No. 20/04/72/Th.XVIII, 01 April 2015
PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama Maret 2015, Deflasi Sebesar 0,68 Persen
Dari 82 kota pantauan secara nasional, 54 kota mengalami inflasi sedangkan 28 kota lainnya mengalami deflasi selama Maret 2015. Kota Palu terjadi deflasi sebesar 0,68 persen dengan indeks harga 117,34.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Manokwari sebesar 0,84 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar 1,97 persen. Deflasi Kota Palu menduduki peringkat ke-6 di tingkat nasional dan ke-3 di Kawasan Sulampua.
Penurunan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 5,67 persen dan sandang sebesar 0,37 persen. Sebaliknya, kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (1,91 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,30 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,24 persen), kesehatan (0,11 persen), serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,04 persen).
Laju inflasi tahun kalender hingga Maret 2015 sebesar -2,39 persen, sedangkan laju inflasi year on year (Maret 2015 terhadap Maret 2014) sebesar 5,28 persen.
Mulai Januari 2014, penghitungan inflasi secara nasional telah menggunakan IHK tahun dasar baru (2012=100) berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2012. Dibandingkan tahun dasar lama (2007=100), terdapat perluasan cakupan kota yang diikuti oleh perubahan paket komoditas dan diagram timbang. Penggunaan tahun dasar baru dilakukan untuk menyesuaikan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan periode sebelumnya. SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar terpilih lainnya. Dari seluruh kota pantauan, terdapat 66 kota yang merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 lainnya merupakan cakupan kota baru. Paket komoditas Kota Palu hasil SBH 2012 mencapai 346 komoditas. Di tingkat nasional, terdapat 54 kota mengalami inflasi selama Maret 2015 yakni Manokwari (0,84 persen), Watampone (0,83 persen), Bogor (0,75 persen), Gorontalo (0,75 persen), Jayapura (0,71 persen), Makassar (0,63 persen), Bandung (0,61 persen), Cilegon (0,58 persen), Kendari (0,57 persen), Manado (0,50 persen), dan kota lainnya di bawah 0,50 persen. Sedangkan 28 kota yang mengalami deflasi meliputi Tanjung Pandan (1,97 persen), Merauke (1,03 persen), Pare-Pare (1,01 persen), Balikpapan (0,71 persen), Bungo (0,68 persen), Palu (0,68 persen), Meulaboh (0,64 persen), Banda Aceh (0,61 persen), Lhokseumawe (0,50 persen), dan kota lainnya deflasi di bawah 0,50 persen.
Berita Resmi Statistik No.20/04/72/Th.XVIII, 01 April 2015
1
Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), inflasi tertinggi terjadi di Kota Manokwari (0,84 persen), diikuti Watampone (0,83 persen), Gorontalo (0,75 persen), Jayapura (0,71 persen), Makassar (0,63 persen), Kendari (0,57 persen), Manado (0,50 persen), dan beberapa kota lainnya di bawah 0,50 persen. Sedangkan deflasi terjadi di empat kota yakni Merauke (1,03 persen), Pare-Pare (1,01 persen), Palu (0,68 persen), dan Bau-Bau (0,39 persen).
I. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Selama Maret 2015, deflasi sebesar 0,68 persen dipengaruhi oleh penurunan indeks harga bahan makanan sebesar 5,67 persen dan sandang sebesar 0,37 persen. Sebaliknya, kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (1,91 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,30 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,24 persen), kesehatan (0,11 persen), serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,04 persen). Tabel 1 Perkembangan Inflasi/Deflasi Kota Palu Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) Maret 2015 Laju Inflasi
Indeks Harga Konsumen Kelompok Pengeluaran Mar 2014
Des 2014
Feb 2015
Mar 2015
Inflasi Mar tahun 2015* Kalender
Inflasi Year on Year ***
Andil Inflasi
[8]
[9]
2015 ** [1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
U m u m
111,45
120,21
118,14
117,34
-0,68
-2,39
5,28
-0,68
1
Bahan Makanan
112,11
122,39
118,26
111,55
-5,67
-8,86
-0,50
-1,13
2
Makanan Jadi, minuman, Rokok, dan Tembakau
119,30
128,19
129,13
129,44
0,24
0,98
8,50
0,05
3
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar
107,77
113,76
114,78
115,12
0,30
1,20
6,82
0,07
4
Sandang
103,76
105,78
106,95
106,55
-0,37
0,73
2,69
-0,02
5
Kesehatan
103,98
111,21
112,15
112,27
0,11
0,95
7,97
0,00
6
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga
107,85
113,51
113,53
113,57
0,04
0,05
5,30
0,00
7
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
112,54
126,94
117,13
119,37
1,91
-5,96
6,07
0,35
*) Perubahan IHK bulan Maret 2015 terhadap IHK bulan Februari 2015 **) Perubahan IHK bulan Maret 2015 terhadap IHK bulan Desember 2014 ***) Perubahan IHK bulan Maret 2015 terhadap IHK bulan Maret 2014
Perkembangan inflasi/deflasi Kota Palu selama Maret 2015 menurut kelompok pengeluaran secara lebih rinci sebagai berikut: 1.
