BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Evaluasi dampak program pengembangan IKM di kota Bandar Lampung
menunjukkan
bahwa
program
berdampak
baik
terhadap
perkembangan IKM dilihat dari aspek pengembangan SDM dan aspek pemasaran. Adapun sebaliknya aspek kemitraan tidak berdampak. Tabel.VI. 1 Dampak Kegiatan Pengembangan SDM Kegiatan
Indikator Dampak
Penilaian Dampak
Pelatihan dan Pembinaan Industri Batik
Cara produksi
SDM bisa menggunakan teknik menggunakan teknik canting
Efisiensi produksi Produktivitas
lebih murah dan pembuatannya lebih cepat
Kualitas hasil produksi Penjualan Pelatihan dan Pembinaan Ikan Olahan
Pelatihan dan Pembinaan Emping Melinjo
Cara Produksi Efisiensi Produksi Produktivitas Kualitas Hasil produksi Penjualan Semua Indikator
celup
tadinya
hanya
bisa
Satu pekerja bisa membuat empat kali lipat lebih banyak batik celup disbanding batik canting dalam sebulan Semakin baik karena produk batik celup yang warnanya lebih natural
Meningkat karena menambah variasi produk dan banyak peminat batik celup SDM dapat menggunakan teknik pembuatan kemasan produk menggunakan alumunium foil. Waktu pengerjaan lebih lama dan biaya bahan baku lebih mahal akan tetapi dapat ditutupi dengan penjualan yang meningkat Secara konsisten dapat memproduksi 30-35 bungkus per bulannya Lebih berkualitas karena kemasan menggunakan alumunium foil sehingga dapat masuk ke pasar swalayan Konsisten menjual 30-35 bungkus produk per-bulannya kepada distributor tetap Tidak terdampak karena materi pelatihan minim unsur kebaruan dan tidak aplikatif.
128
Khusus untuk aspek pengembangan SDM, dampak dipengaruhi oleh materi pelatihan yang disampaikan ada unsur kebaruan serta aplikatif untuk dilaksanakan. Secara umum berdasarkan aspek pengembangan SDM, kegiatan sudah berdampak baik untuk pelatihan batik dan ikan olahan. Hal ini dikarenakan materi pelatihan yang disampaikan ada unsur kebaruan serta aplikatif untuk dilaksanakan. Akan tetapi, hal berbeda dirasakan oleh pelaku industri emping melinjo yang mengikuti pelatihan dan pembinaan emping melinjo yang ternyata tidak berdampak dikarenakan materi pelatihan yang disampaikan minim unsur kebaruan, adapun ilmu baru mengenai pembulatan bahan emping menggunakan gelas tidak diaplikasikan karena dinilai lebih tidak efisien. Tabel.VI. 2 Dampak Aspek Kemitraan Kegiatan Fasilitasi Kerjasama IKM dengan Swasta
Indikator Dampak Cara Distribusi Perluasan Pasar Tingkat Penjualan
Penilaian Dampak Kegiatan tidak berdampak
Kegagalan pada aspek kemitraan sebagaimana disampaikan pada tabel di atas dikarenakan memang tidak terjadi kerjasama antar peserta dengan pihak swasta dalam hal ini Hypermart. Kerjasama tidak terjadi dikarenakan syarat yang harus dipenuhi oleh IKM untuk menjalin kerjasama dengan Hypermart
129
sulit dipenuhi terkait dengan perbaikan kemasan. Selain itu, IKM merasa keberatan dengan sistem pengembalian tidak langsung/cash. Tabel.VI. 3 Dampak Aspek Pemasaran Kegiatan Kegiatan Promosi Produk IKM
Indikator Dampak Perluasan Pasar
Penilaian Dampak
Tingkat Penjualan
Segaris lurus dengan perluasan pasar, yaitu dirasakan berdampak signifikan oleh beberapa IKM yang ikut expo di luar kota. Selain itu, tingkat penjualan juga tidak dipengaruhi oleh expo di dalam kota untuk beberapa IKM yang mengikuti, namun cukup berpengaruh signifikan pada Sulam Usus skala kecil. Dampak dirasakan hanya kepada IKM yang terpengaruh dari segi perluasan pasar oleh kegiatan expo di luar kota saja. Perubahan terjadi para cara pemesanan yang melalui alat telekomunikasi jarak jauh seperti telepon, cara pembayaran melalui transfer antar rekening serta cara pendistribusian atau pengiriman barang mayoritas melalui jasa pengiriman paket kecuali Kopi 46 yang men-carter truk untuk mengrim produknya.
Prosedur Manajemen Penjualan
Dampak baik dirasakan hampir seluruh IKM yang mengikuti expo di luar kota. Sedangkan untuk expo dalam kota tidak berdampak pada hampir keseluruhan IKM, kecuali untuk produk sulam usus dikarenakan selama ini cara penjualan pengrajin sulam usus tidak mempertemukan antara produsen dan konsumen tetapi melalui perantara distributor yaitu toko-toko di pasar, sehingga expo sebagai momentum untuk menjalin interaksi antara produsen dan konsumen.
Pada aspek pemasaran, berdampak baik terhadap kualitas IKM dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah berdasarkan frekuensi sering tidaknya mengikuti expo, berdasarkan level pemasaran yang diikuti, serta berdasarkan cara penjualan IKM.
