IV. METODE PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan tujuan penelitian dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Leuwisadeng merupakan kecamatan yang memiliki banyak usaha penggergajian sehingga memiliki limbah penggergajian yang relatif banyak. Penelitian dilakukan pada bulan April 2012 hingga Januari 2013. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Juli 2012. 4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dengan pemilik usaha budidaya jamur tiram putih yang memproduksi bag log untuk dijual ke pemilik usaha budidaya jamur lainnya atau untuk digunakan sendiri. Data sekunder didapat dari berbagai literatur, instansi yang terkait seperti Perum Perhutani, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik dan juga referensi penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan rujukan yang berhubungan dengan pengolahan limbah serbuk gergaji. 4.3
Metode Pengambilan Data Metode pengambilan data untuk penelitian ini dilakukan dengan sensus
dimana responden dipilih dari seluruh populasi yang ada. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 11 responden. Responden dalam penelitian ini adalah unit usaha pembuat bag log untuk jamur tiram putih yang tersebar di tiga desa yaitu Desa Barengkoh dan Desa Cibeber II di Kecamatan Lewiliang serta Desa Sadeng
di Kecamatan Leuwisadeng. Pengambilan data dari responden bertujuan untuk menjawab masalah mengenai karakteristik usaha pengolahan limbah serbuk gergaji, rantai pemasarannya, nilai tambah yang dihasilkan, pendapatan yang dihasilkan dan jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dari pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi media tanam jamur tiram putih. Tabel 8 menunjukkan jumlah responden untuk penelitian yang akan dilakukan. Tabel 8. Jumlah Produsen Bag Log di Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Leuwisadeng Tahun 2012 Kecamatan Leuwiliang Leuwisadeng Jumlah
Desa 1.Barengkoh 2. Cibeber II 1.Sadeng
Pengusaha Bag log 4 3 4 11
Sumber: Penulis (2012)
4.4
Metode Analisis Data Unit usaha pembuatan bag log di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu unit usaha non plasma A dan unit usaha non plasma B. Unit usaha non plasma A adalah unit usaha yang membeli bibit jamur tiram untuk kemudian dijadikan input tambahan dalam pembuatan bag log. Unit usaha non plasma B adalah unit usaha yang membuat bibit jamur tiram jamur tiram sendiri untuk kemudian dijadikan input tambahan dalam pembuatan bag log. Data yang diperoleh diolah menggunakan Windows Excel 2007. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi karakteristik usaha pengolahan limbah serbuk gergaji. Analisis kualitatif dalam penelitian ini yaitu deskripsi mengenai karakteristik usaha. Analisis kuantitatif yang menggunakan metode Hayami dan analisis pendapatan digunakan untuk 33
menjawab tujuan manfaat ekonomi yang diperoleh dari usaha pengolahan limbah serbuk gergaji, yaitu meliputi nilai tambah, pendapatan serta penyerapan tenaga kerja. Untuk lebih jelas, matriks analisis data dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Matriks Analisis Data No.
Tujuan Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis Data
1.
Mengidentifikasi karakteristik usaha pengolahan limbah serbuk gergaji
Data primer dengan wawancara kepada pelaku usaha yang menjadi responden
Analisis Deskriptif
2.
Menghitung pendapatan usaha nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan limbah serbuk gergaji
Data Primer dengan wawancara kepada pelaku usaha yang menjadi responden
Analisis pendapatan usaha dan nilai tambah dengan metode Hayami
3.
Mengidentifikasi jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dari kegiatan pengolahan limbah serbuk gergaji
Data sekunder jumlah tenaga kerja dengan adanya usaha pembuatan bag log dan tanpa adanya usaha pembuatan bag log
Rumus pertumbuhan dari perubahan kesempatan kerja (HOK)
Sumber: Penulis (2012)
4.4.1
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis data-
data yang berbentuk kualitatif yaitu untuk menggambarkan berbagai kondisi dan situasi yang terdapat di lokasi penelitian. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan identifikasi karakteristik usaha pengolahan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng. Variabel karakterstik usaha yang diidentifikasi pada unit usaha non plasma A maupun non plasma B adalah (1) karakteristik umum pelaku usaha, (2) karakteristik usaha berupa skala usaha, (3) sumber bahan baku, (4) proses pembuatan bag log dan sumberdaya manusia dan, (5) rantai pemasaran bag log.
