No. 15/03/72/Th.XVIII, 2 Maret 2015
PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama Februari 2015, Deflasi Sebesar 1,84 Persen
Dari 82 kota pantauan secara nasional, hanya 12 kota mengalami inflasi sedangkan 70 kota lainnya mengalami deflasi selama Februari 2015. Kota Palu terjadi deflasi sebesar 1,84 persen dengan indeks harga 118,14.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 3,20 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Bukittinggi sebesar 2,35 persen. Deflasi Kota Palu menduduki peringkat ke-6 secara nasional dan peringkat pertama di Kawasan Sulampua.
Penurunan indeks harga terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran meliputi bahan makanan (6,02 persen), transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (3,60 persen), serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,02 persen). Sebaliknya, kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok sandang (0,52 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,23 persen), kesehatan (0,15 persen), serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,09 persen).
Laju inflasi tahun kalender hingga Februari 2015 sebesar -1,72 persen, sedangkan laju inflasi year on year (Februari 2015 terhadap Februari 2014) sebesar 6,64 persen. Mulai Januari 2014, penghitungan inflasi secara nasional telah menggunakan IHK tahun dasar baru
(2012=100) berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2012. Dibandingkan tahun dasar lama (2007=100), terdapat perluasan cakupan kota yang diikuti oleh perubahan paket komoditas dan diagram timbang. Penggunaan tahun dasar baru dilakukan untuk menyesuaikan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan periode sebelumnya. SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar terpilih lainnya. Dari seluruh kota pantauan, terdapat 66 kota yang merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 lainnya merupakan cakupan kota baru. Paket komoditas Kota Palu hasil SBH 2012 mencapai 346 komoditas. Secara nasional, 12 kota mengalami inflasi selama Februari 2015 yakni Tual (3,20 persen), Ambon (1,03 persen), Balikpapan (0,72 persen), Pontianak (0,43 persen), Singaraja (0,42 persen), dan kota lainnya di bawah 0,40 persen. Sementara 70 kota yang mengalami deflasi yakni Bukittinggi (2,35 persen), Lhokseumawe (2,07 persen), Padang (2,07 persen), Sibolga (2,04 persen), Tanjung Pandan (1,94 persen), Palu (1,84 persen), Jambi (1,50 persen), Bengkulu (1,46 persen), Padangsidempuan (1,40 persen), Pematang Siantar (1,38 persen), Medan (1,36 persen), Kupang (1,36 persen), Bungo (1,33 persen), dan kota lainnya deflasi di bawah 1,30 persen.
Berita Resmi Statistik No.15/03/72/Th.XVIII, 2 Maret 2015
1
Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual (3,20 persen), diikuti Ambon (1,03 persen), Sorong (0,26 persen), dan Manokwari (0,04 persen). Sementara deflasi tertinggi terjadi di Palu (1,84 persen), diikuti Mamuju (1,13 persen), Bulukumba (0,98 persen), Merauke (0,93 persen), Kendari (0,91 persen), Ternate (0,83 persen), Watampone (0,68 persen), Gorontalo (0,61 persen), Pare-Pare (0,61 persen), dan beberapa kota lainnya di bawah 0,35 persen.
I. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Selama Februari 2015, deflasi sebesar 1,84 persen dipengaruhi oleh penurunan indeks harga bahan makanan (6,02 persen), transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (3,60 persen), serta makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,02 persen). Sedangkan pengaruh kenaikan indeks harga terjadi pada kelompok sandang (0,52 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,23 persen), kesehatan (0,15 persen), serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,09 persen) Tabel 1 Perkembangan Inflasi/Deflasi Kota Palu Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) Februari 2015 Laju Inflasi
Indeks Harga Konsumen Kelompok Pengeluaran Feb 2014
Des 2014
Jan 2015
Feb 2015
Inflasi Feb tahun 2015* Kalender
Inflasi Year on Year ***
Andil Inflasi
2015 ** [1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
U m u m
110,78
120,21
120,35
118,14
-1,84
-1,72
6,64
-1,84
1
Bahan Makanan
112,13
122,39
125,84
118,26
-6,02
-3,37
5,47
-1,26
2
Makanan Jadi, minuman, Rokok, dan Tembakau
118,76
128,19
129,16
129,13
-0,02
0,73
8,73
-0,01
3
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar
106,88
113,76
114,52
114,78
0,23
0,90
7,39
0,05
4
Sandang
103,80
105,78
106,40
106,95
0,52
1,11
3,03
0,03
5
Kesehatan
103,64
111,21
111,98
112,15
0,15
0,85
8,21
0,01
6
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga
107,85
113,51
113,43
113,53
0,09
0,02
5,27
0,01
7
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
110,72
126,94
121,51
117,13
-3,60
-7,73
5,79
-0,67
*) Perubahan IHK bulan Februari 2015 terhadap IHK bulan Januari 2015 **) Perubahan IHK bulan Februari 2015 terhadap IHK bulan Desember 2014 ***) Perubahan IHK bulan Februari 2015 terhadap IHK bulan Februari 2014
Perkembangan inflasi/deflasi Kota Palu selama Februari 2015 menurut kelompok pengeluaran secara lebih rinci sebagai berikut: 1.
