ISSN 2302 – 1489
EKSIS JURNAL EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Volume 1
No.3
Juli 2013
PENGANTAR REDAKSI
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas terbitnya Jurnal Eksis Volume I No.3 Edisi Juli 2013. Jurnal Eksis diterbitkan oleh Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Medan tentunya masih memerlukan penyempurnaan untuk masa masa yang akan datang, dan kami sangat terbuka menerima kritikan atau saran saran yang bersifat membangun. Redaksi juga menerima jurnal jurnal ilmiah dari kalangan dosen Politeknik Negeri Medan ataupun perguruan tinggi lainnya, dengan syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh redaksi tentunya.
Juli 2013 Redaksi EKSIS
i
DEWAN REDAKSI
Pembina
: M. Syahruddin, S.T., MT.
Pengawas
: Nursiah Fitri S.E., M.Si.
Editor / Penanggung Jawab
: Agus Edy Rangkuti SE., M.Si.
Editor Ahli
: 1. Edy Syahputra Sitepu SE., M.Si. 2. Desri Wiana SS., M.Hum 3. Erwinsyah S.Kom. M.Kom
Alamat Redaksi: Jl. Almamater No. 1 (Kompleks USU) Lt 2 Gedung Jurusan Administrasi Niaga. Politeknik Negeri Medan Email:
[email protected].
ii
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi ……………………………………………………….
i
Dewan Redaksi ……………………………………………………………
ii
Daftar Isi ………………………………………………………………….
iii
Analisa Ekonomis Dalam Pemilihan Subkontraktor Dan Supplier Oleh Kontraktor Utama Pada Pelaksanaan Proyek- Proyek Bangunan Gedung Di Medan Delisma Siregar . ..……………………………………………………………..
1-12
Analisis Kepuasan Konsumen Buah - Buahan Segar Di Brastagi Supermarket Medan Nursiah Fitri ……..……………………………………………………………….
13-24
Analisis Pengaruh Word Of Mouth, Kualitas Layanan, Dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi pada Distro Fashion Anak Muda “X” Kota Medan) Safaruddin ……..………………………………………………………………….
25-40
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian jasa (Studi Kasus Cleopatra Fitness Centre Jl. Setia Budi Medan) Jumjuma ……………………………………………………………………… 41-54 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengunjung Wisata Berastagi Kabupaten Karo Irwan Musriza Harahap Dan Rahmat Surya …………………………….. 55-63 Peramalan Nilai Penjualan Energi Listrik (Dalam Rupiah) di PT. PLN (Persero) Cabang Binjai Hingga Tahun 2015 Rafian Nauli Hasibuan …………………………………………..…………….
64-76
Pengaruh Leverage, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Sri Mahyuni ……………………………………………………………… 77-91
iii
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISA EKONOMIS DALAM PEMILIHAN SUBKONTRAKTOR DAN SUPPLIER OLEH KONTRAKTOR UTAMA PADA PELAKSANAAN PROYEK- PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI MEDAN DELISMA SIREGAR Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Successful implementation of construction projects involving multiple parties including, the owner, contractor, subcontractor, supplier / suppliers, regulatory consultants, planners and other consultants. The construction project requires good management in order to obtain maximum results both in accuracy, speed, economical and in accordance with the planned specifications. This study aims to determine the criteria for the selection of subcontractors and suppliers are most economical by the main contractor on the building project in Medan. The population in this study was the contractor who has undertaken the project of building the buildings in the city of Medan. The research sample was the contractor who has the contract price>1 Billion Rupiah - Infinite (Grade 7) or in accordance with the Presidential Decree 54/2010. Results of the questionnaire be processed by using factor analysis to determine which factors can be used to conduct research, after the multiple linear regression analysis to determine which factors are most influential in determining the subcontractors and suppliers. The findings obtained that the prime contractor with subcontractors and suppliers, that the criteria that influence the X1 is (completeness tender file , the implementation of quality assurance, price project ever undertaken, the value of the work disubkan price, type of specialization of work, level of difficulty of the work) that owned subcontractors, and the other is that X3 (material quality warranty, availability of funds subcontractors, job execution method), and the most dominant influence is the X2 is obtained (the amount of equipment you have, what kind of equipment owned) Kata kunci: pemilihan subkontraktor, supplier, proyek gedung. A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dewasa ini teknologi dibidang konstruksi telah berkembang dengan pesat sehingga dalam prakteknya untuk mewujudkan suatu kebutuhan, manusia dihadapkan dengan berbagai pilihan /alternatif. Alternatif tersebut bisa dalam bentuk desain/rencana, prosedur, metode, material, waktu, dana dan lainnya. Karena setiap pilihan alternatif akan berdampak langsung pada pemakaian dan mengolah sumber daya, dimana sumber daya itu sendiri semakin mahal dan sulit,
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
1
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
maka pemilihan alternatif harus didasarkan pada prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas dari pemanfaatan sumber daya tersebut . Adapun sumber daya tersebut antara lain material, peralatan, manusia, metode, dana dan informasi . Prinsip ini akan menjadi semakin penting bila persoalannya berkaitan dengan penerapan kegiatan keteknikan/pelaksanaan proyek, dimana pada umumnya kegiatan teknik melibatkan biaya awal/ investasi tinggi dan berdampak langsung pada kebutuhan biaya operasional dan perawatan jangka panjang. Kompleksitas proyek dapat dilihat berdasarkan skala proyek, modal yang ditanam, sumber daya, tingkat keunikan, hubungan eksternal dan internal pada proyek, serta toleransi penyimpangan yang dapat diterima (Husen, 2009). Kompleksitas proyek dapat mengakibatkan pelaksanaan yang terlambat dari jadwal, dana yang membengkak, penyelesaian yang tidak sempurna/tidak sesuai dan sebagainya. Pada umumnya pemilik proyek dalam membangun tidak mengerjakan sendiri proyeknya, tapi menyerahkan kepada kontraktor utama yang ahli dan berpengalaman serta bertanggung jawab mulai dari tahap awal sampai selesainya pekerjaan (Clough, 1986). Pada prinsipnya kegiatan keteknikan atau proyek konstruksi ini memerlukan manajemen yang baik agar diperoleh suatu metode, dan dengan sumber daya yang terbatas tersebut diharapkan memperoleh hasil maksimal baik dalam ketepatan, kecepatan, penghematan modal/biaya, peralatan, manusia, material dan lainnya (Soeharto, 1995). Pada pelaksanaannya proyek konstruksi memerlukan kerja sama yang baik antar sesama pelaku konstruksi yaitu pemilik proyek, konsultan, kontraktor, subkontraktor, pemasok/supplier. Kemitraan merupakan salah satu solusi manajemen untuk meningkatkan kinerja dan mempererat hubungan antar pelaku proyek tersebut. Adanya hubungan kepercayaan antar sesama pelaku proyek konstruksi merupakan kunci sukses dalam terlaksananya proyek sesuai dengan yang diharapkan. Pada tahap implementasi/pelaksanaan pembangunan, pihak kontraktor memiliki peran dominan dengan tujuan akhir sasaran proyek tercapai dan mendapatkan keuntungan yang besar. Pada tahapan ini diperlukan biaya paling besar dan jika pekerjaannya begitu kompleks sehingga pihak kontraktor tidak dapat mengerjakan dengan baik, maka pihak kontraktor akan mencari solusi dengan mensukan sebagian pekerjaan kepada beberapa sub kontraktor dan supplier yang mempunbyai keahlian tertentu yang bisa melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan yang diinginkan Hasil survey yang dilakukan terhadap proyek konstruksi di Medan terhadap pelaku konstruksi yaitu subkontraktor, rata-rata proyek konstruksi mengalami keterlambatan dalam penyelesaiannya, dan akan sangat berpengaruh terhadap penyelesaian proyek secara keseluruhan, tentunya hal ini sangat merugikan pihak-pihak terkait seperti pemilik, konsultan dan kontraktor. Dari hasil penelitian dengan beberapa pelaku konstruksi di Indonesia, menyimpulkan bahwa keterlibatan subkontraktor pada pelaksanaan pembangunan bangunan gedung bertingkat kira-kira 50%-60% , sedangkan bangunan pabrik 60%-70% dan hal ini sesuai dengan ketentuan yang ada pada Keppres/Peppres
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
2
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
bahwa pekerjaan konstruksi yang bernilai diatas Rp 1 Milyar diharuskan untuk disubkan minimal sebesar 20% dari nilai kontrak. Oleh karena subkontraktor ini nantinya merupakan partner kerja dengan kontraktor dalam mengerjakan suatu proyek dan memerlukan kerja sama yang baik, maka dibutuhkan beberapa kriteria dalam menjalin hubungan tersebut, agar pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan-persyaratan karena jika salah dalam menentukan subkontraktor dan supplier akan dapat berakibat gagalnya pelaksanaan proyek (Suharto, 1995). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti mencoba meninjau sejauh mana faktor-faktor ekonomis yang berpengaruh dan kriteria yang diperlukan terhadap pemilihan subkontraktor dan supplier oleh kontraktor pada proyek-proyek gedung di Medan. B. PERMASALAHAN PENELITIAN Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini akan mengkaji permasalahan: 1. Kriteria apa saja yang digunakan oleh kontraktor dalam memilih/ subkontraktor dan supplier.pada proyek yang akan dilaksanakan? 2. Kriteria apa saja yang paling dominan dipertimbangkan oleh kontraktor dalam menetapkan subkontraktor dan supplier? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Kriteria yang digunakan oleh kontraktor dalam memilih/ subkontraktor dan supplier.pada proyek yang akan dilaksanakan 2. Kriteria yang paling dominan dipertimbangkan oleh kontraktor dalam menetapkan subkontraktor dan supplier? D. TINJAUAN PUSTAKA Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam suatu proyek dapat direalisasikan dan mencapai sasaran dan tujuan, baik organisasi atau individual, internal maupun eksternal, maka yang berperan mempengaruhi proyek harus diidentifikasi dan diantisipasi. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proyek: 1. Owner/pemilik proyek: seseorang yang mempunyai dana, memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam melaksanakan pekerjaan agar hasil proyek sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Pemilik proyek dapat berupa perseorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta 2. Konsultan : seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki keahlian dan pengalaman membangun proyek konstruksi. 3. Kontraktor adalah perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksakan pekerjaan proyek konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
3
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek. 4. Subkontraktor adalah pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek, dan yang memiliki keahlian khusus/spesialis. 5. Supplier/ pemasok adalah pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik. Kontraktor Kontraktor adalah perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksakan pekerjaan proyek konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap pembangunan fisik proyek. Kontraktor mempunyai tugas memberikan jasa pelaksanaan pembangunan sesuai rancangan yang telah dibuat konsultan perencanaan , yang akan menghasilkan konstruksi yang hasil akhirnya berupa bangunan siap pakai. Lebih dari 80 % kontraktor utama mengkonfirmasikan kebutuhan akan kerjasama dengan 3 subkontraktor dan 2 supplier material untuk satu pekerjaan / kontrak (Hsieh, 1998). Penggunaan subkontraktor menjadi suatu kecendrungan dalam penyelenggaraan proyek konstruksi karena adanya kebutuhan spesialisasi yang dibutuhkan oleh kontraktor (Husen, 2009). Kerja sama antara kontraktor dan subkontraktor harus dapat memberikan suatu sinergi yang dapat meningkatkan nilai suatu proyek konstruksi terkait biaya, mutu, dan waktu. Pemilihan subkontraktor dan supplier menjadi hal yang sangat penting karena pada prinsipnya subkontraktor dan supplier adalah team yang tidak dapat dipisahkan. Keberhasilan atau kegagalan suatu proyek merupakan andil berbagai pihak termasuk mandor, subkontraktor serta supplier. Pada proyek konstruksi hubungan antara subkontraktor dengan kontraktor tidak hanya pekerjaan (transfer resiko dari kontraktor ke subkontraktor) tetapi lebih dari itu yakni hubungan menjaga citra dengan mitra kerja. Subkontraktor Subkontraktor adalah pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek, dan yang memiliki keahlian khusus/spesialis. Subkontraktor menurut hukum adalah ” kontraktor independen” serta bukan pegawai kontraktor (Collier, 1994). Ruang lingkup subkontraktor : 1. Dimulai dari pengadaan sampai pengendalian yaitu memilih scope pekerjaan yang akan di subkan, 2. Mendapatkan informasi tentang subkontraktor seusai dengan persyaratan kontraktor, 3. Menentukan kriteria memilih, 4. Mengelola dan membina selama proses pekerjaan berlangsung sampai selesai , sehingga subkontraktor harus sering berkoordinasi dengan kontraktor,
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
4
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
5. Pensuplai, guna mendapatkan kemudahan dan menghindari dari konflik pekerjaan. Parameter mutu hasil kerja kontraktor dan subkontraktor ditentukan oleh : 1. Waktu pelaksanaan (bermutu bila waktu pelaksanaan sesuai/ dibawah rencana) 2. Biaya pelaksanaan (bermutu bila biaya sesuai/ dibawah rencana) 3. Karakteristik produk (bermutu bila sesuai gambar dan spesifikasi) 4. Keselamatan dan kesehatan kerja (bermutu bila tidak ada kecelakaan dan penyakit akibat kerja) Supplier Supplier / pemasok adalah pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik. Perbedaan antara subkontraktor dan supplier dalam sistem kontrak tradisional dibuat dalam bentuk kontrak standard. Subkontraktor mempunyai kontrak untuk mengerjakan bagian pekerjaan dari kontrak utama, pemasok mempunyai surat pesanan pembelian dari kontraktor utama untuk pengadaan barang yang diperlukan dilapangan yang mengacu pada persyaratan jaminan produk dan spesifikasi yang ada dalam kontrak utama, dan biasanya pemasok dibayar menurut syarat yang berlaku (Collier, 1994). Banyak pemasok yang menangani sendiri pemasangan untuk menjamin syarat-syarat spesifikasiyang terdapat pada kontrak. Pengendalian terhadap munculnya perubahan pekerjaan, ketepatan pembayaran kepada subkontraktor, kompetensi dari subkontraktor terpilih, serta pengawasan yang terus menerus dari kontraktor utama , harus menjadi perhatian tim manajemen proyek (Muthalib, 2003). Pengendaliannya dapat dilaksanakan melalui data daftar mandor, subkontraktor, dan supplier yang terseleksi dan telah terbukti berpengalaman mempunyai kinerja baik dan secara terencana mengadakan pelatihan . Dengan adanya pelatihan tersebut akan diperoleh sumber daya manusia yang profesional yaitu memiliki kemampuan teknis yang tinggi/handal dan kepribadian yang ideal. Adapun faktor- faktor yang dapat mendorong kerja sama antara kontraktor dan subkontraktor adalah: Spesialisasi, Pengurangan dana untuk tenaga kerja tetap (mis: biaya pelatihan, pensiun, gaji dan biaya kesehatan), dan berkaitan dengan resiko dan cara mengalihkannya. (Murdoch, 1996) Alasan Penggunaan Subkontraktor Pada tahap implementasi fisik, kontraktor seringkali dihadapkan kepada pilihan antara mengerjakan sendiri proyek, atau menyerahkan sebahagian kepada perusahaan lain sebagai subkontraktor Untuk proyek berskala besar, pada prakteknya menunjukkan bahwa karena alasan-alasan efisiensi,ekonomis dan produktifitas terdapat kecendrungan makin banyak paket yang oleh kontraktor utama diserahkan kepada subkontraktor. Alasan penggunaan subkontraktor oleh kontraktor adalah tidak mempunyai cukup banyak pegawai tetap, tidak mempunyai tenaga ahli dalam
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
5
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
masing-masing klasifikasi keterampilan yang diperlukan dilapangan dengan pekerjaan yang disubkontrakkan, serta kontraktor utama bisa dengan mudah memperoleh pekerja dengan keahlian yang disyaratkan, tanpa perlu susah payah memelihara dan juga tidak efisien memakai tenaga kerja tetap. Masalah kebiasaan lainnya pekerjaan disubkan adalah ketika proyek memerlukan peralatan konstruksi, kontraktor utama tidak memilikinya dan secara ekonomi lebih baik disubkontrakkan. Subkontraktor yang qualified biasanya dapat melaksanakan pekerjaan spesialisnya lebih cepat dan biaya yang lebih hemat dari pada dikerjakan oleh kontraktor utama, dan biasanya subkontraktor spesialis ini mempunyai lisensi khusus, ikatan, dan persyaratan asuransi. Proses pemilihan subkontraktor Proses pemilihan subkontraktor hampir sama dengan pemilihan kontraktor, dengan penekanan pada aspek ,yaitu jenis pekerjaan yang spesifik/spesialisasi dengan lingkup dan volume pekerjaan yang terbatas. Kemampuan dan pengalaman personil tenaga ahli , serta kondisi peralatan yang direncanakan dan digunakan perlu dikaji dan diteliti. Setelah hal tersebut meyakinkan, evaluasi proposal harga subkontraktor perlu dipersiapkan anggaran pembandingnya. Karena ruang lingkup yang relatif tidak besar maka selisih antara proposal dan pembanding dapat dibicarakan sewaktu negosiasi. Tujuan penyeleksian subkontraktor adalah untuk kepentingan agar mutu barang/ jasa yang akan diserahkan subkontraktor sesuai denga spesifikasi. Proses seleksi dari subkontraktor minimal meliputi : 1. 2. 3. 4. 5.
Pengalaman kerja Tenaga ahli yang dimiliki Peralatan yang dimiliki Kemampuan financial/ keuangan Sarana dan prasarana pendukung Adapun proses pemilihan / penunjukan Subkontraktor menurut Soeharto (1995) adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Pemberian dokumen Lelang Evaluasi penawaran Negosiasi Penentuan pemenang Biasanya penentuan subkontraktor dilakukan melalui lelang/ tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan negosiasi penawaran harga. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang revelan dengan tesis ini, diambil dari beberapa journal of Contruction Management diantaranya adalah: Penelitian oleh Ting – Ya Hsieh (1998). Kebanyakan Kontraktor umum memilih subkontraktor berdasarkan kepada kualitas subkontraktor, serta dapat
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
6
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
menghindarkan rasa kecewa dalam pelayanannya. Karena menurut dari sebagian hasil penelitiannya, kehilangan produktivitas salah satu kategori keterlambatan waktu (kinerja waktu tidak baik) ini diakibatkan dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tidak terorganisasinya pengaturan gudang (keluar masuk barang). Gangguan dalam penanganan (kemampuan) pengadaan material. Tak tersedianya material dan peralatan yang memadai. Interferensi kelompok kerja lainnya (hubungan tidak baik). Tidak ada susunan kerja / manajemen kerja yang tidak baik Gangguan dari kecelakaan. Tak kompaknya personil / tenaga kerja. Terlambatnya mulai kerja dan cepatnya waktu keluar kerja Penelitian oleh Widhiawati (2009). Widhiawati melakukan penelitian terhadap kontraktor-kontraktor di Kotamadya Denpasar menyebutkan faktorfaktor penyebab keterlambatan pelaksanaan proyek konstruksi bahwa faktor tenaga kerja mempunyai tingkat kesepakatan/keselarasan yang paling dominan. Penyebab utama adalah tenaga kerja. Penelitian Andi/Lendra (2006). Tingkat Kepercayaan Dalam Hubungan Kemitraan Antara Kontraktor dan Subkontraktor di Surabaya, menyebutkan tingkat kepercayaan antara kontraktor dan subkontraktor berada pada tingkat yang tinggi terdapat perbedaan tingkat kepercayaan yang disebabkan lama pengalaman dibidang konstruksi, lama bekerja individu diperusahaan yang bersangkutan, jenis proyek yang dikerjakan, serta nilai pekerjaan yang disubkan. Penelitian oleh Wijanarko (2009). Wijanarko dalam tesisnya tentang “faktor-faktor keterlambatan proyek Konstruksi gedung di Sumatera Barat”, menyebutkan faktor dominan yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan proyek bangunan di Sumatera Barat didapat lima faktor yaitu: 1. Faktor proyek terdiri dari pelanggaran terhadap perjanjian kontrak yang telah dibuat; 2. Faktor kontraktor yaitu kurangnya pengalaman kontraktor, koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktor; 3. Faktor peralatan (sumber daya peralatan) yaitu keterlambatan penyediaan peralatan; 4. Faktor keuangan yaitu kontraktor yang mengalami kesulitan financial dan 5. Faktor metode kerja yaitu metode konstruksi yang tidak sesuai dan tidak ada perbaikan. Berdasarkan tinjauan pustaka dan studi penelitian-penelitian sebelumnya pada proyek gedung didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan subkontraktor dan suplier oleh kontraktor yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Kelengkapan surat administrasi Sumber daya keuangan Sumber daya manusia Sumber daya peralatan Sumber daya teknologi
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
7
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
6. Pengaruh Owner 7. Pengaruh lama pengalaman 8. Pengaruh nilai kontrak 9. Pengaruh dari faktor luar E. METODE PENELITIAN Metode yang akan digunakan pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian menggunakan perhitungan statistik. Pendekatan kualitatif dimaksud adalah menganalisis hasil dari olahan data yang dilakukan dalam pendekatan kuantitatif dan kemudian dapat diambil kesimpulannya. Data diperoleh/teknik pengumpulan data melalui menyebarkan angket/kuisioner yang disiapkan, observasi lapangan serta wawancara . Data yang digunakan adalah data kualitatif yang dapat diangkakan dalam bentuk ordinal dan rangking dan tipe skala pengukuran yang dipakai adalah skala Likert. Data penelitian kemudian diolah dengan regresi linier berganda. F. ANALISA DAN PEMBAHASAN Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang digunakan untuk variabel penelitian awal dan data primer didapat dengan melakukan studi lapangan. Studi lapangan merupakan cara pengumpulan data dengan penyebaran kuisioner kepada perusahaan kontraktor yang berkompetensi terhadap permasalahan yang diteliti. Proses pengumpulan data penyebaran kuisioner semuanya diperoleh dalam wilayah kota Medan terhadap perusahaan kontraktor. Pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Mengantarkan kuisioner dan menjumpai langsung responden dan beberapa hari kemudian diambil kuisioner yang telah diisi . 2. Jumlah kuisioner yang disebar kepada kontraktor adalah sebanyak 70 kuisioner dan data yang terkumpul sebanyak 40 kuisioner . 3. Responden adalah kontraktor dengan kualifikasi mulai dari gred 7 keatas. Kuisioner yang disebar untuk menjawab pertanyaan /permasalahan tentang kriteria yang mempengaruhi pemilihan subkontraktor oleh kontraktor utama pada proyek gedung di kota Medan. Pengujian Data Pengujian dalam rangka kegiatan pengumpulan data adalah melakukan pengujian terhadap alat ukur (instrument) yang digunakan . Kegiatan pengujian alat ukur (instrument) meliputi dua hal yaitu pengujian validitas dan realibilitas. Pengujian Validitas dan Pengujian Reliabilitas Uji validitas dilakukan untuk menguji apakah item-item pertanyaan dalam kuisioner telah sesuai dengan apa yang diteliti, yaitu tujuannya untuk memperoleh item-item pertanyaan yang valid atau layak menjadi indikator sebagai alat ukur
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
8
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
setiap variabel yang diwakilinya. Proses pengujian validitas dilakukan dengan korelasi pearson dan kemudian dengan Analisis Faktor. Suatu data atau variabel dikatakan valid bila memiliki nilai KMO ≥ 0,5 dan nilai Faktor Loading ≥ 0,4, hasil uji validitas diperoleh: Pada komponen X1 terdapat 6 variabel yaitu (x11, x10, x18, x8, x1, x6), Pada komponen X2 terdapat 2 variabel yaitu (x16, x15), Pada komponen X3 terdapat 3 variabel yaitu (x9, x12, x7) kemudian masing masing komponen dijumlahkan untuk memperoleh nilai masing masing (X1, X2, dan X3). Hasil dari validitas dan reliabiliti dari masing-masing kriteria untuk menentukan subkontraktor pada proyek gedung di kota Medan adalah : komponen X3 ; X2; X1. Selanjutnya dilakukan pengujian normalitas data, yang bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data, dengan tingkat penyebaran data dari masing-masing elemen faktor. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kenormalan data adalah menggunakan Scatter Plot Regresion, hasil menunjukkan penyebaran dari elemen faktor yang ada berada disepanjang garis diagonal grafik, sehingga disimpulkan penyebaran data sudah berdistribusi normal. Analisa Regresi Pengujian keberartian regresi dapat diketahui melalui aplikasi program Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Adapun kriteria yang digunakan adalah, apabila nilai r lebih besar dari nilai a tertentu maka Ho diterima,artinya tidak terdapat hubungan yang berarti antara variabel X dan variabel Y dan apabila nilai r lebih kecil dari nilai a tertentu maka Ho ditolak ,artinya terdapat hubungan yang berarti antara variabel X dan variabel Y. Setelah mendapatkan variabel-variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap model Performance Impact, maka dari variabel tersebut dilakukan pengolahan data dan selanjutnya dengan menggunakan metoda Analisis Regresi Linier berganda dengan menggunakan validation control ”adjusted RSquare”. Nilai R yang diperkenankan dalam mencapai koefisien regresi yang confidence hingga mencapai R > 0,50. Nilai koefisien regresi yang didapat digunakan dalam pembentukan pemodelan persamaan dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pelaksanaan proyek. Hasil pengolahan data menggunakan regresi berganda adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pengolahan Data Constant X1 X2 B -0.008 1.001 1.002 Std Error 250.125 2.425 3.105 t-hitung -2.001 2.428 3.112 t-tabel 2.02809 r 0.876 r-square 0.767 f-hitung 2506937.102 f-tabel 2.866 Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Volume 1
No. 3
X3 0.999 2.413 2.411
J u l i 2013
9
