No. 68/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015
PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama November 2015, Inflasi Sebesar 0,47 Persen
Dari 82 kota pantauan, 69 kota mengalami inflasi dan 13 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke sebesar 2,35 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,02 persen. Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,47 persen, menduduki peringkat ke-19 di tingkat nasional dan ke-5 di Kawasan Sulampua.
Kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran bahan makanan (2,47 persen), kesehatan (0,26 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,14 persen), serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,13 persen). Sementara penurunan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran sandang (1,25 persen) serta transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,11 persen). Kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga selama November 2015 relatif stabil.
Laju inflasi tahun kalender hingga November 2015 sebesar 2,16 persen, sedangkan laju inflasi year on year (November 2015 terhadap November 2014) sebesar 5,08 persen.
Mulai Januari 2014, penghitungan inflasi secara nasional telah menggunakan IHK tahun dasar baru (2012=100) berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2012. Dibandingkan tahun dasar lama (2007=100), terdapat perluasan cakupan kota yang diikuti oleh perubahan paket komoditas dan diagram timbang. Penggunaan tahun dasar baru dilakukan untuk menyesuaikan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan periode sebelumnya. SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar terpilih lainnya. Dari seluruh kota pantauan, terdapat 66 kota yang merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 lainnya merupakan cakupan kota baru. Paket komoditas Kota Palu hasil SBH 2012 mencapai 346 komoditas. Di tingkat nasional, terdapat 69 kota mengalami inflasi selama November 2015 yakni Merauke (2,35 persen), Bau-Bau (1,27 persen), Tual (1,03 persen), Palangka Raya (0,85 persen), Bukittinggi (0,83 persen), Serang (0,79 persen), Sibolga (0,78 persen), Kupang (0,72 persen), Tanjung (0,71 persen), Palembang (0,68 persen), Bima (0,66 persen), Mamuju (0,62 persen), dan kota lainnya di bawah 0,60 persen. Sementara 13 kota yang mengalami deflasi diantaranya adalah Pangkal Pinang (1,02 persen), Sorong (0,74 persen), Tanjung Pandan (0,63 persen), Balikpapan (0,54 persen), Ambon (0,44 persen), Metro (0,25 persen), Pontianak (0,14 persen), dan kota lainnya di bawah 0,10 persen.
Berita Resmi Statistik No. 68/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015
1
Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke (2,35 persen), diikuti Bau-Bau (1,27 persen), Tual (1,03 persen), Mamuju (0,62 persen), Palu (0,47 persen), Palopo (0,44 persen), Pare-Pare (0,30 persen), dan kota lainnya di bawah 0,30 persen. Sedangkan kota yang mengalami deflasi yakni Sorong (0,74 persen), Ambon (0,44 persen), Kendari (0,10 persen), dan Manado (0,01 persen).
I. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Selama November 2015, inflasi sebesar 0,47 persen dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga pada kelompok pengeluaran bahan makanan (2,47 persen), kesehatan (0,26 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,14 persen), serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,13 persen). Sementara penurunan indeks harga terjadi pada kelompok pengeluaran sandang (1,25 persen) serta transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,11 persen). Kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi, dan olahraga selama November 2015 relatif stabil. Tabel 1 Perkembangan Inflasi/Deflasi Kota Palu Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) November 2015 Laju Inflasi
Indeks Harga Konsumen Kelompok Pengeluaran Nov 2014
Des 2014
Okt 2015
Nov 2015
Inflasi Nov tahun 2015* Kalender
Inflasi Year on Year ***
Andil Inflasi
2015 ** [1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
U m u m
116,87
120,21
122,24
122,81
0,47
2,16
5,08
0,47
1
Bahan Makanan
113,73
122,39
120,25
123,22
2,47
0,68
8,34
0,48
2
Makanan Jadi, minuman, Rokok, dan Tembakau
126,99
128,19
134,77
134,94
0,13
5,27
6,26
0,04
3
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar
111,76
113,76
116,95
117,11
0,14
2,94
4,79
0,03
4
Sandang
106,70
105,78
107,32
105,98
-1,25
0,19
-0,67
-0,07
5
Kesehatan
111,12
111,21
113,57
113,87
0,26
2,39
2,47
0,01
6
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga
112,15
113,51
121,63
121,63
0,00
7,15
8,45
0,00
7
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
122,30
126,94
124,90
124,76
-0,11
-1,72
2,01
-0,02
*) Perubahan IHK bulan November 2015 terhadap IHK bulan Oktober 2015 **) Perubahan IHK bulan November 2015 terhadap IHK bulan Desember 2014 ***) Perubahan IHK bulan November 2015 terhadap IHK bulan November 2014
Perkembangan inflasi/deflasi menurut kelompok pengeluaran Kota Palu selama November 2015 secara lebih rinci sebagai berikut: 1.
