I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik pembangunan ekonomi, sosial, politik dan budaya saja, tetapi juga aspek mental. Perkembangan mental yang baik akan menghasilkan SDM unggul yang mampu mengelola potensi dam yang dimiliki, menciptakan inovasi dan mampu berkompetisi. Tantangan untuk menciptakan SDM unggul saat ini semakin besar, mengingat kondisi ekonomi yang sulit dan permasalahan sosial yang semakin kompleks, serta tuntutan globalisasi yang mendesak. Remaja adalah aset bangsa yang kelak akan meneruskan perjuangan bangsa dan membangun negara. Remaja yang sehat fisik dan mental akan menjadi modal utama dalam pembangunan.
Masa remaja adalah masa transisi yang di dalam
perkembangannya banyak mengalami perubahan-perubahan, baik secara biologis, psikologis maupun sosiologis. Permasalahan atau penyakit sosial pada usia remaja juga semakin banyak, misal kenakalan remaja, penggunaan obat-obat narkotika, dan termasuk perilaku seksual pra nikah. Perkembangan
teknologi
komunikasi
yang
semakin
canggih
telah
memudahkan orang untuk memperoleh informasi terbaru dan terakhir. Berbagai macam informasi yang berkaitan dengan teknologi, ilmu pengetahuan, berita-berita mancanegara, hiburan dan mode, termasuk informasi tentang masalah seksual, fotofoto dan gambar-gambar erotis dapat diperoleh dengan mudah oleh khalayak umum. Berbagai jenis media seperti media cetak, media audio, audio-visual sampai
2
perangkat multi media sekarang ini sudah banyak dijumpai di Indonesia, sehingga orang yang mempunyai kemampuan untuk mengakses media seperti internet dan multimedia dapat memperoleh lebih banyak informasi daripada orang yang tidak punya kemampuan mengakses. Kemudahan memperoleh informasi tersebut memberi
dampak pada
pergeseran dan perubahan nilai, norma dan gaya hidup suatu masyarakat yang telah ada sebelumnya. Informasi memang dapat memberikan kontribusi yang tidak sedikit pada ruang kognitif, afektif serta psikomotorik seseorang. Dalam hal ini, informasi sering dijadikan bahan pertimbangan ketika menyikapi suatu hal, terutama dalam mengambil keputusan. Hal yang serupa juga terjadi dengan informasi seks. Dengan kata lain, globalisasi informasi menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari dan keberlangsungannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk itu, perlu disadari bahwa informasi seks sekarang ini belum memperoleh perhatian yang cukup besar dan serius. Hal ini disebabkan masih adanya pandangan, khususnya para orang tua yang beranggapan bahwa pembicaraan tentang seks merupakan ha1 yang tabu. Padahal, di sisi lain ada media yang telah menyajikan informasi seks bebas dan disukai oleh remaja, rnisalnya film Dawson Creek yang diperpanjang pemutarannya di suatu stasiun televisi swasta (TPI), film Melrose Place (SCTV), Beverly Hills (RCTI) dan berbagai serial telenovela, sinetron dan lain-lain yang menyajikan cerita
hidup bersama tanpa menikah, pergaulan bebas, hubungan seks sebelum menikah, melahirkan anak dari hubungan yang tidak sah, perselingkuhan dan lain-lain. Selain itu, dapat dikatakan bahwa kaum remaja adalah kelompok masyarakat yang paling gandrung akan tontonan atau bacaan cabul, seperti yang banyak di jual di bursa buku
3 bekas yang terletak di Proyek Senen (Lesmana, 1995). Belum lagi media internet yang terbuka dan bebas dalam memvisualisasikan masalah seksual. Fenomena hubungan seksual sebelum menikah di kalangan remaja sekarang ini menjadi permasalahan serius, karena hal ini berkaitan dengan kualitas kehidupan dan moral generasi selanjutnya.
