IV. INVENTARISASI
4.1. Aspek Fisik 4.1.1. Letak, Luas dan Batas Tapak Lokasi tapak perencanaan yang merupakan lahan produktif dan praktikum santri Pesantren Pertanian Darul Fallah (disingkat PPDF) secara administratif berada di Jl. Raya Bogor-Ciampea KM 12, Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Tapak perencanaan terletak antara 6032’42,304" LS – 6033’01,567" LS dan 106041’58,439" BT – 106042’24,481" BT. Peta lokasi tapak perencanaan dapat dilihat pada gambar 3. Luas Tapak yang direncanakan sekitar 16,92 Ha (kurang lebih 63% dari total luas PPDF) merupakan bagian dari PPDF yang luas keseluruhannya 26,5 Ha. Tapak perencanaan (sektor II) berbatasan dengan Kampung Lebak Gunung di sebelah utara; Kampung Semper dan Kampung Gunung Leutik di sebelah timur; selokan (disebut susukan) yang termasuk dalam kawasan Kampung Bong di sebelah selatan; serta selokan, sungai Cinangneng, muara sungai Darul Fallah dan Desa Benteng di sebelah barat. 4.1.2. Aksesibilitas Jarak Kampus PPDF yang berada di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea terhadap pusat-pusat fasilitas/kota dengan menggunakan kendaraan adalah sebagai berikut: a. Pusat Kecamatan Ciampea terdekat :
1 Km ditempuh 10 menit
b. Pusat Kodya Bogor terdekat
:
13 Km ditempuh 50 menit
c. Ibukota propinsi Jawa Barat
:
133 Km ditempuh 3 jam
d. Pasar Ciampea
:
3 Km ditempuh 20 menit
Untuk mencapai PPDF dapat menggunakan jasa transportasi umum yaitu angkutan kota dan bus ataupun dengan kendaraan pribadi dengan jarak tempuh kurang lebih 60 menit dari Terminal Bogor Baranangsiang menuju jalan Raya Bogor-Ciampea KM 12. Tapak perencanaan berada pada jarak kurang lebih 900 meter dari jalan provinsi.
22
23
Lokasi ini pun dapat ditempuh dari beberapa kota besar yang ada di sekitarnya dan jalur alternatif dari arah luar kota yang telah banyak digunakan sebagai jalur wisata adalah : 1. Jakarta – Parung - Semplak – Darmaga – Ciampea – Tapak 2. Jakarta (lewat tol) – Bogor – Darmaga – Ciampea – Tapak 3. Jakarta – Tangerang – Rumpin – Ciampea – Tapak 4. Jakarta – Cibinong – Bogor – Darmaga – Ciampea – Tapak Masing-masing jalur di atas dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum yang tersedia cukup banyak. Kendaraan umum yang rutenya melewati jalan Raya Bogor - Ciampea dapat digunakan untuk mencapai PPDF ini. Di antaranya adalah : 1. Angkutan Kota 05 trayek Bogor (Terminal Laladon/Bubulak) – Ciampea 2. Angkutan Kota 05 trayek Bogor (Terminal Laladon/Bubulak) – Leuwi Liang 3. Angkutan Kota 05 trayek Bogor (Terminal Laladon/Bubulak) – Jasinga 4. Angkutan Kota 53 trayek Terminal Laladon – Segog 5. Bus trayek Bogor (Terminal Baranang siang) - Jasinga Setelah itu berhenti di pertigaan jalan yang terdapat plang berwarna hijau bertuliskan PPDF lalu masuk ke arah Kampung Gunung Leutik. Namun untuk mencapai komplek Pesantren masih harus menempuh jarak kurang lebih 600 meter dari jalan provinsi, dan angkutan yang melayani ke arah ini hanya terdapat ojek. Pelayanan ojek ini mempunyai peranan penting mengingat tidak adanya angkutan umum roda empat di lokasi perencanaan. Peta aksesibilitas dapat dilihat pada gambar 6. Lokasi tapak perencanaan dapat dicapai melalui dua jalur jalan, yaitu melalui jalur pintu utama (melalui jalan provinsi melewati sektor I), dan melalui jalur sebelah tenggara (melalui Kampung Semper melewati sektor II). Di antara kedua jalur tersebut, yang paling sering dan paling mudah ditempuh adalah jalur pintu utama (Gambar 4), karena jalur sebelah tenggara ditutup oleh sebuah portal dan tidak dibuka untuk umum serta melalui perkampungan penduduk (Gambar 5).
24
Gambar 4. Kondisi jalan beraspal memasuki sektor I dan merupakan Pintu masuk utama PPDF
Gambar 5. Kondisi jalan berbatu pada Pintu masuk alternatif di sektor II
Kondisi jalan pada tapak perencanaan yang masih berbatu-batu saat ini sudah mengalami perbaikan dengan cara pengaspalan dan jalan menuju PT. DaFa Teknoagro Mandiri (Unit Usaha Pembibitan tanaman) sudah diberi semen untuk mempermudah transportasi ke tempat tersebut, sedangkan jalan masuk ke lahan pendidikan PPDF (Sektor I) ini sudah cukup baik (beraspal) sehingga mudah dilalui. Sektor I dan Sektor II dipisahkan oleh sungai Cinangneng namun dihubungkan dengan sebuah jembatan yang dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Lebar jembatan hanya cukup dilalui oleh satu mobil, dan pembatas jembatan yang terbuat dari tiang besi hanya setinggi 40 cm. Untuk melalui jembatan ini perlu dilakukan pergiliran mobil yang ingin menyeberang, karena daya dukung jembatan yang kurang memadai untuk menampung dua mobil atau lebih. (Gambar 7).
25
26
Di sepanjang jalur kendaraan bermotor yang ada di dalam tapak telah ada pola penanaman pohon, namun pemilihan tanamannya masih bervariasi dan tidak ada keseragaman antara pohon yang satu dengan pohon yang lain, sehingga nilai keindahannya masih belum maksimal walaupun nilai fungsionalnya berupa peningkatan kualitas lingkungan telah tercapai. Pohon-pohon pengarah jalan itu di antaranya mahoni (Swietenia mahogani), melinjo (Gnetum gnemon), kelapa (Cocos nucifera), palem ekor ikan (Caryota mitis), kopi (Coffea sp.), palem raja (Roystonia regia).
Gambar 7. Jembatan yang menghubungkan sektor I dengan sektor II 4.1.3.
Geologi dan Jenis Tanah Jenis geologi pada tapak menurut Peta Geologi Lembar Bogor Direktorat
Geologi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1998) adalah tergolong formasi Qva (Quarter Vulkanik Aluvium) yaitu batuan endapan permukaan berupa kipas aluvium terutama terdiri dari liat pasir, kerikil, dan kerakal dari batuan vulkanik kwarter. Bahan induknya berupa tuf andesit menurut peta tanah Semi Detail Daerah Parung-Depok-Bogor-Ciawi (Lembaga Penelitian Tanah, 1979) dan dapat dilihat pada gambar 8. Berdasarkan peta digital tanah Kabupaten DATI II Bogor yang dibuat oleh Bappeda Kabupaten Bogor, jenis tanah PPDF adalah latosol coklat. Sedangkan peta tanah Semi Detail Daerah Parung-Depok-Bogor-Ciawi (1979) dari Lembaga Penelitian Tanah menunjukkan jenis tanah PPDF termasuk latosol coklat kemerahan dengan tekstur tanah halus dan berdrainase sedang serta bentuk wilayahnya bergelombang dengan punggung-punggung melandai. pH tanahnya sendiri berkisar antara 5-7. Dari peta digital ini juga didapat informasi bahwa
27
28
kelas kesesuaian wilayah dari tapak perencanaan sangat sesuai dengan tanaman semusim, tanaman tahunan dan padi sawah. Peta digital ini dapat dilihat pada gambar 8. 1.1.3. Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Tapak perencanaan berada pada ketinggian 158 - 188 meter di atas permukaan laut (hasil survey dengan GPS) atau 107 - 153 meter di atas permukaan laut (Rencana Pengembangan dan Pembangunan Darul Fallah) dengan kondisi topografi bergelombang dengan kemiringan lahan yang cukup bervariasi. Tapak perencanaan semakin tinggi ke arah utara dengan kelas kemiringan mulai dari 0-3% (datar), 3-8% (landai), 8-25% (miring), 25-45% (agak curam), >45% (curam). Gambar 9 memperlihatkan pola topografi yang terdapat pada tapak perencanaan. Sedangkan peta kelas kemiringan lahan terdapat pada Gambar 10 yang meliputi kemiringan 0-3% (0,02 ha), kemiringan 3-8% (2,15 ha), kemiringan 8-25% (11,92 ha), kemiringan 25-45% (2,77 ha), kemiringan lebih dari 45% (0,06 ha). Keadaan keseluruhan berupa daratan yang luasnya 16,92 ha (169.200 m2). Untuk persentase luas kemiringan lahan ditunjukkan dengan Tabel 2. Tabel 2. Persentase Luas Kemiringan Lahan Kemiringan 0-3% 3-8% 8-25% 25-45% >45% Luas Keseluruhan
Klasifikasi Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam
Persentase (%) 0,12 12,71 70,45 16,37 0,35 100
Luas (ha) 0,02 2,15 11,92 2,77 0,06 16,92
Sumber: Survey lapang April 2009
1.1.4. Iklim Berdasarkan data iklim yang tercatat pada Stasiun Klimatologi Kelas I Darmaga Bogor (ketinggian 190 di atas permukaan laut), yang diukur pada 6032’LS – 6033’LS dan 106041’BT – 106042’BT pada ketinggian 158-188 meter di atas permukaan laut, dan diukur pada rentang tahun 2002-2008 menunjukkan karakteristik beberapa unsur iklim makro Bogor yang meliputi suhu udara, curah hujan, kelembaban nisbi, lama penyinaran matahari dan kecepatan angin.