Bahan Makanan Kelompok bahan makanan selama November 2015 mengalami kenaikan indeks harga sebesar 2,47
persen yakni dari 120,25 pada Oktober 2015 menjadi 123,22 pada November 2015. Secara keseluruhan
Berita Resmi Statistik No. 68/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015
2
kelompok bahan makanan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,48 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok sayur-sayuran (8,85 persen), ikan segar (4,61 persen), padi-padian, umbiumbian dan hasilnya (3,12 persen), buah-buahan (2,72 persen), telur, susu dan hasil-hasilnya (0,58 persen), serta kacang-kacangan (0,26 persen). Sedangkan penurunan indeks harga terjadi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya (1,02 persen), bumbu-bumbuan (0,62 persen), ikan diawetkan (0,52 persen), serta lemak dan minyak (0,41 persen). Sementara subkelompok bahan makanan lainnya selama November 2015 relatif tetap. Andil beberapa komoditas kelompok bahan makanan terhadap inflasi meliputi ikan layang (0,13 persen), beras (0,12 persen), ikan selar (0,06 persen), ikan ekor kuning (0,06 persen), bayam (0,05 persen), ikan cakalang (0,04 persen), tomat sayur (0,04 persen), tomat buah (0,03 persen), labu siam (0,02 persen), ikan kembung (0,02 persen), dan komoditas lainnya di bawah 0,02 persen. Sedangkan andil beberapa komoditas terhadap deflasi meliputi ikan mujair (0,04 persen), teri segar (0,04 persen), daging ayam ras (0,01 persen), kakap merah (0,01 persen), cabai rawit (0,01 persen), dan komoditas lainnya di bawah 0,01 persen. 2.
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok ini mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,13
persen dari 134,77 pada Oktober 2015 menjadi 134,94 pada November 2015. Andil kelompok ini secara keseluruhan terhadap inflasi sebesar 0,04 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok makanan jadi sebesar 0,18 persen dan minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,09 persen. Sementara subkelompok tembakau dan minuman beralkohol selama November 2015 relatif tidak mengalami perubahan. Komoditas pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang memberikan andil terhadap inflasi terutama berasal dari ayam goreng (0,02 persen), makanan ringan (0,01 persen), gula pasir (0,003 persen), dan komoditas lainnya dengan andil yang kurang signifikan. 3.
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks harga sebesar
0,14 persen, yakni dari 116,95 pada Oktober 2015 menjadi 117,11 pada November 2015. Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,03 persen. Selama November 2015, subkelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga yakni penyelenggaraan rumahtangga sebesar 0,24 persen dan biaya tempat tinggal sebesar 0,20 persen. Subkelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,06 persen, sedangkan subkelompok perlengkapan rumahtangga relatif stabil. Andil inflasi beberapa komoditas dalam kelompok ini meliputi semen (0,023 persen), biaya sewa rumah (0,011 persen), detergen bubuk (0,002 persen), pembersih lantai (0,001 persen), dan beberapa komoditas lainnya dengan andil di bawah 0,001 persen. Sementara komoditas yang memiliki andil Berita Resmi Statistik No. 68/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015
3
terhadap deflasi meliputi kayu lapis (0,003 persen), tarif listrik (0,002 persen), dan beberapa komoditas lainnya yang kurang signifikan. 4.
Sandang Kelompok sandang mengalami penurunan indeks harga sebesar 1,25 persen, yakni dari 107,32 pada
Oktober 2015 menjadi 105,98 pada November 2015. Secara keseluruhan, andil terhadap deflasi adalah sebesar 0,07 persen. Subkelompok pengeluaran selama November 2015 yang mengalami penurunan indeks harga yakni barang pribadi dan sandang lain sebesar 5,28 persen. Sedangkan subkelompok sandang laki-laki, sandang wanita, dan sandang anak-anak selama November 2015 relatif tidak mengalami perubahan. Andil komoditas terhadap deflasi dalam kelompok ini terutama didominasi oleh emas perhiasan sebesar 0,070 persen dan komoditas lainnya dengan andil yang kurang signifikan. 5.
Kesehatan Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok kesehatan mengalami kenaikan indeks harga sebesar
0,26 persen yakni dari 113,57 pada Oktober 2015 menjadi 113,87 pada November 2015. Kelompok kesehatan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,01 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran untuk kesehatan, terjadi kenaikan indeks harga pada subkelompok obat-obatan sebesar 0,77 persen serta subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,29 persen. Sedangkan jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani selama November 2015 relatif tidak mengalami perubahan. Andil beberapa komoditas terhadap inflasi dalam kelompok kesehatan diantaranya adalah shampo sebesar 0,005 persen, obat sakit kepala sebesar 0,002 persen, obat flu sebesar 0,002 persen, dan obat gosok sebesar 0,001 persen, sementara komoditas lainnya memiliki andil yang relatif tidak signifikan. 6.
