BAB IV INVENTARISASI
4.1
Aspek Fisik dan Biofisik
4.1.1 Letak, Luas, dan Batas Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah terletak di jalan Jambore No.4 Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur. Secara administratif kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini termasuk ke dalam kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah terletak pada ketinggian + 67 meter di atas permukaan laut dan secara geografis terletak sekitar 6⁰21’44,26” Lintang Selatan dan 106⁰54’21,05” Bujur Timur. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah memiliki luas wilayah + 3 Ha. Sekolah ini secara umum berbatasan dengan pemukiman dan kebun campuran. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok dan pagar sebagai pembatas dengan ketinggian yang bervariasi. Sebelah timur berbatasan langsung dengan jalan yang merupakan akses utama menuju lokasi. Sebelah barat berbatasan dengan ruang terbuka hijau berupa kebun campuran dan kolam pemancingan. Sebelah utara berbatasan dengan permukiman penduduk dan kebun campuran. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk. Perancangan taman terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus dilakukan di salah satu area atau spot yang terdapat di dalam kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, tepatnya di bagian timur kompleks sekolah. Tapak berbentuk memanjang dengan luas area + 256 m2 atau 38 m x 6,7 m. Tapak terletak dekat dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang, dan area pertanian sekolah (kebun tanaman obat). Tapak berbatasan langsung dengan bangunan kolam renang dan klinik di sebelah utara. Sebelah selatan tapak berbatasan dengan jalan. Sebelah barat tapak berbatasan dengan jalan sekaligus area parkir. Sedangkan sebelah timur tapak berbatasan dengan tembok pembatas menuju pintu keluar kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dan bangunan. Tapak yang akan dirancang pada saat ini merupakan lahan kosong yang tidak digunakan. Pada area ini terdapat banyak timbunan material dan sisa-sisa pondasi bangunan. Timbunan material dan sisa-sisa pondasi bangunan tersebut
30
tersebar di seluruh tapak. Terdapat tangga yang terbuat dari concrete yang menghubungkan tapak dengan pos satpam yang berada di luar tembok pembatas. Selain terdapat banyak material dan sisa-sisa pondasi bangunan, tapak ditumbuhi banyak rumput liar yang tumbuh menyebar memenuhi sebagian besar tapak. Kondisi dan orientasi tapak dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.
(a)
(b)
Gambar 8 Kondisi Tapak (a. Lokasi Tapak sebelah Utara; b. Lokasi Tapak sebelah Selatan) (Sumber: Survei, Juli 2009)
Gambar 9 Orientasi Tapak
4.1.2 Aksesibilitas dan Sirkulasi Aksesibilitas menju Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah tergolong cukup mudah. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
31
Selain itu, terdapat fasilitas kendaraan antar jemput bagi siswa-siswi Al-Jannah, yaitu bagi siswa-siswi TK, SD, dan SMP. Lokasi studi berjarak + 10 km dari pusat kecamatan, sedangkan dari pusat OTODA berjarak + 20 km. Dari arah Bogor, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor selama + 1,5 jam. Akses utama menuju lokasi tersebut adalah melalui jalan Jambore yang berbatasan langsung dengan jalan alternatif Cibubur yang berjarak + 3 km dari pintu tol Cibubur. Jalan ini merupakan jalan arteri yang dilalui oleh beberapa trayek angkot dan bus antar kota. Jalan Jambore sendiri merupakan jalan lingkungan dengan lebar + 5 m. Jalan ini dapat dilalui oleh dua mobil yang saling berlawanan arah. Selain itu terdapat pula kendaraan umum berupa ojek yang melintasi jalan ini. Kondisi jalan tersebut dapat dikatakan cukup baik walaupun pada beberapa bagian segmen jalan terdapat lubang-lubang dan berbatu. Jalan ini sudah diaspal dan terdapat jaringan listrik serta lampu-lampu penerangan di sepanjang jalan tersebut. Kondisi jalan tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.
(a)
(b)
Gambar 10 Aksesibilitas Menuju Lokasi (a. Kondisi Jalan Jambore; b. Jaringan Listrik Jalan) (Sumber: Survei, Juli 2009)
Sekolah alam dan sains Al-Jannah sendiri memiliki satu buah pintu gerbang utama (entrance) yang langsung menghubungkan jalan dengan welcome area yang terletak di sebelah timur lokasi. Selain itu terdapat satu buah pintu keluar yang juga terletak di sebelah timur. Pintu gerbang utama ini diperuntukkan bagi pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki, sedangkan pintu keluar umumnya hanya dipergunakan bagi kendaraan bermotor. Aksesibilitas pada lokasi dapat dilihat pada Gambar 11.
32
(a)
(b)
Gambar 11 Aksesibilitas pada Lokasi (a. Pintu Masuk (Entrance) Al-Jannah; b. Pintu Keluar AlJannah) (Sumber: Survei, Juli 2009)
Sirkulasi di dalam kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah secara umum merupakan sirkulasi terbuka. Pejalan kaki dapat mencapai area-area di dalam tapak melalui semua jalur sirkulasi yang ada. Sedangkan kendaraan bermotor berupa mobil hanya dapat melalui beberapa jalur sirkulasi yang ada. Bangunan-bangunan atau area-area yang terdapat di tapak dihubungkan dengan ruang terbuka yang diberi perkerasan berupa paving block atau concrete. Selain itu terdapat pula jalur sirkulasi yang dibuat khusus bagi pejalan kaki terbuat dari susunan batu-batuan ataupun paving block. Tapak dapat diakses langsung dari pintu masuk (entrance) Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah melalui jalur sirkulasi berupa jalan yang terdapat di dalam kompleks sekolah. Jalan tersebut memiliki lebar + 8 m dengan kondisi baik dan terawat. Selain melalui jalan tersebut, tapak juga dapat diakses melalui jalan setapak yang terdapat di antara lapangan dan area pertanian yang terletak di sebelah barat tapak. Aksesibilitas dan sirkulasi di sekitar tapak dapat dilihat pada Gambar 12. Lokasi tapak yang terletak dekat dengan pintu keluar Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah membuat sirkulasi di sekitar tapak memiliki intensitas yang cukup tinggi pada waktu-waktu tertentu, yakni ketika waktu pulang sekolah. Sirkulasi tersebut terbagi menjadi dua, yaitu sirkulasi pengendara bermotor dan sirkulasi pejalan kaki namun tidak terdapat pemisahan jalur sirkulasi menuju tapak. Sirkulasi di sekitar tapak tersebut didominasi oleh sirkulasi bagi pengendara kendaraan bermotor yang mengarah ke pintu keluar kompleks sekolah. Peta aksesibilitas dan sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 13.
