ISSN 2302 – 1489
EKSIS JURNAL EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Volume 1
No.4
November 2013
PENGANTAR REDAKSI
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas terbitnya Jurnal Eksis Volume I No.4 Edisi November 2013. Jurnal Eksis diterbitkan oleh Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan tentunya masih memerlukan penyempurnaan untuk masa masa yang akan datang, dan kami sangat terbuka menerima kritikan atau saran saran yang bersifat membangun. Redaksi juga menerima jurnal jurnal ilmiah dari kalangan dosen Politeknik Negeri Medan ataupun perguruan tinggi lainnya, dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh redaksi tentunya.
November 2013 Redaksi EKSIS
i
DEWAN REDAKSI
Pembina
: M. Syahruddin, S.T., MT.
Pengawas
: Nursiah Fitri S.E., M.Si.
Editor / Penanggung Jawab
: Agus Edy Rangkuti SE., M.Si.
Editor Ahli
: 1. Edy Syahputra Sitepu SE., M.Si. 2. Desri Wiana SS., M.Hum 3. Erwinsyah S.Kom. M.Kom
Alamat Redaksi: Jl. Almamater No. 1 (Kompleks USU) Lt 2 Gedung Jurusan Administrasi Niaga. Politeknik Negeri Medan Email:
[email protected].
ii
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi ……………………………………………………….
i
Dewan Redaksi ……………………………………………………………
ii
Daftar Isi ………………………………………………………………….
iii
Tinjauan tentang konsep pengembangan Industri mice kota medan Edy Sahputra Sitepu ..…………………………………………………………
1-13
Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Menabung Serta Dampaknya Terhadap Loyalitas Menabung Pada Nasabah PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan Bunga Aditi, Endang Sulistya Rini Isfenti Sadalia ……..…………………
14-26
Analisis Faktor Fasilitas Fitur Layanan, Promosi, Jaringan Dan Lokasi Produk Perbankan Khususnya Dalam Penggunaan Produk Atm Dan Pengaruhnya Terhadap Minat Nasabah Dalam Menggunakan Produk Atm Pada PT Bank Sumut Putri Andam Sari, Opim Salim Sitompul, Nazaruddin ………………….
27-36
Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Semen Andalas Pada Pelanggan Pelanggan Korporasi (Pelanggan B2B) (Studi Kasus pada PT. Lafarge Cement Indonesia Medan) Haryanto Chandra, Darwin Sitompul, Nazaruddin …………………..
37-52
Analisis Pengaruh Bantuan Modal Sosial Terhadap Peningkatan Nilai Tambah Produk Umkm Dan Kesejahteraan Masyarakat Di Kabupaten Langkat T. Henny Febriana Harumy, Syaad Affifuddin, Rujiman ……………… 53-66 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Kinerja Operasi Danpemeliharaan Jaringan Irigasi Di Daerah Irigasi Sungai Ular (Studi Kasus di Balai Wilayah Sungai Sumatera II, Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Di Daerah Irigasi Sungai Ular) Dedy Setiawan Ritonga, Chairul Muluk, Syahrizal …………..……………. 67-77 Strategi Peningkatan Penjualan Produk Tiang Pancang Beton Pracetak Di PT Wijaya Karya Beton Wilayah Penjualan I Medan Wahyu Tri Krisno, Darwin Sitompul, Nazaruddin ……………………
78-87
iii
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
TINJAUAN TENTANG KONSEP PENGEMBANGAN INDUSTRI MICE KOTA MEDAN EDY SAHPUTRA SITEPU Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT MICE industry today is experiencing rapid development in Indonesia , it is marked by the election of Indonesia as the host site and the implementation of various international events . Various MICE activities in the country generally terkonsentarasi in 10 major cities such as Jakarta , Bali , Bandung , Yogyakarta , Makassar , Surabaya , Medan , Manado , Semarang and Batam . A paper entitled " Overview of the Concept Development of MICE Industry in Medan " is specifically trying to analyze about the existence of the MICE industry in the city of Medan and reviewing policies and concepts which have been prepared in order to develop MICE . The study was conducted by using analysis deskriprif and explore policies that might be done Medan City Government in developing the potential of the MICE industry that is taking into account the desire of all key stakeholders involved . From the analysis we concluded that the development of MICE in Medan is strongly influenced by 1 ) the empowerment of government policy support and MICE , 2 ) participation of the business ( EO , PCE , PEO , Hotel , Restaurant , Spa manager ) and 3 ) participation in education provide human resource professionals in the field of MICE . Keywords: Policy, Development, MICE A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sejak tahun 2011 lalu Kota Medan Medan oleh pemerintah Indonesia telah ditetapkan sebagai kota metropolitan baru sekaligus sebagai salah satu dari 10 kota utama sebagai tujuan wisata MICE di Indonesia. Penetapan Kota Medan sebagai kota metropolitan baru menegaskan semakin penting dan strategisnya posisi Kota Medan dalam perpektif pembangunan dan pengembangan infrastruktur. Metropolitan dapat diartikan sebagai pusat populasi besar yang terdiri atas satu metropolis besar dan daerah sekitarnya, atau beberapa kota sentral yang saling bertetangga dengan daerah sekitarnya. Satu kota besar atau lebih dapat berperan sebagi hub-nya, Kota Medan misalnya, sejak lama menjadi hub bagi kota-kota penting lainnya di Sumatera Utara, seperti Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo (Mebidangro). Sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara Kota Medan memiliki populasi terbesar dan menjadi epicentrum petumbuhan ekonomi Propinsi Sumatera Utara. Dari 33 kabupaten/kota total Penduduk Sumatera Utara adalah berkisar 13 juta penduduk, dan lebih kurang 3 juta penduduk (25% lebih) berada di Kota Medan.
Volume 1
No. 4
November 2013
1
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Demikian pula dari sisi PDRB, Kota Medan memberikan kontribusi terbesar dibandingkan kabupaten/kota lainnya yakni berkisar 30% dari total PDRB Provinsi Sumatera Utara. Seiring dengan ditetapkannya Kota Medan sebagai kota metropolitan strategis, Kota Medan juga menjadi prime mover bagi pengembangan usaha dan industri MICE di kawasan barat Indonesia. Kota Medan diharapkan menjadi pendamping MICE destination lainnya seperti Bali, Jakarta, Manado, Makasar dan lain-lain. Apalagi bila ditinjau dari sisi capaian PDRB Kota Medan juga didominasi oleh sektor terkait MICE yakni sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana kontribusi sektor ini mencapai 26% dari PDRB Kota Medan, terbesar dari 9 sektor yang ada. Tabel 1. Peranan Masing-Masing Sektor dalam PDRB Kota Medan Kontribusi Terhadap PDRB (%) No Kelompok Sektor 2008 1.
Primer (Pertanian & Pertambangan)
2.
3.
2,873
2010
2011*
2,735
2,85
Sekunder (Industri, Listrik & Bangunan
27,934 27,261 26,503
27,00
Tersier (Perdagangan, Hotel, Restoran, Pengangkutan, Komunikasi, Persewaan, Jasa)
69,215 69,867 70,762
70,16
Jumlah
2,851
2009
100,00 100,00 100,00 100,00
Pertimbangan penting lain yang menguatkan potensi Kota Medan sebagai kota MICE adalah keberadaan posisi Kota Medan yang strategis, sebagai salah satu pusat perdagangan baik regional maupun internasional.Kota Medan dapat dikatakan sebagai pintu gerbang wilayah barat Indonesia yang menjadi salah satu pilihan utama para wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke Danau Toba, Bukit Lawang, Berastagi dan Pulau Nias, sebagai 4 (empat) destinasi wisata yang sudah sangat dikenal di mancanegara. Pada Tahun 2010 tidak kurang dari 150 ribu orang wisatawan mancanegara datang ke Kota Medan dan tahun 2011 jumlahnya diperkirakan tidak kurang dari 160 ribu orang. Angka ini terus bergerak postif dari tahun-tahun sebelumnya. Bila dilihat dari variasi kebangsaan jumlah wisatawan yang berasal dari negara-negara ASEAN untuk kurun waktu 2006 hingga 2011 cenderung lebih dominan, terutama dari Malaysia, Singapura, dan Thailand yang menempati urutan pertama. Disusul wisatawan dari Eropa dan Asia masing-masing sebesar 15% dan 10%. Dilihat dari lamanya menginap wisatawan mancanegara di hotel bintang dan melati yang berada di Kota Medan, rata-rata menginap selama 1,5 hari. Angka ini menunjukkan bahwa Kota Medan masih hanya sebatas pintu
Volume 1
No. 4
November 2013
2
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
masuk bagi wisatawan mancanegara ke daerah wisata yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan Aceh. Besarnya sumbangsih dan peranan sektor tersier yang meliputi perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan, komunikasi, persewaan, jasa telah menjadi landasan dasar bagi perkembangan industri MICE di Kota Medan. Apalagi disisi lain pembangunan MICE di Kota Medan mendapat dukungan penuh dari kekuatan penting yang melekat pada pengembangan kebudayaan dan pariwisata yang telah dilakukan di Kota Medan selama ini. Berbagai kemajuan yang telah dicapai, untuk mendukung pengembangan MICE antara lain terpeliharanya kondisi aman dan damai yang diindikasikan antara lain dengan : 1) Semakin berkembangnya pemahaman terhadap pentingnya multikultural di Kota Medan,
kesadaran
2) Tumbuhnya sikap saling menghormati dan menghargai keberagaman budaya yang ditandai dengan meningkatnya persepsi masyarakat terhadap kebiasaan bersilaturahmi, meningkatnya persepsi masyarakat terhadap kebiasaan kegiatan gotong royong, serta persepsi masyarakat terhadap kebiasaan tolong menolong antar sesama warga yang kian baik, 3) Semakin berkembangnya proses internalisasi nilai-nilai luhur, pengetahuan dan teknologi tradisional, serta kearifan lokal yang relevan dengan tata kehidupan bermasyarakat seperti nilai-nilai persaudaraan, solidaritas sosial, saling menghargai, serta rasa sense of belonging terhadap lingkungan, 4) Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap hasil karya kreatifitas seni budaya yang ditandai dengan meningkatnya penyelenggaraan event MICE seperti pelaksanaan berbagai pameran, festival, pegelaran, dan pentas seni, pemberian, pengiriman misi kesenian ke berbagai acara nasional dan internasional sebagai bentuk diplomasi/promosi kesenian Kota Medan, 5) Tumbuhnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan kekayaan dan warisan budaya yang ditandai oleh meningkatnya kesadaran, kebanggaan, dan penghargaan masyakarat terhadap nilai-nilai sejarah bangsa, meningkatnya upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan benda cagar budaya/situs, serta berkembangnya peran dan fungsi museum sebagai sarana rekreasi dan edukasi. 6) Meningkatnya kerjasama yang sinergis antar-pihak terkait dalam upaya pengembangan nilai budaya, pengelolaan keragaman budaya serta perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan budaya yang sangat menunjang eksistensi industri MICE. Bekembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, lebih jauh dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan, kebergaman suku, tarian daerah, alat musik, tarian, makanan, bangunan fisik dan sebagainya justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri MICE di Kota Medan. Adanya prulalisme ini juga merupakan peredam munculnya isu-isu
Volume 1
No. 4
November 2013
3
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
primordialisme yang juga dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Untuk menjadikan Kota Medan sebagai daerah tujuan wisata MICE, tentu harus didukung oleh segenap komponen yang ada antara lain kebijakan pemerintah, kesiapan sarana transportasi, stakeholder MICE, keparawisataan seperti ASITA, PHRI, sarana prasarana pendukung meliputi antara lain hotel, restoran, objek wisata, dan pramuwisata dan lain-lain. Untuk menciptakan kondisi MICE dan kepariwisataan yang nyaman, hingga kini Kota Medan sendiri terus membenahi diri dengan mengembangkan pariwisata perkotaan yang dapat menjadikan kota ini, tidak sekedar hanya tempat transit para wisatawan. Sejumlah objek wisata terus perbaiki kualitasnya, sehingga layak juga untuk dikunjungi para turis asing. Fasilitas wisata hotel, konvensi dan pusat-pusat perbelanjaan juga didorong pemerintah untuk tumbuh pesat. Perlahan tapi pasti Kota Medan juga mempersiapkan diri diri untuk memperkuat posisinya sebagai salah satu daerah tujuan wisata MICE terkemuka di Indonesia. Potensi industri MICE yang cukup besar dan terbuka lebar menjadi perhatian banyak pihak untuk dimanfaatkan. Dengan keterlibatan semua stakeholders, MICE kemungkinan besar dapat menjadi sektor andalan yang menggerakkan ekonomi Kota Medan. Untuk mendukung industri MICE di Kota Medan, pemerintah Kota Medan juga akan mengintegrasikan potensi objek wisata yang dapat dikelompokkan menjadi 5 kategori, yaitu objek wisata alam, kerajinan, budaya, sejarah, dan kuliner. Potensi objektif dari seluruh objek wisata yang ada di sebagian lokasi masih sebatas potensi semata. Sementara objek yang telah diolah dibangun dan dikembangkan secara terencana dan dikelola dengan baik masih relatif sedikit dan sangat perlu dikembangkan (Rippda Kota Medan 2011). Dalam upaya mempertegas pelaksanaan pembangunan industri MICE Kota Medan dan mempertimbangkan besarnya potensi MICE yang ada di Kota Medan, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan suatu kajian tentang “Tinjauan Tentang Konsep Pengembangan MICE di Kota Medan” yang ke depan diharapkan akan memberikan sumbangsih dan pengayaan khasanah bagi pengembangan dan pembangunan industri MICE di Kota Medan. B. TINJAUAN PUSTAKA Meski istilah Meetings, Incentives, Conventions and Exhibitions (MICE) telah populer, namun tidak semua orang tahu benar apa sebenarnya MICE itu. Pada dasawarsa 90-an, MICE telah menjadi bagian penting dalam perkembangan kepariwisataan di tanah air, meskipun di negara-negara industri maju pariwisata jenis ini telah berkembang jauh sebelumnya. Pesatnya perkembangan ini seiring dengan semakin terbukanya perdagangan internasional dan berkembang pesatnya teknologi informasi dan transportasi (Deni, 2011). Wisata MICE terdiri atas empat pokok kegiatan utama yaitu pertemuan
Volume 1
No. 4
November 2013
4
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
(meetings), insentif (incentives), konvensi (conventions) dan pameran (exhibitions). Keempat jenis kegiatan itu merupakan usaha untuk memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (para pelaku bisnis, cendekiawan, para eksekutif pemerintah maupun swasta) untuk membahas berbagai masalah berkaitan dengan kepentingan bersama termasuk juga memamerkan produk-produk bisnis. (Deni, 2011). Dalam catatan Rajaguguk (2005), secara historis bagi Indonesia, momen terpenting munculnya MICE adalah berhasil diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 kemudian disusul dengan berlangsungnya kegiatan Genefo (Games of the New Emerging Forces) tahun 1960, Konferensi PATA tahun 1963 dan 1974 menyusul kemudian OPEC di Bali dan KTT APEC di Bogor tahun 1995, hingga akhirnya suksesnya UNFCC di Nusa Dua, Desember 2007. MICE merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari usaha jasa pariwisata yang meliputi usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran dalam suatu rangkaian kegiatan pelayanan bagi pertemuan/berkumpulnya orang-orang atau sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendekiawan, publik, dan sebagainya) pada suatu tempat yang terkondisikan oleh suatu permasalahan, pembahasan atau kepentingan bersama. Di Indonesia saat ini memiliki sejumlah kota tujuan wisata jasa MICE seperti Jakarta, Bali, Batam, Medan, Padang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar. Usaha jasa MICE tidak dapat dipisahkan dengan mata rantai usaha-usaha di bidang kepariwisataan dan berbagai sektor usaha lainnya. Penyelenggaraan MICE selalu melibatkan banyak sektor usaha/industri dan banyak pihak, hal itu menyebabkan pengaruh ekonomi yang dihasilkannya efek berlipat ganda atau berdampak luas (multiplier effect) yang menguntungkan dan dapat dirasakan banyak pihak. Apalagi spending power segment MICE sekitar 8 – 10 kali wisatawan biasa. Dukungan bagi berkembangnya sektor MICE belakangan ini juga didukung oleh kondisi keamanan di Indonesia makin kondusif sehingga memberi image yang positif sebagai destinasi wisata. Keterbatasan prasarana pendukung pariwisata seperti bandar udara internasional dan sarana transportasi yang kurang memadai menjadi salah satu hambatan bagi pengembangan program pariwisata MICE. Sehingga sampai sekarang hanya 10 kota di Indonesia yang mampu mengembangkan program tersebut. 10 kota itu antara lain Medan, Palembang, Jakarta, Yogya, Semarang, Solo, Surabaya, Bali, Lombok, dan Makasar (Xiang, 2012). Selain kendala prasarana itu, hal lain yang menghambat pengembangan MICE adalah sumber daya manusia (SDM). Sebab MICE memerlukan SDM yang memiliki keahlian khusus. Perkembangan industri MICE telah memberikan warna yang beragam terhadap jenis kegiatan industri jasa yang identik dengan pemberian pelayan/services. MICE merupakan bisnis yang memberikan kontribusi tinggi secara ekonomi terlebih bagi negara berkembang. Kualitas pelayanan yang
Volume 1
No. 4
November 2013
5
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
diberikan mampu memberikan kepuasan kepada setiap peserta, industri MICE mampu memberikan keuntungan yang besar bagi para pelaku usaha di industri tersebut. Berkembangnya industri MICE sebagai industri baru yang bisa menguntungkan bagi banyak pihak, karena industri MICE ini merupakan industri yang kompleks dan melibatkan banyak pihak. Alasan inilah yang menjadikan tingkat pertumbuhan para pengusaha penyelenggara MICE bermunculan, sehingga tidak dipungkiri industri MICE sebagai industri masa kini yang banyak diminati oleh para pelaku bisnis. Kegiatan bisnis MICE juga telah membuka lapangan kerja baru, tidak hanya menciptakan tenaga kerja musiman saja, tetapi juga telah menciptakan pekerjaan yang tetap bagi banyak masyarakat. Indonesia dengan wilayah yang strategis serta memiliki daya tarik tersendiri bagi warga negara asing, memberikan peluang bagi tumbuhnya industri MICE. Disisi lain krisis ekonomi yang menimpa negara-negara maju juga turut mempengaruhi bagi pasar MICE untuk memindahkan kegiatan MICE-nya di Indonesia (Kresnarini, 2011). Faktor penentu dalam memilih Destinasi MICE menurut Warta Export (2011) antara lain : 1) Keamanan. Semua konsumen MICE mengingin kan adanya jaminan keamanan, baik dari pemerintah maupun oleh penyelenggara. Dalam setiap event internasional perlu adanya fasilitas pengamanan yang ketat khususnya di venue dan akomodasi. Selain itu tempat yang menjadi bagian pendukung kegiatan juga harus dijaga keamaannya misalnya di bandara dan tempat hiburan malam selama acara berlangsung. 2) Harga. Harga yang bersaing dengan fasilitas yang lengkap menjadi salah satu kriteria bagi para konsumen MICE dalam menentukan daerah tujuan kegiatannya. Fasilitas hiburan yang memadai serta fasilitas pendukung di luar kegiatan utama menjadi nilai tambah suatu daerah dalam menarik konsumen MICE. 3) Kemudahan Akses. Daerah destinasi MICE membutuhkan fasilitas aksesibilitas dan transfer baik dari darat, laut maupun udara. Transportasi yang mudah aman, efisien dan bebas hambatan mempermudah para konsumen MICE dalam menjangkau kawasan tersebut. 4) Fasilitas Terpelihara. Fasilitas yang terjaga dengan baik pada venue pelaksanaan MICE akan membuat konsumen MICE nyaman untuk tinggal lebih lama. Berbagai fasilitas yang disediakan pada venue dengan standar internasional, resort kelas dunia dan tempat hiburan yang menarik. 5) Infrastruktur 6) Dalam penyelenggaraan event internasional, dibutuhkan fasilitas infrastruktur langsung seperti venue meeting dan konvensi yang berstandar internasional dengan jumlah kapasitas yang memadai serta terintegrasi dengan hotel dan tempat hiburan. Infrastruktur pendukung bagi para konsumen untuk menuju ke
Volume 1
No. 4
November 2013
6
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
venue penyelenggaraan sangat penting. Selain mudah untuk di akses, infrastruktur berstandar internasional sangat diperlukan diantaranya, bandara yang mampu menampung pesawat besar dan adanya jalur langsung ke kota internasional. 7) Atraksi waktu senggang. Program hiburan selama penyelenggaraan kegiatan menjadi daya tarik tersendiri bagi para konsumen MICE. Untuk menghilangkan kejenuhan mengikuti acara, pada umumnya diselingi dengan kegiatan hiburan, diantaranya pertunjukan seni dan budaya maupun mengunjungi objek wisata. 8) Bahasa. Untuk mempermudah para konsumen MICE dalam mengikuti agenda kegiatannya, maka perlu adanya tourism hospitality dan MICE staff yang bisa berbahasa asing. Tergantung dengan asal konsumen MICE tersebut. Penyedia jasa MICE sudah seharusnya menyediakan profesional yang mampu berbahasa asing. C. METODE PENELITIAN Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan (Nazir, 1985). yaitu: 1) urutan kerja atau prosedur yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian 2) alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data? dan 3) bagaimana melaksanakan penelitian tersebut? Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutan-urutan pekerjaan yang terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu peneliti untuk mengendalikan kegiatan atau tahap-tahap kegiatan serta mempermudah mengetahui kemajuan (proses) penelitian. Metode penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Dalam prakteknya terdapat sejumlah metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui angket yang didistribusikan kepada responden di Kota Medan dengan metode purposive random sampling. Jumlah responden masing-masing di kecamatan berjumlah 10 orang yang terdiri dari responden dari kalangan pemangku kepentingan dan responden dari pelaku usaha di sektor MICE. Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi: 1) PDRB Kota Medan dan gambaran perkembangan per sektor ekonomi.
Volume 1
No. 4
November 2013
7
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
2) Data-data kependudukan, angkatan kerja Kota Medan. 3) Data sekunder mengenai karakteristik wilayah, seperti kondisi geografis, pertumbuhan ekonomi dan data penunjang lainnya. Seluruh data sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Medan dalam bentuk publikasi maupun data hasil kompilasi yang dikumpulkan oleh BPS Kota Medan serta dari instansi terkait lainnya. Metode Analisis Dalam pelaksanaan penelitian digunakan metode deskriptif yang secara harfiah adalah penelitian untuk membuat deskripsi mengenai situasi atau kejadian yang tidak menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif. Data yang terkumpul, lalu diklasifikasikan menjadi 2 kelompok data yaitu data kualitatif (data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan) dan data kuantitatif (data yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran).Untuk pelaksanaan penyusunan laporan penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Sedangkan aktivitas operasional dan pendekatan konseptual, yang dijabarkan sebagai berikut: 1) Pengumpulan Data 2) Survei data instansi dan lapangan dilakukan dengan melakukan observasi fisik lapangan untuk mengidentifikasi kondisi eksisting. 3) Data penunjang yang dibutuhkan dalam penyusunan studi ini adalah sebagai berikut: (a) Aspek fisik, terdiri dari kondisi lanskap, bangunan dan utilitas serta aspek ruang kota. (b) Aspek nonfisik, terdiri dari pendataan potensipotensi sumberdaya ekonomi yang bila dikembangkan akan meningkatkan pembangunan industri MICE di Kota Medan serta analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. D. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis penelitian, dengan mengumpulkan sejumlah informasi kunci dari Bappeda Kota Medan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, para pelaku kegiatan usaha di bidang MICE di Kota Medan, diketahui bahwa Kota Medan sebenarnya telah memiliki konsep pengembangan MICE yang antara lain tertuang dalam beberapa dokumen perencanaan Kota Medan, antara lain: 1) Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Medan (Disbudpar Kota Medan), 2) Pemetaan dan Rencana Pengembangan MICE Kota Medan (Disbudpar Kota Medan) dan 3) Kajian Potensi dan Pengembangan MICE Kota Medan (Bappeda Kota Medan).