31
Data iklim makro Bogor tahun 2002-2008 dapat dilihat pada tabel 3 dan disajikan dalam bentuk grafik pada tiap unsurnya. Tabel 3. Data Rata-Rata Unsur Iklim Tapak Tahun 2002-2008 Bulan
T Ratarata (0C)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata
25,6 24,4 25,5 25,9 26 28,6 28,8 28,7 29,3 29,2 28,7 28,1 27,4
T Maks (0C)
T Min (0C)
31,4 29,7 32,2 32,3 32,2 31,9 32,2 32,3 33,1 33 32,3 31,4 32
22,1 21,9 22,1 22,3 21,8 21,3 20,7 21,3 21,4 21,6 22,3 21 21,6
RH Nisbi (%) 86 89,5 86,5 86 83 83 79 79,5 79 82 85,5 87 83,8
CH (mm) 367,5 426 539 263,5 326 241,5 185,5 165 294 318,5 446,5 310,5 323,6
IP (%)
52,5 27,5 54,5 65,5 76,5 77 86,5 79,5 81,5 74 60,5 43 64,9
KA (km/jam) 2,7 2,8 2,4 2,2 2 1,9 2,1 2,3 2,5 2,3 2,4 2,5 2,3
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga Bogor Keterangan : T Rata-rata : Suhu Rata-rata T Maks : Suhu Maksimum T Min : Suhu Minimum RH Nisbi : Kelembaban Nisbi
IP CH KA
: Intensitas Penyinaran : Curah Hujan : Kecepatan Angin
-
Suhu
Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor mencatat suhu udara rata-rata bulanan yaitu 27,40 C dengan kisaran 24,40 C – 29,30 C. Suhu terendah pada Bulan Februari dan tertinggi pada bulan September. Sedangkan suhu udara maksimum bulanan bervariasi, suhu terendah 29,70 C terjadi pada bulan Februari dan suhu tertinggi pada bulan September yaitu 33,10 C, dengan rata-rata suhu udara maksimum bulanan yaitu 320 C. Suhu udara minimum bulanan pun bervariasi, suhu terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 20,70 C sedangkan suhu tertinggi terjadi pada bulan April dan November yaitu 22,30 C, dengan rata-rata suhu udara minimum bulanan yaitu 21,70 C (Lampiran 1.1). Data suhu udara yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor digunakan untuk memprediksi suhu pada tapak dengan menggunakan rumus Braak (1961, dalam Purnama, 2007). Rumus Braak dituliskan sebagai berikut.
32
T2 = T1 + (H2 – H1) 100 x 0,6 Dimana : T2 = Suhu rata-rata areal studi (0C) T1 = Suhu rata-rata Stasiun Klimatologi Darmaga (0C) H2 = Ketinggian rata-rata Stasiun Klimatologi Darmaga (m) H1 = Ketinggian rata-rata areal studi (m) Dari rumus di atas diperoleh suhu udara rata-rata bulanan dari 24,70 C – 29,60 C, terendah pada bulan Februari dan tertinggi pada bulan September. Suhu udara maksimum bulanan bervariasi, suhu maksimum terendah 29,90 C terjadi pada bulan Februari dan suhu maksimum tertinggi 33,30 C terjadi pada bulan September. Suhu udara minimum bulanan juga bervariasi dilihat dari suhu minimum terendah 20,90 C terjadi pada bulan Juli dan suhu minimum tertinggi 22,50 C terjadi pada bulan April dan November. Tabel 4 menunjukkan data suhu udara T Braak dan grafiknya dapat dilihat di lampiran 1.2. Tabel 4. Tabel Suhu Udara T Braak Suhu udara rata-rata Suhu udara Suhu udara Parameter (˚C) maksimal (˚C) minimal (˚C) januari 25,88 31,68 22,48 februari 24,68 29,98 22,18 maret 25,78 32,48 22,38 april 26,18 32,58 22,58 mei 26,28 32,48 22,08 juni 28,88 32,18 21,58 juli 29,08 32,48 20,98 agustus 28,98 32,58 21,58 september 29,58 33,38 21,68 oktober 29,48 33,28 21,88 november 28,98 32,58 22,58 desember 28,38 31,68 21,28
-
Kelembaban Nisbi
Kelembaban nisbi (relative humidity) menunjukkan persentase uap air di dalam udara. Nilai terendah terjadi pada bulan Juli dan September (79%) dan nilai tertinggi terjadi pada bulan Februari (89,5%) dapat dilihat pada Lampiran 1.3.
33
-
Curah Hujan
Berdasarkan Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor, curah hujan tahun 2002-2008 sebesar 3883,5 mm/tahun dengan penyebaran curah hujan rata-rata bulanan dari 165 – 539 mm. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Agustus sedangkan tertinggi tercatat pada bulan Maret dapat dilihat pada Lampiran 1.4. -
Intensitas Penyinaran
Intensitas penyinaran berdasarkan Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor berkisar antara 27,5 % – 86,5 % dengan rata-rata bulanan adalah 64,9 %. Intensitas penyinaran terendah terjadi pada bulan Februari dan tertinggi terjadi pada bulan Juli dapat dilihat pada Lampiran 1.5. -
Kecepatan Angin
Kecepatan angin rata-rata 2,34 Km/jam dengan kecepatan terendah 1,9 Km/jam pada bulan Juni dan tertinggi 2,8 Km/jam pada bulan Februari. Penurunan kecepatan angin terjadi setelah bulan Februari dan meningkat kembali setelah bulan Agustus dapat dilihat pada Lampiran 1.6. 1.1.3. Hidrologi dan Drainase Sumber air PPDF dan sekitarnya berasal dari sungai (air permukaan), mata air (air tanah), dan sumur jika dilihat dari keadaan hidrologinya. Sumber air berasal dari sungai yang terdapat di sebelah barat dan timur yaitu Sungai Cinangneng dan Sungai Ciampea yang termasuk ke dalam DAS (Daerah Aliran Sungai) Cisadane, serta mata air yang terdapat di sebelah timur tapak, irigasi teknis dan sumur. Sektor II sendiri mendapatkan air dari sungai Cinangneng dan selokan (disebut susukan oleh masyarakat sekitar) yang berada di bagian selatan tapak dengan cara ditarik menggunakan pompa alkon dan pompa hydram. Sungai ini terletak di sebelah barat tapak dan melintas di tengah-tengah tapak PPDF dengan lebar rata-rata 10-15 meter dan melebar di sekitar jembatan karena terjadinya pengikisan oleh air sungai (Gambar 11). Debit air sungai Cinangneng ini dipengaruhi oleh musim, apabila musim kemarau maka akan menyebabkan debit air berkurang namun tidak pernah sampai kering, sebaliknya apabila terjadi musim hujan maka debit air akan meningkat.
34
Gambar 11. Aliran air Sungai Cinangneng yang melewati tapak Pertemuan Sungai Cinangneng dan Sungai Ciampea yang dinamakan muara Darul Fallah ini memiliki lebar kurang lebih 33 meter. Dilihat dari segi fisik air pada kedua sungai ini cukup baik karena air tidak berbau, tidak banyak ditemui sampah dan warna airnya coklat muda. Terdapat penyedotan air yang berasal dari Sungai Cinangneng dekat laboratorium kultur jaringan dengan menggunakan pompa alkon yang kemudian dialirkan melalui pipa ke tempattempat tertentu untuk pemenuhan kebutuhan yang memerlukan air contohnya ke bak mandi, sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan ternak, air berasal dari pompa hydram (hydrolic drum automatic) yang ditarik dari air selokan yang akan bermuara ke Sungai Cinangneng (Gambar 12). Kemudian air yang telah ditarik itu dialirkan ke daerah peternakan dengan debit air 18 liter/menit. Selokan ini mempunyai lebar rata-rata 3 meter dan debit airnya tergantung oleh musim.
