No. 57/11/72/Th.XVII, 3 November 2014
PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama Oktober 2014, Inflasi Sebesar 1,31 Persen
Dari 82 kota pantauan secara nasional, 74 kota mengalami inflasi sedangkan 8 kota lainnya mengalami deflasi selama Oktober 2014. Kota Palu terjadi inflasi sebesar 1,31 persen dengan indeks harga 116,63.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 2,18 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Sorong sebesar 1,08 persen. Inflasi Kota Palu menduduki peringkat ke-3, baik secara nasional maupun Kawasan Sulampua.
Kenaikan indeks harga terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran meliputi bahan makanan (5,35 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,68 persen), kesehatan (0,54 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,51 persen), serta sandang (0,34 persen). Sebaliknya, penurunan indeks harga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebsar 0,19 persen serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,02 persen.
Laju inflasi tahun kalender hingga Oktober 2014 sebesar 5,60 persen, sedangkan laju inflasi year on year (Oktober 2014 terhadap Oktober 2013) sebesar 7,30 persen.
Mulai Januari 2014, penghitungan inflasi secara nasional telah menggunakan IHK tahun dasar baru (2012=100) berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2012. Dibandingkan tahun dasar lama (2007=100), terdapat perluasan cakupan kota yang diikuti oleh perubahan paket komoditas dan diagram timbang. Penggunaan tahun dasar baru dilakukan untuk menyesuaikan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan periode sebelumnya. SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar terpilih lainnya. Dari seluruh kota pantauan, terdapat 66 kota yang merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 lainnya merupakan cakupan kota baru. Paket komoditas Kota Palu hasil SBH 2012 mencapai 346 komoditas. Secara nasional, terdapat beberapa kota yang mengalami inflasi selama Oktober 2014 yakni Tual (2,18 persen), Manado (1,42 persen), Palu (1,31 persen), Tangerang (1,23 persen), Padang (1,18 persen), Ternate (0,96 persen), Tegal (0,95 persen), Cilegon (0,88 persen), Bandar Lampung (0,83 persen), Meulaboh (0,82 persen), Bungo (0,80 persen), Palembang (0,80 persen), dan kota lainnya di bawah 0,80 persen. Sedangkan beberapa kota yang mengalami deflasi selama Oktober 2014 yakni Sorong (1,08 persen), Pangkal Pinang (0,68 persen), Maumere (0,51 persen), dan kota lainnya di bawah 0,50 persen.
Berita Resmi Statistik No. 57/11/72/Th.XVII, 3 November 2014
1
Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), 17 kota mengalami inflasi dan hanya 1 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual (2,18 persen), diikuti Manado (1,42 persen), Palu (1,31 persen), Ternate (0,96 persen), Jayapura (0,71 persen), dan kota lainnya di bawah 0,70 persen. Sedangkan satu-satunya kota yang mengalami deflasi yakni Sorong sebesar 1,08 persen.
I. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Selama Oktober 2014, inflasi sebesar 1,31 persen dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga kelompok bahan makanan (5,35 persen), perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,68 persen), kesehatan (0,54 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,51 persen), serta sandang (0,34 persen). Pada bulan yang sama, terjadinya deflasi dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,19 persen serta pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 0,02 persen. Tabel 1 Perkembangan Inflasi/Deflasi Kota Palu Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) Oktober 2014 Indeks Harga Konsumen
Inflasi Okt 2014 *
Kelompok Pengeluaran Okt 2013
Des 2013
Sep 2014
Okt 2014
Laju Inflasi tahun Kalender
Inflasi Year on Year ***
Andil Inflasi
2014 ** [1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
[9]
U m u m
108,70
142,34
115,12
116,63
1,31
5,60
7,30
1,31
1
Bahan Makanan
107,92
165,50
112,14
118,14
5,35
5,17
9,47
1,04
2
Makanan Jadi, minuman, Rokok, dan Tembakau
115,48
169,54
126,27
126,91
0,51
8,72
9,90
0,11
3
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar
105,16
137,98
110,61
111,36
0,68
5,33
5,90
0,16
4
Sandang
102,95
130,20
106,42
106,78
0,34
3,79
3,72
0,02
5
Kesehatan
103,78
128,08
110,53
111,13
0,54
6,75
7,08
0,02
6
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga
107,91
138,09
112,17
112,15
-0,02
4,27
3,93
0,00
7
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
110,14
107,51
117,03
116,81
-0,19
3,62
6,06
-0,04
*) Perubahan IHK bulan Oktober 2014 terhadap IHK bulan September 2014 **) Perubahan IHK bulan Oktober 2014 terhadap IHK bulan Desember 2013 ***) Perubahan IHK bulan Oktober 2014 terhadap IHK bulan Oktober 2013
Perkembangan inflasi/deflasi Kota Palu selama Oktober 2014 menurut kelompok pengeluaran secara lebih rinci sebagai berikut: 1.
