No. 53/10/72/Th.XVII, 1 Oktober 2014
PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Selama September 2014, Deflasi Sebesar 0,36 Persen
Dari 82 kota pantauan secara nasional, 64 kota mengalami inflasi sedangkan 18 kota lainnya mengalami deflasi selama September 2014. Kota Palu terjadi deflasi sebesar 0,36 persen dengan indeks harga 115,12.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,29 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 0,89 persen. Deflasi Kota Palu menduduki peringkat ke-78 secara nasional dan ke-15 di Kawasan Sulampua.
Kenaikan indeks harga terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran meliputi sandang (1,14 persen), kesehatan (0,82 persen), pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,38 persen), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,34 persen), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,20 persen), serta transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,11 persen). Sebaliknya, kelompok pengeluaran bahan makanan mengalami penurunan sebesar 3,18 persen.
Laju inflasi tahun kalender hingga September 2014 sebesar 4,24 persen, sedangkan laju inflasi year on year (September 2014 terhadap September 2013) sebesar 5,46 persen.
Mulai Januari 2014, penghitungan inflasi secara nasional telah menggunakan IHK tahun dasar baru (2012=100) berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2012. Dibandingkan tahun dasar lama (2007=100), terdapat perluasan cakupan kota yang diikuti oleh perubahan paket komoditas dan diagram timbang. Penggunaan tahun dasar baru dilakukan untuk menyesuaikan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan periode sebelumnya. SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar terpilih lainnya. Dari seluruh kota pantauan, terdapat 66 kota yang merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 lainnya merupakan cakupan kota baru. Paket komoditas Kota Palu hasil SBH 2012 mencapai 346 komoditas. Secara nasional, terdapat beberapa kota yang mengalami inflasi selama September 2014 yakni Pangkal Pinang (1,29 persen), Merauke (1,08 persen), Bukittinggi (0,95 persen), Singaraja (0,92 persen), Ternate (0,87 persen), Sorong (0,85 persen), Bengkulu (0,73 persen), Mamuju (0,71 persen), Tarakan (0,71 persen), dan kota lainnya di bawah 0,70 persen. Sedangkan beberapa kota yang mengalami deflasi selama September 2014 yakni Tual (0,89 persen), Bau-Bau (0,77 persen), Palopo (0,60 persen), Maumere (0,55 persen), Palu (0,36 persen), Kupang (0,32 persen), dan kota lainnya di bawah 0,30 persen.
Berita Resmi Statistik No. 53/10/72/Th.XVII, 1 Oktober 2014
1
Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), 8 kota mengalami inflasi dan 10 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke (1,08 persen), diikuti Ternate (0,87 persen), Sorong (0,85 persen), Mamuju (0,71 persen), dan kota lainnya di bawah 0,50 persen. Sedangkan kota yang mengalami deflasi yakni Tual (0,89 persen), Bau-Bau (0,77 persen), Palopo (0,60 persen), Palu (0,36 persen), dan kota lainnya di bawah 0,30 persen.
I. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Pengeluaran Selama September 2014, deflasi sebesar 0,36 persen dipengaruhi oleh penurunan indeks harga kelompok bahan makanan sebesar 3,18 persen. Namun demikian, kenaikan indeks harga masih terjadi pada kelompok pengeluaran sandang (1,14 persen), kesehatan (0,82 persen), pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,38 persen), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,34 persen), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,20 persen), serta transport, komunikasi dan jasa keuangan (0,11 persen). Tabel 1 Perkembangan Inflasi/Deflasi Kota Palu Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) September 2014 Indeks Harga Konsumen
Inflasi Sep 2014 *
Kelompok Pengeluaran Sep 2013
Des 2013
Ags 2014 Sep 2014
Laju Inflasi tahun Kalender
Inflasi Year on Year ***
Andil Inflasi
[8]
[9]
2014 ** [1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
U m u m
109,16
142,34
115,54
115,12
-0,36
4,24
5,46
-0,36
1
Bahan Makanan
112,54
165,50
115,82
112,14
-3,18
-0,17
-0,36
-0,63
2
Makanan Jadi, minuman, Rokok, dan Tembakau
113,42
169,54
126,02
126,27
0,20
8,17
11,33
0,05
3
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar
105,13
137,98
110,24
110,61
0,34
4,63
5,21
0,08
4
Sandang
102,94
130,20
105,22
106,42
1,14
3,44
3,38
0,07
5
Kesehatan
103,78
128,08
109,63
110,53
0,82
6,18
6,50
0,03
6
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga
107,41
138,09
111,75
112,17
0,38
4,29
4,43
0,02
7
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
110,10
107,51
116,90
117,03
0,11
3,81
6,29
0,02
*) Perubahan IHK bulan September 2014 terhadap IHK bulan Agustus 2014 **) Perubahan IHK bulan September 2014 terhadap IHK bulan Desember 2013 ***) Perubahan IHK bulan September 2014 terhadap IHK bulan September 2013
Perkembangan inflasi/deflasi Kota Palu selama September 2014 menurut kelompok pengeluaran secara lebih rinci sebagai berikut: 1.