Bahan Makanan Kelompok bahan makanan selama Maret 2015 mengalami penurunan indeks harga sebesar 5,67
persen yakni dari 118,26 pada Februari 2015 menjadi 111,55 pada Maret 2015. Secara keseluruhan kelompok bahan makanan memberikan andil terhadap deflasi sebesar 1,13 persen. Penurunan indeks
Berita Resmi Statistik No.20/04/72/Th.XVIII, 01 April 2015
2
harga terjadi pada subkelompok ikan segar (22,97 persen), sayur-sayuran (7,81 persen), buah-buahan (4,19 persen), daging dan hasil-hasilnya (3,63 persen), serta telur, susu, dan hasil-hasilnya (3,00 persen). Sedangkan kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (5,71 persen), bumbu-bumbuan (4,42 persen), bahan makanan lainnya (2,77 persen), lemak dan minyak (1,32 persen), kacang-kacangan (0,17 persen), serta ikan diawetkan (0,08 persen). Beberapa komoditas kelompok bahan makanan yang memiliki andil terhadap deflasi meliputi ikan selar (0,59 persen), layang (0,26 persen), cakalang (0,08 persen), teri (0,08 persen), kembung (0,07 persen), telur ayam ras (0,06 persen), tomat buah (0,06 persen), daging ayam ras (0,06 persen), bandeng (0,05 persen), ekor kuning (0,04 persen), tomat sayur (0,03 persen), ayam hidup (0,03 persen), dan komoditas lainnya di bawah 0,03 persen.
2.
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok ini mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,24
persen menjadi 129,44 selama Maret 2015. Andil kelompok ini terhadap inflasi sebesar 0,05 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 0,79 persen, minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,17 persen, dan makanan jadi sebesar 0,08 persen. Komoditas pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang memberikan andil terhadap inflasi terutama berasal dari rokok kretek filter sebesar 0,04 persen dan roti manis sebesar 0,01 persen. 3.
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks harga sebesar
0,30 persen, yakni dari 114,78 pada Februari 2015 menjadi 115,12 pada Maret 2015. Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,07 persen. Subkelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga yakni bahan bakar, penerangan dan air sebesar 0,36 persen, biaya tempat tinggal sebesar 0,33 persen, dan perlengkapan rumahtangga sebesar 0,31 persen. Sementara subkelompok penyelenggaraan rumahtangga selama Maret 2015 mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,06 persen. Beberapa komoditas yang mempengaruhi tingkat inflasi dalam kelompok ini adalah upah tukang bukan mandor (0,06 persen), bahan bakar rumah tangga (0,03 persen), panci (0,01 persen), dan beberapa komoditas lainnya meskipun memiliki andil kurang signifikan.
4.
Sandang Kelompok sandang mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,37 persen, yakni dari 106,95 pada
Februari 2015 menjadi 106,55 pada Maret 2015. Secara keseluruhan, andil terhadap deflasi sebesar 0,02 persen. Subkelompok yang mengalami penurunan indeks harga yakni barang pribadi dan sandang lain
Berita Resmi Statistik No.20/04/72/Th.XVIII, 01 April 2015
3
sebesar 1,59 persen serta sandang laki-laki sebesar 0,15 persen. Subkelompok sandang anak-anak mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,19 persen, sementara sandang wanita selama Maret 2015 relatif tetap. Beberapa komoditas yang mempengaruhi tingkat deflasi dalam kelompok ini yakni emas perhiasan sebesar 0,022 persen, jaket sebesar 0,003 persen, dan tas tangan wanita sebesar 0,001. 5.
Kesehatan Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok kesehatan mengalami kenaikan indeks harga sebesar
0,11 persen yakni dari 112,15 pada Februari 2015 menjadi 112,27 pada Maret 2015. Kelompok kesehatan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,004 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran untuk kesehatan, terjadi kenaikan indeks harga pada subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,19 persen serta obat-obatan sebesar 0,13 persen. Sedangkan subkelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani selama Maret 2015 relatif tetap. Beberapa komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi adalah sabun mandi cair sebesar 0,002 persen, sabun mandi sebesar 0,001 persen dan obat dengan resep sebesar 0,001 persen. 6.
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,04 persen
yakni dari 113,53 pada Februari 2015 menjadi 113,57 pada Maret 2015. Secara umum kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,002 persen. Subkelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga yakni olahraga sebesar 0,23 persen dan rekreasi sebesar 0,18 persen. Sedangkan subkelompok pendidikan, kursus-kursus/pelatihan, dan perlengkapan/peralatan pendidikan selama Maret 2015 relatif stabil. Komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi adalah sepeda anak sebesar 0,002 persen dan pakaian olahraga pria sebesar 0,001 persen.