130
Analisa mengenai korelasi antara anggaran yang minim dengan optimalisasi dampak berdasarkan proses penelitian yang telah dijalani, harus dibedakan dari dua sisi penilaian. Pertama, penilaian berdasarkan dampak kegiatan khusus IKM terintervensi, maka peneliti secara tegas menyatakan bahwa meskipun anggaran sedikit namun ketika memenuhi kriteria kegiatan yang baik berdasarkan aspek pengembangan IKM akan berdampak baik pula. Misalnya saja, kegiatan pelatihan dan pembinaan IKM jika memenuhi kriteria kebaruan materi dan sifat pengetahuan yang aplikatif, akan berdampak baik kepada industri batik, dan ikan olahan. Penilaian berbeda pada sisi kedua yaitu jika dilihat perbandingan antara kelompok terintervensi dan tidak terintervensi. Peserta yang terlatih pada kegiatan pelatihan dan pembinaan IKM hanya berjumlah 180 orang atau hanya 2% dari total pelaku IKM. Jumlah tersebut sudah selama 3 tahun pelaksanaan kegiatan. Lebih miris lagi, kegiatan fasilitasi kerjasama IKM dan swasta hanya menampung 40 orang saja, tidak sampai 1% dari keseluruhan IKM bahkan. Begitu juga dengan kegiatan promosi produk UMKM yang jumlahnya sangat terbatas, hanya
sampai 6 IKM saja yang
terlibat di setiap kegiatannya. Implementasi Program Pengembangan IKM tidak berpengaruh pada bertambahnya jumlah IKM/UMKM. Sehingga penentapan indikator untuk Kegiatan Promosi Produk IKM jelas tidak tepat sasaran. Untuk Kegiatan
131
Pelatihan dan pengembangan IKM dan Fasilitasi Kerjasama IKM dengan Swasta dengan indikator pencapaian sasaran adalah meningkatnya kontibusi sektor industri terhadap PDRB juga tidak tepat karena kecilnya jumlahIKM terintervensi sehingga besar kemungkinan peningkatan PDRB dari sektor industri disebabkan oleh faktor lain. VI.2. Saran Dari beberapa permasalahan terkait dengan kegiatan yang tidak berdampak seperti di bab-bab sebelumnya, bisa disimpulkan bahwa penyebabnya adalah bahwa untuk kegiatan pelatihan dan pembinaan IKM masalahnya adalah karena materi yang disampaikan tidak mempunyai unsur kebaruan dan tidak aplikatif sehingga, beberapa rekomendasi yang diberikan dalam memperbaiki kegiatan tersebut adalah: 1. Disperindagkop memastikan terlebih dahulu potensi serta kebutuhan SDM dari IKM tertentu yang akan menjadi sasaran kegiatan di tahun-tahun berikutnya untuk kemudian membuat materi pelatihan yang memang butuh mereka ketahui. Caranya dengan melakukan riset atau dalam bentuk identifikasi permasalahan IKM.
132
2. MemperkiraKan unsur implementatif dan reliabilitas dari materi yang akan disampaikan apakah mungkin diaplikasikan oleh IKM di kemudian hari atau tidak. 3. Memfasilitasi IKM untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pasca kegiatan sebagai
follow up agar ilmu dapat
diimplementasikan. Khusus untuk kegiatan fasilitasi kerjasama IKM dan swasta, karena tidak terjadinya kerjasama berkaitan erat dengan ketidakmampuan IKM memenuhi syarat dan ketentuan dari pihak swasta, maka dalam hal ini ada beberapa alternative yang bisa diaplikasikan. 1. Jika memang kegiatan fasilitasi tetap akan dilaksanakan dan bentuknya sama seperti pada tahun 2013, maka yang harus dilakukan oleh Disperindagkop adalah melakukan follow up yaitu memfasilitasi
IKM
sebagai
peserta
bukan
hanya
dengan
memberikan materi dari swasta tapi fasilitas dalam bentuk barang misalnya saja keberatan IKM terhadap Hypermart adalah soal kemasan, maka Pemkot memfasilitasi perbaikan kemasan dengan penambahan modal atau bantuan bahan untuk membuat kemasan lebih baik.
133
2. Alternatif yang lebih diprioritaskan menurut hemat peneliti adalah bahwa sebelum kegiatan dilakukan diidentifikasi dulu apa yang disyaratkan pihak swasta dan bagaimana kemampuan calon peserta kegiatan, jika diantara keduanya memungkinkan untuk dilakukan kerjasama maka kegiatan sepantasnya dilakukan. Untuk kegiatan promosi produk IKM, karena bentuknya adalah pameran/expo, dan permasalahan yang sering muncul adalah ketidak seimbangan porsi keterlibatan expo antara usaha kecil serta mikro dengan usaha menengah,maka yang harus dilakukan adalah mengurangi gap antar keduanya dalam hal frekuensi mengikuti expo. Artinya, Disperindagkop dituntut untuk bisa memberikan porsi lebih pada IKM kecil dan mikro dalam mengikuti kegiatan expo. Berkaitan dengan permasalahan anggaran, maka tidak ada jalan lain kecuali mengupayakan anggaran untuk pengembangan industri
dapat
ditingkatkan untuk tahun-tahun berikutnya. Paling tidak dapat meningkatkan jumlah IKM yang dapat terintervensi. Penentuan prioritas pengembangan pada produk unggulan juga seharusnya tidak serta merta mengeliminasi peran serta kebutuhan IKM non unggulan yang jumlahnya adalah mayoritas. Sehingga untuk ke depannya diperlukan juga program-program yang menyentuh IKM non produk unggulan.
134
Penetapan indikator tujuan dan sasaran sebaiknya harus tepat sasaran. Pihak policy maker dari kebijakan serta program pengembangan industri harus dapat menemukan kerangka logis antara tujuan, sasaran serta indikator pencapaiannya. Hal ini dimaksudkan agar implementasi program dapat lebih difokuskan pada pemenuhan indikator yang tepat guna sehingga sifatnya dapat lebih efektif dalam mencapai tujuan serta sasaran.
135