Gambar 12. Pompa hydram yang airnya dialirkan ke peternakan
35
Air tanah yang bagus terletak pada kedalaman lebih dari 120 meter, karena dulu pernah dilakukan pemboran hingga kedalaman 120 meter namun karena tanah sekitarnya berbatu maka bor tersebut sulit diangkat hingga patah dan terkubur sedalam 120 meter tersebut. Alternatif lain adalah penggunaan sumur resapan di titik tertentu dekat bangunan. Berguna untuk menampung air dan digunakan untuk air minum, namun sumur resapan ini tergantung dengan datangnya hujan, jika tiga minggu tidak ada hujan maka sumur ini akan kering. Oleh sebab itu pada tahun 1992 air minum dibeli dari PAM. Tiap bangunan ratarata mempunyai sumur resapan. Di sektor II tidak terdapat sumur resapan yaitu sumur timba yang terdapat tiga sumur di area peternakan dan satu sumur di laboratorium kultur jaringan. Mata air yang terdapat di tapak terdapat di sebelah timur kolam ikan. Dulu pernah dilakukan penelitian terhadap kondisi air dari mata air tersebut dan hasilnya termasuk ke dalam golongan A menurut Peraturan Pemerintah RI No.24/LA-18/1981 yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Namun dewasa ini PPDF tidak lagi mengandalkan mata air ini karena debitnya sudah semakin kecil seiring dengan pertambahan penduduk di desa sekitar tapak. Sumber air untuk kolam ikan bersumber dari selokan yang berasal dari desa Cibanteng dan kondisi airnya hanya dapat digunakan untuk dipakai mencuci ataupun mengisi empang (Gambar 13).
Gambar 13. Sumber air untuk empang dari selokan (susukan)
Pola drainase di tapak PPDF mengikuti topografi yang ada pada tapak (Gambar 16). Air mengalir melewati drainase yang terbentuk secara alami dan alirannya akan menuju titik-titik terendah yang ada di tapak. Untuk saluran
36
drainase buatan (parit) hanya terdapat di bagian-bagian tertentu pada tapak seperti di sekitar laboratorium kultur jaringan dan yang baru dibuat adalah sepanjang jalan yang telah diaspal dan berupa sistem saluran terbuka (Gambar 14). Dan aliran airnya diarahkan ke Sungai Cinangneng (Gambar 15).
Gambar 14. Drainase buatan (parit)
Gambar 15. Aliran air yang diarahkan ke Sungai Cinangneng.
38
1.1.3. Vegetasi dan Satwa Menurut pengamatan lapang serta wawancara dengan pihak pengelola tapak, vegetasi yang terdapat di tapak PPDF dan sekitarnya adalah vegetasi endemik dan budidaya. Awalnya lokasi perencanaan ini gundul akan tanaman serta gersang, oleh sebab itu diadakan penghijauan sehingga tanaman yang ditanam pun difokuskan untuk konservasi bukan untuk keindahan semata. Namun dewasa ini, sudah ada pola penanaman seperti pohon jati (Tectona grandis) yang ditanam jarang-jarang agar diselingi penanaman tanaman budidaya. Peta inventarisasi vegetasi dapat dilihat pada gambar 17. Di sepanjang tepi Sungai Cinangneng didominasi oleh vegetasi endemik seperti jenis bambu betung (Dendrocalamus asper). Vegetasi di sepanjang tepi sungai ini memiliki kerapatan tajuk yang tinggi dan perakaran yang banyak sehingga dapat menyerap air dalam jumlah banyak. Vegetasi demikian dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi agar tanah yang berada di tepian sungai tidak terkikis oleh air sungai. Selain di tepian sungai, tanaman konservasi juga terdapat di bukit Darul Fallah yang merupakan titik tertinggi dari tapak PPDF ini, yaitu didominasi oleh pohon sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielse.), bambu betung (Dendrocalamus asper), karet (Havea brasiliensis) dan tumbuhan liar (gulma). Pertumbuhan pohon sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielse.) ini tidak optimal terlihat dari pohonnya yang terlihat kecil walaupun umurnya telah dewasa. Selain itu ada juga tanaman yang dibudidayakan contohnya adalah nilam (Pogostemon cablin) seluas 1,124 Ha (Gambar 18), serta rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach.) untuk pakan ternak seluas 3,036 Ha (Gambar 19). Serta lahan pertanian organik yang baru dikembangkan, dan terletak di sebelah selatan pendopo yang memiliki luas 0,306 Ha, tanaman yang dibudidayakannya adalah sayuran seperti kangkung (Ipomoea aquatica Forsk.), bayam (Amaranthus sp.), ubi jalar (Ipomoea batatas).
40
Gambar 18. Kebun Nilam yang dibudidayakan di sebelah barat tapak
Gambar 19. Rumput untuk pakan ternak
Selain itu tanaman lain yang dibudidayakan diantaranya lidah mertua (Sanseviera), kembang bokor (Hydrangea macrophylla), puring (Codiaeum variegatum), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis), lili paris (Chlorophytum sp.), krokot hijau (Althernantera ficoides), iris (Iris sp.), simbang darah (Iresine herbstii), pisang (Musa sp.), jarak pagar (Jatropa curcas) serta bibit pohon jati (Tectona grandis) yang dikelola oleh PT. DaFa Teknoagro Mandiri. Seperti ditunjukkan pada Gambar 20.
Gambar 20. Beberapa contoh tanaman hias yang dibudidayakan Kiri: Iris sp., Jatropha curcas, Iresine herbstii Kanan: Sanseviera trifasciata, Althernantera ficoides, Chlorophytum comosum , Codiaeum variegatum Nama-nama tanaman yang terdapat di Sektor II PPDF dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Daftar Nama Tanaman yang terdapat di Sektor II PPDF Kategori Tanaman
Nama Lokal
Nama Latin
Pohon
Akasia Pulai Sirsak Cempedak Sukun
Acacia auriculiformis Alstonia scholaris R. Br. Annona muricata L. Artocarpus champeden Artocarpus communis
41 Kategori Tanaman Pohon
Nama Lokal Nangka Bambu jepang Belimbing Bambu kuning Palem ekor ikan Kapuk randu Talas Kayu manis Teja Kelapa Kopi Bambu betung Durian Kelapa sawit Melinjo Karet Petai cina Afrika Mangga Sawo kecik Mindi Kirei Pisang Rambutan Sengon Alpukat Jengkol Jambu biji Angsana Palem raja Salak Ki Hujan Kecapi Kedondong Mahoni Asam Jati Ketapang Palem ekor tupai
Nama Latin Artocarpus heterophylla Lamk. Arundinaria pumila Averrhoa carambola L. Phyllostachys sulphurea Caryota mitis Ceiba petandra Celocea esculenta Cinnamomum burmani Cinnamomum inners Cocos nucifera L. Coffea sp. Dendrocalamus asper Durio zibethinus L. Elaeis guineensis Gnetum gnemon Havea brasiliensis Leucaena leucephala Maesopsis eminii Engl. Mangifera indica Manilkara kauki Melia azedarach Metroxylon spec. Musa paradisiaca L. Nephelium lappaceum L. Paraserianthes falcataria L. Nielse. Persea americana Pithecelobium jiringa Psidium guajava Pterocarpus indica Roystonea regia Salacca edulis Samanea saman Sandoricum kcetjapie Spandias sp. Swietenia mahogani Jacq. Tamarindus indica L. Tectona grandis Terminalia catapa Wodyetia bifurcata
Perdu / Semak
Suplir Nanas merah Puring Hanjuang Kembang sepatu Kembang bokor Teh-tehan Singkong Mangkokan Mahkota dewa Nilam Jagung
Adiantum cuneatum L. & F. Ananas comosus (L.) Merr. Codiaeum variegatum (L.) BI. Cordyline terminalis Planch. Hibiscus rosa sinensis Hydrangea macrophylla Malphigia coecigera L. Manihot esculenta Nothopanax scutellarium Phaleria macrocarpa Pogostemon cablin Zea mays
42 Kategori Tanaman Penutup Tanah
Rumput Tanaman liar
Nama Lokal Krokot hijau Bayam Kacang-kacangan Cabai Lili paris Serai wangi Kangkung Ubi jalar Simbang darah Iris Jarak pagar Paku jejer Lidah mertua Terong Rumput gajah Babadotan Bayam duri Harendong bulu Paku rasam Alang-alang Harendong Rebah bangun Rumput kerbau
Nama Latin Althernantera ficoides Amaranthus sp. Arachis pintoi Capsicum annum Chlorophytum comosum. Cymbopogon nardus Ipomoea aquatica Forsk. Ipomoea batatas Iresine herbstii Iris sp. Jatropha curcas Nephrolepis sp. Sansevieria trifasciata Laurentii Solanum melongenae Pennisetum purpureum Schumach. Ageratum conizoides L. Amaranthus spinosus L. Clidemia hirta D. Don Gleichenia linearis (Burm.) Clarke Imperata cylindrica L. Beauv Melastroma malabathricum L. Mimosa invisa Mart. Ex Colla Paspalum conjugatum Berg.