34
Penentuan karakteristik responden diperoleh dari hasil wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha yang memanfaatkan limbah serbuk gergaji untuk pembuatan bag log. Karakteristik umum dari responden pelaku usaha terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan lama menjalankan usaha. 4.4.2
Analisis Pendapatan Usaha Pendapatan usaha pembuatan bag log merupakan manfaat langsung dari
kegiatan pengolahan limbah serbuk gergaji. Semua jenis biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi bag log akan dihitung untuk mengetahui besarnya pendapatan atas biaya tunai dan juga besarnya pendapatan atas biaya total yang dikeluarkan. Selain itu juga akan dihitung besarnya biaya total (total cost) dan cost ratio (R/C) pada unit usaha non plasma A dan non plasma B. Pendapatan merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan suatu usaha. Pendapatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu analisis pendapatan (Hoddi et al., 2011). Dari hasil yang diperoleh akan dapat diketahui apakah usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log yang dilakukan di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng menguntungkan atau tidak untuk dijalankan. Total penerimaan adalah nilai total produk dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan yang didapatkan pada penelitian ini merupakan penerimaan dari penjualan bag log dan bibit jamur tiram yang dihasilkan. Penerimaan usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng adalah hasil kali rata-rata jumlah bag log yang diproduksi per bulan dikalikan dengan harga rata-rata bag log per kilogram dengan asumsi satu bulan adalah 26 hari kerja. 35
Biaya total adalah semua nilai input yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perhitungan biaya dalam penelitian ini dibagi menjadi biaya tunai dan non tunai. Biaya tunai adalah besarnya nilai uang yang dikeluarkan pelaku usaha untuk membeli serbuk gergaji dan bahan baku lainnya serta upah tenaga kerja. Secara umum analisis pendapatan kegiatan pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log diperoleh dari selisih antara penerimaan yang didapatkan dan biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dengan pengeluaran bernilai positif. Semakin besar selisih antara penerimaan dan pengeluaran, maka semakin menguntungkan suatu usah tersebut. Pendapatan merupakan balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi, tenaga kerja, modal dan pengelolaan. Perhitungan untuk mengukur pendapatan yang dihasilkan dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 2002) : I
= TR – TC .......................................................................................... (1)
TR = Py . y ............................................................................................... (2) TC = Px . x ................................................................................................ (3) TC = TVC + TFC ...................................................................................... (4) Dimana: I
= Pendapatan yang dihasilkan (Rp/bulan)
TR
= Penerimaan Total yang dihasilkan (Rp/bulan)
TC
= Biaya Total yang dikeluarkan (Rp/bulan)
Py
= Harga output (Rp/bulan)
Px
= Harga input (Rp/bulan)
y
= Jumlah output (Unit/bulan)
x
= Jumlah input (Unit/bulan) 36
TVC
= Biaya total variabel (Rp/bulan)
TFC
= Biaya total tetap (Rp/bulan) Nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total yang lebih dari satu menyatakan
bahwa unit usaha pembuatan bag log menguntungkan jika dijalankan. Penerimaan dari usaha pembuatan bag log diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi bag log yang dihasilkan dengan harga jual bag log dan perkalian antara jumlah bibit jamur yang diproduksi dengan harga bibit jamur. Bibit jamur yang digunakan merupakan bibit jamur dalam kemasan botol dengan berat rata-rata 1.2 kg bibit jamur per botol. Satu botol bibit jamur dapat digunakan untuk 30 bag log sehingga kebutuhan bibit dalam tiap bag log yaitu rata-rata sebesar 40 gram. Konsep ini juga digunakan pada perhitungan nilai tambah menggunakan Metode Hayami. Adapun rumus penerimaan usaha pembuatan bag log adalah sebagai berikut: 1.