Volume 1
No. 4
November 2013
8
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Zonasi Kawasan Pengembangan Pariwisata dan MICE Hasil survei dan pengolahan informasi dari stakeholder industri MICE Kota Medan, jika ditinjau berdasarkan kondisi objektif dan mempertimbangkan RTRW yang ada, maka pengembangan kawasan pariwisata dan MICE Kota Medan ke depan dapat dikelompokkan menjadi sejumlah zonasi: 1) Wilayah Utara (zona Utara adalah kawasan industri dan Minapolitan (dengan daya tarik wisata bahari, perkampungan nelayan, kolam pemancingan, danau Siombak dan lain-lain).” 2) Wilayah Tengah (zona tengah sebagai obyek wisata budaya, sejarah kuliner, belanja. 3) Wilayah Selatan (wilayah Selatan cocok untuk pengembangan wisata agro (contoh: kebun tanaman hias, buah-buahan, ikan hias ditambah dengan sejumlah wisata alam untuk outbound, pemandian dan lain-lain).” Sejumlah pemangku kepentingan yang menjadi responden penelitian sepakat bahwa, ke depan pariwisata Kota Medan perlu dikembangkan dengan menganut konsep pengembangan berjenjang dan unggulan. Dengan demikian aspek spasial perencanaan pariwisata dan MICE mengacu pada konteks kawasan wisata MICE unggulan. Kawasan wisata MICE didefinisikan sebagai kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk berbagai kegiatan event MICE dan pariwisata serta tidak menganggu kelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan, berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan daerah, mengembangkan pembangunan lintas sektor dan subsektor, dan yang terpenting dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Pengertian kawasan wisata Kota Medan juga didasarkan pada konsep yang memandang pengembangan MICE sebagai bagian atau alat dalam pengembangan wilayah. Dengan mengembangkan kondisi objektif dan mempertimbangkan RTRW yang ada. Selanjutnya kebijakan pengembangan MICE, menurut penyelenggara kebijakan (Bidang Ekonomi Bappeda Kota Medan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan) menegemukakan, bahka pengembangan MICE akan diarahkan dalam rangka pengembangan kawasan MICE di Kota Medan yang berpusat diinti kota, selanjutnya diikuti dengan pengembangan produk event, pengembangan pasar dan pemasaran, pengembangan sumber daya manusia, dan pengembangan kelembagaan/bisnis. Kebijakan pengembangan kawasan wisata MICE juga diprioritaskan pada pengembangan wilayah yang masih kurang maju. Kebijakan pengembangan produk MICE antara lain juga harus diarahkan pada penguatan identitas daerah dengan memunculkan warna wisata MICE yang khas bagi Kota Medan guna menguatkan daya saing daerah. Selain itu tentu saja diperlukan pengembangan sarana dan prasana pariwisata MICE. Kebijakan pengembangan pasar dan pemasaran diarahkan pada pengembangan pasar domestik, pasar internasional. Dan pengembangan sistem
Volume 1
No. 4
November 2013
9
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
jaminan mutu. Pengembangan MICE juga harus didukung oleh SDM handal sehingga mampu menjadi EO/PCO/PEO MICE yang baik, juga diikuti profesionalitas dari tenaga pemandu, tenaga pelayanan hotel, tenaga birokrasi sampai tenaga pelatih/pendidik. Pengembangan kelembagaan diarahkan pada adanya keterpaduan antra stakeholder MICE yaitu Pemerintah Kota Medan, pelaku usaha dan masyarakat. Pengembangan Berdasarkan Persepsi Stakeholder Berdasarkan hasil survei persepsi stakeholder atas wisata MICE di kota Medan, antara lain; wisata bahari yang cocok dikembangkan di Medan Belawan dan Medan Labuhan. Untuk wisata heritage baik dikembangkan di Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Kota dan Medan Maimun. Medan Kota dan Medan Petisah juga sangat cocok menjadi sentra kerajinan (handicraft), wisata belanja, meeting dan exhibition (MICE). Tabel 2. Pengembangan Daerah Berdasarkan Persepsi Stakeholder No.
Kecamatan
Jenis Kegiatan MICE/Pariwisata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Medan Belawan Medan Marelan Medan Labuhan Medan Timur Medan Helvetia Medan Selayang Medan Polonia Medan Kota Medan Area Medan Denai Medan Johor Medan Tuntungan Medan Sunggal Medan Petisah
Bahari Heritage, Eko Wisata Bahari, Heritage Sport MICE Sport, Kuliner MICE Heritage, Belanja, Handicraft, MICE Pusat Industri Kecil Pusat Industri Kecil Ekowisata Ekowisata Kuliner, Ekowisata Kuliner, MICE
Skors Rerata 7,5 6,6 7,2 5,5 6,7 8,0 7,4 8,5 6,0 6,3 5,2 5,2 5,5 6,7
Sedangkan sejumlah 5 kecamatan yang lainnya, berdasarkan persepsi responden masih belum memiliki identitas/karakter khusus yang dianggap dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pengembangan industri MICE di Kota Medan, hal ini ditandai dengan skor rata-rata yang masih berada di bawah 4,0.
Volume 1
No. 4
November 2013
10
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 2. Pengembangan Kota Berdasarkan Persepsi Stakeholder untuk Daerah-daerah yang Dianggap Belum Memiliki Karakter Khusus No. Kecamatan 1 2 3 4 5
Medan Amplas Medan Denai Medan Maimun Medan Perjuangan Medan Tembung
Jenis Kegiatan MICE/Pariwisata
Skors Rerata
Heritage, Ekowisata, Sport, Kuliner, MICE, Belanja, Handicraft, Pusat Industri Kecil, Kuliner
3,5 3,3 4,2 2,5 3,7
Sementara berdasarkan hasil FGD yang dilakukan pada studi ini menyimpulkan bahwa, dalam mengembangkan industri MICE di Kota Medan diperlukan kerjasama dan koordinasi antara 3 stakeholder kunci, yakni pemerintah, dunia pendidikan terkait, dan partisipasi dunia usaha. Kebijakan pemerintah dalam hal ini diarahkan untuk pembenahan dan pengembangan sarana dan prasarana, pembenahan dan pengembangan pemasaran DTW MICE. Partisipasi dunia pendidikan diharapkan dapat mendorong 1) ketersediaan SDM professional di bidang MICE, 2) menjadi mitra dalam pembenahan dan pengembangan pemasaran DTW MICE dan 3) ikut memberikan masukan dan dorongan dalam pembenahan dan pengembangan sarana dan prasarana. Sementara parsitisipasi dunia usaha diharapkan secara lebih nyata menjadi mitra dunia pendidikan dalam mempersiapkan tenaga professional di bidang MICE, dan melakasanakan berbagai event MICE berkualitas dalam rangka mendorong pengembangan pemasaran DTW MICE di Kota Medan. Konsep pengembangan MICE lebih lanjut diilustrasikan melalui bagan berikut ini:
Volume 1
No. 4
November 2013
11
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
E. KESIMPULAN Sejumlah kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil kajian ini antara lain: 1) Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa pegembangan MICE di Kota Medan sangat dipengaruhi oleh 1) dukungan kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan dan MICE, 2) partisipasi dunia usaha (EO, PCE, PEO, Hotel, Restaurant, pengelola Convention) dan 3) partisipasi dunia pendidikan dalam menyediakan sumber daya manusia professional di bidang MICE. 2) Hasil survei dan pengolahan informasi dari stakeholder industri MICE Kota Medan, jika ditinjau berdasarkan kondisi objektif dan mempertimbangkan RTRW yang ada, maka pengembangan kawasan pariwisata yang dapat mendukung industry MICE Kota Medan ke depan dapat dikelompokkan menjadi sejumlah zonasi: a) Wilayah Utara (zona Utara adalah kawasan industri dan Minapolitan (dengan daya tarik wisata bahari, perkampungan nelayan, kolam pemancingan, danau Siombak dan lain-lain).” b) Wilayah Tengah (zona tengah sebagai obyek wisata budaya, sejarah kuliner, belanja. c) Wilayah Selatan (wilayah Selatan cocok untuk pengembangan wisata agro (contoh: kebun tanaman hias, buah-buahan, ikan hias ditambah dengan sejumlah wisata alam untuk outbound, pemandian dan lain-lain).” 3) Berdasarkan hasil survei persepsi stakeholder. Berbagai kegiatan pariwisata yang mendukung pengembangan MICE di Kota Medan, antara lain; wisata bahari yang cocok dikembangkan di Medan Belawan dan Medan Labuhan. Untuk wisata heritage baik dikembangkan di Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Kota dan Medan Maimun. Medan Kota dan Medan Petisah juga sangat cocok menjadi sentra kerajinan (handicraft), wisata belanja, meeting dan exhibition. DAFTAR PUSTAKA Bappeda Kota Medan. 2011. “Grand Design Pengembangan MICE Kota Medan”. Chafid Fandeli. 2002. “Perencanaan Kepariwisataan Alam”. Jakarta. Disbudpar Kota Medan. 2011. “Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kota Medan”. Drimawan, Deni. 2011. “Multi Efek dari Bisnis MICE”. Deni Drimawan’s Blog (online). Available at: http://adproindonesia.wordpress.com/2010/06/03/multi-effects-daribisnis-mice/#comments Evelina, Lidia. 2005. “Event Organizeer Pameran”. PT Indeks. Jakarta.
Volume 1
No. 4
November 2013
12
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 Hoyle H, Leonard. 2012. “Event Marketing”. Penerbit PPM. Jakarta. Kantor Menteri Negara dan KeseniaN. 2000. Deputy Bidang Pengembangan Produk Pariwisata. Pedoman Usaha Jasa Meeting, Incentive, Convention and Exhibition. Jakarta. Kesrul. 2004. “Panduan Praktis Pramuwisata Profesional”. Graha Ilmu. Jakarta. Kresnarini, Hesti Indah. 2011. “Potensi Industri MICE Indonesia”. Editorial. Warta Ekspor Edisi Juli 2011.Pendit, Nyoman,S.1999. “Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar”. Perdana. Jakarta. Lawson, Fred. Congress Convention & Exhibition. Architectural Press. USA ICAA 2012, diakses 25/4/2012 http://www.iccaworld.com/dcps/doc.cfm?docid=1264 Noor, Ani. 2012. “Globalisasi industri MICE”. Penerbit Alfabeta. Jakarta. Xiang, Jia. Program Pariwisata “MICE Belum Maksimal”. Media Tionghoa Indonesia, diakses 16/8/2012 http://jia-xiang.biz/read/programpariwisata-mice-belum-maksimal
Volume 1
No. 4
November 2013
13
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MENABUNG SERTA DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS MENABUNG PADA NASABAH PT BANK SUMUT CABANG ISKANDAR MUDA MEDAN
BUNGA ADITI, ENDANG SULISTYA RINI ISFENTI SADALIA Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT The objective of the research was to analyze the influence of service quality on clients’ satisfaction in depositing and its effect on their loyalty in depositing their money at PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda, Medan. The object of the research was the clients of PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda. The problem in the research was referred to the business phenomena of PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda which indicated that the clients, consisted of the government employees, had to deposit their money in this Bank as the facility for paying their salaries. Therefore, the problem which arose in the research was to find out and to analyze the service quality, consisted of tangibles, reliability, responsiveness, assurance, and empathy which simultaneously and partially had positive and significant influence on clients’ loyalty, through their satisfaction in depositing their money at PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda, Medan. The type of the research was a descriptive quantitative survey with explanatory approach. The population was all 9,835 clients of PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda, Medan, and 99 of them were used as the samples, using accidental sampling technique. The data were gathered by using Structural Equation Model with an AMOS (Analysis of Moment Structure) software program. Tangibles, reliability, and assurance had positive and significant influence on satisfaction, while responsiveness and empathy had negative influence on satisfaction which had positive and significant influence on loyalty. Tangibles, reliability, and empathy had negative influence loyalty, while responsiveness and assurance had positive and significant influence on loyalty. Keywords:Tangibles, Reliability, Satisfaction, Loyalty
Responsiveness,
Assurance,
Empathy,
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN PT Bank Sumut sebagai bank daerah dan salah satu pelaku usaha dalam industri perbankan tidak lepas dari fenomena perubahan yang timbul dari intensitas persaingan untuk mendapatkan hati nasabah. Saat ini perilaku nasabah bank di Indonesia yang menginginkan suku bunga yang rendah (contoh pinjaman) atau suku bunga yang tinggi (contoh tabungan, giro dan deposito), biaya administrasi yang rendah dan ada pula nasabah yang menginginkan transaksi
Volume 1
No. 4
November 2013
14
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
keuangan yang cepat, efisien, nyaman dan mudah dalam pengaksesannya, kapanpun, dan dimanapun. Industri perbankan saat ini telah menyadari bahwa nasabah saat ini tidak hanya mempertimbangkan faktor bunga atau kecanggihan dan kelengkapan fitur dari suatu produk perbankan, tetapi saat ini yang dicari oleh nasabah adalah value (nilai) yang akan didapatkan dari apa yang ditawarkan oleh pihak bank, sehingga pada akhirnya akan bersedia untuk menjadi nasabah yang loyal (Bielen et al. 2007). Secara teoritis merujuk pada hasil penelitian terdahulu bahwa kepuasan nasabah dan loyalitas nasabah dipercaya mampu memberikan dampak yang positif dan pengaruh yang signifikan bagi kelangsungan bank baik dalam jangka pendek maupun untuk jangka panjang (Liu et al. 2007). Loyalitas dalam menabung sebagai dorongan perilaku nasabah untuk melakukan transaksi secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan nasabah terhadap jasa yang dihasilkan oleh bank dan membutuhkan waktu yang lama melalui suatu proses yang dilaksanakan (Musanto, 2004). Loyalitas konsumen terhadap suatu produk yang ditawarkan oleh perusahaan dicerminkan dari kebisaaan konsumen untuk melihat kualitas produk sehingga konsumen membeli produk yang dibutuhkan secara berulang-ulang. Hal ini yang harus diperhatikan oleh bank. Indusri perbankan ini harus mampu beroperasi dalam lingkungan bisnis yang berat, adanya kemajuan teknologi, hukum atau kebijakan pemerintah yang terus berubah-ubah secara cepat diharapkan perusahaan mampu bertahan dan terus bersaing dengan harapan gerak langkah perusahaan sesuai keinginan dan harapan konsumen. Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa konsumen yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan (Kotler, 2005). Bloemer et al.(1998) menyatakan bahwa kepuasan nasabah merupakan salah satu elemen penting dalam menumbuhkan munculnya loyalitas nasabah bank. Kepuasan nasabah merupakan sikap setelah proses akhir dari suatu pembelian yang dibentuk secara psikologi berdasarkan perbandingan antara apa yang diharapkan dan kenyataan yang diperoleh Ueltschy et al.(2007). Ikatan emosional yang terjalin antara nasabah dengan PT Bank Sumut setelah nasabah menggunakan produk akan mendapati bahwa produk tersebut memberi nilai tambah. Semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan oleh nasabah maka semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi). Kualitas pelayanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat pelayanan yang dipersepsi (perceived service) dengan tingkat pelayanan yang diharapkan (expected service) (Kotler,1997). Kualitas pelayanan merupakan kemampuan perusahaan dalam menyediakan jasa yang dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Kualitas pelayanan dinilai berdasarkan persepsi konsumen yang membandingkan harapan untuk menerima pelayanan dan pengalaman sebenarnya atas pelayanan
Volume 1
No. 4
November 2013
15
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
yang diterima. Secara umum loyalitas merupakan perbandingan apa yang diharapkan. Kualitas pelayanan merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan bank sebagai perusahaan jasa dan tidak dapat dipungkiri dalam dunia bisnis saat ini karena tidak ada yang lebih penting lagi bagi sebuah bank kecuali menempatkan masalah kepuasan dan loyalitas terhadap nasabah melalui pelayanan sebagai salah satu komitmen bisnisnya. Menilai kualitas suatu pelayanan digunakan suatu model SERVQUAL yang dikembangkan oleh Lupiyoadi (2006) terdapat lima dimensi kualitas pelayanan meliputi lima dimensi yaitu berwujud, kehandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati. Kegiatan pemasaran bagi dunia perbankan merupakan suatu kebutuhan utama dan keharusan untuk dijalankan. Pemasaran bank adalah suatu proses untuk menciptakan dan mempertukarkan produk atau jasa bank yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dengan cara memberikan kepuasan. (Kasmir, 2008). Sektor perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang berperan aktif dalam pembangunan ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan peran serta dana masyarakat dalam pembiayaan pembangunan. Tujuan perbankan Indonesia dalam UU Perbankan No.10 tahun 1998 pasal 4 menyatakan bahwa perbankan nasional bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat. Nasabah memiliki rasa percaya dan rasa aman terhadap bank tersebut, dalam mengambil keputusan untuk menabung di bank. Rasa percaya dan aman dari nasabah biasanya dilihat dari nama bank tersebut sudah terkenal atau sudah tidak asing lagi bagi nasabah. Disamping adanya jaminan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Bank memberikan keamanan dana simpanan kepada nasabah dengan menunjukkan bahwa kinerja Bank setiap tahunnya meningkat. PT Bank Sumut memberikan pelayanan kepada masyarakat agar mau menyimpan uang dengan memberikan balas jasa berupa kemudahan dalam pembukaan rekening tabungan, suku bunga yang bersaing, hadiah/souvenir, gratis biaya transfer antar rekening, undian berhadiah yang diundi dua kali setahun, jaminan keamanan atas dana yang disimpan, fasilitas ATM dan SMS Banking. PT Bank Sumut juga menyediakan pelayanan internet banking, ATM bersama dan BPD-Net Online yang bisa mengirim kepada seluruh jaringan BPDdi Indonesia. Sebagai bank daerah yang terpercaya dan memiliki jaringan yang luas di Sumatera Utara, PT Bank Sumut memiliki beberapa produk unggulan yang dapat bersaing dari segi teknologi maupun kedekatan dengan masyarakat. Pelaksanaan visi dan misi Bank PT Bank Sumut dalam segala aspek operasional telah diterapkan di PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan. Pesaingan perbankan di Kota Medan tergolong sangat kompetitif, sehingga mempengaruhi kegiatan operasional PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan khususnya dalam pengumpulan tabungan
Volume 1
No. 4
November 2013
16
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
B. TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan menabung serta dampaknya terhadap loyalitas menabung pada nasabah PT BANK SUMUT Cabang Iskandar Muda Medan. C. TINJAUAN PUSTAKA Loyalitas Konsumen Menurut Rusdarti (2004), loyalitas merupakan perilaku yang ditunjukan dengan pembelian rutin yang didasarkan pada unit pengambilan keputusan. Kualitas Pelayanan Menurut Parasuraman(1988) kualitas pelayanan jasa memiliki 5 (lima) dimensi pengukuran yaitu: 1) Bukti fisik (Tangibles), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.Penampilan, kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan lingkungan sekitar adalah bukti fasilitas fisik/gedung, gudang, penampilan karyawan, dan lain sebagainya. 2) Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan cepat, tepat, akurat, dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. 3) Daya tanggap (Responsiveness), yaitu berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespons permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara tepat. 4) Jaminan (Assurance), yaitu perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. 5) Empati (Emphaty), yaitu perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatikan personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. Kepuasan Pelanggan Menurut Kotler (2005), “kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja(hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan Kerangka Konseptual Nasabah sebagai pihak yang menggunakan jasa bank, baik itu untuk keperluan sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak lain. Nasabah atau konsumen adalah yang membeli atau menggunakan produk yang dijual atau ditawarkan oleh bank (Kasmir, 2008). Sedangkan menurut kamus perbankan,
Volume 1
No. 4
November 2013
17
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
nasabah adalah orang atau badan yang mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank.(Saladin, 2002). Kepuasan nasabah sangat bernilai bagi bank, menurut Kasmir (2008), mengatakan kepuasan nasabah dengan cara memberikan rekomendasi atau memberitahukan akan pengalamanya yang menyenangkan tersebut, artinya nasabah tersebut akan cepat memberikan informasi ke nasabah lain dan berpotensi menambah nasabah baru. Tingkat kepuasan yang baik akan secara aktif terus berpromosi serta merekomendasikan pada keluarga dan sahabatnya untuk menjadikan sebagai pilihan yang terbaik bahkan tidak mudah berpindah dalam menabung ke bank lain. Kualitas pelayanan merupakan kemampuan perusahaan dalam menyediakan jasa yang dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Kualitas pelayanan dinilai berdasarkan persepsi konsumen yang membandingkan harapan untuk menerima layanan dan pengalaman sebenarnya atas layanan yang diterima. Secara umum kepuasan merupakan perbandingan apa yang diharapkan oleh konsumen dengan kinerja yang dirasakannya. Kepuasan konsumen merupakan fungsi dari kesan kinerja dalam hal ini kualitas pelayanan dan harapan,jika kinerja pelayanan dibawah harapan maka pelanggan akan tidak puas atau bahkan kecewa. Namun apabila kinerja (pelayanan) sama dengan harapan atau bahkan melebihi harapan konsumen maka konsumen akan merasa puas bahkan sangat puas. Hubungan antara kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen dapat digambarkan seperti garis lurus dan searah, yang artinya adalah bila perusahaan meningkatkan kepuasan kepada konsumen maka loyalitas konsumen juga akan meningkat begitu pula sebaliknya bila perusahaan menurunkan kepuasan konsumen maka secara otomatis loyalitas konsumen juga akan menurun. Hal ini tergantung bagaimanan pelayanan itu diberikan.maka dapat disusun sebuah kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian Sumber : Tinjauan Pustaka Penelitian
Volume 1
No. 4
November 2013
18
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
D. METODE ANALISIS DATA Model analisis data yang digunakan dalam penelititan ini adalah analisis jalur (path analysis). Menurut Sarwono ( 2007 ) analisis jalur suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel terikat secara langsung dan secara tidak langsung. E. HASIL PENELITIAN Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Model (SEM) secara Full Model yang dimaksudkan untuk menguji model dan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pengujian model dalam Structural Equation Model dilakukan dengan dua pengujian, yaitu uji kesesuaian model dan uji signifikansi kausalitas melalui uji koefisien regresi. Hasil pengolahan data untuk analisis SEM terlihat pada Tabel 2 : Tabel 2 Hasil Pengujian Kelayakan Model Goodness of Fit Indeks Cut off Value Chi-Square 575.208 Probability >0.050 GFI > 0.90 TLI > 0.95 CFI > 0.95 CMIN/DF < 2.00 RMSEA < 0.084 Sumber: Data primer yang diolah, 2013
Hasil 139.359 0.523 0.901 1.002 1.000 0.988 0.000
Evaluasi Model Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Pada Tabel 2 hasil pengujian full model menunjukkan bahwa model dapat dikategorikan memenuhi kriteria fit, hal ini didasarkan semua kriteria adalah terpenuhi dengan baik kecuali GFI nilainya cukup. Untuk kriteria GFI masih dalam kategori cukup (marginal) dengan nilai 0,867 mendekati Cuf off value lebih besar dari 0,90. Hasil perhitungan uji chi–square pada full model memperoleh nilai chi–square sebesar 152,864 masih dibawah chi–square tabel untuk derajat kebebasan (df)140 pada tingkat signifikan 5 % sebesar 575,208. Nilai probability 0,216 lebih kecil Cuf off value0,05. Nilai CMIN/DF sebesar 1,092 dibawah Cuf off values sebesar 2,00. Nilai GFI sebesar 0,867 lebih kecil dari Cuf off values 0,90cukup (marjinal). Nilai TLI sebesar 0,972 ditas Cuf off values 0,95. Nilai CFI sebesar 0,979 diatas Cuf off values0,95 dan nilai RMSEA sebesar 0,030 Cuf off values dibawah 0,08. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model keseluruhan memenuhi kriteria model fit. Pengaruh Langsung Pengaruh langsung variabel Lokasi, fasilitas dan harga terhadap kunjungan ulang melalui variabel Kepuasan, secara rinci hasil pengujian hipotesis studi ini sesuai dengan hipotesis yang telah diajukan dapat dilihat pada Tabel 3:
Volume 1
No. 4
November 2013
19
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Estimate < Loyalitas Bukti FIsik -.066 < Loyalitas Kehandalan -.086 < Loyalitas Ketanggapan .685 < Loyalitas Jaminan .254 < Loyalitas Empati .096 < Loyalitas Kepuasan .313 Sumber: Data Primer yang diolah, 2013
S.E.
C.R.