Satwa yang terdapat pada tapak terdiri dari satwa liar dan satwa ternak. Satwa liar yang dominan antara lain burung cangkurileung, burung padi, burung walet, ular, kadal, serangga, angsa, kodok, kucing, tupai, bajing dan lain-lain. Satwa ternak antara lain adalah sapi pedaging yang berjumlah 400 ekor, sapi perah berjumlah 20 ekor, kambing peranakan etawa (PE) berjumlah 25 ekor, ikan lele (Clarias batrachus) berjumlah 250.000 ekor serta ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan bawal (Colossoma macropomum Cuvier) berjumlah kurang lebih 250.000 ekor. Gambar 21 dan gambar 22 menunjukkan hewan yang diternakkan di tapak.
43
Gambar 21. Peternakan sapi (Gambar kiri) dan kambing (Gambar kanan) yang ada pada tapak.
Gambar 22. Ikan yang ada pada tapak. 1.1.3. Akustik, Aroma dan Visual Nuansa kesejukan akan terasa saat memasuki kawasan pendidikan PPDF di sepanjang jalan pepohonan yang rindang berjajar menaungi dari sengatan matahari, pola penataan tanaman yang cukup baik dan rapih juga menambah kenyamanan yang melihatnya, di setiap sela-sela pohon ditanam semak menambah keteraturan serta pemandangan yang bebas dari sampah karena warga pesantren disiplin membuang sampah pada tempatnya. Memasuki kawasan sektor II, terlihat jembatan yang melewati aliran Sungai Cinangneng yang melintas di tengah-tengah tapak PPDF serta batu-batu kali yang memecah aliran sungai dan menambah kesan alami tapak yang semakin kuat. Pada saat akhir pekan banyak orang berkunjung untuk sekedar berekreasi seperti duduk-duduk sambil bermain air di tepian sungai dekat jembatan yang menghubungkan tapak dengan sektor I. Jika berjalan sedikit ke arah barat laut di luar tapak, maka akan dijumpai view berupa muara sungai yang dinamakan muara Darul Fallah, yang merupakan
44
pertemuan arus dua sungai yaitu Sungai Cinangneng dan Sungai Ciampea (Gambar 23).
Gambar 23. Muara Darul Fallah Di sebelah barat tapak perencanaan terdapat bangunan kantor milik PT. DaFa Teknoagro Mandiri dengan warna alami yang menyatu dengan alam. Bangunan ini memiliki dua lantai sehingga apabila kita melihat ke lingkungan sekitar dari lantai dua maka akan terlihat vegetasi-vegetasi yang ditanam teratur untuk dibudidayakan yaitu kebun nilam (Pogostemon cablin) dan vegetasi yang ditanam untuk penghijauan seperti bambu betung (Dendrocalamus asper) yang tumbuh di kanan kiri sungai Cinangneng. Bila melihat ke arah timur laut tapak dari area peternakan sapi pedaging akan terlihat bukit kelapa sawit Cimulang dan juga kebun-kebun yang ditanami milik Kampung Lebak Gunung yang menghampar begitu alami. Sedangkan bila melihat di belakang peternakan kambing (arah utara tapak) maka akan terlihat bukit-bukit yang semakin menghilang seiring dengan jarak pandang yang menjauh dan memberikan kesan gradasi warna hijau yang memudar (Gambar 24).
Gambar 24. View bukit-bukit di belakang peternakan kambing yang membentuk gradasi warna hijau.
45
Dan bila kita melihat ke arah barat tapak akan terlihat jelas gunung kapur Ciampea dari kebun nilam yang berada di bagian barat laut tapak (Gambar 25). Di kebun nilam ini juga terdapat sebuah pohon Teja (Cinnamomum inners) yang dijadikan focal point karena pohon ini berdiri di tengah-tengah hamparan nilam sehingga memberikan keteduhan bagi yang memandang maupun yang berdiri di bawahnya, namun hamparan nilam yang ada pada daerah ini mulai mengering sehingga view yang didapat tidaklah seindah saat hamparan nilam ini tumbuh normal (Gambar 26).
Gambar 25. View ke gunung kapur di bagian barat laut tapak.
Gambaran 26. Hamparan Nilam dengan pohon Teja (Cinnamomum inners)
Jika turun ke area perikanan di sebelah tenggara tapak maka akan terlihat hamparan empang dan sawah dengan padi yang hijau menguning dan kental sekali dengan nuansa pedesaannya (Gambar 27).
Gambar 27. Empang dan sawah dengan nuansa pedesaan yang kental.
46
Sampah yang tersangkut di bebatuan pada sungai Cinangneng maupun di selokan menjadi bad view yang ditemukan di tapak (Gambar 28). Serta vandalisme yang terdapat di batu besar yang bertempat di sekitar muara sungai.
Gambar 28. Bad view yang terdapat di sungai (Gambar Kiri) maupun di dekat selokan (Gambar Kanan) Pada tapak tidak semua daerah dapat dijelajahi dengan mudah karena sulitnya akses yang menghubungkan satu titik ke titik lain dan vegetasi yang tumbuh liar dan tidak beraturan menghalangi akses yang cukup sulit tersebut, seperti dilihat pada bagian utara tapak dan hal ini memberikan kesan ketidakteraturan seperti terlihat pada gambar 29. Peta inventarisasi visual pada tapak dapat dilihat pada gambar 30.
Gambar 29. Vegetasi yang tumbuh liar dan tidak teratur menyulitkan akses Kesan akustik pada tapak berasal dari suara aliran sungai Cinangneng yang memberikan kesan dinamis. Ritme suara kicauan burung yang samar-samar terdengar menimbulkan kesan ruang yang ramai dan alami, begitu juga dengan suara kambing mengembik, dan suara sapi di sekitar peternakan.
47
48
Angin yang berhembus pun menyebabkan daun-daun pada pepohonan yang tinggi menjadi berkelebat menciptakan kesejukan bagi pendengaran maupun perasaan. Apabila berada di sekitar selokan pada bagian selatan tapak dekat jalan utama maka akan terdengar suara pompa hydram yang memompa air ke peternakan. Terkadang dentuman dinamit yang berasal dari gunung kapur Ciampea terdengar, walaupun tidak sesering bunyi-bunyi lain yang ada di tapak dan mengganggu pendengaran. Namun suara kendaraan yang lewat di jalan menyebabkan noise pada tapak. Aroma yang cukup mengganggu berasal dari area peternakan yang berada di tapak bagian timur, karena kotoran dari hewan ternak menimbulkan bau yang tidak diinginkan. Bau ini tercium sampai dengan jarak kurang lebih 50 meter. 1.1.3. Pola Penggunaan Lahan Luas keseluruhan sektor II adalah sebesar 16,92 Ha. Pada awalnya, sektor II ini termasuk lahan yang gersang maka untuk mengatasinya diadakan penghijauan sehingga tanaman yang ditanam hanya untuk konservasi dan bukan untuk keindahan semata. Namun dewasa ini, sudah ada pola penggunaan lahan di Sektor II seperti terlihat pada peta penggunaan lahan yaitu pada gambar 31, sedangkan peta inventarisasi bangunan di Sektor II PPDF dapat dilihat pada gambar 32. Pemanfaatan lahan di lokasi perencanaan secara garis besar meliputi lahan pakan hijauan ternak, kebun nilam, lahan peternakan, pertanian, hutan, laboratorium kultur jaringan dan perikanan. Sedangkan lahan yang belum dimanfaatkan berupa semak dan pepohonan yang tidak tertata sebesar 65.328 m2. -
Lahan Pakan Hijauan Ternak Lahan yang ditanami rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) seluas 30.361 m2 yang hasilnya akan dialokasikan untuk pakan ternak.
-
Kebun nilam (Pogostemon cablin) Lahan pertanian tanaman aromatik berupa nilam (Pogostemon cablin) seluas 11.238 m2 yang letaknya menyebar yaitu di utara tapak, sebelah barat tapak dan di sebelah barat laboratorium kultur jaringan.
51
-
Pertanian Lahan pertanian seluas 3.062 m2, tanaman yang dibudidayakan terdiri dari kangkung (Ipomoea aquatica), bayam (Amaranthus sp), ubi jalar (Ipomoea batata), cabai (Capsicum annum), terong (Solanum melongenae). Lahan pertanian ini berada di sebelah timur tapak, bersebelahan dengan jalur masuk alternatif ke tapak.