33
(a)
(b)
Gambar 12 Aksesibilitas dan Sirkulasi Sekitar Tapak (a. Jalan Utama Menuju Tapak; b. Jalan Menuju Pintu Keluar) (Sumber: Survei, Juli 2009)
Gambar 13 Peta Aksesibilitas dan Sirkulasi
4.1.3 Iklim Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari BPS Kotamadya Jakarta Timur Dalam Angka 2007, secara umum lokasi studi memiliki iklim panas dengan suhu rata-rata 27 hingga 35 derajat Celcius, curah hujan sebesar 163,70
34
mm/tahun, dan kelembaban 75,40 %. Tapak yang akan dirancang memiliki kondisi iklim dan cuaca yang relatif sama. Kondisi iklim pada tapak lebih dipengaruhi iklim mikro tapak. Laurie (1984) menyebutkan bahwa iklim mikro merupakan iklim spesifik suatu tapak yang tercipta dari topografi, vegetasi, keterbukaan terhadap angin, pola-pola bayangan yang disebabkan oleh bangunan dan pepohonan, ketinggian dari muka laut, dan hubungan tapak terhadap suatu kawasan air yang luas. Iklim mikro yang terdapat pada tapak yang akan dirancang diciptakan dari pola bayangan dari bangunan dan pohon serta permukaan atau perkerasan. Kondisi iklim mikro di tapak secara umum terasa panas. Pada pagi hari sebagian area tapak yaitu di sebelah utara dan timur tapak relatif teduh. Hal ini disebabkan oleh adanya bangunan yang menimbulkan bayangan apabila terkena sinar matahari. Namun pada siang hari, tapak terasa panas karena selain terekspos sinar matahari juga karena pada tapak tidak terdapat vegetasi. Vegetasi yang terdapat di sekitar tapak seperti di area pertanian (kebun tanaman obat) tidak menghasilkan naungan yang sampai ke tapak. Sedangkan vegetasi berupa sebatang pohon yang berada sebelah timur tapak menghasilkan naungan namun dengan intensitas yang kecil. Perkerasan berupa aspal yang terdapat di sekitar tapak memantulkan cahaya matahari pada siang hari sehingga memperkuat kesan panas pada tapak. Kondisi iklim pada tapak ini dapat dilihat pada Gambar 14 dan 15.
(a)
(b)
Gambar 14 Kondisi Iklim Tapak (a dan b. Naungan di Sekitar Tapak) (Sumber: Survei, Juli 2009)
35
Gambar 15 Peta Iklim
4.1.4 Tanah Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Balai Pusat Penelitian Tanah tahun 1982, kecamatan Cipayung Jakarta Timur termasuk ke dalam jenis tanah latosol coklat kemerahan. Jenis tanah ini memiliki ciri-ciri tekstur yang halus dan berdrainase baik. Tanah di kawasan tersebut memiliki bahan induk tanah berupa tufa volkan intermedier dan fisiografi atau bentuk wilayah berupa dataran volkan (datar sampai berombak). Berdasarkan ciri-ciri dan sifat yang dimilikinya tanah tersebut cocok atau sesuai untuk pertanian dan perkebunan. Berikut ini merupakan peta tanah pada lokasi yang dapat dilihat pada Gambar 16.
36
Gambar 16 Peta Tanah
4.1.5 Topografi Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini terletak pada ketinggian + 67 meter di atas permukaan laut. Kompleks sekolah ini memiliki topografi yang menurun dari sebelah Timur mengarah ke sebelah Barat. Bentukan lahan sudah tidak sepenuhnya alami karena terdapat bagian yang di-cut and fill untuk membuat bangunan serta perkerasan. Bentukan lahan dibuat berteras-teras dimana antara satu bagian teras dengan yang lainnya dihubungkan melalui tangga dan ramp dengan kemiringan yang bervariasi seperti yang terlihat pada Gambar 17 berikut. Tapak yang akan dirancang sendiri memiliki bentukan yang datar. Bentukan tersebut bukan merupakan bentuk yang alami karena adanya grading untuk membuat bangunan dan perkerasan. Peta topografi pada lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 18.
37
(a)
(b)
Gambar 17 Kondisi Topografi Lokasi (a. Bentukan Lahan Bertingkat; b. Ramp Penghubung) (Sumber: Survei, Juli 2009)
Gambar 18 Peta Topografi
4.1.6 Hidrologi dan Drainase Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah memiliki sumber air bersih yang berasal dari sumur artesis yang dipompa dengan menggunakan jet pump. Air tersebut kemudian ditampung ke dalam bak-bak penampungan yang terdapat di setiap bangunan dan beberapa lokasi untuk kemudian didistribusikan untuk
38
berbagai penggunaan seperti MCK (Mandi, Cuci, Kakus), wudhu, memasak, dan menyiram tanaman. Selain sumber air bersih yang berasal dari sumur artesis, sumber air juga didapatkan dari air hujan. Air hujan yang jatuh dapat diserap oleh tanah dan digunakan untuk menyiram tanaman. Air hujan yang jatuh juga dapat masuk ke tanah melalui sela-sela paving block dan menjadi sumber air tanah. Sisa-sisa air hujan yang tidak terserap oleh tanah akan mengalir di permukaan (run off) dan kemudian masuk ke saluran-saluran drainase yang tersedia. Sistem pembuangan air yang terdapat di Sekolah Alam dan Sains AlJannah dilakukan melalui sistem drainase tertutup dan terbuka seperti yang dapat dilihat pada Gambar 19. Sistem drainase tertutup yang terdapat di lokasi tersebut berupa inlet-inlet dan saluran drainase yang terbuat dari pipa dengan berbagai ukuran. Selain sistem drainase tertutup pada beberapa lokasi terdapat pula sistem drainase terbuka, yaitu pada area di sekitar masjid dan taman. Saluran-saluran drainase baik yang tertutup maupun yang terbuka mengarah pada satu lokasi yang merupakan titik terendah pada kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, yaitu selokan yang berada pada area kolam di bagian Barat.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 19 Hidrologi dan Drainase (a. Inlet Drainase di Jalur Pedestrian; b. Inlet Drainase di Jalan; c. Saluran Drainase di Kolam; d. Saluran Drainase Terbuka) (Sumber: Survei, Juli 2009)
39
Sistem drainase pada tapak terbagi menjadi dua, yaitu sistem drainase tertutup dan terbuka. Pada bagian Selatan tapak terdapat saluran drainase tertutup seperti yang dapat dilihat pada Gambar 20. Saluran drainase tersebut ditanam di dalam tanah yang kemudian menuju ke selokan pada area kolam di bagian barat. Air hujan yang turun dapat meresap ke dalam tanah atau masuk melalui inlet-inlet drainase dan mengalir melalui saluran tertutup. Selain itu, air hujan juga dapat mengalir di permukaan tanpa melalui saluran khusus (run off). Aliran hidrologi dan drainase mengalir ke arah Barat yaitu menuju saluran drainase yang terdapat di area kolam yang merupakan titik terendah pada lokasi studi. Peta hidrologi dan drainase dapat dilihat pada Gambar 21.