P
.193
-.341
.733
.100
-.862
.389
.281
2.443
.015
.114
2.228
.026
.125
.765
.444
.127
2.467
.014
Pada Tabel 3 interprestasi masing-masing koefisien jalur atau arah hubungan kausal maka hasil pengujian hipotesis menyatakan sebagai berikut: 1) Pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa bukti fisik berpengaruh secara negatif terhadap loyalitas. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0.066 dengan nilai C.R sebesar -0.341 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 0.733 lebih besar dari taraf signifikan (α) yang ditentukan sebesar 0.05. 2) Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa kehandalan berpengaruh secara negatif terhadap loyalitas . Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0.086 dengan nilai C.R sebesar -0.862 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 0.389 lebih besar dari taraf signifikan (α) yang ditentukan sebesar 0.05. 3) Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa ketanggapan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0.685 dengan nilai C.R sebesar 2,443 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 0.015 lebih kecil dari taraf signifikan (α) yang telah ditentukan sebesar 0.05. 4) Pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0.254 dengan nilai C.R sebesar 2.228 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 0.026 lebih kecil dari taraf signifikan (α) yang telah ditentukan sebesar 0.05. 5) Pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa empati berpengaruh negatif terhadap loyalitas. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0.096 dengan nilai C.R sebesar 0.765 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 0.444 lebih besar dari taraf signifikan (α) yang ditentukan sebesar 0.05. 6) Pengujian hipotesis keenam menunjukkan bahwa kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0.313 dengan nilai C.R sebesar 2.467 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 0.014 lebih kecil dari taraf
Volume 1
No. 4
November 2013
20
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 signifikan (α) yang telah ditentukan sebesar 0.05. Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh tidak langsung variabel Lokasi, fasilitas dan harga terhadap variabel Kepuasan dapat dilihat pada Tabel 4: Tabel 4 Hasil Pengujian Hipotesis Pengaruh Tidak Langsung Estimate S.E. C.R. P Kepuasan <- Bukti Fisik .639 .241 2.654 .008 Kepuasan <- Kehandalan .295 .094 3.128 .002 Kepuasan <- Ketanggapan -.041 .322 -.128 .898 Kepuasan <- Jaminan .390 .136 2.867 .004 Kepuasan <- Empati -.162 .292 -.555 .579 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2013 Pada Tabel 4 interprestasi masing-masing koefisien jalur atau arah hubungan kausal maka hasil pengujian hipotesis menyatakan sebagai berikut: 1) Pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa bukti fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0.639 dengan nilai C.R sebesar 2.654 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 0.008 lebih kecil dari taraf signifikan (α) yang telah ditentukan sebesar 0.05. 2) Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa kehandalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0.295 dengan nilai C.R sebesar 3.128 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 0.002 lebih kecil dari taraf signifikan (α) yang telah ditentukan sebesar 0.05. 3) Pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa ketanggapan berpengaruh negatif terhadap kepuasan. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0.41 dengan nilai C.R sebesar -0.128 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 898 lebih besar dari taraf signifikan (α) yang ditentukan sebesar 0.05. 4) Pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif sebesar 0.390 dengan nilai C.R sebesar 2.867 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 0.004 lebih kecil dari taraf signifikan (α) yang telah ditentukan sebesar 0.05. 5) Pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa empati berpengaruhnegatif terhadap kepuasan. Hal ini terlihat dari koefisien jalur yang bertanda negatif sebesar -0.162 dengan nilai C.R sebesar -0.555 dan diperoleh probalitas signifikan (p) sebesar 579 lebih besar dari taraf signifikan (α) yang ditentukan sebesar 0.05.
Volume 1
No. 4
November 2013
21
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Pengaruh Bukti Fisik terhadap nasabah pada PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan Hasil penelitian menunjukkan variabel bukti fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan menabung pada nasabah PT Bank Sumut cabang Iskandar Muda Medan. Hal ini menunjukkan bahwa bukti fisik berpengaruh nyata dalam meningkatkan kepuasan menabung. Bukti fisik sebagai bukti-bukti yang nyata dapat dilihat pada bank seperti gedung, tempat parkir, pelengkapan dan sebagainya. Menurut Parasuraman,et.al (1988), bukti fisik, (tangibles) adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, tempat parkir, ruang tunggu, media transaksi dan lain sebagainya) , perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. Pengaruh kehandalan terhadap Kepuasan Menabung pada nasabah PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan Hasil penelitian menunjukkan variabel kehandalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan menabung pada nasabah PT. Bank Sumut cabang Iskandar Muda Medan. Hal ini menunjukkan bahwa kehandalan berpengaruh nyata dalam meningkatkan kepuasan menabung. Kehandalan sebagai kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Menurut Parasuraman,et.al (1988), kehandalan (reliability) adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan konsumen yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama, untuk semua konsumen tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. Pengaruh Ketanggapan terhadap Kepuasan Menabung pada nasabah PT Bank Sumut cabang Iskandar Muda Medan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ketanggapan berpengaruh negatif terhadap kepuasan menabung pada nasabah PT Bank Sumut. Hal ini menunjukkan bahwa ketanggapan tidak berpengaruhdalam meningkatkan kepuasan menabung. Nasabah melakukan transaksi bukan karena melihat ketanggapan dari karyawan dalam melakukan transaksi melainkan sudah kegiatan yang rutin yang dilakukan dalam mengambil gaji sesuai dengan kesepakatan antara bank Sumut dengan Pemerintah dan pihak swasta.
Volume 1
No. 4
November 2013
22
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Pengaruh Jaminan terhadap Kepuasan Menabung Pada nasabah PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan menabung pada nasabah PT Bank Sumut. Hal ini menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh nyata dalam meningkatkan kepuasan menabung. Jaminan mencakup pengetahuan, kompetensi dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keraguraguan.Menurut Parasuraman,et.al (1988), jaminan (assurance) adalah perilaku para karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya Pengaruh Empati terhadap Kepuasan Menabung pada nasabah PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa variabel empati berpengaruh negatif terhadap kepuasan menabung pada nasabah PT. Bank Sumut. Hal ini menunjukkan bahwa empati tidak berpengaruh dalam meningkatkan kepuasan nasabah karena nasabah menabung bukan karena merasa puas melainkan karena sudah kegiatan rutin yang dilakukan nasabah dalam melakukan transaksi dengan membuka rekening Bank Sumut, tujuan ini dilakukan karena rata rata nasabah menabung dibank sumut sebagai karyawan atau pegawai sehingga diharuskan untuk membuka rekening tabungan dalam mengambil gaji sesuai dengan adanya peraturan antara Bank Sumut dengan pemerintah atau pihak swasta. Pengaruh Bukti Fisik terhadap Loyalitas Menabung pada nasabah PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel Bukti Fisik berpengaruh negatif terhadap loyalitas menabung pada nasabah PT Bank Sumut. Hal ini menunjukkan bahwa bukti fisik tidak berpengaruh dalam meningkatkan loyalitas menabung. Nasabah melakukan transaksi ke Bank Sumut bukan karena faktor untuk melihat lokasi maupun areal parkir, kebersihan gedung, media transaksi yang lengkap namun tujuan melakukan transaksi adalah sudah kegiatan rutin yang dilakukan dalam mengambil gaji setiap bulan sesuai dengan kesepakatan Bank Sumut dengan pemerintah dan pihak swasta. Pengaruh Kehandalan terhadap Loyalitas Menabung pada nasabah PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel Kehandalan berpengaruh negatif terhadap loyalitas menabung pada nasabah PT Bank Sumut. Hal ini menunjukkan bahwa kehandalan tidak berpengaruh dalam meningkatkan loyalitas menabung. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah melakukan transaksi ke Bank Sumut bukan untuk melihat kemampuan atau menilai karyawan melainkan tujuan utama nasabah melakukan transaksi sebagai karyawan atau pegawai dalam mengambil gaji sesuai dengan kesepatan Bank
Volume 1
No. 4
November 2013
23
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Sumut dengan Pemerintah dan pihak Swasta. Pada umumnya Nasabah melakukan transaksi ke Bank Sumut untuk mengambil gaji. Sehingga dalam penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Relationship Marketing Terhadap Kepuasan Pelanggan Di PT Cahya Persada Motor Surabaya”. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Pengaruh Ketanggapan terhadap Loyalitas Menabung Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan
pada nasabah PT
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel ketanggapan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas menabung pada nasabah PT Bank Sumut. Karyawan mampu membantu para nasabah, dan senantiasa mempersiapkan administrasi maupun dana yang diperlukan nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa ketanggapan berpengaruh nyata dalam meningkatkan loyalitas menabung. Pengaruh Jaminan terhadap Loyalitas Menabung pada nasabah PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas menabung pada nasabah PT Bank Sumut. Hal ini menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh nyata dalam meningkatkan loyalitas menabung. Karyawan dapat menciptakan rasa aman bagi nasabah dalam bertransaksi seperti penjagaan satpam yang ketat, dan menyimpan data dengan benar dan akurat. Pengaruh Empati terhadap Loyalitas Menabung pada nasabah PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel empati berpengaruh negatif terhadap loyalitas menabung pada nasabah PT Bank Sumut. Hal ini menunjukkan bahwa empati tidak berpengaruhdalam meningkatkan loyalitas menabung. Hal ini menunjukkan loyalitas nasabah bukan dilihat dari adanya empati karyawan Bank Sumut. Melainkan karena nasabah loyal melakukan transaksi akibat adanya peraturan yang mengaharuskan nasabah membuka rekening tabungan sesuai dengan peraturan antara Bank Sumut dengan pemerintah dan pihak swasta. Jadi hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suwitho (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemasaran Relasional dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Pada Ritel Tradisional Jawa Timur”. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas pelayanan yang terdiri dari empati berpengaruhterhadaployalitas konsumen.
Volume 1
No. 4
November 2013
24
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Pengaruh Kepuasan Menabung terhadap Loyalitas Menabung nasabah PT Bank Sumut Cabang Iskandar Muda Medan
pada
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variabel kepuasan menabung berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas menabung pada nasabah PT Bank Sumut cabang Iskandar Muda Medan. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan menabung berpengaruh nyata dalam meningkatkan loyalitas menabung. Loyalitas merupakan suatu konsep yang penting dalam marketing karena loyalitas merupakan salah satu faktor untuk dapat menentukan pangsa pasar (market share) dari suatu perusahaan. Pangsa pasar itu sendiri merupakan suatu aset dari suatu perusahaan, sejak perusahaan tersebut masuk ke dalam suatu pasar, perusahaan tersebut akan menghadapi suatu hambatan atau entry barrier, karena perusahaan tersebut belum memiliki market share (Faria, 2003). Loyalitas menabung terhadap jasa yang ditawarkan oleh bank dicerminkan dari kebiasaan nasabah dalam menabung dan melakukan tranksaksi secara terus menerus sehingga hal ini harus diperhatikan oleh bank. Dengan demikian bank perlu mengamati loyalitas menabung untuk dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan nasabah serta tercapainya tujuan bank. Pada dasarnya setiap bank yang melakukan program kualitas pelayanan maka akan menciptakan kepuasan menabung. Nasabah yang memperoleh kepuasan dalam pelayanan merupakan modal dasar bagi bank dalam membentuk loyalitas menabung. F. KESIMPULAN Hasil penelitian uji Hipotesis 1, Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bukti Fisik berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan 2. Kehandalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan 3. Ketanggapan berpengaruh negatif terhadap Kepuasan 4. Jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan 5. Empati berpengaruh negatif terhadap Kepuasan 6. Bukti Fisik berpengaruh negatif terhadap Loyalitas 7. Kehandalan berpengaruh negatif terhadap Loyalitas. 8. Ketanggapan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas. 9. Jaminan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas. 10. Empati berpengaruh negatif terhadap Loyalitas. 11. Kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas DAFTAR PUSTAKA Bielen, Frederic, Nathalie Demoulin, (2007), “Waiting Time Influence on The Satisfaction – Loyalty Bloemer. 1998. “Investigating Drivers of Bank Loyalty: the Complex
Volume 1
No. 4
November 2013
25
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Relationship Between Image, Service Quality, Satisfaction”.International Journalof Bank Marketing Vol.17: No.7.
and
Kasmir. 2008.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT. Rajagrapindo Persada Kotler,Phillip. 2005. Manajer Pemasaran, Manajemen Pemasaran, jilid 1. Jakarta: Prenhallindo Parasuraman.1988. “SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service quality”. Journal of retailing 64, no.1 (1988) : 12-40
Volume 1
No. 4
November 2013
26
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS FAKTOR FASILITAS FITUR LAYANAN, PROMOSI, JARINGAN DAN LOKASI PRODUK PERBANKAN KHUSUSNYA DALAM PENGGUNAAN PRODUK ATM DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT NASABAH DALAM MENGGUNAKAN PRODUK ATM PADA PT BANK SUMUT PUTRI ANDAM SARI, OPIM SALIM SITOMPUL, NAZARUDDIN Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Information technology has an important role in human life, especially in banking. One of information technology product being used by the banking industry is Automatic Teller Machine (ATM). ATM used by the banking industry to develop services for the customers. The purpose of this study is to estimate the effect of service features, promotion, internet coverage, and ATM location on customers’ intention to use the ATM of PT. Bank Sumut. Data were from the questionnairres, and estimated using multiple linier regression. The result showed that 96% of customers used Bank Sumut ATM are affected by service feature, promotion, internet coverage, and ATM location Keywords: Service Feature, Promotio, Internet Coverage, ATM Location
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN PT. Bank Sumut KCP USU adalah salah satu cabang Bank Sumut yang melayani nasabah dari kalangan pendidikan terutama dari Iniversitas Sumatera Utara dan Politeknik Negeri Medan, tetapi PT. Bank Sumut KCP USU juga melayani masyarakat umum yang ingin menggunakan jasa bank tersebut. PT. Bank Sumut KCP USU biasanya menawarkan fasilitas kartu ATM bagi para nasabahnya, tetapi terdapat sebuah fenomena yang menarik yaitu pengguna kartu ATM oleh nasabah KCP USU didalam melakukan transaksi masih rendah bila dibandingkan dengan transaksi di counter teller. Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah nasabah yang melakukan transaksi melalui teller dengan nasabah yang melakukan transaksi melalui ATM. Artinya persentase nasabah yang melakukan transaksi melalui teller lebih besar atau lebih banyak dibandingkan dengan transasksi nasabah melalui ATM. Kondisi tersebut apabila dibiarkan dapat merugikan kedua belah pihak, yaitu kerugian pada Bank Sumut maupun kerugian pada nasabah itu sendiri. Utilisasi penggunaan ATM masih
Volume 1
No. 4
November 2013
27
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
rendah dimana investasi yang telah ditanamkan untuk penyedia fasilitas ATM beserta perangkatnya tidak dapat dimanfaatkan oleh nasabah secara optimal sehingga pencapaian motto perusahaan akan sulit terwujud. Kerugian bagi nasabah yang melakukan transaksi di counter hanya dapat menunggu untuk dapat dilayani oleh teller sesuai dengan banyaknya antrian yang ada. Minimnya penggunaan sarana ATM dipengaruhi oleh banyak faktor, Rizal (2006) melakukan penelitian studi kasus perbankan peserta ATM, yaitu tidak semua Bank memiliki jaringan ATM yang mampu menempatkan terminal ATMnya dibanyak lokasi sebagaimana yang inginkan dan dibutuhkan nasabahnya sehingga masyarakat cenderung untuk memilih menjadi nasabah bank yang mempunyai jaringan ATM paling luas dan paling mudah dijangkau serta paling banyak dijumpai. Wulandari (2004) melakukan penelitian yang menyatakan bahwa belum optimalnya marketing communication untuk produk ATM. Padahal ATM merupakan salah satu pelengkap produk tabungan yang sangat dibutuhkan dan diinginkan oleh nasabah, hal ini sebagai upaya pihak perbankan untuk meningkatkan kepuasan pelayanan kepada para nasabahnya. Sehingga dengan kecanggihan ATM akan mampu membuat berbagai transaksi yang disediakan menjadi lebih mudah dan cepat. Perkembangan teknologi internet yang cepat saat ini diadopsi oleh industri perbankan untuk mengembangkan pelayanan. Peluang ini digunakan oleh bank-bank yang ada di Indonesia baik bank pemerintah maupun swasta, karena media internet adalah suatu inovasi yang cukup memberi peluang dan menantang dalam pengembangannya. Perkembangan pelayanan yang dilakukan perbankan berbasis teknologi dalam bentuk internet banking, mobile banking yang berbasis handphone (phone banking), penggunaan ATM, Credit Card dan lain sebagainya telah menjadi keharusan bagi bank-bank di Indonesia untuk merebut pangsa pasar. Fasilitas fitur layanan, jaringan dan lokasi ATM serta promosi produk merupakan hal yang sangat dipertimbangkan dalam melakukan transaksi maya (virtual) karena jarak, kemampuan teknologi dalam memfasilitasi transaksi, layanan yang tidak bertatap muka dengan teller/customer service dan banyak hal yang dipertimbangkan nasabah bank dalam transaksi melalui online banking. Variabel fasilitas fitur layanan sangat penting untuk melihat bagaimana perilaku nasabah bank untuk menggunakan produk ATM. Pengoperasain ATM selain meningkatkan pelayanan terhadap nasabah, tetapi juga dapat menambah pemasukan bagi bank bank tempat nasabah tersebut bertransaksi. Namun selain dapat membantu nasabah terkadang mesin ATM seringkali mengalami masalah, baik seperti jaringannya terputus atau tidak online, jumlah uang di dalam mesin ATM habis, kegagalan transaksi dimana tidak jelas apakah transaksi itu berhasil atau gagal dan masih banyak lagi masalah yang terjadi pada mesin ATM Untuk mengatasi permasalahan tersebut banyak strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Terutama dalam memasarkan dan mensosialisasikan produknya kepada masyarakat untuk dapat bersaing dengan perbankan lainnya.
Volume 1
No. 4
November 2013
28
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Sehingga dapat mengurangi antrian di counter teller dan menggunakan fasilitas mesin ATM secara maksimal. B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menemukenali faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah dalam menggunakan ATM sebagai sarana bertransaksi. 2. Untuk merumuskan kebijakan yang dapat diterapkan oleh pihak manajemen Bank Sumut agar nasabah berminat menggunakan produk ATM. C. TINJAUAN PUSTAKA 1. Peranan Teknologi Informasi Teknologi informasi memainkan peranan penting dalam perekayasaan ulang dalam proses bisnis. Kecepatan, kemampuan pemrosesan informasi dan konektivitas komputer serta teknologi internet dapat secara mendasar meningkatkan efisiensi para bisnis, seperti juga meningkatkan komunikasi dan kerjasama (O’Brien, 2005). Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini sangat besar. Teknologi informasi telah menjadi fasilitator utama bagi kegiatankegiatan bisnis, memberikan andil besar terhadap perubahan mendasar pada struktur, operasi dan manajemen organisasi. Berkat teknologi ini, berbagai kemudahan dapat dirasakan manusia. Menurut Kadir (2003), peranan teknologi informasi meliputi : 1. Teknologi informasi menggantikan peran manusia. Dalam tugas ini, teknologi informasi melakukan otomasi terhadap suatu tugas atau proses. 2. Teknologi informasi memperkuat peran manusia, menyajikan informasi terhadap suatu tugas atau proses. 3. Teknologi manusia.
informasi
berperan
4. Teknologi berperan dalam sekumpulan tugas atau proses.
dalam
melakukan
restrukturisasi
yakni terhadap
dengan peran
perubahan-perubahan terhadap
2. Fasilitas Fitur Fitur ATM merupakan salah satu faktor penting untuk menumbuhkan kepercayaan bagi konsumen dalam memutuskan akan melakukan transaksi secara online atau tidak. Menurut Pavlou (2001) konsumen menginginkan mereka dapat melakukan transaksi online secara konsisten dan lebih lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan yang diharapkan. Konsep disini adalah kelengkapan fitur layanan yang terdapat di dalam ATM. Fitur ATM yang dapat digunakan untuk
Volume 1
No. 4
November 2013
29
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
transaksi secara online anra lain : 1. Untuk melakukan penarikan dan penyetoran uang secara online. 2. Untuk melihat informasi saldo rekening. 3. Membayar macam-macam tagihan. 4. Transfer antar account baik itu sesama bank maupun ke bank lainnya. 5. Pembelian pulsa, pembayaran tiket pesawat, kartu kredit, pbb, uang kuliah mahasiswa, dan berbagai ragam fungsi lainnya. 3. Promosi Menurut Jefkins (1993), promosi dibagi menjadi dua bagian, 1. Above The Line, Bentuk promosi yang menggunakan sarana promosi yang menjadikan media yang traditional sebagai sarana penyampaian pesan melalui sarana efektif. Promosi ini biasanya berbentuk komisi bagi agen penjualan, menggunakan media massa seperti televisi, radio, koran, film, serta pembagian brosur leatflet. Promosi seperti ini secara jelas menyampaikan pesan kepada konsumen, agar mereka dapat tertarik pada isi pesan dan mengkonsumsi setiap produk yang ditawarkan dalam promosi tersebut. 2. Below the line. Bentuk promosi yang tidak seperti biasanya dan dilakukan secara tidak langsung. Promosi ini dapat berbentuk pemeberian tambahan pada jasa yang dilakukan tenaga penjual, pemberian sponsorship pada suatu kegiatan, melakukan kegiatan sosial, dan sebagainya. 4. Jaringan dan Lokasi Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan peralatan lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan. Informasi dan data bergerak melalui kabel-kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak dengan printer yang sama dan bersama-sama menggunakan hardware/sofware yang terhubung dengan jaringan. Dalam dunia perbankan, perkembangan teknologi informasi membuat para perusahaan mengubah strategi bisnis dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama dalam proses inovasi produk dan jasa. Lokasi ATM adalah suatu tempat dimana mesin ATM itu melakukan kegiatan fisik, artinya kedudukan mesin ATM dapat berbeda dengan lokasi mesin ATM artinya lokasi mesin ATM dapat berada dimana saja berada. 5. Strategi Teknologi Informasi Menuju Keunggulan Kompetitif Pemanfaatan teknologi informasi yang maksimal dapat digunakan
Volume 1
No. 4
November 2013
30
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 untuk membentuk strategi menuju keunggulan yang kompetitif (O’Brien, 2005) dengan cara : 1.
Strategi biaya : meminimalisir biaya/memberikan harga yang lebih murah terhadap pelanggan, menurunkan biaya dari pemasok, dan meningkatkan biaya pesaing untuk tetap bertahan di industri.
2.
Strategi diferensiasi : mengembangkan cara-cara untuk membedakan produk/jasa yang dihasilkan perusahaan terhadap pesaing, sehingga pelanggan menggunakan produk/jasa karena adanya manfaat atau fitur yang unik.
3.
Strategi inovasi : memperkenalkan produk/jasa yang unik, atau membuat perubahan dalam proses bisnis yang menyebabkan perubahan-perubahan yang mendasar dalam pengelolaan bisnis.
4.
Strategi pertumbuhan : mengembangkan kapasitas produksi secara signifikan, melakukan ekspansi ke dalam pemasaran global, melakukan diversifikasi produk/jasa baru, atau mengintegrasikan ke dalam produk/jasa yang terkait.
5.
Strategi aliansi : membentuk hubungan dan aliansi bisnis yang baru dengan pelanggan, pemasok, pesaing, konsultan dan lain-lain.