Gambar 33. Lahan pertanian ubi jalar -
Peternakan Lahan peternakan seluas 6.459 m2, terdiri dari kandang untuk kambing perah yang berkapasitas 70 ekor seluas 24x10 meter, kandang untuk sapi perah yang dengan kapasitas 40 ekor seluas 40x12 meter, kemudian kandang untuk sapi potong bekapasitas 400 ekor seluas 60x32 meter. Selain itu pada lahan peternakan ini juga terdapat rumah dan mess karyawan untuk menjaga kandang. Kemudian kantor pengelola seluas 18,7x9,3 meter, tempat pengelolaan susu, tempat pengolahan kotoran menjadi kompos, pabrik pakan ternak dengan kapasitas 100 ton/bulan seluas 14,6x17,1 meter dan
reservoir air
2
seluas 165,24 m . Dekat area peternakan juga terdapat area yang digunakan untuk mengolah hasil ternak menjadi susu dan yoghurt yaitu sebelah timur tapak, bersebelahan dengan jalur masuk alternatif ke tapak. Tidak hanya hasil peternakan namun hasil olahan lidah buaya juga diproduksi di sini dengan memberdayakan masyarakat sekitar tapak. Dengan fasilitas pendopo dan ruang tempat pengolahan hasil ternak serta lidah
52
buaya yang terdapat dalam satu bangunan berukuran 19,6x8,3 m. Di sebelah bangunan ini terdapat rumah karyawan yang bersebelahan dengan jalan alternatif PPDF berukuran 16,6x9,6 m. -
Perikanan Pada lahan perikanan terdapat kolam yang diisi dengan ikan nila, bawal, dan lele yang keseluruhannya berjumlah kurang lebih 250.000 ekor dengan alokasi lahan seluas 2.820 m2 serta bangunan penunjang seluas 15,4x6,2 meter. Di lahan perikanan ini ikan-ikan yang ada hanya dipelihara untuk pembesaran dan tidak untuk dipancing karena hasilnya akan dipanen kemudian dijual.
-
Kehutanan Kehutanan lebih difokuskan pada lahan di bukit karena merupakan daerah yang paling tinggi, terjal dan rawan erosi sehingga konservasi sangat dibutuhkan untuk daerah seperti ini. Vegetasi bambu betung (Dendrocalamus asper), sengon (Paraserianthes falcataria) dan karet (Havea brasiliensis) mendominasi tapak ini. Lahan ini dimanfaatkan sebagai hutan rakyat yang bertujuan untuk menumbuhkan dan mendukung program lain seperti wisata rohani, outbound, percontohan dan pendidikan kehutanan, dengan menggunakan alokasi lahan seluas 45.849 m2 dan disebut Bukit Darul Fallah oleh warga pesantren.
Gambar 34. Area Hutan di bukit Darul Fallah -
Laboratorium Kultur Jaringan Sebuah unit usaha pembibitan kultur jaringan Yayasan PPDF yang mulai mengembangkan produksi bibit melalui kultur jaringan secara komersial. Kultur Jaringan (Tissue Culture) adalah teknik isolasi
53
tanaman, seperti batang, tunas, dan daun yang yang berasal dari tanaman sehat dan unggul serta dikerjakan secara aseptik di laboratorium. Saat ini telah memproduksi berbagai bibit tanaman holtikultura, kehutanan dan perkebunan. Bibit yang telah diproduksi antara lain kentang granola dan atlantic, pisang buah (Tanduk, Ambon, Emas, Mulubebe), pisang abaca, Chrysanthemum (20 jenis), Anggrek (Phalaenopsis, Dendrobium), Jati Kencana (fast growing) dan vanili. Dengan aset perusahaan yang dimiliki antara lain bangunan laboratorium, nursery net house dan lahan benih, alokasi lahannya seluas 4.083 m2. Serta dengan kapasitas produksi bibit 500.000 bibit per bulan diharapkan menjadi sarana bagi santri untuk dapat
mempelajari
dan
mempraktekkan
pengetahuan
yang
dimilikinya.
Gambar 35. Laboratorium Kultur Jaringan 1.1. Profil Umum PPDF Yayasan PPDF didirikan berdasarkan Akta Notaris JLL. Wenas di Bogor pada tanggal 9 April 1960 No. 12. Yayasan PPDF terdaftar dalam buku registrasi di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bogor pada tanggal 16 Maret 1969 di bawah No. 25/1969 AN. Perkampungan Pesantren dibangun mulai bulan Juni 1960 di atas lahan tanah wakaf dari R.H.O. Djunaedi seluas 26,5 Ha. Pengesahan terhadap pengwakafan areal lahan itu disyahkan oleh Kepala Pengawas Agraria Karesidenan Bogor pada tanggal 20 Juni 1961, dengan piagam No.114/1961.
54
Areal itu terletak di dua blok yaitu blok Lemahduhur dan blok bukit Darul Fallah, yang dipisahkan oleh Sungai Cinangneng. Keberadaan PPDF ini adalah sebagai jawaban terhadap berbagai persoalan yang dihadapi umat Islam Indonesia, yaitu mayoritas penduduk Muslim ada di daerah pedesaan dan berada dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Sebagian besar mereka adalah kaum dhu’afa, kualitas pendidikannya sangat rendah, tidak memiliki keterampilan yang memadai dalam berbagai bidang, terutama dalam mengelola sumberdaya alam yang berlimpah dan sebagainya. Atas dasar inilah para pendiri pesantren menetapkan pola kurikulum berbasis pertanian. Pertanian dalam arti luas meliputi: peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan, pertukangan dan perbengkelan (agribisnis), yang dipadukan dengan pendidikan agama. Tujuannya untuk mencetak manusia/santri yang memiliki keterampilan di bidang pertanian, perdagangan dan perusahaan. Kemampuan, kesempatan serta keterampilan itu digunakan untuk ibadah serta menegakkan amal perbuatan yang baik di segala bidang. Untuk menjawab tantangan di atas, maka ditetapkan nama pesantren yaitu Pesantren Pertanian Darul Fallah. Nama ini dipilih agar keseluruhan sifat, peranan, kepribadian dan sistem pendidikan kewiraswastaan yang terpadu sebagai lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam dapat dipertahankan dan dikembangkan terus menerus. Darul Fallah secara harfiah dapat diartikan sebagai “rumah petani” atau “kampung pertanian”. Fallah dengan dua L, artinya pendidikan, peningkatan dan pengembangan kader-kader masyarakat tani (desa) ke arah tercapainya tujuan Hayya alal Falaah, yakni kebahagiaan lahir batin, dunia dan akhirat (Tuanaya, 2007). Darul Fallah sendiri mempunyai beberapa unit usaha yang dikembangkan, di antaranya: (1) Peternakan sapi dan kambing yang memproduksi susu dan penggemukan, (2) Perikanan yang dikelola oleh warga pesantren, (3) PT. DaFa Tekno Agro Mandiri dengan usaha memperbanyak bibit secara kultur jaringan, (4) Nata de coco merk Amalia yang dikelola oleh warga pesantren, (5) Nata de aloe merek Alera yang dikelola oleh warga pesantren, (6) Koperasi pesantren
55
dengan usaha simpan pinjam, kantin, wartel, (7) Pertukangan dan Perbengkelan (8) Pengembangan hutan rakyat, (9) Agrowisata rohani dan outbond. 1.2. Kawasan Wisata di Sekitar Tapak Perencanaan PPDF terletak di Kabupaten Bogor bagian barat. Pada zona wisata Bogor barat ini terdapat 16 obyek wisata berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor tahun 2008. Jenis wisata dari obyek wisata di wilayah Kabupaten Bogor bagian Barat pun beragam mulai dari wisata air terjun, bumi perkemahan, agrowisata, wisata alam, pemandian air panas, wisata pendidikan, wisata budaya serta wisata sejarah. Obyek wisatanya yaitu Curug Nangka, Curug Luhur Indah, Bumi Perkemahan Sukamantri, Pemandian Air Panas Gunung Salak Endah, Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet, Wana Wisata Buper Gunung Bunder, Eko Wisata Kawah Ratu, Curug Cihurang, Museum Pasir Angin, Situs Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Wisata Cinangneng, Goa Gudawang, Pemandian Air Panas Tirta Sanita, Kampung Budaya Sindang Barang. Data dari Dinas Pariwisata tahun 2008 diketahui bahwa kunjungan terbanyak terdapat di obyek wisata Curug Nangka, Kecamatan Tamansari yaitu sebanyak 97.852 wisatawan dengan rincian yaitu wisatawan nusantara sebanyak 97.797 orang dan wisatawan mancanegara 55 orang. Peta penyebaran obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Bogor bagian barat berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 36.