(a)
(b)
Gambar 20 Saluran Drainase Tertutup di Sekitar Tapak (a. Saluran Drainase Tertutup di Selatan Tapak; b. Saluran Drainase Tertutup pada Jalan) (Sumber: Survei, Juli 2009)
Gambar 21 Peta Hidrologi dan Drainase
40
4.1.7 Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang terdapat di kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini cukup banyak dan beragam. Vegetasi yang terdapat di sana terdiri dari berbagai strata, yaitu pohon, semak, dan groundcover. Vegetasi-vegetasi tersebut menyebar di area-area seperti welcome area, lapangan parkir, lapangan olahraga, area masjid, dan area pertanian seperti yang terlihat pada Gambar 22. Beberapa vegetasi juga ditanam di sela-sela bangunan dan ditanam sejajar dengan tembok pembatas. Pada kompleks sekolah ini juga terdapat satwa liar dan satwa yang dipelihara. Satwa-satwa yang dipelihara tersebut diantaranya adalah angsa, burung kasuari, dan siamang. Satwa-satwa tersebut berada di dalam kandang yang diletakkan di dekat lapangan voli. Terdapat pula beberapa burung merpati yang diletakkan di dekat area kolam.Selain satwa-satwa yang dipelihara tersebut terdapat pula burung dan serangga seperti kupu-kupu. Tapak yang akan dirancang merupakan lahan kosong sehingga di dalamnya tidak terdapat banyak vegetasi dan satwa. Tapak terlihat ditumbuhi rumput-rumput liar yang menyebar menutupi kurang lebih 2/3 dari seluruh permukaan tapak. Selain itu, pada tapak tidak terlihat adanya satwa baik satwa liar maupun satwa budidaya. Pada tapak hanya terlihat serangga-serangga kecil seperti semut. Peta persebaran vegetasi dan satwa dapat dilihat pada Gambar 23.
(a)
(b)
Gambar 22 Vegetasi dan Satwa (a. Vegetasi di Area Lapangan; b. Vegetasi di Area Parkir) (Sumber: Survei, Juli 2009)
41
Gambar 23 Peta Persebaran Vegetasi dan Satwa
4.1.8 Fasilitas dan Utilitas Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah memiliki sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran. Sarana dan prasarana tersebut antara lain berupa bangunan Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak (KB dan TK), bangunan Sekolah Dasar (SD), Unit Inklusi, bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP), laboratorium (komputer, sains, dan bahasa), green house, masjid, kolam renang, lapangan basket dan futsal, perpustakaan, taman dan area bermain, area pertanian (tempat pembibitan dan penanaman), gazebo, dan area outbond seperti yang terlihat pada Gambar 24. Selain sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, terdapat pula fasilitas pelengkap seperti lapangan parkir, kantor pengelola yayasan, kantin, koperasi, dan klinik. Utilitas yang terdapat pada Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah diantaranya berupa jaringan listrik, air dan telepon yang digunakan untuk kepentingan sekolah.
42
Kondisi tapak eksisting merupakan lahan kosong dimana tidak terdapat penggunaan di dalamnya sehingga pada tapak tidak terdapat adanya fasilitas. Namun, pada tapak terdapat utilitas berupa jaringan listrik.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 24 Fasilitas (a. Ruang Kelas SD; b. Green House; c. Kolam Renang; d. Area Pertanian) (Sumber: Survei, Juli 2009)
4.1.9 Elemen Visual dan Akustik Kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dikelilingi oleh tembok pembatas disekelilingnya. Oleh karena itu, pemandangan yang terdapat di lokasi tersebut merupakan pemandangan yang berasal dari dalam kompleks sekolah. Secara umum kualitas visual Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah baik karena ditata dan dikelola dengan baik. Pemandangan yang baik (good view) yang terdapat pada area sekolah ini diantaranya terletak pada area penerimaan (welcome area), lapangan, taman, area musholla, dan lain-lain. Sedangkan pemandangan yang kurang baik (bad view) tampak pada area yang terletak dekat dengan pintu keluar Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah. Area ini merupakan lahan kosong dan tampak tidak terawat. Area tersebut ditumbuhi oleh rumputrumput liar dan banyak terdapat puing-puing atau sisa-sisa material. Kondisi visual Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah tersebut dapat dilihat pada Gambar 25.
43
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 25 Kondisi Visual Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah (a, b, dan c. Good view; d. Bad view) (Sumber: Survei, Juli 2009)
Akustik yang terdapat di dalam Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah didominasi oleh bunyi-bunyian yang berasal dari dalam kompleks sekolah. Bunyibunyian tersebut berasal dari pengguna di dalam sekolah, seperti suara orang bercakap-cakap, suara langkah kaki orang yang sedang berjalan atau berlari, dan suara kendaraan bermotor yang melintas. Selain bunyi-bunyian yang berasal dari aktivitas pengguna dalam kompleks sekolah, terdapat pula bunyi-bunyian yang berasal dari satwa seperti suara burung dan siamang. Bunyi-bunyian yang berasal dari luar kompleks sekolah relatif tidak terdengar dari dalam karena sekolah dikelilingi oleh pembatas berupa tembok dan vegetasi penghalang (barrier). Kualitas secara visual di sekitar tapak adalah berupa pemandangan terdapat di sebelah barat laut, barat, dan tenggara tapak. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 26. Pemandangan yang terlihat di sebelah barat laut tapak berupa ruang terbuka hijau berupa lapangan dengan vegetasi yang tertata. Pemandangan di sebelah barat tapak berupa kebun tanaman obat keluarga, sedangkan di sebelah tenggara tapak terdapat pemandangan berupa kombinasi vegetasi dan bangunan. Pemandangan di sebelah timur tapak kurang bagus karena berbatasan langsung dengan tembok pembatas dan bagian belakang bangunan.
44
Selain kualitas tapak secara visual terdapat pula kualitas secara audio (bunyi-bunyian atau akustik). Bunyi-bunyian atau akustik dihasilkan dari aktivitas yang terdapat di sekitar tapak, seperti suara orang bercakap-cakap, suara langkah kaki orang yang sedang berjalan atau berlari, dan suara kendaraan bermotor yang melintas. Peta visual dan akustik di sekitar tapak dapat dilihat pada Gambar 27.
