BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Temuan Umum Lokasi penelitian ini adalah SDN 2 Ponelo tepatnya berlokasi di Jl Otiola kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara. Sekolah ini berdiri pada tahun 1970 dengan luas bangunan 504 m² dan jumlah tenaga pengajar sekitar 11 orang. Di sekolah ini memiliki 177 siswa yang tersebar pada 7 Rombel dengan karakteristik dan latar belakang perekonomian berbeda yang dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.1 : Keadaan Siswa Jumlah No
Ket
Kelas
1.
I
Siswa 26 Orang
Rombel 1
2.
II
42 Orang
2
3.
III
27 Orang
1
4.
IV
30 Orang
1
5.
V
20 Orang
1
6.
VI
32 Orang
1
JUMLAH 177 Orang 7 Sumber Data: SDN 2 Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, 2013 Untuk kelas yang menjadi obyek penelitian, terdapat 20 orang siswa dengan satu orang guru kelas. Adapun untuk keadaan sarana dan prasarana, di SDN 2 Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara dari tahun ke tahun selalu mengalami perkembangan sehingga memberi kontribusi yang cukup efektif dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah 21 ini. Letak sekolah ini yakni di lokasi pedesaan yang terpencil serta lingkungannya berupa
kepulauan, akan tetapi tidak luput dari perhatian pemerintah terutama dalam persoalan sarana dan prasarana yang menunjang peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai data dan hasil wawancara yang telah dilakukan dari semua sumber informan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn materi organisasi di kelas V SDN 2 Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan, temuan yang dikemukakan pada bagian ini berdasarkan pada paparan data yang diperoleh di lapangan dan dirumuskan berdasarkan interpestasi data. Penyajian temuan tersebut bertujuan untuk menjawab permasalahan penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab terdahulu. Atas dasar fokus penelitian dan paparan data yang telah disajikan sebelumnya, akhirnya dihasilkan temuan-temuan. Adapun aspek-aspek temuan umum dalam penelitian adalah sebagai berikut: Guru mengajarkan materi organisasi pada pembelajaran PKn selama ini telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SDN II Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara. Hal ini sejalan dengan pernyataan siswa kelas V yang menjadi sasaran pembelajaran ini. Tujuan dilaksanakan pembelajaran menggunakan model ini yaitu untuk memperoleh sejumlah siswa dengan hasil belajar yang di atas rata-rata ketuntasan sekolah. Adapun hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi ini menurut guru pengajar melalui hasil wawancara adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi organisasi jadi lebih menarik untuk diajarkan dan siswa terlihat senang menerima materi ini.
Hal ini terjadi karena guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan
penyajian kelas dan selama pembelajaran, guru memberikan kuis untuk mengevaluasi dan memberikan penghangatan suasana. Di samping itu pula, guru pengajar memberikan penghargaan bagi kelompok yang menyajikan hasil kerjanya dengan baik di depan kelas. Dengan
adanya kuis yang dikerjakan secara mandiri dan kerja sama siswa dalam menjawab LKS, kemudian bagi mereka yang sangat baik pekerjaannya diberikan penghargaan maka hal ini membuat pembelajaran saat itu berlangsung menarik, aktif dan menyenangkan. Dengan demikian secara umum ditemukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PKn materi organisasi. Guru merasa terbantu dalam mengatasi berbagai problem yang dihadapi di kelas. 4.2 Temuan Khusus Secara umum telah dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat membantu guru dalam menanamkan materi organisasi dalam pembelajaran PKn di kelas V SDN 2 Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara berdasarkan hasil wawancara dari informan yaitu guru dan siswa bahwa: 1. SDN 2 Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara khususnya kelas V telah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi organisasi. 2. Pembelajaran organisasi melalui penggunaan model pembelajaran ini menurut guru mitra yang diobservasi dirasakan banyak memberikan manfaat terutama dalam mengaktifkan siswa yang cenderung pasif pada saat pembelajaran. 3. Dengan adanya model pembelajaran ini, siswa semakin termotivasi dalam pembelajaran karena adanya penghargaan baik secara individu maupun kelompok. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa responden siswa bahwa menurut mereka pembelajaran menggunakan model tersebut mampu meningkatkan rasa percaya diri serta menimbulkan keberanian dalam mengambil tindakan
4. Pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadikan pembelajaran lebih bermakna serta menumbuhkan nilai-nilai karakter seperti kerjasama dan peduli terhadap orang lain 5. Guru akan selalu tergerak untuk melakukan inovasi dalam setiap pembelajaran 6. Peran guru sebagai fasilitator terlihat lebih menonjol melalui pembimbingan secara klasikal atau perkelompok. Selain itu pula, temuan untuk kegiatan guru mitra yang diobservasi dapat dijelaskan bahwa dari 22 aspek yang diamati, terdapat 6 aspek yang termasuk dalam kategori sangat baik yaitu; (1) kesiapan ruangan, alat, dan media pembelajaran, (2) memeriksa kesiapan siswa, (3) kesesuaian kegiatan apersepsi dengan materi ajar, (4) menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai, (5) menguasai kelas, (6) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah dialokasikan. Untuk kategori baik, dari 22 aspek yang diamati, ditemukan sebanyak 16 aspek yaitu; (1) menunjukkan penguasaan materi pembelajaran, (2) menyampaikan materi ajar sesuai dengan kierarki belajar,
(3) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi (tujuan) yang akan dicapai, (4) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, (5) melaksanakan pembelajaran secara runtut, (6) Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media, (7) menghasilkan pesan yang menarik, (8) Menggunakan media secara efektif dan efisien, (9) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, (10) merespon positif partisiasi siswa,
(11) menunjukkan
sikap terbuka terhadap respon siswa, (12) menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa, (13) menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar, (14) menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar, (15) melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa, (16) melaksanakan tindak lanjut.
Berdasarkan hasil wawancara dan temuan pembelajaran oleh guru yang menjadi sasaran penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa implikasi pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan kemudahan bagi guru untuk membelajarkan materi organisasi pada pembelajaran PKn. Dengan adanya model pembelajaran ini, siswa semakin mudah untuk memahami materi dengan perasaan senang dan situasi pembelajaran yang menyenangkan.
4.3 Pembahasan 4.3.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Organisasi di Kelas V SDN 2 Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Model STAD merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang mampu membangun kerjasama antar siswa. Maufur (2010:140) mengemukakan bahwa Model pembelajaran STAD bertujuan membangun kerjasama antar siswa berdasarkan kelompok yang memiliki kemampuan diatas rata-rata sebagai tutorial kelompok sehingga disebut juga tim siswa kelompok berprestasi. Adapun langkah-langkah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada materi organisasi menurut Rusman (2012:218) sebagai berikut: a. Penyampaian tujuan dan motivasi Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa unuk belajar. b. Pembagian kelompok Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam presentasi akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik.
c. Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberikan motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif dan menyenangkan sehingga signifikan dengan peningkatan hasil belajar siswa. Dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya. d. Kegiatan belajar dalam team (kerja team) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masingmasing memberikan kontribusi. Selama team bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja team ini merupakan ciri terpenting dari model STAD. e. Kuis (Evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggungjawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84 dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa. f. Penghargaan Prestasi Team
Setelah pelaksaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Menghitung skor individu Menurut Salvin (Rusman, 2012:216), untuk menghitung perkembangan skor individu diharapkan penilaian lebih objektif 2) Menghitung skor kelompok Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam tabel 2.2 sebagai berikut: 3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompokatau team memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atatu penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru). Suprijono (2012:133) mengemukakan bahwa langkah-langkah penerapan STAD, yaitu; (a) membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain, (b) guru menyajikan pelajaran, (c) guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok, (d) guru memberi kuis, (e) memberi evaluasi,
(f) kesimpulan.
