dan Bola
(Ring and Ball) SNI2439 :2011
Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan pada Campuran Agregat-Aspal
sNr 06-2440-1991
Metoda Pengujian Kehilangan berat Minyak dan Aspal dengan Cara A
SNI2441:2017
Cara
Uji Berat
Cara
Uji Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen
SNI2456
:2011
:
Jenis Aspal Padat
sNI-06-2489-1991
Pengujian Campuran Beraspal Dengan Alat Marshall
sNI03-3426-1994
Survai Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan Dengan Alat UkUTNAASRA
sNI 03-3640-1994
Metode Pengujian Kadar Aspal Dengan Cara Ekstraksi Menggunakan Alat Soklet
sNI03-4141-1996
Metode Pengujian Gumpalan Lempung Dan Butir-Butir Mudah Pecah Dalam Agregat
sNr 03-4142-1996
Metoda Pengujian Jumlah Bahan Dalam AgregatYang Lolos Saringan No. 200 (0,075 mm)
sNI03-4428-1997
Metode Pengujian Agregat Halus Atau Pasir
Yang
Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir
sNr 03-6441-2000
Metode Pengujian Viskositas Aspal Minyak dengan Alat Brookfield Termosel
sNI03-6721-2002
Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal Ernulsi dengan alat Saybolt
sNr 03-6723-2002
Spesifikasi Bahan Pengisi untuk Campuran Beraspal.
sNI03-67s7-2002
Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran Beraspal dipadatkan Menggunakan Benda Uji Kering Permukaan Jenuh
sNI03-6819-2002
Spesifikasi Agregat Halus Untuk Campuran Perkerasan Beraspal
sNI03-683s-2002
Metode Pengujian Pengaruh Panas dan Udara terhadap Lapisan Tipis Aspal yang Diputar
sNr 03-6868-2002
Tata Cara Pengambilan contoh Uji Secara Acak untuk Bahan Konstruksi
sNr 03-6877-2002
Metode Pengujian Kadar Rongga Agregat Halus yang tidak dipadatkan
sNI06-6890-2002
Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal
sNI03-6893-2002
Metode Pengujian Berat Jenis Maksimum Beraspal sKh-1.6.3.2-4
Campuran
1r)
sNI03-6894-2002
Metode Pengujian Kadar AspalDan Campuran Beraspal Cara
Sentrifius
SNI 1969 2008
Cara
Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar
SNI I97O 2008
Cara
Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus
SNI2417 2008
Cara
Uji
Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
Angeles
SNI2490 2008
Cara Uji Kadar Air dalam Produk Minyak Bumi dan Bahan mengandung Aspal dengan Cara Penyulingan
SNI3407 2008
Cara Uji Sifat Kekekalan Bentuk batu dengan menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat.
SNI3423 2008
Cara
AASHTO
Uji Analisis Ukuran Butir Tanah
:
of
AASHTO Tl9s-67 (2007)
Standard Method of Test for Determining Degree Particle Coating of Bituminous-Aggregate Mixtures
AASHTO T283-07
Resistance of Compacted Bituminous Mixture to Moisture Induced Damaged
AASHTO T301-99 (2003)
Elastic Recovery Test Of Bituminous Materials By Means of a Ductilometer
AASHTO T3O5-97
Standard Method of Test for Determination of Draindown Characteristics in Uncompacted Asphalt Mixtures
AASHTO T315-10
ASTM
Standard Method of Test for Determining the Rheological Properties of Asphalt Binder Using a Dynamic Shear Rheometer (DSR)
:
ASTM D4791
Standard Test Method for Flat or Elongated Particles in Coarse Aggregate
ASTM D5581-96
Test Method
Resistance to Plastic Flow of Bituminous Mixture using Marshall Apparatus (6 inch-
for
diameter Spicement)
ASTM D5976
Standard Specification for Type I Polymer Modified Asphalt Cement for Use in Pavement Construction
Lainnya: BS 598 Part 104 (1989
The Compaction Procedure Used in the Percentage Refusal Density Test.
BS EN 12697-17:2004
Particle loss of porous asphalt specimen.
Pensylvania DoT Test Method, No.621
sKh- 1.6.3.2-5
:
Determining the Percentage of Crushed Fragments in Gravel.
6)
Pen gajuan Kesiapan Kerj a
Sebelum dan selama pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekeriaan
a)
Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang disimpan oleh Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan;
b)
Setiap bahan aspal yang diusulkan Penyeciia iasa untuk digunakan, berikut keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah Pengujian penuaan aspal (RTFOT/TFOT)
c)
Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh bahan, seperti disyaratkan dalam Pasal SKh-l .6.3.2.2;
d)
Laporan tertulis setiap pemasokan aspal beserta sifat-sifat bahan seperti yang disyaratkan dalam Pasal SKh-l .6.3.2.2.(6);
e)
Hasil pemeriksaan kelaikan peralatan laboratorium dan pelaksanaan.
0
Rumusan campuran kerja (Job
Mix Formula, JMF) dan data pengujian yang
mendukungnya; seperti yang disyaratkan dalam Pasal SKh-1.6.3.2.3, dalam bentuk laporan tertulis;
g)
Pengukuran pengujian permukaan seperti disyaratkan dalam Pasal SKhL6.3.2.7.(l) dalam bentuk laporan tertulis;
h)
Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang dihampar, seperti yang disyaratkan dalam Pasal SKh-1 .6.3.2.7 .(2);
i)
Data pengujian laboratorium dan lapangan seperti yang disyaratkan dalam Pasal SKh-1.6.3.2.7.(4) untuk pengendalian harian terhadap takaran campuran dan mutu campuran, dalam bentuk laporan tertulis;
j)
Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang seperti yang disyaratkan dalam Pasal SKh-1 .6.3.2.7.(5);
k)
Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal iapisan dan dimensi perkerasan seperti yang disyaratkan dalam Pasal SKh-l .6.3.2.8;
di alat penimbang,
7) Kondisi Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan kering dan
tidak turun hujan. 8)
Perbaikan Pada Campuran Aspal Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Bilamana persyaratan kerataan hasil hamparan tidak memenuhi atau bilamana benda uji inti dari lapisan beraspal dalam satu segemen tidak memenuhi persyaratan tebal atau kepadatan sebagaimana disyaratkan dalam spesifikasi ini, maka panjang yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis kembali dengan tebal nominal minimum yang disyaratkan dalarn Tabel SKh-1.6.3.2.1.(1) dengan jenis campuran yang sama. Panjang yang tidak memenuhi syarat ditentukan dengan benda uji tambahan sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan selebar satu hamparan.
sKh- 1.6.3.2-6
Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.
9) Pengembalian
Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya harus segera ditutup kembali dengan bahan campuran aspal oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan dalam Seksi ini
SKh-1.6.3.2.2 BAIIAN
l)
Urnum Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran (lihat Pasal beraspal , yaig propo.rinyu dibuat sesuai dengan rumusan campuran kerja SKhTabel dalam SKh-i .eS.Z.lj, mimenuhi semua ketentuan yang disyaratkan 1.6.3.2.3(t).
a) '
b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan'
Bahan harus ditumpuklesuai dengan ketentuan dalam dalam Seksi 1.11 dari Spesifikasi Umum.
c)
Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk setiap fraksi agregat aspal, paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan pecah dan pasir untut "u*puran selanjutnya tumpukan p".s"diuun harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran aspal satu bulan berikutnya.
d) '
Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sudah memperhitungkan p".ry"rupan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal akibat tingkat penyerapan aspal yang f"rU"du, tidakdapat diterima sebagai alasan untuk negosiasi kerrbali harga satuan dari Campuran AsPal.
e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 o/0. 0 Berat jenis (specific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda 2)
lebih dari 0,2.