(a)
(b)
Gambar 26 Kondisi Visual di Sekitar Tapak (a. View Kebun Tanaman Obat Keluarga; b. View ke Arah Tenggara tapak) (Sumber: Survei, Juli 2009)
Gambar 27 Peta Visual dan Akustik
45
4.2
Aspek Sosial
4.2.1 Latar Belakang Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah didirikan pada tahun 2001 di bawah naungan Yayasan Masdalifah. Sekolah ini didirikan di atas lahan seluas + 3 Ha dimana di dalamnya terdapat tiga jenjang pendidikan, yaitu Pra Dasar (KB dan TK), Sekolah Dasar (SD), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah ini menggunakan berbagai metodologi pembelajaran terkini seperti Student Active Learning (SAL), Moving Class (indoor dan outdoor), dan Accelerated Learning dalam proses belajar mengajar. Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah menggunakan Kurikulum Nasional yang dikembangkan berdasarkan visi dan misi pendidikan Al-Jannah, yaitu Islam, Alam, dan Sains. Islam menjadi dasar nilai semua proses dan tujuan pembelajaran. Alam mencakup semua aspek kehidupan yang menjadi media, sarana, dan tujuan pembelajaran yang harus digali dan diperlakukan dengan baik oleh manusia. Sedangkan sains menjadi karakter dan unggulan utama sebagai alat untuk menggali berbagai rahasia Allah di alam semesta. Ketiga pilar inilah yang melandasi kurikulum Al-Jannah yang diorganisir secara terpadu (integrated) dan berbasis kompetensi (competence based). Pada tahun 2003, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah membuka Program Inklusif, yaitu program pendidikan khusus yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di kelas biasa bersama anak-anak normal lainnya. Anak berkebutuhan khusus (ABK) tersebut diantaranya adalah penyandang autisme, asperger syndrome, ADHD/ADD (Attention-deficit hyperactivity disorder), cerebral palsy, disleksia, down syndrome, spinal muscular atrophy, hearing loss, gangguan belajar, dan lain-lain. Untuk mendukung program inklusif tersebut dalam memberikan pelayanan yang terpadu, maka didirikanlah lembaga yang bernama Al-Jannah Support Centre (AJSC). Pada lembaga ini anak berkebutuhan khusus (ABK) mendapatkan berbagai macam terapi yang akan membantu anak berkebutuhan khusus mengelola potensi yang ada di dalam diri mereka sesuai dengan kapasitasnya untuk bisa hidup mandiri. AJSC ini kemudian berganti nama menjadi Unit Inklusi pada tahun 2009.
46
4.2.2 Pengguna Pengguna Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah sebagian besar adalah siswa, yang terdiri dari siswa TK, SD, dan SMP. Selain siswa terdapat sejumlah pegawai yang terdiri dari staf pengajar TK, SD, SMP, staf pegawai Yayasan Masdalifah, staf Unit Inklusi, staf keamanan atau satpam, serta staf pengelola. Penggunaan sekolah dimulai pada pukul 07.20 WIB hingga pukul 16.00 WIB pada hari Senin hingga Jum’at bagi siswa. Sedangkan untuk para guru dan staf pegawai masih menggunakan sekolah hingga hari Sabtu. Tapak yang akan dirancang sendiri merupakan lahan kosong sehingga di dalamnya tidak terdapat penggunaan yang spesifik.
4.2.3 Aktivitas Aktivitas yang terdapat di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu aktivitas formal, semi formal, dan informal. Aktivitas formal merupakan aktivitas yang terkait dengan sistem pendidikan atau kurikulum, seperti kegiatan belajar mengajar, terapi, berolahraga, dan outbond. Sedangkan aktivitas semi formal merupakan kegiatan ekstra kurikuler yang merupakan sarana pengembangan bakat siswa. Kegiatan ekstra kurikuler yang terdapat di Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah adalah pramuka, taekwondo, futsal, renang, band, lukis, D’Scientis, penulis cilik, Al-Qur’an Club, teater, English Club, dan kungfu-wushu. Aktivitas informal merupakan aktivitas lain di luar aktivitas formal dan semi formal, seperti contohnya bermain, mengobrol, duduk-duduk, dan lain-lain. Pusat aktivitas pengguna terkonsentrasi pada area-area aktif seperti area gedung sekolah, area kantor yayasan, lapangan olahraga, area outbond dan area pertanian. Pada tapak yang akan dirancang sendiri tidak terlihat adanya aktivitas penggunaan. Penggunaan di sekitar tapak diantaranya terlihat di jalan, area parkir, dan area pertanian yang terletak di depan tapak serta komplek kolam renang dan klinik yang berbatasan langsung dengan tapak dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi.
47
4.3
Aspek Terapi
4.3.1 Fasilitas Terapi Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah memiliki sebuah fasilitas yang bernama Unit Inklusi, yaitu suatu lembaga yang merupakan pusat pelayanan terapi dan edukasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Lembaga ini berdiri sekitar tahun 2003, kurang lebih 2-3 tahun setelah didirikannya Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah. Lembaga ini dahulu bernama Al-Jannah Support Center yang kemudian berganti nama menjadi Unit Inklusi pada tahun 2009. Unit Inklusi ini dipimpin oleh seorang kepala lembaga. Secara struktural kepala lembaga Unit Inklusi ini berada dibawah kepala sekolah TK, SD, dan SMP, dan Litbang (Penelitian dan Pengembangan). Struktur organisasi Unit Inklusi Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah dapat dilihat pada Gambar 28. Yayasan Masdalifah
Kepala Sekolah TK
Kepala Sekolah SD
Kepala Sekolah SMP
Penelitian & Pengembangan (Litbang)
Kepala Unit Inklusi
ProgramPendidikan Individu (PPI)
Wicara
Fisioterapi
Terapis
Okupresur
Bimbingan Konseling (BK)
Okupasi Terapi & Sensori Integrasi (SI)
Gambar 28 Struktur Organisasi Unit Inklusi (Sumber: Survei, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, Juli 2009)
Unit Inklusi terletak di kompleks Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, tepatnya di dalam area Sekolah Dasar (SD). Lembaga ini menyediakan pelayanan terapi dan edukasi bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yang terdiri atas anakanak penyandang autisme, asperger syndrome, ADHD/ADD (Attention-deficit hyperactivity disorder), cerebral palsy, disleksia, down syndrome, spinal
48
muscular atrophy, hearing loss, gangguan belajar, dan lain-lain. Pada tahun ajaran 2009 ini terdapat 51 anak berkebutuhan khusus dengan diagnosis yang berbedabeda. Komposisi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Unit Inklusi ini memiliki sarana yang dapat mendukung program terapi dan edukasi bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu berupa ruangan pendukung belajar dan ruang terapi yang terdiri atas ruang sensori integrasi dan okupasi terapi, ruang fisioterapi, ruang terapi wicara, ruang PPI atau Program Pendidikan Individu. Selain ruang-ruang terapi tersebut terdapat ruang pendukung seperti ruang konseling dan ruang konsultasi. Selain sarana tersebut, Unit Inklusi ini memiliki 5 orang terapis, 4 orang Bimbingan Konseling (BK), dan 5 orang guru PPI (Program Pendidikan Individu). Terapis yang terdapat di Unit Inklusi ini terbagi ke dalam 4 bidang, yaitu Okupasi Terapi dan Sensori Integrasi, Fisioterapi, Okupresure, dan Wicara. Komposisi staf Unit Inklusi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Komposisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Jenis ABK Jumlah Siswa (Anak Berkebutuhan Khusus) 1. ADD 3 2. ADHD 2 3. Autism 19 4. Cerebral Palsy 5 5. Disleksia 1 6. Down Syndrome 6 7. Gifted 1 8. Hiperaktif 4 9. Kognitif Rendah 1 10. Learning Disorder 1 11. PDD-NOS 1 12. Slow Learner 3 13. Spinal Muscular Atrophy (SMA) 1 14. Super Aktifitas 1 15. Tuna Rungu 2 (Sumber: Survei, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, Juli 2009) No.
