BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan suatu masyarakat. Jumlah penduduk yang terlalu banyak dan tidak terkendali disertai dengan kualitas hidup yang rendah akan senantiasa menjadi beban pembangunan dan akan menjadi beban suatu negara dalam menjalankan peran dan fungsinya. Salah satu negara yang cukup akrab dengan masalah meledaknya jumlah penduduk adalah Indonesia. Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki keistimewaan yang patut dibanggakan oleh bangsanya. Indonesia yang memiliki beragam budaya, suku, adat istiadat ras, bahasa daerah serta keramahannya sebagai “orang timur” menjadikan Indonesia menjadi negara yang cukup banyak dikagumi oleh bangsa – bangsa dari negara lain, meskipun Indonesia masih dilabelkan sebagai Negara yang masih berkembang serta butuh waktu dan proses untuk beralih menjadi Negara yang maju. Namun jika ditelaah lebih lanjut, Indonesia banyak memiliki masalah yang cukup pelik sebagai negara berkembang. Salah satu masalahnya adalah dalam hal meledaknya jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia terbukti dengan menjadikan Indonesia sebagai negara keempat terbesar dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Pada pertengahan tahun 2007 Indonesia berpenduduk sekitar 225,5 juta jiwa, terdiri dari 112,6 juta perempuan dan 112,9 juta laki – laki. Dalam pendataan penduduk oleh
Universitas Sumatera Utara
Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia terhitung pada tanggal 31 Desember 2010 mencapai 259,94 juta jiwa. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan(http://www.nasionalkompas.com. Diakses pada tanggal 25 November 2012 pukul 12.20).
Melihat fenomena meledaknya jumlah penduduk Indonesia membuat jumlah angka harapan hidup penduduk Indonesia terus meningkat. Menurut data dari bank dunia, angka harapan hidup secara global menunjukkan di tahun 2005 angka harapan hidup sekitar 68,2 tahun, kemudian di tahun 2008 meningkat menjadi 68,9 tahun. Sedangkan di Indonesia sendiri harapan hidup penduduk Indonesia baik laki – laki maupun perempuan pada tahun 2000 – 2005 menunjukkan angka sekitar 67,8 tahun sedangkan pada tahun 2000 – 2025 diperkirakan sekitar 73,6 tahun(http://id.wikipedia.org Diakses pada tanggal 25 November 2012 pukul 12.30). Sumatera Utara sendiri jumlah penduduknya dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk di Sumatera utara mencapai 12,9 juta jiwa dengan perincian laki – laki berjumlah 6,48 juta dan perempuan berjumlah 6,49 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah penduduk di Sumatera utara bertambah dari tahun sebelumnya menjadi 13,10 juta jiwa dengan perincian laki – laki berjumlah 6,54 juta dan perempuan berjumlah 6,55 juta jiwa. Melihat fenomena tersebut membuat angka harapan hidup di Sumatera Utara juga mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada periode 2005 – 2010 sekitar 70,5 tahun kemudian periode tahun 2010 – 2015 sekitar 72,1 dan periode tahun 2015 – 2020 sekitar 74 tahun(http://www.sumut.bps.go.id. Diakses pada tanggal 25 November 2012 pukul 13.00). Sementara khusus kota medan berdasarkan sensus penduduk Indonesia
untuk
Angka
Harapan
hidup
penduduknya
adalah
71,4
tahun(http://id.wikipedia.org/. Diakses pada tanggal 25 November 2012 pukul 12.30).