Agregat Kasar
agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan No.4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari lempung
ffiraksi
atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel SKh-l .6.3.2.2.(la).
b)
Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan seperti ditunjukan pada Tabel SKht.6.3.2.2.(tb).
c)
Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel SKh1.6.3.2.2.(1a). Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih. atau lebih berdasarkan uji menurut Pennsylvania DoT's Test Method No.621 dalam Lampiran 6.3.C SpesifikasiUmum.
d)
Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold binfeeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.
sKi-1.6.3.2-7
t Kas ar
abel SKh-l .6.3.2.2.(l) Ketentuan
Nilai
Standar
Pengujian Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat Campuran AC bergradasi kasar Abrasi dengan Semua jenis campuran aspal mesin Los bersradasi lainnva Angelesr) Kelekatan agregat terhadao aspal
Maks.l2
SNI3407:2008
Maks.30% SNI24l7:2008
Maks.40Yo
SNI 2439:2011
Min.95
DoT's
Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 cm)
PTM No.62l ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong
Perbandingan 1
Material lolos Ayakan No.200
sNr 03-4142-1996
1)
%
95/902)
Pennsylvania Test Method,
Angularitas (kedalaman dari permukaan > 10 cm)
Catatan
Yo
:5
8o/752)
Maks. 10 % Maks. 1 %
:
Abrasi dengan mesin Los Angeles dengan 100 putaran harus dilakukan untuk mengetahui keseragaman mutu abrasi agregat dan nilai abrasi dengan 100 putaran yang diperoleh tidak boleh melampaui 20o/o dari nilai dengan 500 putaran
2)
95/90 menunjukkan bahwa 95%o agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90% agregatkasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
Tabel SKh-1 .6.3.2.2.(lb) Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk Campuran AsPal
Jenis Campuran
3)
Ukuran nominal agregat kasar penamptngdingin (cold bin) minimum yang diperlukan (mm)
5-10
l0-14
Lataston Lapis Aus
Ya
Ya
Lataston Lapis Pondasi
Ya
Ya
Laston Lapis Aus
Ya
Ya
Laston Lapis Antara
Ya
Ya
Ya
Laston Lapis Pondasi
Ya
Ya
Ya
14
-22
22-30
Ya
Agregat Halus
a)
Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75 mm).
b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditumpuk terpisah dari agregat kasar. c) Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC dan SMA sarnpai suatu batas yang tidak melampaui l5% terhadap berat total campuran.
a) Agregat
halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang
memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal SKh-1.6.3.2.2.1). Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertarna Qtrimary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir sesuai Tabel SKh-1.6.3.2.2.(2), maka fraksi agregat harus
dipisahkan sebelum masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) atau harus diperoleh melalui proses pencucian secara mekanis.
sKh-1.6,3.2-8
lr
a
b)
Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penarnpung dingin (cold bin feeds) yang
terpisah sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.
c)
Agregat halus harus memenuhi ketentuan.sebagaimana ditunjukkan pada Tabel SKh1.6.3.2.2.(2). abel SKh-l .6.3.2.2.(2) Angularttas Agregat Halus
Pengujian
Nilai
Setara Pasir
Kadar Lempung Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm) Angularitas (kedalaman dari permukaan > 10 cm)
Nilai
sNr 03-4428-1997 SNI3423 : 2008
Min 60% Maks 1% M n.45 M n. 40
sNI03-6877-2002
3)
Bahan Pengisi (Fil/er) Untuk Carnpuran Aspal
a)
Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) terdiri atas debu batu kapur (limestone dust, Calcium Carbonate, CaCOj), atau debu kapur padam yang sesuai dengan AASHTO M303-89 (2006), semen atau mineral yang berasal dari Asbuton yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Jika digunakan Aspal Modifikasi dari jenis Asbuton yung iiprores maka bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) haruslah berasal dari mineral yang diperoleh dari Asbuton tersebut.
b)
Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-4142-1996 harus mengandung bahan yang lolos a/akan No.ZbO (75 micron) tidak kurang dari 75 Yo terhadap beratnya kecuali untuk mineral Asbuton. Mineral Asbuton harus mengandung bahan yang lolos ayakan No'100 (150 micron) tidak kurang dari95o/o terhadap beratnya.
c)
Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambutt* maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah l,\Yo dari berat total beraspal. Kapur yang seluruhnya terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang "u*purun diseiujui dan memenuhi persyaratan yang disebutkan pada Pasal 6.3.2.(2b) diatas, dapat digunakan maksimum Zoh terhadap berat total agregat.
d)
5)
Standar
Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang ditarnbahkan (fiIler added) harus dalam rentang | - 2% dari berat total agregat.
Gradasi Aereeat Gabungan
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam Tabel SKh1.6.3.2.2.{3).
Tabel SKh-1 .6.3.2.2.(3). Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal oh Berat Yang Lolos terhadah Total Aqregat dalam Campuran
Ayakan
Ukuran
(*,n)
InchiA{o
37.5
1,5
25
I
t9
5t1
AC.WC
AC-BC
AC -Base
(Dense)
(Dense)
{Dense)
o/o
/o
S]\{A (Gan)
o/ 100
r00
t00
90- I 00
90- 1 00
73-90
sKh- 1.6.3.2-9
100
vTo
(Gap)
!
Ayakan
%o
Ukuran
6)
Berat Yang Lolos terhadah Total Agregat {alqry
tqqpggn vTo
AC -Base
SMA
(Dense)
BC {Dense)
(Dense)
(Gao)
(Gan)
71-90
55-7 6
90-100
100
75- I 00
AC-WC
AC.
12.5
t/2
90- I 00
q5
3/8
72-90
5
8-80
45-66
50-80
4.7 5
No.4
$-63
37 -56
28-39
20-35
3
t6-24
20-35
4-tl
2-8
2,36
No.
8
28-39
23-34
t9-27
t,l
No.
16
19-25
t5-22
l2-18
3-19
l0-17
7
8
0.6
No. 30
0,3
No. 50
1
9-
l5
7
5-55
-14
-t4
5-12
0.1 5
No.l00
6-13
5-l l
4.5-9
0,075
No. 200
4- 10
4-8
3-7
Bahan Aspal Untuk CamPuran Pre-campur Aspal Keras - Crumb Rubber dan Pra-campur a) ' Aspal yang digunakan adalah yaitu aspal minyak pen 60/100 dengan/tanpa pra-campur
AsLuton-Crumb Rubber, asbuton semi ekstraksi dan crumb rubber dengan proporsi tertentu dan diaduk pada oC oC temperatur 170 - 200 sampai didapatkan campuran aspal modifikasi yang homogen. pencampuran antara aspal minyak dengan crumb rubber dengan atau tanpa pra-campur asbuton semi ekstraksi harus dilakukan di pabrik di lokasi proyek dengan supervisi dari produsen. Tangki penyimpanan atau pemakaian aspal modifikasi ini harus dilengkapi d"ngun pengad;k i.t,rsm.- Spesifikasi tangki pengaduk harus mendapatkan persetujuan Direksi. digunakan merupakan jenis Aspal Modifikasi yang memenuhi persyaratan paia iabei SKh-1 .6.3.2.2.(4), dan campuran yang dihasilkan memenuhi ketentuan campuran beraspal yang diberikan pada Tabel SKh-1.6.3.2.3.(l) sesuai dengan jenis campuran yang ditetapkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
b) Bahan aspal yang
c)'
Aspal yang dimodifikasi dengan Crurnb Rubber dengan atau tanpa pra-campur asbuton
semi ekstiaksi terdiri dari
3 tipe, yaitu Mod-CR 1; Mod-CR 2
dan Mod-CR 3'
penggunaanya untuk campuran beraspalharus mengacu pada Tabel SKh-1 '6.3.2-2.(5).
d) '
Aspal harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan ke tangki penyimpan AMp untuk penetiasi pada 25 "C (SNI 06-2456-1991) dan Titik Lembek (SNI 06-24341991). Aspai yang dimodifikasi juga harus diuji untuk stabilitas penyimpanan sesuai dengan aSf14 Oigle part 6.1 dan dapat ditempatkan dalam tangki sernentara sampai hasii pengujian tersebuf diketahui. Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai aspal tersebut telah diuji dan disetujui.
Tabel SKh-l .6.3.2.2.(4). Penggunaan Jenis Aspal Modifikasi untuk Campuran Beraspal
Jenis Campuran
AC-WC Mod-CR AC-BC Mod-CR AC-Base Mod-CR SMA Mod-CR VTO Mod-CR
Type Aspal yang Harus Digunakan Aspa Aspa Aspa Aspa
Mod-CR Mod-CR I Mod-CR I 1
Mod-CR 2 Aspa Mod-CR 2
sKh-1.6.3.2-10
ar
5
atau dimodifikasi dengan Crumb Rubber dengan Tabel SKh- 1 .6.3.2.2.(5). Persyaratan Aspat Yang ,-".-ou, asbuton semi ekstra\si tan Persyaratan
Metode
Mod-CR I
Mod-CR 2
sNI 2456-201I
40
35
sNI 2434-2011
Min.
Jenis Pengujian
No.
I- lo0 or 5 detik:0.1
1
2.
Titik Lembek,"C
3.
Titik Nyal4 'C
4.
Berat jenis
5.
6.