49
Tabel 4. Komposisi Staf Unit Inklusi No.
Staf
Jumlah
1. 2.
4 BK (Bimbingan Konseling) Terapis Okupasi Terapi dan Sensori Integrasi 1 Fisioterapi 1 Okupresure 1 Wicara 1 PPI (Program Pendidikan 3. 5 Individu) (Sumber: Survei, Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah, Juli 2009)
4.3.2 Program dan Aktivitas Terapi Terdapat lima jenis program dan aktifitas terapi yang dilakukan bagi anak berkebutuhan khusus di Unit Inklusi. Program dan aktivitas terapi tersebut terdiri atas Terapi Okupasi, Sensori Integrasi, Fisioterapi, Terapi Okupresure, dan Terapi Wicara. Program dan aktivitas terapi yang dilakukan berbeda-beda pada setiap anak berkebutuhan khusus (disabled children). Setiap anak berkebutuhan khusus akan menjalani penilaian atau assessment terlebih dahulu untuk mengetahui jenis program dan aktivitas terapi yang dibutuhkan anak tersebut, kemudian baru dilakukan terapi. Terapi dilakukan selama 30 menit setiap satu kali terapi. Terapi dilakukan secara individu dimana pada saat terapi satu orang terapis menangani satu anak berkebutuhan khusus. Selain itu, anak berkebutuhan khusus juga didampingi oleh seorang shadow theacher yang mendampingi dan membantu anak tersebut dalammelakukan semua kegiatan di sekolah. Berikut ini adalah program dan aktivitas terapi yang dilakukan bagi anak berkebutuhan khusus di Unit Inklusi:
4.3.2.1 Terapi Okupasi Occupation didefinisikan sebagai aktivitas yang familiar dan dilakukan manusia secara rutin. Occupation diklasifikasikan dalam beberapa bagian yaitu; bekerja/produktifitas, bermain, leisure (aktifitas waktu luang) dan self care (mempertahankan
keberadaan
dirinya
dalam
lingkungan
sosial)
(www.putrakembara.com, 2009). Terapi okupasi merupakan bagian dari rehabilitasi medik yang bertujuan membantu individu dengan kelainan dan atau
50
gangguan fisik, mental maupun sosial, dengan penekanan pada aspek sensomotorik dan proses neurologis. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara memanipulasi, memfasilitasi, dan menginhibisi lingkungan, sehingga individu mampu mencapai peningkatan, perbaikan, dan pemeliharaan kualitas hidupnya. Melalui terapi okupasi ini diharapkan anak-anak berkebutuhan khusus dapat mencapai
kemandirian
dalam
aktivitas
produktifitas
(sekolah/akademik),
kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu luang (leisure) serta bermain sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Terapi okupasi merupakan salah satu terapi bagi anak berkebutuhan khusus yang terdapat di Al-Jannah. Terapi ini dilakukan di ruang terapi okupasi dan sensori integrasi seperti yang terlihat pada Gambar 29. Terapi okupasi ini juga melatih kemampuan motorik halus seperti memegang pensil, menulis, meronce, kemampuan aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, makan, dan ke toilet secara mandiri dan lain-lain.
(a)
(b)
Gambar 29 Terapi Okupasi (a. Terapi Okupasi pada ABK; b. Ruang Terapi Okupasi dan Sensori Integrasi) (Sumber: Survei, Juli 2009)
4.3.2.2 Terapi Sensori Integrasi Otak merupakan pusat syaraf yang berperan dalam mengatur semua jalannya informasi dan menggunakan setiap informasi yang masuk tersebut untuk menentukan respon terhadap perubahan lingkungan. Pada anak berkebutuhan khusus, terdapat gangguan pada sistem sensori sehingga setiap informasi berupa rangsangan yang masuk tidak dapat diolah sebagaimana mestinya sehingga respon yang dihasilkannya menjadi tidak terarah. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi anak untuk mengetahui keberadaan dirinya dan hubungannya dengan lingkungan. Terapi Sensori Integrasi (SI) ini berfungsi untuk menstimulasi, mengintegrasi, dan mengembangkan semua indera yang terdiri dari indera penglihatan (visual),
51
pendengaran (auditory), perabaan (tactile), penciuman, dan keseimbangan (vestibular)
sehingga
membantu
anak
berkebutuhan
khusus
dalam
pengorganisasian semua informasi dan merespon lingkungannya. Namun, berdasarkan wawancara dengan terapis, terapi sensori integrasi di Unit Inklusi ini masih minim. 4.3.2.3 Fisioterapi Fisioterapi (physiotherapy) berasal dari kata fisik dan terapi. Yang dimaksud dengan fisik adalah tubuh dan anggota geraknya, sedangkan terapi sendiri berarti memulihkan. Sehingga fisioterapi dapat diartikan sebagai pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh. Fisioterapi merupakan terapi yang dilakukan untuk membantu anak berkebutuhan khusus mengembangkan kemampuan motorik kasar (gross motor skill). Kemampuan motorik kasar ini meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok, lari, menendang, duduk tegak, mengangkat, dan melempar bola. Kemampuan motorik kasar sangat penting karena membuat tubuh bisa melakukan aktivitasnya, menjaga keseimbangan, koordinasi, dan lain-lain. Kemampuan motorik kasar juga sangat berhubungan dengan fungsi fisik lainnya. Contohnya, kemampuan anak untuk menopang tubuh bagian atasnya akan berpengaruh pada kemampuannya menulis (motorik halus, fine motor skill). Anak-anak dengan kemampuan motorik kasar yang kurang, akan mempunyai kesulitan dengan kemampuan lain seperti menulis, duduk segera dari keadaan berbaring, memperhatikan aktivitas kelas, dan menulis di papan tulis. Bagi anak-anak tersebut aktivitas-aktivitas ini sangat memeras tenaga (Angel’s Wing, 2008). Oleh karenanya dilakukan fisoterapi untuk melatih, mengembangkan, dan memulihkan kemampuan motorik kasar anak-anak berkebutuhan khusus.