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Dari hasil pengujian Regresi uji t diatas, komponen X1 (kelengkapan berkas penawaran, surat jaminan mutu pelaksanaan, harga proyek yang pernah dikerjakan, nilai harga pekerjaan yang disubkan, jenis spesialisasi pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan), dan komponen X2 ( jumlah peralatan yang dimiliki, jenis peralatan yang dimiliki), serta komponen X3 (jaminan garansi kualitas material, ketersediaan dana subkontraktor, metode pelaksanaan pekerjaan ) maka diperoleh komponen X2 sangat berpengaruh terhadap pemilihan sub kontraktor oleh kontraktor karena nilai t hitung harus lebih besar dari t-tabel (2.02809 ≥ 2.428). Pada tabel diatas variabel-variabel yang berpengaruh tersebut adalah sebagai berikut : Komponen X1 (kelengkapan berkas penawaran, surat jaminan mutu pelaksanaan, harga proyek yang pernah dikerjakan, nilai harga pekerjaan yang disubkan, jenis spesialisasi pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan), dan komponen X2 (jumlah peralatan yang dimiliki, jenis peralatan yang dimiliki), serta komponen X3 (jaminan garansi kualitas material, ketersediaan dana subkontraktor, metode pelaksanaan pekerjaan). Adapun bentuk persamaan Regresi yang dapat dihasilkan adalah: Y = -0,08 + 1,001 X1 + 1,002 X2 + 0,999 X3 Variabel diatas mempunyai koefisien faktor dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan subkontaktor pada proyek gedung di kota Medan. Persamaan regresi yang didapat menjelaskan nilai konstanta (intersep) sebesar 0,08 angka menunjukkan bahwa 8% mempengaruhi pemilihan subkontraktor apabila ketiga komponen bebas X tersebut sama dengan 0. Nilai koefisien regresi misal komponen X2 = jumlah peralatan yang dimiliki, jenis peralatan yang dimiliki dengan koefisien factor = 1,002 artinya jumlah peralatan yang dimiliki, jenis peralatan yang dimiliki dapat mempengaruhi pemilihan subkontraktor sebesar 1,002 satuan bila factor tersebut naik sebesar 1 satuan. Dilihat dari nilai t dari masing-masing variabel yang berpengaruh terhadap pemilihan subkontraktor pada proyek gedung di Medan didapatkan factor yang dominan yang berpengaruh yaitu dari nilai t yang terbesar. Urutan paling dominan yang berpengaruh yaitu komponen : X2 (jumlah peralatan yang dimiliki, jenis peralatan yang dimiliki) ; dan X1 (kelengkapan berkas penawaran, surat jaminan mutu pelaksanaan, harga proyek yang pernah dikerjakan, nilai harga pekerjaan yang disubkan, jenis spesialisasi pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan) ; serta X3 (jaminan garansi kualitas material, ketersediaan dana subkontraktor, metode pelaksanaan pekerjaan). Dari pembahasan diatas dapat diketahui kriteria yang paling dominan dalam penentuan subkontraktor dan supplier oleh kontraktor utama adalah: 1. X2 yaitu (jumlah peralatan yang dimiliki, jenis peralatan yang dimiliki). Dan kriteria-kriteria lain yang berpengaruh adalah : 2. X1 yaitu (kelengkapan berkas penawaran, surat jaminan mutu pelaksanaan, harga proyek yang pernah dikerjakan, nilai harga pekerjaan yang disubkan, jenis spesialisasi pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
10
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
3. X3 yaitu (jaminan garansi kualitas material, ketersediaan dana subkontraktor, metode pelaksanaan pekerjaan). G. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kriteria- kriteria yang mempengaruhi pemilihan subkontraktor dan supplier oleh kontraktor utama adalah : a. X1 yaitu (kelengkapan berkas penawaran, surat jaminan mutu pelaksanaan, harga proyek yang pernah dikerjakan, nilai harga pekerjaan yang disubkan, jenis spesialisasi pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan) b. X3 yaitu (jaminan garansi kualitas material, ketersediaan dana subkontraktor, metode pelaksanaan pekerjaan). 2. Untuk menentukan pemilihan subkontraktor dan supplier oleh kontaktor utama pada proyek gedung di kota Medan yang paling dominan didapat adalah a. X2 yaitu (jumlah peralatan yang dimiliki, jenis peralatan yang dimiliki) H. SARAN Dengan mengetahui hasil penelitian ini, yaitu kriteria pemilihan subkontrak dan supplier di kota Medan dapat menjadi masukan kepada kontraktor utama bahwa untuk pemilihan/penentuan subkontraktor diharapkan masukan tersebut kontraktor mendapat subkontraktor yang tepat agar proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana tepat waktu, efisien, ekonomis sesui dengan spesifikasi. I. DAFTAR PUSTAKA Clough.R.H, (1986), Construction Contracting, Fifth Edition, Jojn Willey & Son, New York. Coller K,(1994), Managing Construction The Contractual Viewpoint, Delmar Publisher,USA Murdoch J.,& Hughes W(1992),Construction Contracts:Law and Management, (London : E&FN Spon, 1992), hal .13 Husen, Abrar (2009), Manajemen Proyek, Perencanaan, Penjadwalan, & Pengendalian Proyek, Yogyakarta : Andi. Lendra& Andi (2006), Tingkat Kepercayaan Dalam Hubungan Kemitraan Antara Kontraktor dan Subkontraktor di Surabaya, Civil Engineering Dimension, Vol 8, No 2, 55-62 September 2006 Muthalib, Ridwan A (2003) “Analisa Resiko Komponen Biaya Subkontraktor pada Bangunan Gedung dengan Pendekatan Simulasi Monte Carlo”. Thesis Program Magister Fakultas Teknik UI, Depok, Agustus 2003. Soeharto, I (1995), Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Jakarta: Erlangga. Widhiawati (2009), Faktor- faktor penyebab keterlambatan proyek konstuksi di Kotamadya Denpasar.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
11
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Wijanarko, B. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemilihan Perumahan. Tesis Program Magister Manajemen Konstruksi Universitas Brawijaya Malang. Ya Ting Hsieh, Impact of Subcontractor on Site Productivity : Lesson Learned in Taiwan, ASCE, Journal in Construction Engineering And Management, Vol.124, No.2, March/April 1998.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
12
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN BUAH - BUAHAN SEGAR DI BRASTAGI SUPERMARKET MEDAN
NURSIAH FITRI Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Fresh fruit has rich vitamins, minerals, less fats, delicious, distinctive aroma and color. The needs of the fruits are increasing due to the increase of population, income levels and increasing public awareness about the importance of nutritious food. The purpose of this study is to determine the level of consumer satisfaction of fresh fruits in Brastagi Supermarket. This study uses 25 samples, research data obtained from the questionnaires distributed to the respondents, then the data is estimated using the Importance and Performance Analysis (IPA). The results showed the parking lot, after the transaction service, shop fragrance, variety of fruit quality, the availability of fruit good quality, and the performances are saleswoman attributes that are considered important to the customer apparently not in accordance with the wishes of the customer. Messages between facilities, music / sound, room temperature stores, prices, and discounts are attributes considered important by the customer and is in accordance with what is perceived by the customer. Location, parcel wrapping facilities, lay out / store layout and decor are the attributes that are considered less important by customers in consuming fresh fruits but the performance of the parties Brastagih Supermarket less so special. Advertising and promotion, store cleanliness, product display and layout, facilities payment credit / debit card, and a politeness and friendliness are the attributes that are considered less important attribute has turned out very well run by the Brastagi Supermarket. Keywords: Satisfaction, Importance and Performance Analysis A. LATAR BELAKANG Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas serta warna dan bentuk yang mengandung nilai-nilai estesis. Buah-buahan dewasa ini semakin mendapatkan perhatian dari masyarakat, baik sebagai bagian menu makanan maupun sebagai komoditas ekonomi yang menguntungkan (Widodo, 1996). Kebutuhan terhadap buah-buahan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan masyarakat dan makin
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
13
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
tingginya kesadaran masyarakat tentang pentingnya makanan bergizi. Kebutuhan buah-buahan juga cenderung meningkat dengan adanya kemajuan teknologi dan pengetahuan yang memungkinkan pengolahan buah-buahan lebih beragam. Hal ini berarti membukapeluang baik bagi pemasaran buah-buahan. Produksi buah-buahan di Indonesia memiliki sentra/lokasi tersendiri untuk setiap jenis buah-buahan. Artinya, buah-buahan tersebut tidak diproduksi setiap wilayah di Indonesia, melainkan di beberapa daerah tertentu untuk jenis yang tertentu pula terutama untuk buah-buahan domestik yang sifatnya komersil. Hal ini disebabkan karakteristik wilayah Indonesia yang berbeda-beda satu sama lain sehingga jenis buah-buahan yang dapat tumbuh pun berbeda-beda. Perlu diketahui bahwa produksi buah-buahan domestik mendapat persaingan yang cukup tinggi dengan buah-buahan produksi luar negeri (impor). Adapun citra yang terbentuk di masyarakat adalah buah-buahan impor jauh lebih berkualitas apabila dibandingkan dengan buah-buahan produksi domestik terutama menyangkut kesegaran, warna dan rasa yang dimiliki oleh buah-buahan tersebut. Hal ini akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memilih jenis buah yang diinginkan, terlebih lagi pada masyarakat (konsumen) yang memilikisifat selalu ingin mencoba sesuatu yang baru (tidak loyal) pada satu jenis produk saja. Selain itu, nilai ekspor buah-buahan segar Indonesia pada tahun 2000 dan 2001 masing-masing adalah 13,2 juta dan 9,4 juta USD. Di lain pihak nilai impornya lebih dan 10 kalinya, yakni masing-masing l38,4 juta USD pada 2000dan meningkat lagi menjadi 140,7 juta USD pada 2001. Dengan demikian terdapat anggapan di masyarakat bahwa karena volume dan impor buah-buahan seperti apel, jeruk, pir, dan anggur terus menerus meningkat maka citra hortikultura Indonesia, khususnya buah-buahan sangat rendah. Komoditi buah-buahan mempunyai potensi dan peluang pasar yang cerah, baik untuk keperluan pasar dalam maupun luar negeri. Indonesia sendiri melakukan impor setiap tahunnya. Pada umumya jenis buah yang di impor adalah varietas yang masih sulit tumbuh di Indonesia. Jenis buahnya antara lain anggur, jeruk, apel, pear, kurma, dan lain-lain (Satuhu, 1996). Brastagi Supermarket adalah sebuah supermarket pendatang baru di kota Medan, yang memfokuskan kepada penjualan buah-buahan segar, dan sudah memiliki brand image di kota Medan. Keberhasilan Brastagi Supermarket menciptakan brand image penjualan buah buahan segar ini tentunya akan mengundang pesaing untuk membuka usaha yang sama, sehingga Brastagi Supermarket perlu memperhatikan dan mengantisipasi hal hal yang sifatnya akan mengancam keberlangsungan usaha. Oleh karena itu, Brastagi Supermarket perlu melakukan suatu usaha agar konsumen tetap loyal dengan cara mengidentifikasikan segala hal yang berkaitan dengan kepuasan konsumen baik terhadap buah buahan yang diperjualbelikan maupun pelayanan Brastagi Supermarket itu sendiri. B. Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu: Bagaimanakah tingkat kepuasan konsumen Brastagi Supermarket?
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
14
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
C. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian ini direplikasi dari penelitian Patiroi (2008) berjudul Analisis Kepuasan Konsumen Buah buahan Segar di Swalayan Surya Indah (Studi Kasus di Bone Propinsi Sulawesi Selatan), dan Barus (2008) berjudul Analisis Sikap dan Minat Konsumen dalam Membeli Buah buahan di Carrefour, Plaza Medan Fair dan Supermarket Brastagi Medan, perbedaan yang mendasar penelitian ini dengan penelitian (Patiroi dan Barus, 2008) adalah lokasi dan tahun penelitian. D. TINJAUAN PUSTAKA Konsumen Menurut Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk lain dan tidak untuk diperdagangkan. Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen organisasi yang meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, rumah makan). Semua jenis organisasi ini harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. Keunggulan Buah-Buahan Buah-buahan memegang peranan penting dalam menunjang kesehatan dan kebugaran tubuh. Sebab, dalam buah-buahan terkandung berbagai macam vitamin, mineral, serat pangan, dan komponen anti oksidan. Iklim yang sedemikian rupa telah menjadikan Indonesia sebagai surga bagi ketersediaan berbagai jenis buah tropis. Hal ini yang menyebabkan Indonesia dijuluki tropical fruit paradise Dengan dibukanya kran impor, saat ini khasanah buah-buahan di dalam negeri disemarakkan oleh buah-buahan subtropis. Beraneka ragam buah yang tersedia di pasar memberikan banyak pilihan bagi komponen, disesuaikan dengan daya beli dan selera masing-masing. Meningkatnya kesadaran untuk hidup sehat telah mendorong konsumen untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan, sebagai suatu bagian dari pola makan yang berdasarkan pada prinsip back to nature, yaitu gaya hidup yang sedapat mungkin memanfaatkan bahan-bahan segar alami dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa keluarga bahkan telah memulai kampanye ”tiada hari tanpa buah-buahan” atau menggunakan buah sebagai pencuci mulut setelah makan. Dengan cara ini, diharapkan target sumbangan energi dari sayuran dan buah sebesar 5 % dari total konsumsi energi akan dapat tercapai. Beberapa jenis buah mampu menurunkan kolesterol darah, kadar guladarah, mencegah penyebaran sel kanker. Buah juga sebagai antibiotik, menyembuhkan luka lambung, mengurangi serangan rematik, mencegah kariesgigi, diare, menyembuhkan sakit kepala, dan lain-lain. Buah-buahan mengandung karoten dan vitamin C, yang berperan penting sebagai antioksidan untuk mengatasi serangan radikal bebas yang dapat menyebabkan kanker. Buah-
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
15
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
buahan juga mengandung serat pangan yang tinggi untuk mencegah sembelit, diabetes melitus, kanker kolon, tekanan darah tinggi dan lain-lain. Buah-buahan dapat dinikmati sebagai makanan dalam bentuk segar maupun hasil olahannya. Misalnya berupa buah dalam kaleng, sari buah, minuman ringan, konsentrat, jeli, campuran es buah, campuran asinan, manisan dan rujak. Sebagai bahan pangan, buah-buahan mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan bahan pangan lainnya, yaitu dalam hal : 1. Setiap buah mempunyai rasa yang segar dan khas, yaitu merupakan perpaduandari berbagai macam rasa dengan komposisi yang tepat. Buah juga memiliki aroma dan warna spesifik, yang merupakan ciri menonjol bagi setiap jenis buah. Hal-hal tersebut menjadikan buah mempunyai daya tarik tersendiri, sehingga digunakan sebagai pemicu selera makan (appetizer) dan sebagai juice. Kombinasi berbagai macam buah dalam bentuk rujak memberikan warna-warni yang menarik, sehingga memberikan tingkat kepuasan yang maksimal, bukan saja lidah, tetapi juga kepada mata. 2. Buah-buahan mempunyai kadar air, vitamin, mineral dan serat yang tinggi tetapi rendah dalam hal energik, lemak dan karbohidrat. Komposisi gizi tersebut menyebabkan buah sangat baik digunakan sebagai pilihan makanan sehat yang dapat dikonsumsi dalam jumlah banyak tanpa perlu khawatir mengalami kegemukan dan penyakit yang umumnya menyertai kegemukan. 3. Buah-buahan merupakan sumber zat gizi dan non gizi yang keduanya berperan penting dalam mengatur pertumbuhan, pemeliharaan dan penggantian sel-sel pada tubuh manusia. Belakangan ini peran zat-zat non gizi pada buah-buahan menjadi semakin penting dalam pencegahan dan pengobatan berbagai macam penyakit. 4. Buah-buahan juga mengandung berbagai mineral, seperti zat besi selenium, seng, mangan dan sulfur, yang dewasa ini diakui perannya sebagai zat yang penting bagi tercapainya kesehatan tubuh yang optimal. Di dalam tubuh vitamin dan mineral merupakan bagian dari enzim (sebagai koenzim) yang sangat diperlukan dalam menjamin kelancaran proses metabolisme tubuh secara normal. Termasuk dalam kategori non gizi adalah dietary fiber (serat pangan), enzim, pigmen, dan zat minor lainnya. Buah-buahan merupakan sumber dietary fiber yang baik. Kandungan dietary fiber pada buah-buahan berkisar antara 0,5-5 gram dalam 100 gram berat buah. Kecukupan konsumsi serat pangan yang dianjurkan per orang per hari berkisar antara 20-30 gram, yang dapat dipenuhi dari sayuran, buah-buahan, kacangkacangan, padi-padian dan sumber-sumber lainnya. Buah-buahan segar mengandung enzim aktif yang dapat mempercepat reaksi kimia di dalam tubuh. Dua jenis enzim utama yang terdapat pada buah-buahan segar adalah sintetase dan hidrolase. Sintetase berperan dalam membangun struktur tubuh dengan mensintesis molekul-molekul yang lebih besar. Sebaliknya hidrolase berperan dalam memecahkan molekul besar menjadi molekul yang lebih kecil sehingga menjadi lebih mudah untuk dicerna tubuh. Adanya enzim papain papain pada pepaya dan enzim bromelin pada nanas, dan terbukti dapat membantu proses pencernaan dan penyembuhan borok-borok pada lambung (stomach ulcers).
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
16
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Buah-buahan mengandung pigmen (zat pewarna alami), seperti karotenoid, flavonoid, dan klorofil. Karotenoid terdapat pada buah-buahan berwarna kuning orange (belimbing, nanas, pepaya, mangga). Betakarotenoid berpengaruh baik terhadap pencegahan kanker paru-paru dan tenggorokan akibat merokok. Flavonoid mempunyai peran sebagai antiperadangan, antialergi, antivirus, dan antikarsinogen. Sama seperti pada pigmen lainnya, klorofil (pemberi warna hijau pada buah-buahan) juga dapat berfungsi sebagai antioksidan dan antikanker. Kepuasan Konsumen Seorang konsumen dalam menilai suatu produk atau jasa yang dikonsumsinya adalah dengan membandingkan harapan yang ingin ia peroleh dari produk atau jasa dengan apa yang sebenarnya ia rasakan dari produk atau jasa yang dikonsumsinya. Apabila produk atau jasa mampu memenuhi harapan konsumennya, maka produk atau jasa itu dapat dikatakan telah mampu memenuhi kepuasan konsumennya. Namun jika produk atau jasa tidak mampu memenuhi harapan konsumennya, produk atau jasa tersebut dikatakan tidak mampu memberikan kepuasan yang dapat mengakibatkan konsumen tidak mau mengkonsumsi produk atau jasa itu kembali. Rangkuti (2003) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaian. Sedangkan Umar (2003) mengemukakan bahwa kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumensetelah membandingkan antara apa yang diterima dan harapannya. Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasaan pelanggan adalah mutu produk dan pelayanannya, kegiatan penjualan, pelayanan setelah penjualan, dan nilai-nilai perusahaan. Kegiatan penjualan terdiri atas variabel-variabel pesan (sebagai penghasil serangkaian sikap tertentu mengenai perusahaan, produk dan tingkat kepuasaan yang dapat diharapkan oleh pelanggan), sikap ( sebagai penilaian pelanggan atas pelayanan perusahaan), perantara (sebagai penilaian pelanggan atas perantara perusahaan seperti dealer dan grosir). Pelayanan setelah penjualan terdiri atas variabel-variabel pelayanan pendukung tertentu seperti garansi serta berkaitan dengan umpan balik seperti penanganan keluhan dan pengembalian uang. Selanjutnya variabel-variabel nilai perusahaan dapat dibagi atas dua macam yaitu nilai resmi yang dinyatakan oleh perusahaan sendiri dan nilai tidak resmi yang tersirat dalam segala tindakannya sehari-hari. Kepuasan dibagi dua macam, yaitu kepuasan fungsional dan kepuasan psikologis. Kepuasan fungsional merupakan kepuasaan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang dimanfaatkan sedangkan kepuasan psikologis merupakan kepuasan yang diperoleh atibut yang bersifat tidak berwujud dari produk. Selanjutnya pelanggan dapat dibagi dua, yaitu pelanggan eksternal dan pelanggan internal. Pelanggan eksternal mudah diidentifikasi karena mereka ada di luar organisasi, sedangkan pelanggan internal merupakan orang-orang yang melakukan proses selanjutnya dari pekerjaan orang sebelumnya (Umar, 2003). Perilaku Konsumen Perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Engel, 1994). Menurut
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
17
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Rangkuti (2002), membedakan perilaku konsumen berdasarkan tiga jenis definisi, yaitu : 1. Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa satu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama sepanjang waktu dan di pasar serta industri yang sama. 2. Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami yang dipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan (perilaku) oleh konsumen. Selain itu kita harus memahami apa dan dimana peristiwa (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh pikiran, perasaan dan tindakan konsumen. 3. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitan dengan pertukaran.
Preferensi Konsumen Saat ini di pasaran banyak terdapat berbagai macam produk dan jasa yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Semakin meningkatnya kebutuhan konsumen membuat para pengusaha terus menciptakan berbagai macam produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun demikian tidak semua produk tersebut sesuai dengan keinginan konsumen. Masih ada penilaian suka atau tidak suka terhadap produk yang ditawarkan sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda antar konsumen. Persepsi konsumen memberikan peran dalam menentukan kualitas produk dan jasa serta berkaitan dengan kepuasan konsumen. Preferensi konsumen merupakan suatu proses pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap suatu produk (barang dan jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 1997). Preferensi konsumen terhadap produk dan jasa dapat diukur dengan suatu model pengukuran yang dapat menganalisis hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap atas produk sesuai dengan ciri atau atribut produk. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah survei sikap. Metode ini mengendalikan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku. Dengan demikian, dapat dilakukan suatu upaya untuk meramalkan pemasaran berdasarkan perilaku konsumen. Sesungguhnya, pengetahuan mengenai konsumsi dapat dijadikan determinan kritis dalam pengambilan keputusan bisnis (Engel et al. 1994). E. METODE PENELITIAN Penelitian di lakukan di Brastagi Supermarket Medan. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan Kota Medan merupakan daerah yang yang perekonomiannya sedang berkembang sehingga potensial untuk pemasaran buah-bahan impor segar, serta ketersediaan produk
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
18
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
buah-buahan segar di Brastagi Supermarket lebih baik dibandingkan dengan supermarket lainnya. Dalam penelitian ini, data dan informasi diperoleh dari penyebaran kuesioner, diolah dan disajikan dalam bentuk tabulasi deskriptif yang dikembangkan ke dalam grafik. Metode tabulasi deskriptif digunakan untuk mendapat gambaran mengenai identitas dan latar belakang konsumen Kota Medan secara keseluruhan berdasarkan informasi yang diperoleh dari kuesioner. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer didapatkan melalui wawancara kepada responden atau konsumen dengan menggunakan kuesioner tentang perilaku konsumsi danpreferensi konsumen terhadap komoditi buah segar yang ada di Brastagi Supermarket seperti buah pir, apel, jeruk Sunkist, anggur dan lain-lain. Hal ini lakukan karena supermarket ini satu-satunya yang menjual buah segar tersebut diatas. Teknik penentuan sampel untuk responden konsumen buah segar adalah teknik convenience sampling (sampel kebetulan), dimana sampel diambil dari konsumen yang berbelanja di toko tersebut atau pernah berbelanja di tempat tersebut. Jumlah Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah individu dengan berbagai tingkat pendapatan berjumlah 25 sampel. Waktu Pengambilan sampel dilakukan pada setiap hari selama satu bulan. Data yang diperoleh dianalisis dengan Importance and Performance Analysis (IPA) untuk menunjukan variabel-variabel dari produk yang dianggap penting oleh konsumen. Pada metode Importance and Performance Analysis, tingkat kinerja perusahaan yang dapat memberikan nilai kepuasan konsumen dinyatakan dengan huruf X, sedangkan huruf Y menunjukkan tingkat kepentingan konsumen. Untuk tingkat kepentingan digunakan skala Likert, yaitu : sangat penting, penting,biasa, kurang penting, tidak penting (lihat Tabel 1). Analisis ini juga bisa menjawab bagaimana tingkat preferensi konsumen terhadap produk yang di konsumsinya. Tabel 1: Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Katagori Skor Tingkat Kepentingan Tingkat Kepuasan 5 Sangat Penting Sangat Baik 4 Penting Baik 3 Biasa Biasa 2 Kurang Penting Kurang Baik 1 Tidak Penting Tidak Baik Sumber: Patiroi (2008)
Metode Importance and Performance Analysis dilakukan dengan melalui tahapan tahapan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepentingan dan kepuasan, maka akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kepuasaan konsumen. Adapun rumus yang digunakan adalah: Keterangan: Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian tingkat pelaksanaan / kepuasan pelanggan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
19
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Yi = Skor penilaian kepentingan konsumen 2. Pada penggunaan diagram Kartesius, Sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan / kepuasan (performance), sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh oleh skor tingkat kepentingan (importance). Rumus setiap faktor tersebut adalah: ̅
∑
̅
∑
Keterangan: X = Skor rata rata tingkat kepuasan konsumen Y = Skor rata rata tingkat kepentingan n = jumlah responden 3. Diagram kartesius digunakan dalam penjabaran atribut-atribut tingkat kesesuaian kepentingan dan kepuasaan pelanggan terhadap mutu pelayanan. Diagram ini merupakan suatu bagan yang dibagi menjadi empat bagian dan dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( X, Y ), titik-titik diperoleh dari perhitungan sebagai berikut : ̿
∑
̿
∑
Keterangan : X = Skor rata-rata dari rata-rata tingkat kepuasaan seluruh atribut mutu pelayanan. Y = Skor rata-rata dari rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut mutu pelayanan k = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen
Y (Kepentingan)
I.