Perbedaan
7
G
mm
U'/slno
Min.1,0
rernil
t ano- ^^+^l^r. DTEAT
oada25'C
rermar
1,0
2000 - 3000 I
sNI 2434-201 I
Maks. 2
AASHTO T3I5.IO
> 1,00 kPa
AASHTO T315-10
12,20 kPa
AASHTO T315-IO
15.000 kPa
Paoa
E-atusun Ketahanan Terhadap Detormast 11
Min.
sNI 06-6721-2002
Lelan Batasan Ketahanan Terhadap Retak
10.
sNI 2441-2011
?soc'cst *\
il.tasun Ketahanan Terhadap Detbrmast
9.
Min.225
sNI 06-6721-2002
G*/sin6padU
8.
sNI 2433-201 I
Min.225
.ada l35oC: cSt *) Titik Lembek setelah 3 hq!]00"q"c2 nlah qlrf DSR **)
13.
14.
Batasan Ketahanan Terhadap Delormasl t 4.o^ ^^+^l^h DTErlT uf /srno paoa Lelan batasan Ketahanan Terhadap Retax
AASHTO T315.IO
rermalrtrr Batusan Ketahanan Terhadap Detormasl
AASHTO T315.IO
G*/sin6
K"trhanan Terhadap Deformasi- Permanen r- o.o^ ^-+-l^[' DTFf1T u+/slno paua
il;*
15.
Letan Batasan Ketahanan Terhadap KetaK pada 25oC
l6
TFor (sNI 8.
\r'srtru
AASHTO T3I5-10 AASHTO T3I5-IO
Elastic recovery Pada 25 "C;
Yo
I
uuts. t,o
sNI06-2441-1991
Maks. 1,0
sNr 2456-201 I
Min.75
Min.75
AASHTO T301.95
Min.50
Min.60
Yart5
10.
1,00 kPa
5 5.000 kPa
06-2440-1991)
9.
Maks. 2
<2,20wa
AASHTO T3I5.IO
padaPC
000 - 3000
>
AASHTO T315.IO
G*/sin6 Pada76"C
12.
Min.57
55
pada : deneT. k3n pada bagian atas dan-bawahnya titik * Benda uji dipanaskan selama 3 hari datam tabung yang dilengkapi uji untuk bawah tran ain utut itdir rntl-uf i t'urr
Catatan
temperatur 100
"c'
sttJruiii'rr-Juu
lembeknYa.
1)
'u*ptr 'n*i'ielniu;ing
Sumber Pasokan
disetujui aspal dan.bahan pengisi (/itler) harus Persetujuan sumber pemasokan- agregat' pengiriman Uatran. SetiaP jenis bahan harus terlebih dahulu oleh bireksi Pekerjan sebelum Direksi Pekerjaan' paling sedikit 60 hari sebelum diserahkan, seperti yang diperintahkan usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan'
SKh.1.6.3.2.3. CAMPURAN
l)
KornPosisi Umum CamPuran pengisi, bahan aditif' dan aspal' campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan
sKh-1.6.3.2-11
2) Kadar Aspal dalam Campuran Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (IMF) dengan memperhatikan penyerapan agregat yang digunakan.
3)
Prosedur Rancangan Campuran
a)
Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran aspal dalam pekerjaan, Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan agregat dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan juga dengan penghamparan campuran percobaan yang dibuat di instalasi pencampur aspal.
b)
Pengujian yang diperlukan meliputi analisa ayakan, berat jenis dan penyerapan air, dan semua jenis pengujian lainnya sebagaimana yafig dipersyaratkan pada seksi ini untuk semua agregat yang digunakan. Pengujian pada campuran beraspal percobaan akan meliputi penentuan Berat Jenis Maksimum campuran beraspal (SNI 03-6893-2002), pengujian sifat-sifat Marshall (SNI 06-2489-1990) dan Kepadatan Membal (Refusal Density) campuran rancangan (BS 598 Part 104 - 1989). Untuk pengujian driandown mengikuti dalam ketentuan AASHTO T 305-97, dan pengujian cantabro menggunakan BS
EN 12697-17:2004.
c)
Contoh agregat untuk rancangan campuran harus diambil dari pemasok dingin (cold bin) dan dari penampung panas (hot bin). Rumusan campuran kerja yang ditentukan dari campuran di laboratorium harus dianggap berlaku sementara sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada instalasi pencampur aspal dan percobaan penghamparan dan pernadatan lapangan.
d)
Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan harus dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini :
i)
Penentuan proporsi takaran agregat dari pemasok dingin untuk dapat menghasilkan komposisi yang optimum. Perhitungan proporsi takaran agregat dari bahan tumpukan yang optimum harus digunakan untuk penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh dari pemasok panas harus diambil setelah penentuan besarnya bukaan pemasok dingin. Selanjutnya proporsi takaran pada pemasok panas dapat ditentukan. Suatu Rumusan Campuran Rancangan (Design Mix Formula, DMF) kemudian akan ditentukan berdasarkan prosedur Marshall. Dalam segala hal DMF harus memenuhi
semua sifat-sifat bahan dalam Pasal SKh-1.6.3.2.2 dan sifat-sifat campuran sebagaimana disyaratkan dalam Tabel SKh-l .6.3.2.3(l).
ii)
i
DMF, data dan grafik percobaan campuran di laboratorium harus diserahkan pada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau menolak usulan DMF tersebut dalam waktu tujuh hari. Percobaan produksi dan pengharnparan tidak boleh dilaksanakan sampai DMF disetujui.
ii) Percobaan produksi dan penghamparan serta persetujuan terhadap Rumusan campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF). JMF adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa rancangan campuran laboratorium yang tertera dalam DMF dapat diproduksi dengan instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing plant, AMp), dihampar
di lapangan dengan pkeralatan yang telah ditetapkan dan memenuhi derajat kepadatan lapangan terhadap kepadatan laboratorium hasil pengujian Marshall daribenda uji yang campuran beraspalnya diambil dari AMp. dan dipadatkan
sKh-1.6.3.2-12
a:
t
'abel SKh-1.6.3.2.3.
Cam Sifat-Sifat Campuran Kete ntuan Sifat-Sitat
No
Sifat Campuran
Unit
I
Jumlah tumbukan perbidang
Kali
2 3
Aspatt Efectif Min Penveraoan aspal mak
4
Stability
5
/o
AC Mod-CR WC
BC
Base
s5
4
5
Flow Min
> 1000
mm
3
3-5
> 700
3
3
3
J
3-5
3-5
3-5
3-5
>66
>66
>14
>17
>17
2500
2500
2500
>90
Void in Mineral Apregrate Dynamic Stability, Min.
o/o
>16
>15
Lin/mm
2500
2500
t0
Retained Marshall Stability.
V" -asli
>90
>90
>90
l1
Cantabro, 7o -lepas
t2
Draindown
13
Bitumen Thickness Film,
9
> 600
>2250
>oo
8
6,5
>1000
%
7
6,5
t,2
Void inTotal Mix Void Filled with Bitumen
6
VTO Mod-CR
2x50
x75
-/o
kg
SMA Mod-CR
>65
>
6,/.
o/o
<10
>90 <10
o/o
<2
<2
16
l6
Micron
t2
12
17
Minimum
4) Rumus Campuran
Rancangan (Design
Mix Formula)
paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, Penyedia Jasa harus menyerahkan secar; tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan Rumus Campuran Rancangan (DMF) untuk campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus menentukan untuk campuran berikut ini:
a) b) c)
Ukuran norninal maksimum partikel.
d)
Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam Tabel SKht.6.3.2.2.(3).
e) 0
Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat total campuran
Sumber-sumberagregat.
persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan Penyedia Jasa, pada penampung dingin maupun penampung panas.
.
Rentang temperatur pencampuran aspal dengan agregat dan temperatur saat campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer)'
penyedia Jasa harus menyediakan hubungan sifat-sifat campuran beraspal terhadap variasi memenuhi kadar aspal hasil percobaan laboratorium untuk menunjukkan bahwa campuran semua kriteria dalam Tabel SKh- 1 .6.3 .2-1 .3 '(l) ' Dalam tujuh hari Direksi Pekerjaan akan
:
bahwa usulan tersebut yang memenuhi Spesifikasi dan mengilinkan Penyedia percobaan' Jasa untuk menyiapkan instalasi pencampur aspal dan penghamparan
a) Menyatakan
b)MenolakusulantersebutjikatidakmemenuhiSpesifikasi. Jasa harus Bilamana DMF yang diusulkan ditolak oleh Direksi Pekerjaan, maka -Penyedia suatu memperoleh untuk sendiri biaya melakukan perco6aan campuran tambahan dengan pendapatnya, menurut campuran rancangan yang memenuhi Spesifikasi. Direksi Pekerjaan, rumusan rancangannya atau duput ,nenyarankin fenyeaia Jasa untuk memodifikasi sebagian mencoba agregat lainnYa.
sKh-1.6.3.2-13
.i !