D. KERANGKA KONSEPTUAL Kerangka adalah hasil pemikiran rasional yang merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat menghantarkan penelitian pada perumusan hipotesis. Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat krisis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan menghantarkan penelitian pada rumusan hipotesis (Nawawi, 1995). Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji kebenarnnya. (Sekaran, 2004). Berikut ini kerangka konseptual sebagai alur pemikiran operasional penelitian pada Gambar dibawah ini
Volume 1
No. 4
November 2013
31
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
FASILITAS FITUR ATM (X1) JARINGAN DAN LOKASI (X2)
MINAT MENGGUNAKAN ATM (Y)
PROMOSI (X3) Dari Gambar diatas, terlihat bahwa minat menggunakan ATM Bank Sumut diduga dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yakni fasilitas fitur ATM, jaringan dan lokasi serta promosi. E. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian korelasi yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan dua peubah atau lebih yang digambarkan oleh besarnya koefisien korelasi. Metode korelasi bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti, atau ingin meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada variabel lain. Dalam hal ini metode ini digunakan untuk menganalisa pengaruh antara faktor fasilitas fitur layanan, promosi, jaringan dan lokasi terhadap keputusan nasabah dalam menggunakan produk ATM. Dari analisa korelasi tersebut dapat diketahui hubungan antara variabel X1, X2,dan X3 dengan variabel Y. Penelitian dengan menggunakan penelitian korelasional dilakukan untuk menguji hipotesis serta untuk mengetahui hubungan klausa. (Suparmoko, 1997). 2. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sinulingga, 2011). Populasi pada penelitian ini adalah nasabah Bank KCP USU Medan yaitu sebanyak 15.375 orang (N = 15.375) Sampel adalah subset dari populasi (Sinulingga, 2011). Sampel dalam hal ini adalah narasumber penelitian yaitu seseorang yang memiliki informasi data mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Informan tersebut adalah nasabah penguna produk tabungan martabe khususnya yang menggunakan fasilitas ATM Bank Sumut. Dalam menetapkan siapa yang akan menjadi responden, penulis akan menggunakan metode probability sampling. Probability sampling merupakan metode pengambilan sampel dimana setiap individu dalam populasi diberikan
Volume 1
No. 4
November 2013
32
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
peluang atau kesempatan yang sama terpilih menjadi sampel penelitian. Dalam menetapkan jumlah anggota sampel, peneliti menggunakan sampel yang diambil dengan teknik pengambilan sampel menurut Slovin (Bungin, 2005). Dengan tingkat kesalahan pengambilan sampel sebesar 10%, diperoleh besar sampel yang diteliti adalah sebanyak 100 konsumen. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ialah suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom dimana responden akan menulis jawaban atas pertanyaan akan diarahkan kepadanya. Kuesioner adalah instrumen yang memiliki mekanisme yang efisien jika si peneliti mengetahui secara baik apa yang dibutuhkannya dan bagaimana mengukur variabel yang diinginkan. Kuesioner dapat disampaikan secara langsung kepada responden atau dikirim melalui pos atau disampaikan melalui media elektronik. Karena dalam pengisian kuesioner, para responden tidak didampingi oleh si peneliti maka setiap pertanyaan dalam kuesioner harus mudah dipahami oleh jawaban yang tidak sesuai dengan maksud dari pertanyaan tersebut (Sinulingga, 2011). 4. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam menganalisa faktor fasilitas fitur, pelayanan perbankan, Jaringan, lokasi, promosi dan biaya administrasi terhadap minat menggunakan ATM bank sumut adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, dan untuk menunjukkan arah hubungan antara dua variabel atau lebih, dan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. F. HASIL PENELITIAN 1. Koefisien Determinasi Koefisien Determinasi (R2) berfungsi untuk mengetahui signifikan variabel maka harus dicari koefisien determinasi. Koefisien determinasi menunjukkan besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan variabel independennya menerangkan variabel dependen. Jika determinasi semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen semakin kuat. Hal ini berarti, model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel independen yang diteliti terhadap variabel dependen. Sebaliknya Jika determinasi semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen semakin kecil. Hal ini berarti, model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel independen yang diteliti terhadap variabel dependen.
Volume 1
No. 4
November 2013
33
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Hasil analisis regresi berganda melalui SPSS diperoleh hasil koefisien determinasi sebagai berikut : a. R = 0,980 berarti hubungan antar variabel fasilitas fitur dan pelayanan, jaringan dan lokasi ATM, serta promosi sangat erat mempengaruhi minat menggunakan ATM Bank Sumut. b. Adjusted R Square sebesar 0,960 berarti sebesar 96 % faktor yang mempengaruhi nasabah dalam menggunakan menggunakan produk ATM Bank Sumut dapat dijelaskan oleh variabel fasilitas fitur dan pelayanan, variabel jaringan dan lokasi ATM dan variabel promosi. Sedangkan sisanya 4 % dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti 2. Uji Hipotesis Simultan (Uji F) Uji Simultan dengan F- Test bertujuan mengetahui pengaruh bersamasama variabel independent terhadap variabel dependen. Tahap-tahap melakukan uji simultan (Uji-F) adalah sebagai berikut : H0 :
Tidak ada pengaruh secara simultan dari variabel bebas, yaitu Fasilitas fitur layanan (x1), promosi (x2), jaringan dan lokasi ATM (x3) secara simultan terhadap minat untuk menggunakan produk ATM Bank Sumut (Y).
Ha :
Ada pengaruh secara simultan dari variabel bebas, yaitu Fasilitas fitur layanan (x1), promosi (x2), jaringan dan lokasi ATM (x3) secara simultan terhadap minat untuk menggunakan produk ATM Bank Sumut (Y).
Hasil pengolahan data melalui SPSS menunjukkan bahwa harga Fhitung = 790,560 dimana tersebut lebih besar dari harga F tabel yaitu 2,70. Karena Fhitung = 790,560 > F Tabel = 2.70. Maka hipotesisnya H0 ditolak dan Ha diterima, terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel fasilitas fitur dan pelayanan, jaringan dan lokasi, serta promosi terhadap minat nasabah dalam menggunakan ATM Bank Sumut. 3. Uji Hipotesis Parsial Berdasarkan hasil uji parsial yang dilakukan dari tiga variabel. Hanya dua variabel yang berpengaruh terhadap minat nasabah dalam menggunakan produk ATM Bank Sumut yaitu fasilitas fitur dan promosi, sedangkan variabel jaringan dan lokasi tidak berpengaruh secara parsial. Sehingga persamaan regresinya adalah : Y = -0.917 + 0,510 X1 + 0,237 X3 Konstanta sebesar -0,917 mempunyai arti bahwa variabel fasilitas fitur dan pelayanan, jaringan dan lokasi serta promosi jika bernilai tetap maka minat nasabah untuk menggunakan produk ATM pada akan menurun sebesar 0,917.
Volume 1
No. 4
November 2013
34
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
H0 :
Tidak ada pengaruh secara parsial dari variabel bebas, yaitu Fasilitas fitur layanan (x1), promosi (x2), jaringan dan lokasi ATM (x3) secara simultan terhadap minat untuk menggunakan produk ATM Bank Sumut (Y).
Ha :
Ada pengaruh secara parsial dari variabel bebas, yaitu Fasilitas fitur layanan (x1), promosi (x2), jaringan dan lokasi ATM (x3) secara simultan terhadap minat untuk menggunakan produk ATM Bank Sumut (Y).
a. Variabel fasilitas fitur dan pelayanan memiliki t hitung sebesar 9,086 dan nilai signifikan sebesar 0,000 artinya t hitung > t tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas fitur dan pelayanan berpengaruh secara parsial terhadap minat nasabah dalam menggunakan produk ATM Bank Sumut karena nilai signifikannya dibawah 0,05. b. Variabel jaringan dan lokasi memiliki t hitung sebesar 0,683 dan nilai signifikan sebesar 0,490 dimana t hitung < t tabel. Maka variabel jaringan dan lokasi tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap minat nasabah dalam menggunakan produk ATM Bank Sumut karena nilai signifikannya diatas 0,05. c. Variabel promosi memiliki t hitung sebesar 5,120 dan nilai signifikan sebesar 0,000 dimana t hitung > t tabel. Maka variabel promosi berpengaruh secara parsial terhadap keputusan nasabah dalam menggunakan produk ATM Bank Sumut karena nilai signifikannya dibawah 0,05. G. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis dan pembahasan, maka disimpulkan : 1. Variabel fasilitas fitur ATM dan pelayanan serta variabel promosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah dalam menggunakan produk ATM, sedangkan variabel jaringan ATM yang luas dan lokasi yang mudah terjangkau tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menggunakan produk ATM Bank Sumut. 2. Sebesar 98 % minat menggunakan ATM Bank Sumut dipengaruh oleh tiga faktor yakni fasilitas fitur, pelayanan, serta jaringan dan lokasi ATM. Saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian adalah: 1. Bank Sumut dapat meningkatkan minat nasabah dalam penggunaan ATM agar memperhatikan kelengkapan fitur ATM, kecepatan melayani nasabah. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah kelengkapan fitur di kartu dan mesin ATM dan memberikan pelatihan serta pendidikan kepada petugas frontline. 2. Meningkatkan kegiatan promosi terhadap produk-produk Bank Sumut khususnya pada produk ATM dengan cara penyebaran brosur maupun melalui media.
Volume 1
No. 4
November 2013
35
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
3. Lokasi mesin ATM berada di kawasan yang strategis. 4. Selain ketiga faktor yang diteliti pada penelitian ini minat menggunakan ATM dipengaruhi oleh faktor kualitas produk dan tarif atau harga. DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan, 2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kencana, Jakarta Jefkins, Frank. 2003, Public Relations, Penerbit Erlangga, Jakarta Nawawi, Hadari, 1995, Perencanaan SDM untuk Organinasi Profit yang Kompetitif, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Rangkuti, Freddy. O’Brien, James A. 2005. Introduction to Information System, 12th Edition. McGraw Hill Companies Inc., New York. Pavlou, Fred. 2001. Perceived Usefulnes, Perceived Ease of use and user Acceptance of Information Technology. MIS Quaterly Rizal, Revi, 2006, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesuksesan Aliansi Stratejik Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Antar Perbankan Dalam Meningkatkan Kinerja Pemasaran Perusahaan (Studi Kasus Perbankan Peserta ATM Bersama), Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang Sekaran, Uma, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 4, Buku, Penerjemah : Kwan Men Yon, Salemba Empat, Jakarta. Sinulingga, Sukaria, 2011, Metode Penelitian, USU Press, Medan Sulaksana, Uyung, 2007, Integrated Marketing Communication, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Volume 1
No. 4
November 2013
36
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEMEN ANDALAS PADA PELANGGAN PELANGGAN KORPORASI (PELANGGAN B2B) (Studi Kasus pada PT. Lafarge Cement Indonesia Medan)
Haryanto Chandra, Darwin Sitompul, Nazaruddin Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ABSTRACT The increase in the volume of cement consumption corporate sector since 2007, triggered by the development of infrastructure, industrial and property, can not be followed by improvement of the sector's market share by PT Lafarge Cement Indonesia, which produces and markets Semen Andalas. To regain market share corporations are likely to decline, marketing strategies need to be formulated, such as by developing a marketing mix strategy of product, price, distribution and promotion and services. This study set out to assess the factors that affect corporate customers in the city of Medan in buying Semen Andalas using correlational research, which examines whether there is any correlation of the independent variables of product, price, distribution, promotion and service to the dependent variable purchase decision. The population in this study are recorded in a data consumer enterprise customers who have purchased and use Semen Andalas and Roscoe sampling using the cluster method based on the type of company (developer or contractor) and once or still using Semen Andalas. The study itself was conducted using a questionnaire that has been tested for validity and reliability. Data collected from the questionnaire are then processed by the quantitative data analysis, the data analysis using the statistical method of correlation analysis and multiple linear regression analysis with SPSS version 18. The conclusion of this study is 67.9% Semen Andalas purchasing decisions by customers and contractors corporate development group is influenced by product, price, distribution, promotion and service. While 22.1% influenced by other factors beyond the variables used in this study. Strong influence on purchasing decisions is a factor of the product and the price. Factor in this case the product is not only the quality of the cement itself, but also the quality of packaging, consistency and accuracy of the content. In terms of price, in addition to competitive prices, payment methods and the efficiency of the resulting total cost of the building need to be considered. The main problem encountered is that the customer's perception of price Semen Andalas is deemed to be too expensive. While the factor distribution, promotion and service of individually do not have a significant influence on purchasing decisions Semen Andalas. Keywords: Purchasing Decision, Marketing Mix
Volume 1
No. 4
November 2013
37
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sejak dihapuskannya pengaturan geografis serta HET (Harga Eceran Tertinggi) produk semen oleh pemerintah pada tahun 1998, produsen semen di Indonesia harus melakukan perubahan pendekatan pemasaran dan penyaluran semen, karena kompetisi menjadi terbuka, serta melakukan adaptasi dengan mengubah strategi pemasaran dan penjualannya agar dapat tetap kompetitif dan berkembang di pasar. Secara umum perusahaan produsen semen mengelompokan segmen pelanggan menjadi pelanggan retail dan pelanggan korporasi, di samping pengelompokan tradisional secara geografis. Pelanggan retail yaitu pelanggan yang menjual kembali kepada pengguna langsung dengan volume transaksi / pelanggan relatif kecil serta pembelian sistem beli putus yang tidak terikat dalam suatu kontrak, sedangkan pelanggan korporasi yaitu pelanggan yang menggunakan langsung untuk memenuhi kebutuhannya dalam volume yang relatif cukup besar dan biasanya terikat dalam kontrak. Meskipun demikian berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Semen Indonesia, secara total konsumsi di Indonesia, pelanggan retail mengkonsumsi total semen lebih besar daripada pelanggan korporasi karena jumlah pelanggan yang jauh lebih banyak (Tabel 1). PT Lafarge Cement Indonesia (PT LCI) – dahulu PT Semen Andalas Indonesia – adalah salah satu produsen semen di Indonesia yang memulai operasinya pada tahun 1983 dengan pabrik yang berlokasi di Aceh, dan terminal pengepakan dan distribusi di Lhokseumawe, Belawan, Batam dan Dumai. Di akhir tahun 2004, satu-satunya pabrik PT LCI di Lhoknga Aceh, Indonesia, mengalami musibah terkena bencana tsunami yang mengakibatkan kerusakan parah terhadap fasilitas produksi perusahaan. Sejak musibah tersebut, pasokan semen praktis dilakukan melalui impor semen dari Langkawi, salah satu pabrik yang dimiliki oleh induk perusahaan Lafarge dengan kendala jumlah pasokan yang lebih terbatas sehingga tidak dapat mengikuti pertumbuhan konsumsi pasar. Untuk mengatasi kendala tersebut, perusahaan kemudian melakukan pemilahan kembali dengan memprioritaskan pelanggan-pelanggan segmen retail serta segmen korporasi tertentu yang lebih memiliki nilai strategis terhadap performansi perusahaan. Pada tahun 2010, pabrik semen di Lhoknga Aceh sudah beroperasi dan stabilisasi produksi dapat dimulai pada tahun 2011. Permintaan semen oleh pelanggan segmen korporasi sendiri pada umumnya dipacu oleh perkembangan pembangunan infrastruktur, industri dan properti. Dengan pertumbuhan pembangunan industri dan properti serta pencanangan stimulus percepatan proyek-proyek infrastruktur melalui MP3EI oleh pemerintah pada tahun 2011, konsumsi semen segmen korporasi mengalami pertumbuhan di atas konsumsi total. Hal ini terjadi juga di pasar kota Medan dan sekitarnya seperti terlihat pada Tabel 1.
Volume 1
No. 4
November 2013
38
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 1 Realisasi Penjualan Semen Andalas di Kota Medan dan sekitarnya.
Sumber : Lafarge Cement Indonesia Medan, 2012
Berdasarkan Tabel 1.1 konsumsi semen sektor korporasi sejak tahun 2007 hingga tahun 2012 mengalami pertumbuhan dengan tingkat pertumbuhan ratarata sekitar 13% per tahun. Pertumbuhan konsumsi semen sektor korporasi tersebut tidak dapat dinikmati oleh PT LCI, bahkan pangsa pasar PT LCI mengalami penurunan dari 41% pada tahun 2007 menjadi 26% pada tahun 2011. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa pertumbuhan konsumsi semen pada sektor koporasi di Kota Medan tidak berpengaruhi terhadap pertumbuhan penjualan Semen Andalas bahkan terjadi hal sebaliknya. Dengan selesainya pabrik di Lhoknga, perusahaan ingin kembali merebut pasar segmen korporasi yang cenderung menurun, untuk itu perlu dirumuskan strategi pemasaran yang tepat. Salah satu strategi pemasaran yang dapat digunakan adalah dengan mengembangkan strategi bauran pemasaran (marketing mix). Untuk merumuskan strategi bauran pemasaran yang tepat perlu dilakukan kajian terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian segmen korporasi.. Dengan mengetahui terlebih dahulu variabel variabel bauran pemasaran yang mempengaruhi keputusan pembelian pada segmen korporasi ini, perusahaan dapat melakukan langkah selanjutnya untuk penetapan strategi yang tepat terhadap masing-masing variabel tersebut guna mendukung peningkatan penjualan dan peningkatan pangsa pasar segmen ini. Penelitian terdahulu dengan menggunakan variabel produk, harga dan citra merek terhadap keputusan pembelian Semen Andalas di sektor retail yang dilakukan oleh Syahputra (2011) memperlihatkan bahwa faktor harga menjadi faktor utama dalam keputusan pembelian semen. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terlihat bahwa telah terjadi penurunan pangsa pasar pada segmen korporasi di Kota Medan, meskipun konsumsi semen korporasi sejak tahun 2007 sampai dengan 2012 mengalami pertumbuhan di atas pertumbuhan konsumsi total. Di sisi lain, pabrik
Volume 1
No. 4
November 2013
39
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
yang dimiliki perusahaan sudah mulai beroperasi kembali. Oleh sebab itu, agar perusahaan dapat kembali meningkatkan pangsa pasar sektor korporasi ini, perlu dilakukan kajian tentang strategi pemasaran yang dijalankan oleh perusahaan. C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka dapat disusun tujuan dari penelitian ini yaitu : a. Menemukenali faktor-faktor yang menjadi acuan bagi konsumen segmen korporasi di dalam keputusan membeli Semen Andalas. b. Merencanakan kebijakan pemasaran yang harus dilakukan oleh PT Lafarge Cement Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar segmen korporasi. D. LANDASAN TEORI 1. Perilaku Pemasaran Industri – Business to Business Marketing Pelanggan korporasi atau lebih dikenal dengan istilah Pasar Industri adalah konsumen yang membeli produk bukan untuk dipergunakan untuk kepentingan individu, tetapi untuk kepentingan suatu badan atau organisasi (Haas, 1986). Pelanggan korporasi ini dapat berupa badan usaha perseorangan, perusahaan atau organisasi lainnya yang membeli produk industri dengan tujuan untuk menggunakan produk tersebut untuk memproduksi produk lainnya, kemudian menjualnya kembali, menyewakan, atau diserahkan kepada pihak lain. Jumlah pembeli korporasi atau pasar industri ini lebih sedikit daripada pasar konsumsi tetapi secara volume pembelian per kontrak atau order lebih banyak Perbedaan perilaku pembeli produk konsumsi dan produk industri (Subroto, 2011) adalah: a. Sistem pembelian lebih kompleks dibandingkan produk konsumsi, dimana terdapat aturan dan prosedur formal pembelian yang harus dipenuhi seperti surat penawaran, tender, proposal dan kontrak pembelian. b. Pembelian produk industri biasanya dilakukan oleh satu komite atau departemen (departemen pembelian) di perusahaan yang melibatkan departemen lainnya seperti pengguna produk tersebut, keuangan, legal, dan sebagainya. c. Proses pembelian industri memiliki kompleksitas teknis yang lebih besar, seperti persyaratan standard industri, dan sebagainya. d. Adanya ketergantungan pembeli terhadap penjual seperti layanan purna jual berupa pemasangan, pelatihan, pemeliharaan, perbaikan dan garansi. e. Pembeli industri lebih menggunakan cara penjelasan langsung (presentasi) dari penjual tentang teknis, desain, dibandingkan melalui iklan.
Volume 1
No. 4
November 2013
40
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
f. Dasar keputusan utama pembeli industri adalah keputusan pemasok dan keputusan pemilihan produk secara teknis. Kriteria dapat disatukan, tetapi dapat pula dibedakan, seperti kriteria pemilihan pemasok berdasarkan pengiriman, pelayanan, dan kehandalan penjual; serta kriteria produk berupa kualitas, spesifikasi dan harga. 2. Bauran Pemasaran a. Produk Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaannya. Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan, garansi, dan rasa agar dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan membeli produk tersebut. Pengertian produk (product) menurut Kotler & Armstrong (2007) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi untuk dapat memberikan kepuasan terhadap keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. b. Harga Konsep yang dapat membantu konsumen dalam memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya adalah nilai dan kepuasan. Nilai (value) adalah perkiraan konsumen atas seluruh kemampuan produ k untuk memuaskan kebutuhannya. Oleh karena itu konsumen akan mempertimbangkan nilai dan harga produk sebelum menetapkan pilihan. Dalam perekonomian kita, untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai suatu barang, kita menggunakan uang dan istilah yang di pakai adalah harga. Jadi, harga adalah nilai yang dinyatakan dalam rupiah (Swastha dan Handoko, 1997). c. Saluran Distribusi Saluran distribusi dapat digambarkan sebagai suatu mata rantai dari bagian-bagian organisasi yang saling terkait mulai dari membuat suatu produk sampai produk tersebut siap dipakai oleh pelanggan (Havaldar 2005). Pendistribusian produk/jasa dapat dilakukan sendiri oleh produsen atau dapat juga menggunakan perantara sehingga mengurangi pekerjaan produsen agar lebih fokus dapat melakukan kegiatan lain dalam mata rantai tersebut. Strategi distribusi yang tepat akan memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan, sehingga
Volume 1
No. 4
November 2013
41
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
perusahaan harus memperhatikan strategi distribusinya. d. Promosi Dalam mengelola suatu sistem komunikasi pemasaran memerlukan suatu rancangan strategi dan program-program penjualan yang efektif dan efisien. Hal ini berlaku pula dalam kegiatan pemasaran industri. Tidak cukup bagi sebuah perusahaan dapat bertahan atau bahkan berkembang jika hanya memproduksi produk yang berkualitas dan kemudian menunggu pembeli datang. Kegiatan promosi terhadap produk tersebut diperlukan dan perlu ditangani secara cermat karena masalahnya bukan hanya menyangkut pada bagaimana cara berkomunikasi dengan pelanggan akan tetapi juga menyangkut seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk biaya ini yang tentunya harus disesuaikan pada kondisi dan kemampuan perusahaan. 3. Pelayanan Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang atau mesin dengan orang lain secara fisik, dalam rangka memenuhikepuasan orang tersebut sebagai pelanggan (Barata, 2004). Pelayanan merupakan usaha untuk melayani kebutuhan orang lain, sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan. 4. Keputusan Pembelian Menurut Engel et. al (1994) Keputusan pembelian adalah proses merumuskan berbagai alternatif tindakan guna menjatuhkan pilihan pada salah satu alternatif tertentu untuk melakukan pembelian. Bauran pemasaran mempengaruhi keputusan pembelian konsumen karena bauran pemasaran itu sendiri adalah strategi yang disusun di bidang pemasaran untuk menciptakan pertukaran dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu untuk memperoleh laba dan untuk peningkatan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan disebabkan oleh meningkatnya keputusan pembeli menggunakan produk tersebut. Pemasar perlu mengetahui siapa yang terlibat dalam keputusan membeli dan peran apa yang dimainkan oleh setiap orang untuk banyak produk, cukup mudah untuk mengenali siapa yang mengambil keputusan. 5. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual memperlihatkan hubungan logis antara faktor atau variabel yang telah dinyatakan dalam landasan teori dan diidentifikasi kepentingannya untuk dipergunakan dalam analisis permasalahan. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Semen Andalas pada segmen korporasi kelompok pengembang dan kontraktor yang berada di Kota Medan dan sekitarnya. Dalam penjelasan landasan teori dijelaskan masing-masing elemen bauran
Volume 1
No. 4
November 2013
42
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
pemasaran dan elemen pelayanan terhadap keputusan pembelian pelanggan korporasi pengembang dan kontraktor melakukan pembelian Semen Andalas di Kota Medan dan sekitarnya. Elemen-elemen bauran pemasaran ini menjadi bagian dari variabel independen, sedangkan keputusan pembelian Semen Andalas akan menjadi variabel dependen. Dari variabel-variabel independen tersebut akan dikaji dan diteliti lebih lanjut bagaimana variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel dependen. Agar penelitian ini tetap berada pada alur yang diharapkan maka disusun kerangka konseptual dalam bentuk Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: Landasan Teori
Data-data diperoleh melalui kuesioner dan studi dokumentasi untuk kemudian ditabulasi dan dianalisis dengan analisa deskriptif. Dari hasil analisis deskriptif ini dapat diperoleh pengaruh dari masing-masing elemen serta pengaruh paling dominan dari elemen tersebut terhadap pengambilan keputusan pembeli korporasi kelompok pengembang dan kontraktor dalam keputusan pembelian Semen Andalas. 6. Perumusan Hipotesis Hipotesis adalah suatu pernyataan hubungan logis antara dua variabel atau lebih yang ditunjukkan dalam suatu bentuk kuantitatif sehingga kebenaran pernyataan tersebut dapat diuji. Hasil hipotesis memberikan jawaban terhadap fenomena yang kebenarannya akan diuji. Rumusan hipotesis tersebut ditetapkan dan diturunkan dari kerangka konseptual karena semua pola hubungan logis antar variabel tersebut telah dijabarkan dalam kerangka konseptual yang juga menunjukkan bahwa jenis hipotesis yang dilakukan adalah hipotesis asosiatif. Kajian hipotesis asosiatif menggunakan variabel-variabel tersebut menghasilkan ada tidaknya hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Dari gambaran di atas, kemungkinan kondisi hipotesis yang akan diperoleh adalah sebagai berikut:
Volume 1
No. 4
November 2013
43
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Hipotesis Total: Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel produk, harga, distribusi, promosi, pelayanan dengan variabel Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor. H1
: Ada hubungan yang signifikan antara variabel produk, harga, distribusi, promosi, pelayanan dengan variabel Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasipengembang dan kontraktor.