Zulhartati dalam Jurnal Pendidikan (2010:6) mengemukakan bahwa secara umum, STAD dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen 2. Guru menyajikan pelajaran 3. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. 4. Guru memberikan kuis/pertanyaan 5. Memberi evaluasi Trianto (dalam Jurnal Firmansyah,2010:3) menyebutkan
langkah-langkah
model
kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkah-langkah model kooperatif yang terdiri atas enam langkah yaitu: (1) Menyampaikan
tujuan
dan
memotivasi
siswa, (2)
menyajikan/menyampaikan informasi, (3) mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar, (4) membimbing kelompok bekerja dan belajar, (5) evaluasi, (6) memberikan penghargaan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hasil dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Presentase kelas Guru menjelaskan model pembelajaran
yang akan digunakan kemudian guru
menyampaikan tata cara guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan tujuan supaya guru tertarik dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa merasa tertarik karena ada pemberian hadiah bagi kelompok yang mendapatkan skor tertinggi dan mencapai kriteria tertentu. Kemudian guru menjelaskan materi tentang organisasi. Guru meminta siswa untuk memperhatikan supaya nanti bisa mengerjakan soal yang diberikan. Setelah selesai, kemudian guru mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa dengan kemampuan berbeda-beda (tinggi,sedang dan rendah)
2. Belajar Kelompok Setelah membagi LKS kepada masing-masing kelompok, siswa diminta untuk berdiskusi dengan teman sekelompok. Siswa mengamati jalannya diskusi dan bertanya pada masing-masing kelompok apakah ada hal-hal yang kurang jelas atau kurang dimengerti. Setelah diskusi kelompok selesai, guru menawarkan kepada kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Semua kelompok saling berebutan untuk tampil menyajikan hasil kerja mereka. Secara umum, belajar kelompok sudah dapat dikatakan berjalan optimal. 3. Kuis Setelah proses pembelajaran selesai, selanjutnya guru memberikan kuis kepada setiap siswa untuk dikerjakan secara individu. Soal kuis sebanyak 5 butir dan guru memberikan waktu selama 30 menit untuk menyelesaikannya. Semua siswa tampak gaduh dengan bertepuk tangan karena mereka merasa waktu yang diberikan sudah sesuai. Guru meminta siswa untuk tenang dan segera menyelesaikan soal kuis. Dari hasil kuis tersebut ternyata semua siswa mendapat skor di atas standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan guru mitra kelas V. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian kuis bukan merupakan hambatan siswa untuk mengetahui ukuran kemampuan mereka dalam pembelajaran PKn materi Organisasi 4. Peningkatan Skor Kuis Individu Peningkatan skor individu diperoleh dengan cara membandingkan skor kuis dengan skor awal siswa sebelum diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan skor individu digunakan sebagai pedoman dalam menentukan skor kelompok. 5. Penghargaan Kelompok
Kelompok yang mendapatkan hadiah adalah kelompok yang berhasil mendapatkan skor tertinggi dan mencapai kriteria tertentu yaitu kelompok 2. Kelompok yang mendapatkan hadia terlihat sangat senang dan bersemangat karena hanya kelompok mereka yang mendapatkan hadiah Dengan demikian, jelaslah bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi organisasi di kelas V ternyata membuat pembelajaran semakin aktif dan menyenangkan. 4.3.2 Kendala-kendala dalam Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa adapun permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan menjadi kendala antara lain: 1) Dalam pemilihan anggota kelompok, sebagian siswa dengan berbagai akal berusaha untuk berkelompok dengan temannya yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. 2) Dalam kerja kelompok, terlihat masih ada siswa yang hanya mengandalkan rekan sejawatnya sehingga kerjasama yang diharapkan belum terpenuhi 3) Pembelajaran terkesan monoton karena yang lebih aktif dalam diskusi hanya kelompok yang memiliki sejumlah siswa dengan kemampuan di atas rata-rata Mencermati kendala yang ditemui dalam penerapan model pembelajaran kooperatif STAD, maka guru sebagai fasilitator harus berupaya untuk melakukan inovasi pembelajaran yang menekankan pada kreativitas menghasilkan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menyenangkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif STAD pada pembelajaran PKn materi organisasi di kelas V dapat
