No. 56/10/72/Th.XIX, 03 Oktober 2016
PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama September 2016, Inflasi Sebesar 0,59 Persen Dari 82 kota pantauan IHK nasional, 58 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,85 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Pontianak sebesar 1,06 persen. Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,59 persen, menempati urutan ke-2 inflasi tertinggi di Kawasan Sulampua dan ke-14 secara nasional. Kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga
(2,28 persen), transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (1,26 persen), bahan makanan (1,10 persen), serta kesehatan (0,56 persen). Sementara penurunan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,12 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,03 persen), serta sandang (0,01 persen). Laju inflasi tahun kalender Kota Palu hingga September 2016 sebesar 0,81 persen dan inflasi
year on year (September 2016 terhadap September 2015) tercatat sebesar 4,08 persen.
Selama September 2016, Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,59 persen yang dipengaruhi oleh naiknya indeks harga pada kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga (2,28 persen), transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (1,26 persen), bahan makanan (1,10 persen), serta kesehatan (0,56 persen). Sementara penurunan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,12 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,03 persen), serta sandang (0,01 persen). Pada bulan yang sama, laju inflasi tahun kalender 2016 tercatat sebesar 0,81 persen. Sementara itu, inflasi year on year sebesar 4,08 persen. Kenaikan indeks year on year tertinggi terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan sebesar 8,30 persen, sedangkan yang terendah terjadi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 1,10 persen. Inflasi Kota Palu selama September 2016 terutama berasal dari andil kelompok pengeluaran transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (0,232 persen), bahan makanan (0,222 persen), pendidikan, rekreasi, dan olahraga
Berita Resmi Statistik No.56/10/72/Th.XIX, 03 Oktober 2016
1
(0,145persen), serta kesehatan (0,022 persen). Sementara andil negatif terhadap inflasi selama September 2016 berasal dari kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,026 persen), Tabel 1 Perkembangan Inflasi/Deflasi Kota Palu Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) September 2016 Laju Inflasi Inflasi Inflasi tahun Year on Septem b Kalender Year *** Sep 2015 Des 2015 Ags 2016 Sep 2016 er 2016* 2016 ** Indeks Harga Konsum en
Kelom pok Pengeluaran
[1] U m u m 1 Bahan Makanan 2 Makanan Jadi, minuman, Rokok, dan Tembakau 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 4 Sandang
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
121,29
125,22
125,50
126,24
119,30
132,26
127,80
129,20
133,83
135,88
138,99
116,90
118,04
Andil Inflasi
[7]
[8]
[9]
0,59
0,81
4,08
0,589
1,10
-2,31
8,30
0,222
138,83
-0,12
2,17
3,74
-0,026
118,22
118,19
-0,03
0,13
1,10
-0,006
107,05
105,95
108,29
108,28
-0,01
2,20
1,15
0,000
5 Kesehatan
113,49
114,47
116,80
117,45
0,56
2,60
3,49
0,022
6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga
121,59
121,63
125,03
127,88
2,28
5,14
5,17
0,145
7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
121,99
125,70
125,86
127,44
1,26
1,38
4,47
0,232
*) Perubahan IHK bulan September 2016 terhadap IHK bulan Agustus 2016 **) Perubahan IHK bulan September 2016 terhadap IHK bulan Desember 2015 ***) Perubahan IHK bulan September 2016 terhadap IHK bulan September 2015
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,006 persen), serta sandang (0,0004 persen). Grafik 1 Inflasi/Deflasi Bulanan dan Andil Inflasi Kota Palu September 2016 Inflasi/Deflasi Bulanan
Andil Inflasi
3,00 2,28
2,00 1,26
1,10
1,00 0,59
0,56 0,222 0,000
0,022
0,145
0,232
0,00 -0,12 -0,026
-0,03 -0,006 -0,01
-1,00
Berita Resmi Statistik No.56/10/72/Th.XIX, 03 Oktober 2016
2
Beberapa komoditas utama yang memiliki andil terhadap inflasi antara lain biaya pendidikan akademi/perguruan tinggi (0,15 persen), tarif angkutan udara (0,13 persen), tarif pulsa ponsel (0,12 persen), bawang merah (0,08 persen), ikan selar (0,06 persen), ikan layang (0,05 persen), ikan teri (0,04 persen), pisang (0,03 persen), ikan ekor kuning (0,03 persen), dan jeruk nipis (0,03 persen). Tabel 2 Andil Inflasi/Deflasi Sepuluh Komoditas Utama Kota Palu, September 2016 Komoditas 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10.