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Indeks harga kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga selama November 2015 tetap sebesar
121,63 atau tidak mengalami perubahan dari Oktober 2015. Seluruh subkelompok pengeluaran selama November 2015 relatif tidak mengalami perubahan. 7.
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks harga sebesar
0,11 persen yakni dari 124,90 pada Oktober 2015 menjadi 124,76 pada November 2015. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,02 persen. Subkelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks harga yakni transportasi sebesar 0,16 persen. Sementara selama periode yang sama, subkelompok komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang transportasi serta jasa keuangan relatif stabil.
Berita Resmi Statistik No. 68/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015
4
Komoditas yang dominan memiliki andil terhadap deflasi yakni tarif angkutan udara sebesar 0,01 persen, bensin sebesar 0,01 persen, solar sebesar 0,001 persen, dan komoditas lainnya dengan andil yang kurang signifikan.
II. Perkembangan Inflasi/Deflasi Selama Tiga Tahun Terakhir Selama November 2015, inflasi Kota Palu sebesar 0,47 persen, merupakan capaian tertinggi kedua dibandingkan bulan yang sama tahun 2013 sebesar 0,67 persen, sedangkan capaian periode yang sama tahun 2014 hanya sebesar 0,21 persen. Laju inflasi sampai dengan November 2015 sebesar 2,16 persen, jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar 6,36 persen dan tahun 2014 sebesar 5,82 persen. Sementara itu, laju inflasi year on year tahun 2015 sebesar 5,08 persen, juga masih lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar 8,15 persen dan 2014 sebesar 6,77 persen.
Tabel 2 Perbandingan Inflasi/Deflasi Bulanan dan Laju Inflasi Kota Palu Tahun 2013 - 2015 No.
Inflasi
2013
2014
2015
1
Inflasi November
0,67
0,21
0,47
2
Laju Inflasi (Tahun Kalender)
6,36
5,82
2,16
3
Laju Inflasi (Year on Year )
8,15
6,77
5,08
Grafik 1 Inflasi/Deflasi Bulanan Kota Palu Tahun 2013 - 2015 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 -1,00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
-2,00 -3,00 2013
2014
2015
Berita Resmi Statistik No. 68/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015
5
III. Perbandingan Inflasi/Deflasi Nasional dan Kawasan Sulampua Selama November 2015, inflasi nasional
Gambar 2. Inflasi Kawasan Sulampua Bulan November 2015
sebesar 0,21 persen. Berdasarkan tahun kalender,
2,35
terjadi inflasi sebesar 2,37 persen. Tingkat inflasi
1,27
year on year sebesar 4,89 persen. Dari 82 kota
1,03 0,62
pantauan, 69 kota mengalami inflasi dan 13 kota
0,47
mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota
0,44 0,30
Merauke sebesar 2,35 persen, sedangkan deflasi
0,26
tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,02
0,22 0,21
persen. Kota Palu mengalami inflasi sebesar 0,47
0,18
persen, menduduki peringkat ke-19 di tingkat
0,11 0,05
nasional dan ke-5 di Kawasan Sulampua.
0,02 -0,01 -0,10 -0,44 -0,74
Tabel 3 Perbandingan Indeks Harga dan Tingkat Inflasi/Deflasi Beberapa Kota di Kawasan Sulampua November 2015 Kota
IHK
Inflasi (%)
Laju Inflasi (%)
YoY
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
1
Merauke
127,38
2,35
2,81
7,47
2
Bau-Bau
125,17
1,27
2,69
6,12
3
Tual
132,94
1,03
6,06
7,58
4
Mamuju
120,73
0,62
3,32
5,85
5
Palu
122,81
0,47
2,16
5,08
6
Palopo
119,82
0,44
2,81
5,67
7
Pare-Pare
118,69
0,30
0,83
4,62
8
Makassar
121,69
0,26
4,45
7,26
9
Manokwari
113,41
0,22
0,74
2,51
10
Watampone
117,93
0,21
0,49
2,93
11
Gorontalo
117,99
0,18
2,37
6,59
12
Jayapura
121,78
0,11
1,31
5,63
13
Bulukumba
126,69
0,05
0,86
3,61
14
Ternate
125,90
0,02
2,94
6,15
15
Manado
123,06
-0,01
3,75
7,73
16
Kendari
117,46
-0,10
1,12
4,43
17
Ambon
121,10
-0,44
5,27
7,22
18
Sorong
122,13
-0,74
5,25
7,08
Berita Resmi Statistik No. 68/12/72/Th.XVIII, 01 Desember 2015
6