Bahan Makanan Kelompok bahan makanan selama September 2014 mengalami penurunan indeks harga sebesar 3,18
persen yakni dari 115,82 pada Agustus 2014 menjadi 112,14 pada September 2014. Secara keseluruhan kelompok bahan makanan memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,63 persen. Penurunan indeks harga terjadi pada subkelompok ikan segar (11,57 persen), buah-buahan (2,23 persen), daging dan hasil-
Berita Resmi Statistik No. 53/10/72/Th.XVII, 1 Oktober 2014
2
hasilnya (1,74 persen), serta sayur-sayuran (0,86 persen). Sedangkan kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan (1,90 persen), bahan makanan lainnya (1,76 persen), kacang-kacangan (1,71 persen), ikan diawetkan (1,55 persen), lemak dan minyak (1,10 persen), serta telur, susu, dan hasilhasilnya (0,51 persen). Beberapa komoditas kelompok bahan makanan yang memiliki andil terhadap deflasi meliputi ikan selar (0,29 persen), teri (0,09 persen), mujair (0,07 persen), bawang merah (0,07 persen), cakalang (0,06 persen), kakap merah (0,04 persen), layang (0,04 persen), bandeng (0,03 persen), dan daging ayam ras (0,03 persen). Sedangkan andil komoditas lainnya terhadap deflasi masing-masing di bawah 0,03 persen. 2.
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok ini mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,20
persen menjadi 126,27 selama September 2014. Andil kelompok ini terhadap inflasi sebesar 0,05 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada makanan jadi sebesar 0,28 persen dan minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,05 persen. Sedangkan tembakau dan minuman beralkohol relatif tetap. Beberapa komoditas pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang memberikan andil terhadap inflasi yakni wafer sebesar 0,042 persen dan gula pasir sebesar 0,001 persen. Sementara komoditas lainnya masing-masing memiliki andil di bawah 0,001 persen. 3.
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks harga sebesar
0,34 persen, yakni dari 110,24 pada Agustus 2014 menjadi 110,61 pada September 2014. Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,08 persen. Seluruh subkelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks harga yakni subkelompok bahan bakar, penerangan dan air (0,92 persen), penyelenggaraan rumahtangga (0,80 persen), perlengkapan rumahtangga (0,75 persen), dan biaya tempat tinggal (0,06 persen). Beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi dalam kelompok ini adalah tarif listrik (0,03 persen), detergen bubuk (0,02 persen), sewa rumah (0,01 persen), bahan bakar rumahtangga (0,01 persen), dan pembasmi nyamuk spray (0,01 persen). Pengaruh harga pada komoditas lainnya masingmasing di bawah 0,01 persen. 4.
Sandang Kelompok sandang mengalami kenaikan indeks harga sebesar 1,14 persen, yakni dari 105,22 pada
Agustus 2014 menjadi 106,42 pada September 2014. Secara keseluruhan, besarnya andil terhadap inflasi sebesar 0,07 persen. Dalam kelompok ini, tiga subkelompok mengalami kenaikan indeks harga masingmasing sandang anak-anak sebesar 5,05 persen, sandang laki-laki sebesar 0,41 persen, dan sandang wanita sebesar 0,09 persen. Sebaliknya, satu subkelompok lainnya mengalami penurunan indeks harga yakni barang pribadi dan sandang lain sebesar 0,46 persen.
Berita Resmi Statistik No. 53/10/72/Th.XVII, 1 Oktober 2014
3
Komoditas pada kelompok sandang yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi baju anak setelan (0,03 persen), seragam sekolah anak (0,01 persen), baju kaos berkerah (0,01 persen), celana panjang jeans (0,01 persen), sandal kulit (0,01 persen), dan komoditas lainnya di bawah 0,01 persen. 5.
Kesehatan Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kelompok kesehatan selama September 2014 mengalami
kenaikan indeks harga sebesar 0,82 persen dari 109,63 pada Agustus 2014 menjadi 110,53 pada September 2014. Kelompok kesehatan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,03 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran untuk kesehatan, terjadi kenaikan indeks harga pada subkelompok obat-obatan sebesar 3,14 persen serta perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,64 persen, sedangkan subkelompok lainnya relatif tetap. Beberapa komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi obat dengan resep (0,014 persen), hand body lotion (0,009 persen), obat gosok (0,003 persen), vitamin (0,003 persen), dan komoditas lainnya dengan andil masing-masing di bawah 0,002 persen. 6.
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami kenaikan indeks harga selama September
2014 sebesar 0,38 persen atau dari 111,75 pada Agustus 2014 menjadi 112,17 pada September 2014. Kelompok ini secara keseluruhan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen. Dari lima subkelompok pengeluaran, terjadi kenaikan indeks harga pada subkelompok kursuskursus/pelatihan sebesar 10,48 persen dan rekreasi sebesar 0,07 persen. Sedangkan subkelompok lainnya relatif tetap. Komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi biaya bimbingan belajar sebesar 0,02 persen, kursus bahasa asing sebesar 0,01 persen, kamera sebesar 0,001 persen, dan komoditas lainnya di bawah 0,001 persen. 7.