II.
III.
IV.
I Prioritas Utama III Prioritas Rendah
II Pertahankan Prestasi IV Berlebihan X(Kinerja) Gambar 1: Matriks Importance – Performance Sumber: Patiroi (2008)
Menunjukkan atribut atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan konsumen, termasuk unsur unsur jasa yang dianggap sangat penting namun perusahaan belum melaksanakan sesuai dengan keinginan konsumen, sehingga mengecewakan / tidak puas Menunjukkan kinerja dan atribut atribut mutu pelayanan yang telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan, untuk itu wajib dipertahankan, dianggap sangat penting dan sangat memuaskan Menunjukkan beberapa atribut yang kurang penting pengaruhnya bagi konsumen, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa biasa saja, dianggap kurang penting dan kurang memuaskan Menunjukkan atribut atribut yang mempengaruhi konsumen kurang penting. Akan tetapi sangat memuaskan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
20
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Diharapkan dengan memakai alat analisis dapat mengetahui seberapa besar kepuasan konsumen terhadap pelayanan perusahaan sehingga dapat diketahui preferensi dan prilaku konsumsi buah segar masyarakat kota Medan. F. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang menggunakan sampel sebanyak 25 orang memiliki karakteristik sebagai berikut: Tabel 2: Sebaran Sampel Penelitian 1 Jenis Kelamin Jumlah Laki laki 8 Perempuan 17 TOTAL 25 2 Usia < 20 tahun 2 20 - 30 tahun 6 30 - 40 tahun 8 > 40 tahun 9 TOTAL 25 3 Status Perkawinan Menikah 16 Belum Menikah 9 TOTAL 25 4 Pendidikan Terakhir ≤ SMA 2 Diploma 6 Sarjana 17 TOTAL 25 5 Pekerjaan PNS 6 Swasta 8 Ibu Rumah Tangga 9 Belum Bekerja 2 TOTAL 25 6 Pendapatan < Rp. 2 juta 3 Rp 2 - 5 juta 10 ≥ Rp 5 juta 12 TOTAL 25 Sumber: Data Penelitian 2013
Persentase 32 68 100 8 24 32 36 100 64 36 100 8 24 68 100 24 32 36 8 100 12 40 48 100
Responden Penelitian terdiri dari: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Mayoritas responden (68%) adalah berjenis kelamin perempuan. Mayoritas usia responden (36%) berusia lebih dari 40 tahun Mayoritas responden (64%) berstatus menikah Mayoritas latar belakang pendidikan terakhir responden adalah Sarjana (68%) Mayoritas responden (36%) berprofesi sebagai ibu rumah tangga Mayoritas responden (48%) memiliki pendapatan lebih dari 5 juta Rupiah per bulan.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
21
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Atribut atribut yang dipakai dalam menilai kepuasan konsumen Brastagi Supermarket adalah sebagai berikut: 1. Lokasi 2. Tempat parkir 3. Kesopanan dan keramahan 4. Penampilan pramuniaga 5. Kecepatan transaksi 6. Fasilitas pembayaran credit / debit card 7. Fasilitas pesan antar 8. Fasilitas pembungkus parcel 9. Lay out / tata ruang dan dekorasi toko 10. Display dan tata letak produk 11. Musik / suara 12. Kebersihan toko 13. Aroma ruangan toko 14. Temperatur ruangan toko 15. Iklan dan promosi 16. Variasi jenis buah 17. Kualitas buah baik 18. Ketersediaan buah dengan mutu baik 19. Harga 20. Potongan harga 21. Pelayanan sesudah transaksi Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut Brastagi Supermarket diolah dengan metode Important and Performance Analysis (IPA). Hasil analisis model IPA ini berupa dimensi-dimensi atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen Brastagi Supermarket dan strategi peningkatan kepuasan konsumennya. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui keadaan masing masing variabel dari faktor-faktor kepuasan ditinjau dari segi pelaksanaan dan harapan. Selanjutnya untuk penilaian pelaksanaan terhadap variabel-variabel dari faktor kepuasan ditunjukkan dengan tanda huruf X, sedangkan untuk penilaian faktor kepentingan ditunjukkan dengan huruf Y. Hasil dari model IPA adalah sebagai berikut:
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
22
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
4.00 7
4
3.75 2
16 21
14
13
3.50 17
11
kepentingan
20 18 19
3.25
1
8 9
10
6
5
3
3.00
12
2.75 15
2.80
3.00
3.20
3.40
3.60
3.80
4.00
kepuasan
Gambar 2. Matriks Importance and Performance (IPA) Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan Gambar 2 diperoleh kesimpulan: 1. Kuadran I menunjukkan atribut-atribut yang dianggap penting bagi pelanggan ternyata belum sesuai dengan keinginan pelanggan. Atributatribut yang terdapat pada kuadran I adalah Tempat parkir, Pelayanan sesudah transaksi, Aroma ruangan toko, Variasi jenis buah, Kualitas buah baik, Ketersediaan buah dengan mutu baik, dan Penampilan pramuniaga 2. Kuadran II menunjukkan faktor-faktor atau atribut yang dirasakan penting oleh pelanggan dan sudah sesuai dengan apa yang dirasakan oleh pelanggan. Atribut-atribut yang berada pada kuadran ini adalah Fasilitas pesan antar, Musik / suara, Temperatur ruangan toko, Harga, dan Potongan harga 3. Kuadran III menunjukkan unsur-unsur yang dianggap kurang penting oleh konsumen dalam membeli buah-buahan segar tetapi kinerjanya kurang begitu istimewa. Atribut yang berada dalam kuadran ini adalah Lokasi, Fasilitas pembungkus parcel, Lay out / tata ruang dan dekorasi toko 4. Kuadran IV menunjukkan bahwa atribut yang dianggap kurang penting ternyata telah dijalankan dengan sangat baik oleh pihak perusahaan, dalam hal ini dianggap berlebihan. Atribut dalam kuadran ini adalah Iklan dan promosi, Kebersihan toko, Display dan tata letak produk, Fasilitas pembayaran credit / debit card, dan Kesopanan dan keramahan G. KESIMPULAN PENELITIAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
23
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tempat parkir, pelayanan sesudah transaksi, aroma ruangan toko, variasi jenis buah kualitas buah baik, ketersediaan buah dengan mutu baik, dan penampilan pramuniaga adalah atribut-atribut yang dianggap penting bagi pelanggan ternyata belum sesuai dengan keinginan pelanggan. Fasilitas pesan antar, musik / suara, temperatur ruangan toko, harga, dan potongan harga merupakan atribut-atribut yang dirasakan penting oleh pelanggan dan sudah sesuai dengan apa yang dirasakan oleh pelanggan. Lokasi, fasilitas pembungkus parcel, lay out / tata ruang dan dekorasi toko adalah atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dalam mengkonsumsi buah-buahan segar tetapi kinerja yang ditunjukkan pihak brastagi Supermarket kurang begitu istimewa. Iklan dan promosi, kebersihan toko, display dan tata letak produk, fasilitas pembayaran credit / debit card, dan kesopanan dan keramahan merupakan atribut atribut yang dianggap kurang penting ternyata telah dijalankan dengan sangat baik oleh pihak Brastagi Supermarket. DAFTAR PUSTAKA Barus, Sarhana. 2008. Analisis Sikap dan Minat Konsumen dalam Membeli Buah buahan di Carrefour, Plaza Medan Fair dan Supermarket Brastagi Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Tidak dipublikasikan. Engel, James F. Roger D. Blackwell, Paul.W.Miniard. 1994. Perilaku Konsumen, Jilid I. Edisi Keenam. Jakarta. Binapura Aksara.
Kotler,P. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan kontrol. Volume I dan II. Edisi Ketujuh. PT. Prehelindo. Jakarta Patiroi, Ihwan, Andi, 2008. Analisis Kepuasan Konsumen Buah - Buahan Segar Di Swalayan Surya Indah (Studi Kasus di Bone Propinsi Sulawesi Selatan), Skripsi. Institut Pertanian Bogor, tidak dipublikasikan. Rangkuti, F. 2003. Measuring Custumor Satisfaction. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Satuhu, S., 1996. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya, Jakarta Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisa Kelayakan Bisnis secara Komprehensif. Edisi kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Widodo, W.D., 1996.Pemangkasan Pohon Buah buahan. Penebar Swadaya. Jakarta
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
24
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS PENGARUH WORD OF MOUTH, KUALITAS LAYANAN, DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi pada Distro Fashion Anak Muda “X” Kota Medan) SAFARUDDIN Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Marketing can be considered as an economic activity that helps in creating economic value, there are several factors that influence purchasing decisions on products marketed one of which is the word of mouth (WOM). This study aimed to determine the effect of word of mouth (WOM), quality of service, and the location to the consumer purchase decision at fashion store X Medan. This study used a sample of 75 respondents. Data were analyzed using multiple linear regression. The results showed WOM variable have a significant and positive influence on purchase decisions in store fashion X Medan, variable service quality has a significant and positive influence on purchase decisions in store fashion X field, and is the variable that most influence, and location variables have a positive influence and significant impact on purchasing decisions in the X field fashion stores, and is the most variable minor influence. Keywords: word of mouth, making, quality of service, location A. Latar Belakang Penelitian Pemasaran dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah kegiatan produksi, pemasaran, dan konsumsi sehingga pemasaran menjadi penghubung antara produksi dan konsumsi. Pemasaran merupakan kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dari uraian di atas, definisi pemasaran itu sendiri adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai (Kotler, 2007). Buck Rodgers dan Tom Peters dalam Kotler (2007) mengatakan pemasaran merupakan faktor kunci dalam keberhasilan usaha, bukan hanya bagaimana menciptakan penjualan (selling) namun bagaimana memuaskan kebutuhan pelanggan (pemasaran). Dalam era globalisasi seperti sekarang ini paradigma pemasaran telah berubah, dari pemasaran tradisional yang berorientasi pada produk telah berevolusi menjadi customer oriented dimana para pelaku bisnis lebih memperhatikan keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
25
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan konsumen. Pemasar harus menganalisis perilaku pembelian konsumen karena reaksi pembeli terhadap strategi pemasaran perusahaan sangat berdampak pada keberhasilan perusahaan itu sendiri. Perkembangan ekonomi dewasa ini mendorong timbulnya persaingan antar perusahaan yang bergerak di bidang yang sama, contohnya retail. Bisnis retail sendiri dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis (Utami, 2010). Dari pengertian tentang arti retail tersebut maka toko retail atau eceran hanya berorientasi pada menjual barang atau jasa saja, tidak untuk melakukan produksi tetapi untuk dikonsumsi langsung. Kompetisi yang cukup tajam di sektor bisnis retail ini membuat para pemasar bersaing untuk memasarkan produk dengan memasang iklan pada media cetak, media elektronik, radio, televisi dimana anggaran yang dibutuhkan terlampau tinggi. Namun, metode pemasaran tradisional yaitu promosi word of mouth (WOM) masih merupakan jenis aktifitas pemasaran yang efektif di Indonesia. Word of Mouth (WOM) terjadi ketika pelanggan berbicara kepada orang lain mengenai pendapatnya tentang suatu merek, produk, layanan atau perusahaan tertendu kepada orang lain. Suatu perusahaan dalam menegeluarkan produk sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dengan begitu konsumen dapat memilih alternatif-alternatif produk sebelum menentukan keputusan pembelian dari produk yang ditawarkan. Kualitas dari produk itu sendiri dapat menarik konsumen untuk mencoba dan kemudian akan mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut. Selain produk, pelayanan yang memuaskan akan berdampak pada pengulangan pembelian yang berarti akan meningkatkan penjualan (sales). Kepuasan konsumen inilah yang akan menimbulkan loyalitas dan pengulangan pembelian. Kepuasan konsumen itu sendiri dapat dinilai dengan membandingkan kesamaan antara harapan dengan kinerja atau hasil yang dia rasakan. Ketika apa yang diharapkan konsumen sesuai dengan apa yang diberikan oleh perusahaan itu sendiri maka diharapkan akan menimbulkan word of mouth (WOM) positif di masyarakat. Dari WOM positif tersebut dapat membantu perusahaan dalam menaikkan citra dan dapat memperluas pemasaran. Seiring dengan perkembangan jaman, dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak hanya memperhatikan kebutuhan primernya saja seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal tetapi juga memperhatikan kebutuhan sekunder dan tersier. Fashion contohnya, bukan hanya seputar pakaian saja namun juga meliputi ikat pinggang, sepatu, tas, topi, jilbab bagi wanita muslim khususnya, pakaian dalam, kaus kaki, sampai arloji dan telepon genggam. Kebutuhan sandang dan fashion saat ini semakin berkembang sehingga menuntut para pelaku usaha untuk terus mengikuti trend yang sedang naik daun. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut setiap orang memiliki cara yang berbeda. Cara tersebut dapat dengan memilih gerai retail yang nyaman, aman,bersih dengan harapan konsumen akan puas meskipun harus mengorbankan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
26
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
sejumlah uang uang relatif lebih besar di tempat yang seperti itu. Di samping itu ada pula yang cenderung memilih gerai retail yang biasa saja namun tidak perlu mengorbankan rupiah yang cukup banyak. Faktor lokasi atau tempat (place) juga merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam menentukan keberhasilan suatu bisnis. Seperti yang disebutkan Davidson dalam Raharjani (2005) bahwa strategi lokasi para pengecer adalah satu determinan yang penting dalam perilaku konsumen, retailer harus memilih lokasi yang strategis dalam menempatkan gerainya. Suatu lokasi disebut strategis apabila berada di pusat keramaian, kepadatan populasi, kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran arus lalu lintas, dan arah lokasi yang tidak membingungkan. Karena apabila terdapat kesalahan dalam pemilihan lokasi akan berpengaruh besar dalam keberlangsungan usaha itu sendiri, dalam hal ini fashion retail. Distro fashion X di Medan bisa terbilang inisiator dari distro-distro yang menjual kaos asal Medan. Berdiri sejak 2006, toko ini hadir dengan tag line “Jangan Ngaku Tau Medan kalau nggak Tau Ko Medan”. Toko X mencoba menjadi souvenir khas Medan. Pertama buka, mereka mengawali usaha dengan gerai di Merdeka Walk di Lapangan Merdeka, Medan. Seiring waktu, mereka kemudian pindah ke bilangan Pasar Pringgan Medan. Kondisi penjualan Toko X selalu mengalami fluktuasi, sesuai dengan keadaan yang terjadi pada masyarakat. Khusus menjelang Hari Raya Idul Fitri toko X dapat menjual produknya dalam jumlah yang sangat banyak sedangkan pada bulan bulan lain penjualan produk hanya biasa biasa saja. Dengan kondisi tersebut, bagaimana pemilik Toko X harus dapat terus mempertahankan, bahkan meningkatkan kinerjanya dalam pemenuhan keinginan dan kebutuhan konsumen melihat persaingan di industri ritel yang semakin ketat. Atribut word of mouth (WOM), kualitas pelayanan, kualitas produk, dan lokasi (place) yang notabene sangat berkaitan erat dengan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian harus sangat diperhatikan oleh pemilik gerai Toko X. Dalam beberapa penelitian menunjukkan faktor-faktor yang yang mempengaruhi keputusan pembelian antara lain variabel word of mouth (WOM), kualitas produk, kualitas layanan, dan lokasi. Menurut Brahmantya (2012) dalam penelitiannya tentang pengaruh word of mouth terhadap keputusan pembelian konsumen menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara word of mouth terhadap keputusan pembelian. B. RUMUSAN MASALAH Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh dari word of mouth (WOM) terhadap keputusan pembelian konsumen Toko fashion X Medan? 2. Bagaimana pengaruh kualitas layanan terhadap keputusan pembelian konsumen Toko fashion X Medan? 3. Bagaimana pengaruh lokasi terhadap keputusan pembelian konsumen Toko fashion X Medan?
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
27
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
C. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Fadhila (2013) yang berjudul: Analisis Pengaruh Word Of Mouth, Kualitas Layanan, Kualitas Produk, Dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi pada Toko LEO Fashion Karangjati Kabupaten Semarang). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fadhila (2013) adalah lokasi penelitian dan variabel penelitian. D. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran Pemasaran berasal dari kata pasar dimana artinya adalah orang-orang yang ingin puas, mempunyai uang untuk berbelanja dan ada kemauan untuk membelanjakannya (Stanton, 1993). Dengan kata lain tempat bertemunya penjual dan pembeli di mana terdapat daya jual dan daya beli di antara keduanya. Apa yang dipasarkan berupa barang dan atau jasa. Tidak hanya menjual dan membeli saja, di dalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti transaksi perdagangan, pengangkutan barang, pensortiran, penyimpanan barang, dan lain sebagainya. Sedangkan definisi pemasaran itu sendiri menurut Kotler (2009) adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu maupun kelompok dapat memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai dengan orang lain. Menurut Doyle dalam Tjiptono (2008) “pemasaran merupakan proses manajemen yang berupaya memaksimumkan laba (returns) bagi pemegang saham dengan jalan menjalin relasi dengan pelanggan utama (valued customers) dan menciptakan keunggulan kompetitif’. Menurut Lamb, dkk (2001) “pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi”. Pendapat Swastha (2002) proses pemasaran dimulai jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, tidak dimulai pada saat produksi selesai dan juga tidak berakhir dengan penjualan. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran dilakukan oleh individu atau kelompok yang mencakup proses perencanaan dan menjalankan konsep harga, promosi serta distribusi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia dan memberikan kepuasan pada pihak yang terlibat. Keputusan Pembelian Kedudukan konsumen dalam dalam perusahaan menjadi semakin penting. Konsumen menuntut terpenuhinya kebutuhan mereka yang juga menjadi keinginannya. Peningkatan kebutuhan dan keinginan tersebut seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang memberi kemudahan konsumen dalam mengetahui, memahami, dan mempunyai banyak pilihan. Sehingga, bagaimana konsumen berpikir serta mengambil keputusan dalam pembelian merupakan tantangan dan misteri bagi para pemasar. Mempelajari perilaku konsumen akan memberikan petunjuk bagi pengembangan produk baru, keistimewaan produk, harga, saluran pemasaran, promosi, distribusi barang, maupun elemen pemasaran lainnya. Tolak ukur dalam
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
28
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
memahami perilaku konsumen adalah rangsangan tanggapan. Menurut Amir (2005), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan adalah : 1. Faktor Kebudayaan. Dalam faktor kebudayaan ada komponen budaya itu sendiri, yaitu sub-budaya, dan kelas sosial. Komponen sub-budaya dapat diartikan suku-suku tertentu yang memiliki budaya sendiri. Sementara untuk kelas sosial tidak hanya dibagai berdasarkan tingkat pendapatan saja, melainkan pengelompokan masyarakat yang mempunyai minat, nilai-nilai serta perilaku yang serupa. 2. Faktor Sosial. Karena manusia merupakan makhluk sosial maka pada dasarnya individu sangat mendapatkan pengaruh dari orang-orang disekitarnya saat membeli suatu barang kebutuhannya. 3. Faktor Pribadi. Faktor dalam diri tiap individu tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan hidupnya yang berbeda satu sama lain. Aspek usia dan siklus hidup, pekerjaan, gaya hidup, serta pribadi dan konsep diri merupakan empat faktor penting bagi pemasar untuk mengetahui perilaku konsumen. 4. Faktor Psikologis. Aspek ini merupakan bagian dari pribadi. Akan tetapi psikologis mempunyai peran yang signifikan pada perilaku konsumen. Dari sekian banyak bidang dalam psikologi. Kepercayaan dan sikap (belief and behavior), motivasi, persepsi, dan pembelajaran merupakan empat hal yang paling mendapat perhatian dalam pemasaran. Salah satu tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan melalui penjualan produk kepada konsumen. Salah satu cara untuk mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli produk adalah dengan menggunakan pemasaran yang menarik dimana keputusan membeli produk merupakan sesuatu yang sangat didambakan perusahaan terutama pihak pemasar. Adapun tahaptahap yang dilalui konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian menurut Kotler dan Keller (2009) yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku setelah pembelian. Setiap konsumen tentu akan melewati kelima tahap tersebut untuk setiap keputusan pembelian yang dibuat. Berikut ini tahapan keputusan pembelian: 1. Pengenalan Kebutuhan. Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Ketika kebutuhan diketahui maka konsumen akan memahami kebutuhan mana yang harus segera dipenuhi dan mana yang dapat ditunda pemenuhan kebutuhannya. Dengan demikian, dari sinilah keputusan pembelian mulai dilakukan. 2. Pencarian Informasi. Ketika seseorang memiliki perasaan membutuhkan maka akan mencari informasi lebih lanjut yang berkaitan dengan produk yang akan dibelinya. Namun ketika kebutuhan itu kurang kuat maka kebutuhan konsumen tersebut hanya menjadi ingatan belaka. 3. Evaluasi Alternatif. Setelah memiliki informasi sebanyak mungkin, konsumen akan menggunakan informasi tersebut untuk mengevaluasi alternatif yang ada ke dalam satu susunan pilihan.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
29
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
4. Keputusan Pembelian. Saat memutuskan pun biasanya ada perilaku tertentu dari individu. Situasi yang terjadi dapat tergantung pada orang lain. Jika keputusan yang diambil adalah membeli maka konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian, dan cara pembelian. 5. Perilaku Setelah Pembelian. Perilaku pascapembelian menjadi perhatian pemasar. Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan ataupun ketidakpuasan, ada kemungkinan konsumen tidak puas dikarenakan ada ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang dirasakannya. Ketika konsumen puas perusahaan harus mencoba terus menjalin dan mempertahankan hubungan dengan konsumen, begitu pula sebaliknya ketika konsumen tidak puas maka perusahaan harus mencari tahu penyebab ketidakpuasan tersebut dan berusaha menarik kembali minat konsumen. Dari serangkaian pengertian dan pembahasan tentang keputusan pembelian di atas, dapat disimpulkan beberapa indikator dalam menentukan keputusan pembelian. Dimensi untuk mengukur keputusan pembelian yang diambil oleh kosumen (Sutisna: 2003) diantaranya : 1. Benefit association. Kriteria benefit association menyatakan bahwa konsumen menemukan manfaat dari produk yang akan dibeli dan menghubungkan dengan karakteristik merk. Kriteria manfaat yang bisa diambil adalah kemudahan mengingat nama produk ketika dihadapkan dengan keputusan membeli produk. 2. Prioritas dalam membeli. Prioritas untuk membeli terhadap salah satu produk yang ditawarkan bisa dilakukan oleh konsumen apabila perusahaan menawarkan produk yang lebih baik dari produk pesaingnya. 3. Frekuensi pembelian. Ketika konsumen membeli produk tertentu dan merasa puas dengan kinerja produk tersebut, maka konsumen akan sering membeli kembali produk tersebut kapan membutuhkan. Word of Mouth (WOM) Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth) terjadi ketika pelanggan mulai membicarakan idenya tentang layanan, merek, maupun kualitas dari produk yang dipakainya kepada orang lain. Lebih lanjut (Monica & Sihombing, 2007) memaparkan bahwa komunikasi WOM termasuk dalam bentuk komunikasi interpersonal yang diartikan sebagai bentuk pertukaran informasi secara dua arah yang dilakukan secara informal dan melibatkan dua individu atau lebih. Kotler (2008) mendefinisikan WOM sebagai suatu komunikasi personal tentang produk diantara pembeli dan orang-orang disekitarnya. Apabila pelanggan menyebarkan opininya mengenai kebaikan produk maka disebut sebagai WOM positif, namun apabila pelanggan menyebarluaskan opininya mengenai keburukan produk maka disebut sebagai WOM negatif. Kartajaya (2006) menyebutkan bahwa WOM merupakan bentuk promosi yang paling efektif. Pelanggan yang terpuaskan akan menjadi juru bicara produk
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
30
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
perusahaan secara lebih efektif dan meyakinkan dibandingkan dengan iklan jenis apapun. Kepuasan jenis ini tidak akan terjadi tanpa pelayanan yang prima. Sedangkan Kotler (2000) menyatakan bahwa WOM adalah pengaruh personal, yang berkaitan erat dengan produk yang mahal dan beresiko. Harapan kemungkinan resiko yang diterima berkurang ketika konsumen meminta saran dari kerabat. WOM juga merupakan sebuah strategi pemasaran untuk membuat pelanggan membicarakan (to talk), mempromosikan (to promote), dan menjual (to sell) kepada pelanggan lain. Tujuan akhirnya adalah seorang konsumen tidak hanya sekedar membicarakan atau pun mempromosikan tetapi mampu menjual secara tidak langsung kepada konsumen lainnya. To talk maksudnya ialah ketika konsumen menceritakan kembali produk perusahaan kepada rekan atau calon konsumen lainnya. To promote adalah saat konsumen membujuk dan mempromosikan produk kepada kerabat atau calon konsumen baru. Sedangkan to sell adalah ketika seorang konsumen berhasil mengubah (transform) konsumen lain yang tidak percaya serta memiliki persepsi negatif dan tidak mau mencoba sebuah produk menjadi percaya, berpersepsi positif dan akhirnya mau mencoba. Kualitas Layanan Kebanyakan layanan yang ditawarkan oleh peritel lebih hanya pada melengkapi informasi tentang barang dagangan yang ditawarkan, seharusnya pelayanan pada pelanggan (customer service) adalah satuan aktifitas yang dilakukan oleh peritel dalam membuat pengalaman berbelanja konsumen lebih bersifat memberikan penghargaan pada konsumen mereka (Utami, 2010). Retail merupakan aktivitas akhir dan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk menempatkan barang (goods) produksi untuk sampai ke tangan konsumen atau menyediakan jasa ke konsumen, seperti pemaparan Dunne dan Lucsh dalam Andreas dan Bernarto (2007). Dalam menjual barang atau jasa bagian terpenting adalah pelayanan yang diberikan oleh pemilik retail. Kualitas pelayanan dalam perusahaan jasa maupun retail merupakan hal yang sangat penting dari sudut pandang konsumen karena kualitas pelayanan merupakan dasar dari pemasaran jasa dikarenakan produk utama yang ditawarkan adalah kinerja (performance) (Andreas dan Bernarto, 2007). Terdapat lima atribut dan dimensi dalam kualitas layanan yang dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry yang dikutip dalam Utami (2010) dan menjadi dasar pengembangan telaah terhadap kualitas layanan, diantaranya : 1. Bukti fisik (Tangibles). Merupakan penampilan fasilitas fisik perlengkapan seperti bangunan gerai, tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, serta penampilan karyawan. 2. Keandalan (Reliability). Reliability merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Terdapat dua aspek dalam dimensi ini, yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan,
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
31
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dan seberapa jauh suatu perusahaan mampu memberikan pelayanan akurat atau tidak ada error. 3. Daya tanggap (Responsiveness). Responsiveness merupakan kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi : kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan. 4. Jaminan (Assurance). Assurance meliputi kualitas keramahtamahan karyawan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan serta sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf dan karyawan, ketrampilan dalam memberikan informasi. 5. Empati (Emphaty). Perhatian secara individual yang diberikan kepada perusahaan - dalam hal ini pemilik usaha ritel—kepada pelanggan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya dan kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan. Dimensi emphaty sendiri meliputi : (1) komunikasi, merupakan kemampuan komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau pun memperoleh masukan dari pelanggan. (2) pemahaman kepada pelanggan (understanding the customer), meliputi usaha perusahaan untuk mengetahui dan memahami kebutuhan serta keinginan konsumen. Lokasi (Place) Lokasi merupakan letak strategis sebuah gerai agar mudah untuk dijangkau dengan tujuan maksimalisasi laba (Swasta, 2002). Lokasi merupakan hal yang paling menggantungkan yang dapat dilihat dari banyaknya khalayak yang melewati di setiap harinya, prosentase hanya sekedar berkunjung maupun dilanjutkan dengan malakukan pembelian. Menurut Kotler (2002) salah satu kunci sukses bisnis adalah lokasi. Lokasi dimulai dengan memilih komunitas. Keputusan ini bergantung pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas. Pemilihan lokasi yang baik merupakan keputusan yang sangat penting. Karena pertama, keputusan pemilihan lokasi mempunyai dampak yang permanen dan jangka panjang. Kedua, lokasi dapat mempengaruhi pertumbuhan usaha di masa yang akan datang. Lokasi yang dipilih hendaknya dapat mengalami pertumbuhan sehingga dapat mempertahankan kelangsungan usaha. Yang terakhir apabila nilai lokasi mengalami penurunan akibat perubahan lingkungan yang dapat terjadi sewaktu-waktu, mungkin saja usaha tersebut dapat dipindahkan. Dalam memilih lokasi untuk menjalankan suatu usaha, hendaknya para pelaku bisnis mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu : 1. Akses, yaitu kemudahan untuk menjangkau, baik untuk kendaraan pribadi maupun menggunakan alat transportasi umum. 2. Visibilitas, yaitu lokasi dapat dilihat dengan jelas. 3. Lalu lintas, ada dua hal yang diperhatikan yaitu (1) banyaknya orang berlalu lalang yang dapat memberikan peluang impulse buying, dan (2) kepadatan dan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
32
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
4.