!
s) Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula) Percobaan campuran
di instalasi pencampur aspal dan penghamparan
percobaan yang
memenuhi ketentuan akan menjadikan DMF dapat disetujui sebagai JMF.
Segera setelah DMF disetujui oleh Direski Pekerjaan, Penyedia Jasa harus melakukan peighamparan percobaan paing sedikit 50 ton untuk setiap jenis campuran yang diproduksi irr[un AMp, dihampar dan dipadatkan dengan peralatan dan prosedur yang diusulkan. Penledia.Iasa harus menunjukkan bahwa setiap alat penghampar (paver) mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa seglegasi, tergores, dsb' Kombinasi penggilas yang diuiulkan harus mampu mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam rentang i.*[I.utui peiradatan sebagaiman ayangdipersyaratkan dalam Tabel SKh- 1 '6.3.2.5.(1).(e).
Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadataan membal (refusal). Hasil pengujian ini harus dibandingkan dengan Tabef SKh-1 .A.i.2.1.1t1. Bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi Spesifikasi padf satah satu ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang penghamparan i<embali. Direksi pekerjaan tidak akan menyetujui DMF sebagai JMF sebelum disetujui. dan ketentuan percobaan yang dilakukan memenuhi semua yang Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai sebelum diperoleh JMF disetujui oien biiet<.i fekerjaan. Bilamana telah disetujui, JMF menjadi definitif sampai Direksi Pekerjaan menyetujui JMF penggantinya' Mutu campuran harus dikendalikan' terutama dalam toleransiyang dirjinkan, seperti yang diuraikan pada Tabel SKh-1.6.3'2'3'(2) di bawah ini. Contoh Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan. dan AMP, di truk dari atau aspal campuran aspal daiat diambil dari instalasi pencampur dicetak harus Marshall uji dibawa ke laLoratoiium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda dalam Tabel SKh-l'6'3'2'5'(l)' Kepadatan Jan dipadatkan pada -dari temperatur yung aityutatkan yang semua benda ull yung diambil d-ari .penghamparan percobaan rata-rata (Gmb) (Job Standard Density), yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja dalam pekerjaan' harus dibandingkan dengan p"*udutun campuran aspal terhampar
a)
dengan Formula Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai Tabel SKhdalam yang disyaratkan toleransi Campuran Kerja (JMf), Ialam baias rentang 1.6.3.2.312).
b)
bahan maupun campurannya setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik pasal Pasal SKh-1 '6'3'2'1'(4) dart dan .6.3.2.7.0) Skh-t r.p.ni yang cligariskan lalam untuk pemeriksaan yang dianggap Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan .perlu yang diperoleh batas-batas keseragaman campuran. Setiap bahan yang gugui *"r.nuhi
dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan harus ditolak'
Tabel SKh-
1
.6.3 .2.3
.(2). Toleransi Komposisi Campuran
Gabungan Lolos A Sama atau l"b,h
!qlu.-494ff try
Lolos ayukun 2,36 mm sampai No'50 t otot uvut un No.100 dunlgttullg! I"19299 Lolos ayakan No 200
Toleransi KomPosisi Campuran + 5 Yo berat total a + 3 oh berat total * 2 Yo berat total
Kadar aspal
+l%berattotal + 0,3
sKh-1.6.3.2-14
o
b..qlqotel
,gtnp4!
a^
,
Temperatur Campuran Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke tempat penghamparan
Toleransi
'C dari temperatur campuran beraspal di truk saat keluar dari 10
AMP c)
'memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Bilamana setiap bahan pokok Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan yang konsisten dan sangat berarti atau peibeduin yarg tidak dapat diterima atau jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu iMF bu., harus diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas dan atas biaya Penyedia Jasa sendiri untuk disetujui, sebelum campuran aspal baru dihampar di lapangan.
d) Interpretasi Toleransi Yang Diijinkan
Batas-batas absolut yang ditentukan oleh JMF maupun Toleransi Yang diijinkan menunjukkan bahwa f"ryidiu Jasa harus bekerja dalam batas-batas yang digariskan pada setiap saat.
SKh-1.6.3.2.4. KETENTUAN INSTALASI PENCAMPUR ASPAL 1)
a)
Instalasi Pencampur Aspal harus mempunyai sertifikat "laik operasi" dan sertifikat kalibrasi dari Mltrologi untuk timbangan aspal, agregat dan bahan pengisi (filler) tambahan, yang masih berlaku.
b)'
Berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) dan mampu memasok
mesin i"ngframpar secara terus menerus bilamana menghampar campuran
pada
kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki;
c)
campuran Harus dirancangi dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan dalam rentang toleransi JN{F;
d)
Direksi Pekerjaan Harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh di sekitarnya; penduduk sehinggatidak mengganggu ataupun mengundang protes dari
e)
yang lengkap yaitu sistem Harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector)
cycloie) lan- pusaran basah (wet cyclone) sehingga tidak di atas rusak atau tidak menimbulkan pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem
putu*, t"iing (di
berfungsi maka AMP tersebut tidak boleh dioperasikan;
0
s)
kg dan dilengkapi Mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas minimum 800 memproduksi jika untuk digunakan a"ng* ,i.trrn pemimbJngl r""u.u komputeiisasi minor. AC"bergradasi kasar atau AC-Base selain dari pekerjaan harus dilengkapi Jika digunakan untuk pembuatan campuran aspal yang dimodifikasi yang mampu mempertahankan a.ngun" pengendali temperatur termostatik otomatis temperatur campuran sebesar
h)
i)
17
5
'C'
pemasok dingin (cold bin) yang Jika digunakan untuk pembuatan AC-Base, mempunyai jenis campuran beraspal lainnya jr*futi,u tidak kuraing dari lima buah dan untuk minimal tersedia 4 pemasok dingin" semua perleltgkapan khusus yang Dirancang sebagaimana mestinya, dilengkapi dengan diperlukan.
sKh-1.6.3.2-15
I
j)
Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan agregat haruslah minyak tanah atau gas.
Batu bara yang- digunakan dalam proses gasifikasi haruslah min. 5.500 K.Callkg.
ketentuan lebih lanjut penggunaan alat pencampur aspal dengan bahan bakar batu bara dengan sistem tidak langsung (indirect), mengacu pada Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/SEA4/2011 Tanggal 3l Oktober 2011, Perihal Pedoman Penggunaan batu bara untuk pemanas agregat pada unit produksi campuran beraspal (AMP).
k)
Agregat yang diambil dari pemasok panas (hot bin) atau pengering (dryer) tidak boleh mengandun g jelagadan atau sisa minyak yang tidak habis terbakar'
2)
Tangki Penyimpan Aspal
Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang
dapat
dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam rentang yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam coils),listrik, atau lui.rryu sehingga api tidak langsung memanasi tangki aspal. Setiap tangki harus "u* dilengkapi dengan i.Uurt termometer yang terletak sedemikian hingga temperatur aspal dapat"dengan mudah dilihat. Sebuah keran harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan benda uji. Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama periode pengoperasian' Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan selimut tap (steamiacket) atalu p"rtenit
Untuk campuran aspal yang dimodifikasi, sekurang-kurangnya sebuah tangki penyimpan aspal tambahan dengan k-apasitas yang tidak kurang dari 20 ton harus disediakan, dipanaskan tidak langsung dlngan kumparan minyak atau pemanas listrik dan dilengkapi dengun pengendali timperatur termostatik yang mampu mempertahankan temperatur yang dimodifikasi sebJsar ilS-'C. Tangki ini harus disediakan untuk penyimpanan aspal selama periode dimana aspal tersebut diperlukan untuk proyek' yang mengandung- bahan semua tangki penyimpan aspal untuk pencampuran aspal alam pemisahan' mineral dan untuk aspal yang dimodifikasi lainnya, bilamana akan terjadi setiap saat hingga sedemikian yang dirancang harus dilengkapi dengan p"nguart mekanis suspensi' sebagai pengikat bahan dapat mem-pertahanklan bah* mineral didalam 3)
Tangki Penyimpan
Aditif
bahan aditif Tangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat menyimpan dozing dengan dilengkapi harus dan !'*p untu-k sai, hari produksi carnpuran beraspal kuantitas dan tekanan dengan pugmil ke aditif langsung memasok dapat sehingga tertentu. 4)
Avakan Panas ukuran agregat untuk setiap Ukuran saringan panas yang disediakan harus sesuai dengan jenis campuran yang akan diproduksi' sKh-1.6.3.2-16
I
s)
Pen
gendali Waktu PencamPuran
Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk mengendalikan waktu pencampuran dan menjaga waktu pencampuran tetap konstan kecuali kalau diubah atas perintah Direksi Pekerj aan. 6)
Timbangan dan Rumah Timbang
Timbangan harus disediakan untuk menimbang agregat, aspal cian bahan pengisi' Rurnah timbang-harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan yang siap dikirim ke tempat penghalparan. Timbangan tersebut harus memenuhi ketentuan seperti yang dijelaskan di atas.