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami kenaikan indeks harga sebesar
0,11 persen yakni dari 116,90 pada Agustus 2014 menjadi 117,03 pada September 2014. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen. Dari empat subkelompok pengeluaran, transportasi mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,16 persen, sedangkan komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang transportasi serta jasa keuangan relatif stabil selama September 2014. Komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi yakni tarif angkutan udara sebesar 0,02 persen, sedangkan yang memiliki andil terhadap deflasi berasal dari bensin sebesar 0,003 persen.
Berita Resmi Statistik No. 53/10/72/Th.XVII, 1 Oktober 2014
4
II. Perkembangan Inflasi/Deflasi Selama Tiga Tahun Terakhir Deflasi Kota Palu selama September 2014 sebesar 0,36 persen, merupakan yang terendah dibandingkan deflasi bulan yang sama pada tahun 2012 sebesar 2,00 persen dan tahun 2013 sebesar 0,75 persen. Pada bulan yang sama tahun 2014, laju inflasi tahun kalender sebesar 4,24 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar 6,39 persen dan 2012 sebesar 4,98 persen. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year), laju inflasi 2014 sebesar 5,46 persen, merupakan yang terendah selama tiga tahun terakhir.
Tabel 2 Perbandingan Inflasi/Deflasi Bulanan dan Laju Inflasi Kota Palu Tahun 2012 - 2014 No.
Inflasi
2012
2013
2014
1
Inflasi September
-2,00
-0,75
-0,36
2
Laju Inflasi (Tahun Kalender)
4,98
6,39
4,24
3
Laju Inflasi (Year on Year )
6,78
7,29
5,46
Fluktuasi harga bulanan selama periode Agustus - September tahun 2014, menunjukkan pola yang hampir serupa dengan tahun 2012 dan 2013. Namun penurunan indeks harga tahun 2014 relatif lebih landai dan tidak terjadi lonjakan peningkatan sebagaimana pada tahun 2012 dan 2013. Memasuki triwulan III tahun 2013 dan 2014, terjadi lonjakan peningkatan selama Juli dan menurun hingga September. Sementara pada periode yang sama tahun 2012, masih terjadi peningkatan hingga Agustus dan mengalami penurunan ekstrim selama September. Grafik 1 Inflasi/Deflasi Bulanan Kota Palu Tahun 2012 - 2014
5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 -1,00 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
-2,00 -3,00
2012
2013
2014
Berita Resmi Statistik No. 53/10/72/Th.XVII, 1 Oktober 2014
5
III. Perbandingan Inflasi/Deflasi Nasional dan Kawasan Sulampua Selama September 2014 secara nasional terjadi inflasi sebesar 0,27 persen, dengan laju
Gambar 2. Inflasi Kawasan Sulampua Bulan September 2014
inflasi tahun kalender sebesar 3,71 persen dan
1,08 0,87
year on year sebesar 4,53 persen. Dari 82 kota
0,85
pantauan, 64 kota mengalami inflasi sedangkan
0,71 0,46
18 kota lainnya mengalami deflasi.
0,39 0,04
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal
0,03
Pinang sebesar 1,29 persen, sedangkan deflasi
-0,03 -0,13
tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 0,89
-0,18
persen. Deflasi Kota Palu menduduki peringkat
-0,22 -0,26
ke-78 secara nasional dan ke-15 di Kawasan
-0,28
Sulampua.
-0,36 -0,60 -0,77 -0,89
Tabel 3 Perbandingan Indeks Harga dan Tingkat Inflasi/Deflasi Beberapa Kota di Kawasan Sulampua September 2014 Kota
IHK
Inflasi (%)
Laju Inflasi (%)
YoY
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
1
Merauke
116,79
1,08
5,86
5,29
2
Ternate
117,01
0,87
4,61
5,40
3
Sorong
115,20
0,85
6,06
5,34
4
Mamuju
112,54
0,71
3,91
4,46
5
Jayapura
113,08
0,46
1,58
4,23
6
Makassar
111,45
0,39
3,81
3,57
7
Pare-Pare
110,89
0,04
3,04
3,04
8
Gorontalo
109,62
0,03
0,95
3,59
9
Manado
110,90
-0,03
2,54
4,00
10
Kendari
110,43
-0,13
2,10
1,05
11
Watampone
112,81
-0,18
4,03
4,55
12
Manokwari
110,10
-0,22
3,37
5,27
13
Ambon
111,86
-0,26
3,85
2,27
14
Bulukumba
119,99
-0,28
4,56
7,30
15
Palu
115,12
-0,36
4,24
5,46
16
Palopo
111,34
-0,60
4,09
4,03
17
Bau-Bau
115,31
-0,77
5,35
3,98
18
Tual
117,57
-0,89
4,57
8,85
Berita Resmi Statistik No. 53/10/72/Th.XVII, 1 Oktober 2014
6