Universitas Sumatera Utara
Memang benar bahwa dampak dari pembangunan terhadap kependudukan ada yang berdampak
positif dan negatif. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan yang
berdampak positif adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut UU No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa orang lanjut usia adalah seseorang yang sudah mencapai umur 60 tahun ke atas. Oleh karena itu penduduk lanjut usia di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia berjumlah sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541jiwa. Menurut data dari U.S. Census Bureau,International Data Base tahun 2009, jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah Cina, India dan Jepang. Karena usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki, maka jumlah penduduk lanjut usia perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki (11,29 juta jiwa berbanding 9,26 juta jiwa). Badan kesehatan dunia WHO berpendapat bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang yang bisa menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia(http://www.meneggpp.go.id. Diakses pada tanggal 25 November 2012 pukul 14.00). Berdasarkan data dari U.S. Census Bureau, International Data Base, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umurnya. Pada kelompok usia 60 sampai 64 tahun jumlah penduduk lansia laki – laki berjumlah 2,95 juta jiwa dan perempuan berjumlah 3,28 juta jiwa, pada kelompok usia 65 sampai 69 tahun jumlah penduduk lansia laki – laki berjumlah 2,56 juta jiwa dan perempuan berjumlah 3,01 juta jiwa, pada kelompok usia 70 sampai 74 tahun laki – laki berjumlah 1,87 juta jiwa sedangkan yang perempuan berjumlah 2,34 juta jiwa, kemudian pada kelompok umur 80 sampai 84 tahun laki – laki berjumlah 535,198 ribu jiwa dan yang
Universitas Sumatera Utara
perempuan berjumlah 737,312 ribu jiwa. Dan untuk yang berumur 85 tahun ke atas jumlah lanjut usia laki – laki sekitar 220,736 ribu jiwa dan untuk yang perempuan berjumlah 380,272 ribu jiwa. Dengan semakin meningkatnya penduduk lansia, dibutuhkan perhatian dari semua pihak dalam mengantisipasi berbagai masalah yang berkaitan dengan penuaan penduduk atau lebih dikenal dengan penduduk lansia. Dengan banyaknya jumlah lanjut usia, bisa membawa berbagai implikasi baik dari aspek sosial, ekonomi, hukum, politik dan terutama kesehatan serta kesejahteraan lanjut usia. Oleh karena itu semua pihak yang terlibat dalam usaha peningkatan kesejahteraan lanjut usia bukan hanya dari faktor internal seperti keluarga, sahabat, saudara tetapi juga peran dari lingkungan sekitar dan yang terpenting yaitu peran pemerintah sebagai wadah atau organisasi pembuat kebijakan untuk kesejahteraan lanjut usia. Pada umumnya orang yang sudah lanjut usia akan banyak mengalami kemunduran dan kemerosotan baik dalam bentuk fisik maupun non fisik. Ketika memasuki masa usia lanjut maka akan ada beberapa hal yang dialami oleh para lansia seperti berkurangnya kemampuan fungsi – fungsi anggota tubuh yang akan banyak mempengaruhi kegiatan atau aktivitas sehari – hari. Lanjut usia juga identik dengan kemunduran lainnya seperti kemunduran pada fungsi mata, telinga dan hidung sehingga akan mengakibatkan gangguan penglihatan, pendengaran dan penciuman. kemudian akan mengalami kemunduran pada daya ingat yang mengakibatkan banyak orang lanjut usia mengalami pikun. Selain itu orang lanjut usia akan mengalami kemunduran dalam bentuk keadaan urat syaraf sehingga reaksi gerakan pada saat berjalan atau pada saat beraktivitas dengan menggunakan fisik bisa jadi tidak seimbang, tidak terkontrol dan mudah jatuh(modul bina keluarga lansia,2006: 22-23). Oleh karena itu banyak orang takut menjalani proses menjadi tua atau
Universitas Sumatera Utara
memasuki masa usia lanjut. Padahal proses menjadi tua merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Perkembangan hidup manusia sudah dimulai sejak janin dalam kandungan, kemudian memasuki masa bayi, anak – anak, remaja, dewasa dan kemudian akhirnya menjadi tua atau lanjut usia. Ketika memasuki masa lanjut usia maka akan banyak perubahan – perubahan sikap maupun non sikap yang akan dialami lanjut usia. Orang – orang lanjut usia merasa bahwa ketika sudah tua maka mereka sudah tidak bisa lagi seperti ketika muda dulu. Mereka merasa tidak bisa lagi berguna bagi orang – orang sekitar. Kemunduran dalam proses berpikir yang menyebabkan kepikunan, kemunduran dalam bentuk fisik yang menyebabkan tubuh sudah tidak terlalu kuat lagi untuk beraktivitas atau bekerja serta perubahan sikap yang menyebabkan orang – orang lanjut usia sering cepat