ISSN 2302 – 1489
EKSIS JURNAL EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Volume 1
No.2
April 2013
PENGANTAR REDAKSI
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas terbitnya Jurnal Eksis No.2 Edisi April 2013. Jurnal Eksis diterbitkan oleh Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan tentunya masih memerlukan penyempurnaan untuk masa masa yang akan datang, dan kami sangat terbuka menerima kritikan atau saran saran yang bersifat membangun. Redaksi juga menerima jurnal jurnal ilmiah dari kalangan dosen Politeknik Negeri Medan ataupun perguruan tinggi lainnya, dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh redaksi tentunya.
April 2013 Redaksi EKSIS
i
DEWAN REDAKSI
Pembina
: M. Syahruddin, S.T., MT.
Pengawas
: Nursiah Fitri S.E., M.Si.
Editor / Penanggung Jawab
: Agus Edy Rangkuti SE., M.Si.
Editor Ahli
: 1. Edy Syahputra Sitepu SE., M.Si. 2. Desri Wiana SS., M.Hum 3. Erwinsyah S.Kom. M.Kom
Alamat Redaksi: Jl. Almamater No. 1 (Kompleks USU) Lt 2 Gedung Jurusan Administrasi Niaga. Politeknik Negeri Medan Email:
[email protected].
ii
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi ……………………………………………………….
i
Dewan Redaksi ……………………………………………………………
ii
Daftar Isi ………………………………………………………………….
iii
Hubungan Antara Turnover Intention dengan Komitmen Organisasional di PT. X. Medan Cipta Dharma SE. M.S . ..……………………………………………………..
1-9
Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Minat Berkunjung Kembali pada Café Café yang Berada di Sepanjang Jalan dr. Mansyur Medan Jumjuma S.E., M.Si………………………………………………………………. 10-18 Analisa Pengaruh Ketidakamanan Kerja dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan Kontrak PT. Bank X Medan) Faulina SE., M.Si…………………………………………………………………. 19-30 Motivasi Kerja Guru Honorer SMA Swasta Kota Medan Aplikasi Teori Dua Faktor Herzberg (Sebuah Studi Kualitatif) Drs. Martolop Sinambela.M.Hum …………………………………………… 31-41 Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Terhadap Dividen Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) 42-56 Abdul Rahman Dalimunthe SE. M.Si. …………………………………….. Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Capital Adequacy Ratio terhadap Market Value Saham Enda Yunitas S SE. M.Si ………………………………………………………. 57-69 Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Medan Melalui Pengelolaan Organisasi Filantropi Suri Purnami SE. MA …………………………………………………… 70-81 Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan Rismawati S. SE. M.Si …………………………………………………………… 82-94
iii
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
HUBUNGAN ANTARA TURNOVER INTENTION DENGAN KOMITMEN ORGANISASIONAL DI PT. X. MEDAN
CIPTA DHARMA Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Turnover intention has a negative impact on the organization as it creates volatility in the labor conditions, reduced employee productivity, which is not conducive working atmosphere and also have an impact on the rising cost of human resources. Management of the company needs to obtain a commitment from employees the organization because of employee commitment to the organization will support the achievement of organizational goals. The goal of this research is to analize the correlation between turnover intention and organizational commitment of the outsourcing employees of PT. X in Medan. The sample was outsourced employees of PT. X Medan, the number of 30 people. Research data estimated by correlation test. Estimation results of the data showed Pearson correlation coefficient of 0.47, these results indicate a negative relationship between turnover intention sufficient to organizational commitment, this means an increase in turnover intention will lead to lower organizational commitment, or a decrease in turnover intention will increase organizational commitment. Keywords: turnover intention, organizational intention A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia dalam sebuah organisasi selalu memiliki berbagai masalah, salah satu permasalahan yang sering muncul dan menghambat kinerja perusahaan diantaranya adalah turnover. Turnover intention adalah derajat kecenderungan sikap yang dimiliki oleh karyawan untuk mencari pekerjaan baru di tempat lain atau adanya rencana untuk meninggalkan perusahaan dalam masa tiga bulan yang akan datang, enam bulan yang akan datang, satu tahun yang akan datang dan dua tahun yang akan datang (Low et al, 2001). Turnover intention memiliki dampak negatif bagi organisasi karena menciptakan ketidakstabilan terhadap kondisi tenaga kerja, menurunnya produktifitas karyawan, suasana kerja yang tidak kondusif dan juga berdampak pada meningkatnya biaya sumber daya manusia. Keinginan untuk berpindah kerja berbeda di negara maju dengan negara Indonesia, di negara maju, karyawan ingin berpindah kerja karen banyaknya tawaran kerja yang ditawarkan di luar perusahaan tempat bekerja, sementara di
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
1
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Indonesia penawaran kerja di luar perusahaan sangat sedikit, tetapi tetap saja banyak karyawan yang ingin berpindah kerja. Penelitian ini dilakukan pada PT. X. yang merupakan sebuah perusahaan milik pemerintah (BUMN) di kota Medan, karyawan di PT. X terbagi atas dua jenis yaitu karyawan tetap dan karyawan outsourcing. PT. X yang bergerak di bidang yang sangat dibutuhkan oleh semua masyarakat, dan dalam rangka memenuhi pelayanan terhadap masyarakat tersebut PT. X banyak sekali memiliki karyawan, karyawan outsourcing banyak ditempatkan pada bidang pelayanan masyarakat. Karyawan outsourcing yang bekerja di PT. X tentunya tidak memiliki fasilitas yang sama dengan karyawan tetap, hal karena karyawan outsourcing melakukan aktivitas perusahaan yang didelegasikan padanya yang terikat dalam suatu kontrak kerja sama, tetapi kenyataan yang penulis lihat di lapangan banyak sekali karyawan outsourcing ini bekerja pada bidang bidang yang vital khususnya yang berhubungan dengan pelayanan. Pertanyaan yang muncul tentulah bagaimana komitmen organisasional karyawan outsourcing ini kepada PT. X, karena sementara mereka sendiri merupakan karyawan yang bersifat kontrak dan bisa kapanpun diberhentikan oleh perusahaan. Permasalahan komitmen organisasional karyawan outsourcing tidak hanya di PT. X, permasalahan ini juga timbul pada perusahaan perusahaan yang banyak mempekerjakan karyawan outsourcing. Berdasarkan hal inilah peneliti ingin meneliti bagaimana hubungan antara turnover intention dengan komitmen organisasional. B. PERMASALAHAN PENELITIAN Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini akan mengkaji permasalahan: “bagaimana hubungan turnover intention dengan komitmen organisasional karyawan outsourcing di PT. X Medan? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana hubungan turnover intention dengan komitmen organisasional di PT. X Medan. D. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian ini di inspirasi oleh penelitian Widodo (2010) yang berjudul: Analisis Pengaruh Keamanan Kerja Dan Komitmen organisasional Terhadap Turnover intention Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan Outsourcing (Studi Pada PT. PLN Persero APJ Yogyakarta), penelitian ini mengambil dua buah variabel dari penelitian Widodo (2010) yaitu komitmen organisasional dan turnover intention, pengolahan data penelitian juga berbeda dengan Widodo (2010). E. TINJAUAN PUSTAKA Keinginan untuk pindah atau turnover intention adalah kecenderungan sikap atau tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk meninggalkan organisasi atau mengundurkan diri secara sukarela dari pekerjaanya
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
2
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
(Bluedorn, 1982 dalam Grant et al., 2001). Lebih lanjut menurut Mobley (1979), Horner dan Hollingsworth, 1978 dalam Grant et al., 2001) keinginan untuk pindah dapat dijadikan gejala awal terjadinya turnover dalam sebuah perusahaan. Menurut Mobley (1979) dalam Muchinsky (1993) tentang employee turnover, pikiran untuk berhenti bekerja dimulai dari adanya pikiran dan intensi untuk berhenti bekerja serta melakukan usaha-usaha untuk mencari pekerjaan baru. Turnover menurut Dalton & Todor (2000) dalam Feinsten & Harrah (2002) dapat mengganggu proses komunikasi, produktifitas serta menurunkan kepuasan bagi karyawan yang masih bertahan Menurut Bedian dan Achilles (1981); Netemeyer et al, (1990); Sager (1994) dalam Grant et al., (2001), semakin tinggi kepuasan kerja dan komitmen organisasional diharapkan akan menurunkan maksud dan tujuan karyawan untuk meninggalkan organisasi. Lebih lanjut, karyawan yang tidak puas dengan aspek aspek pekerjaannya dan tidak memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih mungkin mencari pekerjaan pada organisasi yang lain. Menurut Harnoto (2002): “Turnover intentions ditandai oleh berbagai hal yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain: (1). Absensi yang meningkat. Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab karyawan dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya. (2). Mulai malas bekerja. Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih malas bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat lainnya yang dipandang lebih mampu memenuhi semua keinginan karyawan bersangkutan. (3). Peningkatan terhadap pelanggaran tatatertib kerja. Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering dilakukan karyawan yang akan melakukan turnover. Karyawan lebih sering meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun berbagai bentuk pelanggaran lainnya. (4). Peningkatan protes terhadap atasan. Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering melakukan protes terhadap kebijakankebijakan perusahaan kepada atasan. Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan karyawan. (5). Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya. Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif. Karyawan ini mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas yang dibebankan, dan jika perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda dari biasanya justru menunjukkan karyawan ini akan melakukan turnover. Dampak turnover bagi organisasi adalah: (a). Biaya penarikan karyawan. Menyangkut waktu dan fasilitas untuk wawancara dalam proses seleksi karyawan, penarikan dan mempelajari penggantian. (b). Biaya latihan. Menyangkut waktu pengawas, departemen personalia dan karyawan yang dilatih. (c). Apa yang dikeluarkan buat karyawan lebih kecil dari yang dihasilkan karyawan baru tersebut. (d). Tingkat kecelakaan para karyawan baru, biasanya cenderung tinggi. (e). Adanya produksi yang hilang selama masa pergantian karyawan. (f). Peralatan produksi yang tidak bisa digunakan sepenuhnya. (g). Banyak pemborosan karena adanya karyawan baru. (h). Perlu melakukan kerja lembur, kalau tidak akan mengalami penundaan penyerahan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
3
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Turnover yang tinggi pada suatu bidang dalam suatu organisasi, menunjukkan bahwa bidang yang bersangkutan perlu diperbaiki kondisi kerjanya atau cara pembinaannya. Tingkat turnover intentions bisa dinyatakan dengan berbagai rumusan. Umumnya laju turnover intentions dinyatakan dalam persentase yang mencakup jangka waktu tertentu. Andaikata suatu perusahaan memiliki rata-rata 800 tenaga kerja per bulan, di mana selama itu terjadi 16 kali karyawan keluar (accession) dan 24 kali pemecatan (separation). Maka accession rate adalah 16/800 x 100% = 2%, sedang separation rate adalah 24/800 x 100% = 3%. Dengan demikian tingkat replacement (penggantian) atau replacement rate adalah sama dengan accession rate yakni 2%. Sebab replacement (penggatian) atau replacement rate selalu harus seimbang dengan accession rate-nya. Hal ini berarti bahwa dengan keluarnya seorang pegawai/karyawan misalnya, harus segera diganti dengan seorang pegawai/karyawan baru sebagai penggantian (replacement). Tingkat replacement tersebut sering pula disebut net labour turnover, yang menekankan pada biaya perputaran tenaga kerja untuk menarik dan melatih karyawan pengganti. Secara umum variabel turnover intention adalah kecenderungan atau tingkat dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk meninggalkan perusahaan. Indikator yang dipergunakan untuk mengetahui intensi turnover dikembangkan dari hasil penelitian Chen & Francesco (2000) yang meliputi: 1. Pikiran untuk keluar 2. Keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain 3. Adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi dalam beberapa bulan mendatang Komitmen organisasional merupakan usaha mendefinisikan dan melibatkan diri dalam organsasi dan tidak ada keinginan meninggalkannya (Robbins, 2006). Steers dan Porter (1987) mendefinisikan komitmen merupakan sikap seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi beserta nilai-nilai dan tujuannya serta keinginan untuk tetap menjadi anggota untuk mencapai tujuan. Komitmen organisasional menunjuk pada pengidentifikasian dengan tujuan organisasi, kemampuan mengarahkan segala daya untuk kepentingan organisasi, dan ketertarikan untuk tetap menjadi bagian organisasi (Mowday, Steers & Porter, 1979). Mowday, dkk (1982) dalam Luthans (2006) menjelaskan bahwa sebagai sikap, komitmen organisasional paling sering didefinisikan sebagai 1) keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, 2) keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi, dan 3) keyakinan tertentu, penerimaan nilai, dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Komitmen menurut Miner (1980) dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Komitmen sikap (attitudinal commitment). Komitmen sikap adalah derajat keterikatan relatif dari individu kepada organisasinya dan derajat keterlibatan Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
4
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dalam organisasi tersebut. Komitmen sikap ini secara konsep dapat dicirikan dengan tiga faktor, yaitu (1) kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi, (2) kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi keberhasilan organisasi, dan (3) keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi. 2. Komitmen perilaku (behavioral commitment). Dalam kategori perilaku, komitmen merupakan ketergantungan pegawai terhadap aktifitas di masa lalu dalam perusahaan yang tidak dapat ditinggalkan karena alasan tertentu, seperti misalnyapegawai akan kehilangan hal-hal yang telah diperolehnya selama ini dari organisasi / perusahaan. Dengan demikian, tetap tinggal sebagai anggota organisasi merupakan pertimbangan yang utama bagi pegawai. Menurut Porter (19876) terdapat beberapa faktor penentu komitmen seseorang terhadap organisasinya. (1) komitmen dipengaruhi oleh beberapa aspek dalam lingkup pekerjaan itu sendiri yang disebut faktor organisasi. Faktor ini akan membentuk sikap bertanggung jawab terhadap kuLerhasilan tugas yang diemban. (2) komitmen organisasi dipengaruhi oleh alternatif kesempatan kerja yang dimiliki pekerja yang disebut faktor non-organisasi. Semakin besar peluang untuk berpindah kerja dan semakin besar hasratnya terhadap alternatif pekerjaan di tempat lain, komitmen pekerja pada organisasinya cenderung semakin rendah. (3) komitmen pekerja pada organisasinya dipengaruhi oleh faktor karakteristik diri pekerja. Faktor ini membentuk komitmen inisial, yaitu komitmen awal yang timbul pada saat pekerja baru saja mulai masuk sebagai anggota organisasi. Seseorang yang mempunyai komitmen tinggi, pada saat mulai bekerja mempunyai kecenderungan untuk tidak berpindah pekerjaan untuk jangka waktu relatif lama. Termasuk faktor ini adalah kepuasan kerja, usia senioritas, dan lama bekerja. Semakin usia tua pekerja atau semakin lama bekerja dan semakin senior, serta semakin tinggi kepuasan terhadap pekerjaannya orang tersebut cenderung memiliki komitmen yang lebih tinggi. Model tentang faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya kadar komitmen terhadap organisasi di atas kemudian dikembangkan lagi dengan model yang menekankan perlunya perhatian terhadap pekerja sebagai manusia yang utuh dalam membentuk dan membina komitmen pekerja. Model tersebut menekankan pentingnya proses kognisi, yaitu proses yang membentuk komitmen organisasi. Dalam proses kognisi tersebut melibatkan tiga faktor, yaitu faktor eksternal, faktor interaksi, dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi kewenangan, pengaruh kelompok kerja: imbalan, serta insentif eksternal. Komitmen pekerja pada organisasinya cenderung naik bila pekerja tersebut memiliki tingkat kewenangan yang lebih besar dalam menyelesaikan tugasnya. Interaksi dan kerjasama yang terjadi dalam kelompok kerja sangat menentukan terbentuknya komitmen pekerja atas tugas dan pekerjaannya. Program dan kebijakan untuk mengelola imbalan eksternal yaitu imbalan yang berupa gaji, upah, dan bonus dapat mempengaruhi kepuasan kerja, yang selanjutnya juga mempengaruhi komitmen pekerja. Faktor internal meliputi harapan untuk sukses dan persepsi pekerja tentang pengelolaan imbalan yang adil. Tingkat harapan terhadap keberhasilan menentukan kadar komitmen pekerja. Imbalan internal
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
5
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
melipud kesempatan, untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, kesempatan untuk mengembangkan diri, dan diberikannya keleluasaan dalam cara penyelesaian tugas serta diakuinya suatu prestasi. Faktor interaksi meliputi partisipasi dan kompetisi. Partisipasi dapat meningkatkan rasa ikut memiliki pada pekerja terhadap organisasinya, yang selanjutnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya komitmen pekerja pada organisasinya. Hal yang berkaitan dengan kompetisi dijelaskan bahwa, subyek dalam lingkungan yang lebih kompetitif secara signifikan menunjukkan komitmen yang lebih tinggi daripada subyek yang berada pada lingkungan yang kurang kompetitif. Terdapat banyak pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan komitmen. Setiap pendekatan yang digunakan sesuai dengan kondisi pola hubungan kerja yang berlaku pada organisasi yang bersangkutan. Secara umum, pola hubungan kerja yang berlaku pada organisasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Hubungan kerja kontraktual. Dalam hubungan kerja kontraktual, yang menjadi dasar kerja adalah kontrak kerja, dimana hak pekerja untuk menerima upah dan hak pemberi kerja untuk menuntut agar pegawainya mematuhi segala peraturan yang ditetapkan telah disepakati dalam kontrak kerja. Hubungan kerja ini memberikan kejelasan tentang besarnya tanggung jawab akan tugas, kejelasan wewenang, dan upah yang diterima. Hubungan kerja juga memberikan dampak yang kurang menguntungkan, dimana terhambatnya mobilitas individu dalam proses penyelesaian tugas yang selanjutnya akan menghambat munculnya daya inovatif dan kreatifitas pegawai. 2. Hubungan kerja holistik. Dasar hubungan kerja holistik adalah adanya perasaan saling percaya antar semua pihak yang terlibat dalam organisasi. Dalam hal ini, pegawai diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, dipandang sebagai pribadi yang patut dihargai, dapat dibina, dan dimotivasi sehingga dapat mengembangkan potensi terpendamnya. Pada hubungan kerja ini dikembangkan dengan tujuan untuk membentuk dan membina kedisiplinan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi, serta membutuhkan inovasi dan kreatifitas pegawai. Variabel komitmen organisasional yang diteliti dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadaporganisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Untuk mengukur variabel komitmen organisasional, digunakan empat indikator yang dikembangkan oleh Mowday, dkk (1982) dalam Luthans (2006), yaitu : 1. Keinginan kuat tetap sebagai anggota 2. Keinginan berusaha keras 3. Penerimaan nilai organisasi 4. Penerimaan tujuan organisasi
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
6
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
F. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama dua minggu (Februari 2013) di sebuah BUMN di kota Medan. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka variabel variabel dalam penelitian ini adalah: (1) turnover intention sebagai variabel bebas dengan indikator: (a) adanya pikiran untuk keluar, (b) keinginan untuk mencari lowongan pekerjaan lain, (c) adanya keinginan untuk meninggalkan organisasi dalam beberapa bulan mendatang. (2) komitmen organisasional sebagai variabel terikat, dengan indikator: (a) Keinginan kuat tetap sebagai anggota, (b) Keinginan berusaha keras, (c) Penerimaan nilai organisasi, dan (d) Penerimaan tujuan organisasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan outsourcing disalah satu unit PT. X Medan yang berjumlah 150 orang, pemilihan populasi ini disebabkan karyawan di unit inilah melakukan demostrasi (September 2012) ke DPRD Sumut, yang menuntut adanya kenaikan dana kesejahteraan kepada mereka. Menurut Arikunto (2003) apabila subjek penelitian kurang dari 100orang, lebih baik diambil semua, jika jumlahnya kurang dari 100 orang maka dapat diambil antara 10 – 25 persen. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 20 persen dari populasi, maka jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Untuk penentuan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Kuesioner penelitian sebelum diberikan kepada sampel terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner terhadap 30 orang yang tidak termasuk sampel penelitian. Untuk menghindari adanya pilihan yang termasuk dalam daerah abu abu, maka kuesioner hanya memberikan 4 buah opsi kepada setiap pernyataan yaitu (sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju). Dalam rangka menganalisis data agar sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka pendekatan analisis yang digunakan adalah: (1) analisis deskriptif, (2) analisis kuantitatif, berupa perhitungan untuk melihat hubungan turnover intention dengan komitmen organisasional, analisis korelasi dibantu dengan software SPSS. Analisa korelasi sederhana digunakan untuk meneliti hubungan dan bagaimana eratnya hubungan linier antara dua variabel atau lebih, tanpa melihat bentuk hubungan. Jika kenaikan didalam satu variabel diikuti dengan kenaikan variabel yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel mempunya korelasi positif, tetapi jika kenaikan didalam suatu variabel diikuti penurunan variabel lainnya maka kedua variabel mempunyai korelasi negatip. Jika tidak ada perubahan, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan (uncorrelated). (Suharyadi dan Purwanto, 2004) Ukuran yang digunakan untuk mengukur derajat hubungan (korelasi) linier disebut dengan koefisien korelasi yang dinyatakan dengan “r” dan sering disebut dengan koefisien korelasi Pearson. Menurut Sarwono (2006), besar kecilnya angka koefisien korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel, patokan angkanya adalah sebagai berikut: 0 – 0,25
: korelasi sangat lemah
0,26 – 0,50 : korelasi cukup 0,51 – 0,76 : korelasi kuat
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
7
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 0,76 – 0,1 : korelasi sangat kuat G. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas reponden berjenis kelamin pria (87%), hal ini disebabkan mayoritas karyawan outsourcing merupakan karyawan yang bekerja di lapangan sebagai pencatat meteran. Usia karyawan outsourcing mayoritas berusia 26 – 30 tahun (48,3%). Berdasarkan pendidikan mayoritas karyawan outsourcing berlatar belakang pendidikan SMA (89,4%). Masa kerja outsourcing mayoritas berada pada 3 – 6 tahun (48,8%). Pilihan responden untuk variabel turnover intention mayoritas tidak setuju untuk memikirkan untuk keluar dari PT. X. Hasil ini tentu saja sangat berbeda sekali dengan kebiasaan, karena status karyawan outsourcing bukanlah karyawan tetap, tetapi setelah peneliti melakukan wawancara dengan responden penelitian, alasan mereka memilih jawaban tersebut, karena mereka sangat berharap untuk dapat diangkat sebagai karyawan tetap di PT. X yang juga salah satu BUMN, hal ini didukung juga oleh upaya upaya yang sedang dilakukan Menteri BUMN Bapak Dahlan Iskan untuk mencoba mengakomodir para karyawan outsourcing ini, dan ini telah memberikan harapan yang sangat besar bgi mereka. Pilihan responden untuk komitmen organisasional mayoritas sangat setuju untuk adanya keinginan yang kuat untuk selalu tetap menjadi anggota organisasi (PT. X). Hasil estimasi data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi Pearson sebesar - 0,47, hasil ini menunjukkan adanya hubungan negatip yang cukup antara turnover intention dengan komitmen organisasional, hal ini berarti adanya peningkatan dalam turnover intention akan mengakibatkan penurunan komitmen organisasional, atau adanya penurunan turnover intention akan meningkatkan komitmen organisasional. Hasil ini sesuai dengan keadaan para karyawan outsourcing di PT. X, yang tidak menginginkan untuk berhenti bekerja, yang mereka harapkan adalah peningkatan status mereka menjadi karyawan tetap H. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang negatip yang cukup antara turnover intention dengan komitmen organisasional di PT. X. Saran yang dapat diberikan adalah perlu bagi peneliti selanjutnya meneliti apakah turnover yang rendah sudah pasti menjamin tingginya komitmen organisasional karyawan suatu perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Chen, Z. X. & Francesco, A. M. 2000. The relationship between the three components of commitment and employee performance in China. Journal of Vocational Behaviour, 62: 490-510 Grant Kent, David W. Cravens, George S. Low and William C. Moncrief, 2001, “The Role of Satisfaction With Territory Design on the Motivation, Attitudes, and Work Outcomes of Salespeople,”Journal of the
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
8
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Academy of Marketing Science, Volumen 29, No. 2, P. 165-178Low et al, 2001 Luthans, Fred, 2006, Perilaku Organisasi, Penerbit Andi, Yogyakarta. Miner B, Johns, 1980, Theories of Organizational Behavior, USA: The Dryden Press. Mowday, RT., Steers, RM and Porter, LW., 1979., “The measurement of organizational commitment”, Journal Of Vocational Behavor,, Vol.14., p. 224-247 Mowday, R. T., Porter, L. W., and Steers R. M. 1982 Emploee Organization Linkage: The Psychology of Commitment, Abseintism, and Turnover. London Academin Press. Muchinsky, Paul M, 1993. Psychology Applied to Work, (Fourth Edition), Brooks Cole Publishing Company, New York. Robbins, SP, 2006, Perilaku Organisasi, Edisi Indonesia, PT Indeks Kelompok Gramedia, Indonesia.Suharyadi dan Purwanto, 2004 Widodo, Rohadi, 2010. Analisis Pengaruh Keamanan Kerja Dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan Outsourcing (Studi Pada PT. PLN Persero APJ Yogyakarta). Tesis, Program Pascasarjana, Magister Manajemen, Universitas Diponegoro. Tidak dipublikasikan
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
9
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP MINAT BERKUNJUNG KEMBALI PADA CAFÉ CAFÉ YANG BERADA DI SEPANJANG JALAN Dr. MANSYUR MEDAN
JUMJUMA Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Culinary business in Medan is growing very fast, one of the culinary centers in Medan is Jalan Dr. Mansyur, we can find various cafes with their respective specialities. These cafes are certainly competing against each other, to seize the market, the marketing mix is most often used in winning the competition. This study aimed to examine the influence of marketing mix on the customers’ interest to revisit the cafes located along Jalan Dr. Mansyur Medan. Samples were taken using nonprobability method with accidental sampling technique, and the samples are 27 people. Data were obtained using a questionnaire, then data is processed using multiple linear regression. The results showed product, price, promotion, and location had positive and significant effect on interest to make a return visit to the café café located along Jalan Dr. Mansour Medan, with a variable location that has the most impact on interest to visit again Keywords: marketing mix, revisited interest
A. Latar Belakang Konsumen dalam melakukan sebuah kunjungan ke suatu tempat biasanya memiliki alasan tertentu, alasan utama yang paling sering dipakai menjadi alasan adalah kunjungan yang dilakukan memberi kepuasan dan manfaat bagi konsumen itu sendiri. Sedangkan untuk melakukan kunjungan kedua konsumen juga memiliki alasan yang sama yaitu adanya keinginan untuk memperoleh kepuasan dan manfaat yang telah diterimanya pada saat kunjungan pertama Pertumbuhan ekonomi, dan perubahan teknologi yang terjadi di kota Medan, telah menimbulkan persaingan bisnis yang cukup tajam di kota ini, persaingan ini membuat setiap perusahaan harus memiliki trik trik tertentu untuk memperoleh konsumen bagi produk produk yang mereka tawarkan. Penawaran yang dilakukan pelaku bisnis telah berubah, dahulu pelaku bisnis selalu mencari keuntungan, tetapi sekarang ini yang dicari adalah jumlah konsumen yang banyak selain keuntungan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
10
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, juga mengalami perkembangan sama seperti kota besar lain di Indonesia, yaitu maraknya bisnis kuliner. Bisnis kuliner ini memiliki beragam usaha, tampilan, dan harga. Selain hal yang disebut sebelumnya, dalam hal penamaan bisnis kuliner di Medan juga sangat beragam, salah satu penamaan yan paling populer adalah menggunakan kata café didepan nama usaha yang mereka jalankan. Alasan utama penggunaan café sebagai nama bisnis kuliner ini adalah nama tersebut dianggap lebih moderen danpada saat ini nama tersebut diakui cukup disukai oleh konsumen Pangsa pasar café dikota Medan terus meningkat, perkembangan ini disebabkan adanya perubahan gaya hidup di masyarakat Medan, dimana masyarakat cenderung untuk melakukan aktifitas diakhir harinya di café atau masyakat menggunakan café untuk sekedar berkumpul dengan teman teman. Salah satu lokasi tumbuhnya bisnis kafe adalah Jalan Dr.. Mansyur Medan, dimana dapat dilihat dalam dua tahun terakhir ini tumbuh bisnis kuliner atau café café dengan beragam bentuk dan produk yang ditawarkan. Café café yang berada di sepanjang Jalan Dr.. Mansyur memiliki produk minuman kopi yang sangat beragam dan makanan yang ditawarkan juga beragam. Keberhasilan dalam mendatangkan pengunjung café dipengaruhi oleh inovasi dan kreasi café tersebut, dan juga bagaimana café tersebut dapat memnfaatkan bauran pemasaran sebagai perangkat alat pemasaran. Penerapan bauran pemasaran yang baik akan menghasilkan keuntungan yang baik pula, kegiatan bauran pemasaran terdiri dari beberapa komponen yaitu produk, harga, lokasi dan promosi. Pada pengamatan awal, penulis melihat hampir semua café yang berada di Jalan Dr. Mansyur selalu menekankan pada bidang promosi dan harga, sementara lokasi dan produk tidak begitu dipedulikan oleh para pengusaha café tersebut, hal ini dilihat dari beberapa kali penuli mengunjungi café yang berada di sekitaran Jalan Dr. Mansyur, dimana produk makanan dan minuman yang ditawarkan adalah hampir semuanya sama yang berbeda adalah pemberian nama pada produk tersebut, demikian juga lokasi, penulis melihat banyak café yang tidak begitu menjadikan lokasi sebagai pertimbangan utama, hal ini dilihat dari lokasi café, parkir, dan lokasi yang tidak strategis. Fenomena yang cukup menarik yang terjadi mengenai café café yang berada di Jalan Dr. Mansyur, walaupun terdapat hal hal yang telah penulis kemukakan diatas, jumlah café yang tutup akibat kurangnya konsumen yang berkunjung ke café tersebut adalah lebih sedikit dibandingkan dengan café café yang terus bertahan, bahkan jumlah café ini terus bertambah. Berdasarkan hal ini penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya pengaruh bauran pemasaran terhadap minat berkunjung kembali pada café café yang berada di sepanjang Jalan Dr.. Mansyur. B. Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dikemukanan diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah harga, lokasi, promosi, dan produk sebagai bagian bauran pemasaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat berkunjung kembali ke café café yang berada di sepanjang Jalan Dr.. Mansyur?
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
11
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
C. Keaslian Penelitian Penelitian ini diinspirasi oleh penelitian Lubis (2012) yang berjudul Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi, dan Gaya Hidup terhadap Minat Berkunjung Kembali ke Coffee Cangkir Dr.. Mansyur Medan. Penulis juga mengambil beberapa bagian kutipan dari penelitian Lubis (2012) ini khususnya mengenai tinjauan pustaka. D. Tinjauan Pustaka Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Menurut Kotler (2007), pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa kepada masyarakat, khususnya kepada pembeli potensial (Ma’ruf, 2005). Pemasaran dikembangkan sebagai suatu pola yang tertata dalam suatu sistem yang sering kali disebut sebagai ilmu dan juga dikembangkan dengan cara masing masing pelaku sehingga disebut improvisasi dan karenanya disebut seni. Kotler dalam Tjiptono (2005) menyebutkan, jasa adalah setiap tindakan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang ada pada dasarnya bersifat tidak berwujud fisik dan tidak berhubungan dengan produk fisik maupun yang menggunakan produk fisik. Secara umum pemasaran jasa terdiri atas (Tjiptono, 2005): (1) intangibility (tidak berwujud) (2) inseparability (tidak terpisahkan) (3) variability (keanekaragaman) (4) perishability (tidak tahan lama) (5) lack of ownership Bauran pemasaran adalah campuran dari variabel pemasaran yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari empat unsur: 1. Produk. Menurut Kotler (2001) produk bisa diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan dan kenyataannya yaitu: (1) barang tahan lama, merupakan barang nyata yang biasanya melayani banyak kegunaan dan umumnya dapat digunakan cukup lama. Jenis barang ini seperti, pakaian, lemari, dan perkakas mesin. Barang tahan lama biasanya lebih memerlukan penjualan pribadi (personal selling) dan layanan, selain itu mensyaratkan laba yang lebih tinggi dan lebih menuntut jaminan dari penjual. Bagi pemasar yang menjual jenis barang seperti ini, sangat mengutamakan kualitas dari barang yang akan dijual. Dan tentu barang tersebut memberikan keuntungan yang lebih lama pada saat dikonsumsi. (2) Barang tidak tahan lama, merupakan barang nyata yang biasanya dikonsumsi untuk satu atau beberapa kegunaan lainnya. Contoh barang ini seperti, sabun, garam, dan makanan kaleng. Oleh karena barang-barang ini cepat habis dikonsumsi dan sering dibeli, strategi yang cocok adalah membuatnya tersedia di berbagai banyak lokasi. Pemasar biasanya menetapkan sedikit keuntungan, dan diiklankan secara gencar
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
12
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
memberikan rasa keinginan untuk mencoba dan membangun preferensi setiap konsumen (3) Jasa, merupakan kegiatan, manfaat, atau kegunaan yang ditawarkan untuk dijual. Jasa memiliki ciri tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, tidak tetap dan tidak dapat disimpan. Akibatnya pemasar lebih mengutamakan pengendalian kualitas, kredibilitas, pemasok, dan dapat disesuaikan dengan situasi. Dengan hal tersebut diharapkan konsumen dapat merasakan kepuasan dan manfaat pada saat transaksi berlangsung 2. Harga. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut. Harga juga merupakan estimasi penjual terhadap arti ekspresi nilai yang menyangkut kegunaan dan kualitas produk, citra yang terbentuk melalui iklan dan promosi. Harga merupakan salah satu faktor yang harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Segala keputusan yang menyangkut dengan harga akan sangat mempengaruhi aspek kegiatan suatu usaha baik yang menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh suatu lini usaha. Jadi harga tidak sekedar perhitungan biaya biaya ditambah sejumlah persentase tertentu sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan 3. Lokasi. Penampilan tempat usaha turut membantu menentukan citra tempat usaha. Elemen dari lokasi adalah atmosphere atau kesan keseluruhan yang disampaikan tata letak fisik, dan dekorasi dapat menciptakan perasaan satai atau sibuk. Tata letak juga merupakan sangat penting, tata letak yang efektif tidak hanya menjamin kenyamanan tetapi juga mempengaruhi pada pola lalu lintas konsumen dan perilaku pembelian. 4. Promosi. Promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang bertujuan untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi / membujuk, dan / atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Rossiter dan Percy (Tjiptono, 2002:222) mengklasifikasikan tujuan promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut: (1). Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need) (2). Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada konsumen (brand awareness) (3). Mendorong pilihan terhadap suatu produk (brand attitude) (4). Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brandpurchase intention) (5). Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase fasilititation) (6). Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning) Perilaku konsumen merupakan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku, dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Menurut Kotler dan Amstrong (2003) perilaku konsumen adalah perilaku pemebelian konsumen yang mengacu pada pada perilaku
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
13
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
pembelian konsumen akhir (individu dan rumah tangga) yang membeli barang atau jasa untuk konsumsi pribadi. Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor (Kotler & Amstrong, 2003): (1) Faktor budaya, terdiri dari: budaya, sub budaya, dan kelas social, (2) Faktor sosial, terdiri dari: kelompok acuan, keluarga, dan peran dan status (3) Faktor pribadi, terdiri dari: umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian dan konsep diri, dan (4) Faktor psikologi, terdiri dari: motivasi, persepsi, pemeblajaran, kepercayaan dan sikap. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), minat diartikan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, atau keinginan yang kuat. Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah atau keinginan seseorang terhadap sesuatu. Berkunjung diartikan pergi atau datang untuk melihat sesuatu (KBBI, 2005). Minat konsumen untuk berkunjung ke suatu tempat tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen tersebut. Ada tiga hal yang harus dikembangkan agar suatu tempat menjadi menarik untuk dikunjungi (Yoeti, 1996), yaitu: 1. Adanya something to see, yaitu sesuatu yang menarik untuk dilihat 2. Adanya something to buy, yaitu adanya sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli 3. Adanya something to do, yaitu adanya seuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu Minat berkunjung kembali adalah prilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek. Minat berkunjung kembali menunjukkan keinginan untuk melakukan kunjungan kembali untuk waktu yang akan datang (Tjiptono, 2005) E. Kerangka Konseptual Dalam hal ini kerangka konseptual atau kerangka pemikiran adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variable yang secara logis diterangkan dan dikembangkan dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survey literatur (Kuncoro, 2003). Menurut Kotler (2001) harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk suatu manfaat atas pengkonsumsian penggunaan atas kepemilikan barang atau jasa. Segala keputusan yang menyangkut dengan harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan suatu usaha baik yang menyangkut kegiatan penjualan ataupun aspek keuntungan yang ingin dicapai oleh suatu lini usaha. Ini berarti harga menggambarkan nilai uang sebuah barang atau jasa. Produk (Product) merupakan keseluruhan objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen dan akan membuat mereka untuk melakukan pembelian kembali Lokasi (Place), kemudahan akses terhadap lokasi usaha bagi semua para pelanggan dan calon pelanggan potensial. Tempat yang menarik bagi konsumen Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
14
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
adalah tempat yang paling strategis, menyenangkan, dan efisien (Suryana, 2001). Memilih lokasi dekat dengan pelanggan perlu untuk mempertahankan daya saing. Selain faktor kedekatan dengan pelanggan, faktor kenyamanan juga mutlak diperhatikan. Promosi (Promotion) merupakan fungsi pemberitahuan, pembujukan, dan pengimbasan keputusan pembelian konsumen (Kotler, 2003). Promosi adalah komunikasi dari pesan-pesan perusahaan yang didesain untuk menstimulus terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan (Kotler, 2003). Adanya minat konsumen untuk berkunjung kembali ke suatu tempat tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga, lokasi, promosi, dan gaya hidup mempengaruhi keputusan berkunjung yang dapat digambarkan pada suatu kerangka konseptual pada gambar 1 berikut ini: PRODUK HARGA MINAT BERKUNJUNG ULANG LOKASI PROMOSI Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: Tinjauan Pustaka Penelitian 2013 G. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanasi assosiatif. Yaitu penelitian yang menghubungkan dua variabel atau lebih (Ginting & Situmorang, 2008). Adapun variabel yang dihubungkan dalam penelitian ini adalah variabel produk (X1), variabel harga (X2), variabel lokasi (X3), variabel promosi (X4) terhadap minat berkunjung kembali (Y). Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana elemen unit terkecil yang merupakan sumber dari data yang diperlukan (Ginting dan Simorangkir, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berkunjung ke café café yang berada di sepanjang Jalam Dr. Mansyur Medan. Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan rancangan sampel nonprobabilitas dengan teknik pengambilan accidental sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan dan siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Ginting dan Simorangkir, 2008). Oleh karena populasi yang sulit diketahui, maka penentuan jumlah minimum sampel yang mewakili populasi adalah sebagai berikut (Supramono, 2003):
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
15
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 (
) ( )( )
Dimana: Dan
= jumlah sampel
p
= estimator populasi
q
= 1- p
Zα
= harga standard normal yang besarnya tergantung pada nilai α, dimana bila α=0,05 maka α=0,01 maka Z=1,96
D
= penyimpangan yang ditolerir
Hasil prasurvei yang dilakukan terhadap 10 orang responden diketahui 7 orang yang berminat berkunjung kembali dengan tingkat signifikansi 5%.