Hipotesis Parsial : 1. Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara Produk dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor. H1: Ada hubungan signifikan antara Produk dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor. 2. Ho:
H1:
Tidak ada hubungan signifikan antara Harga dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor. Ada hubungan signifikan antara Harga dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor.
3. Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara Distribusi dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor. H1: Ada hubungan signifikan antara Distribusi dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor. 4. Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara Promosi dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor. H1: Ada hubungan signifikan antara Promosi dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor. 5. Ho: Tidak ada hubungan signifikan antara Pelayanan dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor. H1: Ada hubungan signifikan antara Pelayanan dengan Keputusan Pembelian Semen Andalas di segmen korporasi pengembang dan kontraktor.
Volume 1
No. 4
November 2013
44
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
D. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang meneliti ada atau tidaknya hubungan antara variabel-variabel independen, yaitu produk, harga, distribusi, promosi, dan pelayanan terhadap variabel dependen dalam hal ini keputusan pembelian Semen Andalas oleh pelanggan segmen korporasi pengembang dan kontraktor sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu faktor dalam keputusan menjalankan strategi pemasaran perusahaan di sektor tersebut. Penelitian korelasional dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua kejadian, tanpa bermaksud untuk melakukan investigasi hubungan sebab akibat (Sinulingga, 2011). 2. Populasi dan Sampel Populasi (population) adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang akan diteliti, sedangkan sampel (sample) adalah sebagian dari populasi yang dipilih dari populasi tersebut. Jadi sampel adalah subkelompok dari populasi. Dengan mempelajari sampel, penelitian akan mampu menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan korporasi kelompok pengembang dan kontraktor di Kota Medan dan sekitarnya yang menggunakan semen dalam kegiatan usahanya.. Ukuran sampel pada dasarnya ditentukan oleh derajat keseragaman populasi, tingkat presisi yang diinginkan serta jumlah variabel yang diteliti. Sampel diambil dari populasi tersebut dengan batasan ukuran sampel penelitian menurut Roscoe (1975) : a. Ukuran sampel sebaiknya antara 30 sampai dengan 500 b. Jika dipecah kepada subsampel maka jumlah minimum subsampel adalah 30. c. Pada penelitian multivarian, ukuran sampel harus beberapa kali (10x) lebih besar daripada jumlah variable yang akan dianalisis. Penelitian menggunakan 5 (lima) variabel independen sehingga sampel diambil sejumlah 50 buah dengan distribusi sampel memberikan peluang yang sama melalui cluster sampling yang membagi sampel menjadi kelompok developer dan kelompok kontraktor yang sedang dan yang pernah menggunakan Semen Andalas seperti tercantum dalam Tabel 4.2 dengan mempertimbangkan terbatasnya waktu, dana dan tenaga. Pengambilan sampel dalam masing-masing kelompok tersebut dilakukan dengan simple random sampling tanpa melihat tingkatan yang ada.
Volume 1
No. 4
November 2013
45
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Karena pada kenyataannya berbagai pelaku di segmen korporasi inisiator, pembeli, pemakai, pendorong, penentu dan penjaga gawang - seringkali ditangani oleh hanya satu atau beberapa orang saja atau adanya fungsi ganda dalam penentuan keputusan pembelian, responden diambil secara acak di masingmasing cluster tersebut. Tabel 4.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Sumber : Tinjauan Pustaka 2. Uji Instrumen Penelitian Keberhasilan alat ukur menjalankan fungsinya apabila dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan akurat. a. Uji Validitas Uji Validitas adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan seberapa valid suatu butir pertanyaan mengukur variabel yang diteliti. Analisis Validitas yang digunakan adalah Uji Korelasi Pearson Product Moment yang diolah menggunakan program SPSS versi 18. Uji validitas ini dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara masing masing pernyataan skor butir (X) dengan skor total (Y). b. Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas adalah uji statistik yang digunakan guna menentukan reliabilitas butir dari pertanyaan dalam kehandalannya mengukur variabel. Uji Reabilitas menggunakan uji Alpha Cronbach. c. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang positif dari variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5) terhadap variabel dependen (Y) dengan model regresi (Sekaran, 2006) :
Volume 1
No. 4
November 2013
46
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4+ b5X5 + e dimana : Y = Variabel dependen (keputusan pembelian) a = Konstanta b = Koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. X = Variabel independen yang terdiri dari : X1 = Produk X2 = Harga X3 = Distribusi X4 = Promosi X5 = Pelayanan e = Error d. Pengujian Hipotesis dengan Uji Secara Serentak (Uji F) Tabel F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, dengan membuat formulasi hipotesis Ho : Secara Simultan tidak ada pengaruh yang signifikan dari kelima independen, terhadap keputusan pembelian. Ha : Secara Simultan ada pengaruh yang signifikan dari independen, terhadap keputusan pembelian
variabel
kelima variabel
e. Pengujian Hipotesis Dengan Uji Parsial (Uji t) Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tujuan dari uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual, dengan merumuskan hipotesis Ho : Secara Simultan tidak ada pengaruh yang signifikan dari kelima variabel independen terhadap keputusan pembelian. Ha : Secara Simultan ada pengaruh yang signifikan dari kelima independen terhadap keputusan pembelian.
variabel
E. HASIL PENELITIAN Berdasarkan output pengolahan data penelitian diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 0,292 + 0,209 X1 + 0,209 X2 + 0,035 X3 + 0,109 X4 + 0,035 X5 Dimana:
Volume 1
No. 4
November 2013
47
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
1. Konstanta sebesar 0,292 artinya jika produk, harga, promosi, distribusi dan pelayanan nilainya o atau tidak ada, maka keputusan pembelian Semen Andalas akan tetap sebesar 0,292 atau 29,2 % 2. Koefisien regresi produk (X1) sebesar 0,209 dengan nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 (0,016 < 0,05) artinya jika variabel independen lain nilainya tetap sedangkan kualitas atau mutu Semen Andalas mengalami kenaikan 1 unit, maka keputusan pembelian Semen Andalas akan mengalami peningkatan sebesar 0,209 dan setiap penurunan 1 unit kualitas atau mutu Semen Andalas (X1) akan menurunkan keputusan pembelian Semen Andalas sebesar 0,209. Koefisien bernilai positif artinya terjadi korelasi positif antara produk (X1) dengan keputusan pembelian (Y), semakin meningkat kualitas atau mutu produk (X1) maka semakin meningkatkan keputusan pembelian (Y). 3. Koefisien regresi harga (X2) sebesar 0,209 dengan nilai Sig. lebih kecil dari 0,05 (0,047 < 0,05) artinya jika variabel independen lain nilainya tetap sedangkan kesesuaian harga Semen Andalas dengan kualitas Semen Andalas mengalami kenaikan 1 unit, maka keputusan pembelian Semen Andalas akan mengalami peningkatan sebesar 0,290 dan setiap penurunan 1 unit kesesuaian harga Semen Andalas dengan kualitas Semen Andalas (X2) akan menurunkan keputusan pembelian Semen Andalas sebesar 0,290. Koefisien bernilai positif artinya terjadi korelasi positif antara harga (X2) dengan keputusan pembelian (Y), semakin naik kesesuaian harga dengan kualitas semen (X2) maka semakin meningkatkan keputusan pembelian (Y). 4. Variabel produk (X1) dan harga (X2) memiliki nilai beta coefficient yang sama yakni 0,290 hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat dan seimbang terhadap keputusan pelanggan korporasi Semen Andalas. Berdasarkan analisis terhadap kuesioner yang disebarkan kepada 50 sampel, diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,679 yang berarti 67,9% keputusan pembelian Semen Andalas oleh pelanggan korporasi pengembang dan kontraktor dipengaruhi oleh produk, harga, distribusi, promosi dan pelayanan. Sedangkan 22,1% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pengaruh kuat terhadap keputusan pembelian pelanggan adalah dari faktor produk dan faktor harga. Faktor produk dalam hal ini bukan hanya kualitas semen itu sendiri, tetapi termasuk kualitas kemasan, konsistensi, dan ketepatan isi. Dari sisi harga, disamping harga yang bersaing cara pembayaran serta efisiensi biaya total bangunan yang dikerjakan perlu diperhatikan. Permasalahan utama yang dihadapi adalah harga Semen Andalas yang dianggap terlalu mahal meskipun secara produk diakui bahwa kualitas produk yang dihasilkan dengan menggunakan Semen Andalas cukup baik. Faktor distribusi, promosi dan pelayanan secara sendiri-sendiri tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian Semen
Volume 1
No. 4
November 2013
48
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Andalas. Pengiriman/distribusi, pelayanan serta kehandalan penjual (promosi) merupakan kriteria keputusan pemasok, sedangkan kualitas, spesifikasi dan harga merupakan bagian dari kriteria keputusan pemilihan produk. Pelanggan sektor korporasi Semen Andalas lebih mementingkan kriteria keputusan pemilihan produk dibandingkan kriteria keputusan pemasok. Secara detail penjelasan masing-masing atribut pemasaran dijabarkan dalam bagian berikut. a) Produk. Upaya PT Lafarge Cement Indonesia dalam mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan baik yang diproduksi dari Pabrik Lhoknga maupun yang diimpor dari Pabrik Langkawi sehingga memberikan kualitas bangunan yang baik pada umumnya diterima dengan baik oleh pelanggan korporasi. Pelanggan pun tidak mempermasalahkan kesesuaian isi kemasan dengan yang tertera di kemasan baik dari berat, jenis serta cara penggunaan semen. Hal ini sejalan dengan kebijakan perusahaan yang mengutamakan integritas usaha dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan jawaban responden, PT Lafarge Cement Indonesia dipandang perlu untuk memperbaiki konsistensi produk sehingga dapat mempermudah pekerjaan lapangan. Meskipun Semen Andalas yang dijual di Indonesia memenuhi ketentuan standar Indonesia (SNI), pasokan semen dari sumber/pabrik yang berbeda, y aitu pabrik Lhoknga dan Langkawi, konsistensi produk tidak akan sebaik jika dihasilkan dari pabrik yang sama. Pemilahan pasar yang dilayani masingmasing pabrik akan dapat meningkatkan persepsi akan konsistensi produk ini, misal pasar Aceh dan Sumatera Utara seluruhnya dipasok dari pabrik Lhoknga, sedangkan pasar lain dipasok dari pabrik Langkawi. b) Harga. Meskipun kualitas semen yang dihasilkan cukup dipersepsikan baik oleh pelanggan, strategi harga premium yang diterapkan oleh PT Lafarge Cement Indonesia masih belum dapat diterima oleh pelanggan korporasi. Strategi harga premium terhadap semen yang masih sering dipersepsikan produk komoditas oleh pelanggan memerlukan pendekatan pembuktian bahwa produk yang dihasilkan pun dapat terdiferensiasi menjadi produk premium sehingga upaya menerus perusahaan dalam peningkatan kualitas produk menjadi produk yang terbaik diiringi pula dengan persepsi kepremiuman produk oleh pelanggan, khususnya pelanggan korporasi. Untuk mencapai strategi produk premium yang dapat diikuti pula oleh harga premium, tim penjualan Semen Andalalas untuk sektor korporasi sebaiknya dilengkapi pula dengan pengetahuan teknis yang berhubungan dengan semen serta produk yang dihasilkan olehsemen. Tugas utama tim penjualan teknis (Techical Sales Team) ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan produk pelanggan korporasi melalui presentasi kepada tenaga teknis pelanggan, pelatihan tukang, seminar pengetahuan produk yang disertai demo pembuktian kualitas produk, dsb. c) Distribusi. Berdasarkan hasil analisa regresi, faktor distribusi tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian Semen Andalas di sektor korporasi. Hal ini dapat terjadi terutama karena perusahaan menerapkan pemilahan pasar yang dilayani sejak kehilangan pabrik di tahun 2005 dengan mengutamakan segmen konsumen perorangan atau retail daripada segmen korporasi, sehingga pasar segmen korporasi tertentu saja yang dilayani. Hal
Volume 1
No. 4
November 2013
49
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
inimengakibatkan persepsi harga yang mahal oleh pelanggan korporasi secara umum karena harus mengambil pasokan dari toko-toko eceran, tetapi pelanggan tersebut ti dak mengalami masalah kekurangan pasokan atau distribusi. Dari hasil responden, perbaikan distribusi di sektor hulu dengan pengalokasian sumber semen ke pasar tertentu, akan membantu meningkatkan konsistensi produk yang dipersepsikan pelanggan, tetapi tidak menjadi bagian dari penelitian ini. d) Promosi. Seperti halnya distribusi, dari hasil analisa regresi, pengaruh promosi terhadap keputusan pembelian tidak signifikan. Oleh sebab itu, perancangan kegiatan promosi melalui iklan dan insentif penjualan lebih diarahkan untuk target segmen lainnya. Pelanggan korporasi lebih mementingkan penjelasan teknis dan pendekatan langsung, misal melalui kunjungan tim penjualan teknis untuk memberikan asistensi teknis dibandingkan kegiatan lain seperti intensif penjualan dan promosi melalui iklan yang gencar dijalankanoleh PT Lafarge Cement Indonesia. Pendekatan iklan dan insentif penjualan memang pada dasarnya dirancang perusahaan untuk pasar retail yang merupakan segmen pasar utama produk Semen Andalas. Membentuk sub departemen khusus yang melayani sektor korporasi seyogyanya dilakukan. Tenaga penjualan segmen korporasi harus memiliki kemampuan penjualan (negosiasi, menjalin hubungan, dsb) serta lebih penting lagi tenaga penjualan tersebut harus memiliki ”bahasa teknis” yang sejalan dengan pelanggan. e) Pelayanan. Pelanggan korporasi memandang tenaga penjualan Semen Andalas dapat menjalin hubungan yang lebih baik dibandingkan para pesaingnya. Untuk memperkuat hubungan dengan pelanggan korporasi, tenaga penjualan harus dilengkapi dengan pengetahuan teknis produk semen , beton, mortar bahkan desain gedung dan sebagainya. Seorang ahli teknik sipil atau arsitektur akan sangat bermanfaat untuk memperkuat sektor pelayanan ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui analisis regresi linier berganda, variabel produk dan harga adalah variabel yang paling berpengaruh. Jika persepsi konsumen terhadap produk Semen Andalas semakin baik maka keputusan pembelian akan semakin menguat. Jika persepsi konsumen terhadap harga semakin baik yaitu dalam hal ini harga dipersepsikan sesuai dengan kualitas, maka keputusan pembelian akan semakin menguat juga. Berdasarkan pembahasan sebagaimana telah dikemukakan, untuk mengembalikan tingkat penjualan atau merebut kembali pangsa pasar yang hilang di segmen pasar korporasi ini akibat bencana tsunami sehingga PT Lafarge Cement Indonesia pada saat itu melakukan pemilahan dengan berkonsentrasi kepada segmen pasar lain, maka perlu dilakukan berbagai kebijakan operasional manajemen dari sisi bauran pemasaran semen: a. Konsistensi kualitas produk bagi pelanggan korporasi merupakan salah satu kriteria utama yang dapat ditingkatkan oleh PT Lafarge Cement Indonesia. Saat ini akibat pasokan semen yang datang dari lebih dari satu sumber dapat diperbaiki dengan cara mengalokasikan pasokan dari sumber tertentu ke pasar
Volume 1
No. 4
November 2013
50
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
tertentu, misal seluruh pasokan untuk pasar Sumatera Utara yang menjadi obyek penelitian ini dilayani oleh pabrik Lhoknga saja. b. Strategi harga premium harus memperhatikan tingkat kompetisi yang terjadi di pasar serta keunggulan kompetitif yang sudah dipersepsikan oleh pelanggan terhadap kualitas produk Semen Andalas dan pelayanan oleh tim penjualan dan pemasaran PT Lafarge Cement Indonesia. c. Tim pemasaran PT Lafarge Cement Indonesia dalam upaya promosinya diarahkan untuk menggunakan pendekatan keunggulan produk yang tangible untuk dibuktikan, seperti pembuktian konsistensi mutu, peningkatan kualitas kantongan, serta pembuktian uji laboratorium terhadap persepsi produk yang ingin dibentuk di mata pelanggan. Hal ini akan lebih efektif jika dilakukan dengan pendekatan langsung melalui presentasi dibandingkan melalui kegiatan iklan (Subroto, 2011). d. Strategi distribusi , promosi dan pelayanan seyogyanya dihubungkan dengan faktor produk dan harga, sehingga usaha-usaha perusahaan dalam peningkatan kualitas distribusi, promosi dan pelayanan dapat dilakukan berhubungan dengan harga dan produk yang lebih baik. Dengan distribusi yang baik dari sisi ketersediaan pasokan serta ketepatan waktu pengiriman, tim penjualan PLafarge Cement Indonesia seyogyanya dapat mengemasnya menjadi kelebihan dari sisi total biaya pelanggan meskipun dengan harga satuan semen yang lebih mahal karena kekurangan persediaan dan keterlambatan pengiriman akan mengakibatkan keterlambatan maupun kerugian bagi pelanggan (Haas, 1986). F. KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini : 1) Faktor produk dan harga yang dikelompokan ke dalam kriteria keputusan pemilihan produk secara teknis oleh Subroto (2011) merupakan kriteria utama yang harus diperhatikan oleh PT Lafarge Cement Indonesia sebagai produsen Semen Andalas dalam memasarkan produknya. Kedua faktor ini memberikan pengaruh yang kuat dan seimbang terhadap keputusan pembelian pelanggan segmen korporasi. 2) Dari sisi produk, Semen Andalas diakui keandalannya oleh pelanggan korporasi, baik dari segi konsistensi mutu, kualitas produk, isi kemasan serta kualitas bangunan yang dihasilkan menjadi lebih baik. 3) Dari sisi harga, pelanggan korporasi tidak bermasalah dengan cara pembayaran dan efisiensi biaya total bangunan yang dikerjakan, tetapi harga Semen Andalas ditengarai mahal dibandingkan harga semen merek lainnya. Asri (1996) menyatakan harga merupakan variabel utama yang mempengaruhi evaluasi konsumen terhadap produk yang akan dibeli. 4) Faktor distribusi, promosi dan pelayanan secara sendiri-sendiri tidak
Volume 1
No. 4
November 2013
51
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian Semen Andalas. DAFTAR PUSTAKA Asri, Marwan, 1996, Marketing, Edisi Pertama, YKPN, Yogyakarta Engel, James F, Blackwell Roger D, Miniard, Paul W, 1994, Perilaku Konsumen, Alih Bahasa F.X. Budiyanto, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta Haas Robert W, 1986, Industrial Marketing Management, 3rd edition, Boston Massachusetts, Kent Publishing Co. Havaldar, Krishna, K, 2005, Industrial Marketing 2nd edition, Mc Graw Hill Singapore Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2007, Manajemen Pemasaran Indonesia, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta Roscoe (1975) Roscoe, JT, 1975, Fundamental Research Statistics for the Behavioural, 2nd edition,Holt, Reinhart and Watson, New York Subroto Budiarto, Pemasaran Industri Business to Business Marketing, 2011, Penerbit Andi, Yogyakarta Syahputra Ricky, 2011, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Produk Semen Andalas (Studi Kasus pada PT Lafarge Cement Indonesia), Sekolah Pasca Sarjana, USU, Medan Swastha, Basu dan Hani Handoko, 1997, Manajemen Pemasaran: Analisis Perilaku Konsumen, Liberty, Yogyakarta Sinulingga, Sukaria, 2011, Metode Penelitian, USU Press, Medan Sekaran, Uma, 2006, Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi 4, Buku 1 dan 2, Penerjemah : Kwan Men Yon, Salemba Empat, Jakarta
Volume 1
No. 4
November 2013
52
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS PENGARUH BANTUAN MODAL SOSIAL TERHADAP PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK UMKM DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN LANGKAT T. HENNY FEBRIANA HARUMY, SYAAD AFFIFUDDIN, RUJIMAN Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ABSTRACT The present study investigates the influence of social capital assistance on Value added products of MSMEs and Wellness Community . This study is a causal relationship ( Causal Effect ) , where the analysis done on the facts to prove empirically the influence of accessibility , trust , norms / ethics of social capital as an exogenous variable , then the result of the influence of production , human resources ( labor) , Technology , old effort , Raw Materials for value Added Products MSMEs as well as the intervening endogenous variables , then the influence of income and education on health and well-being of the community as both endogenous variables and prove that social capital influences value Added Products MSMEs and Community Wellbeing influence either directly or indirect Langkat.Data District Primary data used is the total sample of 130 SMEs with location research done in 23 districts in the regency LANGKAT . The object of this study is the perpetrator of SMEs that produce value-added products such as tofu and tempeh , nata de coco , maturation , and others - others. Research results show that the structural similarities across significant positive effect on indicators of latent variables , as well as exogenous and endogenous variables flat - flat significant positive effect but only one variable that is not significant positive effect of social capital on the welfare of society. Through a program known Amos least could directly influence , direct engulfment and which directly influence total . Positive variables have significant positive and having the highest weight on the welfare of society is social capital variables on welfare indirectly through value -added products namely with the MSME ( 2,226 ) indirect variables that have a significant positive influence and have weights the highest among the other variables are variables of value-added products MSME community with the Peace ( 0945 ) directly in Total, variables that have a significant positive influence among other influences on income with the Wellness community ( 1098 ) . Keywords : SEM, Primary Data, MSME
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan adanya krisis ekonomi yang telah melanda sejak tahun 1997, bahkan menjadi katup penyelamat bagi
Volume 1
No. 4
November 2013
53
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
pemulihan ekonomi bangsa karena kemampuannya memberikan sumbangan yang cukup signifikan pada PDB maupun penyerapan tenaga kerja (Ravik, 2007). Sejak saat itu peranan UMKM dalam menopang perekonomian nasional maupun regional dari tahun ke tahun baik eksistensi, ketangguhan maupun kontribusinya terus meningkat. Keberhasilan UMKM ini dikarenakan, pertama, UMKM tidak memiliki hutang luar negeri dan tidak banyak hutang ke perbankan. Kedua, sektor-sektor kegiatan UMKM, seperti pertanian, perdagangan, industri rumah tangga, dan lain-lainnya tidak bergantung sumber bahan baku dari luar negeri. UMKM menggunakan bahan baku lokal. Ketiga, walaupun belum semuanya, UMKM berorientasi ekspor. Dapat dikatakan UMKM merupakan soko guru perekonomian nasional. Sumbangan UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 54%-57%, dan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 96% (Kementerian Koperasi dan UKM, 2011). Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia. UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 52,76 juta unit (BPS, 2009). Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 tersebut juga menunjukkan bahwa UMKM terbukti berkontribusi sebesar 56,92% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atau setara dengan Rp1.213,25 Triliun. Selain itu, UMKM memiliki kemampuan menyerap tenaga kerja (menyerap 97,3% dari total angkatan kerja yang bekerja) dan memiliki jumlah yang besar dari total unit usaha di Indonesia serta kontribusi yang cukup besar terhadap investasi di Indonesia yaitu sebesar Rp222,74 Triliun atau 51,80% dari total investasi pada tahun 2008 (Bank Indonesia, 2011 dalam afifah, 2012). Usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja, memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional (Iman dan Adi, 2009) Mengingat besarnya peran UMKM tersebut, maka pemerintah melalui instansi terkait terutama Kementerian Koperasi dan UMKM telah meluncurkan berbagai program bantuan. Kebijakan pemerintah untuk mendorong usaha kecil dan menengah cukup serius. Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menegaskan bahwa, usaha ini perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluasluasnya (Haryadi, 2010). Usaha kecil merupakan kelompok pelaku usaha terbesar (96%) di Indonesia dengan karakteristik berpenghasilan rendah, bergerak di sektor informal dan sebagian besar termasuk dalam kelompok keluarga miskin. Bahkan dalam sebagian besar kasus, kelompok usaha mikro masih belum dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, seperti: gizi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Usaha mikro memiliki karakteristik yang unik dan belum tentu dapat diberdayakan secara optimal melalui mekanisme pasar yang bersaing. Untuk itu, pemberdayaan usaha mikro perlu ditetapkan sebagai suatu strategi yang tersendiri, melalui pengembangan pranata kelembagaan usaha mikro, pengembangan