7)
Penyimpanan dan Pemasokan Bahan Pengisi
Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok bahan pengisi dengan sistem penakaran berat harus disediakan' 8)
Penyimpanan dan Pemasokan Aspal Alam
Jika Aspal Alam Berbutir digunakan untuk pekerjaan sebuah tempat penyimpanan.yang tahan cuaca dan elevator yang cocok untuk memasok yang dilengkapi dengan sistem penakaran berat harus disediakan.
e)
Ketentuan Keselamatan Kerj a
a)- Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat pencampur dan landa.- b.rpugur yang digunakan sebagai jalan antar unit perlengkapan harus dipasang. Untuk rnencapai puncak bak truk, perlengkapan untuk landasan atau p".urgt-ut lain yang seiuai harus disediakan sehingga Direksi Pekerjaan dapat mengambil benda uji maupun memeriksa temperatur campuran'
Untuk memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda uji dan lain-lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol harus disediakan untuk menaikkan peralatan dari tanah ke landasan @tatfurn) atau sebaliknya. Semua roda gigi, roda Leralur Qtulley), rantai, rantai gigi dan bagian bergerak lainnya yang U"iUunuyu harus seluruhnya dipagar dan dilindungi'
b)' Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar tempat yang pengisian muatan iruk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari benda jatuh dari alat PencamPur.
10)
PeralatanPengangkut
logam a) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari larutan atau air sabun, sedikit dengan yangrapat, bersilidai rata, yang telah disemprot
aspal pada bak' Setiap genangan minyak i
yang cocok b) Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya
campuran aspal terhadap dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi dan seluruh penutup diisolasi cuaca. Bilamana di"anggap perlu, bak truk hendaknya
sKh-1.6.3.2-17
t.
I hams diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di lapangan pada temperatur yang disyaratkan. c)
Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran aspal aki-bat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan kebocoran oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya, atas perintaf, Direksi Pekerjaan harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.
d) Dump Truk yang mempunyai ba
Truk aspal dengan muatan lebih tidak diperkenankan.
e) Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan dikelola sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara menerus dengan kecepatan Yang disetuj ui.
penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan rnenghasilkan permukaan yung tia* rata sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi pengendara serta *"n-gu.ungi u.u, ..niina akibat beban dinamis. Penyedia Jasa tidak diijinkan *"*rrlui penghamparan sampai minimum terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok ca.purun aspal ke peralatan penghampar. Kecepatan peralatan penghampar harus diope.urikun seiemikian rupa iehingga jumlah truk yang digunakan untuk
mengangkut campuran aspal setiap hari dapat menjamin berjalannya peralatan p"nghurpu. secara menerus tanpa henti. Bilamana penghamparan terpaksa harus iihentikan, maka Direksi Pekerjaan hanya akan mengijinkan dilanjutkannya penghamparan bilamana minimum terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar. Ketentuan ini merupakan petunjuk pelalsanaan yang bail dan Penyedia Jasa tidak diperbolehkan menuntut tambahan tiaya atau *ukt, utur keterlambatan penghamparan yang diakibatkan oleh kegagalan penyedia Jasa untuk menjaga kesinambungan pemasokan campuran aspal ke peralatan penghampar.
11)
Peralatan Penghampar dan Pembentuk
a) peralatan
penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin sendiri
yang diseiujui, yung
.u*pu menghampar dan membentuk campuran aspal sesuai
dengan garis, kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan.
b) Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi dengan arah g".uk yung berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara merata di
ini harus dilengkapi dengan dan efisien dan harus dengan cepat peiangkat kemudi yang dapat digerakkan mempunyai kecepatan jalan mundur seperti halnya maju. Penarnpung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat pada saat setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa bahan yang sudah mendingin di dalamnya'
depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan
penghampar harus mempunyai perlengkapan elektronik dan/atau mekanis pengendali kerataan seperti batang perala (leveling bearns), kawat dan sepatu pengarah kerataan Qoint matching shoes) dan dan peralatan bentuk penampang (cross fall devices) unflrk mempertahankan ketepatan kelandaian dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan tepi yang tetap (tidak bergerak).
c) Alat
sKh-1.6.3.2-18
I
,
d). Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata) baik dengan jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk memanasi "screed" (sepatu) pada temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran aspal tanpa menggusur atau merusak permukaan hasil hamparan.
e) Istilah "screed" (perata) mengacu pada pengambang mekanis standar (standard
(side arms) pada floating mechanism) yang dihubungkan dengan lengan arah samping pada bagian penghampar pengerak alat iitit pinu1nbat yang dipasang pada unit tektur iurus permukaan belakang roda penggerak dan dirancang untuk menghasiikan dan rata tanpa terbelah, tergeser atau beralur.
l)
Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan penghampar dan pembentuk meninggalkan bekas pada permukaan, segregasi atau cacat atau ketidak-rataan permukaan lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara modifikasi prosedur pelaksanaan, rnuku p"n[gtrnuun peralatan tersebut harus dihentikan dan peralatan p"nghampur dan pembentuk lainnya yang memenuhi ketentuan harus disediakan oleh Penyedia Jasa.
l2)
Peralatan Pemadat
a)'
Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit satu alat pem-ad3t rodabaja(steel whee'l roltir) dun .utu alat pemadat roda karet (tyre roller). Paling sedikit harus disediakan satu tambahan alat pemadat roda karet (tire roller) untuk setiap kapasitas produksi yang melebihi 40 ton perjam. Semua alat pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.
b)' Alat
pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan rnemiliki tidak kurang dari
sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang sama dan mampu dioperasikan puiu i.turu, ban pompa (6,0 - 6,5) k{cm atau (85 - 90) psi pada jumlah lapis anyaman ban Qtly) yang sama. Roda-roda harus berjarak sama satu sama
iain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa sehingga tengah-tengah roda pada ,u.bu yang satu terletak di antara roda-roda pada sumbu yang lainnya secara Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada tumpang-tindih (overlap). 'yung diryuratkan sehingga selisih tekanan pompa antata.dua roda tekinal operasi tidak melebihi 0,35 kg/"-' (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban harus disediakan untuk memeiiksa dan menyetel tekanan ban pompa di lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban yang digunakan, Penyedia Jasa harus memberikan kepada Direksi Pekerjaan grafik atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban .odu, t"kurun ban pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas bidang kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara penyetelan berat iotal dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah dalam ientang i:OO - 600) kilogram per 0,1 meter. Tekanan dan beban roda harus disetel sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan, agar dapat memenuhi
ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada umumnya pemadatan dengan alat pemadat roda karet pada setiap iapis campuran aspal harus dengan tekanan yang setinggi rnungkin yang masih daPat diPikul bahan.
c) Alat pemadat
+ *
roda baja yang bennesin sendiri dapat dibagi atas dua jenis:
Alat pemadat tandem statis Alat pernadat vibrator ganda (nuin drum vibratory)
Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis tidak kurang dari 8 ton. Alat pemadat vibrator ganda mempunyai berat statis tidak kurang dari 6 ton. Roda sKI-l.6.3.2-19
,
gilas harus bebas dari permukaan yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan perkerasan.
d) Dalam penghamparan percobaan, Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan kom- binasi jenis penggilas untuk memadatkan setiap jenis campuran sampai dapat diterima oleh Direksi Fekerjaan, sebelum JMF disetujui. Penyedia Jasa harus melanjutkan untuk menyimpan dan menggunakan kombinasi penggilas yang disetujui untuk setiap campuran. Tidak ada alternatif lain yang dapat diperkenankan kecuali jika Penyedia Jasa dapat menunjukkan kepada Direksi Pekerjaan bahwa kombinasi penggilas yang baru paiing sedikit seefektif yang sudah riisetujui.
12)
Perlengkapan Lainnya Semua perlengkapan lapangan yang harus disedikan termasuk tidak terbatas pada
r . ' . ' .
Mesin Penumbuk (Petrol Driven Vibrating Plate).