Menurut Khofifah, mantan Menteri Urusan
Pemberdayaan Perempuan, pada tahun 1999 remaja yang hamil di luar nikah sebanyak satu juta orang. Jumlah tersebut adalah yang terdaftar, kemungkinan banyak lagi yang belum terdaftar atau melakukan praktek aborsi. Sementara itu, dari hasil pemantauan Boyke (1996) diperkirakan 6-20% siswa SMA dan mahasiswa di Jakarta melakukan hubungan seksual pra nikah. Lebih mengejutkan lagi, 35% mahasiswa dari satu Fakultas Kedokteran swasta menyetujui hubungan seksual pra nikah (Permata, 1996). Selain itu hasil penelitian mahasiswa FISIP Universitas Indonesia menunjukkan jumlah mahasiswa yang melakukan kegiatan petting dan hubungan seks bersama pacarnya sekitar 17,5%, sementara dengan sahabatnya sendiri dilakukan oleh 8 % (Yahya, 1988). Hasil survey Rumah Gaul Yayasan Pelita Ilmu, dari 117 responden remaja (13-20 tahun), 42% menyatakan pernah melakukan hubungan seksual, 52% di antaranya masih aktif (Kompas, 1999). Hal serupa juga ditemukan Psikolog Anak dan Perkembangan, Prof. Dr. Fauziah Aswin Hadis (1999), selama periode MeiDesember, dari 114 surat yang dijawab, 43% menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan masalah seks, mulai dari menonton film porno, khayalan tentang seks, memegang alat kelamin (petting), homoseksualitas, masalah hubungan seks, kehamilan sampai dengan pengguguran kandungan. Dari 43% tersebut, 29% berupa
pengakuan telah melakukan hubungan seks
dan hanya satu orang yang berani
menolak ajakan melakukan hubungan bersebadan. Dari fenomena dan berbagai hasil penelitian tersebut, tak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi pergeseran nilai dan norma yang besar tentang seks dan perilaku seksual pra nikah. Pada zaman dahulu, seks begitu tabu untuk dibicarakan, sekarang menjadi begitu bebas diperoleh dan dibahas oleh masyarakat, terutama oleh para remaja.
Dahulu orang merasa malu bila bergandengan tangan, berpelukan dan
berciuman di tempat umum, sekarang hal tersebut sudah terlihat wajar. Menurut Fauziah, perubahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari derasnya informasi seks yang diterima (Republika, 2000). Informasi seks yang ada sebenarnya merupakan bagian dari pengetahuan dan pengalaman remaja. Pengetahuan dan pengalaman ini sangat penting dalam sosialisasi, perkembangan dan menjadi kerangka acuan (norma) dalam menjalani kehidupan remaja yang semakin kompleks dan sulit. Selanjutnya, dengan informasi seks yang diperoleh, remaja mampu menafsirkan beberapa aspek tentang seks dan perilaku seksual pra nikah, yaitu melalui proses persepsi. Fenomena lain yang muncul sebagai dampak informasi seks adalah menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat besar, kecemasan, keinginan mencoba karena dorongan seksual yang tidak bisa dikendalikan oleh para remaja (Kompas, 1997). Dalam ha1 ini, persepsi menjadi dasar atau motif pembentukan perilaku seseorang (Tubbs and Moss, 1996). Selain itu, dengan melakukan persepsi dapat mengurangi keragu-raguan. ( Heider dalam Littlejohn, 1992).
5
Dari uraian di atas, dapat diduga ada keterkaitan antara jenis informasi seks yang diterima remaja dari berbagai saluran komunikasi dengan persepsinya tentang perilaku seksual pra nikah. Dalam konteks ini, SMU yang menjadi lokasi penelitian adalah salah satu lembaga pendidikan yang cukup terkenal, menempati peringkat keempat dalam memperoleh NEM yang paling tinggi di kota Bogor dan dengan status sosial ekonomi siswa-siswinya yang cukup beragam. Berdasarkan pengamatan sementara, sejak kelas I para siswanya sudah biasa membentuk kelompok/grup. Biasanya grup ini terbentuk berdasarkan kecocokan hobi, asal S M P dan teman jalan. Dengan melihat kecenderungan tersebut, diduga peer group secara potensial dapat menjadi
sumber informasi, termasuk informasi seks. Disamping itu, narnpaknya
sebagian darinya mereka mulai mempunyai teman dekat (pacar). Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana jenis informasi seks yang diperoleh remaja ? 2. Bagaimana persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah ?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan jenis informasi seks
yang diperoleh remaja dari berbagai saluran komunikasi ? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan informasi seks yang
diperoleh rernaja dari berbagai saluran komunikasi ? 5. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan persepsi remaja tentang
perilaku seksual pra nikah ? 6. Bagaimana hubungan antara jenis inforrnasi seks dari berbagai saluran
komunikasi dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah ?
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui jenis informasi seks yang diperoleh remaja .
2. Mengetahui persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah. 3. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan jenis informasi seks
yang diperoleh dari berbagai saluran komunikasi.. 4. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan informasi seks yang
diperoleh dari berbagai saluran komunikasi. 5. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan persepsi remaja tentang
perilaku seksual pra nikah ? 6. Mengetahui hubungan antara jenis informasi seks dari berbagai saluran
komunikasi dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah.