KTSP & K-13
Geografi ASPEK KEPENDUDUKAN IV
Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami usia kerja, tenaga kerja, angkatan dan bukan angkatan kerja. 2. Memahami kegunaan dan bentuk piramida penduduk. 3. Memahami mobilitas penduduk dan faktor penyebabnya. 4. Memahami pengendalian mobilitas.
P. 1.
Usia kerja, Tenaga Kerja, Angkatan Kerja, dan Bukan Angkatan Kerja Usia Kerja Usia kerja adalah usia penduduk antara 15 – 60 tahun.
2.
Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah setiap penduduk yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
3.
Angkatan Kerja Angkatan kerja adalah penduduk usia 15 – 60 tahun, yang terdiri atas komponen berikut. a.
Penduduk yang sedang bekerja, termasuk pengangguran tidak kentara (disguise unemployment).
K e l a s
XI
b.
Pengangguran terbuka, terdiri atas penduduk yang pernah bekerja dan belum pernah bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan.
Menurut data sensus pada 2010, jumlah penduduk angkatan kerja adalah 67, 23 % dari seluruh penduduk usia kerja.
4.
Bukan Angkatan Kerja Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 15 – 60 tahun yang tidak bekerja untuk memperoleh penghasilan, yang terdiri atas penduduk usia sekolah, ibu rumah tangga, dan penduduk yang tidak mampu bekerja karena berbagai faktor.
Q. Piramida Penduduk 1. Model Piramida Penduduk Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan secara grafik dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah laki-laki dan perempuan serta jumlah tenaga kerja dan struktur penduduk suatu negara. Cara-cara penggambaran piramida penduduk adalah sebagai berikut. a.
Sumbu vertikal untuk distribusi umur.
b.
Sumbu horizontal untuk jumlah penduduk, baik secara absolut maupun secara persentase.
c.
Dasar piramida dimulai untuk umur muda (0 – 4 tahun) makin ke atas untuk umur yang lebih tua.
d.
Puncak piramida umur tua sering disebut dengan sistem open end interval, misalnya untuk umur 75 tahun dan seterusnya cukup ditulis 75+ dan 84 tahun, 85 tahun, 86 tahun ditulis 80+.
e.
Bagian sebelah kiri untuk penduduk laki-laki dan sebelah kanan untuk penduduk perempuan.
f.
Besarnya balok diagram untuk masing-masing kelompok umur harus sama.
2
Gambar piramida penduduk Indonesia tahun 2010 (ilustrasi ulang dari sumber: Pusat Sensus Amerika Serikat, Pusat Data Internasional)
2.
Kegunaan Piramida Penduduk Kegunaan dari piramida penduduk di antaranya sebagai berikut.
3.
a.
Mengetahui komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, jumlah penduduk, rasio ketergantungan, usia nonproduktif dan produktif, sex ratio, model pertumbuhan penduduk, struktur penduduk.
b.
Meramalkan jumlah penduduk di masa yang akan datang.
c.
Menganalisis program KB dan tenaga kerja.
Bentuk Piramida Penduduk
No.
Bentuk Piramida Penduduk
1.
Piramida kerucut/muda/ekspansif
Keterangan 1.
Kondisi penduduk bertumbuh.
berkembang/
2.
Pertumbuhan penduduk cepat.
3.
Kelahiran > kematian.
4.
Kelahiran tinggi, CBR > 30 per 1.000 jiwa. Kematian tinggi, CDR > 20 per 1.000 jiwa.
Skema bentuk dasar piramida 5. ekspansif 6. 7.
3
Usia muda > usia tua. Rasio ketergantungan besar. Kelompok umur makin berkurang jumlahnya.
tua
makin
8.
Butuh lapangan kerja luas.
9.
Contohnya Filipina.
Piramida nisan/tua/dewasa/konstruktif 1.
2.
Piramida stasioner/tetap
Kondisi penduduk makin berkurang.
2.
Pertumbuhan penduduk lambat.
3.
Kelahiran < kematian.
4.
Usia muda < usia tua.
5.
Rasio ketergantungan kecil.
6.