52
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 30 Fisioterapi (a dan c. Fisioterapi pada Anak Cerebral Palsy; b. Streching dan Pemijatan d. Latihan dengan Menggunakan Bola) (Sumber: Survei, Juli 2009)
Selain itu terdapat pula Hydrotherapy atau terapi air, yaitu fisioterapi yang menggunakan air sebagai media. Penggunaan air sebagai media terapi akan menyebabkan efek gravitasi terhadap tubuh di dalam air bekurang karena daya apung air sehingga pergerakan otot-otot menjadi lebih ringan. Hal tersebut akan membantu
anak
berkebutuhan
khusus
dalam
melakukan
latihan
fisik
(www.gadingpluit-hospital.com, 2006). Selain itu, terapi dengan media air (hydrotherapy) ini dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk menarik anak berkebutuhan khusus melakukan terapi sambil bermain.
4.3.2.4 Terapi Okupresur Acupressure atau Terapi Okupresur merupakan metode penyembuhan yang menggunakan jari atau bagian tubuh lain untuk menekan titik-titik tertentu pada tubuh. Penekanan pada titik-titik atau bagian-bagian tertentu pada tubuh tersebut dapat mengurangi ketegangan otot, memperlancar sirkulasi darah, dan membuat tubuh merasa rileks (www.acupressure.com, 2009). Terapi Okupresure ini dilakukan pada anak penyandang autism, ADHH/ADD, dan PDDNos untuk
53
membantu merilekskan atau menenangkan dari sikap tantrums atau mengamuk, mengurangi ketegangan otot, dan memperlancar sirkulasi darah.
4.3.2.5 Terapi Wicara Terapi Wicara (speech therapy) merupakan terapi yang dilakukan untuk membantu seseorang menguasai komunikasi bicara dengan lebih baik. Terapi ini biasa diberikan kepada anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay), anak-anak dengan hambatan tumbuh kembang khusus (autisma, down syndrome, tuna rungu, cerebral palsy), serta orang dewasa yang mengalami gangguan bicara lainnya seperti gagap (stuttering) (Angel’s Wing, 2008). Terapi wicara dilakukan pada organ bicara dan sekitarnya (Oral Peripheral Mechanism), yang bersifat
fungsional. Terapis akan memberikan
latihan-latihan (Oral Peripheral Mechanism Exercises) maupun Oral-Motor Activities sesuai dengan organ bicara yang mengalami kesulitan. Selain itu, dilakukan pula latihan pengucapan atau artikulasi yang meliputi cara dan tempat pengucapan (Place and Manner of Articulation). Kesulitan pada artikulasi atau pengucapan biasanya dapat dibagi menjadi: substitution (penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/r; omission (penghilangan), misalnya: sapu menjadi apu; distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan addition (penambahan). Selain itu terapi wicara juga dilakukan untuk Phonology (bahasa bunyi), Semantics (kata), termasuk pengembangan kosa kata, Morphology (perubahan pada kata), Syntax (kalimat), termasuk tata bahasa, Discourse (Pemakaian bahasa dalam konteks yang lebih luas), Metalinguistics (bagaimana cara bekerja suatu bahasa) dan Pragmatics (bahasa dalam konteks sosial).
54
Tabel 5. Matriks Program, Aktivitas, dan Fasilitas Terapi Program Terapi Okupasi
Sensori Integrasi
Fisioterapi
Contoh Aktivitas Terapi 1. Melatih kemampuan motorik halus (memegang pensil, menulis) 2. Koordinasi tangan (meronce, menggunting 3. Melepas dan memasang puzzle 4. Menyusun balok dan mengimitasi desain balok 5. Melatih kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, toileting)
Fasilitas Ruang terapi, meja dan bangku, kertas, pensil Ruang terapi, tali, manikmanik, gunting Puzzle Balok kayu mainan
1. Stimulasi indera penglihatan (visual), koordinasi mata dan tangan 2. Stimulasi indera pendengaran (auditory), mengenal suara 3. Stimulasi indera perabaan (tactile) 4. Stimulasi indera penciuman 5. Stimulasi keseimbangan (vestibular), respon terhadap ketinggian, gerakan berputar, dan berayun 1.Stretching, pemijatan
Ruang terapi
2. Melatih kemampuan otot motorik kasar (duduk tegak, jongkok, berjalan, melompat)
Toilet
Ruang terapi Ruang terapi Ruang terapi Ruang terapi, ayunan
Ruang terapi, matras, bola Ruang terapi, bangku, matras
3. Melatih keseimbangan
Ruang terapi, balok/papan keseimbangan
Terapi Hidro
Melatih pergerakan otot di dalam air
Terapi Okupresur
Pemijatan atau penekanan pada titiktitik tertentu pada tubuh Melatih pergerakan otot organ bicara, artikulasi, pengembangan kosa kata, dan tata bahasa
Kolam renang, pelampung Ruang terapi, matras
Terapi Wicara
Ruang terapi, meja dan bangku
4.3.3 Anak Berkebutuhan Khusus Sekolah Alam dan Sains Al-Jannah khususnya Unit Inklusi memiliki berbagai macam anak berkebutuhan khusus (ABK), diantaranya anak-anak penyandang ADD/ADHD, autism, cerebral palsy, disleksia, down syndrome, PDD-NOS, dan spinal muscular atrophy (SMA). Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing jenis ABK tersebut.
55
4.3.3.1 ADD/ADHD (Attention-deficit hyperactivity disorder) ADHD atau ADD merupakan gangguan perkembangan neurobehavioral yang ditandai terutama oleh adanya masalah perhatian (attention) dan hiperaktifitas, dimana setiap perilaku tersebut biasanya terjadi bersamaan. ADHD terjadi pada 3 sampai 5% anak secara global dengan gejala yang muncul dimulai sebelum anak berumur tujuh tahun. Tujuh puluh lima persen kasus ADHD disebabkan oleh faktor genetik. Selain itu terdapat pula interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terjadinya ADHD diantaranya adalah alkohol dan asap rokok selama masa kehamilan yang akan menyebabkan hypoxia atau kekurangan oksigen pada janin. Selain itu, komplikasi pada masa kehamilan dan kelahiran termasuk kelahiran prematur juga memiliki peranan (www.wikipedia.com, 2009). ADD/ADHD memiliki tiga karakteristik, yaitu inattention (kurang atau tidak memperhatikan), hyperactivity (hiperaktif), dan impulsivity (impulsif). Gejala dan tanda pada anak dengan ADD/ADHD tergantung pada karakteristik yang dominan. Anak dengan ADD/ADHD mungkin saja kurang atau tidak memperhatikan tetapi tidak hiperaktif dan impulsif; atau hiperaktif dan impulsif tetapi dapat memperhatikan; atau juga kurang atau tidak memperhatikan, hiperaktif dan impulsif yang merupakan bentuk umum ADD/ADHD. Berikut ini adalah gejala-gejala dari inattention (kurang atau tidak memperhatikan), hyperactivity (hiperaktif), dan impulsivity (impulsif). Inattention (kurang atau tidak memperhatikan): 1.