Sehingga jumlah sampel yang diperoleh adalah: (
) ( (
)(
)
)
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, sebelum kuesioner diberikan kepada 27 orang sampel terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas terhadap kuesioner, hasil uji validitas dan realibilitas menunjukkan 3 item untuk produk, 5 item untuk harga, 3 item untuk lokasi, 2 item untuk promosi, dan 2 item untuk minat berkunjung kembali. Pengolahan data penelitian menggunakan regresi linier berganda, sebelum dilakukan estimasi data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik berupa uji normalitas, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas. Setelah dilakukan uji asumsi klasik, selanjutnya dilakukan uji regresi linier berganda dimana dalam regresi terdapat tiga kriteria ketepatan yaitu: (1) uji signifikansi parsial (2) uji signifikansi simultan (3) dan koefisien determinasi. H. Hasil Penelitian Responden dalam penelitian ini sebanyak 27 orang yang terdiri dari 17 orang pria dan 10 orang wanita, mayoritas responden berusia 17 – 25 tahun dan memiliki profesi sebagai mahasiswa. Kunjungan responden terhadap café café yang berada sepanjang Jalan Dr. Mansyur dalam sebulan mayoritas sekitar lebih dari 4 kali. Deskripsi jawaban responden untuk kuesioner yang diberikan dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) variabel produk mempunyai 3 item pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah mengenai produk yang paling dicari oleh pengunjung untuk melakukan kunjungan ulang adalah adanya kenyamanan tempat, karena pada umumnya pengunjung yang datang ke
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
16
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
café adalah untuk waktu yang lama, sambil berdiskusi dengan teman teman, jadi sangat penting bagi pengunjung mengenai kenyamanan. (2) variabel harga mempunyai 5 item pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah mengenai harga yang menjadi penentu adalah adanya harga yang murah (terjangkau) bagi pengunjung (3) variabel promosi mempunyai 2 item pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah mengenai kunjungan ke café bukan berasal dari promosi yang dilakukan oleh café tersebut, tetapi berdasarkan ajakan teman atau orang lain. (4) variabel lokasi mempunyai 3 item pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah mengenai lokasi café yang menyediakan tempat parkir yang mudah dan aman, hal ini disebabkan mayoritas pengunjung memiliki kenderaan sendiri (5) variabel minat berkunjung kembali mempunyai 2 item pertanyaan dan nilai rata rata jawaban responden yang paling tinggi adalah responden akan melakukan kunjungan kembali apabila disetujui oleh semua teman yang akan berkunjung, bukan berdasarkan keinginan sendiri. Hasil uji asumsi klasik adalah sebagai berikut: (1) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis grafik (grafik normal PP plot regression standardized residual) dilihat dari titik yang menyebar di sekitar garis diagonal, hasil uji data menunjukkan data menyebar di sekitar garis normal, hal ini berarti data telah berdistribusi normal. (2) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka terjadi homokedastisitas. Jika berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Melalui analisis gambar (scatter plot), suatu model regresi dianggap yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola tertentu yang jelas di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga layak dipakai untuk memprediksi minat berkunjung kembali konsumen, berdasarkan masukan variabel independennya. (3) uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Gejala multikolonearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF(Variance Inflation Factor). Tolerance mengukur variabilitas independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang dan Lufti, 2011). Hasil penelitian menunjukkan hasil semua nilai tolerance mendekati satu, dan VIF yang lebih kecil dari 5. Hasil uji signifikansi parsial menunjukkan semua variabel bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat, dengan variabel lokasi memiliki pengaruh paling besar terhadap minat melakukan kunjungan kembali. Uji simultan menunjukkan semua variabel bebas secara serentak berpengaruh terhadap variabel terikat. Koefisien determinasi yang disesuiakan sebesar 0,764 atau 76,4 %, berarti hubungan variabel produk, harga, lokasi, dan promosi terhadap minat berkunjung kembali sangat Erat, dan faktor-faktor minat
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
17
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
berkunjung kembali dapat dijelaskan oleh variabel bebas (produk, harga, lokasi, dan promosi) sedangkan 23,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. I. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini adalah variabel produk, harga, promosi, dan lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat untuk melakukan kunjungan kembali ke café café yang berada di sepanjang Jalan Dr.. Mansyur Medan, dengan variabel lokasi yang memiliki pengaruh paling besar terhadap minat melakukan kunjungan ulang. J. SARAN Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: kepada pemilik café di Jalan Dr.. Mansyur hendaknya lebih memperhatikan lokasi letak café tersebut, kemudian yang perlu diperhatikan juga adalah suasana nyaman harus diciptakan dalam lokasi café disamping harga yang terjangkau, hal terjadi karena mayoritas pengunjung adalah dari kalangan mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA Lubis, Dian H. 2012 Pengaruh Harga, Lokasi, Promosi, Dan Gaya Hidup Terhadap Minat Berkunjung Kembali Ke Coffee Cangkir Dr. Mansyur Medan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005, Balai Pustaka, Jakarta. Kotler, Philip 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, Buku Dua, Salemba Empat, Jakarta. Kotler, Philip, 2007. Manajemen Pemasaran, Jilid Satu, Edisi Keduabelas, Indeks, Jakarta. Kuncoro, Mudrajat, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta. Ma’ruf, Handri, 2005. Pemasaran Ritel, Gramedia Pustaka, Jakarta. Paham, Ginting dan Syafrizal, H Situmorang. 2008. Filsafat dan Metode Riset.USU Press, Medan Tjiptono, Fandy,2005. Pemasaran Jasa, Bayu Media, Malang. Situmorang, H Syafrizal dan Lufti, Muslich, 2011. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis, Edisi Kedua, USU Press, Medan Supramono dan Haryanto, 2003. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran, Andi. Yogyakarta Suryana. 2001. Kewirausahaan. Salemba Empat, Jakarta Yoeti, Oka A,1996. Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkas, Bandung.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
18
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISA PENGARUH KETIDAKAMANAN KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada Karyawan Kontrak PT. Bank X Medan)
FAULINA Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan ABSTRACT Hiring employees on basis of contracts is a trend in Indonesia nowadays, and based on the previous studies, it can be seen that there is a strong influence of the work insecurity and compensation on the performance of the contract employees. The purpose of this study is to analize the influence of work insecurity and compensation on the performance. The population is all the contract employees of PT. Bank X, and there are 74 employees taken to be the samples of this study. Questionairres were distributed to the samples in order to obtain the data, the estimated using multiple linier regression. The result showed : (1) insecurity has positive and significant influence on performance (2) compensation has positive and significant influence on performance (3) simultaneously insecurity and compensation have influence on performance, and the value of the adjusted r-square is very little, it can be implied that in the case of PT. Bank X there are other factors that have larger influence on the performance of the contract employees Keywords: work insecurity, compensation, performance A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang akan menghadapi tantangan yang berat dalam era globalisasi ini. Hal ini terjadi karena dalam era ini negara-negara berkembang berhadapan secara langsung dengan negara-negara maju yang memiliki keunggulan hampir di segala aspek, mulai dari teknologi, modal dan sumber daya manusia. Ketiganya mempunyai arti yang sangat penting, khususnya sumber daya manusia. Sumber daya manusia dipandang sebagai aset organisasi yang sangat penting, karena manusia merupakan sumber daya yang dinamis dan selalu dibutuhkan dalam proses produksi barang maupun jasa. Mengingat bahwa faktor manusia sangat dibutuhkan dalam perusahaan maka muncul suatu ilmu manajemen yang mempelajari masalah-masalah ketenagakerjaan atau kepegawaian yang disebut Manajemen Sumber Daya Manusia. Menurut Simamora (2004) manajemen sumber daya manusia (human resource management) adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa, dan pengelolaan individu anggota organisasi atau kelompok pekerja. Sumber daya manusia adalah modal utama dan berharga yang dimiliki oleh PT. Bank X dan sudah sepatutnya mendapatkan perhatian yang lebih dan
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
19
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dikelola dengan baik sehingga mampu mendukung semua kegiatan operasional kerja dan membantu pencapaian tujuan dan sasaran (target) yang ingin dicapai perusahaan. Untuk itu agar membantu tercapainya tujuan dan target perusahaan maka dibutuhkan banyak karyawan. Tetapi, kendala yang dihadapi untuk mempekerjakan lebih banyak tenaga lagi adalah masalah dana untuk menggaji karyawan. Salah satu upaya yang terbaik dengan meminimalkan pengeluaran perusahaan adalah mempekerjakan karyawan dengan sistem kontrak. Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis, PT. Bank X adalah salah satu bank yang paling banyak menggunakan tenaga kontrak untuk menunjang operasional perusahaannya, setelah melakukan wawancara dengan beberapa tenaga kontrak yang berada di perusahaan tersebut, bahwa sistem kontrak menimbulkan rasa ketidak amanan dalam bekerja, khususnya pada akhir sebuah periode kontrak apakah diperpanjang atau tidak oleh PT. Bank X. Terkait dengan waktu bekerja yang telah ditetapkan serta apabila masa kontrak berakhir maka dapat diperpanjang atau diakhiri oleh instansi yang bersangkutan. Karyawan kontrak bisa diangkat menjadi karyawan tetap jika menunjukkan kinerja yang baik. Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt (1989 dalam Wening, 2005) ketidakamanan kerja (job insecurity) merupakan kondisi ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam situasi kerja yang mengancam. Perasaan tidak aman akan membawa dampak pada job attitudes karyawan, bahkan keinginan untuk turnover yang semakin besar. Persepsi ketidakamanan kerja (job insecurity) memunculkan dampak dalam aspek psikologis. Di antara aspek psikologis yang muncul antara lain berupa penurunan kepuasan kerja, penurunan kreativitas, perasaan murung dan bersalah, kekhawatiran bahkan kemarahan (Band dan Tustin, 1999). Setiap karyawan atau individu yang bekerja dalam suatu perusahaan mempunyai keinginan untuk mendapatkan gaji yang sesuai dan cocok dengan harapannya. Jika mereka mendapatkan gaji yang sesuai maka mereka akan lebih bersemangat dalam bekerja. Pada saat tanda tangan kontrak, karyawan kontrak tidak mengalami masalah apapun namun dengan berjalannya waktu timbul rasa ketidakpuasan terhadap gaji yang diberikan oleh perusahaan. Dari beberapa unsur yang ada, jumlah gaji merupakan unsur yang paling jelas dalam kepuasan kompensasi (Harnanik, 2005). Menurut undang-undang no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah adalah hak karyawan yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, diterapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan kerja atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi karyawan dan keluarganya. Menurut Handoko (2000), mengatakan Departemen Personalia merancang dan mengadministrasikan kompensasi karyawan. Bila kompensasi yang diberikan secara benar, para karyawan lebih terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai sasaran organisasi. Bila para karyawan memandang kompensasi tidak memadai, prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan akan turun secara dramatis. Menurut Sulistyani dan Rosidah (2003) kompensasi akan meningkatkan kinerja karyawan. Hal ini disebabkan karena setiap karyawan mempunyai harapan
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
20
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
untuk memiliki kehidupan yang lebih baik sesuai pengorbanan dan tanggung jawab yang dibebankan karyawan didalam melakukan pekerjaannya. Kompensasi sebagai penghargaan atas keberhasilan seseorang yang menunjukkan kinerja dari seorang karyawan dalam menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan jabatan yang dipangkunya sekarang, sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan potensi yang bersangkutan dalam menduduki posisi yang lebih tinggi disuatu organisasi. Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003) perusahaan harus dapat menetapkan kompensasi yang paling tepat, sehingga dapat menopang tercapainya tujuan perusahaan secara lebih efektif dan lebih efisien Menurut teori Maslow tentang lima tingkat kebutuhan, kompensasi mendasari kelima tingkat kebutuhan manusia, dari mulai kebutuhan fisiologis hingga tingkat kebutuhan yang paling tinggi yaitu self-actualization (perwujudan diri). Tanpa adanya kompensasi, kebutuhan-kebutuhan lanjutan tidak dapat berfungsi sesuai kaidah Maslow bahwa kebutuhan yang lebih tinggi hanya dapat berfungsi jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Sistem kompensasi tidak hanya untuk memuaskan kebutuhan fisik melainkan juga merupakan pengakuan dan rasa mencapai sesuatu. Simamora (2004) menyatakan bahwa kompensasi yang baik adalah sistem kompensasi yang tanggap terhadap situasi dan sistem yang dapat memotivasi karyawan-karyawan. Sistem kompensasi hendaknya memuaskan kebutuhan karyawan, memastikan perlakuan adil terhadap mereka dalam hal kompensasi dan memberikan imbalan terhadap kinerja mereka. Apabila sistem kompensasi telah mampu menciptakan kondisi seperti di atas maka karyawan akan senang hati memenuhi permintaan pihak manajemen untuk bekerja secara optimal. Secara sederhana kepuasan kompensasi akan menimbulkan peningkatan kinerja bagi karyawan. Dalam pemberian kompensasi, ada dua filosofi yang mendasar, yang dapat dilihat sebagai titik berlawanan dari suatu garis lurus yaitu filosofi kelayakan dan pada titik lainnya adalah filosofi berorientasi kinerja (Mathis and Jackson, 2000). Filosofi kelayakan ini dapat dilihat di banyak organisasi yang secara tradisional telah memberikan kenaikan otomatis kepada karyawannya setiap tahun dan masih memperhatikan senioritas dalam kenaikan gaji. Rivai (2005) mengemukakan bahwa kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Setiap karyawan harus memberikan kontribusi terbaiknya dan mengetahui tanggung jawab yang diberikan dalam pelaksanaan kerja dan tingkat kinerja yang ingin dicapai dengan mengukur keadaan dan kemampuan yang ada dalam dirinya. Pihak manajemen perusahaan harus banyak memberikan perhatian dan usahanya untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan karyawan. Pengelolaan SDM yang baik akan memberikan kemajuan yang signifikan bagi perusahaan. B. PERUMUSAN MASALAH Dari uraian latar belakang masalah di muka dan memperhatikan data kinerja karyawan kontrak yang semakin menurun, tidak dipungkiri bahwa akan berimplikasi pada kinerja perusahaan. Pada karyawan kontrak PT. Bank X cabang Medan terdapat indikasi pengaruh ketidakamanan kerja dan kepuasan kompensasi terhadap kinerja karyawan dalam prosesnya, karyawan kontrak seringkali merasa
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
21
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
tidak puas akan kompensasi yang mereka terima. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang dikaji adalah bagaimana variabel ketidakamanan kerja dan kepuasan kompensasi mempengaruhi kinerja karyawan kontrak PT. Bank X Cabang Medan. Dari masalah penelitian tersebut maka dapat disimpulkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah pengaruh ketidakamanan kerja terhadap kinerja karyawan? 2. Apakah pengaruh kepuasan kompensasi terhadap kinerja karyawan? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh ketidakamanan kerja terhadap kinerja karyawan 2. Menganalisis pengaruh kepuasan kompensasi terhadap kinerja karyawan D. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Nugraha (2010) yang berjudul: Analisis Pengaruh Ketidakamanan Kerja Dan Kepuasan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan kontrak PT Bank Rakyat Indonesia cabang Semarang Patimura dan unit kerjanya ). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nugraha (2010) adalah lokasi penelitian, sampel penelitian, dan tahun penelitian. E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Ketidakamanan Kerja (job insecurity) Greenhalgh dan Rosenblatt (1989) dalam Wening, 2005) mendefinisikan ketidakamanan kerja (job insecurity) sebagai ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja yang terancam. Sementara Smithson dan Lewis (2000 dalam Yuniar, 2008) mengartikan ketidakamanan kerja (job insecurity) sebagai kondisi psikologis seseorang (karyawan) yang menunjukkan rasa binggung atau merasa tidak aman dikarenakan kondisi lingkungan yang berubah-ubah (perceived impermanance). Kondisi ini muncul karena banyaknya jenis pekerjaan yang sifatnya sesaat atau pekerjaan kontrak. Makin banyaknya jenis pekerjaan dengan durasi waktu yang sementara atau tidak permanen, menyebabkan banyaknya karyawan yang mengalami ketidakamanan kerja (job insecurity) (Smithson & Lewis, 2000 dalam Yuniar, 2008). Menurut Bryson dan Hervey (2000 dalam Yuniar, 2008) rasa tidak aman dalam bekerja dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni subyektif dan obyektif. Rasa tidak aman yang sifatnya obyektif umumnya dikaitkan dengan indikator yang jelas seperti job tenure, untuk mengetahui kestabilan karyawan dalam organisasi. Sementara rasa aman yang subyektif relatif sulit diamati secara langsung karena indikator yang digunakan adalah ancaman terhadap hilangnya pekerjaan dan konsekuensi dari bersangkutan. Kurangnya rasa percaya akan berpengaruh terhadap moral dan motivasi karyawan. Hilangnya kekuatan (power) yang dimiliki atas pekerjaan yang dilakukan ataupun kesempatan-kesempatan yang ditawarkan oleh pekerjaan tersebut seperti status atau promosi. (Burchell, Day & Hudson, 2000 dalam Yuniar, 2008).
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
22
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Ada beberapa tingkatan situasi yang dirasa tidak aman diantara karyawan. Ada karyawan yang merasa tidak aman (insecure) namun digaji tinggi karena keahliannya yang jarang dimiliki orang. Individu semacam ini memiliki high employment security yang tinggi dalam definisi senngenberger, namun job securitynya rendah. Ada pula karyawan yang memiliki kontrak kerja namun merasa tidak aman akan seberapa lama kontrak itu bisa diperpanjang lagi. Kondisi impermanance serta adanya keserbatidakpastiaan semacam ini membuat ketidakamanan kerja (job insecurity) mempengaruhi karyawan, utamanya yang masih muda (Smithson & Lewis , 2000 dalam Yuniar, 2008). Dari hasil beberapa studi yang dilakukan (Greenglass, Burke & Fiksenbaum, 2002 dalam Yuniar, 2008), ditemukan adanya pengaruh ketidakamanan kerja (job insecurity) terhadap karyawan diantaranya : 1. Meningkatkan ketidakpuasan dalam bekerja 2. Meningkatnya gangguan fisik 3. Meningkatnya gangguan psikologis 4. Karyawan cenderung menarik diri dari lingkungan kerjanya 5. Makin berkurangnya komitmen organisasional 6. Peningkatan jumlah karyawan yang berpindah (employee turnover) 2. Kompensasi Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian (Rivai, 2005). Tanpa adanya kompensasi, kebutuhan-keburuhan lanjutan tidak dapat berfungsi sesuai dengan kaidah Maslow bahwa kebutuhan yang yang lebih tinggi hanya dapat berfungsi jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi. Sistem kompensasi tidak hanya memuaskan kebutuhan fisik melainkan juga merupakan pengakuan dan rasa mencapai sesuatu. Berbagai jenis kebutuhan manusia akan dicerminkan dari berbagai keingianan para karyawan terhadap pekerjaannya, termasuk diantaranya keinginan untuk memperoleh upah yang layak (Ranupandjoyo dan Husnan, 1983). Simamora (2004) menyatakan bahwa kompensasi yang baik adalah sistem kompensasi yang tanggap terhadap situasi dan sistem yang dapat memotivasi karyawan-karyawan. Sistem kompensasi hendaknya memuaskan kebutuhan karyawan. Memastikan perlakuan adil terhadap mereka dalam hal kompensasi telah mampu menciptakan kondisi seperti di atas maka karyawan akan dengan senang hati memenuhi permintaan pihak manajemen untuk bekerja secara optimal. Gomes (2003) mengemukakan bahwa nilai hak-hak perorangan mempengaruhi imbalan karena setiap orang ingin digaji berdasarkan “a fair day’s pay for a fair day’s work”. Jadi karena standar keadilan per orang berbeda maka diperlukan beberapa metode untuk menyamakan kontribusi dari para karyawan menurut karakteristiknya.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
23
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
3. Kinerja Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil. sedangkan menurut Bernadin (1993) dalam Istiningsih mendefinisikan kinerja sebagai hasil prestasi kerja yang telah dicapai seorang karyawan sesuai dengan fungsi tugasnya. Kinerja karyawan mengacu pada prestasi seseorang yang diukur berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan perusahaan. Menurut Mangkunegara (2004) kinerja merupakan hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kesediaan dan ketrampilan seorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaiamana mengerjakannya. Dessler (1997) memberikan pengertian tentang kinerja yaitu merupakan perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan dan kinerja itu sendiri lebih memfokuskan pada hasil kerjanya, sedangkan menurut Mathis dan Jackson (2002) kinerja pada dasarnya apa yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh karyawan. Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada organisasi. F. KERANGKA DAN HIPOTESA PENELITIAN Untuk lebih memperjelas arah dari penelitian yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara ketidakamanan kerja dan kepuasan kompensasi yang mempengaruhi kinerja karyawan maka dalam penelitian ini dapat diambil suatu jalur pemikiran yang diterjemahkan dalam diagram struktur seperti pada Gambar 1 berikut: Ketidakamanan Kerja Kinerja Karyawan Kompensasi Gambar 1. Kerangka Penelitian Sumber: Tinjauan Pustaka Kerangka penelitian yang disajikan diatas menjelaskan bahwa faktor ketidakamanan kerja dan kepuasan kompensasi mempengaruhi kinerja karyawan. Kerangka penelitian dimuka menjelaskan bahwa : H1:
Terdapat pengaruh negatif dari ketidakamanan kerja terhadap kinerja karyawan
H2:
Terdapat pengaruh positif dari kepuasan kompensasi terhadap kinerja karyawan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
24
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
G. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kantor Cabang Bank X yang terletak di Jalan Putri Hijau Medan. Populasi penelitian ini adalah karyawan kontrak di kantor cabang PT. Bank X yang berjumlah sekitar 90 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2005) , dimana N ( ) = Ukuran populasi, n = Ukuran sampel, e = margin of error, yaitu persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir sebesar 5%. Sehingga jumlah sampel adalah sebanyak (
)
Kuesioner pada penelitian ini tidak perlu lagi dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena sudah diuji sebelumnya oleh Nugraha (2010). Estimasi data penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolineritas. Setelah semua data terbebas dari permasalahan asumsi klasik maka dilakukan regresi berganda. H. HASIL PENELITIAN Data penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada sampel penelitian terdiri dari masing masing 5 item pernyataan untuk variabel ketidakamanan, kompensasi, dan kinerja. Hasil jawaban responden dapat dilihat pada Tabel 1. Berikut ini: Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian VA RIABEL KETIDA KA MANAN x 1.1 N
Valid
x 1.2
x 1.3
x 1.4
x 1.5
74
74
74
74
0
0
0
0
0
Mean
2.6216
2.5541
3.6486
3.0676
3.7297
Median
2.0000
2.0000
4.0000
3.0000
4.0000
Std. Dev iation
.85533
.76107
.58362
.70868
.44713
1.094
1.346
.242
.378
-1.056
Std. Error of Skew nes s
.279
.279
.279
.279
.279
Kurtos is
.046
1.428
-.658
.258
-.910
Std. Error of Kurtos is
.552
.552
.552
.552
.552
Mis sing
Skew ness
74
VA RIABEL KOM PENSASI x 2.1 N
Valid
x 2.2
x 2.3
x .2.4
x 2.5
74
74
74
74
0
0
0
0
0
Mean
4.1216
3.8378
3.9595
3.9459
3.9459
Median
4.0000
4.0000
4.0000
4.0000
4.0000
Std. Dev iation
.64005
.66264
.71076
.46499
.43453
-.110
-.101
.058
-.200
-.301
.279
.279
.279
.279
.279
-.529
-.078
-.978
1.776
2.454
.552
.552
.552
.552
.552
Mis sing
Skew ness Std. Error of Skew nes s Kurtos is Std. Error of Kurtos is
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
74
25
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
VA RIABEL KINERJA y1 N
Valid
y2
y3
y4
y5
74
74
74
73
0
0
0
1
0
Mean
3.8378
3.7973
3.8919
3.8493
3.7703
Median
4.0000
4.0000
4.0000
4.0000
4.0000
Std. Dev iation
.68300
.68205
.63175
.70062
.60923
Skew ness
.216
.278
.086
-.032
-1.334
Std. Error of Skew nes s
.279
.279
.279
.281
.279
-.821
-.819
-.456
-.392
2.327
.552
.552
.552
.555
.552
Mis sing
Kurtos is Std. Error of Kurtos is
74
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat sebagai berikut: 1. Rata rata terkecil terdapat pada variabel ketidakamanan kerja (2,5541), dan terbesar terdapat pada variabel kompensasi (4,1216) 2. Titik tengah data (median) terkecil adalah 2, dan tertinggi adalah 4. 3. Standar Deviasi atau Simpangan baku merupakan variasi sebaran data, semakin kecil nilai sebarannya berarti variasi nilai data makin sama Jika sebarannya bernilai 0, maka nilai semua datanya adalah sama. Semakin besar nilai sebarannya berarti data semakin bervariasi. Berdasarkan Tabel 1 terlihat nilai standar deviasi terbesar terdapat pada variabel ketidakamanan kerja (0,85533), dan terkecil terdapat pada variabel kompensasi (0,43453) Pengolahan data statistik mengharuskan dipenuhinya kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). BLUE dapat dicapai bila memenuhi asumsi klasik. Asumsi klasik tersebut antara lain adalah: (1) model regresi dispesifikasikan dengan benar (2) Error menyebar normal dengan rataan nol dan memiliki suatu ragam (variance) tertentu (3) tidak terjadi heteroskedastisitas pada ragam error (4) tidak terjadi multikolinieritas antara peubah bebas (5) error tidak mengalami autokorelasi (error tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri). Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolineritas. Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
26
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel
2.
Hasil Uji Asumsi Multikolinearitas)
Klasik (Normalitas, Heteroskedastisitas,
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: kinerja
Expected Cum Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Scatterplot
Dependent Variable: kinerja
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Co efficien ts
Model 1
Uns tandardiz ed
Standardiz ed
Coeff icients
Coeff icients
B (Cons tant)
Std. Error 9.386
2.620
ketidakamanan
.182
.080
kompens as i
.347
.108
a
Beta
Collinearity Statis tic s t
Sig.
Toleranc e
VIF
3.582
.001
.248
2.265
.027
.983
1.017
.352
3.217
.002
.983
1.017
a. Dependent Variable: kinerja
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 1. Dapat dilihat: (1) data menyebar disepanjang haris diagonal sehingga disimpulkan data sudah terdistribusi secara normal (2) data menyebar diatas dan dibawah titik nol sehingga disimpulkan data terbebas dari heteroskedastisitas (3) Nilai tolerance sebesar 0,983 < 1 dan nilai VIF 1,017 > 1, disimpulkan tidak terdapat permasalahan multikolinearitas. Hasil pengolahan data dengan metode analisis regresi berganda (Tabel 1) dapat dibuat garis persamaan regresi yaitu: Berdasarkan persamaan tersebut: (1) Nilai konstanta sebesar 9,386, menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu ketidakamanan dan kompensasi, maka perubahan nilai kinerja yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 9,386. (2) Koefisien regresi variabel ketidakamanan kerja sebesar 0,182 menunjukkan bahwa setiap kenaikan ketidakamanan sebesar 1 satuan, maka perubahan kinerja akan bertambah sebesar 0,182 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. (3) Koefisien regresi variabel kompensasi sebesar 0,347
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
27
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
menunjukkan bahwa setiap kompensasi sebesar 1 satuan, maka kinerja dilihat dari nilai Y akan naik sebesar 0,347 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Uji parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu). Berdasarkan hasil pengujian statistik t pada tabel 2 dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) pengaruh ketidakamanan terhadap kinerja, nilai signifikansi = 0,027 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual (parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel (t-hit 2,265 > t-tab 1,993) maka ketidakamanan secara parsial memiliki pengaruh terhadap kompensasi. (2) pengaruh kompensasi terhadap kinerja, nilai signifikansi = 0,002 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual (parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel (3,217 > 1,993) maka kompensasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja. Uji simultan atau uji F ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Tabel 3: Uji Simultan (Uji F) ANOV A
b
Sum of Model 1
Squares Regress ion
df
Mean Square
35.225
2
17.612
Res idual
181.113
71
2.551
Total
216.338
73
F
Sig. a
6.904
.002
a. Predic tors: (Constant), kompens as i, ketidakamanan b. Dependent Variable: kinerja
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Hasil uji F yang ditampilkan dalam tabel 3 menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah 6,904 dengan tingkat signifikansi 0,002 (< 0,05). Dengan mengunakan tabel F diperoleh nilai F-tabel sebesar 2,735. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel yang berarti bahwa ketidakamanan dan kompensasi secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja. Tabel 4: Uji Koefisien Determinasi M o de l Sum m ar y
Model
R
R Square a
1
.404
.163
b
Adjus ted
Std. Error of
Durbin-
R Square
the Es timate
Watson
.139
1.59715
2.296
a. Predic tors: (Cons tant), kompensasi, ketidakamanan b. Dependent Variable: kinerja
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian Pengujian koefisien determinasi dilakukan dengan melihat nilai r-square adjusted (Tabel 4), dimana nilainya adalah sebesar 0,139 atau 13,9% mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independen mampu menjelaskan variasi dependen sebesar 13,9% dan sisanya 86,1 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
28
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
J. KESIMPULAN PENELITIAN Kesimpulan penelitian ini adalah (1) ketidakamanan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja (2) kompensasi memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap kinerja (3) secara bersama sama ketidakamanan dan kompensasi memiliki pengaruh terhadap kinerja, walaupun nilai pengaruhnya kecil, hal ini berarti untuk kasus di Bank X terdapat faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan kontrak DAFTAR PUSTAKA Band, D.C., dan Tustin, C. M., 1999. “Strategic Downsizing”, Management Decision, 33 (8):36 Bernadin, 1993. Pengertian Prestasi Kerja http://www.damandiri.co.id Dessler, G, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa : Benyamin Molan, Jakarta: PT. Prenhallindo. Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset. Hani, Handoko, 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.Edisi 2. Yogyakarta: BPFE. Harnanik. 2005. “Analisis Hubungan Kepuasan dan Kemajuan Karir, Kepuasan atas Beban Kerja, Kepuasan Atas Kelas dan Kepuasan atas Supervisi dengan Kepuasan Kompensasi”. EKOBIS, Vol.6, No. 2 Hal 153-165. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Mangkunegara, Anwar Prabu, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Remajaresdakarya. Mathis, R,L, dan Jackson, J.H., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat. Nugraha, Adhian, 2010. Analisis Pengaruh Ketidakamanan Kerja Dan Kepuasan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan kontrak PT Bank Rakyat Indonesia cabang Semarang Patimura dan unit kerjanya) Ranupandjoyo, Heidjrachman dan Suad Husnan, 1983. Manajemen Personalia, Cetakan ke-2, Yogyakarta: BPFE. Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: STIE YKPN. Sulistyani, Teguh dan Rosidah. 2003. Manusia.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Manajemen
Sumber
Daya
Umar, H,. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, Jakarta: Gramendia Pustaka Utama.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
29
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 Wening, Nur. 2005. “Pengaruh Ketidakamanan Kerja Sebagai Dampak Restrukturisasi Terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan Intensi Keluar Survivor”. KINERJA, Vol. 9, No. 2, Hal 135-147. Yogyakarta: STIE Widya Wiwaha. Yuniar, Mizar. 2008. “Pengaruh Faktor Ketidakamanan Kerja (Job Insecurity) dan Kepuasan Kerja Terhadap Niat Pindah (Turnover Itention) Dengan Komitmen Organisasional Sebagai Variabel Intervening”. Semarang: Tesis. Magister Manajemen Universitas Diponegoro.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
30
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
MOTIVASI KERJA GURU HONORER SMA SWASTA KOTA MEDAN APLIKASI TEORI DUA FAKTOR HERZBERG (SEBUAH STUDI KUALITATIF) MARTOLOP SINAMBELA Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRAK Motivation is a factor that drives a person to do a particular act or activity. According to the theory of two factors that affect motivation proposed by Herzberg, work motivation is influenced by hygiene factors and motivation factors. This study tried to assess qualitatively whether the motivation to work of part-time teachers in private high school in Medan in accordance with the twofactor theory proposed by Herzberg. This study was conducted for one month, and the number of samples successfully interviewed 54 people in part-time teachers from 23 private high school in the city of Medan. The results showed motivation to work of part-time teachers in Medan private high schools is not in accordance with what was said by the Herzberg motivation theory with two approaches, namely: (1). Hygiene factor, a factor that does not support the existence of motivation to work, but in this study the working conditions, school policies, and supervisors working group as part of the survey respondents considered hygiene factors do not affect the work motivation or in other words there is or not will not increase their work motivation, and the salary was the most inhibiting. (2). Motivational factors, a factor that supports the work motivation, of all the factors stated Herzberg turns are all factors that can support or lead to motivation for part-time teachers in private high school in Medan. Keywords: Motivation, two factors theory, part-time teacher A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai butir-butir tujuan pendidikan tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan yang memadai. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka semua aspek yang dapat mempengaruhi belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh positif bagi diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
31
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Guru yang bekerja di berbagai sekolah, baik negeri maupun swasta, berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Guru Honorer. Guru Tidak Tetap yang bekerja pada beberapa sekolah negeri maupun swasta, sampai saat ini belum memiliki standar gaji yang menitik beratkan pada bobot jam pelajaran, tingkatan jabatan, dan tanggung jawab masa depan siswanya. Apalagi untuk guru yang mengajar di tingkat SMA. Banyak diantara mereka yang bekerja melebihi dari imbalan yang mereka terima. Dengan kata lain, insentif atau gaji yang mereka terima tidak sebanding dengan pekerjaan yang mereka laksanakan dan tanggung jawab yang mereka terima terhadap masa depan siswanya, berhasil atau tidaknya menyelesaikan program pendidikan di sekolah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi ataupun masuk ke dunia kerja, bergantung pada kapabilitas guru SMA ini. Tingginya tuntutan yang diberikan kepada guru guru honorer di SMA ini tidak sebanding dengan penghasilan yang mereka terima, disatu sisi seorang guru harus menambah kapasitas akademis pembelajaran dengan terus memperbarui dan berinovasi dengan media, metode pembelajaran, dan kapasitas dirinya. Di sisi lain, sebagai efek demonstrasi dari minimnya kesejahteraan, seorang guru dituntut memenuhi kesejahteraannya dengan melakukan usaha atau kegiatan lain yang bisa menghasilkan uang agar dapat terus bertahan dalam kehidupannya. Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya motivasi kerja guru honorer walaupun dalam keadaan serba kekurangan dari segi material. B. PERMASALAHAN PENELITIAN Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah motivasi kerja guru honorer di SMA Swasta kota Medan sesuai dengan teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg? C. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian seperti ini sudah pernah dilakukan oleh Gunawan (2010) dengan judul Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap Di Berbagai SMA Swasta Di Kota Semarang, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Gunawan (2010) adalah adanya perbedaan lokasi penelitian, teori motivasi kerja yang dipakai, objek penelitian, tahun penelitian, dan metode pengolahan data. D. TINJAUAN PUSTAKA 1. Profesi Guru Paradigma tentang guru yang berkembang di tengah masyarakat, bahkan oleh sebagian guru itu sendiri, bahwa yang lebih dahulu harus ditinggkatkan adalah gaji guru. Jika gaji guru tinggi dipahami bahwa secara otomatis mutu, komitmen dan tanggung jawab guru juga akan tinggi. Tuntutan yang sudah lama menggaung ini sulit dipenuhi oleh pemerintah dengan alasan klasik bahwa keuangan negara sangat terbatas. Konsep berpikir seperti ini telah melemahkan posisi bargaining guru. Akibatnya, guru selalu setia menjadi korban dari political will pemerintah yang tidak berpihak pada nasib guru. Akan
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
32
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
tetapi, kesadaran guru menjadi korban kadangkala terlambat muncul bahkan tidak disadari oleh guru, karena sebagian “rasa korban” itu adalah kenikmatan. 2. Profesionalisme Guru Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti. Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja (Reminsa, 2008). Dalam pandangan masyarakat modern, guru belum merupakan profesi yang profesional jika hanya mampu membuat murid membaca, menulis dan berhitung, atau mendapat nilai tinggi, naik kelas dan lulus ujian. Masyarakat modern menganggap kompetensi guru belum lengkap jika hanya dilihat dari keahlian dan ketrampilan yang dimiliki melainkan juga dari orientasi guru terhadap perubahan dan inovasi. Menurut Reminsa (2008), menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru profesional seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
Kemampuan mengorganisir dan problem solving
Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skill atau keahliannya. Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Guru yang profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, menguasai metode yang tepat, mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Guru yang profesional juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakekat manusia, dan masyarakat.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
33
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
1.
Motivasi Kerja Motivasi berasal dari motive atau dengan prakata bahasa latinnya, yaitu movere, yang berarti “mengerahkan”. Martoyo dalam Elqorni (2008) motive atau dorongan adalah suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang melakukan sesuatu atau bekerja. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang kinerja individual. Dengan demikian motivasi atau motivation berarti pemberian motiv, penimbulan otiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Dapat juga dikatakan bahwa motivation adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu (Martoyo dalam Elqorni, 2008). Manusia dalam aktivitas kebiasaannya memiliki semangat untuk mengerjakan sesuatu asalkan dapat menghasilkan sesuatu yang dianggap oleh dirinya memiliki suatu nilai yang sangat berharga, yang tujuannya jelas pasti untuk melangsungkan kehidupannya, rasa tentram, rasa aman dan sebagainya.
Menurut Gitosudarmo dan Mulyono (dalam Elqorni, 2008) motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seorangmanusia pasti memiliki sesuatu faktor yang mendorong perbuatan tersebut. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Wahyuddin, 2010). 2. Teori dua Faktor Herzberg Frederick Herzberg adalah seorang professor dari Case western Reserve University dan Utah university, kelahiran Lynn-Massachusetts dan menyelesaikan Master dan Phd di University of Pittsburg, dimana beliau mengklasifiksikan area permasalahan tentang Job attitudes di hampir 2000 tulisan yg dipublikasikan antara 1900 1955. dalam literaturnya Herzberg meformulasikan opini tentang satisfiers dan dissatisfiers , dan dari hipotest yg berjudul Mental Health is Not the Opposite of Mental Illness., Herzberg menarik dasar hypothess untuk penelitian yg di publikasikan 1959 dengan judul The Motivation to Work, dimana penelitian tersebut menghasilkan teori yg dikenal dengan Motivation Hygiene . Dari dasar penelitian ini juga tahun 1968 muncullah artikel yang sangat boming terjual jutaan copy yang dipulikasikan oleh Harvard Business Review dengan judul One More Time; How Do You Motivation Your Employees? Menurut teori ini ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang, yaitu : a. Faktor-faktor yang akan mencegah ketidakpuasan (faktor higine), yang terdiri dari gaji, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, penyeliaan kelompok kerja.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
34
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
b. Faktor-faktor yang memberikan kepuasan (motivator factor) yang terdiri dari kemajuan, perkembangan, tanggung jawab, penghargaan, prestasi, pekerjaan itu sendiri. 3. Metode Penelitian Kualitatif Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002). Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005), ada lima ciri pokok karakteristik metode penelitian kualitatif yaitu: 1.
Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian. Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku berlangsung. 2.
Memiliki sifat deskriptif analitik
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaanpertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam data. 3.
Tekanan pada proses bukan hasil
Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil. Data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapar dilakukan dengan ukuran
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
35
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu mentaransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai suatu temuan atau hasil penelitian tersebut. 4.
Bersifat induktif
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulankesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan. 5.
Mengutamakan makna
Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa. Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat. Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama berada di lapangan. Sejalan dengan pendapat di atas, Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan bahwa bahwa ciri-ciri metode penelitian kualitatif ada lima, yaitu: a. Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti sebagai instrumen kunci. b. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih banyak kata-kata atau gambar-gambar daripada angka
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
36
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
c. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini disebabkan oleh cara peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. d. Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif: Peneliti tidak mencari data untuk membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum mulai penelitian, namun untuk menyusun abstraksi. e. Penelitian kualitatif menitikberatkan pada makna bukan sekadar perilaku yang tampak. E. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kota Medan. Penelitian ini bersifat kualitatif dimana penulis hanya ingin mengetahui bagaimana respon dari para guru honorer yang ada di kota Medan atas teori motivasi kerja model 2 pendekatan yang dikemukakan oleh Herzberg. Pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak menggunakan metode tertentu, disini penulis hanya melakukan interview kepada beberapa orang guru honorer yang penulis temui di beberapa sekolah swasta yang ada di kota Medan. Selama periode April 2013 (satu bulan) penulis berhasil mengunjungi 23 SMA swasta di kota Medan dan berhasil mewawancarai 54 orang guru honorer. Dalam penelitian ini penulis juga mencoba mengambil beberapa data pribadi para responden yang terdiri dari : jenis kelamin, pendidikan terakhir, status perkawinan, jumlah tanggungan, dan masa kerja, kemudian penulis menanyakan faktor higiene dan motivasi Herzberg kepada responden, disini penulis hanya mengambil jawaban YA atau TIDAK dari para responden penelitian, kemudian mencoba menguraikan jawaban para responden tersebut kedalam sebuah statistik sederhana.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
37
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
E. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis adalah sebagai berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian jenis kelamin
pria= 22 wanita= 32
pendidikan terakhir
S1=45 S2= 9
status perkawinan
menikah = 54
jumlah tanggungan
1=13, 2=24, 3=7 ≥4=10
masa kerja
≤5= 14 6-8=29 9-10=8 >10=3
Faktor Higine
Jawaban YA
Jawaban TOTAL TIDAK
gaji
49
5
54
kondisi kerja
25
29
54
kebijakan sekolah
17
37
54
kelompok 12
42
54
penyeliaan kerja
Faktor Motivator
Jawaban YA
kemajuan
36
Jawaban Total TIDAK 18 54
perkembangan
28
26
54
tanggung jawab
42
12
54
penghargaan
46
8
54
prestasi
32
22
54
pekerjaan itu sendiri
41
13
54
Sumber: Hasil Wawancara Penelitian Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dijabarkan: 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis kelamin mayoritas guru honorer dalam penelitian ini adalah wanita. Pendidikan guru honorer mayoritas adalah tamatan sarjana (S1) Keseluruhan responden sudah menikah Mayoritas jumlah tanggungan (anak) dari guru honorer adalah dua orang Mayoritas guru honorer telah bekerja antara 6 – 8 tahun Pembahasan penelitian ini dilakukan berdasarkan dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg, yaitu:
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
38
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
1. Faktor Higiene. Guru guru honorer di kota Medan cukup transparan dalam menyatakan pendapatnya khususnya mengenai gaji yang mereka terima setiap bulannya masih terlalu kecil, dan mereka menyatakan faktor gaji merupakan faktor utama yang menambah motivasi kerja mereka di SMA swasta, alasan utama yang mereka utamakan adalah tingginya biaya hidup di kota Medan mengakibatkan gaji yang mereka terima hampir tidak artinya untuk membiayai keluarga mereka, untungnya para guru honorer ini mengatakan bahwa pasangan mereka juga memiliki penghasilan untuk membiayai kehidupan keluarga mereka. Dan yang tak kalah penting lagi mayoritas dari guru honorer juga memiliki side jobs untuk menambah pendapatan keluarga. Kondisi kerja ternyata tidak begitu membawa pengaruh terhadap motivasi kerja para guru honorer, dari sebaran jawaban yang diberikan, penulis melihat bahwa sebenarnya kondisi kerja juga sangat penting tetapi akibat adanya kekurangan honor mengajar mengakibatkan mereka tidak begitu peduli, karena mereka cukup datang, kemudian mengajar, dan terus pergi ketempat lain untuk menambah income. Kebijakan sekolah juga sangat tidak mendukung akan adanya peningkatan motivasi kerja para guru honorer, karena menurut para guru honorer sekolah tempat mereka mengajar sebenarnya telah berubah menjadi perusahaan, dimana para pemilik sekolah baik itu yayasan maupun perorangan selalu membuat kebijakan untuk mendatangkan keuntungan untuk sekolah bukan untuk para guru honorer. Bahkan menurut beberapa guru honorer mengatakan ada beberapa kebijakan sekolah yang dikeluarkan sekolah cenderung untuk menekan guru honorer. Supervisi kelompok juga hampir tidak membawa pengaruh apapun bagi motivasi guru honorer, bahkan di beberapa sekolah swasta yang dikunjungi penulis tidak terdapat kegiatan penyeliaan kelompok, yang ada adalah guru honorer datang dan mengajar sesuai jumlah jam yang diberikan kepadanya, dan kemudian dibayar. 2. Faktor Motivasi Kemajuan sekolah ternyata turut meningkatkan motivasi guru honorer, kemajuan disini yang dimaksud para guru honorer adalah penyedian fasilitas belajar dan mengajar yang terus ditingkatkan oleh pihak sekolah. Perkembangan baik sekolah maupun kepada guru guru honorer akan dapat meningkatkan motivasi para guru honorer, berdasarkan wawancara dengan guru honorer, perkembangan yang sangat mereka inginkan adalah berupa adanya penambahwa dari segi keilmuan atau wawasan yang diberika sekolah baik itu berupa pelatihan atau seminar yang diberikan kepada guru atau guru dikirim ke tempat lain untuk mengikutinya. Tanggung jawab sebagai seorang guru ternyata masih tetap menjadi prioritas utama dari guru honorer, walaupun gaji yang kecil sebagai imbalan, tetapi dari sisi jawaban sebagian yang tidak menetapkan tanggung jawab sebagai motivasi, mengatakan mereka hanya mengajar hanya sebatas menjalankan pekerjaan yaitu mengajar, dan mengajarpun tanpa ada motivasi yang untuk
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
39
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
memberikan yang lebih bagi para murid murid SMA tersebut, hal ini menurut mereka tanggung jawab juga disesuaikan dengan pendapatan yang diterima. Penghargaan sangat memberikan motivasi bagi para guru honorer, terutama ketika ditanya apa jenis penghargaan menurut mereka yang akan dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja adalah berupa adanya kenaikan honor mengajar secara berkala, serta adanya penambahan tunjangan mengajar. Prestasi dapat menambah motivasi bekerja tetapi prestasi juga tidak akan dapat menambah motivasi karena menurut sebagian guru, kebanyakan sekolah swasta di Medan bukan mengejar prestasi dibidang akademik atau non akademik yang paling utama, sekolah hanya menekankan bagaiman terus berusaha menambah pendapatannya dengan terus berupaya meningkatkan jumlah murid, tetapi menurut pengamatan penulis ini hanya terjadi untuk SMA yang berada di pinggiran kota Medan atau SMA yang memang kurang memiliki begitu banyak murid. Pekerjaan sebagai guru merupakan penambah motivasi, berdasarkan wawancara, mereka bertahan dalam bidang pengajaran, karena mereka menganggap bekerja sebagai guru sudah merupakan profesi mereka, walaupun pekerjaan ini tidak begitu memberi kelebihan bagi mereka dari sisi materi, dan mereka juga mengatakan bahwa memang mengajar sebagai guru sudah merupakan panggilan jiwa mereka, sehingga dapat bertahan selama bertahun tahun menekuni bidang tersebut. Menurut beberapa orang responden pada tahun tahun awal bekerja sebagai guru memang sangat berat hanya mengandalkan pendapatan dari mengajar, tetapi setelah beberapa tahun mereka sudah menanamkan atau ikhlas menerimanya sebagai sebuah profesi, tentunya juga mereka juga harus memiliki ekstra income untuk menyokong keluarga mereka. F. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini yang dapat penulis katakan ialah: motivasi kerja guru honorer SMA swasta di kota Medan tidak sesuai dengan apa yang di katakan oleh Herzberg dalam teori motivasi dengan dua pendekatan, yaitu: 1. Faktor higiene, merupakan faktor yang tidak mendukung adanya motivasi kerja, tetapi dalam penelitian ini kondisi kerja, kebijakan sekolah, dan penyelia kelompok kerja sebagai bagian dari faktor higiene dianggap responden penelitian tidak ada efek terhadap motivasi kerja atau dengan kata lain ada atau tidak tidak akan menambah motivasi kerja mereka, dan yang paling menghambat hanyalah gaji. 2. Faktor motivator, merupakan faktor yang mendukung adanya motivasi kerja, dari semua faktor yang dinyatakan Herzberg ternyata semuanya merupakan faktor faktor yang dapat mendukung atau menimbulkan motivasi kerja bagi para guru Honorer di SMA swasta Kota Medan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
40
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
DAFTAR PUSTAKA Bogdan dan Biklen, 1992. Qualitatif Riserch Of Education: An Introduction Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung : Pustaka Setia Elqorny, Ahmad. 2008. “The Management Lecture Resume: Motivasi Kerja”. n.p, http://elqorni.wordpress.com/2008/05/03/motivasi-kerja, diakses tanggal 7 April 2010. Gunawan, Ikhsan. 2010. Motivasi Kerja Guru Tidak Tetap Di Berbagai Sma Swasta Di Kota emarang. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Tidak Dipublikasikan Reminsa,
Desi. 2010. http://e-smartschool.co.id/index.php?option=com_ content&task= view&id=907& Itemid=39. Diakses 29 April 2013.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET. Wahyuddin. M, Djumino. A. “Analisis Kepemimpinan dan Motivasi TerhadapKinerja Pegawai Pada Kantor Kesatuan Bangsa dan PerlindunganMasyarakat (KESBANG dan LINMAS) di Kabupaten Wonogiri”.http://eprints.ums.ac.id/126/1/Djumino.pdf, diakses tanggal 8 April 2010.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
41
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PENGARUH LABA BERSIH DAN ARUS KAS OPERASI TERHADAP DIVIDEN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
ABDUL RAHMAN DALIMUNTHE Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan, dalam menentukan dividen kas yang akan diberikan kepada pemegang saham tergantung dari laba bersih perusahaan dan aktivitas operasi perusahaan yang menghasilkan arus kas operasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisi pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap pembagian dividen pada perusahaan Perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007 - 2010. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling, dan berhasil diperoleh sebanyak 10 sampel. Data penelitian diolah dengan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan (1) laba bersih memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen (2) arus kas operasi memiliki pengaruh negatip dan tidak signifikan terhadap dividen (3) secara bersama sama laba bersih dan arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap dividen Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kata kunci: laba bersih, arus kas operasi, dividen A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, modal ini bisa berasal dari dalam perusahaan (berupa modal yang disetor pemilik) dan berasal dari luar perusahaan (berupa pinjaman), tetapi perusahaan juga membutuhkan modal dengan melakukan penjualan saham kepada masyarakat. Masyarakat yang membeli saham (investor) tentunya berharap untuk mendapatkan keuntungan (dividen) dari perusahaan yang sahamnya dibeli oleh masyarakat tersebut, dan tentunya keuntungan yang diharapkan ini juga memiliki kriteria, yaitu keuntungan yang nilainya lebih besar dari obligasi pemerintah atau bunga deposito. Rencana pembagian dividen yang dibayarkan perusahaan tentunya tergantung kepada kebijakan dividen masing masing perusahaan. Ada beberapa faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen oleh sebuah perusahaan: (1) profitabilitas (2) stabilitas dividen (3) likuiditas dan cash flow (4) investasi, dan (5) pembiayaan (Parthington, 1989). Profitabilitas merupakan faktor utama dalam faktor penentu pembagian dividen, tetapi laba bersih yang diperoleh suatu perusahaan dalam kegiatan operasionalnya belumlah mencerminkan jumlah kas
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
42
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
atau likuiditas perusahaan yang sebenarnya, karena pendapatan maupun penjualan tidak sepenuhnya diterima dalam bentuk kas tetapi masih berupa piutang yang akan diterima kemudian, kondisi ini tentunya mempengaruhi perusahaan dalam membagikan dividen kepada pemegang saham. Jumlah pembayaran dividen berbeda oleh setiap perusahaan berbeda setiap tahunnya, terkadang saat laba perusahaan menurun, tetapi dividen yang diberikan perusahaan justru lebih besar dari tahun sebelumnya, sehingga untuk inilah diperlukan adanya sebuah Dividend Payout Ratio (DPR). Untuk membayar dividen suatu perusahaan harus dipertimbangkan faktor faktor yang mempengaruhi alokasi laba untuk dividen atau disebut juga dengan laba ditahan, faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah adanya ketersediaan kas, karena walaupun perusahaan memperoleh laba namun persediaan uang kas tidak mencukupi maka ada kemungkinan perusahaan akan menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali bukan diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Krisis ekonomi global yang terjadi di tahun 2008 menimbulkan dampak yang signifikan terhadap semua usaha yang ada diseluruh dunia, krisis ini dimulai dari krisis kredit perumahan (subprime mortgage crisis) di Amerika Serikat yang menimbulkan anjloknya harga saham dunia sejak awal tahun 2008. Krisis ini juga dirasakan di Indonesia yaitu tidak hanya melemahnya nilai Rupiah tetapi juga terasa di sektor sektor perekonomian lainnya, tetapi untuk di Indonesia perbankan tetap masih bisa memberikan kredit, dan hampir semua indikator perbankan pada tahun 2008 menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan tahun 2007, dan ini terus berlangsung, dimana untuk tahun 2009 perolehan laba bersih perbankan mengalami peningkatan Sebagian para ahli menyatakan bahwa laporan arus kas mempunyai hubungan jumlah pembayaran dividen dalam satu tahun setelah arus kas bermanfaat bagi pemegang saham. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi hutang, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendapatan. Laba bersih yang diperoleh perusahaan pada dasarnya dimasukkan dalam dua akun, yakni sebagai dividen kepada pemegang saham dan laba yang ditahan (return earning). Sebagai dividen, sudah tentu harus dibagikan kepada pemegang saham, sedangkan untuk return earning, laba perusahaan tetap berada pada perusahaan agar dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan ekspansi maupun operasional perusahaan, semakin besar return earning maka semakin kuat keuangan perusahaan sehingga perusahaan memiliki ruang lebih lebar untuk merencanakan ekspansi. Return earning tentunya berkaitan erat dengan arus kas perusahaan. Jika arus kas perusahaan dinilai kurang kuat, kurang memadai untuk langkah langkah ekspansi, maka perusahaan tentunya membutuhkan tambahan likuiditas. Dari sini jelas terlihat bahwa jika perusahaan membutuhkan arus kas lebih kuat salah satu alternatifnya adalah meningkatkan laba ditahan, jika perusahaan harus memperkuat arus kas dengan menambah nilai laba ditahan mau tidak mau sebagai
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
43
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
konsekwensinya adalah mengurangi bagian laba yang akan dibagikan sebagai dividen. Bagi perusahaan, arus kas adalah hal utama yang harus dipenuhi dan dijaga, jangan sampai arus kas lemah, atau sampai minus, atau jangan sampai perusahaan di satu sisi memberikan DPR dalam jumlah besar, tapi di sisi lain menghadapi problem likuiditas di internal perusahaan. Kondisi inilah yang harus dijaga oleh manajemen. Oleh karena itu arus kas perusahaan jangan sampai dikorbankan demi DPR (dividend payout ratio) yang besar. Kondisi arus kas cukup menentukan dalam penentuan kebijakan dividen. Semakin kuat arus kas perusahaan, semakin besar kemungkinan untuk membayar DPR dengan porsi yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Apakah laba bersih perusahaan memiliki pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 2. Apakah arus kas operasi perusahaan memiliki pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI? 3. Apakah laba bersih dan arus kas operasi perusahaan secara bersama sama memiliki pengaruh terhadap dividen kas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Menguji secara empiris pengaruh laba bersih perusahaan terhadap dividen kas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 2. Menguji secara empiris pengaruh arus kas operasi perusahaan terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI? 3. Menguji secara empiris pengaruh laba bersih dan arus kas operasi perusahaan secara bersama sama memiliki terhadap dividen kas perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI? D. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Sari (2011) yang berjudul Analisis Hubungan Antara Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Dengan Dividen Kas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI), perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sari (2011) adalah: cara pengolahan data, dan tahun data penelitian. E. TINJAUAN PUSTAKA
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
44
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 Menurut Dyckman et al (2001) “dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit, sedangkan Stice et al (2004) dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya disebut dividen tunai (cash dividend). Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi tiga kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen tunai: 1). Laba ditahan yang mencukupi, 2). Kas yang memadai, 3). Tindakan formal dari dewan komisaris. Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham terbagi dalam beberapa jenis dividen. Dividen yang paling disukai oleh para pemegangsaham adalah dividen tunai atau dividen kas. Jenis dividen (Dyckman, 2001) adalah sebagai berikut: 1). Paling umum dipakai: a). dividen tunai, yaitu distrisbusi laba dalam bentuk kas oleh subuah korporasi kepada pemegang sahamnya, b). dividen properti, yaitu dividen dalam bentuk aktiva non kas, berupa sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perseroan, real estate, barang dagang, atau setiap aktiva non kas lainnya. c). dividen saham, yaitu distribusi proporsional atas tambahan saham biasa atau saham preferen perseroan kepada pemegang saham. 2). Dividen khusus a). dividen likuidasi, yaitu pengembalian tambahan modal disetor dan bukan modal ditahan, b). dividen skrip atau wesel, yaitu dividen yang diberikan dalam bentuk wesel promes kepada pemegang saham dimana kondisi perseroan mengalami kekurangan kas. Prosedur pembayaran dividen tergantung pada tanggal yang berkaitan dengan dividen adalah declaration date, date of record, ex-dividend date, date of payement. 1. declaration date, tanggal dimana dewan direksi mengumumkan dividen. Pada tanggal ini, pembayaran dividen akan merupakan kewajiban yang legal dari korporasi. 2. date of record, tanggal dimana pemegang saham berhak untuk menerima dividen. 3. ex-dividend date, tanggal dimana hak atas dividen lepas dari saham. Hak atas dividen dari saham sampai 4 hari sebelum date of record. Pengertiannya, pada 4 hari sebelum date of record, hak atas dividen tidak lagi ada pada saham dan penjual bukan lagi pemilik saham tersebut, yang seharusnya orang yang akan menerima dividen. Harga pasar saham mempengaruhi kenyataan dan telah berlalu dan akan turun kira-kira sejumlah dividen tersebut. 4. date of payment, merupakan tanggal dimana korporasi akan membayarkan dengan membagikan cheque dividen kepada pemegang saham. Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang berkaitan dengan keputusan untuk membagikan dividen atau menahan dividen yang berkaitan dengan pendanaan perusahaan. Penahanan laba dalam bentuk retained earnings tampak dalam dividend payout ratio.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
45
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Menurut Keown et al (2005) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang meliputi hal-hal seperti di bawah ini: 1. Pembatasan Hukum. Pembatasan hukum merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Pembatasan hukum dapat terbagi menjadi dua kategori. Pertama, pembatasan hukum menurut undang-undang dan kedua, pembatasan hukum karena kebijakan perusahaan itu sendiri untuk membatasi pembagian dividen saham biasa. 2. Posisi Likuiditas. Posisi likuiditas menggambarkan seberapa banyak aset lancar yang tersedia. Guna memenuhi pembagian dividen dalam berbagai jenis dividen salah satunya adalah ketersediaan kas yang digunakan untuk membayar dividen kas kepada para investor. Ketersediaan kas mempunyai pengaruh yang penting dalam kebijakan membagikan dividen dalam bentuk kas selain posisi laba ditahan yang cukup besar. Hal itu didasari karena laba ditahan yang cukup besar kurang menjamin ketersediaan perusahaan untuk membayar dividen dalam bentuk kas jika kas yang tersedia kurang memadai. 3. Tidak ada atau kurangnya sumber pendanaan lain. Perusahaan besar relatif mempunyai pendanaan eksternal guna melakukan pembayaran dividen kas sedangkan pada perusahaan kecil pendanaan perusahaan hanya berasal dari pihak internal sehingga jika ketersediaan dana internal kurang memadai maka akan berdampak pada kebijakan dividen yang diambil. 4. Kemampuan peramalan laba. Kemampuan peramalan laba menjadi salah satu faktor karena perusahaan yang mampu meramalkan pendapatnya pada masa yang akan datang relatif dapat meramalkan kebijakan dividen seperti apa yang akan diambil. Jika perusahaan mempunyai tren pendapatan yang stabil maka jumlah dividen dalam bentuk kas yang dibayarkan akan besar dan sebaliknya. 5. Kontrol kepemilikan. Kontrol kepemilikan berpengaruh terhadap kebijakan dividen yang diambil oleh suatu perusahaan. Hal itu didasari dengan ketersediaan dana yang digunakan dalam perluasan perusahaan. Perusahaan yang relatif kecil, kontrol kepemilikan merupakan skala prioritas. Hal ini berkaitan dengan perluasan perusahaan yang memerlukan dana yang besar. Jika perusahaan tidak mempunyai sumber pendanaan di luar perusahaan maka perusahaan akan menerbitkan utang guna mendanai perluasan tersebut. Selain itu dana juga didapat dari alokasi laba sehingga berdampak pada jumlah yang akan dibagikan dalam bentuk dividen. 6. Inflasi. Inflasi merupakan faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan. Idealnya jika suatu aset tetap rusak dan usang, dana yang dihasilkan dari depresiasi digunakan untuk mendanai penggantian. Karena dalam periode inflasi terjadi kenaikan harga maka untuk mengganti aset yang diperlukan dalam aktiva operasional perusahaan dibutuhkan pembatasan laba dan ini berarti pengurangan jumlah laba yang akan dibagi dalam bentuk dividen.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
46
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Indikator untuk mengukur kebijakan dividen yang secara luas digunakan ada dua macam. Pertama, hasil dividen (dividend yield). Dividend yield adalah suatu rasio yang menghubungkan suatu dividen yang dibayar dengan harga saham biasa. Dividend yield secara matematis dapat diformulasikan sebagau berikut (Warsono,2003):
Dalam PSAK No. 2 paragraf 12 (IAI:2002) dinyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait laba. Aktivitas operasi meliputi arus kas masuk dan arus kas keluar bersih yang berasal dari aktivitas operasi terkait. Aktivitas operasi terkait dengan pos-pos laporan laba rugi (dengan beberapa pengecualian kecil) dan dengan pos-pos operasi dalam neraca, umumnya pos modal kerja seperti piutang, persediaan, pembayaran di muka, utang dan beban akrual. Aktivitas operasi juga meliputi transaksi dan peristiwa yang tidak cocok untuk dikelompokkan ke dalam aktivitas investasi atau aktivitas pendanaan. Stice dan Skousen (2004) menjelaskan berbagai aktivitas yang termasuk ke dalam aktivitas operasi adalah sebagai berikut: Tabel 1. Aktivitas Operasi Kas diterima dari:
Kas dikeluarkan untuk:
1. penjualan barang atau jasa,
1. pembelian persediaan,
2. penjualan efek yang diperdagangkan
2. gaji dan upah,
3. pendapatan bunga,
3. pajak,
4. pendapatan dividen.
4. beban bunga, 5. beban lainnya, 6. pembelian efek.
Sumber: Penelitian Sari (2011)
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
47
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
F. KERANGKA KONSEPTUAL Besar kecilnya dividen yang dibagikan perusahaan tergantung dari kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan. Dalam menentukan dividen kas yang akan diberikan kepada pemegang saham tentunya perusahaan akan memperhatikan laba bersih yang diperoleh perusahaan karena dividen yang dibagikan kepada pemegang saham merupakan bagian dari laba. Jika suatu perusahaan bisa memperoleh laba yang semakin besar, maka secara teoritis perusahaan akan mampu menetapkan dividen kas yang semakin besar. Sebaliknya, semakin kecil laba yang diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil pula dividen kas yang akan ditetapkan manajemen untuk dibagikan kepada para pemegang saham. Laba perusahaan biasanya dianggap sebagai determinan utama dari dividen, tetapi dalam kenyataannya dividen lebih bergantung pada arus kas yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, dibanding pada laba, yang sangat dipengaruhi oleh praktek akuntansi serta hal-hal lain yang tidak mencerminkan kemampuan untuk membayar dividen (Eugene dan Joel, 2001). Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan merupakan indikator yang menentukan apakah kegiatan operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar dividen yang telah ditetapkan dalam kebijakan dividen. Semakin besar arus kas operasi perusahaan maka semakin besar dividen kas yang akan ditetapkan karena perusahaan memiliki kas untuk membayar dividen dan semakin kecil arus kas yang dihasilkan perusahaan dari aktivitas operasinya maka akan semakin kecil dividen kas yang akan ditetapkan manajemen karena kurangnya kemampuan perusahaan untuk menyediakan uang kas untuk membayar dividen. Arus kas operasi berpengaruh positif terhadap dividen kas yang akan dibagikan. Laba bersih (X1) Dividen Kas (Y) Arus Kas Operasi (X2) Gambar 1: Kerangka Konseptual Penelitian Sumber: Penelitian Sari (2011)
G. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006). Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ho : Laba Bersih dan Arus Kas Operasi tidak memiliki hubungan signifikan dengan dividen kas baik secara parsial maupun secara simultan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
48
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Ha : Laba Bersih dan Arus Kas Operasi memiliki hubungan signifikan dengan dividen kas baik secara parsial maupun secara simultan. H. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan bentuk hubungan kausal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan rancangan penelitian yang dilihat dari aspek metode pengumpulan data, aspek kemampuan memanipulasi variabel, dan aspek tujuan penelitian (Sugihen, 2003) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 yang terdiri atas 28 perusahaan. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu dengan pertimbangan (judgement sampling) (Jogiyanto, 2004). Setelah dilakukan penyortiran terdapat 10 buah perusahaan. Adapun yang menjadi kriteria dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. perusahaan perbankan tersebut sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2007, 2. perusahaan perbankan tersebut telah membayar dividen pada tahun 20072010, 3. perusahaan perbankan tersebut mempunyai laba bersih pada tahun 2007-2010, 4. perusahaan perbankan tersebut tidak keluar (delisting) dari BEI selama periode penelitian (2007-2010). Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk pengukuran. 1. Laba Bersih. Laba bersih dihitung dari kelebihan pendapatan atas beban termasuk gains dan losses. Laba bersih diukur dengan satuan Rupiah per lembar saham. 2. Arus Kas Operasi. Arus kas operasi adalah selisih bersih antara penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi selama satu tahun buku, sebagaimana tercantum dalam laporan arus kas (Pardhono, 2004). 3. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan proporsi laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk tunai selama tahun tertentu. DPR dapat dirumuskan sebagai berikut (Warsono, 2003) Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Setelah terbebas dari permasalahan asumsi klasik, selanjutnya dilakukan uji analisis regresi linier berganda, dan uji hipotesis yang terdiri dari uji parsial, simultan, dan koefisien determinasi.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
49
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
I. HASIL PENELITIAN Data penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
LB 6.0E+13 5.0E+13
LB
AKO
DEV
4.0E+13 3.0E+13
Mean
3.66E+12 -1.90E+11 -4.42E+12
2.0E+13
Median
1.52E+12 -2.60E+10 -3.44E+11
1.0E+13
Maximum 5.78E+13 2.40E+13 -2.00E+09
0.0E+00 5
10
15
20
25
30
35
40
25
30
35
40
25
30
35
40
Minimum
1.93E+09 -1.98E+13 -1.42E+14
Std. Dev.
9.15E+12 7.67E+12 2.23E+13
AKO 3.0E+13 2.0E+13 1.0E+13 0.0E+00 -1.0E+13 -2.0E+13 -3.0E+13 5
10
15
20
DEV 0.00E+00 -2.00E+13 -4.00E+13 -6.00E+13 -8.00E+13 -1.00E+14 -1.20E+14 -1.40E+14 -1.60E+14 5
10
15
20
Gambar 2. Data Penelitian Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI)
Berdasarkan gambar 1 diatas dapat dilihat :
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
50
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
1. Laba bersih bank yang paling tinggi diperoleh oleh Bank BCA, perolehan laba oleh Bank BCA ini sangat signifikan sekali, hal ini disebabkan BCA berhasil memanfaatkan kuatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung dengan posisi neraca yang sehat, keunggulan di bidang perbankan transaksional memungkinkan BCA untuk terus meningkatkan volume transaksi dan melakukan ekspansi kredit, serta aktivitas penyaluran kredit meningkat di seluruh segmen didukung tingkat suku bunga rendah dan tingginya permintaan kredit dari nasabah. 2. Rata rata laba bersih adalah 3,6 trilyun Rupiah, arus kas operasi memiliki rata rata negatip 190 milyar, dan negatip 4,4 trilyun 3. Titik tengah atau median laba bersih sebesar 1,5 trilyun, arus kas operasi negatip 26 milyar Rupiah, dan Dividen negatip 344 milyar Rupiah. 4. Nilai terendah untuk laba bersih adalah 1,9 milyar Rupiah, arus kas operasi negatip 19,8 trilyun Rupiah, dan dividen negatip 142 trilyun Rupiah. 5. Nilai Maksimum untuk laba bersih adalah 57,8 trilyun Rupiah, arus kas operasi 24 trilyun Rupiah, dan dividen negatip 2 milyar Rupiah. 6. Standar deviasi yang mengukur sebaran nilai nilai data, terbagi atas untuk laba bersih adalah 9,1 trilyun Rupiah, arus kas operasi 7,6 trilyun Rupiah, dan dividen 22,3 trilyun Rupiah. Berdasarkan data penelitian terdapat nilai negatip, khususnya untuk variabel arus kas operasi dan dividen, maka terlebih dahulu dilakukan transformasi data, untuk menghilangkan nilai negatip tersebut sebelum dilogkan menjadi log natural terlebih dahulu nilai tertinggi data ditambahkan dengan satu poin, baru kemudian dikurangi dengan data. Hasil transformasi data terlihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: devln
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat data penelitian menyebar disekitar garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan data terdistribusi secara normal.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
51
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari: 1) nilai tolerance dan lawannya, 2) variance Inflation Factor (VIF), Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah dengan VIF < 5 dan tolerance < 1 (Ghozali, 2005). Coefficients
Model 1
Uns tandardized
Standardiz ed
Coeff icients
Coeff icients
B (Cons tant) lbln akoln
Std. Error 2.348
19.518
.920
.066
-.039
.619
Beta
a
Collinearity Statis tic s t
Sig.
Toleranc e
VIF
.120
.905
.916
13.860
.000
.890
1.124
-.004
-.063
.950
.790
1.266
a. Dependent Variable: dev ln
Tabel 3: Uji Multikolinearitas Sumber: Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Hal ini membandingkan dengan nilai tolerance dan VIF. Masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance yang lebih kecil dari 1. Jika dilihat dari VIF-nya, bahwa masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam variabel bebasnya. Ghozali (2005) menyatakan, “uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2005) adalah sebagai berikut: 1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidikasikan telah terjadi heterokedastisitas, 2) jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
52
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Scatterplot
Dependent Variable: devln
Regression Studentized Residual
4
2
0
-2
-3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Tabel 4: Uji Heteroskedastisitas Sumber: Pengolahan Data Penelitian
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Uji otokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada perode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Masalah autokorelasi umumnya terjadi pada regresi yang datanya time series. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan uji Durbin-Watson. Menurut Sunyoto (2009), Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah: 1) Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2) Angka D-W diantara 2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. M o de l Sum m ary
Model
R
R Square a
1
.917
.840
b
Adjus ted
Std. Error of
Durbin-
R Square
the Es timate
Watson
.831
1.04022
1.804
a. Predic tors: (Constant), akoln, lbln b. Dependent Variable: dev ln
Tabel 5: Uji Autokorelasi Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Tabel 5 menunjukkan hasil autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa tidak terjadi autokorelasi antar kesalahan pengganggu antar periode. Hal ini dilihat dari nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 1,804. Angka tersebut berada diantara -2 dan +2, artinya bahwa angka DW lebih
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
53
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
besar dari -2 dan lebih kecil dari +2 (-2 < 1,804 <+2). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif. Berdasarkan Hasil analisis regresi berganda ditunjukkan pada tabel 3 dapat dibuat persamaan untuk melihat pengaruh laba bersih dan arus kas operasi terhadap dividen, sebagai berikut: Berdasarkan persamaan tersebut: 1.
Nilai konstanta sebesar 2,348, menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu laba bersih dan arus kas operasi, maka perubahan nilai dividen kas yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 2,348. 2. Koefisien regresi variabel laba bersih sebesar 0,920 menunjukkan bahwa setiap kenaikan laba bersih sebesar 1 satuan, maka perubahan dividen kas akan bertambah sebesar 0,920 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. 3. Koefisien regresi variabel arus kas operasi sebesar negatip 0,039 menunjukkan bahwa setiap kenaikan arus kas operasi sebesar 1 satuan, maka perubahan dividen kas dilihat dari nilai Y akan berkurang sebesar 0,039 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. Uji parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu). Berdasarkan hasil pengujian statistik t pada tabel 3 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. pengaruh laba bersih terhadap dividen kas a. nilai signifikansi = 0,000 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual (parsial) lebih kecil dari (<) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel yaitu laba bersih secara parsial memiliki hubungan dengan dividen kas. b. Variabel pengaruh laba bersih memiliki t-hitung 13,860 dengan nilai signifikansi 0,000 (< 0,05). Dengan menggunakan tabel t, diperoleh ttabel sebesar 2.023. Hal ini menunjukkan t-hitung > t-tabel (13,860 > 2,023), yang berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak artinya laba bersih secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. pengaruh arus kas operasi terhadap dividen kas. a. nilai signifikansi = 0,950 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t individual (parsial) lebih besar dari (>) 0,05. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel yaitu arus kas operasi secara parsial tidak memiliki hubungan dengan dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
54
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
b. Variabel pengaruh arus kas operasi memiliki t-hitung -0,063 dengan nilai signifikansi 0,950 (> 0,05). Dengan menggunakan tabel t , diperoleh t-tabel sebesar 2,023. Hal ini menunjukkan t-hitung < ttabel (-0,063 < 2,023), yang berarti bahwa H0 diterima dan Ha ditolak artinya arus kas operasi secara parsial tidak memiliki hubungan dengan dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Uji simultan atau uji F ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. ANOV A
b
Sum of Model 1
Squares
df
Mean Square
F
Sig. a
Regress ion
Residual Total
210.155
2
105.077
40.036
37
1.082
250.191
39
97.108
.000
a. Predic tors: (Constant), akoln, lbln b. Dependent Variable: dev ln
Tabel 6: Uji Simultan (Uji F) Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Hasil uji F yang ditampilkan dalam tabel 6 menunjukkan bahwa nilai Fhitung adalah 97,108 dengan tingkat signifikansi 0,000 (< 0,05). Dengan mengunakan tabel F diperoleh nilai F-tabel sebesar 3.2519 Hal ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung > Ftabel yang berarti bahwa Ha diterima dan H0 ditolak, artinya variabel bebas laba bersih dan arus kas operasi secara simultan memiliki pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Pengujian koefisien determinasi dilakukan dengan melihat nilai r-square adjusted (Tabel 5), dimana nilainya adalah sebesar 0,831 atau 83,1% mengindikasikan bahwa variasi dari kedua variabel independen mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 83,1% dan sisanya 16,9 % dijelaskan oleh faktor-faktor lain. J. KESIMPULAN PENELITIAN Hasil penelitian ini adalah (1) laba bersih memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen (2) arus kas operasi memiliki pengaruh negatip dan tidak signifikan terhadap dividen (3) secara bersama sama laba bersih dan arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap dividen Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Sari (2011), walaupun telah ditambahkan satu tahun data penelitian, hal ini menunjukkan bahwa dunia perbankan di Indonesia tidak begitu banyak mengalami perubahan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
55
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
DAFTAR PUSTAKA Dyckman et al (2001) Dyckman, R.Thomas, Roland E.Dukes and Charles J.Davis, 2001. Intermediate Accounting, Alih Bahasa Herman Wibowo, Akuntansi Intermediate, EdisiKetiga, Jilid II, Erlangga, Jakarta. Eugene F., Joel F. Houston, 2001. Fundamentals of Financial Management, Eight Edition, Alih Bahasa Herman Wibowo, Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, Jilid II, Erlangga, Jakarta. Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universtitas Diponegoro, Semarang. Jogiyanto, 2004. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Keown, Arthur J., et al, 2000. Basic Financial Management, Alih Bahasa Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulisyorini, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi ketujuh, Buku II, PT Selemba Empat, Jakarta. Pardhono dan Yulius Jogi Christiawan, 2004. “Pengaruh EVA, RI, Earnings, dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang diterima oleh Pemegang Saham (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, November, hal 140-165. Santoso, Singgih, 2002. Buku latihan SPSS Statistik Parametrik, edisi pertama, PT Elex Media Computindo, Jakarta. Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi Keempat, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Stice, Earl K., James D, Stice Fred Skousen, 2004. Menengah, Jilid I, PT Salemba Empat, Jakarta.