Bahan Makanan Kelompok bahan makanan selama Februari 2015 mengalami penurunan indeks harga sebesar 6,02
persen yakni dari 125,84 pada Januari 2015 menjadi 118,26 pada Februari 2015. Secara keseluruhan kelompok bahan makanan memberikan andil terhadap deflasi sebesar 1,26 persen. Penurunan indeks
Berita Resmi Statistik No.15/03/72/Th.XVIII, 2 Maret 2015
2
harga terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan (15,90 persen), ikan segar (13,81 persen), sayursayuran (8,30 persen), buah-buahan (3,81 persen), lemak dan minyak (1,83 persen), bahan makanan lainnya (1,70 persen), daging dan hasil-hasilnya (1,51 persen), kacang-kacangan (1,38 persen), serta telur, susu, dan hasil-hasilnya (0,67 persen). Sedangkan kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok padipadian, umbi-umbian dan hasilnya (1,70 persen) dan ikan diawetkan (0,96 persen). Beberapa komoditas kelompok bahan makanan yang memiliki andil terhadap deflasi meliputi ikan selar (0,27 persen), ekor kuning (0,23 persen), cabai rawit (0,18 persen), cakalang (0,18 persen), layang (0,11 persen), cabai merah (0,06 persen), wortel (0,06 persen), cumi-cumi (0,05 persen), mujair (0,04 persen), kakap merah (0,03 persen), tomat buah (0,03 persen), jagung manis (0,03 persen), daging ayam ras (0,03 persen), dan komoditas lainnya di bawah 0,03 persen.
2.
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok ini mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,02
persen menjadi 129,13 selama Februari 2015. Andil kelompok ini terhadap deflasi sebesar 0,01 persen. Penurunan indeks harga terjadi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,17 persen. Subkelompok makanan jadi serta subkelompok tembakau dan minuman beralkohol selama Februari 2015 relatif tetap. Komoditas pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang memberikan andil terhadap deflasi diantaranya adalah gula pasir sebesar 0,01 persen, sementara komoditas lainnya memiliki andil yang relatif kurang signifikan. 3.
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks harga sebesar
0,23 persen, yakni dari 114,52 pada Januari 2015 menjadi 114,78 pada Februari 2015. Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen. Subkelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga yakni biaya tempat tinggal sebesar 0,51 persen, sementara subkelompok bahan bakar, penerangan dan air mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,46 persen. Subkelompok perlengkapan rumahtangga dan penyelenggaraan rumahtangga selama Februari 2015 relatif tetap. Beberapa komoditas yang mempengaruhi tingkat inflasi dalam kelompok ini adalah biaya kontrak rumah (0,06 persen), biaya sewa rumah (0,05 persen), tarif listrik (0,03 persen), cat tembok (0,01 persen), seng (0,01 persen), dan bola lampu (0,002 persen).
4.
Sandang Kelompok sandang mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,52 persen, yakni dari 106,40 pada
Januari 2015 menjadi 106,95 pada Februari 2015. Secara keseluruhan, andil terhadap inflasi sebesar 0,03
Berita Resmi Statistik No.15/03/72/Th.XVIII, 2 Maret 2015
3
persen. Subkelompok yang mengalami kenaikan indeks harga yakni barang pribadi dan sandang lain sebesar 2,06 persen serta sandang wanita sebesar 0,18 persen. Subkelompok sandang laki-laki dan sandang anak-anak selama Februari 2015 relatif tetap. Beberapa komoditas yang mempengaruhi tingkat inflasi dalam kelompok ini adalah emas perhiasan sebesar 0,026 persen dan bh katun sebesar 0,003 persen, sementara komoditas lainnya memiliki andil yang relatif kurang signifikan. 5.
Kesehatan Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok kesehatan mengalami kenaikan indeks harga sebesar
0,15 persen dari 111,98 pada Januari 2015 menjadi 112,15 pada Februari 2015. Kelompok kesehatan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,01 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran untuk kesehatan, terjadi kenaikan indeks harga pada subkelompok obat-obatan sebesar 0,87 persen. Sedangkan subkelompok jasa kesehatan, jasa perawatan jasmani serta perawatan jasmani dan kosmetika relatif tetap. Beberapa komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi adalah obat flu sebesar 0,002 persen, alat kontrasepsi sebesar 0,002 persen, obat dengan resep sebesar 0,001 persen dan obat sakit kepala sebesar 0,001 persen. Sementara itu, andil komoditas lainnya relatif tidak signifikan. 6.