menjadi bahan refleksi oleh guru untuk mencari langkah perbaikan tindakan yang mengarah pada pencapaian kemampuan siswa memahami materi tersebut. 4.3.3 Cara Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Organisasi di Kelas V SDN 2 Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan tersebut,
maka
peneliti memberikan solusi sebagai upaya untuk perbaikan model pembelajaran yang diterapkan tersebut melalu deskripsi sebagai berikut : 1) Guru bersikap tegas dan mengingatkan kepada siswa untuk benar-benar memperhatikan supaya bisa mendapatkan peningkatan skor individu yang nantinya akan berpengaruh pada nilai kelompok. Dan bagi kelompok yang mencapai prestasi tertinggi akan mendapatkan hadiah. 2) Selama dalam pengamatan, masih banyak siswa yang mengobrol sendiri dan hanya menggantungkan jawaban dari temannya. Tindakan yang dapat
peneliti lakukan adalah
dengan memberikan pengawasan yang lebih kepada siswa tersebut supaya peneliti bisa segera meminta siswa untuk ikut mengerjakan LKS. 3) Peneliti memberikan batasan waktu yang lebih jelas untuk setiap aktivitas siswa selama proses pembelajaran agar seluruh aktivitas siswa. Selain itu peneliti juga meminta siswa untuk tidak terlambat masuk kelas dan benar-benar mempersiapkan diri. Berbagai cara yang ditempuh tersebut sangat sesuai dengan pendapat Semiawan (dalam Jurnal Firmansyah,2010:2) bahwa belajar kooperatif STAD tidak hanya merangsang setiap individu mengoptimalkan dirinya dalam perkembangan intelektual, karena dia dituntut untuk berpartisipasi secara total dalam mengimplementasikan penalarannya, melainkan juga dalam
peningkatan keterampilan sosial, karena dia selalu dituntut untuk saling membagi-bagikan pengalamannya untuk memecahkan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa cara yang tepat untuk mengatasi masalah dalam penerapan model pembelajaran kooperatif STAD yaitu memaksimalkan peran guru baik sebagai fasilitator maupun sebagai konselor. 4.3.4 Suasana Belajar Mengajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn materi organisasi Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas V SDN 2 Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan dengan mengamati penerapan guru tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn materi organisasi memberikan dampak yang positif terhadap kegiatan belajar mengajar. Adapun suasana ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran PKn materi organisasi, yaitu: 1. Siswa semakin termotivasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran ini terdapat penghargaan baik dalam bentuk kelompok atau individual 2. Peran guru sebagai fasilitator semakin terlihat dengan aktivitas siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran 3. Hasil penilaian evaluasi siswa di atas standar yang ditentukan sekolah Melihat hal tersebut, jelaslah bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe
STAD pada pembelajaran PKn materi organisasi dapat memacu kemampuan siswa memahami materi tersebut, Namun penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Terbatasnya
kemampuan
peneliti
dalam
menyusun
perangkat instrumen penelitian.
Sebagai contoh peneliti kurang memperhatikan tingkat kesulitan instrumen yang diberikan baik pada guru dan siswa, sehingga peneliti menyamaratakan konsep pertanyaan pada semua responden.
2. Terbatasnya waktu yang diberikan dalam penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keterbatasan peneliti dalam melihat sejauh mana penerapan model pembelajaran kooperatif STAD tidak menjadi suatu hambatan dalam mendeskripsikan data di lapangan, akan tetapi menjadi sebuah pembanding untuk penelitian selanjutnya.