Bahan Makanan Kelompok bahan makanan selama Oktober 2014 mengalami kenaikan indeks harga sebesar 5,35
persen yakni dari 112,14 pada September 2014 menjadi 118,14 pada Oktober 2014. Secara keseluruhan kelompok bahan makanan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 1,04 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok ikan segar (17,33 persen), bumbu-bumbuan (7,09 persen), buah-buahan (4,87 persen), sayur-sayuran (4,16 persen), serta telur, susu, dan hasil-hasilnya (0,44 persen). Sedangkan
Berita Resmi Statistik No. 57/11/72/Th.XVII, 3 November 2014
2
penurunan indeks harga terjadi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya (1,48 persen), ikan diawetkan (1,44 persen), bahan makanan lainnya (1,43 persen), lemak dan minyak (0,48 persen), kacangkacangan (0,38 persen), serta padi-padian, umbi-umbian, dan hasilnya (0,02 persen). Beberapa komoditas kelompok bahan makanan yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi ikan selar (0,45 persen), layang (0,13 persen), cabai rawit (0,13 persen), kembung (0,05 persen), ekor kuning (0,05 persen), bandeng (0,05 persen), pisang (0,04 persen), cakalang (0,04 persen), mujair (0,04 persen), dan jeruk nipis (0,04 persen). Sedangkan andil komoditas lainnya terhadap inflasi masing-masing di bawah 0,04 persen. 2.
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok ini mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,51
persen menjadi 126,91 selama Oktober 2014. Andil kelompok ini terhadap inflasi sebesar 0,11 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok makanan jadi sebesar 0,76 persen dan minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,05 persen. Sedangkan tembakau dan minuman beralkohol relatif tetap. Beberapa komoditas pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang memberikan andil terhadap inflasi yakni kue kering berminyak sebesar 0,10 persen dan kembang gula sebesar 0,01 persen. Sementara komoditas lainnya masing-masing memiliki andil di bawah 0,01 persen. 3.
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks harga sebesar
0,68 persen, yakni dari 110,61 pada September 2014 menjadi 111,36 pada Oktober 2014. Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,16 persen. Beberapa subkelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks harga yakni subkelompok bahan bakar, penerangan dan air (3,39 persen), biaya tempat tinggal (0,03 persen), dan penyelenggaraan rumahtangga (0,02 persen). Sedangkan subkelompok perlengkapan rumah tangga mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,15 persen. Beberapa komoditas yang mempengaruhi tingkat inflasi dalam kelompok ini adalah tarif listrik (0,13 persen), bahan bakar rumah tangga (0,02 persen), besi beton (0,01 persen), dan bola lampu (0,01 persen). Pengaruh indeks harga pada komoditas lainnya relatif tidak signifikan. 4.
Sandang Kelompok sandang mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,34 persen, yakni dari 106,42 pada
September 2014 menjadi 106,78 pada Oktober 2014. Secara keseluruhan, andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen. Dalam kelompok ini, dua subkelompok mengalami kenaikan indeks harga masing-masing sandang anak-anak sebesar 1,67 persen serta barang pribadi dan sandang lain sebesar 0,04 persen. Sebaliknya, dua subkelompok lainnya mengalami penurunan indeks harga yakni sandang wanita sebesar 0,16 persen dan sandang laki-laki sebesar 0,05 persen. Secara umum, andil indeks harga komoditas dalam kelompok sandang terhadap tingkat inflasi juga relatif tidak signifikan kecuali baju kaos berkerah sebesar 0,01 persen.
Berita Resmi Statistik No. 57/11/72/Th.XVII, 3 November 2014
3
5.
Kesehatan Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok kesehatan selama Oktober 2014 mengalami kenaikan
indeks harga sebesar 0,54 persen dari 110,53 pada September 2014 menjadi 111,13 pada Oktober 2014. Kelompok kesehatan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran untuk kesehatan, terjadi kenaikan indeks harga pada subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 1,15 persen, obat-obatan sebesar 0,15 persen, dan jasa kesehatan sebesar 0,05 persen. Sedangkan subkelompok jasa perawatan jasmani relatif tetap. Beberapa komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi adalah sabun mandi sebesar 0,01 persen dan pasta gigi sebesar 0,01 persen. Sementara itu, andil komoditas lainnya relatif tidak signifikan. 6.
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami penurunan indeks harga selama Oktober
2014 sebesar 0,02 persen atau dari 112,17 pada September 2014 menjadi 112,15 pada Oktober 2014. Kelompok ini secara keseluruhan memiliki andil terhadap deflasi kurang dari 0,01 persen. Dari lima subkelompok pengeluaran, terjadi penurunan indeks harga pada subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,17 persen. Sebagian besar komoditas pada subkelompok ini relatif tidak memiliki dampak siginifikan terhadap deflasi selama Oktober 2014. 7.