Alat pemadat vibrator, 600 kg. Mistar perata 3 meter. Thermometer (enis arloji) 200 " C (minimum tiga unit).
Kompresor dan jack hammer.
Mistar perata 3 meter yang dilengkapi dengan waterpass dan dapat disesuaikan untuk pembacaan3Yo atau lereng melintang lainnya dan super-elevasi antara 0 sampai
r ' ' '
:
60%.
Mesin potong dengan mata intan atau serat' Penyapu Mekanis BerPutar' Pengukur kedalaman aspal yang telah dikalibrasi' Pengukur tekanan ban.
SKh-1.6.3.2.5. PEMBUATAII DAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL 1)
Kemajuan Pekerjaan
Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin il"rriujuu, pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi pencampuran. 2)
Penyiapan Bahan Aspal oC di dalam suatu Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur sampai dengan 160 tangki yang dilengkapi dengan alat pengaduk yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegahlerjadinya pemanasan langsung seternpat dan mamptt mengalirkan bahan aspal secara berkesinambungan ke alat pencampur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, kuantitas aspal minimum harus mencukupi untuk pekerjaan pada hari itu yang siap untuk dialirkan kea lat pencampur.
3)
Penviaoan Asresat
a) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui
pemasok
penampung dingin yang terpisah. Pra-pencampuran agregat dari berbagai jenis atau dari sumber yang berbeda tidak diperkenankan. Agregat untuk campuran beraspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum dirnasukkan ke dalarn alat
sKh- 1.6.3.2-20
Jl
pencampur. Nyala api yang terjadi dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepatagar dapat mencegah terbentuknya selaputjelaga pada agregat.
b) Bila
agregatakan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering dan dipanaskan
terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaLi 10 "C di atas temperatur bahan aspal.
c)
4)
Bahan pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam penampung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregatrurpun dituang ke dalam penampung instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian kadar filler dapat dijamin.
Penyiapan Pencampuran
a)' Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur di lnstatasi p.n.u.p.r*n dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar memenuhi kerja (JMF). Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan rnencari rumusan "u*purun gradasi ,."-u basah dari contoh yang diambil dari penampung panas (hot bin) segera iebelum produksi campuran dimulai dan pada interval waktu tertentu sesudahnya, penakaran. sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk rnenjamin pengendalian dengan pencampur alat Bahan aspal harus diti*bung atau diukur dan dimasukkan ke dalam
jumlah yang ditetapkan sesuai dengan JMF. Bilamana digunakan instalasi pencampur iirt"* p"nufu.ur, dl dalam unit pengaduk seluruh agregat harus dicampur kering terlebih dahulu, kemudian baru aspal dan aditif dengan jumlah yang tepat disemprotkan langsung
pengaduk dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang telah ditentukan untuk menghu.ittu" campuran yang homogen dan semua butiran agregat terselimuti aspal dan dengan meiata. Waktu p.n"u.pu*n total harus ditetapkan oleh Direk_si Pekerjaan pencampuran waktu diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal. Lamanya harus ditentukan s"cara berkala atas perintah Direksi Pekerjaan melalui "pengujian derajat
ke dalam
ulit
penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar" sesuai dengan prosedur AASHTO T195-67 (2007) (biasanya sekitar 45 detik)'
b) Temperatur campuran beraspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus dalam rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam Tabel SKh-1.6.3.2.5.(l). Tidak ada campuran beraspal yung ait"ri*a dalam Pekerjaan bilamana temperatur pencampuran melampaui temperatur pencampuran maksimum yang disyaratkan
5)
Temperatur Pembuatan dan Penghamparan Campuran
Viskositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan dan perkiraan temperatur aspal umumnya seperti yang dicantumkan dalam Tabel SKh-l.6.3.5.(1). Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui rentang temperatur lain berdasarkan pengujian viskositas aktual aspal atau aspal modifikasi yang digunakan pada proyek tersebut, dalam rentang viskositas seperti dibirikan pada Tabel SKil-1.6.3.5.(1) dengan melihat sifat-sifat campuran di lapangan saat penghamparan, selama pemadatan dan hasil pengujian kepadatan pada ruas p"r"obuun. Campuran aspal yang tidak memenuhi batas temperatur yang disyaratkan pada saat pencurahan dari AMP kedalarn truk, atau pada saat pengiriman ke alat penghampar, tidak boleh diterima untuk digunakan pada pekerjaan yang perrnanen'
$Kh-1.6.3.2-2i
t:
Tabel SKh-1.6.3.2.5.(1). Ketentuan Viskositas Aspal untuk Pencampuran dan Pemadatan
1
2 3
4 5
6
1 8
Viskositas Aspal
Prosedur Pelaksanaan
No.
fPA.S)
(cst)
Peniampuran benda uii Marshall Pemadatan benda uji Marshall
0,9 - 1,1 2.4 - 2,6
900 - 1 100 2400 - 2600
Pencampuran , rentang temperatur sasaran 165:l]1 Menuangkan campuran aspal dari alat pencampur ke dalam truk 160-180 Pemasokan ke Alat Penghampar 155- 165 Penesilasan Awal (roda baia) 145-155 Penssilaan Kedua (roda karet) I I 0- 130 Penssilasan Akhir (roda baja)
1,2
-
1,8
1200
- 1800
1,4
- 1,8
1400
-
1800
1.8 - 2.0
1800 - 2000
2,0
2000 - 2600 2800 - 5500 <20000
-2,6
2,8 - 5,5 <20
SKhContoh grafik hubungan antara viskositas dan temperatur ditunjukkan pada Gambar 1.6.3.2.s.(1).
Viskositas Mod 1 thd TemPeratur
C
v i s
c
1000
o s
i
100
t a
I
-T-_-----'-..-----.
160
Temperatur
C"*U*
180
C
Srcr-1.6.3.2.5.(1). Contoh Hubungan antara Viskositas dan Temperatur
SKh.1.6.3.2.6. PENGHAMPARAN CAMPURAN
1)
Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi a)
Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam kondisi rusak, menunjukkan ketidakitabilan, atau permukaan aspal lama telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang,-dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal atau bahan iuin yurg disetujui oleh pireksi Pekerjaan. Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak *.1nudui, sebagaimanu yung ditunjukkan dengan adanya kelelehan plastis dan/atau
kegemukan (bteeding), seluruh lapisan dengan bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan yang keras (iound). Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk pelaksanaan lapis pondasi agregat.
b)
Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus dibersihkan dari bahan yang lepai dan yang tidak dikehendaki dengan sapu mekanis yang dibantu dengan
sr
(trtrime cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau lapis resap pengikat coat)harus diterapkan sesuai dengan Seksi 6.1 dari Spesifikasi Umum.
2) Acuan Tepi
Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus digunakan besi profil siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana dan dipakukan pada perkerasan dibawahnya. 3) Pen ghamparan Dan Pembentukan
a)
Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus dipanaskan' Campuran aspal haius dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
b)
penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur'
c)
Mesin vibrasi pada alat penghampar harus dijalankan selama penghamparan
dan
pembentukan.
d)
Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa campuran beraspal harus aiiug"tidak kuiang dari temperatur yang disyaratkan dalam Tabel SKh-1'6.3.2.5(l).
e)
Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak rnenyebabkan
0
Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat penghampar dan harus dihentikan aan tiJat boleL dijalankan lagi sampai penyebabnya telah ditemukan diperbaiki.
g)
proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau bahan yang tersegregasi karena p.nubrrurl material yang halus sedapat mungkin harus dihindari ,eb"iurr-p"madatan. Butiran yang kasar tidak boleh ditebarkan diatas permukan yang
retak perirukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan ditaati.
telah padat dan bergradasi raPat'
h)
Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya'
i)
i)
Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu lajur untuk rupa setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan sedemikian yang sehingga p"rb"da.n akhir antara panjang penghamparan lajyl yang satu dengan bersebilahan pada setiap hari produksi dibuat seminimal mungkin.
Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan dikendalikan secara ilektronik atau secara manual sebagaimana yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan toleransi yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal:
i) Tebal hamparan aspal gembur
sebelum dipadatkan, sebelum dibolehkannya
pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual)
penghampar untuk menjamin terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan.
ii) Kelandaian sepatu (screed) alat
iii)Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.
sKh-1.6.3.2-23
iv) Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil penandaan survei.
4)
Pemadatan
a)
Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut hams diperiksa dan setiap ketidaksempumaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran aspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang ditunjukkan pada Tabel SKh1
b)
.6.3.2.s.( 1).
Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini
1. Pemadatan 2. Pemadatan 3. Pemadatan
c)
:
Awal Antara Akhir.
pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik dengan alat pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan pengilasan awal. pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). Bila hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan setelah pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan.
d)
pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang yang telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan campuran beiaspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan-sebJumnya, maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang sambungan jaiak yang pendek dengan posisi alat pemadat berada pada lajur -emunjung untuk suatu yang teiahiipadatkan dengan tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira 15 cm.
e)
pemadatan
harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari tepi
sumbu jalan berurutan menuju harus dimulai dari tempat jatun, pada tikungan superelevasi t<eCuali untuk ke arah sumbu yang berurutan harus Lintasan tinggi. yang terendah dan bergerak kearah yang lebih dan lintasan-lintasan roda ialing tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar 'tidak loleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan tersebut
luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan
sebelumnya.
fl)
Bilarnana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak iebih dari 15 cm dari lebar roda pemadat yang memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan rapi'
g)
4 kmljam untuk roda baja dan 10 krn/jam untu[ roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak mengakibatkan Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi
bergesemya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah secara tibatiba atau dengan cara yang rnenyebabkan terdorongnya campuran beraspal.
sr
h)
jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk mernperoleh pemadaian yang merata saat campuran beraspal masih dalam kondisi rnudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan dapat dihilangkan. Semua
Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki unfuk menghindari lengketnya campuran beraspal pada roda.
i)
peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
k)
Setiap produk minyak burni yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau perlengkapan yarg'digunakan oieh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang sedang dikerjakan, dapat
oleh Penyedia Jasa atas perbaikan ini pekerjaaan biaya semua selanjutnya perklrasan yang terkontaminaii, menjadi beban PenYedia Jasa'
menJadi- alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan
permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi tol"runsi yang disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang rnenjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk upufiur, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan dari secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu yang menunjukkan lebih cm2 atau ber"aspal terhampar dengan luas 1000 "urt1purun kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan yang setempat, tonjolan .u*brrgun, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan keropos harui diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan' m) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan -harus dipoton! tegak luius setelah pemadatan akhir, dan dibuang oleh Penyedia Jasa di luar daerah irltit ;utun sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
5)
Sambungan
a)
Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus diatur sedemikian rupa agar iambungan pada lapis satu tidak terletak segaris yang lainnya. Sambungan 111.runlung harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.
b)
Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus atau dipanaskan dengan menggunakan lidah api (dengan menggunakan alat burner). Bila tidak ada pemanasan, maka pada bidang vertikal sambungan harus lapis perekat.
SKh-1.6.3.2.7 PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN DI LAPAI\GAN
1)
Pengujian Permukaan Perkerasan
a)
Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 m, yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan untuk memeriksa seluruh
sKh- I .6.3.2-25
I
permukaan perkerasan. Toleransi harus sesuai dengan ketentuan dalam Pasal SKh1.6.3.2.1.(4).(0.
b)'
Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus dilaksanakan r"g.iu setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan. Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan setiap ketidak-rataan permukaan yang melampaui batas-batas yang disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, pemadatan atau komposisi irarus diperbaiki sebagaiamana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c)
Kerataan permukaan Perkerasan
2)
i)
Kerataan permukaan lapis perkerasan penutup atau lapis aus segera setelah pekerjaan selesai harus diperiksa kerataannya dengan menggunakan alat ukur kerataan NAASRA-Meter sesuai SNI 03-3426 -1994.
ii)
Cara pengukuranL/pembacaan kerataan harus dilakukan setiap interval 100 m.
Ketentuan Kepadatan
ul-
f.puautan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan (Job dalam SNI 03-67j7-ZO0Z, iiduk bol"h kurang dari 98 Yo Kepadatan Standar Kerja Standard Density) yang tertera dalam JMF.
b)
pengukuran Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji untuk uji di benda pemadatan dan beraspal tebal lapisan. C*u p.ngu.Uilan benda uji campuran butir ukuran untuk laboratorium masing-masing harus sesuai dengan SNI-06-2489-1991 mm' maksimum 25 mm atau ASTM D5581-96 untuk ukuran maksimum 50
c)
Jumlah total benda uji inti yang diambil acak dalam setiap segmentidak kurang dari^6 jurnlah 3{ (enam) benda uji inti untuk setiap kelipatan 200 meter panjang per lajur dan panjarrg dari "kllipatan terakhir dari 200 meter ditambah sisa panjang yang kurang dari '20d.Jt.." per lajur dengan lokasi titik uji ditentukan secara acak sesuai dengan SNI036868-2002.
d) '
penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan cam-puran urput bilamana kepaJatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari nilainiiai yang diberikan Tabel6.3.7.(1). Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang-ditJntukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yung alumr untuk pembayaran,lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus dibuang dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil'
Tabel SKh- 1 .6.3.2.7 .(1). Ketentuan Kepadatan Kepadatan yg. disyaratkan (% JSD)
Jumlah benda uji per pengujian
98
3-4
Kepadatan Minimum Rata-rata (% JSD)
tunggal
(% JSD) 5
>6
3)
Nilaiminimurn setiap pengujian
98,1 98,3 98,5
95
94.9 94,8
Jumlah Pengambilan Benda UjiCampuran Aspal
a)
Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran aspal, tetapi Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi penghamparan bilamana sKh-r.6.3.2-26
terjadi segregasi yang berlebihan selama pengangkutan dan pengharnparan campuran aspal.
b)
Pengendalian Proses
Freku,ensi minimum pengujian yang diperlukan dari Penyedia Jasa untuk- maksud pengendalian proses harus'slperti yang ditunjukkan dalam Tabel SKh-1'6'3'2'7'(2) atau sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. yang disetujui' Penyedia Jasa yang mengoperasikan rencana jaminan mutu produksi pemenuhan dari tinggi tingkat suatu yang menaapai beriasarkan data statistik- dun
Direksi terhadap ketentuan-ketentuan spesifikasi dapat meminta persetujuan dari Pekerjaan untuk pengurangan jumlah pengujian yang dilaksanakan. Tabel SKh-1 .6.3.2.7.(2). Pengendalian Mutu
'{
Aspal modifier kemasan Zak tenis eengujian aspal Modifikasi mencakup Penetrasi dan Titik
-
Dari iumlahZak
:
Setiap tangki asPal
ke
Setiap 1000 m
L..nh4Jpggq4q..
CruOa.i agregat yang ditambahkan
Gradasi agregat dari penampung panas
min. 2 penguiian Per hari
Nilai setara Pasir Sunu
ai AMP dan suhu saat
samPai di
Gradasi dan kadar asPal
Kepadatun, stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, rongga dalam campuran pd. 15
Rongga dalam campuran pd. Kepadatan
Curnpr.un Rancangan
(Mix
Design)
Setiap batch dan Pengiriman
min. 2 penguiian Per hari Setiap 200 ton (min. 2 pengujian Per hari) Setiap 3000 ton
Setiap perubahan agregat I
Marshall
Lapisan
g"na. uji inti (core) berdiameter 4" untuk parti-kel ukuran maksimum 1" dan 6" untuk partikel ukuran di atas 1", baik untuk pemeriksaan pema-datan maupun tebal lapisan
:
Toleransi Pelaksanaan : Elevasi permukaan, untuk penampang melintang dari setiap jalur lalu lintas.
6 benda
uji inti untuk
setiaP
kelipatan 200 meter Panjang Per 3{ panjang dari lajur dan "kelipatan terakhir dari 200 rneter ditambah sisa panjang Yang kurang dari 200 meter" Per lajur
Paling sedikit 3 titik yang diukur melintang pada Paling sedikit
setiap 12,5 meter
memanjang
cara Contoh yang diambil dari pelghamparan campuran aspal setiap hari harus dengall SKhPasal dalam yang diperintahkan yang diuraifan di atas dan dengan frekuensi st
I
t
1.6.3.2.1.(3) dan Pasal SKh-1 .6.3.2.7.(4). Enam cetakan Marshall harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam Tabel SKh1.6.3.2.5.(1) dun dalam jumlah tumbukan yang disyaratkan dalam Tabel SKh1.6.3.2.3.i1). Kepadatan benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan menjadi Kepadatan Marshall Harian.
Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengulangi
proses
campuran rancangan dengan biaya Penyedia Jasa sendiri bilamana Kepadatan Marshall Harian rata-rata dari setiap produksi selama empat hari berturut-turut berbeda lebih 1 % dari Kepadatan Standar Kerja (JSD). Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian pengujian, penyedia Jasa dapat memilih untuk mengambil contoh di atas ruas yang lebih panjang yang diperlukan dalam Tabel SKhlyaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar) dari 1.6.3.2.7 .(2).
c) Pemeriksaan dan Pengujian Rutin
Pemeriksaan dan pengujian
rutin akan dilaksanakan oleh Penyedia Jasa di
bawah
sesuai pengawasan Direksl fJte4aan untuk menguji pekerjaan yang sudah diselesaikan yang ioleiansi dimensi, mutu bihan, kepadatan pemadatan dan setiap ketentuan lainnya disebutkan dalam SPesifikasi ini.
yang Setiap bagian pekerjaan, yang menurut hasil pengujian tidak memenuhi ketentuan pekerjaan disyaratkin hurr^ dip".Uaiti sedernikian rupa sehingga setelah diperbaiki, tersebut memenuhi ."*uu ketentuan yang disyaratkan, semua biaya pembongkaran, pembuangan, penggantian bahan maupun perbaikan dan pengujian kembali menjadi beban Penyedia Jasa.
d) Pengambilan Benda Uji lnti Lapisan Beraspal yang mampu Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang telah beraspal lapisan pada 6" memotong benda uji inti berdiameter 4" maupun
Uji selesai dikerjakan. Benda uji inti tidak boleh digunakan untuk pengujian ekstraksi. ambil yang gembur ektraksi harus dilakukan rnJnggunakan benda uji campuran beraspal di belakang mesin PenghamPar.
4)
Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Aspal
a)
penyedia Jasa harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan'
b)
penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan catatan pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi, beserta lokasi penghamparan yang sesuai
k)
:
Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari setiap penampung panas.
di instalsi pencampur
aspal (AMP)
ii)
Temperatur campuran saat pengambilan contoh
iii) iv)
Kepadatan Marshall Harian dengan detil dari semua benda ujiyang diperiksa.
v)
Stabilitas, kelelehan dan Marshall Quotienl, paling sedikit dua contoh uji perhari
vi)
Kadar bitumen aspal keras maupun aspal modifikasi dalam campuran aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi campuran aspal paling sedikit dua
maupun di lokasi penghamparan (satu per jam).
Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan lapangan relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix Density) untuk setiap benda uji inti (core).
sKh-1.6.3.2-28
abu contoh per hari. Bilamana cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka koreksi lrarus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-1994.
added) dari kapur, semen, abu terbang atau bahan non pl-astii lai-nnya yang digunakan sebagai bahan pengisi tambahan(filler added) ditentukan dengan mencatat kuantitas silo sebelum dan setelah produksi.
vii) Untuk bahan pengisi yang ditambahkan (filler
campuran pada kepadatan Marshall dan kepadatan membal (refusal)' viii)Rongga 'yuriiit dalam (SNI itung berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal 03-6893-2002).
aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 03-6893-2002)'
ix) Kadar s)
campuran beraspal Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pemb ayaran,. beraspal dari rumah yang dihampar harus selalu iipantiu dengan tiket pengiriman campuran i.i' Spesifikasi iinlUung sesuai dengan Pasal 6.3.1.(4).(e) dari
SKh-1.6.3.2.8. PENGUKI]RAN DAN PEMBAYARAI{ 1
)
Pengukuran Pekerjaan
a)
jumlah untuk semua jenis lapisan, kuantitas yang diukur untuk pembayaran adalah sebagai yang dihitung meter kubik dari campuran yang telah dihampar dan diterima, hasil perkalian luas lokasi dan tebal yang diterima'
b)
c)
d)
dengan tebal Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi lokasi bagian yang hamparan kurang dari tebal minimum yang da-pat- diterima atau setiap perkerasan atau di terkelupas, terbeiah, retak atau menipis (tapereQ di sepanjang tepi ketentuan toleransi tempat lainnya. Lokasi dengan kadai aspal yang tidak memenuhi pembayaran. untuk diterima akan tidak yan! diUerikan dalam Spesifikasi lama yang Campuran aspal yang dihampar langsung di atas permukaan aspal Pekerjaan memerlukan dilaksanakan pada to,rLd. yung lulu, menurut pendapat Direksi terkecil antara a) nilai berdasarkan dihitung harus be-sar, koreksi bentui yang cukup jumlah tonase dari b=ahan yang telah dihampar dan diterima berdasarkan berat campuran dan b) hasil perkalian aspul yung diperoleh dari penimbangan *uutut di rumah timbang, antara tebal rata-rata yang diterima dengan luas penghamparan aktual yang diterima aspal yang telah dan kepadatan lapangan ra6- rata. Bilamana tebal rata-rata campuran diperhitungkan, mejebihi dari tebal aktual dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan yang bentuk), maka tebal rata-ratayang digunakan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan diperhitungkan untuk pembayaran. Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal yang diukur untuk pembayaran tidak boleh l;bih besar dari tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana.
Direksi pekerjaan dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan yang kurang
berdasarkan pertimbangan teknis atau suatu ketebalan lebih untuk lapis perata seperti yang diizinkan menurut Pasal SKh-1 .6,3.2.8'l)'
Tidak ada penyesuaian kuantitas untuk ketebalan yang melebihi tebal rancangan bila campuran aspal tersebut dihampar di atas permukaan yang juga dikerjakan dalam kontrak ini, kecuali jika diperintahkan lain oleh DireksiPekerjaan.
e.
Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi ketentuan telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal SKh-1 .6.3.2.1.8) dari Sfesifikasi ini, maka kuantitas yarig diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang
s1
A
akan dibayar bila pekerjaan semula dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan atau kuantitas tambahan yang diperlukan untuk perbaikan tersebut' Lebar hamparan campuran aspal yang akan dibayar harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dan irarus diukur dengan pita ukur oleh Penyedia Jasa di bawah jalan per pengawasan Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumbu tidak dan Pekerjaan Direksi yang diperintahkan 25 meter atau lebih rapat sebagaimana tepi sepanjang ketentuan termasuk lokasi hamparun yung tipis atau tidak memenuhi oleh yang diperintahkan hamparan. Interval jaiak penguku.u, rn"rnunjang harus sepgrti Direksi pekerjaan titapi harui selalu berjarak sama dan tidak lebih dari 25 rneter. Lebar
yang akan digunakan dalam menghitung luas untuk pembayaran setiap.lokasi
o b'
h.
p".[.rurun yan; diukur, harus merupakan lebar rata-rata yang diukur dan disetujui' jalan Pelapisan campuran aspal dalam arah memanjang harus diukur sepanjang surnbu dengan menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu ukur tanah.
rataBilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran aspal dengan kadar aspal tetapi JMF, rata yang lebih rendah iari kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam SKhTabel dalam yang ditetapkan optimum aspal kadar masih masuk dalam rentang volume atau luas berdasarkan dihitung aspaiakan 1.6.3.2.3.(2), . Pembayaran campuran hamparan yang dikorlksi menurut dalarn butir (h) di bawah dengan menggunakan aspal faktor koreksi berikut ini. Tidak ada penyesuaian yang akan dibuat untuk kadar JMF dalam yang rata-rata yanglebih tinggi dari kadar aspal optimum yang ditetapkan ietaii masih memenuhi toleransi yang disyaratkan dalam Tabel SKh-1 .6.3.2'3'(2)'
Cu:
Kadar aspal rata-rata yang diperoleh dari hasil ekstraksi Kadar asPal oPtimum dalam JMF
Luas atau volume yang digunakan untuk pembayaran adalah: Luas atau volume seperti disebutkan pada butir (a) di atas x Cb
Bilamana tidak terdapat penyesuaian maka faktor koreksi Cb diambil satu'
2)
Dasar Pembayaran
Kontrak per Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Daftar dalam dan ini di bawah satuan penguk ,.an, u"ntrk Mata Pembay atan yang ditunjukkan kompensasi merupakan Kuantintas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus semua bahan' penuh untuk mengaJakan dan mem-produksi dan mencampur serta menghampar untuk pekerja, peralatai, pengujian, perkakas dan pelengkapan lainnya yang diperlukan ."ny"l"ruikan pekerjaan yang diuraikan dalam Spesifikasi ini. Nomor Mata Pembayaran sKh-1 .6.3.2 (r) sKh-1 .6.3.2 (2)
sKh-1.6.3.2 (3) sKh-1 .6.3.2 (4) sKh-l 6.3.2 (s)
Uraian AC - WC Mod-CR (t:...cm) AC - BC Mod-CR (t:...cm) AC - Base Mod-CR (F.'.cm) VTO Mod-CR (1:...crn) SMA ModCR (t=...cm)
sKh- i.6.3
r-30
Satuan Penqukuran Meter Kubik
Meter Meter Meter Meter
Kubik Kubik Kubik Kubik