56
Gambar 36. Peta Penyebaran Obyek Wisata di Kabupaten Bogor bagian barat (sumber peta: wikimapia.org) 1.3. Aspek Sosial Aspek sosial menyangkut hal yang berkaitan dengan pemenuhan fasilitas yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna tapak. Pengguna tapak terdiri dari civitas akademik sekolah seperti santri, guru, pegawai PT. DaFa, pengunjung serta beberapa orang dari masyarakat sekitar yang bekerja untuk pesantren di tapak ini. Civitas akademik memanfaatkan tapak untuk kegiatan pendidikan seperti praktikum, pemeliharaan, penelitian. Sedangkan pengunjung memanfaatkan tapak untuk melakukan outbond dan agrowisata rohani. 4.4.1. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar Tapak PPDF PPDF terletak di Kecamatan Ciampea yang merupakan salah satu kecamatan yang termasuk daerah pengembangan wilayah Barat, yang mempunyai luas wilayah sekitar 55,63 km2, yang terdiri dari 13 desa, dan terbagi atas 43 dusun, 120 rukun warga serta 470 rukun tetangga. Pemanfaatan lahan yang telah dilakukan di Kecamatan Ciampea ini terdiri atas pemukiman seluas 1.083 Ha,
57
sawah seluas 1.558 Ha, ladang/ kebun seluas 28,7 Ha, Empang seluas 18,3 Ha, dan lain-lain 44,4 Ha. Jumlah penduduk sampai dengan akhir bulan Desember 2006 (Sensus Daerah) tercatat sebanyak 33.389 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 139.980 jiwa. Penduduk Kecamatan Ciampea mempunyai pekerjaan yang beraneka ragam, namun secara garis besar sebagian penduduk bekerja sebagai petani dan buruh. Dan secara umum kondisi perekonomian masyarakat di Kecamatan Ciampea masih di bawah garis kemiskinan (Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea Tahun 2007). 4.4.2. Karakteristik, Persepsi dan Preferensi Pengunjung Agrowisata Berdasarkan Hasil Kuisioner Untuk mengetahui persepsi dan preferensi pengunjung mengenai agrowisata yang diinginkan maka dilakukan penyebaran kuisioner ke tempat agrowisata sejenis yang akan direncanakan di tapak, yaitu Taman Wisata Mekarsari di Cileungsi, Kabupaten Bogor. Taman Wisata Mekarsari (TWM) dipilih karena selain merupakan agrowisata kebun buah, TWM ini juga merupakan salah satu pusat pelestarian keanekaragaman hayati buah-buahan tropika terbesar di dunia, khususnya jenis buah-buahan unggul yang dikumpulkan dari seluruh daerah di Indonesia, sekaligus merupakan tempat penelitian budidaya (agronomi). Taman seluas 264 hektar ini dilengkapi dengan sarana wisata untuk wisatawan baik itu nusantara maupun mancanegara. Wisata di tengah taman buah didukung oleh berbagai wahana yang mendekatkan pengunjung kepada alam (wikipedia.org). Kunjungan wisatawan di TWM pada tahun 2008 berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bogor mencapai 166.720 merupakan kunjungan wisatawan terbanyak di zona wisata Bogor timur dengan rincian 166.693 wisatawan nusantara dan 27 wisatawan mancanegara. Dari hasil survai lapang yang didapat melalui kuisioner kepada 30 responden yang telah melakukan kunjungan ke TWM, maka informasi dari responden ini dapat diklasifikasi berdasarkan karakteristik, persepsi dan preferensi yang diinginkan pengunjung. Sebaran data tersebut dapat dilihat secara rinci pada tabel 4 yang menunjukkan frekuensi relatif (%), yang diperoleh dari masingmasing variabel, seperti: daerah asal, jenis kelamin, usia, pekerjaan, frekuensi
58
kunjungan, aktivitas, persepsi dan preferensi pengunjung. Hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Kuisioner Persepsi dan Preferensi Pengunjung No.
Variabel
•
Daerah asal : a. Bogor b. Luar Bogor Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Usia : a. < 16 tahun b. 16-30 tahun c. > 30 tahun Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa b. PNS c. Lainnya Kunjungan ke lokasi : a. satu kali b. dua kali c. tiga kali d. > tiga kali Frekuensi Kunjungan : a. 1 kali/bulan b. 2 kali/bulan c. 1 kali/minggu d. Lebih dari 1 kali/minggu Daya tarik kawasan wisata ini : a. Pemandangan alam b. Kemudahan akses c. Fasilitas lengkap d. Dekat tempat tinggal e. Lainnya Apakah konsep wisata pertanian dapat menjadi alternatif wisata dari yang selama ini telah ada? a. Ya b. Tidak tahu Aktivitas yang dilakukan di agrowisata ini (>1 jawaban) : a. Bermain b. Bekerja c. Belajar d. Berolahraga e. Lainnya Kunjungan ke agrowisata ini lebih nyaman : a. Sendiri b. Beramai-ramai
•
•
•
•
•
I.
II.
1.
2.
Frekuensi Relatif (%) 66,7 33,3 56,7 43,3 20 53,3 26,7 70 26,7 3 53,3 23,3 10 13,3 13,3 0 0 0 56,7 3 3 6,7 36,7
93,3 6,7
76,7 13,3 66,7 66,7 10 0 100
59 No.
Variabel
3.
Wisata pertanian yang diinginkan (> 1 jawaban) : a. Perikanan b. Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Pertanian (Holtikultura) Kenyamanan di agrowisata ini dilihat dari (> 1 jawaban) : a. Udara yang sejuk b. Tempat yang bersih c. Banyak tempat untuk menikmati pemandangan (beristirahat) d. Pemandangan hijau e. Penggunaan material f. Lainnya Fasilitas yang mendukung keamanan pengunjung : a. Letak fasilitas keamanan yang relatif terjangkau b. Adanya pagar pembatas di sekeliling kawasan c. Penggunaan material yang sesuai dan tidak membahayakan Kebersihan dalam suatu agrowisata ditunjang melalui (> 1 jawaban) : a. Penggunaan material dan warna material fasilitas (kesan bersih) b. Letak dari tempat sampah yang relatif terjangkau c. Adanya peraturan yang keras terhadap orang yang membuang sampah di sembarang tempat. Pengalaman dan pengetahuan dalam suatu agrowisata didapat melalui : a. Program paket wisata yang terjangkau b. Adanya papan informasi pada titik-titik utama c. Jenis-jenis tanaman yang berbeda dan menarik Manfaat yang didapat setelah berkunjung ke kawasan wisata jenis ini (> 1 jawaban) : a. Banyak fasilitas menarik dan lengkap b. Pemandangannya yang indah c. Terdapat obyek unik dan beda dengan lokasi wisata lain d. Mendapat pengalaman dan ilmu Jenis kegiatan wisata yang diinginkan (> 1 jawaban) : a. Bertani b. Berkebun c. Memancing d. Berolahraga e. Berkemah f. Outbond g. Photo hunting h. Lainnya
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Frekuensi Relatif (%) 10 30 6,7 20 36,7
26,7 13,3 43,3 43,3 0 3,3
26,7 13,3 60
26,7 63,3 16,7
16,7 36,7 46,7
6,7 13,3 33,3 50 33,3 50 43,3 36,7 60 66,7 40 6,7
60 No.
Variabel
Frekuensi Relatif (%)
10.
Fasilitas pelayanan yang diinginkan (> 1 jawaban) : a. Tempat parkir b. Warung makan c. Sarana pendidikan d. Kios cinderamata e. Toilet f. Tempat Ibadah g. Kendaraan menuju kawasan h. Tempat istirahat i. Penginapan j. Lainnya
20 50 36,7 36,7 50 56,7 60 43,3 43,3 6,7
Kesediaan untuk ditarik biaya masuk : a. Bersedia b. Tidak bersedia
90 10
11.
Sumber : Hasil Kuisioner, Oktober 2009.