Kelompok umur makin bertambah jumlahnya.
Skema bentuk dasar piramida konstruktif 7.
3.
Indonesia, Thailand, dan
tua
makin
Butuh TKW dan TKI.
8.
Contohnya Jepang, Swedia, dan Amerika Serikat.
1.
Kondisi penduduk tetap/stabil. Artinya jumlah penduduk tiap kelompok umur hampir sama, kecuali ≥ 75 tahun.
2.
Pertumbuhan penduduk tetap/stabil.
3.
Kelahiran dan kematian seimbang.
4.
Kelahiran rendah, CBR < 20 per 1.000 jiwa Kematian rendah, CDR < 10 per 1.000 jiwa
Skema bentuk piramida stasioner 5.
Usia muda dan usia tua seimbang.
6.
Rasio ketergantungan nol.
7.
Contohnya Belanda, Jerman, dan Prancis.
R. Mobilitas Penduduk Mobilitas penduduk adalah gerak perpindahan penduduk. Mobilitas penduduk meliputi mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
1.
Mobilitas Vertikal Mobilitas vertikal adalah gerak perpindahan strata sosial (status sosial) penduduk.
2.
Mobilitas Horizontal Mobilitas horizontal adalah gerak perpindahan tempat, yang terdiri atas sebagai berikut. a.
Mobilitas permanen (migrasi), yaitu gerak perpindahan tempat untuk menetap di daerah tujuan.
4
1)
2)
b.
S.
Migrasi intern (migrasi nasional), yaitu gerak perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu negara. •
Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari daerah padat penduduk ke daerah yang lebih jarang penduduk.
•
Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota.
•
Ruralisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa.
Migrasi ekstern (migrasi internasional), yaitu gerak perpindahan dari satu negara ke negara lain. •
Imigrasi, yaitu masuknya penduduk ke suatu negara dan menetap di sana.
•
Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara dan menetap di negara tujuan.
•
Remigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara dan menetap di negara tujuan, kemudian kembali ke negara asalnya.
Mobilitas nonpermanen (sirkuler), yaitu gerak perpindahan tempat tanpa menetap di daerah tujuan. 1)
Sirkulasi, yaitu perpindahan penduduk musiman.
2)
Penglaju (commuter), yaitu perpindahan penduduk harian.
3)
Evakuasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain untuk menghindari bencana atau bahaya, seperti gempa, letusan gunung api, peperangan, dan wabah penyakit.
Faktor Penyebab Mobilitas Penduduk Berikut adalah beberapa faktor penyebab mobilitas penduduk. 1.
Faktor sentrifugal, yaitu faktor yang mendorong penduduk untuk meninggalkan daerahnya akibat kekurangan lapangan kerja, upah rata-rata rendah, fasilitas pendidikan dan kesehatan terbatas, kondisi daerah kurang aman, adanya bencana alam, keinginan meningkatkan taraf hidup, dan keinginan bebas dari kekangan tradisi.
2.
Faktor sentripetal, yaitu faktor yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di daerahnya, di antaranya adalah terikat dengan tanah pertaniannya, ikatan kekeluargaan yang kuat antarpenduduk, sistem gotong-royong yang kuat, dan tingginya biaya hidup di daerah lain atau di kota.
3.
Perbaikan sarana transportasi yang menghubungkan kota dengan desa dan daerah terpencil.
5
T. Pengendalian Mobilitas Penduduk Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian mobilitas penduduk. 1.
Melaksanakan kebijakan “kota tertutup”, yaitu larangan bagi penduduk yang tidak memiliki KTP setempat atau pekerjaan tetap untuk tinggal di daerah tersebut.
2.
Melaksanakan pembangunan sarana transportasi di seluruh wilayah Indonesia.
3.
Melaksanakan pembangunan terpadu antara kota dengan desa sehingga pusat pertumbuhan muncul di mana-mana, tidak hanya berpusat di kota.
4.
Melaksanakan pembangunan industri di pedesaan, daerah perbatasan, daerah terpencil yang memiliki potensi sumber daya alam.
5.
Melaksanakan pemerataan pembangunan antarwilayah.