Biaya Akademi/Perguruan Tinggi Tarif Angkutan Udara Tarif Pulsa Ponsel Bawang Merah Ikan Selar Ikan Layang Ikan Teri Pisang Ikan Ekor Kuning Jeruk Nipis
Inflasi (%) 0,15 0,13 0,12 0,08 0,06 0,05 0,04 0,03 0,03 0,03
Komoditas 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10.
Ikan Mujair Ikan Cakalang Tomat Buah Besi Beton Beras Wortel Gula Pasir Kacang Panjang Makanan Ringan Kol Putih
Deflasi (%) 0,06 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01
Sedangkan beberapa komoditas yang memiliki andil penyebab deflasi antara lain ikan mujair (0,06 persen), ikan cakalang (0,03 persen), tomat buah (0,03 persen), besi beton (0,02 persen), beras (0,02 persen), wortel (0,02 persen), gula pasir (0,02 persen), kacang panjang (0,02 persen), makanan ringan(0,01 persen), dan kol putih (0,01 persen).
I.
Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Selama September 2016, hasil pantauan terhadap perkembangan harga barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh masyarakat Kota Palu dirinci menurut tujuh kelompok pengeluaran sebagai berikut : 1. Bahan Makanan Kelompok bahan makanan selama September 2016 mengalami kenaikan indeks harga sebesar 1,10 persen yakni dari 127,80 pada Agustus 2016 menjadi 129,20 pada September 2016. Secara keseluruhan kelompok bahan makanan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,222 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan (5,19 persen), ikan segar (2,73 persen), daging dan hasil-hasilnya (1,99 persen), buah-buahan (1,58 persen), lemak dan minyak (1,13 persen), bahan makanan lainnya (1,02 persen), serta telur, susu, dan hasil-hasilnya (0,01 persen). Sedangkan penurunan indeks harga terjadi pada subkelompok sayur-sayuran (3,86 persen), kacang-kacangan (1,09 persen), padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya (0,42 persen), serta ikan diawetkan (0,11 persen).
Berita Resmi Statistik No.56/10/72/Th.XIX, 03 Oktober 2016
3
2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok ini mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,12 persen dari 138,99 pada Agustus 2016 menjadi 138,83 pada September 2016. Andil kelompok ini secara keseluruhan terhadap deflasi sebesar 0,026 persen. Penurunan indeks harga terjadi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,56 persen dan makanan jadi sebesar 0,08 persen. Sedangkan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,09 persen. 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,03 persen, yakni dari 118,22 pada Agustus 2016 menjadi 118,19 pada September 2016. Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,006 persen. Selama September 2016, subkelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks harga yakni biaya tempat tinggal sebesar 0,14 persen, sedangkan subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air serta penyelenggaraan rumah tangga mengalami kenaikan indeks harga masing-masing sebesar 0,25 persen dan 0,17 persen. Sementara pada periode yang sama, subkelompok perlengkapan rumah tangga relatif stabil. 4. S a n d a n g Kelompok sandang mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,01 persen, yakni dari 108,29 pada Agustus 2016 menjadi 108,28 pada September 2016. Secara keseluruhan, andil terhadap deflasi adalah sebesar 0,0004 persen. Selama September 2016 subkelompok barang pribadi dan sandang lain mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,03 persen, sedangkan subkelompok sandang laki-laki, sandang wanita, dan sandang anak-anak relatif stabil. 5. K e s e h a t a n Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok kesehatan mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,56 persen yakni dari 116,80 pada Agustus 2016 menjadi 117,45 pada September 2016. Kelompok kesehatan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,022 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran untuk kesehatan, terjadi kenaikan indeks harga pada perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 1,18 persen serta obat-obatan sebesar 0,20 persen. Sementara subkelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani selama September 2016 relatif tidak mengalami perubahan. 6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga selama September 2016 mengalami kenaikan indeks harga sebesar 2,28 persen, dari 125,03 pada Agustus 2016 menjadi 127,88 pada September 2016. Secara keseluruhan, andil kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga terhadap inflasi umum
Berita Resmi Statistik No.56/10/72/Th.XIX, 03 Oktober 2016
4
selama September 2016 adalah sebesar 0,145 persen. Subkelompok yang mengalami perubahan indeks harga adalah subkelompok pendidikan yang mengalami kenaikan sebesar 3,45 persen, sedangkan subkelompok lainnya selama September 2016 relatif tetap. 7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami kenaikan indeks harga sebesar 1,26 persen, yakni dari 125,86 pada Agustus 2016 menjadi 127,44 pada September 2016. Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,232 persen. Subkelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga yakni subkelompok komunikasi dan pengiriman serta transpor, masing-masing sebesar 3,17 persen dan 0,93 persen. Sedangkan sarana dan penunjang transpor serta jasa keuangan selama September 2016 terpantau relatif stabil.