Dari Tabel 6 diketahui bahwa karakteristik pengunjung obyek wisata Taman Buah Mekar Sari didominasi oleh pengunjung yang berasal dari Bogor (66,7%), jenis kelamin laki-laki (56,7%), dengan umur 16-30 tahun (53,3%), dengan pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa (70%), dan kunjungan ke lokasi baru pertama kali (53,3%). Persepsi pengunjung Taman Buah Mekar Sari tentang tujuan kunjungan ke lokasi itu (Tabel 4) menunjukkan bahwa persentasi tertinggi (56,7%) tujuan pengunjung mengunjungi tapak adalah menikmati pemandangan alam sedangkan terendah (3%) adalah kemudahan akses dan fasilitas yang lengkap. Persepsi pengunjung terhadap konsep pengembangan wisata pertanian untuk menjadi alternatif wisata dari yang ada selama ini menunjukkan persentasi yang tinggi sebesar 93,3% dengan alasan bahwa konsep wisata ini dapat menjadi sarana rekreasi yang edukatif sehingga dapat menambah ilmu dan pengalaman yang baru, seperti praktek menanam padi yang tidak akan didapat bila kita berada di tengah kota saat ini. Karena wisata pertanian dapat melepaskan penat masyarakat kota yang justru saat ini banyak yang menginginkan wisata kembali ke alam. Namun dengan bentuk kegiatan yang dapat menarik minat dari semua jangkauan usia. Sedangkan 6,7 % responden menyatakan tidak tahu. Hasil kuisioner tentang beberapa preferensi pengunjung dapat dijelaskan sebagai berikut :
61
1. Preferensi pengunjung tentang sifat aktifitas agrowisata ini dapat dilihat pada Tabel 4, bahwa persentasi tertinggi (76,7%) pengunjung tapak yang menginginkan aktivitas agrowisata yang bersifat aktif yaitu bermain kemudian diikuti dengan aktifitas belajar dan berolahraga, keduanya sebesar 66,7%. Lalu aktifitas bekerja sebanyak 13,3% serta lain-lain (10%) dengan memilih bermain sambil belajar dan berekreasi. 2. Preferensi pengunjung untuk melakukan kunjungan ke agrowisata ini, seluruh responden memilih jawaban lebih nyaman untuk mengajak orang lain atau beramai-ramai (100%). 3. Preferensi pengunjung terhadap jenis wisata pertanian yang cocok dikembangkan saat ini adalah bentuk wisata Pertanian (holtikultura) sebanyak 36,7%. Kemudian wisata perkebunan dipilih sebanyak 30%, kehutanan (20%), perikanan (10%) dan peternakan (6,7%). 4. Preferensi pengunjung terhadap kenyamanan di agrowisata ini dilihat dari banyaknya tempat untuk menikmati pemandangan (beristirahat) serta pemandangan hijau yang terhampar (43,3%). Udara yang sejuk (26,7%) serta tempat yang bersih (13,3%) pun dipilih untuk menciptakan kenyamanan di tempat ini. 5. Preferensi pengunjung terhadap fasilitas yang mendukung keamanan pengunjung
yaitu
penggunaan
material
yang
sesuai
dan
tidak
membahayakan (60%), kemudian letak fasilitas keamanan yang relatif terjangkau (26,7%), serta adanya pagar pembatas di sekeliling kawasan (13,3%). 6. Preferensi pengunjung terhadap kebersihan dalam suatu agrowisata ditunjang melalui letak dari tempat sampah yang relatif terjangkau (63,3%) sebagai persentase terbanyak, penggunaan material dan warna material fasilitas (kesan bersih) dengan persentase sebesar 26,7% dan adanya peraturan yang keras terhadap orang yang membuang sampah di sembarang tempat (16,7%). 7. Preferensi pengunjung terhadap pengalaman dan pengetahuan dalam suatu agrowisata dapat dilihat dari persentase teringgi (46,7%) yaitu penataan jenis-jenis tanaman yang berbeda dan menarik. Kemudian adanya papan
62
informasi pada titik-titik utama (36,7%) dapat mempermudah pengenalan jenis tanaman. Dan persentase terendah didapat melalui program paket wisata yang terjangkau (16,7%). 8. Preferensi pengunjung terhadap manfaat yang didapat setelah berkunjung ke kawasan agrowisata yaitu mendapat ilmu dan pengalaman yang baru memperoleh persentase tertinggi (50%), terdapat obyek yang unik dan beda dari wisata yang lainnya (33,3%), menikmati pemandangan yang indah pada tapak (13,3%) sedangkan banyaknya fasilitas menarik dan lengkap merupakan persentase terendah (6,7%). 9. Preferensi pengunjung terhadap jenis kegiatan wisata yang diinginkan pada saat menikmati jenis wisata ini adalah outbond sebanyak 66,7%. Kemudian diikuti dengan aktifitas berkemah (60%), berkebun (50%), memancing (43,3%), photo hunting (40%), berolahraga (36,7%), bertani (33,3%), dan lainnya sebanyak 6,7% memilih interpretasi alam. 10. Preferensi pengunjung terhadap fasilitas pelayanan yang diinginkan adalah kendaraan menuju kawasan (60%), kemudian responden menginginkan adanya tempat ibadah (56,7%), warung makan dan toilet (50%), tempat istirahat dan penginapan (43,3%), sarana pendidikan dan kios cinderamata (36,7%), tempat parkir (20%), dan lainnya sebanyak 6,7% memilih tempat duduk di beberapa spot tertentu pada tapak. 11. Preferensi pengunjung terhadap penarikan biaya masuk (tiket) di kawasan agrowisata ini sebanyak 83,3% bersedia membayar biaya karcis masuk dengan rataan Rp 10.660,00 dari rentang nilai Rp 1.000,00 hingga Rp 25.000,00. Adapun 6,7% menyatakan bersedia membayar biaya karcis masuk namun tidak menyebut nominal angka yang akan dibayar. Sedangkan 10% menyatakan tidak bersedia ditarik biaya masuk. 1.3.3. Kebijakan Pihak Pengelola PPDF Kebijakan yang akan diterapkan pengelola Yayasan PPDF untuk tapak perencanaan adalah menjadikannya laboratorium lapang bagi santri sebagai media pendidikan dengan pengembangan area untuk mendukung aktivitas pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan konservasi yang akan dimanfaatkan juga sebagai tempat wisata pertanian. Dengan menjadikannya penghasil bibit unggul
63
terdepan sehingga jenis tanaman yang dikembangkan untuk agrowisata pun menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tapak. Perikanan dan peternakan dikembangkan sesuai kebutuhan dengan tetap memperhatikan kenyamanan bagi pengguna tapak serta satwa yang dipelihara. Dan untuk area kehutanan yang terdapat di bukit Darul Fallah tetap dipertahankan sebagai area konservasi. 1.3.4. Kebijakan Pemerintah Daerah Komplek PPDF terletak di Kecamatan Ciampea yang termasuk dalam Kabupaten Bogor dengan demikian Rencana Tata Ruang Wilayah mengikuti Kabupaten Bogor. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 20052025, menurut pasal 35 ayat (1) huruf a, PPDF yang terletak di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea termasuk kawasan pertanian lahan basah, yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah yang pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis (dalam hal ini yang dimaksud adalah sawah). Kriteria pertanian lahan basah adalah bulan kering < 3 bulan, C.H >1500 mm, drainase terhambat, Tekstur SCL, Si, CL, pH 5,5 - 7.0, hara tersedia sedang – tinggi, kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian lahan basah. Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan basah dapat memberikan manfaat : Meningkatkan produksi pangan Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektoral Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam untuk pertanian pangan Meningkatkan pendapatan petani dan penyediaan lapangan kerja. Kawasan pertanian itu sendiri menurut penjelasan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor pada pasal 34 huruf a mencakup kawasan budi daya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan atau tanaman industri. Penerapan kriteria kawasan peruntukan pertanian secara tepat diharapkan akan mendorong terwujudnya kawasan pertanian yang dapat memberikan manfaat berikut : a. Memelihara dan meningkatkan ketahanan pangan; b. Meningkatkan daya dukung lahan melalui pembukaan lahan baru
64
untuk pertanian tanaman pangan (padi sawah, padi gogo, palawija, kacang-kacangan, dan umbi-umbian), perkebunan, peternakan, hortikultura, dan pendayagunaan investasi; c. Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; d. Meningkatkan upaya pelestarian dan konservasi sumber daya alam untuk pertanian serta fungsi lindung; e. Menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat; f. Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; g. Mendorong perkembangan industri hulu dan hilir melalui efek kaitan; h. Mengendalikan adanya alih fungsi lahan dan pertanian ke non pertanian agar keadaan lahan tetap abadi; i. Melestarikan nilai sosial budaya dan daya tarik kawasan perdesaan; j. Mendorong pengembangan sumber energi terbarukan. Sedangkan menurut Laporan Tahunan Kecamatan Ciampea tahun 2007 dijelaskan bahwa analisis potensi pertanian pada kecamatan Ciampea ini akan dikembangkan untuk kegiatan pertanian berupa pertanian lahan basah, agrowisata, lahan kering/perkebunan/palawija. 1.4. Aspek Pendidikan Tujuan pendidikan pesantren adalah terbentuknya pribadi berimanberilmu-berakhlaq Islam, yang mandiri, yang berdakwah menegakkan agama (Iqomatuddin), yang membina peningkatan harkat kehidupan diri pribadi-keluarga dan masyarakat, terutama dengan berwirausaha yang diridhoi Allah SWT. Pesantren menerapkan suatu sistem pendidikan terpadu dari berbagai sisi, seperti keterpaduan antara: 1. Pendidikan agama dengan teknologi/keterampilan (terutama agribisnis) 2. Pendidikan formal sekolah dengan non formal pesantren serta informal komunitas pesantren 3. Pendidikan intelektual (teori) dengan praktek penerapan usaha atau kewirausahaan
65
4. Pendidikan pencapaian prestasi individual dengan semangat pelayanan pada masyarakat dhuafa dan masakin. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka dibuka pendidikan formal yakni TK Islam/RA (tahun 1992), Madrasah Tsanawiyah (tahun 1993), dan Madrasah Aliyah terpadu (tahun 1994). • Visi Madrasah Menjadikan Madrasah Unggul yang mampu menghasilkan kaderkader generasi muda terbaik bagi bangsa dan umat Islam Indonesia. • Misi Madrasah 1.