Tidak memperhatikan detail atau membuat kesalahan/kecerobohan
2.
Memiliki masalah untuk tetap fokus, mudah teralih/terdistraksi
3.
Tidak mendengarkan ketika berbicara kepadanya
4.
Kesulitan untuk mengingat sesuatu dan mengikuti instruksi
5.
Sulit diatur dan cenderung tidak menyelesaikan pekerjaan
6.
Sering kehilangan benda atau mainan Hyperactivity (hiperaktif):
1.
Gelisah dan menggeliat secara konstan
2.
Sering meninggalkan bangku atau kursi pada situasi yang mengharuskan untuk duduk dengan tenang
56
3.
Berkeliaran secara konstan, sering berlari atau memanjat dengan tidak sepantasnya
4.
Berbicara secara berlebihan, memiliki kesulitan untuk bermain dengan tenang Impulsivity (impulsif):
1.
Langsung menjawab pertanyaan tanpa bisa menunggu namanya dipanggil terlebih dahulu
2.
Kesulitan untuk menunggu giliran
3.
Sering menginterupsi
4.
Mengganggu orang lain dalam percakapan atau permainan
5.
Ketidakmampuan menahan emosi, meledak-ledak, mengamuk/tantrums
Gejala ADD/ADHD dapat diminimalisasi melalui edukasi, terapi perilaku (behaviour therapy), latihan, dukungan di rumah dan sekolah, pengobatan, serta asupan nutrisi yang baik (www.helpguide.org, 2008).
4.3.3.2 PDD-NOS PDD-NOS merupakan singkatan dari Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified. Seseorang dengan diagnosa PDD-NOS memiliki gejala yang berada pada spektrum autisme namun tidak termasuk ke dalam kategori spesifik autisme. PDD-NOS biasanya lebih ringan daripada autism dan memiliki gejala yang hampir sama, dengan beberapa gejala tampak dan yang lainnya tidak. Gangguan ini sering disebut juga dengan atypical autism. PDD-NOS termasuk ke dalam definisi DSM-IV yang meliputi kasus yang ditandai dengan kerusakan atau gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan atau bentuk perilaku dan ketertarikan yang stereotip, namun tidak seluruhnya ciri-ciri autism tampak pada PDD-NOS.
4.3.3.3 Autism Autism dideskripsikan pertama kali oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Menurut Autism Society of America, autism merupakan gangguan perkembangan kompleks
yang
merupakan
akibat
dari
gangguan
neurological
yang
mempengaruhi fungsi otak. Penyandang autism dicirikan dengan kesulitan dalam komunikasi baik verbal dan non-verbal, interaksi sosial, dan melakukan aktivitas
57
pada waktu luang atau bermain. Orang dengan autism mungkin menunjukkan gerakan tubuh yang berulang-ulang, respon yang tidak biasa terhadap orang atau barang, dan menghindari perubahan rutinitas (Hebert, 2003). Terdapat tiga definisi yang menjelaskan tentang autism, yaitu definisi Autism Society of America, Individuals with Disabilities Education Act (IDEA), dan Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) yang ditulis oleh American Psychiatric Association (APA). Definisi yang paling sering digunakan adalah definisi Diagnostic and Statistical Manual (DSM, IV). Definisi autism tersebut adalah sebagai berikut; A. Terdapat paling sedikit enam pokok dari kelompok 1, 2, dan 3 yang meliputi paling sedikit dua pokok dari kelompok 1, paling sedikit satu pokok dari kelompok 2, dan paling sedikit satu pokok dari kelompok 3. 1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukkan oleh paling sedikit dua di antara yang berikut ini: a. Ciri gangguan yang jelas dalam penggunaan berbagai perilaku nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, gestur, dan gerak isyarat untuk melakukan interaksi sosial. b. Ketidakmampuan mengembangkan hubungan pertemanan sebaya yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. c. Ketidakmampuan turut merasakan kegembiraan orang lain. d. Kekurangmampuan dalam hubungan emosional secara timbal balik dengan orang lain. 2. Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang ditunjukkan oleh paling sedikit satu di antara yang berikut ini: a. Keterlambatan
atau
kekurangan
secara
menyeluruh
dalam
berbahasa lisan (tidak disertai usaha untuk mengimbanginya dengan penggunaan gestur atau mimik muka sebagai cara alternatif dalam berkomunikasi). b. Ciri gangguan yang jelas pada kemampuan untuk memulai atau melanjutkan pembicaraan dengan orang lain meskipun dalam percakapan sederhana.
58
c. Penggunaan bahasa yang repetitif (diulang-ulang) atau stereotip (meniru-niru) atau bersifat idiosinktratik (aneh). d. Kurang beragamnya spontanitas dalam permainan pura-pura atau meniru orang lain yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. 3. Pola minat perilaku yang terbatas, repetitif, dan stereotip seperti yang ditunjukkan oleh paling sedikit satu di antara yang berikut ini: a. Meliputi keasyikan dengan satu atau lebih pola minat yang terbatas atau stereotip yang bersifat abnormal baik dalam intensitas maupun fokus. b. Kepatuhan yang tampaknya didorong oleh rutinitas atau ritual spesifik
(kebiasaan
tertentu)
yang
nonfungsional
(tidak
berhubungan dengan fungsi). c. Perilaku gerakan stereotip dan repetitif (seperti terus-menerus membuka-tutup genggaman tangan, memuntir jari atau tangan, atau menggerakkan tubuh dengan cara yang kompleks). d. Keasyikan yang terus-menerus terhadap bagian-bagian dari sebuah benda. B. Perkembangan abnormal atau terganggu sebelum usia 3 tahun seperti yang ditunjukkan oleh keterlambatan atau fungsi yang abnormal pada paling sedikit satu dari pokok berikut ini: 1. Interaksi sosial 2. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial 3. Permainan simbolik atau imajinatif C. Sebaiknya tidak disebut dengan istilah Gangguan Rett, Gangguan Inegratif Kanak-kanak, atau Sindrom Asperger (Peeters, 2004).