II. Perkembangan Inflasi/Deflasi Selama Tiga Tahun Terakhir Inflasi Kota Palu bulan September 2016 sebesar 0,59 persen merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir, dimana inflasi September 2015 tercatat hanya sebesar 0,12 persen, sementara September 2014 deflasi sebesar 0,36 persen. Namun apabila dilihat dari laju inflasi tahun kalender hingga September 2016 yang mencapai 0,81 persen, masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi periode yang sama di tahun 2014 dan 2015, masing-masing sebesar 4,24 persen dan 0,90 persen. Perbandingan indeks harga September 2016 terhadap September 2015 (inflasi year on year) sebesar 4,08 persen ternyata juga merupakan capaian inflasi terendah dalam tiga tahun terakhir. Grafik 2 Perkembangan Inflasi/Deflasi Bulanan Kota Palu Tahun 2014-2016 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 -1,00 -2,00 -3,00
Jan 2014 1,03 2015 0,12 2016 -0,41
Feb -0,72 -1,84 -0,61
Mar 0,6 -0,68 0,38
Apr 0,21 0,37 -0,53
Mei 0,81 2,24 0,8
Jun 0,94 0,03 0,63
Jul 1,53 1,32 0,39
Ags 0,14 -0,75 -0,41
Sep -0,36 0,12 0,59
Okt 1,31 0,78
Nov 0,21 0,47
Des 2,86 1,96
Berita Resmi Statistik No.56/10/72/Th.XIX, 03 Oktober 2016
5
III. Perbandingan Inflasi/Deflasi Nasional dan Kawasan Sulampua Selama September 2016, inflasi secara nasional sebesar 0,22 persen, sementara laju inflasi sebesar
Grafik 3. Inflasi Kawasan Sulampua Bulan September 2016
1,97 persen. Sedangkan inflasi year on year sebesar
0,60
0,59
3,07 persen. Di tingkat nasional, 58 kota mengalami
0,55
inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi
0,41 0,32
tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1.85 persen, sedangkan
deflasi
tertinggi
Pontianak
sebesar
1,06
terjadi
persen.
di
Kota
Kota
Palu
0,30 0,27 0,27 0,09 0,05
mengalami inflasi sebesar 0,59 persen, menempati -0,01
urutan ke-2 inflasi tertinggi di Kawasan Sulampua
-0,02 -0,11
dan ke-14 secara nasional.
-0,40 -0,50 -0,67 -0,68 -0,71
Berita Resmi Statistik No.56/10/72/Th.XIX, 03 Oktober 2016
6
Di tingkat nasional, beberapa kota yang mengalami inflasi selama September 2016 yakni Sibolga (1,85 persen), Lhokseumawe (1,44persen), Medan (1,32 persen), Maumere (1,20 persen), Bukittinggi (1,11 persen), Pekanbaru (0,94 persen), Meulaboh (0,83 persen), Padangsidimpuan (0,83 persen), Lubuklinggau (0,79 persen), Banda Aceh (0,78 persen), Dumai (0,64 persen), Pangkal Pinang (0,64 persen), Bulukumba (0,60 persen), Palu (0,59 persen), Padang (0,58 persen), Jayapura (0,55 persen), Serang (0,51 persen), dan kota lainnya di bawah 0,50 persen. Sementara itu, beberapa kota yang mengalami deflasi meliputi Pontianak (1,06 persen), Singkawang (0,75persen), Tual (0,71 persen), Tanjung Pandan (0,68 persen), Manado (0,68 persen), Manokwari (0,67 persen), Mataram (0,66 persen), Pare-Pare (0,50 persen), dan kota lainnya di bawah 0,50 persen. Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), terjadi inflasi di 10 kota, sementara 8 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bulukumba (0,60 persen), diikuti Palu (0,59 persen), Jayapura (0,55 persen), Makassar (0,41 persen), Mamuju (0,32 persen), Watampone (0,30 persen), dan kota lainnya di bawah 0,30 persen. Sedangkan delapan kota yang mengalami deflasi yakni Tual (0,71 persen), Manado (0,68 persen), Manokwari (0,67 persen), Pare-Pare (0,50 persen), Gorontalo (0,40 persen), Ambon (0,11 persen), Sorong (0,02 persen), dan Kendari (0,01 persen).
Berita Resmi Statistik No.56/10/72/Th.XIX, 03 Oktober 2016
7