5. 6. 7.
8.
kemacetan lalu lintas yang bisa menjadi hambatan misalnya terdapat pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran, ambulan. Fasilitas parkir yang luas dan aman. Untuk kota-kota besar, pertokoan atau pusat perbelanjaan dengan fasilitas parkir yang memadai dapat menjadi pilihan yang memadai bagi peritel dibandingkan dengan pusat perbelanjaan tanpa fasilitas tersebut. Ekspansi, yaitu tersedianya tempat yang luas untuk perluasan usaha di masa yang akan datang. Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung. Misalnya untuk warung makan yang dekat dengan perkantoran. Persaingan, yaitu lokasi pesaing. Seorang peritel ketika hendak membuka usaha harus mempelajari terlebih dahulu toko apa saja yang ada di sekitarnya karena toko yang saling melengkapi akan menimbulkan sinergi dan toko yang membuka usaha yang sama akan menurunkan pangsa pasar masing-masing gerai. Penilaian keseluruhan, atau overall rating perlu dilakukan bedasarkan faktorfaktor supaya dapat menentukan tempat yang tepat.
E. METODE PENELITIAN Populasi Dan Sampel Populasi merupakan gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian oleh peneliti karena dipandang sebagai sebuah lingkungan penelitian (Ferdinand, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang pernah berkunjung dan melakukan transaksi pembelian di Toko fashion X Medan. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan teknik sampling aksidental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Maksudnya adalah siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut sesuai kriteria dan cocok untuk dijadikan sumber data (Sugiyono, 2011). Kriteria sampel pada penelitian ini adalah konsumen yang dapat memenuhi kebutuhan penelitian yang dapat memberikan jawaban secara objektif sesuai dengan pengalaman ketika melakukan pembelian. Di sini konsumen diposisikan sebagai pengambil keputusan (decider) pembelian produk (misalnya pakaian, celana, tas, sepatu, kaos kaki, dan lain sebagainya). Dalam penelitian ini peneliti akan memberikan kuesioner kepada konsumen yang melakukan pembelian pada Toko Fashion X Medan. Jumlah populasi yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat diketahui dan merupakan penelitian multivariate, maka besarnya sampel ditentukan sebanyak 25 kali variabel independen (Ferdinand, 2011). Penelitian ini mempunyai tiga variabel independen sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan sebanyak 75 sampel responden.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
33
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Uji Validitas dan Reliabilitas Menurut Ghozali (2011) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid ketika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Reliabilitas sendiri sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal ketika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan model analisis yang tepat. Dalam penelitian ini untuk mengolah data hasil penelitian menggunakan Analisis Inferensial (kuantitatif) di mana dalam analisis tersebut menggunakan program SPSS. Analisis data dilakukan dengan bantuan Metode Regresi Linier Berganda, namun sebelum melakukan analisis regresi linier berganda digunakan uji asumsi klasik yang meliputi: 1. uji normalitas, bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. 2. uji multikolonieritas, bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent (Ghozali, 2011). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai VIF yang berada antara 1 – 5 dan nilai tolerance < 1. 3. dan uji heteroskedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ketika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, inilah yang disebut dengan heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). erdapat beberapa cara dalam mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas salah satunya yaitu dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya Pengujian Hipotesis 1. Uji Signifikansi Parameter Individual (uji t). Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasan atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). 2. Uji Signifikansi Simultan (uji F). Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). 3. Koefisien Determinasi (R-squared). Koefisien determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
34
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
F. HASIL PENELITIAN Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian instrumen dalam penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS 19.0 for windows. Penulis mengajukan kuesioner yang berisi 14 pernyataan yang menyangkut variabel independen yaitu variabel WOM, kualitas pelayanan, dan lokasi, dan variabel dependen yaitu keputusan pembelian kepada 30 responden untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas. Dalam uji validitas menggunakan kriteria sebagai berikut: a. Jika rhitung > rtabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan valid. b. Jika rhitung < rtabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan tidak valid. Corrected Item-Total Correlation menunjukkan korelasi antara skor item dengan skor total item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Untuk mengetahui validitas pada setiap pertanyaan, maka nilai pada colom Corrected Item-Total Correlation yang merupakan nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel. Adapun pada α = 0,05 dengan derajat bebas df = 30, sehingga r (0,05:30), diperoleh rtabel adalah 0,361. Hasil perhitungan menunjukkan ke 14 item pernyataan adalah valid. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6. Berdasarkan hasil pengolahan data untuk uji reliabilitas diperoleh 0,791, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan adalah reliabel. Deskripsi Karakteristik Responden Analisis deskriptif dalam penelitian ini merupakan uraian atau penjelasan dari hasil pengumpulan data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh responden, seperti terlihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik Jumlah RespondenPersentase Total Laki-laki 45 60.00 Jenis 100.00 Perempuan 30 40.00 <17 tahun 13 17.33 Umur 18 - 23 tahun 100.00 47 62.67 >24 tahun 15 20.00 Pelajar 21 28.00 Pekerjaan Mahasiswa 100.00 38 50.67 Lain-lain 16 21.33 Sumber. Data Primer
Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan: 1. Laki laki merupakan mayoritas pelanggan toko fashion X Medan (60%) 2. Mayoritas pelanggan berumur 18 – 23 tahun (62,67%) 3. Mayoritas pelanggan adalah mahasiswa (50,67%) Deskripsi Jawaban Responden
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
35
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Jawaban responden atas kuesioner yang dibagikan dapat diringkas sebagai berikut: 1. Variabel Word of Mouth (WOM) memiliki tiga buah indikator yaitu: a. To talk, mayoritas responden (53,21%) setuju bahwa mereka telah menceritakan kembali produk perusahaan kepada calon konsumen lainnya b. To promote, mayoritas responden (62,38%) setuju bahwa mereka telah membujuk calon konsumen lain untuk berbelanja di Toko Fashion X c. To sell, mayoritas responden (49,56%) netral bahwa mereka berhasil merubah pandangan konsumen lain yang negatif atas produk produk Toko Fashion X 2. Variabel Kualitas Pelayanan memiliki lima buah indikator yaitu: a. Bukti fisik, mayoritas responden (59,84%) setuju penampilan fisik Toko Fashion X sangat bagus / nyaman b. Keandalan, mayoritas responden (65,21%) setuju kehandalan pelayanan yang telah diberikan Toko Fashion X kepada mereka c. Daya Tanggap, mayoritas responden (49,89%) setuju adanya kesigapan karyawan Toko Fashion X dalam melayani pelanggan d. Jaminan, mayoritas responden (38,76%) setuju karyawan Toko Fashion X selalu perhatian, sopan dalam memberi pelayanan serta sifat dapat dipercaya. e. Empati, mayoritas responden (64,78%) setuju karyawan toko fashion X telah melakukan komunikasi, dan memiliki pemahaman atas pelanggan yang merupakan perwujudan empati. 3. Variabel lokasi memiliki tiga buah indikator yaitu: a. Kemudahan akses transportasi, mayoritas responden (65,19%) reponden setuju bahwa adanya kemudahan akses transportasi untuk menuju Toko Fashion X. b. Keamanan Lokasi, mayoritas responden (58,12%) memilih netral mengenai keamanan lokasi Toko Fashion X c. Akses dari Kantor Publik, mayoritas responden (47,02%) memilih netral mengenai akses dari daerah perkantoran menuju Toko Fashion X. 4. Variabel keputusan pembelian memiliki tiga buah indikator yaitu: a. Benefit Association, mayoritas responden (59,15%) setuju bahwa mereka menemukan manfaat dari produk yang akan dibeli dan menghubungkan dengan karakteristik merk Toko Fashion X b. Prioritas dalam Membeli, mayoritas responden (48,39%) netral bahwa apabila perusahaan menawarkan produk yang lebih baik dari produk pesaingnya
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
36
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
c. Frekuensi Pembelian, mayoritas responden (47,29%) netral bahwa apabila merasa puas dengan kinerja produk yang dibeli, maka akan sering membeli kembali produk tersebut. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas pada penelitian ini menggunakan grafik normal plot yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Kriteria pengambilan keputusan: 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil dari output SPSS 20 terlihat seperti Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Uji Normalitas Sumber. Hasil Pengolahan Data Penelitian Pada Gambar 1 terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Selanjutnya untuk pengujian multikolinearitas adalah seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Uji Multikolinearitas
Sumber. Hasil Pengolahan Data Penelitian Pada Tabel 2 dilihat bahwa nilai tolerance semuanya lebih kecil dari 1, dan nilai FIV semuanya antara 1 – 5, sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
37
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
tidak terjadi multikolinearitas pada variabel variabel independen. Heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 2.
Uji
Gambar 2. Uji Heteroskedastisitas Sumber. Hasil Pengolahan Data Penelitian Pada Gambar 2 terlihat tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Hipotesis Pengujia hipotesis dilakukan dengan uji parsial atau uji t. Hasil penelitian menunjukkan nilai t hitung (Tabel 2) untuk masing masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Variabel WOM memiliki nilai t hitung sebesar 3,664 dengan nilai signifikan sebesar 0,000, sementara nilai t tabel adalah 1,994, karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel maka disimpulkan bahwa variabel memiliki pengaruh yang signfikan dan positip sebesar 0,447 terhadap variabel Keputusan 2. Variabel kualitas pelayanan memiliki nilai t hitung sebesar 4,405 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 sementara nilai t tabel adalah 1,994, karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel maka disimpulkan bahwa variabel kualitas pelayanan memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 0,489. 3. Variabel lokasi memiliki nilai t hitung sebesar 2,319 dengan nilai signifikan sebesar 0,002 sementara nilai t tabel adalah 1,994, karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel maka disimpulkan bahwa variabel lokasi memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap keputusan pembelian sebesar 0,334. Pengujian secara simultan (uji f) dilakukan dengan membandingkan nilai f hitung dengan nilai f tabel, hasil nilai f hitung dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
38
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 3. Nilai F-hitung
Sumber. Hasil Pengolahan Data Penelitian Tabel 3 menunjukkan nilai f-hitung sebesar 2,125 dengan nilai signifikan sebesar 0,000, sementara nilai f-tabel adalah 1,474, hal ini menunjukkan bahwa nilai f-hitung lebih besar dari f-tabel sehingga disimpulkan bahwa ketiga variabel independen (WOM, layanan, dan lokasi) secara serempak berpengaruh positip dan signifikan terhadap variabel keputusan. Pengujian koefisien determinasi (rsquare) dapat dilihat pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Nilai r-square
Sumber. Hasil Pengolahan Data Penelitian Nilai r-square sebesar 0,787 menunjukkan kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen adalah sebesar 78,7 persen. G. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel WOM memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap keputusan pembelian di toko fashion X Medan 2. Variabel kualitas pelayanan memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap keputusan pembelian di toko fashion X Medan, dan merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya. 3. Variabel lokasi memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap keputusan pembelian di toko fashion X Medan, dan merupakan variabel yang paling kecil pengaruhnya. DAFTAR PUSTAKA Andreas dan Bernarto, 2007. Pengaruh Kualitas Pelayanan Restoran Platinum Terhadap Loyalitas Pelanggan. DeReMa Jurnal Manajemen vol.2 No.2, Mei 2007 Amir, Taufiq, 2005. Dinamika Pemasaran. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
39
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Brahmantya, 2012. pengaruh word of mouth terhadap keputusan pembelian konsumen. ). Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, Skripsi. Fadhila, Risa, 2013. Analisis Pengaruh Word Of Mouth, Kualitas Layanan, Kualitas Produk, Dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi pada Toko LEO Fashion Karangjati Kabupaten Semarang). Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, Skripsi. Ferdinand, Augusty ,2011, “Metode Penelitian Manajemen”, Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ghozali, Imam, 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Kartajaya, Hermawan, 2006. On Marketing Mix Seri 9 Elemen Marketing. PT. Mizan Pustaka, Bandung. Kotler, P., dan Keller, K.L., 2007. Manajemen Pemasaran, PT. Indeks, Jakarta. Kotler, Philip, 2009. Manajemen Pemasaran. Erlangga, Jakarta. Kotler dan Keller, 2009. Marketing Management. 12th edition. New Jersey : Prentice Hall. Lamb, dkk, 2001. Pemasaran Jilid 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Monica and Sihombing, S.O. (2007). Pengaruh Pemasaran Keterhubungan Terhadap Penggunaan Ulang dan Komunikasi dari Mulut ke Mulut: Kualitas Hubungan dan Komitmen Sebagai Variabel Mediasi. Jurnal Manajemen DEREMA, 2, 2, 214-234. Raharjani, J., 2005. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pemilihan Pasar Swalayan Sebagai Tempat Berbelanja (Studi Kasus Pada Pasar Swalayan Di Kawasan Seputar Simpang Lima Semarang), Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Vol.2 No.1, Januari 2005. Stanton, W.J., 1993. Prinsip Pemasaran I. Erlangga, Jakarta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan kesebelas. Bandung : Alfabeta. Sutisna: 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung Swastha, Basu, 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan, Penerbit Liberty, Jakarta. Tjiptono, Fandy, 2008. Strategi Pemasaran, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta. Utami, Christina Whidya, 2010. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Ritel Modern. Salemba Empat, Jakarta.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
40
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN JASA (STUDI KASUS CLEOPATRA FITNESS CENTRE JL. SETIA BUDI MEDAN ) JUMJUMA Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABSTRACT Awareness to get a healthy body in Indonesia is increasing, this awareness is often applied by joining the fitness center. The purpose of this study was to determine the consumer decision process for joining the Cleopatra Fitness Centre, and the factors that influence consumer purchasing decisions Cleopatra Fitness Centre through Principal Componen Analysis. The sampling technique used in this study is accidental sampling, the number of respondents are 60 people. Factors influencing this decision process will be analyzed using factor analysis with Principal Component Analysis. The research results show the consumer decision making process is done with Cleopatra Fitness Centre through 5 stages: need recognition, search, information, evaluation of alternatives, purchase decision, and post purchase evaluation. The factors that influence consumer purchase decisions Cleopatra Fitness Centre services can be grouped into nine groups : communication, external customers, services, facilities, performance trainer / employee, equipment, time and the ability of consumers trainer, reliability, and credibility of the parking places were analyzed through factor analysis . Keywords: decision, principal component analysis
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penampilan dan kesehatan tubuh adalah hal yang sangat diperhatikan oleh masyarakat modern atau masyarakat urban. Gaya hidup sehat merupakan cara yang dipilih untuk mendapatkan tubuh yang sehat dan penampilan yang prima. Kesadaran untuk menjalankan gaya hidup sehat ini sudah tersosialisasi denganbaik di negara-negara maju, misalnya Amerika Serikat, sehingga kesadaran menjalani gaya hidup sehat secara keseluruhan dijalankan dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari makanan sehat seperti makanan organik, ataupun produk produk lain yang rendah lemak dan rendah kolesterol (Ade Rai, 2003). Kesadaran untuk mendapatkan tubuh yang sehat di Indonesia sudah mulai menggembirakan. Cara yang digunakan untuk menjalankan gaya hidup sehat ini adalah dengan berolahraga, sehingga kebutuhan berolahraga nampaknya sudah menjadi kebutuhan yang wajib dipenuhi. Beberapa tahun ini, terutama di kotakota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Ujung Pandang berdiri fitness centre-fitness centre. Fitness Centre ini merupakan suatu Volume 1
No. 3
J u l i 2013
41
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
tempat olahraga yang menyediakan fasilitas olahraga secara menyeluruh di satu tempat. Kegiatan berolahraga di fitness centre sekarang ini bukan lagi menjadi suatu kebutuhan saja, melainkan menjadi suatu gaya hidup tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Berolahraga di fitness centre dapat menjadi gaya hidup karena selain mendapatkan tubuh yang sehat, mesyarakat juga dapat memiliki penampilan yang menarik. Penampilan yang menarik pada saat ini menjadi suatu yang cukup penting, karena sebagian besar masyarakat berpendapat dengan tubuh yang menarik lebih dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam pergaulan (Hadi, 2005). Gaya hidup ini pada mulanya berasal dari kalangan pertama yaitu atlet binaraga. Para tokoh atau artis memiliki kesempatan lebih besar untuk mempeloporkan gaya hidup ini kepada masyarakat luas melalui media massa. Perilaku mengikuti gaya hidup ini diikuti pula oleh kalangan menengah ke bawah. Gaya hidup berolahraga di fitness centre yang merambah ke segmen menengah ke bawah, dimanfaatkan oleh Cleopatra Fitness Centre. Usaha di bidang jasa fitness ini menawarkan harga yang terjangkau untuk daya beli segmen masyarakatnya yaitu golongan menengah ke bawah. Sejak berdirinya hingga sekarang Cleopatra Fitness Centre mengalami peningkatan jumlah konsumen setiap bulannya. Berbeda dengan fitness centre-fitness centre yang ditujukan untuk segmen kalangan pertama atau kalangan menengah atas yang biasanya manawarkan jasa fitness dengan fasilitas tambahan seperti spa, sauna ataupun sanggar senam, Cleopatra Fitness Centre hanya menawarkan jasa fitness saja. Banyaknya jumlah fitness centre yang tumbuh dengan beragam tingkat atau level segmen konsumen, serta menawarkan berbagai macam fasilitas tambahan membuat konsumen memiliki berbagai alternatif pilihan. Untuk memilih satu dari berbagai pilihan tersebut konsumen harus melakukan eveluasi alternatif dari masing-masing fitness centre tersebut. Konsumen selaku pelaku pembelian, memiliki faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan sehingga mendorong mereka untuk membeli jasa di suatu fitness centre. Faktor-faktor tersebut dapat berupa pengaruh individu, pengaruh lingkungan, dan pengaruh psikologis, ataupun bisa berdasarkan pada atributatribut jasa yang dimiliki oleh suatu fitness centre. Dengan demikian jelaslah bahwa mengetahui apa saja faktor-faktor yan mempengaruhi konsumen dalam memutuskan untuk membeli jasa di suatu fitnes centre sangat penting, untuk menentukan bagaimana Cleopatra Fitness Centre menjadikan faktor-faktor tersebut sebagai sarana untuk menawarkan diri dandiharapkan Cleopatra Fitness Centre dapat meningkatkan jumlah konsumennyadan dapat bertahan terhadap ketatnya persaingan di industri fitness centre. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimana proses pengambilan keputusan konsumen Cleopatra Fitness Centre? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian jasa konsumen Cleopatra Fitness Centre melalui analisis faktor?