4.3.3.4 Cerebral Palsy Cerebral palsy (CP) diidentifikasi pertama kali oleh seorang ahli bedah bernama William Little pada tahun 1860. Cerebral palsy merupakan salah satu gangguan neurological yang tampak pada saat bayi atau awal masa kanak-kanak dan mempengaruhi pergerakan tubuh dan koordinasi otot secara permanen. Walaupun Cerebral palsy mempengaruhi pergerakan otot, hal tersebut tidak
59
disebabkan oleh masalah pada otot maupun saraf. Cerebral palsy disebabkan oleh keabnormalitasan pada salah satu bagian otak yang mengontrol pergerakan otot. Kerusakan tersebut dapat terjadi pada masa kehamilan (75%), kelahiran (5%), atau setelah kelahiran sampai berumur 3 tahun (15%). Cerebral palsy seringkali disertai oleh gangguan sensasi, persepsi, kognitif, komunikasi dan tingkah laku karena epilepsi dan masalah otot dan tulang sekunder (www.wikipedia.com). Cerebral palsy diklasifikasikan menjadi tiga yang merefleksikan area otak yang mengalami kerusakan. Ketiga klasifikasi tersebut adalah: 1.
Spastic Spastic atau kekakuan merupakan tipe cerebral palsy yang paling umum, yang terjadi pada 70 sampai 80% dari semua kasus. Penderita cerebral palsy dengan tipe ini mengalami kekakuan pada alat geraknya.
2.
Ataxic Ataxic merupakan tipe cerebral palsy yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian cerebellum (otak kecil). Tipe ini merupakan tipe cerebral palsy yang jarang terjadi, yaitu hampir 10 % dari semua kasus. Penderita cerebral palsy dengan tipe ini mengalami hypotonia (kelemahan pada otot) dan tremors. Kemampuan motorik seperti menulis, mengetik, atau menggunakan gunting, dan keseimbangan ketika berjalan terganggu.
3.
Athetoid/dyskinetic Athetoid/dyskinetic merupakan tipe cerebral palsy dimana penderita tidak dapat mengontrol gerak ototnya. Penderita athetoid akan kesulitan untuk bertahan pada suatu posisi, baik ketika duduk maupun berjalan. Oleh karena itu, mereka tidak dapat memegang objek. Cerebral palsy tidak dapat disembuhkan, tetapi berbagai macam terapi
dapat menolong seseorang dengan CP untuk hidup lebih efektif. Terapi yang dapat dilakukan diantaranya adalah fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, pengobatan untuk meredakan rasa sakit atau mengendurkan otot yang kejang.
4.3.3.5 Disleksia Disleksia merupakan sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada anak tersebut dalam melakukan
60
aktifitas membaca dan menulis. Gangguan tersebut bukan suatu bentuk ketidakmampuan secara fisik, seperti karena adanya masalah penglihatan, tapi mengarah kepada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut (www.wikipedia.com). Anak-anak disleksia memiliki beberapa ciri atau gejala. Gejala-gejala disleksia antara lain sulit mengeja, sulit membedakan huruf b dan d, kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulis, sulit mengingat arah kiri dan kanan, sulit membedakan waktu (hari ini, kemarin, dan besok), sulit mengingat urutan, sulit mengikuti instruksi verbal, sulit berkonsentrasi, mudah teralih perhatiannya, sulit berkomunikasi karena bahasanya kaku dan tidak berurutan, seringkali mengalami kesulitan berhitung terutama apabila disampaikan dalam bentuk cerita, tulisannya sulit dibaca, dan kurang percaya diri. Disleksia ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut: 1.
Genetik/keturunan
2.
Memiliki masalah pendengaran sejak dini
3.
Faktor Kombinasi (www.conectique.com, 2008)
4.3.3.6 Down Syndrome Down syndrome merupakan kelainan kromosom yang disebabkan oleh adanya kehadiran kromosom lebih pada kromosom 21 yang disebabkan oleh kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri pada saat pembelahan. Down syndrome ini sering disebut juga dengan trisomi 21. Kelainan ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down. Kelainan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti genetik, masalah selama kehamilan, saat kelahiran, setelah kelahiran, dan kemiskinan. Down syndrome akan berdampak pada keterbelakangan fisik dan mental anak. Penderita akan sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil, mata sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal fold) dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Selain itu, tanda klinis pada bagian tubuh lain tampak pada
61
tangan yang pendek termasuk ruas-ruas jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki melebar dan lapisan kulit yang tampak keriput (dermatoglyphics). Selain secara fisik, kelainan kromosom ini juga dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan pada sistem organ yang lain (www.wikipedia.com, 2009).
4.3.3.7 Spinal Muscular Atrophy (SMA) Spinal muscular atrophy (SMA) merupakan suatu gangguan yang mempengaruhi kontrol pergerakan otot. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya sel saraf, yang disebut dengan saraf motor (motor neuron) yang terdapat di spinal cord dan bagian otak yang terhubung dengan spinal cord akibat adanya mutasi genetik. Hilangnya saraf motor tersebut akan menimbulkan kelemahan dan pengecilan pada otot yang digunakan untuk beraktivitas seperti merangkak, berjalan, duduk, dan mengontrol pergerakan kepala. Pada kasus spinal muscular atrophy yang berat, otot-otot yang digunakan untuk bernafas dan menelan juga terpengaruh (www.wikipedia.com, 2009). Spinal muscular atrophy terbagi ke dalam beberapa subtipe berdasarkan tingkat keparahan dan usia timbulnya gejala. Tiga tipe dari gangguan tersebut berpengaruh pada anak sebelum usia 1 tahun. Berikut ini adalah tipe-tipe dari Spinal muscular athrophy: 1.
Tipe 0, merupakan tipe yang paling parah dari spinal muscular atrophy yang terjadi sebelum kelahiran. Tanda-tanda yang timbul adalah berkurangnya gerakan janin pada 30 sampai 36 minggu kehamilan. Setelah lahir, bayi menunjukkan sedikit pergerakan dan mengalami kesulitan dalam bernafas dan menelan.
2.
Tipe I , disebut juga Werdnig-Hoffman disease. Merupakan tipe dari spinal muscular atrophy dimana gejala terlihat pada saat kelahiran atau bulan-bulan pertama kelahiran. Bayi akan mengalami kesulitan dalam bernafas dan menelan makanan serta tidak dapat duduk tanpa sandaran.
3.
Tipe II, merupakan tipe spinal muscular atrophy dimana lemah otot terjadi pada usia 6 sampai 12 bulan. Anak dengan tipe ini dapat duduk tanpa sandaran walaupun tidak dapat berdiri atau berjalan tanpa bantuan.
62
4.
Tipe III, disebut juga Kugelberg-Welander disease merupakan tipe yang relatif ringan dibandingkan tipe 0, I, dan II. Gejala timbul pada awal masa kanak-kanak (diatas 1 tahun) dan awal masa dewasa. Seseorang dengan tipe ini dapat berdiri dan berjalan tanpa bantuan, tetapi akan kehilangan kemampuan tersebut pada akhirnya.
5.
Tipe IV dan Finkel, merupakan tipe spinal muscular atrophy yang terjadi pada saat dewasa, biasanya setelah usia 30 tahun. Gejala yang timbul mencakup lemah otot, tremor, dan twitching dari yang ringan, sedang, hingga berat.