Volume 1
No. 4
November 2013
54
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
lembaga keuangan mikro dan mendorong pengembangan industri pedesaan (Kementerian Koperasi dan UKM, 2005 dalam afifah 2012). Salah satu kendala dalam perkembangan usaha mikro adalah keterbatasan modal yang dimiliki dan sulitnya mengakses sumber permodalan. Mengutip laporan BPS, (Prabowo, 2004) menegaskan bahwa 35,10% UMKM menyatakan kesulitan permodalan, kemudian diikuti oleh kepastian pasar 25,9% dan kesulitan bahan baku 15,4%. Dalam kondisi yang demikian kelompok ini akan sangat sulit keluar dari permasalahan yang biasanya sudah berjalan lama tersebut, kecuali bila ada intervensi dari pihak lain. (Saudin, 2008 dalam afifah, 2011) lebih lanjut mengatakan bahwa intervensi untuk memutus rantai permasalahan ini dapat saja dilakukan jika ada komitmen yang kuat dari pemerintah dan Lembaga Keuangan lainnya melalui pemberian pinjaman dan bantuan modal baik dalam bentuk Finansial (fisik) maupun sosial dan aksesbilitas mendapatkan modal. Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran pemerintah untuk melaksanakan perkuatan di bidang permodalan. Belum terlihatnya pengaruh nyata dari intervensi pemerintah tersebut diduga dikarenakan sangat kecilnya dana-dana pemerintah yang disalurkan dibandingkan dengan besarnya jumlah UMKM yang membutuhkannya serta untuk meningkatkan nilai tambah produk. Kondisi rill yang ditunjukan oleh hampir seluruh Kabupaten/ Kota di Indonesia menggambarkan bahwa kegitan usah kecil yang hampir seluruhnya berada di Kabupaten selalu dilanda fenomena sulit berkembang dikarenakan banyaknya masalah yang mereka hadapi, mulai dari permasalahan ketersediaan modal dan tingkat kemampuan SDM pekerja yang relatif kurang memadai. Kabupaten langkat merupakan salah satu daerah yang sebenarnya memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik akan tetapi realita seperti masih rendah nya pendapatan yang diperoleh oleh para pelaku usaha Mikro dan kecil di Kecamatan se Kabupaten Langkat masih banyak di jumpai, Khusunya para pelaku usah kecil yang tersebar di sekitar Ibukota Kabupaten Langkat. Hal ini sangat dimungkinkan terjadi karena pelaku usaha kecil yang di dominasi oleh keluarga masih belum menggunakan teknologi yang efisien dan efektif sehingga produk yang dihasilkan pun belum dapat mengimbangi produk – produk yang dihasilkan oleh sektor usaha besar ataupun menengah. Dengan kata lain keberadaanya dalam menghadapi persaingan di era pasar bebas masih menjadi tanda tanya besar (Salman, 2009). Namun Pengusaha Industri Kecil di Kabupaten Langkat terbukti masih banyak yang bertahan dalam kondisi krisis, hal tersebut sebagai bukti ketahanan Para pengusaha Industri Kecil yang perlu dikedepankan sebagai penggerak ekonomi utama. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya dan dukungan dari pemerintah Kabupaten Langkat dalam mengembangkan Para pengusaha Industri Kecil. Namun salah satu masalah utama dalam peningkatan pendapatan Pengusaha Industri Kecil dan meningkatkan nilai tambah dari suatu produk yang dimiliki oleh UMKM yaitu kekurangan Modal, skill, tenaga kerja, di samping peralatan atau teknologi dan juga pemasaran. Sehingga muncul pertanyaan yang paling esensial dari dampak permasalahan tersebut yaitu bagaimana sektor Industri Kecil di Kabupaten Langat dalam negeri dapat didorong menjadi sektor industri berskala besar, sehingga memberikan tingkat
Volume 1
No. 4
November 2013
55
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
pendapatan masyarakat yang tinggi pula. Pemerintah Kabupaten Langkat telah melakukan berbagai upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi perekonomian. Pembahasan tentang masalah pertumbuhan ekonomi dalam skala makro terkait erat dengan upaya pengembangan industri kecil. Sebagai salah satu agen pertumbuhan ekonomi, UMKM dinilai mempunyai potensi untuk memiliki kontribusi yang besar karena ketahanannya terhadap fluktuasi kondisi ekonomi. Namun demikian, di tengah banyaknya anggaran kredit yang tidak dapat disalurkan, sebagian besar UMKM terkendala pada masalah permodalan, aksesbilitas mendapatkan modal kepercayaan dari Lembaga keuangan dalam penyaluran kredit. Karena menurut Manurung dan Rahardja (2004), untuk memaksimumkan kemungkinan keberhasilan kredit, maka prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, condition dapat diterapkan dalam analisis bantuan modal. Namun karena begitu banyak kriteria yang harus di perhatikan, maka pengusaha industri kecil (UMKM) sulit mendapatkan modal baik dari Bank dan lembaga lainnya. Melihat penting nya bantuan modal baik itu dari pemerintah, bank dan swasta baik itu dalam bentuk kredit, hibah, pelatihan maupun pembinaan untuk peningkatan Nilai Tambah produk dan kesejahteraan masyarakat dalam cakupan pendapatan UMKM itu sendiri. B. MASALAH PENELITIAN Berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Aksesibilitas mendapatkan modal, Kepercayaan mendapatkan modal, dan Norma / Etika mendapatkan modal berpengaruh terhadap Modal sosial? 2. Apakah Hasil Produksi, SDM (tenaga kerja), Teknologi,Lama usaha dan Bahan Baku berpengaruh terhadap Nilai Tambah Produk UMKM? 3. Apakah Pendapatan, kesehatan dan pendidikan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat? 4. Apakah Modal Sosial berpengaruh terhadap Nilai Tambah produk UMKM? 5. Apakah Nilai tambah produk UMKM berpengaruh terhadap kesejateraan masyarakat? 6. Apakah Modal Sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat? 7. Apakah Modal Sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat melalui Nilai Tambah Produk UMKM? C. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di lakukan di 23 kecamatan di Kabupaten Langkat yaitu: Babalan bahorok, Batang Serangan, Besitang, Binjai, Brandan, Gebang, Hinai, Kuala, Kutam baru, Padang Tualang, Pangkalan Susu, Pematang Jaya, Salapian, Sawit Seberang, Secanggang, Sei Bingei, Sei Lepan, Selesai, Serapit, Stabat, Tanjug Pura, dan Wampu. Objek penelitian ini adalah Pelaku UKM yang memproduksi produk yang bernilai tambah seperti Tahu dan Tempe, nata de coco, Dodol dan lain – lain. Waktu Penelitian ini dilaksanakan 3 bulan yang akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2013. Variabel penelitian
Volume 1
No. 4
November 2013
56
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (Independen) adalah Modal (a) , dan memiliki 3 indikator yaitu Aksesbilitas Mendapat Modal (a1), Kepercayaan mendapat modal (a2). Variabel terikat (Dependen) Nilai Tambah Produk UKM (b) dengan indikator yaitu hasil produksi (b1), SDM (tenaga kerja) (b2), Teknologi (b3), lama usaha (b4) , dan bahan baku (b5) sekaligus juga merupakan Variabel intervening yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain dan juga dipengaruhi oleh variabel yang lainnya .Variabel dependent selanjutnya adalah Kesejahteraan masyarakat (c) dengan indikator yaitu Pendapatan (c1) Kesehatan (c2) dan Pendidikan (c3). Kerangka penelitian adalah sebagai berikut:
D. PEMBAHASAN Uji Kecocokan Model Berdasarkan hasil uji kecocokan mutlak diperoleh rasio atau nilai CMIN/df = 1,192 nilai ini berada dibawah 2 yang berarti bahwa model tersebut baik, nilai RMSEA = 0,022, ini berarti model tersebut adalah good fit. Berdasarkan uji kecocokan incremental diperoleh nilai NFI = 0,775, ini berarti model tersebut marginal fit, nilai RFI = 0,637, ini berarti model adalah marginal fit, nilai IFI = 0,955, ini berarti model adalah good fit, nilai TLI = 0,915, ini berarti model adalah good fit, nilai CFI = 0,947, ini berarti model adalah good fit. Dari hasil uji kecocokan parsimony diperoleh nilai PNFI = 0,4814, ini berarti model tersebut memiliki kecocokan yang baik. Nilai PCFI = 0,588 juga menunjukkan model tersebut memiliki kecocokan yang baik. Nilai AIC = 120,9, nilai ini lebih kecil dari nilai saturated model dan independence model maka
Volume 1
No. 4
November 2013
57
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
menunjukkan model tersebut memiliki kecocokan yang baik. ECVI juga memiliki nilai yang lebih rendah dari saturated model dan independence model yaitu 0,30, ini menunjukkan model tersebut memiliki kecocokan yang baik. HOELTER memiliki nilai 465, lebih besar dari 200,ini menunjukkan model fit dengan data yang ada. Uji Hipotesis 1 Hipotesis penelitian ini dinyatakan sebagai berikut : H1: Terdapat pengaruh positif Aksesibilitas mendapatkan modal, Kepercayaan mendapatkan modal dan norma /etika dalam mendapatkan modal terhadap Modal Sosial.
Berdasarkan hasil Tampilan output Regression Weight pada bagian Estimate, menunjukkan kovarians antara variabel laten dengan indikatornya. Jika nilai probability (P)<0,1 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari Tabel diatas, terlihat semua nilai positif. Hal ini menunjukkan angka P adalah jauh dibawah 0,1. karena itu H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti semua indikator dapat menjelaskan konstruk yang ada. Dari Tabel dapat diketahui bahwa aksesbilitas mendapatkan modal berpengaruh positif signifikan terhadap Modal sosial dengan nilai 0.329, Kepercayaan Mendapatkan Modal berpengaruh sifnifikan Terhadap Modal Sosial dengan nilai 0.886, dan selanjutnya adalah norma /etika berpengaruh positif signifikan terhadap modal sosial dengan nilai 0.632 . Hal ini sesuai dengan teori (ridell ,1997 dalam Suharto, 2007) bahwasanya modal sosial dipengaruhi oleh 3 indikator yaitu yaitu kepercayaan (trust), Norma (norms ), dan aksesibilitas (jaringan). Hasil Uji Kecocokan Mutlak variabel Modal Sosial Tabel Hasil Uji Kecocokan Mutlak variabel Modal Sosial
Volume 1
No. 4
November 2013
58
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Hasil uji chi square menunjukan bahwa model tudak fit yitu dengan nilai 22.662 dengan probabilitas 0.00. Begitu juga dengan criteria fit yang lainnya masih dibawah yang direkomendasikan Uji Kecocokan Incremental variabel Modal Sosial Tabel Hasil Uji Kecocokan Incremental variabel Modal Sosial
Uji Kecocokan Parsimoni variabel Modal Sosial Tabel Hasil Uji Kecocokan Incremental variabel Modal Sosial
Volume 1
No. 4
November 2013
59
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Uji Hipotesis 2 H2 = Terdapat pengaruh positif Hasil Produksi, tenaga kerja, Teknologi, Lama usaha dan Bahan Baku terhadap Nilai Tambah Produk UMKM. Tabel Uji Hipotesis 2
Berdasarkan hasil Tampilan output Regression Weight pada bagian Estimate, menunjukkan kovarians antara variabel laten dengan indikatornya. Jika nilai probability (P)<0,1 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari Tabel diatas, terlihat semua nilai positif. Hal ini menunjukkan angka P adalah jauh dibawah 0,1. karena itu H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti semua indikator dapat menjelaskan konstruk yang ada. Dari Tabel dapat diketahui bahwa hasil produksi berpengaruh positif signifikan terhadap nilai Tambah Produk UMKM dengan nilai 0.990, Tenaga kerja berpengaruh sifnifikan Terhadap NIlai Tambah Produk UMKM dengan nilai 0.401, dan selanjutnya adalah Teknologi berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Tambah Produk UMKM dengan nilai 0.992 .Lalu Lama usaha juga berpengaruh positif signifikan terhadap nilai tambah produk UMKM dengan nilai 0.804dan terakhir adalah bahan baku juga berpengaruh positif signifikan terhadap nilai tambah produk UMKM Hal ini sesuai dengan jurnal Herlina Tarigan (2002), bahwasanya nilai tambah adalah Nilai tambah = f (K,B,T,U,Ho,Hb,L) • K = Kapasitas produksi • B = Bahan baku yang digunakan • T = Tenaga kerja yang digunakan • U = Upah tenaga kerja • Ho = Harga output • Hb = Harga bahan baku • L = Nilai input lain Hasil Uji Kecocokan Mutlak variabel Nilai Tambah Produk UMKM Tabel Hasil Uji Kecocokan Mutlak variabel Nilai Tambah Produk UMKM
Volume 1
No. 4
November 2013
60
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Hasil Uji Kecocokan Parsimoni variabel Nilai Tambah Produk UMKM Tabel. 4.7.3.3 Hasil Uji Kecocokan Parsimoni variabel Nilai Tambah Produk UMKM
Uji Hipotesis 3 H3 = Terdapat Pengaruh positif Pendidikan, Pendapatan dan Kesehatan terhadap kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil Tampilan output Regression Weight pada bagian Estimate, menunjukkan kovarians antara variabel laten dengan indikatornya. Jika nilai probability (P)<0,1 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Dari Tabel diatas, terlihat semua nilai positif. Hal ini menunjukkan angka P adalah jauh dibawah 0,1. karena itu H1 diterima dan H0 ditolak. Hal ini berarti semua indikator dapat menjelaskan konstruk yang ada. Dari Tabel dapat diketahui bahwa Pendapat berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dengan nilai 1.098, Kesehatan berpengaruh positif signifikan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dengan nilai 0.671, dan selanjutnya Pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap kesejahteraan Masyarakat dengan nilai 0.304. Hal ini sesuai
Volume 1
No. 4
November 2013
61
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dengan pendapat Kamerman dan Kahn (1979) yang menjelaskan 6 komponen atau subsistem dan kesejahteraan sosial, yaitu : (1) pendidikan, (2) kesehatan, (3) pemeliharaan penghasilan, (4) pelayanan kerja, (5) perumahan, (6) pelayanan sosial personal. Dalam pola dasar kesejahteraan sosial (Balatbangsos, 2005), bahwa hakikat pembangunan kesejahteraan sosial adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan sosial perorangan, kelompok, dan komunitas masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap orang mampu mengambil peran dan menjalankan fungsinya dalam kehidupan. Uji Hipotesis 4 H4 = Terdapat Pengaruh positif Modal sosial terhadap Nilai Tambah produk UMKM. Berdasarkan hasil hipotesis penelitian diperoleh bahwa Modal Sosial, berpengaruh kepada Nilai Tambah Produk UMKM . Hal ini dapat dilihat dari hasil regression weights Modal sosial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dengan nilai 3.03, dari hasil variances modal sosial juga memiliki nilai ≥ 0,5 yaitu 0,702, serta didukung oleh nilai p ≤ 0,1. Hal ini berarti Modal Sosial memiliki pengaruh yang signifikan bagi terciptanya Nilai Tambah Produk UMKM. Modal Sosial dalam hal ini meliputi Aksesbilitas mendapatkan modal, Kepercayaan mendapatkan modal, dan norma atau etika dalam mendapatkan modal bantuan, UMKM memiliki pengetahuan yang baik, tanggap tentang bagaimana memperoleh bantuan modal dilihat dari sisi aspek modal sosial, untuk meningkatkan nilai tambah produk nya . Modal sosial adalah salah satu bagian yang penting dalam menciptakan Nilai tambah produk, sebab tidak hanya modal kerja dan modal usaha yang diperlukan UMKM untuk meningkatkan nilai tambah produk nya tetapi modal sosial jug adiperlukan dalam meningkatkan nilai tambah produk UMKM . Hasil ini mendukung penelitian sebelumnya Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setijaningrum (2001), Dengan adanya modal sosial pedagang kaki lima telah berhasil melakukan pembinaan terhadap anggotanya, ditunjukkan dengan a) Adanya rasa aman dan tenteram dalarn menjalankan usahanya, b) Kesulitan modal bisa diatasi melalui pinjaman koperasi dan bank; d) Peningkatan pendapatan Pengetahuan dan pemahaman tentang Peraturan Daerah; g) Keahlian dalam menjalankan usaha; dan h) Munculnya rasa solidaritas Menurut pendapat Marfai (2005), menyatakan bahwa Usaha kecil sebagai bentuk kegiatan perekonomian kecil yang mampu bertahan di tengah sulitnya perekonomian Indonesia menandakan berperannya modal sosial (social capital) dalam perekonomian masyarakat. Kenapa disebut modal sosial, karena untuk memulai kegiatan usaha kecil dan mikro biasanya dimulai dari informasi kerabat, teman, tetangga atau keluarga yang telah berusaha sebelumnya. Mereka saling membantu dalam permodalan, suplai bahan baku, tempat tinggal dan informasi, seperti informasi tempat usaha, pinjaman modal ,tempat kulak dan lain sebagainya. Dalam taraf ini UMKM telah mampu memberikan simbol bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Menurut Pendapat (Fukuyama, 1995). Human kapital secara konvensional merupaka sesuatu yang diperoleh dari pendidikan pada universitas, jenjang pendidikan, pelatihan dan sebagainya yang berhubungan dengan peningkatan
Volume 1
No. 4
November 2013
62
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
kapasitas. Sedangkan modal sosial merupakan kapabilitas yang lahir dari kepercayaan masyarakat umum atau kelompok kelompok kecil, untuk menunjang peroses kehidupan baik ekonomi maupun non ekonomi. Dalam aspek ekonomi modal sosial merupakan aktifitas non pasar yang berimplikasi langsung terhadap proses ekonomi yakni peningkatnya income real (Filer, 1985). Uji Hipotesis 5 H5 = Terdapat Pengaruh positif kesejahteraan masyarakat
Nilai Tambah Produk UMKM terhadap
Nilai Tambah Produk UMKM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dengan nilai 0.810 dan hasil variances harga memiliki nilai diatas 0,5 yaitu 0,702, maka dengan ini hipotesis kelima diterima yaitu Nilai Tambah Produk UMKM berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan masyarakat. Dengan nilai p dibawah 0,1 menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara faktor diatas. Nilai tambah produk UMKM juga memiliki variances indikator yang mendukung dengan nilai diatas 0,5, hal ini berarti adanya hubungan yang erat antara masing-masing indikator dengan variabel Nilai Tambah Produk UMKM. Nilai tambah Produk UMKM meliputi hasil produksi, tenaga kerja, teknologi, lama usaha, dan bahan baku. Nilai Tambah Produk UMKM merupakan salah satu unsur proses yang penting dan turut mempengaruhi Kesejahteraan masyarakat dalam hal ini adalah pendapatan, kesehatan dan pendidikan bagi pelaku UMKM itu sendiri . Merujuk dari penelitian terdahulu rahmawaty (2008) bahwasanya variabel biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, modal, biaya promosi, manajemen, birokrasi, infrastruktur dan kemitraan bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan.menurut (Soekatawi(b), 1999). Dalam beberapa peranan pengolahan hasil baik pengolahan hasil pertanian maupun penunjang dapat meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, mampu menyerap banyaknya tenaga kerja, meningkatkan devisa negara, dan mendorong tumbuhnya industri lain Dengan demikian merujuk kepada bebrapa penelitian terdahulu dapat dikatakan variabel nilai Tambah produk UMKM berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat Uji Hipotesis 6 H6 = Terdapat pengaruh positif Modal sosial terhadap kesejahteraan masyarakat Berdasarkan hasil hipotesis penelitian diperoleh bahwa factor modal sosial berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Kesejahteraan mayarakat. Hal ini dapat dilihat dari hasil regression weights faktor emosional memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dengan nilai 2.92 ≥ 0,5 yaitu 0,952 serta didukung oleh nilai p ≤ 0,1. Hal ini berarti faktor emosional memiliki pengaruh yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Menurut Bank Dunia (1999) meyakini modal sosial adalah sebagai sesuatu yang merujuk kedimensi institusional, hubungan-hubungan yang tercipta, dan norma-norma yang membentuk kualitas serta kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Modal sosial bukanlah sekedar deretan jumlah institusi atau kelompok yang menopang kehidupan sosial, melainkan dengan spektrum yang lebih luas. Yaitu sebagai perekat yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Norma
Volume 1
No. 4
November 2013
63
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
norma yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat berperan serta dalam proses ekonomi, aspek kepercayaan mendasari terciptanya sebuah sistem ekonomi yang kokoh, kepercayaan (trust) merupakan hal mendasar dalam ekonomi. Menurut (Fukuyama, 1995). Modal sosial merupakan kapabilitas yang lahir dari kepercayaan masyarakat umum atau kelompok kelompok kecil, untuk menunjang peroses kehidupan baik ekonomi maupun non ekonomi. Menurut Filer, 1985, Dalam aspek ekonomi modal sosial merupakan aktifitas non pasar yang berimplikasi langsung terhadap proses ekonomi yakni peningkatnya income real. Uji Hipotesis 7 H7 = Terdapat Pengaruh Positif Modal Sosial Terhadap Kesejahteraan Masyarakat secara tidak langsung melalui Nilai Tambah Produk UMKM Berdasarkan hasil hipotesis penelitian diperoleh bahwa modal sosial berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat melalui nilai tambah roduk UMKM. Hal ini dapat dilihat dari hasil regression weights lokasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dengan nilai 1.59 + 0.77 dari hasil variances juga memiliki nilai ≥ 0,5 yaitu 0,880, serta didukung oleh nilai p ≤ 0,1. Hal ini berarti modal sosial memiliki pengaruh yang bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan (Fukuyama, 1995). Modal sosial merupakan kapabilitas yang lahir dari kepercayaan masyarakat umum atau kelompok kelompok kecil, untuk menunjang peroses kehidupan baik ekonomi maupun non ekonomi. Menurut (Filer, 1985), Dalam aspek ekonomi modal sosial merupakan aktifitas non pasar yang berimplikasi langsung terhadap proses ekonomi yakni peningkatnya income real.Peningkatan income real dalam garis besar pastilah yaitu kesejahteraan masyarakat meliputi Pendapatan, Kesehatan dan pendidikan, Nilai Tambah Produk UMKM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dengan nilai 0.770 dan hasil variances memiliki nilai diatas 0,5 yaitu 0,702, maka dengan ini hipotesis Ketujuh diterima yaitu Modal Sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan masyarakat melalui nilai Tambah Produk UMKM . Dengan nilai p dibawah 0,1 menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara faktor diatas. Nilai tambah produk UMKM juga memiliki variances indikator yang mendukung dengan nilai diatas 0,5, hal ini berarti adanya hubungan yang erat antara masing-masing indikator dengan variabel Nilai Tambah Produk UMKM. Nilai tambah Produk UMKM meliputi hasil produksi, tenaga kerja, teknologi, lama usaha, dan bahan baku. Nilai Tambah Produk UMKM merupakan salah satu unsur proses yang penting dan turut mempengaruhi Kesejahteraan masyarakat dalam hal ini adalah pendapatan, kesehatan dan pendidikan bagi pelaku UMKM itu sendiri . Merujuk dari penelitian terdahulu rahmawaty (2008) bahwasanya variabel biaya bahan baku, biaya tenaga kerja , modal, biaya promosi, manajemen, birokrasi, infrastruktur dan kemitraan bersama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan.menurut (Soekatawi(b), 1999). Dalam beberapa peranan pengolahan hasil baik pengolahan hasil pertanian maupun penunjang dapat meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis, mampu menyerap banyaknya tenaga kerja, meningkatkan devisa negara, dan mendorong tumbuhnya industri lain Dengan demikian merujuk kepada bebrapa penelitian terdahulu dapat dikatakan variabel nilai Tambah produk UMKM berpengaruh secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.