7.
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami kenaikan indeks harga sebesar
1,91 persen yakni dari 117,13 pada Februari 2015 menjadi 119,37 pada Maret 2015. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,35 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran, transportasi mengalami kenaikan indeks harga sebesar 2,72 persen serta komunikasi dan pengiriman sebesar 0,03 persen. Sedangkan subkelompok sarana dan penunjang transportasi serta jasa keuangan selama Maret 2015 relatif stabil. Komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi bensin (0,15 persen), angkutan udara (0,15 persen), mobil (0,04 persen), telepon seluler (0,001 persen), dan solar (0,001 persen).
Berita Resmi Statistik No.20/04/72/Th.XVIII, 01 April 2015
4
II. Perkembangan Inflasi/Deflasi Selama Tiga Tahun Terakhir Selama Maret 2015, Kota Palu terjadi deflasi sebesar 0,68 persen, lebih tinggi dibandingkan deflasi Maret 2013 sebesar 0,10 persen. Sementara pada Maret 2014 mengalami inflasi sebesar 0,60 persen. Laju inflasi sampai dengan Maret 2015 sebesar -2,39 persen. Kondisi ini merupakan capaian yang sangat signifikan mengingat pada periode yang sama tahun 2013 dan 2014 terjadi inflasi dengan laju masingmasing sebesar 0,65 persen dan 0,91 persen. Sementara itu, laju inflasi year on year tahun 2015 sebesar 5,28 persen, lebih rendah dibandingkan laju inflasi tahun 2013 sebesar 5,97 persen dan tahun 2014 sebesar 8,42 persen.
Tabel 2 Perbandingan Inflasi/Deflasi Bulanan dan Laju Inflasi Kota Palu Tahun 2013 - 2015 No.
Inflasi
2013
2014
2015
1
Inflasi Maret
-0,10
0,60
-0,68
2
Laju Inflasi (Tahun Kalender)
0,65
0,91
-2,39
3
Laju Inflasi (Year on Year )
5,97
8,42
5,28
Grafik 1 Inflasi/Deflasi Bulanan Kota Palu Tahun 2013 - 2015 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 -1,00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
-2,00 -3,00 2013
2014
2015
Berita Resmi Statistik No.20/04/72/Th.XVIII, 01 April 2015
5
III. Perbandingan Inflasi/Deflasi Nasional dan Kawasan Sulampua Selama Maret 2015, inflasi nasional sebesar 0,17 persen. Berdasarkan tahun
Gambar 2. Inflasi Kawasan Sulampua Bulan Maret 2015
kalender, terjadi deflasi sebesar 0,44 persen.
0,84 0,83
Tingkat inflasi year on year sebesar 6,38
0,75
persen. Dari 82 kota pantauan, 54 kota
0,71 0,63
mengalami inflasi dan 28 kota mengalami
0,57
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota
0,50 0,44
Manokwari sebesar 0,84 persen, sedangkan
0,44 0,36
deflasi tertinggi terjadi di Kota Tanjung
0,35
Pandan sebesar 1,97 persen. Deflasi Kota
0,27 0,20
Palu menduduki peringkat ke-6 di tingkat
0,15
nasional dan peringkat ke-3 di Kawasan
-0,39
-0,68
Sulampua.
-1,01 -1,03
Tabel 3 Perbandingan Indeks Harga dan Tingkat Inflasi/Deflasi Beberapa Kota di Kawasan Sulampua Maret 2015 Kota
IHK
Inflasi (%)
Laju Inflasi (%)
YoY
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
1
Manokwari
113,44
0,84
0,76
6,64
2
Watampone
116,02
0,83
-1,13
5,66
3
Gorontalo
113,96
0,75
-1,13
5,28
4
Jayapura
120,49
0,71
0,24
5,99
5
Makassar
116,94
0,63
0,38
7,34
6
Kendari
114,65
0,57
-1,30
6,81
7
Manado
118,13
0,50
-0,40
7,99
8
Mamuju
116,20
0,44
-0,56
6,68
9
Ambon
119,50
0,44
3,88
8,44
10
Palopo
116,40
0,36
-0,12
6,95
11
Ternate
121,04
0,35
-1,03
7,92
12
Sorong
116,85
0,27
0,70
7,11
13
Bulukumba
124,49
0,20
-0,89
6,21
14
Tual
130,83
0,15
4,38
16,26
15
Bau-Bau
121,39
-0,39
-0,41
10,52
16
Palu
117,34
-0,68
-2,39
5,28
17
Pare-Pare
115,36
-1,01
-2,00
6,53
18
Merauke
123,59
-1,03
-0,25
9,25
Berita Resmi Statistik No.20/04/72/Th.XVIII, 01 April 2015
6