Mendidik generasi taqwa, cerdas dan mandiri
2.
Mengembangkan Sistem Pendidikan Unggul yang senantiasa relevan dengan perkembangan zaman
3.
Mendorong pemerataan hak dalam pendidikan bagi seluruh lapisan ekonomi masyarakat.
Fokus penyelenggaraan pendidikan di pesantren ini diarahkan pada tiga Dimensi Keunggulan, yaitu: 1. Taqwa:
Aqidah yang benar, Ibadah yang baik, Akhlak yang mulia.
2. Cerdas:
Kemampuan
intelektual,
Kemampuan
berkomunikasi,
Kemampuan teknologi dan informasi. 3. Mandiri: Jiwa kepemimpinan, Jiwa kewirausahaan, Kemampuan manajerial. Metode pendidikan yang diterapkan di pesantren ini yaitu: 1. Proses pendidikan secara holistik melalui seluruh aktivitas selama 24 jam 2. Metode penyampaian melalui keteladanan belajar di kelas dan alam terbuka, praktek dan belajar mandiri 3.
Penggunaan metode secara accelerated learning, teknik membaca cepat, penyeimbangan penggunaan otak kanan dan otak kiri. Darul Fallah menggunakan kurikulum yang merujuk pada Kurikulum
Nasional Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang disempurnakan dengan muatan lokal terutama Jiwa Kemandirian, MIPA dan Agama.
66
Tabel 7. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs) No.
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
1. 2. 3. 4.
Kurikulum Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional Mata Pelajaran Departemen Agama Quran Hadits Aqidah Akhlaq Fiqih Bahasa Arab Sejarah Kebudayaan Islam Mata Pelajaran Departemen Pendidikan Nasional PPKN Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Ilmu Pengetahuan Alam a. IPA Fisika b. IPA Biologi c. IPA Kimia Ilmu Pengetahuan Sosial a. IPS Sejarah b. IPS Ekonomi c. IPS Geografi Olahraga dan Kesehatan Seni Budaya Teknologi dan Informasi Komputer Mata Pelajaran Keterampilan /Life Skill (Muatan Lokal) Tata Busana/Tata Boga Budi Daya Tanaman Proyek Pertanian Bimbingan dan Penyuluhan (BP)
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11
Kurikulum Kepesantrenan
Tauhid Akhlaq LilBanin/Banat Hafalan Do’a Hafalan Hadits Hafalan Surat/Al-Qur’an Mahfudzat Mutholaah Imla Khot Kuliah Umum Bimbingan Tadarus Al-Qur’an
67
Tabel 8. Kurikulum Madrasah Aliyah Terpadu (MAT) No.
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kurikulum Departemen Agama dan Departemen Pendidikan Nasional Mata Pelajaran Departemen Agama Quran Hadits Aqidah Akhlaq Fiqih Bahasa Arab Sejarah Kebudayaan Islam
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mata Pelajaran Departemen 9. 10. Pendidikan Nasional 11. PPKN 12. Bahasa Indonesia 13. Bahasa Inggris 14. Matematika 15. Ilmu Pengetahuan Alam 16. a. IPA Fisika 17. b. IPA Biologi 18. c. IPA Kimia 19. Ilmu Pengetahuan Sosial 20. a. IPS Sejarah b. IPS Ekonomi c. IPS Geografi d. IPS Sosiologi e. IPS Akuntansi Olahraga dan Kesehatan Seni Budaya Teknologi dan Informasi Komputer Mata Pelajaran Keterampilan /Life Skill (Muatan Lokal) Tata Busana Budi Daya Tanaman Proyek Pertanian Magang dan Kewirausahaan Pengelolaan Hasil Pertanian (PHP) Budi Daya Perikanan Pertukangan Koperasi Bimbingan dan Penyuluhan (BP)
Kurikulum Kepesantrenan
Ilmu Tafsir Fiqh Da’wah Fiqh Muqarin Ushul Fiqh Ilmu Hadits Mahfudzat Imla Khot Bulughul Maram Ilmu Tauhid Tafsir Jalalain Adabu At Thalib Tarjamah Lafziyah Al-Mufradat Mukhtarul Hadits Muhadatsah Nahwu dan Sharaf Kuliah Umum Ilmu Tajwid Bimbingan Tadarus Al-Qur’an
68
Lahan yang digunakan untuk praktikum santri di tapak perencanaan itu ada dua yaitu lahan di pinggir sungai Cinangneng (di depan kantor PT. DaFa) dan lahan di atas bukit Darul Fallah. Contohnya adalah lahan organic farming yang berada di sektor II yang telah dibuat bed thub (bedengan). Sedangkan tempat di atas bukit itu merupakan hutan rakyat, terdapat pohon sengon (Paraserianthes falcataria), walaupun yang menanam para santri tetapi masyarakat juga turut menjaga kelestariannya. Ada beberapa orang yang terjun sebagai mediasi bagi santri juga. Selain itu lahan praktikum juga terdapat di depan kantor yayasan PPDF berupa lahan untuk pertanian pangan. Menurut data PPDF pada Agustus 2009, jumlah murid pada madrasah Tsanawiyah yaitu 86 orang dengan rincian kelas tujuh berjumlah 27 orang, kelas delapan berjumlah 24 orang, kelas sembilan berjumlah 35 orang. Sedangkan pada madrasah Aliyah jumlah keseluruhan murid ada 107 orang dengan rincian kelas sepuluh berjumlah 28 orang, kelas sebelas berjumlah 28 orang dan kelas dua belas berjumlah 51 orang. Dengan tenaga pengajar yang berjumlah 32 orang pada Madrasah Aliyah Terpadu Pesantren Pertanian Darul Fallah, dan dapat dilihat pada lampiran 2. Untuk kurikulum Madrasah Aliyah, metode praktikum santri difokuskan pada metode dari hulu ke hilir, yaitu dimulai dari pembibitan-pembenihanpenyemaian-pemasaran dll. Pengolahan lahan tiap kelas X dan kelas XI berbeda. Dalam kurun waktu 1 tahun ajaran ada dua kali panen. Jadwal mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah Aliyah Terpadu Darul Fallah dapat dilihat pada lampiran 3. Kurikulum Aliyah yang diajarkan di kelas: 1. Kelas X Tanaman yang ditanam adalah sejenis sayuran contohnya cabe dan terong. Kegiatan praktikum untuk kelas sepuluh dimulai dari pengolahan tanah, penyemaian,
penanaman,
perawatan,
panen,
pascapanen
hingga
pemasaran. Satu semester dilakukan perlakuan untuk satu tanaman. Selain itu kelas sepuluh juga mempelajari perikanan dengan memelihara ikanikan yang terdapat pada blok perikanan.
69
2. Kelas XI Kelas sebelas sudah mulai mempelajari peternakan dengan ayam dan kelinci sebagai binatang percobaannya. Dengan kegiatan praktikum berupa penyuntikkan, pengenalan berbagai penyakit kemudian penyembuhan penyakit. Selain itu kelas sebelas mempelajari pengolahan pertanian berupa pengenalan alat-alat teknologi pertanian contohnya vacum fryng. 3. Kelas XII Kurikulum yang digunakan kelas dua belas adalah kurikulum dari Departemen Agama, kurikulum usaha, dan kurikulum kepesantrenan. Dengan praktikum berupa mempelajari dan mempraktekkan tambulampot (tanaman buah dalam pot), serta tanaman hias yang lahannya berada di dekat pintu masuk Sektor I PPDF. Tanaman-tanaman yang dipraktekkan di antaranya adalah tanaman obat, tanaman organik, pembibitan tanaman besar, dan tanaman palawija. Sedangkan untuk kurikulum Tsanawiyah yaitu diajarkan dasar-dasar dari pertanian. Tanaman yang dipraktekkan di antaranya adalah kangkung, terong, bayam, sawi. Perbedaan praktikum Madrasah Aliyah dengan Tsanawiyah adalah Madrasah Aliyah sampai ke pemasaran sehingga harus turun langsung ke pasar untuk menjual hasil produksi.