Akuntansi Keuangan
Sugihen, Syafruddin Ginting, 2003. Desertasi: Pengaruh Struktur Modal terhadap Produktivitas Aktiva dan Kinerja Keuangan serta Nilai Perusahaan Industri Manufaktur terbuka di Indonesia, Desertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Erlangga, Yogyakarta. Sunyoto, Danang, 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis, edisi pertama, Media Pressindo, Yogyakarta. Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Ketiga, Jilid I, Bayumedia, Malang. Parthington, 1989 Sari, Weni Artika, 2011. Analisis Hubungan Antara Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi Dengan Dividen Kas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi Fakultas Ekonomi Sumatera Utara. Tidak dipublikasikan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
56
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP MARKET VALUE SAHAM ENDA YUNITA S. Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRAK The purpose of this study is to analize the effect of liquidity, profit, and solvability on share price of banking industry in Indonesian Stock Exchange simultaneously and partially. This study is an causal association study. The population of this study is 30 members of banking industry listed in Indonesia Stock Exchange from 2007 - 2009. Samples are 19 members of of banking industry listed in Indonesia Stock Exchange, they are taken using purposive sampling. Data are estimated using Multiple Linear Regression. The study showed that simultaneously Loan to Deposit Ratio (LDR), Debt to Equity Ratio (DER) and Capital Adequacy Ratio (CAR) did not have significant effect on share price, partially LDR, DER, and CAR did not have effect on share market value Keywords: liquidity, profit, solvability, share market value A. Latar Belakang Penelitian Penelitian ini mencoba melihat beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham berdasarkan market value dari emiten perbankan di Indonesia, kemudian melihat pengaruh beberapa aspek yang memungkinkan dapat mempengaruhi market value (nilai pasar). Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan yang bergerak dalam bidang industri perbankan. Industri perbankan dipilih karena beberapa alasan antara lain karena industri ini sampai saat ini masih belum stabil atau dengan kata lain sejak diterpa masalah pada tahun 1997 dan sampai saat ini industri perbankan masih bertopang pada BLBI dan alasan lainnya karena adanya isu yang mengatakan bahwa perusahaan perbankan milik pemerintah (BUMN) akan melakukan merger pada waktu dekat ini sehingga perusahaan perbankan pemerintah menjadi hanya dua. Likuidasi, pengambilalihan dan restrukturisasi perbankan mencerminkan betapa tidak sehat kondisi perbankan nasional sebelum krisis. Bahkan Bank Indonesia sebagai bank sentral digambarkan sebagai sarang penyamun. Kondisi tidak sehat ini bisa juga dikatakan akibat pengaruh dari rezim orde baru dimana pada saat itu ada kebijakan untuk mempermudah pendirian bank.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
57
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Jika dilihat dari overview kinerja perbankan maka beberapa tahun setelah terjadinya krisis ekonomi hingga akhir tahun 2004 kinerja sektor perbankan menunjukkan trend yang terus membaik yang tercermin antara lain dari meningkatnya pertumbuhan dan kredit perbankan, meningkatnya Loan to Deposit Ratio (LDR), menurunnya Non Performing Loan (NPL) serta meningkatnya profitabilitas. Perbaikan kinerja sektor perbankan pada waktu itu tidak lepas dari dukungan kondisi makro yang terus membaik yang dapat dilihat dari meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, menurunnya laju inflasi dan tingkat bunga dalam negeri serta semakin stabilnya tingkat rupiah, namun demikian memasuki tahun 2005 khususnya
pada pertengahan tahun 2005 tekanan yang terjadi pada stabilitas ekonomi makro telah membawa pengaruh negative pada perkembangan kinerja sektor perbankan dan kemungkinan juga akan berlanjut di tahun 2006. Beberapa indikator kinerja perbankan mulai menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan yang tercermin antara lain dari meningkatnya kembali NPL, menurunnya NIM, menurunnya profitabilitas, menurunnya CAR, serta meningkatnya rasio biaya terhadap pendapatan (BOPO). Ditengah-tengah perkembangan yang kurang menggembirakan inilah maka setiap perbankan berlomba-lomba untuk meningkatkan rasio profitabilitasnya dengan berbagai cara misalnya dengan menarik nasabah sebanyak mungkin dari pelayanan
yang ditingkatkan dan meningkatkan kualitas dari produk perbankan, meningkatkan aktiva produktifnya yakni dengan mengurangi aktiva bermasalah seperti kredit macet serta ditingkatkannya sifat kehati-hatian dalam pemberian kredit terhadap nasabah tetapi tetap mendahulukan pelayanan mereka. Mencoba membuat beberapa kebijakan untuk penyesuaian terhadap tingkat suku bunga SBI yang masih
tinggi sehingga tidak menghambat kinerja perbankan untuk lebih maju dan lebih dapat meningkatkan LDRnya. Interest rate yang merupakan aspek makro juga perlu diperhatikan karena selain ingin mendapatkan laba perusahaan dari rasio profitabilitas dan meningkatkan LDR maka interest rate yang berlaku di Indonesia sangat berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan. Dari sisi DPK, pertumbuhan dana masyarakat sepanjang 2009 juga kurang menunjukkan peningkatan yang tinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2009, peningkatan DPK hanya sebesar Rp 220 triliun atau rata-rata meningkat sebesar Rp 18 triliun per bulan. Kondisi tersebut menurun jika dibandingkan rata-rata peningkatan DPK per bulan di tahun 2008 sebesar Rp 20 triliun dan Rp 19 triliun di tahun 2007. Ke depan, dengan membaiknya kondisi pasar finansial di luar perbankan, diperkirakan akan berat bagi perbankan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat agar tetap menyimpan dananya di bank. Diperlukan strategi yang inovatif bagi perbankan dalam usahanya meningkatkan DPK khususnya dana yang memiliki biaya yang rendah (dana tabungan dan giro). Dilihat dari komposisi DPK yang ada, dimana porsi deposito masih memiliki share yang cukup besar (pada 2008 share deposito mencapai 47% dan pada 2009 sebesar 46%) membuat kemampuan perbankan untuk menekan biaya dana menjadi terbatas, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan suku bunga kredit menjadi kurang optimal. Kondisi tersebut yang antara lain dapat melemahkan fungsi intermediasi perbankan terhadap sektor riil.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
58
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Pada 2010 perbankan Indonesia diharapkan dapat kembali meningkatkan perannya sebagai lembaga intermediasi secara optimal dengan momentum recovery dari krisis finansial. Banyak kalangan, khususnya kalangan dunia usaha dan pemerintah mengharapkan kontribusi perbankan yang lebih besar dalam menggerakkan perekonomian. Sepanjang tahun 2009, banyak kalangan menilai perbankan kurang optimal dalam menjalankan fungsi intermediasi, hal tersebut berdasarkan penilaian dari berbagai pihak bahwa perbankan menerapkan strategi suku bunga yang tinggi untuk dapat mempertahankan tingkat keuntungan. Sebelum menaruh ekspektasi yang tinggi terhadap sektor perbankan, ada baiknya melihat kondisi perbankan di tahun 2009 dan ekspektasi perbaikan perekonomian di tahun 2010. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut : “Bagaimana likwiditas yang diproksikan dengan Loan to Deposite Ratio (LDR), Profitabilitas yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan solvabilitas yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap market value saham baik secara simultan maupun parsial ?” C. TINJAUAN PUSTAKA 1. Market Value Saham Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku pengelola bisnis untuk kepentingan public khususnya investor dan kreditor. Informasi laporan keuangan itu disusun sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang sudah baku yang telah dirumuskan sejak dahulu oleh para ahli akuntan serta standard setter. Prinsip ini harus dikuasai untuk bisa menyajikan informasi tentang perusahaan. Prinsip akuntansi itu telah dibahas dan diidentifikasi oleh berbagai hasil penelitian seperti APB Statement No.4, Trueblood Committee, FASB, IASC, bahkan IAI juga telah merumuskannya dalam berbagai PSAK, khususnya PSAK No.1 tahun1999. Dalam pengambilan keputusan diperlukan informasi. Informasi ini biasanya di supply oleh data dari transaksi yang terjadi di masa lalu. Data ini diolah disusun dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi apa yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang. Nilai buku (book value) suatu perusahaan merupakan konsep dari akuntansi konvensional yang secara sederhana dapat dihitung secara menyeluruh atau per saham. Para analis sering menggunakan nilai buku sebagai pengganti nilai likuiditas misalnya untuk memperkirakan batas bawah harga saham yang ditolerir. Karena dasar nilai buku ini dianggap sebagai batas aman atau ukuran safety plan dalam berinvestasi. Penggunaan nilai buku untuk mengukur secara langsung nilai aktiva lancar dan liabilities dianggap mudah karena dianggap tepat, namun untuk menaksir nilai aktiva tetap dinilai mengalami kesulitan karena nilai bukunya selalu jauh berbeda dengan harga pasarnya. Book value sebenarnya dapat menggambarkan nilai minimum perusahaan, dan nilai tersebut dianggap sebagai gambaran dari historical cost yang tidak mencerminkan inflasi (konsep Conservatisme).
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
59
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Pada dasarnya dapat dilihat bahwa hubungan antara book value dan market value dapat dipengaruhi oleh sifat assets, accounting reporting method, profitability dan kondisi ekonomi. Manajemen dalam memilih metode pelaporan selalu mementingkan kepentingannya dan akhirnya dapat menimbulkan perbedaan antara book value dan market value. Dalam hal ini ada kaitannya dengan pencatatan intangible assets misalkan goodwill yang sering tidak dicatat dan menimbulkan perbedaan dengan nilai pasarnya. Dalam hal ini sebenarnya sudah banyak yang menyorot dan mengkritik nilai histories yang dinilai tidak relevan dan kurang berguna bagi pengambilan keputusan manajemen, sehingga muncul ide pengukuran yang baru yaitu menggunakan market value misalnya current cost, replacement cost, net realizable value dan lain-lain. Menurut beberapa teori ada yang menemukan fenomena penurunan nilai dari informasi laporan keuangan yang ditunjukkan oleh hubungan yang semakin lemah antara nilai pasar modal (stock market value) dan informasi akuntansi (book value, earnings dan cash flow). Di negara maju yang pasar sahamnya sudah efisien dan persentase saham public sudah cukup signifikan, harga saham dipakai sebagai salah satu tolok ukur menilai kinerja direksi suatu perusahaan public, termasuk bank. Kian baik kinerja suatu bank, akan semakin tinggi harga sahamnya dan semakin besar pula nilai kapitalisasi pasarnya. Artinya, mengukur kinerja bank bukan melihat dari besarnya total asset, tetapi dilihat rasio laba dan besarnya kapitalisasi pasar yang ada. 2. Likwiditas Likwiditas berhubungan erat dengan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.sedangkan kekuatan membayar dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu adalah terlihat pada jumlah dari alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki perusahaan itu. Kemampuan membayar pada sutu perusahaan merupakan kekuatan membayarnya dalam memenuhi semua kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Kemampuan membayar suatu perusahaan baru dapat diketahui setelah membandingkan kekuatan membayar perusahaan di satu pihak dengan kewajibankewajiban finansial yang segera harus dipenuhi dilain pihak. Likwiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposite Ratio yang dikenal di industri perbankan adalah rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang merupakan perbandingan antara dana yang dipinjamkan dengan deposito yang diterima dari masyarakat. Indikator ini untuk mengukur jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio ini semakin besar jumlah dana yang diberikan ke masyarakat dan semakin besar opportunity mendapatkan hasil melalui aktiva produktif. Apabila terlalu tinggi juga menunjukkan bahwa bank yang bersangkutan dalam keadaan kurang likuid karena hanya berfokus pada aktivanya. Batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah 110% maka jika lebih dari standar tersebut maka likuiditas bank sama dengan nol atau tidak baik. Ini diharapkan akan menaikkan profitabilitas dan akhirnya akan menaikkan Book Value dan Market Value perusahaan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
60
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
TotalKredi
LDR =
TotalDanaP
t
100%
ihakKetiga
(Bastian dan Suharjono, 2006 : 302) 3. Profitabilitas Profitabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Dalam rasio profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaaan.Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber dana perusahaann. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Debt to Equity Ratio. Debt to equity ratio melihat struktur keuangan perusahaan dengan meningkatkan jumlah kewajiban dengan jumlah ekuitas pemilik. Rumus untuk menghitung debt to equity ratio ini mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi likuidasi, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan pemegang saham, kreditor memiliki hak pertama atas asset perusahaan. Dari sudut pandang kreditor, jumlah ekuitas dalam struktur permodalan perusahaan dapat dianggap sebagai katalisator, membantu memastikan bahwa terdapat asset yang memadai untuk menutup klaim pihak lain. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan. Resiko yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva. Semakin rendah rasionya, maka semakin sedikit kewajiban perusahaan dimasa yang akan datang. Menurut Fraser (1988) debt to equity ratio mengukur tingkat resiko yang terdapat pada struktur hutang dimana rasio DER yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa klaim pihak lain relatif lebih besar ketimbang asset yang tersedia untuk menutupnya, meningkatkan resiko bahwa klaim kreditor kemungkinan tidak akan tertutup secara penuh bilamana terjadi likuidasi. Adapun persamaan dari debt to equity ratio adalah : Jumlah
Debt to Equity Ratio =
Jumlah
Kewajiban Equitas
x 100 %
Pemilik
4. Solvabilitas Solvabilitas adalah perbandingan antara dana-dana yang yang dipakai untuk membelanjai/membiayai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari ekstern perusahaan (dari kreditur-kreditur) dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan. Solvabilitas perbankan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya dalam jangka panjang ataupun ketika suatu entitas perbankan dilikuidasi.Solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Capital Aequacy Ratio. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio keuangan bank yang berguna untuk membandingkan antara jumlah modal bank dengan seluruh aktiva yang dimiliki. Melalui rasio ini akan diketahui kemampuan menyanggah aktiva bank terutama kredit yang disalurkan dengan sejumlah modal bank. Semakin tinggi rasio ini semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
61
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Dari pernyataan diatas, Capital Adequacy Ratio merupakan salah satu rasio perbankan yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada di suatu bank untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Capital Adequacy Ratio merupakan rasio kecukupan modal. Capital Adequacy Ratio dapat di formulakan : CAR
Modal
Sendiri
Total Pinjaman
- Aktiva Surat
Tetap
x100 %
Berharga
D. REVIEW PENELITIAN TERDAHULU Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2008) dengan judul Pengaruh Kinerja Bank terhadap Harga Saham pada Bank yang Go Public periode 2000-2006.Pada penelitian tersebut digunakan CAR, KAP, BOPO dan LDR sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen.Hasil penelitian menunjukkan secara simultan CAR,KAP, BOPO dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial KAP berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan CAR, BOPO,dan LDR tidak berpengaruh signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Sianipar (2005) dengan judul Pengaruh Faktor Fundamental terhadap harga saham Industri Perbankan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan CAR, ROA,ROE, NIM, LDR NPATEA dan EPS mempunyai pengaruh terhadap harga saham, sedangkan secara parsial CAR,ROE, NIM, dan EPS berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, LDR dan NPATEA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Alexandri (2000) melakukan penelitian tentang hubungan antara kinerja perusahaan dengan harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan di industri rokok di Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode 1993-1997. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain EVA, Debt to Equity Ratio (DER), dan Return on Investment (ROI). Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan di industri rokok yang telah menjual sahamnya melalui BEJ untuk periode 1993 sampai dengan 1997, yaitu PT.British American Tobacco Company (BAT) Indonesia Tbk, PT.Gudang Garam Tbk, dan PT.Hanjaya Mandala (HM) Sampoerna Tbk. Sampel dianalisis dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel independen yaitu EVA, DER, dan ROI memiliki hubungan dan pengaruh yang tinggi terhadap harga sahamnya. Nainggolan (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEI. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DER,ROE dan BVS sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen tidak mempengaruhi pembentukan harga saham. Secara parsial hanya BVS yang berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah dibuat gambar kerangka konsep sebagai berikut :
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
62
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
LDR (X1)
Market Value Saham (Y)
Debt to Equity Ratio (X2) CAR (X3) Gambar 1. Kerangka Konseptual E. HIPOTESIS PENELITIAN
Dari kerangka konseptual dan uraian teoritis tersebut, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut : Debt to Equity Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposite Ratio berpengaruh signifikan terhadap market value saham. F. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif causal yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to Deposite Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Capital Adequacy Ratio sebagai variable bebas (independen) serta market value saham sebagai variable terikat (dependen). Populasi (N) pada penelitian ini adalah seluruh emiten perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sejumlah 30 emiten perbankan. Sampel yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2004). Pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti adalah berdasarkan kriteria berikut : 1. Lembaga Perbankan yang terdaftar secara terus menerus di BEI pada tahun 2007 hingga tahun 2009. 2. Memiliki laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik yang dipublikasikan dan opini yang diperoleh adalah unqualified opinion. Sampel yang terpilih dari penelitian ini sejumlah 19 emiten perbankan x 3 tahun = 57 observasi. Variabel yang digunakan oleh peneliti meliputi variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas). 1.
Variabel dependen (Y) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah market value saham emiten perbankan pada harga rata-rata yang terdaftar di BEI periode 2007-2009.
2. Variabel independen (bebas)
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
63
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Yang termasuk variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel yang diproksikan dengan rasio-rasio likuiditas yaitu LDR , profitabilitas berupa DER dan solvabilitas bank dan CAR Defenisi operasional dan pengukuran untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah : a.
Market value saham (Y) adalah nilai pasar harga saham yang tercatat setiap hari pada waktu penutupan (closing price) aktivitas di Bursa Efek Indonesia.Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai pasar saham rata-rata yang dipublikasikan di laporan keuangan pada periode pengamatan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
b.
Loan to Deposite Ratio (X1) yang dikenal di industri perbankan adalah rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang merupakan perbandingan antara dana yang dipinjamkan dengan deposito yang diterima dari masyarakat. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
c.
Debt to Equity Ratio (X2), dimana rasio ini mengindikasikan sejauh mana perusahaan dapat menanggung kerugian tanpa harus membahayakan kepentingan kreditornya. Dalam hal terjadi likuidasi, kreditor mempunyai prioritas klaim dibandingkan dengan pemegang saham, kreditor memiliki hak pertama atas aset perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
d. Capital Adequacy Ratio (X3)Rasio ini menunjukkan kemampuan permodalan yang dimiliki oleh suatu bank untuk menciptakan bisnis baru dengan earning assets yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan memperhatikan beberapa tingkat resiko yang dihadapi oleh bank. Perhitungan CAR pada penelitian ini, diperoleh dari perhitungan CAR oleh masing-masing bank. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh indpenden terhadap variabel dependen yang akan diteliti. Teknik analisis data menggunakan alat bantu software SPSS ( Statistical Package Social Science). Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Untuk menentukan besarnya pengaruh antara variabel independen yaitu LDR,DER, dan CAR terhadap market value saham.Model regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut : Y = α + βX1 + βX2 + βX3 +ε Dimana : Y
= Market Value saham
α
= Konstanta
β
= koefisien regresi
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
64
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
X1
= LDR
X2
= DER
X3
= CAR
e
= Error (variabel pengganggu)
G. HASIL PENELITIAN Sebelum melakukan pengujian hipotesa penulis terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik data. Hasil uji normalitas terlihat data tidak terdistribusi secara normal Tabel 1. Uji Normalitas On e- Sam p le Ko lm o go r ov-Sm irn ov T es t Uns tandar diz ed Residual N
57
Nor mal Par ameters
a,b
Mean
.0000000
Std. Dev iation Most Extr eme
Absolute
Dif f er enc es
Pos itiv e
2605.703773 .189 .189
Negative
- .122
Kolmogor ov -Smir nov Z
1.430
As ymp. Sig. ( 2-tailed)
.034
a. Tes t distr ibution is Nor mal. b. Calculated f rom data.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 1, nilai p unstandardized residual dari variabel variabel penelitian 0,034 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan data tidak terdistribusi secara normal, kemudian dilakukan transformasi data kedalam bentuk log natural, tetapi masih terdapat nilai negatif sehingga diperlukan penambahan nilai satu kepada yang tertinggi baru menguranginya dengan nilai nilai yang ada, hal ini dilakukan terhadap variabel x1 dan x3. Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat: 1. Nilai p = 0,543 > 0,05 sehingga disimpulkan data terdistribusi secara normal 2. Data pada scatter plot menyebar secara merata diatas ataupun dibawah nilai 0 maka disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada data penelitian 3. Multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance < 1 dan nilai 1 < VIF < 5, pada tabel diatas semua memenuhi kriteria sehingga terbebas dari multikolinearitas 4. Otokorelasi dilihat dari nilai -2 < DW < +2, nilai DW sebesar 1,965 maka tida terdapat otokorelasi
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
65
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 Tabel 2. Uji Asumsi Klasik (Normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan otokorelasi On e - Sa m p le Ko lm o go r ov -Sm irn ov T e s t Un s ta nd ar d iz e d Re sid ua l N
57 a,b
No r ma l Par a mete rs
Me an
.00 00 00 0
Std . Dev iation Mo st Extr eme
Ab so lute
Dif f er en c es
Pos itiv e
1 .0 50 00 6 79 .10 6 .07 5
Ne g ative
- .1 0 6
Ko lmo go r ov -Smir no v Z
.80 1
As ymp. Sig . ( 2 -ta ile d)
.54 3
a.
Tes t d istr ib utio n is Nor ma l.
b.
Ca lcu late d f ro m d ata.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Deskripsi data penelitian dilihat dari data sebenarnya atau data yang belum ditransformasikan, yaitu: Tabel 3. Deskripsi Data Penelitian
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
66
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
1. 2. 3. 4. 5.
Tabel 3 menunjukkan: Jumlah item dalam penelitian untuk masing masing variabel adalah 57 buah. Rata rata harga saham adalah Rp. 2650, nilai tertinggi Rp. 9200, nilai terendah Rp. 180, dengan standar deviasi 2779. Rata rata LDR adalah 0,76%, nilai tertinggi 1,08%, nilai terendah 0,43%, dengan standar deviasi 0,17498%. Rata rata DER adalah 10,3%, nilai tertinggi 16,86%, nilai terendah 3,75%, dengan standar deviasi 2,92676%. Rata rata CAR adalah 0,2%, nilai tertinggi 0,54%, nilai terendah 0,09%, dengan standar deviasi 0,085%. Model penelitian dapat ditulis berdasarkan Tabel 3 adalah sebagai berikut:
Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut , maka pengaruh masing-masing variabel independen tersebut terhadap market value saham dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1. Nilai konstanta sebesar 4,942 artinya apabila nilai variabel independen LDR (X1), DER (X2), dan CAR (X3), bernilai nol, maka nilai market value saham adalah sebesar 8.725. 2. Koefisien regresi LDR (X1) sebesar 0.878 memberikan pengertian bahwa perubahan LDR (X1) sebanyak 1% akan memberikan dampak terhadap kenaikan kemarket value saham (Y) sebesar 0.878 % dengan arah yang sama. 3. Koefisien regresi variabel DER (X2) sebesar 0,847 bermakna jika variabel DER (X2) meningkat 1 %, maka akan menaikkan satu satuan market value saham (Y) sebesar 0.847% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau sama dengan nol. 4. Koefisien regresi CAR (X3) sebesar -0.368 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel (X3) sebanyak 1% akan memberikan dampak penurunan market value saham sebesar 0.368% dengan arah yang berlawanan. Uji statistik t dilakukan untuk menguji pengaruh variabel LDR,DER, dan CAR secara parsial terhadap market value saham perbankan di BEI dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan atau sama dengan nol. Hasil uji statistik t dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 diatas : a. Variabel LDR mempunyai nilai positif pada t hitung sebesar 1,437 dengan nilai signifikan sebesar 0,157. Karena nilai signifikansi LDR yaitu 0,157 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value saham perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. b. Variabel DER bernilai positif pada t hitung sebesar 1,611 dengan nilai signifikansi 0,113. Karena nilai signifikansi LnDER yaitu 0,113 lebih
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
67
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
c.
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value saham perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Variabel CAR mempunyai nilai negatif pada t hitung sebesar -0,794 dengan nilai signifikan sebesar 0,431. Karena nilai signifikansi CAR yaitu 0,431 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap market value saham perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Hasil uji hipotesis untuk secara serentak dilakukan dengan melihat nilai F
Tabel 4. Uji Serentak
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Nilai F-hitung sebesar 1,937 dengan nilai signifikan 0,135 > 0,05 maka disimpulkan bahwa semua variabel bebas secara serempak tidak mempengaruhi harga saham. Untuk meyakinkan kekuatan hubungan antar variabel, dapat dilihat pada tabel 3 : nilai adjusted r-square 0,048, hal ini menunjukkan bahwa 4,8 % variabel market value saham dapat dijelaskan oleh variabel LDR,DER, dan CAR. Sisanya sebesar 95,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Kecilnya nilai adjusted r-square menunjukkan bahwa memang semua variabel bebas dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. H. KESIMPULAN PENELITIAN Kesimpulan penelitian ini adalah secara simultan likwiditas yang diproksikan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR), profitabilitas yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan solvabilitas yang diproksikan dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap market value saham. Secara parsial variabel LDR, DER, dan CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap market value saham
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
68
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
DAFTAR PUSTAKA Alexandri, Mohammad Benny. 2000. Hubungan Kinerja dengan Harga Saham di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Empirika, Vol. 5 No. 2, Juni 2001. Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Penerbit Selemba Empat. Jakarta. Fraser, Lyn.1988. Understanding Financial Statement (second edition). Prentice Hall, Englecliffs, New Jersey. Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, buku 1, per 1 Januari 2004, Salemba Empat, Jakarta. Munawir. S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Nainggolan, Susan Grace. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI, tesis Program Pascasarjana USU, Medan. Santoso, Singgih. 2002. Latihan SPSS Statistik Parametrik, Penerbit PT Elexmedia Komputindo, Jakarta. Sari, Dwi Merita.2008. Pengaruh Kinerja Bank terhadap Harga Saham, pada Bank Go Publik Periode 2000-2006. Tesis Program Pascasarjana Universitas Kristen Petra. Sianipar, Ardin. 2005. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Industri Perbankan di Indonesia. Tesis Program Pascasarjana USU, Medan. (tidak dipublikasikan). Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh, Alfabeta, Bandung.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
69
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN KOTA MEDAN MELALUI PENGELOLAAN ORGANISASI FILANTROPI SURI PURNAMI Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Difficulties of life at this time was still making group of people to act as a catalyst in addressing various issues of poverty that exist to foster the spirit of philanthropy. This study aims to determine how the forms of community development projects in Medan with case studies Rumah Zakat Medan. Research type is descriptive quantitative. The population in this study were all respondents receiving community development projects which are managed by the city of Medan Alms Houses, amounting to 91 people. The result is the fourth community development projects (Program Cake House, Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi), Sarana Usaha Mandiri, dan Empowering Center) that have been and are being implemented by the Zakat House Field has a lot of benefits that have been perceived by the participants of the program are in 3 districts in the city of Medan Medan Labuan district, subdistrict and district Medan Medan Tembung Sunggal who is the respondent in this study. Keywords: community empowerment, poverty A. LATAR BELAKANG Sifat kedermawanan sosial yang berjamaah merupakan sebuah keniscayaan yang muncul bak oase di tengah gersangnya kondisi kehidupan perekonomian yang sangat sulit dan terasakan oleh sebagian masyarakat. Karena ternyata ditengah sulitnya kehidupan tersebut masih ada sekelompok warga masyarakat yang mau berperan sebagai katalisator dalam mengatasi beragam persoalan kemiskinan yang ada dengan menumbuhkembangkan jiwa filantropi (kedermawanan sosial). Tidak mengherankan jika eksistensi organisasi-organisasi filantropi seperti ini menjadi tumbuh subur, seperti: Organisasi Amil Zakat (LAZ), Rumah Zakat, Serikat Tolong Menolong (STM), Organisasi Gereja, dan lain-lain. Semakin lama posisi dan peran organisasi-organisasi ini demikian terasa kuat dan sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat luas khususnya masyarakat yang dianggap sebagai masyarakat kurang mampu. Selain itu mereka juga menjadi penjembatan bagi warga lainnya yang merasa memiliki kelebihan rejeki dan ingin berbagi kepada yang kurang beruntung tetapi dengan tetap mendapatkan kenyamanan dan kepastian pengelolaan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
70
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Atas dasar uraian di atas menyebabkan peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana “Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Medan melalui Pengelolaan Organisasi Filantropi” yang dilakukan oleh organisasi filantropi keagamaan “Rumah Zakat” yang memiliki wilayah kerja di Kota Medan. Salah satu alasan mengapa organisasi filantropi Rumah Zakat yang peneliti jadikan sebagai studi kasus karena organisasi ini telah cukup dikenal keprofessionalan dan keamanahannya dalam mengelola dana-dana yang dizakatkan masyarakat dan juga karena peneliti tertarik dengan salah satu misi besar mereka yaitu membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara produktif. B. PERUMUSAN MASALAH Penelitian-penelitian yang terkait dengan kemiskinan, subordinasi, marginalisasi dan ketidakberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan. Seiring dengan perubahan pola-pola kehidupan yang semakin dinamis, maka setiap manusia selalu mencipta dan mengembangkan tradisi filantropi untuk membantu sesama manusia yang membutuhkan bantuan. Namun kurun waktu belakangan ini, potensi filantropi diapresiasi dalam berbagai bentuk pengelolaan yang terorganisir melalui organisasi keagamaan. Perubahan-perubahan dalam pengelolaan filantropi belum banyak dipahami dan dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana dalam pengentasan kemiskinan, menghilangkan marginalisasi maupun subordinasi. Berdasar alasan dan latar belakang di atas, peneliti sangat berkeinginan mengetahui: ”Bagaimana bentuk-bentuk program pemberdayaan masyarakat miskin kota Medan dengan studi kasus Rumah Zakat Medan?” C. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengelolaan Filantropi Potensi filantropi (kedermawanan sosial) pada hakekatnya telah menjadi kebiasaan dan tradisi masyarakat Indonesia. Kebiasaan ini merupakan manifestasi dari ajaran agama dan nilai-nilai budaya yang sudah terimplementasi sejak ratusan tahun lalu di berbagai etnis di Indonesia dalam bentuk dan nama yang berbeda. Misalnya tradisi jimpitan yang dikenal di kalangan Etnis Jawa, dimana tradisi ini menyisihkan beras untuk disumbangkan pada kegiatan sosial. Tradisi semacam ini juga ditemukan pada Etnis Batak, Minang, Toraja dan etnis lainnya dengan nama yang berbeda (Saidi, 2003: 115). Pemaparan beberapa contoh di atas, memperlihatkan bahwa potensi filantropi menjadi wacana penting untuk diangkat dan disosialisasikan dalam membantu orang-orang yang membutuhkan. Filantropi dapat dimaknai sebagai kesediaan untuk berbagi dan menolong sesama yang hidupnya kurang beruntung. Dengan menyumbang sejumlah uang untuk sekelompok fakir miskin yang sedang membutuhkan, maka perbuatan menolong orang yang sedang membutuhkan adalah tindakan mulia (Saidi, 2003: 144). Bantuan-bantuan yang diberikan kepada orang-orang yang kurang mampu tidak hanya dalam bentuk material, tetapi juga bantuan teknis yang bersifat karitas (charity). Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, bantuan-bantuan yang bersifat karitas ini menjadi pendorong munculnya ide-ide pengembangan masyarakat (Community Development). Pada hakekatnya pemberdayaan masyarakat bertujuan
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
71
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
untuk memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial, budaya, ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, sehingga masyarakat diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik (Budimanta dalam Rudito, 2003: 40). Aspek sukarela dan saling percaya memegang peranan penting dari keberlanjutan organisasi karitas dalam menjalankan kegiatan-kegiatan sosial, baik secara individu maupun keorganisasian non-profit yang bertujuan untuk menghimpun dana atau memberi dukungan kepada orang-orang yang kurang mampu di masyarakat. Pemberdayaan sebenarnya sangat terkait dengan konsep pembangunan alternatif. Konsep ini menuntut adanya demokrasi, pertumbuhan ekonomi yang menjamin kepentingan rakyat banyak, kesamaan gender, keadilan antar generasi serta melalui proses belajar secara sosial (Suparjan, 2003: 42). Sebagai kota yang masyarakatnya majemuk, dan memiliki beragam etnis, budaya serta agama, Kota Medan dinilai sangat berpotensi melakukan kegiatankegiatan yang bernuansa filantropi. Dari hasil survei yang pernah dilakukan oleh salah satu LSM Nasional tentang tradisi berderma melalui zakat pada sebelas kota di Indonesia menemukan bahwa nilai zakat yang dibayarkan masyarakat Kota Medan pertahun menempati posisi nomor dua terbesar setelah Manado pada tahun 2002. 2. Filantropi Sebagai Modal Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat Melihat esensi filantropi dalam relasi sosial tidak dapat dipisahkan dalam bingkai modal sosial yang menjadi katalisator untuk menolong sesama manusia. Putnam (1993) dalam Hasbulllah (2006) menjelaskan bahwa aspek trust (saling percaya) dalam sebuah institusi menjadi sumber kekuatan modal sosial (social capital) untuk mempertahankan keberlangsungan hidup yang dinamis dan efektif. Suatu masyarakat yang kehilangan rasa percaya akan menjadi lemah dan sulit untuk keluar dari berbagai kesulitan hidup yang dihadapinya. Dinamika kehidupan masyarakat menjadi tumpul, kegiatan organisasi-organisasi yang terbentuk di tengah masyarakat akan kehilangan orientasi serta jati diri dalam menjalankan berbagai kegiatannya secara efisien dan efektif. Pemberdayaan (empowering) sebagai suatu upaya untuk mereduksi kemiskinan yang dialami oleh suatu komunitas menurut Kartasasmita (1996) dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu: 1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling) dengan memperkenalkan bahwa setiap masyarakat memiliki potensi (budaya) untuk berkembang; 2) Memperkuat posisi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan menyediakan input serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya dalam memanfaatkan peluang; 3) Melindungi masyarakat yang lemah dalam proses pemberdayaan agar tidak menjadi semakin lemah oleh kekurang berdayaannya dalam menghadapi yang kuat. Adapun program-program pemberdayaan masyarakat yang telah dan sedang dilakukan oleh Rumah Zakat kota Medan dan diberi nama program ”Senyum Mandiri” yang antara lain adalah:
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
72
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
1. Program Cake House yaitu program pelatihan dan pendampingan kepada para ibu rumah tangga untuk mahir membuat kue-kue kering dan basah dengan salah satu target terbesar agar para peserta mampu mandiri berwirausaha dalam memproduksi dan memasarkan kue-kue tersebut. 2. Program Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi), yaitu pemberian kredit kepada masyarakat miskin untuk kegiatan produktif dengan tingkat bagi hasil atau bunga 0%, dan biasanya peserta sebagian besar merupakan alumni dari program Cake House atau member program Rumah Zakat lainnya. 3. Program Sarana Usaha Mandiri yaitu program pemberdayaan masyarakat miskin di bidang wirausaha yang bersifat muatan lokal seperti penyediaan modal usaha dalam bentuk barang modal, gerobak jualan, dan lain-lain. 4. Empowering Center yaitu program pemberdayaan masyarakat miskin yang bersifat pengadaan pelatihan-pelatihan dan workshop yang kontiniu dan aplikatif sesuai dengan muatan potensi lokal seperti budi daya ikan lele, kepiting, jamur tiram, kerajian seni dan menyulam, menjahit, membuat payet, dan lain-lain. D. METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Kuncoro (2003) penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang meliputi pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status akhir dari suatu subyek penelitian. Sifat penelitian adalah menjelaskan (deskriptif eksplanatory) fenomena yang terjadi di objek penelitian mengenai bagaimana bentuk-bentuk program pemberdayaan masyarakat miskin kota Medan yang telah dan sedang dilakukan oleh Rumah Zakat Medan. 2. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa kecamatan di kota Medan yaitu di kecamatan Medan Labuhan, kecamatan Medan Sunggal dan kecamatan Medan Tembung yang menjadi lokasi para responden menerima dan melaksanakan program-program pemberdayaan ini. Waktu pelaksanaan penelitian dari bulan September sampai dengan awal Oktober 2011. 3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh responden penerima program pemberdayaan masyarakat miskin yang dikelola oleh Rumah Zakat kota Medan yang berjumlah N= 91 orang. Karena ini merupakan penelitian dengan jumlah responden secara total yang tidak banyak serta agar lebih dicapai keakuratannya, maka peneliti mengambil metode sensus sebagai teknik pengumpulan data dari responden.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
73
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 1. Nama Program dan Populasi JUMLAH
NO
PROGRAM PEMBERDAYAAN
1
Cake House
20
2
Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi)
11
3
Sarana Usaha Mandiri
10
4
Empowering Center
50
Total
POPULASI (orang)g)
91
Populasi 60 40 20
Populasi
0 Cake House
KUKMi
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center
E. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden dan Bentuk-bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat yang telah dan sedang dilakukan oleh Rumah Zakat Medan Karakteristik responden pada penelitian ini terbagi menjadi empat klasifikasi responden sesuai program pemberdayaan yang masing-masing mereka ikuti. Syarat untuk dapat menjadi peserta program adalah harus member atau telah menjadi anggota dari salah satu program kegiatan di Rumah Zakat seperti misalnya ibu yang pernah melahirkan secara gratis di program Rumah Bersalin Gratis (RBG) Rumah zakat, atau anaknya bersekolah di program Rumah Juara di Rumah Zakat, atau juga misalnya orang tua yang anaknya mendapat beasiswa dari Rumah Zakat dan lain sebagainya. Usia para responden yang merupakan peserta program pemberdayaan ini sekitar 30-50an tahun dengan jenis kelamin bervariasi tergantung pada program yang mereka ikuti. Adapun keempat program pemberdayaan masyarakat miskin yang telah dan sedang dilakukan oleh Rumah Zakat kota Medan dimana mulai terlaksana sejak tahun 2008 hingga sekarang antara lain adalah: 1. Program Pemberdayaan Cake House Program ini memiliki peserta sebanyak 20 orang yang terbagi kedalam dua kelompok dan masing-masingnya berjumlah 10 orang serta tersebar di dua kecamatan yaitu kecamatan Medan Tembung dan kecamatan Medan Sunggal. Dalam 1 tahun terdiri dari 3 periode yang
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
74
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
masing-masingnya mulai dari pelatihan, hingga pemasaran dan pengembalian atau pelunasan dana modal kerja yang tanpa bunga atau bagi hasil selama 100 hari kerja. Pihak Rumah Zakat menyediakan segala peralatan dan bahanbahan pelatihan berupa tepung, telur, mentega dan lain sebagainya termasuk menghadirkan pelatih, pendamping hingga sampai pencatatan keuangan yang baik pada saat pemasaran dan pengembalian modal dana berupa cicilan hingga sampai kepada pelunasan bantuan modal yang tanpa bunga sama sekali (0%) atau bagi hasil nol. 2. Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi) Program ini memiliki peserta untuk periode pelatihan terakhir sebanyak 11 orang yang merupakan hasil seleksi dari beberapa program pemberdayaan lainnya yang telah dinilai layak mendapatkan dana pinjaman untuk berproduksi dan melakukan pengembangan dari hasil pelatihan. Adapun jumlah dana yang digulirkan ke masing-masing peserta sejumlah 500-1.500.000 rupiah sesuai dengan proposal dan kelayakan usaha yang akan dijalaninya. Setelah usaha berjalan dengan pendampingan terus menerus selama 100 hari dari pihak Rumah Zakat dan dianggap mampu mengembalikan cicilan pinjaman secara lancar tanpa macet maka si peserta berhak mendapat pinjaman modal kembali dengan nilai yang lebih besar. 3. Sarana Usaha Mandiri Program Pemberdayaan ini merupakan salah satu jenis program yang menyediakan peralatan modal kerja berupa barang seperti gerobak untuk berjualan maupun peralatan lainnya yang dapat dicicil pembayarannya tanpa dikenakan margin ataupun bunga. Lamanya waktu menyicil antara 2-3 bulan berdasarkan kemampuan si peserta atau responden. 4. Empowering Center Program pemberdayaan ini merupakan program dengan jumlah peserta terbanyak yaitu 50 peserta dan tersebar di 3 kecamatan yang ada seperti di kecamatan Medan Labuhan, Medan Sunggal dan Medan Tembung dengan pengaplikasian masing-masing potensi lokal yang ada. Seperti untuk di kecamatan Medan Labuhan tepatnya di desa Sei Mati, terdapat beberapa pemberdayaan potensi lokal yang dilakukan bersama dengan peserta program yaitu budi daya kepiting, ikan lele dan jamur tiram. Dari mulai pelatihan, hingga pendanaan dan pemasaran hasil produksi telah sangat dirasakan manfaatnya oleh para peserta dan keluarga mereka. Begitu juga yang dirasakan oleh para peserta program yang berada di kelurahan Sunggal kecamatan Medan Sunggal dan di kelurahan Bantan kecamatan Medan Tembung seperti Pendampingan untuk pelatihan menjahit, kerajinan tangan, membuat payet, kue, sulam pita dan lainnya telah betul-betuk terasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
75
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
2. Pemaparan Hasil Pengumpulan Data Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 35 30 25 20
Pria
15
Wanita
10 5 0 Cake House
KUKMi
Sarana Usaha Empowering Mandiri Center
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden (N=91) Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan Jenis Kelamin Responden
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
Pria
0
4
6
15
25
36%
Wanita
20
7
4
35
76
64%
Jumlah
20
11
10
50
91
100%
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center
Prosentasi Jumlah (%)
Sumber: Pengolahan Data Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 50 40 30
20
<30 Tahun
10
>30 Tahun
0 Cake House
Volume 1
No. 2
KUKMi
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center
A p r i l 2013
76
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 3.
Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan
Usia Responden
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
< 30 Tahun
0
0
0
0
0
0%
> 30 Tahun
20
11
10
50
47
100%
Jumlah
20
11
10
50
47
100%
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center
Prosentasi Jumlah (%)
Sumber: Pengolahan Data Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 40 35 30 25 20
SD-SMP
15
SMA
10 5 0 Cake House
Tabel 4.
KUKMi
Sarana Usaha Empowering Mandiri Power
Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center
Prosentasi Jumlah (%)
SD-SMP
14
8
7
39
68
72%
SMA
6
3
3
11
23
28%
Jumlah
20
11
10
50
91
100%
Jenis Kelamin Responden
Sumber: Pengolahan Data Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
77
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
35 30 25 20 Menikah
15
Janda/Duda
10 5 0 Cake House
Tabel 5.
KUKMi
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center
Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
Sarana Usaha Mandiri
Empoweri ng Center
Jumlah
Prosentasi (%)
Menikah
12
4
7
34
57
62,6%
Janda/Duda
8
7
3
16
34
37,4%
Jumlah
20
11
10
50
91
100%
Status Pernikahan Responden
Sumber: Pengolahan Data
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
78
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Karakteristik Persepsi Responden terhadap Manfaat yang Diterima sebagai Peserta Program Pemberdayaan 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Byk Manfaat
Sedikit Manfaat
Cake House
Tabel 6.
KUKMi
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center
Klasifikasi Responden Berdasar Program Pemberdayaan
Manfaat yang diterima sebagai peserta?