Unit usaha non plasma A TR A = (Q A1 .P A1 ) ....................................................................................... (5)
2. Unit usaha non plasma B TR B = (Q B1 .P B1 ) + (Q B2 .P B2 ) ................................................................... (6) Keterangan: 1
= Bag log
2
= Bibit jamur
A
= Unit usaha non plasma A
B
= Unit usaha non plasma B
TR
= Total penerimaan (Rp)
Q1
= Jumlah bag log yang diproduksi (Kg) 37
P1
= Harga bag log per Kg (Rp/Kg)
Q2
= Jumlah bibit jamur yang diproduksi (Botol)
P2
= Harga bibit jamur per botol (Rp/Botol) Penyusutan alat-alat produksi termasuk ke dalam biaya non tunai. Metode
yang digunakan dalam perhitungan penyusutan adalah metode garis lurus (straight line method). Metode ini menggunakan dasar asumsi bahwa benda yang dipergunakan dalam usaha menyusut dalam besaran yang sama setiap tahunnya (Hernanto, 1980). Penyusutan alat pada unit usaha non plasma A terdiri dari peralatan produksi, peralatan perawatan dan sterilisasi, peralatan inokulasi dan inkubasi. Pada unit usaha non plasma B, penyusutan alat adalah peralatan pembuatan bibit jamur tiram, peralatan produksi, peralatan perawatan dan sterilisasi, peralatan inokulasi dan inkubasi. Asumsi yang digunakan adalah peralatan-peralatan yang digunakan tidak memiliki nilai sisa atau habis digunakan. Perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus dapat dirumuskan sebagai berikut (Hernanto, 1980): 𝑁𝑏
Np
𝑁𝑝 =
Nb
= Nilai jual/beli benda pertama kali (Rp)
T
= Daya pakai alat (Bulan)
4.4.3
Analisis Nilai Tambah
𝑇
................................................................................................... (7)
= Nilai penyusutan tiap bulan (Rp)
Analisis nilai tambah dalam penelitian ini dihitung menggunakan Metode Hayami. Penggunaan Metode Hayami akan menghasilkan besaran nilai tambah yang didapat dari pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi media tanam atau bag log serta melihat distribusi terhadap faktor produksi yang digunakan. Nilai 38
tambah yang dihasilkan dari pengolahan limbah serbuk gergaji merupakan manfaat langsung yang dihasilkan dari usaha pembuatan bag log. Perhitungan nilai tambah menggunakan satuan berat yang telah dikonversi menjadi kilogram. Data yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah adalah data dalam satu kali produksi atau satu bulan. Metode Hayami memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output dan produktivitas. Kelebihan lainnya dari Metode Nilai Tambah adalah dapat diketahuinya besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-faktor produksi. Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan pula untuk subsistem lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran. Perhitungan nilai tambah limbah serbuk gergaji menggunakan Metode Hayami disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Perhitungan Nilai Tambah Limbah Serbuk Gergaji dengan Metode Hayami No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Variabel Bag log, serbuk gergaji dan Harga Bag log yang dihasilkan (kg/hari) Serbuk gergai yang digunakan(kg/hari) Tenaga kerja (HOK) Faktor konversi (1/2) Koefisien tenaga kerja (3/2) Harga bag log (Rp/kg) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) Pendapatan dan keuntungan Harga serbuk gergai (Rp/kg bahan baku) Sumbangan input lain (Rp/kg output) Nilai bag log (4 x 6) (Rp) a. Nilai tambah (10 – 9 – 8) (Rp) b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) a. Keuntungan (11a – 12a) (Rp) b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) Marjin (10 – 8) (Rp) Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) Sumbangan input lain ((9/14) x 100%) Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%)
Nilai A B C D = A/B E = C/B F G H I J=DxF K=J–H–I 1 (%) = (K/J) x 100% M=ExG N (%) = (M/K) x 100% O=K–M P (%) = (O/K) x 100% Q=J–H R (%) = (M/Q) x 100% S (%) = (I/Q) x 100% T (%) = (O/Q) x 100%
Sumber : Hayami et al., (1987).