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,09 persen
dari 113,43 pada Januari 2015 menjadi 113,53 pada Februari 2015. Secara umum kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,01 persen. Subkelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks harga yakni perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,62 persen. Sedangkan subkelompok pendidikan, kursus-kursus/pelatihan, rekreasi, dan olahraga selama Februari 2015 relatif stabil. Komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi yakni buku pelajaran SMP sebesar 0,003 persen dan buku pelajaran SMA sebesar 0,002 persen. Sementara itu, andil komoditas lainnya relatif tidak signifikan.
7.
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks harga sebesar
3,60 persen yakni dari 121,51 pada Januari 2015 menjadi 117,13 pada Februari 2015. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,67 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran, transportasi mengalami penurunan indeks harga sebesar 5,07 persen. Sedangkan subkelompok komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang transportasi serta jasa keuangan selama Februari 2015 relatif stabil. Komoditas yang memiliki andil terhadap deflasi meliputi angkutan udara (0,35 persen), bensin (0,32 persen), dan solar (0,004 persen). Sementara komoditas lainnya memiliki andil relatif kurang signifikan.
Berita Resmi Statistik No.15/03/72/Th.XVIII, 2 Maret 2015
4
II. Perkembangan Inflasi/Deflasi Selama Tiga Tahun Terakhir Selama Februari 2015, Kota Palu terjadi deflasi sebesar 1,84 persen, lebih tinggi dibandingkan deflasi Februari 2014 sebesar 0,72 persen. Sementara pada Februari 2013 mengalami inflasi sebesar 0,58 persen. Laju inflasi sampai dengan Februari 2015 sebesar -1,72 persen. Kondisi ini merupakan capaian yang cukup baik mengingat pada periode yang sama tahun 2013 dan 2014 terjadi inflasi dengan laju masing-masing sebesar 0,76 persen dan 0,31 persen. Sementara itu, laju inflasi year on year tahun 2015 sebesar 6,64 persen, lebih tinggi dibandingkan laju inflasi tahun 2013 sebesar 6,24 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan tahun 2014 sebesar 7,37 persen.
Tabel 2 Perbandingan Inflasi/Deflasi Bulanan dan Laju Inflasi Kota Palu Tahun 2013 - 2015 No.
Inflasi
2013
2014
2015
1
Inflasi Februari
0,58
-0,72
-1,84
2
Laju Inflasi (Tahun Kalender)
0,76
0,31
-1,72
3
Laju Inflasi (Year on Year )
6,24
7,37
6,64
Grafik 1 Inflasi/Deflasi Bulanan Kota Palu Tahun 2013 - 2015 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 -1,00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
-2,00 -3,00 2013
2014
2015
Berita Resmi Statistik No.15/03/72/Th.XVIII, 2 Maret 2015
5
III. Perbandingan Inflasi/Deflasi Nasional dan Kawasan Sulampua Selama Februari 2015 secara nasional terjadi deflasi sebesar 0,36 persen. Deflasi
Gambar 2. Inflasi Kawasan Sulampua Bulan Februari 2015
tahun kalender 2015 sebesar 0,61 persen
3,20 1,03
dengan tingkat inflasi year on year sebesar
0,26
6,29 persen. Dari 82 kota pantauan, 12 kota
0,04 -0,04
mengalami inflasi dan 70 kota mengalami
-0,17
deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual
-0,19 -0,20
sebesar 3,20 persen, sedangkan deflasi
-0,34 -0,61
tertinggi terjadi di Kota Bukittinggi sebesar
-0,61
2,35 persen. Deflasi Kota Palu menduduki
-0,68 -0,83
peringkat ke-6 secara nasional dan peringkat
-0,91
pertama di Kawasan Sulampua.
-0,93 -0,98 -1,13
-1,84
Tabel 3 Perbandingan Indeks Harga dan Tingkat Inflasi/Deflasi Beberapa Kota di Kawasan Sulampua Februari 2015 Kota
IHK
Inflasi (%)
Laju Inflasi (%)
YoY
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
1
Tual
130,63
3,20
4,22
13,27
2
Ambon
118,98
1,03
3,42
8,66
3
Sorong
116,54
0,26
0,43
6,81
4
Manokwari
112,50
0,04
-0,07
5,39
5
Jayapura
119,64
-0,04
-0,47
5,96
6
Palopo
115,98
-0,17
-0,48
6,40
7
Makassar
116,21
-0,19
-0,25
6,69
8
Manado
117,54
-0,20
-0,90
7,79
9
Bau-Bau
121,87
-0,34
-0,02
10,55
10
Pare-Pare
116,54
-0,61
-0,99
7,54
11
Gorontalo
113,11
-0,61
-1,87
4,82
12
Watampone
115,07
-0,68
-1,94
5,23
13
Ternate
120,62
-0,83
-1,37
8,11
14
Kendari
114,00
-0,91
-1,86
6,10
15
Merauke
124,87
-0,93
0,78
11,65
16
Bulukumba
124,24
-0,98
-1,09
6,02
17
Mamuju
115,69
-1,13
-0,99
6,10
18
Palu
118,14
-1,84
-1,72
6,64
Berita Resmi Statistik No.15/03/72/Th.XVIII, 2 Maret 2015
6