berubah suasana hatinya, lebih mudah tersinggung, sering diliputi rasa kecemasan dan ketakutan, hilangnya kepercayaan diri, serta egoisme yang berlebihan mengakibatkan lansia menarik dirinya dari lingkungan sosial dan intensitas interaksi sosial dengan lingkungannya menjadi sangat berkurang. Sesungguhnya para lanjut usia ini masih tetap bisa membuktikan eksistensinya dibalik keterbatasannya sebagai orang tua atau lanjut usia. lanjut usia yang sudah melewati kehidupan yang panjang atau sudah banyak mengalami “asam garam” kehidupan sangat banyak perannya dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Banyaknya pengalaman dan ilmu yang dimiliki lanjut usia membuat lansia menjadi panutan dalam keluarga, sebagai penasehat atau pembimbing keluarga bagi saudara di lingkungan keluarga serta mengamalkan pengalamannya yang baik dan berharga kepada anak – anak, cucu serta generasi muda. Selain itu Peran lanjut usia ke masyarakat juga cukup berpengaruh. Dalam usia yang sudah lanjut, lansia harus berperan dan mampu menempatkan diri sebagai orang yang banyak menimba pengalaman, sehingga lansia
Universitas Sumatera Utara
diharapkan tetap aktif bergaul dalam masyarakat. Dan lansia harus lebih mengayomi dan bertindak bijaksana di tengah – tengah masyarakat(modul bina keluarga lansia,2006: 3-6). Orang – orang berusia lanjut sebagian besar merupakan para lansia yang masih bisa bekerja. Oleh karena itu menurut UU No 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa lansia yang masih produktif dan masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, merekalah para lansia yang masih potensial dan masih bisa membantu meningkatkan pendapatan keluarga. Namun yang menjadi permasalahannya disini adalah bagaimana para lansia dengan segala keterbatasan fisik, umur yang sudah mulai menua serta kelemahan – kelemahan lainnya yang membuat mereka bisa memiliki kesempatan kerja di tempat pekerjaan yang tidak terlalu menguras tenaga dan kemampuan mereka sebagai orang yang sudah lanjut usia. Berdasarkan hasil Rakernas Agustus 2009, hampir separuh (47,44 persen) lansia di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja dan sebesar 0,41 persen termasuk menganggur/mencari kerja, kemudian mengurus rumah tangga 27,88 persen dan kegiatan lainnya sekitar 24,27 persen. Tingginya persentase lansia yang bekerja dapat dimaknai bahwa sebenarnya lansia masih mampu bekerja secara produktif untuk membiayai kehidupan rumah tangganya, namun disisi lain mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan lansia masih rendah, sehingga meskipun usia sudah lanjut, lansia terpaksa bekerja untuk membiayai kehidupan rumah tangganya. Berdasarkan hasil studi lansia tahun 2008,tingginya partisipasi penduduk lansia yang bekerja, antara lain karena kebutuhan ekonomi rumah tangga, memanfaatkan waktu luang, ingin tetap aktif dan mandiri dan ingin menjaga kesehatan(komnas lansia, profil penduduk lanjut usia,2009: 4445).
Universitas Sumatera Utara
Sesungguhnya lansia diperkotaan cukup beruntung jika dibandingkan di pedesaan. Tingkat pendidikan lansia diperkotaan membuat mereka lebih maju jika dibandingkan lansia yang ada di desa. Fakta menunjukkan bahwa tingkat pendidikan lansia diperkotaan lebih baik dibandingkan dengan lansia di pedesaan. Presentase penduduk lansia di daerah perkotaan yang tamat SD ke atas lebih tinggi yaitu 50,96 % dari total keseluruhan jumlah penduduk lanjut usia. Sementara di daerah pedesaan jumlah presentase yang tamat SD ke atas hanya 28,46 %(komnas lansia, profil penduduk lanjut usia,2009: 62). Hal ini membuat lansia yang diperkotaan bisa menghidupi kebutuhan hidupnya dengan mengandalkan gaji pensiunan dari tempat mereka bekerja dulu. Sementara bagi lansia yang hidup di pedesaan, mereka hanya bisa mengandalkan diri dan memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja di sektor informal dan hanya berprofesi sebagai petani. Peningkatan jumlah penduduk sehingga menyebabkan tingginya angka harapan hidup membuat jumlah penduduk lanjut usia juga semakin meningkat. Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk lansia, membawa lansia berhadapan dengan masalah yang dihadapi oleh mereka. Masalah yang dihadapi lansia akhirnya muncul ke berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi, hukum, politik dan terutama kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia. Orang – orang lanjut usia tidak ada bedanya dengan orang atau masyarakat lain. Lanjut usia juga mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Disinilah dituntut peran dari semua elemen masyarakat dan yang terpenting peran pemerintah dalam usaha untuk melindungi, mengayomi para lansia dan memberikan serta memudahkan lansia untuk mendapatkan akses atau haknya untuk meningkatkan kesejahteraan para lansia sebagai penduduk yang berbangsa dan bernegara (http://jaringnews.com/. Diakses pada tanggal 20 April 2013 pukul 15.45). Peran dan perhatian pemerintah dalam usahanya untuk menyelesaikan masalah lansia, mengayomi dan memberikan penghormatan kepada lansia dalam usaha peningkatan