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
42
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
C. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian Afiana (2006) yng berjudul Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Jasa (Studi Kasus Super M Fitness Centre), perbedaan penelitian ini dengan penelitian Afiana (2006) adalah tahun penelitian, objek penelitian, dan metode pengolahan data penelitian, dimana penelitian ini tidak menggunakan analisis multi atribut Fisbein. D. TINJAUAN PUSTAKA Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Schiffman and Kanuk (1994) mendefinisikan suatu keputusan sebagaipemilihan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Keputusan konsumen yangdilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli atau tidak muncul begitu sajamelainkan melalui tahapan-tahapan tertentu. Tahap proses pengambilan keputusanpembelian terdiri dari lima tahapan, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarianinformasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian(Engel, et al. 1994). Tahap pertama dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang memadai untukmengaktifkan proses keputusan, sebagai persepsi atas perbedaan keadaan yangdiinginkan dengan kondisi aktual. Ketika ketidaksesuaian yang ada melebihi tingkat atau ambang tertentu maka kebutuhan pun akan dikenali, namun jikaketidaksesuaian itu berada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhanpun tidak terjadi (Engel, et al.1994). Setelah mengenali suatu kebutuhan dan tergerak oleh suatu stimulus makatahap selanjutnya adalah pencarian informasi yang didefinisikan sebagai kegiatantermotivasi dari pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan (pencarian internal)dan pemerolehan informasi dari lingkungan (pencarian eksternal). Bila informasiyang didapat dari pencarian internal tidak memadai untuk memberikan arahtindakan yang memuaskan maka pencarian eksternal dilakukan. Pada tahap iniperhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang akan dicarikonsumen. Sumber-sumber informasi konsumen dapat dikelompokan menjadiempat kelompok (Setiadi, 2003), yaitu: (1) Sumber Pribadi: keluarga, teman,tetangga, kenalan, (2) Sumber Komersial: iklan, tenaga penjual, penyalur, (3)Sumber Umum: media massa, organisasi rating konsumen, (4) SumberPengalaman: penanganan, pengkajian, dan penggunaan produk. Tahap ketiga adalah evaluasi alternatif, yaitu konsumen yang mengevaluasiberbagai alternatif dan membuat penilaian akhir yang terbaik untuk memenuhikebutuhannya. Menurut Mowen and Minor dalam Sumarwan (2003), pada tahapini konsumen membentuk kepercayaan, sikap dan intensitasnya mengenaialternatif produk yang dipertimbangkan tersebut. Pada tahap ini konsumenharus: (1) Menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilaialternatif, (2) Memutuskan alternatif pilihan, (3) Menilai kinerja alternatif yangdipertimbangkan, dan (4) Menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihanakhir (Engel, et al. 1994). Kriteria evaluasi yang digunakan oleh konsumenselama masa pengambilan keputusan akan bergantung pada beberapa faktor, yaitupengaruh situasi, kesamaan alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan pengetahuan. Setelah menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilaialternatif, maka konsumen menentukan alternatif mana yang
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
43
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
akandipertimbangkan. Strategi yang digunakan untuk membuat pilhan akhir disebutsebagai kaidah keputusan yang disimpan di dalam ingatan dan diperoleh kembalijika dibutuhkan (Engel, et al. 1994). Kaidah keputusan sangat bervariasi karenadapat sangat sederhana, misalnya membeli apa yang saya beli terakhir, namunbisa juga sangat kompleks di mana dapat menyerupai model sikap multiatribut.Niat pembelian konsumen biasanya dapat digolongkan menjadi duakategori, yaitu pertama produk maupun merek dan kedua adalah kelas produksaja. Niat pembelian kategori pertama umumnya disebut sebagai pembelian yangterencana penuh dimana pembelian yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatantinggi dan pemecahan masalah yang diperluas. Kategori kedua disebut jugasebagai pembelian yang terencana jika pilihan merek dibuat di tempat pembelian.Selain niat pembelian, pengaruh lingkungan dan atau perbedaan individujuga mempengaruhi proses pembelian seseorang. Sumberdaya yang dimilikikonsumen atau apa yang tersedia di masa mendatang berperan penting dalamkeputusan pembelian, yang terdiri dari waktu, uang dan perhatian (penerimaaninformasi dan kemampuan pengolahan). Sumarwan (2003) juga mengungkapkanbahwa pada tahap ini, konsumen mengambil keputusan mengenai apa yang dibeli,kapan membeli, dimana membeli dan bagimana cara membayar. Setelah melakukan pembelian, konsumen akan melakukan evaluasi terhadappembelian yang telah dilakukannya. Evaluasi lebih jauh terjadi dalam bentukperbandingan kinerja produk atau jasa berdasarkan harapan, yang aslinya berupakepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan pada intinya adalah sebuah bentuk perasaan yang diperoleh konsumen setelah membandingkan harapan danpengalaman terhadap suatu produk. Jika pengalaman sama dengan harapan makakonsumen dikatakan puas, jika pengalaman tidak memenuhi harapan berartikonsumen tidak puas sedangkan jika harapan terlampaui oleh pengalaman makakonsumen dikatakan sangat puas. Jika konsumen merasa puas maka keyakinan dan sikap yang terbentuk akan berpengaruh positif terhadap pembelianselanjutnya. Kepuasan akan mendorong konsumen membeli dan mengkonsumsiulang produk tersebut. Sedangkan perasaan tidak puas akan menyebabkankonsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali dan konsumsi terhadapproduk tersebut (Sumarwan, 2003). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Menurut Engel, et al. (1994), perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu serta proses psikologis. Menurut Engel, et al (1994), keputusan pembelian dipengaruhi oleh tigafaktor utama yaitu: pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan prosespsikologis. Menurut Engel, et al. (1994), faktor lingkungan yang mempengaruhiproses keputusan pembelian oleh konsumen terdiri dari: a. Budaya, merupakan nilai, gagasan dan simbol yang bermaknamembantu individu untuk berkomunikasi menafsirkan dan evaluasisebagai anggota masyarakat. Faktor ini merupakan penentu keinginandan perilaku manusia yang paling mendasar. b. Kelas Sosial, adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen yang tersusun secara hirarkis dan memiliki anggota dengan nilai-nilai minat, perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya dicerminkan oleh penghasilan, tetapi juga indikator lainnya seperti pekerjaan, pendidikan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
44
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dan tempat tinggal. Kelas sosial menunjukan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal. c. Pengaruh Pribadi, yaitu dimana kepercayaan, sikap, dan perilaku konsumen dipengaruhi ketika orang lain digunakan sebagi kelompok acuan. d. Pengaruh sosial, yang mempengaruhi prilaku seorang konsumen adalah kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status. Kelompok acuan ini adalah semua kelompok yang memiliki pengaruh terhadap sikap dan prilaku seseorang. Keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih orang yang memiliki hubungan melalui darah, perkawinan, atau adopsi dan tinggal bersama. Sedangkan peran dan status didefinisikan sebagai posisi seseorang dalam tiap tiap kelompok e. Situasi, merupakan pengruh yang timbul dari faktor waktu dan tempat yang spesifik dan lepas dari karakteristik konsumen dan objek. Situasi konsumen dapat dibagi dalam lima karakteristik umum yaitu: lingkungan fisisk, lingkungan sosial, waktu, tujuam atau sasaran tertentu dan keadaam ateseden. Cara melakukan pembelian setiap individu akan berbeda beda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dari masing masing individu itu sendiri, menurut Engel (1994), perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain: a. Sumber daya konsumen, yang terdiri dari waktu, uang dan perhatian. Umumnya terdapat keterbatasan ketersediaan pada masing masing sumberdaya sehingga perlu sistem pengalokasian yang cermat b. Motivasi dan keterlibatan, prilaku yang termotivasi diawali oleh pengaktifan datau pengenalan yang timbul ketika ada ketidak cocokan antara aktual dengan kondisi yang diinginkan. Sedangkan keterlibatan merupakan refleksi dari motivasi kuat dalam bentuk relevansi pribadi yang dapat dirasakan dari suatu produk / jasa dalam konsteks tertentu c. Pengetahuan, merupakan pemahaman terhadap produk / jasa yang terhimpun dari informasi yang diperoleh konsumen dan terdiri dari pengetahuan produk, pengetahuan pembelian, dan pengetahuan pemakaian d. Sikap, merupakan suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang merespons secara konsisten dengan objek atau alternatif yang diberikan. e. Kepribadian, gaya hidup, demografi. Kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu dan uang serta merupakan fungsi motivasi konsumen. Sedangkan demografi merupakan karakteristik populasi manusia dan berperan dalam menentukan gaya hidup dan segmentasi konsumen misalnya penjabaran konsumen berdasarkan usia, pendapatan dan pendidikan. Enggel, et.al (1994) mengemukakan tiga proses psikologis yang membentuk aspek motivasi dan prilaku konsumen, terdiri dari:
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
45
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
a. Pencarian informasi, adalah proses dimana suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan dan belakangan diambil kembali. b. Pembelajaran, adalah suatu proses dimana pengalaman yang menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau prilaku. c. Perubahan sikap dan prilaku, sikap seseorang membentuk suatu yang konsisten dan untuk mengubah suatu sikap harus dilakukan penyesuaian besar terhadap sikap sikap yang lain dengan pendekatan secara persuasif. Tipe Pengambilan Keputusan Konsumen Setiap konsumen memiliki tipe prilaku pembelian yang khas, dalam mengambil keputusan pembelian, sebagian konsumen melakukan lima langkah keputusan pembelian seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sebagian hanya melakukan beberapa langkah dan sebagian mungkin hanya melakukan langkah pembelian saja, Sumarwan (2003) menyebutkan ada tipe pengambilan keputusan konsumen yaitu: a. Extensive Problem Solving (pemecahan masalah diperluas). Ketika konsumen tidak memiliki kriteria untuk mengevaluasi sebuah katagori produk atau merek pada katagori tersebut atau tidak membatasi jumlah merek yang akan dipertimbangkan ke dalam jumlah yang lebih mudah dievaluasi maka proses pengambilan keputusannya disebut pemecahan masalah diperluas. Konsumen membutuhkan banyak informasi untuk menetapkan kriteria dalam menilai produk atau merek tertentu. Konsumen juga membutuhkan informasi yang cukup mengenai masing masing merek yang akan dipertimbangkan. b. Limited Problem Solving (Pemecahan Masalah Tertentu). Pada tipe pengambilan keputusan ini, konsumen telah memiliki kriteria dasar untuk mengevaluasi katagori produk dan berbagai merek pada katagori tersebut. Konsumen hany membutuhkan tmbahan infrmsi untuk dapat membedakan antara berbegai merek tersebut, dalam hal ini, konsumen menyederhanakan proses pengambilan keputusan sebagai akibat waktu dan sumber daya yang dimiliki konsumen terbatas. c. Routinized Problem Solving (Pemecahan masalah rutin). Pada tipe pemcahan masalah ini, konsumen telah memiliki pengalaman terhadap produk yng akan dibelinya. Konsumen telah memiliki standar untuk mengevaluasi merek dan cukup mengingat kembali apa yang telah diketahuinya, konsumen anya membutuhkan sedikit informasi. Sikap Allport dalam Setiadi (2003) mengemukakan bahwa sikap adalh mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan terhadap suatu obyek baik baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Schiffman dan Kanuk dalam Simamora (2004) menyataka hal serupa, yaitu bahwa sikap adala ungkapn persaan yang mencerminkan seseorang duka atu tidak suka, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek . Sikap akn menempatkan sesorang pada suatu pikiran untuk menyukai atau tidak menykai sesuatu dan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
46
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
bergerak mndekati atau menjauhinya. Sikap menandung tiga komponen (Sumarwan, 2003): 1. Komponn kognitif, yaitu pengetahuan dan keyakinan sesorang mengenai sesuatu obyek sikap 2. Komponen afektif, berisikan perasaan baik suka maupun tidak suka terhadap suatu obyek 3. Komponen konatif, yaitu kecenderungan melakukan ssuatu atau prilaku aktual terhadap obyek sikap. Karakteristik Jasa Jasa memilki empat karakteristik utama (Kotler, 2002): 1. Tidak berwujud (Intangible), yaitu jasa tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didenar atau dicium sebelum jasa itu dibeli. 2. Tidak terpisahkan (inseparability), yaitu jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersaman secara bersamaan 3. Bervariasi (variability), yaitu jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa itu diberikan 4. Mudah lenyap (perishability), yaitu jasa tidak dapat disimpan Dimensi Mutu Jasa Kotler (2002) mengatakan da lima dimensi kulitas jasa: 1. Keandalan (reliability), yitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang disajikan secara terpercaya dan akurat 2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dngan cept 3. Jaminan (assurance), yaitu pengethuan dan kesopann karyawan serta kemampuan mereka menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. 4. Empati (emphaty), yaitu kesediaan untuk peduli, memberikan perhatian pribai kepada pelanggan 5. Berwujud (tangible), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, petugas dan materi komunikasi Analisis Faktor Menurut Santoso dan Tjiptono (2004), analisis faktor pada rinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu proses untuk meringkas sejumlah ariabel menjad lebih sedikit dan menamaknnya sebagai faktor. Maholtra (1996) menjelaskan kegunaan analisis faktor adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifiksikan dimensi dimensi atau faktor faktor yang mendasari yang menerangkan korelasi diantara satu set variabel 2. Mengidentifikasikan suatu variabel atau faktor baru yang labih kecil, menetapkan variabel varibel yang semula berkorelasi dengan analisi multivariat atau analisis regresi atau diskriminan 3. Mengidentifikasikan tidak tepat kecil variabel penting dari tidak tepat besar variabel untuk digunakan dalan analisis multivariat selanjutnya.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
47
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
E. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Cleopatra Fitness Centre Jalan Setia Budi Medan, penelitian lapangan dilakukan pada Bulan Maret – April 2013. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil pembagian kuesioner kepada para responden penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, dimana responden langsung dipilih oleh peneliti di lokasi penelitian. Menurut Simamora (2005) sebaiknya ukuran sampel untuk analisis faktor berjumlah 100 atau lebih, jangan kurang dari 50, peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 60 responden Proses keputusan pembelian yang meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian, informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian akan dijelaskan secara deskriptif karena data mengenai proses keputusan pembelian disajikan dengan tabulasi sederhana. Faktor faktor yang mempengaruhi proses keputusan sendiri terdiri dari tiga faktor yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan faktor atribut jasa. Faktor faktor yang mempengaruhi proses keputusan ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis fktor dengan metode Principal Component Analysis. Setelah itu faktor faktor yang telah terbentuk akan dianalisis dengan menggunakan analisis tabulasi silang dengan melihat uji chi square untuk melihat apakah ada hubungan antara demografi konsumen (status pernikahan, pendidikan terakhir, profesi, pendapatan per bulan, usia) dengan faktor faktor yang terbentuk Untuk mengetahui karakteristik konsumen dan mengetahui proses keputusan pembelian konsumen Cleopatra Fitness Centre dilakukan secara deskriptif melalui perhitungan persentase jawaban responden dalam bentuk tabulasi sederhana. Untuk memilih faktor yang dapat dijadikan sebagai faktor dalam penelitian ini dilakukan dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis. Analisa tabulasi digunakan untuk melihat hubungan dari kombinasi dua atau lebih variabel (Simamora, 2005). Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : tidak ada hubungan antara demografi konsumen Cleopatra Fitness Centre (Status pernikahan, pendidikan terakhir, profesi konsumen, pendapatan per bulan, usia) dengan faktor faktor yang telah terbentuk H0 : tidak ada hubungan antara demografi konsumen Cleopatra Fitness Centre (Status pernikahan, pendidikan terakhir, profesi konsumen, pendapatan per bulan, usia) dengan faktor faktor yang telah terbentuk. Untuk uji keabsahan (validitas) diketahui dengan cara menghitung korelasi antara masing masing pernyataan dengan skor total memakai rumus teknik korelasi product moment (Umar, 2003) dan kemudian membandingkannya dengan nilai kritis. F. HASIL PENELITIAN Proses Keputusan Pembelian Jasa di Cleopatra Fitness Centre Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membelitidak muncul begitu saja melainkan melalui tahapan-tahapan tertentu. Keputusankonsumen melalui lima tahapan, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian (Engel, et al.1994). Oleh karena itu, perilaku konsumen dalam membeli jasa atauuntuk berlatih fitness di Cleopatra Fitness Centre pasti melalui tahapan proses keputusan pembelian tersebut, yaitu
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
48
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
1. Pengenalan Kebutuhan. Tahap pertama dalam proses keputusanpembelian jasa di Cleopatra Fitness Centre ini dapat dimulai dengan mendeteksi motivasi / alasan konsumen memilih atau memutuskan untuk berlatih di Cleopatra Fitness Center, jawaban mayoritas responden adalah untuk mengurangi berat badan, tahap selanjutnya adalah mengetahui manfaat apa yang dirasakan konsumen dengan mengikuti fitness, mayoritas responden menjawab untuk memiliki tubuh sehat, dan terakhir adalah mengetahui sejauhmana tingkatan keterlibatan responden terhadap Cleopatra, jawaban mayoritas responden adalah bahwa mereka akan merasa ada yang kurang apabila tidak mengikuti fitness di Cleopatra. 2. Pencarian informasi, sumber informasi mengenai keberadaan Cleopatra mayoritas responden mangatakan berasal dari teman, selanjutnya yang menjadi fokus perhatian mereka adalah mengenai harga dan lokasi, dan terakhir jawaban responden mayoritas untuk pengaruh iklan dan promosi membuat responden tertarik untuk mencoba. 3. Evaluasi Alternatif, dilakukan konsumen jika mereka telah memiliki infrmasi yang cukup tentang hal hal yang berhubungan dengan produk / jasa yang akan dibelinya. Untuk pertimbangan konsumen mayortas adalah mengenai harga dan lokasi, selanjutnya mayoritas responden dalam mengevaluasi adalah dekatnya letak Cleopatra Fitness Centre dengan rumah mereka, mengenai harga mayoritas responden menjawab biasa saja, mengenai apakah responden juga mengikuti fitness ditempat lain mayoritas menjawab tidak, dan alasan mereka yang mengikuto fitness ditempat lain mayoritas menjawab adalah pengaruh teman yang fitness di tempat tersebut. 4. Keputusan pembelian, pemberi pengaruh yang mayoritas kepada responden dalam mengikuti fitness di Cleopatra adalah adanya ajakan teman, sementara mayoritas responden juga telah mengjak teman temannya untuk mengikuti fitness di Cleopatra, untuk waktu mayoritas responden untuk melakukan fitness adalah jikala ada waktu yang senggang, frekuensi untuk melakukan fitness mayoritas responden adalah 1 – 2 kali dalam seminggu, mayoritas responden dalam menjawab cara memutuskan berlatih fitness selalu tergantung kepada waktu yang luang, mayoritas jawaban responden atas pengaruh orang lain untuk mengikuti fitness di Cleopatra adalah dengan mengajak 5. Evaluasi pasca pembelian, setelah berlatih fitness konsumen akan mengevaluasi apakah hasil yang diperoleh memuaskan atau tidak. Untuk mengetahuinya peneliti terlebih dahulu mengetahui sudah berapa lama responden mengikuti fitness di Cleopatra, mayoritas responden menyatakan bahwa mereka sudah mengikuti fitness lebih dari 3 bulan, untuk pernyataan mengenai kepuasan, mayoritas responden menjawab puas, demikian juga untuk pernyataan loyalitas mayoritas responden menyatakan akan berniat tetap loyal kepada Cleopatra Fitness Centre, sedangkan untuk pernyataan mengenai
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
49
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
apabila terjadi kenaikan harga, mayoritas responden menyatakan akan tetap berkunjung ke Cleopatra Fitness Centre dengan alasan belum adanya tempat fitness lain yang muncul berada di dekat tempat tinggal responden Mengidentifikasi Dan Menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen dalam Pembelian Jasa di Cleopatra Fitness Centre Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen untuk berlatih fitness di Cleopatra Fitness Centre pada awalnya terdiri dari 35 variabel. Variabel-variabel tersebut terbagi menjadi tiga kelompok yaitu perbedaan individu,pengaruh lingkungan dan atribut-atribut jasa. Faktor perbedaan individu danfaktor pengaruh lingkungan merujuk kepada teori yang dikemukakan oleh Engel,et al (1994). Sedangkan atribut-atribut jasa merujuk pada teori dimensi mutu jasa yang dikemukakan oleh Kotler (2002), yaitu kendalan (realibility), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible). Namun, setelah ke-35 variabel tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya maka hanya terdapat jumlah varibel yang akan diuji untuk analisis faktor berjumlah 20 variabel (Tabel 1). Tabel 1. Nilai KMO-MSA KM O an d Bar tlet t ' s Te st Kaiser -Mey er - Olkin Measur e of Sampling Adequac y.
,536
Bar tlett's Test of
Appr ox. Chi-Squar e
Spher icity
df Sig.
203,789 190 ,000
Sumber: Pengolahan data Penelitian
Nilai KMO-MSA 0,536 lebih besar dari 0,5 dan nilai sig 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan variabel dan sampel dapat dianalisis lebih lanjut. Dalam perhitungan tabel anti image matrix pada bagian Anti Image Correlation (Tabel 2), nilai Anti Image Correlation khususnya pada angka yang korelasi yang bertanda “a” terlihat pada tabel bahwa semua angka telah berada diatas 0,5 terlihat terdapat 20 buah variabel yang dapat dianalis ke proses selanjutnya. Langkah berikutnya adalah melakukan ekstrasi sekumpulan variabel yang ada sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan dalam proses ini adalah Analisis Komponen Utama. Setelah proses ekstrasi dilakukan, diperoleh nilai communalities. Communalities pada dasarnya adalah jumlah varians dari suatu variabel mula-mula yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Semakin tinggi communalities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungan dengan faktor yang terbentuk (Tabel 3). Tabel total variance explained menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dalam perhitungan. Persentase varians menjelaskan varians masing masing faktor. Bila keseluruhan persentase varian dijumlahkan, maka faktor faktortersebut dapat menjelaskan 100 persen dari variabilitas seluruh faktor. Nilai eingenvalues menunjukkan kepentingan relatif masing masing faktor dalam menghitung varians seluruh variabel yang dianalisis. Susunan nilai eningenvalues selalu diurutkan dari nilai terbesar hingga nilai yang terkecil dengan kriteris bahwa angka eingenvalues dibawah satu tidak digunakan digunakan dalam
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
50
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
menghitung faktor yang terbentuk, karena dengan sembilan faktor angka eingenvalues masih berada diatas angka satu (Tabel 4) Tabel 4. Total Variance Explained To tal Variance Explain ed Initial Eig env alues
Extrac tion Sums of Squared Loadings
% of Component
Total
Rotation Sums of Squared Loadings
% of
Varia nce
Cumulative %
Total
% of
Varia nce
Cumulative %
Total
Varia nce
Cumulative %
1
2,368
11,841
11,841
2,368
11,841
11,841
1,785
8,927
8,927
2
1,870
9,352
21,194
1,870
9,352
21,194
1,717
8,587
17,513
3
1,724
8,620
29,814
1,724
8,620
29,814
1,662
8,311
25,824
4
1,706
8,531
38,344
1,706
8,531
38,344
1,647
8,234
34,058
5
1,585
7,926
46,270
1,585
7,926
46,270
1,533
7,664
41,722
6
1,384
6,921
53,191
1,384
6,921
53,191
1,531
7,656
49,378
7
1,223
6,117
59,308
1,223
6,117
59,308
1,425
7,127
56,505
8
1,103
5,514
64,822
1,103
5,514
64,822
1,401
7,006
63,511
9
1,023
5,117
69,938
1,023
5,117
69,938
1,285
6,427
69,938
10
,964
4,819
74,757
11
,792
3,960
78,717
12
,746
3,729
82,446
13
,661
3,303
85,749
14
,557
2,786
88,536
15
,553
2,764
91,299
16
,480
2,401
93,700
17
,409
2,043
95,743
18
,363
1,814
19
,274
1,372
98,930
20
,214
1,070
100,000
97,558
Extrac tion Method: Princ ipal Component A naly sis .
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Tabel 2. Anti Image Matrice
Sumber: Pengolahan data Penelitian
Nilai Scree plot memperlihatkan dasar jumlah faktor dengan menggunakan grafik. Grafik menunjukkan 9 faktor baru yang terbentuk untuk meringkas 20 variabel yang ada. Sembilan faktor ini terlihat pada titik titik scree plot yang memiliki nilai eingenvalues diatas satu (Gambar 1).
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
51
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 3. Communalities Co m m u na lit ie s Extr ac tio Initial Pen da pa tan a nd a
n
1 ,0 00
,69 0
1 ,0 00
,64 5
Ma nf a at fitn es s
1 ,0 00
,73 0
Ke lua r ga
1 ,0 00
,69 4
Tema n /s ah ab a t
1 ,0 00
,69 2
Ha r ga ya ng d itaw a r ka n
1 ,0 00
,68 9
1 ,0 00
,76 1
1 ,0 00
,75 5
1 ,0 00
,75 3
1 ,0 00
,64 0
1 ,0 00
,77 1
Ke len gka pa n p er ala ta n
1 ,0 00
,68 6
Ke a man a n ala t
1 ,0 00
,71 5
1 ,0 00
,49 0
1 ,0 00
,63 6
1 ,0 00
,76 7
1 ,0 00
,75 4
1 ,0 00
,60 9
1 ,0 00
,80 0
1 ,0 00
,70 8
Pen ge ta h ua n ten tan g f itn es s
Fas ilitas pe r so na l tr ain er ( ins tr u ktu r) Tra ine r ( ins tru ktu r y an g a hli di bid an gn ya Pen an ga na n la tih an s es ua i d en ga n tu ju a n y an g ing in d ic ap a i Ke mu da h an b er ko ns u lta si de ng a n tra ine r Ke mu da h an me ng h ub un gi Cle op atr a Fitn es s Cen tr e
Ke ter s ed ia a n tempa t p ar kir Ke b er sih an da n ken ya ma na n r ua ng an Ke ter s ed ia a n ka ma r ma nd i da n g an ti Ke b er sih an ka ma r ma n di d an g an ti Pen ataa n r ua ng an /pe ra lata n Ke len gka pa n p er ala ta n Ke r amah an da n kes op an an ka r ya w an , tra ine r
Extr ac tio n Me tho d: Pr in cipa l Co mp on en t A na lys is.