39
Selain memiliki beberapa kelebihan, Metode Hayami juga memiliki kekurangan. Beberapa kekurangan Metode Hayami yaitu pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku. Metode hayami juga tidak dapat menjelasnya produk sampingan yang dihasilkan. Salah satu kekurangan Metode Hayami yang lainnya adalah sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk menyimpulkan apakah balas jasa terhadap pemilik faktor produksi tersebut sudah layak atau belum. Beberapa variabel yang terkait dalam analisis nilai tambah, yaitu: a.
Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input,
b.
Koefisien tenaga kerja langsung, menunjukkan tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input, dan
c.
Nilai output, menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Nilai faktor konversi diperlukan untuk mengetahui berapa banyak output
yang dapat dihasilkan dari setiap pengolahan satu kilogram serbuk gergaji. Nilai faktor konversi yang besar disebabkan karena banyak terdapat input tambahan yang digunakan dalam pembuatan bag log seperti dedak, kapur, bibit jamur dan air. Pada unit usaha non plasma B, output yang dihasilkan adalah bag log dan bibit jamur. Perhitungan nilai tambah menggunakan Metode Hayami hanya dapat menghitung nilai tambah dari aktivitas produksi yang menghasilkan satu output, sehingga output berupa bibit jamur (yang semula merupakan output kedua) dalam unit usaha non plasma B tidak diperhitungkan. Penggunaan bibit jamur dalam 40
pembuatan bag log pada unit usaha non plasma B merupakan penggunaan bibit jamur yang habis digunakan untuk dijadikan sebagai input tambahan dalam pembuatan bag log. Perhitungan biaya-biaya pembuatan baglog pada usaha ini juga telah disesuaikan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan hanya untuk menghasilkan bag lag saja. Penggunaan serbuk gergaji dan bahan baku tambahan dalam pembuatan bag log yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah menggunakan metode Hayami merupakan jumlah serbuk gergaji dan bahan baku tambahan yang telah disesuaikan. Penyesuaian yang dilakukan merupakan penyesuaian terhadap jumlah serbuk gergaji yang digunakan untuk pembuatan bag log dengan asumsi tidak terdapat output tambahan berupa bibit jamur. Jumlah serbuk gergaji dan input tambahan merupakan jumlah yang hanya digunakan dalam pembuatan bag log. Koefisien tenaga kerja adalah nilai pembagian dari jumlah hari orang kerja dalam satu bulan (HOK/bulan) dengan jumlah bahan baku (kg/bulan) yang digunakan dalam kegiatan produksi pada masing-masing unit usaha. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu-satuan input (Hayami, et al., 1987). 4.4.4
Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Usaha pengolahan limbah serbuk gergaji menjadi bag log di Kecamatan
Leuwiliang dan Leuwisadeng menghasilkan lapangan pekerjaan sehingga dapat menyerap tenaga kerja. Analisis penyerapan tenaga kerja dapat digunakan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang dapat diserap. Analisis penyerapan tenaga kerja dengan adanya pengolahan limbah serbuk gergaji dan tidak ada usaha 41
pengolahan limbah serbuk gergaji di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng dapat dirumuskan sebagai berikut (Mardiyatuljanah, 2009) : Δ KK = TKdp – TKtp .............................................................................. (8) Keterangan: Δ KK = Perubahan kesempatan kerja (HOK) TKdp = Tenaga kerja dengan adanya usaha pembuatan bag log (HOK) TKtp = Tenaga kerja tanpa adanya usaha pembuatan bag log (HOK) Pada usaha pembuatan bag log di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng, satu Hari Orang Kerja (HOK) adalah 8 jam. Lamanya satu HOK untuk berbagai usaha bisa berbeda. Hal ini disesuaikan dengan jam kerja dalam satu hari. Koefisien tenaga kerja yang digunakan dalam perhitungan penggunaan tenaga kerja pada usaha pembuatan bag log di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng adalah satu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis pekerjaan dan tidak adanya perbedaan upah yang diberikan antara tenaga kerja perempuan maupun laki-laki dalam satu jenis pekerjaan.
42