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami penurunan indeks harga sebesar
0,19 persen yakni dari 117,03 pada September 2014 menjadi 116,81 pada Oktober 2014. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,04 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran, transportasi mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,27 persen, sedangkan komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang transportasi serta jasa keuangan relatif stabil selama Oktober 2014. Komoditas yang memiliki andil terhadap deflasi terutama tarif angkutan udara sebesar 0,04 persen, sedangkan andil komoditas lainnya relatif tidak signifikan.
II. Perkembangan Inflasi/Deflasi Selama Tiga Tahun Terakhir Inflasi Kota Palu sebesar 1,31 persen selama Oktober 2014, merupakan capaian inflasi pertama kali pada periode yang sama sejak tiga tahun terakhir. Selama Oktober 2012 dan 2013, mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,30 persen dan 0,69 persen. Sementara itu, laju inflasi tahun kalender sebesar 5,60 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar 5,65 persen, namun lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 sebesar 4,66 persen. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year), laju inflasi tahun 2014 sebesar 7,30 persen, merupakan yang tertinggi selama tiga tahun terakhir.
Berita Resmi Statistik No. 57/11/72/Th.XVII, 3 November 2014
4
Tabel 2 Perbandingan Inflasi/Deflasi Bulanan dan Laju Inflasi Kota Palu Tahun 2012 - 2014 No.
Inflasi
2012
2013
2014
1
Inflasi Oktober
-0,30
-0,69
1,31
2
Laju Inflasi (Tahun Kalender)
4,66
5,65
5,60
3
Laju Inflasi (Year on Year )
6,70
6,87
7,30
Fluktuasi harga bulanan periode September─Oktober selama tiga tahun terakhir menunjukkan pola peningkatan. Namun demikian, pada tahun 2014 terjadi lonjakan hingga memicu tingkat inflasi di atas 1,00 persen. Sedangkan peningkatan pada periode yang sama tahun sebelumnya tidak berdampak terhadap inflasi. Secara umum, gejolak harga yang terjadi sepanjang tahun 2014 menunjukkan pola yang relatif lebih landai dibandingkan fluktuasi yang terjadi pada tahun 2012 dan 2013.
Grafik 1 Inflasi/Deflasi Bulanan Kota Palu Tahun 2012 - 2014 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 -1,00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
-2,00 -3,00
2012
2013
2014
Berita Resmi Statistik No. 57/11/72/Th.XVII, 3 November 2014
5
III. Perbandingan Inflasi/Deflasi Nasional dan Kawasan Sulampua Selama Oktober 2014 secara nasional terjadi inflasi sebesar 0,47 persen, dengan laju
Gambar 2. Inflasi Kawasan Sulampua Bulan Oktober 2014
inflasi tahun kalender sebesar 4,19 persen dan
2,18 1,42
year on year sebesar 4,83 persen. Dari 82 kota
1,31
pantauan, 74 kota mengalami inflasi sedangkan
0,96 0,71
8 kota lainnya mengalami deflasi.
0,66 0,43
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar
2,18
persen,
sedangkan
0,43
deflasi
0,41 0,38
tertinggi terjadi di Kota Sorong sebesar 1,08
0,36
persen. Inflasi Kota Palu menduduki peringkat
0,29 0,25
ke-3 baik secara nasional maupun Kawasan
0,18
Sulampua.
0,15 0,13 0,06 -1,08
Tabel 3 Perbandingan Indeks Harga dan Tingkat Inflasi/Deflasi Beberapa Kota di Kawasan Sulampua Oktober 2014 Kota
IHK
Inflasi (%)
Laju Inflasi (%)
YoY
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
120,13
2,18
6,85
10,16
1
Tual
2
Manado
3
Palu
4 5
112,47
1,42
3,99
6,44
116,63
1,31
5,60
7,30
Ternate
118,13
0,96
5,61
5,86
Jayapura
113,88
0,71
2,30
4,37
6
Bau-Bau
116,07
0,66
6,05
5,68
7
Makassar
111,93
0,43
4,26
4,64
8
Pare-Pare
111,37
0,43
3,48
4,31
9
Manokwari
110,55
0,41
3,79
5,19
10
Palopo
111,76
0,38
4,48
4,70
11
Gorontalo
110,01
0,36
1,31
3,70
12
Bulukumba
120,34
0,29
4,86
6,76
13
Merauke
117,08
0,25
6,13
5,50
14
Kendari
110,63
0,18
2,28
2,41
15
Ambon
112,03
0,15
4,01
5,67
16
Watampone
112,96
0,13
4,17
4,54
17
Mamuju
112,61
0,06
3,97
4,40
18
Sorong
113,96
-1,08
4,92
5,02
Berita Resmi Statistik No. 57/11/72/Th.XVII, 3 November 2014
6