Sumber : Pengolahan Data Penelitian
Scree Plot
2.5
2.0
Eigenvalue
1.5
1.0
0.5
0.0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Component Number
Gambar 1. Scree Plot Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Tabel component matrix berisikan faktor loading (yaitu nilai korelasi) antar suatu variabel dengan sembilan faktor yang telah terbentuk. Tabel rotated component matrix menunjukkan distribusi 20 variabel tersebut pada faktor yang telah terbentuk. Pengelompokan suatu variabel ke dalam faktor tertentu dilihat dari nilai factor loading yang terbesar pada tabel rotated component matrix. Nilai factor loading terbesar mengimplikasikan bahwa korelasi terbesar variabel tersebut denga faktor yang telah terbentuk. Component transformation matrix menunjukkan bahwa variabel yang ada telah secara tepat ditunjukkan oleh faktor terbentuk. Component plot in rotated space menampilkan gambar letak keseluruhan 20 variabel pada faktor terbentuk.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
52
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Faktor faktor yang terbentuk tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4. Rotated Component Matrix Ro t at ed Com pon en t M at rix
a
Component 1 Pengetahuan tentang f itnes s Keter s ediaan kamar mandi dan ganti Keber sihan kamar mandi dan ganti Kelengkapan per alatan
2
3
4
5
6
7
8
9
,730 ,704
,357
,562
,466
.536
,440
.412
Ker amahan dan kes opanan kar yaw an,
.804
trainer Har ga yang ditaw ar kan
,750
Trainer ( ins truktur y ang
,776
ahli di bidangnya Kelengkapan per alatan
,742
Keluar ga
.746
Keber sihan dan
,649
kenyamanan r uangan
,372
Penanganan latihan s es uai dengan tujuan
,844
y ang ingin dic apai Teman/s ahabat
,753
Keter s ediaan tempat
.572
par kir Kemudahan ber kons ultasi dengan
.333
,525
trainer Manf aat fitnes s
,832
Penataan
,365
r uangan/peralatan
.526
Pendapatan anda
,758
Fas ilitas per sonal tr ainer
- ,748
( ins tr uktur) Kemudahan menghubungi Cleopatr a
,859
Fitnes s Centr e Keamanan alat
,394
,529
Extr ac tion Method: Pr incipal Component A nalys is . Rotation Method: Varimax w ith Kais er Nor maliz ation. a. Rotation conv er ged in 14 iterations.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Hasil Rotated Component Matrix maka dari 20 buah variabel tersebut dapat dikelompokkan menjadi : 1. Kelompok komunikasi 2. Kelompok eksternal konsumen 3. Kelompok pelayanan 4. Fasilitas 5. Kinerja trainer / karyawan 6. Peralatan 7. Waktu konsumen dan kemampuan trainer 8. Keandalan 9. Tempat Parkir dan kredibilitas G. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : 1. Proses pengambilan keputusan konsumen Cleopatra Fitness Centre dilakukan dengan 5 tahapan yaitu : pengenalan kebutuhan, pencarian, informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian jasa konsumen Cleopatra Fitness Centre dapat dikelompokkan menjadi kelompok komunikasi, eksternal konsumen, pelayanan, fasilitas, kinerja trainer / karyawan, peralatan, waktu konsumen dan kemampuan trainer, keandalan, tempat Parkir dan kredibilitas yang dianalisis melalui analisis faktor.
DAFTAR PUSTAKA
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
53
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Afiana, Nawang, 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Jasa ( Studi Kasus Super M Fitness Centre Jakarta Timur), Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Engel, J. F., R.D.Blackwell, and P.W., Miniard. 1994. Perilaku Konsumen (Terjemahan, Jilid I). Binarupa Aksara, Jakarta. Hadi, S. 2005. “Buruh Pun Ber-"fitness" Ria”.http://www.kompas.com/kompascetak/0505/20/utama/1762650.htm. [ 4 Desember 2005]. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Terjemahan, Jilid I & II). PT Prenhallindo, Jakarta. Maholtra Naresh K, 1996. Marketing Research. An Applied Orientation. Prentice Hall, New Jersey. Santoso, S dan F. Tjiptono.2004. Riset Pemasarn : Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rai, A. 2003. Mengelola Fitness Centre Dengan Baik. Makalah Seminar, Jakarta. Schiffman, L.G. and L.L. Kanuk. 1994. Consumer Behaviour. 5 Ed. Prentice Hall, New Jersey. Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Setiadi, N. J. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Penelitian Pemasaran. Prenada Media, Jakarta. Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
54
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNJUNG WISATA BERASTAGI KABUPATEN KARO
IRWAN MUSRIZA HARAHAP 1) DAN RAHMAT SURYA 2) Dosen Politeknik Negeri Medan dan mahasiswa Pasca Sarjana USU Mahasiswa Pasca Sarjana USU
ABSTRACT The tourism industry is growing fast right now. This is supported by the increasing degree of welfare of Indonesian people, increasing leisure time, political stability. From the macroeconomic side, the development of national tourism continues to increase significantly. Contribution to the national GDP continues to rise. One of the well-known tourist destination in North Sumatra Province is Berastagi. Based on data from the Department of Tourism Karo regency, until the end of 2011, the number of visitors who come to Berastagi reached 550,000 people. This number is up compared to 2010 as many as 540,000 people. The purpose of this study was to determine the factors that influence tourist visitors Berastagi Karo district of North Sumatra province. The study population was derived Berastagi tourist visitors from within the country (domestic). Sampling technique with purposive sampling and quota sampling. Questionnaire method of data collection. The variables of study include independent variables and the dependent variable. Independent variables such as tourist expenditures, income, number of family members and travel costs, while the dependent variable is the number of tourist visitors Berastagi. Methods of data analysis using OLS (Ordinary Least Square). Results of data analysis using eviews 6.1 shows that tourist income and number of family members and significant positive effect on the intensity of tourist visit Berastagi, while tourist spending positive but not significant effect on the intensity of the tour to visit Berastagi. While travel costs significantly and negatively related to the intensity of the tour to visit Berastagi. Keywords: tourist visitors, Berastagi A. PENDAHULUAN Industri pariwisata adalah industri yang paling pesat perkembangannya di dunia pada saat ini. Hal ini dapat kita lihat dari semakin meningkatnya jumlah wisatawan yang bepergian ke luar negerinya untuk berwisata. Hal ini ditunjang oleh semakin baiknya kesejahteraan masyarakat di berbagai belahan dunia dan bertambahnya waktu luang, stabilitas politik, kampanye turisme dari negaranegara. Sehingga kebutuhan untuk rekreasi dan bersenang-senang semakin tinggi.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
55
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Pada tahun 2011 yang lalu, jumlah kunjungan wisatawan internasional tumbuh 4,4%, dari 939 juta orang di tahun 2010 menjadi 980 juta orang di tahun 2011 (UNWTO, 2012). Industri pariwisata dunia tumbuh 6,6% di tahun 2011 dimana untuk Asia Pacific tumbuh 12,8 %. Dari sisi makro ekonomi, perkembangan pariwisata di Indonesia terus mengalami kemajuan. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yag terus membaik, dengan rata-rata tumbuh sebesar 6% pertahunnya. Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat maka industri pariwisata semakin meningkat pula. Kontribusinya terhadap PDB Nasional terus mengalami kenaikan. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Sumatera Utara terus mengalami peningkatan yang signifikan. Sebagai daerah yang berada disekitar Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung serta Danau Toba, Kabupaten Karo menjadi salah satu Daerah Tujuan Wisata di Propinsi Sumatera Utara. Salah satu tujuan wisata di Kabupaten Karo yang sangat terkenal adalah Berastagi. Setiap musim liburan, Berastagi menjadi daerah tujuan wisata yang paling dituju. Tidak hanya oleh masyarakat Medan, tetapi juga daerah lainnya di Sumatera Utara . Ratusan ribu pengunjung tersedot ke kota yang hanya berjarak sekitar 66 kilometer (km) dari Medan ini. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Pemkab Karo, hingga akhir 2011, jumlah pengunjung yang masuk ke berbagai objek wisata di daerah tersebut mencapai 550.223 orang. Jumlah ini naik dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 541.219 orang. Tahun 2012 mendatang, Pemkab Karo optimistis mampu menggaet wisatawan masuk ke Berastagi sebanyak 750.000 orang,baik domestik maupun mancanegara. Pariwisata di Tanah Karo khususnya daerah tujuan wisata Berastagi, disamping potensi yang belum sepenuhnya dimanfaatkan juga sangat perlu diperhatikan, faktor- faktor apa sebenarnya yang menyebabkan orang ingin berkunjung ke daerah tujuan wisata tersebut, juga faktor-faktor apa yang menyebabkan orang enggan datang mengunjungi daerah wisata di Berastagi. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung ke Berastagi di Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. B. PERMASALAHAN PENELITIAN Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirangkum beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini sebagai berikut ; 1) Apakah jumlah pengeluaran wisatawan berpengaruh intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. 2) Apakah pendapatan berpengaruh terhadap intensitas kunjungan wisata ke Berastagi ?. 3) Apakah jumlah anggota keluarga wisatawan berpengaruh terhadap intensitas kunjungan wisata ke Berastagi ?. 4) Apakah besarnya biaya perjalanan wisatawan berpengaruh terhadap intensitas kunjungan wisata ke Berastagi ?
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
56
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
C. METODOLOGI PENELITIAN Ruang lingkup dan Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Umar (2003:30) penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka. Data ini merupakan data sekunder yaitu data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari internet. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah pengunjung wisata di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Teknik penarikan sampel dengan cara purposive sampling, yaitu suatu teknik yang digunakan dalam penarikan sampel apabila anggota sampel yang dipilih berdasarkan tujuan penelitiannya (Usman dan Purnomo, 1996). Dan sampel kuota (quota sample). Sampel kuota merupakan metode pengumpulan data dengan tidak mendasarkan pada strata atau daerah tetapi pada jumlah yang sudah ditentukan (Arikunto, 2002:119). Menurut Guilford (1987) dalam Supranto (1997:239) sampel penelitian meliputi sejumlah elemen (responden) yang lebih besar dari persyaratan minimal sebanyak 30 responden dan semakin besar sampel (semakin besar nilai n = banyaknya elemen sampel) akan memberikan nilai yang lebih akurat. Maka untuk memenuhi standar normalitas sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 100 orang. Variabel penelitian Penelitian ini menggunakan 5 variabel penelitian yaitu variabel intensitas kunjungan wisata ke Berastagi (Y) sebagai variabel terikat (dependen variabel), kemudian jumlah pengeluaran wisatawan (X1), pendapatan wisatawan (X2), jumlah anggota keluarga (X3), biaya perjalanan (X4) sebagai variabel bebas (independen variabel). Metode analisis data Model yang digunakan didalam penelitian ini adalah model dasar permintaan sebagaimana disampaikan oleh Sukirno (2001), dimana beberapa variabel diasumsikan tetap dan beberapa variabel lainnya ditambahkan ke dalam model sehingga membentuk persamaan sebagai berikut ; IKW t = f (PWt + YCRt + JAKt + BPWt)……………..………….(i) Sedangkan elastisitas dari model permintaan pariwisata kota Berastagi adalah sebagai berikut ; IKWt = β0 + β1PWt + β2YCRt + β3JAKt + β4BPWt + µ …………….……(ii) Notasi variabel dalam persamaan ini adalah :
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
57
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
IKW
= Intensitas kunjungan wisata (berapa kali).
PW
= jumlah pengeluaran wisatawan (dalam rupiah).
YCR = pendapatan wisatawan (dalam rupiah). JAK
= Jumlah anggota keluarga (orang).
BPW = biaya perjalanan (dalam rupiah). t
= menunjukkan tahun penelitian.
µ = error term, menunjukkan tanggapan atas variabel tidak bebas, karena ada variabel bebas lain yang tidak disertakan di dalam model ini. β0 = konstanta β1, β2, β3, β4 = koefisien variabel yang menjelaskan elastisitas variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Uji Asumsi Klasik Uji multikolinieritas Uji ini adalah untuk mendeteksi apakah terdapat hubungan yang kuat antara sesama variabel independen. (Rasul, 2011) jika terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen maka terdapat gejala multikolinieritas. Uji heteroskedastisitas Linieritas fungsi regresi antara lain ditentukan oleh keseragaman perpencaran varians residu dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas merupakan alat untuk menguji keseragaman perpencaran varians residu tersebut. Dalam hal perpencaran varians residu seragam atau tetap disebut homokedastisitas, sedangkan perpencaran varians residu yang tidak seragam dinamakan heteroskedastisitas. Dengan demikian regresi linier yang baik adalah regresi yang varians residunya homoskedastisitas. Uji autokorelasi Uji autokorelasi adalah uji mengenai adanya hubungan serial antara errors pada pengamatan tertentu dengan error pada pengamatan sebelumnya. Jika hubungan antara error dengan error sebelumnya kuat atau pengaruh error sebelumnya signifikan terhadap error periode berjalan maka dikatakan ada problem autokorelasi. Problem autokorelasi tentunya muncul pada data time series, sedangkan pada data cross section jarang ditemukan. Alat uji autokorelasi antara lain menggunakan uji DW (Durbin Watson). Uji kesesuaian (Test of goodness of fit) Uji kesesuaian (test of goodness of fit) dilakukan berdasarkan uji t (partial test), uji F (over all test) dan perhitungan nilai koefisien determinasi (R2). Uji t (partial test) Uji t dimaksudkan untuk melihat tingkat signifikasi pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk pengujian
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
58
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
signifikansi ini, nilai t hitung dibandingkan dengan nilai t tabel pada unsur tingkat keyakinan dan derajat kebebasan (degree of freedom) tertentu. Uji F (over all test) Pengujian ini dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua variabel bebas (independen) secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Disamping menguji berarti tidaknya variabel-variabel bebas secara bersama-sama, uji F juga sekaligus menguji koefisien determinasi (R2). Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menyebabkan nilai R 2 yang diperoleh secara statistik tidak sama dengan nol. Koefisien determinasi (R2). Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang dipakai. Koefisien determinasi (R2) yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau angka yang menunjukkan seberapa besar variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0 < R2 < 1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden Di dalam penelitian ini karakteristik responden meliputi karakteristik berdasarkan usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, daerah asal kunjungan, pengeluaran, biaya perjalanan, jumlah anggota keluarga, intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. Mayoritas responden pengunjung wisata Berastagi adalah berusia 21-30 tahun dengan persentase 30 %, mayoritas pengunjung wisata Berastagi adalah laki-laki dengan persentase sebesar 51%, mayoritas pengunjung wisata Berastagi adalah orang yang sudah pernah menikah, frekuensi paling besar tingkat pendidikan pengunjung wisata Berastagi adalah tamat S1 yaitu sebanyak 33 %, mayoritas pengunjung wisata Berastagi adalah berasal dari Kota Medan yaitu sebanyak 73 %, kebanyakan pengunjung wisata Berastagi adalah yang berpendapatan > Rp. 5 Juta yaitu sebanyak 29%, kebanyakan pengunjung wisata Berastagi melakukan pengeluaran (belanja) sebesar Rp. 400.001 s/d Rp. 500.000 yaitu sebanyak 33%, kebanyakan pengunjung wisata Berastagi adalah mengeluarkan biaya perjalanan sebesar Rp. 100.000 s/d Rp. 200.000 dengan persentase sebanyak 45%, kebanyakan pengunjung wisata Berastagi adalah mereka yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 1 orang yaitu sebanyak 48%, dan mayoritas pengunjung wisata Berastagi mempunyai intensitas kunjungan wisata sebanyak 1 kali (52%). Hasil analisis Regresi Dari hasil analisis regresi dengan menggunakan software eviews 6.1 diperoleh persamaan : Y = - 6,45 - 0,03 X1 + 0,47 X2 + 0,16 X3 - 0,005 X4 Keterangan : Nilai R2 = 0,5830 Volume 1
No. 3
J u l i 2013
59
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489 Adjusted R2 = 0,5650 F hitung = 32,5 ( Prob = 0,0000) Durbin Watson (DW) = 2,36 Koefisien Determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,5830 atau 58,3 % artinya model dapat memprediksi variabel terikat sebesar 58,3 %, sedangkan sisanya 41,7% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dikutsertakan di dalam model. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) a. Uji Parsial (uji – t) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam model secara terpisah mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas untuk tingkat kepercayaan = dan df = n - k dengan hipotesa: H0 : variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas H1 : variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas Jika t-hitung < t-tabel maka H0 diterima artinya variabel bebas secara terpisah tidak mempengaruhi variabel tidak bebas. Jika t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak artinya variabel bebas secara terpisah berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Untuk variabel bebas X1, dari hasil regresi dengan menggunakan software Eviews 6 diperoleh nilai t hitung sebesar -0,3467 sedangkan nilai t tabelnya sebesar 1,65 berarti t-hitung < t-tabel maka H0 diterima artinya variabel pengeluaran secara terpisah tidak mempengaruhi intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. Untuk variabel bebas X2, dari hasil regresi dengan menggunakan software Eviews 6 diperoleh nilai t hitung sebesar 6,0647 sedangkan nilai t tabelnya sebesar 1,65 berarti t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak artinya variabel pendapatan wisatawan secara terpisah mempengaruhi intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. Untuk variabel bebas X3, dari hasil regresi dengan menggunakan software Eviews 6 diperoleh nilai t hitung sebesar 2,8040 sedangkan nilai t tabelnya sebesar 1,65 berarti t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak artinya variabel jumlah anggota keluarga secara terpisah mempengaruhi intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. Untuk variabel bebas X4, dari hasil regresi dengan menggunakan software Eviews 6 diperoleh nilai t hitung sebesar -0,1132 sedangkan nilai t tabelnya sebesar 1,65 berarti t-hitung < t-tabel maka H0 diterima artinya variabel biaya perjalanan secara terpisah tidak mempengaruhi intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. Untuk nilai t hitung dan probabilitas dapat kita lihat pada tabel 11 dibawah ini.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
60
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Variabel
Nilai t hitung Nilai t tabel (α=0,05) Probabilitas
Kesimpulan
Pengeluaran (X1)
-0,3467
1,65
0,7296
Tidak Signifikan
Pendapatan (X2)
6,0647
1,65
0,0000
Signifikan ***
Jumlah Anggota Keluarga (X3) Biaya Perjalanan (X4)
2,8040
1,65
0,0061
Signifikan ***
- 0,1132
1,65
0,9101
Tidak Signifikan
Ket. *** signifikan pada tingkat kesalahan 1%. Sumber : data primer diolah b. Uji F Hitung Uji ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas dengan hipotesis: H0 : semua variabel bebas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel tidak bebas. H1 : semua variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel tidak bebas. Rumus untuk menghitung nilai F hitung dari persamaan regresi yang terbentuk adalah : F= Dengan tingkat keyakinan = dan df = (k-1) (N-k) H0 diterima jika F-hitung < F-tabel H0 ditolak jika F-hitung > F-tabel Dari hasil regresi diperoleh nilai F hitung sebesar 32,50 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000 sedangkan nilai F tabel sebesar 2,47. Berarti nilai F hitung > F Tabel (32,50 > 2,47) kesimpulan : H0 ditolak atau H1 diterima artinya variabel pengeluaran wisatawan, pendapatan wisatawan, jumlah anggota keluarga dan biaya perjalanan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. Uji Asumsi Klasik A. Uji Normalitas Pengujian normalitas dengan menggunakan analisis grafik dilakukan dengan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal, diambil kesimpulan bahwa data pengujian adalah berdistribusi normal.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
61
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas atau tidak. Dari Tabel correlation matrix diatas terlihat bahwa tidak ada masalah multikolinieritas dalam persamaan regresi berganda. Hal ini disebabkan nilai matriks korelasi dari semua variabel adalah kurang dari 0,8. Uji Heteroskedatisitas Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana semua gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak memiliki varians yang sama. Dari gambar pola residual hasil regresi diatas tidak terlihat residual membentuk suatu pola tertentu (residual bergerak konstan) maka diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas didalam model regresi. Uji Autokorelasi Autokorelasi menunjukkan korelasi diantara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Nilai F dan Obs* R squared dimana jika nilai probabilitas dari Obs* R squared melebihi tingkat kepercayaan, maka H0 diterima, artinya tidak ada masalah autokorelasi. Pengujian hipotesis autokorelasi ; 1. H0 : tidak ada autokorelasi serial (serial correlations). H1 : ada korelasi serial (serial correlations). 2. Jika p-value Obs*R-aquared < α, maka H0 ditolak. 3. Oleh karena p-value Obs*R-aquared = 8,88 > 0,05 maka H0 diterima. 4. Kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95% tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi. E. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ; 1. Pengeluaran wisatawan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. 2. Pendapatan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. 3. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. 4. Biaya perjalanan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap intensitas kunjungan wisata ke Berastagi. DAFTAR PUSTAKA Gujarati, Damodar, Porter C. Dawn. 2010. Dasar-dasar Ekonometrika, Buku I, Terjemahan, Jakarta : Salemba Empat J. Supranto. 1997. Statistik, Teori dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga. Rasul, Agung Abdul. 2011. Ekonometrika, Formula dan Aplikasi Dalam Manajemen, Jakarta : Mitra Wacana Media dan UHAMKA Press
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
62
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan dalam Bisnis Jasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Usman, H. dan Purnomo. 1996. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
63
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PERAMALAN NILAI PENJUALAN ENERGI LISTRIK (DALAM RUPIAH) DI PT. PLN (PERSERO) CABANG BINJAI HINGGA TAHUN 2015 RAFIAN NAULI HASIBUAN Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
Abstract In the economy, human has two roles, as producers and as consumers, and the human are always trying to fulfill their needs through the available resources. Electricity is one of the primary needs and can not be separated from human life, because almost all aspects of their life need electricity. This study aims to find the form of equations that can be used to predict the value of the electric energy sales (in Rupiahs) until 2015, based on data from 1996 to 2011 in PT PLN (Persero) Binjai Branch. The method used in this study is the Double Exponential Smoothing Methods with One Parameter Linear method by Brown. Data processing tool is Microsoft Excel 2010. Research produces equations to predict the value of electrical energy sales (in Rupiahs) until 2015 based on data from the years 1996-2011 at PT PLN (Persero) Binjai Branch. Keywords: Forecast, Electric Sales, Exponential Smoothing A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam perekonomian, manusia berperan sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen yang selalu berupaya memenuhi kebutuhan hidupnya melalui alat pemuas kebutuhan yang tersedia dan beranekaragam. Berbagai macam cara dilakukan terkhusus bagi konsumen guna mendapatkan kebutuhan hidupnya yaitu primer atau sekunder, baik itu melalui pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia maupun pendaur-ulangan bahan-bahan atau produk-produk yang sudah lama tidak digunakan lagi. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu alat pemuas kebutuhan manusia misalnya : tanah, air, energi gas, energi panas, energi listrik dan sebagainya. Listrik merupakan salah satu kebutuhan primer atau penting sebab tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, karena hampir seluruh aspek kegiatan membutuhkan listrik, khususnya pada era globalisasi dan modernisasi saat ini. Perkembangan teknologi yang semakin canggih memerlukan banyak hal yang dapat mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, salah satunya adalah energi listrik. Meskipun saat ini telah tersedia sebuah alat yang dinamakan genset (generator set) yang dapat tetap mengalirkan listrik dengan menggunakan bahan abakar solar, namun alat tersebut digunakan hanya sebagai cadangan ketika listrik padam tetapi dengan menggunakan alat ini juga menghabiskan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu energi listrik tetap sangat diperlukan meskipun alat itu telah ada. Kita
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
64
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
secara bersama-sama mengelola dan menjaga jaringan listrik yang ada di daerah kita ini dengan menjadikannya sebagai harta yang harus dirawat dan diperhatikan dengan baik. Kita perlu instropeksi terhadap penggunaan arus listrik sehingga tidak terjadi pemborosan dan kita juga harus tahu bahwa biaya produksi listrik sangat besar, karenanya kita harus menghemat penggunaan listrik seefisien mungkin jika tidak dibutuhkan sebaiknya lampu tersebut dimatikan. Dari keadaan dan berbagai alasan tersebut, penulis ingin meneliti salah satu Sumber Daya Alam (SDA) yang kita miliki yaitu energi listrik. Dalam hal ini, penulis ingin mengetahui dan meramalkan berapa besar nilai penjualan energi listrik (dalam rupiah) yang diperoleh khususnya di wilayah PT. PLN (Persero) Cabang Binjai. Berdasarkan pemikiran diatas maka penulis memilih judul “Peramalan Nilai Penjualan Energi Listrik (Dalam Rupiah) Di PT. PLN (Persero) Cabang Binjai Untuk Tahun 2015”. B. IDENTIFIKASI MASALAH Dalam tulisan ini yang menjadi permasalahan adalah : Bagaimana bentuk persamaan yang dapat dipakai untuk meramalkan besarnya nilai penjualan energi listrik (dalam rupiah) hingga tahun 2015 berdasarkan data dari tahun 1996-2011 di PT.PLN (PERSERO) Cabang Binjai. C. BATASAN MASALAH Yang menjadi batasan permasalahan adalah besarnya nilai penjualan energi listrik cabang Binjai pada tahun 2015 dengan menggunakan data dari tahun 1996-2008. D. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan lanjutan dan replikasi penelitian Nasution (2010) yang berjudul Peramalan Nilai Penjualan Energi Listrik (dalam Rupiah) di PT. PLN (persero) cabang Binjai untuk tahun 2010, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nasution (2010) adalah tahun jangkauan peramalan. E. TINJAUAN PUSTAKA Peramalan (Forecasting) Peramalan adalah suatu kegiatan yang memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Metode peramalan merupakan cara untuk memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan dasar data yang relevan pada masa lalu. Dengan kata lain, metode peramalan ini digunakan dalam peramalan yang bersifat objektif. Metode peramalan merupakan cara untuk memperkirakan secara kuantitatif apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan dasar data yang relevan pada masa lalu. Oleh karena itu, metode peramalan termasuk dalam kegiatan peramalan kuantitatif. Keberhasilan dari suatu peramalan sangat ditentukan oleh pengetahuan teknik tentang informasi lalu yang dibutuhkan yaitu informasi yang bersifat kuantitatif. Serta teknik dan metode peramalannya. Di dalam bagian organisasi terdapat beberapa kegunaan peramalan diantaranya:
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
65
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
1. Berguna untuk penjadwalan sumber daya yang tersedia. Penggunaan sumber daya yang efisien memerlukan penjadwalan produksi, transportasi, kas, personalia dan sebagainya. Input yang penting untuk penjadwalan seperti itu adalah ramalan tingkat permintaan konsumennya atau si pelanggan. 2. Berguna dalam penyediaan sumber daya tambahan. Waktu tenggang (lead time) untuk memperoleh bahan baku, menerima pekerja baru atau pembelian mesin dan peralatan dapat berkisar antara beberapa hari sampai beberapa tahun. Peramalan digunakan untuk menentukan kebutuhan sumber daya di masa yang akan datang. 3. Untuk menentukan sumber daya yang diinginkan. Setiap organisasi harus menentukan sumber daya yang dimiliki dalam waktu jangka panjang. Keputusan semacam ini bergantung kepada faktor-faktor lingkungan, manusia dan pengembangan sumber daya keuangannya. Semua penentuan ini memerlukan peramalan yang baik dan menajer yang dapat menafsirkan pendugaan serta membuat keputusan yang baik. Walaupun banyak bidang lain yang memerlukan peramalan, namun tiga kelompok di atas merupakan bentuk khas dari kegunaan peramalan jangka pendek, menengah dan panjang. Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan atas dua kategori utama yaitu: 1. Peramalan yang kualitatif atau teknologis. Peramalan kualitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung kepada orang yang menyusunnya. Hal ini sangat penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, pendapat dan pengetahuan dari orang yang menyusunnya. 2. Peramalan Kuantitatif. Peramalan kuantitatif merupakan peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung kepada metode yang diperguanakan dalam peramalan tersebut. Dengan metode yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda pula. Metode kuantitaif dapat dibagi dalam deret berkala (time series) dan metode kausal. Dalam hal ini penulis membatasi bahwa metode peramalan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah cara memperkirakan sesuatu yang akan terjadi di masa depan secara kuantitatif. Oleh karena itu, dalam pembahasan selanjutnya akan ditekankan pada peramalan kuantitatif. Pada dasarnya peramalan kuantitatif dibedakan atas: 1. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antar variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang merupakan deret waktu (time series). 2. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisa pola hubungan antar variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