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan lansia dalam bentuk kebijakan – kebijakan memang cukup terlihat dimana didalam kebijakan tersebut ada hak – hak yang seharusnya didapatkan oleh lansia dalam menjalankan kehidupan mereka di masa tua. Kebijakan yang dibuat pemerintah untuk kehidupan para lansia dituangkan dalam Undang – undang Dasar 1945 pasal 28 point H dimana setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat , Undang – Undang No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang – undang No.40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional, Peraturan Pemerintah (PP) No.43 tahun 2004 Tentang pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia, Keputusan Presiden No.52 tahun 2004 tentang komisi nasional lanjut usia, instruksi presiden No.12 tahun 2005 tentang pelaksanaan Bantuan Langsung Tunai kepada rumah tangga miskin, dan Undang – Undang no.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Begitu banyak upaya pemerintah dalam merumuskan kebijakan untuk kehidupan lansia. Namun, perlu lebih diperhatikan apakah kebijakan-kebijakan tersebut telah secara efektif dan tepat sasaran terealisasi di lapangan. Salah satu bentuk kebijakan yang relevan dengan permasalahan Lansia terdapat pada Undang – Undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, dimana secara umum Undang – undang ini membahas tentang apa – apa saja yang menjadi hak – hak para lansia, serta upaya – upaya apa saja yang dibuat pemerintah dalam memberikan pelayanan dalam rangka perwujudan kesejahteraan untuk lansia. Maka bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap implementasi kebijakan yang sudah dibuat pemerintah yakni Undang – Undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang di realisasikan pada badan atau instansi milik dinas sosial PemprovSu yaitu di Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan. Untuk itu penulis
Universitas Sumatera Utara
telah melakukan tinjauan pra-penelitian di UPT tersebut, untuk mengetahui apakah dalam pelaksanaan kebijakan ini sudah dilaksanakan secara efektif dan sesuai prosedur di Badan – badan tertentu dari dinas kesejahteraan sosial melalui UPT (Unit pelaksana Teknis) Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial lanjut usia Wilayah Binjai dan Medan sudah cukup lama menjalankan fungsinya dalam hal pelayanan sosial lanjut usia. Hampir 12 tahun sudah UPT Pelayanan Sosial lanjut usia memberikan pelayanan kepada lansia dalam bentuk panti, tetapi berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti terlihat adanya kesenjangan yang terjadi di dalam UPT tersebut, sehingga terkesan UPT ini menjalankan fungsinya tidak sesuai dengan standardisasi yang sudah ditetapkan di Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Maka berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Implementasi Kebijakan Undang – Undang No 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut usia dalam Rangka Perwujudan Kesejahteraan Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan”.
1.2. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah penelitian yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :”Bagaimana pelaksanaan UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan
bagaimana pelaksanaan UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.
1.3.2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Abdi Dharma Asih Medan. 2.
Untuk menjadi bahan referensi dan sebagai bahan kajian dan bahan perbandingan bagi mahasiswa yang tertarik terhadap masalah kesejahteraan lanjut usia.
3. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai pelaksanaan kebijakan UU No.13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.
1.4. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Berisikan uraian konsep dan teori – teori yang berkaitan dengan masalah dan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional
BAB III
: METODE PENELITIAN Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB IV
: GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti
BAB V
: ANALISA DATA Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.
BAB VI
: PENUTUP Berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara