ISSN 2302 – 1489
EKSIS JURNAL EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Volume 1
No.1
Desember 2012
PENGANTAR REDAKSI
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas terbitnya edisi pertama Jurnal Eksis ini. Jurnal Eksis diterbitkan oleh Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan tentunya masih memerlukan penyempurnaan untuk masa masa yang akan datang, dan kami sangat terbuka menerima kritikan atau saran saran yang bersifat membangun. Redaksi juga menerima jurnal jurnal ilmiah dari kalangan dosen Politeknik Negeri Medan ataupun perguruan tinggi lainnya, dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh redaksi tentunya. Terakhir kata, redaksi ingin mengucapkan terima kasi sebesar besarnya kepada Bapak M. Syahruddin selaku Direktur Politeknik Negeri Medan dan Ibu Nursiah Fitri selaku Ketua Jurusan Administrasi Niaga, yang telah banyak membantu hingga terbitnya edisi pertama dari Jurnal Eksis ini. Semoga untuk edisi selanjutnya Eksis tetap eksis dan lebih baik lagi...amin..amin Y.R.A..
Desember 2012 Redaksi EKSIS
i
KATA SAMBUTAN
Pada kesempatan pertama ini, saya mengucapkan selamat dan terima kasih kepada seluruh Dewan Redaksi Jurnal EKSIS Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan, yang telah bekerja keras hingga terbitnya edisi perdana EKSIS. EKSIS tentunya diharapkan dapat memberi manfaat bagi Jurusan Administrasi Niaga sebagai nilai tambah dalam akreditasi jurusan, bagi para dosen Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan sebagai sarana untuk menerbitkan karya karya ilmiahnya, dan dosen Politeknik Negeri Medan serta dosen luar Politeknik Negeri Medan yang ingin turut berpartisipasi. Terakhir sekali, saya berharap semoga jurnal ini dapat memberikan motivasi bagi peneliti untuk dapat menerbitkan penelitian berikutnya serta dapat memotivasi rekan-rekan dosen yang lain untuk menerbitkan penelitian sehingga tercipta atmosfer ilmiah di Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan.
Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan
Nursiah Fitri S.E., M.Si Ketua Jurusan.
ii
DEWAN REDAKSI
Pembina
: M. Syahruddin, S.T., MT.
Pengawas
: Nursiah Fitri S.E., M.Si.
Editor / Penanggung Jawab
: Agus Edy Rangkuti SE., M.Si.
Editor Ahli
: 1. Edy Syahputra Sitepu SE., M.Si. 2. Desri Wiana SS., M.Hum 3. Erwinsyah S.Kom. M.Kom
Alamat Redaksi: Jl. Almamater No. 1 (Kompleks USU) Lt 2 Gedung Jurusan Administrasi Niaga. Politeknik Negeri Medan Email:
[email protected].
iii
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi ……………………………………………………….
i
Kata Sambutan ……………………………………………………………
ii
Dewan Redaksi ……………………………………………………………
iii
Daftar Isi ………………………………………………………………….
iv
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Pada Komitmen Organisasional dengan Pemberdayaan Sebagai Variabel Pemediasi (Studi Kasus Politeknik Negeri Medan) M. Syahruddin, S.T., MT. ……………………………………………………..
1-11
Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kesetiaan Konsumen Terhadap Produk Minuman Ringan Merek The Botol Sosro (Studi Kasus pada Konsumen The botol Sosro di Politeknik Negeri Medan) Nursiah Fitri S.E., M.Si………………………………………………………….. 12-23 Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima Sekitaran Universitas Sumatera Utara) Agus Edy Rangkuti SE., M.Si……………………………………………………. 24-34 Analisis Identifikasi Sektor Unggulan Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2000 – 2011 Edy Syahputra Sitepu SE., M.Si………………………………………………… 35-43 Evaluasi Penyusunan Anggaran dan Alokasi Anggaran Belanja Daerah: Studi Kasus Pemerintah Kota Medan Erwinsyah S.Kom. M.Kom …………………………………………………….. 44-52 Analisis Anteseden dan Konsekuen Pada Pengembangan Karir (Studi Kasus Pegawai Politeknik Negeri Medan) Desri Wiana SS., M.Hum ………………………………………………………. 53-61
iv
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, PADA KOMITMEN ORGANISASIONAL DENGAN PEMBERDAYAAN SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI (STUDI KASUS POLITEKNIK NEGERI MEDAN)
M. SYAHRUDDIN Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Human resource is the motor of an organization in achieving its goal, however many organizations have problems in managing their human resource. The main purpose of this study is to explore the effects of transformational leadership on organizational commitment, and also to test the mediating role of empowerment. Population in this study were 374 and sample in this study were 79 employees. The analytical method used was path analysis. The result showed that transformational leadership had positive effect on empowerment, transformational leadership had positive effect on organizational commitment, empowerment ans independent variable had significant effect on organizational commitment, transformational leadership and empowerment as independent variables had significant effect on organizational commitment, and direct effect of transformational leadership on organizational commitment greater than indirect effect transformational leadership on organizational commitment which mediated by empowerment Keywords:
1.
Transformational Empowerment
Leadership,
Organizational
Commitment,
Latar Belakang
Pegawai selain sebagai tenaga kerja dan salah satu faktor produksi memiliki kegunaan dan manfaat bagi instansi tempat mereka bekerja, tetapi kenyataan sekarang ini instansi tempat bekerja pegawai selalu menghadapi permasalahan, dimana untuk mengatasi permasalahan permasalahan ini perlu untuk diatasi dengan lebih profesional. Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) bukanlah hanya domain bagian SDM yang berada di Perusahaan maupun instansi, diperlukan dukungan dari semua pihak yang berada di perusahaan atau instansi tersebut. Perusahaan atau instansi yang memiliki manajemen SDM yang dikelola dengan baik akan selalu menjadi perhatian masyarakat ataupun pelanggan perusahaan tersebut. Sebuah instansi atau perusahaan tidak akan dapat mencapai tujuannya apabila tidak memiliki SDM yang bisa bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut, SDM
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
1
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
yang dibutuhkan berupa SDM yang terampil, kreatif, dan memiliki komitmen yang sulit didapatkan atau dibentuk dalam waktu singkat. SDM merupakan penggerak organisasi perusahaan atau instansi, dan merupakan sebuah potensi yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik untuk mewujudkan eksistensi organisasi (Nawawi, 2000). Selain pemanfaat potensi SDM, hal lain yang menjadi perhatian perusahaan atau instansi adalah adanya komitmen yang baik sehingga dapat bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan atau instansi. Komitmen organisasi sebagai sifat hubungan antara pekerja dan organisasi yang dapat dilihat dari keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi tersebut, kesediaan untuk menjadi sebaik mungkin demi kepentingan organisasi serta kepercayaaan dan penerimaan yang kuat pada nilai-nilai dan tujuan organisasi (Porter & Smith dalam Purnomo, 2011). Komitmen organisasional dari seorang pegawai ditentukan atas beberapa variabel (usia, kedudukan, dan disposisi seperti efektivitas positif atau negatif, atau atribusi kontrol internal atau eksternal) dan organisasi (desain pekerjaan, nilai organisasi, dukungan, dan kepemimpinan). Bahkan faktor non-organisasi, seperti adanya alternatif lain setelah memutuskan untuk bergabung dengan organisasi, akan mempengaruhi komitmen selanjutnya (Luthans, 2007). Pegawai atau karyawan yang memiliki komitmen tinggi pada organisasi akan lebih termotivasi untuk hadir dalam organisasi dan berusaha mencapai tujuan organisasi, dan karyawan yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi cenderung lebih stabil dan produktif. Sebaliknya pegawai yang tidak / kurang memiliki komitmen organisasional akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi (Susanto, 2002) Peningkatan komitmen pegawai terhadap instansi tidak terlepas dari atasan pegawai tersebut, Bass (1990) mengatakan, peran optimal seorang pimpinan terdiri dari lima buah cara (1) mampu mengklarifikasi yang diharapkan bawahannya, secara khusus berupa tujuan dari sasaran dari kinerja mereka (2) mampu menjelaskan bagaimana memenuhi harapan tersebut (3) memiliki kriteria untuk evaluasi kinerja secara efektif (4) memberikan umpan balik setelah adanya pencapaian oleh bawahan (5) mengalokasikan imbalan berdasarkan hasil yang telah dicapai karyawan. Pemimpin yang efektif sanggup mempengaruhi para pengikutnya untuk mempunyai optimisme yang lebih besar, rasa percaya diri, serta komitmen kepada tujuan dan misi organisasi (Yukl, 2002). Bagian dari tugas pemimpin ialah bekerja bersama dengan para bawahannya untuk menemukan dan memecahkan permasalahan. Pegawai yang memiliki seorang pemimpin yang mengharapkan mereka untuk berbuat yang terbaik bagi organisasi akan mendapatkan dukungan emosional yang lebih melalui petunjuk nonverbal, umpan balik yang lebih serius dan bermakna, tujuan tujuan yang lebih menantang, training yang lebih efektif dan penugasan yang lebih menarik, para bawahan yang efektif memiliki komitmen atas sesuatu entah itu sebuah tim kerja, sebuah perusahaan, ataupun sebuah ide, selain dari apa yang mengenai kehidupan mereka sendiri (O’Reilly, 2004) Terdapat dua katagori kepemimpinan, yaitu kepemimpinan transformasional, dan kepemimpinan transaksional (Burns, 1978). Kepemimpinan transformasional terjadi ketika para pemimpin mampu
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
2
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
memperluas dan meningkatkan kepentingan pegawai mereka, ketika mereka menghasilkan kesadaran dan penerimaan tujuan dan misi kelompok, dan ketika mereka mampu membuat karyawan untuk melampui kepentingan diri mereka untuk bagi organisasi (Keeley, 1995), pengertian kepemimpinan transformasional ini sangat sesuai dengan perkembangan zaman saat ini, dimana seorang pemimpin tidak hanya mampu menggerakkan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi tetapi juga mampu untuk meningkatkan kualitas bawahannya sebagai aset berharga dari organisasi yang dipimpinnya. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh pemimpin yang menganut pola kepemimpinan transformasional agar dapat mencapai tujuan organisasi adalah dengan memiliki suatu metode pemberdayaan para bawahannya, berupa penyediaan arahan yang jelas dan memberikan tujuan yang sama atau lebih tinggi dari organisasi. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional pada komitmen organisasional secara tidak langsung dipengaruhi oleh pemberdayaan (Ismail et.al, 2011; Avolio, 2004; Dewettinck, 2010); Jansen, 2004; Isaiah, 2006). Sifat hubungan antara kepemimpinan transformasional, komitmen organisasional dan pemberdayaan merupakan hubungan yang menarik, namun masih sedikit yang telah diketahui dari pengaruh pemberdayaan dalam literatur kepemimpinan dalam organisasi (ismail, et. Al, 2011). Terdapat pengaruh pemberdayaan karyawan sebagai faktor pemediasi dalam hubungan kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional pegawai (Avolio, 2004; Castro, 2008; Azman et al, 2011). Pada tahun 1979 Universitas Sumatera Utara ditetapkan sebagai salah satu dari 6 Universitas/Institut yang mendapat proyek pembangunan Pendidikan Politeknik Tahap I dari DIKTI, dengan nama Politeknik Universitas Sumatera Utara (Politeknik USU) Medan. Pembangunan Politeknik USU dibiayai oleh Bank Dunia (World Bank). Pada tahap I yang dibangun adalah pendidikan bidang keteknikan yang pelaksanaannya mendapat bantuan tenaga ahli dari Swiss yang ditempatkan di Medan. Selanjutnya pada tahun 1986 tahap II dibangun pendidikan bidang tata niaga yang didukung oleh bantuan tenaga ahli dan fasilitas dari Australia. Pembangunan Politeknik USU dan Politeknik lainnya, merupakan proyek pemerintah melalui Depdikbud Ditjen DIKTI yang dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik dikenal dengan singkatan PEDC (Polytechnic Education Development Center) di Bandung. Melalui Surat Keputusan Mendikbud No. 084/O/1997 tentang Pendirian Politeknik Negeri Medan, maka Politeknik USU Medan secara resmi menjadi Politeknik mandiri dengan nama Politeknik Negeri Medan (Polmed) yang isinya telah diperbaharui dengan SK Mendiknas No.: 130/O/2002 tentang organisasi dan tata kerja Politeknik Negeri Medan. Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang dimiliki oleh pemerintah Polmed tentunya juga memiliki permasalahan mengenai kinerja pegawai pegawai yang bekerja di Politeknik Negeri Medan, khususnya mengenai komitmen pegawai yang nota bene merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan telah diperolehnya sertifikat ISO oleh Polmed tentunya juga menuntut untuk
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
3
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
diadakannya pemberdayaan pegawai demi tercapainya tujuan Polmed, yang sesuai dengan yang diamanatkan oleh UUD 45 dalam segi pendidikan. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, pada Komitmen Organisasional dengan Pemberdayaan Sebagai Variabel Pemediasi (Studi Kasus Pegawai Politeknik Negeri Medan) 2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, disimpulkan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh pemberdayaan pegawai Politeknik Negeri Medan?
terhadap
2. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap komitmen organisasional pegawai Politeknik Negeri Medan? 3. Apakah pemberdayaan pegawai memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional pada komitmen oraganisasional pegawai Politenik Negeri Medan? 3.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Menguji pengaruh kepemimpinan transformasional pemberdayaan pegawai Politeknik Negeri Medan
terhadap
2. Menguji pengaruh kepemimpin transformasional terhadap komitmen organisasionalPoliteknik Negeri Medan 3. Menguji pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap komitmen organisasional yang dimediasi oleh pemberdayaan pegawai Politeknik Negeri Medan 4.
Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Purnomo (2011), perbedaan penelitian ini dengan penelitian Purnomo (2011) adalah: 1.
Lokasi Penelitian, yaitu di Politeknik Negeri Medan
2.
Sampel Penelitian, yaitu pegawai Politeknik Negeri Medan
3. Tahun Penelitian, yaitu tahun 2012. 5.
Kerangka pemikiran
Kerangka pemikiran ini merupakan replikasi dari penelitian Ismail, Azmain et.al (2011) dan Purnomo (2011). Variabel kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh langsung pada variabel pemberdayaan dan variabel komitmen organisasional, variabel pemberdayaan memiliki pengaruh langsung pada variabel komitmen organisasional. Sebagai variabel pemediasi variabel pemberdayaan memiliki pengaruh pada hubungan yang terjadi antara variabel kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional. Secara sederhana kerangka pemikiran penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut:
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
4
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Kepemimpinan
Komitmen Pemberdayaan
Transformasional
6.
Organisasional
Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teori teori dan kerangka pemikiran, peneliti mencoba untuk menarik hipotesis berupa: Hipotesis1
Kepemimpinan transformasional terhadap pemberdayaan pegawai
Hipotesis2
Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada komitmen organisasional
Hipotesis3
Pemberdayaan memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional pada komitmen organisasional
7.
berpengaruh
positif
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain survey yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data (Singarimbun, 1995). Menurut Indriantoro dan Supomo (2002), secara umum yang perlu dilakukan pada desain penelitian adalah karakteristik karakteristik dari penelitiannya meliputi: tujuan studi, tipe hubungan antar variabel, lingkungan (setting) studi, unit analisis, horison waktu dan pengukuran konstruk. 8.
Lokasi dan Unit Analisis
Penelitian dilakukan di Politeknik Negeri Medan pada tahun 2012. Unit Analisis adalah merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis pada penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian karena mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Unit analisis penelitian ini adalah tingkat individual, yaitu data yang dianalisis berasal dari setiap individual pegawai Politeknik Negeri Medan, dimana pegawai tersebut diberikan kuesioner, kuesioner tersebut berisikan variabel variabel penelitian yang telah memiliki konstruk yang dapat diukur dengan menggunakan skala interval, yaitu skala yang menyatakan katagori, peringkat, dan jarak konstruk yang diukur. Skala interval yang digunakan dinyatakan dengan angka, yaitu: 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju. 9.
Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel
Populasi adalah sekumpulan orang, kejadian atau sesuatu yang menjadi perhatian peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2006), sedangkan menurut Djarwanto & Pangestu, 2000, populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan-satuan / individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Pegawai di Politeknik Negeri Medan yang berjumlah 374 orang, sedangkan untuk penghitungan sampel dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu: n = N/(1 + Ne2)Dimana:
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
5
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
n = sampel N = populasi e = nilai presisi 10%. Jumlah populasi adalah 374, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 10%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah : n = 374 / 374 (0,1)2 + 1 = 78.9, dibulatkan 79 10.
Definisi Operasional, Instrumen, dan Pengukuran Variabel.
Variabel penelitian meliputi variabel independen yaitu kepemimpinan transformasional yang merupakan keinginan dan sikap seseorang pemimpin yang mencoba untuk meningkatkan kebutuhan dan merubah kemampuan individu, kelompok dan organisasi dari pengikutnya secara dramatis, untuk mengukur tingkatan kepemimpinan transformasional sebuah lembaga digunakan kuesioner yang diadopsi dari Multifactor Leadership Questionnaire (MLQ) yang disusun oleh Bass dan Avolio (1997) yang mengkombinasikan 20 item pertanyaan untuk mengukur prilaku kepemimpinan transformasional yang diterima oleh bawahan dari pimpinan. Variabel dependen ialah komitmen organisasional yaitu merupakan kekuatan relatif dari identifikasi dan keterlibatan individu dalam organisasi. Untuk mengukur tingkat komitmen organisasional digunakan kuesioner yang mengadopsi kuesioner Mowday, Steers & Porter (1979) dengan menggunakan 12 item pertanyaan dari organizational Commitment Questionnaire untuk mengukur tingkat komitmen organisasional pegawai. Variabel mediasi yaitu pemperdayaan pegawai yang merupakan gambaran dari proses orientasi pekerjaan dimana pegawai dapat meminta dan mampu merasakan penyesuaian pada kemampuan diri, aturan dan kontek konteks pekerjaan yang dimilikinya. Pengukuran variabel pemberdayaan menggunakan ukuran multi dimensi pemberdayaan yang terdiri dari nilai suatu pekerjaan, kompetensi dalam melakukan pekerjaan mampu menentukan suatu tindakan yang berasal dari diri sendiri menyangkut pekerjaan, dan dampak terhadap diri sendiri atas pekerjaan yang dilakukan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 12 item pertanyaan dari kuesioner pemberdayaan Spreitzer (1995) untuk mengukur setiap dimensi pemberdayaan. 11.
Metode Analisis Data
a. Uji Validitas dan reliabilitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Secara lebih spesifik, dikarenakan konstruk yang hendak diuji merupakan pengujian kembali dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dimana pada penelitian sebelumnnya, dimana pada penelitian sebelumnya telah berhasil mengidentifikasikan faktor faktor yang membentuk konstruk, maka
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
6
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
penelitian ini menggunakan teknik analisis Confirmatory Factor Analysis (CFA). Faktor loading ≥ 0.30 dianggap minimal dan ≥ 0.40 dianggap valid. Uji reliabilitas adalah suatu alat untuk mengukur suatu kuesioner yang mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang pada pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbach’s Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha> .60 (Nunnally dalam Ghozali, 2006) b.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dapat dikatakan sebagai uji kriteria ekonometrika untuk mengetahui bahwa hasil estimasi memenuhi asumsi dasar linier klasik, dengan terpenuhinya asumsi asumsi ini, maka diharapkan koefisien koefisien yang diperoleh menjadi mempunyai sifat efisiensi, linier, dan tidak bias dan juga bertujuan untuk memenuhi kriteria dalam alat uji hipotesis berupa analisis jalur (path analysis). Secara statistik, hasil estimasi model yang baik seharusnya memiliki aspek BLUE (Best Linier unbiassed Estimator) sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Gauss –Markov. Estimator yang tergolong bersifat BLUE adalah (Gujarati, 2003): 1. Bersifat linier, variabel random, itu merupakan fungsi linier atas sebuah variabel random seperti variabel dependen Y dalam sebuah model regresi: 2. Bersifat tidak bias (unbiased), hasil nilai estimasi sesuai dengan nilai sesungguhnya yang terjadi dilapangan. 3. Bersifat efisien, model yang bersifat linier dan tidak bias tadi harus memiliki varians yang nilai minimum. Secara singkat, pengujian ekonometrika terkait dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari: a. Multikolinearitas, pengujian adanya multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui apakah antara variabel bebas tidak saling berkorelasi atau ada hubungan linier antara variabel variabel bebas dalam model regresi menyatakan bahwa nilai toleransi atau VIF dapat digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan multikolinearitas. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari matrik korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi ( maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2006) b. Normalitas, asumsi yang paling fundamental dalam analisis dalam multivariate adalah normalitas, yang merupakan bentuk suatu distribusi data pada suatu vriabel metrik tunggal dalam menghasilkan distribusi normal (Haier et al dalam Ghozali dan Fuad, 2005). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya, dengan dasar pengambilan keputusan :
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
7
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas b. Jika data menyebar jauh dari diagonal / tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik tidak menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas c. Heteroskedastisitas, uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian dari residual satu pengamatan ke satu pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas pada model didasarkan pada analisis: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik titik yang menbentuk pola teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghazali, 2006) d. Autokorelasi, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya), (Ghazali, 2006). Perhitungan autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW test) untuk menghitung autokorelasi tingkat satu dan mengisyaratkan adanya intersep dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen (Ghazali, 2006). c.
Analisis Jalur (path Analysisi)
Untuk menguji pemberdayaan sebagai variabel mediasi pada pengaruh kepemimpinan transformasional pada komitmen organisasional pada penelitian ini diuji dengan menggunakan metode analisis jalur. Analisi jalur merupakan perluasan dari analisis regresi untuk mengukur hubungan kausalitas antar variabel (Ghozali, 2006). Analisis ini juga menunjukkan besaran dari efek total, efek langsung serta efek tidak langsung dari satu variabel pada variabel lainnya. Efek langsung adalah koefisien dari semua garis koefisien dengan anak panah satu ujung. Efek tidak langsung adalah efek yang muncul melalui sebuah variabel antara (mediasi) dan efek total adalah efek dari berbagai hubungan. 12.
Hasil dan Pembahasan
12.1.
Uji Validitas dan realibilitas
Hasil uji Validitas dan reliabilitas menunjukkan 14 item untuk variabel kepemimpinan transformasional (KT), 12 item untuk variabel komitmen organisasional (KO), dan 10 item untuk variabel pemberdayaan (EMP) yang lulus dari uji validitas dan reliabilitas.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
8
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
12.2.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik terdiri dari uji Multikolinearitas, Normalitas, Heteroskedastisitas, dan Autokorelasi, menunjukkan bahwa baik variabel independen maupun dependen dinyatakan lulus atau terbebas dari keempat uji tersebut. 12.3.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan path analysis. Hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini dituliskan dalam model sebagai berikut Z = a0 + a1X + e1 …………………………............................. Model 1 Y = b0 + a1X + b2Z + e4
......................................................... Model 2
Dimana a0 = konstanta b0 = konstanta e = error a1 = koefisien regresi X b2 = koefisien regresi Z X = variabel Kepemimpinan Transformasional Y = variabel Komitmen Organisasional Z = variabel Pemberdayaan Perhitungan dilakukan dengan analisis regresi yang dihitung dengan bantuan Program SPSS for Windows Release 18.0, dengan hasil yang menunjukkan sebagai berikut: 1. Variabel Kepemimpinan Transformasional berpengaruh signifikan pada variabel pemberdayaan, hal ini juga membuktikan hipotesis pertama penelitian yang menyatakan bentuk kepemimpinan transformasional mempengaruhi pemberdayaan secara positif. Implikasi lain dari hasil ini adalah pimpinan Politeknik Negeri Medan dengan menggunakan bentuk kepemimpinan transformasional juga secara langsung dapat memberdayakan potensi dari para pegawai di lingkungan Politeknik Negeri Medan. 2. Variabel Kepemimpinan Transformasional berpengaruh signifikan pada variabel Komitmen Organisasional, hal ini sesuai dengan hipotesis kedua penelitian yaitu kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada komitmen organisasional, dan implikasi lain berarti pimpinan Politeknik Negeri Medan dalam menerapkan kepemimpinan transformasional mampu mendorong para pegawai untuk memiliki komitmen organisasional yang baik. 3. Pemberdayaan sebagai variabel independen berpengaruh signifikan pada variabel Komitmen Organisasional.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
9
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
4. Kepemimpinan Transformasional dan Pemberdayaan sebagai variabel independen berpengaruh signifikan pada variabel Komitmen Organisasional 5. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional pada komitmen organisasi lebih besar daripada pengaruh tidak langsung kepemimpinan transformasional pada komitmen organisasional yang dimediasi oleh pemberdayaan, hal ini sesuai dengan hipotesis ketiga penelitian yaitu pemberdayaan memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional pada komitmen organisasional. Hasil ini juga menunjukkan implikasi bahwa pimpinan Politeknik Negeri Medan yang menerapkan bentuk kepemimpinan transformasional serta memberdayakan para pegawai akan menimbulkan komitmen organisasional pada pegawai Politeknik Negeri Medan. 13.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah kepemimpinan transformasional berpengaruh pada pemberdayaan, kepemimpinan transformasional berpengaruh pada komitmen organisasional, dan hasil uji path analysis, variabel pemberdayaan berpengaruh pada hubungan kepemimpinan transformasional pada komitmen organisasional sebagai variabel pemediasi. DAFTAR PUSTAKA Alen, J. Meyer P, 1990. The Measurement and Antecedents of Affective, Continuance,and Normative Commitment to the Organization. Journal of Occupational Psychology. Avolio, B et al. 2004. Transformational leadership and organizational commitment: mediating role of psychological empowerment and moderating role of structural distance. Journal of Organizational Behavior. 25, 951-968 Bass, Bernard M. 1990. Bass & Stogdill,s Handbook of Leadership : Theory, Research, and Management Application. Third Edition. New York Press Burns, J.M., 1978. Leadership. New York: Harper and Row Djarwanto, Subagyo, Pangestu., 2000 Statistik Induktif, Yogyakarta: BPFE Dvir, T. Eden, D. Avolio, B. Shamir, B.2002. Impact Of Transformational Leadership On Follower Development And Performance : A Field Experiment. Academy Of Management Journal. Vol 45, No 4, 735-744 Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Cetakan ke IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. New York: McGraw-Hill. Indriantoro, N. dan Supomo, B. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Ismail, Azman Mohamed, Hasan, Sulaiman, Ahmad. Mohammad, Mohd. Yusuf, Munirah.2011. An Empirical Study of the Relationship between Transformational Leadership, Empowerment and Organizational
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
10
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Commitment. Business and Economics Research Journal. Volume 2 . Number 1 . 2011 pp. 89-107 Janssen, Onne. 2004. The barrier effect of conflict with superiors in the relationship between employee empowerment and organizational commitment. Netherlands. Work & Strees. Vol. 18, No. 1, 56_/65 Keeley, Michael. 1995. The Trouble With Transformational Leadership: Toward a Federalist Luthans, Fred. 2007. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Andi. Mowday, RT., Steers, RM and Porter, LW., 1979., “The measurement of organizational commitment”, Journal Of Vocational Behavor,, Vol.14., p. 224-247. Nawawi, Hadri. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif, Penerbit Ghalia Gajah Mada University Press Nawawi, 2000 O'reilly, Ronald. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Prestasi Pustaka: Jakarta Purnomo, I Muharram, 2011. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Pada Komitmenorganisasional Dengan Pemberdayaan Sebagai Variabel Pemediasi (Studi Pada Sentra Industri Gamelan Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo), Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tidak dipublikasikan Putterill, M.1995. A Causal Model of Employee Commitent in a Manufacturing Setting. International Journal of Man Power, Vol 16 No.5/6,pp.56-69 Singarimbun, M., dan Effendi, S. Ed. 1995. Metode Penelitian Survai, Jakarta: Penerbit PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Sekaran, Uma, 2006, “Research Methods for Business”, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Spreitzer, G.M. 1995. Psychological empowerment in the workplace: dimensions, measurement, and validation, Academy of Management Journal, 38 (5): 1442-1465. Susanto, A. 2002. Budaya Perusahaan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Gramedia. Yukl, Gary 2002. Leadership in Organizations. Fifth Edition. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hal.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
11
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESETIAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK MINUMAN RINGAN MEREK TEH BOTOL SOSRO” (STUDI KASUS MAHASISWA JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN) NURSIAH FITRI Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Drinking soft drinks has been a habit in our community, teh botol Sosro is market leader in tea soft drinks with 75% captive market. Problem formulation for this research is wether satisfaction, habitual behavior, commitment and liking of the brand simultaneously and partially influence the consumers’ loyalty in consuming Teh Botol Sosro. Population of this research is consumers of Teh Botol Sosro in Business Administration departement of Politeknik Negeri Medan. Samples are students of Business Administration departement of Politeknik Negeri Medan that had consumed Teh Botol Sosro more than three times, 100 students as respondents. Multiple Regression was used to estimated the influence of satisfaction, habitual behavior, commitment and liking of the brand on loyalty in consuming Teh Botol Sosro The result showed that satisfaction, habitual behavior, commitment, and liking of the brand simultaneously influenced the loyalty in consuming Teh Botol Sosro. Partially, satisfaction, habitual behavior, commitment, and liking of the brand had significant influence on the loyalty, and satisfaction had the dominant influence. Keyword: loyality, satisfaction, habitual behavior, commitment, liking of the brand
LATAR BELAKANG PENELITIAN Peredaran minuman ringan yang dibuat oleh produsen asing telah merajai pasaran minuman ringan di tanah air, dan minuman minuman ringan ini telah menjadi suatu kebiasaan bagi masyarakat kita untuk menjadikan minuman minuman tersebut menjadi minuman konsumtif. Selama beberapa dekade minuman ringan impor ini tidak memiliki saingan dari produsen minuman ringan dalam negeri, tetapi setelah munculnya produk teh botol Sosro yang merupakan produk dalam negeri. Budaya minum teh di pagi hari merupakan budaya bangsa Indonesia selama berabad abad, minum teh merupakan tradisi di hampir semua daerah Indonesia, selain meminum kopi, teh disajikan menggunakan air hangat dan cangkir, tetapi setelah timbulnya inovasi dari Sosrodjojo yang mengganti
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
12
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
kemasan teh dalam cangkir menjadi kedalam botol, semua pemasaran dan pangsa pasar di Indonesia berubah. Awal munculnya ide membuat teh didalam botol berasal dari pengalaman tes cicip (on the spot) di pasar-pasar tradisional terhadap teh tubruk cap botol. Pada demonstrasi pertama teh langung diseduh ditempat disajikan pada calon konsumen yang menyaksikan, namun cara tersebut memakan waktu lama sehingga calon konsumen cenderung meninggalkan tempat. Kemudian pada uji berikutnya teh telah diseduh dari pabrik dan kemudian dimasukkan kedalam tong tong dan dibawa dengan mobil. Akan tetapi cara ini ternyata membuat banyak teh tumpah selama perjalanan karena saat itu fasilitas jalan sangat buruk. Akhirnya Sosro mencoba untuk memasukkan teh tersebut pada kemasan-kemasan botol agar lebih praktis dan kenikmatan teh bisa langsung dirasakan oleh konsumer. Produk teh botol Sosro pada awalnya ditargetka untuk konsumen yang sering melakukan perjalanan seperti supir dan pejalan kaki, Sosro menyadari segmen konsumen ini memiliki keinginan akan minuman yang dapat menghilangkan dahaga di tengah kelahan dan kondisi panas selama dalam perjalanan. Atribut kepuasan ini dicoba untuk dipenuhi dengan menghadirkan minuman teh dalam kemasan botol yang praktis dan tersedia di kios kios sepanjang jalan. Untuk menambah nilai kepuasan teh botol ini disajikan dingin dengan menyediakan boks-boks es pada titik-titik penjualannya. Keunikan kedua dari metode pemasaran teh botol Sosro adalah pada kekakuan dari produk itu sendiri. Menurut teori pemasaran, konsumen secara alami mengalami perubahan atribut kepuasan seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini dapat disebabkan karena gaya hidup, kondisi ekonomi, atau tingkat kecerdasan yang makin meningkat. Seiring perubahan pasar itu, seharusnya produk yang di pasarkan harus menyesuaikan dan mengikuti tren yang ada. Namun untuk produk teh botol Sosro justru kebalikannya, semenjak diluncurkan pada tahun 1970, baik rasa, logo kemasan maupun penampilan tidak mengalami perubahan sama sekali, bahkan ketika perusahaan multinasional Pepsi dan Cocacola masuk melalui produk Tekita dan Frestea, Sosro tetap tidak berubah. Konsumen merupakan sosok individu atau kelompok yang mempunyai peran penting bagi operasional perusahaan, hal ini disebabkan karena konsumen mempunyai akses terhadap eksistensi produk di pasaran sehingga semua kegiatan perusahaan akan diupayakan untuk bisa memposisikan produk agar diterima oleh konsumen, dalam hal ini, perusahaan dituntut untuk memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, dengan pemahaman yang tepat maka perusahaan dapat menetapkan strategi pemasaran sehingga kepuasan pelanggan dapat tercapai. Terciptanya loyalitas pelanggan merupakan peluang untuk mendapatkan pelanggan baru, mempertahankan semua pelanggan yang ada umumnya akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan pergantian pelanggan karena biaya untuk menarik pelanggan baru bisa lima kali lipat dari mempertahankan seorang pelanggan yang sudah ada (Kotler, 2000), kesimpulannya mempertahankan pelanggan sama dengan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
13
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Sosro kini bukan hanya terbatas pada katagori minuman teh dalam kemasan saja, melainkan melebar ke industri minuman secara umum. Dibawah kendali Sinar Sosro, teh botol Sosro tumbuh menjadi pemimpin pasar dengan penguasaan 75% dan PT. Sinar Sosro bukan saja pabrik minuman teh botol siap saji pertama di Indonesia tetapi juga di dunia. Teh botol Sosro terus merengsek pasar tanpa tanding, menjadikan teh dalam kemasan, menjadi kebutuhan banyak orang sehingga satu demi satu pabrik baru terus dibuka agar Teh Botol Sosro makin dekat dengan para konsumennya. Sampai saat ini belum ada sejenis yang mempu menandingi Teh Botol Sosro, kendati sejumlah pemain, tak terkecuali pemain asing, menggerogoti pasarnya. Namun hal ini tidak berhasil, dominasi Sosro begitu kuat, bahkan sering teh botol Sosro disebut sebagai raja teh siap saji dalam kemasan Indonesia. Banyaknya peminat teh botol Sosro menunjukkan bahwa produk ini telah berhasil membuat loyalitas terhadap konsumennya, oleh karena itu, kesetiaan pelanggan terhadap minuman ringan merek teh botol Sosro sangat perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menganalisa beberapa faktor yang diduga turut mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap suatu merek produk. Menurut Aaker dalam Horizon dan Wenny Maylina (2003) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang turut mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap merek adalah kepuasan (satisfaction), kebiasaan (habitual behavior), komitmen (commitment), kesukaan terhadap merek (liking of the brand). Dengan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menciptakan suatu loyalitas konsumen terhadap merek produk tersebut. Untuk menciptakan kepuasan dan kesetiaan konsumen terhadap merek tersebut perlu adanya evaluasi terhadap tingkat kepuasan dan kesetiaan yang dicapai. Hal ini sangat diperlukan, karena dengan mengetahui tingkat kepuasan dan kesetiaan konsumen terhadap suatu produk perusahaan maka manajemen dapat menentukan strategi pemasaran yang akan digunakan pada masa mendatang dengan baik. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian dengan mengambil judul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Konsumen Terhadap Produk Minuman Ringan Merek Teh Botol Sosro” (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan). PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang seperti yang diungkapkan di atas, maka perumuskan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor kepuasan (satisfaction), kebiasaan (habitual behavior), komitmen (commitment) dan kesukaan terhadap merek (liking of the brand) secara bersama – sama mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap produk minuman ringan merek Teh Botol Sosro? 2. Apakah faktor kepuasan (satisfaction), kebiasaan (habitual behavior), komitmen (commitment) dan kesukaan terhadap merek (liking of the
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
14
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
brand) secara parsial mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap minuman ringan merek Teh Botol Sosro? TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengkaji faktor – faktor kepuasan (satisfaction), kebiasaan (habitual behavior), komitmen (commitment) dan kesukaan terhadap merek (liking of the brand) secara bersama – sama mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap produk minuman ringan merek Teh Botol Sosro. 2. Untuk mengkaji faktor – faktor kepuasan (satisfaction), kebiasaan (habitual behavior), komitmen (commitment) dan kesukaan terhadap merek (liking of the brand) secara parsial mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap produk minuman ringan merek Teh Botol Sosro. ORIGINALITAS PENELITIAN Penelitian mengenai Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Konsumen telah banyak dilakukan oleh peneliti lainnya, tetapi penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Prakosa (2011) yang berjudul Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Konsumen Terhadap Produk Minuman Ringan Merek Teh Botol Sosro (Studi Kasus pada Konsumen Teh Botol Sosro di Fakultas Ekonomi UNS), proses replikasi dilakukan karena adanya kesamaan objek penelitian yaitu mahasiswa, sedangkan perbedaan yang terdapat adalah: (1) Tahun penelitian, (2) dan lokasi penelitian. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1. Diduga faktor – faktor yang meliputi kepuasan (satisfaction), kebiasaan (habitual behavior), komitmen (commitment), dan kesukaan terhadap merek (liking of the brand) secara bersama – sama mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap produk minuman ringan merek Teh Botol Sosro. H2. Diduga faktor – faktor yang meliputi kepuasan (satisfaction), kebiasaan (habitual behavior), komitmen (commitment), dan kesukaan terhadap merek (liking of the brand) secara parsial mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap produk minuman ringan merek Teh Botol Sosro.
POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING Populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan atau individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto, 2000). Dengan demikian populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan konsumen Teh Botol Sosro di Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
15
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan dan pernah mengkonsumsi Teh Botol Sosro lebih dari tiga kali. Adapun sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah sejumlah 100 orang responden, yang mana sejumlah sampel tersebut dianggap cukup lebih besar 10 kali lipat dari jumlah variabel yang penulis teliti karena pendapat dari Roscoe dalam Sekaran (2006) memberikan pedoman penentuan besarnya sampel penelitian, yaitu lebih besar dari 30 dan lebih kecil dari 500 telah mencukupi untuk semua penelitian. Pada penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel non random sampling dengan teknik purposive sampling yaitu sampel yang dipilih berdasarkan atas ciri-ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Adapun kriteria untuk menentukan responden yaitu mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga yang mengkonsumsi produk minuman ringan merek Teh Botol Sosro dan telah melakukan pembelian lebih dari 3 kali. Hal ini menjadi pertimbangan peneliti bahwa untuk mengetahui kesetiaan merek salah satu indikatornya adalah melakukan pembelian ulang. Selain teknik tersebut penelitian ini juga menggunakan teknik accidental sampling yaitu hanya anggota populasi yang dijumpai selama periode pengumpulan data yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Periode pengumpulan data adalah dari tanggal 10 September sampai 10 Oktober 2012. METODE PENELITIAN Data penelitian dikumpulkan dari: 1. Kuesioner, dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden yang telah ditetapkan dalam penelitian. Adapun pengisian kuesioner tersebut menggunakan skala likert, yaitu skor 1 untuk tidak setuju (TS), skor 2 untuk kurang stuju (KS), skor 3 untuk setuju (S) dan skor 4 untuk sangat setuju (SS). 2. Wawancara, dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah: a. Variable Dependen Variable dependen dalam penelitian ini adalah kesetiaan merek. Kesetiaan merek merupakan kondisi dimana konsumen melakukan pembelian secara berulang terhadap merek suatu produk dikarenakan kepuasan y ang didapatkan. Dalam hal ini kesetiaan merek diindikatorkan melalui pembelian secara berulang sepanjang waktu dan menginformasikan kepada orang lain tentang merek tertentu. Atribut yang termasuk didalamnya meliputi: 1. Kemungkinan yang sangat besar untuk terus mengkonsumsi Teh Botol Sosro 2. Akan merekomendasikan kepada orang lain untuk mengkonsumsi Teh Botol Sosro
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
16
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
b. Variabel Independen 1. Kepuasan (satisfaction). Menurut Kotler (2002) “kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapanharapannya”.Kepuasan konsumen dapat terbentuk dari keinginan dan kebutuhan konsumen yang terpenuhi. Bila konsumen merasa puas maka akan melakukan pembelian berulang. Dengan pembelian yang berulang ini menandakan telah terciptanya suatu kesetiaan konsumen. Hal ini diindikatorkan pada kesesuaian antara kebutuhan dan keinginan, kesesuian dengan manfaat yang didapatkan. 2. Kebiasaan (habitual behaviour). Pembelian suatu merek sudah menjadi kebiasaan konsumen sehingga tidak memerlukan pengambilan keputusan pembelian yang panjang. Dalam hal ini indikatornya: proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen. 3. Komitmen (commitment). Dalam hal ini loyalitas terhadap merek indikatornya pada kepercayaan dan rekomendasi. 4. Kesukaan terhadap merek (liking of the brand). Kesetiaan terhadap merek dibentuk dan dipengaruhi oleh tingkat kesukaan konsumen secara umum. Hal ini indikatornya: kepercayaan terhadap kinerja merek yang timbul dari pengalaman pembelian, yaitu berdasarkan keterikatan dan pengalaman. Sebelum kuesioner di bagikan kepada responden dilakukan terlebih dahulu Pengujian validitas dan realibilitas dengan mengambil responden sebanyak 30 orang mahasiswa yang tidak termasuk dalam sampel penelitian, uji validitas bertujuan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner, uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Masing-masing item dilihatnya harga korelasinya. Dengan taraf signifikan 5% bila harga korelasi positif dan r ≥ 0,3, maka butir instrumen tersebut dinyatakan valid atau memiliki konstruk yang baik (Sugiono, 2003). Nilai validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Corelation. Berdasarkan pengujian validitas instrumen, seluruh nilai Corrected Item Total Correlation bernilai positif dan di atas nilai r tabel 0,3 yang artinya semua butir pertanyaan dapat dikatakan valid. Hasil uji validitas variabel kesetiaan merek (Y), Kepuasan (X1), Kebiasaan, (X2), Komitmen (X3), dan Kesukaan terhadap merek (X4). Pengujian Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 artinya suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60. Cronbach alpha yang baik adalah yang makin mendekati 1. Menurut Santoso (2010) reliabilitas yang kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan reliabilitas dengan Cronbach alpha 0,8 atau diatasnya adalah baik. Berdasarkan pengujian realibitas instrumen, variabel kesetiaan merek (Y), Kepuasan (X1), Kebiasaan, (X2), Komitmen (X3), dan Kesukaan terhadap merek (X4) memiliki nilai Cronbach Alpha yang lebih besar
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
17
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dari 0,6 dan lebih kecil dari 1, sehingga disimpulkan semua variabel adalah reliabel. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variable independen (X) yaitu: kepuasan, kebiasaan, komitmen, kesukaan terhadap merek terhadap variable dependen (Y) yaitu: kesetiaan terhadap merek. Adapun rumus yang digunakan adalah:
Dimana: Y = kesetiaan merek, a = bilangan konstanta, X 1= kepuasan (satisfaction), X2 = kebiasaan (habitual behavior), X3 = komitmen (commitment) X4 = kesukaan terhadap merek (liking of the brand), b1, b2, b3, b4 = koefisiensi regresi, dan e = error. Uji F dipergunakan untuk mengetahui secara bersama-sama variabel independen (kepuasan, kebiasaan, komitmen, kesukaan terhadap merek) terhadap variabel dependen (kesetiaan merek). Uji F ini dilakukan dengan menggunkan level of significance sebesar 95% (α = 5%) dan derajad kebebasan pembilang (nk) dan penyebut (k-1). Formula Hipotesisnya: H0 : b1= b2= b3= b4= 0, berarti tidak ada pengaruh antara variable X secara bersama-sama terhadap variable Y. Ha : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ 0, berarti ada pengaruh antara variable X secara bersamasama terhadap variable Y. Dengan kriteria pengujian : H0 diterima apabila Fhitung < Ftabel dan H0 ditolak apabila Fhitung > Ftabel d) Menghitung nilai F dengan rumus
(
)
dimana R2 = koefisien determinasi, k = banyaknya variabel independen, dan n = banyaknya sampel. Uji Koefisien Determinasi bertujuan untuk menentukan proporsi atau presentase total variasi dalam variable dependen yang diterangkan oleh variable independen secara bersama-sama, dengan rumus:
[
].
Dimana : = Adjusted R square, = R square. Jika adjusted R2 mendekati 1, menunjukan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen sehingga model yang digunakan dapat dikatakan baik Uji Parsial digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen (kepuasan, kebiasaan, komitmen, kesukaan terhadap merek) terhadap variabel dependen (kesetiaan terhadap merek) secara parsial. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternative : H0 : b1= b2= b3= b4= 0, berarti tidak ada pengaruh antara variable independen secara parsial terhadap variable dependen.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
18
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 Ha : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ 0, berarti ada pengaruh antara variable independen secara parsial terhadap variable dependen. Dengan kriteria pengujian H0 diterima dan Ha ditolak apabila : t-tabel ≤ thitung ≤ t-tabel atau probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05. H0 ditolak dan Ha diterima apabila : t-hitung > t-tabel atau probabilitas nilai t atau signifikansi < 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sebelum dilakukan pembahasan data dilakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik yaitu berupa uji normalitas yang dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah regresi telah berdistribusi normal atau tidak. Santoso (2010) menyatakan dapat dilihat pada grafik normal probability plot, pada grafik normal probability plot hasil olah data SPSS dengan kesimpulan bahwa apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model tersebut memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal maka model tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada Gambar 1:
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas Sumber: Hasil Penelitian 2012 (data diolah)
Berdasarkan Gambar1 dapat diketahui bahwa data menyebar disekitar garis dan mengikuti garis diagonal, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Uji Multikolonieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik selayaknya tidak terjadi multikolonieritas. Hal ini dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) dengan catatan apabila VIF berada diantara 1 – 10 maka tidak terjadi persoalan multikolinieritas, dan apabila nilai tolerance berada diantara 0 - 1. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS dilihat pada Tabel 2 berikut:
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
19
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 2. Uji multikolinearitas (Constant) Tolerance VIF kepuasan 0,978 1,022 kebiasaan 0,974 1,027 komitmen 0,971 1,030 kesukaan 0,993 1,007 Sumber: Penelitian 2012 (data diolah)
Tabel 2 menunjukkan semua variabel memiliki nilai Variance Inflation Factors (VIF) lebih dari 1 dan nilai tolerance lebih kecil dari 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tidak terdapat gejala multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah regresi terjadi kesamaan varians residual, dimana jika varians pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedasitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas, dan model yang baik tentunya tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk melihat adanya masalah heteroskedastisitas adalah melihat pola grafik scatterplots regresi, hasil uji heteroskedastisitas adalah:
Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Hasil Penelitian 2012 (data diolah)
Dari Gambar 2 hasil Uji Heteroskedastisitas dapat terlihat dari titik yang menyebar dan tidak membentuk pola-pola tertentu, tersebar baik dibawah angka 0 pada sumbu Regression Studentized Residual (y). Berdasarkan gambar tersebut maka dapat dilihat bahwa varians variabel tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak dipakai. Hasil pengolahan data penelitian dengan menggunakan regresi linier berganda menunjukkan:
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
20
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 3. Hasil Pengolahan Data Std. Variabel Coefficient Error C 2.583673 0.670101 X1 (kepuasan) 0.557579 0.147797 X2 (kebiasaan) 0.445495 0.135494 X3 (komitmen) 0.305583 0.104569 X4 (kesukaan) 0.341056 0.097476 R-squared 0.824722 Adjusted R-squared 0.811664 F-statistic 12.602043 Prob (F-statistic) 0.000000 Sumber: Hasil Penelitian 2012 (data diolah)
tStatistic 3.855649 3.772601 3.287928 2.922310 3.498871
Prob. 0.0002 0.0044 0.0077 0.0278 0.0019
Dari hasil diatas dapat disusun fungsi persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut: 1. Konstanta 2,5837 berarti apabila variabel kepuasan, kebiasaan, kepercayaan, dan kesukaan nilainya nol atau tidak ada maka loyalitas konsumen terhadap the botol Sosro adalah sebesar 2,5837, ceteris paribus. 2. Apabila variabel kepuasan mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka loyalitas konsumen the botol Sosro akan naik sebesar 0,5575 satuan. Hasil ini juga berarti variabel kepuasan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap loyalitas konsumen teh botol Sosro, ceteris paribus. 3. Apabila variabel kebiasaan mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka loyalitas konsumen terhadap the botol Sosro akan meningkat sebesar 0,4454 satuan, ceteris paribus. 4. Apabila variabel komitmen mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka loyalitas konsumen terhadap teh botol Sosro akan mengalami kenaikan sebesar 0,3055, ceteris paribus. 5. Apabila variabel kesukaan mengalami kenaikan sebesar satu satuan maka loyalitas konsumen terhadap teh botol Sosro akan mengalami kenaikan sebesar 0,3410 satuan, ceteris paribus. Nilai Koefisien Determinasi (R Square) dapat dilihat adanya pengaruh yang kuat antara kepuasan, kebiasaan, komitmen, dan kesukaan terhadap kesetiaan dengan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,824 atau 82,4%. Hal ini menunjukkan kesetiaan dijelaskan oleh kepuasan, kebiasaan, kepercayaan,
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
21
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dan kesukaan selebihnya sebesar 17,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Nilai F-Hitung sebesar 12,602 dengan Sig adalah 0,000 sedangkan F Tabel pada α= 0,05 sebesar 2,45 sehingga F hitung > F table sehingga dapat disimpulkan bahwa secara serentak variabel kepuasan, kebiasaan, kepercayaan, dan kesukaan berpengaruh signifikan terhadap kesetian. Nilai t-hitung variabel kepuasan sebesar 3,772 dengan nilai signifikan sebesar 0,0044 lebih besar dari nilai t-tabel 1,96 menunjukkan kepuasan konsumen memiliki pengaruh terhadap kesetiaan konsumen terhadap teh botol Sosro, hasil ini sesuai dengan pendapat Kotler (2002) yang menyatakan kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapanharapannya”. Harapan konsumen terbentuk dari pengalaman pembelian sebelumnya, opini dari teman dan orang-orang terdekat konsumen dan informasi dari pemasar dan pesaing mereka serta janji-janji yang mereka berikan (Kotler, 2005). Variabel kebiasaan memiliki t-hitung sebesar 3,2879 dengan nilai signifikan sebesar 0,0077 lebih besar dari t-tabel 1,96, berarti kebiasaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesetiaan konsumen teh botol Sosro, kesetiaan konsumen terbentuk dari kebiasaan konsumen membeli merek produk itu. Dengan kebiasaan ini konsumen tidak lagi mengambil keputusan yang panjang untuk membeli merek produk. Perilaku pembelian atau kebiasaan dalam pembelian salah satunya dapat dilakukan bila produk tersebut mempunyai nilai ekonomi yang rendah, sehingga konsumen tidak perlu melakukan pengambilan keputusan yang panjang. Dalam hal ini konsumen tidak perlu mengambil resiko yang besar jika ternyata merek produk yang dipilih ternyata salah karena biaya yang dikeluarkan juga rendah, dan hal ini sesuai sekali dengan produk yang dibahas dalam penelitian ini yang mengambil subjek teh botol Sosro yang harganya tidak terlalu mahal. Loyalitas ini juga akan terbentuk dari kebiasaan konsumen untuk mengambil produk yang dapat menciptakan kepuasan untuk konsumennya. Variabel komitmen memiliki t-hitung sebesar 2,9223 dengan nilai signifikan 0,0278 dan t-tabel sebesar 1,96, berarti kepercayaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesetiaan konsumen teh botol Sosro. Dalam hal ini kepercayaan yang tinggi terhadap merek suatu produk akan menciptakan suatu komitmen diantara keduanya. Komitmen yang tinggi dari konsumen terhadap suatu produk akan menciptakan loyalitas terhadap merek tersebut. Variabel kesukaan memiliki nilai t-hitung sebesar 3,4988 dengan nilai signifikan sebesar 0,0019, dan t-tabel sebesar 1,96, ini menunjukkan variabel kesukaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kesetiaan konsumen teh botol Sosro. Kesetiaan konsumen terhadap suatu produk dilandasi dengan tingkat kesukaan konsumen terhadap merek produk tersebut. Konsumen menyukai suatu merek produk didasarkan pada kepuasan yang didapat baik dari segi kualitas maupun manfaat yang didapat.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
22
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
KESIMPULAN 1. Variabel kepuasan (satisfaction), kebiasaan (habitual behavior), komitmen / kepercayaan (commitment) dan kesukaan terhadap merek (liking of the brand) secara bersama – sama mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap produk minuman ringan merek Teh Botol Sosro 2. Variabel kepuasan (satisfaction), kebiasaan (habitual behavior), komitmen (commitment) dan kesukaan terhadap merek (liking of the brand) secara parsial mempengaruhi kesetiaan konsumen terhadap minuman ringan merek Teh Botol Sosro, dengan variabel kepuasan memiliki pengaruh paling dominan. DAFTAR PUSTAKA Djarwanto PS, dan Subagyo P. 2000. Statistik Induktif. Edisi keempat. Yogyakarta : BPFE Herison dan Weny. 2003. Factor-Faktor yang Mempengaruhi Kesetiaan Merek pada Konsumen Pasta Gigi Pepsodent di Surabaya. Jurnal Ventura Vol 6, No 1. Hal 99-1144. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi millennium. Jilid 1.. Alih bahasa oleh Hendra Teguh, SE, Ak. Dan Ronny A. Rusli, SE, Ak. Jakarta: Prenhallindo Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi sebelas. Jilid 2. Alaih bahasa oleh Drs. Benyamin Molan. Jakarta : Indeks Prakosa, Jago Jiwa (2011), Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesetiaan Konsumen Terhadap Produk Minuman Ringan Merek Teh Botol Sosro (Studi Kasus pada Konsumen Teh Botol Sosro di Fakultas Ekonomi UNS), Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, tidak dipublikasikan. Santoso, S. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sekaran, Uma. (2006). Metode Penelitian Untuk Bisnis 1. (4 th Ed). Jakarta: Salemba Empat.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
23
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG KAKI LIMA KOTA MEDAN (STUDI KASUS PEDAGANG KAKI LIMA SEKITARAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) AGUS E. RANGKUTI Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan ABSTRACT Medan as the third largest city in Indonesia had street vendors, the street vendors became big problems for the city because they had used public areas as place to run their business. The purposes of this research are: (1) to study the effect of time in business, education level, number of workers, capital, working hours per day, promotion on street vendors’ profit. (2) to find out the most dominant variable affecting the street vendors’ profit. The population is around 300 street vendors around Universitas Sumatera Utara, however, based on the Slovin’s formula, the samples are 75 street vendoors. The data were obtained using questionairres which distributed to the street vendoors. Multiple linier regression method was used to estimated data. The result of this research are: (1) simultaneously, time in business, education level, number of workers, capital, working hours per day, and promotion affected the street vendoors’ profit, (2) partially, time in business, education level, number of workers, capital, working hours per day, and promotion had positive effects on the street vendoors’ profit, however time in business had no significant effect on the street vendoors’ profit. (3) promotion had dominant effect, and time in business had the weakest effect on the street vendoors’ profit. Keywords: street vendoor, profit, time, workers, capital, education, promotion LATAR BELAKANG MASALAH Hampir semua kota yang terdapat di negara negara yang sedang berkembang kabanyakan penduduknya bekerja di sektor informal, sama juga seperti di Indonesia, pekerjaan sektor informal memiliki jumlah yang besar dan berkontribusi terhadap tumbuhnya tenaga kerja informal (Riddel, 2002). Sektor informal di berbagai belahan negara tersebut, diperkirakan menyediakan lapangan kerja sekitar 60% dari lapangan kerja yang tersedia dan lebih dari 90 persen pada tahun 2000 (Charmes, 1998). Hal ini menunjukkan bahwa peran sektor informal masih sangat besar dalam menggerakan perekonomian kota. Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlahkegiatan ekonomi yang berskala kecil. Di Indonesia aktifitas yang seringdidefinisikan sebagai sektor informal ini antara lain adalah: pedagang kaki lima,pedagang asongan, penjual jasa semir sepatu, penyedia payung di waktu hujan,penjual air dorongan, pembantu parkir tak berseragam. Karena luas dan
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
24
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
kompleksnyasektor informal, batasannya sulit dirumuskan secara tegas. Tetapi, mereka yangbekerja sebagai tukang becak, pedagang kaki lima, penyemir sepatu, pedagangasongan, dengan mudah dapat digolongkan sebagai pekerja sektor informal. Salah satu dari kegiatan ekonomi sektor informal adalah Pedagang Kaki Lima(PKL). Istilah PKL erat kaitannya dengan istilah di Prancis tentang pedestrian untukpejalan kaki di sepanjang jalan raya, yaitu Trotoir (baca: trotoar). Di sepanjang jalanraya kebanyakan berdiri bangunan bertingkat. Pada lantai paling bawah biasanyadisediakan ruang untuk pejalan kaki (trotoir) selebar 5 kaki (5 feet setara dengan 1,5m). Pada perkembangan berikutnya para pedagang informal akan menempati trotoirtersebut, sehingga disebut dengan istilah Pedagang Lima Kaki, sedangkan diIndonesia disebut Pedagang Kaki Lima atau PKL (Indrawati, 2004). Menurut pendapat Bromley (1991), dalam Mulyanto (2007), pedagangkaki lima (PKL) merupakan kelompok tenaga kerja yang banyak di sektor informal.Meskipun kehadirannya sedikit menimbulkan konflik, karena seringkali merekamenggunakan ruang-ruang publik yang mereka anggap strategis secara ekonomis, seperti jalan, trotoar dan sebagainya. Di sisi lain kehadiran PKL tetap diperlukan oleh masyarakat luas dan harganya yang relative murah di banding di pertokoan formal, menjadikan PKL sebagai tempat berbelanja alternatif. Keberadaan PKL juga menjadi salah satu katup penyelamat ekonomimanakala krisis moneter (1998) telah mengguncang sektor formal. Sebelum masakrisis ekonomi (1997), sektor formal menyerap 31,7 juta tenaga kerja dan sektor informaltinggal menyerap menyerap 53,7 juta tenaga kerja. Sesudah masa krisis ekonomi tahun 2002,sektor formal tinggal menyerap 29,1 juta tenaga kerja, sementara sektor informalmenyerap 62,4 juta tenaga kerja (BPS, 2009). Kota kota besar di Indonesia juga mengalami permasalahan pedagang kaki lima ini, demikian juga dengan kota Medan sebagai kota terbesar ke tiga di Indonesia juga mengalami permasalahan yang sama.Jumlah PKL di kota Medan yang cukup banyak, Pemko Medanselalu mengalami kesulitan untuk mengatasi PKL tersebut, dan cenderung hanya mengambil kebijakan kilat berupa penggusuran, dengan seringnya penggusuran dilakukan oleh Pemko Medan jelas menghambat potensi ekonomi yang disumbangkan dari keberadaan PKL tersebut. Secara umum PKL juga turut memberikan kontribusi pendapatan daerah yang tidak sedikitbagi kota Medan, seandainya saja pihak Pemko Medan bisa memfasilitasi keberadaan PKL ini tentunya akan memberikan sumbungan yang signifikan terhadap PAD kota Medan, fasilitasi PKL ini memerlukan adanya sekitar 200 pasar tradisional yang baru. Pendapatan yang di peroleh Pemko Medan berupa retribusi yang dihasilkan PKL, tentu banyak dipengaruhi daribanyaknya PKL yang bisa tetap bertahan berjualan. Artinya semakin banyak PKLyang berjualan dan menyetor retribusi, semakin besar pula sumbangan PAD yangditerima dari sektor ini. PKL bisa tetap eksis berjualan, karena mereka mendapatkanpenghasilan dan keuntungan dari hasil penjualan barang dagangan.MenurutIndrawati (2007), keuntungan yang diraih Pedagang Kaki Lima tersebut, dipengaruhioleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat muncul
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
25
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
baik dari internal (tingkatpendidikan, pengalaman, dan lain sebagainya) maupun eksternal PKL (meliputijumlah tenaga kerja, modal usaha, jumlah jam kerja perhari, promosi, lokasiberdagang dan lain sebagainya). Mengacu pada uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peran sektor informal PKL dalam perekonomian khususnya dalam peningkatan PendapatanDaerah serta penciptaan kesempatan kerja yang dihadapi oleh pemerintah saat iniadalah sangat penting. Selain itu untuk perhatian untuk peningkatan kesejahteraanPKL (dalam hal ini keuntungan yang diraih PKL) juga sangat diperlukan. Untuk itupeneliti ingin mengkaji lebih lanjut tentang bagaimana pengaruh atau Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan Pedagang Kaki LimaKota Medan (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima Sekitaran Universitas Sumatera Utara). PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat di rumuskan antara lainsebagai berikut: 1.
Bagaimana pengaruh lama usaha, tingkat pendidikan, jumlah tenagakerja,modal usaha, jumlah jam kerja perhari, serta promosi terhadap tingkatkeuntungan PKL Kota Medan?
2.
Variabel mana yang paling dominan mempengaruhi tingkat keuntungan PKL Kota Medan?
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Untuk mengetahui pengaruh lama usaha, tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, modal usaha, jumlah jam kerja perhari, serta promosi terhadap tingkat keuntungan PKL Kota Medan.
2.
Untuk mengetahui Variabel yang paling dominan mempengaruhi tingkat keuntungan PKL Kota Medan
METODE PENELITIAN Ruang lingkup penelitian hanya dibatasi dari besarnya keuntungan atau laba yang diperoleh PKL dalam kurun waktu Januari – Oktober 2012. Studi yang dilakukan adalah studi lapangan dengan menggunakan data primer sebagai data utama, lokasi yang diambil adalah sekitaran kampus USU. Jumlah populasi PKL yang berjualan disekitar kampus USU tidak ada data yang resmi, tetapi berdasarkan perhitungan yang dilakukan peneliti sendiri terdapat lebih kurang 300 PKL, untuk menentukan besarnya sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin dimana n = ukuran sampel, N = ukuran populasi, e
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
26
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
= tingkat kekeliruan penambilan sampel yang dapat ditolerir. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pengambilan sampel acak sederhana. Variabel variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut: a) lama usaha adalah jangka waktu operasi yang telah dilewati PKL sampai pada saat penelitian ini b) tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang telah ditempuh PKL, c) jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang ikut membantu usaha PKL, d) modal adalah besarnya dana yang dimiliki PKL untuk menjalankan usahanya pada saat pernelitian dilakukan, e) jam kerja adalah waktu kerja PKL berdagang, f) promosi adalah suatau bentuk usaha untuk mengenalkan barang dagangannya (spanduk, papan plank, pembagian brosur) kalau ada disimbolkan dengan angka satu dan bila tidak ada disimbolkan dengan angka nol, g) tingkat keuntungan adalah jumlah laba bersih yang merupakan selisih dari total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC) yang diperoleh PKL setiap bulannya. Data yang diperoleh kemudian diuji dengan uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan otokorelasi. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji koefisien determinasi, uji parsial, dan uji serentak. Model persamaan penelitian adalah sebagai berikut . Dimana TK = tingkat keuntungan, a = intersep, = koefisien regresi, LU = lama usaha, TP = tingkat pendidikan, JTK = jumlah tenaga kerja, MDL = modal, JK = jam kerja, Pro = promosi, e = error term. Hipotesis penelitian ini adalah lama usaha, tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, modal usaha, jumlah jam kerja perhari, serta promosi berpengaruh terhadap tingkat keuntungan PKL Kota Medan secara parsial maupun serentak. HASIL PENELITIAN Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan melihat grafik normal probability plot hasil olah data SPSS dengan kesimpulan bahwa apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model tersebut memenuhi asumsi normalitas. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: keuntungan
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
27
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Gambar 1. Uji Normalitas Data Sumber: Hasil Pengolahan data Jika dilihat dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa data menyebar disekitar garis dan mengikuti garis diagonal, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari nilai tolerance mendekati 1 dan Variance Inflation Factor (VIF)>10 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas. Tabel 1. Uji Multikolinearitas Co efficien ts
Model 1
Uns tandardiz ed
Standardiz ed
Coeff icients
Coeff icients
B (Cons tant)
Std. Error 3,448
,936
lama usaha
,011
,112
pendidikan
,357
,122
tenaga kerja
,325
modal jam kerja promosi
a
Beta
Collinearity Statis tic s t
Sig.
Toleranc e
VIF
3,685
,000
,011
,095
,925
,911
1,098
,112
2,925
,005
,987
1,013
,111
,049
2,928
,005
,907
1,103
,260
,120
,103
2,174
,044
,919
1,088
,299
,136
,107
2,197
,039
,978
1,023
1,288
,435
,225
2,961
,005
,912
1,096
a. Dependent Variable: keuntungan
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Tabel 1 menunjukkan nilai tolerance mendekati 1 dan VIF lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 10, disimpulkan tidak terdapat multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah regresi terjadi kesamaan varians residual, dimana jika varians pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedasitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas, dan model yang baik tentunya tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk melihat adanya masalah heteroskedastisitas adalah dilihat dengan pola grafik scatterplots regresi.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
28
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Scatterplot
Dependent Variable: keuntungan
2
Regression Studentized Residual
1
0
-1
-2
-3
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 2. Uji Heteroskedastisitas Sumber: Pengolahan Data Penelitian Dari Gambar 2,hasil Uji Heteroskedastisitas dapat terlihat dari titik yang menyebar dan tidak membentuk pola-pola tertentu, tersebar baik dibawah angka 0, berdasarkan gambar tersebut maka dapat dilihat bahwa varians variabel tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian Hipotesis Penelitian Hipotesis Penelitian diuji dengan uji Koefisien Determinasi (R Square), uji serentak dan uji parsial. Koefisien determinasi adalah sebagai berikut: dalam regresi linier berganda dapat di lihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Uji Koefisien Determinasi M o de l Sum m ar y
Model
R
R Squar e a
1
,843 a.
b
Adjus ted
Std. Er ror of
R Squar e
the Es timate
,711
,701
5,22283
Predic tor s: (Cons tant) , pr omos i, jam kerja, pendidikan, modal, lama usaha, tenaga kerja
b.
Dependent Variable: keuntungan
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Berdasarkan Tabel 2 nilai Koefisien Determinasi (R Square) dapat dilihat adanya pengaruh yang kuat antara Promosi, jam kerja, pendidikan, tenaga kerja, dan lama usaha terhadap keuntungan pedagang kaki lima dengan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,711 atau 71,1%, sedangkan sisanya sebesar 28,9 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Pengujian secara serempak dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
29
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 3. Uji Serempak ANOV A
b
Sum of Model
Squares
1
Regress ion
df
Mean Square
23,306
6
3,884
Res idual
101,681
68
1,495
Total
124,987
74
F
Sig. a
2,598
,025
a. Predic tors: (Constant), promos i, jam kerja, pendidikan, modal, lama usaha, tenaga kerja b. Dependent Variable: keuntungan
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil FHitung sebesar 2,598 denganSig adalah 0,025 dari nilai signifikansi 0,025 lebih kecil dari α= 0,05 jadidisimpulkan terdapat pengaruh yang signifikandari seluruh variabel independen yaitu lama usaha, tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, modal usaha, jumlah jam kerja perhari, dan promosisecara bersama-sama terhadap variabel dependen atau tingkat keuntungan pedagang kaki lima. Hasil pengujian secara parsial dilakukan sebagai berikut: Tabel 4. Uji Parsial Coefficients
Model 1
Uns tandardiz ed
Standardiz ed
Coeff icients
Coeff icients
B (Cons tant)
Std. Error 3,448
,936
lama usaha
,011
,112
pendidikan
,357
,122
tenaga kerja
,325
modal jam kerja promosi
a
Beta
Collinearity Statis tic s t
Sig.
Toleranc e
VIF
3,685
,000
,011
,095
,925
,911
1,098
,112
2,925
,005
,987
1,013
,111
,049
2,928
,005
,907
1,103
,260
,120
,103
2,174
,044
,919
1,088
,299
,136
,107
2,197
,039
,978
1,023
1,288
,435
,225
2,961
,005
,912
1,096
a. Dependent Variable: keuntungan
Sumber: Pengolahan Data Penelitian Berdasarkan Tabel 4dapat dilihat nilai masing masing signifikan dari setiap variabel, yaitu: 1. variabel lama usaha nilai signifikan 0,925 lebih kecil dari nilai alpha penelitian 0,05 sehingga dapat diketahui bahwa variabel lama usaha memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan terhadap tingkat keuntungan 2. variabel pendidikan memiliki nilai signifikan sebesar 0,005 lebih kecil dari alpha 0,05, sehingga dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan 3. variabel tenaga kerja memiliki tingkat signifikan sebesar 0,005 lebih kecil dari pada alpha penelitian 0,05, sehingga dapat diketahui tenaga kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan pedagang
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
30
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
4. variabel modal memiliki tingkat signifikan sebesar 0,044 lebih kecil dari pada alpha penelitian 0,05, sehingga dapat diketahui modal memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan pedagang 5. variabel jam kerja memiliki tingkat signifikan 0,039 lebih kecil dari alpha penelitian 0,05, sehingga dapat diketahui jam kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap keuntungan pedagang 6. variabel promosi memiliki nilai signifikan 0,005 lebih kecil dari alpha penelitian 0,05, sehingga dapat diketahui promosi memiliki pengaruh signifikan terhadap keuntungan pedagang Berdasarkan tabel 4 dapat disusun persamaan regresi penelitian yaitu:
Pengaruh Lama Usaha terhadap Keuntungan Pedagang Lama usaha memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap keuntungan pedagang kaki lima dengan nilai koefisien 0,011 memiliki arti apabila lama usaha naik satu satuan maka tingkat keuntungan pedagang akan naik sebesar 0,011. Pengalaman berusaha yang dimaksud disini bukan hanya pengalaman di bidang usaha yang sama dan yang paling penting lagi dalam lama berusaha ini bukanlah kuantitas jumlah lamanya berusaha yang penting tetapi yang paling penting adalah bagaimana hasil dia berusaha sebelumnya, kalau gagal dalam berusaha sebelumnya itu merupakan guru untuk menjadi pengusaha yang lebih baik lagi di masa yang akan datang, tetapi bagi pengusaha yang benar benar serius untuk menjalankan usahanya adanya hambatan atau kegagalan pastinya tidak akan membuat dia akan menyerah. Manajemen usaha PKL yang lebih berdasarkan pada pengalaman danalur pikir mereka yang otomatis terbentuk sendiri selama mereka berdagang,hal inilah yang disebut learning by experience (belajar dari pengalaman).Seiring dengan lama mereka berdagang, semakin bertambah pula pengalamanmaupun kemampuan manajerial mereka untuk bisa meningkatkan pendapatanpenjualan. Kemampuan manajerial memang sangat diperlukan PKL gunameningkatkan kinerja usaha (keuntungan). Pengaruh Pendidikan terhadap Keuntungan Pedagang Pendidikan pedagang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pedagang, nilai koefisien variabel pendidikan sebesar 0,357 memiliki arti apabila terjadi kenaikan keuntungan pedagang sebesar satu satuan makan keuntungan akan naik sebesar 0,357 satuan. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan hanya dalam pelaksanaan kerja, tetapi juga sebagai landasan untuk mengembangkan diri dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekitarnya demi kelancaran usaha, dalam konteks pedagang kaki lima, diharapkan adanya latar belakang pendidikan pedagang akan memudahkan mereka untuk
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
31
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
mengadakan pengatuaran usahanya, walaupun pendidikan dianggap perlu tetapi faktor pendidikan bukanlah yang utama dalam menentukan keuntungan pedagang. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Keuntungan Pedagang Tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pedagang dengan nilai koefisien 0,325, yang memiliki arti apabila tenaga kerja mengalami kenaikan sebesar satu satuan akan mengakibatkan terjadinya kenaikan keuntungan sebesar 0,325 satuan. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perludiperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan sajadilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenagakerja perlu pula diperhatikan. Efisiensi keberadaan jumlah tenaga kerjadengan usaha yang diselenggarakan PKL menjadi salah satu faktor penentumaksimalisasi keuntungan yang dihasilkan, atau dengan kata lain dalam dunia perdagangan pedagang kaki lima jumlah tenaga kerja bukanlah yang paling penting karena tenaga kerja bukannya diperbanyak tetapi justru untuk diberdayakan se efisien mungkin untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Pengaruh Modal terhadap Keuntungan Pedagang Modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pedagang, nilai koefisien sebesar 0,260 memberikan arti bahwa apabila terjadi kenaikan modal sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan keuntungan pedagang sebesar 0,260 satuan. Adanya modal yang cukup memungkinkan bagi pengusaha untukberoperasi seefisien mungkin dan pengusaha tidak mungkin menghadapibahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya kekacauan keuangan.Sebaliknya, apabila adanya ketidak-cukupan dalam modal kerja merupakansebab utama kegagalan suatu usaha, tetapi yang paling penting sebenarnya bukanlah modal itu sendiri tetapi bagaimana pedagang itu sendiri mengatur keuangannya dengan baik yang paling penting sehingga tidak terjadi tidak terpenuhi pesanan pelanggan akibat ketiadaan modal untuk membeli barang pesanan tersebut. Pengaruh Jam Kerja terhadap Keuntungan Pedagang Jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pedagang, nilai koefisien sebesar 0,299 memberikan arti bahwa apabila terjadi kenaikan jam kerja sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan keuntungan sebesar 0,299 satuan. Jam kerja pedagang kaki lima berbeda dengan jam kerja yang dipakai oleh pegawai atau pedagang pertokoan biasa, karena bagi pedagang kaki lima jam kerja sangat ditentukan oleh cuaca, dimana apabila terjadi hujan akan menyebabkan pedagang akan membuka dagangannya setelah hujan mulai berkurang. Jam kerja pedagang kaki lima juga ditentukan oleh ada tidaknya razia dari aparat, apabila terdapat razia maka pedagang akan menutup dagangannya hingga razia selesai.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
32
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Pengaruh Promosi terhadap Keuntungan Pedagang Promosi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pedagang, nilai koefisien sebesar1,288 memberikan arti bahwa apabila terjadi kenaikan promosi sebesar satu satuan akan menyebabkan kenaikan keuntungan sebesara 1,288 satuan, hal ini menunjukkan peranan promosi dalam meningkatkan keuntungan pedagang kaki lima, tetapi promosi yang paling utama dimaksudkan disini adalah promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) tidak seperti promosi dalam pengertian adanya pemasangan baliho atau spanduk yang besar, karena pedagang kaki lima yang merupakan pedagang sektor informal tentunya peranan promosi dari mulut ke mulut sangat memegang peranan penting untuk meningkatkan keuntungan pedagang tersebut. Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini bahwa promosi merupakan pengaruh paling besar dalam menentukan keuntungan pedagang kaki lima, hal ini memberikan implikasi bahwa dalam berdagang di kaki lima sangat dibutuhkan adanya rasa percaya dan kepuasan dari konsumen akanmembawa penambahan keuntungan karena promosi dari konsumen yang puas sangat dahsyat dalam menmbah keuntungan bagi pedagang kaki lima. KESIMPULAN Setelah estimasi data penelitian maka dapat ditarik kesmipulan yaitu: 1. Variabel pengaruh lama usaha, tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, modal usaha, jumlah jam kerja perhari, serta promosi berpengaruh terhadap terhadap keuntungan PKL Kota Medan. 2. Secara parsial masing masing variabel berpengaruh positif terhadap keuntungan pedagang kaki lima, tetapi variabel lama usaha tidak signifikan pengaruhnya terhadap keuntungan pedagang 3. Variabel yang paling dominan mempengaruhi keuntungan Pedagang adalah promosi, dan paling kecil pengaruhnya adalah lama berusaha. SARAN Dari kesimpulan yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa saran yang berguna bagi: 1. Pedagang kaki lima, yaitu pedagang harus bisa menimbulkan kepuasan dan kepercayaan dari konsumennya karena konsumen yang puas dan percaya akan melakukan promosi dari mulut ke mulut yang sangat efektif bagi keuntungan pedagang. 2. Peneliti selanjutnya, yaitu perlunya penambahan jumlah variabel penelitian misalnya variabel akses terhadap penambahan permodalan.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
33
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
DAFTAR PUSTAKA Charmes, J (1998), “Informal Sector, Poverty and Gender: A Review of Empirical Evidence”, Paper prepared for PREM, World Bank, as contribution to the WDR 2000 Gulo, W,(2002). Metodologi Penelitian, Grasindo, Jakarta. Hasan, Iqbal, M. Ir. M.M.. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian &Aplikasinya. Ghalia Indonesia, Jakarta. Indrawati, (2004). Peran Masyarakat Pemilik / Penghuni Lahan Pinggiran Trotoar terhadap Pengendalian Pedagang Kaki Lima (PKL) di Pusat KotaSurakarta, Proceedings 1st International Seminar National Symposium, Exhibition and Workshop in Urban Design, Yogyakarta. Mulyanto. (2007). Konsep sektor Informal : Pedagang Kaki Lima. http://ssantoso.blogspot.com/2008/07/konsep-sektor-informalpedagang-kaki_28.htmldiakses pada tanggal 28 November 2012 Riddell, R. (2002).“Minorities,Minority Rights and Development.” Issues Paper,November 2002.Minority Rights Group International.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
34
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2000 – 2011
EDY SYAHPUTRA SITEPU Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Gross Regional Domestic Product (GRDP) is an international measurement of an area development progress, and GRDP consists of nine sector. Phenomena that occur in some areas is the gap between these nine sectors, or errors in determining the leading sector as the pioneer of economic growth in that area. The purpose of this research is to identify the leading sectors in Kabupaten Deli Serdang during 2000 – 2011. This research used secondary data of GRDP of Kabupaten Deli Serdang based on the 2000 constant price, and GRDP of Propinsi Sumatera Utara based on the 2000 constant price. The data is estimated using Location Quatient (LQ) analysis. The result showed that manufacturing industry, trade, transportation, and finance as leading sectors for Kabupaten Deli Serdang’s economic growth. Keywords: GRDP, Location Quotient, Leading Sectors
LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah Indonesia berorientasi pada perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Selama berlangsungnya pembangunan telah berhasil merubah struktur ekonomi nasional dan struktur ekonomi daerah, tetapi sayangnya pembangunan yang dilakukan pada umumnya selalu mengedepankan sektor industri, baik itu ditingkat nasional maupun di tingkat daerah. Propinsi Sumatera Utara sebagai salah satu propinsi yang terbesar di Indonesia juga terus melakukan pembangunan sama seperti yang dilakukan pada tingkat nasional. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 mencapai angka 6,58 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 13,61 persen. Disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi 8,96 persen, dan sektor bangunan 8,54 persen. Sedangkan 6 (enam) sektor perekonomian yang lain tumbuh dibawah 8,5 persen (http://sumut.bps.go.id/?qw=brs&no=317). Tingkat pertumbuhan ekonomi propinsi Sumatera Utara yang lumayan cukup tinggi ini tentunya sangat menggembirakan bagi penduduk propinsi tersebut, namun pertanyaan yang timbul adalah apakah pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dinikmati oleh kabupaten atau kotayang berada dibawahnya, dan apabila terjadi juga pertumbuhan ekonomi
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
35
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
di kabupaten atau kota dibawahnya apakash sektor penunjuang pertumbuhan ekonomi tersebut sama dengan yang terdapat pada propinsi Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi kabupaten atau kota diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut, melalui peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan memberikan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap penciptaan lapangan kerja. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten terluas di propinsi Sumatera Utara, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2010 mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2009. Berdasarkan perhitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang tahun 2010 adalah sekitar 5,98 persen. Nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2009 adalah 13.698,06 milyar rupiah, pada tahun 2010 meningkat menjadi 14.516,73 milyar rupiah (http://deliserdangkab.bps.go.id/). Pembangunan ekonomi daerah yang dilakukan Kabupaten Deli Serdang adalah suatu proses dimana masyarakat dan pemerintah daerah mengelola sumber sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi. Berhasil atau tidaknya suatu pembangunan yang dilakukan oleh suatu pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang merupakan jumlah nilai tambah dari faktor faktor produksi dalam kurun waktu tertentu disatu daerah. PDRB terdiri dari 9 buah sektor yaitu (1) sektor pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel, dan restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, (9) jasa jasa. Ke sembilan sektor inilah yang menjadi pembentuk PDRB, fenomena yang sering terjadi adalah terjadinya ketimpangan antara satu sektor dengan sektor lainnya, atau terjadinya kesalahan dalam menentukan sektor yang menjadi unggulan untuk menjadi pelopor pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas, penelitian ini bermaksud untuk menganalisa potensi sketor sektor ekonomi di Kabupaten Deli Serdang, sehingga dapat dimanfaatkan untuk mencari dan menciptakan sektor unggulan daerah yang mempu bersaing dengan daerah lain dan dapat meningkatkan pembangunan serta mampu menunjang tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
36
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas dirumuskan permasalahan penelitian yaitu:”sektor sektor apa saja yang dapat menjadi sektor unggulan (leading sector) di Kabupaten Deli Serdang?” TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan sektor unggulan di Kabupaten Deli Serdang pada kurun waktu 2000 – 2011. PENGERTIAN SEKTOR UNGGULAN Pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan oleh unit unit ekonomi yang dikelompokkan menurut sektor lapangan usaha. Besarnya peranan setiap sektor menggambarkan struktur ekonomi daerah tersebut. Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya: pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju tumbuh yang tinggi; kedua sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi (Sambodo, 2002). Analisis hubungan antar sektor dalam perekonomian masuk dalam bidang ilmu ekonomi pembangunan, yang mulai berkembang pada tahun 1950-an. Bidang ilmu ini mulai memperhatikan bagaimana hubungan antara sektor sektor dalam pembangunan dan pertumbuhan (Nazara, 1997). PENELITIAN TERDAHULU Penelitian ini diinspirasi oleh dua penelitian sebeblumnya, yaitu: 1. Usya (2006), berjudul Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang pada kurun waktu 1993 – 2003. Selain itu untuk mengidentifikasikan sektor unggulan di kabupaten Subang pada kurun waktu 1993 – 2003, sehingga dapat diketahui sektor mana saja yang termasuk basis dan sektor non basis. Analisis yang digunakan adalah analisis shift-share (S-S) dan analisis locatian quotient.(LQ) Data yang digunkan adalah data sekunder berupa nilai PDRB kabupaten Subang dan Propinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan tahun 1993 dari tahun 1993 – 2003. Hasil penelitian berdasarkan analisis S-S menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang, ditandai dengan peranan sektor primer yang tetap mendominasi perekonomian
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
37
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Kabupaten Subang, walaupun pertumbuhannya lambat. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Subang terus mendorong perkembangan sektor primer. Hasil analisis dengan menggunakan metode LQ menunjukkan bahwa di Kabupaten Subang terdapat 4 sektor basis (sektor pertanian / konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa jasa), dan 5 sektor non basis (sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan). 2. Rahmatia (2011), berjudul Analisis Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000 – 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor unggulan, kondisi basis ekonomi sektoral, kondisi kegiatan ekonomi yang potensial, serta mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang potensial, serta mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Sukaharjo tahun 2000 – 2009. Penelitian ini menggunakan data PDRB Kabupaten Sukoharjo dan Provinsi Jawa Tengah, alat analisis dalam penelitian ini adalah analisis Shif – share (S-S), analisis Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), dan matriks Potensi. KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN Secara skematis sistem kerangka pemikiran penelitian dikemukakan pada Gambar 1 berikut: Karakteristik dan Potensi Potensi Sektor Perekonomian Perekonomian wilayah Kabupaten Deli Kabupaten Deli Serdang Serdang Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sumber: Penelitian 2012
Analisis Location Quotient (LQ)
Identifikasi Sektor Unggulan Kabupaten Deli Serdang
HIPOTESI PENELITIAN Hipotesis dalam penelitian ini adalah: kondisi sektor ekonomi unggulan Kabupaten Deli Serdang memiliki perbedaan pada tahun 2000 – 2011. METODE PENELITIAN Data yang digunakan untuk mengidentifikasikan sektor sektor unggulan di Kabupaten Deli Serdang adalah data sekunder berupa PDRB Kabupaten Deli Serdang atas dasar harga konstan tahun 2000 antara tahun 2000 – 2011, dan PDRB Propinsi Sumatera Utara atas dasar harga konstan tahun 2000 untuk periode tahun yang sama. Data penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Deli Serdang.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
38
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Perhitungan kuosien lokasi di gunakan untuk menunjukkan perbandingan antara sektor tingkat regional dengan peran sektor di wilayah tingkat atasnya. Hasil perhitungan LQ dapat membantu dalam melihat kekuatan dan kelemahan wilayah dibandingkan secara relatif dengan wilayah yang lebih luas, dalam hal ini Propinsi Sumatera Utara. Rumus perhitungan LQ seperti yang dikemukakan Richardson (1985) yaitu:
Dimana: LQ = Nilai kuosien lokasi Si = jumlah pendapatan sektor i di wilayah kabupaten S = jumlah pendapatan semua sektor di Kabupaten atau total PDRB Kabupaten Deli Serdang Ni = Jumlah pendapatan sektor i di wilayah propinsi N = Jumlah pendapatan semua sektor di Propinsi atau total PDRB Sumatera Utara Kriteria penggolongannya adalah sebagai berikut: 1. Jika LQ > 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor basis yang mampu mengekspor hasil industrinya ke daerah lain. 2. Jika LQ < 1, artinya sektor yang ada di daerah tersebut merupakan sektor non basis cenderung mengimpor hasil industrinya dari daerah lain 3. Jika LQ = 1, artinya produk domestik yang dimiliki daerah tersebut habis dikonsumsi oleh daerah tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan pendapatan 9 sektor dilihat sebagai berikut:
V o lu m e 1
N o. 1
di kabupaten Deli Serdang dapat
D esem ber 2 0 1 2
39
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PERTANIANDS
TAMBANGDS
2600000
INDULAHDS
240000
5600000 5400000
2400000
200000
5200000
2200000
5000000
160000 2000000
4800000 120000
4600000
1800000
4400000
80000
1600000
4200000 40000
1400000 00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
4000000 00
01
02
03
LISTRIKDS
04
05
06
07
08
09
10
11
00
01
02
03
BANGUNDS
32000
450000
30000
400000
04
05
06
07
08
09
10
11
07
08
09
10
11
07
08
09
10
11
DAGANGDS 3000000 2900000 2800000
28000
350000
2700000
26000 300000
2600000
250000
2500000
24000 22000
2400000
200000
20000
2300000
18000
150000
16000
100000 00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
2200000 2100000 00
01
02
03
ANGKUTANDS
04
05
06
07
08
09
10
11
00
01
02
03
04
KEUANGANDS
290000
05
06
JASADS
450000
2200000
280000
2000000 400000
270000
1800000 350000
260000 250000
1600000 1400000
300000
240000
1200000 250000
230000
1000000 200000
220000 00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
800000 00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
00
01
02
03
04
05
06
Gambar 2: Perkembangan PDRB 9 Sektor Kabupaten Deli Serdang Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Perkembangan pendapatan 9 sektor di Propinsi Sumatera Utara dapat dilihat sebagai berikut: PERTANIANSU
TAMBANGSU
2.80E+07
INDULAHSU
1350000
2.80E+07
1300000
2.60E+07
2.60E+07 1250000 2.40E+07
2.40E+07
1200000 2.20E+07 1150000
2.20E+07
2.00E+07
1100000 2.00E+07
1.80E+07
1050000 1.80E+07
1000000 00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
1.60E+07 00
01
02
03
LISTRIKSU
04
05
06
07
08
09
10
11
00
01
02
03
BANGUNSU
880000
04
05
06
07
08
09
10
11
07
08
09
10
11
07
08
09
10
11
DAGANGSU
9000000
2.20E+07
840000 8000000
2.00E+07
800000 760000
7000000 1.80E+07
720000 6000000 680000
1.60E+07
640000
5000000
600000
1.40E+07
4000000 560000 520000
1.20E+07
3000000 00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
00
01
02
03
ANGKUTANSU
04
05
06
07
08
09
10
11
00
01
02
03
04
KEUANGANSU
1.20E+07 1.10E+07
9000000
1.30E+07
8000000
1.20E+07
1.00E+07
06
1.10E+07
7000000
9.00E+06
05
JASASU
1.00E+07 8.00E+06
6000000 9.00E+06
7.00E+06
5000000
8.00E+06
6.00E+06 4000000
5.00E+06 4.00E+06
7.00E+06
3000000 00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
6.00E+06 00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
00
01
02
03
04
05
06
Gambar 3: Perkembangan PDRB 9 Sektor Propinsi Sumatera Utara Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Sektor bangunan merupakan penyumbang terbesar kepada PDRB Kabupaten Deli Serdang dan Sektor pengangkutan merupakan penyumbang terbesar untuk Propinsi Sumatera Utara, terkecil sumbangannya adalah sektor pengangkutan untuk Kabupaten Deli Serdang dan sektor pertambangan untuk Propinsi Sumatera Utara.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
40
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Hasil perhitungan LQ diperoleh sebagai berikut: Tabel 2. LQ Sektoral Kabupaten Deli Serdang Industri Pertani Pertam Bangu pengolah Listrik an bangan nan an 0.90 0.45 1.14 0.98 0.61 Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Perdag angan
Pengan gkutan
Keuan gan
Jasajasa
1.14
1.67
1.01
0.87
Nilai LQ menunjukkan mana yang menjadi sektor basis (unggulan) mana yang menjadi non basis, yaitu: 1. Sektor unggulan (basis) yang memiliki LQ > 1, adalah sektor industri pengolahan, perdagangan, pengangkutan, dan keuangan. 2. Sektor non unggulan (non basis) yang memliki LQ < 1, adalah sektor pertanian, pertambangan, listrik, bangunan, dan jasa jasa. Berikut ini pembahasan masing masing sektor berdasarkan nilai LQ masing masing sektor: 1. Sektor pertanian memiliki nilai LQ 0,9 dan merupakan bukan sektor unggulan di daerah ini, sektor pertanian memiliki 5 buah sub sektor yaitu: tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil hasilnya, kehutanan, dan perikanan, sektor pertanian Kabupaten Deli Serdang sebagian besar telah berpindah ke Kabupaten Serdang Bedagai, semenjak adanya pemekaran Kabupaten Deli Serdang, kejadian ini juga tturut mempengaruhi nilai LQ sektor pertanian Deli Serdang. 2. Sektor pertambangan memiliki nilai LQ sektor ini di Kabupaten Deli Serdang juga menggolongkan sektor ini menjadi sektor yang bukan unggulan. Sektor pertambangan memiliki 3 buah sub sektor yaitu: minyak dan gas bumi, pertambangan tanpa migas, dan penggalian, berdasarkan ketiga sub sektor pertambanagan tersebut jelas sekali ketiga sub sektor tersebut sangat jarang terdapat di Kabupaten Deli Serdang. 3. Sektor industri pengolahan termasuk dalam katagori sektor yang menjadi unggulan Kabupaten Deli Serdang, sektor industri pengolahan memiliki dua buah subsektor, yaitu: industri migas, dan industri tanpa migas. Sektor ini menjadi sektor unggulan karena faktor kedekatan lokasi antara Kabupaten Deli Serdang dengan Kota Medan, dimana kota Medan hampir tidak mampu lagi menyediakan lokasi untuk berkembangnya sektor industri pengolahan, sehingga terjadi kecenderungan bagi para investor untuk membangun industri pengolahannya di Kabupaten Deli Serdang, hal lain yang menjadi alasan berkembang sektor ini adalah alasan agar supaya lebiha dekat dengan penyediaan bahan baku, dimana kita ketahui Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang sangat potensil dalam hal memproduksi
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
41
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
4.
5.
6.
7.
8.
minyak kelapa sawit (CPO), dan kebanyakan lokasi perkebunan kelapa sawit sejak jaman Belanda berada di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Sektor Listrik termasuk dalam sektor yang non unggulan untuk Kabupaten Deli Serdang. Sektor Listrik memiliki tiga buah sub sektor yaitu listrik, gas kota, dan air bersih, berdasarkan pembagian sub sektor ini sekali Kabupaten deli Serdang tidak memiliki prasarana pendukung untuk sektor ini karena, sektor listrik, dan Gas merupakan wewenang dari BUMN yaitu PT. PLN dan PT. Gas Negara. Sektor Bangunan bukan merupakan sektor basis / unggulan untuk Kabupaten Deli Serdang, hal ini bisa terjadi karena pembangunan fisik yang dilakukan di Kabupaten Deli Serdang belum begitu menjadi yang utama atau prioritas dari pihak pemerintah daerah, karena dahulunya pemerintah daerah lebih memfokuskan diri kepada sektor pertanian, tetapi akibat adanya pemekaran kabupaten Deli Serdang menjadi dua bagian yaitu Serdang Bedagai, sektor pertanian pada umumnya menjadi milik Kabupaten Serdang Bedagai. Sektor perdagangan termasuk kedalam sektor unggulan dari Kabupaten Deli Serdang. Sektor perdagangan terdiri dari tiga sub sektor yaitu: sektor perdagangan besar dan eceran, hotel, dan restauran. Letak Kabupaten Deli Serdang yang berdekatan dengan ibukota Propinsi Sumatera Utara yaitu kota Medan jelas sekali memberikan dampak positif terhadap perkembangan sektor ini. Sektor Pengangkutan termasuk kedalam sektor unggulan Kabupaten Deli Serdang, dan memiliki nilai LQ yang tertinggi. Sektor pengangkutan memiliki dua buah sub sektor yaitu pengangkutan dan komunikasi, tingginya nilai LQ Kabupaten Deli Serdang untuk sektor ini lebih banyak didorong oleh sub sektor komunikasi, sebagai imbas dari kedekatan lokasi kabupaten ini dengan Kota Medan, sub sektor pengangkutan walaupun memiliki kontribusi sedikit terhadap nilai LQ kabupaten ini, tetapi juga harus diperhitungkan, secara lalu lintas atau pendistribusian barang dari kota Medan keluruh kabupaten atau kota di Sumatera Utara jelas sekali harus terlebih dahulu melalui kabupaten ini, dan yang tak kalah pentingnya adalah banyaknya pabrik atau gudang gudang pendistribusian barang di Deli Serdang juga turut menambah potensi sektor pengangkutan Kabupaten Deli Serdang. Sektor Keuangan juga merupakan sektor unggulan Kabupaten Deli Serdang. Keungan memiliki lima buah sub sektor yaitu: bank, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan. Kabupaten Deli Serdang jelas memiliki potensi yang sangat besar untuk sebagian sub sektor ini karena adanya lokasi industri dan pergudangan jela sekali akan menarik pihak perbankan atau non perbankan untuk melakukan usaha di Kabupaten Deli Serdan ini, faktor lain yang tidak kalah penting adalah faktor jumlah penduduk dimana luberan penduduk kota Medan sekarang ini sudah hampir mengambil seper empat jatah lokasi penduduk
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
42
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Kabupaten Deli Serdang, hal ini tentunya juga menarik pihak pihak yang terkait dengan sektor keungan, persewaan, dan jasa perusahaan untuk berinvestasi di Kabupaten ini. 9. Sektor jasa jasa tidak merupakan sektor unggulan di Kabupaten Deli Serdang. Sektor ini memiliki dua buah sub sektor, yaitu: pemerintahan umu, dan swasta. Sektor ini tentunya hal yang paling menderita sejak adanya pemekaran Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten Serdang Bedagai, karena terjadi pulalah pemecahan sektor pemerintahan umum dan swasta, sehingga mau tidak mau turut juga menyababkan sektor ini bukan menjadi sektor non unggulan di Kabupaten Deli Serdang. KESIMPULAN PENELITIAN Sektor sektor yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Deli Serdang adalah sektor industri pengolahan, perdagangan, pengangkutan, dan keuangan. KETERBATASAN PENELITIAN Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Hanya dibatasi pembahasan mengenai LQ, seharusnya juga dilakukan pembahasan menggunakan analisis shift-share, dan analisis tipologi Klassen 2. Keterbatasan waktu peneliti untuk mengumpulkan data, membuat peneliti hanya melakukan prediksi data penelitian dengan menggunakan analisis prediksi / ramalan linier dengan bantuan software SPSS. SARAN PENELITIAN Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian, peneliti ingin menyarankan bebarapa hal kepada: 1. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang agar berusaha terus meningkatkan sektor sektor yang telah menjadi unggulan daerah tersebut, agar manfaatnya dapat dirasakan bagi seluruh rakyat Kabupaten Deli Serdang. 2. Peneliti selanjutnya, agar melakukan analisis shift-share, dan analisis tipologi Klassen agar sempurna pembahasan penelitian dengan model seperti penelitian ini, dan agar berusaha mempergunakan data penelitian sebenarnya tanpa data prediksi / ramalan agar dapat dibandingkan hasilnya dengan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Nazara, S. 1997. Analisis Input Output. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Rahmatia, Tika Sari, 2011. Analisis Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2000 – 2009. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Skripsi.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
43
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Richardson, H. W. 1985. Dasar- dasar Ilmu Ekonomi Regional. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta. Sambodo, M. T. 2002. Analisis Sektor Unggulan Di Kalimantan Barat. Jurnal ekonomi dan Pembangunan. X : 33. Usya, Nurlatifa. 2006. Analisis Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Subang. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Skripsi.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
44
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
EVALUASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA DAERAH: STUDI KASUS PEMERINTAH KOTA MEDAN
ERWINSYAH S. Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT
Budget has a strategic role in managing the wealth of public organization. Phenomena that occur in the area of financial budgeting are less precise achievement, no benefits to the people especially the local government budget spending, and the availability of budget discrepancies due to inconsistency between budget formulation process and the allocation of fund. This study aimed to evaluate the process of preparing and allocating budgets, and determine the effect of process of preparing budget on the allocation of budget of the Pemerintah Kota Medan The research method was qualitative and quantitative research. Qualitative methods using descriptive analysis, and quantitative using simple linear regression analysis. The results showed that budgeting has been done by the Pemerintah Kota Medan for fiscal year 2007 until 2010 in accordance with Permendagri No. 13 Tahun 2006 and Permendagri No 59 Tahun 2007, but the implementation is not in accordance with the Permendagri, thus resulting in the implementation time of each stages becomes shorter, and determination of performance indicators that are not appropriate. Budget process has a positive and significant impact on the allocation of expenditures in Pemerintah Kota Medan Keywords: process, allocation, budget
LATAR BELAKANG PENELITIAN Kompleksitas permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia baik sosial, politik, meningkatnya jumlah penduduk miskin, pengangguran, melemahnya kegiatan produksi dan produktivitas masyarakat dan dunia usaha, menurunnya pelayanan prasarana dan sarana umum akibat mengecilnya penerimaan pemerintah daerah termasuk PAD, menurunnya ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, serta menurunnya ketentraman masyarakat terhadap birokrasi dalam rangka pelayanan kepada masyarakat, turut memperlambat pembangunan yang sedan dilakukan oleh bangsa Indonesia. Permasalahan di tingkat nasional juga hampir sama dengan permasalahan di daerah, tetapi untuk tingkaT daerah yang paling kronis adalah sistem keuangan daerah, khususnya mengenai penganggaran (budgetary).
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
45
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Anggaran adalah sebuah proses yangdilakukan organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhankebutuhan yang tidak terbatas (Nordiawan, 2006), dari pengertian ini dapat kita lihat betapa anggaran memiliki peran strategis dalam pengelolaan kekayaansebuah organisasi publik. Kendala yang sering dialami organisasi sektor publik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah terbatasnya sumber daya yang dimiliki, untuk mengatasi hal ini perlunya penganggaran. Proses penentuan jumlah dan besarnya jumlah alokasi dana harus diawali dengan perumusan strategi dan perencanaan strategi yang bagus, apabila tidak adanya strategi yang bagus maka anggaran akan menjadi tidak efektif dan tidak berorientasi kepada kinerja. Penyusunan anggaran tentunya bukanlah sebuah pekerjaan yang tidak membutuhkan rambu rambu sebagai pedoman, penyusunan anggaran juga tidak terlepas dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, ada beberapa aturan yang mengatur akan hal ini antara lain: Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-undang No. 22 Tahun 1999 memberikan warna baru landasan penyelenggaraan pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah berdasarkan pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tersebut bertumpu pada upaya peningkatan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan publik baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Secara operasional, asas umum dan pendekatan kinerja dalam perencanaan dan penganggran daerah dituangkan dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian mengalami revisi menjadi Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri No. 13 tahun 2006. Kota Medan sebagai kota terbesar ke tiga di Indonesia terus berusaha untuk memperbaiki pengganggaran keuangannya, kota Medan telah mengaplikasikan anggaran berbasis kinerja untuk waktu yang lama, dimana dalam proses penyusunan anggarannya Pemko Medan telah mengaplikasikan Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Permendagri No. 59 tahun 2007. Kinerja efektifitas anggaran yang telah disusun sebuah daerah memiliki ukuran efektifitas, ukuran baku yang dipakan oleh pemerintah pemerintah daerah adalah Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996. Rasio efektivitas anggaran menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio efektivitas berarti kinerja pemerintah daerah semakin efektif. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mencoba untuk merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Pemerintah Kota Medan menyusun Anggaran Pendapatan dan Alokasi Anggaran Belanja Daerah dan bagaimana pengaruh proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terhadap pengalokasian Belanja Daerah?”
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
46
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
TUJUAN PENELITIAN Mengacu pada permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk mengevaluasi proses penyusunan, dan pengalokasian anggaran belanja, dan mengetahui pengaruh proses penyususnan APBD terhadap alokasi Belanja Daerah di Pemerintah Kota Medan. ORIGINALITAS PENELITIAN Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Andrianto (2011) yang berjudul Evaluasi Penyusunan Anggaran Dan Alokasi Belanja Daerah : Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian Andrianto (2011) berupa tempat penelitian, dan metode estimasi data. PENYUSUNAN ANGGARAN Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000 disebutkan bahwa adabeberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran daerah antara lain bahwa 1) pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapatdicapai untuk setiap sumber pendapatan, seangkan belanja yang dianggarkanmerupakan batas tertinggi pengeluaran belanja, 2) penganggaran pengeluaranharus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalamjumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belumtersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam APBD atau perubahan. ALOKASI ANGGARAN Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Permendagri No. 59 Tahun 2007 menyatakan bahwa belanja daerah meluputi semua pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadipengeluaran Pemerintah Daerah. Belanja daerah dibedakan dalam BelanjaLangsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung yaitu belanja yang dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan yang direncanakan. Belanja Tidak Langsung yaitu belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya program atau kegiatan. Belanja daerah merupakan semua pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi pengeluaran kas daerah. Pengeluaran berperan untuk mempertemukan permintaan masyarakat dengan penyediaan sarana prasarana yang tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat sendiri, sehingga pengeluaran ini harus dikelola pemerintah dengan baik agar bisa ekonomis, efektif dan efisien (value for money) dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
47
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan evaluasi tahap-tahap dalam proses penyusunan anggaran pada Pemerintah Kota Medan antara TA 2007 s/d 2010. Desain penelitian ini adalah deskriptif, dan kuantitatif Dalam penelitian ini, data yang diperlukan berupa data primer maupun data sekunder. Data primer meliputi informasi langsung yang diperoleh dari para pelaku yang terlibat dalam penyusunan anggaran Pemerintah Kota Medan dan kuesioner yang dibagikan. Data sekunder terdiri dari dokumen-dokumen penyusunan anggaran Disain penelitian ini adalah studi kasus, dan assosiatif kausal dimana peneliti mencoba untuk mengetahui hubungan yang bersebab akibat. Populasi dalam penelitian adalah semua unsur yang terlibat dalam pembuatan APBD Kota Medan. Pengambilan sampel dalam penelitian adalah non probability sampling dengan metode sampling jenuh karena keterbatasan waktu dan dana penelitian maka populasi penelitian yang berhasil dan bersedia untuk mengisi kuesioner penelitian dijadikan sampel dalam penelitian. Peneliti berhasil mendapatkan 65 orang responden, kemudian responden dibagi dua yaitu 30 orang untuk uji validitas dan realibilitas kuesioner penelitian dan 35 orang menjadi responden penelitian Penelitian ini menggunakan pengolahan data secara deskriptif dan secara kuantitatif menggunakan regresi linier sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses penyusunan anggaran diawali dengan penetapan tujuan, target dan kebijakan. kesamaan persepsi antar berbagai pihak tentang apa yang akan dicapai dan keterkaitan tujuan dengan berbagai program yang akan dilakukan, sangat krusial bagi kesuksesan anggaran. Di tahap ini, proses distribusi sumber daya mulai dilakukan. Pencapaian konsensus alokasi sumber daya menjadi pintu pembuka bagi pelaksanaan anggaran. Proses panjang dari penentuan tujuan ke pelaksanaan anggaran seringkali melewati tahap yang melelahkan, sehingga perhatian terhadap tahap penilaian dan evaluasi sering diabaikan. Kondisi inilah yang nampaknya secara praktis sering terjadi. Pemerintah kota Medan melakukan proses penyusunan APBD dimulai dengan menyampaikan Kebijakan Umum APBD tahun anggaran berikutnya sejalan dengan Rencana Pemerintah Daerah sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD Kota Medan selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun berjalan. Selanjutnya DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, Pemerintah Kota bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
48
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Strategi dan plafon sementara yang telah ditetapkan pemerintah kota dan DPRD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) tahun berikutnya dengan pendekatan berdasarkan kinerja yang akan dicapai. Rencana kerja dan anggaran disertai dengan perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. Rencana kerja dan anggaran selanjutnya disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rencana Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya. UU Nomor 17/2003 tidak mengatur proses penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD. UU Nomor 17/2003 menetapkan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan Peraturan Daerah. Setelah dokumen Rancangan Perda mengenai APBD tersusun, Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tersebut disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD antara Pemerintah Daerah dan DPRD dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD. Dalam pembahasan Perda RAPBD, DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD. Berdasarkan Pasal 186 UU Nomor 32/2004, rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur kepada Bupati/Walikota paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perda Kabupaten/Kota dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang Perjabaran APBD. Pengambilan keputusan mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan oleh DPRD selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah yang diajukanPemerintah Daerah, maka untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya. Pengujian validitas dilihat dari nilai korelasi positif r > 0,3 (Sugiono, 2003) dan realibilitas dilihat dari hasil nilai cronbach alpha > 0,6 (Ghozali, 2005). Nilai validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 1.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
49
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 1. Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Penelitian Ite m -Total Statistics Sc ale
Re liability Statistics Corrected
Cronbac h's
Sc ale Mean if
Varianc e if
Item-Total
Alpha if Item
Cronbach's
Item Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
Alpha
x1
9,1667
3,178
,432
,345
x2
9,5667
4,875
,609
,323
x3
9,4000
3,214
,689
,367
x4
9,2667
3,651
,659
,375
Ite m -To tal Statistics Sc ale
N of Items ,773
4
Re liability Statistics Corrected
Cronbac h's
Sc ale Mean if
Varianc e if
Item-Total
Alpha if Item
Cronbach's
Item Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
Alpha
y1
9,7333
3,582
,637
,178
y2
9,6000
3,559
,360
,117
y3
9,7667
2,599
,415
,377
y4
9,5000
2,879
,595
,297
N of Items ,684
4
Sumber: Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 1 dilihat nilai corrected item-total correlation dari item item variabel proses, dan alokasi semua lebih besar 0,3 sehingga diputuskan semua item valid. Nilai Alpha’s Cronbach masing-masing variabel lebih besar dari 0,6 maka diputuskan masing masing variabel adalah reliabel. Uji selanjutnya adalah uji normalitas yang dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov seperti pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Hasil Uji Normalitas On e - Sa m p le Ko lm o go r ov -Sm irn ov T e s t Un s ta nd ar d iz e d Re sid ua l N
35
No r ma l Par a mete rs
a,b
Me an
.00 00 00 0
Std . Dev iation Mo st Extr eme
Ab so lute
Dif f er en c es
Pos itiv e Ne g ative
2 .0 45 03 1 60 .08 9 .07 6 - .0 8 9
Ko lmo go r ov -Smir no v Z
.52 7
As ymp. Sig . ( 2 -ta ile d)
.94 4
a.
Tes t d istr ib utio n is Nor ma l.
b.
Ca lcu late d f ro m d ata.
Sumber: Hasil Pengolahan data Penelitian
Nilai Kolmogorov-Smirnov Z adalah 0.527 dan sig 0.944, nilai sig lebih kecil dari , maka data residual terdistribusi secara normal. Untuk uji multikolinearitas dilihat dari nilai tolerance dan VIF, menurut Ghozali (2005) nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF >1.0 dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
50
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Co efficien ts
Model 1
Uns tandardized
Standardiz ed
Coeff icients
Coeff icients
B (Cons tant)
Std. Error
Collinearity Statis tic s
Beta
11.873
1.826
.501
.144
proses
a
t
.081
Sig.
Toleranc e
6.503
.000
3.469
.000
VIF
.878
1.467
a. Dependent Variable: alokas i
Sumber: Hasil Pengolahan data Penelitian
Nilai tolerance 0.878 lebih kecil dari 1 dan VIF lebih besar dari 1, disimpulkan tidak terdapat multikolienaritas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser seperti pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Co ef f icien ts
Model ( Cons tant) proses a.
Uns tandar diz ed
Standar diz ed
Coeff icients
Coeff icients
B
1
a
Std. Er ror
Beta
3.086
2.988
- .114
.078
t
- .246
Sig. 1.033
.370
- 1.459
.154
Dependent Variable: abs ut
Sumber: Hasil Pengolahan data Penelitian
Nilai t-hitung 1.033 lebih kecil dari nilai t-tabel 2.034 dan nilai sig 0.370 lebih besar dari , disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas. Tabel 5. Hasil Regresi Linier Sederhana M o de l Sum m a r y
Mo de l
R
R Squ ar e a
1
.81 4
b
Ad jus ted
Std . Er ro r o f
R Squ ar e
the Es timate
.66 3
a.
Pre dic to r s: (Con s ta nt) , p r os es
b.
De p en de nt Va ria ble : a lokas i
ANOV A
.63 2
1 2.07 57 9
b
Sum of Model 1
Squar es Regress ion
df
Mean Squar e
F
22.950
1
22.950
Res idual
142.193
33
4.309
Total
165.143
34
Sig. a
5.326
.000
a. Predic tor s: (Constant) , pr os es b. Dependent Variable: alokas i
Co efficien ts
Model 1
Uns tandardized
Standardiz ed
Coeff icients
Coeff icients
B (Cons tant) proses
Std. Error
11.873
1.826
.501
.144
Beta
a
Collinearity Statis tic s t
.081
Sig.
Toleranc e
6.503
.000
3.469
.000
.878
VIF
1.467
a. Dependent Variable: alokas i
Sumber: Hasil Pengolahan data Penelitian
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat nilai koefisien determinasi (r-squared) sebesar 0,663, ini berarti besarnya sumbangan variabel proses penyusunan APBD terhadap variasi (naik atau turunnya) alokasi belanja daerah sebesar 66,3%, sedangkan sisanya sebesar 33,7 % berasal dari sumbangan variabel variabel yang tidak diteliti pada penelitian ini. Nilai t-hitung penelitian sebesar 3.469 lebih
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
51
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
besar dari nilai t-tabel 2.03224 sehingga dapat dikatakan proses penyusunan APBD memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap alokasi belanja daerah kota Medan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah: 1. Penyusunan anggaran yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan untuk tahun anggaran 2007 s/d 2010 telah sesuai dengan Permendagri No. 13 Tahun 2006 dan Permendagri No. 59 Tahun 2007. Adapun masih terdapat aturan-aturan di dalam Permendagri No. 13 tahun 2006 dan Permendagri No.59 Tahun 2007 yang pelaksanaannya belum sesuai dengan ketentuan, sehingga berakibat pada waktu pelaksanaan tiap-tiap tahapan menjadi semakin pendek, dan penentuan indikator kinerja kegiatan yang tidak cermat. 2. Proses penyusunana APBD memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengalokasian belanja daerah Kota Medan Saran saran dapat diberikan kepada: 1. Pihak pihak yang terlibat dalam proses pembuatan APBD Kota Medan agar lebih mempersiapkan diri jauh hari sebelumnya sehingga APBD bisa diselesaikan tepat waktu dan dapat mengakomidir kepentingan masyarakat kota Medan. 2. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel variabel lain yang dapat mempengaruhi alokasi belanja daerah misalnya variabel pengawasan DAFTAR PUSTAKA Andrianto, Muhammad, 2011. Evaluasi Penyusunan Anggaran Dan Alokasi Belanja Daerah : Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Program Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis. Tidak dipublikasikan Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Nordiawan, Deddi, 2006. Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat. Jakarta. Sugiono, 2003. Statistik Nonparametrik untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
52
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS ANTESEDEN DAN KONSEKUEN PADA PENGEMBANGAN KARIR (STUDI KASUS PEGAWAI POLITEKNIK NEGERI MEDAN)
DESRI WIANA Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan ABSTRACT Career is defined as a lifelong process and consists of a series of activities related to attitudes or behaviors that occur in a person's working life. Nowadays, career management functions to individual career and organizational settings in which career management arrangements require initiatives from organizations and individuals in order to provide maximum benefits to both. The purposes of this research are: (1) to estimate the effect of career planning on career development of Medan State Polytechnic Lecturers. (2) to estimate the effect of career management on career development of Medan State Polytechnic Lecturers. (3) to estimate the effect of career development on job satisfaction of Medan State Polytechnic Lecturers. (4) to estimate the effect of career development on career commitment of Medan State Polytechnic Lecturers. Population of this research is all the lectures of Medan State Polytechnic, and the samples are 43 lectures. Muliple linier regression was used to estimate the data. The result showed that (1) career planning had positive and unsignificant effect on career development of Medan State Polytechnic Lecturers. (2) career management had positive and significant effect on career development of Medan State Polytechnic Lecturers. (3) career development had no effect on job satisfaction of Medan State Polytechnic Lecturers. (4) career development had positive and significant effect on career commitment of Medan State Polytechnic Lecturers. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keinginan untuk berubah, menyesuaikan diri, adalah unsur unsur yan utama untuk dapat bertahan hidup (survive) bagi sebuah organisasi bisnis. Maju tidaknya sebuah organisasi juga terbentuk dari kemampuan organisasi dalam menciptakan perubahan. Perubahan-perubahan pada tingkatorganisasi memiliki peran penting dalam mengelola orang yang bekerja danpada khususnya, merencanakan dan mengelola karir mereka (Baruch, 1996). Karir didefinisikan sebagai proses seumur hidup terdiri dari serangkaian kegiatan dan berhubungan dengan sikap atau perilaku yang terjadi dalam kehidupan kerja seseorang (Pua & Anantram,2006). Karir bukan hanya pekerjaan tetapi berkembang di sekitar proses, sikap, perilaku dan situasi dalam kehidupan kerja seseorang untuk mencapai tujuan karir, Baruch, (1996), pandangan Baruch, (1996) ini tentunya sangat tidak sesuai dengan pandangan generasi muda zaman sekarang, karena mereka beranggapan bahwa merekalah yang bertanggung jawab
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
53
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
untuk untuk merencanakan dan membangun karir mereka sendiri bukan menyerahkan sepenuhnya kepada organisasi untuk mengelola. Pada zaman sekarang ini telah diciptakan manajemen karir yang berfungsi untuk pengaturan karir individu maupun organisasi, dimana pengaturan manajemen karir membutuhkan inisiatif dari organisasi maupun individu agar dapatmemberikan manfaat maksimal untuk keduanya. Efektivitas manajemen karir sangat ditentukan oleh kesadaran manajer untuk mengakui peran pentingperencanaan dan pengembangan karir dalam upaya memuaskan kebutuhan individu dan organisasi, Irianto (2001). Jika manajer dan departemen SDM memilikikesadaran yang tinggi dalam memenuhi kebutuhan jangka panjang organisasi,maka kesempatan karir dan peluang untuk program pelatihan danpengembangan akan terbuka dengan lebar. Perencanaan karir merupakan suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan - tujuan karirnya (Simamora, 2001). Manajemen karir adalah proses berkelanjutan mempersiapkan, mengembangkan, melaksanakan dan memantau rencana dan strategi karier yang dilakukan oleh individu sendiri atau dalam konser dengan sistem karier organisasi (Pua & Anantram, 2006). Perencanaan karir dan manajemen karir pada intinya adalah bagaimana individu untuk mencapai suatu karir. Pencapaian akan sebuah karir selalu dikejar oleh semua individu karene akan memberikan imbalan baik material maupun non material, material berupa kenaikan pendapatan, perbaikan fasilitas dan sebagainya, yang bersifat non material seperti status sosial, perasaan bangga, dan sebagainya. Politeknik Negeri Medan adalah satu satunya perguruan tinggi penyelenggara pendidikan vokasi milik Pemerintah di Propinsi Sumatera Utara Politeknik Negeri Medan memiliki dua jenis karyawan / pegawai, pertama adalah pegawai administrasi dan pegawai yang bekerja di bidang pengajaran yaitu Dosen. Fenomena yang terjadi di Politeknik Negeri Medan maupun institusi milik pemerintah lainnya selalu ada saja beberapa individu yang tidak puas dengan perencanaan dan manajemen karir yang telah dilaksanakan Politeknik Negeri Medan. Melalui penelitian ini, diharapkan akan dapat mengetahui secara jelas mengenai anteseden dan konsekuen pengembangan karir pada Dosen Politeknik Negeri Medan. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah perencanaan karir berpengaruh positif pada pengembangan karir Dosen Politeknik Negeri Medan? 2. Apakah manajemen karir berpengaruh positif pada pengembangan karir Dosen Politeknik Negeri Medan?
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
54
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
3. Apakah pengembangan karir berpengaruh positif pada kepuasan kerja Dosen Politeknik Negeri Medan? 4. Apakah pengembangan karir berpengaruh positif pada komitmen karir Dosen Politeknik Negeri Medan? TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh perencanaan karir pada pengembangan karir Dosen Politeknik Negeri Medan 2. Untuk mengetahui pengaruh manajemen karir pada pengembangan karir Dosen Politeknik Negeri Medan 3. Untuk mengetahui pengaruh pengembangan karir pada kepuasan kerja Dosen Politeknik Negeri Medan. 4. Untuk mengetahui pengaruh pengembangan karir pada komitmen karir Dosen Politeknik Negeri Medan. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Santoso (2011), berjudul Analisis Anteseden Dan Konsekuen Pada Pengembangan Karir (Studi pada Karyawan PT. PLN APJ Surakarta), perbedaan penelitian ini dengan penelitian Santoso (2011) adalah perbedaan lokasi dan objek penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen karir merupakan proses sebelumnya dari pengembangan karir. Sekali individu telah merencanakan sasaran karir mereka, mereka membutuhkan keahlian, kompetensi dan nilai-nilai untuk melaksanakan tujuan-tujuan karir mereka dengan praktik manajemen karir yang tepat. Implementasi rencana karir memerlukan pengembangan karir. Pengembangan karir merupakan upaya pribadi seorang karyawan untuk mencapai suatu rencana karir (Handoko, 1998). Pengembangan karir menurut Mondy (1993), meliputi aktivitas-aktivitas untuk mempersiapkan seorang individu pada kemajuan jalur karir yang direncanakan. Pengembangan karir merupakan hasil interaksi yang berasal dari perencanaan karir individu dan kelembagaan proses pengelolaan karir (Pua & Anantram, 2006). Menurut Appelbaum (2002) kepuasan kerja sebagai perasaan yang menyenangkan yang dihasilkan dari persepsi bahwa pekerjaan seseorang memenuhi atau memungkinkan untuk pemenuhan salah satu nilai tugas penting. Kepuasan kerja merupakan bentuk sikap terhadap kondisi-kondisi yang berkaitan dengan pekerjaan (Pua & Anantram, 2006). Jepsen & Sheu (2003) mengamati
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
55
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
bahwa sikap seperti itu, baik dalam bentuk suka, atau tidak menyukai pekerjaan, adalah universal dan aspek penting pengembangan karir. Jelas, teoretisi dan praktisi tampaknya menerima asumsi bahwa hampir semua orang mencari kepuasan dalam kerjanya. Menurut Jepsen&Sheu (2003) jika seseorang menjadi terlibat dalam pekerjaan yang sesuai dengan pilihan pekerjaannya, dia akan mengalami kepuasan kerja. Komitmen karir adalah konsekuen lain dari inisiatif pengembangan karir (Pua & Anantram, 2006). Komitmen karir sebagai kekuatan motivasi seseorang untuk bekerja di sebuah karir yang dipilih (Noordin, Williams & Zimmer, 2002). Pua dan Anantram (2006) berpendapat bahwa komitmen karir ditandai dengan pengembangan karir tujuan pribadi, identifikasi, dan keterlibatan dalam tujuan tersebut. METODE PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis tentang hubungan kausal antar variabel variabel yang diteliti, setting penelitian ini adalah setting alamiah berupa field research, dari sisi dimensi waktu penelitian ini termasuk katagori penelitian cross sectional, yaitu penelitian yang hanya mengambil data melalui penyebaran kuesioner dalam satu saat saja, dengan menggunakan desain survei sebagai teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh keterangan secara nyata. Pengukuran variabel digunakan skala interval dengan pendekatan 5 poin skala Likert. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Dosen Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Politeknik Negeri Medan berjumlah 310 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability method (memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel), sedangkan untuk penarikan sampel digunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel yang digunakan berdasarkan karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang memiliki kriteria tertentu (Ruslan, 2008). Kriteria yang digunakan adalah dosen yang sudah bekerja lebih dari 2 tahun. Penentuan jumlah responden menggunakan metode Gay dan Diehl (1992) yang menyarankan jumlah sampel cukup diambil 10 persen dari populasi, maka untuk penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 31 orang. Jumlah kuesioner yang disebarkan oleh peneliti sebanyak 50 buah kuesioner, setelah diberi waktu selama satu minggu untuk mengisi kuesioner tersebut, ternyata jumlah kuesioner yang berhasil diperolah oleh peneliti adalah sebanyak 43 kuesioner, sehingga jumlah responden yang digunakan pada penelitin ini adalah sebanyak 43 orang. Definisi operasional variabel variabel penelitian adalah sebagai berikut: (1) perencanaan karir adalah suatu proses dimana individu mengidentifikasikan dan mengambil langkah langkah untuk mencapai tujuan tujuan karirnya (Simamora, 2001). (2) manajemen karir merupakan proses berkelanjutan mempersiapkan, mengembangkan, melaksanakan dan memantau rencana dan strategi karier yang dilakukan oleh individu sendiri atau dalam konsep sistem karir
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
56
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
organisasi (Pua dan Anantram, 2006). (3) pengembangan karir meliputi aktivitas aktivitas untuk mempersiapkan seseorang individu pada kemajuan jalur karir yang direncanakan. (4) kepuasan kerja adalah perasaan yang menyenangkan yang dihasilkan dari persepsi bahwa pekerjaan seseorang memenuhi atau memungkinkan untuk pemenuhan salah satu nilai tugas penting. (5) komitmen karir adalah kekuatan motivasi seseorang untuk bekerja disebuah karir yang dipilih. Untuk menjawab permasalahan penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda, dan untuk membuktikan bahwa model penelitian sudah benar maka digunakan goodness of fit test yang terdiri dari uji koefisien determinasi, uji t, dan uji f. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh: 1. variabel perencanaan karir dan manajemen karir terhadap pengembangan karir 2. variabel pengembangan karir terhadap kepuasan kerja 3. dan veriabel pengembangan karir terhadap komitmen karir Pengujian validitas dan realibilitas kuesioner penelitian dilakukan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen digunakan dalam mengukur konsep yang diteliti. Uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor totalnya. Masing-masing item dilihatnya harga korelasinya. Dengan taraf signifikan 5% bila harga korelasi positif dan r ≥ 0,3, maka butir instrumen tersebut dinyatakan valid atau memiliki konstruk yang baik (Sugiono, 2003). Selanjutnya dilakukan uji Reliabilitas. Menurut Ghozali, 2005 dan Kuncoro, 2003, suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 atau nilai Cronbach Alpha > 0.80. Nilai validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Penelitian Ite m -Total Statistics Sc ale
Re liability Statistics Corrected
Cronbac h's
Sc ale Mean if
Varia nc e if
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
per1
12,4667
1,844
,407
,317
per2
12,5000
2,259
,520
,395
per3
12,7333
1,995
,712
,687
per4
12,3667
2,447
,518
,425
per5
12,4667
1,982
,513
,467
Cronbac h's Alpha
N of Items ,798
5
Ite m -To tal Statistics
Re liability Statistics Sc ale
Corrected
Cronbac h's
Sc ale Mean if
Variance if
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
Cronbac h's
man1
12,4667
1,844
,721
,517
man2
12,5000
2,259
,852
,739
man3
12,7333
1,995
,712
,687
man4
12,3667
2,447
,832
,625
man5
12,4667
1,982
,713
,667
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
Alpha
N of Items ,698
5
57
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Ite m -To tal Statistics
Re liability Statistics Sc ale
Corrected
Cronbac h's
Sc ale Mean if
Variance if
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
Cronbac h's
peng1
12,8667
3,223
,532
,331
peng2
12,7667
2,668
,530
,431
peng3
13,1333
2,257
,729
,709
peng4
12,8667
2,878
,817
,735
peng5
12,7667
2,737
,717
,635
Alpha
N of Items ,750
5
Ite m -To tal Statistics
Re liability Statistics Sc ale
Corrected
Cronbac h's
Sc ale Mean if
Varianc e if
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
Cronbac h's
kep1
9,5333
3,913
,516
,340
kep2
9,8667
3,154
,515
,460
kep3
9,4000
5,697
,622
,302
kep4
9,9000
3,679
,626
,415
Alpha
N of Items ,644
4
Ite m -To tal Statistics
Reliability Statistics Sc ale
Corrected
Cronbac h's
Sc ale Mean if
Variance if
Item-Total
Alpha if Item
Item Deleted
Item Deleted
Correlation
Deleted
Cronbach's
kom1
18,7333
13,926
,701
,726
kom2
18,6667
10,989
,457
,560
kom3
18,8667
10,947
,372
,606
kom4
18,5333
9,430
,663
,481
kom5
18,7333
11,030
,791
,609
kom6
18,7000
10,838
,501
,548
kom7
18,7667
10,461
,440
,558
Alpha
N of Items ,628
7
Sumber: Data Penelitian
Tabel 1 menunjukkan nilai corrected item-total correlation dari item item variabel perencanaan, manajemen, pengembangan, kepuasan, dan komitmen karir semua lebih besar 0,3 sehingga diputuskan semua item valid. Nilai Alpha’s Cronbach masing-masing variabel lebih besar dari 0,6 maka diputuskan masing masing variabel tersebut adalah reliabel. Hasil regresi pengaruh variabel perencanaan karir dan manajemen karir terhadap pengembangan karir dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil Estimasi Perencanaan Dan Manajemen Terhadap Pengembangan Karir Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C RENCANA MANAJEMEN
7.075795 0.063064 0.462829
2.711122 0.109454 0.169188
2.609914 0.576172 2.735595
0.0127 0.5677 0.0092
R-squared 0.235555 Adjusted R-squared 0.197333 S.E. of regression 1.526362 Sum squared resid 93.19120 Log likelihood -77.64360 F-statistic 6.162766 Prob(F-statistic) 0.004644
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
15.95349 1.703686 3.750865 3.873740 3.796177 1.936490
Sumber: Hasil Pengolahan data Penelitian
Tabel 2 menunjukkan manajemen karir memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan karir, sementara rencana karir memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengembangan karir. Secara parsial manajemen karir memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
58
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
pengembangan karir dibandingkan dengan perencanaan karir. Secara simultan manajemen dan perencanaan karir memiliki pengaruh terahadap pengembangan karir. Nilai koefisien determinasi (adjusted r square) sebesar 0,19733 menunjukkan bahwa perencanaan dan manajemen karir memiliki pengaruh sebesar 19,73 persen sedangkan sisanya sebesar 80,27 persen dipengaruhi oleh variabel diluar variabel yang dipakai dalam penelitian. Tabel 2. Hasil Estimasi Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan Kerja Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C 16.69210 PENGEMBANGAN -0.240176
3.397078 0.211760
4.913664 -1.134186
0.0000 0.2633
R-squared 0.030421 Adjusted R-squared 0.006772 S.E. of regression 2.338077 Sum squared resid 224.1307 Log likelihood -96.51148 F-statistic 1.286378 Prob(F-statistic) 0.263305
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
12.86047 2.346034 4.581929 4.663846 4.612138 2.402707
Sumber: Hasil Pengolahan data Penelitian Tabel 3 menunjukkan pengembangan karir memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepuasan kerja. Secara parsial maupun secara simultan variabel pengembangan tidak mempengaruhi kepuasan kerja, nilai adjusted rsquare sebesar 0,006772 menunjukkan pengaruh pengembangan karir terhadap kepuasan kerja hanya sebesar 0,67 persen. Tabel 3. Hasil Estimasi Pengembangan Karir Terhadap Komitmen Karir Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C PENGEMBANGAN
9.610454 0.735788
4.693097 0.292549
2.047785 2.515094
0.0470 0.0159
R-squared 0.133663 Adjusted R-squared 0.112533 S.E. of regression 3.230076 Sum squared resid 427.7690 Log likelihood -110.4081 F-statistic 6.325697 Prob(F-statistic) 0.015915
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
21.34884 3.428756 5.228283 5.310200 5.258492 1.506526
Sumber: Hasil Pengolahan data Penelitian
Tabel 3 menunjukkan pengembangan karir memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap komitmen karir. Secara parsial maupun simultan variabel pengembangan karir memiliki pengaruh terhadap komitmen karir, nilai adjusted rsquare sebesar 0,112533 menunjukkan variabel pengembangan karir memiliki pengaruh sebesar 11,25 persen terhadap variabel komitmen kerja, sedangkan sisanya 88,75persen dipengaruhi oleh variabel variabel yang tidak dipakai dalam penelitian ini.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
59
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang ditarik setelah melakukan estimasi data penelitian adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan karir memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pengembangan karir Dosen Politeknik Negeri Medan, hasil ini berbeda dengan penelitian Santoso (2011) yang menyatakan bahwa perencanaan karir memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan karir, hal ini terjadi kemungkinan disebabkan perbedaan objek penelitian, dimana penelitian Santoso (2011) adalah karyawan PT. PLN sadangkan penelitian ini yang menjadi objek adalah dosen. 2. Manajemen karir memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengembangan karir Dosen Politeknik Negeri Medan, hasil ini sama dengan hasil penelitian Santoso (2011) 3. Pengembangan karir tidak berpengaruh pada kepuasan kerja Dosen Politeknik Negeri Medan, hasil ini berbeda dengan penelitian Santoso (2011) yang menyatakan pengembangan karir memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja, perbedaan ini juga disebabkan oleh objek penelitian yang berbeda, dimana bagi seorang dosen bukan hanya karir yang berkembang saja yang akan membawa kepuasan tetapi juga adanya keberhasilan mentransfer ilmu kepada mahasiswa juga merupakan kepuasan tersendiri bagi seorang dosen 4. Pengembangan karir memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen karir Dosen Politeknik Negeri Medan, hasil ini sesuai dengan penelitian Santoso (2011). Berdasarkan kesimpulan penelitian maka ada beberapa hal yang dapat disarankan kepada : 1. Politeknik Negeri Medan agar menambah sarana dan prasarana dosen dalam mentransfer ilmu pengetahuan, berdasarkan hasil penelitian menunjukkkan pengembangan karir tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja dosen, bagi dosen kepuasan kerja lebih banyak diperoleh dari bidang pengajaran atau transfer ilmu kepada para mahasiswa. 2. Peneliti lainnya agar dalam melakukan penelitian tentang Anteseden Dan Konsekuen Pada Pengembangan Karir, lebih berhati hati lagi dalam menentukan objek penelitian, karena penelitian seperti ini lebih cocok dilakukan pada objek yang bekerja sebagai tenaga administrasi atau pegawai struktural bukan kepada pegawai fungsional seperti guru atau dosen. Peneliti yang akan datang juga bisa mencoba untuk melakukan penelitian dengan objek dari TNI atau Polri.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
60
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
DAFTAR PUSTAKA Appelbaum, Steven, 1991, Determinants and Contingencies in High-Tech Organization, International Journal of Manpower, Vol. 12. Baruch Y, 1996. “Career Planning and Managing Techniques in Use”, International Journal of Management Career, Vol.8, No. 1. Gay, L.R. dan Diehl, P.L. 1992, Research Methods for Business and Management, MacMillan Publishing Company, New York. Ghozali, Imam, 2006. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. EdisiKeempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Handoko, H., 1998,. Manajemen Sumher Daya Manusia Dan Personalia. Yogyakarta: BPFE UGM Irianto, Jusuf, 2001, “Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Pelatihan)”. Jakarta: Insani Cendekia. Jepsen, D. A., & Sheu, H.-B. 2003. General job satisfaction from a developmental perspective: Exploring choice--job matches at two career stages [Electronic Version]. The Career Development Quarterly, 52, 162-179. Retrieved January 4, 2007 from ProQuest Kuncoro M., 2003, Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi, Yogyakarta:Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN Mondy, Noe, and Premeaux, (1993). “Human Resources Management”. Seventh Edition Prentice Hall Mc. Inc, USA. Noordin, F., Williams, T. & Zimmer, C. (2002). Career commitment in collectivist and individualist cultures. International Journal of Human Resource Management, 13(1), 35–54. Pua, P. & Ananthram, S. 2006. Exploring the Antecedents and Outcomes of Career Development Initiatives: Empirical Evidence from Singaporean Employees, Research and Practice in Human Resource Management , 14(1), 112-142 Ruslan, Rusady, 2008 Kehumasan, Konsepsi, dan Aplikasi. Jakarta. PT. Raja Grafindo. Santoso, Joko, 2011. Analisis Anteseden Dan Konsekuen Pada Pengembangan Karir (Studi pada Karyawan PT. PLN APJ Surakarta). Surakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Skripsi (tidak dipublikasikan) Simamora, Henry. 2001. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Yogyakarta: Penerbit STIE YKPN. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
V o lu m e 1
N o. 1
D esem ber 2 0 1 2
61