66
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
mempengaruhinya, bukan waktu, yang disebut dengan metode korelasi atau sebab akibat (causal methods). Dalam penelitian ini, digunakan metode peramalan yang pertama, yaitu metode peramalan dengan menggunakan variabel waktu atau yang dikenal dengan time series. Peramalan kuantitatif dapat digunakan bila terdapat tiga kondisi yaitu: 1. Adanya informasi tentang masa lalu 2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data 3. Informasi tersebut dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut dimasa yang akan datang. Kondisi yang terakhir ini dibuat sebagai asumsi yang berkesinambungan (asumption of mend continuity). Asumsi ini merupakan modal yang mendasari dari semua metode peramalan kuantitatif dan banyak metode peramalan teknologis, terlepas dari bagaimana canggihnya metode tersebut. Metode-metode peramalan dengan analisa deret waktu yaitu: 1. Metode pemulusan eksponensial dan rata-rata bergerak. Sering digunakan untuk ramalan jangka pendek dan jarang dipakai untuk peramalan jangka panjang. 2. Metode Regresi. Metode ini bisa digunakan untuk ramalan jangka menengah dan jangka panjang. 3. Metode Box-Jenkins. Jarang dipakai, namun baik untuk ramalan jangka pendek, menengah dari jangka panjang. Dalam penelitian ini, yang akan digunakan adalah metode time series yang pertama, yaitu metode pemulusan eksponensial. Data Berkala (Time Series) Data berkala adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk memberikan gambaran tentang perkembangan suatu kegiatan dari waktu ke waktu. Analisa deret berkala memungkinkan untuk mengetahui perkembangan suatu atau beberapa kejadian serta hubungannya dengan kejadian lain. Metode time series merupakan metode peramalan kuantitatif didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan antar variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu. Tujuan time series ini mencakup meneliti pola data yang digunakan untuk meramalkan apakah data tersebut stasioner atau tidak. Stasioner itu sendiri berarti bahwa tidak terdapat pertumbuhan atau penurunan data. Data secara kasar harus horizontal sepanjang waktu, dengan kata lain fluktuasi data tetap konstan setiap waktu. Dalam pemilihan teknik dan metode peramalan, pertama-tama perlu diketahui ciri-ciri penting yang perlu diperhatikan bagi pengambilan keputusan dan analisa keadaan dalam mempersiapkan peramalan. Ada enam faktor utama yang diidentifikasikan sebagai teknik dan metode peramalan, yaitu: 1. Horizon waktu. Ada dua aspek dari horizon waktu yang berhubungan dengan masing-masing metode peramalan. Pertama adalah cakupan waktu di masa
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
67
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
yang akan datang. Aspek kedua adalah jumlah periode untuk peramalan yang diinginkan. 2. Pola data. Dasar utama dari metode peramalan adalah anggapan bahwa macam dari pola yang didapati di dalam data yang diramalkan akan berkelanjutan. 3. Jenis dari model. Model-model merupakan suatu deret dimana waktu digambarkan sebagai unsur yang penting untuk menentukan perubahanperubahan dalam pola. Model-model perlu diperhatikan karena masingmasing model mempunyai kemampuan yang berbeda dalam analisa keadaan untuk pengambilan keputusan. 4. Biaya yang dibutuhkan. Umumnya ada empat unsur biaya yang tercakup dalam penggunaan suatu prosedur peramalan. Yakni biaya-biaya pengembangan, penyimpanan data, operasi pelaksanaan dan kesempatan dalam penggunaan teknik-teknik dan metode peramalan. 5. Ketepatan metode peramalan. Tingkat ketepatan yang dibutuhkan sangat erat kaitannya dengan tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. 6. Kemudahan dalam penerapan. Metode-metode yang dapat dimengerti dan mudah dialokasikan sudah merupakan suatu prinsip umum bagi pengambil keputusan. Hal penting yang harus diperhatikan dalam metode deret berkala adalah menentukan jenis pola data historisnya. Sehingga pola data yang tepat dengan pola data historis tersebut dapat diuji, dimana pola data umumnya dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Pola Data Horizontal. Pola ini terjadi bila berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan 2. Pola Data Musiman (Seasonal). Pola yang menunjukkan perubahan yang berulang-ulang secara periodik dalam deret waktu. Pola ini terjadi bila suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman, misalnya: kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu. 3. Pola Siklis (Cyclical). Pola data yang menunjukkan gerakan naik turun dalam jangka panjang dari suatu kurva trend. Terjadi bila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklis bisnis. 4. Pola Data Trend. Pola yang menunjukkan kenaikan atau penurunan jangka panjang data. Metode Pemulusan (Smoothing) Metode Pemulusan adalah metode peramalan dengan mengadakan penghalusan terhadap masa lalu, yaitu dengan mengambil rata-rata dari nilai beberapa tahun lalu untuk menaksir nilai pada beberapa tahun ke depan. Secara umum metode smoothing diklasifikasikan menjadi dua bagian: 1. Metode Rata-rata. Metode rata-rata dibagi atas empat bagian: a) Rata-rata sederhana b) Rata-rata bergerak tunggal (Single moving average) c) Rata-
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
68
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
rata bergerak ganda (Double moving average) d) Kombinasi rata-rata bergerak lainnya. Metode rata-rata tujuannya adalah untuk memanfaatkan data masa lalu untuk mengembangkan suatu sistem peramalan pada periode mendatang. 2. Metode Pemulusan Eksponensial. Bentuk umum dari metode pemulusan eksponensial : . Dimana: Ft+1 : Ramalan suatu periode ke depan, Xt : Data aktual pada periode ke-t, Ft : Ramalan pada periode ke-t, dan α : Parameter pemulusan. Metode ini terdiri dari : a. Pemulusan Eksponensial Tunggal i. Satu Parameter (One Parameter) ii. Parameter Adaptif b. Pemulusan Eksponensial Ganda i. Satu Parameter (Metode Linier) dari Brown ii. Dua Parameter dari Holt c. Pemulusan Eksponensial Triple i. Satu Parameter (Metode Kuadratik) dari Brown. Digunakan untuk pola kuadratik, kubik, atau orde yang lebih tinggi. ii. Metode Kecenderungan Dan Musim Tiga Parameter Dari Winter Dapat digunakan untuk data berbentuk trend dan musiman. F. METODE YANG DIGUNAKAN Untuk mendapatkan hasil yang baik harus diketahui cara peramalan yang tepat. Maka metode peramalan analisis deret berkala yang digunakan untuk meramalkan nilai penjualan energi listrik pada pemecahan masalah ini adalah dengan menggunakan Metode Smoothing Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown. Persamaan yang dapat dipakai dalam pelaksanaan Eksponensial Linier Satu Parameter dari Brown adalah sebagai berikut:
Dengan: m = Jumlah periode di depan yang diramalkan S’ = Nilai eksponensial smoothing tunggal S” = Nilai eksponensial smoothing ganda α = Parameter Pemulusan Ekponensial t
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
69
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
a = Nilai konstanta pada periode ke t bt = Nilai slope Ft+m = Hasil peramalan untuk m periode ke depan yang akan diramalkan. Ketepatan Ramalan Ketepatan ramalan adalah suatu hal yang mendasar dalam peramalan yaitu bagaimana mengukur kesesuaian suatu metode peramalan tertentu untuk suatu kumpulan data yang diberikan. Beberapa kriteria yang diguanakan untuk menguji ketepatan ramalan adalah: ∑
1. Nilai tengah kesalahan (Mean Error) 2. Nilai tengah kesalahan kuadrat (Mean Squared Error), ∑
3. Nilai tengah kesalahan absolut (Mean Absolute Error), ∑
| |
4. Nilai
tengah
kesalahan
persentase
(Mean
Percentage
error),
∑
5. Nilai tengah kesalahan persentase absolut (Mean Absolute Percentage Error), ∑
|
|
Dengan: et = Xt – Ft ( kesalahan pada periode ke t ) Xt = data aktual pada periode ke t Ft = nilai ramalan pada periode ke t (
)
n = banyaknya periode waktu Metode peramalan yang dipilih adalah metode yang memberikan nilai MSE yang terkecil. G. ANALISIS Manfaat Listrik Bagi Kehidupan Kita lihat di dalam rumah kita di berbagai sudut banyak alat yang menggunakan listrik karena listrik itu sangat beguna bagi manusia. Listrik mempunyai manfaat yang sangat besar kita bisa menggunakan untuk memasak, untuk menyalakan lampu, menghidupkan radio dan berbagai macam yang lain . jadi demikian listrik sudah menjadi sebuah yang harus ada . dalam pemanfaatannya listrik di bedakan menjadi sebagai berikut :
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
70
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
1. Listrik sebagai penghasil cahaya. Setiap sudut rumah kiat banyak lampu yang di pasang . gunanya lampu sebagai cahaya yang menerangi bila malam datang dan sebagai pengganti cahaya matahari.cara kerja nya kalao arus LISTRIK mengalir pada kawat wolfarm yang pada lampu akan panas dan mengakibatkan berpijar.kawat wolfram ini bersifat halus dan berhambatan tinggi. 2. Listrik sebagai penghasil panas. Kalau listrik sebagai penghasil panas kita aplikasikan pada alat yang menggunakan elemen pemanas. bisanya di gunakan untuk keperluan rumah tangga seperti untuk memasak (kompor listrik),untuk menanak nasi (magic com),untuk menyetrika (setrika listrik) dan masih banyak lagi alat yang menggunakan pemanas. 3. Listrik sebagai penghasil gerak. Di dalam kehidupan sehari hari kita sering menjumpai berbagai macam kebutuhan yang mengguanakn liistrik untuk menghasilkan gerak .sebagi contoh motor,mobil kipas angin dan lain lain alat ini menghasilkan gerak untuk berjalan atapun untuk memudahkan manusia dalam segala aktivitasnya. Sumber Energi Listrik Listrik memegang peranan yang vital dalam kehidupan. Dapat dikatakan bahwa LISTRIK telah menjadi sumber energi utama dalam setiap kegiatan baik di rumah tangga maupun industri. Mulai dari peralatan dapur hingga mesin pabrik-pabrik besar bahkan pesawat terbang, semua memerlukan listrik. Umumnya listrik diperoleh dari mengubah energi kinetik melalui generator menjadi listrik. Energi kinetik untuk menggerakkan generator bisa diperoleh dari uap yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi fosil, seperti minyak, batubara dan gas atau bisa juga dari aliran air atau dari aliran udara. Intinya adalah energi listrik dihasilkan dari pengubahan sumber energi lain. Sumber-sumber energi untuk listrik memiliki kelebihan dan kekurangan. Sumber energi fosil mudah diperoleh namun bersifat cadangannya terbatas. Sementara sumber energi aliran air atau angin relatif bersih, tak terbatas namun tidak selalu ada. Banyak sumber sumber energi di indonesia yang diantaranya yang telah di gunakan: 1. AIR, banyak pembangkit tenaga listrik menggunakan sumber air. untuk menjalankan generator atau banayk kincir air yang di gunakan untuk sumber tenaga listri. karna air mempuyai tekanan yang tinggi ,semakin tinggi tekanan air atau debit air semakin tinggi pula tenaga yang di hasilkan. dan ini dinamakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). 2. UAP,sebuah pembangkit listrik jika dilihat dari bahan baku untuk memproduksinya, maka Pembangkit listrik Tenaga Uap bisa dikatakan pembangkit yang berbahan baku Air. Kenapa tidak UAP? Uap disini hanya
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
71
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
sebagai tenaga pemutar turbin, sementara untuk menghasilkan uap dalam jumlah tertentu diperlukan air. Menariknya didalam PLTU terdapat proses yang terus menerus berlangsung dan berulang-ulang. Prosesnya antara air menjadi uap kemudian uap kembali menjadi air dan seterusnya.Mula-mula air ditampung dalam tempat memasak dan kemudian diberi panas dari sumbu api yang menyala dibawahnya. Akibat pembakaran menimbulkan air terus mengalami kenaikan suhu sampai pada batas titik didihnya. Karena pembakaran terus berlanjut maka air yang dimasak melampaui titik didihnya sampai timbul uap panas. Uap ini lah yang digunakan untuk memutar turbin dan generator yang nantinya akan menghasilkan energi listrik. 3. PASANG SURUT AIR LAUT, pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya; dan pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar. suplai listriknya pun relatif lebih dapat diandalkan daripada pembangkit listrik bertenaga ombak Peramalan merupakan salah satu metode untuk meramalkan nilai di masa yang akan datang. Peramalan penjualan listrik sangat penting dilakukan untuk mengetahui besar nilai penjualan listrik pada periode-periode yang akan ditentukan. Adapun manfaat yang diperoleh dengan menggunakan peramalan penjualan listrik dapat dilihat pada bagian Tinjauan Pustaka pada penelitian ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tabel 1 Data Nilai Penjualan Energi Listrik Di PT. PLN Cabang Binjai No. Tahun Nilai Penjualan (Milyar Rupiah) 1 1996 48,27 2 1997 56,15 3 1998 72,98 4 1999 85,05 5 2000 118,83 6 2001 156,50 7 2002 221,86 8 2003 306,92 9 2004 340,05 10 2005 351,75 11 2006 369,61 12 2007 406,70 13 2008 474,32 14 2009 504,54 15 2010 567,89 16 2011 658,21 Sumber: BPS Sumatera Utara
Apabila digambarkan data penjualan energi listrik PT. PLN Cabang Binjai adalah sebagai berikut:
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
72
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Gambar 1. Penjualan Energi Listrik PT. PLN Cabang Binjai (Rp/Milyar) Sumber : BPS Sumatera Utara
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa plot data jumlah penjualan energi listrikdi PT. PLN (Persero) Cabang Binjai dari tahun 1996 sampai tahun 2011 tidak stasioner atau menunjukkan pola trend, sehingga kita dapat menggunakan Metode Pemulusan Eksponensial Ganda: Metode Linier Satu Parameter dari Brown. Metode Pemulusan Eksponensial Ganda Satu Parameter dari Brown Berdasarkan pengamatan data penelitian untuk meramalkan data penjualan energi listrik PT PLN Cabang Binjai yang digunakan adalah Metode Pemulusan Eksponensial Ganda: Metode Linier Satu Parameter dari Brown, yang memiliki langkah langkah sebagai berikut: 1. Penaksiran Model Peramalan Untuk memenuhi perhitungan pemulusan ganda, tunggal dan ramalan yang akan datang, meka terlebih dahulu kita menentukan parameter nilai α secara trial and error (coba dan salah). Suatu nilai α dipilih yang besarnya 0 < α < 1, dihitung mean square error (MSE) yang merupakan suatu ukuran tetapan perhitungan dengan mengkuadratkan masing masing kesalahan untuk masing masing item dalam sebuah susunan data dan kemusian memperoleh rata rata atau nilai tengah kuadrat tersebut kemudian dicoba nilai α yang lain. Untuk menghitung MSE pertama dicari error terlebuh dahulu yang merupakan hasil data asli dikurangi hasil ramalan, lalu tiap error dikuadratkan dan dibagi dengan banyaknya error. Secara matematis rumus MSE sebagai berikut: ∑ Berdasarkan rumus diatas dicoba dihitung MSE dengan menggunakan α = 0,1 sebagai berikut:
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
73
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 2 Menentukan MSE dengan menggunakan α = 0,1 t
year
Xt
S't
S''t
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
48.27 56.15 72.98 85.05 118.83 156.50 221.86 306.92 340.05 351.75 369.61 406.70 474.32 504.54 567.89 658.21
48.27
48.27
49.06 51.45 54.81 61.21 70.74 85.85 107.96 131.17 153.23 174.87 198.05 225.68 253.56 284.99 322.32
48.35 48.66 49.27 50.47 52.50 55.83 61.04 68.06 76.57 86.40 97.57 110.38 124.70 140.73 158.89 JUMLAH
at
bt
ft+m
e
e2
49.77 54.24 60.35 71.96 88.99 115.87 154.88 194.28 229.88 263.33 298.53 340.97 382.43 429.26 485.75
0.08 0.31 0.62 1.19 2.03 3.34 5.21 7.01 8.52 9.83 11.16 12.81 14.32 16.03 18.16
49.85 54.55 60.96 73.15 91.01 119.21 160.09 201.29 238.40 273.16 309.69 353.78 396.75 445.29
23.13 30.50 57.87 83.35 130.85 187.71 179.96 150.46 131.21 133.54 164.63 150.76 171.14 212.92
535.18 930.15 3,348.77 6,947.18 17,120.67 35,234.85 32,386.26 22,637.19 17,216.80 17,833.78 27,101.51 22,727.28 29,290.17 45,333.45 278,643.24
Sumber: Hasil Perhitungan data penelitian
Langkah selanjutnya dilakukan perhitungan nilai MSE untuk masing masing nilai α dari 0,2 hingga 0,9 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 3 Nilai MSE No Alpha (α) MSE 1 0.1 17,415.20 2 0.2 4,532.35 3 0.3 1,967.89 4 0.4 1,248.18 5 0.5 952.12 6 0.6 790.98 7 0.7 692.56 8 0.8 632.51 9 0.9 599.97 Sumber: Hasil Perhitungan Data Penelitian
Dari Tabel 3 diatas dapat dilihat yang menghasilkan nilai MSE yang paling kecil atau minimum yaitu pada nilai parameter pemulusan α = 0,9 sehingga nilai alpha yang digunakan adalah 0,9.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
74
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 4. Pemulusan Eksponensial Ganda Metode Linier Satu Parameter Dari Brown Dengan Menggunakan Α – 0,9 Pada Nilai Penjualan Energi Listrik (Dalam Milyar Rupiah di PT PLN Cabang Binjai
Sumber: Hasil Perhitungan Data Penelitian
Ukuran ketepatan Peramalan dengan α = 0,9 dari Tabel 4: ∑
1. Nilai tengah kesalahan (mean error):
2. Nilai tengah kesalahan kuadrat (Mean square error): ∑
3. Nilai tengah Kesalahan absolut (Mean squared error): i
∑
|
|
4. Nilai tengah kesalahan persentase (mean percentage error): ∑
5. Nilai tengah kesalahan persentase absolut (mean absolute percentage error): ∑
|
|
2. Penentuan Bentuk Persamaan Peramalan Perhitungan pada Tabel 4 diatas didasarkan pada α = 0,9 dan ramalan satu periode kedepan yaitu dalam perhitungan periode ke 17.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
75
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Berdasarkan data terakhir dapat dibuat peramalan untuk satu tahun berikutnya dengan bentuk persamaan peramalan :
3. Peramalan Nilai Penjualan Energi Listrik Setelah diperoleh model peramalan nilai penjualan energi listrik, maka dapat dihitung untuk 3 periode ke depan yaitu untuk tahun 2012 dan 2013 seperti berikut ini: a. Untuk periode tahun ke 17 (tahun 2012): b. Untuk Periode tahun ke 18 (tahun 2013): c. Untuk Periode tahun ke 19 (tahun 2014): d. Untuk periode tahun ke 20 (tahun 2015) :
H. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan dimana kesimpulan merupakan jawaban dari permasalahan penelitian ini yaitu: bentuk persamaan yang dapat dipakai untuk meramalkan besarnya nilai penjualan energi listrik (dalam rupiah) hingga tahun 2015 berdasarkan data dari tahun 1996-2011 di PT.PLN (PERSERO) Cabang Binjai adalah
DAFTAR PUSTAKA Assauri, Sofyan, 1984. Teknik dan Metode Peramalan. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Http://www. sumut.bps.go.id Makridas, Spyros, 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan. Terjemahan Ir. Hari Suminto. Binarupa Aksara. Jakarta
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
76
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
PENGARUH LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA SRI MAHYUNI Staf Pengajar Politeknik Negeri Medan
ABTRACT The information disclosed in the financial statements should be clear, useful and not confusing users because the users of these reports related to economic decision making. The problem in this study were: 1. Whether there are significant leverage, liquidity and firm size on the completeness of the disclosure of financial statements in Food And Beverages Companies listed on the Jakarta Stock Exchange simultaneously? 2. Whether there are significant leverage, liquidity and firm size on the completeness of the disclosure of financial statements in Food And Beverages Companies listed on the Jakarta Stock Exchange in partial? The samples in this study were 20 food and beverages companies of the year 2007-2011. Data were analyzed using multiple linear regression. Conclusions of this research are: 1. There are significant leverage, liquidity and firm size on the completeness of disclosure of financial statements simultaneously on Food And Beverages Companies listed on the Jakarta Stock Exchange. 2. There are significant leverage, liquidity and firm size on the completeness of the financial statements partial disclosure of company size had the greatest effect of all variables on the completeness of disclosure index on Food And Beverages Companies listed on the Jakarta Stock Exchange. Keywords: leverage, liquidity, firm size, completeness of disclosure A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh dana. Di Indonesia sudah banyak perusahaan yang menjual sahamnya melalui pasar modal. Dalam melakukan kegiatannya di pasar modal para pelaku pasar mendasarkan keputusan yang akan diambil pada informasi yang diterimanya sehingga ketersediaan informasi yang relevan dan akurat akan membantu dalam proses investasi dan pendanaan pasar modal. Perusahaan yang telah memperoleh dana dari masyarakat dengan menjual saham di Pasar Modal, oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) diwajibkan untuk membuat Laporan Tahunan, yang disajikan setransparan mungkin yaitu apa adanya, tidak dibuat-buat, jujur, netral dan obyektif (Chairi dan Yularto, 2003). Laporan tahunan yang dibuat oleh perusahaan berupa laporan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
77
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
keuangan yang disajikan dalam bentuk kuantitatif, dimana informasi-informasi yang disajikan di dalamnya sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan karena dapat membantu perusahaan dalam memprediksi kinerja dan prospek perusahaan. Perusahaan-perusahaan sebenarnya enggan untuk memperluas pengungkapan laporan keuangan tanpa tekanan dari profesi akuntansi atau pemerintah. Akan tetapi pengungkapan merupakan hal yang vital bagi pengambilan keputusan optimal para investor dan pasar modal yang stabil (Irwin, 1994). Tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Data Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
Sumber: Penelitian Pamungkas (2007)
Semakin besar suatu usaha bisnis akan semakin mendorong perlunya informasi akuntansi, baik untuk pertanggungjawaban maupun untuk dasar pengambilan keputusan (Subiyantoro, 1997). Tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis (Harahap, 2002). Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Bagi para investor, informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan dijadikan sebagai alat analisis dan pengawasan terhadap kinerja perusahaan. Sementara bagi manajemen, keterbukaan informasi dimaksudkan untuk menunjukkan keseriusan dalammengelola perusahaan secara profesional, sehingga dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan investasi (Hadi dan Sabeni, 2002). Salah satu atribut penting dalam penyampaian suatu informasi akuntansi adalah kualitas. Kualitas informasi keuangan tercermin pada sejauh mana luas pengungkapan laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan. Ada tiga konsep mengenai luas pengungkapan keuangan, yaitu adequate, fair dan full disclosure. Konsep yang paling sering digunakan adalah adequate disclosure (pengungkapan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
78
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
yang cukup), yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana pada tingkat ini investor dapat menginterpretasikan angka-angka dalam laporan keuangan yang benar. Tetapi pengungkapan yang layak mengenai informasi yang signifikan bagi para investor dan pihak lainnya hendaknya cukup, wajar dan lengkap (Irwin, 1994). Pengungkapan laporan keuangan dapat dilakukan dalam bentuk penjelasan mengenai kebijakan akuntansi yang ditempuh, kontijensi, metode persediaan, jumlah saham beredar, dan ukuran alternatif. Pengungkapan bukan hanya memberikan penjelasan atas laporan yang disajikan akan tetapi juga menyajikan informasi yang bermanfaat dalam mempelajari usaha suatu perusahaan secara menyeluruh. Ada dua jenis pengungkapan (disclosure) yang dimuat dalam laporan keuangan dalam hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar. Yang pertama adalah pengungkapan wajib (mandatory), yaitu pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary), yaitu pengungkapan yang dilakukan secarasukarela oleh perusahaan tanpa diwajibkan oleh peraturan yang berlaku (Na’im dan Rakhman, 2000). Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menjadikan perusahaan tergerak untuk menyajikan pengungkapan, terutama yang wajib dan sukarela. Hal ini dimungkinkan dengan harapan informasi yang disajikan dapat memberi gambaran kebijakan dan prospek perusahaan untuk menarik para investor. Pengungkapan laporan keuangan yang memadai bisa ditempuh melalui penerapan regulasi informasi yang baik. Untuk menyelenggarakan regulasi informasi yang baik, terutama bagi para pelaku pasar modal, pemerintah telah menunjuk Bapepam dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Bapepam melalui Surat Edaran Ketua BAPEPAM mengeluarkan Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan No. SE-02/PM/2002 Tanggal 27 Desember 2002 yang berisi tentang elemen-elemen yang seharusnya diungkap dalam laporan keuangan. Laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan meliputi neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas, dan laporan ekuitas pemilik dengan pemegang saham (Sugiri dkk, 2002). Tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan ini berada di tangan manajemen. Manajemen juga memiliki kemampuan dan wewenang untuk menentukan bentuk dan isi laporan tambahan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Rasio leverage mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analis menggunakan istilah rasio solvabilitas yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya (Husnan, 1998). Perusahaan dengan leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan (monitoring cost) yang tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage yang tinggi akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Na’im dan Rakhman (2000) bahwa perusahaan dengan rasio hutang atas modal tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi dalam laporan keuangan untuk memenuhi debitur jangka panjang dibandingkan perusahaan dengan rasio rendah. Sedangkan menurut Meek dkk (1995) dalam Nugraheni dkk (2002) menyatakan semakin tinggi tingkat
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
79
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
leverage perusahaan, maka akan semakin besar pula agency cost atau dengan kata lain, untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka panjang perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Simanjuntak dan Widiastuti, 2004). Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (Husnan, 1998). Perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi akan melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan tersebut kredibel. Tapi di pihak lain, likuiditas dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan (Cooke, 1989 dalam Nugraheni dkk, 2002). Hal ini berbeda dengan pendapat Wallace dkk (1994) dalam Nugraheni dkk (2002), yang menyatakan perusahaan dengan likuiditas rendah justru cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen. Ukuran perusahaan adalah besarnya assets yang dimiliki perusahaan (Saidi, 2002). Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam penelitian ini, prosedur penelitian mencakup pengungkapan wajib maupun sukarela. Peneliti juga mencoba memperluas penelitian dengan menganalisis data lima tahun untuk menguji apakah variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan dalam penelitian ini tetap konsisten meski dalam waktu yang berbeda. Penelitian ini mempersempit dan memfokuskan pembahasan pada pengaruh leverage, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan periode penelitian tahun 2008-2012. Sampel penelitian ini yaitu laporan keuangan Perusahaan Food And Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2008 – 2012. B. PERMASALAHAN PENELITIAN Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh leverage, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada Perusahaan Food And Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta secara simultan? 2. Apakah terdapat pengaruh leverage, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada Perusahaan Food And Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta secara parsial? C. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Pamungkas (2007) yang berjudul “Pengaruh Leverage, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.” Perbedaan penelitian ini dengan Pamungkas (2007) adalah tahun penelitian dan jumlah sampel penelitian.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
80
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
D. TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan awalnya hanyalah sebagai alat untuk melihat pekerjaan pada bagian pembukuan, tetapi selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat untuk melihat saja tetapi sebagai dasar untuk menentukan dan menilai posisi-posisi keuangan perusahaan tersebut dimana dari hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, skedul dan informasi tambahan lainnya yang berkaitan dengan laporan tersebut (IAI, 2002). Penyusunan laporan keuangan dilakukan secara periodik dan periode yang biasanya digunakan adalah tahunan yang mulai 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember. Periode seperti ini disebut periode tahun kalender. Selain tahun kalender, periode akuntansi bisa juga dimulai dari tanggal selain tanggal 1 Januari. Istilah periode akuntansi sering juga disebut dengan tahun buku (Baridwan, 1992). Sugiri dan Riyono (2002) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang : 1. Berguna bagi investor serta kreditur saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan-keputusan serupa secara rasional. 2. Membantu investor serta kreditur saat ini atau potensial dan para pemakai lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu dan ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penebusan dan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. 3. Menyangkut sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut (kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya ke entitas lainnya dan ekuitas pemilik). Berdasarkan pengertian mengenai laporan keuangan, maka yang dimaksud laporan keuangan pada penelitian ini adalah hasil (output) dari proses akuntansi keuangan yang meliputi neraca, laporan rugi laba, arus kas dan perubahan modal. Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi (the release information) (Nugraheni dkk, 2002). Pengungkapan berarti tidak menutupi atau menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha, sehingga laporan keuangan harus lengkap, jelas dan menggambarkan aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan hasil operasi unit usaha tersebut. Informasi yang diungkap dalam laporan keuangan harus jelas, berguna dan tidak membingungkan pemakai laporan karena para pemakai ini berkaitan dengan pengambilan keputusan ekonomi (Chariri dan Ghozali, 2003).