Volume 1
No. 4
November 2013
64
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
G. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap data yang dikumpulkan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan berikut ini : 1. Hasil pengujian dengan independent samples T-test mengungkapkan bukti empirik yang mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa jelas variabel Modal sosial dengan indicator Aksesbilitas, Kepercayaan, Norma/ etika berpengaruh terhadap Nilai Tambah Produk UMKM dengan variabel yaitu Hasil Produksi, Tenaga Kerja, Teknologi, Lama usaha dan bahan baku dan kesejahteraan masyrakat yang meliputi indicator yaitu Pendapata, Kesehatan dan Pendidikan Ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan pada awal penelitian. Berdasarkan nilai mean masing-masing kelompok sampel, secara keseluruhan disimpulkan bahwa semua variabel eksogen mempunyai persepsi yang baik terhadap variabel endogen . 2. Pada hipotesis ketiga mengenai pengaruh Modal sosial terhadap Kesejahteraan masyarakat juga disimpulkan bahwa variabel tersebut berpengaruh secara positif namaun tidak signifikan 3. Dari ketiga Variabel yang di analisis ternyata variabel Nilai tambah Produk UMKM memiliki nilai pengaruh yang paling besar yaitu dengan nilai 0,945 daripada kedua variabel lainnya 4. Dari hasil penelitian yang ditunjukkan pada bab sebelumnya, dapat juga disimpulkan bahwa secara keseluruhan antara Modal sosial , Nilai Tambah Produk UMKM dan Kesejahteraan Masyarakat bepengaruh positif dan tidak berbeda dengan teori dan penelitian sebelumnya . Selanjutnya peneliti berharap bahwa analisis ini dapat menjadi bahan masukan kepada pemerintah dan lembaga keuangan lainnya untuk dapat membuat kebijakan – kebijakan yang ditujukan untuk peningkatan kualitas UMKM di Kabupaten Langkat . Dan Pemerintah dapat mengucurkan bantuan –bantuan modal kepada UMKM agar dapat semakin meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Langkat Khususnya dan Masyarakat pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Burt,
RS.(1992) Structural Holes: “The Social Structure Competition.Massachusetts”: Edward Elgar Publishing Limited.
of
Coleman, J, 1990). “Foundations of Social Theory”. Cambridge Mass: Harvard University Press.--------------. (1999). “Social Capital in the Creation of Human Capital”. Cambridge Mass:Harvard University Press. Cox, Eva. (1995). “A Truly Civil Society”. Sydney:ABC Boook. Iman Pirman Hidayat, Adi Ridwan Fadillah, (2009) Tesis, “Pengaruh Penyaluran Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (Umkm) Dan Pendapatan Operasional Terhadap Laba Operasional”.
Volume 1
No. 4
November 2013
65
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 Manurung, Mandala dan Prathama, Rahardja. (2004), “Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter” Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; Jakarta. Fukuyama F. 1995. Trust: “The Social Virtues and The Creation of Prosperity”. New York: Free Press. Hardono. (2004). “Faktor-Faktor yang Menghambat Bisnis Ekspor UKM”. Makalah dalam Diskusi Panel Pengembangan UKM dalam Kegiatan Ekspor, Jakarta. Prabowo, Dibyo. (2004): “Developent of Small and Medium-sized Enterprise, makalah seminar The Tokyo seminar on Indonesia “ , Tokyo Jepang. Putnam, Robert D, (1993), “The Prosperous Community: Sosial Capital and Public Llifeî”, TAP _________________, ìMaking Democracy work: Civic Tradition in Modern Italyî, Princeton University Press. Pohan, sarbini (2011),“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Perusahaan-Perusahaan di Kawasan Industri Medan” USU Ravik, Karsidi, (2007) “Jurnal Penyuluhan Pemberdayaan Masyarakat Untuk Usaha Kecil Dan Mikro”, Pengalaman Empiris di Wilayah Surakarta Jawa Tengah, Vol. 3 No.2. Salman, H. (2009), Tesis “ Analisis Determinan Pendapatan Usaha kecil Di Kabupaten Langkat” Salvatore, Dominick (2006),” Mikroekonomi”, Edisi Keempat Jakarta: Erlangga Suharto, Edy (2007). “Modal Sosial dan Kebijakan Publik”. pdf Sukirno, Sadono (2005), “Pengantar Mikro Ekonomi”, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Winardi, (1995), “Teori Struktur Modal”, Jurnal Manajemen.
Volume 1
No. 4
November 2013
66
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI DAERAH IRIGASI SUNGAI ULAR (Studi Kasus di Balai Wilayah Sungai Sumatera II, Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Di Daerah Irigasi Sungai Ular)
Dedy Setiawan Ritonga, Chairul Muluk, Syahrizal Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Impact of irrigation performance deterioration is direct and indirect. The direct impact is the decline in productivity, a decrease in the intensity of cropping, and increased risk of farming. Indirect impact is weakening commitment to maintain ecosystem rice farmers due to poor performance of irrigation resulted in less favorable land for rice farming. This study aims to analyze the factors that affect operating performance improvement and maintenance of irrigation networks in the Sungai Ular irrigation area. Hypothesis testing using the F test and t test, whereas for analyzing the data, which is used is multiple regression analysis. The results showed that based on the results of multiple regression analysis obtained by the equation: Y = X1 0323 +0122 +0178 +0031 X2 X3 X4 +0345 +0168 +0023 X5 X6 X7 +0013. Based on statistical data analysis, the indicators in this research is valid and variables are reliable. Individual sequence of each of the most influential variable is the variable institutional conditions P3A with regression coefficient of 0.323. Hypothesis testing using t-test showed that the independent variables in the seventh proved to be significantly careful mempengaruhui dependent variable. Then through the F test to note that the independent variable is indeed feasible to test the dependent variable. Figures Adjusted R Square of 0.802 indicates that 80.2% of the dependent variable can be explained by the seven independent variables in the regression equation. While the remaining 19.8% is explained by other variables outside the seven variables used in this study. Keywords : Improved operating performance and maintenance of irrigation networks, Multiple Regression Analysis A. PENDAHULUAN Berdasarkan Ketentuan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Irigasi sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2001 tentang irigasi, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi ditetapkan. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Visi Balai Wilayah Sungai Sumatera II adalah Sumber daya air dikelola
Volume 1
No. 4
November 2013
67
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat (pasal 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air). Misi Balai Wilayah Sungai Sumatera II adalah konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air (penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan), pengendalian dan penanggulangan daya rusak air, pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah, peningkatan ketersediaan dan keterbukaan data dan informasi sumber daya air. Operasi jaringan irigasi merupakan upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya, termasuk kegiatan membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi. Daerah Irigasi Sungai Ular merupakan gabungan dari sembilan daerah irigasi yang luas masing-masing mulai dari 520 ha sampai 5.920 ha, sehingga total menjadi 18.500 ha. Empat (4) daerah irigasi berada disebelah kiri sungai Ular, masuk wilayah kabupaten Deli Serdang, dan lima (5) daerah irigasi lainnya berada disebelah kanan Sungai Ular masuk wilayah kabupaten Serdang Bedagai. Dampak kemunduran kinerja irigasi bersifat langsung dan tidak langsung. Dampak langsung adalah turunnya produktivitas, turunnya intensitas tanam, dan meningkatnya risiko usahatani. Dampak tidak langsung adalah melemahnya komitmen petani untuk mempertahankan ekosistem sawah karena buruknya kinerja irigasi mengakibatkan lahan tersebut kurang kondusif untuk usahatani padi. Dari data sekunder yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II, hasil inventarisasi PT. Kreasi Cipta Konsultan mengenai kondisi jaringan irigasi sesuai PAI (Pegelolaan Asset Iirgasi) tahun 2010 diketahui kondisi dan fungsi jaringan irigasi daerah irigasi Sungai Ular yang dalam kondisi Baik 78,51 %, kondisi Rusak Ringan 11,43 %, dan kondisi Rusak Sedang adalah 10,06 % sedangkan fungsi dari jaringan irigasi pada daerah irigasi Sungai Ular yang dalam fungsi Baik 78,34 %, fungsi Kurang 11,85 %, dan fungsi buruk adalah 9,81 % Serta kondisi kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) petugas operasi pemeliharaan sangat terbatas dan belum memadai dibandingkan dengan jumlah prasana yang telah dibangun.
Volume 1
No. 4
November 2013
68
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Data ini menggambarkan fungsi jaringan irigasi di Daerah Irigasi Sungai Ular adalah 73,46 sedangkan menurut PERMEN PU No. 32/PRT/M/2007 indeks kinerja sistem irigasi optimum adalah 77,75 sehingga dapat dikatakan kinerja sistem irigasi di Sei Ular masih belum optimum. Dalam penelitian ini akan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular. Sehingga akan dapat dilihat bagaimana kinerja operasi dan pemeliharaan saluran irigasi yang ada saat ini dan bagaimana cara meningkatkan kinerja operasi dan pemeliharaan irigasi daerah irigasi Sungai Ular dalam upaya melestarikan fungsi jaringan irigasi untuk B. LANDASAN TEORI 1. Kondisi Jaringan Irigasi Puslitbang Sumber Daya Air (2003) menyatakan bahwa kriteria kondisi fisik jaringan irigasi dibedakan menjadi 3 (tiga) klasifikasi sebagai berikut : 1. Klasifikasi baik (mantap) dengan indikator tingkat fungsi pelayanan jaringan irigasi > 70 %. 2. Klasifikasi cukup (kurang mantap) dengan indikator tingkat fungsi pelayanan jaringan irigasi 50 % - 70 %. 3. Klasifikasi buruk (kritis) dengan indikator tingkat fungsi pelayanan jaringan irigasi < 50 %. Kinerja jaringan irigasi dipengaruhi oleh kondisi fisik bangunan, fungsi bangunan, faktor kepentingan dalam pengelolaan jaringan irigasi yang berpengaruh terhadap luas bangunan yang terairi dan berdampak pada hasil produksi.
Volume 1
No. 4
November 2013
69
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
2. Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Terpeliharanya dan berfungsinya jaringan irigasi dengan baik tidak semata mata ditentukan oleh tercukupinya biaya Operasi dan Pemeliharaan tetapi juga sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku masyarakat setempat serta tingkat pengetahuan dan keterampilan petani dalam pemanfaatannya. Besarnya kontribusi hasil pertanian terhadap pendapatan petani dan keluarganya, juga berpengaruh pada pemeliharaan sarana pertanian termasuk sarana irigasi. Semakin besar kontribusi hasil pertanian terhadap pendapatan petani maka ketergantungan petani akan hasil pertanian semakin tinggi, dan karenanya perhatian akan lebih banyak diberikan pada upaya untuk tetap terpeliharanya fungsi sarana irigasi. Semakin maju budaya dan semakin tinggi pengetahuan dan keterampilan masyarakat maka jaringan irigasi sebagai salah satu sarana pertanian yang telah tersedia, dapat dimanfaatkan dan berfungsi dengan lebih baik. Introduksi teknologi yang baru termasuk penambahan sarana pertanian yang baru belum memberikan jaminan untuk terjadinya peningkatan dan perbaikan sistem usahatani pada suatu lingkungan pertanian apalagi jika petaninya belum dipersiapkan sebelumnya. Karena itu meningkatkan pengetahuan dan keterapilan petani setempat terutama dalam hal penguasaan teknik dan ilmu bercocok tanam dan pemanfaatan air irigasi, adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk terpeliharanya dan termanfaatkannya jaringan irigasi yang ada oleh petani. 3. Rencana Operasi Untuk memfungsikan dan mengoptimalkan suatu daerah irigasi perlu kegiatan perencanaan operasi sebagai pegangan (tolak ukur) dalam pelaksanaan pengoperasian. Kegiatan dalam perencanaan operasi, meliputi : a. Memperkirakan debit air yang tersedia b. Menghitung kebutuhan air total berdasarkan luas tanaman, pola tanam dan kebutuhan air di petak sawah/lahan usaha tani. c. Menghitung atau mencocokkan usulan kelompok tani dengan debit tersedia yang ada dan mengalokasikan air. Mengalokasikan pembagian air yang tersedia erat kaitannya dengan kebutuhan air untuk tanaman, curah hujan efektif, luas rencana tanam, jadwal tanam dan efisiensi irigasi, berikut jadwal pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan pengeringan saluran. Penyesuaian rencana operasi merupakan hal yang sukar kerana memerlukan banyak tenaga dan waktu terutama pada daerah irigasi berskala besar dengan jaringan distribusi yang sederhana cukup dengan mengadakan pertemuan untuk memberitahukan kepada petani tentang ketersediaan dan jadwal pembagian air. Kesukaran dan kemudian suatu proses rencana operasi tergantung pada skala besar kecilnya jaringan distribusi air serta cakupan permintaan dan ketersedian air. Rencana operasi sangat penting terutama pada waktu kekurangan
Volume 1
No. 4
November 2013
70
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
air di musim tanam karena pada saat tersebut diperlukan pembagaian air yang adil dan merata. 3. Pelaksanaan Operasi Jaringan Irigasi Rencana tanam defenitif sebagai hasil perpaduan usulan petani dengan debit tersedia dan merupakan rencana tanam yang akan dilaksanakan di lapangan, menjadi pengangan pokok dalam pelaksanaan operasi. Dalam pelaksanaan di lapangan pemberian air ke petak tersier dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Terus-menerus (proposal pada kondisi debit puncak dan debit berubah). b. Giliran (berselang pada kondisi debit tetap) 4. Pemeliharaan Jaringan Irigasi Pemeliharaan yang baik merupakan persyaratan utama untuk pengoperasian jaringan irigasi yang efisien karena, mengurangi efisiensi jaringan dapat menyebabkan rehabilitasi besar-besaran. Dengan demikian, tujuan dari pemeliharaan, adalah : a. Menjaga agar jaringan irigasi dapat beroperasi sepanjang waktu. b. Menciptakan pemakaian maksimum dari seluruh fasilitas jaringan melalui pemeliharaan dan perbaikan yang cukup. c. Menjaga agar umur dan manfaat dari jaringan tercapai tanpa rehabilitasi besar-besaran. d. Menjaga agar sasaran pembangunan jaringan tercapai dengan biaya yang rendah. Di antara faktor yang menyebabkan buruknya pemeliharaan jaringan irigasi, adalah: a. Biaya pemeliharaan tidak cukup datang tidak tepat waktu. b. Tidak adanya rasa memiliki terhadap jaringan tersier. c. Organisasi yang bertanggung jawab tidak tertatat dengan baik. Faktor yang paling penting adalah biaya tidak cukup atau datang tidak tepat waktu. Petani seharusnya bertanggung jawab terhadap jaringan tersier. Jika petani tidak aktif memperbaiki jaringan tersier termasuk drainase tersier maka pembagian air yang direncanakana tidak akan tercapai sehingga menurunkan efisiensi jaringan. 4. Survey Pemeliharaan dan Pengamanan Jaringan Irigasi Inventarisasi keadaan jaringan pada seluruh fasilitas jaringan sangat penting untuk menyiapkan berbagai bentuk rencana pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan dan perbaikan yang telah dilaksanakan harus tersimpan dengan baik. Kegiatan-kegiatan di waktu lampau akan merupakan informasi yang berguna untuk mengidentifikasi masalah yang ada serta diikuti analisis dan penetapan perbaikan yang diperlukan.
Volume 1
No. 4
November 2013
71
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Dalam rangka pemeliharaan, semua gambar dan peta harus tersedia. Peta menunjukkan batas-batas daerah irigasi, jalan inspeksi dan jalan penghubung serta jaringan irigasi dan jaringan pembuang. Selain itu, gambar bangunan harus jelas dan lengkap dengan gambar potongan dan denah. Pengamanan jaringan irigasi adalah upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air, hewan, atau oleh manusia guna mempertahankan fungsi jaringan irigasi. Kegiatan ini harus dilakukan terus menerus oleh dinas irigasi, anggota/pengurus P3A/GP3A dan seluruh masyarakat setempat. Setiap kegiatan yang dapat membahayakan atau merusak jaringan irigasi dilakukan tindakan pencegahan berupa pemasangan papan larangan, papan peringatan atau perangkat pengaman lainnya. Kegiatan yang dapat merusak jaringan irigasi yang dapat terjadi antara lain : 1. Penggalian atau pengambilan pasir dan tanah di sekitar hulu bendung 2. Masih banyak hewan ternak yang dimandikan di saluran skunder 3. Adanya bangunan yang berdiri di dalam garis sempadan saluran 4. Adanya pohon atau tanaman keras yang ditanam di tanggul saluran irigasi 5. Bentuk pemeliharaan Bentuk pekerjaan pemeliharaan, terdiri dari : a. Pemeliharaan rutin. Pemeliharaan sehari-hari terhadap jaringan irigasi dan drainase disebut pemeliharaan rutin. Pekerjaan seperti ini cukup dikerjakan oleh petugas setempat, seperti : perbaikan kecil saluran dan bangunan, membersihkan peralatan ukur, membuang sampah terapung pada saluran dan memberikan pelumas pada pintu. b. Pemeliharaan berkala. Pemeliharaan berkala maksudnya adalah pemeliharaan terhadap jaringan yang tidak menyebabkan jaringan berfungsi. Pekerjaan pemeliharaan seperti ini , misalnya : perkuatan tanggul dan bangunan, pengecatan, penggalian endapan di saluran, pemotongan rumput, dan pengecatan. Pekerjaan ini dapat dikerjakan dengan swakelola atau dikontrakkan. Tujuan pemeliharaan seperti ini adalah untuk mengembalikan fungsi saluran atau bangunan sesaui dengan perencanaan semula. c. Pemeliharaan Khusus. Maksud pekerjaan pemeliharaan khusus adalah perbaikan terhadap kerusakan besar akibat banjir atau gempa bumi. Kerusakan semacam ini tidak dapat diduga. Biar pun demikian, untuk menghindarinya dapat dilakukan tidakan perlindungan seperti pembangunan pembuatan tanggul atau banjir atau perencanaan yang memperhitungkan kekuatan gempa. Dilokasi yang demikian perlu disediakan anggaran bencana alam yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu.
Volume 1
No. 4
November 2013
72
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
5. Kinerja Perusahaan Menurut Nasution, (2008) penilaian kinerja bias didefinisikan dengan evaluasi dari hasil kerja seorang karyawan secara sistematis yang berhubungan dengan jabatannya dan potensi yang dimilikinya untuk dikembangkannya. Kinerja Jaringan irigasi merupakan suatu derajat pemenuhan fungsi dan manfaat dari jaringan irigasi sesuai dengan batasan yang direncanakan. 6. Kerangka Pemikiran Variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja dari operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular yang menjadi permasalahan yang dihadapi saat ini, antara lain: 1. Anggaran OP irigasi dari pemerintah 2. Jumlah petugas dan fasilitas pendukung 3. Organisasi personalia 4. Kondisi kelembagaan P3A 5. Kualitas koordinasi antar lembaga terkait 6. Terpenuhinya kapasitas saluran dengan kapasitas rencana. 7. Terjaganya kondisi bangunan dan saluran Dari uraian tersebut maka kerangka konseptual yang digunakan dalam proses penelitian yang dilakukan pada penulisan Geladikarya ini dapat diilustrasikan pada Gambar-1.
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan peneliti sampai melalui data yang terkumpul (Suharsimi, dikutip oleh Bayu Argi
Volume 1
No. 4
November 2013
73
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Nugroho, 2008). Berdasarkan teori yang ada, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : -
-
-
-
-
-
H1.0; Anggaran OP irigasi dari pemerintah (X1) secara positif dan signifikan terhadap kinerja dari operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular (Y). H2.0; Jumlah petugas dan fasilitas pendukung (X2) secara positif dan signifikan terhadap kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular (Y). H3.0; Organisasi personalia (X3) secara positif dan signifikan terhadap kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular (Y). H4.0; Kondisi kelembagaan P3A (X4) secara positif dan signifikan terhadap kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular (Y). H5.0; Kualitas koordinasi antar lembaga terkait (X5) secara positif dan signifikan terhadap kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular (Y). H6.0; Terpenuhinya kapasitas saluran dengan kapasitas rencana (X6) secara positif dan signifikan terhadap kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular (Y). H7.0; Terjaganya kondisi bangunan dan saluran (X7) secara positif dan signifikan terhadap kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular (Y).
C. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang didasarkan atas pertimbangan bahwa pendekatan ini dianggap relevan dengan penulis skripsi dalam memahami, suatu fenomena yang terjadi dalam suatu organisasi dengan instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner serta mengantisipasi masalah rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular. Tipe penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mencandra atau mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan suatu objek atau populasi tertentu, Sinulingga, S (2011). Kemudian melakukan analisa data dengan malakukan pengujian terhadap faktor-faktor tersebut dengan mengunakan analisa regresi. Populasi adalah obyek yang diteliti dalam hal ini pegawai yang bertugas sebagai operasi dan pemeliharaan Balai Wilayah Sungai Sumatera II melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bendung daerah irigasi Sungai Ular sebanyak 69 orang. Penentuan sampling dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Karena populasi dalam penulisan ini mempunyai anggota/unsure yang tidak homongen dan berstrata secara proporsional, sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 41 orang.
Volume 1
No. 4
November 2013
74
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji F dilakukan untuk membuktikan hipotesis awal tentang pengaruh anggaran OP irigasi dari pemerintah (X1), jumlah petugas dan fasilitas pendukung (X2), organisasi personalia (X3), kondisi kelembagaan P3A (X4), kualitas koordinasi antar lembaga terkait (X5), terpenuhinya kapasitas saluran dengan kapasitas rencana (X6) dan terjaganya kondisi bangunan dan saluran (X7) sebagai variabel bebas terhadap kinerja dari operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular (Y) sebagai variabel terikat. Nilai F hitung 3,180> F tabel 2,07 artinya signifikan. Signifikan disini berarti H1 diterima dan HO ditolak, artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh positif dan signifikan dari variabel bebas (X1,X2,X3,X4,X5,X6 dan X7) terhadap variabel terikat (Y). Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing masing variabel bebas terhadap variabel terikat, adapun hasil estimasi data penelitian adalah sebagai berikut: , kemudian di interpretasikan: a) Diketahui konstanta besarnya 0,323 dengan asumsi koefisien X1 s/d X7 bernilai konstan/tetap, maka diperoleh nilai kinerja O&P jaringan irigasi di daerah irigasi sungai ular adalah sebesar 0,323 satuan. b) Nilai koefisien anggaran O&P irigasi dari pemerintah (X1) sebesar 0.122, jika perubahan peningkatan variable anggaran O&P irigasi dari pemerintah (X1) sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positip pada nilai kinerja O&P jaringan irigasi di daerah irigasi sei ular sebesar 0.122 satuan dengan asumsi variable X2 s/d X7 besarnya tetap. c) Nilai koefisien jumlah petugas dan fasilitas pendukung (X2) sebesar 0.178, jika perubahan peningkatan variable jumlah petugas dan fasilitas pendukung (X2) sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positip pada nilai kinerja OP jaringan irigasi di daerah irigasi sei ular sebesar 0.178 satuan dengan asumsi variable (X1,X3,X4,X5,X6,X7) besarnya tetap. d) Nilai koefisien organisasi personalia (X3) sebesar 0.031, jika perubahan peningkatan variable organisasi personlia (X3) sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positip pada nilai kinerja O&P jaringan irigasi di daerah irigasi sei ular sebesar 0.031 satuan dengan asumsi variable (X1,X2,X4,X5,X6,X7) besarnya tetap. e) Nilai koefisien kondisi kelembagaan P3A (X4) sebesar 0.345, jika perubahan peningkatan peningkatan variable kondisi kelembagaan P3A (X4) sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positip pada nilai kinerja O&P jaringan irigasi di daerah irigasi sei ular sebesar 0.345 satuan dengan asumsi variable (X1,X2,X3,X5,X6,X7) besarnya tetap. f) Nilai koefisien kualitas koordinasi antar lembaga terkait (X5) sebesar 0.168, jika perubahan peningkatan variable jumlah petugas dan fasilitas pendukung (X5) sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positip pada nilai kinerja O&P jaringan irigasi di daerah irigasi sei ular sebesar 0.168 satuan dengan asumsi variable (X1,X2,X3,X4, X6,X7) besarnya tetap.