Cake House
Kredit Usaha Kecil Mandiri
Sarana Usaha Mandiri
Empowering Center
Prosentasi Jumlah (%)
Banyak
18
10
9
48
85
91%
Sedikit
2
1
1
2
6
9%
Jumlah
20
11
10
50
91
100%
Sumber: Pengolahan Data F. ESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa : a. Ada 4 program pemberdayaan masyarakat miskin yang telah dan sedang dilakukan oleh Rumah Zakat kota Medan sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang, yaitu: 1. Program Cake House 2. Program Kredit Usaha Kecil Mandiri (KUKMi) 3. Program Sarana Usaha Mandiri 4. Program Empowering Center b. Salah satu syarat untuk bisa menjadi peserta program pemberdayaan masyarakat ini adalah telah menjadi member dari Rumah Zakat sebelumnya.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
79
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
c. Keempat program pemberdayaan masyarakat miskin yang telah dan sedang dilaksanakan oleh Rumah Zakat Medan memiliki banyak manfaat yang telah dirasakan oleh para peserta program yang berada di 3 kecamatan di kota Medan yakni kecamatan Medan Labuhan, kecamatan Medan Tembung dan kecamatan Medan Sunggal yang merupakan responden pada penelitian ini. d. Rata-rata usia responden adalah antara 30-50an tahun dengan jumlah responden wanita lebih banyak daripada responden pria. e. Sebagian besar responden berstatus janda atau duda dengan tingkat pendidikan terakhir terbanyak adalah SD-SMP sejumlah 72% dari total responden. 2. Saran Setelah beberapa kesimpulan yang ada, maka beberapa saran yang juga dapat peneliti berikan antara lain adalah: a. Agar Rumah Zakat kota Medan menambah jumlah peserta program pemberdayaan masyarakat berikut dengan lokasi penyebarannya. b. Agar Rumah Zakat kota Medan juga menambah nominal bantuan dana yang diberikan sebagai modal usaha dan modal kerja bagi peserta program pemberdayaan. c. Agar Rumah Zakat tidak hanya menjadikan member menjadi satu-satunya syarat untuk menjadi peserta dalam program pemberdayaan masyarakat miskin ini.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi,2007. Manajemen Penelitian. Jakarta.Rineka Cipta Cary. L. J. (ed) Community Development as A Process. Columbia: University of Missouri Press Dalam Sanders, I. T. 1970. The Concept of Community Development. Hasbullah, J. 2006. Social Capital. Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia, Jakarta: MR-United Press. Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, Jakarta: CIDES. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ruditio et al (ed) Akses Peran Serta Masyarakat. Lebih Jauh Memahami Community Development, Jakarta: Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD) dan Pustaka Sinar Harapan Dalam Budimanta, A. 2003. Prinsip Pengelolaan Community Development di Dunia Pertambangan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
80
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Saidi, Z. Zamzami (ed). 2003. Pola dan Strategi Penggalangan Dana Sosial di Indonesia. Pengalaman Delapan Belas Organisasi Sosial, Jakarta: Piramedia. Suparjan. Suyatno, H. 2003. Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan, Yogyakarta: Aditya Media Umar, Husein. 2001. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Baru. Cetakan Keempat. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
81
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN MAHASISWA MEMILIH PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS POLITEKNIK NEGERI MEDAN
RISMAWATI S. Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan ABSTRACT This study aimed to determine the effect of the marketing mix on student's decision in selecting Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan, and find out which of the seven elements of the marketing mix has the most dominant influence. This study is a survey study from a population and use the documentation and questionnaire to collect the data on factors related to the study variables. The nature of research is explanatory research. The approach used in this research is descriptive quantitative with multiple regression analysis techniques. Conclusion of the research is that seven existing marketing mix, empirically variable product, price, promotion, place, people, process and physical evidence together, have an influence on the decision of students select Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan . Of the seven independent variables studied, the most dominant variables that influence the student's decision is a variable place, followed in sequence variable physical evidence, people, process, product, promotion, and price. This means the product, price, promotion, place, people, process and physical evidence of a very real effect on decision of selecting Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan. Keywords: marketing mix, decision of selecting I. Latar Belakang Program pendidikan Politeknik adalah salah satu jalur pendidikan vokasi (kejuruan) pada tingkat perguruan tinggi, yang membekali siswanya untuk terampil dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang didukung oleh pengetahuan dosen yang cukup dan disiplin yang tinggi. Dengan bekal ini, mahasiswa diharapkan dapat berkembang menjadi tenaga profesional dalam bidang khusus yang sesuai dengan kebutuhan industri. Untuk menyikapi perkembangan tersebut mahasiswa dituntut untuk dapat memilih bidang pengetahuan apa yang diinginkannya agar tercapai tujuan akhir dari pendidikannya. Agar mahasiswa dapat secara tepat menentukan pilihannya akan tempat dia menuntut ilmu, Politeknik sebagai perusahaan jasa harus melakukan pemasaran yang juga mempunyai pengaruh untuk menentukan berhasil tidaknya
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
82
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dalam memasarkan produknya. Apabila pemasaran yang dilaksanakan Politeknik tersebut mampu memasarkan produknya dengan baik, hal ini akan berpengaruh terhadap tujuan Politeknik itu sendiri. Pemasaran merupakan salah satu ilmu ekonomi yang telah lama berkembang, dan sampai pada saat sekarang ini pemasaran sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan untuk bisa bertahan di dalam pangsa pasar. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah bauran pemasaran. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa menurut Kotler (2002) bagi perusahaan jasa, terdapat tujuh komponen dari bauran pemasaran, yaitu: Produk (Products), Harga (Price), Promosi (Promotion), Tempat (Place), Manusia (People), Bukti fisik dan yang mewakili (Physical Evidence and Presentation), dan. Proses (Process). Strategi bauran pemasaran yang telah disebutkan diatas adalah salah satu strategi yang diperlukan bagi mahasiswa dalam memilih bidang studi yang akan ditekuninya. Keberhasilan Politeknik dalam memilih dan mengkombinasikan variabel bauran pemasarannya akan bisa membantu mahasiswa dalam memilih produk yang dia perlukan. Atas dasar tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berhubungan dengan hal diatas, dengan mengambil judul Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Keputusan Mahasiswa dalam memilih Program Studi Administrasi Bisnis di Politeknik Negeri Medan (Polmed). II. Identifikasi Masalah Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan mahasiswa dalam memilih Program Studi Administrasi Bisnis di Politeknik Negeri Medan? 2. Yang mana dari ke tujuh unsur bauran pemasaranitu yang paling dominan? III. Tinjauan Pustaka A. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Sebagaimana kita ketahui bahwa produk ataupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan tidak mungkin dapat mencari sendiri pembeli ataupun peminatnya. 0leh karena itu, produsen dalam kegiatan pemasaran produk atau jasanya pasti membutuhkan konsumen untuk produk atau jasa yang dihasilkannya. Salah satu cara yang digunakan produsen dalam bidang pemasaran untuk tujuan meningkatkan permintaan terhadap produk yang ditawarkan adalah dengan strategi bauran pemasaran. Bauran pemasaran merupakan strategi yang dijalankan perusahaan berkaitan dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan dan menawarkan produknya pada satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarannya. Bauran pemasaran (Marketing mix) merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel mana dapat dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya. Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin, dalam melakukan kegiatan pemasarannya. Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar memiliki kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat mengkoordinasikan
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
83
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
berbagai variabel marketing mix tersebut, untuk melaksanakan program pemasaran secara efektif. Diharapkan dengan cara demikian konsumen akan benar-benar mengenal produk yang akan dipilih. Menurut Stanton (1986) pengertian marketing mix secara umum adalah ”istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi”. Keempat unsur tersebut adalah penawaran produk/jasa, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi. B. Unsur-unsur Bauran Pemasaran Jasa (Marketing Mix) Keempat variabel bauran pemasaran (Marketing mix) atau yang disebut four p's adalah: 1. Strategi Produk 2. Strategi Harga 3. Strategi Penyaluran / Distribusi 4. Strategi Promosi Namun pada akhirnya Kotler (2002) menambahkan tiga komponen dari bauran pemasaran tradisional “4P”, sehingga pada pemasaran jasa terdapat 7 (tujuh) unsur, yaitu: 1. Produk: Produk atau jasa yang sedang ditawarkan. 2. Harga: Jumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli sebuah 3. produk. Promosi: Program komunikasi yang berhubungan dengan pemasaran produk atau jasa. 4. Tempat: Fungsi distribusi dan logistik yang dilibatkan dalam rangka menyediakan produk dan jasa sebuah perusahaan. 5.Orang: Proses seleksi, pelatihan, dan pemotivasian karyawan, yang nantinya dapat digunakan sebagai pembedaan perusahaan dalam memenuhi kepuasan pelanggan. 6. Bukti fisik: Bukti fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada konsumen sebagai usulan nilai tambah konsumen. 7. Proses: Proses penyajian jasa. IV. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Medan Jalan Almamater No. 1 Kampus USU, Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester 1 program D3 Jurusan Administrasi Niaga Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Proportionate Stratified Random Sampling, karena sampel akan diambil dari 7 kelas yang ada. Untuk menentukan responden dari setiap kelas akan dilakukan secara acak atau random. Jumlah populasi seluruhnya adalah 179 orang. Menurut Arikunto (2002), apabila subjeknya lebih besar dari 100 orang, maka sampel yang diambil antara 10 -15% atau 20 – 25% atau lebih. Karena populasi dari penelitian ini lebih besar dari 100, maka sampel dalam penelitian ini ditentukan sebesar 20% dari populasi dengan pertimbangan populasi diketahui jumlahnya dan bersifat homogen serta masih dalam batas yang disarankan. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah 20% x 179 = 44,75 ≈ 45 orang. Penelitian ini adalah penelitian survei dari suatu populasi dan menggunakan studi dokumentasi dan kuesioner sebagai alat pengumpulan data mengenai faktor terkait dengan variabel penelitian. Sifat penelitian adalah penelitian explanatory Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yaitu penelitian terhadap masalah berupa fakta saat ini yang pengujiannya memakai statistik.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
84
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Variabel Bebas (X) pada penelitian ini adalah: 1. Produk atau Jasa (Product) sebagai X1 2. Harga (Price) sebagai X2 3. Promosi (Promotion) sebagai X3 4. Tempat (Place) sebagai X4 5. Orang (People) sebagai X5 6. Proses (Process) sebagai X6 7. Bukti Fisik yang Mewakili (Physical of Evidence) sebagai X7 Variabel Terikat (Y) pada penelitian ini adalah: keputusan memilih. Skala yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel adalah Skala Likert dengan 5 kategori: sangat tidak setuju (nilai 1), tidak setuju (nilai 2), raguragu (nilai 3), setuju (nilai 4), dan sangat setuju (nilai 5), yang akan mengukur tingkat persetujuan atau ketidak setujuan responden terhadap serangkaian pernyataan yang mengukur suatu objek (Istijanto: 2005). Data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan satuan pengukuran skala likert, diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Selanjutnya juga dilakukan uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi linear berganda telah dapat digunakan atau tidak. Untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak akan dilakukan uji Normalitas. Uji Heteroskedastisitas juga dilakukan dalam penelitian ini, untuk melihat apakah dalam suatu model regresi itu terjadi perbedaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Sebuah model analisis regresi yang baik adalah yang homokedastisitas, atau tidak tejadi heteroskedastisitas, yang artinya varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tidak tetap atau berbeda. Uji multikolinieritas juga digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regressi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar varibel bebas (independen). Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas. Dalam model regressi yang baik, seharusnya tidak terjadi multikolinieritas. Pengujian Goodness of fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, yang dilihat dari koefisien determinasi (R Square). Menjawab hipotesis yang telah dirumuskan, maka dilakukan analisis data berupa analisis deskripsi untuk menentukan deskriptif data mengenai bauran pemasaran dan keputusan memilih bentuk frekuensi dan prosentase serta uji statistik regresi ganda dan korelasi ganda V. Hasil Penelitian dan Pembahasan Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan melalui analisa grafik yang dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Dari gambar pola grafik dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan menunjukkan indikasi normal karena titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka model regresi ini layak untuk dipakai. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
85
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keptsn 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 1: Hasil Uji Normalitas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas sehingga model regresi tidak dapat digunakan. Hasil pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada dibawah ini: Tabel 10 Hasil Uji Multikolinieritas _________________________________________ Model Collinearity Statistics Tolerance VIF _________________________________________ (Constant) Produk .520 1.789 Harga .550 1.818 Promosi .653 1.531 .661 1.513 Tempat Orang .663 1.509 Proses .733 1.364 Bukti Fisik
.544 1.839 __________________________________________ A Dependent Variabel: Keptsn Memilih
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel diatas terlihat bahwa tidak terjadi multikolinieritas dalam variabel karena nilai VIF disekitar angka 1, dan angka tolerance mendekati 1. Untuk melihat gejala heteroskedastisitas dapat dilihat pada scatter plot yang dihasilkan oleh program SPSS yang terlihat pada gambar berikut ini:
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
86
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Scatterplot
Dependent Variable: Keptsn
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-3 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 2: Hasil Uji heteroskedastisitas Pada gambar diatas terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta menyebar baik di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model layak dipakai. Pengujian Goodness of Fit dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu model regresi, yang dilihat dari koefisien determinasi (R Square). Tabel 11 Hasil Uji Goodness of Fit Model Summary(b) Std. Error of the odel R R Square Adjusted R Square Estimate 1 .875(a) .766 .721 .41032 a Predictors: (Constant), B.Fisik, Proses, Produk, Promosi, Tempat, Orang, Harga b Dependent Variable: Keptsn Memilih Nilai R Square pada tabel di atas sebesar 0,766. Hal ini berarti bahwa 76,6% variabel keputusan memilih (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti Fisik (X7) , sedangkan sisanya sebesar 23,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Pengujian hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan uji F dengan ketentuan Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan H1 ditolak. Sedangkan pengujian secara parsial pada masing-masing variabel independen dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara individual variabel produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik mempunyai pengaruh nyata atau tidak terhadap keputusan memilih mahasiswa. Pengujian secara parsial dilakukan dengan uji t dengan ketentuan bahwa apabila hasil t hitung > ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
87
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Berdasarkan hasil regresi dari data primer yang diolah dengan menggunakan alat bantu SPSS maka diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 12 Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
(Constant)
.783
Std. Error 1.442
Beta
t
Produk
.095
.068
.225
.015
.045
.056
2.399 .4.324
.000
Harga Promosi
.049
.027
.180
2.794
.000
Tempat
.146
.025
.565
5.714
.000
Orang
.178
.046
.386
3.883
.000
Proses
.117
.032
.340
3.690
.001
B.Fisik
.086
.021
.414
4.017
.000
.543
Sig. .590 ..001
a. Dependent Variable: Keptsn
Berdasarkan Tabel tersebut di atas maka persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini sebagai berikut: Y = 0,783 + 0,095 X1 +0,015 X2 + 0,049 X3 + 0,146 X4 + 0,178 X5 + 0,117 X6 + 0,086 X7 + e Koefisien regresi X1 (produk) bernilai positif (0,095) artinya bahwa pengaruh variabel ini searah dengan keputusan mahasiswa. Dengan kata lain produk berpengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan Adm. Niaga Prodi Adm. Bisnis. Bila produk semakin baik yang mencakup cukup dikenal di lingkungan dunia pendidikan, memiliki peluang kerja yang besar, sudah terakreditasi, dan sudah memiliki sertifikat ISO 9001 : 2008, maka keputusan memilih akan semakin baik. Koefisien regresi X2 (harga) bernilai positif (0,015). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh harga adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti harga memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata lain apabila semakin baik harga yang ditawarkan, maka jumlah mahasiswa yang berminat kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan akan semakin meningkat. Koefisien regresi X3 (promosi) bernilai positif (0,049) artinya bahwa pengaruh variabel ini searah dengan keputusan mahasiswa. Dengan kata lain promosi berpengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan Adm. Niaga Prodi Adm. Bisnis. Bila promosi semakin gencar dilaksanakan, maka keputusan memilih akan semakin baik. Koefisien regresi X4 (tempat) bernilai positif (0,146). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh tempat adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti tempat memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata lain apabila semakin strategis lokasi belajar yang ditawarkan, maka jumlah
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
88
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
mahasiswa yang berminat kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan akan semakin meningkat. Koefisien regresi X5 (orang) bernilai positif (0,178) artinya bahwa pengaruh variabel ini searah dengan keputusan mahasiswa. Dengan kata lain orang berpengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan Adm. Niaga Prodi Adm. Bisnis. Bila orang semakin baik yang mencakup tenaga edukatif, pihak manajemen, staf administrasi, dan laboran, maka keputusan memilih akan semakin baik. Koefisien regresi X6 (proses) bernilai positif (0,117). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh proses adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti proses memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata lain apabila prosedur penerimaan, pendaftaran, testing, serta daftar ulang dilaksanakan dengan proses yang profesional, makaa jumlah mahasiswa yang berminat kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan akan semakin meningkat. Koefisien regresi X7 (bukti fisik) bernilai positif (0,086). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh bukti fisik adalah searah dengan keputusan memilih, yang berarti proses memberikan pengaruh positif terhadap keputusan memilih. Dengan kata lain apabila sikap, tingkah laku dan fasilitas yang diberikan oleh staf edukatif, staf administrasi, pihak manajemen, laboran, serta fasilitas gedung laboratorium, ruang belajar, aula, perpustakaan diperhatikan dengan baik, maka jumlah mahasiswa yang memutuskan untuk memilih kuliah di Jurusan Adm. Niaga program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan akan semakin meningkat. Dari tabel sebelumnya diketahui Nilai R Square adalah sebesar 0,766. Hal ini berarti bahwa 76,6% variabel keputusan memilih (Y) dapat dijelaskan oleh variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti Fisik (X7) , sedangkan sisanya sebesar 23,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Pengaruh variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti Fisik (X7) terhadap keputusan memilih dapat dilihat pada tabel berikut:
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
89
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 13 Hasil Uji Serempak (Uji F) b ANOVA
Sum of Model Squares df 1 Regression 1.134.348 7 Residual .1390 37 Total 1.273 44
Mean Square F 2.907 17.265 .168
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), B.Fisik, Proses, Produk, Promosi, Tempat, Orang, Harga b. Dependent Variable: Keptsn
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh Fhitung sebesar 17.265. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05), diperoleh nilai Ftabel 2,68. Karena Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan H1 diterima artinya secara bersamasama (serempak) variabel Produk (X1), Harga (X2), Promosi (X3), Tempat (X4), Orang (X5), Proses (X6), dan Bukti Fisik (X7) mempunyai pengaruh high significant terhadap keputusan memilih Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan (Y). Hal ini juga dapat dilihat tingkat signifikansi 0,000. Karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05. Produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap keputusan memilih Jurusan Adm. Niaga, Program Studi Adm. Bisnis Politeknik Negeri Medan. Dengan kata lain jika produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik tidak dikelola dengan baik oleh Politeknik Negeri Medan, maka keputusan memilih akan menurun dan sebaliknya jika Produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik dikelola semakin baik di Politeknik Negeri Medan maka akan meningkatkan jumlah mahasiswa yang akan memilih Jurusan Adm. Niaga. Uji pengaruh variabel motivasi kerja dan budaya organisasi secara parsial dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
90
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 14 Hasil Uji Parsial (Uji t) Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
.783
Std. Error 1.442
.095 .015
.068 .045
.225 .056
2.399 .4.324
.049
.027
.180
2.794
..000
Tempat
.146
.025
.565
5.714
.000
Orang Proses
.178
.046
.386
3.883
.000
.117 .086
.032 .021
.340 .414
3.690 4.017
.001 .000
(Constant) Produk Harga Promosi
B.Fisik
Beta
t .543
Sig. .590
..000 .001
a. Dependent Variable: Keptsn
a. Pengaruh variabel produk (X1) terhadap variabel keputusan memilih (Y) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel produk terhadap keputusan memilih memiliki signifikansi 0,000. Hal ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai t hitung produk sebesar 2,399. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa variabel produk mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Dari hasil uji parsial tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh produk terhadap keputusan memilih. b. Pengaruh variabel harga (X2) terhadap keputusan memilih (Y) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel harga terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,001. Hal ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai t hitung harga sebesar 4.324. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena t hitung lebih besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima). c. Pengaruh variabel promosi (X3) terhadap variabel keputusan memilih (Y) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel promosi terhadap keputusan memilih memiliki signifikansi 0,000. Hal ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai t hitung promosi sebesar 2,794. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena t hitung lebih besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa variabel promosi mempunyai
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
91
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Dari hasil uji parsial tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh promosi terhadap keputusan memilih. d. Pengaruh variabel tempat (X4) terhadap keputusan memilih (Y) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel tempat terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,000. Hal ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai t hitung harga sebesar 5.714. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1.98. Karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa tempat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima). e. Pengaruh variabel orang (X5) terhadap variabel keputusan memilih (Y) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel orang terhadap keputusan memilih memiliki signifikansi 0,000. Hal ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai t hitung produk sebesar 3,883. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena t hitung lebih besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa variabel produk mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa. Dari hasil uji parsial tersebut maka Ho ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh orang terhadap keputusan memilih. f. Pengaruh variabel proses (X6) terhadap keputusan memilih (Y) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel proses terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,001. Hal ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai t hitung harga sebesar 3,690. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena t hitung lebih besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa proses mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima). g. Pengaruh variabel bukti fisik (X7) terhadap keputusan memilih (Y) Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pengaruh parsial dari variabel bukti fisik terhadap keputusan memilih memiliki nilai signifikansi 0,000. Hal ini berarti lebih kecil dari α = 0,05. Selain itu kita juga dapat melihat nilai thitung harga sebesar 4,017. Dengan menggunakan confidence interval (CI) 95% (α = 0,05) maka dari tabel distribusi t diperoleh nilai 1,98. Karena t hitung lebih besar dari ttabel maka dapat dikatakan bahwa bukti fisik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan mahasiswa (Ho ditolak dan H1 diterima). Standardized beta coefficient digunakan untuk menentukan variabel bebas yang paling menentukan dalam mempengaruhi dependen variabel dalam suatu model regresi linier. Secara keseluruhan pengaruh variabel independen yang paling dominan terhadap variabel dependen adalah variabel tempat. Hal ini dapat
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
92
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dilihat dari hasil nilai Standardized Coefficient yang menunjukkan bahwa variabel tempat memiliki nilai tertinggi yaitu 0,565. VI. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa secara empiris variabel produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik secara bersama-sama, mempunyai pengaruh terhadap keputusan mahasiswa memilih Jurusan Administrasi Niaga Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan. Dari ke tujuh variabel bebas yang diteliti, maka variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap keputusan mahasiswa adalah variabel tempat, kemudian diikuti secara berurutan variabel bukti fisik, orang, proses, produk, promosi, dan harga. Hal ini berarti faktor tempat Polmed yang berada di lokasi yang sama dengan Universitas Sumatera Utara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap keputusan mahasiswa memilih belajar di Prodi Adm. Bisnis, Polmed. VII. Saran Untuk meningkatkan keputusan mahasiswa memilih kuliah di Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan, maka dibuat beberapa saran antara lain: 1. Sebaiknya Program D3 Jurusan Administrasi Niaga Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan mempertahankan dan meningkatkan perhatian yang lebih besar terhadap strategi bauran pemasaran yang mampu memberikan pengaruh positif terhadap keputusan mahasiswa memilih kuliah di Program D3 Jurusan Administrasi Niaga Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Medan. 2. Dari hasil kuesioner terdapat kesimpulan bahwa dari tujuh varibel yang ada, ternyata variabel harga adalah variabel yang memiliki pengaruh yang terkecil dibandingkan variabel-variabel lainnya. Dari sisi lembaga, hal ini bisa menjadi masukan agar di waktu yang akan datang, biaya yang dikenakan kepada mahasiswa dapat ditinjau ulang atau dengan kata lain dinaikkan, disesuaikan dengan kondisi terakhir. Hal ini diharapkan bisa menaikkan honor dosen, dan staf administrasi dari yang diberikan sekarang ini, sehingga motivasi kerja bisa meningkat dan akan berdampak pada peningkatan kinerja seluruh civitas akademika Politeknik Negeri Medan.
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
93
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,, Suharsini. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. 2002. Desler, Garry, Manajemen Strategis Dan Kebijakan Perusahaan, Erlangga, Jakarta, 2001. Gitosudanno, Indriyo, Manajemen Pemasaran, BPFE Yogyakarta, 1994. Ghozali, Imam. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2005. Istijanto, Riset Sumbe Daya Manusia, PT Gtamedia Pustaka Utama, 2005. Luthan, Fred dan Davis, Keith, Organizational Behaviour, Seventh Edition, McGraw-Hill, United States Of America, 1996. Mc. Donald, Malcom H.B. Rencana Pemasaran, Arcan, Jakarta, 1995 Phillip Kotler, Marketing Management, Prentice Hall, New Jersey, 2000 Robbins, Stephen, P. Organizational Behaviour Concept, Controversies, and Applications, Fifth Edition, Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall, New Jersey, 2001. Santoso, Singgih. SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Cetakan Ketiga. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta. 2002. Stanton, William, J, Prinsip Pemasaran, Erlangga, 1986. Sugiyono dan Wibowo, F. Statistik Penelitian. Alfabeta. Bandung. 2005. Sutojo Siswanto, Kerangka Dasar Manajemen Pemasaran, LPPM, 1981
Volume 1
No. 2
A p r i l 2013
94