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
81
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat bergantung pada standar. Pengungkapan laporan keuangan yang memadai bisa ditempuh melalui penerapan regulasi informasi yang baik. Regulasi informasi keuangan di Indonesia dilaksanakan oleh pemerintah melalui UU pasar modal, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) sebagai salah satu unit di Lingkungan Departemen Keuangan Republik Indonesia, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui Standar Akuntansi Keuangan. Lembaga-lembaga ini melakukan regulasi informasi bagi para pelaku pasar modal (Na’im dan Rakhman, 2000). Pengungkapan informasi adalah pemberian informasi oleh perusahaan, baik yang positif maupun yang negatif, yang mungkin berpengaruh atas suatu keputusan investasi. Keputusan mengenai apa yang akan diungkapkan harus didasarkan pada tujuan dasar pelaporan keuangan. Jika tekanannya kepada para investor, maka salah satu tujuannya adalah penyajian informasi yang memadai agar dapat dilakukan perbandingan mengenai hasil-hasil yang diharapkan. Kelengkapan dan transparansi pengungkapan laporan keuangan sangat penting karena itu sendiri merupakan sumber utama informasi keuangan yang disampaikan oleh manajer. Pengungkapan (disclosure) dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu : 1. Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan tentang informasi yang diharuskan oleh peraturan yang telah ditetapkan oleh badan otoriter. 2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh suatu peraturan pasar modal yang berlaku tetapi diungkap oleh perusahaan yang go publik (emiten) karena dipandang relevan dengan kebutuhan pemakai tahunan. Tingkat Kelengkapan pengungkapan laporan Keuangan dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Indeks Wallace): (Nugraheni dkk, 2003)
Keterangan:
n = jumlah butir yang diungkapkan oleh perusahaan k = jumlah butir yang seharusnya diungkap
Leverage Leverage mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analis menggunakan istilah rasio solvabilitias yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya (Husnan, 1998). Leverage berkaitan dengan bagaimana perusahaan didanai, lebih banyak menggunakan utang atau model yang berasal dari pemegang saham. Leverage mengukur kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup selama jangka waktu yang panjang. Kreditur jangka panjang danpemegang saham berkepentingan dalam leverage perusahaan, teristimewa kesanggupannya membayar bunga atau pokok pinjaman jatuh tempo. Tujuan rasio leverage adalah
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
82
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
mendeteksi sinyal awal bahwa perusahaan sedang berada diambang kebangkrutan (Simamora, 2000). Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan, maka semakin besar pula agency cost atau dengan kata lain, semakin besar kemungkinan terjadinya transfer kemamuran dari kreditur jangka panjang kepada pemegang saham dan manejer sehingga untuk mengurangi hal tersebut perusahaan dituntut melakukan pengungkapan yang lebih lengkap guna memnuhi kebutuhan informasi kreditur jangka panjang. Perusahaan dengan leverage yang tinggi menanggung biaya pengawasan (monitoring cost) yang tinggi. Jika menyediakan informasi secara lebih komprehensif akan membutuhkan biaya lebih tinggi, maka perusahaan dengan leverage yang tinggi akan menyediakan informasi secara lebih komprehensif. Rasio leverage menurut Sundjaja dan Berlian (2003) dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Rasio hutang mengukur besarnya total aktiva yang dibiayai oleh kreditur perusahaan. Semakin tinggi rasio tersebut semakin banyak uang kreditur yang sigunakan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio hutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus
.
Rata rata rasio
hutang untuk industri adalah sebesar 0,4. Semakin tinggi rasio hutang terhadap total aktiva maka semakin besar resiko keuangan; semakin rendah rasio ini berarti semakin rendah resiko keuangan. 2. Rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity to ratio). Rasio hutang terhadap ekuitas mengukur perbandingan antara hutang jangka pendek dengan modal pemegang saham perusahaan. Rasio hutang terhadap ekuitas dapat dihitung dengan rumus:
. Rata rata rasio hutang
terhadap ekuitas adalah 0,8. Semakin rendah rasio ini berarti semakin tinggi dana perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (husnan, 1998). Rasio likuiditas mengacu kepada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas berarti mempunyai cukup dana di tangan untuk membayar tagihan pada saat jatuh tempo dan berjaga jaga terhadap kebutuhan kas yang tidak terduga (Simamora, 2000) Likuiditas menunjukkan kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar utang jangka pendek disebut sebagai perusahaan yang likuid. Suatu perusahaan dikatakan likuid atau mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu: 1) memnuhi kewajiban tepat waktu, 2) memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi normal 3) mambayar bunga dan deviden yang dibutuhkan 4) memelihara tingkat kredit yang menguntungkan. Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan cenderung untuk
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
83
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
melakukan pengungkapan yang lebih karena ingin menunjukkan kinerja perusahaan yang kredibel. Rasio likuiditas dibagi menjadi tiga bagian: 1. Modal kerja netto dengan total aktiva. Aktiva lancar yang diharapkan berubah menjadi kas dalam jangka waktu singkat (biasanya kurang dari satu tahun). Kewajiban lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat (biasanya kurang dari satu tahun). Perbedaan antara aktiva lancear dengan kewajiban lancar disebut sebagai modal kerja netto. Modal kerja netto menunjukkan secara kasar potensi cadangan kas dari perusahaan. Rasio ini dinyatakan dengan: 2. Rasio lancar (current ratio). Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio ini Rata rata rasio
dinyatakan sebagai berikut:
lancar untuk industri adalah 4,2 kali. Semakin tinggi rasio lancar berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar tagihannya / kewajibannya. 3. Rasio ini berfungsi untuk menjembatani kekurangan yang disajikan oleh current ratio. Rasio ini benar benar mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek melalui aktiva lancar yang benar benar likuid. Rasio cepat dapat dirumuskan: . Besarnya rata rata rasio cepat untuk industri adalah 2,1 kali. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan adalah besarnya assets yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, yaitu: total aktiva, log size, nilai pasar saham dan lain lain (Suwito dan Herawati, 2005). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dari total aktiva yang dimiliki perusahaan, definisi dari total aktiva adalah segala sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akaibat dari transaksi masa lalu dan diharapkan akan memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan dimasa yang akan datang. Semakin besar size suatu perusahaan maka semakin besar pula modal yang ditanamkannya pada berbagai jenis usaha, lebih mudah dalam memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan sebagainya, yang kesemuanya itu akan mempengaruhi keberadaan total aktivanya. E. HIPOTESIS Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan pengecekan. Berdasarkan pada tinjauan pustaka, maka hipotesis penelitian ini adalah : leverage, likuiditas dan ukuran perusahaan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan secara simultan dan parsial.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
84
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
F. METODE PENELITIAN Populasi pada penelitian ini adalah laporan keuangan yang berjumlah 100, yaitu laporan keuangan 20 perusahaan food and beverages selama lima tahun 2007 – 2011, penelitian ini mengambil seluruh populasi sebagai sampel. Variabel variabel yang digunakan pada penelitian dapat ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 2. Variabel Penelitian No. Variabel Definisi operasional
1.
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan
2.
Leverage
3
Likuiditas
4.
Ukuran perusahaan
Tidak menutupi menyembunyikan
Indikator
Cara pengukuran
Indeks wallace
Skala rasio
Debt ratio
Skala rasio
Current ratio
Skala nominal
Total aktiva
Skala nominal
atau
1) mengukur kemampuan perusahaan menggunakan utang 2) sinyal awal perusahaan diambang kebangkrutan 1) mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek 2) mempunyai cukup dana ditangan untuk membayar tagihan 1) Besarnya assets yang dimiliki perusahaan 2) skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan
Sumber : Pamungkas (2007)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalahperaturan yang dikeluarkan oleh Bapepam yaitu SK No. SE-02/PM/2002 tentang item informasi wajib yang diungkapkan dalam laporan keuangan. Dalam pengolahan data penelitian digunakan: 1) Uji Asumsi klasik yang terdiri dari a) uji normalitas, untuk mendeteksi normalitas data digunakan normal P-Plot of Regression Standardized Residual dari variabel independen, dimana: jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) uji multikolinearitas, dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sempurna atau korelasi (koefisien korelasi =1) atau tidak antar variabel independen yang terdapat dalam model regresi, hal ini dapat terlihat dari nilai VIF (variance inflation factor) dan tolerance, dimana VIF dibawah angka 10 dan tolerance antara 0 - <1. c) Uji heteroskedastisitas, untuk mendeteksi tidak adanya varians variabel dalam model tidak sama (konstan), untuk mendeteksinya digunakan scatter plot, dengan syarat titik titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0, dan tidak memiliki pola tertentu d) Uji Otokorelasi, mendeteksi korelasi antara anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu,
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
85
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
dideteksi dengan Uji Durbin-Watson (uji DW) dengan keputusan nilai DW yang tidak memiliki otokorelasi nilai DW berada pada 1,66 – 2,34. 2) Analisis Regresi Berganda, digunakan untuk menunjukkan pengaruh leverage, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Variabel kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Y), leverage (X1) dan likuiditas (X2) menggunakan skala rasio dalam desimal sedangkan variabel ukuran perusahaan (X3) menggunakan skala nominal dalam Rupiah, sehingga perbedaan nilai variabel tersebut sangat besar. Persemaan regresi estimasi yang dihasilkan dari perbedaan nilai variabelyang sangat besar ini berakibat koefisieb regresinya ada yang nilainya sangat kecil, untuk mengatasi hal ini biasanya variaebel yang nilainya relatif besar dtransformasikan kedalam nilai log natural. Sehingga persamaan regresi penelitian menjadi Dimana: Y = pengungkapan kelengkapan laporan keuangan, ditunjukkan dengan indeks Wallace X1 = leverage ditunjukkan dengan debt ratio X2 = likuiditas ditunjukkan dengan current ratio X3 = ukuran perusahaan ditunjukkan dengan total aktiva a = konstanta b = koefisien regresi e = error 3) Uji hipotesis, dilakukan dengan : a) uji simultan dengan f-test bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama sama variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan mebandingkan nilai f-tabel dengan nilai fhitung, apabila f-hitung lebih besar dari pada f-tabel maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol dan menerima hipotesis alternatif, artinya secara statistik dapat dibuktikan bahwa semua variabel independen berpengaruh terhadap perubahan nilai variabel dependen. b) uji parsial digunakan untuk memprediksi ada tidaknya pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen, jika nilai t-hitung lebih kecil dari pada t-tabel maka keputusannya adalah tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. c) koefisien determinasi, bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen, nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan. G. HASIL PENELITIAN Data penelitian dapat disimpulkan dengan secara statistik deskriptif sebagai berikut:
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
86
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Tabel 3. Statistik Deskriptif Data Penelitian De scr iptive Statis tics Std. N
Minimum
Maximum
Mean
Dev iation
indeks kelengkapan
100
.45
.61
.5190
.04172
lev erage
100
.19
2.59
.8368
.51285
likuiditas
100
.19
6.89
2.4829
1.67602
ukuran perus ahaan
100
2.98
3.45
3.2831
.10430
Valid N (listw ise)
100
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Berdasarkan Tabel 3 diatas dapat dilihat: 1. Variabel Indeks kelengkapan Pengungkapan memiliki nilai minimum 0.45, maksimum 0.61, rata 0.519, dengan standard deviasi 0.4172. 2. Variabel leverage memiliki nilai minimum 0.19, maksimum 2.59, rata rata 0.8268, dengan standard deviasi 0.51285. 3. Variabel likuiditas memiliki nilai minimum 0.19, maksimum 6.89, rata rata 2.4829, dengan standard deviasi 1.67602. 4. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimu 2.98, maksimum 3.45, rata rata 3.2831, dengan standar deviasi 0.10430 Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Hasil Uji Asumsi Klasik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: indeks kelengkapan
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardiz ed
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.147
.003
leverage
.016
.008
likuiditas
.008
.003
ukuran perusahaan
.083
.041
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
4.913
.000
.006
2.012
.001
.994
1.006
.002
2.628
.000
.976
1.024
.003
2.017
.001
.977
1.024
a. Dependent Variable: indeks kelengkapan
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
87
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Scatterplot
Dependent Variable: indeks kelengkapan
3
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-2
0
2
4
Regression Standardized Predicted Value
Mo de l Sum m ary
Model
R
R Square a
1
.830
b
Adjus ted
Std. Error of
Durbin-
R Square
the Es timate
Watson
.689
.657
3.04201
1.850
a. Predic tors: (Constant), ukuran perusahaan, leverage, likuiditas b. Dependent Variable: indeks kelengkapan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Pada Tabel 4 dapat dilihat normal P-Plot of Regression Standardized Residual dari variabel independen, dimana data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Semua nilai VIF (variance inflation factor) lebih kecil dari 1 dan nilai tolerance dibawah angka 10 sehingga tidak terdapat multikolinearitas. Pada scatter plotat titik titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0, dan tidak memiliki pola tertentu, sehingga tidak terdapat heteroskedatisitas. Nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,850, sesuai dengan syarat apabila nilai DW berada pada 1,66 – 2,34 maka tidak terdapat otokorelasi. Tabel 5. Hasil Regresi Berganda Variabel Koefisien Standar error Constant 0.147 0.003 Lev 0.016 0.008 Lik 0.008 0.003 Ukur 0.083 0.041
t-hitung 4.913 2.012 2.628 2.017
Sig t 0.000 0.001 0.000 0.001
t-tabel 1.984 1.984 1.984 1.984
f-hitung 17.152 Sig 0.000 f-tabel 2.699 r-square 0.689 Adj r-square 0.657 Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
88
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Berdasarkan hasil regresi berganda dapat disimpulkan: 1. Variabel Leverage memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap varibel indeks kelengkapan pengungkapan sebesar 0.016, ini berarti apabila terjadi penambahan 1 satuan terhadap leverage akan mengakibatkan kenaikan indeks 2.
3.
4.
5.
H.
kelengkapan pengungkapan sebesar 0.016 satuan. Variabel Likuiditas memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap indeks kelengkapan pengungkapan sebesar 0.008, ini berarti apabila terjadi kenaikan satu satuan terhadap likuiditas dakan mengakibatkan kenaikan indeks kelengkapan pengungkapan sebesar 0.008 satuan. Variabel Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positip dan signifikan terhadap indeks kelengkapan pengungkapan sebesar 0.083, ini berarti apabila terjadi kenaikan satu satuan terhadap ukuran perusahaan akan mengakibatkan kenaikan indeks kelengkapan pengungkapan sebesar 0.083 satuan. Variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh paling besar dari seluruh variabel atas indeks kelengkapan pengungkapan. Hasil uji ANOVA antara leverage (X1), likuiditas (X2) dan ukuran perusahaan (X3) terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Y) diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0,000 < taraf signifikan 0,05, dan bila dibandingkan nilai f-hitung (17.152) lebih besar dari f-tabel (2.699). Hal ini mengindikasikan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel leverage (X1), likuiditas (X2) dan ukuran perusahaan (X3) berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Y). Nilai koefisien determinasi 0,657. Hasil ini berarti ada kontribusi 65,7% dari variabel independen (leverage, likuiditas dan ukuran perusahaan) dalam memprediksi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan Perusahaan Food And Beverages yang menjadi populasi sedangkan sisanya 34,3% (100%65,7%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh leverage, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan secara simultan pada Perusahaan Food And Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 2. Terdapat pengaruh leverage, likuiditas dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan secara parsial ukuran perusahaan memiliki pengaruh paling besar dari seluruh variabel atas indeks kelengkapan pengungkapan pada Perusahaan Food And Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 3.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
89
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
DAFTAR PUSTAKA Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. BPFE, Yogyakarta. Chariri, Anis dan Yularto, Anton Pramudoyo. 2003. Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Sebelum Krisis Dan Pada Peiode Krisis. Jurnal MAKSI. Vol. 2. pp. 1-21. Chariri, Anis dan Ghozali, Imam. 2003. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Universitas Diponegoro, Semarang . Hadi, Noor dan Sabeni, Arifin. 2002. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal MAKSI. Vol. 1. pp. 90-105. Harahap, Syahri Sofyan. 2002. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Husnan, Suad. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). 1998. BPFE, Yogyakarta. Irwin D. Ricard. 1994. Accounting Theory. Erlangga, Jakarta Jensen, M. and Meckling, W., 1976, ìTheory ofthe Firm: Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structureî, Journal of Finance Economics 3, pp. 305-360. Meek, Gary K. Clare b, Robert and Sidney J Gray. 1995. “ Factor Influencing Voluntary Annual Report Disclosure by U.S. U.K. and Contenental European Multinational Corporation “. Journal of Inernational Business Studies 26 (third Quarter) 555 -575. Na’im, Ainun dan Fuad, Rakhman. 2000. Analisa Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 15. No. 1. pp. 70-82. Nugraheni, dkk. 2002. Analisis Faktor-Faktor Fundamental Perusahaan Terhadap Kelengkapan Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. VIII. No. 1. pp. 75-91. Pamungkas, HI, Rosario, 2007. Pengaruh Leverage, Likuiditas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Food And Beveragesyang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Skripsi, tidak dipublikasikan. Subiyantoro, Edi. 1997. Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Dengan Karakteristik Perusahaan Publik Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi I. pp 1-29, Yogyakarta. Simanjuntak, Binsar, H. dan Lusy, Widiastuti. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
90
Jurnal EKSIS ISSN 2302-1489
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek. Jurnal Riset AkuntansiIndonesia. Vol. 7. No. 3. pp 351-366, Jakarta. Sugiri, Slamet dan Riyono, Agus Bogat. 2002. Akuntansi Pengantar 1. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan KeputusanBisnis. Jilid II. Salemba Empat, Jakarta. Sundjaja, S. Ridwan dan Berlian, Inge. 2003. Manajemen Keuangan Satu. Literata Lintas Media, Jakarta. Suwito, Edy dan Herawaty, Arleen. 2005. Reaktualisasi Pendidikan dan Penelitian Akuntansi Dalam Meningkatkan Peran Profesi Akuntansi Di Era Global. Simposium Nasional Akuntansi VIII. pp 136-148.
Volume 1
No. 3
J u l i 2013
91