Volume 1
No. 4
November 2013
75
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
g) Nilai koefisien terpenuhinya kapasitas saluran dengan kapasitas rencana (X6) sebesar 0.023, jika perubahan peningkatan variable terpenuhinya kapasitas saluran dengan kapasitas rencana (X6) sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positip pada nilai kinerja O&P jaringan irigasi di daerah irigasi sei ular sebesar 0.023 satuan dengan asumsi variable (X1,X2,X3,X4,X5,X7) besarnya tetap. h) Nilai koefisien terjaganya kondisi bangunan dan saluran (X7) sebesar 0.013, jika perubahan peningkatan variable terjaganya kondisi bangunan dan saluran (X7) sebesar satu satuan akan mengakibatkan perubahan yang positip pada nilai kinerja O&P jaringan irigasi di daerah irigasi sei ular sebesar 0.013 satuan dengan asumsi variable (X1,X2,X3,X4,X5,X6) besarnya tetap. Faktor-faktor lain yang menyebabkan penurunan kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular. Dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan operasi dan pemeliharaan di daerah irigasi Sungai Ular, terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan penurunan kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular variabel diluar penelitian, antara lain pengaruh dari perubahan kawasan, terutama yang berimplikasi pada kecenderungan petani untuk mengkonversi lahan sawahnya. Perubahan lahan menjadi lahan kering untuk tanaman palawija/sayuran, perubahan lahan menjadi tanaman perkebunan. Ini terutama terjadi di areal persawahan yang berada jauh dari pintu-pintu saluran irigasi dan umumnya dimiliki penduduk lokal. Perpaduan faktor kecukupan air, tingginya biaya tenaga kerja, dukungan mekanisasi pertanian yang rendah, dan budaya bertani masyarakat merupakan penyebab yang saling berkaitan laju konversi lahan ini. E. KESIMPULAN Setelah diadakan pembahasan dan penganalisaan terhadap data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular adalah : a. Anggaran OP irigasi dari pemerintah b. Jumlah petugas dan fasilitas pendukung c. Organisasi personalia d. Kondisi kelembagaan P3A e. Kualitas koordinasi antar lembaga terkait f. Terpenuhinya kapasitas saluran dengan kapasitas rencana. g. Terjaganya kondisi bangunan dansaluran. 2. Berdasarkan hasil pengolahan data pada ditunjukkan bahwa 80.2% tingkat kinerja OP jaringan irigasi di daerah irigasi sungai ular di pengaruhi oleh anggaran OP irigasi dari pemerintah, jumlah petugas dan fasilitas pendukung, organisasi personalia kondisi kelembagaan P3A, kualitas koordinasi antar lembaga terkait terpenuhinya kapasitas saluran dengan kapasitas rencana, terjaganya kondisi bangunan dan saluran dan sisanya 19.8% dijelaskan oleh variable diluar penelitian. 3. Kendala yang paling utama dalam peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Sungai Ular adalah kondisi kelembagaan P3A. Secara umum kinerja P3A termasuk kategori rendah
Volume 1
No. 4
November 2013
76
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
bahkan cukup banyak ditemukan adanya petak-petak tertier yang irigasinya tidak dikelola secara sistematis dalam wadah P3A (P3A hanya sekedar nama). Inidapat disimak dari keberadaan pengurus, kejelasan pembagian tugas antar pengurus, kemampuan untuk mendorong partisipasi petani dalam pemeliharaan jaringan tertier dan kuarter, kemampuan mengumpulkan dan keterbukaan dalam penggunaan iuran irigasi, dan keterampilan mencegah/memecahkan konflik internal organisasi P3A ataupun dengan pihak lain
DAFTAR PUSTAKA Bungin, B., 2007, Metodologi penelitian kualitatif, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta Dharma, A., 2010 Perkembangan Kebijakan Sumber Daya Air dan Pengaruhnya Terhadap Pengelolaan Irigasi. Pusat Litbang (Penelitian dan Pengembangan) Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, 2003, Pengkajian Pengelolaan Rehabilitasi Dan Upgrading (R/U) Jaringan Irigasi, Jakarta, iv + 39
Volume 1
No. 4
November 2013
77
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
STRATEGI PENINGKATAN PENJUALAN PRODUK TIANG PANCANG BETON PRACETAK DI PT WIJAYA KARYA BETON WILAYAH PENJUALAN I MEDAN
WAHYU TRI KRISNO, DARWIN SITOMPUL, NAZARUDDIN Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Annual Infrastructure Budget has increased in the year 2013. It indicates the potential demand for raw materials and supplies construction project, which the quantity and quality have to follow the standard specifications, shall be fulfilledpunctually. One of the raw materials for infrastructure projects is a precast concrete component. In Indonesian Precast Concrete Industry, PT Wijaya Karya Beton (WIKA BETON), as one of subsidiaries of PT Wijaya Karya (Persero), Tbk (WIKA), was a market leader in First Sales Region as per 2012 sales report. The condition of volatile and fluctuating sales outcome was not expected by WIKA BETON. In order for the sales and competitiveness of WIKA BETON could achieve the target, Marketers would play an enormous role in formulating Marketing Mix Strategies. The purpose of this study is to identify and analyze the elements of the marketing mix and service quality that influence purchasing decisions concrete piles, and to develop strategies that can be adopted by PT Wika Beton Region I Field Sales order to improve the acquisition of concrete piles. The population of this research is the corporate leaders and project managers or who become customers of PT Wika Beton Region I Field Sales, with a sample of 75 companies. Analysis of the data used is multiple regression analysis. The results showed that the factor product,price,distribution, promotion and service quality influences purchase decisions concrete piles at 84.3 %. Of the five factors, product factors is the most dominant factor affecting Keyword : Marketing Mix, Purchase Decisions A. PENDAHULUAN Alokasi anggaran untuk pembangunan jalan dan jembatan di Propinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2011 dan 2012 mencapai 1,4 trilyun (Dinas Bina Marga Sumatera Utara, 2012). Anggaran tersebut menunjukkan potensi kebutuhan bahan-baku dan bahan pendukung proyek-proyek konstruksi yang harus dipenuhi tepat waktu, dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pemesanan. PT Wika Beton adalah anak perusahaan dari PT Wijaya Karya Tbk (Wika) yang bergerak dibidang industri beton pracetak-prategang (prestressed
Volume 1
No. 4
November 2013
78
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
precast concrete). Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Wika Beton antara lain : a) Tiang Listrik b) Tiang Pancang c) Sheet Pile untuk dinding penahan tanah d) Bantalan Jalan Rel Kereta Apie) Pipa Beton f) Pipa Beton dan g) Produk Beton Pracetak lainnya yang sifatnya berdasarkan pesanan. Sementara itu pengguna jasa yang utama dari produk PT Wika Beton diantaranya adalah PT PLN, PT Pelindo, PT Telkom, PT KA Indonesia, BUMN jasa konstruksi, serta perusahaan swasta baik nasional maupun asing yang bergerak dibidang jasa konstruksi. Untuk industri komponen beton pracetak dalam negeri, sampai dengan tahun 2012 PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan sebenarnya masih menjadi pemimpin pasar. Namun dalam realisasinya, dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, perolehan pesanan tiang pancang beton mengalami penurunan. Tabel 1. menunjukkan posisi perolehan pesanan tiang pancang beton PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan mulai tahun 2009 sampai dengan bulan Agustus tahun 2013.
Dari Tabel 1. terlihat bahwa realisasi perolehan tiang pancang PT Wika Beton mengalami penurunan di tahun 2010 dan 2011, di tahun 2012 mengalami peningkatan, dan kembali menurun di Agustus 2013. Kondisi penjualan yang fluktuatif tentunya tidak diharapkan perusahaan. PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan dalam memasarkan tiang pancang beton mengutamakan kualitas yang tinggi, dan masa penyelesaian pemesanan tepat waktu sesuai kontrak. Agar penjualan dan daya saing perusahaan mampu memenuhi target, peranan pemasar sangatlah besar, terutama dalam merumuskan strategi bauran pemasaran. Wibowo (1998) menyatakan bauran pemasaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelanggan jasa konstruksi. Penelitian Kuntjara (2007) juga menunjukkan bahwa permasalahan kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang besar dalam mempengaruhi minat beli konsumen. Dari kedua hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini melakukan penggabungan faktor bauran pemasaran dan kualitas pelayanan sebagai faktor yang diduga mempengaruhi keputusan pembelian tiang pancang beton. Permasalahan pada penelitian ini adalah penjualan produk tiang pancang beton PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan cenderung
Volume 1
No. 4
November 2013
79
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
berfluktuatif. Selama ini PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medanmengutamakan kualitas yang tinggi, dan masa penyelesaian pemesanan tepat waktu sesuai kontrak untuk meningkatkan penjualan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukenali dan menganalisis elemen-elemen bauran pemasaran dan kualitas pelayanan yang mempengaruhi keputusan pembelian tiang pancang beton serta menyusun strategi yang dapat ditempuh oleh PT Wika Beton Wilayah Penjualan I Medan guna mempertahankan peningkatan perolehan tiang pancang beton. B. LANDASAN TEORI Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah himpunan asas yang tepat, konsisten, dan loyal dilaksanakan oleh perusahaan guna mencapai sasaran pasar yang akan dituju (target market) dalam jangka panjang. Dalam strategi pemasaran ini, terdapat strategi acuan atau bauran pemasaran (marketing mix), yang menetapkan komposisi terbaik dari keempat variabel pemasaran. Untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju sekaligus mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Semua kegiatan perusahaan diarahkan untuk memenuhi keinginan dan memuaskan kebutuhan konsumen mulai dari perancangan produk, penentuan komposisi bahan, bentuk, kemasan, harga, promosi, dan sebagainya. Produk Produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong, 2005). Pembeli akan membeli produk kalau merasa cocok. Karena itu, produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli, agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen, misalnya dalam hal mutu kemasan, dan lain-lainnya. Assauri (2008) berpendapat bahwa produk adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible)didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya. Harga Kotler dan Amstrong (2005) menyatakan bahwa harga adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang, kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang dan jasa. Pada saat ini, bagi sebagian besar anggota masyarakat harga masih menduduki tempat teratas sebagai penentu dalam keputusan untuk membeli suatu barang dan jasa. Karena itu, penentuan harga merupakan salah satu keputusan penting bagi manajemen perusahaan.
Volume 1
No. 4
November 2013
80
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua biaya yang telah dikeluarkan untuk produksi ditambah besarnya persentase laba yang diinginkan. Jika harga ditetapkan terlalu tinggi, secara umum akan kurang menguntungkan, karena pembeli dan volume penjualan berkurang. Akibatnya semua biaya yang telah dikeluarkan tidak dapat tertutup, sehingga pada akhirnya perusahaan menderita rugi. Maka, salah satu prinsip dalam penentuan harga adalah menitikberatkan pada kemauan pembeli terhadap harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk menutup biaya-biaya yang telah dikeluarkan beserta orientasi laba yang diinginkan (Kotler dan Amstrong, 2005). Distribusi Saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen (Kotler dan Amstrong, 2005). Proses bergeraknya produk dari produsen ke konsumen bisa disebut sebagai saluran distribusi. Amirullah dan Hardjanto (2005) dalam fungsi pemasaran adalah memindahkan barang dari produsen kepadakonsumen. Saluran distribusi mengatasi kesenjangan utama dalam hal waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang serta jasa dari mereka yang akan menggunakannya. Promosi Promosi adalah bagian dari bauran pemasaran yang besar peranannya. Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara aktif dilakukan perusahaan untuk mendorong konsumen membeli produk yang ditawarkan. Karena itu promosi dipandang sebagai arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi agar melakukan pertukaran dalam pemasaran. Kegiatan dalam promosi ini pada umumnya adalah periklanan, personal selling, promosi penjualan, pemasaran langsung serta hubungan masyarakat dari publisitas (Kotler dan Amstrong, 2005). Kualitas Pelayanan Para pelanggan semakin kritis dalam memenuhi permintaannya dan menuntut standar layanan yang lebih tinggi. Menurut Payne, (2007) terdapat beberapa argumen yang menyatakan bahwa layanan pelanggan sebagai elemen bauran pemasaran yang lebih luas dan terpisah yakni harapan pelanggan yang berubah, dimana pelanggan menuntut standar layanan yang lebih tinggi. Beberapa konsep mengenai dimensi kualitas pelayanan yang sering dipakai adalah yang berasal dari Parasuraman et. al. (1988) yang menunjukkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu pengertian yang multidimensi. Beberapa dimensi yang seringkali digunakan oleh para peneliti adalah reliability, responsiveness, assurance, empathy, tangibles.
Volume 1
No. 4
November 2013
81
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Dari Gambar 1. diatas terlihat bahwa keputusan pembelian diduga dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor yakni produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan. Jika perusahaan mampu memenuhi harapan pelanggan pada kelima faktor tersebut maka, realisasi penjualan akan mengalami peningkatan. Hipotesis Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006). Dari permasalahan yang ada, dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut : H0 : Bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan. H1 : Bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi, promosi dan layanan pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton di PT Wika Beton Medan. C. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu
Volume 1
No. 4
November 2013
82
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
faktor berkaitan atau berkorelasi dengan satu berdasarkan koefisien korelasi (Sinulingga, 2011).
atau lebih
faktor
lain
Populasi dan Sampel Populasi adalah semua individu yang menjadi objek penelitian (Umar, 2004). Populasi penelitian ini adalah para pimpinan perusahaan yang menjadi pelanggan PT Wika Beton. Hingga Juni 2012, Jumlah populasi perusahaan yang pernah membeli .tiang pancang beton dari sebanyak 112 perusahaan. Perusahaan tersebut tersebar di 5 provinsi yakni 42 perusahaan di Sumatera Utara, 14 Nangroe Aceh Darusalam, 34 perusahaan di Riau, 11 perusahaan di Sumatera Barat, 11 perusahaan di Kepulauan Riau. Penentuan sampel menggunakan teknik area sampling. Teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang diteliti atau sumber data sangat luas, berdasarkan perbedaan lokasi geografis propinsi atau kotamadya/ kabupaten (Sinulingga, 2011). Untuk menentukan siapa yang akan dijadikan sampel dilakukan secara acak atau random dari masing-masing area. Pada penelitian ini besar sampel didasarkan pendapat Hair et. all (1998), yang menyatakan bahwa rasio antara jumlah subjek dan jumlah variabel independen dalam analisis multivariat di anjurkan sekitar 15 sampai 20 subjek. Berdasarkan kerangka konseptual pada Gambar 1. ada sebanyak 5 (lima) variabel independen, sehingga jumlah subjek penelitian antara 75 sampai 100 responden. Dalam penelitian ini disebar sebanyak 75 kuesioner pada . Setelah dilakukan penyebaran kuesioner kepada tiap pimpinan perusahaan, sebanyak 75 kuesioner diisi dan dikembalikan dan diisi sesuai petunjuk kuesioner. Jumlah ini masih memenuhi syarat untuk analisis multivariat. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda, analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah data hasil pengamatan dari variabel independen (X1, X2, X3, X4, X5) mempengaruhi variabel dependen (Y) dengan model regresi sebagai berikut : Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4 + b5X5 + e D. PEMBAHASAN Hasil Koefisien Determinasi Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Koefisien determinasi terletak pada tabel model summary b dan tertulis R Square. Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Dari output SPSS versi 20 dapat dilihat bahwa : 1) Nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,843. Artinya 84,3% keputusan pembelian tiang pancang beton di Wika Beton dipengaruhi
Volume 1
No. 4
November 2013
83
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
oleh produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan. Sedangkan sisanya 15,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. 2) Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,918 menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat erat antara produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton di Wika Beton. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1 sampai dengan X5) secara bersama-sama atau simultan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Hasil output SPSS versi 20 menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel (74,138 > 3,3737), maka H0 ditolak dan menerima H1. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama antara produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton di Wika Beton. Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1 sampai dengan X5) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). ttabel dicari pada alpha 5% dengan derajat kebebasan (df) = n-k-1 atau df= 75 – 5 – 1 = 69 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel independen). Pengujian dua sisi (sig=0.005) didapat nilai ttabel dengan menggunakan fungsi matematika Microsoft Excell yakni TINV (0.05,69) yang menghasilkan nilai sebesar 1,9949. Dari hasil output SPSS versi 20 didapat hasil thitung variabel produk (X1) sebesar 7,011 , harga (X2) sebesar -5,516 , distribusi (X3) sebesar 3,693, promosi (X4) sebesar 2,388 , dan variabel kualitas pelayanan (X5) sebesar 2,387. Kriteria pengujian hipotesis secara parsial (Uji t) adalah : Jika thitung < ttabel atau Nilai Sig > 0,05, maka H0 diterima Jika thitung = ttabel atau Nilai Sig = 0,05, maka H0 diterima Jika thitung > ttabel atau Nilai Sig < 0,05, maka H0 ditolak Nilai thitung dari variabel harga (X2) bernilai negatif yakni -5,516 yang menunjukkan korelasi berlawanan arah, dengan nilai Sig lebih kecil dari 0,05 yang menunjukkan pengaruh signifikan, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa secara parsial atau sendiri-sendiri ada pengaruh secara signifikan antara harga terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton di Wika Beton. Sedangkan, nilai thitung > ttabel pada variabel lainnya bernilai positif dengan nilai Sig lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa secara parsial atau sendiri-sendiri ada pengaruh
Volume 1
No. 4
November 2013
84
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
secara signifikan antara produk, harga, distribusi dan promosi terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton di Wika Beton. Persamaan pada Model Regresi Persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = 0,376 + 0,561 X1 - 0,172 X2 + 0,157 X3 + 0,160 X4 + 0,148 X5 Keterangan : 1) Koefisien regresi produk (X1) sebesar 0,561 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap sedangkan kualitas tiang pancang beton mengalami kenaikan 1 unit, maka keputusan pembelian tiang pancang beton akan mengalami peningkatan sebesar 0,561. 2) Koefisien regresi harga (X2) sebesar -0,172 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap sedangkan harga tiang pancang beton mengalami kenaikan 1 unit, maka keputusan pembelian tiang pancang beton akan mengalami penurunan sebesar 0,172. 3) Koefisien regresi distribusi (X3) sebesar 0,157 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap sedangkan distribusi tiang pancang beton tepat waktu mengalami kenaikan 1 unit, maka keputusan pembelian tiang pancang beton akan mengalami peningkatan sebesar 0,157. 4) Koefisien regresi promosi (X4) sebesar 0,160 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap edangkan promosi tiang pancang beton mengalami kenaikan 1 unit, maka keputusan pembelian tiang pancang beton akan mengalami peningkatan sebesar 0,160. 5) Koefisien regresi kualitas pelayanan (X5) sebesar 0,148 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap sedangkan kualitas Kualitas Pelayanan tiang pancang beton mengalami kenaikan 1 unit, maka keputusan pembelian tiang pancang beton akan mengalami peningkatan sebesar 0,148. 6) Variabel yang memberikan pengaruh paling besar terhadap keputusan pembelian tiang pancang beton di Wika Beton adalah produk (X1) karena memiliki nilai beta coefficient terbesar yaitu sebesar 0,561 dibandingkan variabel lainnya. Strategi Pemasaran Wika Beton Saat Ini Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Wika Beton selama ini ( existing strategic) dalam memasarkan produk tiang pancang beton adalah : 1) Produk. Memproduksi tiang pancang dengan mutu diatas K-500. Hal ini sudah menjadi komitmen Wika Beton sejak didirikan. Spesifkasi juga sudah standar, sehingga pelanggan harus mengikuti standar Wika Beton. 2) Harga. Penyusunan harga merupakan kebijakan dari pimpinan pusat Wika Beton. Misalnya pimpinan Wika Beton menentukan kenaikan harga pokok produksi sebesar 5 %, maka seluruh pabrikan dan wilayah penjualan mengikuti arahan atau kebijakan pusat tersebut, tanpa mempertimbangkan tingkat persaingan masing-masing wilayah berbeda. 3) Distribusi. Wika Beton mampu melakukan penyelesaian pemesanan tiang pancang beton tepat waktu dan pendistribusian ke lokasi sesuai kontrak yang ditetapkan
Volume 1
No. 4
November 2013
85
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
4) Promosi. Upaya promosi dilakukan dengan pendekatan kepada lingkungan kontraktor dan konsultan, walapun ada beberapa kasus yang sudah melakukan pendekatan ke owner atau pemilik, namun frekuensinya masih terlalu kecil. Pendekatan harus lebih dimaksimalkan ke owner atau pemilik proyek. 5) Kualitas pelayanan. Wika Beton secara periodik melakukan evaluasi terhadap hasil tiang pancang beton yang dihasilkan dengan mengajukan wawancara secara langsung kepada owner. Wika Beton juga memberikan akses khusus kepada setiap pelanggan untuk dapat berinteraksi secara nyaman selama 24 jam melalui staf atau pimpinan yang telah ditentukan. E. KESIMPULAN Dari hasil analisis dan pembahasan, maka disimpulkan : 1) Variabel produk, harga, distribusi, promosi dan kualitas pelayanan mempengaruhi keputusan pembelian tiang pancang beton sebesar 84,3% sedangkan sisanya yakni 15,7% dipengaruhi faktor lain. 2) Faktor harga berkorelasi negatif, yang berarti bahwa penurunan harga tiang pancang beton produksi Wika Beton akan meningkatkan keputusan pembelian. 3) Kebijakan Wika Beton menetapkan harga premium menjadi penyebab menurunnya penjualan tiang pancang beton, khususnya pada pelanggan dari perusahaan swasta. 4) Strategi yang harus ditempuh untuk dapat meningkatkan daya saing perusahaan adalah : a. Mempertahankan kualitas produk tiang pancang beton yang selama ini diproduksi khususnya untuk pelanggan dari BUMN,sebagai bentuk pencitraan bagi perusahaan, sebagai perusahaan yang mengutamakan kualitas. b. Melakukan fleksibilitas pembayaran untuk pelanggan swasta agar tercapai peningkatan penjualan tiang pancang beton. DAFTAR PUSTAKA Amirullah dan Imam Hardjanto, 2002, Pengantar Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. Assauri,
Sofjan, 2008, Manajemen Pemasaran, kedelapan, Rajawali Pers, Jakarta.
Edisi
pertama,
cetakan
Ghozali, Imam, 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Program IBM SPSS 19, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Hair, J.F. JR., Anderson, R.E, Tathan, R.L. & Black, W.C., 1998, Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice Hall, New Jersey Kotler, Philip dan Gary Amstrong, 2005, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa Damos Sihombing, Erlangga, Jakarta
Volume 1
No. 4
November 2013
86
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Kuntjara, 2007, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Ulang Konsumen (Studi kasus di PT Wijaya Karya Beton Wilayah IV, Tesis Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang Payne, Adrian, 2007, The Essence of Service Marketing, Diterjemahkan oleh Fandy Tjiptono, Edisi II, Penerbit Andi, Yogyakarta Parasuraman, A., Valarie A. Zeithaml, Leonard L. Berry, 1988, Servqual : A Multiple-Item Scale for Measuring Perceptions of Service Quality, Journal of Retailing, Vol. 64, pp. 12-40 Sinulingga, Sukaria, 2011, Metode Penelitian, USU Press, Medan Umar, Husein, 2004, Strategic Management in Action, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Wibowo, Kartono, 1998, Analisis Strategi Pemasaran Beton Siap Pakai PT Varia Usaha Beton Cabang Semarang, Tesis Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang Dinas Bina Marga Propinsi Sumatera Utara, 2012
Volume 1
No. 4
November 2013
87